Hukum Berdebat Dengan Menggunakan Dalil Alkitab (Injil)


Soal 8

Hukum Berdebat Dengan Menggunakan Dalil Alkitab (Injil)

Apakah hukumnya menurut syariat, jika dilakukan perdebatan oleh sebagian da'i-da'i dengan ahli kitab dengan memakai kitab Injil untuk membuktikan sta­tus kenabian nabi Isa as. dan bahwa ia adalah manusia. Apakah cara ini bertentangan dengan kondisi al-Quran yang berlaku sebagai penasakh (pembatalan hukum) kitab-kitab suci yang terdahulu?

Jawab:

Boleh hukumnya menghujat umat Nasrani memakai dalil yang bersumber dari kitab-kitab Injil yang mereka percayai dan yang akui keabsahannya. Lalu dengan mamakai data-data yang ada dalam Injil untuk membuktikan risalah nabi Isa dan bahwa ia adalah manusia yang diciptakan yang dengan sendirinya mematahkan dakwaan mereka, bahwa nabi Isa adalah anak Allah. Dan dengan data-data yang ada dalam kitab Injil juga yang menerangkan kenabian nabi Muhammad saw. serta berita gembira atas kebenaran risalahnya, dan bahwa setiap orang yang bertemu dengannya wajib mengikut agama yang ia bawa. Sistem ini telah dijadikan sebagai ketetapan dan mitsaq bagi para nabi untuk mengikuti nabi ajaran nabi yang setelahnya. Sekiranya nabi Muhammad saw. diutus sewaktu nabi Isa masih hidup, nabi Isa wajib mengikuti kepada nabi Muhammad serta memerintahkan umatnya untuk tunduk kepada syariat yang terbaru. Sebab agama yang dibawa Muhammad adalah agama terakhir, dan dengan hadirnya syariat baru berarti menghapus syariat lama. Menghujat umat Nasrani dengan cara begir:i tidak bertentangan dengan kondisi al-Quran yang berlaku sebagai penasakh kitab-kitab suci yang sebelumnya. Dalam kitab Injil tersebut ada bukti-bukti yang menjelaskan, bahwa masa berlakunya terbatas sampai datangnya nabi Muhammad saw.49


49. Menurut saya, ulama-ulama Islam telah melakukan hal yang sama. Mereka menghujat umat Nasrani dengan memberikan penjelasan kebenaran ajaran Islam dalam ke-Esa­an Allah dan status manusia yang disandang Isa as., serta membuktikan risalah Muhammad saw. Ulama-ulama yang menempuh jalan seperti itu antara lain, Ibnu Hazm, [bnu al-Qayyim, Rahmatullah bin Khalil al-Hindi, serta ulama di abad moderen seperti Syaikh Ahmed Deedat, dan lain-lain.

Risalah Isa


Soal 7

Risalah Isa

Benarkah pengertian ayat: "Dan Kami iringkan jejak mereka (nabi-nabi Bani Israel) dengan Isa putera Maryam, mem.benarkan Kitab yang sebelumnya, yaitu . Taurat. Dan Kami telah memberikan kepadanya kitab Injil sedang di dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya (yang menerangi), dan membenarkan kitab yang sebelumnya, yaitu kitab Taurat. Dan menjadi petunjuk serta pengajaran untuk orang-orang yang bertaqwa'; bahwa Isa as. datang sebagai pelengkap dakwah Musa as? Bagaimana pendapat anda mengenai paham yang mengatakan kitab Injil tidak dipalsukan dengan dalil kalimat ayat: °Dan Kami telah memberikan kepadanya kitab Injil sedang di dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya (yang menerangi)"? Dan apakah pengertian kalimat ayat: "dan membenarkan kitab yang sebelumnya, yaitu kitab Taurat"?

Jawab:

Kita tidak meragukan, bahwa dakwah para rasul semuanya berada di satu poros agama, satu akar, yaitu Tauhid dan Ikhlas beribadah hanya kepada Allah swt. Itulah makna yang dapat ditarik dari hadits nabi Muhammad saw. "Kami sekalian nabi-nabi adalah saudara sebapak, agama kami adalah satu. "47  Maksudnya, seperti perumpamaan beberapa orang anak dengan sejumlah ibu tapi ayah mereka satu. Saudara seayah dengan ibu yang berbeda. Mereka sama-sama satu akidah dengan terdapat perbedaan dalam hal syariat. Sejalan dengan itu, setiap nabi membenarkan nabi atau rasul yang datang sebelumnya. Maka ayat: "Dan Kami iringkan jejak mereka (nabi-nabi Bani Israel) dengan Isa putera Maryam, membenarkan Kitab yangsebelumnya, yaitu : Taurat. Dan Kami telah memberikan kepadanya kitab Injil.. . " menunjukkan bahwa nabi Isa as. membenarkan hukum Taurat, termasuk ilmu pengetahuan yang dikandung Taurat, begitu juga nabi Isa mengamalkan kitab suci tersebut dan menganjurkan penerapannya sekaligus memakainya sebagai kitab hukum.

Tidak diragukan lagi, kitab Injil diturunkan kepada (sa as. berisi hidayah dan cahaya, tetapi setelah diangkatnya Isa, dalam barisan pengikut-pengikutnya terjadi perbedaan-perbedaan pendapat tentang Injil. Karena itu, terdapat beberapa buah Injil; seperti Injil Matius, Injil Yohanes dan sebagainya48. Sebagaimana diketahui, antara Injil yang satu dengan yang lain ada keterkaitan, padahal Allah swt. hanya menurunkan satu kitab, berarti berbilangnya kitab Injil setelah nabi Isa menjadi bukti, bahwa sudah terjadi perubahan dan pemalsuan pada kitab Injil yang asli. Kitab Injil yang asli adalah yang disebut dalam ayat: "di dalamnya (Injil) terdapat petunjuk dan cahaya". Adapun kitab-kitab Injil yang ada sekarang sudah mengalami perubahan dan dipalsukan dari kitab yang diturunkan sebagai pembenar kitab Taurat yang sebelumnya. Wallhu'alam.


47. HR. Bukhari, dengan nomor hadits 3442, Kitab: Ahodits Anbiyoa', Bab: Ayat "Dan ceritakanlah (kfsah) Maryam di dalam al-Qur'an, yaitu ketika ia menjauhkan diri dart keluarganya ke suatu tempat di sebelah ttmur", diriwayatkan dari Abu Hurairah ra. Muslim, dengan nomor hadits 2356, Kitab: AI Fadhail, Bab: Keutomoan-keutarnaan nabf Isa as., diriwayatkan dari Abu Hurairah ra. Ahmad, di kitab al-Musnad (2/319, 406, 437, 463, 482), diriwayatkan dari Abu Hurairah ra.
Pengertian kalimat 'saudara sebapak' ialah: saudara seayah berbeda ibu. Makna hadits: akar agama mereka satu satu yaitu agama Tauhid, tapi syartat berbeda antara nabi dengan nabi yang lain. Pendapat lain mengatakan, makna hadits ialah: zaman mereka berbeda. Lihat buku Ash-Shahih al-Musnad min Ahadtts AI Fttan wa al­Malahim wa Asyrath as-Sa'ah hal. 513, karangan Syatkh Musthafa Al Adawi - hafizhahullah.
48. Ibnu al-Qayyim dalam buku Hidayatul Hayara hal. 211, menul[s: "Kitab-kitab Injil (zaman kini) ada empat; (1) Injil Markus, (2) Injil Lukas. Dua orang ini tidak pernah bertemu dengan al-Masih. (3) Injil Matius, dan (4) Injil Yohanes. Yang dua terakhir ini pernah melihat dan bergabung dengan al-Masih". 511akan merujuk ke buku Tuhfatu al-Aryab fi ar-Radd `ala Ahlt Ash-Shalib, karangan Abu Muhammad Abdullah at­Turjaman al-Mairufi, pasal ketiga, bab pertama, halaman 94. Di sana dijelaskan siapa sebenarnya empat orang yang menulls kitab Injil ini.

