Sejarah Penyusunan Al-Qur'an (2/2)


Sejarah Penyusunan Al-Qur'an (2/2)


II. KEASLIAN QUR-AN                                    (2/2)
 
Suatu Surat  yang  diturunkan  sesudah  Hijrah,  menyebutkan
tentang   lembaran-lembaran   yang   di   dalamnya  tertulis
perintah-perintah suci.
 
Surat 98 ayat 2 dan 3:
 
"Seorang  Rasul  dari  Allah  (yaitu  Nabi  Mahammad)   yang
membacakan  lembaran-lembaran yang disucikan (Al Qur-an). Di
dalamnya terdapat (isi) kitab-kitab yang lurus."
 
Dengan  begitu  maka  Qur-an  sendiri  memberitahukan  bahwa
penulisan Quran telah dilakukan semenjak Nabi Muhammad masih
hidup. Kita mengetahui bahwa Nabi  Muhammad  mempunyai  juru
tulis-juru  tulis banyak, di antaranya yang termashur adalah
Zaid bin Tsabit.
 
Dalam  pengantar  dalam  Terjemahan  Qur-annya  (197)  Prof.
Hamidullah  melukiskan  kondisi  waktu  teks  Qur-an ditulis
sampai Nabi Muhammad wafat.
 
Sumber-sumber sepakat untuk mengatakan bahwa tiap kali suatu
fragmen  daripada  Qur-an diwahyukan, Nabi memanggil seorang
daripada  para  sahabat-sahabatnya   yang   terpelajar   dan
mendiktekan kepadanya, serta menunjukkan secara pasti tempat
fragmen   baru   tersebut    dalam    keseluruhan    Qur-an.
Riwayat-riwayat  menjelaskan  bahwa setelah mendiktekan ayat
tersebut, Muhammad minta kepada juru tulisnya untuk  membaca
apa yang sudah ditulisnya, yaitu untuk mengadakan pembetulan
jika  terjadi  kesalahan.   Suatu   riwayat   yang   masyhur
mengatakan  bahwa  tiap  tahun  pada  bulan  Ramadlan,  Nabi
Muhammad membaca ayat-ayat Qur-an yang sudah diterimanya  di
hadapan  Jibril.  Pada  bulan Ramadlan yang terakhir sebelum
Nabi Muhammad  meninggal,  malaikat  Jibril  mendengarkannya
membaca   (mengulangi   hafalan)   Qur-an   dua  kali.  Kita
mengetahui  bahwa  semenjak  zaman  Nabi   Muhammad,   kaum
muslimin  membiasakan diri untuk berjaga pada bulan Ramadlan
dan melakukan ibadat-ibadat tambahan dengan membaca  seluruh
Qur-an.  Beberapa  sumber  menambahkan  bahwa pada pembacaan
Qur-an yang terakhir di  hadapan  Jibril,  juru  tulis  Nabi
Muhammad   yang   bernama  Zaid  hadir.  Sumber-sumber  lain
mengatakan bahwa di samping Zaid  juga  ada  beberapa  orang
lain yang hadir.
 
Untuk  pencatatan  pertama,  orang  memakai  bermacam-macarn
bahan seperti kulit, kayu, tulang  unta,  batu  empuk  untuk
ditatah dan lain-lainnya.
 
Tetapi  pada  waktu  yang  sama Muhammad menganjurkan supaya
kaum muslimin menghafalkan Qur-an, yaitu bagian-bagian  yang
dibaca   dalam  sembahyang.  Dengan  begitu  maka  muncullah
sekelompok orang yang dinamakan hafidzun (penghafal  Qur-an)
yang   hafal   seluruh   Qur-an  dan  mengajarkannya  kepada
orang-orang lain. Metoda ganda untuk memelihara teks  Qur-an
yakni   dengan   mencatat   dan  menghafal  ternyata  sangat
berharga.
 
Tidak lama setelah  Nabi  Muhammad  wafat  (tahun  632  M.),
penggantinya  (sebagai  Kepala  Negara),  yaitu  Abu  Bakar,
Khalifah yang pertama, minta kepada juru  tulis  Nabi,  Zaid
bin   Tsabit   untuk  menulis  sebuah  Naskah;  hal  ini  ia
laksanakan.
 
Atas initiatif Umar (yang kemudian menjadi Khalifah  kedua),
Zaid  memeriksa dokumentasi yang ia dapat mengumpulkannya di
Madinah; kesaksian daripada penghafal  Qur-an,  copy  Qur-an
yang  dibikin  atas  bermacam-macam  bahan dan yang dimiliki
oleh pribadi-pribadi, semua itu untuk menghindari  kesalahan
transkripsi  (penyalinan  tulisan)  sedapat  mungkin. Dengan
cara ini, berhasillah  tertulis  suatu  naskah  Qur-an  yang
sangat dapat dipercayai.
 
