Orientalisme adalah suatu gerakan yang timbul di zaman modern,
pada bentuk lahirnya bersifat ilmiyah, yang meneliti dan memperdalam masalah
ketimuran. Tetapi di balik penelitian masalah ketimuran itu mereka berusaha
memalingkan masyarakat Timur dari Kebudayaan Timurnya, berpindah mengikuti
keinginan aliran Kebudayaan Barat yang sesat dan menyesatkan.
Orientalis, adalah kumpulan Sarjana-sarjana Barat, Yahudi, Kristen, Atheis dan lain-lain, yang mendalami bahasa-bahasa Timur (bahasa Arab, Persi, Ibrani, Suryani dan lain-lain), temtama mempelajari bahasa Arab secara mendalam. Studi ini mereka gunakan untuk memasukkan ide-ide dan faham-faham yang bathil ke dalam ajaran Islam, agar aqidah, ajaran dan da’wah Islam merosot, berkurang pengaruhnya terhadap masyarakat, tak berbekas dalam kehidupan, tidak mampu mengangkat derajat kemanusiaan, tidak berperan lagi untuk melepaskan manusia dari perhambaan pada makhluk, dan tujuan Islam tak kunjung tercapai dalam mengeluarkan manusia dari kegelapan-kegelapan (Zhulumaat: kufur, syirik, fasik, lemah, bodoh, tertindas, miskin, dijajah, dianiaya, dan dalam keadaan terbelakang dalam segala bidang) menuju An Nur (kebalikan dari Zhulumaat, yaitu bertauhid, iman, kuat, pintar, cerdas, adil, aman, makmur, maju dan lain sebagainya). Seperti kita ketahui, bahwa segala tipu daya dan kebatilan yang mereka resapkan sedikit demi sedikit telah masuk ke dalam kebudayaan Islam dan berakibat mengurangi peranan Islam dalam penyiaran ilmu pengetahuan yang telah membawa Eropa dari zaman pertengahan (masa kebodohan dan kegelapan) ke masa kejayaan masa modern (yang sekarang telah menjadi kebanggaan para Sarjana Barat). Pihak Orientalisme berusaha keras menyerang Islam, dan menggerogoti da’wahnya, sebab mereka tidak mampu melepaskan diri dari pengaruh nafsu hendak memusuhi Islam yang mereka warisi. Usaha mereka itu tidak saja secara sembunyi-sembunyi dan menaburkan benih-benih keragu-raguan terhadap sumber Islam, memasukkan kebatilan-kebatilan ke dalam ajaran syari’at, menggiring ummat Islam ke dalam aliran fikiran yang sesat, dan menyerang bahasa Arab (bahasa al Qur’an), tapi juga terang-terangan membantu propaganda gerakan yang berselubung di bawah nama Islam yang menyesatkan. Juga para Orientalis memonopoli semua mass media, yang digunakan untuk membinasakan dan menjauhkan ummat Islam dari agamanya, bahkan merusakkan putera-puteri Muslim yang belajar di sekolah-sekolah dan di negeri mereka. Di bawah ini akan kita uraikan bahaya Orientalisme ini, tujuannya dalam memerangi Islam dan menggerogoti da’wah, alat yang dipergunakannya dalam usaha mereka baik yang nyata maupun yang tersembunyi, usaha dan langkah yang perlu kita lakukan untuk melegaskan bahaya, serta tangkisan kita terhadap tipu daya musuh-musuh Islam dan lain-lainnya. 1. Timbulnya Orientalisme. Salahlah orang yang berpendapat bahwa Orientalisme gerakan ilmiyah yang tujuannya hanya memperdalam masalah ketimuran saja (kepercayaan, adat dan peradabannya). Sebenamya Orientalisme hakekat dan kenyataannya adalah alat Penjajah; tujuan Orientalisme ini ialah: “memakai dan mempergunakan penelitian masalah ketimuran sebagai langkah untuk menyerang/memerangi Islam, menimbulkan rasa keragu-raguan terhadap sumber-sumber Islam agar ummat Islam berpaling dari agamanya, agar ummat Islam jangan sampai pada kemuliaan dan kekuatannya, tetapi hanya selalu mengekor kepada Barat, dan selalu taqlid masa bodoh dan apatis, melihat segala macam jenis kejahatan dan kemerosotan di negeri mereka. I Orientalisme ini hakekatnya adalah lanjutan dari perang Salib, melawan Islam, sebab sebenarnya perang Salib ini belum berhenti, tetapi hanya mengambil bentuk dan warna yang berbeda, di antaranya Orientalis. Orientalis muncul dengan kedok sebagai para ahli untuk mengadakan riset dan survey tentang sesuatu bidang ilmu pengetahuan dengan maksud tertentu untuk memasukkan berbaga macam fitnah, menebarkan isue-isue; melampiaskan segala isi hatinya dan kedengkiannya terhadap Islam, dan menulisi Islam dengan pena yang beracun. Para Orientalis terang-terangan menolak sistim ilmu Islam yang asli. Ini berakibat menyimpangnya ummat dari hakekat kebenaran, dan meninggalkan hukum Islam. Orientalis tidak mungkin membiarkan Islam terlaksana di tengah-tengah masyarakat. Para Orientalis adalah antek-antek penjajah Barat terhadap Negeri-negeri Timur dan Negeri Islam, karena gerakan Orientalis ini adalah lanjutan dari Perang Salib dalam bentuk yang lain. Gerakan Orientalis berkembang pesat dan sudah sampai berlanjut selama dua abad, perubahan yang bergerak sebagai salah satu bentuk penjajahan. Asal kata “Orientalisme” bahasa Arabnya al istisyraaq, mashdar fiil: Istasyraqa. Artinya, “mengarah ke Timur dan memakai pakaian masyarakatnya.” Para Orientalis (al Mustasyriqun) mendalami bahasa-bahasa Timur sebagai langkah untuk mengarah ke sana. Masing-masingnya mempelajari satu bahasa atau bermacam-macam bahasa Timur, seperti bahasa Arab, bahasa Parsi, bahasa Ibrani, bahasa Urdu, Suryani, Indonesia, Melayu, Cina dan lain-lain. Sesudah itu mereka mempelajari bermacam-macam ilmu pengetahuan, kesenian, adab/sastra, kepercayaan masyarakat yang mempunyai bahasa tersebut di atas dan lain-lainnya. Bahasa Arablah yang menjadi sasaran utama dari tujuan para Orientalis ini. Memang para Orientalis sudah banyak yang mempelajari bahasa Arab, dan menjadi spesialis dalam ilmu bahasa, seperti ahli Nahwu, ahli Sharaf, ahli Sastra (Adab) dan ahli Balaghah. Kemudian mereka mulai menjurus pada ilmu-ilmu Islamiyah, seperti: Aqidah, Syari’ah dan lain-lain, dan seterusnya menambah Aqidah dan Syari’ah yang murni itu dengan kebatilan-kebatilan untuk mengaburkan hakekat Islam dan memalingkan ummat dari agamanya yang menunjukinya ke jalan kemajuan dan kemuliaan. Tujuan tersebut telah terlaksana dan mempengaruhi kebudayaan negeri-negeri Islam. Bukti yang paling jelas mengenai hubungan Orientalisme dengan penjajahan yaitu bahwa pasaran Orientalisme sangat pesat di Eropa, Amerika dan negara-negara yang ada kepentingannya dengan negara Timur umumnya dan negara-negara Islam pada khususnya. Kesempatan yang lebih luas lagi bagi Orientalisme di negara-negara jajahan digunakan untuk mengendalikan peperangan di negara-negara Timur dalam segala bentuknya, yang dikenal di zaman modern, baik perang bersenjata (militer) maupun perang ekonomi, politik atau kebudayaan atau perang fikiran. Bahkan hampir tidak terdapat Kedutaan-kedutaan Negara-negara Penjajah di negeri-negeri Timur dan negara-negara Islam yang tidak ada di dalamnya. “Orientalis” yang menduduki posisi/jabatan-jabatan strategis pada kedutaan itu, baik diplomat atau pegawai biasa. Sesungguhnya ikatan Orientalisme dengan penjajah dan antek-anteknya menjadikan Orientalisme selalu meningkatkan usahanya dalam menyesatkan Islam dan menggerogoti da’wah Islamiyah. Mereka menggunakan semua alat, dalam penyesatan tersebut, sebab agama yang maha suci inilah satu-satunya penghalang yang tangguh dalam menghadapi penjajahan dan perhambaan kepada selain Allah. Para Orientalis mengetahui betul dalam penelitiannya terhadap Islam bahwa aqidah Islam menanamkan dasar-dasar yang kokoh sesuai dengan fitrah kemanusiaan, umum dan logis, sesuai dengan akal yang lempang, serta textnya (nash-nash) yang tegas, di mana tidak memungkinkan bagi akal (otak) para ahli fikir dan failasuf untuk membatalkan pokok yang satu ini dari sumbernya, apabila mereka sudah terbiasa dengan manhaj ilmu yang benar. Justru karena itu sejak dahulu, sejak timbulnya, Orientalisme selalu menanamkan bibit-bibit penyelewengan terhadap Da’wah Islam dengan memasukkan kebatilan-kebatilan, dengan kedok penelitian dan pembahasan ilmiyah yang berselubung. Dengan demikian nyatalah bahwa Orientalisme merupakah pelindung musuh-musuh Islam, Penjajah, Atheis, Zionis dan lain-lain. Di balik nama Orientalisme ini bernaung apa yang dikatakan penganut faham Komunis yang berbahaya dan merusak itu, dan para penyokong aliran-aliran atheisme di zaman modern. Mereka menghimpun segala kemarahan dan kebencian terhadap Islam; lantaran Islam itu berasaskan Tauhid dan merupakan Risalah Ilahiyah yang bertitik tolak dan memusatkan segala-galanya kepada Allah. Semua Rasul Allah selalu memulai da’wahnya terhadap kaum/ummatnya dengan perkataan: “Sembahlah olehmu Tuhan-mu; tak ada Tuhan selain Dia.” Agama adalah fitrah yang diberikan Allah kepada manusia, yang hakekat fitrah manusia pun sesuai dengan agama itu, dan Tauhid yang sangat sesuai dengan jiwa manusia; hanya Iblis dan Syaithanlah yang memalingkan dan mempengaruhi manusia kepada penyembahan thaghut, patung, batu, syaithan, api, kuasa manusia, dan lain-lain. Aqidah Islam adalah aqidah yang jelas dan tegas, jauh dari keraguan dan sangkaan serta khayalan (imaginasi). Dengan aqidah yang betul, manusia mampu mengendalikan hawa nafsunya; dan aqidah inilah yang diperkokoh oleh akal supaya tetap baik dan sampai pada hakekat yang sebenamya. Dengan begitu jelaslah bahwa Orientalisme adalah alat yang dipakai oleh musuh-musuh Islam yang ingin merusak dan menggerogoti da’wah dan ajaran Islam yang sangat sesuai dengan fitrah manusia tersebut. Para Orientalis berusaha keras memerangi Islam dengan segala cara, gaya dan dayanya dan dengan berbagai bentuk; karena tujuan mereka terang-terangan anti dan ingin menghancurkan Islam itu sendiri. Syukur, Allah selalu melindungi ummat Islam dan menenangkan ummat Islam, betapapun benci dan lihainya orang kafir. 