Mengapa Hati Keras Membatu ?

Mengapa Hati Keras Membatu ?

Hati adalah sumber penalaran, tempat pertimbangan, tumbuhnya cinta dan benci, keimanan dan kekufuran, taubat dan keras kepala, ketenangan dan kegoncangan.
Hati juga sumber kebahagiaan, jika kita mampu membersihkannya, namun sebaliknya merupakan sumber bencana jika menodainya. Aktivitas badan sangat tergantung lurus bengkoknya hati. Abu Hurairah Radhiallaahu anhu berkata, "Hati adalah raja, sedangkan anggota badan adalah tentara. Jika raja itu bagus, maka akan bagus pula tentaranya. Jika raja itu buruk, maka akan buruk pula tentaranya."
Tanda-Tanda Kerasnya HatiHati yang keras memiliki tanda-tanda yang bisa dikenali, di antara yang terpenting sebagai berikut :
Malas Melakukan Kataatan dan Amal Kebaikan
Terutama malas untuk menjalankan ibadah, bahkan mungkin meremehkan nya, melakukan shalat asal-asalan tanpa ada kekhusyukan dan kesungguhan, merasa berat dan enggan, merasa berat pula menjalankan ibadah-ibadah sunnah. Allah telah menyifati kaum munafiqin. Firman-Nya, artinya,
"Dan mereka tidak mengerjakan shalat, melainkan dengan malas dan tidak (pula) menafkahkan (harta) mereka, melainkan dengan rasa enggan." (At-Taubah : 54)
Tidak Tersentuh Oleh Ayat Al-Qur'an dan Petuah
Ketika disampaikan ayat-ayat yang berkenaan dengan janji dan ancaman Allah, maka tidak terpengaruh sama sekali, tidak mau khusyu' atau tunduk, dan juga lalai dari membaca al-Qur'an serta mendengarkannya, bahkan enggan dan berpaling darinya. Sedang kan Allah Subhannahu wa Ta'ala telah memperingatkan, artinya,
"Maka beri peringatanlah dengan al-Qur'an orang yang takut kepada ancaman-Ku." (Qaaf : 45)
Tidak Tersentuh dengan Ayat Kauniyah
Tidak tergerak dengan adanya peristiwa-peristiwa yang dapat memberikan pelajaran, seperti kematian, sakit, bencana dan semisalnya. Dia memandang kematian atau orang yang sedang diusung ke kubur sebagai sesuatu yang tidak ada apa-apanya, padahal cukuplah kematian itu sebagai nasihat.
"Dan tidakkah mereka (orang-orang munafik) memperhatikan bahwa mereka diuji sekali atau dua kali setiap tahun, kemudian mereka tidak (juga) bertaubat dan tidak (pula) mengambil pelajaran?" (At-Taubah :126)
Berlebihan Mencintai Dunia dan Melupakan Akhirat
Himmah dan segala keinginannya tertumpu untuk urusan dunia semata. Segala sesuatu ditimbang dari sisi dunia dan materi. Cinta, benci dan hubungan dengan sesama manusia hanya untuk urusan dunia saja. Ujungnya, jadilah dia seorang yang dengki, egois dan individualis, bakhil dan tamak terhadap dunia.
Kurang Mengagungkan Allah.
Sehingga hilang rasa cemburu dalam hati, kekuatan iman melemah, tidak marah ketika larangan Allah diterjang, serta tidak mengingkari kemungkaran. Tidak mengenal yang ma'ruf serta tidak peduli terhadap segala kemaksiatan dan dosa.
Kegersangan Hati
Kesempitan dada, mengalami kegoncangan, tidak pernah merasakan ketenangan dan kedamaian sama sekali. Hatinya gersang terus-menerus dan selalu gundah terhadap segala sesuatu.
Kemaksiatan Berantai
Termasuk fenomena kerasnya hati adalah lahirnya kemaksiatan baru akibat dari kemaksiatan yang telah dilakukan sebelumnya, sehingga menjadi sebuah lingkaran setan yang sangat sulit bagi seseorang untuk melepaskan diri.
Sebab-Sebab Kerasnya HatiDi antara faktor kerasnya hati, yang penting untuk kita ketahui yakni:
Ketergantungan Hati kepada Dunia serta Melupakan Akhirat
Kalau hati sudah keterlaluan mencintai dunia melebihi akhirat, maka hati tergantung terhadapnya, sehingga lambat laun keimanan menjadi lemah dan akhirnya merasa berat untuk menjalankan ibadah. Kesenangannya hanya kepada urusan dunia belaka, akhirat terabaikan dan bahkan ter-lupakan. Hatinya lalai mengingat maut, maka jadilah dia orang yang panjang angan-angan.
Seorang salaf berkata, "Tidak ada seorang hamba, kecuali dia mempunyai dua mata di wajahnya untuk memandang seluruh urusan dunia, dan mempunyai dua mata di hati untuk melihat seluruh perkara akhirat. Jika Allah menghendaki kebaikan seorang hamba, maka Dia membuka kedua mata hatinya dan jika Dia menghendaki selain itu (keburukan), maka dia biarkan si hamba sedemikian rupa (tidak mampu melihat dengan mata hati), lalu dia membaca ayat, "Maka apakah mereka tidak memperhatikan al-Qur'an ataukah hati mereka terkunci." (Muhammad : 24)
Lalai
Lalai merupakan penyakit yang berbahaya apabila telah menjalar di dalam hati dan bersarang di dalam jiwa. Karena akan berakibat anggota badan saling mendukung untuk menutup pintu hidayah, sehingga hati akhirnya menjadi terkunci. Allah berfirman, "Mereka itulah orang-orang yang hati, pendengaran dan penglihatannya telah dikunci mati oleh Allah, dan mereka itu lah orang-orang yang lalai" (QS.16:108)
Allah Subhannahu wa Ta'ala memberitahukan, bahwa orang yang lalai adalah mereka yang memiliki hati keras membatu, tidak mau lembut dan lunak, tidak mempan dengan berbagai nasehat. Dia bagai batu atau bahkan lebih keras lagi, karena mereka punya mata, namun tak mampu melihat kebenaran dan hakikat setiap perkara. Tidak mampu membedakan antara yang bermanfaat dan membahayakan. Mereka juga memiliki telinga, namun hanya digunakan untuk mendengarkan berbagai bentuk kebatilan, kedustaan dan kesia-siaan. Tidak pernah digunakan untuk mendengarkan al-haq dari Kitabullah dan Sunnah Rasul Shalallaahu alaihi wasalam (Periksa QS. Al A'raf 179)
Kawan yang Buruk
Ini juga merupakan salah satu sebab terbesar yang mempengaruhi kerasnya hati seseorang. Orang yang hidupnya di tengah gelombang kemaksiatan dan kemungkaran, bergaul dengan manusia yang banyak berku-bang dalam dosa, banyak bergurau dan tertawa tanpa batas, banyak mendengar musik dan menghabiskan hari-harinya untuk film, maka sangat memungkinkan akan terpengaruh oleh kondisi tersebut.
Terbiasa dengan Kemaksiatan dan Kemungkaran
Dosa merupakan penghalang seseorang untuk sampai kepada Allah. Ia merupakan pembegal perjalanan menuju kepada-Nya serta membalikkan arah perjalanan yang lurus.
Kemaksiatan meskipun kecil, terkadang memicu terjadinya bentuk kemaksiatan lain yang lebih besar dari yang pertama, sehingga semakin hari semakin bertumpuk tanpa terasa. Dianggapnya hal itu biasa-biasa saja, padahal satu persatu kemaksiatan tersebut masuk ke dalam hati, sehingga menjadi sebuah ketergantungan yang amat berat untuk dilepaskan. Maka melemahlah kebesaran dan keagungan Allah di dalam hati, dan melemah pula jalannya hati menuju Allah dan kampung akhirat, sehingga menjadi terhalang dan bahkan terhenti tak mampu lagi bergerak menuju Allah.
Melupakan Maut, Sakarat, Kubur dan Kedahsyatannya.
Termasuk seluruh perkara akhirat baik berupa adzab, nikmat, timbangan amal, mahsyar, shirath, Surga dan Neraka, semua telah hilang dari ingatan dan hatinya.
Melakukan Perusak Hati
Yang merusak hati sebagaimana dikatakan Imam Ibnul Qayyim ada lima perkara, yaitu banyak bergaul dengan sembarang orang, panjang angan-angan, bergantung kepada selain Allah, berlebihan makan dan berlebihan tidur.
SolusiHati yang lembut dan lunak merupakan nikmat Allah yang sangat besar, karena dia mampu menerima dan menyerap segala yang datang dari Allah. Allah mengancam orang yang berhati keras melalui firman-Nya,
"Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka yang membatu hatinya untuk mengingat Allah.Mereka itu dalam kesesatan yang nyata. (Az-Zumar: 22)
Di antara hal-hal yang dapat membantu menghilangkan kerasnya hati dan menjadikannya lunak, lembut dan terbuka untuk menerima kebenaran dari Allah yakni:
Ma'rifat (mengenal) Allah
Siapa yang kenal Allah, maka hatinya pasti akan lunak dan lembut, dan siapa yang jahil terhadap-Nya, maka akan keras hatinya. Semakin bodoh seseorang terhadap Allah, maka akan semakin berani melanggar batasan-Nya. Dan semakin seseorang berfikir tentang Allah, maka semakin sadar akan kebesaran Allah, keluasan nikmat serta kekuasaan Nya. 
Mengingat Maut
Pertanyaan kubur, kegelapannya, sempit dan sepinya, juga penderitaan menjelang sakaratul maut termasuk ke dalam mengingat maut. Memperhatikan pula orang-orang yang telah mendekati kematian dan menghadiri jenazah. Hal itu dapat membangunkan ketertiduran hati kita, dan mengingatkan dari keterlenaan. Sa'id bin Jubair berkata, "Seandainya mengingat mati lepas dari hatiku, maka aku takut kalau akan merusak hatiku." 
Berziarah Kubur dan Memikirkan Penghuninya.
Bagaimana mereka yang telah ditimbun tanah, bagaimana mereka dulu makan, minum dan berpakaian dan kini telah hancur di dalam kubur, mereka tinggalkan segala yang dimiliki, harta, kekuasaan maupun keluarga, lalu ingat dan berfikir, bahwa sebentar lagi dia juga akan mengalami hal yang sama. 
Memperhatikan Ayat-ayat Al- Qur'an.
Memikirkan ancaman dan janjinya, perintah dan larangannya. Karena dengan memikirkan kandungannya, maka hati akan tunduk, iman akan bergerak mendorong untuk berjalan menuju Rabbnya, hati menjadi lunak dan takut kepada Allah.
Mengingat Akhirat dan Kiamat
Huru-hara dan kedahsyatannya, Surga dengan kenimatannya, neraka dengan penderitaannya yang disediakan bagi para pelaku dosa dan kemaksiatan. 
Memperbanyak Dzikir dan Istighfar
Dzikir dapat melunakan hati yang keras. Karena itu selayaknya seorang hamba mengobati hatinya dengan berdzikir kepada Allah, sebab ketika kelalaian bertambah, maka kekerasan hati makin memuncak pula. 
Mendatangi Orang Shalih dan Bergaul dengen Mereka.
Orang shaleh akan memberikan semangat ketika kita lemah, mengingatkan ketika lupa, dan memberikan jalan ketika kita bingung dan pertemuan dengan mereka akan membantu kita dalam melakukan ketaatan kepada Allah
Berjuang, Introspeksi dan Melihat Kekurangan Diri.
Manusia, jika tidak mau berjuang, introspeksi dan melihat kekurangan diri, maka dia tidak tahu, bahwa dirinya sakit dan banyak kekurangan. Jika dia tidak merasa sakit atau punya kekurangan, maka bagaimana mungkin dia akan memperbaiki diri atau berobat?
Wallahu a'lam, semoga Allah Subhannahu wa Ta'ala melunakkan hati kita semua untuk menerima dan menjalankan kebenaran, amin ya Rabbal 'alamin.
Sumber : Kutaib "Limadza Taqsu Qulubuna" Al-Qism al-Ilmi Darul Wathan.