Sumber-sumber  mengatakan  bahwa  kemudian  Umar bin Khathab
yang menggantikan Abu Bakar pada tahun 634 M, menyuruh bikin
satu  naskah  (mushaf) yang ia simpan, dan ia pesankan bahwa
setelah ia mati, naskah tersebut  diberikan  kepada  anaknya
perempuan, Hafsah janda Nabi Muhammad
 
Khalifah  ketiga,  Uthman bin Affan yang menjabat dari tahun
644  sampai  655,  membentuk  suatu  panitya  yang   terdiri
daripada   para   ahli  dan  memerintahkan  untuk  melakukan
pembukuan  besar  yang  kemudian   membawa   nama   Khalifah
tersebut.  Panitya  tersebut  memeriksa  dokumen yang dibuat
oleh  Abubakar  dan  yang  dibuat  oleh  Umar  dan  kemudian
disimpan   oleh   Hafsah,   panitya   berkonsultasi   dengan
orang-orang yang hafal Qur-an. Kritik  tentang  autentisitas
teks  dilakukan secara ketat sekali. Persetujuan saksi-saksi
diperlukan untuk menetapkan suatu ayat  kecil  yang  mungkin
mempunyai  arti  lebih  dari  satu;  kita  mengetahui  bahwa
beberapa ayat Qur-an dapat menerangkan ayat-ayat  yang  lain
dalam  soal ibadat. Hal ini adalah wajar jika kita mengingat
bahwa kerasulan Muhammad adalah sepanjang dua puluh tahun.7
 
Dengan cara tersebut di atas,  diperolehlah  suatu  teks  di
mana  urutan  Surat-surat mencerminkan urutan yang dilakukan
oleh Nabi Muhammad ketika membaca Qur-a:n di bulan  Ramadlan
di  muka  malaikat  Jibril seperti yang telah diterangkan di
atas.
 
Kita dapat bertanya-tanya tentang  motif  yang  mendorong  3
Khalifah  pertama, khususnya Uthman untuk mengadakan koleksi
dan  pembukuan  teks.  Motif  tersebut   adalah   sederhana;
tersiarnya Islam adalah sangat cepat pada beberapa dasawarsa
yang pertama  setelah  wafatnya  Nabi  Muhammad.  Tersiarnya
Islam  tersebut  terjadi  di  daerah-daerah yang penduduknya
tidak  berbahasa  Arab.  Oleh  karena   itu   perlu   adanya
tindakan-tindakan  pengamanan  untuk  memelihara  tersiarnya
teks Qur-an dalam kemurnian aslinya. Pembukuan Uthman adalah
untuk memenuhi hasrat ini.
 
Uthman   mengirimkan   naskah-naskah  teks  pembukuannya  ke
pusat-pusat Emperium Islam, dan oleh karena itu maka menurut
Professor Hamidullah , pada waktu ini terdapat naskah Qur-an
(mushaf) Uthman di Tasykent8 dan Istambul. Jika  kita  sadar
akan  kesalahan  penyalinan  tulisan  yang  mungkin terjadi,
manuskrip  yang  paling  kuno  yang  kita  miliki  dan  yang
ditemukan di negara-negara Islam adalah identik. Begitu juga
naskah-naskah yang ada di Eropa. (Di  Bibliotheque  National
di  Paris  terdapat  fragmen-fragmen yang menurut para ahli,
berasal dan abad VIII dan IX Masehi,  artinya  berasal  dari
abad II dan III Hijrah). Teks-teks kuno yang sudah ditemukan
semuanya sama, dengan catatan ada  perbedaan-perbedaan  yang
sangat  kecil  yang  tidak  merubah  arti teks, jika konteks
ayat-ayat memungkinkan cara membaca  yang  lebih  dari  satu
karena   tulisan   kuno  lebih  sederhana  daripada  tulisan
sekarang.
 
Surat-surat Qur-an yang berjumlah 114, diklasifikasi menurut
panjang  pendeknya, dengan beberapa kekecualian. Oleh karena
itu  urutan  waktu  (kronologi)  wahyu  tidak  dipersoalkan;
tetapi  orang  dapat  mengerti hal tersebut dalam kebanyakan
persoalan.  Banyak  riwayat-riwayat  yang  disebutkan  dalam
beberapa  tempat  dalam  teks,  dan  hal  ini  memberi kesan
seakan-akan  ada  ulangan.  Sering  sekali  suatu   paragraf
menambahkan  perincian  kepada  suatu riwayat yang dimuat di
lain tempat secara kurang terperinci. Dan semua yang mungkin
ada  hubungannya  dengan  Sains  modern,  seperti kebanyakan
hal-hal yang  dibicarakan  oleh  Qur-an,  dibagi-bagi  dalam
Qur-an dengan tidak ada suatu tanda adanya klasifikasi.

BIBEL, QUR-AN, dan Sains Modern Dr. Maurice Bucaille   Judul Asli: La Bible Le Coran Et La Science Alih bahasa: Prof. Dr. H.M. Rasyidi Penerbit Bulan Bintang, 1979 Kramat Kwitang I/8 Jakarta

Sejarah Penyusunan Al-Qur'an (1/2)


Sejarah Penyusunan Al-Qur'an (1/2)


II. KEASLIAN QUR-AN                                    (1/2)
 
SEJARAH PENYUSUNANNYA
 
Keaslian yang  tak  dapat  disangsikan  lagi  telah  memberi
kepada Qur-an suatu kedudukan istimewa di antara kitab-kitab
Suci, kedudukan itu khusus bagi Qur-an, dan tidak  dibarengi
oleh  Perjanjian  lama dan Perjanjian Baru. Dalam dua bagian
pertama   daripada   buku   ini   kita   telah   menjelaskan
perubahan-perubahan  yang  terjadi dalam Perjanjian Lama dan
empat Injil, sebelum Bibel dapat kita baca dalam  keadaannya
sekarang.  Qur-an  tidak  begitu  halnya, oleh karena Qur-an
telah ditetapkan pada zaman Nabi  Muhammad,  dan  kita  akan
lihat bagaimana caranya Qur-an itu ditetapkan
 
Perbedaan-perbedaan  yang memisahkan wahyu terakhir daripada
kedua wahyu sebelumnya, pada pokoknya tidak  terletak  dalam
"waktu   turunnya"   seperti  yang  sering  ditekankan  oleh
beberapa pengarang yang  tidak  memperhatikan  hal-hal  yang
terjadi  sebelum  kitab  suci  Yahudi Kristen dibukukan, dan
hal-hal yang terjadi sebelum pembukuan Qur-an,  mereka  juga
tidak  memperhatikan  bagaimana Qur-an itu diwahyukan kepada
Nabi Muhammad.
 
Orang mengatakan bahwa teks yang ada pada  abad  VII  Masehi
mempunyai  kemungkinan  yang  lebih besar untuk dapat sampai
kepada kita tanpa perubahan daripada teks  yang  jauh  lebih
tua  daripada  Qur-an  dengan  perbedaan  15 abad. Kata-kata
tersebut adalah tepat, akan tetapi tidak memberi  keterangan
yang  cukup.  Tetapi  di  samping  itu,  keterangan tersebut
diberikan untuk memberi  alasan  kepada  perubahan-perubahan
teks   kitab   suci   Yahudi  Kristen  yang  terjadi  selama
berabad-abad, dan bukan untuk menekankan bahwa  teks  Qur-an
itu  karena  lebih  baru  daripada  teks  kitab  suci Yahudi
Kristen, lebih sedikit mengandung kemungkinan untuk  dirubah
oleh manusia.
 
Bagi  Perjanjian  Lama,  yang  menjadi  sebab kekeliruan dan
kontradiksi yang  terdapat  di  dalamnya  adalah:  banyaknya
pengarang  sesuatu riwayat, dan seringnya teks-teks tersebut
ditinjau kembali dalam periode-periode sebelum lahirnya Nabi
Isa;  mengenai  empat  Injil  yang  tidak  ada  orang  dapat
mengatakan bahwa kitab-kitab itu mengandung kata-kata  Yesus
secara  setia  dan  jujur  atau  mengandung  riwayat tentang
perbuatan-perbuatan  yang  sesuai   dengan   realitas   yang
sungguh-sungguh    terjadi,   kita   sudah   melihat   bahwa
redaksi-redaksi   yang   bertubi-tubi   menyebabkan    bahwa
teks-teks  tersebut kehilangan autentisitas. Selain daripada
itu para penulis Injil tidak merupakan saksi  mata  terhadap
kehidupan Yesus.
 
Selain  daripada  itu  kita  harus membedakan antara Qur-an,
Wahyu tertulis,  daripada  Hadits  jami'  kumpulan  riwayat,
tentang  perbuatan  dan  kata-kata  Nabi  Muhammad. Beberapa
sahabat Nabi telah mulai mengumpulkannya segera setelah Nabi
Muhammad   wafat.5   Dalam   hal  ini,  dapat  saja  terjadi
kesalahan-kesalahan yang bersifat  kemanusiaan  karena  para
penghimpun  Hadits adalah manusia-manusia biasa; akan tetapi
kumpulan-kumpulan mereka itu kemudian disoroti dengan  tajam
oleh  kritik  yang sangat serius, sehingga dalam prakteknya,
orang lebih percaya kepada dokumen yang  dikumpulkan  orang,
lama setelah Nabi Muhammad wafat.
 
Sebagaimana  halnya dengan teks-teks Injil, Hadits mempunyai
autentisitas yang  berlainan,  dari  satu  pengumpul  kepada
pengumpul  yang lain. Sebagaimana hal Injil, tak ada sesuatu
Injil yang ditulis pada  waktu  Yesus  masih  hidup  (karena
semuanya  ditulis  lama  sesudah  Nabi  Isa  meninggal) maka
kumpulan  Hadits  juga  dibukukan  setelah  (Nabi   Muhammad
meninggal).
 
Bagi  Qur-an,  keadaannya  berlainan. Teks Qur-an atau Wahyu
itu dihafalkan  oleh  Nabi  dan  para  sahabatnya,  langsung
setelah   wahyu   diterima,   dan   ditulis   oleh  beberapa
sahabat-sahabatnya yang ditentukannya. Jadi, dari permulaan,
Qur-an mempunyai dua unsur autentisitas tersebut, yang tidak
dimiliki Injil. Hal ini  berlangsung  sampai  wafatnya  Nabi
Muhammad.  Penghafalan  Qur-an  pada  zaman  manusia sedikit
sekali yang dapat menulis, memberikan kelebihan jaminan yang
sangat  besar  pada waktu pembukuan Qur-an secara definitif,
dan  disertai  beberapa  regu  untuk   mengawasi   pembukuan
tersebut.
 
Wahyu  Qur-an  telah  disampaikan  kepada Nabi Muhammad oleh
malaikat Jibril, sedikit demi sedikit selama lebih  dari  20
tahun.  Wahyu  yang  pertama  adalah yang sekarang merupakan
ayat-ayat pertama daripada surat nomor  96.  Kemudian  Wahyu
itu  berhenti  selama  3  tahun,  dan mulai lagi berdatangan
selama 20 tahun sampai wafatnya Nabi Muhammad pada tahun 632
M.;  dapat  dikatakan  bahwa  turunnya  Wahyu berlangsung 10
tahun sebelum Hijrah (622) dan 10 tahun lagi sesudah Hijrah.
 
