MENGEMBALIKAN EKSISTENSI UMMAT


MENGEMBALIKAN EKSISTENSI UMMAT

“Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang
murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu
kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintaiNya, yang
bersikap lemah lembut terhadap orang yang mu'min, yang bersikap
keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad dijalan Allah,
dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela.
Itulah karunia Allah, diberikan-Nya  kepada siapa yang
dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya), lagi Maha
Mengetahui.” (QS. 5/54)


Saat ini, ummat Islam didera berbagai macam permasalahan yang melanda tubuh ummat ini. Permasalahan ini bisa dilihat melalui 2 faktor.

Permasalahan Internal
Secara internal, permasalahan yang melanda ummat islam diantaranya adalah fenomena semakin menjauhnya umat dari Al Quran dan Sunnah. Kita lihat bagaimana orang-orang dengan tenang melakukan perbuatan maksiat. Bahkan tidak sedikit yang melakukan dengan terang-terangan. Kasus-kasus yang terjadi dan menimpa generasi muda, pertengkaran pelajar, pelanggaran kesusilaan, penggunaan obat-obatan yang sebagian besar pelakunya adalah dari kalangan umat Islam, merupakan sedikit contoh realitas yang menunjukkan jauhnya umat Islam dari Al Quran dan Sunnah.

Akibat dari jauhnya manusia dari Al Quran akan menjadikan mereka menjadi orang-orang yang sesat, diberikan kehidupan yang sempit. Orang yang jauh dari Al Quran dan sunah juga akan mengakibatkan dirinya dilalaikan oleh harta dan kemegahan. Budaya materialisme yang terjadi, sehingga setiap orang memandang demikian mulia pada kedudukan dan harta, adalah akibat dari menjauhnya umat dari Al Quran.

“Bermegah-megahan telah melalaikan kamu [1599], sampai kamu masuk ke dalam kubur” (QS. At Takaasur : 1-2)

[1599] Maksudnya: bermegah-megahan dalam soal banyak harta, anak,
pengikut, kemuliaan, dan seumpamanya telah melalaikan kamu dari
ketaatan.

Faktor internal kedua yang membebani umat Islam adalah kecenderungan umat Islam mengalamai Inferiority Complex atau perasaan rendah diri. Rendah diri dalam bidang pendidikan, karena merasa bahwa segala sesuatu yang berbau barat dan eropa adalah hal-hal yang menakjubkan. Termasuk juga dalam penampilan. Orang islam justru ada yang semakin bangga ketika dia menirukan pakaian orang kafir, apalagi dianggap mirip dengan artis terkenal eropa karena pakaiannya, dan lain sebagainya.

Padahal semestinya kita bangga karena kita memiliki kekayaan intelektual dan kekayaan budaya yang tidak pernah tertandingi. Dan sesungguhnya kita juga tidka perlu merasa rendah diri jika kita adalah orang-orang beriman.
“ Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman” (QS 3/139)

Faktor internal lain yang melanda umat Islam adalah budaya paternalistik yang mengakibatkan takliq buta dalam bebagai hal. Apa yang dikatan seseorang, langsung diterima tanpa dicari referensi maupun mempelajari sumber-sumbernya. Seorang mukmin bahkan diwajibkan menuntut ilmu sepanjang hidupnya adalah untuk menghindarkan dirinya dari perbuatan taklid semata. Allah telah mengingatkan dalam Al Quran :
“Dan apabila dikatakan kepada mereka: "Ikutilah apa yang telah
diturunkan Allah," mereka menjawab: "(Tidak), tetapi kami hanya
mengikuti apa yang telah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang
kami". "(Apakah mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang
mereka itu tidak mengetahui suatu apapun, dan tidak mendapat
petunjuk?".(QS. 2/170)

Dan akibat dari itu semua, maka timbullah dalam umat ini perpecahan. Perbedaan pendapat dalam hal-hal kecil tidak jarang menjadikan umat ini terpecah belah. Berpecah belah adalah sesuatu yang dibenci oleh Allah. Padahal perpecahan hanya akan membuat kita hilang kekuatan dan akibat dari itu semua menajdikan umat ini merasa gentar dengan kekautan musuh.
“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan
janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan ni'mat Allah
kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan,
maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena
ni'mat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah
berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu
dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya
kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk” (QS. 3/103)

Faktor Eksternal
Selain faktor internal yang melanda umat islam, secara sistematis, umat ini juga digerogoti oleh musuh-musuh Islam. Peperangan yang dilakukan baik secara terang-terangan dengan menyerang orang-orang muslin secara fisik seperti yang terjadi di negera-negara Islam di beberapa belahan dunia. Isu terorisme yang dilontarkan untuk memojokkan umat Islam adalah bagian dari proses pelemahan sistemik terhadap umat Islam.

Yang disayangkan adalah ada dari dalam umat Islam sendiri yang menjadi bagian dari propaganda ini, tanpa merasa telah turut dalam pelemahan umat Islam.

Propaganda lain yang dilakukan selain perang fisik adalah melalui perang pemikiran. Ghazwul fikri benar-benar telah merasuk dan merusak umat ini bahkan langsung ke celah-celah nadi umat Islam. Penyebaran budaya-budaya barat yang permisif, materalis dan cenderung hedonis telah menajdikan umat terutama generasi mudanya telah kehilangan jatidirinya. Kaum muda sekarang lebih senang mempersiapkan pesta tahun baru masehi daripada melakuakn perenungan makna tahun baru Hijriyah. Mereka lebih senang merayakan valentine day, dari pada berkasih sayang dengan keluarga dan sanak saudaranya. Bahkan peperangan pemikiran telah masuk ke dalam rumah tangga kita, kamar kita melalui televisi, radio, kaset, vcd dan lain-lainnya.

Lalu bagaimana cara kita mengatasi segala permasalahan ini?
Persoalan-persolan temporer tersebut yang ditambah dengan kekuatan jahiliyah yang tersusun rapi, hanya bisa dihadapi oleh umat yang juga memiliki kekuatan dan tersusun rapi. Bukan hanya jumlah yang banyak namun seperti buih di lautan, melainkan segolongan umat yang memiliki kekokohan iman dan kepribadian yang kuat. Umat yang memiliki ilmu pengetahuan dan wawasan yang luas.

Untuk itu salah satu jalan adalah melakukan pembinaan generasi muda melalui proses tarbiyah yang kontinyu dan terprogram. Mengobarkan semangat jihad di dalam dada umat Islam untuk sama-sama ambil bagian dalam tindakan penyelamatan umat ini.

Ingatlah janji Allah, seandainya kita tidak ikut ambil bagian, maka Allah akan menggantikan kita dengan generasi yang lebih baik lagi.

“Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang
murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu
kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintaiNya, yang
bersikap lemah lembut terhadap orang yang mu'min, yang bersikap
keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad dijalan Allah,
dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela.
Itulah karunia Allah, diberikan-Nya  kepada siapa yang
dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya), lagi Maha
Mengetahui.”













