Sebab-Sebab Yang Mendatangkan Rezki



Sebab-Sebab Yang Mendatangkan Rezki
 
Makalah singkat: menjelaskan sebab-sebab yang mendatangkan rezki yang Allah SWT terangkan bagi hamba-hambanya, diantaranya adalah: bertakwa kepada Allah SWT, istigfar dan taubat, tawakal, silaturahim, infak di jalan Allah SWT, berbuat baik kepada orang-orang lemah dll.
          Segala puji bagi Allah semata, salawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi Muhamad, keluarga dan sahabatnya.
Akhir-akhir ini banyak orang mengeluhkan rezki cupet, hilangnya keberkahan, beratnya beban hidup dengan segala kebutuhanya. Mencari rezki dan penghidupan menjadi tema yang cukup menyita fikiran dan menggelisahkan kebanyakan mereka, hingga mereka menempuh berbagai jalan dalam memperolehnya, ada yang mencuri, menjalankan praktek riba, menyogok, ada juga yang berprilaku munafik dan menipu, menumpahkan darah, memutuskan silaturahim dan meninggalkan ketaatan kepada Allah SWT, dan sebagainya, kesemua itu dilakukan demi penyesuaian dengan lingkungan dan memenuhi tuntutan jiwa, keluarga dan keturunan.
Mereka lupa bahwasanya Allah SWT telah menggariskan serta menjelaskan sarana-sarana yang dapat mendatangkan rezki bagi hamba-hambanya, Dia menjanjikan bagi orang yang komitmen denganya akan diberikan keluasan rezki, menjamin baginya kesuksesan dan keselamatan dari segala yang tidak diinginkan, memberinya serta rezki dari jalan yang tidak terduga.
Dan berikut ini beberapa sebab yang mendatangkan rezki:
Pertama: bertakwa kepada Allah SWT.
Allah SWT menjadikan takwa termasuk diantara sebab yang mendatangkan rezki dan menambahkanya, Dia berfirman:
وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجاً . وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لا يَحْتَسِبُ
“ Barang siapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan menjadikan jalan keluar baginya, dan memberinya rezki dari arah yang tidak ia duga“ ( QS: Ath-Thalak: 2-3). Maka barang siapa yang bertakwa kepada Allah dan senantiasa berada dalam keridloanya dalam seluruh kondisinya, maka Dia akan memberinya balasan di dunia dan akhirat, dan diantara balasan-Nya adalah: Dia menjadikan baginya jalan keluar dan solusi dari segala kesulitan dan kesusahan, serta memberinya rezki dari arah yang tidak diduga dan disadari.
Ibnu katsir mengatakan: “ maksud ayat di atas adalah: barang siapa bertakwa kepada-Nya dengan menjalankan apa yang Dia perintahkan, meninggalkan apa yang Dia larang, niscaya Dia akan memberikan jalan keluar dari permasalahanya dan mengkaruniakan rezki dari arah yang tidak ia duga atau tidak terlintas dalam benaknya“.
Ibnu Abas r.a. mengatakan: “ Barang siapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan memberikan jalan keluar baginya, yaitu dengan melepaskanya dari kesulitan di dunia dan akhirat, dan memberinya rezki dari arah yang tidak ia duga, yakni arah yang tidak pernah ia harapkan atau ia angan-angankan.
Allah SWT berfirman:
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُون
Imam As-Sa’di mengatakan: “ Kalau sekiranya penduduk negeri beriman dalam hati mereka dengan iman yang benar yang dibuktikan dengan amal perbuatan, menggunakan ketakwaan mereka kepada Allah secara zahir maupun batin dengan meninggalkan segala yang diharamkan, niscaya Allah SWT akan membukakan bagi mereka pintu-pintu keberkahan dari langit maupun bumi, Dia akan menurunkan hujan deras bagi mereka, menumbuhkan segala yang dibutuhkan mereka dalam hidup dan dibutuhkan hewan-hewan mereka, sehingga mereka berada dalam kehidupan yang makmur dan penuh dengan rezki, tanpa merasakan keletihan dan kesusahan“.
Akan tetapi apa gerangan takwa yang Allah SWT jadikan sebab bagi datangnya rezki, dan mengabarkan bahwa Dia akan memberi pelakunya rezki dari arah yang tidak terduga?
Takwa adalah anda membuat pelindung dan penghalang antara diri anda dan apa yang membahayakan anda, yaitu menjalankan apa yang Allah perintahkan dan menjauhi apa yang Dia larang, Dia tidak mendapatkanmu sedang menjalankan larangan-Nya, dan tidak pula kehilanganmu saat datang perintah-Nya, Syi’armu adalah perintah dan larangan-Nya. Begitulah ungkapan para salafusalih dalam mendefinisikan dan menjelaskan makna takwa.
Ibnu mas’ud mendefinisikan takwa, ia mengatakan: “ Hendaklah Allah SWT ditaati tidak di maksiati, diingat tidak dilupakan, dan disyukuri tidak dikufuri“.
Ibnu abas r.a. mengatakan: ” Orang yang bertakwa adalah orang yang senantiasa menghindarkan dirinya dari siksa Allah akibat meninggalkan petunjuk-Nya, serta mengharap rahmat-Nya dalam beriman kepada apa yang Dia turunkan.
Talq bin Habib mengatakan: “ Takwa adalah anda melakukan ketaatan kepada Allah di atas cahaya dari-Nya seraya mengharap pahala-Nya, dan meninggalkan kemaksiatan kepada-Nya diatas cahaya dari-Nya seraya takut akan siksanya “.
Abu Hurairah pernah ditanya tentang takwa, maka ia mengatakan: “ Apakah kamu pernah melewati jalan yang dipenuhi duri?, dijawab: ya, ia berkata: apa yang kamu lakukan?, dijawab: jika aku melihat duri aku menghindarinya atau melangkahinya, atau meninggalkanya, abu Hurairah berkata: itulah takwa“. Itulah makna yang dikatakan Ibnu Al-Mu’tamir:
Tinggalkan dosa yang kecil maupun yang besar itulah takwa
Jadilah seperti orang yang berjalan di jalanan yang dipenuhi duri maka ia waspada terhadap seluruh yang ia lihat
Janganlah kamu meremehkan dosa kecil sesungguhnya gunung itu terbentuk dari kerikil
Maka selayaknya bagi kamu wahai saudaraku tercinta jika kamu menginginkan keluasan rezki dan kemakmuran hidup untuk bertakwa kepada Allah SWT dalam setiap urusanmu, dalam rumah tanggamu, pekerjaanmu, keluarga dan anakmu, dan hendaklah kamu menjaga dirimu dari  segala dosa, menjalankan perintah Tuhanmu, menjauhi larangan-laranga-Nya, memelihara diri dari perbuatan yang dapat mendatangkan siksa-Nya dalam bentuk melakukan kemungkaran atau meninggalkan kebajikan.
          Kedua: Istigfar dan taubat
           Diantara sebab-sebab yang mendatangkan rezki adalah istigfar dan taubat, Allah SWT berfirman seraya mengabarkan tentang Nuh as, bahwasanya ia berkata kepada kaumnya:
فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّاراً (10) يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَاراً (11) وَيُمْدِدْكُمْ بِأَمْوَالٍ وَبَنِينَ وَيَجْعَلْ لَكُمْ جَنَّاتٍ وَيَجْعَلْ لَكُمْ أَنْهَاراً
 “ Maka aku berkata (kepada mereka),“ mohonlah ampunan kepada tuhanmu, sungguh Dia maha pengampun, niscaya dia akan menurunkan hujan yang lebat dari langit kepadamu, dan Dia memperbanyak harta dan anak-anakmu, dan mengadakan kebun-kebun untukmu dan mengadakan sungai-sungai untukmu“. (QS: Nuh: 10-12).
           Imam Qurtubi mengatakan: “ Di dalam ayat ini dan di dalam surat Hud terdapat dalil yang menunjukan bahwa istigfar menjadi sarana untuk meminta turunnya rezki dan hujan“.
           Ibnu Katsir mengatakan:“ yakni jika kalian bertaubat kepada-Nya, beristigfar dan mentaati perintah-Nya, niscaya Dia akan memperbanyak rezki untuk kalian, menurunkan hujan dari keberkahan langit, menumbuhkan tumbuhan dari keberkahan bumi, menghidupkan tanaman, memperbanyak susu hewan-hewan perahan kalian dan menyokong kalian dengan harta dan keturunan, menjadikan untuk kalian kebun-kebun yang di dalamnya terdapat beraneka ragam buah-buahan serta mengalirkan sungai-sungai di dalamnya“.
           Mut’rif meriwayatkan dari As-Sya’bi bahwa Amirul mukminin Umar r.a. keluar meminta hujan dengan orang-orang, maka beliau tidak lebih dari mengucapkan istigfar hingga pulang, beliau ditanya: kami tidak mendengar engkau mengucapkan doa minta hujan, umar menjawab: aku meminta hujan dengan majadih langit yang dapat menjadi sebab diturunkanya hujan, kemudian beliau membaca:
فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ . يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَاراً
“ Maka aku berkata (kepada mereka),“ mohonlah ampunan kepada tuhanmu, sungguh Dia maha pengampun, niscaya dia akan menurunkan hujan yang lebat dari langit kepadamu.( QS: Nuh: 10-12).
              Seseorang pernah mengadukan kekeringan kepada Hasan Al-Bashri, maka beliau mengatakan: “ beristigfarlah kepada Allah “, dan seseorang yang lain mengadukan kepadanya tentang kekeringan pada kebunya, maka beliau mengatakan: “ beristigfarlah kepada Allah “, terkait hal tersebut mereka mengatakan: orang-orang datang kepadamu mengadukan berbagai macam perkara, lalu engkau memerintahkan semuanya untuk beristigfar, beliau berkata: aku tidak mengatakan sesuatu dari diriku sendiri, sesungguhnya Allah SWT berfirman dalam surat Nuh:
فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّاراً .  يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَاراً   وَيُمْدِدْكُمْ بِأَمْوَالٍ وَبَنِينَ وَيَجْعَلْ لَكُمْ جَنَّاتٍ وَيَجْعَلْ لَكُمْ أَنْهَاراً
“ Maka aku berkata (kepada mereka),“ mohonlah ampunan kepada tuhanmu, sungguh Dia maha pengampun, niscaya dia akan menurunkan hujan yang lebat dari langit kepadamu, dan Dia memperbanyak harta dan anak-anakmu, dan mengadakan kebun-kebun untukmu dan mengadakan sungai-sungai untukmu“. (QS: Nuh: 10-12).

Allah SWT berfirman tentang Hud, bahwa ia berkata kepada kaumnya:
وَيَا قَوْمِ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَاراً وَيَزِدْكُمْ قُوَّةً إِلَى قُوَّتِكُمْ وَلا تَتَوَلَّوْا مُجْرِمِينَ
“ Dan (Hud berkata), “ wahai kaumku! Mohonlah ampunan kepada Tuhanmu lalu bertobatlah kepada-Nya, niscaya dia menurunkan hujan yang sangat deras, dia akan menambah kekuatan di atas kekuatanmu, dan janganlah kamu berpaling menjadi orang yang berdosa.“ (QS: Hud: 52).
Ibnu katsir berkata: “  Hud a.s. memerintahkan kaumnya agar beristigfar yang dapat menghapus dosa-dosa yang terdahulu, dan memerintahkan agar bertaubat atas apa yang akan datang, dan barang siapa memilki sifat ini. Maka Allah SWT akan mempermudah rezkinya dan semua urusanyan, serta menjaga keadaanya.“
Allah SWT berfirman:
وَأَنِ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ يُمَتِّعْكُمْ مَتَاعاً حَسَناً إِلَى أَجَلٍ مُسَمّىً وَيُؤْتِ كُلَّ ذِي فَضْلٍ فَضْلَهُ وَإِنْ تَوَلَّوْا فَإِنِّي أَخَافُ عَلَيْكُمْ عَذَابَ يَوْمٍ كَبِيرٍ
“ Dan hendaklah kamu memohon ampunan kepada Tuhanmu dan bertaubat kepada-Nya, niscaya dia akan memberi kenikmatan yang baik kepadamu sampai waktu yang telah ditentukan. Dan Dia akan memberi karunia-Nya kepada setiap orang yang berbuat baik. Dan jika kamu berpaling, maka sungguh, Aku takut kamu akan ditimpa azab pada hari yang besar (kiamat). (QS: Hud:3).
           Di dalam ayat ini Allah SWT menjanjikan kepada orang-orang yang beristigfar kepada-Nya dan bertaubat akan diberikan kenikmatan yang baik, yaitu keluasan rezki dan kemakmuran hidup, dan Dia menetapkan itu sebagai bentuk balasan atas syaratnya, yaitu istigfar dan taubat.
Rasulullah saw bersabda::
 مَن أكثر الاستغفار جعل الله له من كل همَّ فرجاً، ومن كل ضيق مخرجاً، ورزقه من حيث لا يحتسب ( رواه أحمد وأبو داود وصحح إسناده الشيخ أحمد شاكر)
“ Barang siapa memperbanyak istigfar, maka Allah SWT akan menjadikan kelapangan baginya dari setiap kecemasan dan jalan keluar dari setiap kesulitan serta memberinya rezki dari arah yang tidak ia duga ” (HR: Ahmad dan Abu Dawud, dan sanadnya disahihkan oleh syekh Ahmad Syakir).
           Wahai saudaraku yang tercinta, istigfar yang dapat mendatangkan rezki, memperbanyak dan mengundang keberkahan baginya serta meninggalkan bekas yang mendalam di hati adalah sesuatu yang hati dan lisan berpadu dalam menyuarakan, pelakunya tidak berketetapan hati dalam melakukan dosanya. Adapun orang yang beristigfar dengan lisanya sedang ia berketetapan hati untuk melakukan dosanya, maka ia adalah bohong dalam beristigfar dan tidak ada faedah  dalam istigfarnya.
           Jika anda menginginkan keluasan rezki dan kemakmuran hidup, maka bersegeralah beristigfar, baik dengan ucapan atupun perbuatan, jangan hanya mencukupkan istigfar dengan lisan saja, karena itu adalah prilaku para pembohong.
           Ketiga: Tawakal kepada Allah SWT.
           Dan diantara sebab yang mendatangkan rezki adalah: tawakal kepada Allah SWT, Allah berfirman:
" وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لا يَحْتَسِبُ وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ إِنَّ اللَّهَ بَالِغُ أَمْرِهِ قَدْ جَعَلَ اللَّهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْراً " (الطلاق:3)
“ Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan (yang dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.” (At-Talak: 3). Maka barang siapa hatinya senantiasa terkait dengan Allah SWT dalam usaha memperoleh manfaat dan menolak madharat, menyerahkan semua urusan kepada-Nya, niscaya Allah SWT akan menghilangkan darinya apa yang menggelisahkanya dan sirnalah apa yang menyusahkanya dan Dia memberinya rezki dari arah yang sempit atas manusia.
