ORIENTALISME

Orientalisme adalah suatu gerakan yang timbul di zaman modern, pada bentuk lahirnya bersifat ilmiyah, yang meneliti dan memperdalam masalah ketimuran. Tetapi di balik penelitian masalah ketimuran itu mereka berusaha memalingkan masyarakat Timur dari Kebudayaan Timurnya, berpindah mengikuti keinginan aliran Kebudayaan Barat yang sesat dan menyesatkan.

Orientalis, adalah kumpulan Sarjana-sarjana Barat, Yahudi, Kristen, Atheis dan lain-lain, yang mendalami bahasa-bahasa Timur (bahasa Arab, Persi, Ibrani, Suryani dan lain-lain), temtama mempelajari bahasa Arab secara mendalam. Studi ini mereka gunakan untuk memasukkan ide-ide dan faham-faham yang bathil ke dalam ajaran Islam, agar aqidah, ajaran dan da’wah Islam merosot, berkurang pengaruhnya terhadap masyarakat, tak berbekas dalam kehidupan, tidak mampu mengangkat derajat kemanusiaan, tidak berperan lagi untuk melepaskan manusia dari perhambaan pada makhluk, dan tujuan Islam tak kunjung tercapai dalam mengeluarkan manusia dari kegelapan-kegelapan (Zhulumaat: kufur, syirik, fasik, lemah, bodoh, tertindas, miskin, dijajah, dianiaya, dan dalam keadaan terbelakang dalam segala bidang) menuju An Nur (kebalikan dari Zhulumaat, yaitu bertauhid, iman, kuat, pintar, cerdas, adil, aman, makmur, maju dan lain sebagainya).

Seperti kita ketahui, bahwa segala tipu daya dan kebatilan yang mereka resapkan sedikit demi sedikit telah masuk ke dalam kebudayaan Islam dan berakibat mengurangi peranan Islam dalam penyiaran ilmu pengetahuan yang telah membawa Eropa dari zaman pertengahan (masa kebodohan dan kegelapan) ke masa kejayaan masa modern (yang sekarang telah menjadi kebanggaan para Sarjana Barat).

Pihak Orientalisme berusaha keras menyerang Islam, dan menggerogoti da’wahnya, sebab mereka tidak mampu melepaskan diri dari pengaruh nafsu hendak memusuhi Islam yang mereka warisi. Usaha mereka itu tidak saja secara sembunyi-sembunyi dan menaburkan benih-benih keragu-raguan terhadap sumber Islam, memasukkan kebatilan-kebatilan ke dalam ajaran syari’at, menggiring ummat Islam ke dalam aliran fikiran yang sesat, dan menyerang bahasa Arab (bahasa al Qur’an), tapi juga terang-terangan membantu propaganda gerakan yang berselubung di bawah nama Islam yang menyesatkan.

Juga para Orientalis memonopoli semua mass media, yang digunakan untuk membinasakan dan menjauhkan ummat Islam dari agamanya, bahkan merusakkan putera-puteri Muslim yang belajar di sekolah-sekolah dan di negeri mereka.

Di bawah ini akan kita uraikan bahaya Orientalisme ini, tujuannya dalam memerangi Islam dan menggerogoti da’wah, alat yang dipergunakannya dalam usaha mereka baik yang nyata maupun yang tersembunyi, usaha dan langkah yang perlu kita lakukan untuk melegaskan bahaya, serta tangkisan kita terhadap tipu daya musuh-musuh Islam dan lain-lainnya.

1. Timbulnya Orientalisme.
Salahlah orang yang berpendapat bahwa Orientalisme gerakan ilmiyah yang tujuannya hanya memperdalam masalah ketimuran saja (kepercayaan, adat dan peradabannya). Sebenamya Orientalisme hakekat dan kenyataannya adalah alat Penjajah; tujuan Orientalisme ini ialah: “memakai dan mempergunakan penelitian masalah ketimuran sebagai langkah untuk menyerang/memerangi Islam, menimbulkan rasa keragu-raguan terhadap sumber-sumber Islam agar ummat Islam berpaling dari agamanya, agar ummat Islam jangan sampai pada kemuliaan dan kekuatannya, tetapi hanya selalu mengekor kepada Barat, dan selalu taqlid masa bodoh dan apatis, melihat segala macam jenis kejahatan dan kemerosotan di negeri mereka. I

Orientalisme ini hakekatnya adalah lanjutan dari perang Salib, melawan Islam, sebab sebenarnya perang Salib ini belum berhenti, tetapi hanya mengambil bentuk dan warna yang berbeda, di antaranya Orientalis.

Orientalis muncul dengan kedok sebagai para ahli untuk mengadakan riset dan survey tentang sesuatu bidang ilmu pengetahuan dengan maksud tertentu untuk memasukkan berbaga macam fitnah, menebarkan isue-isue; melampiaskan segala isi hatinya dan kedengkiannya terhadap Islam, dan menulisi Islam dengan pena yang beracun.

Para Orientalis terang-terangan menolak sistim ilmu Islam yang asli. Ini berakibat menyimpangnya ummat dari hakekat kebenaran, dan meninggalkan hukum Islam. Orientalis tidak mungkin membiarkan Islam terlaksana di tengah-tengah masyarakat.

Para Orientalis adalah antek-antek penjajah Barat terhadap Negeri-negeri Timur dan Negeri Islam, karena gerakan Orientalis ini adalah lanjutan dari Perang Salib dalam bentuk yang lain.

Gerakan Orientalis berkembang pesat dan sudah sampai berlanjut selama dua abad, perubahan yang bergerak sebagai salah satu bentuk penjajahan.

Asal kata “Orientalisme” bahasa Arabnya al istisyraaq, mashdar fiil: Istasyraqa. Artinya, “mengarah ke Timur dan memakai pakaian masyarakatnya.”

Para Orientalis (al Mustasyriqun) mendalami bahasa-bahasa Timur sebagai langkah untuk mengarah ke sana. Masing-masingnya mempelajari satu bahasa atau bermacam-macam bahasa Timur, seperti bahasa Arab, bahasa Parsi, bahasa Ibrani, bahasa Urdu, Suryani, Indonesia, Melayu, Cina dan lain-lain. Sesudah itu mereka mempelajari bermacam-macam ilmu pengetahuan, kesenian, adab/sastra, kepercayaan masyarakat yang mempunyai bahasa tersebut di atas dan lain-lainnya. Bahasa Arablah yang menjadi sasaran utama dari tujuan para Orientalis ini.

Memang para Orientalis sudah banyak yang mempelajari bahasa Arab, dan menjadi spesialis dalam ilmu bahasa, seperti ahli Nahwu, ahli Sharaf, ahli Sastra (Adab) dan ahli Balaghah. Kemudian mereka mulai menjurus pada ilmu-ilmu Islamiyah, seperti: Aqidah, Syari’ah dan lain-lain, dan seterusnya menambah Aqidah dan Syari’ah yang murni itu dengan kebatilan-kebatilan untuk mengaburkan hakekat Islam dan memalingkan ummat dari agamanya yang menunjukinya ke jalan kemajuan dan kemuliaan. Tujuan tersebut telah terlaksana dan mempengaruhi kebudayaan negeri-negeri Islam.

Bukti yang paling jelas mengenai hubungan Orientalisme dengan penjajahan yaitu bahwa pasaran Orientalisme sangat pesat di Eropa, Amerika dan negara-negara yang ada kepentingannya dengan negara Timur umumnya dan negara-negara Islam pada khususnya. Kesempatan yang lebih luas lagi bagi Orientalisme di negara-negara jajahan digunakan untuk mengendalikan peperangan di negara-negara Timur dalam segala bentuknya, yang dikenal di zaman modern, baik perang bersenjata (militer) maupun perang ekonomi, politik atau kebudayaan atau perang fikiran. Bahkan hampir tidak terdapat Kedutaan-kedutaan Negara-negara Penjajah di negeri-negeri Timur dan negara-negara Islam yang tidak ada di dalamnya. “Orientalis” yang menduduki posisi/jabatan-jabatan strategis pada kedutaan itu, baik diplomat atau pegawai biasa.

Sesungguhnya ikatan Orientalisme dengan penjajah dan antek-anteknya menjadikan Orientalisme selalu meningkatkan usahanya dalam menyesatkan Islam dan menggerogoti da’wah Islamiyah. Mereka menggunakan semua alat, dalam penyesatan tersebut, sebab agama yang maha suci inilah satu-satunya penghalang yang tangguh dalam menghadapi penjajahan dan perhambaan kepada selain Allah.

Para Orientalis mengetahui betul dalam penelitiannya terhadap Islam bahwa aqidah Islam menanamkan dasar-dasar yang kokoh sesuai dengan fitrah kemanusiaan, umum dan logis, sesuai dengan akal yang lempang, serta textnya (nash-nash) yang tegas, di mana tidak memungkinkan bagi akal (otak) para ahli fikir dan failasuf untuk membatalkan pokok yang satu ini dari sumbernya, apabila mereka sudah terbiasa dengan manhaj ilmu yang benar. Justru karena itu sejak dahulu, sejak timbulnya, Orientalisme selalu menanamkan bibit-bibit penyelewengan terhadap Da’wah Islam dengan memasukkan kebatilan-kebatilan, dengan kedok penelitian dan pembahasan ilmiyah yang berselubung.

Dengan demikian nyatalah bahwa Orientalisme merupakah pelindung musuh-musuh Islam, Penjajah, Atheis, Zionis dan lain-lain. Di balik nama Orientalisme ini bernaung apa yang dikatakan penganut faham Komunis yang berbahaya dan merusak itu, dan para penyokong aliran-aliran atheisme di zaman modern. Mereka menghimpun segala kemarahan dan kebencian terhadap Islam; lantaran Islam itu berasaskan Tauhid dan merupakan Risalah Ilahiyah yang bertitik tolak dan memusatkan segala-galanya kepada Allah. Semua Rasul Allah selalu memulai da’wahnya terhadap kaum/ummatnya dengan perkataan: “Sembahlah olehmu Tuhan-mu; tak ada Tuhan selain Dia.”

Agama adalah fitrah yang diberikan Allah kepada manusia, yang hakekat fitrah manusia pun sesuai dengan agama itu, dan Tauhid yang sangat sesuai dengan jiwa manusia; hanya Iblis dan Syaithanlah yang memalingkan dan mempengaruhi manusia kepada penyembahan thaghut, patung, batu, syaithan, api, kuasa manusia, dan lain-lain.

Aqidah Islam adalah aqidah yang jelas dan tegas, jauh dari keraguan dan sangkaan serta khayalan (imaginasi). Dengan aqidah yang betul, manusia mampu mengendalikan hawa nafsunya; dan aqidah inilah yang diperkokoh oleh akal supaya tetap baik dan sampai pada hakekat yang sebenamya.

Dengan begitu jelaslah bahwa Orientalisme adalah alat yang dipakai oleh musuh-musuh Islam yang ingin merusak dan menggerogoti da’wah dan ajaran Islam yang sangat sesuai dengan fitrah manusia tersebut.

Para Orientalis berusaha keras memerangi Islam dengan segala cara, gaya dan dayanya dan dengan berbagai bentuk; karena tujuan mereka terang-terangan anti dan ingin menghancurkan Islam itu sendiri. Syukur, Allah selalu melindungi ummat Islam dan menenangkan ummat Islam, betapapun benci dan lihainya orang kafir.

2. Usaha Orientalisme Dalam Memerangi Islam Dengan Bersenjatakan Ilmu.
Para Da’i dan Ummat Islam yang antusias terhadap Da’wah Islamiyah patut sekali mengetahui dan mendalami usaha-usaha yang dilakukan oleh para Orientalis dalam memerangi Islam sebab mereka itu hakekatnya adalah musuh Islam yang paling keras.

Mereka (Orientalis) menjadikan ilmu sebagai alat untuk menggerogoti da’wah Islam dan bersembunyi di balik topeng-topeng pembahasan dan penelitian ilmiyah. Sebenarnya mereka itu memasukkan bibit-bibit (benih-benih) kebatilan terutama sekali ke dalam Syari’ah Islamiyah, masalah-masalah Fiqih, muamallah dan lain-lain, di mana dengan sengaja mereka membikin hal-hal yang menyesatkan terhadap Angkatan Muda Islam, yang belajar kepada mereka, memantapkan serta memberikan hal-hal yang membuat orang bungkem dan merasa cukup terhadap fikiran-fikiran yang merusak dan berbahaya, dan menarik secara halus agar para mahasiswa yang Belajar dengan Orientalis dan yang belajar di negara-negara tersebut (Barat) bergabung dengan mereka (Orientalis) dalam merusak dan mencari-cari kejelekan Islam, tanpa mereka sadari. Bahkan ada Universitas Orientalis yang mensyaratkan adanya kemampuan mahasiswanya untuk menjelaskan kejelekan Islam bila mereka hendak mendapat degree kesarjanaan.

Adapun tulisan-tulisan para Orientalis yang berkenaan dengan Risalah Islamiyah, Rasul-rasul lain-lain, tegas-tegas membongkar rahasia kebenciannya yang terpendam terhadap Islam.

Salah satu contoh dapat kita kemukakan di sini, yaitu “apa” yang ditulis oleh salah seorang Orientalis yang bernama Gold Tziher (Buku-buku karangan Gold Tziher nii di zaman Belanda dijadikan standard pengetahuan agama di Fakultas-fakultas Hukum). Untuk mengetahui maksud jahat mereka dan peranannya dalam menindas Islam dan menggerogoti da’wah Islamiyah dengan menggunakan ILMU sebagai alat dalam mencapai tujuannya.

