AYAT-AYAT DAN HADITS-HADITS TENTANG SIFAT-SIFAT ALLAH

AYAT-AYAT DAN HADITS-HADITS TENTANG SIFAT-SIFAT ALLAH

Sifat : Al-Makru, Al-Kaid, Al-'Afwu, Al-Maghfirah, Al-Izzah Dan Al-Qudrah

[29]. Sifat Al-Makru (Makar) [30]. Al-Kaid (Tipu Daya)
 ٥٤. وَمَكَرُواْ وَمَكَرَ اللّهُ وَاللّهُ خَيْرُ الْمَاكِرِينَ
"Artinya : Mereka (orang-orang kafir itu) membuat makar, dan Allah membalas makar mereka. Dan Allah sebaik-baik pembuat makar." [Ali Imran : 54]
 ١٥. إِنَّهُمْ يَكِيدُونَ كَيْداً.  ١٦. وَأَكِيدُ كَيْداً 
"Artinya : Sesungguhnya mereka (orang-orang kafir itu) merencanakan tipu daya yang jahat dengan sebenar-benarnya. Dan Aku pun merencanakan tipu daya pula, dengan sebenar-benarnya." [Ath-Thariq : 15-16]
 ١٣. وَهُوَ شَدِيدُ الْمِحَالِ
"Artinya : Dan Dia-lah Dzat Yang Maha keras tipu daya-Nya." [Ar-Ra'd : 13]

Allah telah menetapkan bagi diri-Nya sifat-sifat yang tersebut dalam ayat-ayat tersebut, yaitu : Makar, Al-Kaid (tipu daya), dan Al-Mumahalah (tipu daya). Ini semua merupakan sifat Fi'liyah yang ada pada Allah, dengan makna yang sesuai dengan kebesaran dan keagungan-Nya. Namun, dari sifat-sifat Fi'liyah ini tidak boleh diambil nama, sehingga tidak boleh mengatakan : bahwa salah satu nama-Nya adalah Al-Makir (Maha Makar), atau Al-Kaaid (Yang Maha Menipu Daya), karena nama tersebut tidak disebutkan. Kita berhenti pada apa yang tersebut saja, yaitu bahwa Dia Subhanallahu wa ta'ala adalah sebaik-baik pembuat makar dan bahwa Dia merencanakan tipu daya terhadap musuh-musuh-Nya yang kafir itu. Jadi Allah mensifati diri-Nya dengan sifat makar dan menipu daya sebagai balasan, sebagaimana dalam firman-Nya :
 ٤٠. وَجَزَاء سَيِّئَةٍ سَيِّئَةٌ مِّثْلُهَا
"Artinya : Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa." [Asy-Syura : 40]

Sifat tersebut termasuk dalam kategori ini, yaitu menimpakan makar dan tipu muslihat kepada siapa yang layak, sebagai hukuman baginya. Allah Subhanahu wa Ta'ala telah mengakui untuk diri-Nya perbuatan-perbuatan, akan tetapi Dia tidak menamai diri-Nya dengan isim fa'il dari perbuatan-perbuatan tersebut. Misalnya : Araada, -menghendaki- , syaa'a, -menghendaki-, ahdatsa, -mengadakan- , akan tetapi Allah tidak menyebut diri-Nya dengan nama Asy-Syaa'i (Yang Menghendaki), Al-Murid (Yang Menghendaki), Al-Muhdits (Yang Mengadakan). Dia juga tidak menyebut diri-Nya dengan nama Ash-Shani' (Yang Membuat), Al-Fail (Yang Berbuat), Al-Mutqin (Yang Membuat dengan kokoh), dan nama-nama lain yang diambil dari perbuatan-perbuatan yang dinyatakan Allah sebagai perbuatan diri-Nya. Jadi, bab Af'al (perbuatan-perbuatan), lebih luas daripada bab Asma' (nama-nama). Tetapi, apa yang dinyatakan oleh Allah untuk diri-Nya, maka kitapun meyakininya, misalnya firman-Nya :
 ١٦. فَعَّالٌ لِّمَا يُرِيدُ
"Artinya : Maha Kuasa berbuat apa yang dikehendaki-Nya‌ [Al-Buruj : 16]
 ٨٨.  صُنْعَ اللَّهِ الَّذِي أَتْقَنَ كُلَّ شَيْءٍ
Artinya : Begitulah perbuatan Allah yang membuat dengan kokoh segala sesuatu." [An-Naml : 88]

[31]. Sifat Al-'Afwu (Memaafkan) [32]. Al-Maghfirah (Mengampuni) [34] Al-'Izzah (Mulia) Dan Al- Qudrah (Kuasa, Mampu)
 ١٤٩. إِن تُبْدُواْ خَيْراً أَوْ تُخْفُوهُ أَوْ تَعْفُواْ عَن سُوَءٍ فَإِنَّ اللّهَ كَانَ عَفُوّاً قَدِيراً
"Artinya : Jika kamu menyatakan sesuatu kebaikan, menyembunyikan, atau memaafkan suatu kesalahan (orang lain), maka sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Maha Kuasa." [An-Nisa' : 149]
 ٨. وَلِلَّهِ الْعِزَّةُ وَلِرَسُولِهِ وَلِلْمُؤْمِنِينَ
"Artinya : Padahal, kemuliaan hanyalah bagi Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang beriman." [Al-Munafiqun : 8]
 ٢٢. أَلَا تُحِبُّونَ أَن يَغْفِرَ اللَّهُ لَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَّحِيمٌ
"Artinya : Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." [An-Nur : 22]

Dalam ayat-ayat di atas, Allah Subhanallahu wa ta'ala menetapkan bagi diri-Nya sifat Al-'afwu (memaafkan), Al-maghfirah (mengampuni), Al-'Jzzah (mulia), dan Al-Qudrah (kuasa, mampu), karena itu kita pun meyakininya sebagai sifat Allah, dengan makna yang layak bagi-Nya, tidak ada satupun dari makhluk-makhluk-Nya yang menyerupai sifat-sifat tersebut.[1]

Foote Note.
[1]. Ar-Raudhah An-Nadiyah‌, hal.115, Al-Kawasyif Al-Jaliyah‌, hal.267, dan Mukhtashar Ash-Shawaiq Al-Mursalah Ala Al-Jahmiyahwal Mu'athilah‌, Ibnul Qayyim Al-Jauziyah II/31-35

Tidak ada komentar