KHUTBAH JUMAT (Membentuk Muslim Sejati) MEMBENTUK MUSLIM SEJATI



KHUTBAH JUMAT (Membentuk Muslim Sejati)


MEMBENTUK MUSLIM SEJATI
Khutbah Pertama


إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَسْتَهْدِيْهِ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ। وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ। أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ। اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ. أَمَّا بَعْدُ؛
Hadirin sidang Jumat yang dimuliakan oleh Allah Swt…Selaku khatib Jumat kali ini, izinkanlah saya berwasiat baik bagi diri saya pribadi, maupun bagi hadirin sekalian, untuk selalu meningkatkan keimanan dan ketakwaan diri kita kepada Allah Swt. Lebih dari 50 kali di dalam Al-Quran Allah Swt berfirman: Ittaqullâh, bertakwalah kamu sekalian kepada Allah! Pengulangan yang teramat sering ini menunjukkan bahwa, takwa sangatlah penting artinya bagi setiap muslim. Karena hanya dengan takwa kepada Allah sajalah, kita akan dapat hidup bahagia, baik di dunia ini maupun di akhirat.

Melalui khutbah Jum’at kali ini, saya ingin menyampaikan sebuah materi tentang bagaimana kiat membentuk diri ini menjadi seorang muslim sejati?

Ma’âsyiral muslimîn rahimakumullâh...
Saat ini, banyak orang mengaku dirinya sebagai muslim. Data statistik dunia terakhir menunjukan ada 1,7 milyar lebih di dunia ini jumlah penduduk dunia yang beragama Islam. Tapi, dari sekian jumlah yang ada itu, sangat sedikit yang memiliki kepribadian sebagai seorang muslim. Selebihnya, mempunyai kepribadian terpisah (split personality). Orang semacam ini agamanya saja sebagai muslim, namun, perilaku, sikap, dan tindakannya sama sekali tidak menunjukkan keislamannya. Kalau demikian adanya, bagaimana Islam dapat menjadi rahmah? Jika para pemeluknya tidak memahami, menghayati dan mengamalkan Islam? Persis seperti apa yan telah disinggung oleh rasulullah Saw:

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: يُوشِكُ الْأُمَمُ أَنْ تَدَاعَى عَلَيْكُمْ كَمَا تَدَاعَى الْأَكَلَةُ إِلَى قَصْعَتِهَا فَقَالَ قَائِلٌ وَمِنْ قِلَّةٍ نَحْنُ يَوْمَئِذٍ قَالَ بَلْ أَنْتُمْ يَوْمَئِذٍ كَثِيرٌ وَلَكِنَّكُمْ غُثَاءٌ كَغُثَاءِ السَّيْلِ وَلَيَنْزَعَنَّ اللَّهُ مِنْ صُدُورِ عَدُوِّكُمْ الْمَهَابَةَ مِنْكُمْ وَلَيَقْذِفَنَّ اللَّهُ فِي قُلُوبِكُمْ الْوَهْنَ فَقَالَ قَائِلٌ يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَا الْوَهْنُ قَالَ حُبُّ الدُّنْيَا وَكَرَاهِيَةُ الْمَوْتِ (سنن أبي داود: 3745)

Rasulululullah Saw bersabda: “suatu saat nanti kalian akan dikeroyoki oleh berbagai suku bangsa seperti mereka mengeroyoki makanan”. Salah seorang bertanya: “Apakah kami saat itu minoritas ya Rasululullah?” “Tidak”, jawab Rasulullah, “bahkan kalian saat itu mayoritas, tetapi hanya bagai busa. Allah hilangkan rasa takut di hati musuh-musuh kalian dan Allah tumbuhkan di dalam hati kalian kehinaan! Lantas ada yang bertanya: “Kehinaan bagaimana ya Rasululullah?” Nabi pun menjawab: “cinta dunia dan takut mati”.

Lihatlah kondisi masyarakat kita saat ini yang berada dalam keadaan lemah, hina, rendah diri, terbelakang, dan ditimpa berbagai krisis maupun perpecahan. Lengkap sudah segala penderitaan yang ada, berbagai simbol negatif pun tersematkan di dada-dada bangsa kita, bangsa yang tidak beradab dan tidak bermoral! Padahal dahulu Indonesia di kenal sebagai bangsa yang sangat santun dan welas asih! Mengapa ini bisa terjadi? Nyawa manusia lebih rendah harganya dari sekarung beras. Hanya karena gara-gara dituduh mencuri uang sepuluh ribu rupiah, seseorang dapat menemui kematiannya. Atau hanya karena sepedanya dipinjam tanpa ijin, seseorang berani membunuh kawan sekerjanya sendiri. Di mana-mana kerusakan merajalela, kebodohan, dekadensi moral dan hal-hal negatif lainnya. Indonesia telah mengalami krisis diberbagai aspek kehidupan, krisis multi dimensial!

Kondisi semacam ini tidak mungkin terus menerus dibiarkan. Siapapun yang merasa sebagai muslim yang memiliki ghirah (semangat) keislaman, tidak akan merelakan hal ini. Agama kita bukan agama fardiyah (individual), tetapi agama pemersatu (ummatan wahidah), bahkan satu jasad. Jika sakit salah satu anggota tubuh, maka yang lain akan merasakannya. Islam bukan hanya agama ibadah. Tetapi merupakan the way of life (jalan hidup) yang paripurna, mengatur segala urusan dunia-akhirat. Agama kita mengajak kepada wihdah (persatuan), al-quwwah (kekuatan), al ‘izzah (harga diri), al-‘adl (keadilan), dan juga kepada jihad (perjuangan).

Maka, misi risalah Islam yang rahmatan lil ‘alamin (rahmat bagi seluruh alam) ini bertujuan untuk memberikan hidayah (petunjuk) manusia pada agama yang haq, yang diridhoi Allah. Fungsi Islam yang menyejukkan bagi seluruh umat manusia ini, tidak mungkin terwujud, kecuali jika benar-benar diamalkan oleh orang-orang yang memiliki kepribadian, atau mempunyai jati diri sebagai seorang muslim. Karenanya, semua itu pasti berawal dari diri, lalu keluarga, masyarakat dan lingkungan.

Sebagaimana kita tahu, hidup merupakan suatu perjalanan dari satu titik ke titik yang lain, beranjak dari garis masa lalu, melewati masa kini, untuk menuju masa depan. Masa lalu adalah sebuah sejarah, masa kini adalah realita dan masa yang akan datang adalah cita-cita. Sebagai seorang muslim, tentunya kita tidak akan membiarkan hidup ini sia-sia. Hidup di dunia ini menjadi terlalu singkat jika hanya dipenuhi dengan keluhan-keluhan, kegelisahan, rasa pesimis dan angan-angan. Jiwa-jiwa seperti itu,tidak mencerminkan jati diri seorang muslim sejati. Rasulullah Saw bersabda:

“Seorang muslim tidak akan pernah ditimpa kecuali kebaikan, apabila ditimpa kejelekan ia bersabar, dan jika dilimpahkan kenikmatan ia bersyukur.”

Seorang Muslim tidak akan pernah mengeluh menghadapi kehidupan, karena ia telah memiliki kepribadian yang utuh dalam menghadapi segala macam ujian hidup.

Untuk menjadi pribadi muslim sejati, sesuai dengan apa yang digariskan oleh Islam, sudah semestinya memiliki sifat-sifat yang sesuai dengan tuntunan Al-Quran dan Al-Hadits, juga telah dipraktekkan oleh para Sahabat Nabi maupun salafus shâleh, yaitu pribadi yang sikap, ucapan dan tindakannya terwarnai oleh nilai-nilai yang datang dari Allah Swt dan rasul-Nya. Nilai-nilai tersebut, jika disederhanakan, setidaknya ada sepuluh sifat yang mesti melekat di dalam diri seorang muslim:

1. Salâmatul ‘aqîdah (Keyakinan yang benar)Hidup di dunia ini bagai orang yang tengah mengadakan suatu perjalanan. Coba anda bayangkan, seandainya dalam suatu perjalanan anda tidak mengetahui arah mana yang akan anda tuju. Di terminal bus, di dermaga, atau di bandara, anda terduduk sambil bertanya hendak kemanakah diri ini harus pergi? Apa yang akan terjadi? Sudah bisa dipastikan anda akan mudah tersesat. Mengapa? Karena anda tidak mempunyai keyakinan pasti untuk sampai kepada suatu tujuan. Demikian halnya dengan perjalanan seorang muslim di dunia ini, dia harus mempunyai keyakinan yang lurus, sebagai sarat untuk dapat sampai kepada tujuannya.

Ada enam hal yang membuat seorang muslim yakin terhadap tujuan perjalanannya. Iman (yakin) kepada keberadaan Allah, Malaikat, Kitab, Rasul, Hari akhir, dan Qadla-Qadar. Sebagaimana Sabda nabi Saw:

قَالَ النَّبِيُّ صَلَّي اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: فَأَخْبِرْنِي عَنْ الْإِيمَانِ قَالَ أَنْ تُؤْمِنَ بِاللَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَتُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ

“Nabi Saw bertanya kepada Jibril As:”Beritahukan aku tentang iman? Jibril menjawab: “Kamu beriman kepada Allah, malaikat-Nya, kitab-kitab yang telah diturunkan-Nya, Rasul-rasul-Nya, hari kiamat, dan kamu beriman kepada takdir yang baik maupun buruknya”.

Keyakinan terhadap Allah membuat Muslim selalu dalam keadaan optimis akan pertolongan-Nya. Yakin terhadap Malaikat membuat Muslim menyadari bahwa makhluk Allah yang paling taat ini, akan selalu mencatat segala perbuatannya di dunia, sehingga amal perbuatan Muslim selalu dipenuhi dengan hal-hal positif. Yakin terhadap kitab, membuat muslim selalu membaca panduan hidupnya setiap saat. Yakin terhadap Rasul, membuat Muslim memantapkan langkahnya hidup di dunia, bahwa Allah tidak meninggalkannya tanpa pemandu perjalanan yang panjang ini. Yakin terhadap hari akhir, membuat muslim tahu akan tujuan akhirnya. Iman kepada qadla dan qadar membuat muslim menyadari akan tanggung jawabnya hidup di dunia, sehingga tidak terjatuh pada keyakinan jabariyah atau keyakinan qadariyah.

2. Shihhatul ‘Ibâdah (Ibadah yang benar)
Anda sekarang sudah yakin dengan perjalanan yang sedang anda lakukan ini. Tinggal bagaimana anda harus melaluinya dengan baik, sehingga tidak tersesat. Karenanya, ibadah adalah implementasi dari sebuah keyakinan. Yang perlu kita sadari adalah, bahwa ibadah dalam Islam bukanlah merupakan taklif (pembebanan), melainkan tasyrif (pemuliaan) dari Allah Swt. Ketika seorang manusia dijuluki oleh Allah ‘ibadullah, maka ia termasuk orang-orang yang dikasihi-Nya.