Khutbah Kedua

Jamaah Jumat yang dirahmati Allah,
Paling tidak diperlukan 3 langkah strategis untuk menjawab tantangan dan problematika yang dihadapi umat Islam tersebut.
  1. Ishlahul Qulub (pembersihan hati), yakni dengan cara senantiasa membersihkan hati kita, mengelaurkan kekotoran dan noda-noda kedengkian, syirik, iri dan segala penyakit hati lainnya, mengisi hati dengan aqidah yang bersih.
  2. Tajdidul Mas’uliyah, melakukan pembaharuan tanggungjawab. Peran dan tanggungjawab perbaikan bukan merupakan tugas orang per orang saja, para ulama atau para da’I saja, atau para pemimpin saja. Namun tanggungjawan perbaikan umat ini ada pada kita semua. Pun demikian generasi muda memiliki peran yang siginifikan dalam menjadi pelopor untuk perbaikan umat selaku agen perubahan (anasirut taghyir).
  3. Penerapan Akhlaq karimah dalam kehidupan ketika sehari-hari, saling menghormati dan menghargai, saling menasehati dan bekerja sama dalam segala hal-hal kebaikan.

Kiranya 3 hal ini yang akan kita lakukan mulai detik ini juga, dan hanya kepada Allah kita selalu berserah diri dan berdoa.


PEMUDA PILIHAN -


- PEMUDA PILIHAN -    

Kami ceritakan kisah mereka kepadamu (Muhammad) dengan sebenarnya. Sesungguhnya mereka itu adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka dan Kami tambahkan kepada mereka petunjuk; (13) - dan Kami telah meneguhkan hati mereka di waktu mereka berdiri lalu mereka berkata: "Tuhan kami adalah Tuhan langit dan bumi; kami sekali-kali tidak menyeru Tuhan selain Dia, sesungguhnya kami kalau demikian telah mengucapkan perkataan yang amat jauh dari kebenaran". (14)
(QS Al Kahfi 13-14)

Pemuda dan masa muda merupakan tahapan hidup dan kehidupan manusia yang penuh vitalitas. Aktif, reaktif, kreatif, sekaligus idealis. Ketika penindasan sedang terjadi dalam suatu masyarakat dan bangsa, para pemuda tampil melakukan perlawanan. Ketika kebekuan sedang melanda kehidupan masyarakat, para pemuda muncul melakukan pendobrakan. Ketika terjadi pengerusakan terhadap nilai-nilai kehidupan, para pemuda tampil memberantas nya. Dan ketika kebencian kepada para Nabi, Utusan Allah melanda suatu kaum, para pemuda tampil menjadi pembela yang gigih, sekaligus menjadi pengikut-pengikut setia para Nabi.
 Itulah beberapa karakter kehidupan pemuda yang terukir indah kalam khasanah sejarah umat manusia. Pemuda-pemuda pilihan yang namanya telah diabadikan alam pentas kehidupan manusia sejak dahulu kala
1. Pembela Kebenaran
Dalam catatan secara di dunia, terungkap dengan jelas tatkala Nabi Musa mengajak kaumnya untuk menyembah Allah swt, maka hanya para pemuda sajalah yang mau mengikutinya. Sedang lapisan masyarakat lainnya menolak tegas. Mereka takut pada ancaman dan siksaan penguasa. Allah swt, telah memberitahukan sikap positif para pemuda itu dalam Al-Quran surat Yunus 83, sbb:

Maka tidak ada yang beriman kepada Musa, melainkan pemuda-pemuda dari kaumnya (Musa) dalam keadaan takut bahwa Fir`aun dan pemuka-pemuka kaumnya akan menyiksa mereka. Sesungguhnya Fir`aun itu berbuat sewenang-wenang di muka bumi. Dan sesungguhnya dia termasuk orang-orang yang melampaui batas. (QS. Yunus 83)
Hal serupa terjadi pada tahun-tahun permulaan Rasulullah menyampaikan Risalah Islamiyah kepada ummat manusia, para pemuda lah yang lebih dulu menyambutnya dengan sepenuh hati. Mereka adalah Umar bin Khattab, Sa’ad bin Abi Waqash, Mu’adz bin Jabal, Abdullah bin Mash’ud, Thalhah bin Ubaidillah, Zubail bin Awwam, Ali bin Abi Thalib, dan lain-lain yang umurnya kala itu rata-rata belum 20 tahun.
Sedangkan Abu Bakar Ash-Shiddiq yang namanya menjadi buah bibir orang di masa itu, dan yang telah mengantarkan para pemuda itu memeluk Islam, usianya belum sampai 40 tahun.
2. Penghancur Kebatilan
Sebaliknya, para pemuda juga menjadi orang-orang pertama penghancur kebatilan. Ketika Raja Namrud memerintah secara kejam dan masyarakat menyembah patung-patung, maka pemuda Ibrahim tampil secara heroik menentang kekuasaan raja dan menghancurkan patung-patung sesembahan  mereka.. Mereka berkata: “Kami dengar ada seorang pemuda yang mencela berhala-berhala, namanya Ibrahim”.  (QS. Al-Anbiya 40)
Kemudian dalam kurun waktu yang berbeda, ketika kebatilan teramat kuat merasuki kehidupan masyarakat, suku dan bangsa lantaran dukungan penuh dari kalangan militer, birokrat, dan penguasa, para pemuda pilihan maju pantang mundur. Bahkan mereka menolak tawaran perdamaian dari para penguasa. Mereka menolak kompromi antara kebatilan dan kebenaran. Bagi mereka, antara keduanya tidak bisa disatukan. Bentuk dan sifat keduanya (kebatilan dan kebenaran) berbeda secara diametral. Jika tetap dipaksa mereka lebih suka memilih berlepas diri, dari pada hidup bersama kebatilan. Itulah sikap para pemuda Ashabul Kahfi, yang perjalanan hidupnya diabadikan secara indah dalam Al-Quran.
Mereka mengembara untuk menghindarkan diri dari kebatilan, sampai suatu gua mereka masuk dan beristirahat dengan tenang. Padahal di luar, penguasa terus memburuknya. Di dalam gua itu, mereka tidur pulas berhari-hari lamanya, bahkan bertahun-tahun dan berabad-abad, tanpa haus, lapar, maupun lelah. Mereka tidur panjang, melampaui zamannya, selama309 tahun (lihat QS Al-Kahfi 25). Sungguh ajaib!
Meski demikian, sewaktu Allah membangunkan mereka, mereka merasa seperti baru tidur sebentar saja, sebab semua yang ada di sekitarnya termasuk pakaian yang melekat di badannya masih utuh, tak kurang sedikit pun juga. Bahkan anjing yang setia menyertainya, tertidur juga. Dan ketika bangun anjing itu tetap menyalak, sehat tak kurang suatu apapun.
Itulah pertolongan Allah yang diberikan kepada para pemuda yang gigih melawan kebatilan. Mereka diberi petunjuk dan kekuatan oleh Allah sehingga memperoleh kejayaan (lihat QS Al-Kahfi 13-14)
3. Menjaga Kehormatan Dirinya
Pemuda yang namanya terukir indah, dan akan tetap dikenang sepanjang masa, adalah seorang pemuda yang berhasil memanfaatkan masa mudanya dengan sebaik-baiknya. Ia bukan hanya menjadi pembela bagi orang yang tertindas, dan tampil ke gelanggang menghancurkan segala bentuk kebatilan dan kemungkaran, namun juga memiliki kepribadian yang utuh dan kuat, tidak bersifat munafiq, dan tidak tergoda oleh segala bujuk rayu syaitan.
Itulah watak pemuda pilihan seperti Nabi Yusuf as, yang namanya menjadi perlambang ketampanan, kegagahan dan kebagusan di seantero jagad. Meskipun ia menjadi incaran bagi para gadis dan wanita cantik, dan berulang kali dibujuk dan dipaksa untuk berbuat maksiat serta memiliki banyak kesempatan, namun ia tetap menolak melakukan zina. Ia lebih rela dijebloskan ke penjara, karena tidak mau melayani nafsu seorang istri pejabat tinggi yang cantik, muda, kaya, dan terhormat, daripada harus melanggar aturan Allah. Dengan jujur Yusuf as berkata:

Yusuf berkata: "Wahai Tuhanku, penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka kepadaku. Dan jika tidak Engkau hindarkan daripadaku tipu daya mereka, tentu aku akan cenderung untuk (memenuhi keinginan mereka) dan tentulah aku termasuk orang-orang yang bodoh." (QS. Yusuf 33)
4. Berilmu dan Berwawasan Luas
Pemuda pilihan juga pemuda yang memiliki ilmu dan wawasan yang luas, seperti yang diperlihatkan oleh Ali bin Abi Thalib.
Sejak masih kanak-kanak ia memang tekun menuntut ilmu dan membaca berbagai fenomena masyarakat. Ketika tumbuh menjadi pemuda, ilmu dan wawasan nya bertambah banyak, melebihi orang-orang yang seusianya. Beberapa Sahabat Senior tidak jarang menanyakan sesuatu masalah kepadanya, dan dijawab dengan tuntas. Ia menjadi gudang ilmu, sepeninggal Rasulullah saw. Dan dengan bijaksana ia berkata, “Tiap wadah (tempat) menjadi sempit dengan barang yang dimasukkan ke dalamnya, kecuali tempat ilmu, maka ia akan bertambah luas.” (dikutip dalam kitab Abqariyyatul al Imam Ali yang ditulis oleh Abbas Mahmoud al Aqqad).
Pernyataan itu benar. Ketika berbagai persoalan yang juga mengantar terjadinya berbagai kemelut di masyarakat dan pemerintahan, ia mampu menghadapinya dengan memberikan berbagai pandangan yang luas.
Pemuda pilihan memang harus memiliki ilmu dan wawasan yang luas. Terlebih pada zaman sekarang ini dimana ilmu manusia sudah sangat maju.
5. Berakhlaq Mulia
Pemuda pilihan selain memiliki sikap-sikap positif di atas, juga harus berakhlaq mulia seperti yang terlihat pada diri Muhammad saw, jauh sebelum beliau diangkat menjadi Nabi Utusan Allah. Begitu rupa keindahan akhlaq nya, sampai orang-orang menyebutnya “Al-Amin”, artinya orang yang dapat dipercaya (jujur).
Syaih Shafiyyur Rahman Al Muarakfury, seorang penulis sejarah Nabi, dalam kitabnya yang berjudul “Ar-Rahiqul Makhtum, Bahtsun fis-Sirah an-Babawiyah ‘ala Shahibu Afdalish-Shalati Wassalam”, menulis sbb:
Nabi saw menonjol di tengah kaumnya karena perkataannya yang lemah lembut, akhlaqnya yang utama, sifat-sifatnya yang mulia. Beliau adalah orang yang paling utama kepribadiannya, paling bagus akhlaqnya, paling terhormat dalam pergaulannya dengan para tetangga, paling lemah lembut, paling jujur perkataannya, paling terjaga jiwanya, paling terpuji kebaikannya, paling baik amalnya, paling banyak memenuhi janji, paling bisa dipercaya sehingga orang-orang menjulukinya “Al-Amin”, karena beliau menghimpun semua keadaan yang baik dan sifat-sifat yang diridhai Allah dan manusia.
Wal hasil, beliau adalah ushwah hasanah, contoh teladan yang baik sejak dari kanak-kanak sampai akhir hayatnya.
Keluhuran akhlaq sangat diperlukan bagi pemuda, sebab mereka akan menjadi tumpuan hidup bagi keluarganya, masyarakatnya, bangsa, dan negaranya, serta umat manusia pada umumnya. Di bagian lain, keluhuran akhlaq diperlukan bagi pemuda lantaran jasad mereka sedang mengalami proses pertumbuhan . Jika dalam proses pertumbuhan itu mereka diisi dengan akhlaq yang baik, maka akan menghantarkan jiwa mereka menjadi baik. Hidupnya menjadi bermakna, hati, pikiran, dan perasaannya bersih, penuh kasih sayang, tidak sombong, selalu berbuat baik kepada orang tua, konsisten kepada kebenaran dan selalu bertaqwa kepada Allah.
Itulah pemuda yang diisyaratkan oleh Allah, dalam Kitab-Nya Al-Quranul Karim, akan mendapat kesejahteraan pada Hari Kebangkitan nanti.

Kesejahteraan atas dirinya pada hari ia dilahirkan, dan pada hari ia meninggal dan pada hari ia dibangkitkan hidup kembali. (QS. Maryam 15)
Wallahu ‘alam bishowab.

