Dialog Musa dengan Fir'aun
"Fir'aun bertanya, 'Siapa Tuhan semesta alam itu?' Musa 
menjawab, 'Tuhan Pencipta langit dan bumi serta apa-apa yang terdapat di antara 
keduanya. (Itulah Tuhanmu) jika kamu sekalian orang-orang yang percaya'. Fir'aun 
berkata pada orang-orang di sekelilingnya, 'Apakah kamu tidak mendengarkan?' 
Musa berkata (pula), 'Tuhan kamu dan Tuhan nenek moyangmu yang terdahulu'. 
Fir'aun berkata, 'Sesungguhnya Rasul kalian yang diutus pada kalian benar-benar 
orang gila'. Musa berkata, 'Tuhan yang menguasai timur dan barat dan apa-apa 
yang terdapat di antara keduanya, (itulah Tuhanmu) jika kamu menggunakan akal'. 
Fir'aun berkata, 'Sungguh jika kamu menyembah Tuhan selain aku, aku benar-benar 
akan menjadikan kamu salah seorang yang dipenjarakan'." (Asy-Syu'raa': 
23--29) 
Kisah Musa 'Alaihis-salaam dengan Fir'aun adalah kisah 
terkenal. Kisah ini paling sering disebut dalam Alquran. Fir'aun adalah contoh 
kesombongan manusia tingkat tinggi. Dia telah menganggap dirinya sebagai tuhan, 
ia menjadi gelap mata dengan kerajaannya yang besar, sehingga ia merasa paling 
berkuasa. Lalu ia mempertuhankan dirinya dan memaksa rakyatnya untuk 
menyembahnya.
Lalu Allah mengutus Musa 'Alaihis-salaam bersama Harun 'Alaihis-salaam kepada Fir'aun untuk mengingatkannya dan menyerunya agar menyembah Allah semata. Kemudian terjadilah dialog antara Musa 'Alaihis-salaam dengan Fir'aun tentang siapa Tuhan semesta alam. Ini diawali dengan peringatan Musa bahwa dia adalah utusan (rasul) Tuhan semesta alam. Mendengar itu kecongkakan dan kesombongan Fir'aun bangkit, karena Musa ternyata tidak mempertuhankan dirinya, lalu siapa Tuhannya Musa, pikirnya. Dengan penasaran dan nada meremahkan ia bertanya pada Musa 'Alaihis-salaam siapa Tuhan semesta alam itu. Musa 'Alaihis-salaam menjawab, "Dia adalah Tuhan yang telah menciptakan langit dan bumi beserta isinya serta apa-apa yang terdapat di antara keduanya. Dialah Tuhan kamu sekalian, jika kalian percaya."
Lalu Allah mengutus Musa 'Alaihis-salaam bersama Harun 'Alaihis-salaam kepada Fir'aun untuk mengingatkannya dan menyerunya agar menyembah Allah semata. Kemudian terjadilah dialog antara Musa 'Alaihis-salaam dengan Fir'aun tentang siapa Tuhan semesta alam. Ini diawali dengan peringatan Musa bahwa dia adalah utusan (rasul) Tuhan semesta alam. Mendengar itu kecongkakan dan kesombongan Fir'aun bangkit, karena Musa ternyata tidak mempertuhankan dirinya, lalu siapa Tuhannya Musa, pikirnya. Dengan penasaran dan nada meremahkan ia bertanya pada Musa 'Alaihis-salaam siapa Tuhan semesta alam itu. Musa 'Alaihis-salaam menjawab, "Dia adalah Tuhan yang telah menciptakan langit dan bumi beserta isinya serta apa-apa yang terdapat di antara keduanya. Dialah Tuhan kamu sekalian, jika kalian percaya."
Mendengar jawaban yang sangat logis ini, Fir'aun terpana, namun 
kesombongannya belum berkurang, malah dengan nada mengejek ia berkata pada 
orang-orangnya, "Tidakkah kalian mendengarkan?" Lantas Musa melanjutkan, "Dialah 
Tuhan kamu sekalian dan Tuhan nenek moyang kalian terdahulu" Mendengar perkataan 
Musa ini, Fir'aun tidak punya alasan menyanggah, karena yang diucapkan Musa 
benar adanya dan sangat masuk akal. Namun, sekali lagi demi gengsi dan 
kesombongannya ia malah menuduh Musa dengan ucapannya, "Sesungguhnya rasul 
kalian yang diutus pada kalian ini benar-benar orang gila." Namun, Musa terus 
menegakkan hujjah kebenaran seruannya agar Fir'aun mau sadar dan orang-orang 
menggunakan akalnya dengan benar untuk mengetahui siapa yang sebenarnya berhak 
disembah: Fir'aun atau Allah Tuhan pencipta semesta alam, Tuhan sekalian 
manusia. Ia kemudian berkata, "Dialah Tuhan Penguasa timur dan barat dan segala 
sesuatu yang terdapat di antara keduanya. Dialah Tuhan kalian jika kalian 
orang-orang yang berakal."
Seruan Musa yang tidak memaksakan kehendak, dan justru mengajak 
orang-orang menggunakan akal dengan baik, tidak dapat dibantah oleh Fir'aun 
maupun orang-orangnya sedikit pun. Mereka sebenarnya meyakini kebenaran seruan 
Musa 'Alaihis-salaam di dalam hati mereka, termasuk Fir'aun. Namun, kezaliman 
dan kesombongan telah menghalangi Fir'aun dan pengikutnya dari iman. Hal ini 
sebagaimana terdapat dalam surah An-Naml: 14 yang artinya, "Dan mereka 
mengingkarinya karena kezhaliman dan kesombongan mereka, padahal hati mereka 
meyakini (kebenarannya). Maka perhatikanlah akibat orang-orang yang berbuat 
kebinasaan."
Sekali lagi, Fir'aun tidak dapat membantah kebenaran ucapan 
Musa tentang Tuhan yang sebenarnya. Bahkan, ia tidak bisa memberikan sepatah 
kata pun untuk membenarkan pengakuannya sebagai tuhan. Akhirnya, ia mengancam 
Musa dengan ancaman penjara, jika Musa menyembah selain dia. Ini menunjukkan 
kelemahan Fir'aun sendiri, bahwa ketika ia tidak mampu menunjukkan bukti-bukti 
kebenarannya, ia malah main kasar dengan kekuasaan yang dimilikinya. Ia malah 
menentang perintah Allah. Akhir kisah, Fir'aun mau beriman kepada Allah, namun 
sudah terlambat, karena ia mau beriman ketika ia akan tenggelam di lautan saat 
mengejar Musa dan pengikutnya. Saat ia merasa tidak ada yang mampu menolongnya, 
kecuali Allah, ia pun mengaku beriman, namun segalanya telah terlambat. Salah 
satu saat tertutupnya pintu taubat adalah saat azab telah datang. Imannya tidak 
diterima oleh Allah.
Banyak sekali pelajaran yang dapat kita ambil dari kisah 
Fir'aun ini, di antaranya:
- Cara berpikir yang baik tentang bagaimana mengenal Allah, yaitu dengan 
menggunakan akal dan memikirkan segala ciptaan-Nya yang penuh dengan tanda-tanda 
kekuasaan-Nya.
 