Orientalis tersebut mengatakan dalam buku yang dikarang oleh Gold Tziher, yang diterjemahkan ke dalam bahasa Arab oleh Dr. M. Yusuf Musa dkk, berjudul AL AQIDAH WAS SYARI’AH FIL ISLAM, halaman 15, berbunyi:

“… Maka pemberitaan-pemberitaan kegembiraan oleh Nabi Arab itu bukanlah suatu yang baru, melainkan hanya merupakan kutipan-kutipan yang diambilnya dari pengetahuan-pengetahuan dan pokok-pokok fikiran agama-agama yang diketahuinya atau diperolehnya akibat hubungannya dengan tokoh-tokoh Yahudi atau Kristen dan lain-lain. Hal itulah yang berbekas dan berpengaruh pada Muhammad secara mendalam, yang menurut dia (Muhammad) pantas sekali untuk membangunkan jiwa dan perasaan keagamaan yang sejati di kalangan anggota-anggota kaumnya.”

Ini adalah perkataan yang berbisa, yang diulang-ulang oleh para Orientalist yang terang-terang benci/sentimen, seperti: da’wah yang pernah dilancarkan oleh kaum Musyrikin sejak 14 abad yang lalu, yang langsung dibalas oleh Allah SWT, sehingga Allah membongkar rahasia, akal dan perbuatan jahat mereka, dalam surat Al Fufqan ayat 4-6:

Orang-orang Kafir itu berkata, “Ini tidak lain dari kata-kata dongeng yang diadakan oleh Muhammad dan ditolong oleh kaum lain; dengan perkataannya itu mereka sudah mengerjakan keaniayaan dan dosa besar.”

Orang Kafir itu berkata lagi, “Adalah dongeng orang-orang dahulu kala yang dikutipnya; dan itulah yang didiktekan kepadanya pagi dan sore (terus-menerus).

Katakanlah (hai Muhammad), Ajaran ini diturunkan oleh Yang Maha Tahu rahasia langit dan bumi, dan Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (al Furqan 4-6).

Kemudian Allah membantah dan mematahkan alasan-alasan musyrik tersebut dengan firman-Nya:

“Jika kamu ragu pada apa yang Kami turunkan pada hamba-Ku, maka datangkanlah satu surat yang serupa Qur’an itu, panggil saksi-saksimu yang selain Allah, jika kamu benar, andaikata kamu tidak sanggup membuatnya, dan pasti kamu tak akan sanggup berbuat itu, maka takutlah kamu pada api neraka yang sebagai kayu bakarnya ialah manusia dan batu yang disediakan untuk orang-orang kafir.” (al Baqarah 23).

Gold Tziher dan konco-konconya di kalangan Orientalis adalah musuh Islam, melakukan pemurtadan seperti yang dilakukan oleh orang-orang musyrik Quraisy dahulu kala yang bersikap menentang dan angkuh. Sedangkan orang musryik Quraisy masih adil (sopan) dalam pembangkangannya, dan akhirnya mereka itu masuk ke dalam agama Islam dan ikut berjihad pada jalan Allah, dan pahlawan-pahlawan perang menghadapi musuh-musuh Islam.

Adapun Orientalis selalu saja menyerang Islam, menggerogoti da’wah dengan membikin keragu-raguan di dalam pemaham-an Al Qur’an. Menimbulkan waham (pendangkalan faham) dengan memutarbalikkan fakta, dengan membuat hadis-hadis palsu atau mengatakan sendiri bahwa Rasul sendiri pernah melampaui ketentuan wahyu karena menasakhkan (membatalkan) wahyu yang pernah turun dengan perintah Allah. Bbegitulah dakwaan Orientalis tersebut, sebagaimana bisa dilihat pada buku berjudul Aqidah was Syari’ah fil Islam karangan Gold Thiher halaman 41.

Jelaslah kebencian Orientalis ini, bahkan kebencian itu sudah mempengaruhi otaknya, karena akalnya yang sehat sudah dipengaruhi oleh hatinya yang benci, di mana dia mengakui bahwa Muhammad itu Rasulullah, yang merubah Risalah Tuhan-nya atas perintah Tuhan karena situasi yang memaksa. Apakah ini masuk di akal?

Siapakah Rasul yang membawa Risalah yang berani mendustakan Allah, dan tetap sebagai Rasul? Tidakkah perkataan Orientalis tersebut suatu kebencian yang merusak akalnya sendiri dan memutar-balikkan fakta?

Tidakkah pernah orang yang benci itu membaca ayat Allah yang menangkis tuduhan bohong orang musyrik, yang mengatakan bahwa Muhammad mengada-adakan kebohong-hohongan? Yaitu surat Al-Haqqah ayat 44-47:

“Kalau dia (Muhammad) berkata kepada Kami perkataan-perkataan yang lain, niscaya akan Kami tarik dia dengan kekuatan dan kemudian akan Kami putuskan hubungan yang kuat itu dengannya, maka tidak akan ada seorang pun yang mampu menghalanginya (membelanya).”
Permusuhan Orientalis terhadap Islam sudah nyata sekali, baik melalui perkataan (lisan), tulisan-tulisan yang beracun, maupun yang tersembunyi di dalam hatinya.

Ummat Islam harus bersikap hati-hati dan berusaha membongkar kepalsuan, tipudaya kaum Orientalis yang berselubung di balik semboyan “kebijaksanaan atau logika” dan ummat Islam wajib kerja keras melaksanakan Risalah Islamiyah sampai meresap ke dalam akal fikiran dan perasaan dan dapat diwujudkan dalam kenyataan hidup.

Kita membaca tulisan-tulisan Orientalis mengenai Islam, kalau topiknya betul, dia masukkan kata-kata tuduhan di sana-sini, maka berbuatlah dia ibarat pembunuh yang menyerang orang yang lengah.

Betapa banyak para ilmuwan Islam yang tertipu oleh Orientalis ini, dan mentah-mentah mengambil keterangan, sebagai hukum positif tanpa kritik, bahkan ikut serta bergabung dengan Orientalis tersebut dalam memerangi Islam, penggerogotan Da’wah, penyesatan, dan menganggap itulah teori atau program yang terbaik. Na’uzubillah min zalik.

Para Orientalis pada umumnya mempelajari Islam, dengan niat untuk menghimpun tuduhan terhadap Islam dengan kedok, selubung ilmiyah, penelitian dan survey tentang hakekat Islam, akan tetapi kefanatikannya mengalahkannya dari mengatakan kalimat haq.

Maka untuk menghindari dirinya dari Taa’sub (fanatik), kita harus berusaha menjadikan mereka Sarjana yang murni, yang bersih dan tak palsu dan tidak zalim.

Kaum Orientalis dan pengikut-pengikutnya memang berusaha menghimpun sifat-sifat positif dan negatif, tapi dalam penghimpunan itu mereka tak mungkin lupa menyisipkan komentar-komentar yang menyesatkan. Dari itu kita harus membaca karangan-karangan Orientalis dan lantas kita koreksi dengan berhati-hati sebab mereka tak mungkin bersih dari pengaruh sentimen nafsu pertentangan yang telah mereka warisi sejak zaman Perang Salib, dan tak mungkin lepas dari usaha keras mereka memerangi Islam, menggerogoti Da’wah kebenaran (membuktikan yang haq dan melenyapkan kebatilan).

Islam selalu menghadapi musuh-musuh yang senantiasa menunggu kesempatan di segala pihak, dan kaum Muslimin pun selalu menghadapi musuh-musuhnya yaitu Orientalis, pewaris kaum salib yang memaksa ummat Islam agar selalu sadar dan siaga. Para Da’i (juru Da’wah) wajib dilengkapi dengan segala perlengkapan ilmu yang luas, mendalami serta mengetahui apa yang ada pada musuh, supaya mereka dapat membela agama dari tipu daya musuh dan membatalkan perbuatan jahat musuhnya. Allah selalu melindunginya.

Berikut ini dikemukakan pembahasan sekitar usaha dan cara kaum Orientalis dalam memerangi Islam, memerangi ummat Islam dan memalingkan mereka dari agamanya. Tapi Allah tetap menangkis tipu daya mereka dan menjaga agama yang diridhoi-Nya.

BAGAIMANA KITA MENGENAL YESUS?

BAGAIMANA KITA MENGENAL YESUS?

Siapakah yang Akan Dapat Mengenali Yesus (as)?
Pada bab-bab terdahulu, bahwa Yesus (as) tidak wafat dan telah diangkat ke haribaan Allah serta dia akan kembali lagi ke bumi telah diterangkan secara gamblang dan jelas dalam ayat-ayat Al-Qur'an. Setelah semua yang telah disebutkan ini, pertanyaan selanjutnya yang akan muncul di dalam benak kita adalah, "bagaimana kita akan mengenali Yesus (as) ketika dia kembali lagi ke bumi dan sifat-sifat apa yang dimilikinya sehingga dia dapat dikenali?" Pada tahap ini, sumber khusus yang dapat kita rujuki adalah Al-Qur'an dan Sunnah Rasulullah.
Al-Qur'an, baik dalam ayat-ayat maupun dalam kisah-kisah tertentu, memberikan beragam keterangan kepada kita yang berhubungan dengan nabi-nabi terhdahulu. Banyak sifat umum yang dimiliki oleh para nabi dan para pengikut kaum mukminin sejati yang disebutkan dalam Al-Qur'an. Selain itu adalah mungkin untuk menemukan semua sifat para kaum mukminin yang ada dalam ayat-ayat Al-Qur'an. Dalam konteks ini, sifat-sifat mulia Yesus (as) yang berhubungan dengan masalah keimanan juga digambarkan dalam Al-Qur'an. Demikian juga, merujuk kepada Al-Qur'an, umat beriman yang tulus dapat memiliki sifat-sifat yang mulia ini yang dapat diamati pada diri Yesus (as) dan berdasarkan hal tersebut mereka dapat mengenalinya.
Pada poin ini, yang harus diingat oleh kita adalah bahwa mengenali Yesus (as) bukan tidak mungkin dapat dilakukan oleh setiap orang. Badiuzzaman Said Nursi menyatakan tentang hal ini:
Ketika Yesus datang, adalah tidak penting bahwa setiap orang harus mengenalinya sebagai Yesus yang asli. Orang-orang pilihannya dan mereka yang dekat dengannya akan mengenalinya melalui cahaya keimanan. Hal tersebut tidak akan menjadi bukti dalam dirinya sendiri sehingga setiap orang akan mengenalinya.1
Sebagaimana yang disepakati oleh Badiuzzaman, selama tahun-tahun awal kedatangannya yang kedua, manusia yang mengetahui Yesus (as) akan terbatas pada kelompok kecil yang dekat dengannya. Selain itu, ini hanya akan mungkin dengan "cahaya keimanan". Tentulah istilah ini membutuhkan keterangan yang lebih jauh: "cahaya keimanan" adalah pemahaman yang dianugerahkan Allah kepada mereka yang meyakini eksistensi dan keesaan Allah serta mereka yang mengamalkan perintah-perintahnya yang ada dalam Al-Qur'an. Dengan pemahaman yang seperti itu, umat yang beriman dapat mengevaluasi situasi secara terperinci dan menangkap peristiwa-peristiwa mendetail dengan mudah. Sebagaimana yang diinformasikan Al-Qur'an kepada kita, umat yang beriman adalah mereka yang merenungkan dengan hati-hati segala sesuatu yang ada di sekitar mereka dan kemudian tidak pernah kehilangan sedikitpun aspek-aspeknya yang rinci dan halus. Allah memberitahukan kepada manusia bahwa Dia akan memberikan tindakan yang berbeda (untuk menentukan yang benar dan salah) kepada mereka yang merefleksikan setiap sesuatu dalam bentuk suatu usaha yang keras untuk memahami keagungan dan kekuasaan Allah serta kepada mereka yang mempunyai rasa takut kepada-Nya:
Hai orang-orang yang beriman, jika kamu bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan memberikan kepadamu furqan dan menghapuskan segala kesalahan-kesalahan dan mengampuni (dosa-dosa)mu. Dan Allah mempunyai karunia yang besar. (Surat al-Anfaal: 29)
Selanjutnya, mereka yang akan mengenali Yesus (as) selama kedatangannya yang kedua dan mengikutinya, pasti adalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Al-Qur'an serta berfikir secara mendalam tentang segala sesuatu. Badiuzzaman Said Nursi juga menggambarkan hal ini dengan mengatakan:
Sesungguhnya, walaupun Isa (as) datang, maka dia sendirilah yang akan mengetahui bahwa dirinya adalah Isa (as), bukan orang lain.2
Sifat-Sifat Apa yang Dimilikinya Sehingga Dia Bisa Dikenali?
Sebagaimana disebutkan di atas, merujuk kepada Al-Qur'an dalam mencari jawaban dari pertanyaan-pertanyaan ini, yang seharusnya pertama-tama kita lakukan adalah mencari sifat-sifat umum yang dimiliki oleh para nabi dan rasul yang diterangkan dalam Al-Qur'an. Karenanya, cara untuk mengenali Yesus (as) adalah dengan menguji sifat-sifat dari para nabi dan rasul. Tentu, ada beratus-ratus jumlahnya, namun dalam bab ini kita akan menekankan pada sifat-sifat yang paling banyak muncul yang dengan segera menjadi jelas.

1. Dia berbeda dari manusia kebanyakan karena nilai-nilai moralnya yang luar biasa
Seperti halnya semua nabi yang dipilih oleh Allah untuk menyampaikan ajaran-ajaran-Nya kepada umat manusia, Yesus (as) dikenal karena nilai-nilai moralnya yang istimewa. Sifat yang paling membedakannya adalah keteladanannya, yang dengan segera akan tampak dalam masyarakat di mana ia tinggal. Tentu, dia mempunyai suatu karakter keteladanan yang belum pernah terjadi sebelumnya di alam ini dan mempengaruhi siapa saja pada pandangan pertama. Ia adalah seorang yang sangat komitmen, pemberani dan kuat, manifestasi dari kebenaran dia sandarkan kepada Allah, dan kemurnian keimanannya kepada-Nya. Dengan karakter yang demikian, dia mempunyai pegaruh yang disukai oleh setiap orang. Kemuliaannya ini, yang juga dimiliki oleh semua nabi, diterangkan dalam ayat:
Dan itulah hujjah Kami yang Kami berikan kepada Ibrahim untuk menghadapi kaumnya. Kami tinggikan siapa yang Kami kehendaki beberapa derajat. Sesungguhnya, Tuhanmu Mahabijaksana lagi Maha Mengetahui. Dan Kami telah menganugrahkan Ishaq dan Ya'qqub kepadanya. Kepada keduanya masing-masing telah Kami beri petunjuk; dan kepada Nuh sebelum itu juga telah Kami beri petunjuk, dan kepada sebagian keturunannya (Nuh), yaitu Daud, Sulaiman, Ayyub, Yusuf, Musa, dan Harun. Demikianlah Kami beri balasan kepada orang-orang yang berbuat baik, dan Zakariya, Yahya, Isa, dan Ilyas. Semuanya termasuk orang-orang yang saleh, dan Ismail, Ilyasa', Yunus, dan Luth. Masing-masing Kami lebihkan derajatnya di atas umat (pada masanya), dan Kami lebihkan (pula) derajat sebagian dari bapak-bapak mereka, keturunan mereka, dan saudara-saudara mereka. Dan Kami telah memilih mereka (untuk menjadi nabi-nabi dan rasul-rasul) dan Kami menunjuki mereka ke jalan yang lurus. (Surat al-An’aam: 83-87 )
Sifat-sifat yang Allah berikan kepada para nabi dan rasul-Nya diungkapkan dengan tepat dalam ayat di atas. Ada banyak contoh lain yang dijelaskan dalam Al-Qur'an. Pernyataan-pernyataan di bawah ini memberitahukan kepada kita tentang sifat-sifat mulia yang diberikan kepada para nabi dan rasul:
Sesungguhnya, Ibrahim adalah seorang imam yang dapat dijadikan teladan lagi patuh kepada Allah lagi hanif... (Surat an-Nahl: 120)
Dan ingatlah hamba-hamba kami: Ibrahim, Ishaq, dan Ya'qub yang mempunyai perbuatan-perbuatan yang besar dan ilmu-ilmu yang tinggi. (Surat Shaad: 45)
Dan sesungguhnya mereka pada sisi Kami benar-benar termasuk orang-orang pilihan yang terbaik. (Surat Shaad: 47)
Dan sesungguhnya Kami telah memberi ilmu kepada Daud dan Sulaiman; dan keduanya mengucapkan, 'Segala puji bagi Allah yang melebihkan kami dari kebanyakan hamba-hamba-Nya yang beriman’ (Surat an-Naml: 15)
Yesus (as) juga merupakan salah seorang nabi pilihan Allah. Allah berfirman dalam ayat,
Rasul-rasul itu Kami lebihkan sebagian (dari) mereka atas sebagian yang lain. Di antara mereka ada yang Allah berkata-kata (langsung dengan dia) dan sebagiannya Allah meninggikannya beberapa derajat. Dan Kami berikan kepada Isa putra Maryam beberapa mukjizat serta Kami perkuat dia dengan Ruhul Qudus... (Surat al-Baqarah: 253)

2. Dia akan dikenali pada ekspresi wajahnya yang hanya dapat dilihat pada diri para nabi dan rasul
Allah menginformasikan kepada kita dalam Al-Qur'an bahwa kemuliaan mereka yang dipilih-Nya dapat dikenali melalui pengetahuan dan juga melalui kekuatan fisik yang dimilikinya:
...Nabi (mereka) berkata, "Sesungguhnya Allah telah memilihnya menjadi rajamu dan menganugrahinya ilmu yang luas dan tubuh yang perkasa." Allah memberikan pemerintahan kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Mahaluas pemberian-Nya lagi Maha Mengetahui. (Surat al-Baqarah: 247)
Dengan dianugerahi hikmah, kekuatan fisik, pengetahuan, dan karakter yang sempurna, Yesus (as) akan mempunyai suatu ekspresi wajah yang hanya dapat dilihat pada diri para nabi dan rasul. Rasa takutnya kepada Allah dan cahaya keimanannya yang tulus akan tampak pada raut wajahnya. Ekspresi pada wajahnya ini langsung membedakannya dari manusia kebanyakan dan manusia yang melihatnya akan segera merasakan bahwa mereka sedang bertemu dengan orang yang istimewa. Tentu, tidak semua orang akan menyepakati hal ini. Di luar itu, akan ada beberapa orang yang tidak mengacuhkan kemuliaan ini. Alih-alih merasakannya ke lubuk hati yang dalam, mereka memberikan penolakan yang telak, menganggap kehadirannya sebagai ancaman bagi eksistensi mereka. Hanya mereka yang mempunyai keimanan yang tulus yang akan memahami kemuliaan ini dan memberikan penghargaan kepadanya.
Allah menghinformasikan kepada kita bahwa Yesus (as) adalah "...seorang terkemuka di dunia dan di akhirat dan salah seorang di antara orang-orang yang didekatkan (kepada Allah)" (Surat Ali Imran: 45) Karenanya, Yesus (as) akan dikenali oleh mereka yang berada di sekelilingnya karena kehormatan dan keistimewaan yang hanya dapat dilihat pada mereka yang telah dipilih Allah.

3. Dia mempunyai hikmah terkemuka dan lisan yang tegas
Itulah petunjuk Allah, yang dengannya Dia memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya... (Surat al-An’aam: 89)
Sepanjang sejarah Allah menyampaikan pesan ajaran dan wahyu-Nya melalui para utusan-Nya. Dia juga menganugrahkan hikmah kepada para utusan ini: gaya bicara yang lugas dan tegas, sikap yang penuh keteladanan dalam menggabungkan aksi-aksi kebenaran dan dalam mencegah perbuatan-perbuatan mungkar. Semua itu merupakan sifat-sifat umum yang dimiliki oleh para nabi dan rasul. Dalam Al-Qur'an, Allah juga memberikan perhatian kepada hikmah yang dianugrahkan kepada setiap nabi. Misalnya, untuk Nabi Daud (as), Allah berfirman: "Dan Kami kuatkan kerajaannya dan Kami berikan kepadanya hikmah dan kebijaksanaan dalam menyelesaikan perselisihan." (Surat Shaad: 20)
Hal yang sama bagi Nabi Yahya (as):
"Hai Yahya, ...Dan Kami berikan kepadanya hikmah selagi ia masih kanak-kanak." (Surat Maryam: 12)
Tentang Musa (as), Allah memberitahukan kepada kita:
"Dan setelah Musa cukup umur dan sempurna akalnya, Kami berikan kepadanya hikmah (kenabian) dan pengetahuan..." (Surat al-Qashash: 14)
Ayat yang serupa juga menyebutkan:
"Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmah kepada Luqman, yaitu, 'Bersyukurlah kepada Allah...' (Surat Luqman: 12).
Allah juga berfirman:
"...Sesungguhnya, Kami telah memberikan Kitab dan Hikmah kepada keluarga Ibrahim..." (Surat an-Nisaa': 54)
Berhubungan dengan ayat tersebut,
"Allah menganugrahkan al-Hikmah (kepahaman yang dalam tentang Al-Qur'an dan As-Sunnah) kepada siapa saja yang Dia kehendaki. Dan barang siapa yang dianugrahi al-Hikmah itu, ia benar-benar telah dianugrahi karunia yang banyak..." (Surat al-Baqarah: 269)Allah telah memberikan anugerah kepada semua nabi dan rasul. Anugerah ini juga ditujukan bagi Yesus (as), sebagaimana kita ketahui dari Al-Qur'an:
(Ingatlah), ketika Allah mengatakan, "Hai Isa putra Maryam, ingatlah nikmat-Ku kepadamu dan kepada ibumu di waktu Aku menguatkan kamu dengan Ruhul Qudus. Kamu dapat berbicara dengan manusia di waktu masih dalam buaian dan sesudah dewasa; dan (ingatlah) ketika Aku mengajar Al-Kitab, Hikmah, Taurat, dan Injil... (Surat al-Maa’idah: 110)
Dan tatakala Isa membawa keterangan, dia berkata, "Sesungguhnya aku datang kepadamu dengan membawa hikmah dan untuk menjelaskan kepadamu sebagian dari apa yang kamu berselisih tentangnya, maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah (kepada)ku."
(Surat as-Zukhruf: 63)
Dari ayat-ayat yang jelas ini, dapat kita simpulkan bahwa satu sifat khusus Yesus (as), sehingga kita dapat mengenalinya adalah lisannya yang tegas, lugas, dan menyentuh. Sebagaimana isu-isu lainnya, sikap bicaranya yang tegas merupakan satu sifat umum yang menyentuh yang dimiliki oleh para nabi pada umumnya. Kaum mukminin yang menjadikan Al-Qur'an sebagai pedoman kepada kebenaran, dapat menangkap kesan bahwa perkataan Yesus (as) mempunyai kekuatan yang khusus sebagaimana yang disebutkan dalam surah (al-Kahfi: 91) yang khusus diberikan kepada para utusan Allah. Hikmah yang dia perankan, diagnosis yang sempurna yang dia buat, dan solusi-solusi cerdas yang dia bawa akan menjadi tanda-tanda yang jelas dari pemberian khusus yang dianugerahkan Allah. Tidak ada seorang pun di sekelilingnya yang akan dapat memainkan peran seistimewa perannya, yang akan membuat kemuliannya lebih jelas lagi.

4. Dia sangat terpercaya
Setiap rasul yang memperkenalkan dirinya kepada kaum di mana dia diutus, dia akan mengatakan: "Sesungguhnya, aku adalah seorang rasul kepercayaan (yang diutus) kepadamu." (Surat asy-Syu'araa': 107) Kepercayaan yang dimiliki oleh para rasul adalah suatu hasil dari ketaatan mereka kepada Kitab dan agama Allah serta kewajiban-kewajiban yang dibebankan-Nya. Mereka secara cermat mengamati norma-norma yang dibuat Allah dan tidak pernah menyimpang dari jalan-Nya yang benar. Mereka hanya berkeinginan untuk mendapatkan kenikmatan yang baik dari Allah; mereka tidak pernah menyekutukan-Nya. Dalam Al-Qur'an, Allah memberikan gambaran kepada kita tentang sifat para nabi dan rasul ini. Misalnya, Musa (as) memperkenalkan dirinya kepada kaumnya di mana dia tinggal:
Sesungguhnya, sebelum mereka telah Kami uji kaum Fir'aun dan telah datang kepada mereka seorang rasul yang mulia, (dengan berkata), "serahkanlah kepadaku hamba-hamba Allah (Bani Israel yang kamu perbudak). Sesungguhnya, aku adalah utusan Allah yang dipercaya kepadamu." (Surat ad-Dukhaan: 17-18)
Tidak diragukan, kaum-kaum tersebut biasanya tidak mampu untuk menghargai sifat penting dari para nabi dan rasul ini. Selain itu, penolakan untuk melepaskan cara hidup yang dungu yang mereka perturutkan selama ini dan penolakan untuk hidup dengan agama yang benar yang disampaikan oleh para nabi kepada mereka, biasanya mereka tunjukkan dengan sikap intoleran kepada para utusan Allah tersebut. Hanya setelah beberapa saat berlalu, mereka baru memahami bahwa para nabi itu terpercaya. Nabi Yusuf (as) adalah salah satu contoh yang baik yang bisa dikemukakan di sini. Dia telah diuji dengan berbagai kesulitan selama periode yang tidak sebentar; pertama-tama, di dijual sebagai seorang budak dan kemudian dipenjara selama beberapa tahun. Namun, atas kehendak Allah, ketika waktunya tiba, dia dikenali sebagai seorang yang terpercaya oleh manusia dan raja memberikannya kepercayaan sebagai bendahara negara:
Dan raja berkata, "Bawalah Yusuf kepadaku, agar aku memilih dia sebagai orang yang dekat kepadaku." Maka tatkala raja telah bercakap-cakap dengan dia, dia berkata, "Sesungguhnya, kamu (mulai) hari ini menjadi seorang yang berkedudukan tinggi lagi dipercayai pada sisi kami" (Surat Yusuf: 54)
Sifat-sifat para nabi ini yang disebutkan dalam Al-Qur'an juga akan dapat diamati pada diri Nabi Yesus (as). Pada saat kedatangannya yang kedua ke bumi, sebagai seorang yang tidak pernah mengubah hukum Allah, dia akan dikenal karena sifat keterpercayaannya. Allah akan menyediakan pertolongan-Nya untuknya, sebagaimana yang telah Dia perbuat kepada seluruh nabi dan rasul yang lain, dan seiring waktu, sifatnya yang terpercaya akan termanifestasi.

