Tazkiyah Penyejuk Hati
"Dan jiwa serta apa yang disempurnakannya, maka diilhamkan kepadanya
keburukan dan ketakwaannya (potensi buruk & potensi baik), Sungguh beruntung
orang yang membersihkannya dan merugi orang yang mengotorinya."
(Al-Syams: 7-10)
Lanjutan...........Bagaimana cara
membersihkan jiwa?
- Kita harus Mengenal Diri kita.
- Mengisi Diri kita melewati pembersihan (tazkiyah) dengan tiga
tahapan:
- Pembersihan Aqidah
- Pembersihan Dengan Menjalankan Perintah Allah SWT dan Meninggalkan
LaranganNya
- Menjalankan Sunnah-sunnah Rasulullah SAW
Mengenal Diri : Lihat lampiran terpisah.
Adapun tiga tahapan yang harus dilalui oleh seseorang muslim yang ingin
mendapatkan kebahagiaan dan ketentraman hidupnya adalah :
I.
Tazkiyah Melalui Pembersihan AqidahSeluruh isi Al-Qur'an
mengandung ajaran aqidah yang lengkap terdiri dari empat bagian :
- Pemberitahuan tentang Allah, Nama dan SifatNya disebut dengan Tauhid Ilmiyah
Teoritis.
- Ajakan agar penghambaan (baca: ibadah) hanya tertuju kepada Allah SWT semata
disebut dengan Tauhid Amaliyah Praktis.
- Penjelasan tentang perintah dan larangan yang harus ditaati sebagai
konsekwensi logis penerimaan tauhid disebut dengan Hak-hak Tauhid.
- Keterangan positif tentang hasil yang akan diperoleh pelaku tauhid di dunia
maupun di akherat dan akibat buruk bagi yang menolak atau ragu-ragu terhadap
tauhid di dunia sebagai kesengsaraan dan di akherat ke dalam api neraka.
Begitu bersih jiwa orang yang beraqidah Islam yang benar sehingga dapat
membuahkan kebaikan setiap saat. Digambarkan indah sekali seperti dalam QS:
Ibrahim 24-25 yang artinya :
"Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah
membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik akarnya teguh dan
cabangnya (menjulang) ke langit. Pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim
dengan seizin Tuhanna. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia
supaya mereka selalu ingat."
Berbeda dengan orang yang rusak aqidahnya seperti umumnya musyrikin, maka
Allah SWT menyebut mereka jiwanya kotor, seperti dalam QS: At-Taubah 28 yang
artinya :
"Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya orang-orang yang
musyrik itu najis, maka janganlah mereka mendekati Masjidil Haram sesudah tahun
ini. Dan jika kamu khawatir menjadi miskin, maka Allah nanti akan memberikan
kekayaan kepadamu dan karuniaNya, jika Dia menghendaki. Sesungguhnya Allah Maha
Bijaksana."
Hal itu terjadi karena mereka banya mendzalimi dirinya karena tidak
mengindahkan ajakan Sang Pencipta dirinya, seperti dalam QS: Lukman 13 yang
artinya :
"Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia
memberi pelajaran kepadanya: Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah,
sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kedhaliman yang
besar."
Akibatnya mereka berjalan diatas kesesatan, seperti dalam QS: An-Nisa' 116
yang artinya :
"Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan
(sesuatu) dengan Dia, dan Dia mengampuni dosa yang selain dari syirik itu bagi
siapa yang dikehendakiNya. Barangsiapa yang mempersekutukan (sesuatu) dengan
Allah, maka sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya."
Disini rahasia Rasulullah SAW mencurahkan perhatian selama tiga belas tahun
saat berada di Mekkah menggembleng para sahabat agar aqidahnya murni dari
intrik-intrik syirik apapun bentuknya.