Kontroversi Penciptaan Isa


Soal 6

Kontroversi Penciptaan Isa

Bagaimana komentar anda terhadap orang yang menjadikan ayat berikut: "Sesungguhnya misal (penciptaan) 'Isa di sisi Allah, adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah men­ciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya: "Jadilah" (seorang manusia), maka jadilah dia" sebagai bukti bahwa Isa adalah manusia biasa yang diutus menjadi rasul, bukan seperti yang dikatakan umat Nasrani, bahwa Isa adalah anak Allah -Mahasuci Allah setinggi­tingginya dari tuduhan itu.

Jawab:

Ayat ini sudah jelas dan sebagai bukti, bahwa Isa adalah makhluk yang diciptakan, dan Allah swt. Yang Maha Esa yang telah menciptakannya. Sebagaimana Allah menciptakan Adam as. dari tanah, tanpa ada ayah dan ibu, tetapi hanya dari tanah yang basah, kemudian Allah memerintahkan tanah tersebut dengan menfirmankan `kun' maka terciptalah Adam seperti yang dikehendaki Allah swt. Nah, demikian jugalah penciptaan Isa as., sama-sama diciptakan dari tanah, hanya bedanya ada ibu, tapi tidak punya ayah. Allah berfirman `kun', maka jadilah nabi Isa berada di rahim ibunya, setelah itu Isa kecil lahir menjadi manusia yang sempurna. Allah menyertai nabi Isa dengan bukti-bukti yang membedakannya dari sekalian manusia, yaitu bisa bicara ketika masih bayi. Di antara ucapan nabi Isa waktu bayi itu sebagaimana Allah jelaskan dalam ayat al-Quran: "Berkata Isa: "Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku al-Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang nabi."45

Tafsir ayat ini dijelaskan oleh Ibnu Katsir dalam kitab tafsirnya sebagai berikut: Allah swt. berfirman yang artinya: "Sesungguhnya misal (perumpamaan) Isa di sisi Allah", maksudnya, dalam hal kekuasaan Allah menciptakan Isa tanpa ayah, "adalah seperti (penciptaan) Adam" yang diciptakan tanpa ayah dan ibu. Bahkan, Adam "Allah ciptakan dari tanah, kemudian Ia firmankan kepada tanah, `KUN' (tanah, jadilah engkau Adam), `FA YAKUN' (maka terciptalah Adam). Maka, Yang menciptakan Adam tanpa ayah dan ibu pasti lebih masuk akal kuasa juga menciptakan Isa tanpa ayah tapi punya ibu. Sekiranya -ini sebatas asumsi- disahkan mengangkat Isa menjadi Tuhan karena ia tercipta tanpa ayah, berarti lebih layak lagi jika Adam yang dianggap Tuhan. Jelas diketahui, mengangkat Adam sebagai TUhan pun tidak dibenarkan atau BATIL. Hal itulah mengapa jika kita mengangkat Isa (atau yang lainnya) menjadi Tuhan adalah jauh lebih BATIL dan jelas-jelas merupakan paham yang keliru. Maksud dari proses penciptaan yang beragam ini -wallahu'alam- Allah ingin menunjukkan kepada sekalian makhluknya; bahwa ketika Allah menciptakan Adam tanpa melalui proses pertemuan jenis jantan dan betina (ini merupakan sebuah hikmah), berikutnya Allah menciptakan Isa dengan adanya jenis betina saja tanpa ada jenis jantan, membuat keduanya berbeda dengan proses penciptaan makhluk lain secara normal, karena umumnya terdiri dari pasangan jantan dan betina.46




45. QS. Maryam 19 : 30.
46. Dalam buku al-Jawab al-Ka/i Ji man Boddala Din al-Masih jilid 4 halaman 54, tahqiq Dr. Ali bin Hasan, Dr. Abdul Aziz Al Askar dan Dr. Hamdan Alhamdani, Syaikh Ibnu Taimiyah menulis sebagai berikut: Firman Allah "Sesungguhnya misal (penciptaan) `Isa di sisi Allah, adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudianAllah berfirman kepadanya: "Jadilah"(seorang manusia), maka jadilah dia" adalah kalam haq (Kalamullah yang Mahabenar). Allah menciptakan jenis manusia dengan berbagai cara yang mungkin untuk menjelaskan keuniversalan kekuasan­Nya. Mulanya Allah menciptakan Adam tanpa jenis jantan dan betina, kemudian menciptakan pasangan Adam dari satu jenis yaitu jenis jantan (Adam) tanpa keberadaan jenis betina, sebagaimana termaktub dalam ayat: "dan Ia (Allah) menciptakan darinya (jenis Adam) seorang pasangan (yaitu Hawa)". Dan Allah menciptakan al-Masih dari jenis betina (ibu) tanpa pasangan jenis jantan (bapak), dan Alfah menciptakan sekalian makhluk dari dua jenis, jantan dan betina. Dapat diketahui, proses penciptaan Adam jauh lebih menakjubkan daripada proses penciptaan Isa as. yang melalui rahim Maryam. Penciptaan Adam lebih hebat dari penciptaan Isa dan Hawa. Adam yang dijadikan asal penciptaan Hawa. Berdasarkan fakta ini, Allah mengumpamakan penciptaan Isa den gan penciptaan Adam yang pada hakikatnya lebih menakjubkan daripada penciptaan Isa al-Masih. Jika Allah swt. kuasa menciptakan Adam dari tanah, sedangkan tanah bukan berasal dari jenis fisik manusia, apakah tidak mungkin Allah kuasa menciptakan Isa dari wanita yang dia itu berasal dari jenis fisik manusia? Di samping itu Allah menciptakan Adam dari tanah. Kemudian Allah berfirman "KUN FA YAKUN" (kata perintah, artinya jadilah engkau (wahai tanah, segala yang dikehendaki Allah) maka terjadilah yang Allah inginkan), yaitu dengan meniupkan nyawa (ruh), begitu juga dengan penciptaan Isa, sama-sama ditiupkan ruh dan Allah berfirman "KUN FA YAKUN". Adam, dengan sebab ditiupkan kepadanya ruh dari Allah, tidak mempunyai status ganda; sebagai tuhan dan sebagai manusia, tetapi hanya dengan status tunggal yaitu `manusia'. Demikian juga dengan al-Masih, semua yang ada padanya adalah sifat `manusia'.

Tafsir Kata " Allah " ( Tanda / Mukjizat )?


