Beginikah Kondisi Umat



Beginikah Kondisi Umat
Segala puji hanya bagi Allah Shubhanahu wa ta’alla, kami memuji -Nya, memohon pertolongan dan ampunan kepada -Nya, kami berlindung kepada -Nya dari kejahatan diri-diri kami dan kejelekan amal perbuatan kami. Barangsiapa yang Allah Shubhanahu wa ta’alla beri petunjuk, maka tidak ada yang dapat menyesatkannya, dan barangsiapa yang Allah Shubhanahu wa ta’alla sesatkan, maka tidak ada yang dapat memberinya petunjuk.
Aku bersaksi bahwasanya tidak ada ilah yang berhak diibadahi dengan benar kecuali Allah Shubhanahu wa ta’alla semata, yang tidak ada sekutu bagi -Nya. Dan aku juga bersaksi bahwasannya Nabi Muhammad adalah hamba dan Rasul -Nya. Amma Ba'du: Pembahasan ini masih berkaitan tentang pertanyaan yang muncul ketika melihat kemunduran yang menimpa umat Islam sekarang ini, yaitu:
Apakah musibah yang menimpa umat karena memang tidak ada obat manjur yang mampu mengangkat pangkal penyakitnya? Ataukah musibah yang menimpanya disebabkan tidak adanya dokter mumpuni yang mampu untuk mendeteksi penyakit secara berkala? Ataukah musibah ini menimpa dikarenakan faktor tidak mempannya obat yang telah dikonsumsinya?
Adapun yang pertama tidak diragukan lagi, sudah ada solusinya, karena obat penawar sejatinya sudah ada dan hasilnya pun dijamin manjur, dengan catatan bagus cara mengambilnya, dan tepat dalam mengkonsumsinya. Yaitu seperti telah disinggung oleh Allah ta'ala didalam firman -Nya:

قال الله تعالى: ﴿ قَدۡ جَآءَكُمۡ رَسُولُنَا يُبَيِّنُ لَكُمۡ كَثِيرا مِّمَّا كُنتُمۡ تُخۡفُونَ مِنَ ٱلۡكِتَٰبِ وَيَعۡفُواْ عَن كَثِيرۚ قَدۡ جَآءَكُم مِّنَ ٱللَّهِ نُور وَكِتَٰب مُّبِين ١٥ يَهۡدِي بِهِ ٱللَّهُ مَنِ ٱتَّبَعَ رِضۡوَٰنَهُۥ سُبُلَ ٱلسَّلَٰمِ وَيُخۡرِجُهُم مِّنَ ٱلظُّلُمَٰتِ إِلَى ٱلنُّورِ بِإِذۡنِهِۦ وَيَهۡدِيهِمۡ إِلَىٰ صِرَٰط مُّسۡتَقِيم ١٦ [ المائدة: 15-16]
"Sesungguhnya telah datang kepadamu Rasul Kami, menjelaskan kepadamu banyak dari isi Al kitab yang kamu sembunyi kan, dan banyak (pula yang) dibiarkannya. Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan kitab yang menerangkan. Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keridhaan -Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizing -Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus".  (QS al-Maa-idah: 15-16).

Demikian pula ketika Allah ta'ala menyatakan
قال الله تعالى: ﴿ وَنُنَزِّلُ مِنَ ٱلۡقُرۡءَانِ مَا هُوَ شِفَآء وَرَحۡمَة لِّلۡمُؤۡمِنِينَ وَلَا يَزِيدُ ٱلظَّٰلِمِينَ إِلَّا خَسَارا ٨٢ [ الإسراء: 82]
"Dan Kami turunkan dari al-Qur'an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan al-Qur'an itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian".  (QS al-Israa': 82).

Kitab suci al-Qur'an yang terkandung didalamnya sebagai penjelas segala sesuatu, pembeda segala sesuatu, mengabarkan berita dari generasi pertama sampai yang terakhir, tentang penciptaan langit dan bumi. Kitab yang terpancar dari dalamnya cahaya dan petunjuk, rahmat dan obat. Maka marilah kita coba banyak mengambil manfaat darinya!?
Kitab Allah tabaraka wa ta'ala yang tersimpan didalamnya berita dari generasi sebelum kalian, dan kabar orang-orang setelah kalian, terkandung hukum untuk kalian, sebagai kitab yang membedakan bukan omong kosong, maka barangsiapa yang meninggalkannya karena kesombongannya niscaya Allah Shubhanahu wa ta’alla binasakan dirinya, dan barangsiapa mencari hidayah melalui perantara selain kitab suci ini niscaya Allah Shubhanahu wa ta’alla akan sesatkan dirinya.
Kitab suci yang diturunkan sebagai tali Allah Shubhanahu wa ta’alla yang sangat kuat, pengingat yang arif, serta pemberi petunjuk pada shirotol mustaqim. Kitab suci yang tidak timpang terhadap hawa nafsu, yang membikin para ulama selalu merasa kurang untuk terus menggali makna  yang terkandung didalamnya, tidak diciptakan dengan banyak celaan, tidak pernah habis keajaibannya, barangsiapa berbicara dengannya niscaya dirinya akan jujur, barangsiapa berhukum padanya niscaya dia akan berlaku adil, dan bagi siapa yang mencoba membantahnya niscaya dirinya akan terkalahkan, dan barangsiapa mengajak kepada ajarannya niscaya akan diberi petunjuk kepada jalan yang lurus.
Itulah al-Qur'anul Karim, dimana Allah Shubhanahu wa ta’alla menyatakan didalam firman -Nya:

قال الله تعالى: ﴿ وَإِنَّهُۥ لَكِتَٰبٌ عَزِيز ٤١ لَّا يَأۡتِيهِ ٱلۡبَٰطِلُ مِنۢ بَيۡنِ يَدَيۡهِ وَلَا مِنۡ خَلۡفِهِۦۖ تَنزِيل مِّنۡ حَكِيمٍ حَمِيد ٤٢ [ فصلت: 41-42]
"Dan sesungguhnya al-Qur'an itu adalah kitab yang mulia. Yang tidak datang kepadanya (al-Qur'an) kebatilan baik dari depan maupun dari belakangnya, yang diturunkan dari Rabb yang Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji". (QS Fush Shilat: 41-42).
Sebuah kitab suci yang tidak datang kepadanya kebatilan dari arah manapun, dimana Allah Shubhanahu wa ta’alla telah menantang seluruh makhluk baik dari kalangan jin maupun manusia untuk mendatangkan yang serupa dengan al-Qur'an, maka tidak ada seorangpun diantara mereka yang sanggup untuk membuatnya dan pasti tidak akan bisa walaupun mereka saling bersekutu. Seperti ditegaskan oleh Allah ta'ala didalam firman -Nya:

قال الله تعالى: ﴿ قُل لَّئِنِ ٱجۡتَمَعَتِ ٱلۡإِنسُ وَٱلۡجِنُّ عَلَىٰٓ أَن يَأۡتُواْ بِمِثۡلِ هَٰذَا ٱلۡقُرۡءَانِ لَا يَأۡتُونَ بِمِثۡلِهِۦ وَلَوۡ كَانَ بَعۡضُهُمۡ لِبَعۡض ظَهِيرا ٨٨ [ الإسراء: 88]
"Katakanlah: "Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa al-Qur'an ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan dia, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain". (QS al-Israa': 88).

Dan manakala makhluk diciptakan dengan keadaan bisa menidap penyakit maka Allah Shubhanahu wa ta’alla menurunkan bagi mereka obat penawar dan memberi kemudahan, untuk itu bagi mereka, kemudian berjanji untuk menjaganya dan tidak mungkin hilang dari mereka, itulah al-Qur'an, dimana Allah menyatakan didalam firman -Nya:

قال الله تعالى: ﴿ إِنَّا نَحۡنُ نَزَّلۡنَا ٱلذِّكۡرَ وَإِنَّا لَهُۥ لَحَٰفِظُونَ ٩[ الحجر: 9]
"Sesungguhnya Kami -lah yang menurunkan al-Qur'an, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya". (QS al-Hijr: 9).

Maka al-Qur'an adalah obat dari segala macam jenis penyakit, baik penyakit syahwat maupun penyakit syubhat. Allah ta'ala menyatakan didalam firman -Nya:

قال الله تعالى: ﴿ قُلۡ هُوَ لِلَّذِينَ ءَامَنُواْ هُد ى وَشِفَآءۚ ٤٤   [ فصلت: 44]
"Katakanlah: "Al-Qur'an itu adalah petunjuk dan penawar bagi orang-orang mukmin". (QS Fushshilat: 44).

Ini solusi pertama berkaitan tentang penyakit dan obatnya. Kemudian bagaimana dengan dokter dan pasiennya?
Sesungguhnya problem yang ada di kedua masalah tadi betul-betul tidak mudah terdeteksi. Karena bisa jadi dokternya juga sakit, sedangkan pasiennya merasa kalau dirinya bugar, sehal wal afiat, lalu kapan keduanya bisa bertemu? Dan jika keduanya bertemu apakah keduanya bisa mengambil faidah satu sama lain guna menghilangkan masalahnya, dan bisa sembuh dari sakitnya? Kita menyadari betapa banyak orang yang sakit tapi masih sedikit dokter yang bisa  menanganinya!
Apakah para dokter merasa kalau tanggung jawab berada di pundak mereka untuk mengatasi para pasien tadi, dengan mengajak pada kebaikan, menyuruh pada perkara yang ma'ruf dan mencegah mereka dari perkara mungkar? Bukankah Allah Shubhanahu wa ta’alla telah menyinggung hal itu didalam firman -Nya:

قال الله تعالى: ﴿ وَلۡتَكُن مِّنكُمۡ أُمَّة يَدۡعُونَ إِلَى ٱلۡخَيۡرِ وَيَأۡمُرُونَ بِٱلۡمَعۡرُوفِ وَيَنۡهَوۡنَ عَنِ ٱلۡمُنكَرِۚ وَأُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡمُفۡلِحُونَ ١٠٤ [ آل عمران: 104]
"Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung". (QS al-Imraan: 104).

Apakah sang dokter merasa yakin dengan keagungan risalah yang dipegangi agar dirinya bekerja dengan penuh keikhlasan dan datang pada masa yang tepat? Allah Shubhanahu wa ta’alla menyatakan didalam firman -Nya:

قال الله تعالى: ﴿ وَمَنۡ أَحۡسَنُ قَوۡلا مِّمَّن دَعَآ إِلَى ٱللَّهِ وَعَمِلَ صَٰلِحا وَقَالَ إِنَّنِي مِنَ ٱلۡمُسۡلِمِينَ ٣٣ [ فصلت: 33]
"Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: "Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang menyerah diri?".  (QS Fushshilat: 33).

Apakah secara pribadi seorang alim merasa dirinya siap serta bersemangat untuk bertempur di medan dakwah untuk mengajak umat pada kebaikan, menyelamatkan mereka dari kegelepan menuju cahaya yang terang benderang, dari kerusakan menuju kebaikan, dari kebodohan menuju ilmu, dari keraguan menuju keyakinan, dari kesesatan  menuju jalan yang lurus? Dimana Allah Shubhanahu wa ta’alla menegaskan didalam firman -Nya:

قال الله تعالى: ﴿ قُلۡ هَٰذِهِۦ سَبِيلِيٓ أَدۡعُوٓاْ إِلَى ٱللَّهِۚ عَلَىٰ بَصِيرَةٍ أَنَا۠ وَمَنِ ٱتَّبَعَنِيۖ وَسُبۡحَٰنَ ٱللَّهِ وَمَآ أَنَا۠ مِنَ ٱلۡمُشۡرِكِينَ ١٠٨ [ يوسف: 108]
"Katakanlah: "Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha suci Allah, dan aku bukan termasuk orang-orang yang berbuat kesyirikan". (QS Yusuf: 108).

Dan Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam juga pernah menjelaskan keutamaan mengajak orang dalam kebaikan dalam sabdanya:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « لَأَنْ يُهْدَى بِكَ رَجُلٌ وَاحِدٌ خَيْرٌ لَكَ مِنْ حُمْرِ النَّعَمِ » [أخرجه البخاري ومسلم]
"Sungguh engkau menjadi perantara seseorang mendapat hidayah dari Allah itu lebih baik bagimu dari pada harta yang paling mewah sekalipun". HR Bukhari no: 3009. Muslim no: 2406.

Apakah seorang alim telah menyadari jika dirinya akan bertanggung jawab dihadapan Rabbnya kelak tentang ilmu yang dimilikinya yang sudah diamalkan? Allah Shubhanahu wa ta’alla menyatakan didalam firman -Nya:

قال الله تعالى: ﴿ مَا كَانَ لِبَشَرٍ أَن يُؤۡتِيَهُ ٱللَّهُ ٱلۡكِتَٰبَ وَٱلۡحُكۡمَ وَٱلنُّبُوَّةَ ثُمَّ يَقُولَ لِلنَّاسِ كُونُواْ عِبَادٗا لِّي مِن دُونِ ٱللَّهِ وَلَٰكِن كُونُواْ رَبَّٰنِيِّ‍ۧنَ بِمَا كُنتُمۡ تُعَلِّمُونَ ٱلۡكِتَٰبَ وَبِمَا كُنتُمۡ تَدۡرُسُونَ ٧٩ [ آل عمران: 79]
"Tidak wajar bagi seseorang manusia yang Allah berikan kepadanya al-Kitab, hikmah dan kenabian, lalu dia berkata kepada manusia: "Hendaklah kamu menjadi penyembah-penyembahku bukan penyembah Allah." akan tetapi (dia berkata): "Hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani, karena kamu selalu mengajarkan Al kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya". (QS al-Imraan: 79).