5. Dia di bawah perlindungan Allah
Dan sesungguhnya telah tetap janji Kami kepada hamba-hamba Kami yang menjadi rasul, (yaitu) sesungguhnya mereka itulah yang pasti mendapatkan pertolongan. Dan sesungguhnya tentara Kami itulah yang pasti menang. (Surat as-Shaaffaat: 171-173)
Allah telah menganugerahkan kemuliaan kepada para utusan-Nya atas manusia lainnya. Dia memberikan kekuatan kepada mereka untuk mengalahkan musuh-musuh mereka dan melindungi mereka dalam melawan semua kelompok musuh. Pada saat berada dalam tahap pengambilan keputusan atau pada saat pelaksanaan suatu rencana, Allah selalu mendukung mereka.
Salah satu tanda lain bagi umat yang beriman yang sedang menanti Yesus (as), utusan Allah, adalah pemberiannya dalam membuat semua yang dilakukannya berakhir dengan keberhasilan. Misalnya, keputusan atau metode yang digunakannya, semua itu membawa hasil nyata bagi dirinya sendiri dan umat manusia di sekelilingnya. Benarlah, beberapa peristiwa yang tampaknya bertentangan dengan kemaslahatan publik akan segera terbukti sebaliknya. Peristiwa-peristiwa seperti itu akan mengindikasikan keabsahan putusannya. Hal tersebut terjadi karena Allah memberikan keyakinan kepada para utusan-Nya bahwa, di bawah kondisi apa pun, mereka akan tetap memperoleh kemenangan. Karena itu, kedatangan Yesus (as) yang kedua akan menjadi sangat berbeda dari kedatangannya yang kali pertama karena yang kali kedua ini ia akan menang di bawah panji Islam. Janji ini menjamin seluruh kesuksesan Yesus (as) akan tercapai pada misinya.
Tentu akan menjadi begitu jelas bahwa hal ini akan menarik perhatian umat yang beriman untuk mengikutinya. Sementara itu, para musuhnya juga akan mengamati tabiat yang luar biasa dari situasi ini, namun mereka akan gagal untuk mengenali bahwa ini merupakan petunjuk yang nyata dari Allah. Gerak-geriknya yang selalu membawa kebaikan, akan tetap menjadi suatu misteri bagi mereka. Hal tersebut mudah dipahami karena tujuan utama mereka dalam kehidupan ini adalah untuk menghadang orang-orang yang berbeda ini, yang mereka anggap sebagai "seorang manusia seperti diri mereka sendiri". Akan tetapi, sebagaimana dinyatakan dalam ayat,, "Kemudian Kami selamatkan rasul-rasul Kami dan orang-orang yang beriman, demikianlah menjadi kewajiban atas Kami menyelamatkan orang-orang yang beriman." (Surat Yunus: 103) Allah akan mengupayakan seluruh usaha mereka menjadi tidak berarti dan menolong para utusan-Nya. Komplotan-komplotan tersebut, yang berusaha atau berjuang menentangnya, tidak akan pernah berhasil.

6. Dia tidak akan memintah upah untuk pengabdiannya
Seluruh nabi dan rasul yang dikisahkan dalam Al-Qur'an berusaha keras untuk mengabdi di jalan Allah tanpa meminta balasan sebagai upah. Hanya satu yang mereka harapkan, yaitu keridhaan Allah. Bukan dunia tujuan mereka dan bukan keuntungan materi yang mereka inginkan dari umat manusia. Salah satu ayat dalam Al-Qur'an menjelaskan kebaikan dari para nabi ini,
Hai kaumku, aku tidak memintah upah kepadamu bagi seruanku ini. Upahku tidak lain hanyalah dari Allah yang telah menciptakanku. Maka tidakkah kamu memikirkan(nya)? (Surat Huud: 51)
Kebaikan yang umumnya dimiliki oleh para utusan Allah ini juga akan tampak para diri Yesus (as). Pada kedatangannya yang kedua, dia akan menyeru umat manusia di seluruh dunia kepada agama yang benar yang berasal dari Allah. Akan tetapi, kita pun seharusnya mengingat bahwa, sebagaimana dalam seluruh aspek, hanya umat yang berimanlah yang akan mengenali dan menghargai sifat-sifatnya. Selain itu, meskipun musuh-musuhnya mengenalinya, mereka akan menyebarkan fitnah tentang dia, yang merupakan pengulangan sejarah terhadap apa yang pernah diamali oleh para nabi dan rasul terdahulu. Yang paling mungkin, fitnah-fitnah ini adalah termasuk "bahwa dia sedang mencoba mendapatkan keuntungan pribadi". Yakinilah, Allah akan membuktikan ketidakbenaran fitnah-fitnah ini dan menolongnya, sebagaimana Dia telah memberikan petunjuk untuk melakukan kebaikan-kebaikan.

7. Dia pengasih dan penuh rahmat kepada umat yang beriman
Sifat lainnya yang dimiliki oleh para utusan Allah adalah "rasa kasih dan sayang" mereka terhadap orang-orang yang beriman. Bersikap kasih dan sayang kepada orang-orang yang beriman yang mengikuti mereka, telah membuat semua utusan Allah berusahak keras untuk meningkatkan karakter umat yang beriman untuk kebaikan mereka baik di dunia maupun di akhirat. Sifat yang paling berbeda yang dimiliki Nabi Yesus (as) adalah rasa belas kasihnya kepada umat yang beriman. Allah menerangkan sifat ini, sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Rasulullah (saw) dan juga murapakan sifat umum yang dimiliki seluruh utusan Allah,
Sesungguhnya, telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (kebaikan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin. (Surat at-Taubah: 128)
Yesus (as) juga akan mempunyai "perhatian yang mendalam" terhadap umat yang beriman di sekelilingnya. Ketulusan yang melekat pada dirinya ini akan memberikan satu bukti konkret bahwa dia adalah Yesus (Isa) (as) yang riil.
Dia Tidak Akan Mempunyai Sanak Saudara, Keluarga, atau Kerabat di Bumi
Yesus (as) akan dikenali dengan sifat-sifatnya yang telah disebutkan dalam Al-Qur'an. Walaupun demikian, ada beberapa faktor yang dapat menyingkap identitasnya. Tidak diragukan, salah satunya akan menjadi fakta bahwa dia tidak akan mempunyai sanak saudara, keluarga, ataupun kerabat di muka bumi ini. Tentu, tidak ada seorang pun yang mengetahuinya ketika dia datang ke bumi untuk kali kedua. Tidak ada seorang pun yang akan keluar dan mengatakan, "Saya telah mengenalnya sejak dulu. Saya telah melihatnya ketika...," secara sepontan karena orang-orang yang pernah mengetahuinya, hidup dan meninggal dua ribu tahun yang lalu. Selanjutnya, tidak ada seorang pun yang telah menyaksikan proses kelahirannya, masa kecilnya, masa muda atau dewasanya. Tidak ada seorang pun yang mengetahui persis tentang dirinya.
Sebagaimana telah diterangkan pada bab-bab terdahulu, Yesus (as) hadir kembali atas perintah Allah, perintah "jadilah!" Setelah beribu tahun, adalah sesuatu yang alami bahwa dia tidak mempunyai sanak saudara di muka bumi. Allah menggambarkan suatu analogi antara kondisi Yesus (as) dan Adam (as):
Sesungguhnya, misal (penciptaan) Isa di sisi Allah, adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya, "Jadilah!"  maka jadilah dia. (Surah Al ‘Imran: 59)
Sebagaimana disebutkan dalam ayat di atas, Allah memberikan perintah "Jadilah!" kepada Adam dan kemudian dia tercipta. Cara Yesus (as) terlahir pada waktu kali pertamanya juga sama meskipun dia mempunyai seorang ibu. Adam tidak mempunyai seorang ibu. Adam tidak mempunyai orang tua begitu juga Yesus (as) untuk kedatangannya yang kali kedua.

CONCLUSION
Dalam sejarah umat manusia, akan diutusnya Yesus (as) ke bumi untuk kali keduanya oleh Allah merupakan sesuatu yang benar-benar diharapkan oleh seluruh umat manusia. Hanya segelintir manusia yang akan menikmati peristiwa ini. Selanjutnya, dia akan menjadi seorang "penolong" yang diberkati yang diutus kepada seluruh umat manusia. Tentu, pada masa terjadinya kerusakan dan ketidakteraturan yang terus-menerus di dunia, semua umat manusia memohon seorang "penolong" dari Allah. Allah memberikan jawaban terhadap permohonan mereka:
Mengapa kamu tidak mau berperang di jalan Allah dan (membela) orang-orang yang lemah baik laki-laki, wanita-wanita, maupun anak-anak yang semuanya berdo'a, "Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami dari negeri ini (Mekah) yang zalim penduduknya dan berilah kami pelindung dari sisi Engkau!"? (Surat an-Nisaa': 75)
Sebagaimana disebutkan terdahulu, adapun "penolong" yang dimaksud pada masa kini adalah terjadinya penetrasi nilai-nilai Al-Qur'an ke dalam jiwa dan masyarakat kita. Mengenai kedatangannya yang kedua, Yesus (as) akan dengan sepenuh hati mengikuti nilai-nilai mulia yang diturunkan oleh Allah ini dan berusaha keras secara murni untuk menyebarkan nilai-nilai tersebut kepada umat manusia di seluruh dunia.
Pengetahuan tentang hal-hal gaib dan peristiwa yang akan terjadi di masa yang akan datang merupakan sesuatu yang hanya diketahui oleh Allah. Akan tetapi, mereka yang mengharapkan masa yang diberkati ini dan orang-orang di masa itu haruslah menjalankan kewajiban-kewajiban yang penting. Seperti halnya Yesus (as) akan melindungi dan membimbing seluruh umat yang beriman, seluruh umat yang beriman itu pun harus sepenuh hati mendukung Yesus (as) dan menolongnya dalam pelayanan yang ditujukan hanya untuk Allah. Dengan kata lain, di masa kini, selama kedatangannya yang kedua, umat beriman seharusnya tidak pernah menyebabkan dia memohon kembali, "Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku untuk (menegakkan agama) Allah?" (Surah Ali Imran: 52) Jika tidak, seseorang akan merasakan penyesalan dan kesengsaraan yang mendalam, baik di dunia maupun di akhirat. Allah dengan jelas mengancam mereka yang tidak mau bersyukur:
Kemudian Kami utus (kepada umat-umat itu) rasu-rasul Kami berturut-turut. Tiap-tiap seorang rasul datang kepada umatnya, umat itu mendustakannya, maka Kami perikutkan sebagian mereka dengan sebagian yang lain. Dan Kami jadikan mereka buah tutur (manusia), maka kebinasaanlah bagi orang-orang yang tidak beriman. (Surat al-Muminuun: 44)
Sebalilknya, mereka yang mengikuti dia, yang memberikan padanya dukungan yang tulus, dan mengadopsi nilai-nilai Ilahiah yang dibawanya, akan mendapatkan apa yang mereka harapkan, yaitu kenikmatan, rahmat dan surga Allah yang abadi. Hal ini merupakan janji yang pasti dan Allah telah memberikan kabar gembira:
(Dan mengutus) seorang rasul yang membacakan kepadamu ayat-ayat Allah yang menerangkan (bermacam-macam hukum) supaya Dia mengeluarkan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal yang saleh dari kegelapan kepada cahaya. Dan barangsiapa beriman kepada Allah dan memasukkannya ke dalam surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Sesungguhnya, Allah memberikan rezki yang baik kepadanya (Surat at-Thalaaq: 11)
Kita bersyukur kepada Allah Yang Mahakuasa, Yang akan mengangkat derajat hamba-hamba-Nya yang dikehendaki-Nya pada suatu peristiwa akbar, yaitu kedatangan Yesus (Isa) (as) dan menganugerahkan kepada mereka suatu kesempatan mahapenting untuk mendapatkan kebaikan dalam kehidupan mereka di akhirat kelak.
Dan kesejahteraan dilimpahkan atas para rasul. Dan segala puji bagi Allah Tuhan seru sekalian alam. (Surat ash-Shaaffaat: 181-182)
-----------------------------------------------------------------------------------------
1. Said-i Nursi, The Letters, The Fifteenth Letter, hlm.54
2. Said-i Nursi, The Rays, The Fifth ray, hlm. 487