Harkat Wanita

Harkat Wanita
"Hai sekalian manusia, bertaqwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kalian dari diri yang satu, dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertaqwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain dan (peliharalah) hubungan silaturrahmi. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu." (QS: An-Nisa :1)
Allah SWT menjadikan sepasang manusia pria dan wanita sebagaimana Allah menciptakan ciptaan lainnya berpasangan pula. Ada siang, ada malam, ada bumi ada langit dst. Masing-masing diciptakan berbeda sesuai dengan kodratnya, dan yang paling mulia disisi Allah adalah yang paling bertaqwa di antara mereka ( QS : Al-Hujurat:13 dan Al-Imran:195 ). Karena itu peran masing-masing diatur oleh Islam agar tidak melebihi porsinya yang berarti hilang keseimbangannya. Kalau dalam abad kegelapan atau jahiliyah, wanita tidak mendapat tempat yang layak seperti diceritakan oleh (QS : An-Nahl:58-59). Islam telah mengangkat harkat wanita dan menjadikannya pendamping pria.

Hakikat Kepemimpinan

Hakikat Kepemimpinan
 Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat selalu membutuhkan adanya pemimpin. Di dalam kehidupan rumah tangga diperlukan adanya pemimpin atau kepala keluarga, begitu pula halnya di masjid sehingga shalat berjamaah bisa dilaksanakan dengan adanya orang yang bertindak sebagai imam, bahkan perjalanan yang dilakukan oleh tiga orang muslim, harus mengangkat salah seorang diantara mereka sebagai pemimpin perjalanan. Ini semua menunjukkan betapa penting kedudukan pemimpin dalam suatu masyarakat, baik dalam skala yang kecil apalagi skala yang besar. Untuk tujuan memperbaiki kehidupan yang lebih baik, seorang muslim tidak boleh mengelak dari tugas kepemimpinan, Rasulullah Saw bersabda: Barangsiapa yang diserahi kekuasaan urusan manusia lalu menghindar (mengelak) melayani kaum lemah dan orang-orang yang membutuhkannya, maka Allah tidak akan mengindahkannya pada hari kiamat (HR. Ahmad).

Di dalam Islam, pemimpin kadangkala disebut imam tapi juga khalifah. Dalam shalat berjamaah, imam berarti orang yang didepan. Secara harfiyah, imam berasal dari kata amma, ya’ummu yang artinya menuju, menumpu dan meneladani. Ini berarti seorang imam atau pemimpin harus selalu didepan guna memberi keteladanan atau kepeloporan dalam segala bentuk kebaikan. Disamping itu, pemimpin disebut juga dengan khalifah yang berasal dari kata khalafa yang berarti di belakang, karenanya khalifah dinyatakan sebagai pengganti karena memang pengganti itu dibelakang atau datang sesudah yang digantikan. Kalau pemimpin itu disebut khalifah, itu artinya ia harus bisa berada di belakang untuk menjadi pendorong diri dan orang yang dipimpinnya untuk maju dalam menjalani kehidupan yang baik dan benar sekaligus mengikuti kehendak dan arah yang dituju oleh orang yang dipimpinnya kearah kebenaran.

Dari pengantar di atas, terasa dan terbayang sekali betapa dalam pandangan Islam, pemimpin memiliki kedudukan yang sangat penting, karenanya siapa saja yang menjadi pemimpin tidak boleh dan jangan sampai menyalahgunakan kepemimpinannya untuk hal-hal yang tidak benar. Karena itu, para pemimpin dan orang-orang yang dipimpin harus memahami hakikat kepemimpinan dalam pandangan Islam yang secara garis besar dalam lima lingkup.

1. Tanggung Jawab, Bukan Keistimewaan.

Ketika seseorang diangkat atau ditunjuk untuk memimpin suatu lembaga atau institusi, maka ia sebenarnya mengemban tanggung jawab yang besar sebagai seorang pemimpin yang harus mampu mempertanggungjawabkannya,. Bukan hanya dihadapan manusia tapi juga dihadapan Allah Swt. Oleh karena itu, jabatan dalam semua level atau tingkatan bukanlah suatu keistimewaan sehingga seorang pemimpin atau pejabat tidak boleh merasa menjadi manusia yang istimewa sehingga ia merasa harus diistimewakan dan ia sangat marah bila orang lain tidak mengistimewakan dirinya.

Oleh karena itu, ketika Umar bin Abdul Aziz, seorang khalifah yang cemerlang datang ke sebuah pasar untuk mengetahui langsung keadaan pasar, maka ia datang sendirian dengan penampilan biasa, bahkan sangat sederhana sehingga ada yang menduga kalau ia seorang kuli panggul lalu orang itupun menyuruhnya untuk membawakan barang yang tak mampu dibawanya. Umar membawakan barang orang itu dengan maksud menolongnya, bukan untuk mendapatkan upah. Namun ditengah jalan, ada orang memanggilnya dengan panggilan yang mulia sehingga pemilik barang yang tidak begitu memperhatikannya menjadi memperhatikan siapa orang yang telah disuruhnya membawa barangnya. Setelah ia tahu bahwa Umar sang khalifah yang disuruhnya, iapun meminta maaf, namun Umar merasa hal itu bukanlah suatu kesalahan. Karena kepemimpinan itu tanggung jawab atau amanah yang tiodak boleh disalahgunakan, maka pertanggungjawaban menjadi suatu kepastian, Rasulullah Saw bersabda: Setiap kamu adalah pemimpin dan setiap kamu akan dimintai pertanggungjawaban tentang kepemimpinan kamu (HR. Bukhari dan Muslim)

2. Pengorbanan, Bukan Fasilitas

Menjadi pemimpin atau pejabat bukanlah untuk menikmati kemewahan atau kesenangan hidup dengan berbagai fasilitas duniawi yang menyenangkan, tapi justru ia harus mau berkorban dan menunjukkan pengorbanan, apalagi ketika masyarakat yang dipimpinnya berada dalam kondisi sulit dan sangat sulit. Karenanya dalam suatu riwayat diceritakan bahwa Umar bin Abdul Aziz sebelum menjadi khalifah menghabiskan dana untuk membeli pakaian yang harganya 400 dirham, tapi ketika ia menjadi khalifah ia hanya membeli pakaian yang harganya 10 dirham, hal ini ia lakukan karena kehidupan yang sederhana tidak hanya harus dihimbau, tapi harus dicontohkan langsung kepada masyarakatnya. Karena itu menjadi terasa aneh bila dalam anggaran belanja negara atau propinsi dan tingkatan yang dibawahnya terdapat anggaran dalam puluhan bahkan ratusan juta untuk membeli pakaian bagi para pejabat, padahal ia sudah mampu membeli pakaian dengan harga yang mahal sekalipun dengan uangnya sendiri sebelum ia menjadi pemimpin atau pejabat.

3. Kerja Keras, Bukan Santai.

Para pemimpin mendapat tanggung jawab yang besar untuk menghadapi dan mengatasi berbagai persoalan yang menghantui masyarakat yang dipimpinnya untuk selanjutnya mengarahkan kehidupan masyarakat untuk bisa menjalani kehidupan yang baik dan benar serta mencapai kemajuan dan kesejahteraan. Untuk itu, para pemimpin dituntut bekerja keras dengan penuh kesungguhan dan optimisme.

Saat menghadapi krisis ekonomi, Khalifah Umar bin Khattab membagikan sembako (bahan pangan) kepada rakyatnya. Meskipun sore hari ia sudah menerima laporan tentang pembagian yang merata, pada malam hari, saat masyarakat sudah mulai tidur, Umar mengecek langsung dengan mendatangi lorong-lorong kampung, Umar mendapati masih ada rakyatnya yang masuk batu sekedar untuk memberi harapan kepada anaknya yang menangis karena lapar akan kemungkinan mendapatkan makanan. Meskipun malam sudah semakin larut, Umar pulang ke rumahnya dan ternyata ia memanggul sendiri satu karung bahan makanan untuk diberikan kepada rakyatnya yang belum memperolehnya.

4. Kewenangan Melayani, Bukan Sewenang-Wenang.

Pemimpin adalah pelayan bagi orang yang dipimpinnya, karena itu menjadi pemimpin atau pejabat berarti mendapatkan kewenangan yang besar untuk bisa melayani masyarakat dengan pelayanan yang lebih baik dari pemimpin sebelumnya, Rasulullah Saw bersabda: Pemimpin suatu kaum adalah pelayan mereka (HR. Abu Na’im)

Oleh karena itu, setiap pemimpin harus memiliki visi dan misi pelayanan terhadap orang-orang yang dipimpinnya guna meningkatkan kesejahteraan hidup, ini berarti tidak ada keinginan sedikitpun untuk menzalimi rakyatnya apalagi menjual rakyat, berbicara atas nama rakyat atau kepentingan rakyat padahal sebenarnya untuk kepentingan diri, keluarga atau golongannya. Bila pemimpin seperti ini terdapat dalam kehidupan kita, maka ini adalah pengkhianat yang paling besar, Rasulullah Saw bersabda: Khianat yang paling besar adalah bila seorang penguasa memperdagangkan rakyatnya (HR. Thabrani).

5. Keteladanan dan Kepeloporan, Bukan Pengekor.

Dalam segala bentuk kebaikan, seorang pemimpin seharusnya menjadi teladan dan pelopor, bukan malah menjadi pengekor yang tidak memiliki sikap terhadap nilai-nilai kebenaran dan kebaikan. Ketika seorang pemimpin menyerukan kejujuran kepada rakyat yang dipimpinnya, maka ia telah menunjukkan kejujuran itu. Ketika ia menyerukan hidup sederhana dalam soal materi, maka ia tunjukkan kesederhanaan bukan malah kemewahan. Masyarakat sangat menuntut adanya pemimpin yang bisa menjadi pelopor dan teladan dalam kebaikan dan kebenaran.

Sebagai seorang pemimpin, Rasulullah Saw tunjukkan keteladanan dan kepeloporan dalam banyak peristiwa. Ketika Rasulullah Saw membangun masjid Nabawi di Madinah bersama para sahabatnya, beliau tidak hanya menyuruh dan mengatur atau tunjuk sana tunjuk sini, tapi beliau turun langsung mengerjakan hal-hal yang bersifat teknis sekalipun. Beliau membawa batu bata dari tempatnya ke lokasi pembangunan sehingga ketika para sahabat yang lebih muda dari beliau sudah mulai lelah dan beristirahat, Rasul masih terus saja membawanya meskipun ia juga nampak lelah. Karena itu seorang sahabat bermaksud mengambil batu yang dibawa oleh nabi agar ia yang membawanya, tapi nabi justeru menyatakan: "kalau kamu mau membawa batu bata, disana masih banyak batu yang bisa engkau bawa, yang ini biar tetap aku yang membawanya". Karenanya para sahabat tetap dan terus bersemangat dalam proses penyelesaian pembangunan masjid Nabawi.

Dari penjelasan di atas, kita bisa menyadari betapa penting kedudukan pemimpin bagi suatu masyarakat, karenanya jangan sampai kita salah memilih pemimpin, baik dalam tingkatan yang paling rendah seperti kepala rumah tanggai, ketua RT, pengurus masjid, lurah dan camat apalagi sampai tingkat tinggi seperti anggota parlemen, bupati atau walikota, gubernur, menteri dan presiden. Karena itu, orang-orang yang sudah terbukti tidak mampu memimpin, menyalahgunakan kepemimpinan untuk misi yang tidak benar dan orang-orang yang kita ragukan untuk bisa memimpin dengan baik dan kearah kebaikan, tidak layak untuk kita percayakan menjadi pemimpin.

Hakikat Manusia (Haqiqatul Insan)

Hakikat Manusia (Haqiqatul Insan)


"Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan. Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan" (QS. Al Isra': 70)
1. MakhlukBerada dalam Fitrah (30:30)
Lemah (4:28)
Bodoh (33:72)
Fakir (35:15)


2. Mukarram (makhluk yang dimuliakan)Di tiupkan Ruh (32:9)
Memliki Keistimewaan (17:70)
Di tundukkan alam padanya (45:12, 2:29, 67:15)


3. Mukallaf (makhluk yang dibebankan tugas)Ibadah (51:56)
Khilafah (2:30, 11:62)


4. Mukhoyyar (Bebas Memilih) è 90:10, 76:3, 64:2, 18:29
Iman
Kafir

5. Mujzi (makhluk yang mendapatkan balasan atas amalannya)è
Surga (32:19, 2:25, 22:14)
Neraka (32:30, 2:24)
17:36, 53:38-41, 102:2

HAKEKAT MANUSIA

Hakikat Manusia

"Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di
daratan dan di lautan. Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan Kami
lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang
telah Kami ciptakan" (QS. Al Isra': 70)

Suatu siang, jalan baru di pinggiran kota dipenuhi kerumunan orang. Mereka
saling berdesakan untuk bisa melihat obyek pandangan yang menjadi sasaran
penglihatan mereka. Ternyata yang menjadi obyeknya adalah seonggok mayat
yang penuh luka. Rupanya itu adalah mayat seorang residivis yang diamuk
massa. Mayat itu tergeletak dibiarkan begitu saja. Orang lalu lalang silih
berganti hanya untuk melihat, mayat siapakah gerangan?. Itu saja yang
diperbuat orang banyak bukan untuk memberikan pertolongan atau memproses
mengurusi jenazahnya. Ada pula yang sumpah serapah kepada mayat tersebut,
bahkan ada juga yang merasa senang atas tewasnya sang residivis, karena
berkuranglah kejahatan yang dilakukan orang itu.

Sementara di sudut kampung terdapat sebuah rumah yang dipenuhi kerumunan
orang yang ingin takziyah melayat jenazah seorang ustadz di wilayah itu.
Rumah kecilnya tidak pernah berhenti dikunjungi orang. Mereka sangat
menghormati sang ustadz yang teramat mereka cintai. Karena jasa-jasa beliau
begitu banyak memberikan pencerahan aktivitas keagamaan di kampung terpencil
itu. Bahkan orang yang menshalatkannya bergiliran secara bergelombang
lantaran penuh sesaknya orang yang ingin turut menshalatkannya. Begitu pula
ketika mengantarkannya ke pemakaman tempat peristirahatannya yang terakhir,
masyarakat berduyun-duyun mengiringinya. Tampak raut wajah penuh duka
kehilangan figure guru yang mereka cintai, karena telah mengajari mereka
tentang kebenaran. Petuah ajarannya yang menjadikan mereka lebih memahami
kebenaran dan kebatilan. Mereka dapat mengetahui hakikat kehidupan yang
sebenarnya.

Potret dua keadaan di atas sangatlah bertolak belakang. Hal ini merupakan
tampilan masyarakat yang dapat kita temukan dengan mudah di sekitar kita.
Seonggok jenazah yang pertama dan kedua diperlakukan berbeda oleh
masyarakatnya. Perlakukan itu semakin memperjelas bagi kita tentang
kedudukan dua orang tersebut yang mempunyai perbedaan yang sangat mendasar.
Perbedaan kualitas dan hakikat dirinya sebagai manusia. Sekalipun secara
fisik keadaan mereka berdua tidaklah berbeda satu dengan yang lainnya.

Perlakukan yang berbeda itu sebenarnya telah disinyalir oleh Allah Swt.
dalam Al-Qur'an bahwa mereka yang beriman dan beramal shalih akan dimuliakan
kedudukannya sedangkan mereka yang membangkang akan direndahkan derajatnya
bahkan lebih rendah dari binatang ternak. Perlakukan itu tidak hanya di
dunia melainkan juga di akhirat. Malah di akhirat lebih besar lagi perbedaan
dalam memperlakukan model-model manusia seperti itu.