Apakah ilmunya sudah diamalkan? Apakah telah disampaikan atau justru disembunyikan? Allah Shubhanahu wa ta’alla mengancam bagi mereka yang punya ilmu namun disembunyikan dengan firman -Nya:
قال الله تعالى: ﴿ إِنَّ ٱلَّذِينَ يَكۡتُمُونَ مَآ أَنزَلۡنَا مِنَ ٱلۡبَيِّنَٰتِ وَٱلۡهُدَىٰ مِنۢ بَعۡدِ مَا بَيَّنَّٰهُ لِلنَّاسِ فِي ٱلۡكِتَٰبِ أُوْلَٰٓئِكَ يَلۡعَنُهُمُ ٱللَّهُ وَيَلۡعَنُهُمُ ٱللَّٰعِنُونَ ١٥٩ إِلَّا ٱلَّذِينَ تَابُواْ وَأَصۡلَحُواْ وَبَيَّنُواْ فَأُوْلَٰٓئِكَ أَتُوبُ عَلَيۡهِمۡ وَأَنَا ٱلتَّوَّابُ ٱلرَّحِيمُ ١٦٠ [البقرة: 159-160]
"Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk, setelah Kami menerangkannya kepada manusia dalam Al Kitab, mereka itu dila'nati Allah dan dila'nati (pula) oleh semua (mahluk) yang dapat mela'nati, kecuali mereka yang telah taubat dan mengadakan perbaikan dan menerangkan (kebenaran), maka terhadap mereka itulah aku menerima taubatnya dan Akulah yang Maha menerima taubat lagi Maha Penyayang".  (QS al-Baqarah: 159-160).

Sadarkah betapa besar kedudukan agama yang diyakini oleh sang alim serta betapa agungnya. Allah Shubhanahu wa ta’alla menyatakan dalam firman Nya:
قال الله تعالى: ﴿ أَمَّنۡ هُوَ قَٰنِتٌ ءَانَآءَ ٱلَّيۡلِ سَاجِدا وَقَآئِما يَحۡذَرُ ٱلۡأٓخِرَةَ وَيَرۡجُواْ رَحۡمَةَ رَبِّهِۦۗ قُلۡ هَلۡ يَسۡتَوِي ٱلَّذِينَ يَعۡلَمُونَ وَٱلَّذِينَ لَا يَعۡلَمُونَۗ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُوْلُواْ ٱلۡأَلۡبَٰبِ ٩ [ الزمر: 9]
"(Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran". (QS az-Zumar: 9).

Apakah sang alim mengetahui kedudukan ini sehingga mampu menunaikan haknya? Allah Shubhanahu wa ta’alla menyatakan dalam firman -Nya:

قال الله تعالى: ﴿ äí÷Š$# 4n<Î) È@Î6y y7În/u ÏpyJõ3Ïtø:$$Î/ ÏpsàÏãöqyJø9$#ur ÏpuZ|¡ptø:$# ( Oßgø9Ï»y_ur ÓÉL©9$$Î/ }Ïd ß`|¡ômr& 4 ¨bÎ) y7­/u uqèd ÞOn=ôãr& `yJÎ/ ¨@|Ê `tã ¾Ï&Î#Î6y ( uqèdur ÞOn=ôãr& tûïÏtGôgßJø9$$Î/    [ النحل: 125]
"Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan -Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk". (QS an-Nahl: 125).

Sesungguhnya ulama adalah pewaris para Nabi, sedangkan para Nabi hanya mewariskan ilmu maka pelajarilah ilmu. Kemudian, apakah sang alim mempelajari ilmunya karena mengharap wajah Allah Shubhanahu wa ta’alla? Selanjutnya, apakah didalam mengajarkan ilmu juga karena mengharap Allah Shubhanahu wa ta’alla tidak menginginkan balasan dan rasa penghormatan melainkan dari Rabbnya, karena inilah metode yang ditempuh oleh para Nabi. Sebagaimana dijelaskan oleh Allah ta'ala didalam firman     -Nya:
قال الله تعالى: ﴿ وَيَٰقَوۡمِ لَآ أَسۡ‍َٔلُكُمۡ عَلَيۡهِ مَالًاۖ إِنۡ أَجۡرِيَ إِلَّا عَلَى ٱللَّهِۚ ٢٩ [ هود: 29]
"Dan (dia berkata): "Hai kaumku, aku tiada meminta harta benda kepada kamu (sebagai upah) bagi seruanku. Upahku hanyalah dari Allah". (QS Huud: 29).
Sesungguhnya berbudi pekerti yang luhur hampir sama kedudukannya dengan pahala puasa dan orang yang sholat malam. Apakah sang alim telah berhias dengan akhlak yang indah didalam ucapannya, didalam keterangannya, dan didalam pembelajarannya? Sesungguhnya akhlak jelek yang ada disebagian orang bisa hilang dengan cara sindiran bukan dengang terang-terangan, dengan cara kasih sayang dan lemah lembut bukan dengan umpatan dan cara yang kasar. Apakah hal ini sudah disadari oleh sang alim? Allah ta'ala menyebutkan didalam firman -Nya:

قال الله تعالى: ﴿ فَبِمَا رَحۡمَة مِّنَ ٱللَّهِ لِنتَ لَهُمۡۖ وَلَوۡ كُنتَ فَظًّا غَلِيظَ ٱلۡقَلۡبِ لَٱنفَضُّواْ مِنۡ حَوۡلِكَۖ فَٱعۡفُ عَنۡهُمۡ وَٱسۡتَغۡفِرۡ لَهُمۡ وَشَاوِرۡهُمۡ فِي ٱلۡأَمۡرِۖ فَإِذَا عَزَمۡتَ فَتَوَكَّلۡ عَلَى ٱللَّهِۚ إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلۡمُتَوَكِّلِينَ ١٥٩ [ آل عمران: 159]
"Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada         -Nya". (QS al-Imraan: 159).
Oleh karena itu, tidak boleh seseorang untuk menyuruh pada yang ma'ruf dan mencegah perbuatan mungkar kecuali telah terkumpul padanya tiga kriteria didalam dirinya:
1.         Hendaknya ia mempunyai ilmu dengan apa yang akan diperintahnya, dan mempunyai ilmu dengan apa yang akan dia larang.
2.         Hendaknya dia adil didalam apa yang akan diperintah dan akan dilarangnya.
3.         Dan hendaknya dia berlaku lemah lembut ketika menyuruh dan melarangnya.
Sesungguhnya tidak ada kebaikan dalam ilmu yang tidak diwujudkan dalam amal nyata, apakah orang yang punya ilmu telah mengamalkan ilmunya?
Tidak menyuruh suatu perkara melainkan dirinya telah mengerjakannya, tidak pula melarang sesuatu melainkan setelah dirinya menjadi orang pertama yang menjauhinya. Dan Allah Shubhanahu wa ta’alla mencela orang-orang yang pekerjaannya menyuruh tapi melupakan dirinya sendiri, didalam firman -Nya:

قال الله تعالى: ﴿ يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ لِمَ تَقُولُونَ مَا لَا تَفۡعَلُونَ ٢ كَبُرَ مَقۡتًا عِندَ ٱللَّهِ أَن تَقُولُواْ مَا لَا تَفۡعَلُونَ ٣ [ الصف: 2-3]
"Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu menyatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu menyatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan". (QS ash-Shaaf: 2-3).