Wahyu yang pertama diterima  Nabi  Muhammad  adalah  sebagai
berikut (Surat 96 ayat 1-5):6
 
"Bacalah  dengan  {menyebut)  nama Tuhanmu yang menciptakan.
Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.  Bacalah,
dan  Tuhanmulah yang paling pemurah. Yang mengajar (manusia)
dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa
yang tidak diketahuinya."
 
Professor  Hamidullah mengatakan dalam Pengantar yang dimuat
dalam terjemahan Qur-an bahwa isi dari wahyu pertama  adalah
"penghargaan  terhadap  kalam sebagai alat untuk pengetahuan
manusia" dan dengan begitu  maka  menjadi  jelas  bagi  kita
"perhatian  Nabi  Muhammad untuk menjaga kelangsungan Qur-an
dengan tulisan."
 
Beberapa teks menunjukkan secara formal bahwa  lama  sebelum
Nabi  Muhammad  meninggalkan  Mekah untuk hijrah ke Madinah,
ayat-ayat Quran yang telah diwahyukan kepada  Nabi  Muhammad
sudah  dituliskan.  Kita  nanti akan mengetahui bahwa Qur-an
membuktikan hal tersebut.
 
Kita mengetahui bahwa Nabi Muhammad dan pengikut-pengikutnya
biasa  menghafal  teks-teks  yang  telah  diwahyukan. Adalah
tidak masuk akal jika Qur-an menyebutkan hal-hal yang  tidak
sesuai  dengan  realitas, karena hal-hal itu mudah dikontrol
disekeliling  Muhammad  yakni  oleh   sahabat-sahabat   yang
mencatat Wahyu tersebut.
 
Empat  Surat  Makiyah  (diturunkan  sebelum  Hijrah) memberi
gambaran  tentang  redaksi  Qur-an  sebelum  Nabi   Muhammad
meninggalkan Mekah pada tahun 622 M.
 
Surat 80 ayat 11-1 6:
 
"Sekali-kali  jangan  (demikian), sesungguhnya ajaran-ajaran
Tuhan  itu  adalah  peringatan,  maka  barang   siapa   yang
menghendaki, tentulah ia memperhatikan. Di dalam kõtab-kitab
yang dimuliakan, yang ditinggikan, lagi disucikan. Di tangan
para penulis, yang mulia lagi berbakti."
 
Yusuf  Ali, dalam Terjemah Qur-an yang ditulisnya pada tahun
1936 mengatakan bahwa pada waktu Surat  tersebut  diwahyukan
sudah  ada  42  atau  45  Surat  yang beredar di antara kaum
muslimin di Mekah (Jumlah Surat-surat  dalam  Qur-an  adalah
114 Surat).
 
"Bahkan  yang  didustakan  mereka  itu  ialah al Qur-an yang
mulia yang tersimpan dalam Lauhul Mahfudz."
 
"Sesungguhnya Al Qur-an ini adalah bacaan yang sangat  mulia
(yang   terdapat)   pada   kitab  yang  terpelihara  (Lauhul
Makfudz).  Tidak  menyentuhnya  kecuali   orang-orang   yang
disucikan. Diturunkan dari Tuhan semesta alam."
 
"Dan  mereka berkata (lagi). Dongengan-dongengan orang-orang
dahulu  dimintanya  supaya  dituliskan,  maka   dibacakanlah
dongengan itu kepadanya setiap pagi dan petang."
 
Ayat  tersebut  menyinggung dakwaan para lawan Nabi Muhammad
yang  menuduh  bahwa  Muhammad  adalah  Nabi  palsu,  mereka
menggambarkan  bahwa ada orang yang mendiktekan sejarah kuno
kepada    Nabi    Muhammad     dan     Muhammad     menyuruh
sahabat-sahabatnya untuk menulisnya.
 
Ayat  tersebut menyebutkan: "Pencatatan dengan tulisan" yang
didakwakan kepada Muhammad oleh lawan-lawannya.
 
                                            (bersambung 2/2)

BIBEL, QUR-AN, dan Sains Modern Dr. Maurice Bucaille   Judul Asli: La Bible Le Coran Et La Science Alih bahasa: Prof. Dr. H.M. Rasyidi Penerbit Bulan Bintang, 1979 Kramat Kwitang I/8 Jakarta

QUR-AN DAN SAINS MODERN (3/3)

QUR-AN DAN SAINS MODERN                                (3/3)
 
Yang  menarik  perhatian  dalam menghadapi teks Qur-an untuk
pertama  kali  adalah  banyaknya  hal-hal  yang  dibicarakan
mengenai  penciptaan  alam,  astronomi,  keterangan  tentang
bumi, hewan-hewan, tumbuh-tumbuhan  dan  kelahiran  manusia.
Dalam Bibel aku telah menemukan kekeliruan-kekeliruan ilmiah
yang besar, tetapi dalam Qur-an aku tidak menemukan sesuatu,
semua   itu  mendorong  diriku  untuk  bertanya-tanya:  Jika
pengarang Qur-an itu seorang manusia, mengapa pada abad  VII
Masehi,  orang itu dapat menulis hal-hal yang terbukti cocok
dengan   Sains   modern?   Tidak   ada   kemungkinan   untuk
menyangsikan  bahwa  teks  Qur-an  yang kita miliki sekarang
adalah  teks  yang  bersejarah.  (Fasal  yang  akan   datang
membicarakan  hal  ini).  Apakah  yang  dapat  kita  jadikan
penerangan lahiriyah terhadap kenyataan ini? Menurutku,  tak
ada  penerangan  semacam  itu.  Tak  ada  keterang  an  yang
memuaskan yang dapat menjelaskan bagaimana seorang  penduduk
Jazirah  Arab,  dapat  memiliki  pengetahuan  ilmiah tentang
beberapa  hal,   dan   pengetahuan   itu   mendahului   ilmu
pengetahuan  sekarang  13  abad, karena orang itu hidup pada
waktu yang memerintah Perancis adalah Raja Dagobert.
 