Khutbah Kedua :
Di masa Rasulullah, terdapat puluhan ribu pemuda-pemudi lain yang terlibat aktif dalam dakwah menegakkan panji-panji Islam Al-Rayah di masa hidup Rasullullah. Umumnya, mereka adalah pemuda-pemudi, bahkan remaja yang baru meningkat dewasa. Dan tidak sedikit diantara mereka telah berperanan penting di usia mudanya. Usamah bin Zaid, ketika berusia 18 tahun, diangkat Nabi sebagai komandar pasukan Islam ketika menyerbu Syam. Padahal diantara pasukan Islam masih terdapat sahabat-sahabat seperti Abu Bakar, Umar al- Khatab yang lebih tua darinya. begitu juga Abdullah bin Umar. Jiwa perjuangan Islam telah menguasainya sejak umur 13 tahun. suatu ketika Rasulullah ketika menyiapkan pasukan untuk perang Badar, datang kepada Rasulullah dua remaja Islam, Abdullah ibnu Umar dan Al-Baraq meminta agar diterima sebagai anggota pasukan Islam tetapi Rasulullah menolak kerana mereka masih kanak-kanak. Tahun berikutnya, menjelang perang Uhud, mereka datang sekali lagi kepada Rasulullah untuk tujuan yang sama. Hanya Al-Baraq yang diterima. pada perang Ahzab barulah Ibnu Umar diterima sebagai anggota pasukan Islam (Shahih Bukhari).
Banyak juga dikalangan pemudi yang menjadi teras dalam perjuangan di peringkat awal dakwah Rasulullah SAW seperti Siti Khadijah binti Khuwailid, Siti Aisyah binti Abu Bakar - isteri Nabi Muhammad SAW, Fatimah - adik kepada Umar al - Khattab, Sumaiyah binti Khayyat, dan ramai lagi.
 Pemuda-pemudi gagah berani, yang hidupnya semata-mata hanya bagi kejayaan dan kemuliaan Islam dan pemuda-pemudi seperti itulah yang sanggup memikul beban da'wah dan bersedia berkorban menghadapi berbagai ujian dan siksaan dengan penuh kesabaran. Mereka mendapat kebaikan, keampunan dari Allah dan syurga yang tak terkira nikmatnya. Mereka itulah yang disebut sebagai orang-orang muflih (beruntung).
Dulu, (Imam) Syafii telah hafal Al Quran pada usia sekitar 9 tahun dan mulai diminta ijtihadnya pada usia kira-kira 13 tahun., sebelum akhirnya ia menjadi mujtahid, imam madzhab yang terkemuka. Hassan Al Banna mendirikan gerakan Ikhwanul Muslimin pada usia 23 tahun. Usamah bin Zaid pada usia 18 tahun telah memimpin pasukan perang Ali bin Abi Thalib dan Zubair bin Awwam pada usia 8 tahun telah terlibat dalam perjuangan. Kini, apakah yang sedang dilakukan dan dipikirkan oleh remaja berusia 8 hingga 18 tahun dan pemuda-pemudi berusia 23 tahunan ?Remaja dan pemuda-pemudi sekarang lebih banyak aktif untuk memuaskan nafsu remaja semata-mata. Lihatlah cara berpakaian mereka, cara bergaul, kreativiti dan sejenisnya. Gambaran remaja dan pemuda-pemudi yang tampil di berbagai media, tak ada bezanya antara mereka (yang mengaku Muslim) dengan artis-artis yang jelas menyebarkan kekufuran dan kesesatannya, realiti inilah yang terpampang di depan mata dan telinga kita.
Jelas, dan sangatlah jelas, perlunya kebangkitan umat, khususnya dari kaum mudanya, bila kita semua menginginkan kejayaan Islam kembali. Diperlukan pemuda-pemudi Islam sekualitas para sahabat yang memiliki komitmen tauhid yang lurus, keberanian menegakkkan kebenaran dan keadilan. Ya Ayyuhasy syabab, antumur ruhul jadid fii jasaadil ummat.

Jauhilah Gaya Hidup Orang Kafir


Jauhilah Gaya Hidup Orang Kafir

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ وعلى آله وصحبه أجمعين
ا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ.
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَآءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِيْ تَسَآءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا.
يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا. يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا.
أَمَّا
أما بعد : فإنّ أصدق الحديث كتاب الله وخير الهدى هدى النبي  وشر الأمور محدثاتها وكل محدثة بدعة وكل بدعة ضلالة وكل ضلالةفي النار

Kaum muslimin rahimakumullahu …

Pada kesempatan yang penuh barakah ini, kami wasiatkan kepada diri kami sendiri juga kepada segenap jama’ah kaum muslimin, agar senantiasa bertaqwa kepada Alloh.
Marilah kita mengindahkan perintah Alloh dan Rasul-Nya dengan menjalankan segala perintah-Nya dan menjauh dari segala larangan-Nya, karena semua itu merupakan urgensi dari ketaqwaan. Dengan ketaqwaan, Alloh akan memberikan keselamatan di dunia dan di akhirat; di dunia memperoleh kebahagiaan walaupun hidup sederhana, di akhirat memperoleh warisan surga.

Sebagaimana Alloh berfirman:

Itulah surga yang akan Kami wariskan pada hamba-hamba Kami yang bertaqwa (QS. Maryam [19]: 3)

Ma’asyiral muslimin rahimaniy warahimakumullahu

Alloh telah memberikan berbagai macam nikmat kepada seluruh makhluk di alam ini terutama kepada hamba-Nya yang berimana, maka hendaknya kita bersyukur pada Alloh atas semua nikmat tersebut.

Alloh berfirman:

Jikalau kalian mencoba menghitung nikmat-Ku niscaya kalian tidak mampu menghitungnya. (QS. An-Nahl [16]: 18).

Seandainya lautan di alam dunia ini menjadi tinta, pohon-pohon di permukaan bumi ini dijadikan pena-Nya untuk mencatat nikmat-nikmat Alloh Ta’ala, maka takkan cukup untuk mencatatnya.

Dan merupakan nikmat yang paling besar yang diberikan kepada hamba-Nya yang beriman adalah nikmat Iman dan Islam. Dengan keimanan, seorang dapat mencapai ridha Alloh Ta’ala.

Di dalam diri seseorang, keimanan itu dapat berubah-ubah terkadang meningkat, terkadang merosot. Dengan melakukan amalan shalih dan menjalankan perintah Alloh, keimanan kita bisa meningkat. Dan dengan pelanggaran syari’at dan berbuat maksiat, keimanan seseorang bisa merosot.

Sebagaimana dalam hadits yang diriwayatkan oleh al-Hakim dalam Mustadrak dengan sanad yang hasan, lihat as-Shahihah 1585:
إِنّ اْلإِيْمَانَ لَيَخْلُقُ كَمَا يَخْلُقُ ثَوْبُ أَحَدِكُمْ فَاسْأَلُوْا اللهَ أَنْ يُجَدّدَ اْلإِيْمَانَ فِي قُلُوْبِكُمْ


Sesungguhnya keimanan dapat menjadi lekang bagaikan baju yang berubah usang. Karena itu mintalah kepada Alloh agar Dia memperbaharui iman dalam hati kalian.

Selain nikmat iman, yang Alloh berikan kepada hamba-Nya yang beriman adalah Alloh Ta’ala memberikan nikmat Islam. Dan agama Islam merupakan agama diridhai.

Alloh Ta’ala berfirman dalam kitab-Nya.

Sesungguhnya agama yang diridhai di sisi Alloh hanyalah Islam. (QS. Ali Imran [3]: 19).

Dan sungguh termasuk orang-orang yang merugi siapa pun yang mencari agama selain Islam. Sebagaimana Alloh Ta’ala berfirman:

Barangsiapa mencari agama selain Islam, maka sekali-kali tidak akan diterima (agama itu) daripadanya dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang merugi. (QS. Ali Imran [3]: 85).

Kaum muslimin rahimaniy warahimakumullahu ….

Perlu kita sadari bahwa karena kemajuan teknologi yang tidak diimbangi dengan peningkatan keimanan telah merusak moral kaum muslimin. Al-Qur’an dan Sunnah Nabi yang mestinya menjadi pegangan telah ditinggalkan oleh sebagian besar saudara kita, sebagai gantinya mereka rame-rame menghadapkan wajah dan pikirannya kepada orang-orang barat yang pada umumnya mereka adalah orang-orang kafir.