Seorang yang punya ilmu namun tidak dibarengi dengan amalan maka nasehat yang diberikan tidak membekas dalam hati, bagaikan air hujan yang menimpa batu karang.
Ketahuilah akan bahaya tergesa-gesa didalam memberi fatwa, apakah seorang yang berilmu merasa selalu diawasi oleh Allah Shubhanahu wa ta’alla manakala sedang memberi fatwa? Maka jika dirinya paham betul baru mengeluarkan fatwa, bila dirinya merasa ragu maka katakan saya tidak tahu, dan bila tidak paham maka berikan pada yang lebih mengetahuinya. Allah Shubhanahu wa ta’alla menyatakan didalam firman -Nya:

 قال الله تعالى: ﴿ وَلَا تَقۡفُ مَا لَيۡسَ لَكَ بِهِۦ عِلۡمٌۚ إِنَّ ٱلسَّمۡعَ وَٱلۡبَصَرَ وَٱلۡفُؤَادَ كُلُّ أُوْلَٰٓئِكَ كَانَ عَنۡهُ مَسۡ‍ُٔولا ٣٦ [ الإسراء: 36]
"Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya".  (QS al-Israa': 36).

Ilmu sejati ialah yang melahirkan rasa takut dan takwa kepada Allah Shubhanahu wa ta’alla. Lalu apakah telah nampak efek positif dalam diri seorang yang berilmu baik dari segi bicaranya, tingkah lakunya, penampilannya, diam dan geraknya, tinggal dan naik kendaraanya? Karena Allah Shubhanahu wa ta’alla menyatakan didalam firman -Nya:

قال الله تعالى: ﴿ إِنَّمَا يَخۡشَى ٱللَّهَ مِنۡ عِبَادِهِ ٱلۡعُلَمَٰٓؤُاْۗ إِنَّ ٱللَّهَ عَزِيزٌ غَفُورٌ ٢٨  [ فاطر: 28]
"Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba -Nya, hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun". (QS Faathir: 28).

Oleh karena itu, mari kita ikhlaskan niat karena Allah Shubhanahu wa ta’alla semata, dan kita sematkan pada diri kita dengan budi pekerti yang luhur, kita kerjakan ilmu yang telah kita miliki, lalu bertakwa kepada -Nya dan merasa takut kepada -Nya, kemudian berbicaralah pada manusia sesuai daya pemahaman mereka. Allah Shubhanahu wa ta’alla menjelaskan perintah ikhlas didalam firman -Nya:

قال الله تعالى: ﴿ وَمَآ أُمِرُوٓاْ إِلَّا لِيَعۡبُدُواْ ٱللَّهَ مُخۡلِصِينَ لَهُ ٱلدِّينَ حُنَفَآءَ وَيُقِيمُواْ ٱلصَّلَوٰةَ وَيُؤۡتُواْ ٱلزَّكَوٰةَۚ وَذَٰلِكَ دِينُ ٱلۡقَيِّمَةِ ٥ [ البينة: 5]
"Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada -Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat dan yang demikian itulah agama yang lurus".  (QS al-Bayyinah: 5).

Ya Allah berilah kami petunjuk pada jalan yang lurus.
Ini baru menyoal tentang dokternya, sekarang bagaimana dengan pasiennya? Barangkali kita bertanya-tanya, apakah memang penyakitnya yang kebal terhadap obat dan pasiennya susah untuk menelan obatnya?
Lantas bagaimana kok dirinya tenang-tenang saja, hidup dalam keadaan tidak sehat dan berpenyakit, hidup dalam keadaan tersesat tidak mendapat petunjuk, hidup dalam keadaan bodoh jauh dari ilmu? Apakah dirinya menyadari kalau sejatinya sedang sakit? Apakah dia mengetahui kalau dirinya sedang tersesat? Apakah dia sadar kalau dirinya sedang lalai? Sekali-kali tidak, sungguh dirinya tidak mengeluhkan apa-apa dari itu semua.
Dan inilah yang dinamakan maksiat! apakah dirinya telah mengetahui Rabbnya secara benar? Apakah dia telah mengenal Nabinya dengan sesungguhnya? Apakah dia sudah mengenal dirinya sendiri dengan benar? Demi Allah, kalau seandainya dia mengenali itu semua dengan sesungguhnya dapat dipastikan pasti engkau akan menjumpainya dengan izin Allah Shubhanahu wa ta’alla dalam keadaan mentaati -Nya tidak berbuat maksiat, dalam keadaan beriman, tidak fasik, dalam keadaan lurus berjalan tidak belak-belok. Allah Shubhanahu wa ta’alla menyatakan didalam firman -Nya:

قال الله تعالى: ﴿إِنَّمَا ٱلۡمُؤۡمِنُونَ ٱلَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ ٱللَّهُ وَجِلَتۡ قُلُوبُهُمۡ وَإِذَا تُلِيَتۡ عَلَيۡهِمۡ ءَايَٰتُهُۥ زَادَتۡهُمۡ إِيمَٰنا وَعَلَىٰ رَبِّهِمۡ يَتَوَكَّلُونَ ٢ ٱلَّذِينَ يُقِيمُونَ ٱلصَّلَوٰةَ وَمِمَّا رَزَقۡنَٰهُمۡ يُنفِقُونَ ٣ أُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡمُؤۡمِنُونَ حَقّاۚ لَّهُمۡ دَرَجَٰتٌ عِندَ رَبِّهِمۡ وَمَغۡفِرَة وَرِزۡق كَرِيم ٤  [ الأنفال: 2-4]
"Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat -Nya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal. (yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada mereka. Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Tuhannya dan ampunan serta rezki (nikmat) yang mulia".  (QS al-Anfaal: 2-4).

Kebodohan bisa diatasi dengan ilmu, akan tetapi orang yang paling bodoh ialah seseorang yang bodoh tapi tidak menyadari kalau dirinya bodoh, itulah yang dinamakan dengan bodoh kwadrat, yang hendaknya jangan pernah engkau berpaling padanya, atau punya keinginan untuk sekedar berbincang dengannya, karena dirinya akan memandangmu bodoh dihadapannya. Allah Shubhanahu wa ta’alla menyatakan didalam firman -Nya:

قال الله تعالى: ﴿ فَوَيۡل لِّلۡقَٰسِيَةِ قُلُوبُهُم مِّن ذِكۡرِ ٱللَّهِۚ ٢٢   [ الزمر: 22]
"Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka yang telah membatu hatinya untuk mengingat Allah". (QS az-Zumar: 22).