Sudah  dibuktikan  oleh  Sejarah  bahwa  pada  waktu  Qur-an
diwahyukan  selama  23  tahun  (622  M.), pengetahuan ilmiah
terhenti semenjak beberapa abad. Dan sudah  dibuktikan  pula
bahwa periode berkembangnya kebudayaan Islam dengan kemajuan
ilmiahnya telah terjadi sesudah selesai turunnya wahyu  atau
Qur-an.  Ada  orang yang berkata "Jika dalam Qur-an terdapat
keterangan-keterangan   ilmiah   yang   mentakjubkan,   maka
sebabnya  pada  waktu  sebelum  itu telah terdapat ahli-ahli
Sains   Arab.   Muhammad    mendapatkan    inspirasi    dari
karangan-karangan  mereka."  Untuk dapat menerima keterangan
tersebut kita harus melupakan  hal-hal  yang  terjadi  dalam
sejarah.  Barang  siapa  mengetahui sedikit daripada sejarah
Islam dan mengetahui bahwa perkembangan kebudayaan dan Sains
dalam  dunia  Arab  pada  abad  pertengahan  ia  tidak  akan
menerima khayalan semacam itu. Pemikiran seperti tersebut di
atas  sangat  tidak  tepat  apalagi  kalau  kita ingat bahwa
kebanyakan fakta Sains yang  dikatakan  oleh  Qur-an  secara
pasti, baru mendapat konfirmasi pada zaman modern itu.
 
Kita  tahu  bahwa  selama  berabad-abad,  banyak ahli tafsir
Qur-an, termasuk mereka  yang  hidup  dalam  zaman  kejayaan
peradaban   Islam,   yang   telah  membuat  kesalahan  dalam
menafsirkan beberapa ayat Qur-an  yang  mereka  tidak  dapat
mengungkap  kan  arti yang sebenarnya. Hanya pada waktu yang
kemudian, yang dekat daripada zaman kita ini,  mereka  dapat
menafsirkannya  secara  benar. Hal ini mengandung arti bahwa
untuk memahami ayat-ayat Qur-an, pengetahuan  yang  mendalam
tentang  bahasa  Arab  saja  tidak  cukup. Di samping bahasa
Arab, ahli tafsir perlu  memiliki  pengetahuan  ilmiah  yang
bermacam-macam.   Penyelidikan   tentang   Qur-an  merupakan
penyelidikan   pluridiscipliner,   encyclopedical.    Dengan
mengikuti  persoalan-persoalan  yang  timbul, orang mengerti
bahwa bermacam-macam pengetahuan ilmiah adalah sangat  perlu
untuk memahami ayat-ayat Qur-an tertentu.
 
Memang   Qur-an   bukannya   suatu   buku  yang  menerangkan
hukum-hukum alam. Qur-an mengandung  tujuan  keagamaan  yang
pokok.  Ajakan  untuk  memikirkan  tentang  penciptaan  alam
dialamatkan kepada manusia dalam rangka  penerangan  tentang
kekuasaan Tuhan. Ajakan tersebut disertai dengan menunjukkan
fakta-fakta   yang   dapat   dilihat   oleh   manusia    dan
aturan-aturan  yang  ditetapkan  oleh  Tuhan  untuk mengatur
alam, baik dalam bidang Sains maupun dalam bidang masyarakat
kemanusiaan. Sebagian daripada fakta-fakta tersebut ada yang
mudah difahami, tetapi sebagian lainnya tidak dapat difahami
tanpa  pengetahuan ilmiah. Ini berarti bahwa manusia-manusia
pada abad-abad dahulu hanya dapat mengetahui arti-arti  yang
nampak dan hal itu dapat membawa mereka kepada konklusi yang
kurang benar karena kekurangan pengetahuan pada waktu itu.
 
Pemilihan ayat-ayat Qur-an untuk diselidiki  segi  ilmiahnya
mungkin  nampak  kecil  bagi  pengarang-pengarang Islam yang
telah menarik perhatian kepada  fakta-fakta  ilmiah  sebelum
aku.  Secara  keseluruhan aku rasa memang aku memilih jumlah
yang lebih sedikit. Tetapi di lain fihak, aku telah membahas
ayat-ayat  yang  sampai sekarang belum diberi perhatian yang
cukup  dari  segi  pandangan  ilmiah.  Jika  aku   melakukan
kesalahan  karena  meninggalkan  ayat-ayat yang telah mereka
pilih, aku harap mereka  mema'afkan;  selain  daripada  itu,
dalam  beberapa buku, aku menemukan interpretasi ilmiah yang
tidak   tepat;   untuk   hal-hal   tersebut   aku    sajikan
interpretasiku   pribadi   yang  didasarkan  atas  kebebasan
pikiran dan rasa tanggung jawab.
 
Aku juga menyelidiki apakah dalam Qur-an disebutkan fenomena
yang  dapat  difahami  oleh manusia tetapi belum mendapatkan
konfirmasi daripada  Sains  modern.  Dalam  rangka  ini  aku
merasa   bahwa   Qur-an  memuat  isyarat  bahwa  dalam  alam
(universe) ini terdapat  planet-planet  yang  seperti  bumi.
Harus  kuterangkan  bahwa  banyak ahli-ahli ilmu pengetahuan
menganggap hal tersebut  sangat  mungkin,  walaupun  tingkat
pengetahuan  sekarang  tidak  dapat  memberi  kepastian. Aku
merasa berkewajiban menuturkan hal ini, dengan reserve  yang
harus kita lakukan.
 
Aku  telah  melakukan penyelidikan ini semenjak kira-kira 30
tahun. Tetapi ada suatu fakta  yang  telah  disebutkan  oleh
Qur-an  dan  harus  ditambahkan  kepada hal-hal yang kutulis
mengenai  astronomi  (ilmu  bintang).  Fakta  dalam   Qur-an
tersebut  adalah:  pembukaan  angkasa. Pada waktu itu, orang
meramalkan bahwa setelah  percobaan-percobaan  peluru-peluru
kendali,  pada  suatu  waktu  manusia akan dapat keluar dari
bumi dan menyelidiki angkasa. Orang  sudah  tahu  bahwa  ada
ayat  Qur-an  yang  mengatakan bahwa manusia pada satu waktu
akan melaksanakan pembukaan angkasa. Hal  tersebut  sekarang
sudah terjadi.
 
Konfrontasi  Kitab  Suci  (Bibel  atau Qur-an) dengan Sains,
mengundang pemikiran-pemikiran yang ada  hubungannya  dengan
"Kebenaran  ilmiah;"  supaya konfrontasi itu mempunyai arti,
maka argumentasi  ilmiah  yang  menjadi  dasar  harus  sudah
ditetapkan  secara  pasti dan tidak dapat didiskusikan lagi.
Mereka yang segan menerima campur tangan Sains dalam menilai
Kitab  Suci,  mengingkari  bahwa Sains dapat memberi patokan
untuk perbandingan;  (Bibel  akan  menderita  kerugian  jika
dikonfrontir   dengan   Sains,  tetapi  Qur-an  tidak  takut
konfrontasi tersebut); Mereka  mengatakan  bahwa  Sains  itu
berubah  menurut  waktu,  sehingga sesuatu hal mungkin dapat
diterirna pada suatu waktu, akan tetapi kemudian ditolak.
 
Soal tersebut di atas memerlukan penjelasan sebagai berikut:
kita  harus  membedakan  teori ilmiah dan fakta yang diamati
dan dikuasai. Teori adalah untuk menerangkan suatu  fenomena
atau  kumpulan  fenomena  yang  sukar difahami. Teori memang
sering berubah-ubah, teori dapat dirubah sedikit  atau  sama
sekali  diganti  dengan  teori  lain  jika  kemajuan  ilmiah
memungkinkan orang untuk menganalisa fakta secara lebih baik
dan memikirkan suatu-penafsiran yang lebih berharga.
 
Sebaliknya,   fakta   yang  diamati  dan  dibuktikan  dengan
eksperimen tidak  dapat  dirubah.  Orang  dapat  menjelaskan
sifat-sifatnya dengan lebih terperinci akan tetapi fakta itu
tetap  tidak  berubah.   Orang   telah   membuktikan   bahwa
bumi-beredar  sekitar  matahari  dan  bulan  beredar sekitar
bumi, tidak akan mengalami perubahan; pada  masa  yang  akan
datang  mungkin  orang  akan  dapat memberi gambaran tentang
orbit-orbitnya.
 
Pemikiran bahwa teori itu dapat berubah,  telah  mendorongku
umpamanya  untuk  tidak  membicarakan  satu ayat Qur-an yang
dikatakan oleh seorang muslim ahli fisika sebagai ayat  yang
menerangkan  konsep  anti  materi,  sedangkan teori tersebut
pada waktu ini banyak diperdebatkan. Sebaliknya orang  dapat
menerima  dengan  penuh  perhatian  suatu  ayat  Qur-an yang
mengatakan bahwa asal kehidupan itu  adalah  air;  kehidupan
berasal  dari air adalah suatu hal yang tak dapat dibuktikan
akan tetapi telah dikuatkan oleh argumentasi bermacam-macam.
Adapun mengenai pengamatan fakta-fakta, seperti perkembangan
janin  manusia,  orang  dapat  mengkonfrontasikan  bermacam-
macam    tahap    yang   disebutkan   oleh   Qur-an   dengan
penemuan-penemuan  embryologie  (ilmu  janin)  modern,   dan
menemukan  persesuaian yang mutlak antara ayat Qur-an dengan
Sains.
 
Konfrontasi Qur-an dengan Sains telah disempurnakan oleh dua
perbandingan;  di  satu  fihak  konfrontasi  ayat-ayat Bibel
dengan Sains modern  dalam  hal-hal  yang  dibicarakan  oleh
keduanya.   Di  lain  fihak  perbandingan  pandangan  ilmiah
tersebut dengan ayat-ayat Qur-an, wahyu yang diberikan Allah
kepada Nabi Muhammad, dan dengan hadits, buku riwayat, serta
ucapan Nabi Muhammad di luar ayat-ayat yang  tersebut  dalam
Qur-an.
 
Pada  akhir  bagian  ketiga  daripada  buku  ini, orang akan
menemukan  hasil  perbandingan  antara  riwayat  Bibel   dan
riwayat  Qur-an  mengenai kejadian yang sama dengan hal yang
sudah disaring oleh  kritik  ilmiah;  sebagai  contoh,  kita
telah  mengadakan  penyelidikan  tentang penciptaan alam dan
tentang Banjir Nabi Nuh. Untuk kedua masalah itu telah  kita
buktikan  bahwa  riwayat  Bibel  tidak  sesuai dengan Sains.
Tetapi kita akan  menemukan  bahwa  riwayat-riwayat  Qur-an,
sesuai   sepenuhnya   dengan   Sains.   Orang  akan  melihat
perbedaan-perbedaan yang  menjadikan  riwayat  Qur-an  dapat
diterima  di  zaman  modern  sedang  riwayat Bibel tak dapat
diterima.
 
Konstatasi ini sangat penting, oleh karena di  negara-negara
Barat,  orang-orang  Yahudi,  Kristen  atau atheist semuanya
berpendapat tanpa bukti sedikitpun, bahwa  Muhammad  menulis
(mengarang)   Qur-an   atau   memerintahkan   orang  menulis
(mengarang) Qur-an dengan meniru Bibel. Orang mengiraR bahwa
riwayat   Qur-an   tentang   sejarah   agama  mengutip  dari
riwayat-riwayat Bibel. Sikap semacam  itu  sama  sembrononya
dengan  sikap orang yang mengatakan bahwa Yesus telah menipu
orang-orang  pada  zamannya  dengan  mengatakan   bahwa   ia
mendapat inspirasi dari Perjanjian Lama selama ia berdakwah.
Kita mengetahui bahwa seluruh Injil Matius  didasarkan  atas
kontinuitas  dengan  Perjanjian  Lama. Ahli tafsir mana yang
berani melepaskan kenabian Yesus oleh  karena  hal  tersebut
(kontinuitas dengan Perjanjian Lama)? Tetapi begitulah orang
menilai Muhammad di  negara-negara  Barat.  "Muhammad  hanya
meniru  Bibel."  Hal ini tentu saja merupakan penilaian yang
sangat dangkal  yang  tidak  memperdulikan  kenyataan  bahwa
Bibel  dan  Qur-an  dapat  memberikan  versi yang berlainan.
Tetapi orang  menganggap  sepi  perbedaan-perbedaan  riwayat
antara  Qur-an  dan  Injil.  Bahkan  orang  menyatakan bahwa
riwayat-riwayat  itu  adalah  identik,   oleh   karena   itu
pengetahuan ilmiah tidak boleh mencampuri. Soal-soal semacam
ini akan kita bicarakan mengenai hikayat penciptaan alam dan
banjir pada zaman Nabi Nuh.
 
Kumpulan-kumpulan  Hadits  bagi Nabi Muhammad adalah seperti
Injil empat  bagi  Yesus,  Hadits  adalah  riwayat  mengenai
perbuatan  dan  perkataan  Nabi,  yang mengumpulkannya bukan
saksi-saksi  mata  (sedikitnya  bagi  kumpulan  Hadits  yang
benar),  yang  dikumpulkan  sesudah  zamannya Nabi Muhammad.
Kitab  Hadits  sama  sekali  tidak  merupakan   kitab   yang
mengandung  wahyu tertulis. Hadits bukan sabda Tuhan, tetapi
meriwayatkan kata-kata Muhammad. Dalam buku-buku Hadits yang
banyak tersiar kita dapatkan riwayat-riwayat yang mengandung
kekeliruan ilmiah,  khususnya  mengenai  resep  obat-obatan.
Tetapi  siapa  yang  dapat  mengatakan  dengan  pasti  bahwa
keteranganketerangan  yang  dinisbatkan  kepada   Nabi   itu
autentik?    Kita   tidak   membicarakan   problema-problema
keagamaan, yang memang tidak kita bicarakan berhubung dengan
persoalan    Hadits.    Banyak   Hadits   yang   disangsikan
kebenarannya;  Hadits-Hadits  itu  telah  dibicarakan   oleh
ulama-ulama  Islam  sendiri.  Jika  kita  membicarakan aspek
ilmiah daripada beberapa Hadits  dalam  buku  ini,  hal  itu
adalah  pada  dasarnya  untuk  menunjukkan  perbedaan antara
Hadits dan Qur-an, karena Qur-an tidak mengandung pernyataan
ilmiah yang tak dapat diterima.
 
Konstatasi yang akhir ini menjadikan hipotesa bahwa Muhammad
adalah pengarang Qur-an, tidak dapat diterima. Tidak mungkin
seorang yang tak dapat membaca dan menulis menjadi pengarang
nomor satu, penulis karya nomor satu dalam sastra Arab,  dan
memberitahukan  soal-soal  ilmiah  yang tak ada manusia pada
waktu itu dapat  melakukannya,  serta  segala  keterangannya
tidak ada yang keliru.
 
Pemikiran-pemikiran   yang   akan   kita   kembangkan  dalam
penelitian ini dari segi pandangan ilmiah akan  menyampaikan
kita  kepada  suatu  natijah  yaitu: "tidak masuk akal bahwa
seseorang yang hidup pada  abad  VII  M.  dapat  melontarkan
dalam  Qur-an ide-ide mengenai bermacam-macam hal yang bukan
merupakan pemikiran manusia pada waktu itu. Dan ide-ide  itu
cocok  dengan  apa  yang akan dibuktikan oleh Sains beberapa
abad kemudian."
 