- Bahwa yang berhak disembah semata hanyalah Sang Pencipta seluruh alam 
semesta ini, Dialah Allah Subhaanahu wa Ta'ala.
 
- Kesombongan dan kecongkakan dapat menghalangi seseorang dari beriman kepada 
Allah.
 
- Bahwa banyak orang yang meyakini dalam hati suatu kebenaran namun tidak mau 
mengakuinya. 
 
- Bahwa Allah pun menetapkan alasan-alasan logis agar manusia mau beriman 
kepada-Nya dan menyembah diri-Nya semata. Padahal jika Allah menghendaki semua 
manusia beriman, niscaya semua manusia akan beriman. 
 
- Namun manusia harus tahu bahwa setiap pilihan punya akibat sendiri-sendiri, 
dan itu akibat dari pilihannya. Jika iman yang dipilihnya maka ridha dan surga 
Allah balasannya, namun jika kufur yang dipilihnya, maka murka dan neraka Allah 
balasannya.
 
- Bahwa orang yang punya kekuasaan di dunia cenderung memaksakan kehendaknya 
dengan menggunakan kekuasaannya, walaupun ia berada di pihak yang salah.
 
- Kebanyakan orang yang punya kedudukan tinggi, merasa malu menerima dan 
mengakui kebenaran dari seseorang yang lebih rendah darinya.
 
- Orang yang benar sering dijuluki orang gila oleh orang-orang yang tidak menyukai kebenarannya, atau julukan lainnya yang mengandung penghinaan dan pelecehan.
Demikianlah, mungkin masih banyak pelajaran yang dapat kita 
ambil jika kita mau berpikir dan merenung sejenak. Sekian wallahu a'lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar