Melestarikan Semangat Silaturahmi

Melestarikan Semangat Silaturahmi
Jika timbul ketidakharmonisan atau terjadi percekcokan dalam hubungan antara sesama manusia, maka harus dilakukan sesuatu usaha untuk menentramkan kembali ikatan persaudaraan dengan silaturahmi. rasulullah s.a.w. bersabda: "Tidak sempurna iman seseorang jika bertengkar lebih dari tiga hari tiga malam". Bahkan Rosulullah secara khusus menekankan: "Tidak sempurna iman seorang suami dan iman seorang isteri kalau bertengkar sampai dimalamkan".
Bagaimana agar persaudaraan dan jalinan keakraban makin mantap dan bisa lestari, maka Rosulullah s.a.w. memberikan tuntunan sekurang-kurangnya dalam dua gambaran tentang persaudaraan dalam Islam.
Pertama
, persaudaraan dalam Islam harus satu tubuh. Jika salah satu anggota badan ada yang sakit, maka yang lain harus ikut merasakan sakit. Esensinya, persaudaraan harus diwarnai oleh adanya semangat solidaritas; kepahitan hidup yang dirasakan oleh orang lain turut dirasakan oleh saudaranya.
Kedua
, persaudaraan dalam Islam harus seperti sebuah bangunan. Sabda Nabi: Antara satu unsur bangunan dengan unsur yang lainnya saling memerlukan dan saling melindungi. Esensi tercakup sikap ta'awun; sikap saling tolong. Tarahum; saling menyayangi; Tadhamun; saling tanggung jawab. Seperti yang dsabdakan Rosulullah: "Tolonglah orang lain Allah akan menolong kamu, ringankan beban orang lain Allah akan meringankan bebanmu, sayangi orang lain Allah sayang kamu, maafkan orang lain Allah akan mengampuni kamu".
Untuk melestarikan sikap ini, beberapa petunjuk dapat ditemukan dalam Al-Qur'an antara lain dalam surat Al-Hujarat ayat 6-12 yaitu:
Hai orang-orang beriman! Jika ada orang fasik datang kepadamu membawa berita, pastikanlah kebenaranya, supaya jangan merugikan orang karena tak diketahui, dn kemudian kamu akan meyesali apa yang telah kamu perbuat. Dan ketahuilah bahwa di tengah-tengah kamu ada Rosulullah; kalau dlam banyak hal ia harus mengikuti kamu, tentulah kamu akan berada dalm kesulitan. Tetapi Allah membuat kamu mencintai iman, dan menjadikanya indah dalam hatimu; dan ia membuatmu benci pada kekufuran, kefasikan dan pendurhakaan. Mereka itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang benar; Suatu karunia dan nikmat dari Allah; dan Allah Mahatahu, Mahabijakasana. Dan kalau ada dua golongan orang beriman bertengkar, dmaikanlah mereka; tapi bila salah satu dari keduanya berlaku dhalim terhadap yang lain, maka perangilah golongan yang berlaku dhalim itu, sampai mereka kembali pada perintah Allah; bila mereka sudah kembali, dmaikanlah keduanya dengan adil, dan berlakulah adil, dan berlakulah adil; Allah mencintai orang yang berlaku adil. Orang-orang mukmin sesungguhnya bersaudara; maka rukunkanlah kedua saudaramu (yang berselisih), dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat. Hai orang-orang beriman! Janganlah ada ada suatu golongan memperolok golongan yang lain; boleh jadi yang satu (yang diperolok) lebih baik dari pada yang lain (yang memperolok): Juga jangan ada perempuan yang menertawakan perempuan lain: Boleh jadi yang seorang ( yang diperolok) lebih baik daripada yang lain (yang memperolok): janganlah kamu sling mencela dan memberi nama ejekan. Sungguh jahat nama yang buruk itu setelah kamu beriman. Barang siapa tidak bertobat, orang itulah yang dhalim. Hai orang-ornag beriman! Jauhilah prasangka sebanyak mungkin; karena sebagian prasangka adalah dosa. Dan janganlah saling memata-matai, jangan saling menggunjing. Adakah diantara kamu yang suka makan daging saudaranya yang sudah mati? Tidak, kamu kan merasa jijik. Bertakwalah kepada Allah. Allah selalu menerima tobat, dn maha pengasih. (Al-Hujarat:6-12).

Tujuh resep ayat Al-Qur'an dalam surat Al-Hujarat tersebut adalah:
Pertama
, budayakan tabayun. Tabayun adalah mengecek kebenaran suatu berita yang sampai ketelinga, terutama mendengar berita jelek tentang teman, saudara dan sebagainya. Sikap seorang muslim adalah, jangan dulu percaya sebelum dicek kebenaran berita tersebut. Al-Qur'an mengatakan jangan sampai kamu benci kepada seseorang karena korban informasi. Jangan sampai mengutuk seseorang karena salah informasi. Rosulullah s.a.w. mengatakan: "Cukup bagi seseorang dikatakan pembual besar jika menceritakan segala yang didengar sebelum dicek kebenaran berita tersebut".
Dalam ajaran Islam yang benar hanya Al-Qur'an. Tafsir bisa salah bahkan hadits juga ada yang dhaif, begitupun dengan qaul ulama bisa keliru

Mencari Rezeki yang Halal

Mencari Rezeki yang Halal
"Hai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu saling makan harta kamu dengan tidak sah, kecuali dengan cara perdagangan atsa dasar suka sama suka. janganlah kamu membunuh (menghancurkan) diri sendiri, Allah sungguh Maha Pengasih kepada kamu. Dan barang siapa melakukannya dengan melanggar hukum dan tidak adil, akan Kami lemparkan ke dalam api neraka. Dan yang demikian bagi Allah mudah sekali" (An-Nisa: 29-30).
Ayat di atas hanya mengimbau orang-orang yang beriman. Mengapa tidak kepada semua orang? Karena Allah Maha Tahu, yang akan percaya merenungkan dan mengamalkan Alquran hanya orang yang beriman. Maka Hanya sekali-sekali saja Alquran mengimbau seluruh manusia.
"Janganlah kamu saling makan harta kamu dengan tidak sah". Karena dalam perekonomian mustahil bisa berjalan sendiri, maka tiap pelaksanaan kegiatan ekonomi pada dasarnya dilakukan lebih dari satu orang atau membutuhkan banyak pihak, Pedagang membutuhkan pembeli dan begitu sebaliknya.
Hindari Cara yang Batil
Dalam ayat di atas terdapat kata batil, yang secara harfiah mempunyai makna sia-sia atau merugi. Tapi yang dimaksud dalam ayat tersebut adalah melakukan kegiatan ekonomi yang menyimpang, baik dari tuntunan syariat maupun dari perundang-undangan. Jadi bisa dikatakan bahwa segala kegiatan perekonomian yang menyimpang dari tuntunan syariat dan perundang-undangan yang berlaku atau aturan-aturan yang telah ditetapkan termasuk dalam kategori batil
Alquran tidak melarang kegiatan ekonomi di antara sesama manusia, khususnya orang-orang yang beriman, karena dalam kehidupan ini manusia membutuhkan makan, minum, dan segala kebutuhan hidup lainya. Kegiatan perekonomian ini tidak dilarang, tetapi dianjurkan. Bahkan ada sebuah hadits mengecam orang yang bermalas-malasan.
Islam mengajarkan bahwa dalam melaksanakan perekonomian harus didasarkan pada prinsip-prinsip:
Pertama
Suka sama suka, penjual merasa puas karena barang-barang dagangannya laku terjual, begitupun pembeli merasa puas karena barang yang dibelinya berkualitas tinggi dan bermanfaat.
Kedua
Usaha ekonomi harus mencerminkan unsur keadilan antara kedua belah pihak. Jangan sampai salah satu pihak merasakan ketidakadilan.
Ketiga
Asas Manfaat, tingkah laku dalam usaha perekonomian harus melahirkan manfaat bagi kehidupan manusia. Maka barang-barang yang membawa madharat dan dampak negatif bagi kehidupan manusia dilarang diperjualbelikan oleh agama, seperti: minuman keras, obat-obatan terlarang dan sebagainya, karena tidak mempunyai nilai guna.
Dalam kehidupan, Rasulullah mengatakan bahwa makanan dan minuman yang masuk kedalam perut atau yang dikonsumsi akan berpengaruh pada baik tidaknya perkembangan fisik maupun jiwa orang yang memakan harta itu.
Jika ketiga prinsip perekonomian di atas dijalankan, maka yang akan terjadi adalah usaha ekonomi yang sehat. Ketiga hal tersebut harus diketahui oleh para pelaku ekonomi, karena hukum muamalah bukan hanya diketahui para ustad.

Sikap Tawakkal

Sikap Tawakkal
"Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah, niscaya Dia akan mencukupkan (keperluannya). Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan (yang dikehendaki)nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu" (QS At -Talaq, 65:3)
Pentingnya Sikap Tawakkal
Diantara ciri-ciri kokohnya keimanan seseorang kepada Allah swt, adalah sikap pasrahnya yang kuat kepada keputusan Allah swt, dalam segala urusan hidupnya, baik dikala senang ataupun diwaktu susah. Ia yakin bahkan Allah swt Maha Pengatur, Maha Kuasa dan Maha Bijaksana dalam melakukan dan menentukan apa saja, termasuk dalam hal memberikan rizki kepada seseorang ataupun mencabutnya, memberikan kemenangan kepada sesuatu golongan atau menimpakan kekalahan kepadanya, mengangkat seseorang untuk menduduki sesuatu jabatan atau mencopotnya dan menjatuhkannya.
Sikap seorang muslim yang pasrah terhadap keputusan dan ketentuan Allah swt, seperti ini, adalah merupakan sikap tawakkal.
Tawakkal merupakan bekal hidup seseorang yang beriman yang bisa menjadikan dirinya tabah dalam menghadapi apapun bentuk cobaan atau musibah yang menimpanya. Dengan sikap tawakkal, seorang mukmin akan merasa tenang dalam hidupnya. Bila ia mendapatkan kebaikan, ia sadar bahwa Allah-lah yang memberinya, untuk itu ia bersyukur. Bila ditimpa kesulitan atau mengalami musibah, ia sadar bahwa itu datang dari Allah sebagai batu ujian , dan ia yakin bahwa dibalik kesulitan dan musibah itu pasti ada hikmah dan kemaslahatan yang dikehendaki oleh-Nya. Untuk itu ia akan bersabar dan bertawakal (QS. At-Taubah 9:51)
Seorang mukmin dalam situasi apapun dan bagaimanpun kritisnya, ia akan tetap percaya akan kemahkuasaan Allah swt. Ia akan memohon pertolongan-Nya, maka dirinya akan tentram, jiwanya tenang, sikapnya tabah. Segala sepak terjangnya hanya bersandar kepada Allah swt. Sebab tanpa pertolongan Allah swt tindakan apapun yang dilakukan, sistem apapun yang dijalankan, strategi apapun yang diterapkan, tak akan banyak artinya, meskipun dikemas dengan rapi dan teratur. Untuk itulah Allah swt senantiasa memperingatkan orang beriman untuk jangan terpukau dengan kekayaan, kepintaran, kecerdasan, kekuasaan karena semua itu tidak akan banyak berpengaruh, bila tidak ada pertolongan atau bantuan dari Allah swt (QS. At Taubah, 9:25-26)
Bukan Sikap Menyerah Tanpa Usaha
Tawakkal itu bukan sikap menyerah atau pasrah, atau bersikap masa bodoh atau berpangku tangan tanpa berusaha dan bekerja dengan keras. Tawakkal adalah usaha maksimal seorang mukmin sambil yakin akan adanya pertolongan Allah swt (QS Al-Ankabut, 29:58-59). Tertinggalnya posisi umat Islam dewasa ini, bila dibandingkan dengan umat lainnya, baik dalam percaturan perpolitikan secara makro dan berskala international, ataupun disektor perekonomian dan dibidang disiplin ilmu dan teknologi, tak lain karena kekeliruan sebagian kaum muslimin dalam menyikapi dan memahami arti tawakkal. Mereka menganggap bahwa tawakkal ialah sikap masa bodoh dan pasrah sepenuhnya kepada Allah swt, tanpa adanya usaha maksimal, tanpa berjuang, tanpa bekerja keras. Mereka menyalah artikan konteks hadist Nabi saw yang berbunyi :
"Jika kamu bertawakkal kepada Allah dengan sepenuh tawakkal, maka Dia pasti akan memberimu rizki, sebagaimana Dia memberi rizki kepada seekor burung, ia pergi meninggalkan sarangnya dalam keadaan kosong (lapar), dan pulang kembali kesarangnya dalam keadaan penuh temboloknya (kenyang)" (HR Turmuzi dan Ibnu Majjah).
Padahal arti dan maksud dari hadist tersebut, bahwa pergi dan pulangnya burung itu, jelas dalam rangka usaha dan kerja mencari rizki. Jika burung itu hanya duduk dan diam saja disarangnya, tanpa beranjak pergi dan terbang mencari rizki, tentu makanan itu tak akan mungkin datang dengan sendirinya kesarangnya.
Tawakkal Pijakan Para Nabi Dalam Berjuang
Sikap tawakkal adalah pegangan dan pijakan para Nabi dalam berjuang menegakan keadilan dan memperjuangkan kebenaran, demi melaksanakan ajaran Allah swt. Kalimat yang selalu dikumandangkan dalam setiap menghadapi tantangan atau ancaman dari lawan atau musuh yang menteror atau mengintimidasinya ialah : "Bagaimana mungkin kami tidak bertawakkal kepada Allah padahal Dia telah menunjukan jalan kepada kami, dan kami akan sungguh-sungguh bersabar terhadap gangguan - ganguan yang kamu lakukan kepada kami. Dan hanya kepada Allah saja orang-orang yang bertawakkal itu berserah diri" (QS. Ibrahim, 14:12).
Oleh karena itu, maka mempersenjatai diri untuk menghadapi setiap ancaman dan tantangan yang datang dari musuh, merupakan sikap tawakkal (QS Al-Anfal, 8:60)
Tetap terus melakukan shalat dalam situasi perang, dengan cara - cara dan aturan tertentu yang telah digariskan, agar tidak diserang pihak musuh, merupakan sikap tawakkal (QS, An- Nisa, 102) Sikap tertap waspada, tidak lalai serta siap siaga dalam menghadapi setiap kemungkinan adanya berita buruk, teror atau intimidasi dari pihak -pihak yang menghendaki desintegrasi dan berkehendak untuk memecah belah umat Islam merupakan sikap tawakkal (QS An-Nisa, 4:71).
Bahkan sikap preventif dari bahaya wabah suatu penyakit yang berbahaya dan menular, dengan cara mengggalakan gerakan menjaga kebersihan dan kesehatan lingkungan merupakan sikap tawakal. Rasulullah saw, telah bersabda : "Bila kamu mendengar ada suatu wabah penyakit berbahaya di suatu daerah, padahal kamu sedang berada didaerah itu maka kamu jangan keluar kedaerah lain." (HR Bukhari).
Sabda Nabi ini merupakan tonggak sejarah kesehatan yang telah dicanangkan oleh Islam sejak lima belas abad yang lalu sebelum bangsa - bangsa lain mencanangkannya. Ini suatu bukti jelas betapa Islam demikian peduli terhadap kesehatan para pemeluknya dan terhadap lingkungaannya, secara keseluruhan.
Pengaruh Sikap Tawakkal
Betapa sikap tawakkal ini dapat menanamkan pengaruh dan efek yang positif, baik dalam pribadi maupun pihak lain, pernah diceritakan oleh Prof Dr Yusuf Qardhawi dalam kitab Ats-Tsaqafah al-Arabiyah Al-Islamiyah Bainal Ashalah wal-Mu'asarah, dimana diuraikan bahwa ketika beliau menghadiri suatu persidangan yang diselenggarakan oleh orang-orang muslim Italy, beliau berjumpa dengan seorang Italy yang telah memeluk Islam dan menceritakan sebab-musabab masuk Islam. Ia berkata : Saya pernah berjumpa seorang muslim Marocco yang sedang berjualan barang-barang kelontong dengan gerobak dorong dimusim salju. Ia pergi hilir mudik dengan menjajakan dagangannya tanpa menghiraukan udara yang dingin menusuk tulang. Orang Italy bertanya kepadanya : Apa yang mendorong anda untuk berjualan dalam cuaca yang sangat dingin ini ? si pedagang menjawab : Untuk mencari rizki Allah. Ia bertanya lagi : "Apakah rizki dari berjualan ini mencukupi", jawabnya "Alhamdulillah, segala puji bagi Allah dari hasil berjualan ini, sebagian saya pergunakan untuk biaya hidup di Italy ini, dan sebagian saya kirimkan kepada keluarga dan ayah bunda di Marocco". Ia bertanya " Apakah anda bertanggung jawab terhadap kehidupan mereka ?" Si pedagang menjawab : "Keridhaan Allah berada diatas keridhaan mereka (orangtua) dan memelihara silaturrahmi akan memberikan keberkatan dalam hidup ". Orang italy berkata : "Ini berarti anda ridha dan suka dengan kehidupan yang sedang anda jalani". Ia menjawab : "Ya saya ridha dan menerima dan saya senantiasa terus bertawakkal kepada Allah swt, semoga Dia selalu melimpahkan nik'mat karunia-Nya kepada saya". Orang Italy bertanya lagi : "Siapa yang mengajarimu semua ini" ?, "Agamaku, Islam yang telah mengajariku terhadap semua ini" jawabnya lugas. Orang Italy bertanya pula : "Bagaimana caranya bila saya ingin mempelajari agama yang anda anut itu ?", si pedagang menjawab : "Saya ini orang awam, tidak berpendidikan tinggi, jika anda ingin mempelajari tentang Islam, kiranya anda bisa bertanya kepada pengurus mesjid disebelah sana, dan bila anda mau, saya bisa mengantarkannya kesana untuk menemui pengurus mesjid itu". Maka mereka berdua pergi ke Mesjid tersebut. Selang beberapa waktu kemudian, orang Italy itu masuk Islam dan selanjutnya giat mempelajari ajaran -ajaran Islam dengan tekun, hingga akhirnya ia menjadi aktivis dakwah yang potensial menyiarkan agama Islam dinegrinya Italy.
Wallahu a'lam bish-shawab.

Kemunafikan dan Pengaruhnya

Kemunafikan dan Pengaruhnya


Maasyiral muslimin rahimakumullah!
Marilah dalam kesempatan ini kita senantiasa meningkatkan takwa kita kepada Allah SWT dengan sebenar-benar takwa. Dan marilah kita senantiasa menyadarkan dalam diri kita bahwa Allah SWT mengetahui semua yang disembunyikan maupun yang dinampakkan. Tidak ada sesuatu pun yang luput dari penglihatan-Nya. Ia mengetahui apa yang kalian sembunyikan dan apa yang kalian tampakkan. Dan Allah Maha Mengetahui isi hati. Meski demikian, ada saja di antara manusia yang menipu Allah, sementara Allah akan membalas tipuan mereka. Ada di antara manusia yang menipu hamba Allah yang mukmin dengan ucapan yang manis dan kata-kata yang indah. Bila ia bertemu denganmu, wajahnya berseri-seri, penuh kegembiraan, rasa kasih sayang dan cinta kasih. Namun, hatinya bertentangan dengan apa yang nampak dalam wajahnya. Hatinya penuh dengan rasa benci, dengki, iri hati, dan permusuhan. Ia menjual agamanya untuk mendapatkan bagian dari dunia, menghancurkan kemuliaan dirinya demi mendapatkan jabatan atau harta dunia. Ia mengambil sifat-sifat orang munafik dan meninggalkan sifat-sifat orang mukmin.
Maasyiral muslimin rahimakumullah!
Kemunafikan adalah penyakit yang berbahaya. Ia adalah penyakit yang mematikan. Bila ia menimpa sebuah kaum dan merajela di dalamnya, kaum itu berada dalam ambang kehancurannya. Bila ia bersemanyam dalam jiwa manusia, ia akan menghilangkan eksistensi dan kemuliaan dirinya. Kemunafikan adalah api neraka di akhirat kelak. Allah SWT telah berfirman yang artinya, "Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingakatan yang paling bawah dari api neraka. Dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolong pun bagi mereka." (An-Nisa: 145).
Maasyiral muslimin rahimakumullah!
Jual beli adalah amanat. Jiwa yang buruk senantiasa menginginkan untuk mendapatkan keuntungan yang besar, meski untuk itu ia harus menempuh jalan haram, menipu, dan mengurangi timbangan. Padahal, Allah SWT telah berfirman, "Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang. (Yaitu) orang-oarng yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi. Dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi. Tidakkah orang-orang itu yakin, bahwa sesungguhnya mereka akan dibangkitkan. Pada suatu hari yang besar. (Yaitu) hari (ketika) manusia berdiri menghadap Rob semesta alam." (Al-Muthaffifin: 1--6).
Dalam riwayat Ibnu Abbas disebutkan bahwa Rasulullah saw. datang ke Madinah, sementara penduduknya pada sast itu termasuk dari orang yang paling buruk timbangannya. Maka turunlah firman Allah surat Al-Muthaffifin tesebut. Lalu bagaimanakah dengan keadaan manusia yang pada hari ini mempermainkan timbangan? Ibnu Abbas r.a. berkata, "Rasulullah saw. bersabda yang artinya, "Lima dengan lima." Para Sahabat bertanya, "Ya Rasulullah, apakah yang dimaksud lima dengan lima itu? Rasulullah saw. menjawab, "Tidaklah sebuah kaum mengurangi janji, kecuali Allah akan menjadikan mereka dikuasai oleh musuhnya. Tidaklah sebuah kaum tidak berhukum dengan hukum yang telah diturunkan Allah kecuali di dalamnya akan merajalela kefakiran. Tidaklah perzinaan yang telah menyebar dalam sebuah kaum kecuali akan tersebar dalam kaum tersebut penyakit tha'un (sampar). Tidaklah sebuah kaum berbuat curang dalam timbangan kecuali mereka akan terhalangi dari tumbuh-tumbuhan dan mereka akan disiksa selama bertahun-tahun. Dan tidaklah sebuah kaum melarang zakat kecuali hujan akan ditahan dari mereka."
Maasyiral muslimin rahimakumullah!
Carilah rezeki dengan jalan yang halal. Jauhilah dari sikap menipu karena menipu adalah bencana di dunia dan kegelapan di hari kiamat. Janganlah kalian rusak harta-harta kalian. Bersikap benarlah kalian dalam jual beli dan takutlah kepada Allah, niscaya ia akan menerima harta kalian dan menjaga kalian dari musibah dunia kalian.
Maasyiral muslimin rahimakumullah!
Mengapa musibah itu menimpa kita? Mengapa hati penuh dengan iri, dengki, dan rasa benci? Mengapa manusia menjadi gelap mata dalam mencari harta, ia tidak mempedulikan lagi pintu dan cara memperolehnya, meski itu riba, memakan harta anak yatim, saksi palsu, mengurangi timbangan, dan sebagainya. Mengapa hubungan sillaturahmi putus dan ikatannya terlepas? Mengapa jalan yang ditempuh manusia jalan kemunafikan dan penipuan? Apakah ada obat dan jalan keluar dari penyakit ini?
Maasyiral muslimin rahimakumullah!
Sesungguhnya di sana ada dua pohon: pohon kebaikan dan pohon keburukan. Antara keduanya tidak akan pernah bersatu. Pohon keburukan adalah kemunafikan. Marilah pada kesempatan kali ini, kita kembali menengok kepada kehidupan Rasulullah saw. Dan para sahabatnya yang mulia.
Di kalangan sahabat ada seorang yang mendapat gelar pemilik rahasia. Rahasia apa? Rahasia yang sangat berbahaya. Bukan rahasia intelijen, tetapi rahasia tentang orang-orang munafik. Sahabat itu adalah Hudzaifah ibnul Yaman.
Ali bin Abi Thalib berkata tentang Hudzaifah, "Ia mengetahui nama-nama orang munafik dan ia bertanya tentang hal-hal yang buruk tatkala (manusia) melupakannya. Apabila engkau bertanya tentang hal itu kepadanya, niscaya ia akan mengetahuinya. Seseorang bertanya kepada Hudzaifah, "Apakah kemunafikan itu?" Hudzaifah menjawab, "Engkau berbicara dengan Islam tetapi engkau tidak mengamalkannya."
Maasyiral muslimin rahimakumullah!
Ketika Rasulullah saw. datang dari Bani Musthaliq seusai memenangkan peperangan dengan gemilang, kaum muslimin berhenti pada sebuah mata air yang bernama mata air Mursi' yang terletak dekat kota Madinah. Di sini kaum muslimin memberi minum ternak-ternak mereka. Tak lama kemudian terjadi kegaduhan antara seorang Anshar dengan seorang Muhajirin. Masing-masing berkeinginan untuk mendapatkan giliran terlebih dahulu. Maka, kemudian muncullah pimpinan kaum munafik, yaitu Abdullah bin Ubay bin Salul. Ia hendak menyalakan api fitnah dalam masyarakat yang beriman. Ibnu Salul adalah syekhnya kaum munafik. dan kemunafikan itu tidak hanya terbatas pada Abdullah bin Ubay bin Salul saja. Kemunafikan adalah pohon yang buruk yang buahnya dapat engkau jumpai di mana saja dan kapan saja. Abdullah bin Ubay berkata, "Sesungguhnya perumpamaan kami dan perumpamaan orang muhajirin adalah seperti seseorang yang berkata, 'Buatlah lapar anjingmu niscaya ia akan mengikutimu dan buatlah gemuk anjingmu niscaya ia akan menerkammu.' Kami telah melindungi para sahabat Rasulullah saw. Harta-harta kami telah kami berikan kepada mereka, dan kami telah memasukkan mereka dalam rumah-rumah kami. Kemudian tatkala mereka telah puas, mereka ingin memakan kita. Demi Allah jika engkau kembali ke Madinah niscaya ia akan mengeluarkan Muhammad dari Madinah dalam keadaan hina."
Seorang anak kecil dari sahabat Nabi saw., Zaid bin Arqam, lantas pergi menemui Rasulullah saw. dan menyampaikan ucapan Abdullah bin Ubay yang telah didengarnya itu. Ia berkata, " Abdullah bin Ubay telah berkata tentang hak orang Anshar seperti ini. Ia berakta, "Jika engkau kembali ke Madinah niscaya ia akan mengeluarkan Muhammad dari Madinah dalam keadaan hina." Para sahabat senior berkata, "Ya Rasulullah, janganlah engkau dengar perkataan itu, karena ia masih anak-anak. Lalu, seseorang berkata kepad Abdulah bin Ubay, "Wahai Abdullah, seorang anak kecil itu telah menyampaikan apa yang engkau katakan kepada Rasulullah saw., maka datanglah kepadanya agar beliau mengampunimu. Tetapi, apa jawaban Abdullah bin Ubay, ia menggelengkan kepalanya karena sombong. Ia menolak datang kepada Rasulullah saw. Lantas apa yang terjadi selanjutnya? Sesungguhnya yang terjadi hampir saja menghancurkan dan merobohkan gunung, Allah SWT menurunkan sebuah surat yang lengkap. Rasulullah kemudian pergi ke rumah anak kecil itu, Zaid bin Arqam.
Zaid berkata, "Saya pulang ke rumah dalam kesedihan yang mendalam. Karena, saya takut Rasulullah akan menganggapku telah berdusta, padahal apa yang saya katakan adalah benar. Tatkala aku berada dalam rumahku, tiba-tiba ada orang mengetuk pintuku. Dan ternyata yang mengetuk itu adalah Rasulullah saw., beliau berkata kepadaku, "Wahai Zaid kemarilah, sesungguhnya Allah dari atas langit yang tujuh telah membenarkan telingamu. Allah Tabaraka wa Taala berfirman yang artinya, "'Apabila orang-orang munafik itu datang kepadamu, merka berkata, 'Kami mengakui bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul Allah.' Dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul-Nya. Dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya orang-orang munafik itu benar-benar orang pendusta." (Al-Munafikun: 1).
Mereka berdusta dalam hal apa? Sesungguhnya mereka berkata, "Kami bersaksi bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul Allah." Dan siapa yang berkata, "Kami mengakui." Kami bersaksi itu lebih kuat daripada kami mengakui. Karena kesaksian membutuhkan kepada penglihatan benar-benar kepada sesuatu yang disaksikan itu. Setelah itu mereka meneguhkan perkara dan merekapun bersumpah.
Maasyiral muslimin rahimakumullah!
Abdullah bin Salul memiliki seorang anak yang merupakan sahabat Nabi saw. Ia seperti pohon yang baik dan ikhlas. Ia adalah Abdullah, anak dedengkot kaum munafik dan anak pimpinan munafik. Alangkah jauhnya antara kedua orang tersebut. Yang satu hatinya dipenuhi dengan cahaya tauhid, sementara yang lain dipenuhi dengan kegelapan kemunafikan. Allah SWT berfirman yang artinya, "Dan barangsiapa yang tiada diberi cahaya (petunjuk) oleh Allah tiadalah dia mempunayi cahaya sedikit pun." (An-Nur: 40)
Anak itu kemudian datang kepada Rasulullah saw. dan berkata, "Ya Rasulullah, telah sampai kepadaku bahwa Engkau telah menghalalkan darah ayahku. Wahai Rasulullah, jika engkau berkehendak untuk membunuh ayahku maka suruhlah saya untuk membunuhnya. Maka, Demi yang telah mengutusmu dengan kebenaran, seandainya Engkau menyuruhku untuk membunuh ayahku, maka aku tidak akan ragu sedikit pun. Dan, janganlah engkau suruh yang lain untuk membunuh ayahku. Sesungguhnya saya tidak mampu melihat orang yang telah membunuh ayahku. Maka aku menjadi orang yang telah membunuh seorang mukmin dengan munafik." Demikianlah, para sahabat Rasulullah saw. Beliau telah mendidik mereka dengan kejujuran, keihklasan, dan keimanan. Maka, didiklah diri kalian dengan Alquran dan berakhlaklah dengan akhlak Rasulullah saw. Lantas apakah jawaban Rasulullah saw., "Wahai Abdulah, saya tidak menghalalkan darah ayahmu sehingga manusia tidak berkata sesungguhnya Muhammad telah membunuh sahabatnya. Sesungguhnya kita bersikap baik dalam bersahabat dengannya selama ia berada di antara kita."
Abdullah kemudian berhenti di depan pintu Madinah dan melarang ayahnya masuk ke dalamnya dan berkata, "Engkau tidak akan bisa masuk ke Madinah, kecuali bila Rasulullah saw. mengizinkanmu."
Maasyiral muslimin rahimakumullah!
Ketika Abdullah bin Salul berada dalam detik-detik kematiannya, anaknya datang kepada Rasulullalh dan berkata, "Wahai Rasulullah, sesungguhnya Abdullah bin Ubay berada dalam detik-detik kematiannya dan saya menginginkan pakaian gamismu untuk mengafaninya. Mudah-mudahan Allah akan meringankan apa yang akan menimpa dirinya. Maka Rasulullah pun memberikan pakaian gamisnya yang suci. Tak lama kemudian Abdullah bin Ubay (pemimpin dan dedengkot kaum munafik) mati. Anaknya kemudian datang kepada Rasulullah saw. dan berkata, "Wahai Rasulullah, sesungguhnya Abdullah telah mati, maka berdirilah untuk menyolatkannya. Rasulullah saw. kemudian berdiri untuk menyolatkan janazahnya, tetapi Al-Faruq, Umar bin Khattab kemudian berdiri di depan Rasulullah dan berkata, "Wahai Rasulullah, Sesungguhnya dia adalah orang munafik. Janganlah engkau menyolatkannya, maka berkatalah Rasulullah saw., "Allah tidak menyuruhku sebagaimana yang engkau katakan wahai Umar." Maka Rasulullah saw. menyolatkan, menguburkan, dan berdiri di atas kuburannya. Kemudian turunlah wahyu kepada Nabi saw. yang artinya, "Dan janganlah kamu sekali-kali menyalatkan (jenazah) seorang yang mati di antara mereka, dan janganlah kamu berdiri (mendoakan) di kuburnya. Sesungguhnya mereka telah kafir kepada Allah dan Rasul-Nya. Dan meraka mati dalam keadaan fasik." (At-taubah: 84). Sampai kepada batasan ini rahmat dan kasihmu wahai Rasulullah, pemilik akhlak yang besar dan hati yang penuh dengan rasa sayang. Rasulullah kemudian meminta ampun untuk Abdullah. Kemudian turunlah ayat, "Kamu memohonkan ampun bagi mereka, atau tidak kamu mohonkan ampun bagi mereka (adalah sama saja). Kendatipun kamu memohonkan ampun bagi mereka tujuh puluh kali, namun Allah sekali-kali tidak akan memberi ampun kepada mereka." (At-Taubah: 80).
Maasyiral muslimin rahimakumullah!
Lihatlah kepada amirul mukminin Umar bin Khattab yang datang kepada Hudzaifah dan berkata, "Wahai Hudzaifah, apakah engkau mendapati diriku termasuk orang-orang munafik. Hudzaifah menjawab, "Tidak dan saya tidak mensucikan seseorang setelahmu."
Wahai hamba Allah, apakah sebuah negara itu hilang hanya dengan kemunafikan? Apakah rezeki itu hilang karena kemunafikan? Bertakwalah kepada Allah wahai hamba Allah dan bertaubatlah kalian semua wahai orang-orang mukmin agar kalian beruntung.
Sesungguhnya bila ada pemuda di antara kita memanjangkan jenggotnya karena ingin mencontah Rasulullah saw. Mereka mengatakan, "Teroris." Namun, bila ia pergi ke tempat-tempat lahwun (sia-sia) dan meninggalkan salat terutama salat Jumat, mereka mengatakan, "Warga negara tulen."
Maasyiral muslimin rahimakumullah!
Rasulullah saw. telah menjelaskan kepada kita sifat-sifat orang munafik dalam sebuah hadis sahih yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari Abdulllah bin Amru bin Ash, bahwa Nabi saw. bersabda, "Empat hal yang siapa berada di dalamnya, maka ia adalah munfik tulen. Dan barang siapa dalam dirinya terdapat salah satu dari keempat hal itu, maka ia memiliki pekerti kemunafikan, sehingga ia meninggalkannya: apabila diberi kepercayaan berkhianat, apabila berkata dusta, apabila berjanji ingkar, dan apabila berbantahan (bertengkar) menyeleweng."
Maka berhati-hatilah wahai para mukmin dari pekerti yang buruk ini. Dan, hendaklah kalian mengikuti arahan Allah Tabaraka wa Taala yang berfirman, "Maka segeralah kembali kepada (menaati) Allah. Sesungguhnya aku seorang pemberi peringatan yang nyata dari Allah untukmu, dan janganlah kamu mengadakan ilah yang lain di samping Allah. Sesungguhnya aku seorang pemberi peringatan yang nyata dari Allah untukmu." (Adz-Dzariyat: 50---51).
Menghadaplah kepada Allah dengan hati seroang mukmin yang jujur dan berdoalah kepada Allah sementara kamu yakin dengan dikabulkannya doa itu dan mohonlah ampunan kepada Allah. Wallahu a'lam.

Kembali Kepada Allah SWT

Kembali Kepada Allah SWT



Maasyiral muslimin rahimakumullah!
Sesungguhnya umat yang jauh dari manhaj Alquran dan sunah adalah umat yang akan menuai kehancuran dan azab. Kita sebagai bangsa muslim, meskipun mendapat perlakuan zalim dari musuh-musuh Islam, masih saja banyak di antara kita yang berkecimpung dalam kesesatan dan enggan kembali kepada Allah Tabaraka wa Taala. Mereka ini adalah orang-orang yang ikut berpartisipasi dalam menzalimi pihak lain. Akibatnya, kerusakan tersebar di tengah kaum muslimin, pencurian merajalela, minum-minuman keras merebak, tempat-tempat bahaya menjadi sasaran, para wanita keluar dengan telanjang tanpa rasa malu dan perlindungan, dan zina pun marak. Padahal, Rasululah saw. telah bersabda yang artinya, "Apabila riba dan zina telah nampak dalam sebuah desa, mereka telah halal untuk mendapatkan azab Allah."
Maasyiral muslimin rahimakumullah!
Apabila kita berkeinginan untuk merealisasikan prinsip ideal dalam sebuah masyarakat, tidak ada jalan lain kecuali kembali kepada Allah dan bertaubat kepada-Nya. Wahai Rab kami, terimalah amalan kami, sesungguhnya Engkau Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui dan terimalah taubat kami karena sesungguhnya Engkau Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.
Maasyiral muslimin rahimakumullah!
Marilah kita bertanya kepada diri kita masing-masing. Apakah di sana ada kesempurnaan, sementara jiwa kita dipenuhi dengan rasa iri, kebencian, dan permusuhan? Apakah di sana ada kesempurnaan, sementara kita masih mabuk dalam luapan minuman keras? Apakah di sana ada kesempurnaan, sementara kita memakan daging sebagian kita dengan sebagian yang lain?
Bila kita ingin mengobati itu semua, merilah kita kembali kepada Allah Tabaraka wa Taala. Marilah kita lantunkan kalimat lailaaha Illallah muhammadar rasulullah. Marilah kita perbaiki hubungan kita dengan Allah. Marilah kita mendidik diri kita dan anak-anak kita dengan pendidikan Islam. Marilah kita tolong-menolong atas dasar kebaikan dan takwa dan jangan tolong menolong atas dasar dosa dan permusuhan.
Marilah kita mengambil pelajaran dan nasihat dari para sahabat besar yang telah dididik Rasulullah saw. Di antaranya adalah seorang sahabat wanita mulia, Sahlah binti Mulhan, yang ketika menikah maharnya adalah kalimat tauhid "laa ilaaha illallah". Sebuah kalimat yang mampu menggoncang gunung-gunung.
Nabi Musa a.s. berkata, "Ya Rab, ajarilah aku sesuatu yang dengannya aku berdoa kepada-Mu dan menyebut-MU." Allah Tabaraka wa Taala berfirman, "Katakanlah, laa ilaaha illallah." Musa berkata, "Wahai Rab, semua hamba-Mu mengatakannya." Maka, Allah yang telah meninggikan langit tanpa tiang berfirman, "Hai Musa, demi izah dan kebesaran-Ku, seandainya langit yang tujuh dan siapa yang ada di dalamnya dan bumi-bumi dan siapa yang ada di dalamnya diletakkan dalam sebuah telapak dan saya meletakkan laa ilaaha illallah dalam telapak yang lain, maka akan condonglah telapak yang terdapat kalimat lailaaha lllallah."
Maasyiral muslimin rahimakumullah!
Sahabat mulia, Sahlah binti Mulhan, menikah dengan Abu Thalhah dan Allah menganugerakan kepada mereka seorang anak. Mereka memberi nama anak ini dengan Umair. Suatu hari anak tersebut sakit keras. Sebelum Abu Thalhah berangkat bekerja, ia mencium anak itu. Tidak berapa lama kemudian Allah Yang Maha Kuasa pun memanggilnya. Marilah kita melihat apa yang dilakukan Sayyidah Sahlah r.a. ketika kematian telah menjemput anaknya! Apakah ia merobek-robek pakaiannya, apakah ia menampar pipinya? Apakah ia menyeru dengan seruan jahiliyah? Tidak, namun yang ia katakan adalah innaa lillaahi wa innaa ilaihi raajiuun (sesungguhnya kita semuanya milik Allah, dan kita semua akan kembali kepadanya), tidak ada tempat lari dari pertemuan kepada Allah.

"Kuburan adalah pintu dan semua manusia akan memasukinya. Wahai umurku, setelah pintu niscaya terdapat rumah. Rumah itu adalah rumah kenikmatan jika aku berbuat dengan yang apa diridhai Allah, namun bila aku menyelisihinya, neraka adalah tempat tinggalnya. Keduanya adalah tempat kembali. Tidak ada manusia yang tinggal selain di kedua tempat tersebut, maka lihatlah dirimu, rumah manakah yang engkau pilih? Seorang hamba bila beramal dan memberikan pemberian, maka tidak ada baginya kecuali surga Firdaus, sementara Rab itu Maha Pengampun."
Sahlah kemudian memandikan jasad anaknya, mengafani, dan menyolatkannya, setelah itu mengkuburkannya. Lalu, pada malam harinya suaminya pulang dari bekerja. Ia lalu mempersiapkan dirinya dan makanan untuk suaminya. Suaminya pun menikmati makanan yang dihidangkannya, lalu ia bertanya, "Bagaimanakah keadaan Umair, wahai istriku?" Perkataan yang sungguh menakjubkan, namun jawaban yang diberikan Sahlah jauh lebih menakjubkan. "Bagaimana keadaaannya?" Maka bagaimanakah jawaban yang diberikan sahabat yang telah mengikat tangan Rasulullah saw. ini? Ia berkata, "Wahai Abu Thalhah, sesungguhnya Umair tengah menikmati malam harinya, ia tidak merasakah lelah, ia tengah tidur dengan tenang."
Manakala Rasulullah saw. berada dalam sakaratul maut ia membasuh wajahnya dengan air yang dingin. Beliau berkata, "Subhanallah (maha suci Allah) sesungguhnya kematian saat-saat sekarat. Ya Allah, mudahkanlah sakaratul maut untuk kami." Saat itu sayyidah Fathimah tengah menangis, "Alangkah sedihnya wahai ayahanda." Rasulullah saw. kemudian bersabda, "Wahai Fathimah, tidak ada kesedihan atas ayahmu setelah hari ini."
Bilal bin Rabah tatkala berada dalam sakaratul maut, istrinya berkata, "Alangkah sedihnya." Bilal kemudian membuka matanya dan berkata, "Katakanlah, 'Alangkah gembiranya saya akan berjumpa denga para kekasihku, muhammad dan para sahabatnya'."
Maasyiral muslimin rahimakumullah!
Tatkala Ibrahim a.s. tengah tidur di atas kasur kematiannya, datanglah malaikat pencabut nyawa. Ibrahim lalu berkata kepadanya, "Engkau datang ataukah akan menyabut nyawa wahai malaikat maut?" Malaikat maut menjawab, "Saya datang untuk mencabut nyawamu wahai kekasih Ar-Rahman." Maka, berkatalah Ibrahim, "Wahai malaikat maut, apa pendapatmu tentang seorang kekasih yang mematikan kekasihnya?" Maka, Allah Tabaraka wa Taala mewahyukan jawaban kepada malaikat maut. Berkatalah malaikat maut, "Wahai kekasih Ar-Rahman, As-Salam (Allah) membacakan salam kepadamu dan berkata kepadamu, 'Apakah pendapatmu tentang seorang kekasih yang enggan bertemu dengan kekasihnya?' Allah berfirman yang artinya, 'Dan datanglah sakaratul maut dengan sebenar-benarnya, Itulah yang kamu selalu daripadanya'." (Qaf: 19).
Marilah kita kembali kepada kisah Abu Thalhah, "Bagaimana keadaan Umair?" Sahlah lalu berkata kepadanya, "Ia tidur malam dengan tenang dan tidak merasakan lelah." Seandainya Sahlah adalah salah satu wanita yang hidup pada masa sekarang, maka dunia telah berbalik, atas menjadi bawah.
Akidah adalah dasar utama untuk mendidik jiwa. Akidah inilah yang mendidik jiwa merasakan pengawasan Allah SWT. Setelah itu mereka berdua tidur. Ketika Abu Thalhah hendak berangkat salat fajar ke masjid, ia bertanya kepada istrinya, "Di manakah Umair? Saya hendak menciumnya." Maka apakah jawaban yang diberikan Sahlah, apakah ia akan berdusta? Sungguh mereka tidak mengenal perkataan dusta dan bohong. Rasululalh telah mendidik mereka. Ia menjawab, "Wahai Abu Thalhah, sesungguhnya saya dalam kesedihan." Abu Thalhah bertanya, "Mengapa?" Ia menjawab, "Tetangga telah meminjamkan sesuatu kepdaku, tetapi ia kemudian mengambilnya kembali." Abu Talhah berkata, "Apakah engkau akan sedih bila mereka mengambil titipanya?" Maka berkatalah Sahlah, "Apakah engkau akan sedih wahai Abu Thalhah bila Allah mengambil titipan-Nya dari kita?"
Maka saat itu tidak terdengar dari lisan Abu Thalhah, melainkan kalimat innaa lillaahi wa innaa ilaihi raajiun. Ia kemudian pergi ke masjid untuk menunaikan salat fajar berjamaah bersama Rasulullah saw. Setalah salat usai, ia menceritakan ucapan istrinya kepada Rasulullah. Maka, nampaklah senyum keridaan dari kedua bibir beliau, atas apa yang telah diperbuat Sahlah r.a., lalu beliau mendoakan Abu Thalhah. Doa yang membuka pintu langit yang tinggi. "Semoga Allah memberkahi malam kalian berdua wahai Aba Thalhah"
Maasyiral muslimin rahimakumullah!
Seorang perawi hadis berkata, "Setelah itu saya menyaksikan Abu Thalhah memiliki 10 anak laki-laki yang semuanya hafal Alquran dan tidak ada di antara mereka yang memiliki kendaraan, bangunan, atau harta yang berlimpah. Sesungguhnya mereka menjaga kitab Allah Tabaraka wa Taala. Ini adalah kemuliaan dan ini adalah izah. Ini adalah doa Rasulullah saw. untuk Aba Thalhah."
Maasyiral muslimin rahimakumullah!
Seandainya para wanita di dunia ini seperti Sahlah, niscaya kaum wanita akan melebihi kaum pria. Wallahu a'lam bish-shawab

Menuju Surga

Menuju Surga



Maasyiral muslimin rahimakumullah!
Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari disebutkan bahwa ketika meletus Perang Badar, Rasulullah saw. berada dalam kubahnya dan berdoa, "Ya Allah, sesungguhnya saya mengingatkan janji-Mu, ya Allah jika Engkau menghendaki (kekalahan dalam Perang Badar) niscaya Engkau tidak akan disembah setelah hari ini selama-lamanya."
Abu Bakar kemudian memegang tangan Rasulullah saw. dan berkata, "Cukup Engkau ya Rasulullah, Engkau telah mendesak Allah, Engkau telah mendesak Rab, saat itu Rasulullah saw. menggunakan baju besi. Kemudian, beliau keluar dan membacakan ayat yang artinya, 'Golongan itu pasti akan dikalahkan dan mereka akan mundur ke belakang. Sebenarnya hari kiamat itulah hari yang dijanjikan kepada mereka dan kiamat itu lebih dahsyat dan lebih pahit'." (Al-Qamar: 45--46).
Maasyiral muslimin rakhimakumullah!
Ingatlah, sesungguhnya kekalahan itu tidak akan turun kepada orang-orang mukmin yang benar, tetapi ia akan turun kepada orang yang menentang Allah dan sombong kepada-Nya. Kekalahan itu akan turun kepada orang-orang munafik yang memerangi Allah Tabaraka wa Taala.
Ingatlah, bahwa umat Islam tidak akan tinggi, kecuali satu bendera yang ditulis kalimat Laa ilaaha Illallah Muhammad Rasulullah. Meskipun peristiwa sebelum ataupun sesudah perang telah berubah, ia tetap berpegang teguh kepada prinsip meskipun peristiwa telah berubah.
Ingatlah, bahwa kondisi kita pada hari ini tidak diridai Allah dan Rasul-Nya, kita hampir tidak mempercayai bahwa kalau umat ini adalah umat Muhamad. Apakah ini umat yang bertauhid? Apakah ini umat Islam?
Bila engkau berkunjung ke makam Muhammad saw. dan engkau melihat tempat tinggal yang besar, air matamu mengalir karena kewibawaan Rasululullah di antara dinding dan kamar-kamar.
Maka, katakanlah kepada Rasulullah, "Wahai sebaik-baik utusan, aku memberi tahu kepadamu akan kerugian yang tengah terjadi. Rakyatmu di timur dan barat bagaikan ashabul kahfi. Mereka memiliki keimanan serta dua cahaya Quran dan sunah, maka bagaimanakah keadaaan mereka bila tidak ada cahaya?"
Maasyiral muslimin rakhimakumullah!
Seorang sahabat besar Anas bin Nadhr r.a. tengah bersiap-siap pergi menuju Perang Uhud. Di tengah perjalanan ia berjumpa dengan sahabat besar lainnya, Sa'ad bin Mu'adz yang bertanya kepadanya, "Hendak ke manakah engkau Anas? Ia berkata, "Saya hendak ke Uhud, sesungguhnya saya mencium bau surga ada di Uhud."
"Hendak ke Uhud, sesungguhnya di sana saya mencium bau surga." Sebuah pernyataan yang keluar dari hati yang dipenuhi dengan rasa cinta kepada Allah SWT. Dari hati yang mengenal Allah.
"Maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya, yang bersikap lemah-lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad di jalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui." (Al-Maidah: 54).
Hendak kemanakah engkau wahai Anas? Hendak ke Uhud, sesungguhnya di sana saya mencium bau surga. Sebuah jiwa yang penuh dengan ketenangan dan kebenaran. Sesungguhnya Allah telah mengajari mereka untuk menjadi yang terbesar dari peristiwa yang tengah terjadi, meskipun kayu bakar terasa amat panas, musibah dan kesulitan terasa begitu berat.
"Jika kamu (pada Perang Uhud) mendapat luka, maka sesungguhnya kaum (kafir) itu pun (pada Perang Badar) mendapat luka yang serupa. Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu, Kami pergilirkan di antara manusia (agar mereka mendapat pelajaran); dan supaya Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir) dan supaya sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada. Dan Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim, dan agar Allah membersihkan orang-orang yang beriman (dari dosa mereka) dan membinasakan orang-orang yang kafir. Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad di antaramu, dan belum nyata orang-orang yang sabar." (Ali Imron: 140--142).
Allah telah mengajari mereka agar menjadi yang terbesar dari hari-hari yang sulit.
Sesungguhnya risalah Islam bukanlah sekadar kata-kata. Risalah Islam adalah pendidikan, pemusatan, dan pengarahan. Bagaimana kita mendidik kaum lelaki bila kita lalai mendidik hati dan membangun jiwa? Untuk memasuki peperangan, kita harus membangun hati kita. Dengarkanlah apa yang dikatakan Anas bin Nadhir r.a. Anas yang telah menorehkan sejarah dengan kedua lututnya dan meletakkan dunia di bawah kedua telapak kakinya. "Sesungguhnya saya mendapatkan bau surga di Uhud." Ia telah terjun ke medan perang sebagai dan meninggal dalam keadaan syahid. Orang-orang kemudian datang untuk mengenali jasadnya, tetapi mereka kesulitan untuk mengenalinya, lantaran banyaknya luka dalam tubuhnya. Lebih dari 80 luka antara sabetan pedang, tusukan anak panah, dan lemparan tombak berkumpul dalam tubuhnya. Tanda-tanda untuk mengenali jasadnya telah berubah, karena dahsyatnya luka yang menimpa dirinya. Tatkala ia terkena lemparan tombak ia berkata, "Laa ilaaha illallah Muhammad rasulullah."
Sesungguhnya luka itu meskipun banyak dan dahsyat, namun ia tidak merasakan rasa sakit, ia tengah berada dalam rasa dingin dan damai.
Kemudian, datanglah saudara perempuan Anas untuk mengenal jasadnya, ia kemudian mengamati jasad yang mulia itu, tetapi ia tidak dapat mengenalinya, kecuali dengan jari-jari tangannya.
Ia berkata, "Sesungguhnya dia adalah saudaraku, namun siapakah yang telah mengirimkan jasad sang syahid? Sesungguhnya yang telah mengirimkan jasadnya adalah para malaikat. Allah Azza wa Jalla berduka cita terhadap kaum mukminin, dan Jibril membawa duka cita kepada mereka dan Nabi kita yang mulia mengumumkannya. Allah SWT berfirman, "Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah; maka di antara mereka ada yang gugur. Dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu dan mereka sedikit pun tidak mengubah (janjinya)." (Al-Ahzab: 23).
Sesungguhnya kita membutuhkan kaum lelaki yang mengenal Allah. Manakala Shalahuddin al-Ayyubi terjun ke medan perang melawan tentara Eropa, ia senantiasa mengerjakan salat sebelum subuh dan berdoa memohon kemenangan atas kaum mukminin. Ia berkata, "Mintalah doa pada waktu sahur untuk mengalahkan musuh-musuh Allah."
Suatu saat Shalahuddin duduk di antara para sahabatnya, saat itu masjid Al-Aqsa masih dalam genggaman kaum salib. Ia duduk terdiam. Para sahabatnya lalu berkata kepadanya, "Mengapa Anda tidak tersenyum, wahai Shalahuddin? Ia berkata, "Saya takut Allah melihat saya tersenyum, sementara Masjidil Aqsa masih di tangan kaum salib."
Maasyiral muslimin rakhimakumullah!
Sesungguhnya musuh-musuh Islam datang untuk menghancurkan dan merusak. Sementara, Islam datang untuk membangun dan mengadakan kemakmuran. Para sahabat Rasulullah saw. tidak pernah berjalan dengan meraba-raba dalam kegelapan, namun ia berjalan dalam garis yang jelas dan benar.
Engkau, wahai kaum muslimin, janganlah putus asa dari rahmat Allah, janganlah putus asa dari rahmat Allah, karana kemenangan itu pasti akan datang. Allah SWT telah berfirman, "Dan Kami selalu berkewajiban menolong orang-orang yang beriman." (Ar-Rum: 45).
"Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa." (Al-Hajj: 40).
Sesungguhnya telah datAng waktu untuk kembali kepada Allah Azza wa Jalla. Karena banyaknya dosa akan menyempitkan rezeki, merusak akhlak, menghilangkan perilaku, dan mencabut rahmat dari dada para hamba.
Hamba Allah, jagalah Allah, niscaya Allah akan menjagamu, dan tolonglah (agama) Allah, niscaya Allah akan menolong kalian. Ingatlah Allah, niscaya Allah akan mengingat kalian, dan bersyukurlah kepada Allah, niscaya ia akan menambah kalian. Allah Akbar, Allah akan memberikan pertolongan. Allah akan memberikan kemenangan. Allah akan menghinakan orang yang kafir dan memuliakan orang yang menolong kaum mukmin. Wallahu a'lam.

Kegagalan Jangan Membuatmu Berputus Asa

Kegagalan Jangan Membuatmu Berputus Asa


Maasyiral muslimin rakhimakumullah!
Allah SWT telah berfirman, Alladziina qaala lahumunnaasu innannaasa qad jama?uu lakum fakhsauhum fazaadahum iimaana wa qaaluu hasbunallaahu wa ni?mal wakiil. Fanqalabuu bini?matim minallaahi wa fadhlin lam yamsashum suu-un wat taba?uu ridlwaanallaahi wallaahu dzuu fadzlin ?adziim. Innamaa dzaalikumus syaithaanu yukhawwifu auliyaa-ah falaa takhaafuhum wa khaafuuni inkuntum mukminin. (yaitu) orang-orang yang menaati Allah dan Rasul yang kepada mereka ada orang-orang yang mengatakan, ?Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka,? maka perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab, ?Cukuplah Allah menjadi penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik pelindung. Maka mereka kembali dengan nikmat dan karunia (yang besar) dari Allah, mereka tidak mendapat bencana apa-apa, mereka mengikuti keridaan Allah, dan Allah mempunyai karunia yang besar. Sesungguhnya mereka itu tidak lain hanyalah setan yang menakut-nakuti (kamu) dengan kawan-kawannya (orang-orang musyrik Qurasy) karena itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku jika kamu benar-benar orang yang beriman.
Maasyiral muslimin rakhimakumullah!
Seusai Perang Uhud pada tahun ke-3 Hijrah dan kaum muslimin telah mendapatkan apa yang mereka dapatkan, Abu Sufyan pemimpin kaum musyrik berseru kepada Rasulullah, ?Ya Muhammad, jika engkau mau, maka tempat pertemuan kita selanjutnya adalah Badar.? Rasulullah saw. pun menjawab, ?Ya, insya Allah Taala."
Setibanya di Madinah Rasulullah saw. merasa khawatir kalau-kalau orang musyrik datang ke Madinah untuk menyempurnakan kemenangan mereka. Menyikapai hal ini, Rasulullah saw. lantas memanggil para sahabatnya agar segera keluar di belakang musuh. Beliau juga memerintahkan agar yang menyertai dirinya hanyalah yang ikut dalam satu peperangan saja. Para sahabat pun menyambut perintah itu dengan penuh kekuatan diri dan kebulatan tekad setelah mereka mendapatkan luka. Mereka terus berjalan hingga akhirnya mereka sampai sebuah tempat yang disebut dengan Hamra? al-Asad.
Apa yang dikhawatirkan Rasulullah terbukti. Orang-orang musyrik tengah mempersiapkan diri menuju Madinah al-Munawarah. Namun, ketika mereka mengetahui bahwa Nabi telah keluar dari Madinah menuju Mekah dan mengira yang datang bersama Rasulullah adalah orang yang tidak ikut dalam perang sebelumnya serta Allah memberikan rasa takut kepada hati meraka, maka mereka pun bergegas kembali menuju Mekah.
Maasyiral muslimin rakhimakumullah!
Ketika Rasulullah saw. berada di Hamra? al-Asad beliau menangkap seorang penyair yang bernama Abi Izzah. Abi Izzah ini seringkali mencela Rasulullah saw. dengan syair-syairnya dan memberi semangat kaum musyrikin untuk melawan kaum muslimin.
Rasulullah akhirnya memberikan kebaikan kepadanya, manakala terjadi perjanjian dengan Rasulullah bahwa dia tidak akan lagi melantunkan syair yang memberi semanagat kaum musyrikin untuk membunuh kaum muslimin. Namun, Abi Izzah melanggar janji ini. Maka, Rasulullah memerintahkan agar Abi Izzah dibunuh. Abi Izzah lalu bertawasul kepada Rasulullah saw agar memberikan kebaikan kepada dirinya sekali lagi. Rasulullah saw. menjawab, ?Tidak demi Allah, Janganlah kau bersihkan kedua pipimu dengan Kakbah. Engkau telah menipu Muhammad dua kali. Seorang mukmin tidak terjerumus ke dalam lubang yang sama dua kali.? Perang di Hamra al-Asad diangggap sebagai jawaban atas apa yang diperoleh kaum muslimin dalam Perang Uhud.
Maasyiral muslimin rakhimakumullah!
Peristiwa di atas adalah pelajaran yang jelas dan gamblang bagi kaum muslimin dalam segala kondisi, yang tidak tertipu oleh aktivitas kaum munafik, musyrik, dan orang yang melanggar perjanjian. Seorang mukmin hendaknya tidak terjerumus ke dalam sebuah lubang yang sama dua kali.
Maasyiral muslimin rakhimakumullah!
Dalam Perang Badar, Abu Sufyan berupaya menangguhkan pasukan kaum muslimin dan melakukan perang urat syaraf, namun upaya ini menemui kegagalan.
Kaum muslimin terus datang ke Badar dengan senantiasa melantunkan, ?Hasbunallaahu wa ni?mal wakiil (Cukuplah Allah menjadi penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik pelindung). Maka, bertambahlah keimanan orang mukmin. Maka, hendaknya kita melantunkan, ?Hasbunallaahu wa ni?mal wakiil (Cukuplah Allah menjadi penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik pelindung), terlebih saat ini kita berada dalam perkara yang besar. Allah adalah pelindung kita, Allahlah yang akan mencukupi kita dan Allahlah yang akan menjadi penolong kita. Dalam sebuah hadis diriwayatkan, ?Jika kalian berada dalam perkara yang besar, maka katakanlah Hasbunallaahu wa ni?mal wakiil.? Adalah Nabi Ibrahim a.s. juga melantunkan ucapan ini ketika dilempar ke dalam api.
Maasyiral muslimin rakhimakumullah!
Kaum muslimin telah keluar dan berdiam di Badar selama tiga hari. Mereka melakukan aktivitas perdaganagan dengan aman dan tenteram. Mereka pulang dengan membawa ghanimah dengan selamat, sebagaimana yang ditunjukkan Allah dalam firman-Nya, ?Alladziina qaala lahumunnaasu innannaasa qad jama?uu lakum fakhsauhum fazaadahum iimaana wa qaaluu hasbunallaahu wa ni?mal wakiil. ([yaitu] orang-orang yang menaati Allah dan Rasul yang kepada mereka ada orang-orang yang mengatakan, ?Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka,? maka perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab, ?Cukuplah Allah menjadi penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik pelindung).
Ayat yang mulia di atas mengajak kita agar berdiam diri, tegar, dan tetap kokoh dalam posisi atau tempat yang sulit. Ayat tersebut juga mengajak kepada kita untuk senantiasa bertawakal kepada Allah menyandarkan takutnya hanya kepada-Nya karena tidak ada tempat berlindung kecuali hanya Dia, Allah SWT. Karena, bila rasa takut seorang mukmin kepada Allah itu telah melekat dalam dirinya, Allah akan menundukkan semua makhluk kepadanya.
Maasyiral muslimin rakhimakumullah!
Kaum muslimin tidak berputus asa terhadap kejadian yang menimpa mereka pada Perang Uhud. Mereka tidak tidur, tenang, melarikan diri dari tanggung jawab, memusuhi jabatan dan singgasana, menuduh satu dengan lainnya dari belakang, maupun menolong Parsi atau Rum. Mereka tidak pula melakukan konferensi politik, badan keamanan, maupun pernyataan atas nama bangsa sebagaimana yang dilakukan oleh dunia Islam saat ini.
Maasyiral muslimin rakhimakumullah!
Pada masa lampau kaum muslimin telah mengalami ujian yang begitu berat kerika Perang Tatar dan Salib berkecamuk. Nenek moyang kita bisa melampui kesulitan itu dengan tegar, kokoh, dan pengorbanan. Hal ini karena mereka bertakwa kepada Allah dan hanya takut kepada-Nya. Dalam sebuah riwayat, Imam Hasan Bashri bertanya kepada seseorang, ?Bagaimana rasa takutmu kepada Allah? Maka, orang yang bertanya berkata, ?Apabila saya berada dalam sebuah kapal laut, lalu kapal itu hancur dan meninggalkan satu papan, lalu aku menggantungkan diriku dengan papan itu. Dan, engkau berada dalam ombak yang besar, maka bagaimanakan perasaanmu? Ia menjawab, ?Saya sangat takut." Maka, Hasan al-Bashri berkata,? Begitulah rasa takutku kepada Allah siang dan malam.
Maasyiral muslimin rakhimakumullah!
Hari ini umat Islam tengah mengalami ujian dan cobaan, meskipun demikian hal ini tidak menghilangkan rasa kepercayaan kita kepada Allah Azza wa Jalla. Dan, janganlah berputus asa karena Allah SWT telah berfiman yang artinya, ?Janganlah berputus asa terhadap rahmat Allah, sesungguhnya tidak berputus asa terhadap rahmat Allah, kecuali orang-orang yang kafir.? Wallahu a?lam.