YESUS DALAM KOLEKSI RISALAH AN-NUUR

YESUS DALAM
KOLEKSI RISALAH AN-NUUR

Dalam koleksi Risalah an-Nuur, tafsir tentang Al-Qur'an yang dikarang oleh Said Nursi, yang juga dikenal dengan Badiuzzaman (sosok menakjubkan di abad ke-20), salah seorang ilmuwan Islam terbesar di abad ke-20, terdapat referensi yang luas tentang akhir zaman dan kedatangan Yesus (as) yang kedua.
Adalah suatu fakta bahwa umat Islam kini memiliki pandangan yang berbeda, namun sebagian besar umat Islam dari berbagai budaya menyetujui bahwa Badiuzzaman merupakan salah seorang ilmuwan muslim abad ke-13 (dalam hitungan Hijriyah). Oleh karena itu, deskripsi yang terperinci tentang akhir zaman yang ditulis oleh Badiuzzaman memiliki makna penting bagi seluruh umat Islam.
Dalam keterangannya tentang akhir zaman, Badiuzzaman menyatakan bahwa ada dua gerakan filosofi - digambarkan sebagai upaya yang serius untuk membangun kekufuran - akan menyebabkan kekacauan di muka bumi. Gerakan yang pertama akan menjadi ancaman tersembunyi bagi Islam, sedangkan yang kedua akan secara terbuka menolak eksistensi Allah. Arus kedua adalah pemahaman materialis dan naturalis yang menegaskan bahwa materi adalah sesuatu yang absolut yang ada karena abadi dan akan terus eksis secara abadi. Kedua gerakan tersebut lebih jauh meyakini bahwa makhluk hidup secara tidak sengaja berasal dari benda mati. (Paham naturalis dikenal sebagai dimensi filosofi dari teori evolusi Darwin.)
Tentulah definisi ini merupakan dasar dari semua ideologi yang menolak eksistensi Allah. Sejak dahulu, para materialis menentang seluruh agama yang diturunkan Allah, melenyapkan para pengikutnya, menindas umat manusia, menyulut perang dan berupaya dengan sekuat tenaga menciptakan kemrosotan dalam masyarakat.
Yesus (as) juga pada kedatangannya yang kedua ke muka bumi, akan berjuang menentang pergerakan materialis dan naturalis ini dan - dengan izin Allah - akan memperoleh kemenangan dari mereka. Badiuzzaman menggambarkan tentang pergerakan materialis ini dalam buku-bukunya:
Arus yang kedua: suatu arus tirani yang terlahir dari filosofi naturalis dan materialis yang secara bertahap akan menjadi kuat dan menyebar pada akhir zaman dengan sarana filosofi materialis, sehingga mencapai tingkatan menolak Tuhan.1
Badiuzzaman menyatakan dengan tegas bahwa Yesus (as) akan datang ke bumi pada periode di mana kekafiran akan mendominasi bumi. Seperti yang dinyatakan dalam kalimat-kalimat Badiuzzaman berikut ini, pada kedatangannya yang kedua ke bumi, Yesus (as) akan memerintah dengan Al-Qur'an dan menghapuskan semua fanatisme Kristiani. Bersatu dalam menentang kekafiran, kaum Nasrani yang memeluk Islam dan umat Islam akan menang atas ideologi kafir dengan bimbingan Al-Qur'an. Ungkapan dalam Risalah an-Nuur yang menerangkan adalah:
Pada saat itu, ketika arus tersebut muncul dengan sangat kuatnya, agama Nasrani yang benar, yang terdiri atas kepribadian kolektif Isa (as), akan muncul. Ia akan turun dari langit yang terus diberkati. Agama Kristen yang ada sekarang akan dibersihkan di depan realitas yang ada. Dia akan menghapuskan semua takhayul dan distorsi serta menyatukan kebenaran Islam. Kristen akan ditransformasikan menjadi Islam. Sesuai dengan ajaran Islam, pribadi kolektif Yesus akan menjadi pengikut Islam dan Islamlah yang saat itu akan menjadi pemimpin. Agama akan menjadi sebuah kekuatan yang mahadasyat saat itu karena agama-agama telah menyatu dalam Islam. Walaupun dikalahkan oleh ateisme yang ada sekarang saat agama ini terpisah, Kristen dan Islam akan memiliki kapabilitas untuk mengalahkan dan menghancurkan ateisme berkat bergabungnya dua agama itu. Dengan demikian, pribadi Yesus, yang tampil dengan penampilannya sebagai manusia di alam samawi, dia akan datang untuk memimpin agama yang benar ini sebagaimana yang telah dijanjikan oleh Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu. Pembawa Berita Yang Hak (Allah) telah mengatakan itu. Jika Dia telah menyebutkan itu, pastilah itu sebuah kebenaran. Dan jika Yang Mahakuasa atas segala sesuatu telah menjanjikan, Dia tidak akan pernah menyalahi janji itu.2
Dalam semua diskripsinya tentang kedatangan Yesus (as) yang kedua, Badiuzzaman mengindikasikan bahwa Yesus (as) akan menghapus seluruh sistem kaum kafir pada periode itu. Lebih jauh, dia menambahkan bahwa Yesus (as) akan mendapatkan dukungan yang besar dari kaum muslimin. Dia akan bertindak sebagai seorang muslimin dan shalat di belakang imam dari kalangan kaum muslimi, bekerja sama dengan orang-orang yang bertindak benar dari dunia Islam, dan akan mengambil kepemimpinan dalam menyebarkan Al-Qur'an dan ajaran-ajarannya, serta menghapuskan sistem yang rusak yang sedang diterapkan oleh kaum kafir:
Hanya pengikut Yesus yang sebenarnya yang akan membunuh kepribadian kolektif raksasa materialisme dan anti-agama yang akan dibentuk oleh Dajjal —di mana Dajjal akan dibunuh oleh pedang Yesus— dan akan menghancurkan ide-idenya serta kekafirannya yang semuanya sarat dengan dengan ateisme. Hanya orang yang benar-benar Kristen yang akan mampu mencampur esensi ajaran Kristen dengan ajaran Islam dan akan mampu menghancurkan Dajjal dengan kombinasi yang sangat kuat, sehingga mampu membunuh Dajjal. Dalam sebuah hadits disebutkan, 'Yesus akan datang dan dia akan melakukan shalat wajib di belakang al-Mahdi dan dia akan mengikuti al-Mahdi,' maka sebutkan dengan singkat tentang kesatuan ini, dan keagungan Al-Qur'an di mana dia telah diikuti.3
-----------------------------------------------------------------------------
1. Said-i Nursi, The Letters, The Fifteenth Letter, hlm.53
2. Said-i Nursi, The Letters, The Fifteenth Letter, hlm.54
3. Said-i Nursi, The Rays, The Fifth Ray, hlm.493

KEMBALINYA YESUS KE BUMI

KEMBALINYA YESUS KE BUMI
Yesus (as) Tidak Meninggal
Satu kajian ayat-ayat tentang Yesus (as) dalam Al-Qur'an menunjukkan bahwa Yesus (as) tidaklah meninggal ataupun dibunuh, tetapi dia telah diangkat ke haribaan Allah. Hal ini sebagaimana diterangkan oleh ayat berikut:
Dan karena ucapan mereka, "Sesungguhnya kami telah membunuh Al-Masih, Isa putra Maryam, Rasul Allah", padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak pula menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan Isa bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan) Isa, benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak (pula) yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah Isa. Tetapi (yang sebenarnya), Allah telah mengangkat Isa kepada-Nya. Dan adalah Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana. (Surat an-Nisaa': 157-158)
Dalam beberapa terjemahan bahasa Inggris, kita mengetahui bahwa beberapa ayat lain yang diterjemahkan memberikan kesan bahwa Yesus (as) wafat sebelum dia diangkat ke haribaan Allah. Ayat-ayat ini adalah sebagai berikut:
(Ingatlah) ketika Allah berfirman, "Hai Isa, sesungguhnya Aku akan menyampaikan kamu kepada akhir ajalmu dan mengangkat kamu kepada-Ku...
(Surah Ali Imran: 55)
Pada surat al-Maa'idah ayat 117, peristiwa tersebut diceritakan dengan perkataan Yesus (as) yang juga diterjemahkan seperti itu, seolah-olah menyiratkan arti yang sama bahwa dia telah wafat:
"Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau perintahkan kepadaku (mengatakan)nya yaitu, 'Sembahlah Allah, Tuhanku dan Tuhanmu', dan adalah aku menjadi saksi terhadap mereka, selama aku berada di antara mereka. Maka setelah Engkau wafatkan (angkat) aku, Engkaulah yang mengawasi mereka. Dan Engkau adalah Maha Menyaksikan atas segala sesuatu." (Surat al-Maa’idah: 117)
Meskipun demikian, makna bahasa Arab dari ayat-ayat di atas menunjukkan bahwa Nabi Isa (as) tidak meninggal dalam arti yang kita pahami. Dalam bahasa Arab, kata yang diterjemahkan dalam ayat-ayat tersebut menjadi "meninggal" (to die) adalah kata "tawaffa" dan berasal dari kata "wafa – memenuhi/mengabulkan". Tawaffa tidak berarti "kematian" tetapi merupakan aksi "penarikan jiwa kembali", baik dalam keadaan tidur maupun meninggal. Juga dari Al-Qur'an, kita memahami bahwa "penarikan jiwa kembali" tidak serta merta bermakna kematian. Misalnya, dalam satu ayat di mana kata "tawaffa" digunakan, makna yang dimaksud bukanlah kematian seorang manusia, tetapi "penarikan jiwa dari tidurnya":
Dan Dialah yang menidurkan kamu (yatawaffakum) di malam hari dan Dia mengetahui apa yang kamu kerjakan pada siang hari, kemudian Dia membangunkan kamu pada siang hari untuk disempurnakan umur(mu) yang telah ditentukan, kemudian kepada Allah-lah kamu kembali, lalu Dia memberitahukan kepadamu apa yang dahulu kamu kerjakan. (Surat al-An’aam: 60)
Kata yang digunakan untuk "menarik kembali" dalam ayat ini adalah sama dengan kata yang digunakan dalam surat Ali Imran ayat 55. Dengan kata lain, dalam kedua ayat tersebut, kata "tawaffa" digunakan dan maknanya jelas bahwa seseorang tidak mati dalam kondisi tidurnya. Karena itu, apa yang dimaksudkan di sini adalah "menarik jiwa kembali". Makna yang sama juga berlaku pada ayat berikut:
Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya dan (memegang) jiwa (orang) yang belum mati di waktu tidurnya; maka Dia tahanlah jiwa (orang) yang telah dia tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang ditentukan. Sesungguhnya yang demikian itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berfikir. (Surat az-Zumar: 42)
Sebagaimana disebutkan dalam ayat-ayat ini, Allah menarik jiwa orang yang sedang tidur, namun Dia mengirim kembali jiwa-jiwa tersebut kepada mereka yang waktu kematiannya belum ditentukan. Dalam konteks ini, dalam tidurnya, seseorang tidaklah wafat dalam arti kematian. Hanya untuk periode yang temporal, jiwa meninggalkan tubuh dan tetap pada dimensi yang lain. Ketika kita terbangun, jiwa pun kembali ke dalam tubuh.1
Imam al-Qurtubi menjelaskan bahwa ada tiga makna dalam istilah 'wafat': wafat kematian, wafat tidur, dan terakhir wafat diangkat kepada Allah, sebagaimana yang terjadi pada Nabi Isa (as). Kesimpulannya, kita dapat mengatakan bahwa Yesus (as) kemungkinan berada pada suatu tempat yang khusus, diangkat keharibaan Allah. Apa yang sebenarnya dia alami bukanlah kematian dalam arti yang biasa kita pahami, melainkan benar-benar merupakan suatu keberangkatan dari dimensi ini. Wallahu A'lam.

Yesus (as) Akan Kembali ke Bumi
Dari apa yang sejauh ini telah diterangkan, jelas bahwa Yesus (as) tidaklah meninggal, tetapi telah diangkat ke haribaan Allah. Meskipun demikian, ada satu poin lagi yang digarisbawahi oleh Al-Qur'an: Yesus (as) akan kembali ke bumi.
(1)
Surat Ali Imran ayat 55 adalah satu dari ayat-ayat yang mengindikasikan bahwa Yesus (as) akan kembali:
(Ingatlah) ketika Allah berfirman, "Hai Isa, sesungguhnya Aku akan menyampaikan kamu kepada akhir ajalmu dan mengangkat kamu kepada-Ku serta membersihkan kamu dari orang-orang yang kafir, dan menjadikan orang-orang yang mengikuti kamu di atas orang-orang yang kafir hingga hari kiamat. Kemudian hanya kepada Aku-lah kembalimu, lalu Aku memutuskan di antaramu tentang hal-hal yang kamu selalu berselisih padanya. (Surat Ali Imran: 55)
Pernyataan dalam ayat, "...dan menjadikan orang-orang yang mengikuti kamu di atas orang-orang yang kafir hingga hari kiamat..." adalah penting. Ini merujuk kepada sekelompok orang yang secara teguh mengikuti Yesus (as) dan yang akan berada di atas orang-orang kafir sampai hari kiamat. Sekarang, siapakah orang-orang yang taat ini? Apakah mereka para murid (pengikut) Yesus (as) ataukah mereka adalah umat Nasrani yang ada pada saat ini?
Selama hidupnya, jumlah para pengikut Yesus (as) sangatlah sedikit. Setelah beliau tiada, esensi ajaran agamanya merosot secara drastis. Selain itu, orang-orang yang dikenal sebagai para murid Yesus (as) menghadapi tekanan yang sangat serius selama hidup. Selama dua abad berlalu, tanpa memiliki kekuatan politik, umat Nasrani yang masih mempunyai keimanan kepada Yesus (as) juga tertindas. Dalam hal ini, tidaklah mungkin bila dikatakan bahwa umat Nasrani terdahulu atau para pengikutnya selama periode tersebut secara fisik merupakan penguasa bagi orang-orang kafir di dunia. Kita secara logis mungkin berpikir bahwa ayat ini tidak dimaksudkan kepada mereka.
Sebaliknya, kita memperhatikan umat Nasrani kini, kita melihat bahwa esensi ajaran Nasrani telah mengalami banyak perubahan dan berbeda dengan ajaran Yesus (as) yang disampaikan kepada umat manusia pada saat itu. Umat Nasrani mengalami keyakinan yang menyimpang, yaitu bahwa Yesus (as) adalah anak Tuhan dan sama dengan diyakininya doktrin trinitas (Bapak, Anak, dan Roh Kudus). Dalam hal ini, tidaklah benar untuk menerima umat Nasrani kini sebagai para pengikut Yesus (as) yang taat. Dalam berbagai ayat dalam Al-Qur'an, Allah menyatakan bahwa mereka yang memiliki keyakinan kepada trinitas adalah termasuk orang-orang kafir:
Sesungguhnya, kafirlah orang-orang yang mengatakan, "Bahwasannya Allah salah satu dari yang tiga", padahal sekali-kali tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Tuhan Yang Esa.... (Surat al-Maa’idah: 73)
Dalam hal ini, komentar terhadap ayat, "...dan menjadikan orang-orang yang mengikuti kamu di atas orang-orang yang mengikuti kamu di atas orang-orang yang kafir hingga hari kiamat" adalah sebagai berikut:
pertama, disebutkan bahwa mereka ini adalah umat Islam yang benar-benar para pengikut sejati ajaran Yesus (Isa) (as) yang otentik; kedua, dikatakan bahwa mereka ini adalah umat Nasrani, baik yang menyembah berhala maupun tidak, dan yang diketahui mempunyai posisi dominan secara jumlah di dunia dewasa ini.
Meskipun demikian, kelompok yang pertama dan kedua akan disatukan pada saat kedatangan Yesus (as) karena dia akan menghapuskan "Jizyah". Artinya, dia tidak akan menerima umat Nasrani dan Yahudi yang memeluk agama selain agama Islam, dan kemudian dia akan mempersatukan seluruh umat yang beriman sebagai umat Islam. Nabi dan Rasul Allah terakhir, Muhammad (saw) juga telah memberikan kabar gembira akan kembalinya Yesus (as). Para ahli hadist (yang meriwayatkan sabda dan hadist Rasulullah (saw)) mengatakan bahwa ada satu hadist yang membahas masalah ini, di mana Rasulullah (saw) mengatakan bahwa Nabi Isa (as) akan turun sebagai pemimpin di antara umat manusia sebelum hari kiamat. Hadist ini sampai pada derajat mutawatir. Hal itu berarti hadist tersebut diriwayatkan oleh banyak orang dari setiap generasi para sahabat yang tidak mungkin diragukan lagi otentisitasnya. Seperti:
Abu Hurairah (ra) meriwayatkan bahwa Rasulullah (saw) bersabda, "Demi Zat Yang jiwaku berada di tangan-Nya, putra Maryam benar-benar akan segera turun ke tengah-ketengah kamu sebagai hakim yang adil. Dia akan menghancurkan salib, akan membunuh babi, dan akan menghapuskan jizyah. Harta saat itu akan melimpah sehingga tidak ada seorang pun yang akan menerimanya. Sehingga sujud satu kali saja kala itu jauh lebih baik dari dunia dan isinya". (HR Bukhari)
Jabir bin Abdullah berkata, "Saya mendengarkan Rasulullah bersabda, 'Umatku tidak akan berhenti berperang untuk membela yang benar hingga datang hari kiamat'. Rasulullah lalu bersabda, 'Kemudian, turunlah Isa bin Maryam dan pemimpin mereka berkata, 'Ke sinilah dan pimpinlah kami dalam sembahyang', namun dia akan berkata, 'Tidak! Sebab sebagian kalian adalah pemimpin untuk sebagian yang lain, sebagai penghormatan Allah terhadap umat ini'" (HR Muslim)
Abu Hurairah (ra) meriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda, "Tidak ada seorang nabi pun antara saya dan Isa. Sesungguhnya, dia akan turun ke bumi. Maka jika kalian melihatnya, kenalilah dia. Dia adalah seorang laki-laki dengan ukuran sedang, berkulit putih kemerah-merahan. Dia memakai dua baju kuning terang. Kepalanya seakan-akan ada air yang mengalir walaupun sebenarnya ia tidak basah. Dia akan berperang melawan manusia untuk membela Islam. Dia akan menghancurkan salib, membunuh babi, menghapuskan jizyah. Allah akan menghapuskan semua agama di zamannya kecuali Islam. Isa akan menghancurkan Dajjal dan dia akan hidup di bumi selama empat puluh tahun dan kemudian dia meninggal. Kaum muslimin akan menyembahyangkan jenazahnya". (Abu Dawud)