2. Usaha Orientalisme Dalam Memerangi Islam Dengan Bersenjatakan Ilmu. Para Da’i dan Ummat Islam yang antusias terhadap Da’wah Islamiyah patut sekali mengetahui dan mendalami usaha-usaha yang dilakukan oleh para Orientalis dalam memerangi Islam sebab mereka itu hakekatnya adalah musuh Islam yang paling keras. Mereka (Orientalis) menjadikan ilmu sebagai alat untuk menggerogoti da’wah Islam dan bersembunyi di balik topeng-topeng pembahasan dan penelitian ilmiyah. Sebenarnya mereka itu memasukkan bibit-bibit (benih-benih) kebatilan terutama sekali ke dalam Syari’ah Islamiyah, masalah-masalah Fiqih, muamallah dan lain-lain, di mana dengan sengaja mereka membikin hal-hal yang menyesatkan terhadap Angkatan Muda Islam, yang belajar kepada mereka, memantapkan serta memberikan hal-hal yang membuat orang bungkem dan merasa cukup terhadap fikiran-fikiran yang merusak dan berbahaya, dan menarik secara halus agar para mahasiswa yang Belajar dengan Orientalis dan yang belajar di negara-negara tersebut (Barat) bergabung dengan mereka (Orientalis) dalam merusak dan mencari-cari kejelekan Islam, tanpa mereka sadari. Bahkan ada Universitas Orientalis yang mensyaratkan adanya kemampuan mahasiswanya untuk menjelaskan kejelekan Islam bila mereka hendak mendapat degree kesarjanaan. Adapun tulisan-tulisan para Orientalis yang berkenaan dengan Risalah Islamiyah, Rasul-rasul lain-lain, tegas-tegas membongkar rahasia kebenciannya yang terpendam terhadap Islam. Salah satu contoh dapat kita kemukakan di sini, yaitu “apa” yang ditulis oleh salah seorang Orientalis yang bernama Gold Tziher (Buku-buku karangan Gold Tziher nii di zaman Belanda dijadikan standard pengetahuan agama di Fakultas-fakultas Hukum). Untuk mengetahui maksud jahat mereka dan peranannya dalam menindas Islam dan menggerogoti da’wah Islamiyah dengan menggunakan ILMU sebagai alat dalam mencapai tujuannya. Orientalis tersebut mengatakan dalam buku yang dikarang oleh Gold Tziher, yang diterjemahkan ke dalam bahasa Arab oleh Dr. M. Yusuf Musa dkk, berjudul AL AQIDAH WAS SYARI’AH FIL ISLAM, halaman 15, berbunyi: “… Maka pemberitaan-pemberitaan kegembiraan oleh Nabi Arab itu bukanlah suatu yang baru, melainkan hanya merupakan kutipan-kutipan yang diambilnya dari pengetahuan-pengetahuan dan pokok-pokok fikiran agama-agama yang diketahuinya atau diperolehnya akibat hubungannya dengan tokoh-tokoh Yahudi atau Kristen dan lain-lain. Hal itulah yang berbekas dan berpengaruh pada Muhammad secara mendalam, yang menurut dia (Muhammad) pantas sekali untuk membangunkan jiwa dan perasaan keagamaan yang sejati di kalangan anggota-anggota kaumnya.” Ini adalah perkataan yang berbisa, yang diulang-ulang oleh para Orientalist yang terang-terang benci/sentimen, seperti: da’wah yang pernah dilancarkan oleh kaum Musyrikin sejak 14 abad yang lalu, yang langsung dibalas oleh Allah SWT, sehingga Allah membongkar rahasia, akal dan perbuatan jahat mereka, dalam surat Al Fufqan ayat 4-6: Orang-orang Kafir itu berkata, “Ini tidak lain dari kata-kata dongeng yang diadakan oleh Muhammad dan ditolong oleh kaum lain; dengan perkataannya itu mereka sudah mengerjakan keaniayaan dan dosa besar.” Orang Kafir itu berkata lagi, “Adalah dongeng orang-orang dahulu kala yang dikutipnya; dan itulah yang didiktekan kepadanya pagi dan sore (terus-menerus). Katakanlah (hai Muhammad), Ajaran ini diturunkan oleh Yang Maha Tahu rahasia langit dan bumi, dan Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (al Furqan 4-6). Kemudian Allah membantah dan mematahkan alasan-alasan musyrik tersebut dengan firman-Nya: “Jika kamu ragu pada apa yang Kami turunkan pada hamba-Ku, maka datangkanlah satu surat yang serupa Qur’an itu, panggil saksi-saksimu yang selain Allah, jika kamu benar, andaikata kamu tidak sanggup membuatnya, dan pasti kamu tak akan sanggup berbuat itu, maka takutlah kamu pada api neraka yang sebagai kayu bakarnya ialah manusia dan batu yang disediakan untuk orang-orang kafir.” (al Baqarah 23). Gold Tziher dan konco-konconya di kalangan Orientalis adalah musuh Islam, melakukan pemurtadan seperti yang dilakukan oleh orang-orang musyrik Quraisy dahulu kala yang bersikap menentang dan angkuh. Sedangkan orang musryik Quraisy masih adil (sopan) dalam pembangkangannya, dan akhirnya mereka itu masuk ke dalam agama Islam dan ikut berjihad pada jalan Allah, dan pahlawan-pahlawan perang menghadapi musuh-musuh Islam. Adapun Orientalis selalu saja menyerang Islam, menggerogoti da’wah dengan membikin keragu-raguan di dalam pemaham-an Al Qur’an. Menimbulkan waham (pendangkalan faham) dengan memutarbalikkan fakta, dengan membuat hadis-hadis palsu atau mengatakan sendiri bahwa Rasul sendiri pernah melampaui ketentuan wahyu karena menasakhkan (membatalkan) wahyu yang pernah turun dengan perintah Allah. Bbegitulah dakwaan Orientalis tersebut, sebagaimana bisa dilihat pada buku berjudul Aqidah was Syari’ah fil Islam karangan Gold Thiher halaman 41. Jelaslah kebencian Orientalis ini, bahkan kebencian itu sudah mempengaruhi otaknya, karena akalnya yang sehat sudah dipengaruhi oleh hatinya yang benci, di mana dia mengakui bahwa Muhammad itu Rasulullah, yang merubah Risalah Tuhan-nya atas perintah Tuhan karena situasi yang memaksa. Apakah ini masuk di akal? Siapakah Rasul yang membawa Risalah yang berani mendustakan Allah, dan tetap sebagai Rasul? Tidakkah perkataan Orientalis tersebut suatu kebencian yang merusak akalnya sendiri dan memutar-balikkan fakta? Tidakkah pernah orang yang benci itu membaca ayat Allah yang menangkis tuduhan bohong orang musyrik, yang mengatakan bahwa Muhammad mengada-adakan kebohong-hohongan? Yaitu surat Al-Haqqah ayat 44-47: “Kalau dia (Muhammad) berkata kepada Kami perkataan-perkataan yang lain, niscaya akan Kami tarik dia dengan kekuatan dan kemudian akan Kami putuskan hubungan yang kuat itu dengannya, maka tidak akan ada seorang pun yang mampu menghalanginya (membelanya).” Permusuhan Orientalis terhadap Islam sudah nyata sekali, baik melalui perkataan (lisan), tulisan-tulisan yang beracun, maupun yang tersembunyi di dalam hatinya. Ummat Islam harus bersikap hati-hati dan berusaha membongkar kepalsuan, tipudaya kaum Orientalis yang berselubung di balik semboyan “kebijaksanaan atau logika” dan ummat Islam wajib kerja keras melaksanakan Risalah Islamiyah sampai meresap ke dalam akal fikiran dan perasaan dan dapat diwujudkan dalam kenyataan hidup. Kita membaca tulisan-tulisan Orientalis mengenai Islam, kalau topiknya betul, dia masukkan kata-kata tuduhan di sana-sini, maka berbuatlah dia ibarat pembunuh yang menyerang orang yang lengah. Betapa banyak para ilmuwan Islam yang tertipu oleh Orientalis ini, dan mentah-mentah mengambil keterangan, sebagai hukum positif tanpa kritik, bahkan ikut serta bergabung dengan Orientalis tersebut dalam memerangi Islam, penggerogotan Da’wah, penyesatan, dan menganggap itulah teori atau program yang terbaik. Na’uzubillah min zalik. Para Orientalis pada umumnya mempelajari Islam, dengan niat untuk menghimpun tuduhan terhadap Islam dengan kedok, selubung ilmiyah, penelitian dan survey tentang hakekat Islam, akan tetapi kefanatikannya mengalahkannya dari mengatakan kalimat haq. Maka untuk menghindari dirinya dari Taa’sub (fanatik), kita harus berusaha menjadikan mereka Sarjana yang murni, yang bersih dan tak palsu dan tidak zalim. Kaum Orientalis dan pengikut-pengikutnya memang berusaha menghimpun sifat-sifat positif dan negatif, tapi dalam penghimpunan itu mereka tak mungkin lupa menyisipkan komentar-komentar yang menyesatkan. Dari itu kita harus membaca karangan-karangan Orientalis dan lantas kita koreksi dengan berhati-hati sebab mereka tak mungkin bersih dari pengaruh sentimen nafsu pertentangan yang telah mereka warisi sejak zaman Perang Salib, dan tak mungkin lepas dari usaha keras mereka memerangi Islam, menggerogoti Da’wah kebenaran (membuktikan yang haq dan melenyapkan kebatilan). Islam selalu menghadapi musuh-musuh yang senantiasa menunggu kesempatan di segala pihak, dan kaum Muslimin pun selalu menghadapi musuh-musuhnya yaitu Orientalis, pewaris kaum salib yang memaksa ummat Islam agar selalu sadar dan siaga. Para Da’i (juru Da’wah) wajib dilengkapi dengan segala perlengkapan ilmu yang luas, mendalami serta mengetahui apa yang ada pada musuh, supaya mereka dapat membela agama dari tipu daya musuh dan membatalkan perbuatan jahat musuhnya. Allah selalu melindunginya. Berikut ini dikemukakan pembahasan sekitar usaha dan cara kaum Orientalis dalam memerangi Islam, memerangi ummat Islam dan memalingkan mereka dari agamanya. Tapi Allah tetap menangkis tipu daya mereka dan menjaga agama yang diridhoi-Nya. |
ORIENTALISME
BAGAIMANA KITA MENGENAL YESUS?
BAGAIMANA KITA MENGENAL YESUS?
![]() ![]()
Pada bab-bab terdahulu, bahwa Yesus (as) tidak wafat dan telah
diangkat ke haribaan Allah serta dia akan kembali lagi ke bumi telah diterangkan
secara gamblang dan jelas dalam ayat-ayat Al-Qur'an. Setelah semua yang telah
disebutkan ini, pertanyaan selanjutnya yang akan muncul di dalam benak kita
adalah, "bagaimana kita akan mengenali Yesus (as) ketika dia kembali lagi ke
bumi dan sifat-sifat apa yang dimilikinya sehingga dia dapat dikenali?" Pada
tahap ini, sumber khusus yang dapat kita rujuki adalah Al-Qur'an dan Sunnah
Rasulullah.
Al-Qur'an, baik dalam ayat-ayat maupun dalam kisah-kisah
tertentu, memberikan beragam keterangan kepada kita yang berhubungan dengan
nabi-nabi terhdahulu. Banyak sifat umum yang dimiliki oleh para nabi dan para
pengikut kaum mukminin sejati yang disebutkan dalam Al-Qur'an. Selain itu adalah
mungkin untuk menemukan semua sifat para kaum mukminin yang ada dalam ayat-ayat
Al-Qur'an. Dalam konteks ini, sifat-sifat mulia Yesus (as) yang berhubungan
dengan masalah keimanan juga digambarkan dalam Al-Qur'an. Demikian juga, merujuk
kepada Al-Qur'an, umat beriman yang tulus dapat memiliki sifat-sifat yang mulia
ini yang dapat diamati pada diri Yesus (as) dan berdasarkan hal tersebut mereka
dapat mengenalinya.
Pada poin ini, yang harus diingat oleh kita adalah bahwa
mengenali Yesus (as) bukan tidak mungkin dapat dilakukan oleh setiap orang.
Badiuzzaman Said Nursi menyatakan tentang hal ini:
Ketika Yesus datang, adalah tidak penting bahwa
setiap orang harus mengenalinya sebagai Yesus yang asli. Orang-orang pilihannya
dan mereka yang dekat dengannya akan mengenalinya melalui cahaya keimanan. Hal
tersebut tidak akan menjadi bukti dalam dirinya sendiri sehingga setiap orang
akan mengenalinya.1
Sebagaimana yang disepakati oleh Badiuzzaman, selama
tahun-tahun awal kedatangannya yang kedua, manusia yang mengetahui Yesus (as)
akan terbatas pada kelompok kecil yang dekat dengannya. Selain itu, ini hanya
akan mungkin dengan "cahaya keimanan". Tentulah istilah ini membutuhkan
keterangan yang lebih jauh: "cahaya keimanan" adalah pemahaman yang
dianugerahkan Allah kepada mereka yang meyakini eksistensi dan keesaan Allah
serta mereka yang mengamalkan perintah-perintahnya yang ada dalam Al-Qur'an.
Dengan pemahaman yang seperti itu, umat yang beriman dapat mengevaluasi situasi
secara terperinci dan menangkap peristiwa-peristiwa mendetail dengan mudah.
Sebagaimana yang diinformasikan Al-Qur'an kepada kita, umat yang beriman adalah
mereka yang merenungkan dengan hati-hati segala sesuatu yang ada di sekitar
mereka dan kemudian tidak pernah kehilangan sedikitpun aspek-aspeknya yang rinci
dan halus. Allah memberitahukan kepada manusia bahwa Dia akan memberikan
tindakan yang berbeda (untuk menentukan yang benar dan salah) kepada mereka yang
merefleksikan setiap sesuatu dalam bentuk suatu usaha yang keras untuk memahami
keagungan dan kekuasaan Allah serta kepada mereka yang mempunyai rasa takut
kepada-Nya:
Hai orang-orang yang beriman, jika kamu bertakwa
kepada Allah, niscaya Dia akan memberikan kepadamu furqan dan menghapuskan
segala kesalahan-kesalahan dan mengampuni (dosa-dosa)mu. Dan Allah mempunyai
karunia yang besar. (Surat al-Anfaal: 29)
|
Selanjutnya, mereka yang akan mengenali Yesus (as) selama
kedatangannya yang kedua dan mengikutinya, pasti adalah orang-orang yang beriman
kepada Allah dan Al-Qur'an serta berfikir secara mendalam tentang segala
sesuatu. Badiuzzaman Said Nursi juga menggambarkan hal ini dengan mengatakan:
Sesungguhnya, walaupun Isa (as) datang, maka dia
sendirilah yang akan mengetahui bahwa dirinya adalah Isa (as), bukan orang
lain.2
![]() ![]()
Sebagaimana disebutkan di atas, merujuk kepada Al-Qur'an dalam
mencari jawaban dari pertanyaan-pertanyaan ini, yang seharusnya pertama-tama
kita lakukan adalah mencari sifat-sifat umum yang dimiliki oleh para nabi dan
rasul yang diterangkan dalam Al-Qur'an. Karenanya, cara untuk mengenali Yesus
(as) adalah dengan menguji sifat-sifat dari para nabi dan rasul. Tentu, ada
beratus-ratus jumlahnya, namun dalam bab ini kita akan menekankan pada
sifat-sifat yang paling banyak muncul yang dengan segera menjadi jelas.
1. Dia berbeda dari manusia kebanyakan karena nilai-nilai moralnya yang luar biasa
Seperti halnya semua nabi yang dipilih oleh Allah untuk
menyampaikan ajaran-ajaran-Nya kepada umat manusia, Yesus (as) dikenal karena
nilai-nilai moralnya yang istimewa. Sifat yang paling membedakannya adalah
keteladanannya, yang dengan segera akan tampak dalam masyarakat di mana ia
tinggal. Tentu, dia mempunyai suatu karakter keteladanan yang belum pernah
terjadi sebelumnya di alam ini dan mempengaruhi siapa saja pada pandangan
pertama. Ia adalah seorang yang sangat komitmen, pemberani dan kuat, manifestasi
dari kebenaran dia sandarkan kepada Allah, dan kemurnian keimanannya kepada-Nya.
Dengan karakter yang demikian, dia mempunyai pegaruh yang disukai oleh setiap
orang. Kemuliaannya ini, yang juga dimiliki oleh semua nabi, diterangkan dalam
ayat:
Dan itulah hujjah Kami yang Kami berikan kepada
Ibrahim untuk menghadapi kaumnya. Kami tinggikan siapa yang Kami kehendaki
beberapa derajat. Sesungguhnya, Tuhanmu Mahabijaksana lagi Maha Mengetahui. Dan
Kami telah menganugrahkan Ishaq dan Ya'qqub kepadanya. Kepada keduanya
masing-masing telah Kami beri petunjuk; dan kepada Nuh sebelum itu juga telah
Kami beri petunjuk, dan kepada sebagian keturunannya (Nuh), yaitu Daud,
Sulaiman, Ayyub, Yusuf, Musa, dan Harun. Demikianlah Kami beri balasan kepada
orang-orang yang berbuat baik, dan Zakariya, Yahya, Isa, dan Ilyas. Semuanya
termasuk orang-orang yang saleh, dan Ismail, Ilyasa', Yunus, dan Luth.
Masing-masing Kami lebihkan derajatnya di atas umat (pada masanya), dan Kami
lebihkan (pula) derajat sebagian dari bapak-bapak mereka, keturunan mereka, dan
saudara-saudara mereka. Dan Kami telah memilih mereka (untuk menjadi nabi-nabi
dan rasul-rasul) dan Kami menunjuki mereka ke jalan yang lurus. (Surat
al-An’aam: 83-87 )
Sifat-sifat yang Allah berikan kepada para nabi dan rasul-Nya
diungkapkan dengan tepat dalam ayat di atas. Ada banyak contoh lain yang
dijelaskan dalam Al-Qur'an. Pernyataan-pernyataan di bawah ini memberitahukan
kepada kita tentang sifat-sifat mulia yang diberikan kepada para nabi dan rasul:
Sesungguhnya, Ibrahim adalah seorang imam yang dapat
dijadikan teladan lagi patuh kepada Allah lagi hanif... (Surat an-Nahl: 120)
Dan ingatlah hamba-hamba kami: Ibrahim, Ishaq, dan
Ya'qub yang mempunyai perbuatan-perbuatan yang besar dan ilmu-ilmu yang tinggi.
(Surat Shaad: 45)
Dan sesungguhnya mereka pada sisi Kami benar-benar
termasuk orang-orang pilihan yang terbaik. (Surat Shaad: 47)
Dan sesungguhnya Kami telah memberi ilmu kepada Daud
dan Sulaiman; dan keduanya mengucapkan, 'Segala puji bagi Allah yang melebihkan
kami dari kebanyakan hamba-hamba-Nya yang beriman’ (Surat an-Naml: 15)
Yesus (as) juga merupakan salah seorang nabi pilihan Allah.
Allah berfirman dalam ayat,
Rasul-rasul itu Kami lebihkan sebagian (dari) mereka
atas sebagian yang lain. Di antara mereka ada yang Allah berkata-kata (langsung
dengan dia) dan sebagiannya Allah meninggikannya beberapa derajat. Dan Kami
berikan kepada Isa putra Maryam beberapa mukjizat serta Kami perkuat dia dengan
Ruhul Qudus... (Surat al-Baqarah: 253)
2. Dia akan dikenali pada ekspresi wajahnya yang hanya dapat dilihat pada diri para nabi dan rasul
Allah menginformasikan kepada kita dalam Al-Qur'an bahwa
kemuliaan mereka yang dipilih-Nya dapat dikenali melalui pengetahuan dan juga
melalui kekuatan fisik yang dimilikinya:
...Nabi (mereka) berkata, "Sesungguhnya Allah telah
memilihnya menjadi rajamu dan menganugrahinya ilmu yang luas dan tubuh yang
perkasa." Allah memberikan pemerintahan kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan
Allah Mahaluas pemberian-Nya lagi Maha Mengetahui. (Surat al-Baqarah: 247)
Dengan dianugerahi hikmah, kekuatan fisik, pengetahuan, dan
karakter yang sempurna, Yesus (as) akan mempunyai suatu ekspresi wajah yang
hanya dapat dilihat pada diri para nabi dan rasul. Rasa takutnya kepada Allah
dan cahaya keimanannya yang tulus akan tampak pada raut wajahnya. Ekspresi pada
wajahnya ini langsung membedakannya dari manusia kebanyakan dan manusia yang
melihatnya akan segera merasakan bahwa mereka sedang bertemu dengan orang yang
istimewa. Tentu, tidak semua orang akan menyepakati hal ini. Di luar itu, akan
ada beberapa orang yang tidak mengacuhkan kemuliaan ini. Alih-alih merasakannya
ke lubuk hati yang dalam, mereka memberikan penolakan yang telak, menganggap
kehadirannya sebagai ancaman bagi eksistensi mereka. Hanya mereka yang mempunyai
keimanan yang tulus yang akan memahami kemuliaan ini dan memberikan penghargaan
kepadanya.
Allah menghinformasikan kepada kita bahwa Yesus (as) adalah
"...seorang terkemuka di dunia dan di akhirat dan salah
seorang di antara orang-orang yang didekatkan (kepada Allah)" (Surat Ali Imran:
45) Karenanya, Yesus (as) akan dikenali oleh mereka yang berada di
sekelilingnya karena kehormatan dan keistimewaan yang hanya dapat dilihat pada
mereka yang telah dipilih Allah.
3. Dia mempunyai hikmah terkemuka dan lisan yang tegas
Itulah petunjuk Allah, yang dengannya Dia memberi
petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya... (Surat
al-An’aam: 89)
Sepanjang sejarah Allah menyampaikan pesan ajaran dan wahyu-Nya
melalui para utusan-Nya. Dia juga menganugrahkan hikmah kepada para utusan ini:
gaya bicara yang lugas dan tegas, sikap yang penuh keteladanan dalam
menggabungkan aksi-aksi kebenaran dan dalam mencegah perbuatan-perbuatan
mungkar. Semua itu merupakan sifat-sifat umum yang dimiliki oleh para nabi dan
rasul. Dalam Al-Qur'an, Allah juga memberikan perhatian kepada hikmah yang
dianugrahkan kepada setiap nabi. Misalnya, untuk Nabi Daud (as), Allah
berfirman: "Dan Kami kuatkan kerajaannya dan Kami berikan
kepadanya hikmah dan kebijaksanaan dalam menyelesaikan perselisihan." (Surat
Shaad: 20)
Hal yang sama bagi Nabi Yahya (as): "Hai Yahya, ...Dan Kami berikan kepadanya hikmah selagi ia masih kanak-kanak." (Surat Maryam: 12) Tentang Musa (as), Allah memberitahukan kepada kita: "Dan setelah Musa cukup umur dan sempurna akalnya, Kami berikan kepadanya hikmah (kenabian) dan pengetahuan..." (Surat al-Qashash: 14) Ayat yang serupa juga menyebutkan: "Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmah kepada Luqman, yaitu, 'Bersyukurlah kepada Allah...' (Surat Luqman: 12). Allah juga berfirman: "...Sesungguhnya, Kami telah memberikan Kitab dan Hikmah kepada keluarga Ibrahim..." (Surat an-Nisaa': 54)
Berhubungan dengan ayat tersebut,
"Allah menganugrahkan al-Hikmah (kepahaman yang dalam tentang Al-Qur'an dan As-Sunnah) kepada siapa saja yang Dia kehendaki. Dan barang siapa yang dianugrahi al-Hikmah itu, ia benar-benar telah dianugrahi karunia yang banyak..." (Surat al-Baqarah: 269)Allah telah memberikan anugerah kepada semua nabi dan rasul. Anugerah ini juga ditujukan bagi Yesus (as), sebagaimana kita ketahui dari Al-Qur'an:
(Ingatlah), ketika Allah mengatakan, "Hai Isa putra
Maryam, ingatlah nikmat-Ku kepadamu dan kepada ibumu di waktu Aku menguatkan
kamu dengan Ruhul Qudus. Kamu dapat berbicara dengan manusia di waktu masih
dalam buaian dan sesudah dewasa; dan (ingatlah) ketika Aku mengajar Al-Kitab,
Hikmah, Taurat, dan Injil... (Surat al-Maa’idah: 110)
Dan tatakala Isa membawa keterangan, dia berkata,
"Sesungguhnya aku datang kepadamu dengan membawa hikmah dan untuk menjelaskan
kepadamu sebagian dari apa yang kamu berselisih tentangnya, maka bertakwalah
kepada Allah dan taatlah (kepada)ku."
(Surat as-Zukhruf: 63)
Dari ayat-ayat yang jelas ini, dapat kita simpulkan bahwa satu
sifat khusus Yesus (as), sehingga kita dapat mengenalinya adalah lisannya yang
tegas, lugas, dan menyentuh. Sebagaimana isu-isu lainnya, sikap bicaranya yang
tegas merupakan satu sifat umum yang menyentuh yang dimiliki oleh para nabi pada
umumnya. Kaum mukminin yang menjadikan Al-Qur'an sebagai pedoman kepada
kebenaran, dapat menangkap kesan bahwa perkataan Yesus (as) mempunyai kekuatan
yang khusus sebagaimana yang disebutkan dalam surah (al-Kahfi: 91) yang khusus
diberikan kepada para utusan Allah. Hikmah yang dia perankan, diagnosis yang
sempurna yang dia buat, dan solusi-solusi cerdas yang dia bawa akan menjadi
tanda-tanda yang jelas dari pemberian khusus yang dianugerahkan Allah. Tidak ada
seorang pun di sekelilingnya yang akan dapat memainkan peran seistimewa
perannya, yang akan membuat kemuliannya lebih jelas lagi.
4. Dia sangat terpercaya
Setiap rasul yang memperkenalkan dirinya kepada kaum di mana
dia diutus, dia akan mengatakan: "Sesungguhnya, aku adalah
seorang rasul kepercayaan (yang diutus) kepadamu." (Surat asy-Syu'araa':
107) Kepercayaan yang dimiliki oleh para rasul adalah suatu hasil dari
ketaatan mereka kepada Kitab dan agama Allah serta kewajiban-kewajiban yang
dibebankan-Nya. Mereka secara cermat mengamati norma-norma yang dibuat Allah dan
tidak pernah menyimpang dari jalan-Nya yang benar. Mereka hanya berkeinginan
untuk mendapatkan kenikmatan yang baik dari Allah; mereka tidak pernah
menyekutukan-Nya. Dalam Al-Qur'an, Allah memberikan gambaran kepada kita tentang
sifat para nabi dan rasul ini. Misalnya, Musa (as) memperkenalkan dirinya kepada
kaumnya di mana dia tinggal:
Sesungguhnya, sebelum mereka telah Kami uji kaum
Fir'aun dan telah datang kepada mereka seorang rasul yang mulia, (dengan
berkata), "serahkanlah kepadaku hamba-hamba Allah (Bani Israel yang kamu
perbudak). Sesungguhnya, aku adalah utusan Allah yang dipercaya kepadamu."
