Memanfaatkan Kesempatan Sekilas

Memanfaatkan Kesempatan Sekilas

Ungkapan judul di atas jauh dari pengertian yang mempunyai konotasi yang negatif: mempergunakan kesempatan dalam kesempitan. Ungkapan judul di atas tidak menjurus kepada konotasi yang negatif itu, melainkan ke arah yang positif, yang baik-baik.
Masih ingat pertemuan tiga tokoh di telaga Mawang? Lu'muka ri Antang attunu kaluru' battu ri saraungna (menyulut rokok pada titik air tudungnya), Datoka ri Pa'gentungang attunu kaluru' ri kila' ta'bebea (menyulut rokok pada kilat yang menyambar) dan Tuanta Salamaka attunu kaluru' irawa je'ne ri tamparang la'bayya Mawang (menyulut rokok ke dalam air telaga Mawang). Di balik cerita yang berbungkus mistik itu tersirat ibarat sebuah pesan yang penting dari pengarang "Pau-pauanna Tuanta Salamaka (Hikayat Tuan nan Selamat). Datoka ri Pa'gentungang adalah personifikasi seorang atau sekelompok orang, atau suatu bangsa yang sigap memanfaatkan sekilas peristiwa yang terlintas di depannya. Bangsa Indonesia telah memanfaatkan sekilas peristiwa kevakuman kekuasaan untuk memaklumkan proklamasi kemerdekaan.
Dalam skala yang kecil, yaitu perorangan Sir Isaac Newton tergolong di dalamnya. Dia memanfaatkan sekilas peristiwa jatuhnya appel dari pohonnya. Dia dapat menangkap makna appel yang jatuh itu dari segi fisika. Appel jatuh karena ditarik bumi. Bumi dan semua benda mempunyai kekuatan menarik. Inilah pangkal mula terungkapnya salah satu TaqdiruLlah yang mengontrol alam semesta: gravitasi. 
Bahkan ada seorang lain memanfaatkan sekilas peristiwa yang bukan nyata, melainkan dari mimpi. Jangan dikacaukan dengan penafsiran mimpi untuk menebak nomor perjudian SDSB. Orang itu bernama Singer, seorang tukang jahit. Menjelang akhir tahun bertumpuk pesanan jahitan untuk keperluan tahun baru. Dalam keadaan pusing bagaimana ia dapat menyelesaikan pesanan jahitan yang bertumpuk itu, ia bermimpi dikejar-kejar orang yang mengancamnya dengan tombak. Dalam mimpinya ia ingat betul melihat ujung tombak itu berlubang. Setelah terjaga esok paginya ia menangkap makna ujung tombak yang berlubang itu. Singer lalu membuat jarum bukan pada pangkalnya seperti yang lazim, melainkan pada ujungnya yang runcing seperti tombak berlubang itu. Dan inilah kisah awal mula mesin jahit Singer.
Sebenarnya setiap orang pernah mengalami pemanfaatan sekilas peristiwa ini sekurang-kurangnya untuk dirinya sendiri, di luar bidang bisnis dan politik, seperti Newton dan Singer itu. Saya juga mempunyai pengalaman memanfaatkan sekilas peristiwa dalam bidang pemahaman ayat Al Quran, untuk memenuhi hasrat kepuasan intektual. 
Di dalam kehidupan beragama ketenteraman batin dan kepuasan intelektual keduanya merupakan satu kesatuan. Bahkan, ketenteraman batin tidak mungkin akan tercapai puncaknya, jika kepuasan intelektual tidak terpenuhi, karena manusia itu adalah makhluk berpikir. Pribadi yang telah mencapai puncak ketenteraman batin disebut muthmainnah. Dialog antara Allah dengan Nabi Ibrahim AS memberikan gambaran yang jelas tentang ketenteraman qalbu harus didahului oleh terpenuhinya hasrat intelektual itu.
Wa idz qaala Ibrahiemu Rabbi arinie kayfa tuhyi lmautaa, qaala awalam tu'min, qaala balaa walaakin liyuthmainna qalbie artinya, Dan ingatlah ketika Ibrahim berkata: "Wahai Maha Pengatur, perlihatkan padaku bagaimana Engkau menghidupkan yang mati". (Allah) berkata: "apakah engkau tidak percaya?" Berkata (Ibrahim): "Saya percaya, hanya saja untuk menenteramkan qalbuku".