Sebagaimana yang kita pahami bahwa persoalan di atas terletak pada sikap
dalam menjalankan kedudukan dirinya sebagai manusia. Mereka yang benar dalam
mendudukkan posisinya sebagai manusia seperti yang ditentukan Allah Swt.
maka mereka pantas untuk mendapatkan perlakukan yang layak dan baik.
Sebaliknya mereka yang tidak dapat mendudukkan dirinya dengan tepat maka
mereka pun akan dihinakan karena sikapnya.
Manusia sebagai makhluk Allah Swt. tentu memiliki kedudukan yang berbeda
dari ciptaan-Nya yang lain. Oleh karena itu mereka mempunyai imtiyazat
(keistimewaan) sebagai makhluk Allah Swt. Al-Qur'an menyebutkannya dalam
beberapa sisi. Di antaranya;

1. Mukarram (makhluk yang dimuliakan)
Sebagai makhluk yang dimuliakan Allah Swt. manusia diberikan keistimewaan.
Bentuk fisik yang bagus dengan tata letak yang tepat menjadikan dirinya
berbeda dengan makhluk lainnya. Letak kepalanya, hidungnya, alisnya,
mulutnya dan beberapa organ lainnya yang sesuai dengan posisi dan porsinya.
Dengan tampilan seperti itu manusia kelihatan cantik dan ganteng. Sehingga
manusia tidak pernah malu pada hewan atau tetumbuhan lantaran tampilan
fisiknya. Keistimewaan bentuk fisik yang dimiliki manusia merupakan karunia
Allah Swt. yang membuatnya tidak pernah merasa minder bila berada di kebun
binatang sekalipun binatang yang terdapat di dalamnya adalah
binatang-binatang pilihan.

"Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang
sebaik-baiknya" (QS. At Tiin: 4)

Dengan tampilan fisik dan bentuk yang bagus manusia juga diberikan
keistimewaan lainnya. Yakni ditundukkannya alam semesta untuk kehidupannya.
Manusia bisa mengarungi samudera yang luas. Mengelilingi dunia, menikmati
panorama indahnya alam raya. Diberikan kepadanya tumbuh-tumbuhan baik yang
dapat dikonsumsinya ataupun untuk dipandangnya. Juga dijinakkan hewan-hewan
kepadanya sehingga ada yang dapat dimakan, ditunggangi atau untuk membantu
kehidupan umat manusia. Semua anugerah itu merupakan bentuk pemuliaan Allah
Swt. kepada manusia. Agar karunia tersebut dapat dipergunakan bagi
kehidupannya dalam mengabdi dan beribadah kepada-Nya. Namun jika kenikmatan
itu tidak dipergunakan sebagaimana aturan-Nya maka Allah Swt. akan memandang
hina dan rendah manusia itu. Mereka disamakan derajatnya dengan hewan bahkan
lebih dari itu. Na'udzubillahi min dzalik.

2. Mukallaf (makhluk yang dibebankan tugas)
Dengan kelebihan dan karunia yang diberikan kepada mereka, manusia dibeban
tugaskan untuk beribadah dan mengatur serta merawat jagat raya yang menjadi
sarana hidupnya dengan sebaik-baiknya. Agar mereka menyadari bahwa karunia
itu tidak datang dengan sendirinya melainkan ia adalah pemberian Tuhan
sehingga mereka seharusnya berterima kasih pada-Nya dengan senantiasa
beribadah.

"Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
menyembah-Ku" (QS. Ad Dzariyat: 56)

Begitu pula manusia harus menyadari bahwa sarana hidupnya telah tersebar di
penjuru bumi agar mereka menggalinya, memanfaatkannya dan merawatnya untuk
kehidupannya. Pada posisi peran ini manusia menjadi pemimpin di alam semesta
ini (khalifah) yang menjalankan ajaran Allah Swt. dan merealisasikannya
dengan benar. Bukan malah melakukan kerusakan di muka bumi, dengan
menghancurkan alam raya, merusak ekosistem hidup atau membiarkannya punah
dan musnah. Agar manusia dapat menjaga kelestarian hidupnya dan jagat raya
sebagai sarana hidupnya.

"Dan ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya
aku hendak menjadikan Khalifah dimuka bumi".... (QS. Al Baqarah: 30).

3. Mujzi (makhluk yang mendapatkan balasan atas amalannya)
Dalam menjalankan beban tugasnya manusia pun mendapatkan balasan atas
amalannya. Mereka yang menunaikan tugasnya dengan baik manusia berhak meraih
anugerah keridhaan dan surga-Nya. Sedangkan mereka yang tidak menunaikan
tugasnya maka azab dan neraka-Nya lebih pantas untuk mereka terima. Seberapa
pun amal yang mereka kerjakan kecil atau besar pasti mendapatkan balasannya
baik atau pun buruk. Dengan agar manusia dapat memahami bahwa semua
perbuatan yang dilakukannya tidak akan dibiarkan begitu saja melainkan pasti
akan ada balasannya.

"Barang siapa yang mengerjakan amal kebaikan seberat dzarrah pun niscaya dia
akan mendapatkan balasannya. Dan barang siapa yang mengerjakan amal
kejahatan seberat dzarrah pun niscaya dia akan mendapatkan balasannya pula"
(QS. Az Zalzalah: 7 - 8).

Demikianlah kedudukan manusia yang sebagian di jelaskan dalam Al Qur'an,
agar kita mampu menjalankannya dengan benar sehingga kita dapat meraih
derajat yang mulia di sisi Allah Swt. dan makhluk-Nya. Wallahu 'alam
bishshawab. (SyH)

HAKEKAT JIN DAN SYAITHAN

HAKEKAT JIN DAN SYAITHAN
Definisi Jin dan Syaithan
Jin menurut bahasa berasal dari lafatz ijtinan yang berarti istitar (sembunyi) dari lafazh jannatul lail ajanahuu yaitu jika malam menutupinya. Mereka sembunyi dan tidak terlihat oleh mata manusia maka disebut jin, mereka bisa melihat manusia tetapi mereka tidak bisa dilihat oleh manusia sebagaimana firman Allah I :
Sesungguhnya ia dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka."(Al A'raaf 27)
"Dan Kami telah menciptakan jin sebelum (Adam) dari api yang sangat panas.(Al Hijr 27)
Dan Kami telah menciptakan jin dari nyala api.(Ar Rahman 15)
Ibnu Abbas, Ikrimah, Mujahid dan Adhahhak berkata bahwa yang dimaksud dari firman Allah: dari nyala api yaitu "Dari api murni" dalam riwayat lain dari Ibnu Abbas:"Dari bara api".(Di dalam tafsir Ibnu Katsir).
Dalil dari hadits, riwayat dari Aisyah t bahwasannya Rasulullah bersabda:
"Malaikat diciptakan dari cahaya, jin diciptakan dari nyala api dan Adam diciptakan dari apa yang disifatkan (diceritakan) bagi kalian".[yaitu dari air mani] (HR.Muslim di dalam kitab Az- Zuhd dan Ahmad di dalam Al Musnad).Hakekat Syaithan
Kesombongan Iblis
'Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) diwaktu Aku menyuruhmu? Menjawab iblis: 'Saya lebih baik daripadanya, Engkau ciptakan aku dari api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah."(Al A'raaf 12)Dalam hal ini iblis mendahulukan logika daripada perintah Allah I dan menempatkan dirinya diatas kebenaran dengan menghukumi sesuatu sesuai dengan sebab akibat yang dia anggap benar sementara jelas menentang Allah I . Padahal apabila telah datang dalil yang jelas maka tidak dibutuhkan ijtihad. Yang ada hanya mentaati dan melaksanakan perintah yang terkandung dalam dalil tersebut, iblis -semoga laknat Allah atasnya- sangat faham bahwa Allah I adalah Rabb Yang Maha Pencipta, Maha Pemilik, Maha Pemberi Rezeki dan Maha Pengatur tiada sesuatupun yang terjadi kecuali atas izin dan ketetapan-Nya, akan tetapi dia tidak mentaati Allah I karena logikanya yang salah sebagaimana ucapannya yang disebutkan di dalam firman Allah I :
Menjawab iblis:'Saya lebih baik daripadanya Engkau ciptakan saya dari api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah."(Al A'raaf 12)
Maka balasan yang adil atas keberanian Iblis dalam menentang perintah Allah I sebagaimana disebutkan dalam firman- Nya:

AllahI berfirman:
'Turunlah kamu dari Surga itu; karena kamu tidak sepatutnya menyombongkan diri di dalamnya, maka keluarlah,sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang hina."(Al A'raaf 13)

Pengetahuan dan keyakinan iblis terhadap wujud dan sifat-sifat Allah I tidaklah bermanfaat dan juga siapa saja yang mengedepankan logika daripada perintah Allah I sehingga ia bisa dengan leluasa menerima atau menolaknya atau berhukum dengan perintah Allah I tetapi menolak putusan-Nya, dalam hal ini maka ilmu dan kepercayaan tentang Allah I tidaklah bermanfaat. Jadi iblis dinyatakan kafir dengan disertai ilmu dan kepercayaan yang sangat cukup.