(Surat ad-Dukhaan: 17-18)
Tidak diragukan, kaum-kaum tersebut biasanya tidak mampu untuk
menghargai sifat penting dari para nabi dan rasul ini. Selain itu, penolakan
untuk melepaskan cara hidup yang dungu yang mereka perturutkan selama ini dan
penolakan untuk hidup dengan agama yang benar yang disampaikan oleh para nabi
kepada mereka, biasanya mereka tunjukkan dengan sikap intoleran kepada para
utusan Allah tersebut. Hanya setelah beberapa saat berlalu, mereka baru memahami
bahwa para nabi itu terpercaya. Nabi Yusuf (as) adalah salah satu contoh yang
baik yang bisa dikemukakan di sini. Dia telah diuji dengan berbagai kesulitan
selama periode yang tidak sebentar; pertama-tama, di dijual sebagai seorang
budak dan kemudian dipenjara selama beberapa tahun. Namun, atas kehendak Allah,
ketika waktunya tiba, dia dikenali sebagai seorang yang terpercaya oleh manusia
dan raja memberikannya kepercayaan sebagai bendahara negara:
Dan raja berkata, "Bawalah Yusuf kepadaku, agar aku
memilih dia sebagai orang yang dekat kepadaku." Maka tatkala raja telah
bercakap-cakap dengan dia, dia berkata, "Sesungguhnya, kamu (mulai) hari ini
menjadi seorang yang berkedudukan tinggi lagi dipercayai pada sisi kami" (Surat
Yusuf: 54)
Sifat-sifat para nabi ini yang disebutkan dalam Al-Qur'an juga
akan dapat diamati pada diri Nabi Yesus (as). Pada saat kedatangannya yang kedua
ke bumi, sebagai seorang yang tidak pernah mengubah hukum Allah, dia akan
dikenal karena sifat keterpercayaannya. Allah akan menyediakan pertolongan-Nya
untuknya, sebagaimana yang telah Dia perbuat kepada seluruh nabi dan rasul yang
lain, dan seiring waktu, sifatnya yang terpercaya akan termanifestasi.
5. Dia di bawah perlindungan Allah
Dan sesungguhnya telah tetap janji Kami kepada
hamba-hamba Kami yang menjadi rasul, (yaitu) sesungguhnya mereka itulah yang
pasti mendapatkan pertolongan. Dan sesungguhnya tentara Kami itulah yang pasti
menang. (Surat as-Shaaffaat: 171-173)
Allah telah menganugerahkan kemuliaan kepada para utusan-Nya
atas manusia lainnya. Dia memberikan kekuatan kepada mereka untuk mengalahkan
musuh-musuh mereka dan melindungi mereka dalam melawan semua kelompok musuh.
Pada saat berada dalam tahap pengambilan keputusan atau pada saat pelaksanaan
suatu rencana, Allah selalu mendukung mereka.
Salah satu tanda lain bagi umat yang beriman yang sedang
menanti Yesus (as), utusan Allah, adalah pemberiannya dalam membuat semua yang
dilakukannya berakhir dengan keberhasilan. Misalnya, keputusan atau metode yang
digunakannya, semua itu membawa hasil nyata bagi dirinya sendiri dan umat
manusia di sekelilingnya. Benarlah, beberapa peristiwa yang tampaknya
bertentangan dengan kemaslahatan publik akan segera terbukti sebaliknya.
Peristiwa-peristiwa seperti itu akan mengindikasikan keabsahan putusannya. Hal
tersebut terjadi karena Allah memberikan keyakinan kepada para utusan-Nya bahwa,
di bawah kondisi apa pun, mereka akan tetap memperoleh kemenangan. Karena itu,
kedatangan Yesus (as) yang kedua akan menjadi sangat berbeda dari kedatangannya
yang kali pertama karena yang kali kedua ini ia akan menang di bawah panji
Islam. Janji ini menjamin seluruh kesuksesan Yesus (as) akan tercapai pada
misinya.
Tentu akan menjadi begitu jelas bahwa hal ini akan menarik
perhatian umat yang beriman untuk mengikutinya. Sementara itu, para musuhnya
juga akan mengamati tabiat yang luar biasa dari situasi ini, namun mereka akan
gagal untuk mengenali bahwa ini merupakan petunjuk yang nyata dari Allah.
Gerak-geriknya yang selalu membawa kebaikan, akan tetap menjadi suatu misteri
bagi mereka. Hal tersebut mudah dipahami karena tujuan utama mereka dalam
kehidupan ini adalah untuk menghadang orang-orang yang berbeda ini, yang mereka
anggap sebagai "seorang manusia seperti diri mereka sendiri". Akan tetapi,
sebagaimana dinyatakan dalam ayat,, "Kemudian Kami
selamatkan rasul-rasul Kami dan orang-orang yang beriman, demikianlah menjadi
kewajiban atas Kami menyelamatkan orang-orang yang beriman." (Surat Yunus:
103) Allah akan mengupayakan seluruh usaha mereka menjadi tidak berarti
dan menolong para utusan-Nya. Komplotan-komplotan tersebut, yang berusaha atau
berjuang menentangnya, tidak akan pernah berhasil.
6. Dia tidak akan memintah upah untuk pengabdiannya
Seluruh nabi dan rasul yang dikisahkan dalam Al-Qur'an berusaha
keras untuk mengabdi di jalan Allah tanpa meminta balasan sebagai upah. Hanya
satu yang mereka harapkan, yaitu keridhaan Allah. Bukan dunia tujuan mereka dan
bukan keuntungan materi yang mereka inginkan dari umat manusia. Salah satu ayat
dalam Al-Qur'an menjelaskan kebaikan dari para nabi ini,
Hai kaumku, aku tidak memintah upah kepadamu bagi
seruanku ini. Upahku tidak lain hanyalah dari Allah yang telah menciptakanku.
Maka tidakkah kamu memikirkan(nya)? (Surat Huud: 51)
Kebaikan yang umumnya dimiliki oleh para utusan Allah ini juga
akan tampak para diri Yesus (as). Pada kedatangannya yang kedua, dia akan
menyeru umat manusia di seluruh dunia kepada agama yang benar yang berasal dari
Allah. Akan tetapi, kita pun seharusnya mengingat bahwa, sebagaimana dalam
seluruh aspek, hanya umat yang berimanlah yang akan mengenali dan menghargai
sifat-sifatnya. Selain itu, meskipun musuh-musuhnya mengenalinya, mereka akan
menyebarkan fitnah tentang dia, yang merupakan pengulangan sejarah terhadap apa
yang pernah diamali oleh para nabi dan rasul terdahulu. Yang paling mungkin,
fitnah-fitnah ini adalah termasuk "bahwa dia sedang mencoba mendapatkan
keuntungan pribadi". Yakinilah, Allah akan membuktikan ketidakbenaran
fitnah-fitnah ini dan menolongnya, sebagaimana Dia telah memberikan petunjuk
untuk melakukan kebaikan-kebaikan.
7. Dia pengasih dan penuh rahmat kepada umat yang beriman
Sifat lainnya yang dimiliki oleh para utusan Allah adalah "rasa
kasih dan sayang" mereka terhadap orang-orang yang beriman. Bersikap kasih dan
sayang kepada orang-orang yang beriman yang mengikuti mereka, telah membuat
semua utusan Allah berusahak keras untuk meningkatkan karakter umat yang beriman
untuk kebaikan mereka baik di dunia maupun di akhirat. Sifat yang paling berbeda
yang dimiliki Nabi Yesus (as) adalah rasa belas kasihnya kepada umat yang
beriman. Allah menerangkan sifat ini, sebagaimana yang telah dicontohkan oleh
Rasulullah (saw) dan juga murapakan sifat umum yang dimiliki seluruh utusan
Allah,
Sesungguhnya, telah datang kepadamu seorang rasul
dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan
(kebaikan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap
orang-orang mukmin. (Surat at-Taubah: 128)
Yesus (as) juga akan mempunyai "perhatian yang mendalam"
terhadap umat yang beriman di sekelilingnya. Ketulusan yang melekat pada dirinya
ini akan memberikan satu bukti konkret bahwa dia adalah Yesus (Isa) (as) yang
riil.
![]() ![]()
Yesus (as) akan dikenali dengan sifat-sifatnya yang telah
disebutkan dalam Al-Qur'an. Walaupun demikian, ada beberapa faktor yang dapat
menyingkap identitasnya. Tidak diragukan, salah satunya akan menjadi fakta bahwa
dia tidak akan mempunyai sanak saudara, keluarga, ataupun kerabat di muka bumi
ini. Tentu, tidak ada seorang pun yang mengetahuinya ketika dia datang ke bumi
untuk kali kedua. Tidak ada seorang pun yang akan keluar dan mengatakan, "Saya
telah mengenalnya sejak dulu. Saya telah melihatnya ketika...," secara sepontan
karena orang-orang yang pernah mengetahuinya, hidup dan meninggal dua ribu tahun
yang lalu. Selanjutnya, tidak ada seorang pun yang telah menyaksikan proses
kelahirannya, masa kecilnya, masa muda atau dewasanya. Tidak ada seorang pun
yang mengetahui persis tentang dirinya.
Sebagaimana telah diterangkan pada bab-bab terdahulu, Yesus
(as) hadir kembali atas perintah Allah, perintah "jadilah!" Setelah beribu
tahun, adalah sesuatu yang alami bahwa dia tidak mempunyai sanak saudara di muka
bumi. Allah menggambarkan suatu analogi antara kondisi Yesus (as) dan Adam (as):
Sesungguhnya, misal (penciptaan) Isa di sisi Allah,
adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian
Allah berfirman kepadanya, "Jadilah!" maka jadilah dia. (Surah Al ‘Imran: 59)
Sebagaimana disebutkan dalam ayat di atas, Allah memberikan
perintah "Jadilah!" kepada Adam dan kemudian dia tercipta. Cara Yesus (as)
terlahir pada waktu kali pertamanya juga sama meskipun dia mempunyai seorang
ibu. Adam tidak mempunyai seorang ibu. Adam tidak mempunyai orang tua begitu
juga Yesus (as) untuk kedatangannya yang kali kedua.
![]() CONCLUSION
Dalam sejarah umat manusia, akan diutusnya Yesus (as) ke bumi
untuk kali keduanya oleh Allah merupakan sesuatu yang benar-benar diharapkan
oleh seluruh umat manusia. Hanya segelintir manusia yang akan menikmati
peristiwa ini. Selanjutnya, dia akan menjadi seorang "penolong" yang diberkati
yang diutus kepada seluruh umat manusia. Tentu, pada masa terjadinya kerusakan
dan ketidakteraturan yang terus-menerus di dunia, semua umat manusia memohon
seorang "penolong" dari Allah. Allah memberikan jawaban terhadap permohonan
mereka:
Mengapa kamu tidak mau berperang di jalan Allah dan
(membela) orang-orang yang lemah baik laki-laki, wanita-wanita, maupun anak-anak
yang semuanya berdo'a, "Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami dari negeri ini (Mekah)
yang zalim penduduknya dan berilah kami pelindung dari sisi Engkau!"? (Surat
an-Nisaa': 75)
Sebagaimana disebutkan terdahulu, adapun "penolong" yang
dimaksud pada masa kini adalah terjadinya penetrasi nilai-nilai Al-Qur'an ke
dalam jiwa dan masyarakat kita. Mengenai kedatangannya yang kedua, Yesus (as)
akan dengan sepenuh hati mengikuti nilai-nilai mulia yang diturunkan oleh Allah
ini dan berusaha keras secara murni untuk menyebarkan nilai-nilai tersebut
kepada umat manusia di seluruh dunia.
Pengetahuan tentang hal-hal gaib dan peristiwa yang akan
terjadi di masa yang akan datang merupakan sesuatu yang hanya diketahui oleh
Allah. Akan tetapi, mereka yang mengharapkan masa yang diberkati ini dan
orang-orang di masa itu haruslah menjalankan kewajiban-kewajiban yang penting.
Seperti halnya Yesus (as) akan melindungi dan membimbing seluruh umat yang
beriman, seluruh umat yang beriman itu pun harus sepenuh hati mendukung Yesus
(as) dan menolongnya dalam pelayanan yang ditujukan hanya untuk Allah. Dengan
kata lain, di masa kini, selama kedatangannya yang kedua, umat beriman
seharusnya tidak pernah menyebabkan dia memohon kembali, "Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku untuk (menegakkan
agama) Allah?" (Surah Ali Imran: 52) Jika tidak, seseorang akan merasakan
penyesalan dan kesengsaraan yang mendalam, baik di dunia maupun di akhirat.
Allah dengan jelas mengancam mereka yang tidak mau bersyukur:
Kemudian Kami utus (kepada umat-umat itu) rasu-rasul
Kami berturut-turut. Tiap-tiap seorang rasul datang kepada umatnya, umat itu
mendustakannya, maka Kami perikutkan sebagian mereka dengan sebagian yang lain.
Dan Kami jadikan mereka buah tutur (manusia), maka kebinasaanlah bagi
orang-orang yang tidak beriman. (Surat al-Muminuun: 44)
Sebalilknya, mereka yang mengikuti dia, yang memberikan padanya
dukungan yang tulus, dan mengadopsi nilai-nilai Ilahiah yang dibawanya, akan
mendapatkan apa yang mereka harapkan, yaitu kenikmatan, rahmat dan surga Allah
yang abadi. Hal ini merupakan janji yang pasti dan Allah telah memberikan kabar
gembira:
(Dan mengutus) seorang rasul yang membacakan
kepadamu ayat-ayat Allah yang menerangkan (bermacam-macam hukum) supaya Dia
mengeluarkan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal yang saleh dari
kegelapan kepada cahaya. Dan barangsiapa beriman kepada Allah dan memasukkannya
ke dalam surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di
dalamnya selama-lamanya. Sesungguhnya, Allah memberikan rezki yang baik
kepadanya (Surat at-Thalaaq: 11)
Kita bersyukur kepada Allah Yang Mahakuasa, Yang akan
mengangkat derajat hamba-hamba-Nya yang dikehendaki-Nya pada suatu peristiwa
akbar, yaitu kedatangan Yesus (Isa) (as) dan menganugerahkan kepada mereka suatu
kesempatan mahapenting untuk mendapatkan kebaikan dalam kehidupan mereka di
akhirat kelak.
Dan kesejahteraan dilimpahkan atas para rasul. Dan
segala puji bagi Allah Tuhan seru sekalian alam. (Surat ash-Shaaffaat:
181-182)
-----------------------------------------------------------------------------------------1. Said-i Nursi, The Letters, The Fifteenth Letter, hlm.54 2. Said-i Nursi, The Rays, The Fifth ray, hlm. 487 |
YESUS DALAM KOLEKSI RISALAH AN-NUUR
YESUS DALAM
KOLEKSI RISALAH AN-NUUR Dalam koleksi Risalah an-Nuur, tafsir tentang Al-Qur'an yang dikarang oleh Said Nursi, yang juga dikenal dengan Badiuzzaman (sosok menakjubkan di abad ke-20), salah seorang ilmuwan Islam terbesar di abad ke-20, terdapat referensi yang luas tentang akhir zaman dan kedatangan Yesus (as) yang kedua.
Adalah suatu fakta bahwa umat Islam kini memiliki pandangan
yang berbeda, namun sebagian besar umat Islam dari berbagai budaya menyetujui
bahwa Badiuzzaman merupakan salah seorang ilmuwan muslim abad ke-13 (dalam
hitungan Hijriyah). Oleh karena itu, deskripsi yang terperinci tentang akhir
zaman yang ditulis oleh Badiuzzaman memiliki makna penting bagi seluruh umat
Islam.
Dalam keterangannya tentang akhir zaman, Badiuzzaman menyatakan
bahwa ada dua gerakan filosofi - digambarkan sebagai upaya yang serius untuk
membangun kekufuran - akan menyebabkan kekacauan di muka bumi. Gerakan yang
pertama akan menjadi ancaman tersembunyi bagi Islam, sedangkan yang kedua akan
secara terbuka menolak eksistensi Allah. Arus kedua adalah pemahaman materialis
dan naturalis yang menegaskan bahwa materi adalah sesuatu yang absolut yang ada
karena abadi dan akan terus eksis secara abadi. Kedua gerakan tersebut lebih
jauh meyakini bahwa makhluk hidup secara tidak sengaja berasal dari benda mati.
(Paham naturalis dikenal sebagai dimensi filosofi dari teori evolusi
Darwin.)
Tentulah definisi ini merupakan dasar dari semua ideologi yang
menolak eksistensi Allah. Sejak dahulu, para materialis menentang seluruh agama
yang diturunkan Allah, melenyapkan para pengikutnya, menindas umat manusia,
menyulut perang dan berupaya dengan sekuat tenaga menciptakan kemrosotan dalam
masyarakat.
Yesus (as) juga pada kedatangannya yang kedua ke muka bumi,
akan berjuang menentang pergerakan materialis dan naturalis ini dan - dengan
izin Allah - akan memperoleh kemenangan dari mereka. Badiuzzaman menggambarkan
tentang pergerakan materialis ini dalam buku-bukunya:
|
Arus yang kedua: suatu arus tirani yang terlahir
dari filosofi naturalis dan materialis yang secara bertahap akan menjadi kuat
dan menyebar pada akhir zaman dengan sarana filosofi materialis, sehingga
mencapai tingkatan menolak Tuhan.1
Badiuzzaman menyatakan dengan tegas bahwa Yesus (as) akan
datang ke bumi pada periode di mana kekafiran akan mendominasi bumi. Seperti
yang dinyatakan dalam kalimat-kalimat Badiuzzaman berikut ini, pada
kedatangannya yang kedua ke bumi, Yesus (as) akan memerintah dengan Al-Qur'an
dan menghapuskan semua fanatisme Kristiani. Bersatu dalam menentang kekafiran,
kaum Nasrani yang memeluk Islam dan umat Islam akan menang atas ideologi kafir
dengan bimbingan Al-Qur'an. Ungkapan dalam Risalah an-Nuur yang menerangkan
adalah:
Pada saat itu, ketika arus tersebut muncul dengan
sangat kuatnya, agama Nasrani yang benar, yang terdiri atas kepribadian kolektif
Isa (as), akan muncul. Ia akan turun dari langit yang terus diberkati. Agama
Kristen yang ada sekarang akan dibersihkan di depan realitas yang ada. Dia akan
menghapuskan semua takhayul dan distorsi serta menyatukan kebenaran Islam.
Kristen akan ditransformasikan menjadi Islam. Sesuai dengan ajaran Islam,
pribadi kolektif Yesus akan menjadi pengikut Islam dan Islamlah yang saat itu
akan menjadi pemimpin. Agama akan menjadi sebuah kekuatan yang mahadasyat saat
itu karena agama-agama telah menyatu dalam Islam. Walaupun dikalahkan oleh
ateisme yang ada sekarang saat agama ini terpisah, Kristen dan Islam akan
memiliki kapabilitas untuk mengalahkan dan menghancurkan ateisme berkat
bergabungnya dua agama itu. Dengan demikian, pribadi Yesus, yang tampil dengan
penampilannya sebagai manusia di alam samawi, dia akan datang untuk memimpin
agama yang benar ini sebagaimana yang telah dijanjikan oleh Yang Maha Kuasa atas
segala sesuatu. Pembawa Berita Yang Hak (Allah) telah mengatakan itu. Jika Dia
telah menyebutkan itu, pastilah itu sebuah kebenaran. Dan jika Yang Mahakuasa
atas segala sesuatu telah menjanjikan, Dia tidak akan pernah menyalahi janji
itu.2
Dalam semua diskripsinya tentang kedatangan Yesus (as) yang
kedua, Badiuzzaman mengindikasikan bahwa Yesus (as) akan menghapus seluruh
sistem kaum kafir pada periode itu. Lebih jauh, dia menambahkan bahwa Yesus (as)
akan mendapatkan dukungan yang besar dari kaum muslimin. Dia akan bertindak
sebagai seorang muslimin dan shalat di belakang imam dari kalangan kaum muslimi,
bekerja sama dengan orang-orang yang bertindak benar dari dunia Islam, dan akan
mengambil kepemimpinan dalam menyebarkan Al-Qur'an dan ajaran-ajarannya, serta
menghapuskan sistem yang rusak yang sedang diterapkan oleh kaum kafir:
Hanya pengikut Yesus yang sebenarnya yang akan
membunuh kepribadian kolektif raksasa materialisme dan anti-agama yang akan
dibentuk oleh Dajjal —di mana Dajjal akan dibunuh oleh pedang Yesus— dan akan
menghancurkan ide-idenya serta kekafirannya yang semuanya sarat dengan dengan
ateisme. Hanya orang yang benar-benar Kristen yang akan mampu mencampur esensi
ajaran Kristen dengan ajaran Islam dan akan mampu menghancurkan Dajjal dengan
kombinasi yang sangat kuat, sehingga mampu membunuh Dajjal. Dalam sebuah hadits
disebutkan, 'Yesus akan datang dan dia akan melakukan shalat wajib di belakang
al-Mahdi dan dia akan mengikuti al-Mahdi,' maka sebutkan dengan singkat tentang
kesatuan ini, dan keagungan Al-Qur'an di mana dia telah diikuti.3
-----------------------------------------------------------------------------1. Said-i Nursi, The Letters, The Fifteenth Letter, hlm.53 2. Said-i Nursi, The Letters, The Fifteenth Letter, hlm.54 3. Said-i Nursi, The Rays, The Fifth Ray, hlm.493 |
KEMBALINYA YESUS KE BUMI
|
YESUS PUTRA MARYAM DALAM AL-QUR'AN
YESUS PUTRA MARYAM
DALAM AL-QUR'AN
DALAM AL-QUR'AN
Dalam bab ini, kami akan membahas secara detail tentang
kedatangan Yesus (Isa) (as) yang kedua yang ada dalam sumber-sumber yang layak
dipercaya. Sumber pertama dan yang utama adalah Al-Qur'an, kalam Allah yang
tidak dapat ditiru, sebagaimana yang diungkapkan dalam Al-Qur'an, "...Tidak ada
yang dapat mengubah-ubah kalimat-kalimat-Nya..." (al-An'aam: 115). Sumber yang
kedua adalah Sunnah Rasulullah terakhir, Muhammad, semoga Allah mencurahkan
rahmat kepadanya dan menganugrahinya kedamaian. Al-Qur'an menyediakan informasi
yang mendetail tentang tahap-tahap kehidupan Yesus (as), termasuk kelahirannya,
proses pengangkatannya ke haribaan Allah, kedatangannya yang kali kedua dan
kematiannya.
Yesus (as), yang hidup 2.000 tahun yang lalu, adalah seorang
rasul yang diberkati Allah. Dia mempunyai kedudukan yang tinggi di dunia dan di
akhirat, sebagaimana yang dikabarkan oleh Al-Qur'an. Agama yang benar yang
dibawanya masih tetap ada sampai sekarang, meskipun hanya sebatas nama. Hal ini
disebabkan ajaran orisinal yang disampaikan oleh Yesus (as) telah dirusak
sekarang ini. Kitab yang Allah turunkan kepada Yesus (as) juga hanya tinggal
nama di masa sekarang ini. Kini, teks orisinal kitab ini tidak ada lagi.
Sumber-sumber yang dimiliki umat Nasrani telah mengalami berbagai perubahan dan
distorsi. Konsekuensinya, kita tidak mungkin mendapatkan pengetahuan yang benar
tentang Yesus (as) dari sumber-sumber yang dimiliki umat Nasrani pada masa
sekarang ini.
Hanya ada dua sumber yang dapat memberikan pengetahuan yang
akurat tentang Yesus (as), yaitu Al-Qur'an, kitab Allah yang Dia jamin tidak
akan berubah hingga hari kiamat kelak, dan Sunnah Rasulullah (saw). Dalam
Al-Qur'an, Allah memberikan catatan tentang kelahiran dan kehidupan Yesus (as),
beberapa insiden yang dialaminya semasa hidup, orang-orang di sekelilingnya dan
banyak bahasan lain yang berhubungan dengannya. Selain itu, ayat-ayat Al-Qur'an
mengabarkan kepada kita tentang kehidupan Maryam sebelum ia melahirkan Yesus
(as), bagaimana ia mengandung dengan cara yang menakjubkan, dan reaksi
orang-orang yang ada di sekelilingnya terhadap kejadian yang menimpanya. Allah
juga memberikan kabar bahagia tentang Yesus (as) akan datang ke bumi selama
beberapa saat di akhir zaman nanti. Dalam bab ini, Anda akan menemukan beberapa
informasi yang diberikan oleh Al-Qur'an tentang Yesus (as).
ORANG YANG BERADA DALAM KESUSAHAN MEMOHON SEORANG PENOLONG
ORANG YANG BERADA
DALAM KESUSAHAN MEMOHON SEORANG PENOLONG
Ketika membaca Al-Qur'an, kita menemukan suatu fakta tertentu:
sebelum seorang rasul datang kepada suatu masyarakat, kerusakan moral kerap
terjadi di sana. Sekali seorang rasul datang ke suatu masyarakat, mereka yang
mengikutinya mencapai kehidupan yang penuh kebahagiaan, kedamaian dan
kemakmuran, bahkan di tengah-tangah perjuangan mereka yang mulia untuk mencapai
ridha Allah. Akan tetapi, setelah periode yang diberkahi ini, umat manusia yang
telah menikmati kesenangan pada periode ini berada jauh dari nilai-nilai
spiritual, menjadi pembangkangan dan puncaknya mereka menjadi orang yang kafir.
Pada beberapa kasus, mereka menyembah tuhan-tuhan selain Allah dan kemudian
bertindak tidak adil terhadap diri mereka sendiri dan - secara esensi -
mempersiapkan akhir nasib mereka sendiri berakhir di tangan mereka sendiri.
Dalam Al-Qur'an surat Maryam, Allah menghubungkan kesetiaan,
keikhlasan dan kecemasan yang para rasul rasakan terhadap Allah dan kemudian
memberitahukannya kepada kita tentang bagaimana generasi yang datang kemudian
telah benar-benar kehilangan keimanan sama sekali. Mereka terlempar jauh karena
tingkah laku dan keinginan mereka sendiri dan tercabutnya nilai-nilai yang ada,
Mereka itu adalah orang-orang yang telah diberi nikmat oleh Allah,
yaitu para nabi dari keturunan Adam dan dari orang-orang yang Kami angkat
bersama Nuh dan dari keturunan Ibrahim dan Israel dan dari orang-orang yang
telah Kami beri petunjuk dan telah Kami pilih. Apabila dibacakan ayat-ayat Allah
Yang Maha Pemurah kepada mereka, maka mereka menyungkur dengan bersujud dan
menangis. Maka datanglah sesudah mereka pengganti (yang jelek) yang
menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsu mereka, maka mereka kelak
akan menemui kesesatan. (Surat Maryam: 58-59)
Mereka yang telah menolak tanggung jawab yang telah
ditakdirkan, telah mendapatkan azab Allah dalam bentuk bencana yang beragam.
Allah menggambarkan kehendak-Nya terhadap orang-orang ini, " Dan barang siapa
berpaling dari peringatan-Ku maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit,
dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta " (Surat
Thaahaa: 124). Mereka mengalami penderitaan yang berbeda, seperti ketakutan dan
masalah-masalah sosial serta ekonomi yang muncul akibat kemerosotan moral dan
ketidakstabilan politik mereka.
Di bawah sistem orang-orang kafir yang zalim, umat manusia yang
telah ingkar terhadap wahyu yang diturunkan mendapat berbagai tekanan dan
ketidakadilan. Periode Fir'aun merupakan satu contoh serupa yang disebutkan
dalam Al-Qur'an. Dengan kebesaran pengaruhnya, Fir'aun memberlakukan suatu
kehidupan yang mewah dan rakyatnya mengalami penderitaan di bawah kekuasaannya
yang tiran.
Sesungguhnya, Fir'aun telah berbuat sewenang-wenang
di muka bumi dan menjadikan penduduknya berpecah belah, dengan menindas
segolongan dari mereka, menyembelih anak laki-laki mereka dan membiarkan hidup
anak-anak perempuan mereka. Sesungguhnya, Fir'aun termasuk orang-orang yang
berbuat kerusakan.
(Surat al-Qashash: 4) |
Di bawah kondisi seperti itu, dimana rakyat mengalami masalah
ekonomi dan sosial, hidup di bawah para pemimpin yang tiran dan tidak adil,
kebutuhan akan seorang penolong sangatlah dirasakan. Dia adalah seorang yang
mengubah kembali aspek-aspek dari beragam sistem yang tidak diharapkan yang
disebabkan oleh para penguasa yang kafir dan orang-orangnya; ia pun membawa
kedamaian, keadilan dan keamanan yang datang bersama dengan ketaatan kepada
Allah dan Rasul-Nya.
Setelah Nabi Musa (as), Bani Israel pun menghadapi kesulitan
yang sama di bawah kekuasaan tiran. Mereka diusir dari rumah dan negeri mereka
serta menderita secara berkepanjangan. Menyadari bahwa tidak ada satu pun
berhala yang mereka sembah, tidak pula harta yang mereka miliki dan tidak pula
nenek moyang yang dapat menyelamatkan diri mereka dari kondisi yang sangat tidak
diinginkan tersebut, mereka memohon seorang raja kepada Sang Maha Pencipta,
seorang penolong yang akan menyelamatkan mereka dari sistem yang kejam
tersebut. Allah menjawab do'a orang-orang ini dan mengirim Talut kepada mereka
(Saul dalam Injil):
Apakah kamu tidak memperhatikan pemuka-pemuka Bani
Israel sesudah Nabi Musa, yaitu ketika mereka berkata kepada seorang nabi
mereka, "Angkatlah kepada kami seorang raja supaya kami berperang (di bawah
pimpinannya) di jalan Allah" Nabi mereka menjawab, "Mungkin sekali jika kamu
nanti diwajibkan berperang, kamu tidak berperang." Mereka menjawab, "Mengapa
kami tidak mau berperang di jalan Allah, padahal sesungguhnya kami telah terusir
dari kampung halaman kami dan dari anak-anak kami ?" Maka tatkala perang itu
diwajibkan kepada mereka, mereka pun berpaling, kecuali beberapa orang saja di
antara mereka. Dan Allah mengetahui siapa orang-orang yang zalim. (Surat
al-Baqarah: 246)
![]() ![]() dalam Sunnah Allah"
Berdasarkan cerita yang terkandung dalam Al-Qur'an, kita pahami
bahwa sesuatu yang hampir serupa menyebabkan runtuhnya peradaban di masa silam,
yaitu penentangan terhadap para rasul mereka. Kondisi di mana umat manusia
menjalani kehidupannya, pengiriman para rasul untuk memberikan peringatan kepada
mereka dan kebinasaan mereka semua adalah memiliki pola yang sama.
Masyarakat modern juga mengalami kerusakan dan kemerosotan yang
pesat. Kemiskinan, kesengsaraan dan ketidakteraturan menjerumuskan kehidupan
umat manusia ke dalam kekacauan yang komplet dan menyebabkan mereka mengharapkan
suatu kehidupan yang damai di mana kebaikan menjadi pemenangnya. Tampaknya,
keadilan dapat menang hanya jika nilai-nilai Al-Qur'an menjadi sesuatu yang
utama di antara umat manusia. Hanya mereka yang mempunyai nilai-nilai yang nyata
yang dapat memberikan solusi bagi seluruh permasalahan yang dialami umat manusia
dewasa ini. Allah telah mengutus seluruh nabi dan rasul-Nya kepada
generasi-generasi terdahulu yang telah mengalami tekanan sosial yang sama dan
Dia terkadang memberikan kekayaan dan kemegahan yang mengagumkan kepada mereka
yang mengikuti pada rasul-Nya. Fakta ini sesuai dengan ayat:
Jikalau sekiranya penduduk-penduduk negeri-negeri
beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari
langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa
mereka disebabkan perbuatannya itu. (Surat al-A’raaf: 96)
Ayat ini, seperti halnya ayat-ayat serupa lainnya, menyatakan
bahwa satu-satunya cara yang mendatangkan kebahagiaan dan kedamaian adalah
dengan mengikuti Islam. Prinsip ini akan terus berlaku terhadap
generasi-generasi yang akan datang sebagaimana telah berlaku pada generasi
sebelumnya. Di tempat-tempat yang tidak memiliki nilai-nilai Islam,
ketidakadilan, ketidakamanan dan ketidakstabilan akan menang. Ini merupakan
sunnah Allah. Tidak adanya perubahan dalam sunnah Allah dinyatakan dalam
Al-Qur'an:
…Tatkala datang kepada mereka pemberi peringatan,
maka kedatangannya itu tidak menambah kepada mereka kecuali jauhnya mereka dari
(kebenaran), karena kesombongan (mereka) di muka bumi dan karena rencana
(mereka) yang jahat. Rencana yang jahat itu tidak akan menimpa selain orang yang
merencanakannya sendiri. Tiadalah yang mereka nanti-nantikan melainkan
(berlakunya) sunnah (Allah yang telah berlaku) kepada orang-orang yang
terdahulu. Maka sekali-kali kamu tidak akan menemui perubahan bagi sunnah
Allah dan sekali-kali tidak (pula) akan menemui penyimpangan bagi sunnah Allah
itu. (Surat Faathir: 42-43)
![]() ![]()
Sebagaimana disebutkan dalam bahasan sebelumnya bahwa Allah
mengirimkan para nabi dan rasul kepada umat manusia untuk membebaskan mereka
dari kekafiran dan ketidakadilan merupakan sesuatu yang diinformasikan dalam
Al-Qur'an kepada kita. Nabi atau rasul ini membimbing umatnya untuk mengimani
Allah tanpa menyekutukan-Nya dan agar merasa takut kepada-Nya. Apabila umatnya
tetap menolak, dia mengingatkan mereka akan azab Allah. Allah berfirman bahwa
Dia tidak akan membinasakan suatu kaum sebelum peringatan ini disampaikan:
Dan Kami tidak membinasakan sesuatu negeri pun,
melainkan sesudah ada baginya orang-orang yang memberi peringatan; untuk menjadi
peringatan. Dan kami sekali-kali tidak berlaku zalim. (Surat asy-Syu'araa':
208-209)
Pada masa sekarang ini kita amati bahwa kemerosotan, baik fisik
maupun spiritual yang terjadi di masyarakat secara menyeluruh dibarengi dengan
ketidakstabilan ekonomi dan politik. Kesenjangan yang besar terjadi antara si
miskin dan si kaya, dan kerusakan sosial semakin meningkat. Al-Qur'an
mengingatkan manusia bahwa setelah dan bahkan selama periode gelap seperti itu,
Allah senantiasa menunjukkan jalan menuju keselamatan bagi mereka yang
benar-benar mengharapkan-Nya. Dengan cara ini, Islam pasti akan berjaya di
seluruh dunia dan agama yang benar akan mengalahkan semua agama kafir. Kepada
para umatnya yang beriman (al-Mu'minuun), Allah memberikan kabar gembira dalam
surat at-Taubah:
...Dan Allah tidak menghendaki selain menyempurnakan
cahaya-Nya, walaupun orang-orang yang kafir tidak menyukai. Dialah yang telah
mengutus Rasul-Nya (dengan membawa) petunjuk (Al-Qur'an) dan agama yang benar
untuk dimenangkan-Nya atas segala agama, walaupun orang-orang musyrik tidak
menyukai. (Surat at-Taubah: 32-33)
Dalam surat an-Nuur, Allah memberitahukan kepada umat-Nya yang
beriman yang melakukan amal-amal saleh tanpa mempersekutukan-Nya dengan sesuatu
apa pun dan benar-benar mencari keridhaan-Nya, bahwa mereka akan mendapatkan
kekuasaan sebagaimana umat-umat beriman terdahulu. Firman-Nya:
Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang
beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia
sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah
menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa; dan sungguh Dia akan
meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka; dan Dia
benar-benar akan menukar (keadaan) mereka sesudah mereka berada dalam ketakutan
menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tidak mempersekutukan
sesuatu pun dengan-Ku. Dan, barang siapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu,
maka mereka itulah orang-orang yang fasik." (Surat an-Nuur: 55)
Satu hal pantas mendapatkan sebutan di sini. Pada ayat di atas,
syarat untuk penyebaran Islam diberikan: keberadaan umat yang beriman yang
benar-benar murni sebagai hamba Allah tanpa mempersekutukan-Nya dengan sesuatu
apa pun dan yang melakukan amal-amal saleh di jalan Allah…
![]() ![]()
Apa yang telah dibahas sejauh ini adalah sebagai berikut. Pada
setiap masa, Allah selalu menjawab seruan hamba-hamba-Nya yang dengan penuh
harap membutuhkan pertolongan-Nya. Hal ini juga terjadi di zaman sekarang dan di
masa yang akan datang. Sebagaimana yang pernah terjadi di masa lalu, di masa
sekarang ini pun diharapkan bahwa Allah akan menyelamatkan umat manusia dari
ketidakadilan sistem kaum kafir dan menghadirkan keindahan Islam kepada mereka.
Kini, dunia Islam diharapkan akan menemukan sebuah jalan keluar
bagi kerusakan yang terjadi sekarang ini dan hamba-hamba beriman yang ikhlas
akan menyampaikan nilai-nilai Islam tersebut ke seluruh dunia. Pastilah,
sebagaimana yang terjadi di setiap zaman, umat manusia sekarang ini mengharapkan
seorang penolong akan segera tiba. Penolong ini, yang akan membawa umat manusia
dari "kegelapan menuju cahaya terang benerang", adalah agama Islam. Umat manusia
yang mendapatkan bimbingan dalam menapaki kehidupan dengan nilai-nilai yang
dibawa oleh sang penolong ini akan mengalahkan semua sistem yang menolak Allah
dan mereka akan menjadikan idiologi-idiologi yang rusak menjadi tidak berlaku.
Singkat kata, Allah akan menolong setiap umat manusia
sebagaimana yang telah dilakukan-Nya kepada umat-umat terdahulu. Allah
menjanjikan hal ini kepada hamba-hamba-Nya yang dengan ikhlas taat kepada-Nya
dan mempunyai rasa takut yang mendalam kepada-Nya.
(Yaitu) orang-orang yang telah diusir dari kampung
halaman mereka tanpa alasan yang benar, kecuali karena mereka berkata, "Tuhan
kami hanyalah Allah". Dan sekiranya Allah tiada menolak (keganasan) sebagian
manusia dengan sebagian yang lain, tentulah telah dirobohkan biara-biara
Nasrani, gereja-gereja, rumah-rumah ibadah orang Yahudi dan masjid-masjid yang
di dalamnya banyak disebut nama Allah. Sesungguhnya, Allah pasti menolong orang
yang menolong (agama)-Nya. Sesungguhnya, Allah benar-benar Mahakuat lagi
Mahaperkasa. (Yaitu) orang-orang yang jika kami teguhkan kedudukan mereka di
muka bumi niscaya mereka mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, menyuruh
berbuat yang makruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan kepada
Allah-lah kembali segala urusan. (Surat al-Hajj: 40-41)
|