Ibadah dalam Islam bukan hanya mencakup ritual keagamaan semata, semisal: shalat, zakat, puasa dan haji, tetapi semua lini kehidupan di dalam memakmurkan dunia ini yang tidak bertentangan dengan landasan Al-Quran dan Sunnah, semisal mencari nafkah secara halal, berhubungan baik dengan keluarga, menuntut ilmu dan lain sebagainya. Sebagaimana firmannya:

فَإِذَا قُضِيَتِ الصَّلَاةُ فَانتَشِرُوا فِي الْأَرْضِ وَابْتَغُوا مِن فَضْلِ اللَّهِ وَاذْكُرُوا اللَّهَ كَثِيرًا لَّعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ (الجمعة: 10)

“Jika shalat telah dilaksanakan, maka bertebaranlah kamu di muka bumi, carilah karunia Allah, dan ingatlah Allah banyak-banyak agar kamu beruntung”.
Demikianlah, seorang Muslim harus memahami arti ibadah dengan benar. Ibadah yang benar lahir dari aqidah yang benar. Ibadah yang benar adalah ibadah yang membawa pengaruh bagi dirinya, orang lain dan melahirkan ketaqwaan.

3. Matînul Khulûq (Akhlaq yang kokoh)Memang, menjadi orang baik itu sulit, namun amat mudah bagi yang memiliki tekad dan kemauan. Awal dari segala sesuatu itu susah. Namun, jika anda sudah terbiasa, anda tidak akan pernah mengatakannya sulit. Ingatkah Anda ketika pertama kali anda belajar naik sepeda? Mungkin anda pernah berfikir, bagaimana caranya menjalankan sepeda yang hanya mempunyai dua roda. Pertama yang anda lakukan adalah duduk di sadel, menurunkan kedua kaki di tanah, dan tangan memegang kendalinya. Semuanya berjalan dengan baik. Lalu, salah satu dari anda mulai untuk menggenjot sadel di satu sisinya. Anda gugup, baru beberapa meter, anda kehilangan kendali dan ups… terjatuh.

Setelah beberapa kali mencobanya, anda sudah mulai terbiasa memegang kendali, menjaga keseimbangan dan menggenjot pedal dengan nyaman. Anda sudah lupa, kesulitan pertama kali menjalankannya, dan ternyata naik sepeda itu nikmat. Demikianlah, ketika anda berlatih mengendalikan diri, membiasakan dengan hal-hal yang baik, dan menjauhi sikap-sikap yang tidak berguna. Semakin dibiasakan, perilaku itu keluar dengan sendirinya secara otomatis. Inilah yang disebut akhlaq, yaitu perilaku yang keluar secara otomatis, dan mencerminkan ekspresi diri seseorang di segala tempat dan waktu. Jadi, akhlaq bukanlah perilaku kondisional, yang hanya diekspresikan pada waktu-waktu tertentu saja, tetapi memiliki akhlak yang komit, tidak fluktuatif, dan tidak berubah dalam kondisi bagaimana pun. Allah Swt berfirman:
وَإِنَّكَ لَعَلى خُلُقٍ عَظِيمٍ (القلم: 4)
"Dan sesungguhnya kamu benar-benar memiliki akhlak yang agung". (QS. Al-Qalam :4)

4. Tsaqôfatul Fikr (Wawasan pengetahuan yang luas)
Menjalani kehidupan di dunia ini tidak hanya sekedar mengandalkan keyakinan, ibadah dan akhlaq. Siapapun orangnya, ketika sedang melakukan perjalanan pasti membutuhkan pengetahuan tentang apa yang sedang ia tuju. Ketika anda hendak beranjak ke Kairo, misalnya, anda tentu mencari informasi tentang kondisinya, cuacanya, budayanya, makanannya, dan hal-hal lain yang perlu anda persiapkan sejak dini. Dengan informasi itulah anda mampu mengira-ngira apa yang dapat anda kerjakan sekarang, untuk persiapan nanti.

Begitu pula halnya dengan kehidupan yang sedang kita jalani ini. Anda tentu membutuhkan informasi-informasi yang diperlukan dalam melanjutkan perjalanan hidup. Wawasan itulah yang akan memandu perjalanan hidup anda. Proses yang sedang anda jalani dalam hidup ini juga tidak lepas dari pengalaman-pengalaman yang akan menjadi guru terbaik bagi anda. Allah Swt berfirman:

قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُوْلُوا الْأَلْبَابِ (الزمر: 9)

“Katakanlah: “Apakah sama antara orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” Sesunguhnya hanya orang-orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran”.
Karenanya, bagi seorang muslim, mencari ilmu pengetahuan merupakan salah satu kewajiban.

5. Quwwatul Badân (Tubuh yang kuat)
Kesempurnaan itu dambaan setiap orang. Masing-masing akan mencoba mencapai kesempurnaan diri, sesuai dengan kemampuannya. Dengan kekuatan itulah setiap orang akan berusaha mencapai keseimbangannya. Seahli apapun anda mengendarai sepeda, jika ban di rodanya kempes, tentu anda tidak akan dapat berbuat banyak, hingga ban itu baik kembali.

Karenanya, persiapkanlah jasmani Anda sebaik mungkin untuk dapat melanjutkan perjalanan anda secara vit dam prima. Shalat, puasa, zakat dan haji merupakan amalan di dalam Islam yang harus dilaksanakan dengan fisik yang sehat dan kuat. Apalagi berjihad di jalan Allah dan bentuk-bentuk perjuangan lainnya. Nabi bersabda:

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: الْمُؤْمِنُ الْقَوِيُّ خَيْرٌ وَأَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنْ الْمُؤْمِنِ الضَّعِيفِ (مسلم وابن ماجه وأحمد)

"Mukmin yang kuat adalah lebih baik dan lebih aku cintai daripada mukmin yang lemah”. (HR. Muslim, Ibnu majah dan Imam Ahmad)

Oleh karena itu, kesehatan jasmani harus mendapat perhatian seorang muslim dan pencegahan dari penyakit jauh lebih utama daripada pengobatan. Namun demikian, sakit tetap kita anggap sebagai sesuatu yang wajar bila hal itu kadang-kadang terjadi.

6. Al-Qudrah ‘ala al-Kasbi (Mampu mencari nafkah)Sekarang, anda sudah sedikit-banyak, mengerti tentang bagaimana seharusnya menempuh perjalanan hidup ini. Sebagaimana seseorang yang sedang dalam perjalanan, anda harus mempunyai dua bekal. Pertama, bekal persiapan untuk tujuan akhir nanti setelah sampai tujuan. Yang kedua, bekal dalam perjalanan.

Nah, begitu pula di dunia ini. Hidup di dunia adalah suatu perjalanan, tujuan kita adalah akhirat. Namun, persiapan bekal untuk akhirat, tidak menutup kita untuk mempersiapkan bekal dalam perjalanan hidup di dunia ini untuk diri sendiri dan keluarga. Rasulullah pernah mengingatkan kita untuk bisa menyeimbangkan antara keduanya. “Bekerjalah untuk duniamu, seakan-akan kau akan hidup selamanya. Dan beramal buat akhiratmu, seakan-akan kau akan menemui ajal esok pagi.”

Agama kita melarang umatnya untuk bersikap santai, bermalas-malasan dan bertopang dagu. Para sahabat mencontohkan, jika terdengar adzan maka mereka segera ke masjid, jika selesai melaksanakan kewajibannya maka mereka kembali bertebaran di muka bumi untuk kembali melanjutkan usahanya sambil berdoa,”Ya Allah, kami telah memenuhi panggilan-Mu dan telah melaksanakan apa yang telah Engkau wajibkan, sekarang kami menyebar (berusaha) sebagaima Engkau perintahkan, maka berilah kami rizki karena Engkaulah sebaik-baik Pemberi Rizki.

7. Nâfi’an li Ghairihi (Bermanfaat bagi lainnya)
Banyak orang yang menyangka, bahwa keberhasilan adalah semata-mata kesuksesan yang diperoleh seseorang secara individu. Kita akan merasa bangga telah berhasil memperoleh gelar sarjana, majister, atau bahkan doktor. Atau kita merasa bangga telah memperoleh keuntungan bermilyar-milyar, masuk dalam kantong sendiri. Benarkah itu yang disebut keberhasilan dalam pribadi seorang Muslim?

Seorang muslim yang berhasil adalah yang mampu menjadi pelita bagi sekelilingnya. Ia mampu menerangi keluarga dan masyarakatnya, dengan sikap, perilaku, ilmu, harta, dan amal nyata. Pantulan dirinya sebagai muslim benar-benar dirasakan, sehingga dapat menebar kesejukan orang-orang yang bersamanya. Sebaik-baik muslim adalah yang bisa memberi manfaat bagi orang lain. Relevan dengan sabda Rasulullah Saw:

خَيْرُكُمْ مَنْ يُرْجَى خَيْرُهُ وَيُؤْمَنُ شَرُّهُ وَشَرُّكُمْ مَنْ لَا يُرْجَى خَيْرُهُ وَلَا يُؤْمَنُ شَرُّهُ (رواه أحمد)

“Sebaik-baik kalian adalah orang yang selalu diharapkan kebaikannya dan aman dari kejahatannya, adapun seburuk-buruk kalian adalah orang yang tidak diharapkan kebaikannya dan tidak aman dari kejahatannya.” (HR. Ahmad)

8. Hârisan ‘ala waqtihi (Mampu mengatur waktu)Allah SWT banyak bersumpah di dalam Al Qur'an dengan menyebut nama waktu seperti wal fajri, wad dhuha, wal asri, wallaili dan seterusnya.

Banyak masalah yang timbul, karena seseorang tidak mampu mengatur waktunya dengan baik. Ia tidak bisa mencapai target dari rencana. Ia kehilangan beberapa momen penting, hanya karena waktu yang telah berlalu begitu saja di hadapannya. Untuk itu, pribadi Muslim selalu siap dengan situasi dan waktu. Ia dapat mengatur seberapa banyak waktu untuk beribadah mahdhah, dan untuk bermu’amalah. Semuanya perlu diatur sehingga seimbang.

Waktu adalah kehidupan, sehingga orang yang tidak bisa mengatur waktu akan kehilangan momen hidupnya, bahkan bisa tergilas dengan waktunya sendiri. Sebagaimana pepatah Arab mengatakan:

الوقت كالسيف فإن لم تقطع به فإنه قطعك!

“Waktu itu bagaikan sebilah pisau, jika tidak kamu gunakan untuk memotong, niscaya ia yang akan memotongmu!”
Sehingga seorang muslim tidak akan menjadi manusia yang merugi sebagaimana yang disinyalir dalam QS. Al Ashr:1-3.

