Wujud Kasih Sayang Rasulullah


Wujud Kasih Sayang Rasulullah

Akhlak Rasulullah saw.
Sebagaimana kita yakini, bahwa Nabi Muhammad saw, adalah Nabi dan Rasul terakhir yang diutus Allah swt kepada segenap umat manusia di kolong jagat raya ini. Beliau diutus dengan tugas menyampaikan risalah Islam sekaligus sebagai rahmatan lil'alamin (sebagai rahmat bagi seluruh alam semesta) yang penuh dengan contoh teladan utama. Wujud dari rahmatan lil'alaminnya itu ialah bahwa segala peraturan yang dibawanya, bukan hanya untuk kebahagiaan bangsanya (Arab) saja, tetapi juga untuk seluruh umat manusia secara umum. Norma-norma dan peraturan - peraturan itu diwujudkan dalam bentuk amal perbuatan, sedangkan akhlaknya berfungsi sebagai uswah hasanah (suri teladan yang baik) yang patut dicontoh oleh setiap pribadi muslim khususnya, dan oleh setiap umat manusia pada umumnya (QS Al Ahzab, 33:21)

Di dalam semua fase kehidupannya, beliau terkenal berbudi pekerti baik. tak ada perbuatan yang dituduhkan kepadanya sebagai celaan. Karena budi pekerti dan akhlaknya yang baik itu, sejak mudanya beliau telah mendapatkan gelar kehormatan dari kaumnya sebagai Al - Amin (yang jujur dan sangat dapat dipercaya).

Kehidupan dan pribadi beliau yang baik itu dijadikan Allah sebagai pola kehidupan yang harus ditiru oleh setiap manusia. Aisyah, istri Rasulullah, ketika ditanya tentang apa dan bagaimana akhlak dan budi pekerti Rasulullah, beliau menjawab bahwa akhlak Rasulullah adalah Al Quran. Oleh karenanya, maka rumah tangga yang baik, adalah yang berpola kepada rumah tangga Rasulullah.

Kepemimpinan yang baik dan ideal, adalah yang berpola kepada kepemimpinan Rasulullah. Ibadah yang baik dan benar berpola kepada yang dilakukan dan dicontoh oleh Rasulullah.

Ajaran Islam Bermuara Pada Akhlak
Risalah Islam yang dibawa Rasulullah, amal dan ajarannya demikian luas dan dalam. Tidak saja meliputi kehidupan umat manusia, tetapi juga menjangkau seluruh kehidupan isi jagat raya ini. Meskipun amalan dan ajarannya telah 14 abad dikaji dan dibahas oleh para cerdik cendikiawan, namun hingga kini keluasan dan kedalamannya masih belum terajuk oleh ilmu dan teknologi. Dan bila kita bertanya apa sebenarnya yang dikehendaki oleh ajaran Islam yang demikian luas dan dalam ini dari makhluk manusia ? maka jawabannya cukup sederhana saja, yakni bahwa Islam menghendaki agar manusia menjadi orang yang baik. dan orang yang baik itu ternyata ada pada akhlak yang mulia dan terpuji.

Maka untuk maksud dan tujuan itulah Muhammad Rasulullah saw, diutus kepermukaan bumi ini, sesuai dengan penegasannya :

"Bahwasanya aku diutus adalah untuk menyempurnakan akhlak atau budi pekerti yang mulia"

Bahkan dalam salah satu sabdanya yang lain, beliau pernah menegaskan, bahwa orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah orang yang paling mulia dan paling baik akhlaknya. Dengan demikian jelas bahwa semua ajaran dan amalan Islam bermuara pada akhlak yang mulia. Islam memandang bahwa akhlak yang mulia dan utama adalah sebagian dari iman, bahkan merupakan buahnya yang manis. Untuk itulah syariat Islam menggariskan perilaku perbuatan yang bernilai akhlak, dengan perintah - perintahnya.

Syariat Islam membina akhlak yang positif, sedangkan dengan larangan-larangannya, ia menjauhkan nilai-nilai negatif pada akhlak. Itulah sebabnya syari'at Islam selalu mengajak kepada amar bil-ma'ruf dan nahyi 'anil-munkar, memerintahkan kepada yang baik dan mencegah dari yang buruk. Oleh karenanya, bila manusia hidup dalam naungan syari'at, ia akan terdidik kehidupannya dalam nilai-nilai yang baik, serta senantiasa akan menghindari nilai-nilai buruk.

Wujud Kasih Sayang Rasulullah
Seluruh perilaku hidup Rasulullah saw sehari - harinya, merupakan contoh teladan bagi umat manusia. Beliaulah satu -satunya figur manusia yang memiliki pribadi dan akhlak yang mulia dan utama. Pribadi dan akhlaknya merupakan tumpuan yang memperteduh segala makhluk dunia dalam mencari rachmat Ilahi. Kehidupannya merupakan wujud citra yang paling tinggi dalam seluruh aspek kehidupan manusia, tutur bahasanya merupakan puncak segala budi bahasa, risalahnya adalah ujung segala cita-cita yang mulia.

Beliaulah insan kamil manusia paling sempurna dalam lingkungan kemanusiaan, merupakan himpunan dari segala keutamaan, Beliaulah Khatamul Anbiya wal-Mursalin.