(2)
Di awal bab ini, kita telah menganalisis ayat 157-158 dari surat an-Nisaa'. Setelah kedua ayat tadi, Allah berfirman dalam surat an-Nisaa' ayat 159:
Tidak ada seorang pun dari Ahli Kitab, kecuali akan beriman kepadanya sebelum kematiannya. Dan di hari kiamat nanti, Isa itu akan menjadi saksi atas diri mereka.
(Surat an-Nisaa': 159)
Pernyataan di atas bahwa "kecuali akan beriman kepadanya sebelum kematiannya"adalah sangat penting untuk kita jelaskan. Beberapa orang ulama menyatakan bahwa kata "nya" dalam ayat ini digunakan pada Al-Qur'an dan kemudian menyebabkan interpetasi-interpetasi sebagai berikut: Tidak ada seorang pun dari Ahli Kitab yang akan beriman kepada Al-Qur'an sebelum dia (seseorang dari Ahli Kitab) wafat. Selain itu, dalam ayat 157 dan 158, dua ayat terdahulu, "nya" yang sama tanpa diragukan lagi merujuk kepada Yesus (as).
Surat an-Nisaa' 157:
Dan karena ucapan mereka, "Sesungguhnya kami telah membunuh Al-Masih, Isa putra Maryam, Rasul Allah", padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak pula menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan Isa bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan) Isa, benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti prasangka belaka, mereka tidak (pula) yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah Isa.
Surat an-Nisaa' 158:
Tetapi (yang sebenarnya) Allah telah mengangkat Isa kepada-Nya. Dan adalah Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.
Selain ayat-ayat yang terdapat dalam surat an-Nisaa' ini, tidak ada bukti lain yang menunjukkan bahwa "nya" yang dimaksudkan di sini adalah seseorang selain Yesus (as).
Surat an-Nisaa' 159:
Tidak ada seorang pun dari Ahli Kitab, kecuali akan beriman kepadanya sebelum kematiannya. Dan di hari kiamat nanti, Isa itu akan menjadi saksi atas diri mereka. (Surat an-Nisaa': 159)
Dalam Al-Qur'an, Allah memberitahukan kepada kita bahwa pada hari kiamat,  "pada hari (ketika) lidah, tangan, dan kaki mereka menjadi saksi atas mereka terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan" (Surat an-Nur: 24 dan Surat Yasiin: 65). Dari surat Fushshilat ayat 20-23, kita pahami bahwa pendengaran, penglihatan dan kulit akan memberi kesaksian atas kita. Tidak ada satu pun yang menyatakan bahwa "Al-Qur'an sebagai saksi". Jika kita menerima bahwa "nya" atau "ia" dalam kalimat pertama merujuk pada Al-Qur'an —meskipun secara kaidah bahasa dan logika, kita tidak mempunyai bukti apapun— seharusnya kita juga menerima bahwa "dia" dalam kalimat kedua juga merujuk pada Al-Qur'an. Untuk bisa menerima ayat ini, seharusnya ada satu ayat yang secara eksplisit meneguhkan pandangan ini. Akan tetapi, Ibnu al-Jauzi telah mengemukakan pandangan para ahli tafsir dalam karya-karyanya.
Ketika kita merujuk kepada Al-Qur'an, kita mengetahui bahwa saat kata ganti orang yang sama digunakan dalam Al-Qur'an, pada umumnya akan menyebutkan kata Al-Qur'an sebelum atau setelah ayat sebagaimana yang terdapat pada surat an-Naml ayat 77 dan surat asy-Syu'araa ayat 192-196. Ayat tersebut menyebutkan secara langsung bahwa Ahli Kitab akan beriman kepada Yesus (as) dan bahwa Yesus (as) akan menjadi saksi atas mereka.
Poin kedua adalah tentang interpetasi dari ungkapan "sebelum dia wafat". Beberapa orang berpendapat bahwa yang dimaksudkan di sini adalah "beriman kepada Yesus (as) sebelum kematian mereka sendiri". Menurut interpetasi ini, setiap orang dari Ahli Kitab pasti akan beriman sebelum dia menghadapi saat kematiannya. Akan tetapi, di masa Yesus (as), kaum Yahudi yang dipastikan sebagai Ahli Kitab bukan hanya tidak beriman kepada Yesus (as), melainkan berusaha membunuhnya. Dengan kata lain, tidaklah masuk akal untuk mengatakan bahwa umat Yahudi dan Nasrani yang hidup dan wafat di masa Nabi Yesus (as) beriman kepadanya.
Kesimpulannya, ketika kita membuat suatu evaluasi mendalam tentang ayat tadi, kita akan sampai pada kesimpulan; sebelum kematian Yesus (as), semua Ahli Kitab akan beriman kepadanya.2
Dalam makna sebenarnya, ayat tersebut mengungkapkan fakta yang jelas, yaitu sebagai berikut:
Pertama, terbukti bahwa ayat tersebut merujuk kepada masa yang akan datang karena ada penyebutan kematian Yesus (as). Akan tetapi Yesus (as) belum wafat, tetapi dia diangkat ke haribaan Allah. Yesus (as) akan datang kembali ke bumi, dia akan hidup selama waktu yang telah ditentukan dan kemudia wafat. Ini adalah peristiwa yang belum terjadi, tetapi pasti akan terjadi di masa yang akan datang.
Sebagai konsekuensi dari ungkapan "sebelum dia wafat" adalah suatu rujukan kepada Yesus (as). Para Ahli Kitab akan melihatnya, mengenalinya dan mentaatinya selama dia hidup. Sementara itu, Yesus (as) akan memberikan kesaksian atas mereka pada hari kiamat. Wallahu 'alam.
(3)
Akan kembalinya Yesus (as) ke bumi pada akhir zaman diterangkan dalam ayat lain pada surat za-Zukhruf ayat 61. Dimulai dari surat az-Zukhruf ayat 57, terdapat referensi tentang Yesus (as):
Maka tatkala putra Maryam (Isa) dijadikan perumpamaan tiba-tiba kaumnya (Quraisy) bersorak karenanya. Dan mereka berkata, "Manakah yang lebih baik tuhan-tuhan kami atau dia (Isa)?" Mereka tidak memberikan perumpamaan itu kepadamu melainkan dengan maksud membantah saja, sebenarnya mereka adalah kaum yang suka bertengkar.
Isa tidak lain hanyalah seorang hamba yang Kami berikan kepadanya nikmat (kenabian) dan Kami jadikan dia sebagai tanda bukti (kekuasaan Allah) untuk Bani Israel.
Dan kalau Kami kehendaki benar-benar, Kami jadikan sebagai gantimu di muka bumi malaikat-malaikat yang turun-temurun. (Surat az-Zukhruf: 57-60)
Setelah ayat-ayat ini, Allah menyatakan bahwa Yesus (as) merupakan salah satu tanda akan datangnya hari kiamat.
Dan sesungguhnya Isa itu benar-benar memberikan pengetahuan tentang hari kiamat. Karena itu, janganlah kamu ragu-ragu tentang hari kiamat itu dan ikutilah aku. Inilah jalan yang lurus. (Surat az-Zukhruf: 61)
Ibnu al-Jauzi mengatakan bahwa arti pertama dari ayat ini adalah bahwa Yesus (as) merupakan salah satu tanda atau prasyarat akan datangnya hari kiamat. Kita bisa katakan bahwa ayat ini dengan jelas mengindikasikan bahwa Yesus (as) akan kembali ke bumi pada akhir zaman. Hal tersebut dikarenakan Yesus (as) telah hidup enam abad sebelum turunnya Al-Qur'an. Konsekuensinya, kita tidak dapat menginterpretasikan kedatangannya yang kali pertama sebagai tanda kiamat. Apa yang sebenarnya ingin diindikasikan oleh ayat ini adalah bahwa Yesus (as) akan kembali ke bumi pada akhir zaman, yang juga dapat dikatakan, selama periode akhir sebelum datangnya hari kiamat dan ini akan menjadi satu tanda terjadinya hari kiamat. Allah Yang Maha Mengetahui.
Bahasa Arab dari ayat,"Dan sesungguhnya Isa itu benar-benar memberikan pengetahuan tentang hari kiamat..."adalah "Wa innahu la ‘ilmun li’s-sa’ati…" Beberapa orang menginterpretasikan kata ganti "hu" (kata ganti untuk mudzakar) dalam ayat ini sebagai Al-Qur'an, namun ayat-ayat sebelumnya secara eksplisit mengindikasikan Yesus (as) sebagaimana disebutkan dalam ayat: "Isa tidak lain hanyalah seorang hamba yang Kami berikan kepadanya nikmat (kenabian) dan Kami jadikan dia sebagai tanda bukti (kekuasaan Allah) untuk Bani Israel..." 3
Dalam Shahih Muslim juga dinyatakan bahwa hadist yang menyatakan bahwa Yesus (as) akan turun ke tengah-tengah umat manusia pada akhir zaman telah sampai pada derajat mutawir, yaitu diriwayatkan oleh banyak orang di setiap generasi para sahabat yang tidak mungkin diragukan lagi keotentikannya, dan disebutkan sebagai salah satu tanda utama akan datangnya hari kiamat. (Sahih Muslim, 2/58)
Hudzaifah bin Usaid al-Ghiffari mengatakan, "Rasulullah tiba-tiba menghampiri kami ketika kami sedang sibuk membahas beberapa masalah. Rasulullah lalu bersabda, 'Sedang mendiskusikan apa kalian?' Kami berkata, 'Kami sedang membicarakan hari akhir (kiamat).' Rasulullah lalu bersabda, 'Hari kiamat tidak akan tiba sebelum kalian semua melihat tanda-tandanya sebelum itu.'  Rasulullah lalu menyebutkan tanda-tanda kiamat itu berupa asap, Dajjal, binatang melata (daabbah), terbitnya matahari dari sebelah barat, turunnya Isa bin Maryam ke bumi, Ya'juj dan Ma'juj, dan terjadinya gerhana di tiga tempat (satu gerhana di sebelah timur, satu lagi di barat, dan satu lagi tanah Arab), dan akhirnya adalah keluarnya api dari Yaman dan menggiring manusia pada tempat berkumpul mereka .'" (HR Muslim)

(4)
Ayat lain yang mengindikasikan kedatangan Yesus (as) adalah sebagai berikut;
(Ingatlah), ketika Malaikat berkata, "Hai Maryam, sesungguhnya Allah menggembirakan kamu (dengan kelahiran seorang putra yang diciptakan) dengan kalimat (yang datang) dari-Nya, namanya Al-Masih Isa putra Maryam, seorang terkemuka di dunia dan akhirat dan salah seorang di antara orang-orang yang didekatkan (kepada Allah), dan dia berbicara dengan manusia dalam buaian dan ketika sudah dewasa dan dia adalah salah seorang di antara orang-orang yang saleh." Maryam berkata, "Ya Tuhanku, betapa mungkin aku mempunyai anak, padahal aku belum pernah disentuh oleh orang laki-laki pun?"