9. Munâzhzhoman fi syu’ûnihi (Mampu mengatur urusannya)
Hidup kita di dunia ini penuh dengan berbagai aktifitas yang luar biasa banyaknya. Karena itu, sebagai seorang muslim harus pandai untuk memilah dan memilih, mana saja aktifitas yang sesuai dengan pandangan hidupnya sebagai seorang muslim berdasarkan skala prioritas. Karena pada prinsipnya, tugas atau kewajiban itu lebih banyak daripada waktu yang tersedia.

Dengan kata lain, suatu urusan mesti dikerjakan secara profesional. Apapun yang dikerjakan, profesionalisme harus selalu diperhatikan. Nabi bersabda:

10. Mujâhidan linafsihi (Berjuang melawan hawa nafsu)
Mujâhadatunnafs merupakan salah satu upaya yang mesti bagi setiap pribadi muslim, karena setiap manusia memiliki kecenderungan kepada yang baik dan yang buruk. Melaksanakan kecenderungan pada yang baik dan menghindari yang buruk amat menuntut adanya tekad dan kesungguhan. Karena hawa nafsu adalah sebesar-besarnya jihad di dalam Islam, seperti apa yang telah dikatakan oleh Sayidina Ali Karamallahu wajhah sepulangnya dari peperangan Badar Al-Kubra yang dahsyat dengan mengatakan masih ada jihad yang lebih besar lagi daripada peperangan yang baru saja berlalu. Dalam kesempatan lain Nabi Saw mengatakan:
لا يؤمن أحدكم حتي يكون هواه تبعا لما جئت به (رواه احاكم)
"Tidak beriman seseorang dari kamu sehingga ia menjadikan hawa nafsunya mengikuti apa yang aku bawa (ajaran Islam)". (HR. Hakim)

Demikianlah sepuluh sifat yang harus dimiliki oleh setiap muslim agar menjadi muslim sejati sebagaimana yang digariskan oleh Al-Quran dan Sunnah. Hal tersebut tidak akan kita miliki, kecuali dengan amal usaha yang sungguh-sungguh, melalui pendidikan dan pengarahan yang intensif secara berkesinambungan dan kontinyu, hingga akhir hayat kita. Orang yang memiliki kesepuluh sifat ini, insya Allah dapat diandalkan dalam memikul Misi Risalah Islam. Dengan kesepuluh sifat ini, Islam akan benar-benar memancarkan rahmatan lil ‘alamin..
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.

Khutbah Kedua


الحمد لله الملك الوهاب، الجبارالتواب، الذي جعل الصلات مفتاحا لكل باب، فالصلاة والسلام علي من نظر الي جماله تعالي بلا سطر ولا حجاب وعلي جميع الآل والأصحاب وكل وارث لهم الي يوم المآب. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لا نبي بعده. أما بعد.
Hadirin sidang Jum’at yang dimuliakan oleh Allah Swt...Saat ini, ummat sangat membutuhkan pribadi-pribadi yang dapat menyelamatkan mereka dari kebingungan, keterpecahan dan keterpurukan. Siapa lagi kalau bukan anda? Diharapkan kita semua menjadi orang yang dapat menyelesaikan masalah, bukan malah sebaliknya, menjadi orang yang bermasalah atau suka bikin masalah !?

إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَارْضَ عَنْ سَادَاتِنَا أَصْحَابِ رَسُوْلِكَ صَلَّي اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ اِلَي يَوْمِ الدِّيْنِ. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ. اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ مِنَ الْخَيْرِ كُلِّهِ مَا عَلِمْنَا مِنْهُ وَمَا لَمْ نَعْلَمْ. اَللَّهُمَ أَصْلِحْ أَحْوَالَ الْمُسْلِمِيْنَ وَآمِنْهُمْ فِيْ أَوْطَانِهِمْ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.وَأَقِمِ الصَّلاَةِ!

Ceramah bulan Muharram (Tahun Baru Islam)

 


Tahun Baru Islam
اَلْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الأزْمَانِ وَالآنَاءِ، فَلا ابْتِدَاءَ لوجوده ولا انتهاءَ، يستوي بعلمه السرُّ والخفاءُ، القائلِ: (وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ مَاذَا تَكْسِبُ غَدًا). أشهد أن لا الع إلا الله الكبير المُتَعَالِ، المُنَزَّهُ عن الشبيه والمِثال، الذي يسبِّح بحمده كلُّ شيء في الغُدُوِّ والآصال. وأشهد أن محمدا عبده رسوله الذي حذّرنا من دار الفتون، المُنْزَلُ عليه (إنك ميّتٌ وإنهم ميتون). اللهم صلي الله علي سيدنا محمد خاتم الأنبياء والمرسلين وعلي آله الطيبين وأصحابه الأخيار أجمعين. أما بعد.

Yang saya hormati para alim ulama, para asatidz, para hujjaj, para sesepuh kampung,
 bapak-bapak, ibu-ibu, dan saudara-saudara sekalian....
Wabil khusus... Al-Alim... guru kita...
Wabil khusus... Bapak Walikota...
Saudara-saudara kaum muslimin rahimakumullah...

Rasanya, ketika kita berbicara tentang hijrah, tentang Muharram, atau tentang tahun baru Islam, tidak ada sesuatu yang baru atau menarik bagi kita. Sekilas pandang, kita –seakan– merasa sudah terlalu pandai dalam mengenali bulan Islam yang satu ini. Benarkah demikian? Sudahkah khasanah keilmuan kita, sesuai dan memadai sebagai seorang muslim yang sejatinya mengenal dengan baik tentang bulan-bulan Islam.

Sejarah bulan Hijriah
Sejarah mencatat, manusia pertama yang berhasil mengkristalisir hijrah nabi sebagai event terpenting dalam penaggalan Islam adalah Sayidina Umar bin Al Khattab, ketika beliau menjabat sebagai Khalifah. Hal ini terjadi pada tahun ke-17 sejak Hijrahnya Rasulullah Saw dari Makkah ke Madinah.

Namun demikian, Sayidina Umar sendiri tidak ingin memaksakan pendapatnya kepada para sahabat nabi. Sebagaimana biasanya, beliau selalu memusyawarahkan setiap problematika umat kepada para sahabatnya. Masalah yang satu ini pun tak pelak dari diktum diatas. Karenanya, beberapa opsi pun bermunculan. Ada yang menginginkan, tapak tilas sistem penanggalan Islam berpijak pada tahun kelahiran Rasulullah. Ada juga yang mengusulkan, awal diresmikannya (dibangkitkannya) Muhammad Saw sebagai utusannyalah yang merupakan timing waktu paling tepat dalam standar kalenderisasi. Bahkan, ada pula yang melontarkan ide akan tahun wafatnya Rasulullah Saw, sebagai batas awal perhitungan tarikh dalam Islam.

Walaupun demikian, nampaknya Sayidina Umar r.a. lebih condong kepada pendapat –sayidina Ali karamallâhu wajhah-- yang meng-afdoliah-kan peristiwa hijrah sebagai tonggak terpenting ketimbang event-event lainnya dalam sejarah Islam, pada masalah yang satu ini. Relevan dengan klaim beliau: “Kita membuat penaggalan berdasar pada Hijrah Rasulullah Saw, adalah lebih karena hijrah tersebut merupakan pembeda antara yang hak dengan yang batil.

Dalam penulisan tahun Hijriah sendiri, biasa ditulis dengan karakter hurup (هـ) dalam bahasa Arab, atau (A.H.) singkatan dari Anno Hegirea (sesudah hijrah) untuk bahasa-bahasa Eropa. sedangkan untuk bahasa Indonesia biasa ditulis dengan (H.). Peristiwa tersebut terjadi pada tanggal 1 Muharam, bertepatan dengan 16 Juli 622 M, hari Jumat.

Yang Unik Dalam Hijriah
Nampaknya, ada sesuatu yang unik dalam kalenderisasi Islam ini. Ketika sejarah mengatakan, bahwa hijrah Nabi terjadi pada bulan Rabiul Awal –bukan pada bulan Muharram--, tapi mengapa pada dataran realita, pilihan jatuh pada bulan Muharram, bukan pada bulan Rabiul Awal, sebagai pinangan pertama bagi awal penanggalan Islam.

Memang, dalam peristiwa hijrah ini Nabi bertolak dari Mekah menuju Madinah pada hari Kamis terakhir dari bulan Safar, dan keluar dari tempat persembunyiannya di Gua Tsur pada awal bulan Rabiul Awal, tepatnya pada hari Senin tanggal 13 September 622.

Hanya saja, Sayidina Umar beserta sahabat-sahabatnya menginginkan bulan Muharram sebagai awal tahun hijriah. Ini lebih karena, beliau memandang di bulan Muharramlah Nabi berazam untuk berhijrah, padanya Rasulullah Saw selesai mengerjakan ibadah haji, juga dikarenakan dia termasuk salah satu dari empat bulan haram dalam Islam yang dilarang Allah untuk berperang di dalamnya. Sehingga Rasulullah pernah menamakannya dengan “Bulan Allah”. sebagaimana sabdanya: “Sebaik-baik puasa selain dari puasa Ramadhan adalah puasa di Bulan Allah, yaitu bulan Muharram”. ( Hadist ini diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam kitab Shahihya).

Ternyata keunikan awal Hijriah tidak hanya sampai di situ. Biasanya, pada hari kesepuluh dari bulan tersebut, sebagian orang dari kampung kita membuat makanan sejenis bubur yang dinamakan bubur Asyura, atau mungkin dalam bentuk lain semacam nasi tumpeng, maupun makanan lain sejenisnya, tergantung budaya masing-masing tempat dalam mengekspresikan rasa bahagianya terhadap hari Islam tersebut.

Sepertinya, yang menjadi unik bagi kita –sebagai kaum terpelajar– adalah tradisi bubur Asyura tersebut. Adakah hubungannya dengan Islam? Asyura itu sendiri terambil dari ucapan “`Asyarah”, yang berarti sepuluh. Hari Asyura, hari yang ke sepuluh dari bulan Muharram.

Islam memerintahkan umatnya untuk berpuasa sunah dan meluaskan perbelanjaan kepada keluarganya pada hari tersebut.

Kalau kita berupaya untuk menelusuri keterangan dari junjungan kita, Rasulullah Saw, dari hadits sahihnya kita dapati, bahwa ia adalah hari yang bersejarah bagi umat Yahudi, karena pada hari itulah Allah menyelamatkan Nabi Musa a.s. serta para pengikutnya, disaat menenggelamkan Firaun.

Adapun tradisi bubur Asyura --berdasarkan riwayat dhaif--, karena pada hari itu Allah mengaruniakan nikmat yang besar kepada para nabi terdahulu, sejak zaman Nabi Adam As. hingga Nabi kita Muhammad Saw.

