Pergeseran Nilai Dalam Teknologi

Pergeseran Nilai Dalam Teknologi 

Dalam Seri 005 telah dijelaskan bahwa tidak ada yang bebas nilai, sampai kepada sains. Dalam Seri 017 ini akan diberikan sebuah ilustrasi bagaimana pergeseran nilai itu dalam teknologi. Teknik pendingin tradisional terbatas untuk menyejukkan air minum. Caranya sangat sederhana. Air minum dimasukkan dalam kendi ataupun bejana (gumbang, baranneng, bongki) yang terbuat dari tanah liat yang dibakar. Ingat, tidak boleh dari dari ferro-semen. Kendi atau bejana yang terbuat dari tanah liat yang dibakar itu penuh dengan lubang-lubag halus (pori-pori). Air dari dalam kendi meresap keluar, kemudian menguap. Untuk menguap perlu panas, dan panas diambil dari kendi dan air dalam kendi. Hasilnya air minum dalam kendi menjadi sejuk, enak diminum. 
Teknik pendingin moderen dapat dalam ruang lingkup laboratorium, dapat pula dalam ruang lingkup pabrik. Dalam laboratorium udara dapat dicairkan dengan alat yang menggunakan asas TaqdiruLlah yang disebut Efek Joule-Kelvin, yaitu proses penyempitan, bukan penguapan. Teknik pendingin semacam ini tidak memberikan nilai tambah pada udara yang sudah menjadi cair itu. Mengapa? Ongkos alat itu jauh lebih tinggi dari harga udara cair yang dihasilkannya. Jadi tidak dapat diproduksi dengan membuat pabrik pencairan udara dengan alat yang menggunakan asas Efek Joule-Kelvin tersebut, karena tentu saja tidak ada yang mau rugi. Seperti telah dijelaskan dalam Seri 011, bahwa teknologi adalah suatu proses yang memberikan nilai tambah pada suatu barang / komoditi. Teknik pendingin yang berasaskan Efek Joule-Kelvin itu tidak dapat meningkat pada taraf teknologi, karena teknik pendingin semacam itu tersebut seperti dijelaskan di atas tidak dapat memberikan nilai tambah. 
Teknik pendingin moderen yang dapat meningkat menjadi teknologi, karena dapat memberikan nilai tambah, memakai asas penguapan benda cair yang istilah canggihnya fluida. Jadi asasnya sama dengan teknik pendingin yang tradisional air dalam kendi tersebut di atas. Fluida atau cairan pendingin ini yang menjadi fokus pembicaraan menyangkut judul di atas. Cairan pendingin yang pada waktu menguap menyerap panas ini, dalam dunia teknik dikenal dengan istilah refrigeran primer. Disebut dengan primer karena ikut terlibat dalam proses thermodinamis, menguap (menyerap panas) dan mengembun (melepas panas). Alat pengkondisian udara (air conditioning, AC) yang komponennya bertugas menguapkan refrigeran primer (disebut evaporator, penguap) yang menyedot panas tersebut diperhadapkan pada ruang yang didinginkan, sedangkan komponen pengembun (kondensor) yang melepas panas diperhadapkan dengan udara luar. Semua orang tentu pernah merasakan panasnya bagian luar AC ini, apabila berdiri dekat-dekat AC ini pada bagian luar ruangan. Itulah sebabnya alat pendingin itu disebut pula dengan pompa kalor (pompa panas), tergantung nawaitu pemanfaataanya, mau mendinginkan (AC) atau memanaskan ruangan (heater). 
Refrigeran primer yang paling banyak dipakai adalah senyawa kimiawi dari golongan hidrokarbon-fluorine, yang nama dagangnya disebut Freon. Yang juga dikenal dalam mas media dengan istilah CFC (Khlor, Fluor, Karbon). Mengapa CFC ini paling disenangi untuk dipakai ialah karena sifat-sifatnya yang serba menguntungkan. Ditinjau dari segi keselamatan, senyawa CFC ini stabil jadi tidak gampang terbakar dan tidak beracun. 
Disenangi karena stabil! Inilah yang mendatangkan bencana. Dalam S. Al Baqarah ayat 216, Allah berfirman: Wa 'asaa an tuhibbuw syaian wa huwa syarru-llakum, yang artinya: Boleh jadi kamu senang pada sesuatu, ternyata buruk bagimu. Karena CFC itu stabil, tidak mudah bereaksi dengan zat-zat lain maka CFC juga dipakai sebagai fluida untuk menekan cairan pengharum dalam tabung semprot-semprot. Akibatnya karena stabilnya itu terjadilah globalisasi CFC. Karena ringan CFC membubung ke atas ke daerah lapisan atmosfer bumi yang disebut dengan stratosfer. Di stratosfer inilah Allah dengan RahmatNya menempatkan lapisan ozon yang melindungi kita dari fraksi sinar ultra lembayung dari sinar matahari penyebab kanker kulit. Tidaklah berarti ozon itu menahan semua sinar ultra lembayung itu, tetapi yang lepas intensitasnya kecil, dan makin ke permukaan bumi intensitasnya bertambah-tambah kecil, sehingga terletak di bawah (N)ilai (A)mbang (B)atas dari bahaya penyebab kanker kulit. Juga dekat permukaan bumi sinar ultra lembayung yang kecil intensutasnya itu tidak mampu untuk mengobrak-abrik ikatan senyawa CFC yang mengglobal itu. Namun lain halnya setelah CFC yang membubung ke stratosfer itu tiba dekat lapisan ozon. Di sana intensitas sinar lltra lembayung yang walaupun telah ditahan sebahagian besar oleh lapisan ozon, masih cukup kuat untuk mengobrak abrik ikatan CFC itu. Pada mulanya sebenarnya tidak banyak jumlahnya yang diobrak-abrik. Namun zat Fluor yang dilepas bebas dari ikatan CFC itu melahap lapisan ozon. 
Pada mulanya tidak banyak ozon yang dilahap fluor. Akan tetapi dengan adanya lapisan ozon yang dilahap sedikit itu, maka di tempat lahapan itu bertambahlah sinar ultra lembayung yang lepas. Bertambah pula jumlah fluor yang lepas, maka bertambah pula ozon yang dilahap, dan demikianlah seterusnya. Terjadilah umpan balik positif (positive feedback), maksudnya saling memacu. Dan itulah yang terjadi sekarang, yang baru disadari oleh ummat manusia pada pertengahan tahun 1970-an. Ozon makin lama makin besar robeknya, karena proses umpan balik positif itu: Bertambah robek ozon, bertambah banyak ultra lembayung yang lepas, bertambah banyak Fluor yang lepas dari CFC, dan seterusnya, dan seterusnya, saling memacu sehingga makin lama ozon makin robek. 
Inilah pergeseran nilai dalam teknologi. Sebelum pertengahan tahun 1970-an disenangi, ternyata kemudian baru terungkap bahayanya bagi ummat manusia. Wa 'asaa an tuhibuw syaian wa huwa syarru-llakum. WaLlahu a'lamu bishshawab. 

Tidak ada komentar