KAIFA NATA’AMAL MA ‘A DUNYA?

KAIFA NATA’AMAL MA ‘A DUNYA?
Dari Ibnu Umar ra,berkata " Rasulullah memegang pundakku dan berkata : Jadilah engkau di Dunia ini seperti orang asing bahkan jadilah seperti seorang Musafir" (HR.Bukhari)
Maka Ibnu Umar sering berkata " Apabila kalian berada diwaktu pagi janganlah menunggu waktu sore,dan apabila berada di waktu sore janganlah menunggu waktu pagi,gunakanlah waktu sehatmu untuk menghadapi waktu sakitmu dan gunakanlah waktu hidupmu untuk menghadapi waktu matimu".
Hadits ini menerangkan kepada orang-orang beriman bagaiman seharusnya ia berinteraksi dengan dunia, ini merupakan arahan dari Rasul saw kepada Ibnu Umar dan kepada orang beriman sesudah dia. Yaitu hendaknya mereka menjadikan diri mereka di dunia ini seperti seorang musafir,bukan saja seperti orang asing,karena bisa jadi orang asing (pendatang) lebih betah dari pada penduduk asli,maka Rasul saw mempertegas kembali hal tersebut dengan menyebutkan " Bahkan jadilah seperti seorang musafir".
Apa yang menjadi titik temu persamaan antara seorang muslim dan seorang musafir? Apakah harus menyendiri dari kehidupan manusia ? jawabannya tentunya tidak! Karena hal itu bukan maksud dari hadits tersebut, maka Ibnu Umar tidak mengasingkan dirinya dari masyarakat begitupula shahabat yang lain.
Namun yang dimaksud dengan hadits ini adalah sebagai berikut :
setiap orang yang tinggal di kampungnya bersama dengan keluarga dan saudara-saudaranya dengan terpenuhi segala keperluannya,maka orang ini akan merasa nyaman dan tidak terlalu membutuhkan kepada pertolongan Allah swt dalam kehidupannya. Sedangkan seorang musafir jauh dari hal-hal tersebut, maka ketergantungan dirinyan hanya kepada Allah swt dan sangat besar. Bahkan orang-orang yang tinggal di kampungnya ketergantungan dirinya kepada Allah juga bertingkat - tingkat sesuai dengan pekerjaan mereka masing-masing, tidak diragukan bahwa seorang petani ketergantungan hatinya kepada Allah swr lebih besar dibandingkan dengan seorang pegawai. Karena seorang petani dalam pekerjaannya sangat mengandalkan kondisi cuaca,serangan hama,proses pertumbuhan dan yang tidak kalah penting : Harga jual hasil panennya. Maka hatinya selalu tergantung kepada Allah swr. Karena apabila ada permasalahn dalam hal-hal yang disebutkan diatas maka akan merusak seluruh kerja-kerjanya. Begitu pula seorang murid, hatinya akan lebh besar lagi terganrtung kepada Allah pada waktu ujian di bandingkan pada waktu tahun ajaran baru. Jadi hadits ini mengajarkan kepada kita Agar hati kita selalu dalam kondisi tergantung dan berharap hanya kepada Allah swt.
Seorang Musafir dalam perjalanannya tidak membawa seluruh hartanya,kecuali yang ia perlukan dalam perjalanannya, dia tidak membawa perabotan rumahnya ,dia tidak membawa alat-alat tempat tidur dan perabot dapurnya. Bahkan ia tidak membawa seluruh pakaian dan bukunya. Karena apabila ia membawa itu semua akan menyebakan ia tidak bisa melanjutkan perjalannya ,atau paling tidak akan membuat dia lambat dalam meneruskan perjalannya. Begitu pula seorang mukmin wajib mengambil di dunia ini apa-apa yang bisa membantu dia dalam meraih kemenangan diakherat dan harus meninggalkan hal-hal yang dapat merusak kedudukannya disisi Allah atau mengganggunya untuk meraih kemenganan diakherat.
