Syukur menuju kehidupan makmur

Paling tidak, ada beberapa faktor yang menyebabkan orang itu terjerumus ke dalam keserakan dan kehilangan ketenangan bathin dalam menjalanin kehidupan ini, Pertama, ibadah yang dilaukan tidak seimbang dengan waktu yang dipakai untuk beribadah kepada Allah, sehingga kreasi yang tercipta selalu menjadi bahan untuk bermegah-megahan kepada manusia yang lain, dan tanpa disadari sedikit-demi sedikit akan menimbulkan antipati dari masyarakat lain karena kesombongan dan keberhasilannya itu. Perasaan yang demikian akhirnya akan menimbulkan keresahan sifat egois, dan tidak manusiawi dalam memperlakukan orang lain, jika telah tertanam ketidakadilan maka orang yang demikian ini akan berakibat perpecahan dan keretakan jalinan hubungan sosial dalam sebuah masyarakat.

Kedua, pendapatan yang diperoleh tidak seimbang dengan sedekah dikeluarkan, dalam kondisi yang demikian ini, semakin banyak nikmat yang diperoleh semakin kikir pula terhadap tetangga, dan semakin banyak harta yang yang didapat maka semakin sombong pula suasana ruang bathinnya, karena dia menyangka bahwa itu hanyalah semata-mata dari hasil rekayasanya sendiri, orang yang seprti ini tidak pernah mengira kalau keberhasilan yang ia capai ada campur tangan dari karunia Allah swt, dan melalui tangannya rizki orang-orang tak mampu dilewatkan melalui usahanya itu. Ia akan haus dan selalu berburu harta dalam hidupnya tanpa memperdulikan tetangga yang merengek-rengek minta dikasihani dan serba kekurangan dalam kesehariannya. Anjuran agama untuk menolong orang lain tidak pernah hinggap dalam pendengaran meraka. telinga tidak mempunyai fungsi untuk mendengarkan nasehat keagamaan.

Ketiga, bertambahnya ilmu tidak diiringi dengan bertambahnya kasih sayang terhadap sesama, akbitnya semakin banyak kemampuan yang didapat, maka semakin pandai pula dalam berbuat culas, curang, dan menipu terhadap orang-orang yang tingkat keilmuannya masih dibawah level-nya, dengan kepandaiannya semakin lincah mempermainkan hukum, dengan kepandaiannya, semakin pandai pula cara memakan harta orang lain, tetangga atau negara. Hal ini, terbukti dengan munculnya sederet nama-nama koruptor ulung di negara kita ini, bukan dari kalangan orang-orang yang bodoh, tetapi mereka muncul dari orang-orang yang benar-benar memahami peta perpolitikan dan peta perekonomian bangsa, sehingga rakyat menjerit dan meronta untuk berunjuk rasa agar mereka diberi hukuman yang setimpal dengan kesalahan yang mereka perbuat. Tetapi acap kali kepadaiannya itu dipakai untuk melepaskan diri dari jeratan hukum yang akan menimpanya.

Tidak ada komentar