Sungguh besi saja bisa terbelah oleh batu, dan besi bisa leleh oleh api, demikian pula api bisa padam oleh air, akan tetapi, golongan orang yang berpenyakit jenis ini tidak merasakan dirinya sakit sama sekali. Bisa jadi, dia menutup diri semua pintu yang membawa angin kebenaran, atau yang menurunkan air hujan yang penuh rahmat, atau terbit darinya matahari kemuliaan. Dirinya rela menyerah kepada setan, dikekang oleh syahwat dan hawa nafsu hingga dirinya tidak lagi mengenal mana yang ma'ruf dan mana yang mungkar, apalagi sampai mau mengingkarinya.
Dia memandang teman sebagai musuh dan musuh dijadikan teman, benar dipandang salah dan yang salah dianggap benar, lantas kebodohan macam apa setelah ini? kemudian fitnah seperti apa yang lebih besar lagi seusai ini? Bahkan kesesatan macam apa setelah ini? Allah Shubhanahu wa ta’alla menyatakan didalam firman -Nya:

قال الله تعالى: ﴿ وَمَنۡ أَضَلُّ مِمَّنِ ٱتَّبَعَ هَوَىٰهُ بِغَيۡرِ هُدى مِّنَ ٱللَّهِۚ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يَهۡدِي ٱلۡقَوۡمَ ٱلظَّٰلِمِينَ ٥٠   [ القصص: 50]
"Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang mengikuti hawa nafsunya dengan tidak mendapat petunjuk dari Allah sedikitpun. sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim".  (QS al-Qashshas: 50).

Dan Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « تُعْرَضُ الْفِتَنُ عَلَى الْقُلُوبِ كَالْحَصِيرِ عُودًا عُودًا فَأَىُّ قَلْبٍ أُشْرِبَهَا نُكِتَ فِيهِ نُكْتَةٌ سَوْدَاءُ وَأَىُّ قَلْبٍ أَنْكَرَهَا نُكِتَ فِيهِ نُكْتَةٌ بَيْضَاءُ حَتَّى تَصِيرَ عَلَى قَلْبَيْنِ عَلَى أَبْيَضَ مِثْلِ الصَّفَا فَلاَ تَضُرُّهُ فِتْنَةٌ مَا دَامَتِ السَّمَوَاتُ وَالأَرْضُ وَالآخَرُ أَسْوَدُ مُرْبَادًّا كَالْكُوزِ مُجَخِّيًا لاَ يَعْرِفُ مَعْرُوفًا وَلاَ يُنْكِرُ مُنْكَرًا إِلاَّ مَا أُشْرِبَ مِنْ هَوَاهُ » [أخرجه البخاري ومسلم]
"Dinampakkan fitnah bagi hati bagaikan permukaan tanah yang datar, sedikit demi sedikit, maka hati mana saja yang menyerap fitnah tadi akan membekas noda hitam didalamnya, adapun hati yang mengingkarinya maka membekas noda putih. Hingga akhirnya terbentuk menjadi dua hati, hati yang putih bersih bagaikan batu halus tidak terganggu oleh fitnah secuilpun selagi langit dan bumi berdiri, dan hati kedua hitam pekat bagaikan arang, tidak mengenal yang ma'ruf tidak pula mengingkari yang mungkar, kecuali apa yang di inginkan oleh hawa nasfunya". HR Bukhari no: 525. Muslim no: 144.
Dan kelompok manusia dari jenis yang berpenyakit semacam ini saya kira sangat sedikit jumlahnya sampai kiranya tidak dijumpai komunitasnya? Atau malah sebaliknya, justru menjadi komunitas yang sangat banyak sehingga engkau mudah sekali menjumpainya ada dihadapanmu kemana pun engkau pergi dan berjalan? Tentunya, entah banyak atau sedikit yang jelas kelompok jenis ini ada ditengah-tengah kita.
Yang kadang mereka hanya mencukupkan diri dalam beragama hanya dengan mengucapkan dibibir kalimat syahadat laa ilaha ilallah, terkadang juga terdengar dari bibirnya bacaan al-Qur'an, sesekali masuk masjid, atau satu pekan sekali, atau kalau dirinya sedang menginginkan. Apakah hal ini cukup? Sekali lagi tidak ! karena agama mencakup keyakinan, dan syari'at, ucapan dan perbuatan, petunjuk dan cahaya, semuanya satu kesatuan yang tak terpisahkan, keyakinan dan metodenya, ibadah dan muamalah, akhlak dan etika, merenungi dan berfikir. Allah Shubbhanahu wa ta’alla menyatakan kesempurnaan agama Islam ini didalam firman -Nya:

قال الله تعالى: ﴿ٱلۡيَوۡمَ أَكۡمَلۡتُ لَكُمۡ دِينَكُمۡ وَأَتۡمَمۡتُ عَلَيۡكُمۡ نِعۡمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ ٱلۡإِسۡلَٰمَ دِيناۚ ٣ [ المائدة:3]
"Pada hari ini telah Aku sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku- cukupkan kepadamu nikmat -Ku, dan telah Ku- ridhai Islam itu jadi agama bagimu".  (QS al-Maa-idah: 3).

Agama itu mempunyai dua rukun yang harus terpenuhi, ibadah yang benar dan berbuat baik pada makhluk, disetiap kondisi, waktu dan tempat. Apakah kita telah mengambilnya dengan kuat? Mari coba kita raba diri kita masing-masing.
Sesungguhnya instropeksi diri, mengoreksi secara jujur, niscaya akan mendatangkan padamu suatu keputusan dimana sejatinya engkau sedang berada, dalam barisan orang yang sehat atau dalam barisan orang yang sedang sakit, dengan para wali-wali Allah Shubbhanahu wa ta’alla atau bersama para pembangkang, bersama orang-orang yang mendapat petunjuk atau bersama orang yang tersesat. Tanyailah dirimu sendiri?
Apakah engkau masih mengerjakan sholat dan berpuasa? Apakah engkau telah menunaikan zakat? Apakah engkau telah memaafkan dan mengampuni orang? Apakah engkau telah mentaati Allah Shubbhanahu wa ta’alla dan Rasul -Nya? Apakah engkau mencintai kebajikan dan para pelakunya? Apakah engkau membenci kejelekan dan orang-orangnya? Apakah engkau telah mengajak pada kebaikan? Apakah engkau telah menyuruh pada yang ma'ruf? Apakah engkau telah mencegah perbuatan mungkar? Apakah hatimu merasa tenang ketika berdzikir kepada -Nya? Apakah engkau merasa takut kepada Allah Shubbhanahu wa ta’alla semata? Apakah engkau hanya berharap kepada -Nya semata? Apakah engkau masuk dalam kelompok orang-orang yang penyantun? Apakah engkau termasuk orang-orang yang banyak beristighfar? Apakah engkau masuk dalam barisan orang-orang yang banyak berdzikir kepada Allah Shubbhanahu wa ta’alla? Allah Shubbhanahu wa ta’alla menyatakan didalam firman -Nya:

قال الله تعالى: ﴿ وَٱلۡمُؤۡمِنُونَ وَٱلۡمُؤۡمِنَٰتُ بَعۡضُهُمۡ أَوۡلِيَآءُ بَعۡضۚ يَأۡمُرُونَ بِٱلۡمَعۡرُوفِ وَيَنۡهَوۡنَ عَنِ ٱلۡمُنكَرِ وَيُقِيمُونَ ٱلصَّلَوٰةَ وَيُؤۡتُونَ ٱلزَّكَوٰةَ وَيُطِيعُونَ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥٓۚ أُوْلَٰٓئِكَ سَيَرۡحَمُهُمُ ٱللَّهُۗ إِنَّ ٱللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيم ٧١ [ التوبة: 71]
"Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebagian yang lain. mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul -Nya. mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana".  (QS at-Taubah: 71).

Kemudian setelah itu tanya dirimu sendiri lalu berusahalah untuk menjawabnya. Apakah engkau termasuk orang-orang yang berlaku lalim? Apakah dirimu termasuk dari para pendusta? Apakah engkau termasuk dari kalangan orang munafik? Apakah dirimu termasuk dari orang yang suka mengolok-olok agama? Apakah engkau termasuk orang yang sombong? Apakah engkau termasuk orang yang memakan harta riba? Apakah dirimu pernah terjatuh dalam perbuatan zina? Apakah engkau pernah menuduh orang lain? Apakah engkau pernah meminum khamr? Apakah dirimu pernah mengkonsumi obat-obat terlarang? Apakah dirimu sering melakukan perbuatan terlarang? Sedangkan Allah ta'ala menyatakan didalam firman -Nya:
قال الله تعالى: ﴿ وَٱلَّذِينَ يَنقُضُونَ عَهۡدَ ٱللَّهِ مِنۢ بَعۡدِ مِيثَٰقِهِۦ وَيَقۡطَعُونَ مَآ أَمَرَ ٱللَّهُ بِهِۦٓ أَن يُوصَلَ وَيُفۡسِدُونَ فِي ٱلۡأَرۡضِ أُوْلَٰٓئِكَ لَهُمُ ٱللَّعۡنَةُ وَلَهُمۡ سُوٓءُ ٱلدَّارِ ٢٥ [ الرعد: 25]
"Orang-orang yang merusak janji Allah setelah di ikrarkan dengan teguh dan memutuskan apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan dan mengadakan kerusakan di bumi, orang-orang itulah yang memperoleh kutukan dan bagi mereka tempat kediaman yang buruk (Jahannam)". (QS ar-Ra'du: 25).

Dengan metode diagnosis semacam ini engkau akan mendapati apakah dirimu termasuk orang-orang yang mengikuti kebenaran atau justru sebaliknya termasuk dalam barisan orang-orang yang mengekor kebatilan. Termasuk dari bala tentara Allah Shubbhanahu wa ta’alla atau justru berada dibelakang barisan setan. Termasuk orang yang mampu menguasai syahwat serta hawa nafsu, atau termasuk orang yang mencampur adukan antara kebenaran dan kebatilan.
Maka perhatikanlah hasil analisis yang telah engkau lakukan, kemudian setelah itu kerjakan penanganannya. Allah Shubbhanahu wa ta’alla menyatakan didalam firman -Nya supaya kita selalu instropeksi diri setiap saat:

قال الله تعالى: ﴿ يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱتَّقُواْ ٱللَّهَ وَلۡتَنظُرۡ نَفۡس مَّا قَدَّمَتۡ لِغَدۖ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَۚ إِنَّ ٱللَّهَ خَبِيرُۢ بِمَا تَعۡمَلُونَ ١٨ [ الحشر: 18]
"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah Shubbhanahu wa ta’alla dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat) dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan". (QS al-Hasyr: 18).

Jika seandainya engkau termasuk dalam barisan orang-orang yang mengikuti kebenaran, mentaati Allah Shubbhanahu wa ta’alla dan Rasul -Nya, maka ucapan selamat atas keberhasilanmu untuk merengkuh kebahagian dunia dan akhirat. Allah Shubbhanahu wa ta’alla menjanjikan hal itu didalam firman -Nya:

قال الله تعالى: ﴿ إِنَّ ٱلَّذِينَ قَالُواْ رَبُّنَا ٱللَّهُ ثُمَّ ٱسۡتَقَٰمُواْ تَتَنَزَّلُ عَلَيۡهِمُ ٱلۡمَلَٰٓئِكَةُ أَلَّا تَخَافُواْ وَلَا تَحۡزَنُواْ وَأَبۡشِرُواْ بِٱلۡجَنَّةِ ٱلَّتِي كُنتُمۡ تُوعَدُونَ ٣٠ نَحۡنُ أَوۡلِيَآؤُكُمۡ فِي ٱلۡحَيَوٰةِ ٱلدُّنۡيَا وَفِي ٱلۡأٓخِرَةِۖ وَلَكُمۡ فِيهَا مَا تَشۡتَهِيٓ أَنفُسُكُمۡ وَلَكُمۡ فِيهَا مَا تَدَّعُونَ ٣١ [ فصلت: 30-31]
"Sesungguhnya orang-orang yang menyatakan: "Tuhan Kami ialah Allah" kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka Malaikat akan turun kepada mereka dengan menyatakan: "Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih dan bergembiralah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu". Kamilah pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan akhirat, di dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh (pula) di dalamnya apa yang kamu minta".  (QS Fushshilat: 30-31).

Dan jikalau engkau termasuk dalam barisan orang-orang yang mengekor kebatilan, bermaksiat kepada Allah Shubbhanahu wa ta’alla dan Rasul -Nya, maka itu merupakan kerugian diatas kerugian, kebinasaan yang tidak ada keselamatan lagi setelahnya. Seperti dijelaskan oleh Allah Shubbhanahu wa ta’alla didalam firman -Nya:
قال الله تعالى: ﴿ وَمَن يَعۡصِ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥ وَيَتَعَدَّ حُدُودَهُۥ يُدۡخِلۡهُ نَارًا خَٰلِدا فِيهَا وَلَهُۥ عَذَاب مُّهِين ١٤ [ النساء: 14]
"Dan barangsiapa yang mendurhakai Allah dan Rasul -Nya dan melanggar ketentuan-ketentuan -Nya, niscaya Allah memasukkannya ke dalam api neraka sedang ia kekal di dalamnya dan baginya siksa yang menghinakan".  (QS an-Nisaa': 14).