Umat Islam adalah Umat yang Satu

Umat Islam adalah Umat yang Satu


Maasyiral muslimin rakhimakumullah!
Allah telah berfirman, Inna haadzihi ummatakum ummataw wahidah wa ana rabbukum fa'buduun (Sesungguhnya [agama tauhid] ini adalah agama kamu semua; agama yang satu dan Aku adalah Rabbmu, maka sembahlah Aku).
Dalam surah Al-Mukminun Allah juga berfirman, Wa inna hadzihi ummatakum ummataw wahidah wa ana rabbukum fattaqun (Sesungguhnya [agama tauhid] ini adalah agama kamu semua, agama yang satu dan Aku adalah Rabmu, maka bertakwalah kepada-Ku).
Kedua ayat mulia di atas menunjukkan kepada kita bahwa umat Islam adalah umat yang satu. Ayat di atas juga menyatakan bahwa pengikat kesatuan umat adalah takwa dan ibadah. Hal ini sekaligus menegaskan bahwa mewujudkan kesatuan umat adalah kewajiban seluruh kaum muslimin secara akidah maupun ibadah.
Maasyiral muslimin rakhimakumullah!
Umat ini adalah umat yang satu, yaitu satu akidah dan satu syariah. Wilayah kaum muslimin juga satu, yaitu wilayah khilafah Islamiyah. Wilayah yang terdiri dari banyak negara, tetapi tidak ada sekat antara satu dengan lainnya. Seseorang bebas keluar masuk ke negara lain tanpa harus membawa paspor atau visa. Islam juga dikendalikan oleh satu pemimpin, yaitu khalifah atau amirul mukminin. Baik rakyat maupun pemimpin dalam kekhilafahan ini semuanya tunduk kepada Alquran dan sunah Rasulullah. Sehinngga, Islam terlihat begitu besar, berwibawa, kokoh, dan kuat.
Namun, hari ini semuanya telah berubah. Ketika khalifah terakhir, yaitu khalifah Utsmani di Turki, runtuh pada tahun 1924, Inggris beserta sekutunya bersegera membagi dan memecah wilayah kaum muslimin menjadi negara-negara kecil yang berjumlah cukup banyak. Di antaranya Qatar, UEA, Syiria, Yaman, Irak, Iran, Kuwait, Oman, Saudi, dan sebagainya. Antara satu negara dengan negara lain dibuat batas wilayah. Seseorang tidak boleh masuk ke wilayah lain, kecualai harus disertai dengan paspor atau visa. Selain menerapkan hukum kafir, mereka juga menanamkan doktrin kesukuan dan nasionalisme.
Sesungguhnya batas-batas wilayah yang ada di dunia Islam adalah batas-batas yang tidak sesuai dengan syariah Islam. Hal ini dilakukan oleh kaum kafir agar umat Islam terpecah-pecah, lemah, dan mudah ditundukkan.
Maasyiral muslimin rakhimakumullah!
Hari ini kita sangat membutuhkan kesatuan dan persatuan umat. Ini adalah kewajiban kita, Allah juga melarang kita berbantah-bantahan karena itu akan menghilangkan kekuatan kita. Allah SWT berfirman, Wa athi'ullaaha wa athi'ur rasuul walaa tanaaza'uu fatafsyaluu wa tadzhaba riihukum washbiruu fa innallaaha ma'ashaabiriin (Dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar).
Sesungguhnya serigala di dunia Barat telah bersiap-siaga untuk menerkam kita, kaum muslimin. Mereka akan memakan kita satu per satu. Mungkin kita teringat dengan sabda Rasulullah saw yang artinya, "Tidaklah tiga desa atau penduduk badui yang di dalamnya tidak menegakkan salat, kecuali setan akan menguasai mereka. Hendaknya kalian dengan jamaah, karena serigala itu akan memakan anjing yang sendirian."
Engkau benar, wahai Rasulullah! Serigala akan menyergap kambing yang menyendiri dan keluar dari gerombolannya. Apa yang digambarkan oleh Rasulullah sangat sesuai dengan kondisi umat Islam hari ini.
Maasyiral muslimin rakhimakumullah!
Hari ini, saudara kita yang ada di Irak tengah mendapat musibah. Ini adalah bagian dari konspirasi kaum kafir yang dipimpin Amerika untuk menguasai satu per satu negara Islam. Setelah Irak, mungkin Sudan, terus Palestina, terus Saudi, dan seterusnya. Maka, sebagai umat yang satu, marilah kita merapatkan barisan dan berdoa untuk kemenangan kaum muslimin.
Allahumma a'izzil islaama wal muslimiin wakhdzul man khadzalal Islaama wal muslimiin (Ya Allah, muliakanlah Islam dan kaum muslim dan hinakanlah orang yang menghinakan Islam dan kaum muslimin), amin. Wallahu a'lam

Salat dan Kekuatan Iman

Salat dan Kekuatan Iman



Maasyiral muslimin rakhimakumullah!
Dalam sebuah riwayat, amirul mukminin Umar bin Khattab r.a., berkata, "Tatkala sepuluh ayat pertama dari surah Al-Mukminun turun, Rasulullah saw. mengangkat kedua tangannya ke langit seraya berdoa, 'Ya Allah, tambahilah kami dan jangan kurangi kami, muliakan kami dan jangan hinakan kami, berilah kami dan jangan halangi kami, utamakan kami dan jangan utamakan yang lain mendahului kami, dan jadikanlah supaya kami rida kepada-Mu dan Engkau rida kepada kami.' Setelah itu, beliau menghadap para sahabat dan berkata, 'Allah telah menurunkan sepuluh ayat, barang siapa yang beramal dengannya maka Allah akan memasukkannya ke surga Firdaus yang tinggi'."
Maasyiral muslimin rakhimakumullah!
Sepuluh ayat itu adalah, "Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyu dalam salatnya, dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna, dan orang-orang yang menunaikan zakat, dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, kecuali terhadap istri-istri mereka atau budak yang mereka miliki; maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela. Barangsiapa mencari yang di balik itu, maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas. Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya, dan orang-orang yang memelihara salatnya. Mereka itulah orang-orang yang akan mewarisi, (yakni) yang akan mewarisi surga Firdaus. Mereka kekal di dalamnya. "
Dan, marilah kita sejenak menyelami ayat tersebut beserta para pemilik keimanan yang dijanjikan Allah meraih kesuksesan, kebaikan, dan keberhasilan. Mereka adalah orang yang menang, beruntung, dan berbahagia. Mereka adalah orang yang beriman kepada Allah, malaikat, kitab, rasul, hari akhir serta qadha dan qadar yang baik maupun yang buruk.
Maasyiral muslimin rakhimakumullah!
Suatu hari, Rasulullah saw. memasuki sekumpulan sahabat, lalu beliau bertanya kepada mereka, "Apakah kalian orang yang beriman?" Umar menjawab, "Ya, kami adalah orang yang beriman wahai Rasulullah." Kemudian beliau bertanya, "Apa tanda keimanan kalian?" Umar menjawab, "Kami bersabar terhadap cobaan, rida dengan qadha, dan bersyukur terhadap kelapangan hidup. Maka Rasulullah saw. bersabda, "Kalian adalah orang yang beriman. Demi pemilik Kakbah, iman adalah sabar, syukur dan rida."
Dalam sebuah hadis qudsi Allah Tabaraka wa Ta'ala berfirman, "Apabila Aku menguji hamba-Ku pada harta atau anak atau jiwanya, kemudian ia menerima dengan kesabaran yang baik, maka pada hari kiamat Aku merasa malu darinya untuk memberikan timbangan atau membentangkan pengadilan kepadanya, kemudian Aku akan memasukkannya ke janah tanpa hisab. Demi izah-Ku dan kebesaran-Ku Aku tidak akan mengeluarkan seorang hamba dari dunia ini dan Aku senang menyayanginya, sehingga Aku akan penuhi segala keburukan yang telah diperbuatnya dengan penyakit di badan atau kesempitan rezeki atau musibah harta atau anaknya meskipun keburukan itu sebesar biji atom. Seandainya kejelekan itu masih tersisa, maka akan Aku keraskan sakratul mautnya sehingga ia menjumpai-Ku seperti hari ketika ia dilahirkan ibunya."
Maasyiral muslimin rakhimakumullah!
Mungkin kita masih teringat dengan Urwah bin Zubeir yang betisnya terkena pedang tajam, lalu para tabib berkata kepadanya, "Tidak ada cara untuk mengobati, kecuali dengan memotongnya," Lantas apakah yang akan dilakukan Urwah? Ia tengah berhadapan dengan ketentuan Allah dan tidak ada cara untuk menghindari, kecuali hanya dengan kesabaran.
Tabib lalu menyarankan agar Urwah menggunakan sesuatu yang bisa menghilangkan rasa sakit tatkala betisnya dipotong, tetapi apa jawab Urwah? Ia berkata, "Demi Allah, saya tidak akan menggunakan sesuatu yang menghalangi akalku berzikir kepada Allah Tabaraka wa Ta'ala. Urwah lalu berkata kepada para Tabib, "Bila saya telah menjalankan salat kemudian saya sudah dalam kondisi duduk untuk membaca dan bertasyahud, potonglah betisku karena sesungguhnya saat itu saya merasa berada di hadapan Allah, tidak ada dalam hatiku, kecuali Allah Tabaraka wa Ta'ala. Urwah kemudian melaksanakan salat dan salatnya merupakan contoh yang istimewa."
Imam Hatim al-Ashim suatu hari ditanya, "Bagaimana kondisimu ketika engkau melaksanakan salat, wahai Hatim?" Ia menjawab, "Ketika saya melaksanakan salat, saya jadikan Kakbah ada di hadapanku, kematian di belakanku, ash-Shirath di bawah dua telapak kakiku, jannah di sebelah kananku, neraka ada disebelah kiriku dan saya merasa Allah mengawasiku, lalu saya sempurnakan ruku dan sujudnya, kemudian bila saya telah mengucapkan salam saya tidak mengetahui apakah Allah akan menerima atau menolaknya."
Dalam sebuah riwayat, seorang wanita datang menjumpai Musa a.s. seraya berkata, "Saya telah melakukan dosa besar, maka adakah pintu tobat untukku?" Musa lalu bertanya, "Apa dosamu wahai hamba Allah?" Ia menjawab, "Saya telah berzina dan melahirkan anak, lalu anak itu saya bunuh." Musa berkata, "Pergilah engkau dari sisiku, saya takut azab Allah akan menimpaku lantara dosamu. Maka, wanita itu pergi meninggalkan Musa dengan menangis dan kondisi yang menyedihkan. Setelah wanita keluar, turunlah wahyu kepada Musa melalui Jibril, "Wahai Musa, Allah Ta'ala berfirman kepadamu, 'Apakah engkau menolaknya, padahal ia ingin bertaubat? Apakah kamu tidak mengetahui dosa yang lebih besar daripada itu'?" Musa bertanya, "Apakah dosa yang lebih besar daripada itu?" Jibril menjawab, "Orang yang meninggalkan salat dengan sengaja."
Maasyiral muslimin rakhimakumullah!
Di tengah-tengah kita ada seorang muslim yang tidak masuk masjid, kecuali pada hari besar, bulan Ramadan ataupun hari Jumat. Bahkan, ada muslim yang selama hidupnya tidak pernah mrmasuki masjid, kecuali hanya sekali saja, yaitu saat ia akan dikuburkan. Ia masuk masjid bukan untuk salat, tetapi untuk disalatkan.
Allah lalu berfirman yang artinya, "(Yaitu) orang-orang yang khusyu dalam salatnya." Maksud ayat ini adalah mereka memasuki salat sebagaimana manusia memasukkan pakaian ke dalam tubuhnya. Bila baju itu akan melindungi pemakainya dari panas dan dingin, salat akan melindungi pemiliknya dari azab jahannam. Khusyu adalah datangnya hati dan tenangnya anggota tubuh. Aisyah r.a. berkata, "Adalah Rasulullah saw. menceritakan kepada kami dan kami pun bercerita kepadanya, beliau berkata kepada kami dan kami pun berkata kepadanya. Apabila tiba waktu salat, beliau seakan tidak mengenali kami dan kami pun tidak mengenalinya. Itulah khusyu wahai hamba Allah."
Marilah kita kembali kepada kisah Urwah di atas. Para tabib berkata kepadanya, "Bagaimana kami akan memotong betismu wahai Urwah?" Ia menjawab, "Apabila saya memulai salat." Salatlah Urwah dan ia membentangkan betisnya, sedang dia dalam keadaan duduk membaca tasyahud, dan setelah mengucapkan dua salam, ia menanyakan kondisinya, "Apakah kalian telah selesai memotong?' Mereka menjawab, "Ya." Mereka lalu membawa Urwah ke rumahnya sementara darah masih menetes dari betisnya. Sesampai di rumah, Urwah lalu memanggil anak-anaknya, tetapi yang datang hanya seorang. Lalu, ia bertanya, "Apa yang terjadi?" Mereka menjawab, "Semoga Allah membesarkan pahalamu wahai Urwah, anakmu yang besar meninggal." Lalu, Urwah bertanya, "Apa yang terjadi?" Lihatlah kepada kekuatan iman, bagaimana ia membuat keajaiban, mendatangkan mukjizat dan menggerakkan gunung. Urwah berkata, "Apakah ia menampar pipi, merobek saku, menyeru dengan seruan jahiliyah, ataukah berkata dengan sebuah ucapan yang menyebabkan Allah Ta'ala marah kepada-Nya?"
Betis di hadapannya belum pula dikafani dan dikuburkan, darahnya juga masih mengalir, tetapi apa yang dikatakannya? Ia menghadap kepada Allah, lalu berkata, "Wahai Rab, Engkau telah memberiku rezeki dua orang anak dan kini Engkau telah mengambil salah satunya dan meninggalkan yang satu. Maka, segala puji untuk-Mu atas apa yang telah engkau ambil dan segala syukur untukmu atas apa yang engkau tinggalkan. Engkau telah memberiku dua betis, satu telah Engkau ambil dan satu engkau sisakan. Maka, segala puji untukmu atas apa yang Engkau ambil dan segala syukur untukmu atas apa yang engkau tinggalkan. Kemudian, ia mengambil betis yang telah dipotong dan dipandanginya." Lalu, ia berkata, "Alhamdulillah, segala puji bagi Allah, sesungguhnya saya tidak berjalan denganmu ke tempat yang dimurkai Allah."
Inilah iman, inilah penyerahan kepada Allah Yang Maha Esa. Beginilah nabi kita mengajari kita untuk bersabar terhadap musibah, bersabar ketika mendapat kesulitan. Kita sangat membutuhkan untuk mencontoh Rasulullah saw. dan para sahabatnya karena mereka adalah teladan. Maha benar Allah Tabaraka wa Ta'ala dengan firmannya, "Sesungguhnya pada mereka itu (Ibrahim dan umatnya) ada teladan yang baik bagimu, (yaitu) bagi orang yang mengharap (pahala) Allah dan (keselamatan pada) hari kemudian. Dan barangsiapa yang berpaling, maka sesungguhnya Allah, Dia-lah Yang Maha Kaya lagi terpuji."
Ya Allah, kepadamulah kami bertawakal. Kepadamulah kami kembali, dan Engkaulah tempat kembali. Ya Allah, janganlah engkau jadikan kami fitnah atas orang-orang kafir, ampunilah kami, sesungguhnya Engkau Maha Perkasa Lagi Maha Bijaksana. Wallahu a'lam.

Islam Will Never Die

Islam Will Never Die



Maasyiral muslimin rakhimakumullah!
Tahun baru hijriah baru beberapa hari kita lalui. Tentunya tidak salah jika kita mengambil kembali pelajaran atas peristiwa hijrahnya Rasulullah saw. dari kota Mekah ke Madinah 1424 tahun silam itu. Marilah kita belajar kepada Rasulullah saw. bagaimana menjadi orang amanat, memenuhi janji, dan pemberani!
Pertemuan orang kafir di Darun Nadwah, MPR orang kafir saat itu, telah menelorkan keputusan membunuh Rasulullah saw. Untuk mewujudkan hal ini, Abu Jahal sebagai pemimpin orang kafir mengumpulkan pemuda dan bodyguardnya. Maka, terkumpulah 20 pemuda yang diberi tugas mengepung rumah Rasulullah saw., rumah petunjuk dan kebenaran, rumah dari sahabat malaikat Jibril, tamu dari Israfil dan Izrail, dan rumah yang Allah telah berfirman kepadanya, yang artinya, "Dan bersabarlah dalam menunggu ketetapan Tuhanmu, maka sesungguhnya kamu berada dalam penglihatan Kami."
Sementara itu, Rasulullah saw. memberi tahu Ali apa yang akan dilakukanya. Lalu, beliau berkata kepadanya, "Ali, tidurlah kamu malam ini di atas pembaringanku." Ali menjawab, "Jiwaku akan menjadi tebusanmu wahai Rasulullah." Allah kemudian memberitahukan apa yang terjadi di Darudnadwah tersebut. Allah berfirman yang artinya, "Dan (ingatlah), ketika orang-orang kafir (Quraisy) memikirkan daya upaya terhadapmu untuk menangkap dan memenjarakanmu atau membunuhmu, atau mengusirmu. Mereka memikirkan tipu daya dan Allah menggagalkan tipu daya itu. Dan Allah sebaik-baik Pembalas tipu daya." Tujuan mereka sangat jelas, yaitu menangkap, membunuh, atau mengusir Rasulullah saw. Berangkatlah ke- 20 orang itu untuk mengepung rumah Rasulullah saw. Lalu, siapakah yang menjaga dan melindungi Rasulullah?

Maasyiral muslimin rakhimakumullah!
Di dalam rumah Rasulullah saw. terlihat tengah memuji, berzikir, dan bertasbih kepada Allah SWT. Suara kebenaran senantiasa akan meninggi dengan zikir kepada Allah, sementara suara kebatilan hanya mengancam dan menakut-nakuti. Dan, datanglah waktu yang ditunggu-tunggu itu. Ali pun telah menempati pembaringan beliau. Rasulullah saw. pun keluar dari rumahnya dan hanya bersenjatakan iman dan ayat-ayat Allah. Beliau kemudian membaca awal surah Yasin sampai pada pada firman Allah Tabaraka wa Ta'ala yang berbunyi artinya, "Dan Kami adakan di hadapan mereka dinding dan di belakang mereka dinding (pula), dan Kami tutup (mata) mereka sehingga mereka tidak dapat melihat." Dengan qudrah dan kehendak Allah, ayat-ayat itu membuat mata orang-orang yang mengepung tertutup dan tak bisa melihat. Siapakah yang membuat mereka tak bisa melihat (?) tidak lain adalah Allah SWT. Allah berfirman yang artinya, "Dan tidak ada yang mengetahui tentara Tuhanmu melainkan Dia sendiri. Dan, Saqar itu tiada lain hanyalah peringatan bagi manusia."
Maasyiral muslimin rakhimakumullah!
Perhatikanlah firman Allah yang berbunyi Faaghsyainaahum (Maka Kami tutup [mata] mereka), Allah tidak menggunakan lafaz Faamnaahum (Kami buat mereka tidur), karena kalau mereka tidur, mereka bisa jadi akan terbangun manakala mendengar suara gerakan. Akan tetapi, Aghsyainaahum (Kami tutup mata mereka), mengapa? Karena, mereka adalah orang yang zalim dan berdosa. Maka, Rasulullah saw. pun bisa melewati mereka dengan leluasa dan kemudian pergi menuju rumah sahabatnya, Abu Bakar. Para pengepung itu baru sadar ketika salah seorang penggembala kambing membangunkannya pada pagi hari. Mereka pun bergegas masuk ke rumah Rasululalh saw., mencari tempat tidur Rasulullah saw., dan menangkapnya. Tetapi, apa yang terjadi? mereka terkejut, karena yang mereka tangkap bukan Rasulullah, melainkan Ali, sepupunya. Mereka kecewa besar dan bertanya-tanya ke mana Muhammad?
Matahari pagi pun terbit di ufuk timur dan bumi tersinari dengan cahaya Rab-Nya. Para penduduk masih tertidur, sementara Rasululalh saw. bersama Abu Bakar telah pergi meninggalkan mereka, menempuh jalan yang telah ditentukan. Kafilah tauhid telah berlalu, kafilah Islam telah berjalan meskipun serigala menggonggong di tengah jalan.
Maasyiral muslimin rahimakumullah!
Islam akan terus berjalan, tetapi ia tidak pernah tercerai berai. Mengapa? karena Islam adalah din Allah Tabaraka wa Ta'ala Yang Maha Hidup lagi tak pernah mati. Rasulullah bersama Abu Bakar kemudian masuk dalam sebuah gua. Allah SWT berfirman, "Jikalau kamu tidak menolongnya (Muhammad), maka sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Mekah) mengeluarkannya (dari Mekah), sedang dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu dia berkata kepada temannya: 'Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita'."
Maka, janganlah kalian bersedih hati, wahai kaum muslimin di seluruh penjuru dunia. Karena, Allah senantiasa bersama kita. "Dan Allah menjadikan seruan orang-orang kafir itulah yang rendah. Dan, kalimat Allah itulah yang tinggi. Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana."

Ini adalah perhatian Allah Tabaraka wa Ta'ala untuk melindungi Rasulullah saw. dan sahabatnya. Perhatian yang Allah berikan kepada orang-orang yang berjalan di jalan-Nya. Sesungguhnya peperangan yang saat ini tengah berkobar bukanlah hanya peperangan politik sebagaimana dipahami orang yang berpikiran pendek, tetapi ia adalah perang akidah, perang antar hak dan batil.
Maasyiral muslimin rakhimakumullah!
Hari ini perhatian umat Islam di seluruh dunia tengah terpusat ke Irak. Negara yang mayoritas penduduknya adalah muslim dan memiliki peradaban Islam yang tinggi sebentar lagi akan dihancurkan oleh AS. Sebenarnya apa yang dilakukan oleh AS dan dibantu oleh Inggris adalah bentuk dari perang salib baru. Mereka tidak semata ingin menyerang Irak, tetapi hendak mengembalikan imperium dan kekuasaannya di wilayah Teluk dan Timur Tengah. Berikut adalah tujuan dari perang salib sebagaimana telah digembor-gemborkan oleh pemimpin mereka:

  1. Menguasai ladang minyak dan sumber daya alam lainnya.
  2. Menjauhkan masyarkat dari nilai agama melalui pendidikan, pengajaran, dan kebudayaan, sebagaimana telah berhasil mereka lakukan terhadap negara Turki.
  3. Menghancurkan Islam. Setelah Irak, sasaran berikutnya adalah Arab Saudi. Karena, menurut pendapat pemikir dan tokoh politiknya, Islam bermula dari Mekah, maka ia juga harus dihancurkan.
  4. Memberi kesempatan kepada Israel untuk mewujudkan mimpinya, membangun Israel raya dan mengumpulan seluruh warga Yahudi di dalamnya.

Maasyiral muslimin rakhimakumullah!
Persengkokolan untuk menghancurkan Islam akan terus oleh kaum kafir. Namun, kapankah Islam akan hancur dan mati? Ketahuilah, Islam tidak akan mati. Islam akan terus hidup dan ada meskipun kaum kafir itu telah bekerja keras untuk merobohkannya. Islam will never die! Wallahu a'lam.

Membebaskan Kaum Muslim yang Tertawan

Membebaskan Kaum Muslim yang Tertawan



Maasyiral muslimin rahimakumullah!
Din Islam adalah din yang berdimensi sosial. Din yang mengajarkan kepada pemeluknya untuk menanggung anak yatim, memberi pertolongan kepada orang yang membutuhkan, melepaskan orang yang ditahan, memberi pertolongan kepada musafir, menjenguk orang sakit, membantu orang yang kesempitan dan membebaskan kesulitan mereka. Inilah karateristik Islam yang bersifat kasih sayang dan penuh rasa persaudaraan.
Namun, bencana bagi kaum muslimin, bila mereka melalaikan salah satu atau keseluruhan sifat di atas. Orang fakir menjadi terlantar, hidup sendiri tanpa ada yang memperhatikan keadaannya. Orang sakit tidak ada yang menjenguk, sehingga tak ada orang yang menghibur dan mendoakannya. Para musafir terlantar karena tidak ada orang yang memberinya bekal atau bantuan yang diperlukannya dan orang yang tengah berada dalam kesempitan hanya bisa termangu karena tidak ada orang yang melepaskannya dari kesempatan itu dan seterusnya. Tak ada orang yang memperhatikan mereka semua. Maka, kemudian mereka menempuh jalan yang dilarang syariat untuk memenuhi kebutuhannya itu. Mereka mencuri, merampok, korupsi, mengambil riba, dan sebagainya. Itulah dampaknya bila kaum muslimin meninggalkan sisi sosial dalam kehidupan dinnya.

Lebih menyedihkan lagi bila kemudian kondisi umat ini dimanfaatkan oleh orang Nasrani. Mereka datang ke daerah-daerah miskin kaum muslimin dan memberikan bantuan kepada mereka. Ini adalah kondisi yang jelas harus mendapatkan perhatian dari kaum muslimin.
Maasyiral muslimin rahimakumulah!
Hari ini perang antara Islam dan kafir, antara hak dan batil telah dikobarkan. Genderang telah ditabuh. Kaum muslimin di seluruh pelosok dunia tengah berjihad melawan kaum kafir. Kita bisa melihat di Chechnya, Pilipina, Afghanistan, Sudan, Palestina, Kashmir, dan di Irak. Korban sudah banyak berjatuhan. Sudah berapa banyak wanita menjadi janda, anak-anak menjadi yatim dan orang-orang ditawan. Lalu, apa yang harus kita lakukan terhadap mereka itu. Apa hak mereka atas kita?
Hak mereka atas kita adalah membebaskan mereka. Rasulullah saw. bersabda, "Lepaskanlah orang yang ditahan, penuhilah orang yang memanggil, berilah makan orang yang lapar dan jenguklah orang sakit." (HR Bukhari).
Karena pentingnya persoalan ini, Imam Bukhari memberikan bab khusus dalam kitab shahihnya dengan judul Membebaskan Tawanan. Salah satu isinya adalah hadis sebagaimana tersebut di atas.
Imam Malik berkata, "Merupakan kewajiban bagi manusia untuk membebaskan para tawanan dengan seluruh harta mereka." Ucapan Imam Malik ini tidak bertentangan dengan sabda Rasulullah saw.: "Bebaskanlah tawanan."
Ibnu Taimiyah Rahimahullah telah menulis surah yang panjang yang ditujukan kepada Sirjiwan, pembesar Nasrani, berkaitan dengan kaum muslimin yang ditawan. Ia menulis, "Sungguh aneh kaum Nashrani, mereka menangkap sekelompok kaum dengan cara curang maupun tidak curang, padahal kaum itu tidak memerangi mereka dan al-Masih sendiri telah berakata, 'Siapa yang menampar pipi kananmu, maka berikanlah pipi kirimu, dan siapa yang mengambil selendangmu maka berikanlah pakaianmu.' Dan setiap kali tawanan itu bertambah, maka akan bertambahlah kemarahan Allah dan kaum muslimin. Maka bagaiman mungkin hanya bersikap diam terhadap tawanan kaum muslimin di Qobros (Cyprus), terlebih mereka adalah kaum fakir, lemah dan tidak ada penanggung bagi mereka...." (Al-Fatawa 28/625).
Selanjutnya, Ibnu Taimiyah menjelaskan perbedaan perlakuan kaum muslimin terhadap Nasrani yang berada di bawah kekuasaannya dengan perlakuan kaum Nasrani terhadap kaum muslimin yang berada di bawah kekuasaannya. Ia berkata, "Apakah penguasa itu tidak menyadari bahwa ditangan kita terdapat orang-orang Nashrani ahli dzimmah dan amman yang jumlah mereka tidak terhitung banyaknya, dan perlakuan kita terhadap mereka sudah diketahui. Maka bagaimanakah mereka memperlakukan kaum muslimin dengan perlakuan yang bertentangan dengan agama dan perilaku? (Al-Fatawa 28/622).
Maasyiral muslimin rakhimakumullah!
Kita telah mengetahui sikap dan perkataan para ulama terhadap tawanan kaum muslimin, lalu bagaimanakah sikap dan perkataan para pemimpin dan penguasa terhadap para tawanan itu? Umar bin Abdul Aziz, yang dianggap sebagai khalifah kelima dari khulafaur rasyidin menulis kepada sebagian anak buahnya agar mereka mengumpulkan segala hartanya dan menebus tawanan muslimin.
Hakam bin Hisyam, salah seorang pemimpin Andalusia (Spanyol), mendengar seorang muslimah ditawan dan menyeru: "Tolonglah wahai Hakam," ia merasa itu adalah persoalan besar. Maka dengan segera ia mengumpulkan tentaranya lalu pergi ke Negara eropa tahun 1906 dan melakukan serangan, serta berhasil membuka beberapa benteng. Banyak dari kaum lelaki terbunuh dan kaum wanita ditawan. Lalu sampailah ia ke tempat wanita tersebut ditawan. Hakam lalu membebaskannya dan membiarkannya pulang dengan merdeka ke tempat tinggalnya di Cordoba.
Yang lain adalah Manshur bin Abi Amir. Ia sebagaimana dikatakan Imam Adz-Dzahabi, seorang pahlawan pemberani, ahli perang dan juga seorang alim. Telah banyak wilayah ia taklukan. Ia juga telah memenuhi bumi Andalus dengan tawanan dan ghanimah. Ia telah banyak berperang dengan kaum Nashrani, sehingga debu hasil peperangannya itu bisa terwujud sebuah batu bata.... (Siyarul A'lam Nubala 17/15, 16, 123, 124).
Pahlawan pemberani disifati oleh Imam Dzahabi sebagai orang yang memiliki sikap yang mengagumkan dalam membebaskan kaum muslimin yang tertawan. Imam Dzahabi berkata, "Suatu ketika Manshur baru saja tiba dari sebuah peperangan, lalu ia mendengar seorang wanita berkata di dalam tempat tinggalnya, 'Wahai Manshur, apakah engkau membiarkan manusia berbahagia sedangkan diriku menangis dalam kesedihan? Ketahuilah, anakku tengah ditawan di negara Romawi.' Maka dengan serta merta Manshur menggerakkan kudanya dan menyuruh manusia pergi berperang menuju tempat anak wanita itu berada." (Siyaru A'lamin Nubala 17/125,216).
Maasyiral muslimin rakhimakumullah!
Demikianlah sikap para pendahulu kita, baik ulama maupun pemimpinnya. Mereka memiliki perhatian dan kepedulian yang cukup besar untuk membebaskan tawanan kaum muslimin. Meneriakkan panggilan dan menyambut panggilan itu. Menulis surah dan menyiapkan pasukan untuk membebaskan kaum muslimin yang tertawan.
Kemudian waktu pun berlalu, dan hari ini kita mendapati betapa kaum muslimin telah menutup mata terhadap kaum muslimin lain yang tertawan oleh kaum kuffar. Mereka dibiarkan berada di balik jeruji besi yang gelap gulita, penuh penderitaan, dan kezaliman dari musuh-musuhnya. Mereka berteriak dan memanggil, tetapi tak satu pun kaum muslimin yang menjawab panggilan mereka itu. Di manakah kepedulian dan rasa persaudaraanmu wahai kaum muslimin? Di sana saudaramu tengah menderita dan dizalimi oleh musuh-musuhnya. Bantulah mereka.
Wahai Allah, bebaskanlah kesempitan orang yang memiliki kesempitan. Wahai Allah, bebaskanlah tawanan orang-orang muslim. Peliharalah din dan keyakinan mereka, janganlah Engkau biarkan mereka menjadi fitnah orang-orang kafir. Amin. Wallahu a'lam.

Bumi Ini Milik Kita

Bumi Ini Milik Kita



Maasyiral muslimin rahimakumullah!
Allah Azza wa Jalla telah berfirman yang artinya, "Dan sungguh telah Kami tulis di dalam Zabur sesudah Kami tulis dalam Lauhul Mahfudz, bahwasanya bumi ini diwarisi hamba-hamba-Ku yang saleh. Sesungguhnya (apa yang disebutkan) dalam (surah) ini, benar-benar menjadi peringatan bagi kaum yang menyembah Allah. Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam." (Al-anbiya: 105--107).
Dalam kitab tafsir disebutkan maksud dari kata hamba-hamba-Ku yang saleh adalah umat Islam. Sementara maksud dari kata peringatan bagi kaum yang menyembah Allah adalah para pengikut Rasulullah saw., seorang rasul yang diutus untuk seluruh alam, rahmatan lil 'alamin.
Dalam ayat di atas jelas bahwa yang berhak mewarisi bumi ini adalah umat Islam. Namun, upaya apa saja yang harus ditempuh agar umat Islam mewarisi bumi tersebut? Allah SWT telah menetapkan bahwa kepemilikan terhadap bumi tersebut sangatlah berkaitan dengan kebaikan, ibadah, dan ketaatan. Ini adalah sunah Allah.
Kalau kita melihat sejarah para salafus saleh, kita dapati mereka telah berhasil mewarisi bumi ini dengan kebaikan dan ketaatan yang mereka lakukan. Mereka beribadah kepada Allah dengan apa yang telah disyariatkan dan dicintai-Nya. Mereka lebih mementingkan rida Allah ketimbang kemurkaan setan dan tangan-tangannya. Mereka berhasil menundukkan hawa nafsu. Mereka mendengarkan firman Allah dengan telinga penuh perhatian dan hati yang tunduk, sementara badannya sibuk dengan zikir dan beribadah kepada-Nya. Mereka lebih takut kepada maksiat ketimbang kepada para musuh. Karena, maksiat menurut keyakinan mereka akan menghalangi dirinya dari taufik Allah. Mereka juga meyakini bahwa pertolongan itu ada di tangan Allah. Allah berfirman, "Dan tidaklah pertolongan itu melainkan dari sisi Allah." (Ali-Imran: 126). Pertolongan adalah hadiah yang diberikan Allah kepada hamba-hamba-Nya yang saleh.
Maasyiral muslimin rahimakumullah!
Marilah kita melihat pesan Umar al-Faruq yang disampaikan kepada Sa'ad bin Abi Waqqas, komandan pasukan muslim, "Saya memerintahkan kepadamu dan para tentaramu agar bertakwa kepada Allah dalam segala keadaan. Karena, takwa kepada Allah adalah sebaik-baik persiapan melawan musuh dan sekuat-kuat siasat dalam memeranginya. Saya memerintahkan kepadamu dan orang-orang bersamamu agar benar-benar lebih menjaga diri dari perbuatan maksiat daripada musuh kalian. Karena, dosa tentara itu lebih mereka takuti daripada para musuhnya. Sesungguhnya kemenangan kaum muslimin diperoleh dari perbuatan maksiat musuh kalian. Kalau tidak karena itu, niscaya kita tidak memiliki kekuatan. Karena, jumlah kita tidaklah sebanyak jumlah mereka dan persiapan kita tidaklah sebaik persiapan mereka. Maka, bila jumlah maksiat kita sama dengan jumlah maksiat yang diperbuat musuh, kekuatan mereka lebih dominan daripada kekuatan kita. Karena, kita tidak mengalahkan mereka dengan kelebihan dan kekuatan yang kita miliki. Maka, mintalah pertolongan kepada Allah terhadap diri kalian sebagaimana engkau meminta pertolongan atas musuh kalian."
Maasyiral muslimin rahimakumullah!
Hari ini tentara maksiat itu tengah menyerang umat Islam lebih keras daripada tentara musuh. Allah SWT berfirman: "Dan kalau sekiranya Allah menyiksa manusia disebabkan usahanya, niscaya Dia tidak akan meninggalkan di atas permukaan bumi suatu makhluk yang melata pun...." Maka, bila umat ini belum bisa meninggalkan maksiat sebagaimana telah dilakukan oleh umat-umat terdahulu, niscaya umat ini akan hancur.
Hari ini kemungkaran dan kemaksiatan telah menyebar di mana-mana. Zina, riba, wanita "telanjang", pembunuhan, khamr, judi, dan kemaksiatan lainnya adalah pemandangan yang bisa dengan mudah kita jumpai di tengah kehidupan kita. Tentunya hal ini mengingatkan kita akan sabda Rasulullah saw. yang diriwayatkan oleh Ibnu Umar. Beliau bersabda, "Bagaimana (kondisi) kalian bila terjerumus ke dalam lima perkara yang aku berlindung kepada Allah SWT agar kalian tidak terjerumus di dalamnya. (Pertama), bila sebuah kaum telah melakukan zina secara terang-terangan, Allah akan menimpakan mereka penyakit pes dan rasa lapar yang belum pernah terjadi pada umat sebelumnya. (Kedua), bila sebuah kaum telah melarang zakat, Allah akan menahan air hujan dari langit. Dan kalaulah tidak karena binatang, niscaya Allah tidak akan menurunkannya. (Ketiga), tidaklah sebuah kaum mengurangi timbangan, kecuali akan ditimpakan kepada mereka musibah bertahun-tahun, bekal makanan yang sulit, dan penguasa yang zalim. (Keempat), seseorang yang menggunakan hukum selain Allah, niscaya mereka akan dikuasai para musuhnya dan mereka akan mengambil apa yang ada dalam tangannya. (Kelima), tidaklah (sebuah kaum) melenyapkan Kitab Allah dan sunah nabi-Nya kecuali Allah akan menimpakan di antara mereka (sesuatu) yang paling buruk. "
Maasyiral muslimin rahimakumullah!
Barangkali kemaksiatan ini telah muncul di tengah-tengah umat kita hari ini. Marilah kita berlindung kepada Allah dari fitnah yang nampak maupun yang tersembunyi. Wallahu a'lam.