Allah berfirman:
Iblis menjawab, Beri tangguhlah saya sampai waktu mereka dibangkitkan. Allah e berfirman Sesungguhnya kamu termasuk mereka yang diberi tangguh. Iblis menjawab:'Karena Engkau menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka,dari kanan dan dari kiri mereka dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat)."
(Al A'raaf 14-17)
Keinginan iblis yang sangat kuat dan jahat untuk menyesatkan anak Adam menyingkap tabiat jahat iblis. Dia adalah makhluk yang benar-benar jahat bukan sifat yang hanya bersifat sementara, dia makhluk pembangkang dan terkutuk yang murni jahat.
Sehingga iblis menjadi makhluk terlaknat dan terkutuk serta memiliki sifat sombong lagi jahat dan Allah I memberikan kesempatan hidup yang sangat panjang. Terlaknat dan terkutuknya iblis dikarenakan maksiat dan sombong kepada Allah I yang menjadikan ia makhluk terhina padahal sebelumnya ia termasuk makhluk yang terhormat. Karena penolakannya terhadap perintah Allah I untuk sujud kepada Nabi Adam u mengakibatkan dia terusir dan terkutuk dari rahmat Allah I .
Sumpah Iblis Untuk Selalu Menggoda Keturunan Adam
Allah berfirman:'Keluarlah kamu dari Surga itu sebagai orang terhina lagi terusir. Sesungguhnya barangsiapa diantara mereka mengikuti kamu, benar-benar Aku akan mengisi neraka Jahanam dengan kamu semuanya.(Al A'raaf 18)Dalam hal ini Allah memberi kesempatan bagi iblis dan pengikutnya untuk menyesatkan dan Allah juga memberi kepada anak Adam u kesempatan memilih sebagai ujian dan cobaan dan semua itu berdasarkan kehendak Allah I yang ditangan-Nya seluruh keputusan di alam semesta ini, dengan kehendak Allah I iblis dijadikan makhluk yang memiliki keistimewaan tertentu.

Tetapi Allah I tidak membiarkan kita berjuang tanpa petunjuk dan pedoman, serta senjata untuk melawan kejahatan iblis. Al qur'an dan As Sunnah yang Shahih sangat cukup sebagai petunjuk dan senjata untuk berlaga dalam pertempuran. Allahu'alam bishawab.


Karena sebab itu iblis bersumpah dan berjanji untuk menyesatkan anak Adam dari jalan Allah I yang lurus dan menutup rapat jalan bagi setiap orang yang ingin melintasinya. Dan menutup rapat semua jalan menuju keimanan dan ketaatan yang bisa mendatangkan ridha Allah I . Dan dia tidak akan berhenti menggoda setiap manusia dari seluruh penjuru untuk menghalangi mereka dari keimanan dan ketaatan, Allah I menjawab ikrar iblis dengan firman-Nya:


Termasuk dalam golongan syaithan adalah Iblis dan para pengikutnya. Permusuhan antara manusia dengan syaithan telah menjadi sejarah yang cukup lama, dimulai sejak penolakan iblis terhadap perintah Allah I untuk bersujud kepada nabi Adam u . Allah I berfirman:


Syaithan adalah makhluk yang kafir dari bangsa jin atau manusia, berdasarkan dalil-dalil baik dari Al Quran maupun As Sunnah. Tidaklah setan disebut kecuali selalu berarti kekafiran dan keburukan. Berbeda dengan jin, sebagian mereka ada yang kafir dan sebagian yang lain ada yang mukmin.

Syaithan menunjukan arti setiap yang sombong dan congkak yang diambil dari kata syathana yang berarti jauh dari kebaikan atau dari kata syaatha yasyiithu yang berarti hancur binasa atau terbakar. Maka setiap yang congkak, sombong serta tidak terkendali baik dari kalangan jin, manusia atau hewan maka disebut syaithan.


Jin menurut istilah adalah sebagaimana yang dijelaskan dalam dalil-dalil dari Al Qur'an dan hadits yang menunjukan bahwa jin diciptakan dari api. Allah berfirman:

HADITS SILABUS RAMADHAN

HADITS SILABUS RAMADHAN
Hadits 1
اِذَا
Jika tiba bulan Ramadhan, maka dibuka pintu-pintu syurga dan ditutup pintu-pintu neraka dan dibelenggu semua syaitan (HR. Bukhari dan Muslim).
Hadits 2
جَاءَ رَمَضَانُ فُتِحَتْ اَبْوَابُ الْجَنَّةِ وَغُلِّقَتْ اَبْوَابُ النَّارِوَصُفِّدَتِ الشَّيَاطِيْنُ.
مَنْ
Barangsiapa yang berpuasa pada bulan Ramadhan karena iman dan mengharap pahala (ridha Allah), maka diampuni dosa-dosanya yang terdahulu (HR. Bukhari).
Hadits 3
صَامَ رَمَضَانَ اِيْمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَلَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ.
ثَلاَثَةٌ
Ada tiga golongan orang yang tidak ditolak do’a mereka: orang yang berpuasa hingga berbuka, pemimpin yang adil dan do’a orang yang dizalimi (HR. Tirmidzi).
Hadits 4
لاَتُرَدُّ دَعْوَتُهُمْ: اَلصَّائِمُ حَتَّى يُفْطِرَ وَاْلإمَامُ الْعَادِلُ وَالْمَظْلُوْمُ.
ثَلاَثَةٌ
Tiga perkara, barangsiapa hal itu ada pada dirinya, berarti ia menyempurnakan imannya: (1) seseorang yang tidak pernah takut demi agama Allah pada kecaman si pengecam (2) tidak riya dengan sesuatu dari amalnya, (3) apabila dua perkara dihadapkan kepadanya, salah satu untuk dunia dan yang lain untuk akhirat, maka ia memilih urusan akhirat daripada urusan dunia (HR. Ibnu Asakir dari Abu Hurairah ra).
Hadits 5
مَنْ كُنَّ فِيْهِ يَسْتَكْمِلُ اِيْمَانَهُ: رَجُلٌ لاَيَخَافُ فِىاللهِ لَوْمَةَ لاَئِمٍ وَلاَيُرَائِى بِشَيْءٍ مِنْ عَمَلِهِ وَاِذَا عُرِضَ عَلَيْهِ اَمْرَانِ اَحَدُهُمَا لِلدُّنْيَا وَالآخَرُ لِلاَخِرَةِ اِخْتَارَ اَمْرَاْلاَخِرَةِ عَلَى الدُّنْيَا.
اِنَّ
Sesungguhnya yang paling aku takuti atas kamu adalah syirik yang paling kecil". Sahabat bertanya: "Apakah syirik yang paling kecil itu?". Rasul menjawab: "riya" (HR. Ahmad).
Hadits 6
اَخْوَفَ مَااَخَافُ عَلَيْكُمْ الشِّرْكُ اْلاَصْغَرُ. قَالُوْا: وَمَا الشِّرْكُ اْلاَصْغَرُيَارَسُوْلَ اللهِ ؟ قَالَ: الرِّيَاءُ.
اِنَّ
Sesungguhnya Allah ridha untuk kamu tiga perkara: (1) kamu beribadah kepada-Nya dan tidak mempersekutukan sesuatu dengan-Nya. (2) kamu berpegang teguh kepada tali Allah dan tidak bercerai berai (3) kamu menasihati dengan tulus terhadap orang yang diangkat oleh Allah menguasai urusanmu (HR. Ahmad dan Muslim dari Abu Hurairah).
Hadits 7
اللهَ يَرْضَى لَكُمْ ثَلاَثًا: اَنْ تَعْبُدُوْهُ وَلاَتُشْرِكُوْابِهِ شَيْئًا وَاَنْ تَعْتَصِمُوْا بِحَبْلِ اللهِ جَمِيْعًاوَلاَ تَفَرَّقُوْا وَاَنْ تَنَاصَحُوْا مَنْ وَلاَّهُ اللهُ اَمْرَكُمْ.
سَيَأْتِى
Akan datang suatu masa atas manusia: cita-cita mereka hanya untuk kepentingan perut, kemuliaan mereka dilihat dari perhiasan mereka, kiblat mereka adalah wanita-wanita mereka dan agama mereka adalah uang dan harta benda. Mereka itulah sejahat-jahat makhluk dan tidak ada bagian untuk mereka di sisi Allah (HR. Dailami).
Hadits 8
عَلَىالنَّاسِ زَمَانٌ هِمَّتُهُمْ بُطُوْنُهُمْ وَشَرَفُهُمْ مَتَاعُهُمْ وَقِبْلَتُهُمْ نِسَاؤُهُمْ وَدِيْنُهُمْ دَارَهِمُهُمْ وَدَنَانِيْرُهُمْ اُوْلئِكَ شَرُّ الْخَلْقِ لاَخَلاَقَ لَهُمْ عِنْدَ اللهِ.
تَعِسَ
Binasalah hamba dinar, binasalah hamba dirham, binasalah hamba sutra/perhiasan (HR. Bukhari).
Hadits 9
عَبْدُ الدِّيْنَارِ تَعِسَ عَبْدُ الدِّرْهَمِ تَعِسَ عَبْدُ الْقَطِيْفَةِ.
سَبْعَةٌ
Tujuh golongan orang yang akan dinaungi oleh Allah yang pada hari itu tidak ada naungan selain naungan-Nya: ... seorang laki-laki yang diajak (berzina) oleh seorang wanita yang punya kedudukan dan kecantikan, lalu ia berkata: Sesungguhnya aku takut kepada Allah (HR. Bukhari dan Muslim).
Hadits 10
يُظِلُّهُمُ اللهُ فِى ظِلِّهِ يَوْمَ لاَظِلَّ اِلاَّظِلُّهُ:…رَجُلٌ دَعَتْهُ امْرَأَةٌ ذَاتُ مَنْصَبٍ وَجَمَالٍ فَقَالَ: اِنِّى اَخَافُ اللهَ.
اَلرَّجُلُ
Seseorang itu mengikuti agama kawannya, oleh karena itu perhatikanlah kepada siapa orang itu berkawan. (HR. Abu Daud dan Tirmidzi)
Hadits 11
عَلَى دِيْنِ خَلِيْلِهِ فَلْيَنْظُرْ اَحَدُكُمْ مَنْ يُخَا لِلُهُ.
مَنْ
Barangsiapa melihat kemunkaran, hendaklah ia mencegah dengan tangan (kekuasaan) nya, bila tidak mampu, hendaklah ia mencegah dengan lisannya dan bila tidak mampu juga hendaklah ia mencegah dengan hatinya, yang demikian itu adalah selemah-lemah iman (HR. Muslim).
Hadits 12
رَاَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ فَاِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ فَاِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذاَلِكَ اَضْعَفُ اْلاِيْمَانِ.
مَنْ
Siapa yang mau mengambil kalimat-kalimat dariku lalu ia amalkan atau mengajarkan orang yang mau mengamalkannya?. Saya menjawab: "saya ya Rasulullah", lalu beliau memegang tanganku kemudian menghitung lima kalimat yang dimaksudkan: (1) Takutlah kamu akan perbuatan-perbuatan yang haram, maka kamu akan menjadi manusia yang paling berbakti, (2) Relalah terhadap pembagian Allah, maka kamu akan menjadi manusia yang terkaya, (3) Berbuat baiklah terhadap tetanggamu, maka kamu akan menjadi seorang mu’min, (4) Cintailah manusia sebagaimana kamu mencintai dirimu sendiri, maka kamu akan menjadi seorang muslim, (5) Dan Janganlah kamu banyak tertawa, karena banyak tertawa itu dapat mematikan hati (HR. Ahmad, Tirmidzi).
Hadits 13
يَأْخُذُ عَنِّى هَؤُلاَءِ الْكَلِمَاتِ فَيَعْمَلَ بِهِنَّ اَوْ يُعَلِّمَ مَنْ يَعْمَلْ بِهِنَّ قُلْتُ اَنَا يَا رَسُوْلَ اللهِ فَاَخَذَبِيَدِى فَعَدَّخَمْسًا فَقَالَ: (1) اِتَّقِ الْمَحَارِمَ تَكُنْ اَعْبَدَ النَّاسِ (2) وَارْضَ بِمَا قَسَمَ اللهُ لَكَ تَكُنْ اَغْنَى النَّاسِ (3) وَاَحْسِنْ اِلَى جَارِكَ تَكُنْ مُؤْمِنًا (4) وَاَحِبَّ لِلنَّاسِ مَاتُحِبُّ لِنَفْسِكَ مُسْلِمًا (5) وَلاَ تُكْثِرِ الضَّحْكَ فَاِنَّ كَثْرَةَ الضَّحْكِ تُمِيْتُ الْقَلْبَ.
مَنْ
Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia memuliakan tetangganya (HR. Bukhari dan Muslim).
Hadits 14
كَانَ يُؤْمِنُ بِا للهِ وَالْيَوْمِ اْلاخِرِ فَلْيُكْرِمْ جَارَهُ.
مَازَالَ
Seringkali Jibril menasihatiku untuk berbuat baik kepada tetangga, sehingga aku menyangka bahwa mereka akan diberi hak waris (HR. Bukhari dan Muslim).
Hadits 15
جِبْرِيْلُ يُوْصِيْنِى بِالْجَارِحَتَّى ظَنَنْتُ اَنَّهُ سَيُوَرِّ ثُهُ.
اَللّهُمَّ
Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari ilmu yang tak bermanfaat, dari hati yang tak khusyu dan jiwa yang tak pernah merasa puas serta dari do’a yang tak terkabul.
Hadits 16
اِنِّى اَعُوْذُبِكَ مِنْ عِلْمٍ لاَيَنْفَعْ وَمِنْ قَلْبٍ لاَيَخْشَعْ وَمِنْ نَفْسٍ لاَتَشْبَعْ وَمِنْ دُعَاءِ لاَيُسْمَعْ.
اِنَّ
Orang yang paling pedih siksanya pada hari kiamat ialah seorang alim yang Allah menjadikan ilmunya tidak bermanfaat (HR. Baihaqi).
Hadits 17
مِنْ اَشَدِّ النَّاسِ عَذَابًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَالِمٌ لَمْ يَنْفَعْهُ اللهُ بِعِلْمِهِ.
اُنْظُرُوْا
Pandanglah orang yang lebih rendah daripada kamu (dalam hal harta), dan janganlah kamu memandang orang yang lebih tinggi dari kamu. Yang demikian lebih patut agar engkau tidak meremehkan nikmat Allah atasmu (HR. Ahmad, Muslim, Tirmidzi dan Ibnu Majah dari Abu Hurairah).
Hadits 18
اِلَى مَنْ هُوَ اَسْفَلَ مِنْكُمْ وَلاَ تَنْظُرُوْا اِلَى مَنْ هُوَ فَوْقَكُمْ فَهُوَ اَجْدَرُ اَنْ لاَتَزْدَرُوْا نِعْمَةَ اللهِ عَلَيْكُمْ.
يُوْشِكُ أَنْ تَدَا عَىعَلَيْكُمُ اْلاُمَمُ كَمَا تَدَا عَىاْلأَكَلَةُ إِلَى قَصْعَتِهَا، قِيْلَ
: اَوَمِنْ قِلَّةٍ بِنَا يَوْمَئِذٍ يَارَسُوْلَ اللهِ؟ قَالَ: بَلْ اِنَّكُمْ يَوْمَئِذٍ كَثِيْرُوْنَ، وَلكِنَّكُمْ غُثَاءٌ كَغُثَاءِ السَّيْلِ، وَقَدْ نَزَلَ بِكُمُ الْوَهْنُ، قِيْلَ: وَمَاالْوَهْنُ يَارَسُوْلَ اللهِ؟ قَالَ: حُبُّ الدُّنْيَاوَكَرَاهِيَةُ الْمَوْتِ.
Dapat diperkirakan bahwa kamu akan diperebutkan oleh bangsa-bangsa lain sebagaimana orang-orang berebut melahap isi mangkok. Para sahabat bertanya: "apakah saat itu jumlah kami sedikit, ya Rasulullah?". Beliau menjawab: "Tidak, bahkan saat itu jumlah kalian banyak sekali, tetapi seperti buih air bah dan kalian ditimpa penyakit wahn". Mereka bertanya lagi: "Apakah penyakit wahn itu, ya Rasululla?". Beliau menjawab: "Terlalu cinta dunia dan takut kepada mati" (HR. Abu Daud).
ثَلاَثٌ
Ada tiga hal yang dapat merusak: hawa nafsu yang diikuti, kekikiran yang selalu ditaati dan bangga terhadap diri sendiri (HR. Thabraani).
Hadits 20
مُهْلِكَاتٌ: هَوًى مُتَّبَعٌ، وَشُخٌّ مُطَاعٌ، وَاَعْجَابُ الْمَرْءِ بِنَفْسِهِ.
عَلَيْكُمْ
Hendaklah kamu bersikap jujur, karena kejujuran itu membawa kamu kepada kebaikan dan kebaikan itu membawa kamu kepada syurga (HR. Bukhari).
Hadits 21
بِالصِّدْقِ فَاِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِى اِلَى الْبِرِّ وَاِنَّ الْبِرَّ يَهْدِى اِلَى الْجَنَّةِ.
اِنَّ
Sesungguhnya Allah itu zat yang Maha Bagus, Ia tidak menerima melainkan apa yang bagus, dan bahwasanya Allah menyuruh orang-orang mu’min sebagaimana Ia menyuruh Rasul-Nya. Lalu ia membaca (firman Allah) yang artinya: "Hai rasul-rasul, makanlah rizki yang baik-baik dan bermallah yang shaleh" (QS 23:51). Dan ia membaca (firman Allah) yang artinya: "Hai orang-orang yang beriman, makanlah dari rizki yang baik-baik" (QS 2:172), kemudian ia menyebut seorang laki-laki yang lama dalam perjalanan, rambutnya kusut, berdebu, menengadah ke langit, ya rabbi ya rabbi, sedang makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram dan diberi makanan yang haram, maka bagaimana mungkin (do’anya itu) akan dikabulkan?" (HR. Ahmad, Muslim dan Tirmidzi).
Hadits 22
اللهَ طَيِّبٌ لاَيَقْبَلُ إِلاَّ طَيِّبًا وَاِنَّ اللهَ اَمَرَ الْمُؤْمِنِيْنَ بِمَا اَمَرَبِهِ الْمُرْسَلِيْنَ فَقَالَ:يَا اَيُّهَا الرُّسُلُ كُلُوْا مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَاعْمَلُوْاصَالِحًا، وَقَالَ: يَااَيُّهَاالَّذِيْنَ آمَنُوْا كُلُوْا مِنْ طَيِّبَاتِ مَارَزَقْنَاكُمْ، ثُمَّ ذَكَرَالرَّجُلَ يُطِيْلُ السَّفَرَأَشْعَثَ أَغْبَرَيَمُدُّ يَدَيْهِ إِلَى السَّمَاءِ: يَارَبِّ يَارَبِّ وَمَطْعَمُهُ حَرَامٌ وَمَشْرَبُهُ حَرَامٌ، وَمَلْبَسُهُ حَرَامٌ، وَغُذِيَ بِالْحَرَامِ، فَأَ نّىيُسْتَجَابُ لَهُ.
لاَحَسَدَ
Hasad tidak diperbolehkan kecuali dalam dua hal, iri hati pada orang yang dianugerahi Allah harta yang banyak lalu digunakan untuk kepentingan kebenaran dan iri hati kepada orang yang dianugerahi Allah banyak ilmu lalu ia mengamalkan ilmu itu dan mengajarkannya kepada orang lain (HR. Bukhari).
Hadits 23
اِلاَّ فِىاثْنَتَيْنِ. رَجُلٌ آتَاهُ اللهُ مَالاً فَسَلَّطَهُ عَلَى هَلَكَتِهِ فِى الْحَقِّ، وَرَجُلٌ آتَاهُ اللهُ عِلْمًا فَهُوَ يَعْمَلُ بِهِ وَيُعَلِّمُهُ النَّاسُ.
لأَنْ
Seseorang yang membawa tambang lalu pergi mencari dan mengumpulkan kayu bakar lantas dibawanya ke pasar untuk dijual dan uangnya digunakan untuk mencukupi kebutuhan dan nafkah dirinya, maka itu lebih baik daripada ia meminta-minta kepada orang-orang , yang terkadang diberi, terkadang ditolak (HR. Bukhari dan Muslim
يَحْمِلَ الرَّجُلُ حَبْلاً فَيَحْتَطِبَ بِهِ، ثُمَّ يَجِىْءَ فَيَضَعَهُ فِى السُّوْقِ، فَيَبِيْعَهُ ثُمَّ يَسْتَغْنِيَ بِهِ، فَيُنْفِقَهُ عَلَى نَفْسِهِ، خَيْرٌ مِنْ اَنْ يَسْأَلَ النَّاسِ اَعْطَوْهُ اَوْمَنَعُوْهُ.
Hadits 19
Hadits 1
اِذَا
Jika tiba bulan Ramadhan, maka dibuka pintu-pintu syurga dan ditutup pintu-pintu neraka dan dibelenggu semua syaitan (HR. Bukhari dan Muslim).
Hadits 2
جَاءَ رَمَضَانُ فُتِحَتْ اَبْوَابُ الْجَنَّةِ وَغُلِّقَتْ اَبْوَابُ النَّارِوَصُفِّدَتِ الشَّيَاطِيْنُ.
مَنْ
Barangsiapa yang berpuasa pada bulan Ramadhan karena iman dan mengharap pahala (ridha Allah), maka diampuni dosa-dosanya yang terdahulu (HR. Bukhari).
Hadits 3
صَامَ رَمَضَانَ اِيْمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَلَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ.
ثَلاَثَةٌ
Ada tiga golongan orang yang tidak ditolak do’a mereka: orang yang berpuasa hingga berbuka, pemimpin yang adil dan do’a orang yang dizalimi (HR. Tirmidzi).
Hadits 4
لاَتُرَدُّ دَعْوَتُهُمْ: اَلصَّائِمُ حَتَّى يُفْطِرَ وَاْلإمَامُ الْعَادِلُ وَالْمَظْلُوْمُ.
ثَلاَثَةٌ
Tiga perkara, barangsiapa hal itu ada pada dirinya, berarti ia menyempurnakan imannya: (1) seseorang yang tidak pernah takut demi agama Allah pada kecaman si pengecam (2) tidak riya dengan sesuatu dari amalnya, (3) apabila dua perkara dihadapkan kepadanya, salah satu untuk dunia dan yang lain untuk akhirat, maka ia memilih urusan akhirat daripada urusan dunia (HR. Ibnu Asakir dari Abu Hurairah ra).
Hadits 5
مَنْ كُنَّ فِيْهِ يَسْتَكْمِلُ اِيْمَانَهُ: رَجُلٌ لاَيَخَافُ فِىاللهِ لَوْمَةَ لاَئِمٍ وَلاَيُرَائِى بِشَيْءٍ مِنْ عَمَلِهِ وَاِذَا عُرِضَ عَلَيْهِ اَمْرَانِ اَحَدُهُمَا لِلدُّنْيَا وَالآخَرُ لِلاَخِرَةِ اِخْتَارَ اَمْرَاْلاَخِرَةِ عَلَى الدُّنْيَا.
اِنَّ
Sesungguhnya yang paling aku takuti atas kamu adalah syirik yang paling kecil". Sahabat bertanya: "Apakah syirik yang paling kecil itu?". Rasul menjawab: "riya" (HR. Ahmad).
Hadits 6
اَخْوَفَ مَااَخَافُ عَلَيْكُمْ الشِّرْكُ اْلاَصْغَرُ. قَالُوْا: وَمَا الشِّرْكُ اْلاَصْغَرُيَارَسُوْلَ اللهِ ؟ قَالَ: الرِّيَاءُ.
اِنَّ
Sesungguhnya Allah ridha untuk kamu tiga perkara: (1) kamu beribadah kepada-Nya dan tidak mempersekutukan sesuatu dengan-Nya. (2) kamu berpegang teguh kepada tali Allah dan tidak bercerai berai (3) kamu menasihati dengan tulus terhadap orang yang diangkat oleh Allah menguasai urusanmu (HR. Ahmad dan Muslim dari Abu Hurairah).
Hadits 7
اللهَ يَرْضَى لَكُمْ ثَلاَثًا: اَنْ تَعْبُدُوْهُ وَلاَتُشْرِكُوْابِهِ شَيْئًا وَاَنْ تَعْتَصِمُوْا بِحَبْلِ اللهِ جَمِيْعًاوَلاَ تَفَرَّقُوْا وَاَنْ تَنَاصَحُوْا مَنْ وَلاَّهُ اللهُ اَمْرَكُمْ.
سَيَأْتِى
Akan datang suatu masa atas manusia: cita-cita mereka hanya untuk kepentingan perut, kemuliaan mereka dilihat dari perhiasan mereka, kiblat mereka adalah wanita-wanita mereka dan agama mereka adalah uang dan harta benda. Mereka itulah sejahat-jahat makhluk dan tidak ada bagian untuk mereka di sisi Allah (HR. Dailami).
Hadits 8
عَلَىالنَّاسِ زَمَانٌ هِمَّتُهُمْ بُطُوْنُهُمْ وَشَرَفُهُمْ مَتَاعُهُمْ وَقِبْلَتُهُمْ نِسَاؤُهُمْ وَدِيْنُهُمْ دَارَهِمُهُمْ وَدَنَانِيْرُهُمْ اُوْلئِكَ شَرُّ الْخَلْقِ لاَخَلاَقَ لَهُمْ عِنْدَ اللهِ.
تَعِسَ
Binasalah hamba dinar, binasalah hamba dirham, binasalah hamba sutra/perhiasan (HR. Bukhari).
Hadits 9
عَبْدُ الدِّيْنَارِ تَعِسَ عَبْدُ الدِّرْهَمِ تَعِسَ عَبْدُ الْقَطِيْفَةِ.
سَبْعَةٌ
Tujuh golongan orang yang akan dinaungi oleh Allah yang pada hari itu tidak ada naungan selain naungan-Nya: ... seorang laki-laki yang diajak (berzina) oleh seorang wanita yang punya kedudukan dan kecantikan, lalu ia berkata: Sesungguhnya aku takut kepada Allah (HR. Bukhari dan Muslim).
Hadits 10
يُظِلُّهُمُ اللهُ فِى ظِلِّهِ يَوْمَ لاَظِلَّ اِلاَّظِلُّهُ:…رَجُلٌ دَعَتْهُ امْرَأَةٌ ذَاتُ مَنْصَبٍ وَجَمَالٍ فَقَالَ: اِنِّى اَخَافُ اللهَ.