Soal 5

Tafsir Kata " Allah " ( Tanda / Mukjizat )?

Apakah tafsir kata “ Allah “ (tanda) yang dibawa nabi Isa as. dalam firman Allah swt. yang artinya: "...dan aku datang kepadamu dengan membawa suatu tanda (mu jizat) dari Tuhanmu. Karena itu bertaqwalah kepada Allah dan ta'atlah kepadaku" 42 ?

Jawab:

Tafsir kata Allah dalam ayat tersebut ialah: aku (nabi Isa) datang membawa hujjah dan bukti atas kebenaran yang aku ucapkan kepadamu, yaitu dengan Allah sejenis tanda-tanda dan mukjizat yang terlebih dahulu di dijelaskan di ayat sebelumnya, yang artinya: "Dan (sebagai) Rasul kepada Bani Israil (yang berkata kepada mereka): "Sesungguhnya aku telah datang kepadamu dengan membawa suatu tanda (mu'jizat) dari Tuhanmu, yaitu aku membuat untuk kamu dari tanah berbentuk burung..." 43

Membentuk segumpal tanah berupa burung lalu meniupnya menjadi seekor burung yang hidup merupakan tanda dan mukjizat, termasuk menormalkan penglihatan orang buta (buta yang dibawa lahir), penyakit kusta (kulit) setelah diusap menjadi sembuh adalah mukjizat, demikian juga nabi Isa mampu memberitahu orang tentang pekerjaan apa yang mereka lakukan di rumah serta bisa menyebutkan apa-apa saja yang mereka sembunyikan atau yang mereka rahasiakan. Begitu juga dengan menghidupkan orang yang sudah mati dengan izin Allah, dan sebagainya yang menandakan, bahwa ia adalah rasul utusan Tuhannya, lantaran keajaiban­keajaiban itu, umat Nasrani yang sesat, mengira bahwa nabi Isa adalah Allah. Karena itulah mereka disebut kafir, sebagaimana dalam salah satu ayat al-Maidah dibawah ini, yang artinya:

"Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: "SesungguhnyaAllah ialah al-Masih putera Maryam", padahal al-Masih (sendiri) berkata: "Hai Bani Israil, sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu. "Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zhalim itu seorang penolongpun. "44

Mukjizat-mukjizat ini hanya sebatas pembuktian kebenaran risalah yang ia bawa dari Allah swt. Watlahu'alam.


42. QS. Ali `Imran 3 : 50.
43. QS. Ali `Imran 3 : 49.
44. QS. Al-Maidah 5 : 72.

Makna "Kalimat" daripada-Nya


Soal 4

Makna "Kalimat" daripada-Nya

Apakah maksud 'kalimat' dalam ayat yang artinya: "(Ingatlah), ketika Malaikat berkata: "Hai Maryam, sesungguhnya Allah menggembirakan kamu (dengan kelahiran seorang putera yang diciptakan) dengan kalimat (yang datang) daripada-Nya, namanya al­Masih'Isa putera Maryam, seorang terkemuka di dunia dan diakhirat dan termasuk orang-orang yang didekatkan (kepada Allah)" 34 dan apa maksud kata 'wajih/wijahah' (terkenal ) serta kata 'qurba' (dekat)?

Jawab:

Kata `kalimah' (kalimat) adalah bentuk tunggal, dan bentuk jamaknya adalah `kalimat'. Maksudnya adalah, bahwa nabi Isa diciptakan dengan kalimat, maka dijulukilah nabi Isa dengan `Kalimatullah' (kalimat Allah), sebab nabi Isa diciptakan dan diadakan dengan kalimat `kun' (kata perintah artinya: Jadilah!). Oleh sebab itu, Allah berfirman tentang Yahya: "Sesungguhnya Allah menggembirakan kamu dengan kelahiran (seorang puteramu) Yahya, yang membenarkan kalimat (yang datang) dari Allah" 35 , maksudnya, membenarkan Isa yang diciptakan dengan kalimat Allah. Oleh karena itulah ayat tersebut secara lengkapnya mengatakan demikian: Allah menggembirakanmu dengan kelahiran anak laki-laki yang kehadirannya melalui kalimat Allah, yaitu kalimat `kun, fayakun'. Begitu juga dengan maksud ayat:

"Sesungguhnya al-Masih, Isa putera Maryam itu, adalah utusan Allah dan (yang diciptakan dengan) kalimat-Nya yang disampaikan­Nya kepada Maryam.. . " 36  maksudnya, diciptakan dengan kalimat yang dibawa Jibril as. kepada Maryam. Kalimat itu turun hingga menyentuh faraj Maryam, seperti layaknya pertemuan antara ayah dan ibu. Dengan sebab itu dinamailah Isa dengan `Kalimatullah', karena wujudnya ada dari kalimat `kun', seperti disebutkan dalam ayat yang artinya: "Sesungguhnya penciptaan `Isa di sisi Allah, adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya: "Jadilah" (seorang manusia), maka jadilah dia." 37

Nabi Isa bukan kalimat itu sendiri, tapi diciptakan dengan sebab kalimat. Kalimat bukan makhluk, tetapi Isa diciptakan dengan Kalimat. Kalimat berasal dari Allah untuk menciptakan sekalian makhluk, sebagaimana dijelaskan dalam ayat yang artinya: "Sesungguhnya perintah-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya: "Jadilah!" maka terjadilah ia". 38

Menurut kolompok yang menamakan dirinya al-Jahmiyah, Kalimat adalah makhluk. Sementara itu menurut umat Nasrani, Kalimat Allah berasal dari Dzat Allah. Yang benar adalah paham Ahlussunah: Kalamullah termasuk sifat (kebesaran) Allah, bukan makhluk. Isa diciptakan dengan Kalimat, dan Isa bukanlah kalimat itu sendiri, berbeda jauh dengan yang dipahami umat Nasrani.

Berikutnya, pengertian `seorang terkemuka di dunia dan diakhirat', maksudnya adalah nabi Isa mempunyai martabat, kedudukan dan kemuliaan di sisi Allah, seperti halnya nabi Musa dalam ayat yang artinya: "...Dan adalah dia seorang yang mempunyai kedudukan terhormat disisi Allah". Di antara bukti kedudukan terhormat ini ialah dukungan yang diberikan kepada Musa berupa mukjizat-mukjizat, keteguhannya dalam berdebat melawan kaumnya. Begitu juga dengan kemutajaban doa Musa, pertolongan, pemeliharaan dan penjaagaan dari musuh-musuh Allah yang berupaya mengalahkannya. Dengan alasan yang hampir serupa dengan diterima nabi Musa, maka nabi Isa pun mendapat penjagaan dan pengawasan Allah dari tipuan dan kebencian or­ang Yahudi, tetapi bentuk kedudukan yang tinggi ini tidak mesti ditujukan doa kepada nabi Isa dan ia tidak mesti diserahi hak yang pada dasarnya hak kebesaran Allah.

Kita juga tidak perlu meragukan, bahwa nabi Muhammad saw. memiliki kedudukan yang tinggi di sisi Allah seperti halnya nabi­nabi yang lain. Meskipun nabi Muhammad memiliki kedudukan mulia, kita dilaranag bertawassul dengan kedudukan itu. Untuk itulah, kita dilarang berdoa dengan redaksi: "Ya Allah, aku memohon kepada-Mu berkat kemuliaan si Fulan, atau berkat martabatnya di sisi-Mu." Pasalnya, kalimat doa seperti ini berarti mengagungkan `fulan' tersebut. Sedangkan yang berhak diagungkan seratus persen adalah Allah. Adapun hadits Rasulullah yang mengatakan dengan redaksi: "Apabila kamu berdoa kepada Allah, mintalah dengan menyebut kedudukanku, sesungguhnya kedudukanku mulia di sisi Allah", merupakan hadits yang maudhu' (hadits palsu, hasil karangan manusia, atau ucapan seseorang yang disandarkan kepada nabi Muhammad). Hukum hadits maudhu' dilarang meriwayatkannya kecuali disertai keterangan status hadits tersebut sebagai hadits maudhu'. 39

Adapun maksud kalimat "termasuk orang-orang yang didekatkan" dalam ayat yang sedang dibicarakan, bahwa nabi Isa adalah orang yang mendapat kebahagiaan, mendapat keistimewaan kedekataan, martabat yang tinggi di surga yang diterangkan sebagai balasan amal kebaikan dalam ayat: "adapun jika dia (orang yang mati) termasuk orang yang didekatkan (kepada Allah), maka dia memperoleh rezki serta surga kenikmatan." 40  Kedekatan di sisi Allah adalah martabat tertinggi, yaitu martabat para nabi, para shiddiq, para syahid, orang-orang shalih yang dinyatakan mendapat pahala dalam firman Allah: "(yaitu) mata air yang minum dari padanya orang-orang yang didekatkan kepada Allah." 41  Wallahu'alam.




34. QS. Ali `Imran 3 : 45.
35. QS. Ali `Imran 3 : 39.
36. QS. an-Nisa' 4 : 171.
37. QS. Ali `Imran 3 : 59.
38. QS. Yaasin 36:82.
39. Syaikhul lslam Ibnu Taimiyah, dalam risalah `Qa'idah Jalilah fi at-Tawassul wa al­Wasilah' halaman 147, menulis tanggapan terhadap hadits tersebut: ...ini bukan hadits, tidak ditemukan dalam kitab-kitab hadits kaum muslimin yang mendapat keabsahan dari ulama hadits. Perkataan ini juga tidak pernah ditulis ahlul ilm dan ahli hadits. Dan Syaikh al-Bani, dalam buku `Silsilah al-Ahadits Ad-Dha'ifah wa a!­Maudu'ah' (seri hadits-hadits lemah dan hadits palsu) jld. 1 hal. 30, menulis: Hadits ini tidak mempunyai dasar akurat.
40. QS. al-Waqi'ah 56 : 89.
41. QS. al-Muthaffifin 83 : 28.

Pengertian Wafat (Isa)


Soal 3

Pengertian Wafat (Isa)

Apakah pengertian ayat: "(Ingatlah), ketika Allah berfirman: "Hai 'Isa, sesungguhnya Aku akan menyampaikan kamu kepada akhir ajalmu (mewafatkanmu) dan mengangkat kamu kepada­Ku" 26 . Apakah pengertian `wafat' di ayat ini adalah makna sesungguhnya atau tidak?

Jawab:

Makna `wafat' yang tepat adalah `tidur'. Yaitu, Allah mengangkat nabi Isa ke sisi-Nya dalam keadaan tidur. Dalam bahasa Arab, `tidur' sah dipakaikan dengan makna wafat, setidaknya hampir serupa dengan wafat (mati), sebagaimana firman Allah yang artinya:
"Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya dan (memegang) jiwa (orang) yang befum mati di waktu tidurnya; maka la tahan jiwa (orang) yang telah ia tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang ditentukan. " 27 .

Maksudnya, orang hidup wafat di dalam tidur, ketika ruh mereka secara khusus terpisah, mereka kehilangan kepekaan, tidak bersuara, tiada gerakan-gerakan kesengajaan, kemudian ketika bangun ruh itu kembali.

Dalam hadits disebutkan, Nabi saw. berdoa ketika hendak tidur: "Dengan Nama-Mu wahai Tuhanku, aku baringkan badanku, dan dengan Nama-Mu juga aku mengangkatnya. Kalau Engkau mencabut nyawaku, sayangilah ia, dan jika Engkau belum mencabutnya, jagalah ia sebagaimana Engkau menjaga nyawa hamba-hamba-Mu yang shalih". 28 . Ketika Rasulullah saw. bangun, ia membaca doa: "Segala puji bagi Allah Yang telah menghidupkan kami setelah Dia mematikan kami, dan hanya kepada-Nya tempat kembali". 29 . dan membaca: "Segala puji bagi Allah Yang telah mengembalikan ruhku kepadaku dan Yang telah menyehatkan jasadku." 30 .

Dengan adanya bukti hadits-hadits ini jelaslah, bahwa makna ayat tersebut adalah: Sesungguhnya Aku mematikanmu seperti rupa yang mati waktu tidur, ketika itu engkau tidak merasakan diangkat ke langit. Artinya, nabi Isa tertidur pulas, dan dalam keadaan tidur pulas itulah Allah mengangkatnya ke langit, sesuai dengan kehendak Allah. Nabi Isa tidak terbangun kecuali setelah sampai di langit.

Ulama lain berpendapat, nabi Isa diwafatkan, dengan pengertian mati yang sesungguhnya, tapi sebentar. Ketika dalam kondisi tidak bernyawa, ia diangkat ke langit, kemudian ia dibangkitkan, dan kembali hidup.31 .

Mathar al-Warraq menafsirkan ayat `sesungguhnya Aku mewafatkanmu...' yaitu mewafatkanmu dari dunia, tapi bukan berarti mati. Penafsiran yang sama juga ditarik oleh Ibnu Jarir: Sesungguhnya wafatnya Isa adalah diangkatnya dari dunia karena ia tidak ahli dunia, ia juga tidak memerlukan kebutuhan yang dibutuhkan penduduk dunia seperti makan dan minum, bangun dan tidur, dan sebagainya. Hadits-hadits cukup banyak mengkabarkan turunnya nabi Isa di akhir zaman nanti, dan ia akan memakai hukum Islam, ia mematahkan palang-palang salib, memusnahkan babi, meniadakan upeti/pajak, dan yang ia terima hanyalah agama Islam. Hal ini diperkuat dengan firman Allah swt. yang artinya:

"Tidak ada seorangpun dari Ahli Kitab, kecuali akan beriman kepadanya (Isa) sebelum kematiannya (sebelum kematian Isa). Dan di hari akhir nanti Isa itu akan menjadi saksi terhadap mereka" 32 .. Wallahu'alam.33 .
26. QS. Ali `Imran 3 : 55.
27. QS. az-Zumar 39 : 42.
28. HR. Bukhari dengan nomor hadits: 7393 Kitab: Tauhid, Bab: Berdoa dan meminta perlindungan dengan menyertakan Asma'ullah al-Husna. Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra. Muslim dengan nomor hadits: 714. Kitab: Zikir, Doa, Toubat dan Memohon ampun, Bab: Bacaon doa sebelum tidur don ketika berboring'. Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra. Abu Daud dengan nomor hadits: 5050. Kitab: Adab. Bab: Doa sebelum tidur. Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra. Ibnu Majah dengan nomor hadits: 3874. Kitab: Doa, Bab: Doa menjelang tidur. Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra. Ahmad di kitab hadits Musnad (2/246, 422,432), diriwayatkan dari Abu Hurairah ra.
29. HR. Bukhari (nomor hadits: 7394) Kitab: Tauhid, Bab: Berdoa dan meminta perlindungan dengan menyertakan Asma'ullah al-Husna.' Diriwayatkan dari Huzaifah ra. Muslim dengan nomor hadits: 2811. Kitab: Zikir, Doa, Taubat dan Memohon ompun, Bab: Bacaan doa sebelum tidur dan ketika berboring, diriwayatkan dari al­Barra' ra. Abu Daud, dengan nomor hadits: 5049 Kitab Adab, Bab: Doa sebelum tidur, diriwayatkan dari Huzaifah ra. Ibnu Majah, dengan nomor hadits: 3880, Kitab: Doo, Bab: Doa ketika terjaga di tengah malam, diriwayatkan dari Huzaifah ra. Ahmad, dalam kitab hadits Musnad (5/385, 387), diriwayatkan dari Huzaifah ra.
30. HR. Turmudzi, dengan nomor hadits: 3398, Kitab: Doa-doa. Nasai, dengan nomor hadits: 866, Bab: Amalan siang dan malam. Ibnu Sinni, dengan nomor hadits: 9. Hadits ini shahih menurut Imam Nawani dalam bukunya Af-Adzkar, nomor: 28. Dan oleh al-Bani, hadits ini statusnya hasan, dalam buku Shahih al-Kalim at Thayyib, nomor: 37.
31. Pendapat yang tepat yang dipilih Ibnu Jarir-rahimahullah-dalam tafsir Jami' al­Bayan (3/256), adalah pendapat yang menafsirkan dengan: Sesungguhnya aku menarikmu dari bumi dan mengangkatmu ke langit. Atasannya, karena hadits-hadits mutawatir dari Rasulullah saw. di antaranya hadits yang menyebutkan bahwa nabi Isa akan turun, dan ia akan membunuh Dajjal, kemudian bertahan di muka bumi dalam jangka waktu tertentu. Dan menurut asy-Syaukani -rahimahullah- dalam tafsir Fathul Qadir (1/344), yang tepat adalah bahwa Allah mengangkat nabi Isa ke langit tanpa diwafatkan terlebih dahulu. Pendapat ini didukung oleh mufassir-mufassir dan dipilih oleh Ibnu Jarir at Thabari. Alasannya ialah, hadits shahih dari Nabi saw. yang mengabarkan turunnya nabi Isa dan akan membunuh Dajjal. Sebenamya masih ada juga pendapat selain ini yang menafsirkan, bahwa Allah swt. mewafatkan nabi Isa se(ama tiga jam di siang hari kemudian, diangkat ke langit. Namun, pendapat ini lemah karena tidak memiliki bukti yang akurat.
32. QS. an-Nisa' 4 : 159.
33. Syaikh Abdul Aziz bin Baz, Mufti Saudi Arabia, -rahimahullah- menulis dalam bukunya Majmu' AI Fatawa, bab: Tauhid dan hal-hal yang berkenaon dengannya (1/ 433): Para ulama berbeda pendapat mengenai penafsiran kata almutawaffa (dimatikan/ diwafatkan) yang ada dalam ayat ""(Ingotlah), ketika Allah berfirman: "Hai `/sa, sesungguhnyaAku akan menyampaikan kamu kepada akhir ajalmu (mewafatkanmu) dan mengongkat kamu kepada-Ku". Pendapat-pendapat tersebut di antaranya, pertamo: Yang dimaksud dengan wafat di situ adalah wafat yang bermakna mati, sebab itulah pengertian yang zahir (tekstual) dari ayat tersebut, jika tidak dibandingkan dengan bukti-bukti terkait yang lain. Dan dikarenakan kata mutawaffa terdapat dalam al­Quran lebih dari sekali, seperti dalam ayat: "Kotokanloh: "Malaikat maut yang diserahi untuk (mencabut nyawa)mu akan mematikan kamu..." (QS. as-Sajadah 32:11), dan dalam ayat: "Kalau kamu melihot ketika para malaikat mencabut jiwa orang-orang yang kafir seraya mem ukul muka dan belakang mereka (dan berkata): "Rasakan olehm u siksa neraka yang membakar" (QS. al-Anfal 8:50). Di ayat lain, kata waffa juga memiliki penger tian `mati'. Atas dasar makna inilah penafsiran ayat tersebut memakai uslub (gaya) taqdim dan ta'khir.
Keduo, dengan makna qabd (berada dalam genggaman). Pendapat ini dinukil Ibnu Jarir dalam kitab tafsirnya dari sekelompok ulama salaf, dan Ibnu Jarir memilih pendapat ini sekaligus mendudukkannya di tingkat prioritas pertama dibanding dengan pendapat-pendapat lain. Dengan demikian, makna ayat tersebut sebagai berikut: Sesungguhnya Akulah yang menggenggammu dari bumi ke alam langit, engkau dalam keadaan hidup kemudian aku mengangkatmu ke sisi-Ku. Dalam ucapan orang-orang Arab juga terdapat makna yang persis dengan makna waffa di ayat tersebut, yaitu: towaffaitu maali min fulan, maksudnya, aku menggenggam (menguasai) seluruh harta kekayaanku dari si Fulan.
Ketiga, maksud wafat di ayat tersebut adalah wafat yang berarti `tidur'. Sebab, kata naum (tidur) dalam bahasa Arab diartikan juga dengan wafat (mati). Maka, seharusnya pemaknaan ayat tersebut yang paling tepat adalah dengan arti tidur dengan alasan beberapa dalil dari ayat, seperti firman Allah swt. yang artinya: "Dan Dialah yong menidurkan kamu di malam hari dan Dia mengetahui apa yang kamu kerjakan di siang hari", dan ayat: "Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya don (memegang) jiwa (orang) yang bel um mati di waktu tidurnya; maka la tahanlah jiwa (orang) yang telah ia tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang ditentukan". Pendapat yang kedua dan ketiga lebih kuat dari pendapat yang pertama. Kesimpulannya, pendapat yang benar adalah yang didukung dengan dalil-dalil yang jelas, dan dikuatkan dengan fakta, bahwa nabi isa as. diangkat ke langit dalam keadaan hidup. Ia belum pernah meti, dan senantiasa dalam keadaan hidup di langit sampai pada suatu saat di kemudian hari ia akan turun ke bumi. la menjalankan tugas yang dibebankan kepadanya sesuai dengan yang diberitakan lewat hadits­hadits shahih dari Nabi Muhammad saw. Kemudian, setelah menyelesaikan tugas, nabi Isa akan mati mengikuti takdir yang sudah ditetapkan Allah. Dari keterangan ini dapat dimengerti bahwa penafsiran kata `yatawaffa' dengan makna maut (mati dengan dicabut nyawa) adalah pendapat yang lemah, tidak akurat. Sekiranya diasumsikan pendapat itu benar, sudah barang tentu yang dimaksud itu adalah wafatnya Isa di akhir zaman nanti. Dengan demikian, penyebutan kata itu sebelum kejadian pengangkatan tennasuk gaya bahasa mendahulukan sesuatu (taqdim) dengan makna diakhrikan (ta'khir). Sebab, sebagaimana diingatkan oleh ulama ahli bahasa Arab, huruf waw (kata sambung) tidak selamanya mengandung pengertian tartib (urutan). Wabillahittaufiq.
Adapun anggapan bahwa nabi Isa tewas dibunuh atau tewas disalib, teks ayat al­Quran terang-terangan membatalkan dan menolaknya. Begitu juga dengan pendapat yang mengatakan bahwa nabi Isa tidak diangkat ke langit, tapi hijrah ke Kashmir, ia lama bertahan hidup di sana dan wafat di sana secara normal. Dan ia tidak turun sebelum hari Kiamat, yang akan datang adalah duplikat nabi Isa. Pendapat ini benar­benar pendapat batil, lantang terhadap Allah dan mendustakan ayat-ayat Allah swt. dan hadits Rasulullah saw.
Nabi Isa as. senantiasa hidup sampai sekarang, dan akan turun di kemudian hari seperti diberitakan Rasulullah saw. Dari keterangan-keterangan di atas, diharapkan penanya atau pun bukan bisa mengerti bahwa barangsiapa mengklaim nabi Isa tewas terbunuh dan disalib, atau ia mengatakan, bahwa nabi Isa berhijrah ke negeri Kashmir dan ia bertahan hidup di sana cukup lama lalu mati dengan cara yang normal, dan setelah mati pun tidak diangkat ke langit, ini adalah pendapat paling lantang kepada Allah dan ia mendustakan Aflah swt. dan Rasul saw. Kita tahu, barangsiapa yang mendustakan Allah dan Rasul-Nya hukumnya kafir. Diharapkan orang berperniapat demikian agar segera bertaubat dan kembali ke jalan yang benar. Diberi keterangan yang jelas dari Kitab Suci al-Quran dan hadits. Jika ia sudah bertaubat dan kembali ke jalan yang benar ia selamat, dan jika tidak, ia mati dalam kekufuran.
Dalil-dalil yang dapat dijadikan bukti cukup banyak dan mudah diketahui, di antaranya firman Allah tentang nabi Isa as. di surat an-Nisa' ayat 157-158:
"dan karena ucapan mereka: "Sesungguhnya kami telah membunuh al-Masih, lsa putera Maryam, Rasul Allah", padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan Isa bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan) Isa, benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak (pula) yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah Isa. Tetapi (yang sebenarnya), Allah telah mengangkat lsa kepada-Nya. Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
Dan antara lain dari hadits-hadits Rasulullah saw. yang memberitakan turunnya nabi Isa as. di akhir zaman menjadi hakim adil. la akan membunuh Dajjal Sang Sesat, kemudian mematahkan palang salib, membunuh babi, meniadakan upeti/pajak, dan tiada satu agama pun yang ia terima kecuali agama Islam. Hadits-hadits tersebut adalah hadits mutawatir dan status keshahihannya akurat berasal dari Rasulullah saw. Para ulama sependapat menerima berita itu untuk diterima dan diimani karena ada dalil dan mereka sebutkan dalam buku-buku akidah. Barangsiapa yang menolak dengan alasan karena haditsnya hadits ahad, juga tidak bisa menotaknya secara penuh, atau mentakwilkan hadits tersebut dengan makna manusia di akhir zaman nanti berpegang kepada akhlak al-Masih as., bersikap lembut, penyayang, merangkul orang-orang dengan semangat, tujuan, dan subtansi hukum, bukan dengan teks/ redaksi hukum, pendapat ini jelas-jelas `keliru', batil, menyalahi pendapat mayoritas ulama Islam, bahkan terang-terangan menolak nash yang tsabit (fakta) dan mutowatir, merupakan tindakan kriminal terhadap syariah, lantang terhadap Islam dan nabi yang ma'shum Muhammd saw., menilai sesuatu dengan hukum prasangka dan hawa nafsu, serta keluar dari kebenaran dan petunjuk. Orang yang berpegang teguh dengan syariat, yang percaya seratus persen kepada nabi yang membawa syariat tersebut, yang mengagungkan hukum serta segala nash ajarannya, orang yang sampai sedemikian rupa tidak mungkin berani mengatakan demikian. Pendapat yang mengatakan hadits yang membawa berita turunnya nabi Isa adalah hadits ahad yang tidak bisa dijadikan landasan hukum, adalah pendapat yang tidak dapat dipertanggungjawabkan. Pasalnya, hadits-hadits yang memberitakan hal itu cukup banyak, diriwayatkan dalam kitab-kitab hadits shahih, kitab sunan dan kitab musnad para ulama hadits, dengan thariqul hadits serta sanad yang bervariasi, mencukupi kriteria mutawatir. Lalu, bagaimana mungkin orang yang berpengetahuan rendah tentang syariah mengatakan tidak menerima dan tidak mau berpegang dengan hadits­hadits itu? Sekiranya pun kita asumsikan, bahwa hadits itu adalah hadits ahad, tidak semua hadits ahad yang tidak layak dijadikan landasan hukum. Yang paling tepat, sesuai dengan metode ulama hadits dan ahli hahqiq hadits, bahwa hadits ahad, jika thariq haditsnya banyak, sanadnya lurus dan tidak cacat, sah dijadikan landasan hukun. Dengan metode ini, hadits-hadits tentang berita turunnya nabi Isa adalah hadits yang status keshahihannya sudah lulus kriteria, sanad dan riwayatnya juga bervariasi. Tiada ahsan yang tepat untuk menolak hadits-hadits tersebut, ia sah dijadikan dalil, baik itu dinamakan hadits ahaad ataupun hadits mutawatir. Dengan demikian, penanya atau siapa saja diharapkan mengerti kekeliruan syubhat dan penyelewengan pendapat tersebut dari jalan yang benar. Tindakan yang paling parah dan kelantangan paling dahsyat terhadap Allah swt. dan Rasul-Nya saw. adalah pendapat yang mentakwilkan hadits tersebut ke pengertian yang tiada sangkut pautnya dengan dalil hadits. Pelaku ini telah menggabungkan dua kesalahan, yaitu pendustaan atas nash dan ketidak percayaannya akan berita yang disebutkan hadits tentang turunnya nabi Isa as, tentang nabi Isa akan menjadi hakim adil untuk sekalian umat manusia, tentang nabi Isa membunuh Dajjal dan sebagainya. Secara tidak langsung, pelaku tersebut telah mengidentikkan Rasulullah saw. selaku orang paling tahu soal syariat Allah, menjadi orang yang mencampur-adukkan hukum serta orang yang tidak sesuai antara ucapan dan maksud tujuannya, padahal redaksi ucapannya cukup je(as. Ini adalah puncak pendustaan, pengelabuan serta penggelapan terhadap umat yang seharusnya tidak masuk dalam kriteria seorang rasul. Orang yang suka mentakwilkan ini persis seperti pemeluk paham ateis yang menisbahkan para nabi dan rasul sebagai fantasi demi kepentingan mayoritas manusia dan menurut mereka, yang dipetik dari ucapan para nabi bukanlah redaksi yang sesungguhnya. Paham ini telah ditangkis oleh ahlul ilmi wal iman, mereka telah mencoret paham tersebut dengan pena fakta dan bukti-bukti akurat. Kita berdoa, semoga kita terlindungi dari penyakit hati, terhindar dari kerancuan, dari fitnah-fitnah yang menyesatkan, dari godaan syeitan. Dan kita memohon kepada Allah semoga kita terbebas dari ketundukan terhadap hawa nafsu dan syeitan. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. Tiada kekuatan yang dapat menyefamatkan kita kecuali kekuatan Alfah yang Maha Agung dan Maha Perkasa. Kami berharap, keterangan-keterangan yang kami berikan dapat memuaskan penanya dan dapat memperjelas jalan yang benar. Alhamdulillahirabbil'alamin.



Kesalahan Makna Ayat Tentang Ruh (Ciptaan)


Soal 2

Kesalahan Makna Ayat Tentang Ruh (Ciptaan)

Bagaimana pendapat anda tentang orang yang memakai ayat: "maka Kami tiupkan ke dalam rahimnya sebagian dari ruh (ciptaan) Kami". Menurut mereka Ayat ini sebagai bukti, bahwa nabi Isa adalah anak Allah. Mahasuci Allah setinggi-tingginya dari tuduhan orang-orang zalim seperti itu.

Jawab:

Ayat tersebut terdapat dalam surat at-Tahrim. Allah swt.
berfirman:


"dan Maryam puteri Imran yang memelihara kehormatannya, maka Kami tiupkan ke dalam rahimnya sebagian dari ruh (ciptaan) Kami; dan dia membenarkan kalimat Tuhannya dan Kitab-kitab-Nya; dan adalah dia termasuk orang-orang yang taat."17

Dan selain itu ada di surat al-Anbiya' yang artinya:
 
"Dan (ingatlah kisah) Maryam yang telah memelihara kehormatannya, lalu Kami tiupkan ke dalam (tubuh)nya ruh dari Kami" 18

Ayat menyatakan, bahwa peniupan ruh kepada Maryam dan ruh itu masuk melalui kemaluannya, lalu setelah itu Maryam mengandung nabi Isa. Kemudian Allah berfirman yang artinya:

"lalu Kami mengutus ruh Kami kepadanya, maka ia menjelma di hadapannya (dalam bentuk) manusia yang sempurna".19

Ruh yang dimaksud dalam ayat tersebut adalah malaikat yang bicara kepada nabi Isa, "Ia (Jibril) berkata: "Sesungguhnya aku ini hanyalah seorang utusan Tuhanmu, untuk memberimu seorang anak laki-laki yang suci." 20

Dalam tafsir disebutkan, bahwa mafaikat meniupkan ke kantung baju Maryam, lalu ruh itu masuk ke dalam rahim dan jadilah nabi Isa.

Yang dimaksud dengan Ruh adalah sesuatu (makhluk) yang diciptakan Allah dari ruh, yang dengan adanya ruh tersebut makhluk menjadi hidup. Sama seperti yang terjadi pada penciptaan nabi Adam, dijelaskan dalam al-Quran yang artinya:

"Maka apabilaAku telah menyempumakan kejadianya, dan telah meniupkan ke dalamnya ruh (ciptaan)-Ku, maka tunduk karnu kepadanya dengan bersujud. " 21

Allah telah meniupkan ruh kepada Adam, demikian juga dengan nabi Isa yang juga termasuk makhluk ciptaan Allah. Jelas disebutkan dalam ayat berikut yang artinya:

"Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhann ya untuk mengatur segala urusan. " 22

Dan Allah berfirman yang artinya:
 
"Pada hari, ketika ruh dan para malaikat berdiri bershaf-shaf". 23

Kesimpulannya, nabi Isa adalah tercipta dari ruh yang berasal dari Allah, yakni ruh ciptaan Allah, dan der.gan ruh itu pula Allah menciptakan sekalian manusia, dan manusia yang pertama ialah nabi Adam. Allah berfirman yang artinya:

"Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalam (tubuh)nya ruh (ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur". 24

Dengan demikian, nabi Isa tidak memiliki keistimewaan dengan keberadaan ruh yang ditiupkan kepadanya. Ruh yang ditiupkan kepadanya sama dengan ruh yang ditiupkan kepada sekalian makhluk ciptaan Allah yang bernyawa dan berjasad yang bergerak dan berkeliaran di atas kulit bumi ini. Wallahu'alam. 25



17.QS. at Tahrim 66 : 12.
18.QS. at-Anbiya' 21 : 91.
19.QS. Maryam 19 : 17.
20.QS.Maryam19:19.
21.QS. al-Hijr 15 : 29.
22.QS. al-Qadr 97 : 4.
23 QS. an-Naba' 78 : 38.
24.QS. as-Sajadah 32 : 9.
25.Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah menulis dalam bukunya al-Jawab Ash-Shahih li mon Boddalo bi Din al-Mosih, ditahqiq dan dikomentari oleh Dr. Ali bin Hasan, Dr. Abdul Aziz Askar dan Dr. Hamdan al-Hamdani (3/248), tentang penjelasan makna yang tepat kata ruhullah:
Ruh Allah maksudnya adalah mafaikat yang dianya adalah ruh pilihan Allah, dan Allah mencintainya, seperti yang termaktub dalam al-Quran: lalu Kami mengutus ruh Kami kepadanya, maka ia menjelma di hadapannya (dalam bentuk) manusia yang sempurna. Maryam berkata: "Sesungguhnya aku berlindung daripadamu kepada Yang Maha Pemurah, jika kamu seorang yang bertaqwa". la (Jibril) berkata: "Sesungguhnya aku ini hanyalah seorang utusan Tuhanmu, untuk memberimu seorang anak laki-laki yang suci" (QS. Maryam 19:17-19). Allah memberitakan, bahwa Dialah yang mengirim ruh-Nya kepada nabi Isa, lalu nabi Isa menjadi manusia yang sempurna. Jelas, bahwa nabi Isa adalah rasul utusan Allah. Maka dapat diketahui, ruh yang dimaksud dalam ayat tersebut adalah malaikat, yaitu ruh pilihan Allah, kemudian Allah menyandingkan kata ruh itu kepada Dzatnya, sama halnya dengan penyandingan kata benda yang lain dengan lafzul jalalah, seperti dalam ayat: "(Biarkanlah) unta betina Allah dan minumannya" (QS. asy-Syams 91:13) dan ayat: "dan sucikanlah rumah-Ku ini bagi orang-orang yang thawaf dan orang-orang yang beribadat dan orang­orang yang ruku' dan sujud" (QS. AI-Hajj 22 : 26) dan firman Allah: "(yaitu) mata air (dalam surga) yang daripadanya hamba-hamba Allah minum... " (QS. al-Insan 76 : 6) Kata yang disandingkan kepada Allah, jika itu adalah kata keterangan (sifat), tidak bermakna makhluk, seperti kata `llm, Qudrah, Kalam, dan Hayat (hidup), menjadi sifat kesucian Allah. Dan jika kata itu adalah kata benda, ia berdiri sendiri atau menjadi kata keterangan dari yang lain, contohnya: kata bait (rumah), naqah (unta), `abd (hamba) dan ruh (nyawa) menjadi milik, ciptaan yang disandarkan kepada pencipta dan pemiliknya. Hanya saja, dalam kaidah idhafat, mudhaf ilaih tidak terlepas dari pengkhususan kata mudhaf dengan sifat yang membuat mudhaf ilaih berbeda dari yang lain sebagai syarat sahnya idhafat. Misalnya, khusus Ka'bah, Naqah (unta tertentu) dan Ibadussholihin (hamba-hamba shalih)-lah yang dimaksudkan dalam idhafat `baitullah', 'naqatullah dan `ibadullah'. Demikianlah ruh khusus pilihan Allah yang disebut dalam idhafat `ruhullah', tidak digeneralisir sehingga masuk ruh-ruh yang buruk, seperti syeitan, orang-orang kafir. Ruh syeitan dan orang-orang kafir itu memang makhluk ciptaan Allah, namun tidak sah diidhofatkan kepada Allah seperti mengidhofatkan ruh-ruh yang suci dan bersih. Begitu juga tidak sah mengidhofatkan segala benda mati kepada Allah kecuali Ka'bah, dan tidak sah mengidhofatkan unta­unta lain kecuali naqatullah (unta Allah) yang diterangkan di surat asy-Syams, yaitu unta nabi Shalih.
Menurut pendapat saya: makna yang tepat dari idhafat ruhullah itu adalah `malaikat utusan dari sisi Allah seperti yang termaktub dalam al-Qur'an: la (Jibril) berkata: "Sesungguhnya aku ini hanyalah seorang utusan Tuhanmu, untuk memberimu seorang anak laki-laki yangsuci" (QS. Maryam 19 : 19), dan bukan seperti yang didakwakan umat Nasrani: `Ruh Allah menyatu dengan jasad Isa' atau `Ruh Allah pindah dari ke jasad fsa'. Mahasuci Allah setinggi-tingginya dari tuduhan kotor mereka. Sekiranya ucapan umat Nasrani itu benar, pasti mereka diwajibkan menyembah Adam as., sebab Arlam tidak mempunyai ayah, dan sebab ruh Adam juga ditiupkan oleh Allah, sebagaimana termaktub dalam al-Quran "Maka opabila Aku telah menyempurnakan kejadianya, dan telah meniupkan ke dalamnya ruh (ciptaan)-Ku, maka tunduk kamu kepadanya dengan bersujud" (QS. al-Hijr 15:29). Dengan demikian, di sana tiada perbedaan antara peciptaan Adam as. dan Isa as. al-Quran menegaskan hal itu dalam ayat: "Sesungguhnya penciptaan 'Isa di sisi Allah, adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya: "Jadilah" (seorang manusia), maka jadilah dia" (QS. Ali `Imran 3:59). Kesimpulannya, sudah seharusnya bagi orang yang berkeyakinan kontroversial untuk kembali ke jalan yang benar. Berpaling untuk menyembah Allah yang Esa, yang tiada satu pun sekutu dengannya, baik itu dari jenis malaikat ataupun nabi.

Kenapa Nabi Isa Di Juluki Al Masih ?


Soal 1

Kenapa Nabi Isa Di Juluki Al Masih ?

Jawab:

Tidak diragukan lagi, bahwa nama aslinya adalah Isa. Nama itulah yang disebutkan dalam al-Quran seperti dalam ayat :


Dan (ingatlah) ketika Isa putera Maryam berkata: "Hai bani Israil, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu,09

berikutnya dalam ayat yang artinya:
Itulah Isa putera Maryam, yang mengatakan perkataan yang benar, yang mereka berbantah-bantahan tentang kebenarannya 10

dan ayat yang artinya:
 
dan Zakariya, Yahaya, `Isa, dan Ilyas. Semuanya termasuk orang-orang yang saleh 11

dan ayat yang artinya:
(Ingatlah), ketika Allah mengatakan: "Hai `Isa putera Maryam, ingatlah nikmat-Ku kepadamu. 12

Dan masih banyak lagi ayat yang lain.
 
Setelah itu nama al-Masih termaktub di beberapa ayat, di antaranya dalam ayat yang artinya:        

(Ingat!ah), ketika Malaikat berkata: "Hai Maryam, sesungguhnya Allah menggembirakan kamu (dengan kelahiran seorangputera yang diciptakan) dengan kalimat (yang datang) daripada-Nya, namanya al-Masih `Isa putera Maryam.13

dan firman Allah yang artinya:
al-Masih sekali-kali tidak enggan menjadi hamba bagi Allah.14

dan firman Allah yang artinya:
Sesungguhnya al-Masih, Isa putera Maryam itu, adalah utusan Allah dan (yang diciptakan dengan) kalimat-Nya yang disampaikan-Nya kepada Maryam. 15

Sebagian ulama Salaf berpendapat, nabi Isa dijuluki al-Masih dati kata saaha, yaitu karena sering berpindah tempat atau banyak berjalan kaki. Pendapat lain mengatakan karena telapak kakinya datar. Dan ada juga yang memberi alasan kata al-Masih dari akar kata ma sa ha, karena setiap kali ia mengusap orang yang berpenyakit pasti sembuh dengan izin Allah.

Laits dan Abu `Ubaid berkata, kata al-Masih berasal dari bahasa Ibrani, Machih. Kemudian diserap ke dalam bahasa Arab, dan lafadznya ikut berubah dari huruf Syin Masyih menjadi huruf Sin Masih. Oleh sebab itu, maka kata al-Masih tidak ada akar katanya dalam bahasa Arab. Namun mayoritas ulama (jumhur) berpendapat, bahwa kata al-Masih itu adalah musytaq (memiliki akar kata). Menurut ahli bahasa yang lain, kata ol-Mosih berarti as­Siddiq (yang membenarkan). Pendapat lain mengatakan, karena sentuhan (masaha) nabi Zakariya kepada Isa. Dan juga yang memberi alasan karena nabi Isa berkelana di bumi (dari kata masaha yang artinya qatha'a: menempuh jarak). Berikutnya ada ahli bahasa yang memberi alasan, karena nabi Isa terlahir ke bumi tubuhnya sudah terolesi minyak (dari kata masaha). Pendapat lain, karena nabi Isa ketika lahir disentuh oleh keberkahan. Pendapat berikutnya, masih dari kata masaha yang artinya khalaqa; nabi Isa diciptakan Allah dengan fisik yang sempurna dan bagus. Dan masih banyak lagi pendapat lain, sebagaimana diterangkan Nawawi dalam Syarh Muslim. 16   Wallahu'alam.

09.QS. as-Shaff 61:6.
10.QS. Maryam 19 34.
11.QS. al-An'am 6 : 85.
12.QS. al-Maidah 5:110
13.QS. Ali Imran 3 : 45.
14.QS. an-Nisa' 4 : 172.
15.QS. an-Nisa' 4: 171.
16.Lihat: Syarh Kitab al-Imam Muslim li an-Nawawi, (Bab tentang al-Masih bin Maryam dan Masih Dajjal), (1/510). Dan lihat Fathul Bari Syarh Shahih al-Bukhari, Ibnu Hajar AI 'Asqalani, Kitab Hadits-hadits kisah para nabi. (6/544)