Empat Kaidah Iyyaaka Na'budu
Empat Kaidah Iyyaaka Na'budu
"Hanya kepada-Mu kami menyembah, dan hanya kepada-Mu kami 
meminta pertolongan." (Al-Fatihah: 5). 
Sebagai muslim tentunya ayat di atas tidak asing bagi kita. 
Minimal tujuh belas kali kita ulang dalam salat fardu lima waktu. Namun, 
pernahkah kita bertanya pada diri sendiri, sejauh mana kita dapat menyelami 
makna surah Al-Fatihah tersebut? Kalau belum, mari sejenak kita menyelami empat 
kaidah iyyaaka na'budu yang dikemukan oleh Ibnul Qayyim sebagai berikut. 
Iyyaaka na'budu tegak di atas empat kaidah: mewujudkan apa yang 
dicintai dan diridai Allah dan Rasul-Nya, berupa 
- perkataan hati,
 
- perkataan lisan,
 
- amalan hati, dan
 
- amalan jawarih (anggota tubuh).
Ubudiyyah merupakan sebutan yang menyeluruh untuk empat 
tingkatan ini. Orang yang melaksanakan iyyaaka na'budu dengan 
sebenar-benarnya ialah yang melaksanakan empat tingkatan ini.
Perkataan hati ialah meyakini apa yang disampaikan Allah 
tentang diri-Nya, asma, sifat, dan perbuatan-Nya, tentang malaikat, dan 
perjumpaan dengan-Nya, sebagaimana yang disampaikan para rasul-Nya.
Perkataan lisan ialah berupa pernyataan darinya tentang hal 
itu, seruan kepada Allah (dakwah), menjelaskan kebatilan bidah, mengingat Allah 
dan menyampaikan perintah-perintah-Nya.
Amal-amal hati adalah seperti cinta kepada Allah, tawakal, 
bergantung kepada-Nya, takut dan berharap kepada-Nya, memurnikan agama dengan 
melaksanakan agama-Nya sesuai ajaran Rasul-Nya, sabar dalam melaksanakan 
perintah-perintahnya dan menjauhi larangan-larangan-Nya, rida kepada-Nya, 
menolong karena-Nya dan bermusuhan karena-Nya pula, tunduk dan patuh kepada-Nya, 
thuma'ninah kepada-Nya, dan lain sebagainya yang berupa amalan hati. 
Kefarduan amalan hati ini lebih dari kefarduan amalan anggota tubuh, dan yang 
sunahnya lebih disukai oleh Allah daripada sunah-sunah anggota tubuh. Adapun 
amal-amal jawarih adalah seperti salat, puasa, jihad, mengayunkan kaki menuju 
salat jamaah dan salat Jumat, membantu orang lain, berbuat kebajikan kepada 
makhluk, dan sebagainya. 
Iyyaaka na'budu mengikuti hukum empat kaidah dan ikrar 
kepadanya. Adapun iyyaaka nasta'iin merupakan tuntutan meminta 
pertolongan atas hokum-hukum itu serta taufik-Nya. Sedangkan ihdinaa 
ash-shiraath al-mustaqiim mencakup pengakuan terhadap dua perkara ini secara 
detail, ilham untuk melaksanakannya dan meniti jalan-jalan orang-orang yang 
berjalan kepada Allah dengan dua perkara itu.
Semua rasul hanya menyeru kepada iyyaka na'budu wa iyyaaka 
nasta'iin. Mereka semua menyeru kepada tauhidullah (mengesakan Allah) 
dan penyembahan hanya kepada-Nya, semenjak rasul pertama hingga terakhir.
Demikianlah ulasan singkat ini untuk dapat menjadi bahan 
renungan bagi kita. Wallahu a'lam. 

 
Post a Comment