Dan Nabi saw bersabda:
" لو أنكم توكلون على الله حق توكله لرزقكم كما يرزق الطير، تغدو خماصاً، وتروح بطانا " رواه أحمد والترمذي وصححه الألباني
“ Kalau sekiranya kalian bertawakal kepada Allah SWT dengan tawakal yang sebenarnya, niscaya Dia akan member kalian rezki yang sebagaimana Dia memberi rezki kepada burung yang pergi di waktu pagi dengan perut kosong dan pulang di waktu sore dalam keadaan kenyang” ( HR: Ahmad dan Tirmizi, disahihkan oleh Al-Bani).
           Ibnu Rajab mengatakan: ” Hadits di atas adalah landasan dalam masalah tawakal, ia (tawakal) adalah termasuk sarana yang teragung yang dapat menjadi sebab diturunkanya rezki.” Para salaf mengatakan: “ Bertawakalah, niscaya akan digiring kepadamu berbagai rezki dengan tanpa beban dan keletihan.”
           Tawakal kepada Allah SWT adalah menampakan kelemahan dan bergantung kepada-Nya semata, dengan keyakinan bahwa tidak ada zat yang dapat berbuat di jagat raya melainkan Allah SWT, dan bahwa setiap yang ada; makhluk, rezki, pemberian dan pelarangan, madharat dan manfaat, kefakiran dan kekayaan, sakit dan sehat, mati dan hidup dan segala yang bereksistensi adalah dari Allah SWT semata.
           Hakikat tawakal sebagaimana yang dikatakan Ibnu rajab adalah: kejujuran hati dalam bergantung kepada Allah SWT dalam mencari manfaat dan menghindari madharat dalam urusan dunia maupun akhirat, menyerahkan segala urusan kepada-Nya serta mengimani bahwasanya tidak ada yang dapat memberi dan menolak, memberi manfaat atau menimpakan madharat melainkan Dia.
           Tawakal kepada Allah tidak berarti meninggalkan usaha, karena Allah SWT memerintahkan agar melakukan usaha disamping tawakal, usaha dan menjalankan sebab-sebab adalah bentuk ketaatan kepada-Nya, adapun tawakal dengan hati adalah bentuk keimanan kepada-Nya, sebagaimana Allah berfirman:
" يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا خُذُوا حِذْرَكُمْ فَانْفِرُوا ثُبَاتٍ أَوِ انْفِرُوا جَمِيعاً " (النساء:71)
“ Hai orang-orang yang beriman, bersiap siagalah kamu, dan majulah ( ke medan pertempuran) berkelompok-kelompok, atau majulah bersama-sama. ( An-Nisa’: 71).
Dan berfirman:
وَأَعِدُّوا لَهُمْ مَا اسْتَطَعْتُمْ مِنْ قُوَّةٍ وَمِنْ رِبَاطِ الْخَيْلِ  )الأنفال:60)
“ Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang.” (QS: Al-Anfal: 60)
 وقال: فَإِذَا قُضِيَتِ الصَّلاةُ فَانْتَشِرُوا فِي الْأَرْضِ وَابْتَغُوا مِنْ فَضْلِ اللَّهِ وَاذْكُرُوا اللَّهَ كَثِيراً لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُون (الجمعة:10)
“ Apabila telah ditunaikan sembayang, maka bertebaranlah kamu di muka bumi, dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.” (QS: Al-Jumu’ah: 10)
           Seorang muslim dituntut untuk melakukan usaha dengan tidak bergantung kepadanya, tetapi meyakini bahwa segala urusan adalah milik Allah, dan bahwa rezki itu dari-Nya semata.
Keempat: Silaturahim
           Dan diantara sebab-sebab yang mendatangkan rezki juga adalah silaturahim, banyak hadits yang menunjukan itu, diantaranya:
عن أبي هريرة قال: سمعت رسول الله يقول: ((مَنْ سَرَّه أن يبسط له في رزقه، وأن ينسأ له في أثره؛ فليصل رحمه )) (رواه البخاري)
“ Dari Abu Hurairah semoga Allah meridhoinya, ia berkata: Aku mendengar Rasulullah saw bersabda: “ Barangsiapa ingin diluaskan rezkinya dan dipanjangkan umurnya, maka hendaknya ia menjalin silaturahim” ( HR: bukhari).
وعن أنس بن مالك أن رسول الله قال: (( مَن أَحب أن يُبسط له في رزقه، وينسأ له في أثره؛ فليصل رحمه)) (رواه البخاري)
 “ Dan dari Anas bin Malik semoga Allah meridhoinya, bahwasanya Rasulullah saw bersabda: “Barang siapa ingin diluaskan rezkinya dan dipanjangkan umurnya, maka hendaknya ia menjalin silaturahim” (HR: Bukhari).
           Imam Bukhari mengkhususkan dua hadits di atas dalam bab orang yang diluaskan rezkinya melalui silatirahim.
وعن أبي هريرة أن النبي قال: تعلّموا من أنسابكم ما تصلون به أرحامكم، فإن صلة الرحم محبةٌ في الأهل، مثراةٌ في المال، منساةٌ في العمر . (رواه أحمد وصححه الألباني)
“ Dan dari Abu Hurairah –semoga Allah meridhoinya- bahwasanya nabi saw bersabda: pelajarilah nasab-nasab kalian agar kalian dapat menjalin silaturahim, karena silaturahim dapat membawa kecintaan kepada keluarga, menambah harta dan memperpanjang umur. (HR: Ahmad dan disahihkan Al-Albani).
وعن علي بن أبي طالب أن النبي قال: مَنْ سرَّه أن يمدَّ له في عمره، ويوسَّع عليه في رزقه، ويدفع عنه ميتة السوء؛ فليتق الله، وليصل رحمه. (رواه أحمد وصحح إسناده الشيخ أحمد شاكر)
“ Dari Ali bin Abi Talib –semoga Allah meridhoinya- bahwasanya Nabi saw bersabda: “ Barang siapa yang senang untuk dipanjangkan umurnya, diluaskan rezkinya, dihindarkan dari kematian yang buruk, maka hendaklah bertakwa kepada Allah dan menjalin silaturahim.” (HR: Ahmad, dan sanadnya disahihkan oleh Syekh Ahmad Syakir).
           Abdullah bin Umar –semoga Allah meridhoinya- mengatakan: “ Barang siapa bertakwa kepada Tuhanya, menjalin silaturahim, niscaya dipanjangkan umurnya, ditambah rezkinya dan dicintai keluarganya. 
           Melalui hadits-hadits ini, Nabi saw menjelaskan bahwa silaturahim membuahkan banyak faedah yang baik diantaranya; keluasan rezki, panjang umur, menghindari kematian yang buruk, dan ia adalah sebab yang mendatang kecintaan keluarga terhadap pelakunya.
           Siapakah yang dimaksud rahim/ar’ham?, bagaimana cara menjalin silaturahim dengan mereka?
Rahim/ar’ham adalah kerabat, mereka orang-orang yang ada ikatan nasab dengan anda, baik anda bagian dari ahli waris mereka atau tidak, dan ada hubungan mahram atau tidak.
           Silaturahim dengan mereka dapat dilakukan dengan banyak cara, diantaranya; berkunjung, memberi hadiah, menanyakan tentang mereka, melihat kondisi mereka, bersedekah kepada yang fakir diantara mereka, lembut dengan yang kaya dan menghormati yang besar, atau dengan mengundang mereka dan meyambutnya dengan sebaik-baik sambutan, ikut serta dalam kegembiraan dan berbagi dalam kesedihan mereka, sebagaimana bisa juga  dengan cara mendoakan mereka, berlapang dada, memenuhi undangan, menjenguk yang sakit, menunjukan mereka jalan kebenaran, mengajak mereka kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar, bisa juga silaturahim dengan mereka melalui harta; membantu dalam memenuhi kebutuhan mereka, menghilangkan kesusahan dari mereka, bermuka ceriah dihadapan mereka dsb.
           Kelima: Infak di jalan Allah SWT.
           Banyak dalil dari kitab maupun sunah menunjukan bahwa infak di jalan Allah SWT termasuk diantara sebab yang dapat mendatangkan rezki, diantaranya firman Allah:
 قُلْ إِنَّ رَبِّي يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ وَيَقْدِرُ لَهُ وَمَا أَنْفَقْتُمْ مِنْ شَيْءٍ فَهُوَ يُخْلِفُهُ وَهُوَ خَيْرُ الرَّازِقِينَ  (سبأ:39).
“ Katakanlah: “ sesungguhnya Tuhanku melapangkan rezki bagi siapa yang dikehendaki-Nya diantara hamba-hamba-nya dan menyempitkan bagi (siapa yang dikehendakinya)”, dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dia-lah pemberi rezki yang sebaik-baiknya. (QS: Saba’: 39).
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَنْفِقُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا كَسَبْتُمْ وَمِمَّا أَخْرَجْنَا لَكُمْ مِنَ الْأَرْضِ وَلا تَيَمَّمُوا الْخَبِيثَ مِنْهُ تُنْفِقُونَ وَلَسْتُمْ بِآخِذِيهِ إِلَّا أَنْ تُغْمِضُوا فِيهِ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ حَمِيدٌ (267) الشَّيْطَانُ يَعِدُكُمُ الْفَقْرَ وَيَأْمُرُكُمْ بِالْفَحْشَاءِ وَاللَّهُ يَعِدُكُمْ مَغْفِرَةً مِنْهُ وَفَضْلاً وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ  (البقرة:267، 268).
“ Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang kami keluarkan dari bumi untuk kamu. Dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu nafkahkan dari padanya, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memicingkan mata terhadapnya. Dan ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.“ (QS: Al-Baqarah: 267-268).
           Ibnu Abas mengatakan: “ Dua perkara dari Allah dan dua dari setan,“ Setan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan“ seraya mengatakan: Jangan kamu infakan hartamu, biarkan ia menumpuk karena kamu akan membutuhkanya, “ Dan menyuruh kamu berbuat kejahatan“. “ Sedang Allah menjanjikan untukmu ampunan daripada-Nya“ atas kemaksiatan-kemaksiatan itu,“ Dan karunia“ dalam rezki “. Ampunan adalah perlindungan atas hamba-hamba-Nya di dunia dan di akhirat, sedang karunia adalah keluasan rezki di dunia dan di akhirat serta kenikmatan di akhirat.
           Dan diantara dalilnya adalah sabda Rasulullah saw:
" قال الله تبارك وتعالى: يا ابن آدم، أنفق أنفق عليك " ( رواه  مسلم)
“ Allah SWT berfirman: Wahai ibnu Adam, berinfaklah, niscaya Aku akan memberi nafkah kepadamu“ ( HR: Muslim).
" ما من يوم يصبح العباد فيه إلا ملكان ينزلان فيقول أحدهما: اللهم أعط منفقاً خلفاً، ويقول الآخر: اللهم أعط ممسكاً تلفا " ( رواه البخاري )
“ Tiada pagi hari bagi hamba melainkan turun pada saat itu dua malaikat, salah satu dari mereka mengatakan: Ya Allah, berilakanlah kepada orang yang menginfakan (hartanya) penggantinya, yang kedua mengatakan: Ya Allah berikanlah kepada orang yang enggan berinfak kerusakan (atas hartanya).” (HR: Bukhari).
Dan sabda Rasul saw:
     أنفق يا بلال، ولا تخش من ذي العرش إقلالاً ) “ رواه البيهقي وصححه الألباني(
    “ Berinfakanlah ya Bilal, jangan khawatirkan kekurangan dari Sang Pemilik Arsy“.
           Semua hadits di atas mengajak berinfak di jalan kebaikan, dan menyampaikan kabar gembira tentang akan diberikanya pengganti (atas harta yang diinfakan) dari karunia Allah SWT bagi orang yang berinfak, serta mengangkat kedudukannya di segenap hati manusia.
           Keenam: Mengerjakan haji dan umrah secara berurutan.
           Mengerjakan haji dan umrah secara berurutan termasuk diantara sebab yang mendatangkan keluasan rezki dan kemudahan urusan, dari Ibnu Mas’ud r.a. ia berkata: Rasulullah saw bersabda:
" تابعوا بين الحج والعمرة، فإنهما ينفيان الفقر والذنبوب كما ينفي الكير خبث الحديد والذهب والفضة، وليس للحجة المبرورة ثواب إلا الجنة " (رواه الترمذي والنسائي وصححه الألباني )
“ Laksanakanlah haji dan umroh secara beriringan, karena ia dapat menghapus kefakiran dan dosa sebagaimana api melenyapkan karatan besi, emas dan perak, dan tidak ada balasan atas haji mabrur melainkan surga.”( HR: Tirmizi dan Nasa’I, dan disahihkan Imam Al-Bani).
" تابعوا بين الحج والعمرة، فإنهما ينفيان الفقر والذنوب كما ينفي الكير خبث الحديد " ( رواه النسائي وصححه الألباني)
“ Laksanakanlah haji dan umroh secara beriringan, karena ia dapat menghapus kefakiran dan dosa sebagaimana api melenyapkan karatan besi, emas dan perak.” (HR: Nasa’I dan disahihkan Al-Bani).
           Melakukan secara beriringan antara haji dan umrah artinya: jadikanlah salah satu dari keduanya mengiringi yang lain, yakni: jika anda telah menjalankan haji maka lakukanlah umrah, dan jika anda telah menjalankan umrah maka lakukanlah haji, begitulah keduanya terjadi secara beriringan.
           Ketujuh: Berbuat baik kepada orang lemah.
           Nabi saw menjelaskan bahwa Allah SWT memberi rezki kepada hamba-hamba-Nya dan menolong mereka disebabkan kebaikan mereka kepada orang-orang lemah, dari Mus’ab bin Sa’ad r.a. berkata: Saad r.a. melihat bahwa dirinya memiliki kelebihan atas orang lain( orang lemah), maka Rasulullah saw bersabda:
" هل تنصرون وترزقون إلا بضعفائكم " (رواه البخاري)
“ Kalian tidaklah mendapat pertolongan dan rezki melainkan disebabkan oleh orang-orang lemah diantara kalian“ (HR: Bukhari).
           Orang-orang lemah yang dijelaskan Nabi saw bahwa berbuat baik kepada mereka dapat menjadi sebab datangnya rezki dan kemenangan terhadap musuh ada beberapa macam: diantara mereka ada kaum fuqara, anak-anak yatim, orang-orang miskin, orang-orang sakit, orang-orang asing, para wanita yang tidak memiliki orang yang menanggung nafkahnya, dan budak. Bentuk berbuat baik kepada mereka berbeda-beda, berbuat baik kepada orang fakir yang tidak memilki harta dengan sedekah, hadiah, pemberian dan pertolongan, berbuat baik kepada anak yatim dan wanita (yang tidak memiliki orang yang menanggung nafkahnya) dengan memantau kondisi mereka dan membantu mereka dengan cara yang baik, sedang berbuat baik kepada orang-orang sakit dengan menjenguk mereka dan menganjurkan agar sabar dan senantiasa mengharap ridho-Nya... dan begitu seterusnya.
           Wahai saudaraku tercinta, jika anda mengingkan kemenangan Allah SWT dan pertolongan-Nya serta keluasan rezki, maka berbuat baiklah kepada kaum lemah, muliakanlah mereka dan  pantaulah kondisi mereka, dan ketahuilah bahwa berlaku buruk dan menyakiti  mereka adalah sebab tertutupnya pintu rezki, dan dalam kisah para pemilik kebun yang Allah SWT ceritakan dalam surat al-qalam terdapat pelajaran dan nasehat yang berharga.
           Kedelapan: Totalitas dalam ibadah.
 عن أبي هريرة عن النبي قال: إن الله تعالى يقول: يا ابن آدم، تفرغ لعبادتي أملاً صدرك غنى، واسد فقرك، وإن لا تفعل ملأت يدك شغلاً، ولم أسد فقرك " (رواه الترمذي وابن ماجه وصححه الألباني)
“ Dari Abu Hurairah r.a. dari Nabi saw, ia bersabda,“ Sesungguhnya Allah SWT berfirman,“ Wahai anak Adam, totalitaslah dalam beribadah, niscaya Aku akan memenuhi dadamu dengan kekayaan dan menutup kefakiranmu, dan jika kamu tidak melakukanya, maka Aku akan memenuhi tanganmu dengan kesibukan dan menutup kefakiranmu.“ (HR: Tirmizi dan Ibnu Majah, disahihkan oleh Al-Bani).
وعن معقل بن يسار قال: قال رسول الله :  يقول ربكم تبارك وتعالى: يا ابن آدم، تفرغ لعبادتي أملأ قلبك غنى، وأملأ يديك رزقاً. يا بان آدم، لا تباعدني فأملأ قلبك فقرا، وأملأ يديك شغلاً " (رواه الحاكم وصحح إسناده ووافقه الألباني)
“ Dan dari Ma’qal bin Yasar r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda," Allah SWT berfirman,” Wahai anak Adam, totalitaslah dalam beribadah, niscaya Aku akan memenuhi hatimu dengan kekayaan dan kedua tanganmu denganmu rezki. Wahai anak Adam, janganlah engkau menjauhiku maka Aku memenuhi hatimu dengan kefakiran dan kedua tanganmu dengan kesibukan.” (HR: Hakim, dengan sanad disahihkan olehnya dan disepakati Al-AlBani).
           Di dalam kedua hadits ini Allah SWT menjanjikan orang-orang yang totalitas dalam ibadah dengan dua hal, yaitu; memenuhi hatinya dengan kekayaan, kedua tangannya dengan rezki, dan mengancam orang yang enggan bertotalitas dengan dua sangsi, yaitu: memenuhi hatinya dengan kefakiran dan kedua tanganya dengan kesibukan, dan kita yakin jika Allah SWT telah mengkayakan hati seseorang, maka selamanya ia tidak akan pernah didekati kefakiran, dan jika Allah SWT memenuhi tanganya dengan rezki, maka selamanya ia tidak akan pernah merugi.
           Totalitas dalam beribadah tidak berarti meninggalkan mata pencaharian dan terputus dari mencari rezki serta duduk di masjid siang dan malam, akan tetapi maksudnya adalah hendaklah seorang hamba datang dengan hati dan jasadnya saat beribadah, khusu‘ dan tunduk kepada Allah, menghadirkan keagungan penciptanya, merasakan bahwa ia sedang bermunajat kepada Sang penguasa langit dan bumi.
           Dan berikut ini beberapa sebab yang mendatangkan rezki selain yang di atas, dan akan saya sebutkan dengan singkat:
           Kesembilan: Hijrah dijalan Allah SWT.
Allah SWT berfirman:
" وَمَنْ يُهَاجِرْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ يَجِدْ فِي الْأَرْضِ مُرَاغَماً كَثِيراً وَسَعَةً " (النساء:100)
“ Barang siapa hijrah di jalan Allah, niscaya mereka mendapati di muka bumi ini tempat hijrah yang luas, dan rezki yang banyak.“ ( QS: An-Nisa‘: 100).