Islam mendapat tantangan dari berbagai pihak, Yahudi dan Nasrani yang dari awal diutusnya Nabi Muhammad shollallahu ‘alaihi wa sallam sudah menyatakan permusuhan kepada Islam, semakin gencar merusak sendi-sendi Islam, sehingga tidak sedikit umat Islam yang tidak tahu akan aqidahnya sendiri. Sebagaimana yang digambarkan dalam al-qur’an.

Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. (QS. Al-Baqarah [2]: 120)

Mereka mamasukkan gaya hidup mereka yang rusak dan keropos ke dalam tatanan hidup kaum muslimin yang indah nan damai ini. Dengan propaganda yang bertubi-tubi mereka tanamkan dogma bahwa ajaran Islam ini sudah kuno tak layak untuk direalisasikan di zaman modern ini.

Dan realita yang ada, tak dapat dipungkiri bahwa kebanyakan kaum muslimin telah mencontoh kehidupan orang-orang kafir.

Atas dasar itulah, saya sebagai khatib berpesan kepada kaum muslimin seluruhnya agar berhati-hati terhadap pemikiran orang kafir dan jauhilah gaya hidup mereka dengan mengikuti gaya hidupnya berarti telah bersikap loyal terhadap mereka. Sedangkan berloyalitas kepada orang kafir hukumnya haram. Sebagaimana firman Alloh melarang dalam al-Qur’an.

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpinmu, sebagian mereka adalah pemimpin sebagian yang lain. Barangsiapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka, sesungguhnya Alloh tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zhalim. (QS. Al-Maidah [5]: 51).

Dan termasuk pokok-pokok aqidah Islam adalah wajib bagi setiap muslim untuk berloyalitas kepada sesamanya dan memusuhi orang-orang kafir. Maka hendaknya ia mencintai ahli tauhid dengan penuh keikhlasan dan memberikan wala’ (kasih sayang) kepada mereka. Hendaknya membenci ahli syirik dan menegakkan pilar permusuhan terhadap mereka. Dan inilah ajaran Nabi Ibrahim ‘alaihi salam dan ummatnya. Kita diperintah untuk mencontoh mereka. Sebagaimana Alloh berfirman dalam Al-Qur’an.

Sesungguhnya telah ada suri tauladan bagimu pada Ibrahim dan orang yang bersama degan dia; ketika mereka berkata kepada kaum mereka: “Sesungguhnya kami berlepas diri dari kamu dan dari apa yang kamu sembah selain Alloh. Kami ingkari (kekafiranmu) dan telah nyata antara kami dan kamu permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Alloh saja. “Kecuali perkataan Ibrahim kepada bapaknya: “Sesungguhnya aku akan memohonkan ampunan bagi kamu dan aku tiada dapat menolak sesuatu pun dari kamu (siksaan) Alloh.” Ibrahim berkata: “Ya Rabb kami, hanya kepada Engkaulah kami bertawakkal dan hanya kepada Engkaulah kami bertaubat dan kepada Engkaulah kami kembali.” (QS. Al-Mumtahanah [60]: 4).

Bahkan Alloh Ta’ala melarang orang-orang mu’min berloyalitas terhadap orang kafir walaupun mereka itu orang yang paling dekat. Sebagaimana Alloh telah berfirman:

Hai orang-orang yang beriman janganlah kamu menjadikan bapak-bapak dan saudara-saudaramu pemimpin-pemimpinmu, jika mereka lebih mengutamakan kekafiran atas keimanan dan siapa di antara kamu yang menjadikan mereka pemimpin-pemimpinmu, maka mereka-mereka itulah orang-orang yang zhalim. (QS. At-Taubah [9]: 23).

Alloh dengan tegas melarang kita bersikap loyal terhadap orang kafir. Diantara bentuk loyalitas adalah meniru gaya hidup mereka seperti mencukur jenggot, memanjangkan kumis, ikut serta dalam perayaan mereka semisal perayaan natal, valentine, dan hari raya lain yang bukan hari raya Iedul fithri dan Idul Adha, semua itu merupakan tasyabbuh terhadap mereka.

Padahal Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam bersabda;


مَنْ تَشَبّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ


Barangsiapa menyerupai suatu kaum maka dia termasuk dari kaum tersebut. (HR. Tirmdizi dan Abu Dawud, dikatakan oleh Syaikh al-Albani dalam Irwaul Ghalil: Hasan Shahih 1269)

Berkata Syaikh al-Fauzan: “Maka Alloh Ta’ala telah melarang berloyalitas terhadap Yaghudi dan Nasrani dan hal tersebut mencakup cinta kepada mereka dalam hati, menolong mereka, membela mereka, berbuat baik dan senang kepada mereka, semua itu termasuk wala’ atau loyalitas terhadap mereka.”

Maka, kita melihat hadits Nabi shollallahu ‘alaihi wa sallam dan perkataan para ulama menunjukkan haramnya berloyalitas kepada orang yang-orang yang kafir dalam bentuk apapun lantara mereka telah mengingkari kebenaran dari Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam. Sebagaimana Alloh berfirman dalam surat al-Mumtahanah ayat pertama yang artinya, “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil musuh-Ku dan musuhmu menjadi teman-teman setia yang kamu sampaikan kepada mereka (berita-berita Nabi Muhammad) karena rasa kasih sayang; padahal sesungguhnya mereka telah ingkar kepada kebenaran yang datang kepadamu, mereka mengusir rasul da mengusir kamu karena kamu beriman kepada Alloh, Rabbmu. Jika kamu benar-benar keluar untuk berjihad pada jalan-Ku dan mencari ridha-Ku (jangan kamu berbuat demikian), kamu beritakan secara rahasia (berita-berita Muhammad) kepada mereka karena rasa kasih sayang. Aku lebih mengetahui apa yang kamu sembunyikan dan apa yang kamu nyatakan. Dan barangsiapa di antara kamu yang melakukannya, maka sesungguhnya dia telah tersesat dari jalan yang lurus.


Dengan demikian, berloyalitas terhadap orang kafir –mencakup gaya hidup mereka dan menyerupai ciri khas mereka- hukumnya haram. Maka sepatutnya bagi kaum muslimin untuk merealisasikan pokok-pokok Islam, di antaranya ialah memberikan wala’ (loyalitas) kepada sesama muslim dan bara’ (membenci dan memusuhi) orang-orang kafir.


أَقُوْلُ قَوْلِي هَذا أَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرّحِيْمُ


Khutbah Kedua

Kaum muslimin rahimakumullahu …
Setelah kita mengetahui uraian pada khutbah pertama, mungkin muncul pertanyaan di benak kita: Kapankah seorang dikatakan berloyalitas kepada orang kafir?

Alangkah baiknya jika kita mengupas, kapan seorang dikatakan berloyalitas terhadap orang kafir. Seorang muslim dikatakan loyal kepada orang kafir jika
1) Menyerupai mereka dalam hal berpakaian dan berbiacara
Sebagaimana Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

من تشبّه بقوم فهو منهم
Barangsiapa menyerupai suatu kaum maka dia termasuk dari kaum tersebut.