Allah berfirman (dengan perantaraan Jibril), "Demikianlah Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya. Apabila Allah berkehendak menetapkan sesuatu, maka Allah hanya cukup berkata kepadanya, "jadilah" lalu jadilah dia. Dan Allah akan mengajarkan kepadanya Al-Kitab, hikmah, Taurat dan Injil..." (Surat Ali Imran: 45-48)
Dalam ayat tadi dijelaskan bahwa Allah akan mengajarkan kepada Yesus (Isa) (as) Injil, Taurat dan "Al-Kitab". Tidak diragukan, kata "Kitab" ini adalah penting untuk dipertanyakan. Kita perhatikan ungkapan yang sama dalam surat al-Maa'idah ayat 110:
(Ingatlah) ketika Allah mengatakan, "Hai Isa putra Maryam, ingatlah nikmat-Ku kepadamu dan kepada ibumu di waktu Aku menguatkan kamu dengan Ruhul Qudus. Kamu dapat berbicara dengan manusia di waktu masih dalam buaian dan sesudah dewasa; dan (ingatlah) ketika Aku mengajar kamu Al-Kitab, hikmah, Taurat dan Injil…" (Surat al-Maa'idah: 110)
Ketika kita analis kata "Kitab" dalam kedua ayat di atas, kita pahami bahwa "Kitab" yang dimaksud adalah Al-Qur'an. Apalagi, hanya ada satu kitab yang pasti di muka bumi ini selain Taurat, Zabur dan Injil. Di samping itu, dalam ayat lain dalam Al-Qur'an, selain untuk Taurat dan Injil, kata "Kitab" digunakan untuk mengindikasikan Al-Qur'an.
Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia. Yang hidup kekal lagi senantiasa berdiri sendiri. Dia menurunkan Al-Kitab kepadamu dengan sebenarnya; membenarkan kitab yang telah diturunkan sebelumnya dan menurunkan Taurat dan Injil, sebelum (Al-Qur'an), menjadi petunjuk bagi manusia dan Dia menurunkan Al-Furqaan.... (Surat Ali Imran: 2-4)
Dalam hal ini, kita pertimbangkan dengan baik bahwa kitab ketiga yang akan diajarkan Yesus (as) adalah Al-Qur'an dan kita dapat mengasumsikan bahwa ini memungkinkan hanya jika dia datang ke bumi. Yesus (as) hidup 600 tahun sebelum diturunkannya Al-Qur'an dan adalah tidak mungkin dia telah mengetahui Al-Qur'an sebelum diturunkannya. Dalam hal ini, bahwa dia akan mempelajari Al-Qur'an selama persinggahannya yang kedua di bumi merupakan suatu keterangan yang masuk akal. Ini juga diterangkan dalam hadits ahad berikut ini:
Abu Hurairah (ra) meriwayatkan bahwa Rasulullah (saw) bersabda, "Demi Zat Yang jiwaku berada di tangan-Nya, putra Maryam benar-benar akan segera turun ke tengah-tengah kamu sebagai hakim yang adil. Dia akan menghancurkan salib dan akan membunuh babi dan akan menghapuskan jizyah. Harta saat itu akan melimpah sehingga tidak ada seorang pun yang akan menerimanya. Sehingga sujud satu kali saja kala itu jauh lebih baik dari dunia dan isinya." (HR Bukhari)
Para ulama dan ilmuwan muslim mengatakan bahwa makna dari hadits tentang tindakannya sebagai seorang hakim/penguasa yang adil ini adalah bahwa dia akan mengambil keputusan sesuai dengan syariat Islam, dengan hukum-hukum dalam kitab Allah, Al-Qur'an dan dengan Sunnah rasul Allah yang terakhir, Muhammad (saw). Allah-lah Yang Maha Mengetahui.

Ada Beberapa Contoh Manusia dalam Al-Qur'an yang Meninggal Dunia dan Kemudian Kembali Lagi ke Bumi Setelah Beratus-ratus Tahun
Seorang manusia yang dihidupkan setelah satu abad
Salah satu dari mereka adalah seorang yang mati selama satu abad. Ini diterangkan dalam surat al-Baqarah:
Atau apakah kamu tidak memperhatikan orang yang melalui suatu negeri yang (temboknya) telah roboh menutupi atapnya. Dia berkata, "Bagaimana Allah menghidupkan kembali negeri ini setelah hancur?" Maka Allah mematikan orang itu seratus tahun, kemudian menghidupkannya kembali. Allah bertanya, "Berapa lama kamu tinggal di sini?" Ia menjawab, "Saya telah tinggal di sini sehari atau setengah hari." Allah berfirman, "Sebenarnya kamu telah tinggal di sini seratus tahun lamanya; lihatlah kepada makanan dan minuman yang belum lagi berubah; dan lihatlah kepada keledai kamu (yang telah menjadi tulang belulang); Kami akan menjadikan kamu tanda kekuasaan Kami bagi manusia; dan lihatlah kepada tulang belulang keledai itu, bagaimana Kami menyusunnya kembali, kemudian Kami membalutnya dengan daging." Maka tatkala telah nyata kepadanya (bagaimana Allah menghidupkan yang telah mati) dia pun berkata, "Saya yakin bahwa Allah Mahakuasa atas segala sesuatu." (Surat al-Baqarah: 259)
Dalam ayat-ayat yang terdapat dalam pembahasan awal, ada penyebutan fakta bahwa Yesus (as) tidak wafat, tetapi "ditarik jiwanya", sedangkan pada ayat di atas, orang tersebut benar-benar meninggal. Konsekuensinya, seorang yang telah meninggal dapat hidup kembali atas seizin Allah. Ini secara eksplisit diterangkan dalam Al-Qur'an.
Ashhabul Kahfi terbangun setelah beratus tahun
Contoh lainnya diterangkan dalam kisah Ashhabul Kahfi yang terdapat pada surat al-Kahfi. Allah menerangkan kisah para pemuda yang mengasingkan diri dari penguasa tiran yang kejam pada masanya dalam sebuah gua. Diterangkan bahwa mereka tidur dan dibangunkan kembali setelah beratus tahun lamanya tertidur. Ayat berikut menerangkan,
(Ingatlah) tatkala pemuda-pemuda itu mencari tempat berlindung ke dalam gua lalu mereka berdo'a, "Wahai Tuhan kami, berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan kami ini." Maka Kami tutup telinga mereka beberapa tahun dalam gua itu. (Surat al-Kahfi: 10-11)
Dan kamu mengira mereka itu bangun, padahal mereka tidur; dan Kami balik-balikkan mereka ke kanan dan ke kiri, sedang anjing mereka membentangkan kedua lengannya di muka pintu gua. Dan jika kamu menyaksikan mereka tentulah kamu akan berpaling dari mereka dengan melarikan (diri) dan tentulah (hati) kamu akan dipenuhi dengan ketakutan terhadap mereka.

Dan demikianlah Kami bangunkan mereka agar mereka saling bertanya di antara mereka sendiri. Berkatalah salah seorang di antara mereka, "Sudah berapa lamakah kamu berada (di sini)?" Mereka menjawab,"Kita berada (di sini) sehari atau setengah hari." Berkata (yang lain lagi), "Tuhan kamu lebih mengetahui beberapa lamanya kamu berada (di sini). Maka suruhlah seorang di antara kamu pergi ke kota dengan membawa uang perakmu ini, dan hendakah dia lihat manakah makanan yang lebih baik, maka hendaklah dia membawa makanan itu untukmu dan hendaklah dia berlaku lemah lembut dan janganlah sekali-kali menceritakan halmu kepada seseorang pun." (Surat al-Kahfi: 18-19)
Al-Qur'an tidak menerangkan secara pasti berapa lama para pemuda tersebut tinggal di dalam gua, tetapi lamanya waktu yang dihabiskan tersirat dengan pernyataan "beberapa tahun". Akan tetapi, orang-orang mengira waktunya kurang lebih 309 tahun. Allah berfirman:
Dan mereka tinggal dalam gua mereka tiga ratus dan ditambah sembilan tahun (lagi).

Katakanlah: "Allah lebih mengetahui berapa lamanya mereka tinggal (di gua); kepunyaan-Nyalah semua yang tersembunyi di langit dan di bumi. Alangkah terang penglihatan-Nya dan alangkah tajam pendengaran-Nya; tidak ada seorang pelindung pun bagi mereka selain dari-Nya; dan Dia tidak mengambil seorang pun menjadi sekutu-Nya dalam menetapkan keputusan."
(Surat al-Kahfi: 25-26)
Tentu, yang menjadi masalah di sini adalah bukan panjang-pendeknya periode ini. Masalahnya adalah Allah menarik jiwa manusia, baik dengan menjadikan mereka tertidur maupun dengan mewafatkan mereka, dari kehidupan ini dalam waktu yang telah ditentukan dan kemudian membangkitkan mereka kembali. Seperti orang yang terbangun dari mimpi, Allah memberikan kehidupan lagi bagi mereka. Yesus (as) adalah salah satu dari mereka dan - seiring dengan waktu - dia akan hidup kembali di dunia ini. Setelah memenuhi kewajibannya, dia akan wafat seperti manusia lainnya sesuai dengan firman-Nya: "Di bumi itu kamu hidup dan di bumi itu kamu mati, dan dari bumi itu (pula) kamu akan dibangkitkan." (Surat al-A’raaf: 25)
-----------------------------------------------------------------------------
1. Prof. Süleyman Ates, Yüce Kur’an’in Cagdas Tefsiri (The Contemporary Tafsir of the Holy Qur’an)
2. Tafsir of Omer Nasuhi Bilmen
3. Prof. Süleyman Ates, Yüce Kur’an’in Cagdas Tefsiri (The Contemporary Tafsir of the Holy Qur’an, vol. 6, hlm. 4281)
A
 

YESUS PUTRA MARYAM DALAM AL-QUR'AN

YESUS PUTRA MARYAM
DALAM AL-QUR'AN

Dalam bab ini, kami akan membahas secara detail tentang kedatangan Yesus (Isa) (as) yang kedua yang ada dalam sumber-sumber yang layak dipercaya. Sumber pertama dan yang utama adalah Al-Qur'an, kalam Allah yang tidak dapat ditiru, sebagaimana yang diungkapkan dalam Al-Qur'an, "...Tidak ada yang dapat mengubah-ubah kalimat-kalimat-Nya..." (al-An'aam: 115). Sumber yang kedua adalah Sunnah Rasulullah terakhir, Muhammad, semoga Allah mencurahkan rahmat kepadanya dan menganugrahinya kedamaian. Al-Qur'an menyediakan informasi yang mendetail tentang tahap-tahap kehidupan Yesus (as), termasuk kelahirannya, proses pengangkatannya ke haribaan Allah, kedatangannya yang kali kedua dan kematiannya.
Yesus (as), yang hidup 2.000 tahun yang lalu, adalah seorang rasul yang diberkati Allah. Dia mempunyai kedudukan yang tinggi di dunia dan di akhirat, sebagaimana yang dikabarkan oleh Al-Qur'an. Agama yang benar yang dibawanya masih tetap ada sampai sekarang, meskipun hanya sebatas nama. Hal ini disebabkan ajaran orisinal yang disampaikan oleh Yesus (as) telah dirusak sekarang ini. Kitab yang Allah turunkan kepada Yesus (as) juga hanya tinggal nama di masa sekarang ini. Kini, teks orisinal kitab ini tidak ada lagi. Sumber-sumber yang dimiliki umat Nasrani telah mengalami berbagai perubahan dan distorsi. Konsekuensinya, kita tidak mungkin mendapatkan pengetahuan yang benar tentang Yesus (as) dari sumber-sumber yang dimiliki umat Nasrani pada masa sekarang ini.
Hanya ada dua sumber yang dapat memberikan pengetahuan yang akurat tentang Yesus (as), yaitu Al-Qur'an, kitab Allah yang Dia jamin tidak akan berubah hingga hari kiamat kelak, dan Sunnah Rasulullah (saw). Dalam Al-Qur'an, Allah memberikan catatan tentang kelahiran dan kehidupan Yesus (as), beberapa insiden yang dialaminya semasa hidup, orang-orang di sekelilingnya dan banyak bahasan lain yang berhubungan dengannya. Selain itu, ayat-ayat Al-Qur'an mengabarkan kepada kita tentang kehidupan Maryam sebelum ia melahirkan Yesus (as), bagaimana ia mengandung dengan cara yang menakjubkan, dan reaksi orang-orang yang ada di sekelilingnya terhadap kejadian yang menimpanya.  Allah juga memberikan kabar bahagia tentang Yesus (as) akan datang ke bumi selama beberapa saat di akhir zaman nanti. Dalam bab ini, Anda akan menemukan beberapa informasi yang diberikan oleh Al-Qur'an tentang Yesus (as).

ORANG YANG BERADA DALAM KESUSAHAN MEMOHON SEORANG PENOLONG

ORANG YANG BERADA
DALAM KESUSAHAN MEMOHON
SEORANG PENOLONG
Mengapa kamu tidak mau berperang di jalan Allah dan (membela) orang-orang yang lemah baik laki-laki, wanita-wanita, maupun anak-anak yang semuanya berdo'a, "Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami dari negeri ini (Mekah) yang zalim penduduknya dan berilah kami pelindung dari sisi Engkau, dan berilah kami penolong dari sisi Engkau!" (Surat an-Nisaa': 75)
Ketika membaca Al-Qur'an, kita menemukan suatu fakta tertentu: sebelum seorang rasul datang kepada suatu masyarakat, kerusakan moral kerap terjadi di sana. Sekali seorang rasul datang ke suatu masyarakat, mereka yang mengikutinya mencapai kehidupan yang penuh kebahagiaan, kedamaian dan kemakmuran, bahkan di tengah-tangah perjuangan mereka yang mulia untuk mencapai ridha Allah. Akan tetapi, setelah periode yang diberkahi ini, umat manusia yang telah menikmati kesenangan pada periode ini berada jauh dari nilai-nilai spiritual, menjadi pembangkangan dan puncaknya mereka menjadi orang yang kafir. Pada beberapa kasus, mereka menyembah tuhan-tuhan selain Allah dan kemudian bertindak tidak adil terhadap diri mereka sendiri dan - secara esensi - mempersiapkan akhir nasib mereka sendiri berakhir di tangan mereka sendiri.
Dalam Al-Qur'an surat Maryam, Allah menghubungkan kesetiaan, keikhlasan dan kecemasan yang para rasul rasakan terhadap Allah dan kemudian memberitahukannya kepada kita tentang bagaimana generasi yang datang kemudian telah benar-benar kehilangan keimanan sama sekali. Mereka terlempar jauh karena tingkah laku dan keinginan mereka sendiri dan tercabutnya nilai-nilai yang ada,
Mereka itu adalah orang-orang yang telah diberi nikmat oleh Allah, yaitu para nabi dari keturunan Adam dan dari orang-orang yang Kami angkat bersama Nuh dan dari keturunan Ibrahim dan Israel dan dari orang-orang yang telah Kami beri petunjuk dan telah Kami pilih. Apabila dibacakan ayat-ayat Allah Yang Maha Pemurah kepada mereka, maka mereka menyungkur dengan bersujud dan menangis. Maka datanglah sesudah mereka pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsu mereka, maka mereka kelak akan menemui kesesatan. (Surat Maryam: 58-59)
Mereka yang telah menolak tanggung jawab yang telah ditakdirkan, telah mendapatkan azab Allah dalam bentuk bencana yang beragam. Allah menggambarkan kehendak-Nya terhadap orang-orang ini, " Dan barang siapa berpaling dari peringatan-Ku maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta " (Surat Thaahaa: 124). Mereka mengalami penderitaan yang berbeda, seperti ketakutan dan masalah-masalah sosial serta ekonomi yang muncul akibat kemerosotan moral dan ketidakstabilan politik mereka.
Di bawah sistem orang-orang kafir yang zalim, umat manusia yang telah ingkar terhadap wahyu yang diturunkan mendapat berbagai tekanan dan ketidakadilan. Periode Fir'aun merupakan satu contoh serupa yang disebutkan dalam Al-Qur'an. Dengan kebesaran pengaruhnya, Fir'aun memberlakukan suatu kehidupan yang mewah dan rakyatnya mengalami penderitaan di bawah kekuasaannya yang tiran.
Sesungguhnya, Fir'aun telah berbuat sewenang-wenang di muka bumi dan menjadikan penduduknya berpecah belah, dengan menindas segolongan dari mereka, menyembelih anak laki-laki mereka dan membiarkan hidup anak-anak perempuan mereka. Sesungguhnya, Fir'aun termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan.
(Surat al-Qashash: 4)
Di bawah kondisi seperti itu, dimana rakyat mengalami masalah ekonomi dan sosial, hidup di bawah para pemimpin yang tiran dan tidak adil, kebutuhan akan seorang penolong sangatlah dirasakan. Dia adalah seorang yang mengubah kembali aspek-aspek dari beragam sistem yang tidak diharapkan yang disebabkan oleh para penguasa yang kafir dan orang-orangnya; ia pun membawa kedamaian, keadilan dan keamanan yang datang bersama dengan ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya.
Setelah Nabi Musa (as), Bani Israel pun menghadapi kesulitan yang sama di bawah kekuasaan tiran. Mereka diusir dari rumah dan negeri mereka serta menderita secara berkepanjangan. Menyadari bahwa tidak ada satu pun berhala yang mereka sembah, tidak pula harta yang mereka miliki dan tidak pula nenek moyang yang dapat menyelamatkan diri mereka dari kondisi yang sangat tidak diinginkan tersebut, mereka memohon seorang raja kepada Sang Maha Pencipta, seorang penolong  yang akan menyelamatkan mereka dari sistem yang kejam tersebut. Allah menjawab do'a orang-orang ini dan mengirim Talut kepada mereka (Saul dalam Injil):
Apakah kamu tidak memperhatikan pemuka-pemuka Bani Israel sesudah Nabi Musa, yaitu ketika mereka berkata kepada seorang nabi mereka, "Angkatlah kepada kami seorang raja supaya kami berperang (di bawah pimpinannya) di jalan Allah" Nabi mereka menjawab, "Mungkin sekali jika kamu nanti diwajibkan berperang, kamu tidak berperang." Mereka menjawab, "Mengapa kami tidak mau berperang di jalan Allah, padahal sesungguhnya kami telah terusir dari kampung halaman kami dan dari anak-anak kami ?" Maka tatkala perang itu diwajibkan kepada mereka, mereka pun berpaling, kecuali beberapa orang saja di antara mereka. Dan Allah mengetahui siapa orang-orang yang zalim. (Surat al-Baqarah: 246)

"Kamu Sekali-kali Tidak Akan Mendapatkan Penggantian
dalam Sunnah Allah"
Berdasarkan cerita yang terkandung dalam Al-Qur'an, kita pahami bahwa sesuatu yang hampir serupa menyebabkan runtuhnya peradaban di masa silam, yaitu penentangan terhadap para rasul mereka. Kondisi di mana umat manusia menjalani kehidupannya, pengiriman para rasul untuk memberikan peringatan kepada mereka dan kebinasaan mereka semua adalah memiliki pola yang sama.
Masyarakat modern juga mengalami kerusakan dan kemerosotan yang pesat. Kemiskinan, kesengsaraan dan ketidakteraturan menjerumuskan kehidupan umat manusia ke dalam kekacauan yang komplet dan menyebabkan mereka mengharapkan suatu kehidupan yang damai di mana kebaikan menjadi pemenangnya. Tampaknya, keadilan dapat menang hanya jika nilai-nilai Al-Qur'an menjadi sesuatu yang utama di antara umat manusia. Hanya mereka yang mempunyai nilai-nilai yang nyata yang dapat memberikan solusi bagi seluruh permasalahan yang dialami umat manusia dewasa ini. Allah telah mengutus seluruh nabi dan rasul-Nya kepada generasi-generasi terdahulu yang telah mengalami tekanan sosial yang sama dan Dia terkadang memberikan kekayaan dan kemegahan yang mengagumkan kepada mereka yang mengikuti pada rasul-Nya. Fakta ini sesuai dengan ayat:
Jikalau sekiranya penduduk-penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya itu. (Surat al-A’raaf: 96)
Ayat ini, seperti halnya ayat-ayat serupa lainnya, menyatakan bahwa satu-satunya cara yang mendatangkan kebahagiaan dan kedamaian adalah dengan mengikuti Islam. Prinsip ini akan terus berlaku terhadap generasi-generasi yang akan datang sebagaimana telah berlaku pada generasi sebelumnya. Di tempat-tempat yang tidak memiliki nilai-nilai Islam, ketidakadilan, ketidakamanan dan ketidakstabilan akan menang. Ini merupakan sunnah Allah. Tidak adanya perubahan dalam sunnah Allah dinyatakan dalam Al-Qur'an:
…Tatkala datang kepada mereka pemberi peringatan, maka kedatangannya itu tidak menambah kepada mereka kecuali jauhnya mereka dari (kebenaran), karena kesombongan (mereka) di muka bumi dan karena rencana (mereka) yang jahat. Rencana yang jahat itu tidak akan menimpa selain orang yang merencanakannya sendiri. Tiadalah yang mereka nanti-nantikan melainkan (berlakunya) sunnah (Allah yang telah berlaku) kepada orang-orang yang terdahulu. Maka sekali-kali kamu tidak akan menemui perubahan bagi sunnah Allah dan sekali-kali tidak (pula) akan menemui penyimpangan bagi sunnah Allah itu. (Surat Faathir: 42-43)

Kelaziman Islam Menurut Al-Qur'an
Sebagaimana disebutkan dalam bahasan sebelumnya bahwa Allah mengirimkan para nabi dan rasul kepada umat manusia untuk membebaskan mereka dari kekafiran dan ketidakadilan merupakan sesuatu yang diinformasikan dalam Al-Qur'an kepada kita. Nabi atau rasul ini membimbing umatnya untuk mengimani Allah tanpa menyekutukan-Nya dan agar merasa takut kepada-Nya. Apabila umatnya tetap menolak, dia mengingatkan mereka akan azab Allah. Allah berfirman bahwa Dia tidak akan membinasakan suatu kaum sebelum peringatan ini disampaikan:
Dan Kami tidak membinasakan sesuatu negeri pun, melainkan sesudah ada baginya orang-orang yang memberi peringatan; untuk menjadi peringatan. Dan kami sekali-kali tidak berlaku zalim. (Surat asy-Syu'araa': 208-209)
Pada masa sekarang ini kita amati bahwa kemerosotan, baik fisik maupun spiritual yang terjadi di masyarakat secara menyeluruh dibarengi dengan ketidakstabilan ekonomi dan politik. Kesenjangan yang besar terjadi antara si miskin dan si kaya, dan kerusakan sosial semakin meningkat. Al-Qur'an mengingatkan manusia bahwa setelah dan bahkan selama periode gelap seperti itu, Allah senantiasa menunjukkan jalan menuju keselamatan bagi mereka yang benar-benar mengharapkan-Nya. Dengan cara ini, Islam pasti akan berjaya di seluruh dunia dan agama yang benar akan mengalahkan semua agama kafir. Kepada para umatnya yang beriman (al-Mu'minuun), Allah memberikan kabar gembira dalam surat at-Taubah:
...Dan Allah tidak menghendaki selain menyempurnakan cahaya-Nya, walaupun orang-orang yang kafir tidak menyukai.  Dialah yang telah mengutus Rasul-Nya (dengan membawa) petunjuk (Al-Qur'an) dan agama yang benar untuk dimenangkan-Nya atas segala agama, walaupun orang-orang musyrik tidak menyukai. (Surat at-Taubah: 32-33)
Dalam surat an-Nuur, Allah memberitahukan kepada umat-Nya yang beriman yang melakukan amal-amal saleh tanpa mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun dan benar-benar mencari keridhaan-Nya, bahwa mereka akan mendapatkan kekuasaan sebagaimana umat-umat beriman terdahulu. Firman-Nya:
Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa; dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka; dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tidak mempersekutukan sesuatu pun dengan-Ku. Dan, barang siapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik." (Surat an-Nuur: 55)
Satu hal pantas mendapatkan sebutan di sini. Pada ayat di atas, syarat untuk penyebaran Islam diberikan: keberadaan umat yang beriman yang benar-benar murni sebagai hamba Allah tanpa mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun dan yang melakukan amal-amal saleh di jalan Allah…

Penolong yang Dinantikan
Apa yang telah dibahas sejauh ini adalah sebagai berikut. Pada setiap masa, Allah selalu menjawab seruan hamba-hamba-Nya yang dengan penuh harap membutuhkan pertolongan-Nya. Hal ini juga terjadi di zaman sekarang dan di masa yang akan datang. Sebagaimana yang pernah terjadi di masa lalu, di masa sekarang ini pun diharapkan bahwa Allah akan menyelamatkan umat manusia dari ketidakadilan sistem kaum kafir dan menghadirkan keindahan Islam kepada mereka.
Kini, dunia Islam diharapkan akan menemukan sebuah jalan keluar bagi kerusakan yang terjadi sekarang ini dan hamba-hamba beriman yang ikhlas akan menyampaikan nilai-nilai Islam tersebut ke seluruh dunia. Pastilah, sebagaimana yang terjadi di setiap zaman, umat manusia sekarang ini mengharapkan seorang penolong akan segera tiba. Penolong ini, yang akan membawa umat manusia dari "kegelapan menuju cahaya terang benerang", adalah agama Islam. Umat manusia yang mendapatkan bimbingan dalam menapaki kehidupan dengan nilai-nilai yang dibawa oleh sang penolong ini akan mengalahkan semua sistem yang menolak Allah dan mereka akan menjadikan idiologi-idiologi yang rusak menjadi tidak berlaku.
Singkat kata, Allah akan menolong setiap umat manusia sebagaimana yang telah dilakukan-Nya kepada umat-umat terdahulu. Allah menjanjikan hal ini kepada hamba-hamba-Nya yang dengan ikhlas taat kepada-Nya dan mempunyai rasa takut yang mendalam kepada-Nya.
(Yaitu) orang-orang yang telah diusir dari kampung halaman mereka tanpa alasan yang benar, kecuali karena mereka berkata, "Tuhan kami hanyalah Allah". Dan sekiranya Allah tiada menolak (keganasan) sebagian manusia dengan sebagian yang lain, tentulah telah dirobohkan biara-biara Nasrani, gereja-gereja, rumah-rumah ibadah orang Yahudi dan masjid-masjid yang di dalamnya banyak disebut nama Allah. Sesungguhnya, Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sesungguhnya, Allah benar-benar Mahakuat lagi Mahaperkasa. (Yaitu) orang-orang yang jika kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi niscaya mereka mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, menyuruh berbuat yang makruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan kepada Allah-lah kembali segala urusan. (Surat al-Hajj: 40-41)