Ibnul Qayyim menggambarkan indah sekali keimanan mereka yang beraqidah itu,
ringkasnya, "Mereka adalah manusia yang hatinya dipenuhi dengan pengertian
terhadap Allah sampai meluap rasa cinta, rasa takut (baca:khusyu'), pengagungan
dan selalu merasa dikontrol Allah SWT (baca: muraqabah). Rasa cintanya telah
merasuki seluruh bagian tubuhnya sampai tulang sumsumnya sampai pada tingkat
melalaikan cinta selain dari padaNya. Tandanya, ia banyak ingat dan menyebut
Allah. Seluruh harap dan cemasnya ditujukan kepadaNya serta selalu bertawakkal
dan mengembalikan segala urusannya kepada Allah setelah melakukan berbagai upaya
dan sebab yang dibenarkan. Tak jarang ia bertaubat dan tunduk patuh ke
keharibaanNya. Apabila dia meletakkan punggungnya di pembaringannya, jiwanya
melayang ke hadirat Ilahi sambil menyebut-nyebut nama dan sifat baikNya. Dia
menyaksikan asman dan sifatNya telah menerangi cahaya hatinya. Badannya diatas
tempat tidur, sementara jiwanya berdarma wisata dan sujud di keharibaan Tuhannya
yang dia cintai penuh khusyu' dan rendah diri. Hanya Allah jualah yang memenuhi
seluruh kebutuhan manusia dan seluruh makhluk, seperti dalam QS: Ar-Rahman 29
yang artinya :
"Semua yang ada di langit, di bumi selalu meminta kepadaNya.
Setiap waktu Dia dalam kesibukan."
Allah SWT yang mengampuni dosa hambanya, menyelesaikan segala persoalannya,
membahagiakan orang yang sedih, menolong yang lemah, memberi kekayaan dan
mencukupkan orang muslim. Dialah yang mematikan dan menghidupkan, membahagiakan
dan mencelakakan, menyesatkan, dan memberi petunjuk, memberi kekayaan pada
segolongan manusia dan menjadikan miskin pada segolongan yang lain, mengangkat
derajat suatu kaum dan menghinakan kaum yang lain, dan lain-lain
Begitu pentingnya aqidah ini sehingga harus kita pelajari secara global
kemudian terinci dari sumber yang terpercaya. Ini masalah agama (baca: Diin)
tidak boleh kita ambil dari sembarang orang, tetapi harus dari yang terpercaya
ilmu dan amalnya. Seperti sinyalemen Imam Malik dan Ibnu Sirin, yang artinya:
"Ilmu ini, ilmu, hendaknya kamu ambil ilmu agamamu dari orang yang
benar-benar kamu percayai."
Tentunya dalam kesempatan yang terbatas ini, kami tidak mengungkapkan
poin-poin dalam aqidah, tetapi sebatas pembuka dan perangsang belaka agar
diketahui pentingnya hal tersebut.
II.
Tazkiyah Dengan Menjalankan Perintah Allah SWT dan Meninggalkan
LaranganNyaSebelum seseorang melakukan atau meninggalkan sesuatu,
hendaknya dia tahu betul bahwa hal tersebut memang diperintah sehingga harus
dikerjakan atau dilarang sehingga harus ditinggalkan. Sementara yang sering
terjadi, ada orang yang menjalankan kewajiban tetapi pada saat yang lain dia
melakukan penggaran. Contohnya: Berapa banya orang yang menjalankan sholat di
masjid, tetapi kalau pergi ke kantor dia melakukan korupsi. Kita harus konsekwen
kalau kita mau selamat, kerjakan yang diperintahkan, tinggalkan yang dilarang.
Dalam hadits Qudsi, Allah SWT pernah mengatakan yang artinya :
"Allah Ta'ala
berfirman: Barangsiapa memusuhi waliku, maka Aku proklamirkan perang kepadanya.
Tidaklah seorang hamba mendekat kepadaKu dengan sesuatu yang lebih baik bagiKu
daripada yang Kuwajibkan kepadanya. Sementara hambaKu mendekat kepadaKu dengan
mengerjakan sunnah-sunnah, sampai Aku mencintainya. Bila Aku mencintainya, maka
Aku menjadi pendengarannya untuk mendengarkan, matanya untuk melihat, tangannya
untuk berkreasi dan kakinya untuk berjalan. Apabila dia meminta kepadaKu, pasti
Kuberikan. Apabila berlindung denganKu, pasti Kulindungi dia. Tidaklah Aku ragu
mengerjakan sesuatu seperti ragunya Aku mengambil nyawa orang mukmin karena tak
menyukai mati, sementara Aku tak suka menyakitinya." (HR: Bukhari dan
lain-lain).
