IBADAH VERTIKAL

IBADAH VERTIKAL

Dalam masalah ibadah vertikal (ibadah mahdlah), pokok-pokok ajaran yang dihujat adalah masalah shalat, puasa dan haji. Ketiganya merupakan bagian dari 5 rukun Islam. Dan ketiga rukun ini dianggap sebagai hasil adopsi dari ritual penyembah berhala7. Oleh sebab itu bahasan akan kami cukupkan pada ketiga macam ibadah ini.

Shalat
 
Selain dianggap sebagai hasil adopsi ritual penyembah berhala, shalat yang menghadap kiblat dianggap sebagai ketundukan kepada saudi Arabia?. Tuduhan ini memang agak berlebihan, apalagi bahwa bentuk Ibadah Yesus dan Musa juga memiliki gerakan yang sama, seperti yang telah kita singgung dan akan kita bahas lebih lanjut. Sedang masalah kiblat maka akan lebih jelas dalam bahasan tentang Haji, walaupun dalam bahasan ini juga kami singgung.
Shalat ialah suatu bentuk komunikasi antara makhluq dan Penciptanya. Dengan demikian yang dimaksudkan dengan shalat bukanlah sekedar ruku' dan sujud saja, membaca ayat-ayat al­-Quran atau mengucapkan takbir dan ta'zim demi kebesaran Allah tanpa mengisi jiwa dan hati sanubari dengan iman, dengan kekudusan dan keagungan-Nya. Tetapi yang dimaksudkan dengan shalat atau sembahyang ialah arti yang terkandung di dalam takbir, dalam pembacaan, dalam ruku', sujud serta segala keagungan, kekudusan dan iman itu. Maka beribadat secara demikian kepada Allah ialah suatu ibadat yang ikhlas.

"Kebaikan itu bukanlah karena kamu menghadapkan muka ke arah timur dan barat, tetapi kebaikan itu ialah orang yang sudah beriman kepada Allah, kepada Hari Kemudian, rnalaikat-malaikat, Kitab, dan para Nabi serta mengeluarkan harta yang dicintainya itu untuk kerabat-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang terlantar dalam perjalan, orang-orang yang meminta, untuk melepaskan perbudakan mengerjakan sembahyang dan mengeluarkan zakat, kemudian orang-orang yang suka memenuhi janji bila berjanji, orang-arang yang tabah hati dalam rnenghadapi penderitaan dan kesulitan dan di waktu perang. Mereka itulah orarng-orang yang benar dan rnereka itu orang-orang yang dapat memelihara diri. "8

Orang mukmin yang benar-benar beriman ialah yang menghadapkan kalbunya kepada Allah ketika ia sedang sembahyang, disaksikan oleh rasa takwa kepada-Nya, serta mencari pertolongan Allah dalam menunaikan kewajiban hidupnya. la mencari petunjuk, memohonkan taufikAllah dalam memahami rahasia dan hukum alam ini. Orang mukmin yang benar-benar beriman kepada Allah tengah ia sembahyang akan merasakannya sendiri, selalu akan merasa, dirinya adalah sesuatu yang kecil berhadapan dengan kebesaran Allah Yang Maha Agung.
Dalam kita menghadapkan seluruh kalbu kita dengan Penuh ikhlas kepada Kebesaran Allah Yang Mahasuci, kita mengharapkan pertolongan kepada-Nya untuk memberikan kekuatan atas kelemahan diri kita ini, memberi petunjuk dalam mencari kebenaran - alangkah wajarnya bila kita dapat melihat Persamaan semua manusia dalam kelemahannya itu, yang dalam berhadapan dengan Allah tak dapat ia memperkuat diri dengan harta dan kekayaan, selain dengan imannya yang teguh dan tunduk hanya kepada Allah, berbuat kebaikan dan menjaga diri. Persamaan ini dilambangkan dengan satu kesatuan kiblat ke Baitullah, sebagai rumah Allah yang pertama kali di bangun. Persamaan di hadapan Allah ini menuju kepada persaudaraan yang sebenarnya, sebab semua orang dapat merasakan bahwa mereka sebenarnya bersaudara dalam beribadat kepada Allah dan hanya kepada-Nya mereka beribadat. Persaudaraan demikian ini didasarkan kepada saling penghargaan yang sehat, renungan serta pandangan yang bebas seperti dianjurkan oleh al-Quran. Adakah kebebasan, persaudaraan dan persamaan yang lebih besar daripada umat ini di hadapan Allah, semua menundukkan kepalanya kepada­Nya, bertakbir, ruku' dan bersujud. Tiada perbedaan antara satu dengan yang lain - semua mengharapkan pengampunan, bertobat, mengharapkan pertolongan. Tak ada perantara antara mereka itu dengan Allah kecuali amalnya yang saleh (perbuatan baik) serta perbuatan baik yang dapat dilakukannya dan menjaga diri dari kejahatan. Persaudaraan yang demikian dapat membersihkan hati dari segala noda materi dan menjamin kebahagiaan manusia, juga akan mengantarkan mereka dalam memahami hukum Allah dalam kosmos ini, sesuai dengan petunjuk dalam cahaya Allah yang telah diberikan kepada mereka.
Dari dasar pijakan umat Islam dalam melakukan shalat di atas, maka pemindahan kiblat dari Yerussalem ke Mekkah bisa kita maknai sebagai sejarah pelembagaan peribadatan agama monoteisme, yang mana Islam secara ritual menjadi terlepas dari monoteisme sebelumnya.
Pada prinsipnya, satu sistem peribadatan sama baiknya dengan yang lain; ke mana saja seseorang menghadapkan wajahnya, seperti ayat di atas, di sana ada Allah. Sebuah sistem peribadatan dilembagakan hanya untuk memenuhi tuntutan­tuntutan manusia; yang penting adalah, seperti yang ditekankan Al Quran, adalah penerimaan seseorang pada Penciptanya, bukan pada penyembahan apapun yang lebih kecil.

Bila Dr. Robert Morey memaknai tindakan sujud menyembah dalam sembahyang sehari lima kali Menghadap arah Mekkah Arabia hanyalah suatu tanda ujud pemaksaan cultural, adalah terlalu naif. Dalam bibel sendiri disebutkan bahwa peribadatan Yesus dan Musa ternyata sama dengan yang dilaksanakan oleh umat Islam, yaitu ada berdiri, ruku', sujud yang jika dirangkai maka menjadi "shalat". Hal mana yang tidak dilakukan oleh umat Kristiani sekarang.

 
Dalam Taurat kitab ulangan disebutkan :

Segera Musa berlutut ke tanah, lalu sujud menyembah  (Keluaran 34:8).

Dalam Injil disebutkan :

Jika kamu berdiri untuk berdo'a,…...(Markus 11:25); ,……. lalu ia berlutut dan berdo'a (Lukas 22: 41); la maju sedikit,lalu sujud ke tanah dan berdo'a.... (Markus 14:35).

Jika kita memakai bahasa Arab -yang tentunya lebih dekat kepada bahasa Aramaik-, maka kata: berdiri, berlutut, sujud, serta berdo'a; akan menjadi qiyam, ruku', sujud, dan shalat. Dalam Arabic/Englis Bible yang diterbitkan oleh International Bible Society tahun 1999, kalimat berlutut dan berdoa tertulis wa raka’a yushalli. Raka'a beram ruku' dan yushalli adalah shalat sebagaimana yang dipakai oleh kaum Muslim dalam mengungkapkan hal tentang peribadatan mereka.
Orang mungkin bertanya-tanya mengapa gerakan shalat yang diajarkan oleh para nabi ternyata sama? Banyak yang mencari hikmah dibalik gerakan shalat, namun alasan kenapa kita melakukan bukanlah karena hikmah tersebut, tapi yang pasti karena adanya perintah Allah untuk melakukan shalat dengan gerakan semacam itu. Namun demikian mencari hikmah dibalik bentuk gerakan shalat diharapkan dapat menambah keikhlasan kita dalam melakukan shalat.
Kami mencoba melihat dari sisi perlambang dari setiap gerakan pokok, yaitu : berdiri, ruku' dan sujud. Ketika seseorang dalam keadaan berdiri maka otak yang merupakan lambang akal dan logika berada di atas, sedangkan hati sebagai lambang kalbu berada di tengah. Pada saat ruku' maka otak dan hati berada pada posisi yang sama, melambangkan kesetaraan posisi akal dan kalbu. Dan ketika sedang sujud maka akal berada di bawah, sedang hati berada di atas.
Perlambang di atas, menggambarkan keadaan manusia dalam mencari Tuhannya. Saat awal pencarian maka akal adalah yang pertama kali dipergunakan, Nabi Ibrahim sendiri memulai dengan melihat bintang-bintang. Namun akal yang sering kali tertipu perlu dikuatkan dengan kalbu, seperti nasehat Rasulullah kepada Wabishah :

Wahai Wabishah, tanyakanlah kepada kalbumu dan nafsmu (akalmu) -tiga kali-, kebaikan itu jika akal merasa tenang (ketika melakukan perbuatan-pen), dan kejelekan jika akal merasa bergolak sedang (kalbu) rnerasa ragu di dalam dada, walaupun seseorang atau semua manusia menasehatirnu. (HR. Ahmad).

Keseimbangan antara kalbu dan akal akan mengantarkan manusia lebih mendekat kepada Penciptanya. Dan ketika sudah mendekat maka yang mampu menerima hanyalah kalbu, sedang akal dan indera materi manusia tidak mampu mengidera wujud Yang Maha Kuasa. Tidakkah kita lihat akal hanya mampu melihat perwujudan Allah melalui ciptaanNya, dan selalu terpeleset ketika mencoba menerobos hakekatNya, hingga ada manusia yang menyebutnya beroknum tiga, seperti dewa-dewa purbakala yang selalu `bertiga'. Itulah sebabnya maka tahap terakhir adalah sujud, ketika akal diletakkan sejajar dengan organ paling bawah ketika berdiri yaitu kaki. Sebagaimana nasehat Rasulullah:

Dari Abi Hurairah: bahwa Rasulullah Saw. bersabda: "Sedekat-dekatnya seorang hamba dari Tuhannya ketika dia sedang sujud, maka perbanyaklah do'a". (HR. Muslim).

Jika dalam al-Qur'an disebutkan atsar as-sujud (bekas sujud), maka kemungkinannya adalah perbuatan baik dari seorang yang mendekat kepada Allah. Agak naif jika sebagian orientalis menerjemahkan kalimat tersebut sebagai kulit yang menghitam dijidat karena kebanyakan sujud. Kalau hanya dengan kulit jidat yang menghitam seseorang dianggap dekat kepada Allah, maka ibadah lain akan ditinggalkan orang, mereka cukup mencari tembok yang kuat.

Puasa

Selain shalat, puasa juga mendapatkan porsinya untul: dihujat oleh Dr. Robert Morey dengan menyebutkan bahwa shalat dan puasa paruh hari adalah ritual-ritual para penyembah berhala9. Dan sebagaimana shalat maka puasa sebenarnya diajarkan para nabi-nabi bangsa Israel, sebagaimana ajaran Musa dan Isa berikut ini:

Dalam Taurat kitab Imamat disebutkan :

Inilah yang harus menjadi ketetapan untuk selamanya bagi kamu, yakni pada bulan yang ketujuh, pada tanggal sepuluh bulan itu kamu harus merendahkan diri dengan berpuasa ....(Imamat 16:29).

Dalam Injil disebutkan:

'Apabila kamu berpuasa, janganlah muram mukamu seperti orang murtafik..... " (Matius 6:16-18).

Mereka (para nabi) juga melakukan uzlah (menyepi) dengan berpuasa sebelum akhirnya mendapatkan wahyu; nabi Musa melakukan uzlah di Sinai selama 40 hari dengan berpuasa,10 nabi Isa melakukannya di padang gurun juga dengan berpuasa 40 hari11, dan Rasulullah pun melakukan hal yang sama di gua Hira’ 12 dengan jumlah puasa yang sama 40 hari. Uzlah banyak dilakukan oleh para salik (pencari Tuhan) hingga hari ini.
Puasa yang dilakulan oleh Yesus, sebagaimana tertulis dalam injil Matius 4:2, tidak makan dan minum siang dan malam 'Sehari penuh-, sementara yang diajarkan oleh Rasulullah adalah paruh hari. Perbedaan semacam ini adalah naif jika kemudian diartikan oleh Dr. Robert Morey bahwa Rasulullah mengadopsi ritual pagan. Sebab seperti yang dinyatakan Allah dalam al­-Qur'an, bahwa masing-masing umat diberi syariat serta jalan

sendiri-sendiri13. Maka pertanyaan yang paling logis adalah; sejauh mana masing-masing umat dapat menjalankan syariat itu dengan benar, tanpa mengurangi apalagi mencampurkan kebatilan di dalamnya.
Hikmah puasa amatlah banyak, dalam kehidupan kita sehari-hari kita dapat merasakan bagaimana suasana puasa Ramadlan -misalnya di Indonesia-, kehidupan tentram lebih terasa karena mayoritas muslim yang berpuasa berusaha menahan hawa nafsunya, termasuk dalam dunia politik yang sering memanas akhir-akhir ini.

Ibadah Haji Ke Mekah

Jika seorang Dr. Robert Morey, dan mungkin negaranya­ Amerika Serikat- mengatakan :

"Walaupun sangat berat dan membutuhkan biaya besar seorang Muslim diwajibkan untuk men unaikan ibadah haji ke Mekah, Arab Saudi, paling sedikitsekali selama hidupnya.

Bayangkan jika ada agama Rusia yang memerintahkan pengikutnya diseluruh dunia untuk menunaikan ibadah penyembahan di Lapangan Merah, Moskow, paling sedikit sekali selama hidupnya, atau agama Amerika yang memerintahkan pengikutnya untuk menunaikan perjalanan ibadah ke Tugu Peringatan Washington, Amerika Serikat"14

Pernyataan yang bertujuan "mengalihkan" kiblat semacam ini, sebenarnya bukanlah hal yang aneh bagi kalangan Kristen, apalagi oleh negara yang merasa berkuasa. Hal ini sering dilakukan oleh penguasa, yang ingin menjadi kiblat bagi dunia.Pada masa awalnya, Kristen diboyong dari Jerussalem menuju Romawi timur (Bizantium), kemudian beralih ke Eropa. Peralihan ke Eropa bahkan disertai dengan memboyong sebisa murigkin simbol kesucian agama ini. Karen Armstrong, menggambarkan hal ini dengan cukup jelas seperti berikut:

…Tapi sifat lokal dari kesucian tersebut amatlah problematis bagi orang Eropa karena semua tempat ibadah tersuci jelas berada di Timur, tempat Yesus pernah hidup dan mati. Inilah sebabnya mengapa berbagai legenda dikembangkan untuk memelihara kepercayaan bahwa setelah kematiaanya, banyak sahabat Yesus yang datang ke Eropa dan dimakamkan di sana. St. Petrus sungguh diyakini telah datang ke Eropa, walaupun tidak ada satu pun bukti yang mendukung kepercayaan ini...... Yang terpenting St. James, yang disebut sebagai saudara Tuhan, dipercaya telah datang ke Spanyol dan dimakamkan di Compostela. Ada juga legenda kuno yang menyebutkan bahwa James adalah saudara kembar Yesus, sehingga jelas bahwa memiliki tubuh James menjadi hal terbaik kedua setelah memiliki tibuh Yesus sendiri. 15

Untuk memboyong apa yang sudah diambil Eropa mungkin Amerika merasa risih, sementara masih ada tempat suci lain yang tidak pernah berhasil diboyong oleh bangsa manapun yaitu Ka'bah di Mekah. Kristen Najran pernah mencobanya sebelum kelahiran nabi Muhammad, clan gagal16. Begitu juga umat sebelum dan sesudahnya, kini Amerika ingin memindahkan kiblat Muslim ke Washington DC?. Setelah berusaha memaksa negara-negara muslim berkiblat ke Amerika dalam bidang politik, ekonomi, dan budaya, kini bidang spiritual pun diobok-obok?. Dan seperti jawaban Abdul Mutholib kepada Abrahah yang ingin merusak Ka'bah dan memindahkan haji ke Najran: "Saya adalah pemilik onta, sedang rumah itu (Ka'bah) ada Pemiliknya yang akan menjaganya"17.
Sebenarnya ibadah haji ini adalah ajaran agama samawi Yang diajarkan oleh Nabi Ibrahim, yang merupakan ibadah wajib bagi umat Islam yang telah mampu menjalankan baik fisik maupun materi. Umat Islam yang menunaikan ibadah Haji ke Bait Allah, -yang didirikan oleh Ibrahim dan Isma'il- bisa saling berkenalan, dan saling mempererat tali persaudaraan, segala perbedaan dan diskriminasi yang bagaimanapun di kalangan umat Islam itu harus hilang. Mereka harus merasa, bahwa dihadapan Allah mereka itu sama, tidak perduli presiden atau para peminta disekitar masjid al-Haram.

Ibadah ini tidak lepas dari perintah Allah, sebagaiman firman Allah :

"Sesungguhnya rumah (untuk ibadah) yang mula-mula dibangun bagi manusia ialah (Baitullah) yang di Bakkah (Makkah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia. "
Didalamnya terdapat tanda-tanda yang nyata (yaitu) tempat berdirinya (maqam) Ibrahim ; dan barangsiapa masuk ke dalamnya amanlah dia ; mengerjakan ibadah haji adalah wajib bagi manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sudah dapat mengadakan perjalanan kesana.18

Sebelum Nabi Muhammad diutus membawakan risalah Islam, ibadah haji ini telah dirusak oleh orang-orang kafir atau orang jahiliyah di Mekah, akibat penyimpangan mereka yang terlalu jauh dari syariat yang dibawakan Nabi Ibrahim AS. Tetapi setelah masa kerasulan Nabi Muhammad SAW maka ibadah haji ditegakkan kembali.
Nabi Muhammad pada tahun 632, sebelum beliau wafat telah memantapkan bentuk-bentuk haji yang dipertahankan dalam Islam. Haji telah menempati posisi yang penting dalam peribadatan Islam, karena mencakup semua peribadatan yang ada dalam Islam -Seperti shalat, puasa, dan zakat -, baik itu secara ruhani maupun fisik. Setelah masa ini, peribadatan dalam haji terfokus secara lebih tajam. la bersifat intertribal tidak lagi karena ia menghimpun berbagai berhala dari semua suku, tetapi karena sistem peribadatannya mengatasi suku apapun - bahkan suku Quraisy sendiri. Umat Islam mencium Hajar Aswad (Batu Hitam) di sudut Ka'bah yang tidak lagi sebagai penjelmaan beberapa dewa, tetapi sebagai tindak simbolis kesetiaan pada Allah, yang telah mengutus Nabi Ibrahim dan juga Nabi Muhammad untuk membimbing umat manusia. Sahabat Umar bin Khattab mengatakan:

Dari ibn 'Umar, bahwa Umar ra. mencium hajar aswad kernudian berkata: "Saya tahu bahwa kamu adalah batu, kalau bukan karena aku melihat Rasulullah saw. meneiummu maka aku tidak akan menciummu. (HR. Imam Ahmad).

Umat Kristiani juga mempunyai tempat suci yaitu di Yerussalem, yang setiap tahunnya banyak di ziarahi oleh umat Kristiani dari berbagai negara. Perang salib yang dihembuskan oleh Eropa tidak lain karena masalah ziarah ke tempat suci Yerussalem. Dr. Robert Morey mungkin tidak tahu akan peribadatannya sendiri atau juga sudah bosan untuk berkiblat ke Yerussalem sehingga ingin mengganti kiblat umat Kristiani ke Washington DC, clan beribadah di tugu peringatan Washington, Amerika Serikat, sebab bagaimanapun juga Yerussalem berada di tanah Arab. Entah fobia apa yang dialami oleh Dr. Robert Morey terhadap Arab sehingga berulangkali dia menyudutkan Arab, tanpa alasan yang berdasar.
Peribadatan ini, ternyata telah dinubuwat-kan melalui apa yang disampaikan oleh Nabi Daud. Sebab pada dasarnya seluruh nabi berasal dari Yang Satu, yaitu Allah, maka tidak heran jika mereka diberi pengetahuan tentang masa yang akan datang, apalagi menyangkut risalah yang diperuntukkan bagi umat manusia.
  1. Untuk pemimpin biduan. Menurut lagu: Gitit. Mazmur banl Korah.
  2. Betapa disenangi tempat kediaman-Mu, ya Tuhan semesta alam !
  3. Jiwaku hancurkarena merlndukan pelataran pelataran Tuhan ; hatiku dan dagingku bersorak-sorai kepada Allal yang hidup.
  4. Bahkan burung pipit telah mendapat sebuah rumah, dan burung layang-layang sebuah sarang, tempat menaruh anak-anaknya, pada mezbah-mezbah-Mu, ya Tuhan semesta alam, ya Rajaku dan Allahku !
  5. Berbahagialah orang-orang yang diam di rumah-Mu yang terus-menerus memuji-muji Engkau. -
  6. Berbahagialah manusia yang kekuatannya di dalam Engkau, yang berhasrat mengadakan ziarah !
  7. Apabila melintasi lembah Baka, mereka membuatnya menjadi tempat yang bermata air; bahkan hujan pada awalmusim menyelubunginya dengan berkat.
  8. Mereka berjalan makin lama makin kuat, hendak menghadap Allah di Sion.
  9. Ya Tuhan, Allah semesta alam, dengarkanlah doaku, pasanglah telinga ya Allah Yakub. -
  10. Lihatlah perisai kami, ya Allah, pandanglah wajah orang yang Kau urapi !
  11. Sebab lebih baik satu hari di pelataran-Mu daripada seribu hari di tempat lain; lebih baik kami berdiri di ambang pintu rumah Allahku daripada diam di kemah­kemah orang fasik.
  12. Sebab, Tuhan Allah adalah matahari dan perisai, kasih dan kemuliaan ia berikan; Ia tidak menahan kebaikan dari orang yang hidup tidak tercela.
  13. Ya Tuhan semesta alam, berbahagialah manusia yang percaya kepada-Mu!"  19
Nubuat di atas jelas menerangkan Bait Allah yang ada di Makkah (Masjidil Haram), dengan sedikit menyinggung Bait Allah yang ada di Yerussalem, Palestina, seperti keterangan berikut :

Ayat 1-3; menerangkan bahwa rumah Tuhan (Bait Allah) itu selalu dirindukan setiap orang untuk menziarahinya.
 
Ayat 4; mengisyaratkan masing-masing utusan Allah mendapatkan tempat bagi umatnya. Burung pipit mengisyaratkan adanya seorang nabi termuda dalam kerajaan Allah yaitu nabi Muhammad, sedang burung layang-layang adalah para nabi bani Israel yang telah lebih dahulu mendapat tempat di Bait al-Maqdis Yerussalem. Tentang nabi termuda ini kami bahas dalam kajian tentang sosok nabi Muhammad.
 
Ayat 5-6; menerangkan keutamaan orang yang berada di dalam bait Allah dan mereka yang berkeinginan untuk ziarah ke tempat tersebut. Rasulullah Muhammad menyabdakan bahwa ziarah yang disunnahkan adalah ke tiga tempat: masjid al-Haram, masjid Nabawi, dan masjid al-Quds (di Yerussalem). 20
 
Ayat 7; tidak lagi isyarat, tapi menunjuk nama lain Makkah yaitu Bakka, dengan ciri khasnya sumur zam-zam yang tidak pernah kering hingga saat ini.
 
Ayat 8,9,10; mengisyaratkan adanya ibadah yang dilakukan sambil berjalan, seperti sa'i dan tawaf serta perjalanan ke masyairal-muqaddasah (wilayah-wilayah suci) hingga sampai ke masy'ar21 yang kita sebut 'Arafah, untuk ibadah pamungkas dalam ritual haji yaitu wukuf. Kata masya'ir di sini -menurut hemat kami- sangat identik dengan kata Sion atau Zion. Baik Yahudi maupun Kristen menggunakan kata Sion sebagai simbol untuk Jerussalem, yang pada tempat lain kata Sion merujuk pada suatu bukit terletak di barat daya Jerussalem. 22
 
Ayat 11; mengisyaratkan keunggulan shalat di bait Allah yang nilainya 1000 kali lebih baik dibanding tempat lain. Sebagaimana sabda Rasulullah : "Shalat di masjidku (masjid Madinah) seribu kali lebih baik dari lainnya kecuali masjid al-Haram " 23. Hadits-hadits yang menyebut angka tentang keunggulan shalat di tiga tempat-al-Haram, an-Nabawi, al-Aqsha-, menggunakan bahasa hiperbol untuk menunjukkan keutamaan tempat tersebut. Ayat ini juga menunjukkan keutamaan tempat di depan pintu bait Allah (Ka'bah), yang kita kenal dengan sebutan multazam.
 
Ayat 1 hingga 6, mengupas bait Allah secara umum - yang ada di Makkah dan Yerussalem-, sedang selebihnya lebih terfokus kepada bait Allah yang ada di Makkah. Dalam beberapa edisi Bible, beberapa kata dari mazmur ini sering kali disamarkan, khususnya kata Bakka. Dalam Bible edisi Internasional dalam bahasa Arab, menerjemahkan Bakka, dengan bukaa ‘ (tangisan), sementara yang dalam bahasa Inggris tetap memakai Bacca. Dalam Bible edisi Indonesia, tempatan Gedeon (1976), menerjemahkan Bakka dengan "pokok kertau". Sedang Alkitab edisi milenium (2000) tetap menuliskan "Bakka".
 
Bait Allah atau rumah Allah, bukanlah rumah seperti layaknya rumah manusia maka diartikan tempat tinggal bagi Allah, tapi lebih merupakan kiblat bagi umat manusia untuk menuju pada SATU tempat, yang dipunyai oleh yang Maha SATU. Lantas bagaimana dengan Yerussalem dan Madinah?, menurut hemat kami, keduanya adalah tempat suci yang dianugerahkan kepada umat masing-masing pembawa risalah dari dua umat, yaitu bangsa Israel dan bangsa Arab. Dalam Mazmur di atas, nabi Daud menyebut "rumah" bagi burung pipit, sedang bagi burung layang-layang mendapat "sarang", Rasulullah menyebut masjid Madinah, sebagai "masjidku", walaupun semua masjid adalah rumah Allah namun penyebutan Rasulullah "masjidku" menunjukkan kekhususan masjid Madinah sebagai anugerah kepada Nabi Muhammad clan umatnya, seperti Yerussalem yang menjadi tempat suci umat para nabi dari bangsa Israel.
Sedikit menyinggung iri hati Dr. Robert Morey yang menganggap ibadah haji sebagai pemaksaan kultur Arab untuk mendapatkan keuntungan materi24; perlu kita sadari bahwa Arab Saudi menjadi negara Petro Dolar baru beberapa abad belakangan, padahal ibadah haji telah dilaksanakan sejak 1400 tahun yang lalu, bahkan sebelum itu. Negara ini kaya karena minyak yang melimpah di negara ini, bukan sekedar karena haji, walaupun tidak dapat dipungkiri bahwa haji membawa berkah tersendiri bagi Arab Saudi. Jadi bila dikatakan oleh Dr. Robert Morey bahwa karena alasan ekonomi lah Islam mengadobsi praktek Haji, ini sangat tidak berdasar.

NOTES
7. Quran, 2:177
8. Robert Morey, Op. cit., hal 183.
9. Ulangan 9:9.
10. Matius 4:2.
11. Gua kecil di bukit dekat Makkah.
12. Al-Maidah 48.
13. Robert Morey, Op. cit., hal 30.
14. Karen Armstrong, Perang Suci (Holy War), terjemah Hikmat Darmawan, Serambi, Cetakan I, 2003, hal. 108-109.
15. Abrahah membangun Gereja yang sangat megah, untuk mengalihkan haji orang-orang Arab -sebelum Islam-. Lihat : Ibnu Hisyam, Ash-Shirah an-nabawiyyah, Daar al-Manar, Kairo, 1990, vol. I, hal. 49.
16. Ibnu Hisyam, Ibid, I/56.
17. Q.S. Ali Imraan, 3 :96-97
18.  Mazmur 84: 1-13
19. Lihat: Al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, vol. 2, ha1.71.
20. Masy'ar, kata bahasa Arab dalam bentuk kata tempat atau menunjuk tempat, dari akar kata sy`a-ra yang memiliki makna ritual (syi'ar). Maka masy'ar adalah tempat ritual, atau tempat suci. Hal ini dikuatkan dengan penambahan al-Muqaddasah yang memang berarti suci.
21. The World University Encyclopedia, vol. 12, hal. 5690.
22. Ibid
23. Robert Morey, Op. cit., hal 31.
24. Robert Morey, Ibid., hal 28

DUNIAWI DAN ROHANI

DUNIAWI DAN ROHANI

Pada dasarnya manusia memiliki perjanjian dengan penciptanya di alam praeksistensi -seperti yang telah kita bahas dalam bab tauhid-, setelah dilahirkan penjagaan fitrah manusia tersebut kadang terdistorsi oleh lingkungan yang membuatnya lupa akan Penciptanya. Oleh sebab itu Rasul pembawa risalah memiliki kewajiban untuk mengembalikan manusia kepada fitrahnya. Kewajiban pertama adalah mengajarkan tauhid, dan kedua yaitu memperbaiki keadaan umat agar tidak lalai; dalam hubungan vertikal antara manusia dan Penciptanya diajarkan dalam bentuk ibadah vertikal (ibadah mahdlah), dan perbaikan secara horizontal antar manusia secara individu maupun kelompok melalui ibadah horizontal (mu'amalah bi husnil khuluq) .

Ibadah vertikal

Kesaksian manusia pada masa praeksistensi, tetap dituntut pada masa eksistensi, yaitu pentauhidan Allah, yang dalam ajaran Islam dikenal dengan istilah syahadah (kesaksian). Syahadah adalah modal awal bagi manusia untuk bisa mengenal Penciptanya, untuk kemudian diperkuat dengan Ibadah vertikal atau horizontal. Allah tidak membutuhkan ibadah manusia, justru sebaliknya manusia sangat membutuhkan ibadah, sebagai sarana untuk bertemu dengan penciptanya, dalam batas-batas tertentu sesuai kemampuan masing-masing individu. Sebab syahadah (kesaksian) harus dibuktikan dengan tindakan yang menunjukkan ketaatan dan kepasrahan terhadap sang Khaliq, dan bukti ketaatan itulah yang menjadikan manusia sedapat mungkin mendekat kepada Penciptanya. Lain dari pada itu, ibadah merupakan sarana peningkatan energi sepiritual, yang dengannya seseorang dapat membuka mata hatinya. Mata hatilah yang mampu membawa manusia untuk bertemu dengan Pencipta, sebagaimana yang dialami para nabi dan orang-orang saleh yang dikehendaki oleh Allah Swt. Rasulullah dalam haditsnya mengajarkan agar kita menyembah Allah seakan kita melihatNya, namun jika kita tidak mampu melihatNya maka sebenarnya Dia melihat kita.1
Dalam ibadah vertikal, bentuk peribadatan yang diajarkan oleh Allah kepada para nabi dan rasulnya sebenarnya tidak jauh berbeda; dalam ajaran Nabi Musa dan Nabi Isa dikenal ada shalat (arti shalat menurut etimologi adalah berdo'a) dan puasa, seperti yang akan kita bahas nanti.
Kesamaan bentuk ibadah dikalangan nabi-nabi seperri Musa, Isa dan Muhammad bukanlah suatu kebetulan atau sekedar tradisi Semit, namun lebih merupakan kesatuan risalah ilahi yang dibawa oleh para nabi pada setiap masa hingga masa nabi Muhammad. Jika dikemudian hari cara peribadatan itu ada yang berubah atau malah hilang, maka yang perlu dipertanyakan adalah umat itu sendiri, sebab para nabi telah menyampaikan risalah yang dibawanya.

Ibadah Horizontal.

Dalam hubungan antar manusia, para nabi mengajarkan pentingnya moral, individu dan kelompok. Secara individu mereka mengajarkan agar manusia bersikap mengasihi dan berbuat adil terhadap diri sendiri clan orang lain. Nabi Musa yang menerima 10 perintah Allah, selain masalah tauhid yang merupakan pokok pertama, juga menyebutkan ajaran-ajarau sosial. Dalam Injil, tentang perintah utama -setelah yang pertama, masalah pengesaan Allah-, disebutkan: :
 
"Perintah yang kedua ialah : Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri." (Markus 12: 31).
 
Dan Rasulullah mengajarkan :
 
Dari Abdullah bin Amru: Rasulullah Saw. bersabda: "Orang yang mengasihi akan dikasihi oleh yang Maha Pengasih. Kasihilah siapapun yang di atas bumi, maka engkau akan dikasihi yang ada dilangit.... " (HR. Tirmidzi).2

Mengasihi diri sendiri dengan tetap memperhatikan tubuh kasar untuk mendapatkan hak-haknya, berbuat adil terhadap diri sendiri dengan menuntut diri agar melaksanakan kewajiban dan tanggung jawab yang dipikulnya. Mengasihi orang lain dengan segala perbuatan yang mendatangkan manfaat, berbuat adil kepada orang lain dengan tidak melanggar hak-hak orang lain. Ajaran untuk peduli sesama dalam Islam di wakili dalam salah satu rukunnya yaitu zakat, setelah sebelumnya dilatih untuk menumbuhkan empati melalui puasa -menahan lapar dan haus seperti yang dialami mereka para fakir miskin-. Mengeluarkan harta benda untuk diberikan pada mereka yang berhak dan tentunya tanpa keinginan mendapat ganti dari manusia, merupakan simbol utama dari kepedulian terhadap sesama, sebab kecintaan manusia terhadap harta kadang melebihi kecintaan terhadap seseorang yang dekat sekalipun. Apalagi masyarakat modern yang sering menganggap segala sesuatu berdasarkan nilai uang, mengeluarkan harta seringkali dengan harapan imbalan, minimal promosi.
Selain ajaran untuk mengasihi sesama, prinsip keadilan luga ditekankan agar tidak ada individu yang terdzalimi oleh individu lain.
Dalam Taurat disebutkan :

Maka jangan kamu sayang akan dia, melainkan jiwa akan ganti jiwa, dan mata akan ganti mata, dan gigi akan ganti gigi, dan tangan akanganti tangan, dan kaki akanganti kaki adanya. (Ulangan 19:21)3

Dalam Injil, nabi Isa menyebutkan seperti hukum Taurat

Kamu sudah mendengar perkataan demikian: Mata ganti mata, dan gigi ganti gigi; (Matius S: 38).

Hal ini ditegaskan lagi oleh al-Qur'an:

 
Dan Kami telah tetapkan terhadap mereka di dalamnya (At­ Taurat) bahwasannya jiwa (dibalas) dengan jiwa, mata dengan mata, hidung dengan hidung, telinga dengan telinga, gigi dengan gigi, dan luka (pun) ada kisasnya. Barangsiapa yang melepaskan ( hak kisas) nya, maka melepaskan hak itu (menjadi) penebus dosa baginya. Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang zalim. (Al-Maidah 45).

 
Ayat Qishas dalam ketiga kitab samawi ini mencerminkan prinsip keadilan yang paling mendasar; pelanggaran atas hak orang lain yang jika ringan maka diganjar ringan tapi jika berat maka harus diganjar berat. Jika terbalik maka ketidak-adilan akan merebak, mereka yang berkuasa akan sewenang-wenang dan hukum dapat dibeli, palu kedzaliman bisa diketok di meja pengadilan dengan senyum manis, ketidak percayaan masyarakat terhadap aparat hukum menjadikan mereka bisa lebih kejam dari yang dibayangkan -akibat mencuri seseorang bisa dibakar-, yang tersisa hanya hukum rimba. Jika itu yang terjadi, maka fitrah manusia menjadi tumpul, hingga mengeras melebihi batu, dan agama hanya dijadikan ritual tahunan saja untuk menjaga gengsi clan populeritas, bagaimana mungkin dapat mencapai kedekatan dengan Penciptanya?

Keduanya tak terpisahkan

Moralitas individu dan sosial, selain demi kenyamanan hidup manusia, merupakan sarana pembersihan jiwa agar fitra manusia tidak terkikis oleh hiruk-pikuk keduniaan, seperti halny ibadah vertikal. Maka tidak heran jika Rasulullah mengajarkan bahwa memotong kuku termasuk fitrah4, dan memungut pak dan sejenisnya dari jalanan adalah sebagian dari iman, seper dalam hadits berikut ini:

Dari Abu Hurairah mengatakan, bersabda Rasulullah Saw.: "Iman itu ada tujuh puluh lebih atau enam puluh lebih macamnya, yang paling baik adalah mengatakan tiada ilah selain Allah, dan yang terendah adalah rnernungut adza (hal­hal yang rnembahayakan pejalan) dari jalan; dan malu adalah bagian dari pada iman". (HR. Muslim) 5

Penyebutan angka tujuh puluh dan enam puluh lebil adalah gaya bahasa hiperbol yang sering dipakai oleh bahasa Arab (Semit) untuk menyatakan banyaknya sesuatu. Dari hadit di atas kita mendapat gambaran bahwa keimanan kepada Allah dijabarkan dalam ibadah vertikal seperti syahadat, serta ibadal horizontal dengan menyempurnakan moral seperti memungut paku (dan sejenisnya) dari jalanan. Seperti halnya shalat dan puasa, maka berbuat baik pada diri sendiri clan orang lain adalal untuk menjaga fitrah manusia. Dan fitrah adalah universal merupakan anugrah Allah kepada makhluqnya, hanya saja manusia kadang tertutup fitrahnya oleh hawa nafsunya sendiri tidakkah kita melihat, jika ada seseorang tertimpa musibah - misalnya- kita akan merasa iba dan ingin menolong, namui perasaan itu bisa terkubur ketika nafsu mengatakan bahwa dia adalah "orang lain" dan mungkin berubah 180% menjadi sikap nyukurin ketika hawa nafsu mengatakan ia adalah "musuh" Maka dari itu perang terhadap hawa nafsu yang dihembuskan oleh Setan menjadi jihad terbesar dalam ajaran Islam.
Hal yang sama telah disampaikan oleh Nabi Isa dalan nasehatnya kepada murid-muridnya, ia mengatakan :

"Berjaga jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam percobaan; roh memang berniat baik, tetapi tabiat manusia lemah." (Markus l4: 38).

Roh manusia menurut al-Qur'an dibekali dengan fitrah ilahiah6 maka cenderung lurus, namun tabiat manusia seringkali kalah menahan godaan setan, hingga hawa nafsu menguasi dirinya dan fitrahnya menjadi redup. Itulah sebabnya baik Nabi Muhammad maupun para nabi sebelumnya, mengajarkan disiplin diri dalam ritual peribadatan seperti shalat dan puasa, juga budi pekerti dan menjaga diri dari perbuatan tercela yang dapat mengotori fitrahnya.
Dari seluruh ibadah vertikal dan horizontal, pemungkasnya adalah mengunjungi bait Allah, dalam ajaran Islam disebut haji, yang dilakukan di Makkah dalam waktu
tertentu. Pembahasan tentang masing-masing ibadah di atas akan kami lengkapi pada bahasan tersendiri.
Apa yang diajarkan oleh para nabi dan rasul serta kitab­kitab yang diturunkan kepada masing-masing rasul, pada hakekatnya sama, hanya saja umatnya yang menyikapi berbeda.
Oleh sebab itu maka Allah memperingatkan agar hukum yang pernah diturunkan kepada masing-masing umat untuk dijaga dan ditegakkan. Dalam Al-Qur'an Allah menegur mereka yang telah diberi kitab:


Katakanlah: "Hai Ahli Kitab, kamu tidak dipandang beragama sedikitpun hingga kamu menegakkan ajaran­ajaran Taurat, Injil dan al-Qur'an yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu". Sesungguhnya apa yang diturunkan kepadamu (Muhammad) dari Tuhanmu akan menambah kedurhakaan dan kekafiran kepada kebanyakan dari mereka; maka janganlah kamu bersedih hati terhadap orang-orang yang kafir itu.

Teguran Allah melalui nabi terakhirnya bukanlah tanpa alasan, kita saat ini dapat melihat apakah shalat, dan puasa dijalankan di dua agama samawi sebelum Islam? Kalaupun sebagian mereka menjalankan -khususnya puasa-, namun tata cara yang ada di dalam bibel hanya bersifat global, seperti wudlu' misalnya, dalam perjanjian lama hanya disebutkan membasuh tangan dan kaki sebelum memulai peribadatan, demikian juga dengan shalat dan puasa; semuanya bersifat global tidak tidak ada rinciannya.
Apalagi pada masa sekarang, ketika panggung agama Yahudi dan Kristen beralih ke Amerika dan Eropa, sisi ibadah vertikal yang begitu sakral sudah berubah, apalagi ibadah horizontal. Pesan-pesan agama tentang aturan hidup sudah dianggap kuno, maka ajaran kitab suci kadang terpaksa diganti (lihat bahasan tentang kitab suci). Kemegahan duniawi yang dicapai oleh kiblat kedua agama di atas tidak disertai dengan kemajuan spiritual, yang membuat masyarakat keduanya menjadi kering dan bimbang, tanpa tujuan hidup yang berarti, maka tidak mengherankan jika tolak ukur keberhasilan adalah materi. Kekeringan ruhani yang menjurus kepada kehidupan tanpa aturan, akan lebih terlihat dalam jawaban atas hujatan buku Islamic Invasion pada kajian berikut :

NOTES

1. Al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, Daar al-Fikr-Beirut, 1994, Vol. I, hal, 23.
2. Menurut Abu Isa hadits ini hasan-shahih. Jami' at Tirmidzi, Imam Tirmidzi, kitab al-birri wa ash-shilah, bab maa jaa'a fi rahmat an-naas.
3. Lihat juga: Keluaran 21: 23-25, Imamat 24: 19-21.
4. Dari Abu Hurairah, dari Nabi Saw. bersabda: "Fitrah itu ada lima (atau lima macam dari fitrah): Khitan, bercukur, memotong kuku, mencabut (bulu) ketiak, dan memotong kumis". Diriwayatkan oleh
Imam Muslim dalam Shahih Muslim, Daar al-Fikr, Beirut, 1992, vol. l, hal. 135.
5. Al Bukhari, Op. cit., I/42.
6. Robert Morey, Robert Morey, The Islamic Invasion - confronting the World's Fastest Growing Relegion, Scholars Press, Las Vegas, 1991' ha1183.