           Ibnu Abbas dan ulama lainya mengatakan:“ وَسَعَةً artinya; keluasan rezki. Imam Qatadah mengatakan: maknanya adalah; keluasan dari kesesatan kepada petunjuk, dan dari kefakiran kepada kekayaan.
           Kesepuluh: Jihad di jalan Allah.
           Sabda Rasul saw:
" وجُعل رزقي تحت ظل رمحي " (رواه أحمد)
“ Dan dijadikan rezkiku dari bawah tombaku” ( HR: Ahmad).
Kesebelas: Bersyukur kepada Allah SWT.
Allah SWT berfirman:
" وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ      "
Dan ( ingatlah juga), tatkalah Tuhanmu mema’lumkan: Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmatku), maka azabku sangat pedih.” (QS: Ibrahim: 7). Allah SWT mengaitkan bertambahnya rezki dengan bersyukur, dan bertambahnya rezki tidak ada habisnya. Umar bin abdul Aziz berkata: “ Mereka mengaitkan Datangnya nikmat Allah dengan bersyukur kepada-Nya, Syukur adalah syarat datangnya kenikmatan dan sebab bertambahnya rezki.
           Kedua belas: Nikah
           Allah SWT berfirman:
" وَأَنْكِحُوا الْأَيَامَى مِنْكُمْ وَالصَّالِحِينَ مِنْ عِبَادِكُمْ وَإِمَائِكُمْ إِنْ يَكُونُوا فُقَرَاءَ يُغْنِهِمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ "
“ Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian diantara kamu, dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang perempuan, jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.“ ( QS: An-Nur: 32). Umar bin Khatab pernah mengatakan: “ Orang yang enggan mencari kekayaan melalui nikah itu aneh, padahal Allah SWT mengatakan:
" إِنْ يَكُونُوا فُقَرَاءَ يُغْنِهِمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ "

“Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.“
           Kedua belas: Berlindung kepada Allah saat mengalami kemiskinan.
Rasulullah saw bersabda:
" من نزلت به فاقةٌ فأنزلها بالناس لم تسد فاقته، ومن نزلت به فاقة فأنزلها بالله فيوشك الله له برزق عاجل أو آجل " (رواه الترمذي وصححه الألباني)
Barang siapa menderita kefakiran lalu berlindung kepada manusia, maka itu tidak akan menutup kefakiranya, dan barang siapa mengalami kefakiran, lalu ia berlindung kepada Allah SWT, maka Allah akan memberinya rezki dengan segera atau tertunda.“ ( HR: Tirmizi, disahihkan Al-Albani).
           Keempat belas: Meninggalkan maksiat dan istiqamah di jalan agama Allah dan menjalankan ketaatan.
           Ini adalah ringkasan dari seluruh sebab di atas, di mana rezki tidak akan diberikan kecuali melalui ketaatan, dan tidak dilenyapkan kecuali disebabkan maksiat dan dosa, dan sungguh seorang hamba akan tercegah dari mendapatkan rezki dikarenakan dosa yang menimpanya, maka dosa dan maksiat adalah sebab terbesar yang dapat menutup pintu rezki atas pelakunya, mempersempit kemampuan dan mempersulit sumber penghidupanya serta menghalangi keberkahan dari kehidupanya. Allah SWT berfirman:
)   وَأَلَّوِ اسْتَقَامُوا عَلَى الطَّرِيقَةِ لَأَسْقَيْنَاهُمْ مَاءً غَدَقاً ]   الجن: 16]
“ Dan bahwasanya jikalau mereka tetap berjalan lurus di atas jalan itu ( agama islam), benar-benar kami akan memberi air yang segar ( rezki yang banyak). (QS: Jin: 16). Maksudnya jika mereka istiqomah di atas jalan kebenaran, iman dan petunjuk, dalam keadaan mereka beriman dan taat, niscaya kami berikan mereka kemudahan di dunia dan kami luaskan rezkinya.
           Saudaraku yang tercinta, sesungguhnya maksiat itu dapat menghapus kenikmatan yang ada dan memutus kenikmatan yang berikutnya,, apa yang ada di sisi Allah SWT tidak didapatkan kecuali dengan ketaatan, dan Dia telah menjadikan bagi segala sesuatu sebab yang mendatangkanya dan sebab yang melenyapkanya, Dia menjadikan ketaatan sebagai sebab yang mendatangkan nikmat-nya dan kemaksiatan sebagai sebab yang melenyapkan atau mencegahnya, jika kamu menghendaki keluasan rezki dan kehidupan yang makmur, maka tinggalkan kemaksiatan dan dosa, karena itu akan menghapus keberkahan dan melenyapkan rezki.
Demikianlah sebab sebab yang yang mendatangkan rezki yang dapat kami rangkum, jika ada kebaikannya, maka sesungguhnya itu semata-mata dari Allah SWT, dan jika sebaliknya, itu bersumber dari hawa nafsu dan setan, kita memohon taufik dan kebenaran dari-Nya, dan semoga salawat serta salam senantiasa tercurah untuk Nabi kita Muhamad, keluarga dan sahabat-Nya semua.

Tidak ada komentar