Orang yang Mempertuhankan Isa bin Maryam itu Kafir
Allah SWT berfirman yang artinya, "Sesungguhnya telah 
kafirlah orang-orang yang berkata: 'Sesungguhnya Allah itu ialah al-Masih putra 
Maryam', padahal al-Masih sendiri berkata: 'Hai Bani Israil sembahlah Allah, 
Tuhanku dan Tuhanmu'. Sesungguhnya barangsiapa yang mempersekutukan (sesuatu) 
dengan Allah, maka Allah telah mengharamkan surga baginya, dan tempatnya adalah 
di neraka. Dan tidaklah ada bagi orang-orang yang zalim itu seorang penolong 
pun. Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: 'Sesungguhnya Allah 
adalah salah satu dari yang tiga', padahal sekali-kali tidak ada Tuhan (yang Haq 
untuk disembah) selain Tuhan Yang Esa. Jika mereka tidak berhenti dari apa yang 
mereka katakan itu, pastilah orang-orang kafir dari mereka akan ditimpa azab 
yang pedih. Maka mengapa mereka tidak mau bertaubat kepada Allah dan memohon 
ampunan kepada-Nya? Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Tidaklah 
al-Masih putra Maryam itu melainkan hanya seorang rasul yang telah berlalu 
beberapa rasul sebelumnya, dan ibunya adalah seorang yang benar, kedua-dua biasa 
memakan makanan. Perhatikanlah bagaimana Kami menjelaskan kepada mereka (Ahlul 
Kitab) tanda-tanda (keesaan Allah), kemudian perhatikanlah bagaimana mereka 
berpaling (dari ayat-ayat Kami dan kebenarannya)." (Al-Maaidah: 72-75). 
Dalam beberapa ayat ini Allah menjelaskan dan menyatakan dengan 
tegas bahwa orang yang mengatakan Allah itu Isa al-Masih bin Maryam adalah 
kafir. Padahal, jelas-jelas Isa al-Masih sendiri telah menyeru kepada kaumnya, 
yaitu Bani Israil, yang memang ia diutus oleh Allah kepada mereka, agar mereka 
menyembah Allah, Tuhannya Isa dan Tuhan mereka. Allah tidak memaksakan seseorang 
untuk menyembah-Nya walaupun Dia kuasa melakukan itu, karena Dia Maha Kuasa atas 
segala sesuatu. Namun, manusia disuruh-Nya menggunakan akalnya agar berpikir, 
apakah masuk akal mempertuhankan seseorang yang bukan Tuhan, bahkan ia sendiri 
menyeru umatnya untuk menyembah Tuhannya yang ia sembah, bukan menyembah 
dirinya. 
Kekufuran mereka yang mengatakan bahwa Allah itu salah satu 
dari tiga Tuhan semakin Allah tegaskan dengan ayat kedua. Dengan sangat gamblang 
Alquran menyatakan bahwa yang sebenarnya Tuhan yang Haq untuk disembah itu 
hanyalah satu, tak bersekutu, yaitu Allah Subhaanahu wa Ta'ala. Bahkan, 
selanjutnya Allah menerangkan apa yang akan menjadi balasan bagi mereka yang 
berkata atau meyakini yang demikian. Balasan mereka adalah diharamkannya surga 
bagi mereka dan mereka ditempatkan di neraka, dan tidak akan ada seorang 
penolong pun bagi mereka dari siksaan Allah yang sangat pedih.
Maka, adalah sangat mengherankan jika mereka tidak mau 
bertaubat kepada Allah dan memohon ampun kepada-Nya serta kembali kepada ajaran 
yang benar, yaitu menyembah Allah semata, Tuhannya Isa al-Masih bin Maryam, 
Tuhannya sekalian manusia, Tuhan semesta alam. Tidakkah mereka mengetahui bahwa 
Allah Maha Pengampun bagi dosa-dosa mereka, lagi Maha Penyayang terhadap mereka 
jika mereka bertaubat dan memohon ampunan? Namun, enggan dan malu mengakui 
kesalahan biasanya sering menjadi penghalang bagi seseorang untuk kembali ke 
jalan yang benar, kecuali orang-orang yang sadar dan mendapat petunjuk 
Allah.
Kemudian Allah memaparkan sebuah logika yang dapat dicerna 
siapa pun, yaitu bahwa Isa itu hanyalah seorang rasul dari sekian rasul yang 
telah Allah utus sebelum Isa, dan dia beserta ibunya, Maryam, hanyalah manusia 
yang biasa dan butuh makan. Tuhan tidaklah butuh makan, Tuhan yang berhak 
disembah itu adalah Sang Maha Sempurna, dan di antara kesempurnaannya itu adalah 
Dia tidak butuh apa-apa, termasuk makan. Di antara kesempurnaan-Nya adalah Dia 
mampu mengampuni dosa hambanya sebesar apa pun jika Dia kehendaki. Adalah tidak 
masuk akal apabila Tuhan harus menyalib diri demi mengampuni manusia. Bukankah 
hal yang demikian menunjukkan kelemahan? Padahal, Tuhan itu Maha Kuat dan Maha 
Kuasa. Tidakkah orang-orang itu berpikir dengan benar? Apakah hati mereka telah 
tertutup?
Hal ini semakin dipertegas dengan menyebut "bin Maryam" sesudah 
nama Isa al-Masih. Ini merupakan bantahan yang nyata bagi orang yang mengatakan 
bahwa al-Masih itu anak Tuhan. Sebenarnya penciptaan Isa tanpa bapak itu adalah 
salah satu tanda kekuasaan Allah atas segala sesuatu. 
Nah, jika sudah demikian gamblang Allah menerangkan 
kebenaran-Nya dengan mengajak mereka berpikir dengan logika yang benar, namun 
masih saja mereka tersesat dan berpaling dari kebenaran itu, maka neraka 
Jahannam adalah balasan yang pantas bagi mereka. 
Tak kalah pentingnya adalah bahwa pernyataan Allah ini 
merupakan bantahan tegas bagi pendapat yang mengatakan bahwa semua agama itu 
sama, bagi pendapat bahwa Islam itu artinya berserah diri, sehingga siapa pun 
yang berserah diri maka ia telah Islam. Sungguh, pendapat demikian adalah suatu 
kesesatan yang nyata. Adalah suatu hal yang tak masuk akal bahwa orang yang 
menyembah Allah Tuhan semesta alam sama dengan orang yang menyembah salah satu 
ciptaan Allah, seperti Isa bin Maryam, batu, sapi, matahari, api atau yang 
lainnya. Apakah mungkin ajaran yang bertentangan dikatakan sama? Di mana akal 
sehat kita? Adalah suatu kebatilan bahwa seseorang sudah menjadi Islam dengan 
hanya berserah diri. Definisi Islam haruslah kita sesuaikan dengan definisi dari 
Allah dan Rasul-Nya. Bukankah Allah telah menerangkan bahwa orang mu'min itu 
adalah orang yang beriman kepada-Nya serta rukun-rukun iman yang lain. Bukankah 
Islam seseorang itu harus dengan menyatakan syahadah (kesaksian) bahwa tiada 
Tuhan selain Allah, dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah, kemudian 
ditindaklanjuti dengan menegakkan rukun-rukun Islam yang lain, sebagaimana 
diterangkan dalam hadis Jibril. Adakah orang-orang kafir, selain Islam itu, 
berbuat demikian? Sekali-kali tidak. 
Demikianlah beberapa hal singkat yang dapat kita jadikan 
landasan berpikir yang benar tentang ketuhanan. Semoga Allah memberi kita 
manfaatnya di dunia dan akhirat. Wallahu a'alam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar