Bersegera Memenuhi Seruan Allah dan Rasul-Nya


Bersegera Memenuhi Seruan Allah dan Rasul-Nya
Segala puji hanya untuk Allah Ta'ala, shalawat serta salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad Shalallahu’alaihi wa sallam beserta keluarga dan seluruh sahabatnya.

قال الله تعالى: ﴿ يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱسۡتَجِيبُواْ لِلَّهِ وَلِلرَّسُولِ إِذَا دَعَاكُمۡ لِمَا يُحۡيِيكُمۡۖ وَٱعۡلَمُوٓاْ أَنَّ ٱللَّهَ يَحُولُ بَيۡنَ ٱلۡمَرۡءِ وَقَلۡبِهِۦ وَأَنَّهُۥٓ إِلَيۡهِ تُحۡشَرُونَ ٢٤﴾ [الأنفال: 24] 
Hai orang-orang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu, dan ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan hatinya, dan sesungguhnya kepada -Nyalah kamu akan dikumpulkan [Al-Anfal/8:24]






TAFSIR AYAT.
Kewajiban Memenuhi Seruan Allah Dan Rasul-Nya.

﴿ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اسْتَجِيبُوا لِلَّهِ وَلِلرَّسُولِ إِذَا دَعَاكُمْ لِمَا يُحْيِيكُمْ ﴾
Hai orang-orang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu »

Pada ayat ini, Allah Azza wa Jalla memerintahkan hamba -Nya kaum Mukminin melalui keimanan yang ada pada mereka, yakni perintah untuk istijabah (memenuhi seruan) Allah Azza wa Jalla dan Rasul -Nya. Maksudnya, hendaknya mereka tunduk terhadap perkara yang diperintahkan dan bersegera menjalankannya, serta mendakwahkannya, dan menjauhi perkara yang dilarang Allah dan Rasul -Nya serta menahan diri dari perkara itu.
Imam ath-Thabari rahimahullah mengatakan, “Penuhilah seruah Allah dan Rasul -Nya dengan menjalankan amalan ketaataan jika Rasul menyeru kalian kepada sesuatu yang memberi kehidupan kepada kamu yang berupa al-haqq (kebenaran)”. Sementara Imam al-Bukhari rahimahullah mengatakan, “(Penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu) kepada suatu yang memperbaiki (keadaan) kalian”.
Semua seruan Allah Azza wa Jalla dan Rasul -Nya mempunyai kandungan yang dapat menghidupkan hati dan jiwa. Hal ini lantaran hidupnya hati dan jiwa tiada disebabkan oleh ‘ubudiyyatullah (penghambaan diri kepada Allah Azza wa Jalla), selalu taat kepada -Nya, taat kepada Rasul -Nya secara kontinyu.
Bahaya Berpaling Dari Seruan Allah Azza Wa Jalla Dan Rasul -Nya
﴿ وَٱعۡلَمُوٓاْ أَنَّ ٱللَّهَ يَحُولُ بَيۡنَ ٱلۡمَرۡءِ وَقَلۡبِهِۦ وَأَنَّهُۥٓ إِلَيۡهِ تُحۡشَرُونَ ٢٤
«  dan ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan hatinya « .

Selanjutnya, Allah Azza wa Jalla memperingatkan bahaya dari tindakan menolak atau melecehkan perintah Allah Azza wa Jalla dan Rasul
-Nya. Perintah agar bersegera menyambut perintah Allah Azza wa Jalla dan Rasul -Nya untuk mengantisipasi saat-saat kemungkinan seorang hamba tidak sanggup melakukannya karena Allah Azza wa Jalla telah menghalang-halangi hati untuk tunduk. Baik oleh faktor kematian maupun kerusakan atau sesatnya hati sebagai dampak dari perbuatan maksiat maupun sikap i’radh (keengganan untuk taat). Pada akhirnya, hati seperti ini akan mengalami perubahan pandangan dan kehilangan sensivitasnya, tidak mengenal kebaikan dan tidak mengingkari kemungkaran, atau membenci kebaikan dan menyukai kejelekan.
Bila seseorang berpaling dari seruan Allah Azza wa Jalla , padahal kondisi sangat mendukung, maka tidak berapa lama Allah Azza wa Jalla akan menghalangi hatinya sehingga tidak memperoleh taufik untuk menyambut seruan Allah Shubhanahu wa ta’alla meskipun menginginkannya. Itu tiada lain akibat efek buruk dari sikap berpaling yang ada pada diri mereka di permulaan. Simaklah firman Allah Azza wa Jalla :

قال الله تعالى: ﴿ فَلَمَّا زَاغُوٓاْ أَزَاغَ ٱللَّهُ قُلُوبَهُمۡۚ وَٱللَّهُ لَا يَهۡدِي ٱلۡقَوۡمَ ٱلۡفَٰسِقِينَ ٥﴾ [ الصف: 5 ] 
Maka tatkala mereka berpaling (dari kebenaran), Allah memalingkan hati mereka [ash-Shaff /61:5].

Imam al-Bukhari rahimahullah meriwayatkan dari Abu Sa’id bin al-Mu’alla Radhiyallahu anhu : ia berkata: “Pernah aku sedang shalat. Kemudian melewatiku dan memanggilku, namun aku tidak memenuhi panggilnannya sampai aku menyelesaikan shalat. (Usai shalat), baru aku mendatangi beliau. Beliau berkata, “Apa yang menghalangi dirimu untuk datang?. Bukankah Allah berfirman, “Hai orang-orang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu”. Kemudian beliau bersabda, “Aku akan benar-benar mengajari engkau surat paling agung dalam al-Qur`an sebelum engkau keluar (masjid). Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam berjalan keluar. Aku pun mengingatkannya. Beliau mengatakan, “(Surat paling agung dalam al-Qur`an) adalah alhamdulillahi rabbil ‘alamin. Ia adalah sab’ul matsani (surat al-Fatihah) [HR. al-Bukhari no. 4647].
Imam as-Suyuthi rahimahullah dalam al-Khashaish al-Kubra (2/253) menyatakan, bab bahwa orang yang shala, ia wajib memenuhi panggilan Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika menyerunya dan itu tidak menyebabkan shalatnya batal. Mungkin akan ada orang yang bertanya-tanya dengan keheranan, " Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah meninggal dan tidak kembali ke dunia lagi. Beliau tidak akan menyeru seorang pun dari kita saat kita sedang mengerjakan shalat, mengapa nash-nash ini tetap disampaikan padahal tidak ada kepentingannya?"
Maka jawabannya, kalau Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mencela orang yang tidak memenuhi panggilan beliau padahal sedang dalam shalatnya, maka dapat diketahui tidak ada udzur lagi bagi siapa saja yang menolak memenuhi perintah beliau dan berani menyelisih larangan beliau.
Mengingat pentingnya keteguhan hati di atas ketaatan kepada Allah Azza wa Jalla, secara khusus Syaikh ‘Abdur Rahman as-Sa’di rahimahullah menekankan pentingnya seorang Mukmin memohon kepada Allah Azza wa Jalla agar menetapkan dan meneguhkan hatinya di atas agama -Nya. Beliau mengatakan, “Hendaknya seorang hamba memperbanyak doa.

« يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِيْ عَلَى دِيْنِكَ  »
Wahai Dzat Yang Membolak-balikkan kalbu, teguhkanlah hatiku di atas agama -Mu.

« يَا مُصَرِّفَ الْقُلُوبِ اصْرِفْ قَلْبِيْ إِلَى طَاعَتِكَ  »
Wahai Dzat Yang Membolak-balikkan kalbu, condongkahlah hatiku kepada ketaatan kepada-Mu.

« وَأَنَّهُ إِلَيْهِ تُحْشَرُونَ »
 Dan sesungguhnya kepada-Nyalah kamu akan dikumpulkan.

Allah Azza wa Jalla sangat berkuasa terhadap hati manusia.
-Dia lebih memilikinya daripada manusia itu sendiri. Kepada –Nya lah tempat kembali mereka di hari Kiamat. Allah Azza wa Jalla akan menyempurnakan balasan semua amalan. Orang yang berbuat baik dibalas kebaikannya dan orang yang jelek dibalas berdasarkan kejelekannya. Karena itu, kata Imam ath-Thabari, "Bertakwalah kepada -Nya dan merasalah selalu dilihat oleh -Nya dalam seluruh perkara yang di perintahkan dan yang dilarang, jangan sampai kalian sia-siakan. Janganlah kalian menolak seruan Rasul -Nya ketika menyeru kalian kepada sesuatu yang memberi kehidupan bagi kalian. Akibatnya akan mendatangkan kemurkaan -Nya dan kalian mendapatkan siksa -Nya yang pedih ketika dikumpulkan kepada -Nya di hari Kiamat".
Orang yang mengetahui bahwa dirinya akan dikumpulkan di hadapan Allah Azza wa Jalla, bagaimana mungkin akalnya bisa menerima, dirinya selalu mendengar seruan -Nya berupa perintah atau larangan dari -Nya, akan tetapi ia membiarkan dirinya tetap berpaling dari -Nya.

PELAJARAN DARI AYAT:
1.     Kewajiban menyambut seruan Allah Azza wa Jalla dan Rasul-Nya dengan menjalankan perintah dan menjauhi larangan, karena itu merupakan faktor penyebab hidupnya seorang Muslim.
2.     Keharusan memanfaatkan kesempatan untuk melakukan kebaikan sebelum hilang.
3.     Pentinya memohon keteguhan hati di atas iman, karena hati berada di tangan Allah Azza wa Jalla, Allah Azza wa Jalla membolak-balikkan sesuai dengan kehendak -Nya. Wallahu a'lam



Tidak ada komentar