Untuk mengetahui sejauh mana kelembutan, kehalusan dan kemuliaan akhlak beliau, terutama sifat kasih sayangnya yang mendalam dituturkan dalam sebuah riwayat sebagai berikut :

Pada suatu hari dimusim panas, beliau pergi kepasar untuk membeli qamis (baju panjang) yang terbuat dari kain wool kasar sebagai pengganti bajunya yang sudah usang. Beliau membawa uang sebanyak 8 dirham. Ketika sedang berjalan dilihatnya ada seorang jariah (budak wanita) di tepi jalan sedang menangis tersedu. Beliau hampiri anak itu, seraya menegur dengan kasih sayang : "Kenapa engkau menangis nak ?", budak wanita tadi menjawab "Aku disuruh majikanku kepasar untuk belanja makanan, aku dibekali uang 2 dirham namun uang itu hilang" jawabnya sambil terus menangis. "Sudah jangan menagis lagi, ini uang 2 dirham, ambilah sebagai pengganti uangmu yang hilang, pergilah belanja", "Terima kasih" kata budak wanita itu, seraya pergi meninggalkan Rasulullah. Rasulullah berpikir bahwa uangnya sudah berkurang 2 dirham, kini tinggal 6 dirham sudah pasti dengan uang tersebut tidak dapat lagi kain wool kasar, paling hanya untuk qamis kain katun. Kemudian beliau meneruskan perjalanan ke pasar dan membeli qamis seharga 4 dirham, dengan demikian masih tersisa 2 dirham, kemudian pulang.

Ditengah perjalanan pulang, Rasulullah mendengar seorang tua berseru ditepi jalan "Siapakah yang akan memberiku pakaian, semoga ia akan diberi Allah pakaian yang indah di sorga" Rasulullah mendekati orang tua itu dan melihat bahwa pakaian yang dipakainya sudah tidak layak lagi untuk dipakai. Maka beliau memberikan qamis yang baru dibelinya itu kepadanya. Selanjutnya Beliau pergi lagi ke pasar membeli pakaian seharga 2 dirham sesuai sisa uangnya, yang tentu kualitasnya lebih rendah dari sebelumnya kemudian beliau pulang dengan rasa puas.

Namun ditengah perjalanan pulang, bertemu dengan budak perempuan tadi dan sedang menangis pula "Apalagi yang engkau tangisi" kata Rasulullah "Uangmu yang hilang telah kuganti, dan engkau sudah belanja" budak itu menjawab "Aku terlalu lama pergi sehingga aku takut pulang, karena majikanku pasti memarahiku", "Oh, engkau jangan kuatir, pulanglah, aku akan mengantarmu sampai kerumah dan bertemu majikanmu" kata Rasulullah.

Budak perempuan itu lalu berjalan menuju rumah majikannya, sementara Rasulullah mengikutinya dari belakang. Setelah sampai, Rasulullah melihat kesekelilingnya sepi dan sunyi, maka beliau dengan suara yang keras berseru menyampaikan salam "Assalamu'alaikum warahmatullah". Tetapi tidak ada jawaban, diulanginya sampai tiga kali, baru ada jawaban dari dalam "Wa alaikumssalam warahmatullahi wa barakatuh". Apakah kalian tidak mendengar salamku " kata Rasulullah maka penghuni rumah menjawab "Kami mendengar ya Rasulullah, namun sengaja kami belum menjawabnya, sampai engkau mengulanginya 3 kali, agar doa yang engkau ucapkan kepada kami lebih banyak keberkatannya", "Baiklah kalau begitu, dan ini aku mengantarkan budak kalian pulang, ia tadi kehilangan uang belanjanya 2 dirham, dan aku telah menggantinya. dan aku harap agar kalian tidak memarahinya karena terlambat pulang" demikian Rasulullah menjelaskan.

"Ya Rasulullah" kata wanita pemilik budak itu, "karena engkau telah menolongnya dan telah melindunginya, maka budak ini sejak saat ini kami merdekakan, semoga senantiasa dalam lindungan Allah, berkat kasih sayangmu"

Tidak dapat dibayangkan betapa gembira dan terharunya hati Rasulullah setelah mendengar pernyataan itu, demikian pula sibudak itu.

Beliau sambil pulang menuju rumah, berseloroh dalam hatinya "Alangkah penuh berkahnya uang 8 dirham ini. Yang kehilangan uang dapat diganti, yang tak berpakaian dapat pakaian, yang ketakutan dapat tertolong, dan seorang budak dapat dimerdekakan, dan aku sendiri dapat membeli qamis"

Apa yang dikerjakan Rasulullah saw, ini patut menjadi cermin bagi kehidupan muslim dalam kesehariannya, lebih-lebih disaat krisis moneter yang sedang dialami oleh kita bangsa Indonesia ini.

Wallahun a'lam bishshawab.

Diambil dari :
Buletin Dakwah No 33 Thn XXV, oleh H. Abdullah Faqih S. Penerbit - Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia, Perwakilan Jakarta Raya, edisi Jum'at ke - 2, Agustus 1998 M.

Tidak ada komentar