Seorang musfir tidak melihat jalan sebagai tujuan,namun dia melihat bahwa itu hanya sebuah sarana yang akan mengantarkannya menuju sebuah tujuan utamanya. Maka dia tidak mgnumpulkan seluruh yang mengagumkan dirinya dari tumbuh-tumbuhan dan bunga-bunga selama dia berjalan. Begitupula seorang mukmin dia harus berinteraksi dengan dunia sebgai sebuah sarana untuk mencapai tujuan yang besar yaitu bertemu dengan Allah swt dalam kondisi ridho dan diridhoi. Jangan dia jadikan dunia sebagai tujuan,karena dunia bukan tempat yang kekal,namun tempat yang akan hilang dan habis.
seorang musafir merasakan setiap langkah yang diayunkan dan setiap menit yang dilewatkan,berarti dia telah menjauh dari titik tolak perjalanannya yang pertama dan mulai mendekat ke titik akhir dari perjalanannya. Apabila berjalan dengan mobil misalkan dia merasakan bahwa dia telah melewati jarak sekian kilometer dan perjalanan tinggal tersisa sekian kilometer lagi. Begitupula seorang mukmin,setiap saat harus merasakan bahwa dia telah mendekat ketitik akhir dari perjalanannya di dunia ini. Dia telah mendekati kematian! Kalau dalam perjalanan seorang manusia didunia dari satu tempat ketempat yang lain dia bisa mengukur telah berapa jauh di bergerak dan tinggal berapa perjalannnya tersisa. Tidak bgitu dengan perjalanan umur,dalam masalah ini seorang manusia hanya mengetahui telah berapa lama ia berjalan namun dia tidak tahu kapan berakahir dan dimana berakhir. Maka ia harus selalu dalam kondisi siap siaga apabila perjalanan hidupnya berakhir,karena setiap manusia tidak tahu kapan dia bertemu dengan kematian. Inilah makna perkataan Ibnu Umar ra setelah dia menerima hadits " Apabila kamu berada dipagi hari janganlah menunggu sampai sore hari,apabila kamu berada di sore hari janganlah menunggu sampai pagi hari,dan gunakanlah kesehatan mu untuk mempersiapkan menghadapi masa sakit dan gunakanlah kehidupanmu sebelum datangnya kematian". Begitu dalam sebuah hadits Rasul saw menegaskan akan hal ini " Jagalah yang lima sebelum datangnya yang lima,pertama: hidupmu sebelum matimu,jagalah kesehatanmu sebelum datang waktu sakitmu,jagalah kekayaanmu sebelum datang masa fakirmu,gunakanlah waktu luangmu sebelum datang waktu sibukmu,"
Seorang Musafir ketika menempuh perjalanannya ia harus berhenti diterminal-terminal yang disitu ia mengisi perbekalannya,baik makanan maupun bahan bakar kendaraannya,kalau hal itu ia tidak lakukan maka ia tidak bisa melanjutkan perjalanannya. Begitu pula orang beriman harus selalu memenuhi dirinya dengan perbekalan agar ia dapat menempuh perjalanannya dengan baik. Dan perbekalan tersebut hanya di dapatkan diterminal ilmu dan ibadah serta bergaul dengan orang-orang shaleh. Dan tabiat perjalanan seorang manusia tak ubahnya seperti perjalanan seorang musafir yang tidak akan pernah sepi dari problematika, pakah problem cuaca yang kurang bersahabat,atau kendaraan yang rusak atau tubuh yang keletihan bahkan mungkin sakit. Begitupula orang beriman di Dunia ini pasti akan menghadapi berbagai macam ujian dan problem,terlebih orang yang berjalan menuju Hadirat Allah swt. Rasulullah dalam sebuah hadits mengungkapkan " Jalan menuju ke Neraka akan dihiasi dengan syahawat (Kenikmatan yag menipu) sebalik jalan menuju kesyurga akan dihiasi dengan Makarih (Hal-hal yang tidak disukiai oleh hawa nafsu). (HR.Bukhari). (QS,Al-Ankabut:2-3).

Tidak ada komentar