Dan jika dirimu termasuk dikalangan orang yang mencampur adukan antara kebenaran dan kebatilan, antara kebaikan dan kejelekan, antara bagus dan buruk, maka itu pertanda dirimu sedang sakit, dan ketahuilah bahwa sakit jenis ini sungguh sangatlah berbahaya sekali!
Apakah engkau ingin segera sembuh? Maka cepatlah ambil obatnya dari kitab suci yang diturunkan oleh Rabbmu yang menyatakan didalam firman -Nya:

قال الله تعالى: ﴿ وَنُنَزِّلُ مِنَ ٱلۡقُرۡءَانِ مَا هُوَ شِفَآء وَرَحۡمَة لِّلۡمُؤۡمِنِينَ وَلَا يَزِيدُ ٱلظَّٰلِمِينَ إِلَّا خَسَارا ٨٢ [ الإسراء: 82]
"Dan Kami turunkan dari al-Qur'an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan al-Qur'an itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian". (QS al-Israa': 82).
Maka coba renungkan sejenak kondisimu, perhatikan urusanmu, karena setiap pekerjaan pasti ada balasan berupa pahala atau hukuman, dan bagi setiap pelaku pasti akan mendapat negeri tempat tinggal yang cocok untuknya. Sebagaimana yang Allah ta'ala tegaskan didalam firman -Nya:

قال الله تعالى: ﴿ أَفَمَن كَانَ مُؤۡمِنا كَمَن كَانَ فَاسِقاۚ لَّا يَسۡتَوُۥنَ ١٨ أَمَّا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَعَمِلُواْ ٱلصَّٰلِحَٰتِ فَلَهُمۡ جَنَّٰتُ ٱلۡمَأۡوَىٰ نُزُلَۢا بِمَا كَانُواْ يَعۡمَلُونَ ١٩ وَأَمَّا ٱلَّذِينَ فَسَقُواْ فَمَأۡوَىٰهُمُ ٱلنَّارُۖ كُلَّمَآ أَرَادُوٓاْ أَن يَخۡرُجُواْ مِنۡهَآ أُعِيدُواْ فِيهَا وَقِيلَ لَهُمۡ ذُوقُواْ عَذَابَ ٱلنَّارِ ٱلَّذِي كُنتُم بِهِۦ تُكَذِّبُونَ ٢٠ وَلَنُذِيقَنَّهُم مِّنَ ٱلۡعَذَابِ ٱلۡأَدۡنَىٰ دُونَ ٱلۡعَذَابِ ٱلۡأَكۡبَرِ لَعَلَّهُمۡ يَرۡجِعُونَ ٢١ [ السجدة: 18-21]
"Apakah orang-orang beriman itu sama dengan orang-orang yang fasik? mereka tidak sama. Adapun orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, maka bagi mereka jannah tempat kediaman, sebagai pahala terhadap apa yang mereka kerjakan. Dan adapun orang-orang yang fasik (kafir) maka tempat mereka adalah Jahannam. Setiap kali mereka hendak keluar daripadanya, mereka dikembalikan ke dalamnya dan dikatakan kepada mereka: "Rasakanlah siksa neraka yang dahulu kamu mendustakannya." Dan sesungguhnya Kami merasakan kepada mereka sebagian azab yang dekat (di dunia) sebelum azab yang lebih besar (di akhirat), mudah-mudahan mereka kembali (ke jalan yang benar)".  (QS as-Sajdah: 18-21).
Imam Ibnu Qoyim menjelaskan, "Sesungguhnya semua penyakit hati itu bersumber dari penyakit syubhat dan syahwat, sedangkan al-Qur'an sebagai obat bagi kedua penyakit tadi. Didalamnya ada keterangan dan penjelas yang pasti, yang menjelaskan tentang kebenaran dan kebatilan. Dan bisa hilang penyakit keraguan yang merusak dengan al-Qur'an, dengan cara mempelajari memahami serta mengamalkannya, maka barangsiapa yang Allah Shubhanahu wa ta’alla karuniai pemahaman al-Qur'an niscaya dirinya mampu untuk memilah kebenaran dan kebatilan secara jelas dengan hatinya sebagaimana matanya mampu melihat malam dan siang hari.
Adapun obat penawar bagi penyakit syahwat, maka hal itu bisa diatasi dengan cara hikmah dan nasehat yang baik, sambil menggunakan motivasi dan ancaman, supaya berzuhud didunia, dan memotivasi supaya mementingkan akhirat, ditambah dengan menyebutkan kisah-kisah yang terkandung didalamnya pelajaran yang mampu membuka mata". [1]
Sesungguhnya hukum-hukum Allah Shubhanahu wa ta’alla yang disyari'atkan untuk para hamba -Nya saling menyempurnakan satu sama lain, tidak ada didalam agama Islam sholat tanpa menjalankan puasa, atau menunaikan ibadah haji tapi tidak berzakat, atau punya budi pekerti tapi tidak beretika. Maka bagi orang yang mengerjakan sholat tapi tidak berpuasa, atau menunaikan ibadah haji tapi enggan membayar zakat, atau menghalalkan zina atau riba atau khamr serta yang semisal dari itu semua, maka itu bukan termasuk ajaran Islam sedikitpun. Allah Shubhanahu wata’alla sangat mencela bagi orang yang berperilaku semacam itu, sebagaimana ditegur dengan tegas dalam firman -Nya:

قال الله تعالى: ﴿أَفَتُؤۡمِنُونَ بِبَعۡضِ ٱلۡكِتَٰبِ وَتَكۡفُرُونَ بِبَعۡضۚ فَمَا جَزَآءُ مَن يَفۡعَلُ ذَٰلِكَ مِنكُمۡ إِلَّا خِزۡي فِي ٱلۡحَيَوٰةِ ٱلدُّنۡيَاۖ وَيَوۡمَ ٱلۡقِيَٰمَةِ يُرَدُّونَ إِلَىٰٓ أَشَدِّ ٱلۡعَذَابِۗ وَمَا ٱللَّهُ بِغَٰفِلٍ عَمَّا تَعۡمَلُونَ ٨٥ [ البقرة: 85]
"Apakah kamu beriman kepada sebagian Al kitab (Taurat) dan ingkar terhadap sebagian yang lain? Tiadalah balasan bagi orang yang berbuat demikian dari padamu, melainkan kenistaan dalam kehidupan dunia, dan pada hari kiamat mereka dikembalikan kepada siksa yang sangat berat. Allah tidak lengah dari apa yang kamu perbuat". (QS al-Baqarah: 85).
Sungguh yang namanya akhlak Islam yang luhur bukanlah hanya sekedar pakaian yang dikenakan oleh seorang manusia disatu sisi lalu dilepas pada sisi lain. Dirinya seenaknya memakai jika dipandang perlu dan dilepas jika tidak perlu lagi. Akan tetapi, akhlak Islam yang mulia tersebut merupakan pakaian yang teguh yang harus selalu dikenakan oleh seorang muslim baik siang maupun malam, ketika sedang sendirian atau dihadapan orang banyak, dirumah maupun disekolah, didalam masjid maupun dikantor, di jalan maupun dipabrik.
Bukanlah akhlak dalam ajaran Islam hanya bagian penopang semata yang bisa dimanfaat tatkala membutuhkan dan di campakan bila tidak menguntungkan. Maka sabar, kejujuran, cinta, malu, pemaaf, penyantun, merupakan pakaian yang harus selalu dikenakan oleh seorang muslim didalam kehidupan ini yang apabila sampai dirinya menanggalkan maka auratnya akan tersingkap, akhlaknya menjadi rusak, sehingga dirinya menjadi orang yang bertelanjang, menjijikan dan berbau tidak sedap, setelah sebelumnya ia berbalut minyak kesturi nan wangi dan berselimut cahaya yang memancar dari dalam dirinya. Allah Shubhanahu wa ta’alla memerintahkan agar kita masuk kedalam Islam secara totali didalam firman -Nya:

قال الله تعالى: ﴿ يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱدۡخُلُواْ فِي ٱلسِّلۡمِ كَآفَّة وَلَا تَتَّبِعُواْ خُطُوَٰتِ ٱلشَّيۡطَٰنِۚ إِنَّهُۥ لَكُمۡ عَدُوّ مُّبِين ٢٠٨ [ البقرة: 208]
"Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turuti langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu". (QS al-Baqarah: 208).

Dimana para musuh agama ini begitu bersemangat untuk merusak moral dan akhlak serta syi'ar-syi'ar agama, dari bagian kehidupan seorang muslim, supaya mereka menjadi sisa yang tidak berharga sedikitpun, kulit yang tidak ada isinya lagi, bentuk yang tidak bermakna lagi, bergelimang dalam kerusakan moral, lari dari kemuliaan, berkata namun tidak menjalaninya, mendengar tapi tidak mengerjakan, berbuat dosa namun enggan beristighfar. Allah Shubhanahu wa ta’alla memperingatkan didalam firamn -Nya:

قال الله تعالى: ﴿ وَدَّ كَثِير مِّنۡ أَهۡلِ ٱلۡكِتَٰبِ لَوۡ يَرُدُّونَكُم مِّنۢ بَعۡدِ إِيمَٰنِكُمۡ كُفَّارًا حَسَدا مِّنۡ عِندِ أَنفُسِهِم مِّنۢ بَعۡدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمُ ٱلۡحَقُّۖ فَٱعۡفُواْ وَٱصۡفَحُواْ حَتَّىٰ يَأۡتِيَ ٱللَّهُ بِأَمۡرِهِۦٓۗ إِنَّ ٱللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَيۡء قَدِير ١٠٩ [ البقرة: 109]
"Sebagian besar ahli kitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kamu kepada kekafiran setelah kamu beriman, karena dengki yang (timbul) dari diri mereka sendiri, setelah nyata bagi mereka kebenaran. Maka ma'afkanlah dan biarkanlah mereka, sampai Allah mendatangkan perintah -Nya Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu". (QS al-Baqarah: 109).

Sesungguhnya Allah azza wa jalla telah menjelaskan kepada kita secara gamblang jalan yang lurus, lalu menyuruh kita supaya mengikuti dan berjalan dengan petunjuk -Nya, pada setiap kondisi kita. Kemudian Allah Shubhanahu wa ta’alla memperingatkan pada kita dari mengikuti jalan-jalan kesesatan yang banyak  yang dapat mencegah untuk mengingkat -Nya dan mengambil petunjuk -Nya. Allah Shubhanahu wa ta’alla menerangkan secara gamblang dalam firman Nya:
قال الله تعالى: ﴿ وَأَنَّ هَٰذَا صِرَٰطِي مُسۡتَقِيما فَٱتَّبِعُوهُۖ وَلَا تَتَّبِعُواْ ٱلسُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمۡ عَن سَبِيلِهِۦۚ ذَٰلِكُمۡ وَصَّىٰكُم بِهِۦ لَعَلَّكُمۡ تَتَّقُونَ ١٥٣ [الأنعام: 153]
"Dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalan -Ku yang lurus, Maka ikutilah dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalan -Nya. yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa". (QS al-An'aam: 153).

Oleh karena itu, mari kita tempuh jalan yang lurus yang akan mengantarkan kita ke dalam surga, dan kita jauhi dari setiap jalan yang sesat yang tidak mampu memberi petunjuk pada orang yang sedang tersesat, tidak membuat puas orang yang sedang sakit, dan tidak menjadikan lurus jalan yang berbelok-belok. Allah Shubhanahu wa ta’alla menyatakan didalam firman -Nya:

قال الله تعالى: ﴿ قَدۡ جَآءَكُمۡ رَسُولُنَا يُبَيِّنُ لَكُمۡ كَثِيرا مِّمَّا كُنتُمۡ تُخۡفُونَ مِنَ ٱلۡكِتَٰبِ وَيَعۡفُواْ عَن كَثِيرۚ قَدۡ جَآءَكُم مِّنَ ٱللَّهِ نُور وَكِتَٰب مُّبِين ١٥ يَهۡدِي بِهِ ٱللَّهُ مَنِ ٱتَّبَعَ رِضۡوَٰنَهُۥ سُبُلَ ٱلسَّلَٰمِ وَيُخۡرِجُهُم مِّنَ ٱلظُّلُمَٰتِ إِلَى ٱلنُّورِ بِإِذۡنِهِۦ وَيَهۡدِيهِمۡ إِلَىٰ صِرَٰط مُّسۡتَقِيم ١٦ [ المائدة: 15-16]
"Sesungguhnya telah datang kepadamu Rasul Kami, menjelaskan kepadamu banyak dari isi Al kitab yang kamu sembunyi kan, dan banyak (pula yang) dibiarkannya. Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan kitab yang menerangkan. Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keredhaan -Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin -Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus".  (QS al-Maa-idah: 15-16).

Ya Allah berilah kami kecintaan kepada iman dan hiasilah didalam jiwa-jiwa kami, dan jadikanlah kami benci terhadap kekafiran, kefasikan dan kemaksiatan, dan jadikanlah kami dari kalangan orang-orang yang mendapat petunjuk.
قال الله تعالى: ﴿ رَبَّنَا ٱغۡفِرۡ لَنَا ذُنُوبَنَا وَإِسۡرَافَنَا فِيٓ أَمۡرِنَا وَثَبِّتۡ أَقۡدَامَنَا وَٱنصُرۡنَا عَلَى ٱلۡقَوۡمِ ٱلۡكَٰفِرِينَ ١٤٧ [ آل عمران: 147]
"Ya Tuhan kami, ampunilah dosa-dosa kami dan tindakan-tindakan kami yang berlebih-lebihan dalam urusan kami dan tetapkanlah pendirian kami, dan tolonglah kami terhadap kaum yang kafir". (QS al-Imraan: 147).


[1] . Ightastul Lahfan 1/44-45.

Tidak ada komentar