2) Tinggal di negara kafir dan tidak pindah ke negara kaum muslimin untuk menghindar dari agama mereka.
Hijrah dari negara orang kafir merupakan kewajiban, kecuali jika tinggalnya di sana untuk berdakwah atau urusan yang dibenarkan syariat.

3) Safar ke negara mereka dengan tujuan berekreasi

Safar ke negara orang kafir adalah haram kecuali dalam keadaan darurat seperti berobat dan belajar ilmu yang tidak mungkin terpenuhi kecuali harus safar ke negeri mereka. Maka hal ini diperbolehkan sesuai kadar kebutuhannya. Kalau sekiranya ia telah selesai, maka wajib untuk kembali ke negeri kaum muslimin.

4) Membantu mereka untuk mengalahkan kaum muslimin, jika memuji serta membela kaum kafir.

Dan ini merupakan salah satu pembatal Islam dan sebab-sebab kemurtadan. Kita berlindung kepada Alloh dari hal tersebut.

5. Menjadikan mereka teman dekat dan penasehat.

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu orang-orang yang di luar kalanganmu (karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) madharat bagimu. Mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka adalah lebih besar lagi. Sungguh telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu memahaminya. (QS. Ali Imran [3]: 118).

6. Menggunakan kalender mereka, khususnya tanggal yang berkaitan tentang hari raya mereka.
7. Ikut serta dalam merayakan hari raya mereka dan membantu dalam pelaksanaannya serta mengucapkan selamat kepada mereka.
8. Memuji mereka karena keberhasilan dalam bidang teknologi dan merasa kagum dengan akhlaq dan kemahiran mereka tanpa melihat aqidah mereka yang batil dan agama mereka yang rusak.

Sebagaimana Alloh berfirman:

Dan janganlah kamu tujukan kedua matamu kepada apa yang telah kami berikan golongan-golongan dari mereka sebagai bunga kehidupan dunia untuk kami cobai mereka dengannya. Dan karunia Rabbmu adalah lebih baik dan lebih kekal. (QS. Thaha [2]: 131).

9) Memberikan nama dengan nama-nama mereka.
10) Memohonkan ampun atas mereka dan mengucapkan “Rahimakumullahu” kepada mereka.

Tiadakah sepatutnya bagi Nabi dan orang-orang yang beriman memintakan ampun (kepada Alloh) bagi orang-orang musyrik, sesudah jelas bagi mereka bahwasanya orang-orang musyrik itu adalah penghuni neraka jahannam. (QS. At-Taubah [9]: 113).

Akhirnya kita memohon kepada Allah Ta’ala agar dihindarkan dari sikap loyalitas kepada orang-orang kafir. Semoga Alloh memudahkan kita dalam memahami al-Qur’an. Sehingga al-Qur’an menjadi pembela pada hari kiamat kelak, tidak menggugat kita pada kesempatan yang sangat mengerikan itu.


اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِاْلإِيْمَانِ وَلاَ تَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا غِلاًّ لِّلَّذِيْنَ ءَامَنُوْا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
وآخر دهونا أن الحمد لله ربّ العالمين.

HAKIKAT HIDUP SUKSES


HAKIKAT HIDUP SUKSES

إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ

يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ

يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام َ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا

يَاأَيّهَا الّذِيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْلَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا

فَأِنّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الْهَدْىِ هَدْىُ مُحَمّدٍ صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّمَ، وَشَرّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةً، وَكُلّ ضَلاَلَةِ فِي النّارِ.



Jama’ah Jum’at yang dirahmati Allah,

Marilah kita selalu meningkatkan iman dan taqwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Dengan iman dan taqwa itu, manusia akan meraih kesuksesan yang sebenarnya dalam kehidupan. Baik kehidupan di dunia sekarang ini, atau diakhirat nanti. Karena seluruh manusia yang hidup di dunia ini akan menuju kepada akhir yang sama, yaitu menuju kematian. Allah berfirman:

Artinya, “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah akan disempurnakan balasanmu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.” (QS. Ali Imran/3 : 185)

Ayat Allah yang mulia ini, dengan tegas memberitakan bahwa tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Setiap orang, termasuk kita, akan merasakan kematian. Baik orang itu kaya atau miskin, berpangkat atau tidak; berani atau takut, semua akanmati, walaupun manusia lari kematian, dan berlindung di dalam benteng yang kokoh, ia tidak akan mampu menolak kematian. Allah berfirman:

Artinya: “Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh..” (QS. An Nisaa’/4:78).

Kemudian apa sebenarnya yang akan terjad setelah kematian? Apakah manusia setelah mati berubah menjadi tanah dan selesai segala urusan? Tidak! Akan tetapi, sesungguhnya ada kehidupan setelah kematian. Ada pembalasan terhadap segala perbuatan. Dan seluruh manusia akan melihat hasil perbuatannya. Jika perbuatannya baik, hasilnyapun baik. Sebaliknya jika perbuatannya buruk, hasilnyapun buruk.

Artinya: “Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan balasanmu.” (QS Ali Imran/3 : 185).

Kita lihat kenyataan di dunia ini, keadilan tidak tegak dengan sebenarnya! Memang di dunia ini sudah ada balasan, namun belum sempurna. Demikian juga di alam kubur, ada pembalasan, ada nikmat kubur, ada siksa kubur, namun itu juga belum sempurna. Balasan yang sempurna adalah setelah pengadilan agung pada hari kiamat. Sudah siapkah kita menghadapinya? Siapkah kita mempertanggungjawabkan segala perbuatan kita? Semoga kita selalu mendapatkan bimbingan Allah Ta’ala, meniti jalan yang lurus, hingga akhir hayat kita.


أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا أَسْتَغْفِرُ الله لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنّهُ هُوَ اْلغَفُوْرُ الرّحِيْمُ

[KHUTBAH KEDUA]
اَلْحَمْدُ لله رَبّ الْعَالَمِيْنَ، وَأْشْهًدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ الله وَلِيّ الصّالِحِيْنَ، وَأِشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا خَاتَمُ الأَنْبِيًاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ، اَلّلهُمّ صَلّي عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِ مُحَمّد كَمَا صَلَيْتَ عَلَى آلِ ِإْبرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلى مُحَمّدِ وَعَلَى آلِ مُحَمّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلى آلِ إِبْرَاهِيْمَ فَِي الْعَالَمِيْنَ إِنّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ، أَمّا بَعْدُ:


Jama’ah Jum’at yang dirahmati Allah,

Telah kami sampaikan berita dari Allah tentang kematian yang pasti datang, dan Pembalasan pada hari kiamat yang siap menghadang. Lantas, siapakah yang akan meraih keberuntungan dan kesuksesan pada hari pembalasan nanti? Marilah kita perhatikan firman Allah berikutnya:

Artinya: “Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga maka sungguh ia telah beruntung.” (QS. Ali Imran/3 : 185).