Kewajiban mengerjakan perintah Allah tidak bisa ditawar-tawar atau apa lagi
ada anggapan pengecualian bagi orang-orang tertentu. Demikian pula kesalahan
besar bagi orang yang mengerjakan Sunnah yang banyak tapi pada saat yang sama
dia meninggalkan kewajiban seperti orang yang mengeluarkan sedekah tapi dia
tidak bayar zakat sebagai orang mampu yang berkewajiban membayar zakat. Dalam
menjalankan kewajiban ini ummat Islam terbagi menjadi tiga bagian seperti dalam
QS: Faathir 32 yang artinya :
"Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada
orang-orang yang Kami pilih diantara hamba-hamba Kami, lalu diantara mereka ada
yang menganiaya diri mereka sendiri dan diantara mereka ada yang pertengahan dan
diantara mereka ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah.
Yang demikian itu adalah karunia yang amat besar."
Menurut Ibnu Taimiyah seperti halnya sholat maka orang yang mendzalimi
dirinya adalah suka mengundurkan waktu sholatnya. Sementara orang yang ekonomis
yaitu orang yang mengerjakan tepat waktu dan sabikun bil khairat adalah orang
yang mengerjakan sholat tepat waktu berjamaah dan mengerjakan sunnah rawatib.
Umar bin Khattab ra berpendapat:
"Sebaik-baik perbuatan mengerjakan yang
diwajibkan Allah dan menginggalkan apa yang dilarang Allah serta berbai niat
terhadap Allah SWT."
Namun Syaukani rahimahullah menekankan bahwa meninggalkan larangan Allah
lebih utama daripad mengerjakan kewajiban karena adanya hadits Nabi yang artinya
:
"Jika aku perintahkan sesuatu kepada kalian, kerjakan semampunya. Dan jika
aku melarang sesuatu, janganlah kalian dekati." (HR:Muslim).
Ada pula orang yang mempunyai kewajiban menafkahi anak dan isteri, sehingga
untuk itu dia mati-matian mencari rizqi. Anehnya sering ia meninggalkan
kewajiban lainnya seperti sholat, dan lain-lain. Tak jarang pula dia mencarinya
dengan jalan tidak benar seperti riba, korupsi, dan lain sebagainya.
Orang yang menjalankan kewajiban dengan benar, menjalankan sholat, berpuasa
dibulan Ramadhan, mengeluarkan zakat jika mampu, menunaikan haji bila
berkecukupan, dan menjalankan tanggung jawab sesama manusia, berarti ia telah
setengah langkah menuju keselamatan, sementara setengah berikutnya berjalan
hal-hal yang dilarang Allah SWT seperti dalam QS: Al-Baqarah 187 yang artinya :
"Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan
isteri-isteri kamu, mereka itu adalah pakaian bagimu, dan kamu pun adalah
pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahwasanya kamu tidak dapat menahan
nafsumu, karena itu Allah mengampuni kamu dan memberi maaf kepadamu. Maka
sekarang campurilah mereka dan carilah apa yang telah ditetapkan Allah untukmu,
dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu
fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai malam, (tetapi) janganlah kamu
campuri mereka itu, sedang kamu beri'tikaf dalam masjid. Itulah larang Allah,
maka janganlah kamu mendekatinya. Demikian Allah menerangkan ayat-ayatNya kepada
manusia, supaya mereka bertakwa."
Serta ancaman bagi pelanggarnya seperti dalam QS: An-Nisa' 14 yang artinya :
"Dan barangsiapa yang mendurhakai Allah dan RasulNya dan melanggar
ketetuan-ketentuanNya, niscaya Allah memasukkannya ke dalam api neraka sedang ia
kekal di dalamnya, dan baginya siksa yang menghinakan."
Yang perlu diingat selalu bahwa Allah SWT sayang kepada hambanya, maka segala
sesuatu yang membahayakan atau merugikan mereka pasti dilarang sedangkan yang
baik dibolehkannya. Meskipun sebagian orang tidak tahu apa hikmah pelarangan dan
kebolehan sesuatu itu. Untuk hak menghalalkan dan mengharamkan hanya milik Allah
seperti dalam QS: Al-A'raaf 157 yang artinya :
"(Yaitu) orang-orang yang
mengikut Rasul, Nabi yang ummi yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam
Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan yang
ma'ruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi
mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan
membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka.
Maka orang-orang yang beriman kepadanya memuliakannya, menolongnya, dan
mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al-Qur'an), mereka
itulah orang-orang yang beruntung."
Dan larangan keras bagi siapa saja yang berbicara halal dan haram tanpa dasar
dari Al-Qur'an dan Sunnah Rasulullah SAW seperti dalam QS: An-Nahl 116 yang
artinya :
"Dan janganlah kamu mengatakan terhadap apa yang disebut-sebut oleh
lidahmu secar dusta, ini halal dan ini haram, untuk mengada-adakan kebohongan
terhadap Allah. Sesungguhnya orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap
Allah tidaklah beruntung."
Semua larangan sudah dirinci oleh Al-Qur'an seperti dalam QS: Al-Maidah 3
yang artinya :
"Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi,
(daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekek, yang
dipukul, yang jatuh, yang ditanduk dan yang diterkam binatang buas, kecuali yang
sempat kamu menyembelihnya, dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk
berhala. Dan (diharamkan juga) mengundi nasib dengan anak panah (mengundi nasib
dengan anak panah itu) adalah kefasikan. Pada hari itu orang-orang kafir telah
putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada
mereka dan takutlah kepadaKu. Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu
agamamu, dan telah Kucukupkan kepadamu ni'matKu, dan telah Kuridhai Islam itu
jadi agama bagimu. Maka barangsiapa terpaksa, karena kelaparan tanpa sengaja
berbuat,sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."
Juga seperti dalam QS: An-nisa' 23 yang artinya :
"Diharamkan atas kamu
(mengawini) ibu-ibumu, anak-anakmu yang perempuan, saudara-saudaramu yang
perempuan, saudara-saudara bapakmu yang perempuan, saudara-saudara ibumu yang
perempuan, anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang laki-laki, anak-anak
perempuan dari saudara-saudaramu yang perempuan, ibu-ibumu yang menyusukan kamu,
saudara perempuan sepersusuan, ibu-ibu isterimu (mertua), anak-anak isterimu
yang dalam pemeliharaanmu dari isteri-isteri yang telah kamu campuri, tetapi
jika kamu belum campur dengan isterimu itu (dan sudah kamu ceraikan), maka tidak
berdosa kamu mengawininya, (dan diharamkan bagimu) isteri-isteri anak kandungmu
(menantu), dan menghimpunkan (dalam perkawinan) dua perempuan yang bersaudara,
kecuali yang telah terjadi pada masa lampau, sesungguhnya Allah Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang."
Dan seperti dalam QS: Al-An'am 119 yang artinya :
"Mengapa kamu tidak mau
memakan (binatang-binatang yang halal) yang disebut nama Allah ketika
menyembelihnya, padahal sesungguhnya Allah telah menjelaskan kepada kamu apa
yang diharamkanNya atasmu kecuali apa yang terpaksa kamu memakannya. Dan
sesungguhnya kebanyakan (dari manusia) benar-benar hendak menyesatkan (orang
lain) dengan hawa nafsu mereka tanpa pengetahuan. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah
yang lebih mengetahui orang-orang yang melampaui batas."
Sedangkan Rasulullah SAW sudah menjelaskan batasan-batasan larangan Allah
dalam sabda-sabdanya diantaranya :
"Dari Nu'man bin Basyir ra berkata: Aku
mendengar Rasulullah SAW bersabda : Sesungguhnya yang halal itu jelas dan yang
haram itu jelas. Dan diantara keduanya ada yang samar-samar (syubhah), banyak
manusia tidak mengetahuinya. Maka barangsiapa menjaga dirinya dari hal syubhah
itu, berarti telah bersih agama dan kehormatannya, sementara orang yang terlibat
dengan syubhah, terjatuh ke dalam yang haram. Taoh ubahnya seperti penggembala
yang menggembalakan kambingnya di sekitar kebon orang, lambat laun ia akan
memasukinya. Ketahuilah setiap raja meletakkan batasan larangan. Ingatlah bahwa
larangan Allah adalah hal-hal yang diharamkannya. Sungguh dalam tubuh manusia
ada segumpal darah, kalau baik, seluruh badan baik, tetapi kalau rusak, seluruh
badan rusak, itulah hati." (HR: Bukhari dan Muslim)
Diantara larangan yang disebut-sebut Rasulullah SAW, larangan menyekutukan
Allah, melawan orang tua, berdukun, menyihir, menipu, berbohong, bersaksi palsu,
menyembah kuburan, sombong, dengki, bersumpah selain Allah, riya', karena
manusia dalam beribadah, tidak khusyu' dalam sholat, mendahului imam saat sholat
berjamaah, berzina, minum khamer, makan binatang buas, berjudi, menyetubuhi
isteri saat sedang menstruasi, makan riba, mencuri, menyogok, menyerobot tanah
orang, bersumpah palsu, mengumpat, mendengarkan musik-musik, mengagungkan gambar
yang bernyawa, menggunakan emas, dan sutra bagi pria, menyerupai wanita, sedang
menyerupai pria, menadu domba, meratapi orang mati, menato badan, dan lain
sebagainya. Semua larangan itu harus kita tinggalkan agar kita mendapat manisnya
iman. Barangsiapa meninggalkan sesuatu karena Allah, pasti Allah menggantinya
dengan yang lebih baik.
III.
Tazkiyah Dengan Menjalankan Sunnah Rasulullah
SAWIstilah Sunnah yang dimaksud seperti istilah ahli fiqih yakni
amalan taat selain yang wajib apabila dikerjakan mendapat pahala dan apabila
ditinggalkan tidak terkena sangsi apa-apa.
Agar kita sampai derajat waliullah yang mendapat perlindungan dari Allah
seperti tertera dalam hadits qudsi terdahulu. Dimana Allah mencintai hamba yang
senantiasa menjalankan Sunnah Rasulullah SAW. Bagaimana kita tidak bahagia di
dunia dan apalagi di akherat, kalau kita dicintai dan dilindungi Allah SWT
seperti dalam QS: Al-Imran 31 yang artinya :
"Katakanlah : Jika kamu
(benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan
mengampuni dosa-dosamu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."
Diantara Sunnah Rasulullah SAW yang perlu kita amalkan adalah:
1.
Sunnah-Sunnah Sholat
Dalam riwayat yang yang artinya:
"Dari Abdullah bin Umar ra berkata : Aku
hafal dari Rasulullah SAW, dua rakaat sebelum dhuhur, dua rakaat sesudah dhuhur,
dua rakaat sesudah maghrib, dua rakaat sebelum subuh." (HR: Bukhari, Muslim,
dan Abu Dawud). Riwayat Muslim dari Aisyah menambah :
"Sebelum dhuhur empat
rakaat."
Anjuran itu diperkuat oleh sabda Nabi SAW yang artinya :
"Dari ummu
Habibah binti Abi Sofyan ra, dari Nabi SAW: Siapa yang shalat sehari semalam dua
belas sujud (baca: rakaat) selain yang wajib, dibangunkan rumah di surga."
(HR: Muslim).
Shalat Sunnah Tahajjud atau Qiyamul Lailyang artinya :
"Dari
Abu Hurairah ra bahwa Nabi SAW bersabda : Sebaik-baik shalat sesudah yang wajib
adalah qiyamul lail." (HR: Muslim).
Juga yang artinya :
"Dari Aisyah ra berkata : Rasulullah SAW shalat antara
selesai shalat isya sampai subuh sebelas rakaat, beliau salam setiap dua rakaat
dan witr satu." (HR: Bukhari, Muslim, dan Abu Dawud).
Shalat Sunnah DhuhaYang artinya :
"Dari Abu Hurairah ra berkata
: Kekasihku berwasiat kepadaku tiga hal : Puasa tiga hari setiap bulan, dua
rakaat dhuha, dan shalat witr sebelum tidur." (HR: Bukhari dan Muslim).
Shalat Sunnah Tahiyyatul MasjidYang artinya :
"Dari Abi Qatadah
ra berkata bahwa Nabi SAW bersabda : Apabila anda masuk masjid janganlah duduk
sampai melaksanakan shalat dua rakaat." (HR: Bukhari, Muslim, dan Malik).
Demikian sunnah-sunnah muakkad dan masih tersisa sejumlah sunnah yang tidak
tergolong muakkad seperti sunnah sesudah wudhu, dan lain-lain.
2.
Sunnah-Sunnah Berpuasa
Puasa Sunnah di Bulan MuharramYang artinya :
"Nabi SAW pernah
ditanya : Puasa apa yang paling baik sesudah Ramadhan? Beliau menjawab : Bulan
Allah Muharram." (HR: Muslim).
Selesai