اَلرَّجُلُ
Seseorang itu mengikuti agama kawannya, oleh karena itu perhatikanlah kepada siapa orang itu berkawan. (HR. Abu Daud dan Tirmidzi)
Hadits 11
عَلَى دِيْنِ خَلِيْلِهِ فَلْيَنْظُرْ اَحَدُكُمْ مَنْ يُخَا لِلُهُ.
مَنْ
Barangsiapa melihat kemunkaran, hendaklah ia mencegah dengan tangan (kekuasaan) nya, bila tidak mampu, hendaklah ia mencegah dengan lisannya dan bila tidak mampu juga hendaklah ia mencegah dengan hatinya, yang demikian itu adalah selemah-lemah iman (HR. Muslim).
Hadits 12
رَاَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ فَاِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ فَاِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذاَلِكَ اَضْعَفُ اْلاِيْمَانِ.
مَنْ
Siapa yang mau mengambil kalimat-kalimat dariku lalu ia amalkan atau mengajarkan orang yang mau mengamalkannya?. Saya menjawab: "saya ya Rasulullah", lalu beliau memegang tanganku kemudian menghitung lima kalimat yang dimaksudkan: (1) Takutlah kamu akan perbuatan-perbuatan yang haram, maka kamu akan menjadi manusia yang paling berbakti, (2) Relalah terhadap pembagian Allah, maka kamu akan menjadi manusia yang terkaya, (3) Berbuat baiklah terhadap tetanggamu, maka kamu akan menjadi seorang mu’min, (4) Cintailah manusia sebagaimana kamu mencintai dirimu sendiri, maka kamu akan menjadi seorang muslim, (5) Dan Janganlah kamu banyak tertawa, karena banyak tertawa itu dapat mematikan hati (HR. Ahmad, Tirmidzi).
Hadits 13
يَأْخُذُ عَنِّى هَؤُلاَءِ الْكَلِمَاتِ فَيَعْمَلَ بِهِنَّ اَوْ يُعَلِّمَ مَنْ يَعْمَلْ بِهِنَّ قُلْتُ اَنَا يَا رَسُوْلَ اللهِ فَاَخَذَبِيَدِى فَعَدَّخَمْسًا فَقَالَ: (1) اِتَّقِ الْمَحَارِمَ تَكُنْ اَعْبَدَ النَّاسِ (2) وَارْضَ بِمَا قَسَمَ اللهُ لَكَ تَكُنْ اَغْنَى النَّاسِ (3) وَاَحْسِنْ اِلَى جَارِكَ تَكُنْ مُؤْمِنًا (4) وَاَحِبَّ لِلنَّاسِ مَاتُحِبُّ لِنَفْسِكَ مُسْلِمًا (5) وَلاَ تُكْثِرِ الضَّحْكَ فَاِنَّ كَثْرَةَ الضَّحْكِ تُمِيْتُ الْقَلْبَ.
مَنْ
Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia memuliakan tetangganya (HR. Bukhari dan Muslim).
Hadits 14
كَانَ يُؤْمِنُ بِا للهِ وَالْيَوْمِ اْلاخِرِ فَلْيُكْرِمْ جَارَهُ.
مَازَالَ
Seringkali Jibril menasihatiku untuk berbuat baik kepada tetangga, sehingga aku menyangka bahwa mereka akan diberi hak waris (HR. Bukhari dan Muslim).
Hadits 15
جِبْرِيْلُ يُوْصِيْنِى بِالْجَارِحَتَّى ظَنَنْتُ اَنَّهُ سَيُوَرِّ ثُهُ.
اَللّهُمَّ
Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari ilmu yang tak bermanfaat, dari hati yang tak khusyu dan jiwa yang tak pernah merasa puas serta dari do’a yang tak terkabul.
Hadits 16
اِنِّى اَعُوْذُبِكَ مِنْ عِلْمٍ لاَيَنْفَعْ وَمِنْ قَلْبٍ لاَيَخْشَعْ وَمِنْ نَفْسٍ لاَتَشْبَعْ وَمِنْ دُعَاءِ لاَيُسْمَعْ.
اِنَّ
Orang yang paling pedih siksanya pada hari kiamat ialah seorang alim yang Allah menjadikan ilmunya tidak bermanfaat (HR. Baihaqi).
Hadits 17
مِنْ اَشَدِّ النَّاسِ عَذَابًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَالِمٌ لَمْ يَنْفَعْهُ اللهُ بِعِلْمِهِ.
اُنْظُرُوْا
Pandanglah orang yang lebih rendah daripada kamu (dalam hal harta), dan janganlah kamu memandang orang yang lebih tinggi dari kamu. Yang demikian lebih patut agar engkau tidak meremehkan nikmat Allah atasmu (HR. Ahmad, Muslim, Tirmidzi dan Ibnu Majah dari Abu Hurairah).
Hadits 18
اِلَى مَنْ هُوَ اَسْفَلَ مِنْكُمْ وَلاَ تَنْظُرُوْا اِلَى مَنْ هُوَ فَوْقَكُمْ فَهُوَ اَجْدَرُ اَنْ لاَتَزْدَرُوْا نِعْمَةَ اللهِ عَلَيْكُمْ.
يُوْشِكُ أَنْ تَدَا عَىعَلَيْكُمُ اْلاُمَمُ كَمَا تَدَا عَىاْلأَكَلَةُ إِلَى قَصْعَتِهَا، قِيْلَ
: اَوَمِنْ قِلَّةٍ بِنَا يَوْمَئِذٍ يَارَسُوْلَ اللهِ؟ قَالَ: بَلْ اِنَّكُمْ يَوْمَئِذٍ كَثِيْرُوْنَ، وَلكِنَّكُمْ غُثَاءٌ كَغُثَاءِ السَّيْلِ، وَقَدْ نَزَلَ بِكُمُ الْوَهْنُ، قِيْلَ: وَمَاالْوَهْنُ يَارَسُوْلَ اللهِ؟ قَالَ: حُبُّ الدُّنْيَاوَكَرَاهِيَةُ الْمَوْتِ.
Dapat diperkirakan bahwa kamu akan diperebutkan oleh bangsa-bangsa lain sebagaimana orang-orang berebut melahap isi mangkok. Para sahabat bertanya: "apakah saat itu jumlah kami sedikit, ya Rasulullah?". Beliau menjawab: "Tidak, bahkan saat itu jumlah kalian banyak sekali, tetapi seperti buih air bah dan kalian ditimpa penyakit wahn". Mereka bertanya lagi: "Apakah penyakit wahn itu, ya Rasululla?". Beliau menjawab: "Terlalu cinta dunia dan takut kepada mati" (HR. Abu Daud).
ثَلاَثٌ
Ada tiga hal yang dapat merusak: hawa nafsu yang diikuti, kekikiran yang selalu ditaati dan bangga terhadap diri sendiri (HR. Thabraani).
Hadits 20
مُهْلِكَاتٌ: هَوًى مُتَّبَعٌ، وَشُخٌّ مُطَاعٌ، وَاَعْجَابُ الْمَرْءِ بِنَفْسِهِ.
عَلَيْكُمْ
Hendaklah kamu bersikap jujur, karena kejujuran itu membawa kamu kepada kebaikan dan kebaikan itu membawa kamu kepada syurga (HR. Bukhari).
Hadits 21
بِالصِّدْقِ فَاِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِى اِلَى الْبِرِّ وَاِنَّ الْبِرَّ يَهْدِى اِلَى الْجَنَّةِ.
اِنَّ
Sesungguhnya Allah itu zat yang Maha Bagus, Ia tidak menerima melainkan apa yang bagus, dan bahwasanya Allah menyuruh orang-orang mu’min sebagaimana Ia menyuruh Rasul-Nya. Lalu ia membaca (firman Allah) yang artinya: "Hai rasul-rasul, makanlah rizki yang baik-baik dan bermallah yang shaleh" (QS 23:51). Dan ia membaca (firman Allah) yang artinya: "Hai orang-orang yang beriman, makanlah dari rizki yang baik-baik" (QS 2:172), kemudian ia menyebut seorang laki-laki yang lama dalam perjalanan, rambutnya kusut, berdebu, menengadah ke langit, ya rabbi ya rabbi, sedang makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram dan diberi makanan yang haram, maka bagaimana mungkin (do’anya itu) akan dikabulkan?" (HR. Ahmad, Muslim dan Tirmidzi).
Hadits 22
اللهَ طَيِّبٌ لاَيَقْبَلُ إِلاَّ طَيِّبًا وَاِنَّ اللهَ اَمَرَ الْمُؤْمِنِيْنَ بِمَا اَمَرَبِهِ الْمُرْسَلِيْنَ فَقَالَ:يَا اَيُّهَا الرُّسُلُ كُلُوْا مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَاعْمَلُوْاصَالِحًا، وَقَالَ: يَااَيُّهَاالَّذِيْنَ آمَنُوْا كُلُوْا مِنْ طَيِّبَاتِ مَارَزَقْنَاكُمْ، ثُمَّ ذَكَرَالرَّجُلَ يُطِيْلُ السَّفَرَأَشْعَثَ أَغْبَرَيَمُدُّ يَدَيْهِ إِلَى السَّمَاءِ: يَارَبِّ يَارَبِّ وَمَطْعَمُهُ حَرَامٌ وَمَشْرَبُهُ حَرَامٌ، وَمَلْبَسُهُ حَرَامٌ، وَغُذِيَ بِالْحَرَامِ، فَأَ نّىيُسْتَجَابُ لَهُ.
لاَحَسَدَ
Hasad tidak diperbolehkan kecuali dalam dua hal, iri hati pada orang yang dianugerahi Allah harta yang banyak lalu digunakan untuk kepentingan kebenaran dan iri hati kepada orang yang dianugerahi Allah banyak ilmu lalu ia mengamalkan ilmu itu dan mengajarkannya kepada orang lain (HR. Bukhari).
Hadits 23
اِلاَّ فِىاثْنَتَيْنِ. رَجُلٌ آتَاهُ اللهُ مَالاً فَسَلَّطَهُ عَلَى هَلَكَتِهِ فِى الْحَقِّ، وَرَجُلٌ آتَاهُ اللهُ عِلْمًا فَهُوَ يَعْمَلُ بِهِ وَيُعَلِّمُهُ النَّاسُ.
لأَنْ
Seseorang yang membawa tambang lalu pergi mencari dan mengumpulkan kayu bakar lantas dibawanya ke pasar untuk dijual dan uangnya digunakan untuk mencukupi kebutuhan dan nafkah dirinya, maka itu lebih baik daripada ia meminta-minta kepada orang-orang , yang terkadang diberi, terkadang ditolak (HR. Bukhari dan Muslim).
يَحْمِلَ الرَّجُلُ حَبْلاً فَيَحْتَطِبَ بِهِ، ثُمَّ يَجِىْءَ فَيَضَعَهُ فِى السُّوْقِ، فَيَبِيْعَهُ ثُمَّ يَسْتَغْنِيَ بِهِ، فَيُنْفِقَهُ عَلَى نَفْسِهِ، خَيْرٌ مِنْ اَنْ يَسْأَلَ النَّاسِ اَعْطَوْهُ اَوْمَنَعُوْهُ.
Hadits 19