Inilah keberuntungan hakiki, inilah kesuksesan abadi, inilah puncak harapan sejati, inilah yang pantas dijadikan cita-cita. Yaitu selamat dari neraka dan masuk ke dalam surga. Dan ini tidak akan terjadi, kecuali jika kita seorang hamba mendapatkan rahmat Allah, wasilah masuk surga, sebab selamat dari neraka, adalah iman dan amal shalih. Allah berfirman:

Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal sholih, mereka itu adalah sebaik-baik makhluk. Balasan mereka di sisi Rabb mereka ialah surga ‘And yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah ridha terhadap mereka dan merekapun ridha kepadaNya. Yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Rabbnya.” (QS. Al Bayyinah/98: 7-8).

Namun jika seseorang tidak beriman, maka dia disebut seburuk-buruk makhluk dan kekal di dalam neraka. Allah berfirman:

Artinya: “Sesungguhnya orang-orang kafir, yakni ahli kitab dan orang-orang musyrik, (akan masuk) neraka Jahannam; mereka kekal di dalamnya. Mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk.” (QS. Al Bayyinah 98:6).

Walaupun jalan itu sudah jelas, kebenaran terang-benderang, ternyata banyak manusia tertipu dan terpedaya di dunia ini. Allah telah mengingatkan manusia pada akhir ayat:

Artinya: “Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.” (QS. Ali Imran/3: 185).

Jama’ah Jum’at yang dirahmati Allah,

Kita harus ingat bahwa, kesenangan dunia ini hanyalah ujian. Apakah manusia lebih mementingkan dunia, ataukah lebih mementingkan ridha Allah? Yaitu dengan melaksanakan perintahNya dan menjauhi larangannya.

Ketahuilah, dan hendaklah kita waspada. Orang yang ingin menempuh jalan kebenaran, dia memiliki musuh, yaitu setan yang berwujud jin atau manusia. Setan-setan tersebut menghiasa dunia ini, sehingga seseorang menjadi lupa terhadap tujuan hidupnya, yaitu mengabdi dan menyembah kepada Allah yang Esa.

Allah berfirman,
Artinya: “Hai manusia, bertakwalah kepad Tuhanmu dan takutlah suatu hari yang (pada hari itu) seorang bapak tidak dapat menolong anaknya dn seorang anak tidak dapat (pula) menolong bapaknya sedikitpun. Sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka janganlah sekali-kali kehidupan dunia memperdayakan kamu, dan jangan (pula) penipu (syaitan) memperdayakan kamu dalam (mentaati) Allah.” (QS. Luqman/31 : 33).

Oleh karena itu, kita harus selalu waspada, karena memang dunia ini hanyalah kesenangan yang memperdayakan. Gunakanlah hidup kita ini untuk beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan ikhlas dan mengikuti tuntunan RasulNya.

Bahaya Syirik Dan Keutamaan Tauhid


Bahaya Syirik Dan Keutamaan Tauhid

Khutbah pertama:
إِنَّ الْحَمْدَ لله نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ.
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَآءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِيْ تَسَآءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا.
يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا. يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا.
أَمَّا بَعْدُ: فَإِنْ أَصْدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللهَ، وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَشَّرَ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحِسَانِ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.
Ibadallah ! Saya wasiatkan kepada Anda sekalian dan juga kepada saya untuk selalu bertaqwa kepada Allah di mana saja kita berada. Dan janganlah kita mati melainkan dalam Islam.
Telah banyak penjelasan yang menerangkan makna taqwa. Di antaranya adalah pernyataan Thalq bin Habib:
إِذَا وَقَعَتِ الْفِتْنَةُ فَأَطْفِئُوهَا بِالْتَّقْوَى. قَالُوْا: وَما الْتَّقْوَى؟ 
 قَالَ: أَنْ تَعْمَلَ بِطَاعَةِ الله عَلَى نُوْرٍ مِنَاللهِ تَرْجُو ثَوَابَ اللهِ وَأنْ تَتْرُكَ مَعْصِيَةَ اللهِ عَلَى نُوْرٍ مِنَ اللهِ تَخَافُ عِقَابَ اللهِ.
Apabila terjadi fitnah, maka padamkanlah dengan taqwa”. Mereka bertanya: “Apakah taqwa itu?” Beliau menjawab: “Hendak-nya engkau melaksanakan keta’atan kepada Allah, di atas cahaya Allah, (dengan) mengharap keridhaan-Nya; dan hendaknya engkau meninggalkan kemaksiatan terhadap Allah, di atas cahaya Allah, (karena) takut kepada siksaNya.
Ketaatan terbesar yang wajib kita laksanakan adalah tauhid; sebagaimana kemaksiatan terbesar yang mesti kita hindari adalah syirik.
Tauhid adalah tujuan diciptakannya makhluk, tujuan diutusnya seluruh para rasul, tujuan diturunkannya kitab-kitab samawi, sekaligus juga merupakan pijakan pertama yang harus dilewati oleh orang yang berjalan menuju Rabbnya.
Dengarkanlah firman Allah:
Tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah (hanya) kepadaKu.” (Adz-Dzaariyaat: 56)

Dan tidaklah kami mengutus seorang rasulpun sebelummu melainkan Kami wahyukan kepadanya bahwa tidak ada yang berhak diibadahi melainkan Aku, maka beribadahlah kepadaKu.” (Al-Anbiya’: 25)
Demikian pula firmanNya:
Alif laam Raa, (inilah) satu kitab yang ayat-ayatnya disusun dengan rapi, serta dijelaskan (makna-maknanya) yang diturunkan dari sisi (Allah) yang Maha Bijaksana lagi Maha Tahu. Agar kalian jangan beribadah kecuali kepada Allah. Sesungguhnya aku (Muhammad) adalah pemberi peringatan dan pembawa berita gembira kepada kalian daripadaNya.” (Hud: 1-2)
Allah juga berfirman:

فَاعْلَمْ أَنَّهُ لآ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاسْتَغْفِرْ لِذَنْبِكَ وَلِلْمُؤمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ

Ketahuilah, bahwasanya tidak ada ilah yang berhak untuk diibadahi melainkan Allah dan mohonlah ampunan bagimu dan bagi kaum Mukminin (laki-laki dan wanita).”
Jama’ah sekalian rahimakumullah. Kalau kedudukan tauhid sedemikian tinggi dan penting di dalam agama ini, maka tidaklah aneh kalau keutamaannya juga demikian besar. Bergembiralah dengan nash-nash seperti di bawah ini:
عَنْ عُبَادَةْ بِنْ الصَّامِتْ رَضِىَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ: مَنْ شَهِدَ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ حَرَّمَ اللهُ عَلَيْهِ النَّارَ.
Dari Ubadah bin Shamit Radhiallaahu anhu , ia berkata: “Aku mendengar Rasulullah Shallallaahu alaihi wasallam   bersabda: “Barangsiapa yang bersaksi bahwa tidak ada ilah yang berhak disembah melainkan Allah dan bahwa Muhammad adalah Rasulullah (niscaya) Allah mengharamkan Neraka atasnya (untuk menjilatnya).” (HR. Muslim No. 29)
Hadits lain, dari Utsman bin Affan Radhiallaahu anhu , bahwasanya Rasulullah Shallallaahu alaihi wasallam   bersabda:
عَنْ عُثْمَانَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَنْ مَاتَ وَهُوَ يَعْلَمُ أَنَّهُ لآ إِلَهَ إِلاَّ الله دَخَلَ الْجَنَّةَ.
Barangsiapa yang meninggal dunia, sedangkan dia menge-tahui bahwa tidak ada ilah yang berhak disembah melainkan Dia (Allah) niscaya akan masuk Jannah.” (HR. Muslim No. 25)
Demikian juga sabdanya Rasulullah Shallallaahu alaihi wasallam  , kami petik sebagiannya:
وَعَنْ أَبِي ذَرًّ رَضِىَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ النَبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ الله عَزَّ وَجَلَ: وَمَنْ لَقِيَنِيْ بِقُرِابِ الأَرْضِ خَطَايًا لاَ يُشْرِكُ بِيْ شَيْئًا لَقَيْتُهُ بِمِثْلِهَا مَغْفِرَةً.
Dan barangsiapa yang menemuiKu dengan (membawa) dosa sepenuh bumi sekalipun, namun dia tidak menye-kutukan Aku dengan sesuatu apapun, pasti Aku akan menemuinya dengan membawa ampunan yang semisal itu.” (HR. Muslim No. 2687)
Demikian pula tidak akan aneh, bila lawan tauhid, yaitu syirik; juga memiliki banyak bahaya yang mengerikan, dimana sudah seharusnya kita benar-benar merasa takut terhadapnya. Diantara bahaya syirik itu adalah sebagaimana yang diriwayatkan dalam hadits Jabir:
عَنْ جَابِرٍ رَضِىَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: جَاء أَعْرَابِيٌّ إِلَى النَّبِي صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: يَا رَسُوْلَ اللهِ مَا الْمُوْجِبَتَانِ ؟ فَقَالَ: مَنْ مَاتَ لاَ يُشْرِكُ بِاللهِ شَيْئًا دَخَلَ الْجَنَّةَ وَمَنْ مَاتَ يُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا دَخَلَ النَّارَ.
Seorang Arab Badui datang menemui Rasulullah Shallallaahu alaihi wasallam  , lalu bertanya: “Wahai Rasulullah, apakah dua perkara yang pasti itu?” Beliau menjawab: “Barangsiapa yang meninggal dunia dalam keadaan tidak menyekutukan Allah dengan suatu apapun, niscaya dia akan masuk Jannah. Dan barangsiapa yang meninggal dunia dalam keadaan menyekutukan Allah dengan sesuatu, niscaya dia akan masuk Neraka”. (HR. Muslim No. 93)
Firman Allah:
Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni (dosa) syirik dan Dia mengampuni dosa selain itu bagi siapa yang Dia kehendaki”. (An-Nisa: 48,116)
Firman Allah:
Dan seandainya mereka berbuat syirik, pastilah gugur amal perbuatan yang telah mereka kerjakan.” (Al-An’am: 88).
Firman Allah:
Tidaklah pantas orang-orang musyrik itu memakmurkan masjid-masjid Allah, (sedangkan) mereka mengakui bahwa mereka sendiri kafir. Itulah orang-orang yang sia-sia amalan-amalan mereka, dan mereka kekal di dalam Neraka.” (At-Taubah: 17).
Maka merupakan musibah jika seseorang jahil (bodoh) terhadap perkara tauhid dan perkara syirik, dan lebih musibah lagi jika seseorang telah mengetahui perkara syirik namun dia tetap melakukannya. Dengan ini hendaklah kita terpacu untuk menam-bah/menuntut ilmu sehingga bisa melaksanakan tauhid dan menjauh dari syirik dan pelakunya.
وَ اللهَ نَسْأَلُ أَنْ يَرْزُقَنَا عِلْمًا نَافِعًا وَرِزْقًا طَيِّبًا وَعَمَلاً مُتَقَبَّلاً، وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصِحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ.
Khutbah kedua:
إِنَّ الْحَمْدَ للهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُّضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَسْلِمًا. أَمَّا بَعْدُ:
Hadirin jama’ah Jum’at Arsyadakumullah,
Tatkala kita membicarakan masalah syirik, janganlah kita menganggap bahwa syirik itu hanya ada di kalangan orang-orang Yahudi, Nashrani, Hindu, Budha, Konghuchu dan lain-lain. Sedangkan kaum Muslimin sendiri dianggap sudah terbebas dari dosa ini. Padahal tidaklah demikian. Banyak juga kalangan kaum Muslimin yang tertimpa dosa sekaligus penyakit ini, baik sadar maupun tidak. Karena makna atau pengertian syirik adalah: mempersekutukan peribadatan kepada Allah; yakni memberikan bentuk-bentuk ibadah yang semestinya hanya dipersembahkan kepada Allah, namun dia berikan kepada selain-Nya. Baik itu kepada para malaikat, nabi, orang shalih, kuburan, patung, matahari, bulan, sapi dan lain sebagainya. Sedangkan bentuk-bentuk ibadah (yang dipersembah-kan) kepada selain Allah itu bisa berupa: Do’a, berkurban, nadzar, puncak kecintaan, puncak rasa takut dan lain-lain.
Saudara-saudaraku fillah, pada khutbah kedua di sini, sengaja kami ringkaskan sebagian keutamaan tauhid sebagaimana yang telah dibahas pada khutbah yang pertama:
  1. Diharamkannya Neraka itu bagi kaum Muwahhidin (Ahli Tauhid). Kalaupun mereka masuk Neraka, mereka tidak akan kekal di dalamnya.
  2. Dijanjikannya mereka untuk masuk Jannah.
  3. Diberikan kepada mereka ampunan dari segala dosa.
Sedangkan di antara bahaya-bahaya syirik adalah:
  1. Diancamnya orang yang melakukan syirik akbar untuk masuk Neraka dan kekal di dalamnya.
  2. Tidak akan diampuni dosanya itu selama ia belum bertaubat.
  3. Gugurlah amal perbuatannya.
  4. Syirik adalah perbuatan dzalim yang terbesar.
Inilah yang dapat kami berikan. Fa’tabiru ya ulil albab.
إِنَّ اللهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلَّونَ عَلَى الَّنِبْيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. أَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، اَلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ. رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِالإِيْمَانِ وَلاَ تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلاًّ لِلَّذِيْنَ آمَنُواْ رَبَّنَا إِنَّكّ رَؤُوْفُ رَّحِيْمٌ. اَللَّهُمَّ افْتَحْ بَيْنَنَا وَبَيْنَ قَوْمِنَا بِالْحَقِّ وَأَنْتَ خَيْرُ الْفَاتِحِيْنَ. اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ عِلْمًا نًافِعًا وَرِزْقًا طَيِّبًا وَعَمَلاً مُتَقَبِلاً. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يِوْمِ الدِّيْنِ