Dalam ayat di atas pernyataan Ibrahim "bagaimana Engkau menghiduupkan yang mati" adalah tuntutan hasrat kepuasan intelektualnya untuk mendapatkan ketenteraman (liyuthmainna) qalbunya. Orang yang telah mendapatkan ketenteraman qalbu melalui pemenuhan hasrat intelektual disebut "rusyd". 
***
Kembali kepada hal cerita tentang pengalaman saya memanfaatkan sekilas peristiwa dalam bidang pemahaman ayat Al Quran. Ada sebuah ayat yang penjelasannya dalam kitab-kitab tafsir yang sempat saya baca, belum memenuhi betul hasrat kepuasan inteketual saya. Yaitu S. Luqman, 29, yang bunyinya demikian: "Alam tara annaLlaaha yuwliju llayla fi nnahaari wa yuwliju nnahaara fi llayli", artinya: Tidakkah kamu perhatikan bahwa sesungguhnya Allah memasukkan malam ke dalam siang dan memasukkan siang ke dalam malam. Ada tafsir yang menjelaskan makna ayat itu dengan ayat pula: "Yukawwiru llayla 'ala nnahaari, wa yukawwiru nnahaara 'ala llayli." Kata yukawwiru dalam ayat di atas asal katanya kawwara artinya menggulung sorban. Jadi kata kuncinya menggulung. Maka arti ayat di atas itu: (Allah) Menggulung malam atas siang dan menggulung siang atas malam (S. Az Zumar 5). Jadi tafsirnya adalah: Terjadinya siang dan malam karena proses menggulung. Kita manusia yang ada di permukaan bumi bergerak menggulung mengikuti gerak perpusingan bumi pada sumbunya. Pada waktu kita berada pada permukaan bumi yang separuh kena cahaya matahari, maka itulah siang. Dan sebaliknya pada waktu kita berada pada separuh permukaan bumi yang gelap karena tidak kena cahaya matahari, itulah malam. 
Tafsir itu memang memenuhi hasrat kepuasan inteletual. Namu hanya untuk penjelasan S. Az Zumar 5 saja. Agak sukar kita terima untuk dijadikan pula penjelasan bagi S. Luqman 29 di atas itu. Tidak ada jembatan kesinambungan antara pengertian menggulung siang atas malam dengan memasukkan siang ke dalam malam. Artinya ada missing link diantara kedua pengertian menggulung dan memasukkan itu. 
Akhirnya saya memahami dengan puas makna ayat dalam S.Luqman 29 itu. Dan prosesnya sangat sederhana. Artinya bukan dengan jalan mengkaji kitab-kitab tafsir. Melainkan dengan memanfaatkan sekilas peristiwa, yang pada waktu itu saya dalam keadaan "relax". Pada musim panas di negeri Belanda tahun 1973, seorang Belanda manula, yang sama-sama menempati gedung pemukiman H.T.O. di Den Haag, menyapa saya dengan ucapan goeden avond yang berarti malam yang baik, atau selamat malam. Pada hal waktu itu matahari masih tinggi di atas ufuk, sekitar 30 derajat. Maklumlah di musim panas siang lebih panjang dari malam. Orang Belanda itu menyapa saya selamat malam pada hal hari masih siang. Buat saya inilah penjelasan memasukkan siang pada malam. 
Ya, selama ini sudah lama saya tahu dalam musim panas di daerah yang 4-musim, siang lebih panjang dari malam. Tetapi tidak pernah terpikirkan sebelumnya, bahwa inilah penjelasan S. Luqman 29. Sangat sederhana penjelasannya, dan memenuhi hasrat kepuasan intelektual saya. Sama dengan Newton, tentu sudah lama ia pernah menyaksikan buah yang jatuh, tetapi baru waktu berbaring bersantai menyaksikan appel jatuh, terus terlintas dipikirannya sebagai penjelasan tentang penyebab appel itu jatuh. Yaitu kekuatan menarik bumi, gravitasi. 
Ya, menyulut rokok pada kilat yang berkilas, seperti yang dilakukan oleh Datoka ri Pa'gentungang dalam "Pau-pauanna Tuanta Salamaka (Hikayat Tuan nan Selamat). Mendapatkan jawaban pertanyaan dalam keadaan relax, yang telah dipikrkan selama ini. WaLlahu a'lamu bishshawab.

Tidak ada komentar