Shalat Isya Di Belakang Imam Yang Shalat Tarawih



Shalat Isya Di Belakang Imam Yang
Shalat Tarawih
Masalah ini masuk dalam masalah shalat fardhu di belakang imam yang shalat sunnah. Ibnu Quddamah rahimahullah berkata: Dan pada masalah shalat fardhu di belakang imam yang shalat sunnah ada dua riwayat: salah satunya; tidak sah, pendapat ini dipilih oleh mayoritas ulama kami. Ini adalah pendapat az-Zuhri rahimahullah, Malik rahimahullah, dan ash-habur ra`yi, berdasarkan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: ((إِنَّمَا جُعِلَ اْلإِمَامُ لِيُؤْتَمَّ بِهِ فَلاَ تَخْتَلِفُوْا عَلَيْهِ)) [ رواه البخاري ومسلم ]
Sesungguhnya  imam dijadikan untuk diikuti maka janganlah engkau menyalahinya.” Muttafaqun ‘alaih.
Pendapat kedua: boleh, ini adalah pendapat ‘Atha`, Thawus, Abu Raja`, Auza`i, asy-Syafi’i, Sulaiman bin Harb, Abu Tsaur, Abul Mundzir rahimahumullah..., dan ini adalah pendapat yang lebih shahih, berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Jabir bin Abdullah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Mu’adz radhiyallahu ‘anhu shalat bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, kemudian ia kembali melaksanakan shalat tersebut bersama kaumnya.’ Muttafaqun ‘alaih.[1]
Dan yang lebih dekat (kepada kebenaran) adalah boleh shalat fardhu di belakang imam yang shalat sunnah, dan ini adalah pilihan Syaikhul Islam rahimahullah.[2] Ia berkata: ‘Dan mereka yang melarang hal itu tidak memiliki hujjah yang kuat, sesungguhnya mereka berhujjah dengan lafazh yang tidak menunjukkan masalah yang diperdebatkan.[3] Ini adalah pendapat yang ditarjih oleh Syaikh Muhammad bin Ibrahim rahimahullah,[4] dan itulah yang difatwakan.[5]
Faedah: Apabila orang-orang yang masuk ke dalam masjid secara rombongan, apakah yang paling baik bagi mereka melaksanakan shalat isya` secara berjamaah atau masuk bersama imam  dalam shalat Tarawih dengan niat shalat ‘isya?
Samahah Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah berkata: ‘Apabila yang masuk ke dalam masjid dua orang atau lebih, maka yang utama bagi mereka adalah melaksanakan shalat isya` (berjamaah) secara tersendiri, kemudian mereka masuk bersama imam dalam shalat tarawih. Dan jika mereka masuk bersama imam dengan niat shalat isya, maka bila imam salam, setiap orang berdiri maka menyempurnakan untuk dirinya maka tidak mengapa. Karena dalam riwayat yang shahih, dari Mu`adz radhiyallahu ‘anhu, bahwa ia shalat isya bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, kemudian ia pulang kepada kaumnya lalu melaksanakan shalat tersebut bersama kaumnya, maka ia adalah shalat sunnah baginya dan shalat fardhu bagi mereka. Adapun jika yang masuk adalah satu orang maka yang utama baginya adalah masuk bersama imam dengan niat shalat Isya` sehingga ia mendapatkan pahala shalat jamaah. Apabila imam salam dari dua rekaat, ia berdiri lalu menyempurnakan shalat isya untuk dirinya.[6]
Jawaban Lajnah Daimah berbunyi: ‘Yang lebih hati-hati adalah mereka shalat jama’ah dengan imam yang paling qari dari mereka, karena keluar dari perbedaan pendapat dalam masalah sah tidaknya shalat fardhu di belakang imam yang shalat sunnah. Dan jika mereka shalat isya mengikuti imam yang sedang shalat tarawih secara berjamaah niscaya sah shalat mereka dan mereka mendapatkan pahala shalat berjamaah menurut pendapat yang kuat dari dua pendapat ulama.[7]
Lajnah Daimah ditanya: Bolehkah imam melaksanakan shalat tarawih padahal ada jamaah yang sedang melaksanakan shalat isya yang kedua?
Jawaban: Tidak mengapa imam melaksanakan shalat tarawih setelah selesai shalat isya dan sunnah rawatibnya, sekalipun ada jamaah yang sedang shalat isya karena mereka sudah ketinggalan shalat isya bersama imam. Dan mereka boleh shalat bersama imam yang sedang shalat tarawih, dan mereka berniat shalat isya, apabila imam salam mereka berdiri dan menyempurnakan shalat mereka, atau mereka melaksanakan shalat isya secara berjamaah di tempat yang tidak mengganggu mereka dan tidak pula terhadap imam.[8]


[1] Al-Mughni 2/30
[2] Al-Fatawa 23/389 dan al-Inshaaf 4/410.
[3] Al-Fatawa 23/385
[4] Lihat: Fatawa Syaikh Abdul Aziz bin Baz rah 12/181 dan Fatawa Lajnah Daimah 7/406.
[5] Al-Fatawa 30/29.
[6] Al-Fatawa 30/29.
[7] Al-Fatawa 7/406.
[8] Fatawa Lajnah edisi kedua 6/80.

Tidak ada komentar