Sejenak Bersama Surat Al-Mulk

Sejenak Bersama Surat Al-Mulk



Maasyiral muslimin rakhimakumullah!
Allah Subhanahu wa Ta'ala telah menurunkan kepada kita Alquran sebagai cahaya, rahmat, obat dari penyakit hati dan badan, penerang jalan manusia, dan penjelas dari perselisihan yang ada ditengah mereka. Alquran memuat kisah orang terdahulu, dan berita bagi orang yang mengikutinya. Di dalamnya terdapat penjelasan mengenai hukum-hukum syariat: halal dan haram.
Alquran memiliki kekhususan yang dijelaskan oleh Rasulullah saw. Beliau mengajarkan kepada kita bahwa di dalam Alquran terdapat banyak surah yang dapat memenuhi kebutuhan, dan menghilangkan kesempitan. Memberitahukan kepada kita bahwa di dalam Alquran terdapat banyak surah yang satu melebihi yang lain meskipun semuanya adalah firman Allah Azza wa Jalla.
Maasyiral muslimin rakhimakumullah!
Salah satu surah yang memiliki kekhususan tersebut adalah sebuah surah yang berisi 30 ayat. Allah menurunkan surah tersebut di hati Muhammad sebelum beliau hijrah ke Madinah. Surah Mekah ini berisi tentang persoalan akidah, hujah orang kafir, perdebatan orang musyrik, keadaan penduduk surga dan kenikmatan yang ada di dalamnya, serta keadaan penduduk neraka dan azab yang ada di dalamnya.
Rasulullah saw. telah memberitahukan bahwa surah yang diberkahi ini merupakan pencegah, penjaga, penyelamat, dan pemberi syafa'at. Ia akan memberikan syafaat kepada pemilik(pembaca)nya, menyelamatkan dari azab kubur, dan membelanya didepan Rab-Nya Azza Wa Jalla pada hari kiamat kelak.
Surah agung itu adalah surah al-Mulk. Rasulullah saw. bersabda dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan pemilik sunan yang empat, dari Abu Hurairah: "Sesungguhnya surah yang berisi tiga puluh ayat ini akan memintakan syafaat bagi pemiliknya maka dia pun diberi ampunan."
Dari Ibnu Abbas berkata, seorang laki-laki mendirikan kemah diatas kuburan yang tidak disadarinya. Lalu ia mendengar suara manusia tengah membaca surah al-Mulk hingga selesai. Lalu ia mendatangi Rasulullah saw. dan menceritakan kejadiannya: "Wahai Rasulullah, aku mendirikan kemah diatas sebuah kuburan, tapi saya tidak menyadari kalau itu adalah kuburan. Lalu saya mendengar suara seseorang tengah membaca surah al-Mulk hingga selesai. Rasulullah saw. bersabda, "Itu adalah penghalang yang akan menyelamatkan pemiliknya dari azab kubur." (HR Tirmidzi).
Dari Jabir bin Abdillah berkata, "Rasululullah tidak tidur pada malam hari sehingga dia membaca (Alif Laam Miim, Tanzil) dan (Tabaaraka Biyadihil Mulku)." (HR Tirmidzi).
Adalah Ibnu Abbas r.a. memberi pengajaran kepada seseorang dengan bertanya, "Maukah engkau aku hadiahi sebuah hadis?" Laki-laki tersebut menjawab, "Ya," Ibnu Abbas berkata, "Bacalah (tabaarakalladzi biyadihil mulku) dan ajarkanlah kepada keluargamu, semua anak-anakmu, bayi-bayimu, dan tetanggamu. Karena, sesungguhnya aku mendengar Rasulullah saw. bersabda:"Aku suka kalau surah itu berada dalam hati setiap orang dari umatku."
Inilah surah yang diberkahi yang semestinya kita selalu membacanya. Kita lantunkan dengan lesan, kita perhatikan dengan hati dan kita ajarkan kepada anak-anak dan istri kita. Marilah kita baca surah tersebut pada setiap malam. Mudah-mudahan Allah Azza wa Jalla memberikan syafaatnya kepada kita lalu kita akan diselamatkan dari azab kubur dan kedahsyatan hari kiamat.
Inilah surah yang diberkahi, wahai kaum muslimin rakhimakumullah. Surah yang berjalan sebagai surah makki dalam memberikan penjelasan tentang qudrah Allah Azza wa Jalla, berbicara tentang kebesaran-Nya dan menetapkan kenabian Muhammad saw. Surah ini dimulai dengan pujian kepada Allah Azza wa Jalla.
Tabaarakalladzii biyadihil mulku wa huwa 'alaa kulli syai-in qadiir (Maha Suci Allah yang di tangan-Nyalah segala kerajaan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu).
Biyadihil mulku (Yang di tangan-Nyalah segala kerajaan).
Artinya, Allah memiliki kerajaan langit dan bumi serta apa yang ada di antara keduanya. Dialah pemilik penciptaan dan perintah. Dialah yang memberi makan dan bukan yang diberi makan. Yang memberi balasan bukan yang diberi balasan; Maha Pemberi rezeki Yang Mempunyai Kekuatan lagi sangat kokoh. Ditangan-Nyalah kerajaan setiap sesuatu. Pencipta segala sesuatu. Dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. Tidak ada sesuatu pun yang ada di langit dan di bumi yang dapat melemahkannya. Apabila Ia menghendaki sesuatu, ia berkata, "Kun" (jadilah), maka terjadilah.
Alladzii khalaqal mauta wal hayaata liyabluwakum ayyukum ahsanu 'amalaa wa huwal 'aziizul ghafuur (Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun).
Allah menghinakan hamba-Nya dengan kematian, meskipun ia menjadi penguasa manusia, jabatannya telah memuncak; hartanya melimpah ruah; kekuatannya kokoh; dan umurnya panjang. Maka, akhirnya ia akan tetap mati. Ujung-ujungnya kehancuran dan ketidakadaan. Ruhnya dipisahkan dengan badannya. Dan setelah itu ia akan memasuki kehidupan yang kekal. Di dalamnya tidak ada tidur dan kematian. Apabila seorang tergolong ahli jannah, ia akan berada dalam kenikmatan yang kekal dan tidak akan hilang. Begitu pula bila ia tergolong penduduk neraka (na'udzubillahi min dzalik), maka sesungguhnya mereka: "Tidak dibinasakan sehingga mereka mati dan tidak (pula) diringankan dari mereka azabnya." "Di dalamnya mereka tidak mati, tidak juga hidup." Mereka akan berada dalam azab yang abadi, kekal selama-lamanya, dan tidak berubah.
Allah menciptkan kematian dan kehidupan untuk menguji siapa di antara kita yang lebih baik amalnya. Tidak semua hamba Allah sama. Ada yang kafir, ada pula yang mukmin; ada yang baik, ada pula yang jahat. Allah SWT ingin menguji mereka siapa di antara mereka yang lebih baik amalnya. Yang paling ikhlas dan benar. Ikhlas adalah tidak meyekutukan Allah dengan sesuatu pun, sedangkan benar adalah sesuai dengan apa yang dituntunkan oleh Rasulullah saw. Allah SWT berfirman, "Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Rabnya, hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadah kepada Tuhannya."
Liyabluwakum ayyukum ahsanu 'amalaa wa huwal 'aziizul ghafuur (Supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan, Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun).
Dialah Yang Maha Besar Lagi Mulia, Yang Ditaati dan Ditakuti. Bersamaan dengan itu Dia Maha Pengampun kepada siapa saja yang bermaksiat dan bertobat, kepada orang yang melampaui batas kemudian bertobat. Dan, Dialah Yang Maha Perkasa Lagi Maha Pengampun.
Alladzii khalaqa sab'a samawaatin thibaaqaa maa taraa fi khalqir rahman min tafawut (Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis, kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang).
Hai orang musyrik; hai orang kafir; hai orang yang ragu-ragu; hai orang yang menentang Rasulullah saw.; hai orang yang kafir kepada agama-Nya! Lihatlah di atasmu; lihatlah ke langit-langit itu; lihatlah dengan saksama dan penuh perhatian! Bukan seperti penglihatan para binatang. Lihatlah ke langit-langit itu, apakah engkau mendapati sesuatu yang tidak seimbang? Apakah engkau mendapatinya berlubang, retak, dan lemah?
Kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Rab Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang, berselisih, ataupun kacau. Tidak, tetapi ia adalah langit yang sempurna, tebal dan kuat. Lihatlah kepadanya dan bandingkanlah keadaanmu dengan keadaannya.
"Apakah kamu yang lebih sulit penciptaannya ataukah langit? Allah telah membangunnya, Apakah kamu yang lebih sulit penciptaannya ataukah langit? Allah telah membangunnya, dan Dia menjadikan malamnya gelap gulita dan menjadikan siangnya terang benderang. Dan Dia menjadikan malamnya gelap gulita dan menjadikan siangnya terang benderang. Ia memancarkan darinya mata air dan (menumbuhkan) tumbuh-tumbuhannya."
"Maka, apakah mereka tidak melihat akan langit yang ada di atas mereka, bagaimana Kami meninggikannya dan menghiasinya dan langit itu tidak mempunyai retak-retak sedikit pun. Dan Kami hamparkan bumi itu dan Kami letakkan padanya gunung-gunung yang kokoh dan Kami tumbuhkan padanya segala macam tanaman yang indah dipandang mata, untuk menjadi pelajaran dan peringatan bagi tiap-tiap hamba yang kembali (mengingat Allah)."
"Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan sesungguhnya Kami benar-benar meluaskannya. Dan, bumi itu Kami hamparkan, maka sebaik-baik yang menghamparkan (adalah Kami)."
"Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan di atas kamu tujuh buah jalan (tujuh buah langit). dan Kami tidaklah lengah terhadap ciptaan (Kami)."
"Sesungguhnya Kami telah menghias langit yang terdekat dengan hiasan, yaitu bintang-bintang, dan telah memeliharanya (sebenar-benarnya) dari setiap setan yang sangat durhaka, setan-setan itu tidak dapat mendengar-dengarkan (pembicaraan) para malaikat dan mereka dilempari dari segala penjuru. Untuk mengusir mereka dan bagi mereka siksaan yang kekal,"
Marilah kita perhatikan langit yang berlapis-lapis ini, marilah kita perhatikan kebesaran ciptaan-Nya.
"Allah-lah yang meninggikan langit tanpa tiang (sebagaimana) yang kamu lihat?"
Ia tidak memiliki tiang, bagaimana Allah meninggikannya? Bagaimana Allah menjadikannya kuat, tebal, dan sama. Yang di dalamnya tidak ada lubang dan retak. Inilah kekuasaan Allah Azza wa Jalla.
"Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis, kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka, lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang? Kemudian, pandanglah sekali lagi, niscaya penglihatanmu akan kembali kepadamu dengan tidak menemukan sesuatu cacat, dan penglihatanmu itu pun dalam keadaan payah."
"Sesungguhnya Kami telah menghiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang dan Kami jadikan bintang-bintang itu alat-alat pelempar setan," Qatadah r.a. berkata, "Allah menciptakan langit-langit dan di dalamnya terdapat bintang-bintang untuk tiga tabiat. Pertama, hiasan langit dunia. Kedua, alat-alat pelempar setan. Ketiga, tanda-tanda yang memberikan petunjuk, "Dan dengan bintang mereka mendapatkan petunjuk." Barangsiapa yang berbicara di luar itu, ia telah membebani dirinya dengan sesuatu yang tidak diketahuinya."
Barangsiapa yang berkeyakinan bahwa bintang-bintang memiliki pengaruh terhadap kejadian di dunia, bahwa hujan turun atau kekeringan terjadi, rezeki dibentangkan atau disempitkan karena pengaruh bintang tersebut, ia telah membebani dengan sesuatu yang tidak semestinya dan berkata atas nama Allah apa yang tidak diketahuinya.
"Dan Kami sediakan bagi mereka siksa neraka yang menyala-nyala."
Yaitu para setan yang mencuri pendengaran dan menyesatkan para hamba. Mendorong mereka agar berbuat maksiat. Menganjurkakannya berbuat kejelekan, dan menghiasi kebatilan sehingga tampak indah. Menyuruh mereka berbuat munkar dan mencegahnya dari berbuat makruf serta menahannya untuk taat kepada Allah. Allah Azza wa Jalla telah menyiapkan untuk mereka ini neraka jahanam dan itulah sejelek-jelek tempat kembali. Siksa neraka yang menyala-nyala, yang diperuntukkan untuk setan jin dan manusia. Allah menyiapkan untuk mereka jahanam dan itulah sejelek-jelek tempat kembali.
"Dan orang-orang yang kafir kepada Tuhannya, memperoleh azab Jahannam. Dan itulah seburuk-buruk tempat kembali. Apabila mereka dilemparkan ke dalamnya, mereka mendengar suara neraka yang mengerikan, sedang neraka itu menggelegak."
"Hampir-hampir (neraka) itu terpecah-pecah lantaran marah."
Hampir bagian-bagian langit itu terputus dan terbagi karena besarnya kemarahan terhadap orang-orang yang kafir kepada Allah, menentang Rasulullah dan membunuh para wali-Nya. Neraka jahanam hampir-hampir pecah karena marah terhadap orang-orang kafir.
Rasulullah saw. bersabda, "Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla membakar api neraka 1000 tahun sehingga memutih. Kemudian Allah membakarnya lagi 1000 tahun sehingga memerah. Kemudian Allah membakarnya 1000 tahun sehingga menghitam. Ia adalah hitam yang gelap"
Kullamaa Ulqiya Fiiha Faujun
"Setiap kali dilemparkan ke dalamnya sekumpulan (orang-orang kafir)"
"Penjaga-penjaga (neraka itu) bertanya kepada mereka, "Apakah belum pernah datang kepada kamu (di dunia) seorang pemberi peringatan?"
Pertanyaan yang bernada menjelekkan dan mencela. Apakah belum pernah datang kepadamu (di dunia) seorang pemberi peringatan? Apakah belum pernah datang kepadamu seorang rasul? Apakah belum pernah datang kepadamu seorang yang mengingatkan dirimu? Orang yang menjelaskan syariat, agama, halal, dan haram kepadamu? Apakah belum pernah datang seorang pemberi peringatan kepadamu?
"Mereka menjawab: 'Benar ada, sesungguhnya telah datang kepada kami seorang pemberi peringatan, maka kami mendustakannya dan kami katakan: 'Allah tidak menurunkan sesuatu pun, kamu tidak lain hanyalah di dalam kesesatan yang besar'."
Mereka menghadapi para utusan Allah dengan akhlak yang buruk dan tidak mempunyai rasa malu. "Kamu wahai para rasul, tidak lain hanyalah di dalam kesesatan yang besar. Kamu adalah oang yang tersesat dan menyimpang. Biarkanlah kami dan berhala yang kami sembah. Biarkanlah kami mengharamkan yang halal dan menghalalkan yang haram. Kemudian setelah itu mereka mengakui bahwa dirinya bukanlah orang-orang yang berakal. Mereka tidaklah memiliki kemampuan untuk memisahkan antara yang jelek dengan yang baik.
"Dan mereka berkata: 'Sekiranya kami mendengarkan atau memikirkan (peringatan itu) niscaya tidaklah kami termasuk penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala. Mereka mengakui dosa mereka. Maka kebinasaanlah bagi penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala."
"Orang-orang kafir dibawa ke neraka jahannam berombong-rombongan. Sehingga, apabila mereka sampai ke neraka itu, dibukakanlah pintu-pintunya dan berkatalah kepada mereka penjaga-penjaganya: 'Apakah belum pernah datang kepadamu rasul-rasul di antaramu yang membacakan kepadamu ayat-ayat Tuhanmu dan memperingatkan kepadamu akan pertemuan dengan hari ini?" Mereka menjawab: 'Benar (telah datang).' Tetapi, telah pasti berlaku ketetapan azab terhadap orang-orang yang kafir. Dikatakan (kepada mereka): 'Masukilah ke pintu-pintu neraka Jahannam itu, sedang kamu kekal di dalamnya.' Maka, neraka Jahannam itulah seburuk-buruk tempat bagi orang-orang yang menyombongkan diri."
Mereka mempersaksikan diri mereka sendiri bahwa mereka adalah tuli, buta, dan bisu. Mereka adalah orang-orang gila. Mereka tidak mendengarkan al-Haq. Tidak pula membicarakan al-Haq. Mereka tidak melihat petunjuk-petunjuknya.
"Mereka mengakui dosa mereka. Maka, kebinasaanlah bagi penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala."
Adapun orang mukmin yang baik, yang saleh, mereka mengagungkan Allah dengan seagung-agungnya. Mereka mengetahui din dan syariat-Nya. Mereka menghalalkan yang halal dan mengharamkan yang haram. Mereka tidak hanya takut kepada Allah ketika berada di tengah banyak orang, tetapi juga ketika sendirian, ketika dalam keadaan dhahir maupun bathin.
"Sesungguhnya orang-orang yang takut kepada Rabnya yang tidak nampak oleh mereka, mereka akan memperoleh ampunan dan pahala yang besar."
Orang yang takut kepada Rabnya, meskipun berada di tengah manusia, meskipun ketika sendirian, pintu terkunci dan tabir dibentangkan. Maka, bagi mereka pahala yang besar.
Rasulullah saw. bersabda, "Ada tujuh golongan yang berada dalam naungan Allah pada hari tidak ada nauangan, kecuali naungan-Nya."
Apakah yang menjadi pembagi yang ikut dalam tujuh golongan tersebut. Golongan yang berbahagia, golongan yang mendapatkan keutamaan itu? Tidak lain adalah Mereka yang takut kepada Rab-nya, sebagaiman tidak ada yang melihat kecuali hanya Dia; tidak ada yang mendengar kecuali hanya Dia; dan tidak ada yang mengamati kecuali hanya dia. Yaitu, "seorang laki-laki yang berzikir kepada Allah dalam kesendirian, kemudian bercucuran air matanya. Dan, seorang laki-laki yang dipanggil wanita yang cantik dan berkedudukan." Di sana tidak ada polisi yang mengawasinya. Tidak ada mata yang melihatnya. "Maka ia menjawab, "Sesungguhnya saya takut kepada Allah dan seorang laki-laki yang menyedekahkan hartanya kemudian ia menyembunyikannya." Laki-laki yang berurusan dengan Allah. Laki-laki yang tidak ingin riya' (dilihat orang) ataupun sum'ah (didengar orang). "Maka kemudian ia menyembunyikan sedekahnya itu, sehinggga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diinfakkan oleh tangan kanannya." Ketujuh golongan ini adalah orang yang takut kepada Allah, yang tidak nampak oleh mereka. "Bagi mereka pahala yang besar."
Kemudian Rab kita Jalla Jalaaluhu mengancam manusia, semua manusia. "Dan rahasiakanlah perkataanmu atau lahirkanlah, sesungguhnya Dia Maha Mengetahui segala isi hati. Apakah Allah yang menciptakan itu tidak mengetahui (yang kamu lahirkan dan rahasiakan), dan Dia Maha Halus lagi Maha Mengetahui?"
Wahai Hamba Allah, janganlah engkau mengira, engkau hanya berurusan dengan manusia yang hanya bisa melihat yang dhahir. Janganlah engkau mengira engkau hanya berurusan dengan makhluk yang kemampuan dan wawasannya terbatas. Tidak, demi Allah, tetapi engkau berurusan dengan Rab Yang Maha Mengetahui Lagi Maha Bijaksana, Maha Halus Lagi Maha Mengetahui.
"Dia mengetahui rahasia dan yang lebih tersembunyi."
"Dia mengetahui (pandangan) mata yang khianat dan apa yang disembunyikan oleh hati."
"Tidak ada tersembunyi dari-Nya seberat zarrah pun yang ada di langit dan yang ada di bumi, dan tidak ada (pula) yang lebih kecil dari itu dan yang lebih besar."
Ketahuilah dengan yakin bahwa yang tersembunyi di sisi Allah nampak jelas. Sesuatu yang engkau rahasiakan dan sembunyikan, maka di sisi Allah nampak jelas dan terang.
"(Yaitu) orang yang takut kepada Tuhan Yang Maha Pemurah sedang Dia tidak kelihatan (olehnya) dan dia datang dengan hati yang bertobat, masukilah surga itu dengan aman, itulah hari kekekalan."
Kaum muslimin yang berbahagia!
Surah yang agung ini bacalah dan hafalkanlah. Bersemangatlah untuk membacanya pada setiap malam. Ajarkanlah surah itu kepada istri dan anak kalian serta siapa saja yang menjadi tanggungan kalian. Niscaya kalian akan bahagia, selamat, dan sukses. Kita memohon kepada Allah Yang Maha Agung agar menjadikan Alquran ini bersemi di hati kita, menjadi cahaya dada kita, pelenyap duka kita dan penghilang kesedihan kita. Ya Allah, ajarkanlah kepada kami apa yang tidak kami ketahui dari Alquran. Ingatkanlah apa yang kami lupa dan anugerahilah kepada kami untuk membacanya pada penghujung malam dan siang, dalam rangka untuk mencari rida-Mu, amin.