Konon, di hari Asyura ini, ketika Nabi Nuh As. dan para pengikutnya turun dari bahtera, mereka semuanya merasa lapar dan dahaga, sedangkan perbekalan masing-masing telah habis. Maka Nabi Nuh As. meminta masing-masing membawa satu genggam biji-bijian dari jenis apa saja yang ada pada mereka. Terkumpullah tujuh jenis biji-bijian, semuanya dicampurkan menjadi satu, lalu dimasak oleh beliau untuk dijadikan bubur. Berkat ide Nabi Nuh As., kenyanglah para pengikutnya pada hari itu. Dari cerita inilah, dikatakan sunat membuat bubur Asyura dari tujuh jenis biji-bijian untuk dihidangkan kepada fakir miskin pada hari itu.

Menurut hemat penulis, semua pada asalnya boleh-boleh saja, selagi tidak bertentangan dengan kaidah agama yang lain. Terlebih, di saat tradisi semacam ini mengandung nilai positif dan seiring (implisit) dengan ajaran Islam. Hanya saja, yang selalu ditekankan oleh junjungan kita, hendaknya manusia selalu mengenang dan mengingat hari ketika Allah menurunkan nikmat atau azab kepada manusia, agar kita semua dapat bersyukur, sadar dan insaf kepada-Nya. Mungkin sekedar inilah yang ditekankan Rasululullah Saw. berkenaan dengan hari Asyura tersebut.

Sebagaimana gejala lain terkadang kita dapati juga dari masyarakat kita –masyarakat Bekasi atau Betawi--, berkenaan dengan Muharram ini. Semacam tradisi atau bahkan keyakinan tentang tidak mau melangsungkan akad pernikahan di bulan ini. Fenomena semacam ini, apakah memang ada landasannya dalam Islam, atau hanya sekedar khurafat, bahkan mungkin karena kontaminasi dan pengaruh kultur Islam-Kejawen yang terkadang masih melekat dalam budaya Indonesia.

Muharram dalam perspektif Islam, merupakan salah satu dari empat bulan haram yang ada dalam Islam (Rajab, Zulka’dah, Zulhijjah dan Muharram). Dalam empat bulan ini, kita dilarang melancarkan peperangan kecuali dalam kondisi darurat yang tidak dapat kita elakan. Firman Allah Swt dalam surah At Taubah ayat 36: “Sesungguhnya jumlah bulan di sisi Allah ada dua belas bulan (yang telah ditetapkan) di dalam kitab Allah ketika menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan yang dihormati. Ketetapan yang demikian itu adalah agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan-bulan yang dihormati itu (dengan melanggar larangan-Nya).

Berdasarkan ayat ini, segala aktifitas kebaikan tidak ada larangannya untuk dilakukan di bulan Muharram. Demikian juga dengan bulan Rajab, Zulka’dah dan Zulhijjah. Hanya maksiat dan kezaliman saja yang dilarang lebih keras oleh Allah Swt pada bulan-bulan tersebut. Adapun aktifitas positif --semacam pernikahan--, dalam perspektif Islam adalah satu aktifitas atau amalan kebajikan, bukan maksiat dan kezaliman. oleh karenanya, tidak ada larangan dalam Islam untuk melangsungkan acara perkawinan di bulan Muharram.

Namun saya lebih melihat, bahwa ketabuan semacam ini, --barangkali-- adalah sebagai pengaruh dari doktrin Syiah. Secara kebetulan, Sayidina Hussain terbunuh di Karbala pada bulan Muharram. Karenanya masyarakat Syiah memandang bulan Muharram sebagai bulan dukacita dan bulan berkabung. Maka mereka menghukumi haram untuk melangsungkan akad dan resepsi pernikahan, atau acara suka-ria lainnya di bulan itu. Pemahaman semacam ini tersebar luas ke negara-negara Islam dan akhirnya sampai ke negara kita (wallahu a’lam).

Mengingat bahwa kalender hijriah dihitung berdasarkan rotasi bulan yang berlawanan dengan rotasi matahari, maka mengakibatkan semua hari-hari besar Islam dapat terjadi pada musim-musim yang berbeda. Sebagai contoh, musim haji dan bulan puasa, bisa terjadi pada musim dingin atau pada musim panas. Dan yang perlu diingat, hari-hari besar Islam tidak akan terjadi persis dengan musim kejadiannya, kecuali sekali dalam 33 tahun.

Kita pun sering menemukan perbedaan di antara beberapa kalender hijriah yang dicetak, perbedaan tersebut terjadi dikarenakan:

Pertama, tidak ada standardisasi internasional tentang cara melihat anak bulan.
Kedua, penggunaan cara penghitungan dan proses melihat bulan yang berbeda.
Ketiga, keadaan cuaca dan peralatan yang dipakai dalam melihat anak bulan.

Dari sini, maka tidak akan ditemukan adanya program penanggalan hijriah yang 100 persen benar, sehingga proses melihat anak bulan (ru’yah) masih tetap relevan –meskipun sebenarnya dilematis-- dalam penentuan hari besar, seperti bulan puasa, Idul Fitri dan Idul Adha.

Eksistensi Hijrah
Menginterpretasikan hijrah sebagai the founding of Islamic Community seperti dideskripsikan oleh Fazlur Rahman (guru besar kajian Islam di Universitas Chicago), sepenuhnya benar dan dapat dielaborasi dalam perspektif sejarah.

Hijrah menggambarkan perjuangan menyelamatkan akidah, penghargaan atas prestasi kerja, dan optimisme dalam meraih cita-cita. Itulah sebabnya, Fazlur Rahman menyebut peristiwa hijrah sebagai marks of the beginning of Islamic calender and the founding of Islamic Community. Sebagaimana klaim seorang profesor di bidang kultur Indo-Muslim Universitas Harvard, Annemarie Schimmael, menyebut hijrah sebagai tahun (periode) menandai dimulainya era muslim dan era baru menata komunitas muslim.

Kelahiran Piagam Madinah, yang oleh Montgomery Watt disebut sebagai Konstitusi Madinah dan konstitusi modern yang pertama di dunia, adalah proklamasi tentang terbentuknya suatu ummah.

Karena hijrah bukanlah pelarian akibat takut terhadap kematian, karena tidak mung-kin Rasulullah takut terhadap kematian. Sebab jika Rasulullah Saw mempertahankan eksistensi kaum muslimin di Makkah kala itu, ini akan menyulitkan kaum muslimin itu sendiri, yang waktu itu baru berjumlah 100-an orang. Rasulullah berhijrah setelah mempersiapkan kondisi psikologis dan sosiologis di kota Madinah dengan mengadakan perjanjian Aqabah I dan Aqabah II di musim haji.

Adapun dalam mengembangkan makna hijrah untuk menarik relevansi kekiniannya, jelas tidak harus menggunakan parameter sosiologis sejarah jaman Rasulullah. Karena menarik sosiologi sejarah menjadi kemestian yang harus dilalui itu merupakan kemuskilan. Karena Rasulullah telah tiada. Jadi memaknai makna hijrah saat ini adalah dengan menarik peristiwa itu sebagai ibrah (pelajaran).

Cita-cita dari hijrah Nabi Saw adalah untuk mewujudkan peradaban Islam yang kosmopolit dalam wujud masyarakat yang adil, humanis, egaliter, dan demokratis tercermin dalam keputusan Nabi mengganti nama Yastrib menjadi Madinah, atau Madinatul Munawarah (kota yang bercahaya), yaitu kota par exellence, tempat madaniyah atau tamadun, berperadaban.

Transformasi Kebijaksanaan SejarahPeristiwa hijrah ke Madinah atau yang saat ini kita peringati sebagai tahun baru Hijrah (1 Muharram 1419), adalah peristiwa yang di dalamnya tersimpan suatu kebijaksanaan sejarah (sunnatullah) agar kita senantiasa mengambil hikmah, meneladani, dan mentransformasikan nilai-nilai dan ajaran Rasulullah saw (sunnatur-rasul). Setidaknya ada tiga hal utama dari serangkaian peristiwa hijrah Rasulullah, yang agaknya amat penting untuk kita transformasikan bagi konteks kekinian.

Pertama, adalah transformasi keummatan. Bahwa nilai penting atau missi utama hijrah Rasulullah beserta kaum muslimin adalah untuk penyelamatan nasib kemanusiaan. Betapa serangkaian peristiwa hijrah itu, selalu didahului oleh fenomena penindasan dan kekejaman oleh orang-orang kaya atau penguasa terhadap rakyat kecil. Pada spektrum ini, orientasi keummatan mengadakan suatu transformasi ekonomi dan politik.

Kebijaksanaan hijrah, sebagai sunnatullah dan sunnatur-rasul, di mana masyarakat mengalami ketertindasan, adalah merupakan suatu kewajiban. Sebagaimana disebutkan dalam al-Qur'an, orang yang mampu hijrah tetapi tidak melaksanakannya disebut sebagai orang yang menganiaya dirinya sendiri (zhalim). sebab luasnya bumi dan melimpahnya rezeki di atasnya, pada dasarnya memang disediakan oleh Allah untuk keperluan manusia. Karena itulah, jika manusia atau masyarakat mengalami ketertindasan, Allah mewajibkan mereka untuk hijrah (QS 4: 97-100).

Tujuan dari hijrah, dalam visi al-Qur'an itu, agar manusia dapat mengenyam 'kebebasan'. Jadi tidak semata-mata perpindahan fisik dari satu daerah ke satu daerah lain, apalagi hanya sekadar untuk memperoleh keuntungan ekonomi dan politik belaka, melainkan lebih dari itu melibatkan hijrah mental-spiritual, sehingga mereka memperoleh 'kesadaran baru' bagi keutuhan martabatnya. Hijrah Nabi ke Madinah, telah terbukti mampu mewujudkan suatu kepemimpinan yang di dalamnya berlangsung tatanan masyarakat berdasarkan moral utama (makarimal akhlaq), suasana tentram penuh persaudaraan dalam pluralitas (ukhuwah) dan pengedepanan misi penyejahteraaan rakyat (al-maslahatu al-ra'iyah).

Kedua, adalah transformasi kebudayaan. Hijrah dalam konteks ini telah mengentaskan masyarakat dari kebudayaan jahili menuju kebudayaan Islami. Jika sebelum hijrah, kebebasan masyarakat dipasung oleh struktur budaya feodal, otoritarian dan destruktif-permissifistik, maka setelah hijrah hak-hak asasi mereka dijamin secara perundang-undangan (syari'ah). Pelanggaran terhadap syari'ah bagi seorang muslim, pada dasarnya tidak lain adalah penyangkalan terhadap keimanan atau keislamannya sendiri. Bahkan lebih dari itu, pelanggaran terhadap hak-hak aasasi yang telah dilindungi dan diatur dalam Islam, akan dikenai hukum yang tujuannya untuk mengembalikan keutuhan moral mereka dan martabat manusia secara universal.

Nilai transformatif kebudayaan berasal dari ajaran hijrah Rasulullah, dengan demikian pada dasarnya ditujukan untuk mengembalikan keutuhan moral dan martabat kemanusiaan secara universal (rahmatan lil-'alamiin). Mengenai apa saja martabat kemanusiaan atau hak-hak asasi --yang merupakan pundamen utama suatu kebudayaan-- yang dilindungi Islam, al-Qur'an telah menggariskan pokok-pokoknya seperti perlindungan fisik individu dan masyarakat dari tindakan badani di luar hukum, perlindungan keyakinan agama masing-masing tanpa ada paksaan untuk berpindah agama, perlindungan keluarga dan keturunan, perlindungan harta benda dan milik pribadi di luar prosedur hukum, perlindungan untuk menyatakan pendapat dan berserikat dan perlindungan untuk mendapatkan persamaan derajat dan kemerdekaan.

Ketiga, adalah transformasi keagamaan. Transformasi inilah, yang dalam konteks hijrah, dapat dikatakan sebagai pilar utama keberhasilan dakwah Rasulullah. Persahabatan beliau dan persaudaraan kaum Muslimin dengan kaum Yahudi dan Nasrani, sesungguhnya adalah basis utama dari misi (kerisalahan) yang diemban Rasulullah. Dari sejarah kita mengetahui, bahwasanya yang pertama menunjukkan 'tanda-tanda kerasulan' pada diri Nabi, adalah seorang pendeta Nasrani yang bertemu tatkala Nabi dan pamannya Abu Thalib berdagang ke Syria. Kemudian pada hijrah pertama dan kedua (ke Abesinia), kaum muslimin ditolong oleh raja Najasy. Dan pada saat membangun kepemimpinan Madinah, kaum muslimin bersama kaum Yahudi dan Nasrani, bahu-membahu dalam ikatan persaudaraan dan perjanjian. Karena itulah, pada masa kepemimpinan Nabi dan sahabat, Islam secara tertulis mengeluarkan undang-undang yang melindungi kaum Nasrani dan Yahudi. Wallahu ‘l hâdi ilâ sabîlirrasyâd!

Menyongsong Tahun Baru Hijriyah
"Dan katakanlah! Beramallah maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui hal yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan." (QS: At-Taubah:105)

Tidak terasa umur kita bertambah satu tahun lagi. Itu berarti jatah hidup kita berkurang dan semakin mendekatkan kita kepada rumah masa depan, kuburan. Pelajaran yang terbaik dari perjalanan waktu ini adalah menyadari sekaligus mengintrospeksi sepak terjang kita selama ini. Kita punya lima hari yang harus kita isi dengan amal baik. Hari pertama, yaitu masa lalu yang telah kita lewati apakah sudah kita isi dengan hal-hal yang dapat memperoleh ridho Allah? Hari kedua, yaitu hari yang sedang kita alami sekarang ini, harus kita gunakan untuk yang bermanfaat baik dunia maupun akhirat. Hari ketiga, hari yang akan datang, kita tidak tahu apakah itu milik kita atau bukan. Hari keempat, yaitu hari kita ditarik oleh malaikat pencabut nyawa menyudahi kehidupan yang fana ini, apakah kita sudah siap dengan amal kita? Hari kelima, yaitu hari perhitungan yang tiada arti lagi nilai kerja atau amal, apakah kita mendapatkan rapor yang baik, dimana tempatnya adalah surga, atau mendapat rapor dengan tangan kiri kita, yang menunjukan nilai buruk tempatnya di neraka. Pada saat itu tidak ada lagi arti penyesalan. Benar sekali kata seorang ulama besar Tabi'in, bernama Hasan Al-Basri, "Wahai manusia sesungguhnya engkau adalah kumpulan hari, setiap hari berkurang, berarti berkurang pula bagaianmu." Umar bin Khatab berkata, "Hisablah dirimu sebelum kamu dihisab." Wallahu a'lam bishshowab...
Saya akhiri,
Billahi taufik wal hidayah.... Hadanallahu wa'iyyakum ajma'in... akhiran... aqulu lakum...
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh...


Hizbullah


Hizbullah

Sinopsis
Persediaaan utama menghadapi al batil adalah dengan memiliki hizbullah. Hizbullah di bentuk dan di bina dengan dua azas yaitu akhlak islamiyah dan akhlak harakiah. Akhlaq islamiyah membina persediaan dalaman yang mantap melalui, mahabatillah-cinta Allah, Berkasih saying sesama mu'min, bertegas dengan kafir, berjihad dan menghilangkan takut kepad manusia, membersihkan wala semata-mata untuk Allah dan Rasul. Setelah di bina persediaan asas ini , mu'min di perkkohkan dengan akhlak harakiah sebagai binaan untuyk menguatkan mu'min terjun ke medan pertembungan dien al batil. Antara lain persediaan al thabat.. menghancurkan sifat taraddud (sifat tak pasti), zikrullah sebagai penghapus sifat lalai-ghaflah. Taat Allah dan Rasul - untuk menghancurkan ma'siyyat. Membina sifat tanazu' supaya melahirkan kesatuan. Sifat sabar menghapuskan, Sifat tidak berkaluh kesah untuk melahirkan tawadhu, menghapuskan riya supaya tetap ikhlas, tidak menghalang dari jalan Allah tetapi terus menerus menolong di jalan Allah.
Hasiyah
Akhlak Asasiyah
1. Mencintai Allah
Syarah
·         Al Qur'an berulang kali menyebut isu kecintaan ini sebagai suatu dasar dalam kehidupan manusia. Samada mencintai Allah ataupun mencintai selain Allah. Asas kecintaan adalah dorongan yang kuat dalam diri manusia. Kecintaan kepada Allah bukan bermaksud meninggalkan yang lain. Akan tetapi ia seperti mata air yang menjadikan para mu'min mencintai semua yang Allah kasihi dan menjadikan mu'min sungguh-sungguh dalam beramal. Cinta Allah dan Rasul mesti diletakkan pada perioriti pertama&ldots; bukan kedua.
Dalil
·         5:54; Wahai orang-orang yang beriman! Sesiapa diantara kamu berpaling tadah dari agamanya (jadi murtad), maka Allah akan mendatangkan suatu kaum yang ia kasihkan mereka dan mereka juga kasihkan Dia; mereka pula bersifat lemah-lembut terhadap orang-orang beriman dan berlaku tegas gagah terhadap orang-orang kafir, mereka berjuang dengan bersungguh-sungguh pada jalan Allah, dan mereka tidak takut pada celaan orang yang mencela. Yang demikian itu adalah limpah kurnia yang diberikanNya kepada sesiapa yang di kehendakiNya ; karena Allah maha luas limpahan kurniaNya, lagi meliputi pengetahuanNya.
·         2:165; (Walaupun demikian), ada juga dari manusia yang mengambil selain Allah (untuk menjadi) sekutu-sekutu (Allah), mereka mencintainya, (memuja dan mentaatinya) sebagai mana mereka mencintai Allah; sedangkan orang-orang yang beriman itu lebih cinta (taat) kepada Allah. Dan kalaulah orang-orang yang melakukan kezaliman (syirik) itu mengetahui ketika mereka melihat azab pada hari akhirat, bahwa sesungguhnya kekuatan dan kekuasaan itu semuanya tertentu bagi Allah , dan bahwa sesungguhnya Allah maha berat azab dan siksaNya, (niscaya mereka tidak melakukan kezaliman itu)
·         8:2; Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu (yang sempurna imannya) ialah mereka yang apabila di sebut nama Allah (dan sifat-sifatNya) gementarlah hati mereka; dan apabila di bacakan kepad mereka ayat-ayatNya, menjadikan mereka bertambah iman , dan kepada Tuhan mereka jualah mereka berserah.
2. Bersikap lemah-lembut kepada mukminin
Syarah
Ini adalah sikap yang menjadi buah dari cinta Allah dan keimanan kepada Allah. Allah memerintahkan mu'min mencintai ikhwahnya sesama mu'min, buah dari ukhuwah fillah. Asas ukhuwwah menjadikan mu'min merasai kemuliaan dan menghormati saudaranya. Ia juga memahami akan kelemahan manusia dan bersikap lemah-lembut serta pemaaf. Dlam konteks tarbiyah bukan tidak menegur atau menasihat, bahkan ada pendekataan khusus yang diajari oleh Rasulullah SAW. Kalau kita berkasar tentunya orang lari dari kita.
Dalil
·         5:54; Wahai orang-orang yang beriman! Sesiapa diantara kamu berpaling tadah dari agamanya(jadi murtad), maka Allah akan mendatangkan suatu kaum yang ia kasihkan mereka dan mereka juga kasihkan Dia; mereka pula bersifat lemah-lembut terhadap orang-orang beriman dan berlaku tegas gagah terhadap orang-orangg kafir, mereka berjuang dengan bersungguh-sungguh pada jalan Allah, dan mereka tidak takut pada celaan yang mencela. Yang demikian itu adalah limpah kurnia yang diberiaknNya kepada sesiapa yang di kehendakiNya ; karena Allah maha luas limpahan kurniaNya, lagi meliputi pengetahuanNya.
·         48:29; Nabi Muhammad (SAW) ialah Rasul Allah; dan orang-orang yang bersama dengannya bersikap keras dan tegas terhadap orang-orang kafir yang (memusuhi islam) , dan sebaiknya bersikap berkasih saying serta belas kasihan sesama sendiri (umat islam). Engkau melihat mereka tetap beribadat rukuk dan sujud, dengan mengharapkan limpah kurnia (pahala) dari Tuhan mereka serta mengharapkan keredaanNya. Tanda yang menunjukkan mereka (sebagai orang-orang yang sholeh) terdapat muka mereka -dari kesan sujud (dan ibadat mereka yang ikhlas). Demikian sifat mereka yang tersebut dalam kitab Taurat; dan sifat mereka di dalam kitab injil pula ialah(bahwa mereka diibaratkan) sebagai pokok tanaman yang mengeluarkan anak dan tunasnya, lalu anak dan tunasnya itu menyuburkannya, sehingga ia menjadi kuat,lalu ia tegap berdiri diatas (pangkal) batangnya dengan keadaan yang mengagumkan orang-orang yang menanamnya. (Allah menjadikan Nabi Muhammad, SAWdan pengikut-pengikutnya kembang biak serta kuat gagah sedemikian itu) karena Ia hendak menjadikan orang-orang kafir mereana dengan perasaan marah dan hasad dengki- dengan kembang biaknya umat islam itu. (Dan selain itu) Allah telah menjanjikan orang-orang yang beriman dan beramal sholeh dari mereka, keampunan dan pahala yang besar.
3. Bersikap tegas terhadap kafirin
Syarah
·         Ketegasan mu'min penting bila berhadapan dengan kafir. Mereka adalh musuh yang nyata. Permusuhan yang berlaku hasil dari pertentangan aqidah, pertentangan dien dan pertentangan matlamat. Tugas mu'min adalah berda'wah dan menegakkan al haq sedangkan mereka di sebaliknya.Sikap pendirian teguh mu'min penting ketika berhadapan dengan kafir dan kekufuran. Kiya tidak boleh kompromi dalam perkara dasar islam. Surah Al kafirun menegaskan&ldots; lakum deenukum&ldots;
Dalil
·         5:54; Wahai orang-orang yang beriman! Sesiapa diantara kamu berpaling tadah dari agamanya(jadi murtad), maka Allah akan mendatangkan suatu kaum yang ia kasihkan mereka dan mereka juga kasihkan Dia; mereka pula bersifat lemah-lembut terhadap orang-orang beriman dan berlaku tegas gagah terhadap orang-orangg kafir, mereka berjuang dengan bersungguh-sungguh pada jalan Allah, dan mereka tidak takut pada celaan yang mencela. Yang demikian itu adalah limpah kurnia yang diberiaknNya kepada sesiapa yang di kehendakiNya ; karena Allah maha luas limpahan kurniaNya, lagi meliputi pengetahuanNya.
·         48:28-29; (Allah yang menyatakan itu ) Dialah yang telah mengutus RasulNya (Muhammad SAW) dengan membawa hidayah petunjuk dan agama yang benar(agama islam), supaya Dia memenangkan dan meninggikan atas segala bawaan agama yang lain; dan cukuplah Allah menjadi saksi (tentang kebenaran apa yang di bawa RasulNya itu).Nabi Muhammad (SAW) ialah Rasul Allah; dan orang-orang yang bersama dengannya bersikap keras dan tegas terhadap orang-orang kafir yang (memusuhi islam) , dan sebaiknya bersikap berkasih saying serta belas kasihan sesama sendiri (umat islam). Engkau melihat mereka tetap beribadat rukuk dan sujud, dengan mengharapkan limpah kurnia (pahala) dari Tuhan mereka serta mengharapkan keredaanNya. Tanda yang menunjukkan mereka (sebagai orang-orang yang sholeh) terdapat muka mereka -dari kesan sujud (dan ibadat mereka yang ikhlas). Demikian sifat mereka yang tersebut dalam kitab Taurat; dan sifat mereka di dalam kitab injil pula ialah(bahwa mereka diibaratkan) sebagai pokok tanaman yang mengeluarkan anak dan tunasnya, lalu anak dan tunasnya itu menyuburkannya, sehingga ia menjadi kuat,lalu ia tegap berdiri diatas (pangkal) batangnya dengan keadaan yang mengagumkan orang-orang yang menanamnya. (Allah menjadikan Nabi Muhammad, SAWdan pengikut-pengikutnya kembang biak serta kuat gagah sedemikian itu) karena Ia hendak menjadikan orang-orang kafir mereana dengan perasaan marah dan hasad dengki- dengan kembang biaknya umat islam itu. (Dan selain itu) Allah telah menjanjikan orang-orang yang beriman dan beramal sholeh dari mereka, keampunan dan pahala yang besar.
·         66:9; Wahai Nabi ! Berjihadlah(menentang) orang-orang kafir dan orang-orang munafik, serta bertindak keras terhadap mereka . Dan (sebenarnya) tempat mereka adalah neraka jahanam, dan seburuk-buruk tempat kembali.
4. Berjihad di jalan Allah
Syarah
·         Inilah jawaban kepada masalah yang di hadapi umat. Mu'min mestilah di dorong untuk terjun ke meadn buka duduk diam dan berpeluk tubuh. Setelah memahami dan menyakini fikrah islamiah, sewajarnya akhlak mu'min adalah ia perlu bangkit dan menyebar ridsalah. Kiranya ada yang cuba menghalanginya ia tiadk patah semangat dan berputus asa. Jihad adalah jalan keluar. Ia terus menerus bersugguh-sungguh di atas jihad dan pengorbanan. Man mungkin tertegak islam, dan dsampai islam kepada kita tanpa darah dan air mata. Sejarah ummat islam kaya dengan warna darah syuhada' dan Allah SWT sendiri telah memberikan penghargaan yang sangat tinggi kepada syuhada. Jihad dengan segala macam persediaan, strategi dan taktik, mengikut marhalah dan perancangan harakiah kerja-kerja jihad dilaksanakan oleh jundullah.
Dalil
·         5:54; Wahai orang-orang yang beriman! Sesiapa diantara kamu berpaling tadah dari agamanya(jadi murtad), maka Allah akan mendatangkan suatu kaum yang ia kasihkan mereka dan mereka juga kasihkan Dia; mereka pula bersifat lemah-lembut terhadap orang-orang beriman dan berlaku tegas gagah terhadap orang-orangg kafir, mereka berjuang dengan bersungguh-sungguh pada jalan Allah, dan mereka tidak takut pada celaan yang mencela. Yang demikian itu adalah limpah kurnia yang diberiaknNya kepada sesiapa yang di kehendakiNya ; karena Allah maha luas limpahan kurniaNya, lagi meliputi pengetahuanNya.
·         9:23-24; Wahai orang-orang yang beriman! janganlah kamu menjadikan bapa-bapa kamu dan saudara-saudara kamu sebagai orang-orang yang di dampingi jika mereka memilih kufur dengan meninggalkan iman; maka merekalah orang-orang yang zalim, katakanlah (Wahai Muhammad); "Jika bapa-bapa kamu, dan kaum keluarga kamu, dan harta benda yang kamu usahakan, dan perniagaan yang kamu bimbang akan merosot, dan rumah-rumah tempat tinggal kamu sukai,-(jika semuanya itu) menjadi perkara-perkara yang kamu cintai lebih daripada Allah dan RasulNya dan (daripada) berjihad untuk agamaNya, maka tunggulah sehingga Allah mendatangkan keputusanNya (azab siksaNya); karena Allah tidak akan memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik (durhaka).
·         47:31; Dan demi sesungguhnya! Kami tetap menguji kamu (wahai orang-orang yang mengaku beriman) sehingga ternyata pengetahuan Kami tentang adanya orang-orang yang sabar (dalam menjalankan perintah Kami); dan (sehingga) Kami dapat mengesahkan (benar/atau tidaknya) berita-berita tentang keadaan kamu.
5. Tidak takut celaan orang yang suka mencela
Syarah
·         Manusia memang senang memberi komen. Mereka akan mengatakan sesuatu kepada kita. Tetapi apakah kata-kata manusia semuanya nak di dengar dan diambil kira oleh jundullah??? Kalau nak dengar semua komen tak jadilah kerja kita. Kita melatih terus paara duat untuk terus beramal dan melaksanakan perancangankerja dengan terus-menerus. Tidak harus cepat secara psikologi merasa lemah dengan ghazwu fikri mereka. Kamu tak kan berjaya, kamu buat kacau, kamu menyusahkan emak bapa, kamu tak sesuai,kamu bukan ustaz, kamu tak layak,kamu tak ada tauliyah, kamu student belajar dulu, anak istri nak makan apa kalau macam iini, takkan nak tinggalkan kemajuan, sekarang era IT bukan zaman jahiliyah, kenapa tak rujuk barat saja..,, takkan Qur'an saja, mana dalil yang anta cakap, anatatak jelas lagi fikrah, anta tak asolah,anta tak itu,anata tak ini&ldots; dan macam-macam &ldots;.lagi.
Dalil
·         5:54; Wahai orang-orang yang beriman! Sesiapa diantara kamu berpaling tadah dari agamanya(jadi murtad), maka Allah akan mendatangkan suatu kaum yang ia kasihkan mereka dan mereka juga kasihkan Dia; mereka pula bersifat lemah-lembut terhadap orang-orang beriman dan berlaku tegas gagah terhadap orang-orangg kafir, mereka berjuang dengan bersungguh-sungguh pada jalan Allah, dan mereka tidak takut pada celaan yang mencela. Yang demikian itu adalah limpah kurnia yang diberiaknNya kepada sesiapa yang di kehendakiNya ; karena Allah maha luas limpahan kurniaNya, lagi meliputi pengetahuanNya.
·         86:6; Ia di ciptakan dari air(mani) yang memancut (ke dalam rahim)
·         83:35-36; Sambil mereka berehat di atas pelamin-pelamin (yang berhias), sserta melihat (hal yang berlaku kepada musuhnya). (Untuk menambahkan kegembiraan mereka, mereka di Tanya):"Bukankah orang-orang yang kaafir itu telah di balas akan apa yang telah mereka kerjakan dahulu?"
6. Walanya untuk Allah Rasul dan orang yang mukmin
Syarah
·         Semua orang secara sedar atau tidak akan memberi wala' kepada sesuatu. Sebagai jundullah, sasaran wala kita mestilah kepada Allah, Rasulnya dan mu'min. Pertolongan kita juga dari Allah dan Allah beserta para mu'min. Wala yang tak berbelah bagi inilah yang akan menyatukan saf mu'min.
Dalil
·         5:55, 56; Sesungguhnya penolong kamu hanyalah Allah, dan RasulNya, serta orang-orang yang beriman, yang mendirikan sembahyang, dan menunaikan zakat, sedang mereka rukuk(tunduk menjunjung perintah Allah). Dan sesiapa yang menjadikan Allah dan RasulNya serta orang-orang yang beriman itu penolongnya (maka berjayalah dia) , karaena sesungguhnya golongan (yang berpegang kepada agama) Allah, itulah yang tetap menang.
·         58:22; Engkau tidak akan dapati sesuatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari Akhirat, tergamak berkasih-mesra dengan orang-orang yang menentang (perintah) Allah dan RasulNya; Sekalipun orang-orang yang menentang mereka itu ialah bapa-bapa mereka, atau anak-anak mereka, atau saudara-saudara mereka, ataupun keluarga mereka. Mereka (yang setia) itu, Allah telah menetapkan iman dalam hati mereka, dan telah menguatkan mereka dengan semangat pertolongan daripadaNya; dan Dia akan memasukkan mereka ke dalam syurga yang mengalir di bawahnya beberapa sungai, mereka tetap kekal di dalamnya. Allah reda akan mereka dan mereka reda (serta bersyukur)akan nikmat pemberianNya. Merekalah penyokng-penyokong (agama) Allah. Ketahuilah! Sesungguhnya penyokong-penyokong (agama) Allah itu ialah orang-orang yang berjaya.
Akhlak Harakiyah :
7.Tsabaat
Syarah
·         Menghadapi jihad dan pertembungan sangat memenatkan dan meletihkan. Kalau kereta yang berjalan terus-menerus dan akhirnya akan terpaksa berhenti. Untuk terus tetap bagaimana?. Ini perlu tarbiyah berterusan. Hati-hati (qulub) ini mesti terus di isi dengan keimanan yang kental, fikrah dan tasawwur tetap diperingatkan mengenai kepentingan amal dan jihad. Hubungan teru-menerus dengan Allah SWT adalah senjata paling kuat ketika berhadapan dengan suasana gawat medan jihad dan peperangan. Zikrullah dan merasai pertolongan Allah menjadikan mu'min thabat dan tidak akan berundur menghadapi suasana medan. Bahkan di medan ghazwul fikri ini pun kita kena terus thabat&ldots;
Dalil
·         8:45-47; Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu bertemu dengan sesuatu pasukan (musuh) maka hendaklah kamu tetap teguh menghadapinya, dan sebutlah serta ingatilah Allah (dengan doa) banyak-banyak, supaya kamu berjaya (mencapai kemenangan). Dan taatlah kamu kepada Allah dan RasulNya, dan janganlah kamu berbantah-bantahan; kalau tidak niscaya kamu menjadi lemah semangat dan hilang kekuatan kamu, dan sabarlah (menghadapi segala kesukaran dengan cekal hati); Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. Dan janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang keluar dari negrinya dengan berlagak sombong dan menunjuk-nunjuk (kekuatan mereka) kepada orang ramai (karena hendak meminta di puji), serta mereka pula menghalang manusia dari jalan Allah dan (ingatlah) Allah maha meliputi pengetahuanNya akan apa yang mereka kerjakan.
8. Zikrullah
Syarah
·         Ketenangan hati, mut'mainal qulub adalah satu puncak dari kejaaan mukmin. Dalam ketenangan qulublah maka manusia akan mendapat satu nikmat besar. Orang kalau kaya , rumah besar, sesmua cukup tapi kalau hati tidak tenang&ldots;. Hilang kenikmatannya. Allah mengajar kita bahwa ketenangan itu hanya dating dengan mengingatiNya,Zikrullah. Memang telah ada banyak uraian dan penjelasan mengenai zikrullah dari Al Qur'an dan as sunnah. Solah sendiri merupakan zikrullah yang di fardukan 5 hari sekali. Zikr yang ma'thur dari rasulullah pula menjadi amalan dan benteng mu'min. Zikrullah juga dalam maksud mengingati seluruhnya yang di wahyukan Allah melalui tilawah, tadarus dan tadabbur ayat dan tafakkur alam ciptaan Allah. Ingat Allah, bahkan sebagai ghoyah kita yaitu tepat kembali kita agar menjadi bekal untuk terus berjihad.
Dalil
·         8:45-47
·         13:28; "(yaitu) orang-orang yang beriman dan tenang tentram hati mereka dengan zikrullah". Ketahuilah dengan "zikrullah" itu, tenang tentramlah hati manusia.
9.Tidak lalai
Syarah
·         Senantiasa bersedia dan bersiap menghadapi segala kemungkinan juga sifat jundullah. Persediaan adalah mengikut keperluan dan berdasarkan waqie. Serangan dating dalam berbagai bentuk maka perlulah bersedia. Menunggu apa saja arahan dari qiadah dan bersedia taat. Kelalaian mungkin menyebabkan musuh msauk melalui pintu yang kita jaga. Dalam madan tullab misalnya, musuh menggunakan media untuk menyerang dengan hebat. Maka kita perlu sedar.
Dalil
·         2:203; Dan sebutlah kamu akan Allah (dengan takbir semasa mengerjakan haji ) dalam beberapa hari yang tertentu dalam bilangannya. Kemudian sesiapa yang segera (meninggalkan mina) pada hari yang kedua, maka ia tidaklah berdosa dan sesiapa yang melambatkan (meninggalkan mina) maka ia juga tidaklah berdosa; (keteiadaan dosa itu ialah) bagi orang yang bertakwa dan hendaklah kamu bertaqwa kepada Allah dan ketahuilah sesungguhnya kamu akan di himpunkan kepadaNya.
10. Taat kepada Allah
Syarah
·         Dengan amal-amal sholeh yang kita kerjakan akan menutup ruang untuk bermaksiyat kepada Allah. Amal sholeh membersihkan hidup mu'min. Amal taat ini menguatkan iman dan membentuk akhlaq mu'min yang kuat. Bidang alam taat kepadaa Allah adalah seluas islam. Ia memberi ruang dakwah dan ruang berinteraksi dengan keluarga dan masyarakat. Dalam menunaikan taat, ia melaksanakan amal harakiyah. Mu'min menjadi missal amali bagi apa yang ia da'wahkan. Amal taat inilah buah-buah iman yang benar kepada Allah. Taat kepada Allah SWT adalah taat yang mutlaq&ldots;
Dalil
·         8:45-47; Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu bertemu dengan sesuatu pasukan (musuh) maka hendaklah kamu tetap teguh menghadapinya, dan sebutlah serta ingatilah Allah (dengan doa) banyak-banyak, supaya kamu berjaya (mencapai kemenangan). Dan taatlah kamu kepada Allah dan RasulNya, dan janganlah kamu berbantah-bantahan; kalau tidak niscaya kamu menjadi lemah semangat dan hilang kekuatan kamu, dan sabarlah (menghadapi segala kesukaran dengan cekal hati); Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. Dan janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang keluar dari negrinya dengan berlagak sombong dan menunjuk-nunjuk (kekuatan mereka) kepada orang ramai (karena hendak meminta di puji), serta mereka pula menghalang manusia dari jalan Allah dan (ingatlah) Allah maha meliputi pengetahuanNya akan apa yang mereka kerjakan.
·         4:80; Sesiapa yang taat kepada Rasulullah, maka sesungguhnya ia telah taat kepada Allah; dan sesiapa yang berpaling ingkar, maka( janganlah engkau berduka cita wahai Muhammad), karena Kami tidak mengtusmu untuk menjadi pengawal (yang memelihara mereka dari melakukan kesalahan).
11. Tidak bermaksiat
Syarah
·         Ma'siyat banyak merusakkan kehidupan manusia. Ia membawa manusia semakin jauh dari hidayah Allah, dan jauh dari kebenarn. Ia menjadi penghalang dari para malaikat dan pertolngan dari Allah. Maksiyat menghitamkan hati dan memberikan gambaran yang negatif terhadap para duat. Hendaklah di tarbiyah dengan berterusan agar jahiliyah ini dapat di kikis sepenuhnya dari hati kita. Dalam sirah pernah Rasulullah SAW menegur Abu Zar yang mengatakan kepada Bilal satu ungkapan dari Jahiliyah.
Dalil
·         53:26; (Golongan yang musyrik mengharapkan pertolongan benda-benda yang mereka sembah itu) padahal berapa baynak malaikat dilangit, syafaat mereka tidak dapat mendatangkan sebarang faedah, kecuali sesudah Allah mengijinkan bagi sesiapa yang di kehendakiNya dan di rhedhaiNya.
12. Tidak saling berbantah-bantahan
Syarah
·         Perbedaan pendapat dan pandangan manusia memang biasa. Bahkan sahabat yang besar seperti Abu Bake dan Umar pun berbeda pendapat. Tetapi yang salah ialah berlebih-lebih dalam mempertahankan pendapat. Ia merasai pandangannya lah yang paling benar.. orang lain semua salah. Sehingga akhirnya timbullah perasaan tidak puas hati dan di lahirkan dalam manifestasi berbantah-bantahan. Ini akan membawa per selisihan hati yang membawa kepada berpecah-belah dan hilanglah wehdah, .. kesatuan. Oleh itu mentarbiyah jundullah untuk tidak berselisih, bersyra dan kemudian taat kepada keputusan.
Dalil
·         8:45-47;
·         6:153; Dan bahwa sesungguhnya inila jalan Ku (agama islam) yang betul lurus, maka hendaklah kamu menurutnya; dan janganlah kamu menurut jalan-jalan (yang lain dari islam), karena jalan-jalan (yang lain itu) mencerai-beraikan kamu dari jalan Allah, Dengan yang demikian itulah Allah perintahkan kepada kamu, supaya kamu bertaqwa.
·         30:31-32; Hendaklah kamu (wahai Muhammad dan pengikut-pengikutmu) senantiasa rujuk kembali kepada Allah (dengan mengerjakan amal-amal bakti) serta bertaqwalah kamu kepadaNya; dan kerjakanlah sembahyang dengan betul sempurna; dan janganlah kamu menjadi dari manaa-mana golongan orang musrik-yaitu orang-orang yang menjadikan fahaman agama mereka berselisihan mengikut kecenderungan masing-masing serta mereka pula menjadi berpuak-puak; tiap-tiap puak bergembira dengan apa yang ada padanya (dari fahaman dan amalan yang terpesong itu).
13.Bersatu
Syarah
·         Tanpa wehdah, kekuatan kita hilang dan musuh senang untuk mengalahkan kita. Habislah kita. Kesatuan jundullah beasaskan suatu sang kukuh iaitu Allah yang satu, kitab yang satu dan dien yang satu. Kesatuan berdasrkan iman dan ukhuwah. Semua mempunyai ghoyahyang satu, bagaimana kita boleh berpecah kembali. Kesatuan mesti terus menerus di jaga dan dipelihara terutama ketika kita diserang musuh.
Dalil
·         3:103; dan berpegang teguhlah kamu sekalian kepada tali Allah(agama islam), dan janganlah kamu bercerai-berai; dan kenanglah nikmat Allah kepada kamu ketika kamu bermusuh-musuhan(semasa jahiliyah dahulu), lalu Allah menyatukan diantara hati kamu ( sehingga kamu bersatu-padu dengan nikmat islam), maka menjadilah kamu dengan nikmat Allah itu orang-orang islam yang bersaudara. Dan kamu dahulu telah berada ditepi jurang neraka (di sebabkan nikmat islam juga). Demikianlah Allah menjelaskan kepada kamu ayat-ayat keteranganNya, supaya kamu mendapat petunjuk hidayahNya.
14. Sabar
Syarah
·         Akhlak yang perlu juga di sediakan bagi jundullah yang menyertai hizbulah adalah sabar. Akhlak ini merupakan benteng dan sekaligus senjata bagi kita yang berdakwah. Dengan kesabaran semua permasalahan dan ujian yang ada di hadapan serta segala cabaran dakwah dan kehidupan dapat dihadapi dan di atasi dengan baik. Suasana jiwa yang di warnai oleh sabar ini dapat menentramkan jiwa dan mendamaikan hati. Suasana yang selalu menyertai segala tentangan dan tantangan dakwah. Kesabaran akan membawa kita kepada kejayaan. Banyak perintah yang Allah sebutkan agar kita saling menasehati dengan kesabaran setelah kita menasehati al haq kepada orang lain, juga hadits yang menyuruh kita bersabar sehingga dengan sabar ini kita mendapatkan kemenangan dan kebahagiaan. Musibah yang akan menimpa kita pun perlu di hadapi dengan sabar, seperti musibah kelaparan, kematian,kemiskinan dan sebagainya. Kesabaran di alam dakwah merupakan akhlak penting yang perlu di sediakan pada diri kita dalam menghadapi cemooh,fitnah dan hasutan.
Dalil
·         98:45-47; Sesungguhnya yang akan meminta izin kepadamu hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan hari akhirat, dan yang hati mereka (sangat) ragu-ragu.Oleh karena itu mereka senantiasa bingung dan teragak-agak dalam keraguannya. Dan kalaulah mereka mau keluar (untuk trut berperang0, tentulah mereka menyediakan persiapan untuknya; tetapi Allah tidak suka pemergian bersama orang-orang yang tinggal". Kalaulah mereka keluar bersama kamu ,(dengan tujuan)hendak menimbulkan fitnah (kekacauan) dalam kalangan kamu; ssedang diantara kamu ada orang yang suka mendengar hasutan mereka. Dan (ingatlah) Allah maha itu maha mengetahui orang-orang yang zalim.
·         3:146; Dan berapa banyak Nabi-nabi (dahulu) dengan berperang di sertai oleh ramai orang-orang yang taat kepada Allah, maka mereka tidak merasa lemah semangat akan apa yang telah menimpa mereka pada jalan (agama) Allah dan mereka juga tidak lemah tenga dan tidak pula mahu tunduk (kepada musuh). Dan (ingatlah), Allah senantiasa mengasihi orang-orang yang sabar.
15.Tidak berkeluh kesah,tidak sombong
Syarah
·         Orang yang beriman dan berdakwah tidak ada dalam dirinya kamus berkeluh kesah. Mereka tidak ada masa untuk berkeluh kesah, masanya suntuk menghadaapi dakwah dan menjalankan aktiviti-aktiviti berdakwah. Akhlak yang juga perlu di lengkapi ini merupakan bahagian bagaimana kita dapat memotivasi diri. Dengan keluh kesah maka kita menjadikan diri sendiri tidak bermotivasi, kurang semangat dan tidak mempunyai harapan. Keadaan yang demikian biasanya, di ciptakan leh diri individu itu sendiri.Akhlak tidak sombong juga perlu menghiasi para jundullah dan Da'I Allah. Dengan akhlak ini, ia mudah menerima pandangan dan perbaikan diri dan dakwah untuk menyongsong kejayaan di masa depan. Tidak sombong juga merupakan akhlak para ibadurrahman. Motivasi untuk meningkatkan gerak langkah menuju kecita-cita. Manakala tidak sombong akan menjadikan kita mudah diterima mad'u, disenangi oleh orang dan juga mudah untuk melaksanakan kebaikan yang di nasehatkan kepadanya.
Dalil
·         8:45-47; Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu bertemu dengan sesuatu pasukan (musuh) maka hendaklah kamu tetap teguh menghadapinya, dan sebutlah serta ingatilah Allah (dengan doa) banyak-banyak, supaya kamu berjaya (mencapai kemenangan). Dan taatlah kamu kepada Allah dan RasulNya, dan janganlah kamu berbantah-bantahan; kalau tidak niscaya kamu menjadi lemah semangat dan hilang kekuatan kamu, dan sabarlah (menghadapi segala kesukaran dengan cekal hati); Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. Dan janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang keluar dari negrinya dengan berlagak sombong dan menunjuk-nunjuk (kekuatan mereka) kepada orang ramai (karena hendak meminta di puji), serta mereka pula menghalang manusia dari jalan Allah dan (ingatlah) Allah maha meliputi pengetahuanNya akan apa yang mereka kerjakan.
16.Tawadhu
Syarah
·         Akhlak tawadhu ini hampir sama ruhnya dengan tidak sombong. Mukmin senantiasa berjalan dengan tawadhu, ia tidak sombong dan senantiasa merendahkan hati dari hadapan orang lain. Ia bukan rendah diri karena rendah diri bukan merupakan akhlak islam walaupun ini banyak berlaku di kalangan islam sebagai hasil dari penjajahan. Rendah hati itu berkata tidak tinggi, tidak membanggakan diri dan juga tidak merendahkan orang lain. Bahkan Allah SWT menyuruh kita untuk merendahkan diri kepada pengikutnya dan tentunya juga kepada manusia secara umumnya.
Dalil
·         26:215; Dan hendaklah engkau merendah diri kepada pengikut-pengikutmu dari orang-orang yang beriman.
17.Tidak Riya
Syarah
·         Riya adalah penyakit ahati yang tersembunyi yang sangat berbahaya. Dengan riya ini kekuatan menjadi berkurang dan Allah melepaskan diri dari kita, karena perbuatan maksiat (ria) tersebut. Contoh di dalam Al Qur'an menceritakan kegagalan dari mereka yang riya karena mereka sombong, menunjuk-nunjuk kehebatannya di depan orang ramai&ldots;. Perbuatan yang diiringi dengan riya menjadikan amalan tersebut tidak di nilai oleh Allah SWT. Riya ini sukar dikenal pasti karena berhampiran dengan ikhlas, perbedaan diantara keduanya sangatlah tipis. Susahnya memisahkan daan terkadang muncul silap niat pada diri kita di dalaam melaksanakan aktiviti ini perlu mengiringi aktiviti ini dengan memperbanyak istigfar. Dengan tidak riya maka jundullah akan selalu di dukung oleh Allah SWT.
Dalil
·         8:45-47; Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu bertemu dengan sesuatu pasukan (musuh) maka hendaklah kamu tetap teguh menghadapinya, dan sebutlah serta ingatilah Allah (dengan doa) banyak-banyak, supaya kamu berjaya (mencapai kemenangan). Dan taatlah kamu kepada Allah dan RasulNya, dan janganlah kamu berbantah-bantahan; kalau tidak niscaya kamu menjadi lemah semangat dan hilang kekuatan kamu, dan sabarlah (menghadapi segala kesukaran dengan cekal hati); Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. Dan janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang keluar dari negrinya dengan berlagak sombong dan menunjuk-nunjuk (kekuatan mereka) kepada orang ramai (karena hendak meminta di puji), serta mereka pula menghalang manusia dari jalan Allah dan (ingatlah) Allah maha meliputi pengetahuanNya akan apa yang mereka kerjakan.
·         41:35-36; Dan sifat terpuji ini tidak dapat di terima dan diamalkan melainkan oleh orang-orang yang bersifat sabar, dan juga tidak dapat diterima dan diamalkan oleh orang-orang yang bersikap sabar, dan tidak juga dapat di terima dan diamalkan melainkan oleh orang yang mempunyai bahagian yang besar dari kebahagiaan dunia dan akhirat. Dan jika engkau di hasut oleh sesuatu hasutan dari syaithon, maka hendaklah engkau meminta perlindungan kepada Allah. Sesungguhnya Dia lah yang maha mendengar , lagi maha mengtahui. Dan diantara tanda-tanda kekuasaanNya ialah malam dan siang, serta matahari dan bulan. Janganlah kamu sujud kepada matahari dan janganlah pula sujud kepada bulan, dan sebaliknya hendaklah kamu sujud kepada Allah yang menciptakannya, kalau betulah kamu beribadat kepada Allah.
18.Ikhlas
Syarah
·         Ikhlas lawan dari riya, Allah SWT menyuruh kita untuk beribadah secara ikhlas yaitu beribadah karena Allah saja. Aktiviti di dalam islam mesti di dasari dengan niat ikhlas. Ikhlas dapat memberikan sokongan yang kuat kepada amal yang dilaksankan karena Allah lindungi dan membantu kita. Dengan ikhlas maka Da'I akan siap menerima semua cabaran yang mungkin di temuinya, samada dari luar ataupun dari dalam. Ikhlas pun dapat menyediakan diri kita menerima segala bentuk keputusan yang akan di diterima kita samada kejayaan atau kegagalan. Ikhlas pula akan mudah terbukanya hidayah bagi yang membawa dakwah atau yang menerima dakwah itu sendiri. Ikhlas pula akan mudah terbukanya hidayah bagi yang membawa dakwah atau yang menerima dakwah itu sendiri. Ikhlas juga mensucikan diri dan juga dengan membuka diri serta menjadikan tujuan kepada Allah sahaja, akan menjadikan dakwah berjaya.
Dalil
·         39:11; Katakanlah lagi (Wahai Muhammad): " Sesungguhnya aku diperintahkan supaya menyembah Allah dengan mengikhlaskan segala ibadat kepadaNya;
·         39:14; Katakanlah lagi : " Allah jualah yang aku sembah dengan mengikhlaskan amalan agamaku kepadaNya.
19.Tidak menghalangi dari jalan Allah
Syarah
·         Peribadi jundullah yang memiliki akhlak asasiyah dan akhlak harakiyah ini juga mempunyai akhlak yang tidak menghalangi dari jalan Allah. Mereka senantiasa taat dan tidak berbantah-bantahan. Mereka jundullah menjadikan zikir dan kesabaran sebagai benteng yang kuat. Akhlak demikian tentunya tidak akan menghalangi dari jalan Allah.
Dalil
·         8:45-47; Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu bertemu dengan sesuatu pasukan (musuh) maka hendaklah kamu tetap teguh menghadapinya, dan sebutlah serta ingatilah Allah (dengan doa) banyak-banyak, supaya kamu berjaya (mencapai kemenangan). Dan taatlah kamu kepada Allah dan RasulNya, dan janganlah kamu berbantah-bantahan; kalau tidak niscaya kamu menjadi lemah semangat dan hilang kekuatan kamu, dan sabarlah (menghadapi segala kesukaran dengan cekal hati); Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. Dan janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang keluar dari negrinya dengan berlagak sombong dan menunjuk-nunjuk (kekuatan mereka) kepada orang ramai (karena hendak meminta di puji), serta mereka pula menghalang manusia dari jalan Allah dan (ingatlah) Allah maha meliputi pengetahuanNya akan apa yang mereka kerjakan.
Ringkasan Dalil
·         Akhlak asasiyah : mencintai Allah (5:54; 2:165; 8:2); bersikap lemah lembut kepada mukminin(5:54; 48:29), bersikap tegas terhadap kafirin (5:54; 48:28-29),66:9), berjihad dijalan Allah(5:54; 9:23-24; 47:31;), tidak takut terhadap celaan orang yang suka mencela (5:54; 86:6; 83:35-37); walanya untuk Allah Rasul dan orang mukmin (5:55, 56; 58:22)
·         Akhlak harakiyah: tsabaat, tidak ragu-ragu (8:45-47), Zikrullah(8:45-47; 13:28); tidak lalai(2:203); taat kepada Allah dan RasulNya (8:45-47; 4:80), tidak bermaksiyat (53:26), tidak saling berbantah-bantahan(8:45-47; 6:153; 30:31-32), bersatu (3:103), sabar (98:45-47, 3:146), tidak berkeluh kesah, tidak sombong (8:45-47), tawadhu(26:215), tidak riya(8:45-47; 41:35-36); Ikhlas (39:11,14), tidak menghalangi dari jalan Allah (8:45-47), membantu jalan Allah.