Bagiku, tak ada kemungkinan bahwa Qur-an itu buatan manusia.

BIBEL, QUR-AN, dan Sains Modern Dr. Maurice Bucaille   Judul Asli: La Bible Le Coran Et La Science Alih bahasa: Prof. Dr. H.M. Rasyidi Penerbit Bulan Bintang, 1979 Kramat Kwitang I/8 Jakarta

QUR-AN DAN SAINS MODERN (2/3)

QUR-AN DAN SAINS MODERN                                (2/3)
 
Hubungan  antara  agama-agama dan Sains tidak sama di segala
tempat dan segala masa. Adalah suatu  fakta  bahwa  tak  ada
kitab  suci  agama  monotheist  yang menghukum Sains. Tetapi
dalam prakteknya, kita harus mengakui bahwa ahli-ahli  Sains
bercekcok  dengan  penguasa  keagamaan  tertentu.  Di  dunia
Kristen, selama beberapa abad,  pembesar-pembesar  menentang
perkembangan  Sains  atas initiatif mereka sendiri dan tidak
bersandar kepada teks autentik dalam  Kitab  Suci.  Terhadap
mereka    yang    memajukan    Sains,   mereka   melancarkan
tindakan-tindakan yang kita  ketahui  dalam  sejarah,  yaitu
tindakan-tindakan  yang  menjerumuskan para ahli Sains dalam
pembuangan, jika mereka ingin selamat daripada hukuman "mati
dibakar,"  atau sedikitnya memaksa mereka untuk menebus dosa
mereka dan memperbaiki  sikap  mereka  serta  memohon  maaf.
Dalam  hal  ini,  kita  ingat peradilan Galile yang dituntut
hanya  karena  ia  mengikuti  penemuan  Copernikus   tentang
peredaran   bumi.  Galile  kemudian  dihukum  dengan  alasan
menafsirkan Bibel secara keliru sebab tidak ada  Kitab  Suci
yang dapat dibantah.
 
Bagi   Islam,  sikap  terhadap  Sains  pada  umumnya  sangat
berlainan. Tak ada yang lebih  jelas  daripada  hadits  Nabi
yang  sangat  masyhur.  "Tuntutlah  ilmu  walaupun di negeri
Cina" atau hadits lain yang maksudnya: mencari  ilmu  adalah
wajib  bagi  seorang  muslimin  dan seorang muslimat. Adalah
suatu kenyataan yang penting seperti yang  akan  kita  lihat
dalam   fasal   ini   nanti,   bahwa  Qur-an  yang  mengajak
memperdalam  Sains.   Qur-an   itu   memuat   bermacam-macam
pemikiran   tentang   fenomena  alam,  dengan  perinci  yang
menerangkan hal-hal yang secara  pasti  cocok  dengan  Sains
modern.  Dalam  hal  ini  tak  ada hal yang serupa itu dalam
agama Yahudi dan Kristen.
 
Tetapi adalah salah jika orang mengira bahwa  dalam  sejarah
Islam,  beberapa  orang Islam mempunyai sikap yang berlainan
terhadap Sains.  Memang  terjadi  bahwa  pada  suatu  waktu,
kewajiban  untuk belajar dan mengajar orang lain itu disalah
fahamkan,   dan   orang   pernah   berusaha   memberhentikan
perkembangan ilmu pengetahuan. Tetapi perlu kita ingat bahwa
pada zaman kejayaan Islam, antara abad VIII dan abad XII  M.
pada  waktu  orang  membatasi  perkembangan ilmu pengetahuan
dipersempit  di   negara-negara   Kristen,   banyak   sekali
penyelidikan   dan   penemuan   yang   dilakukan   orang  di
Universitas-universitas  Islam.  Pada  waktu   itulah   kita
dapatkan  kebudayaan  yang luar biasa. Di Cordoba (Qurtubah)
perpustakaan  Khalifah  memuat  400.000  buku;  Ibnu   Rusyd
mengajar di situ. Banyak orang dari berbagai daerah di Eropa
datang ke Qurtubah untuk belajar,  seperti  pada  waktu  ini
banyak    orang   belajar   ke   Amerika   Serikat.   Banyak
manuskrip-manuskrip   lama   sampai   kepada   kita   dengan
perantaraan  orang-orang Arab, dan membawa kebudayaan kepada
negeri-negeri   yang   ditaklukkan.   Banyak   hutang   kami
(orang-orang Barat) kepada pengetahuan Arab dalam matematika
(kata al jabar adalah  kata  Arab),  astronomi,  fisika  dan
optik,   geologi,   ilmu   tumbuh-tumbuhan  (botanik),  ilmu
kedokteran (Ibnu Sina) dan  lain-lain.  Untuk  pertama  kali
Sains  mempunyai sifat internasional dalam Universitas Islam
pada  abad  pertengahan.  Pada  waktu  itu   manusia   lebih
mempunyai  jiwa  keagamaan  daripada  sekarang,  akan tetapi
dalam Dunia Islam hal tersebut tidak  menghalangi  seseorang
untuk  menjadi orang yang mukmin dan pandai sekaligus. Sains
adalah saudara kembar daripada agama, dan akan tetap begitu.
 
Dalam negara-negara Kristen, abad  pertengahan  adalah  abad
stagnasi   dan   conformisme   mutlak.  Penyelidikan  ilmiah
dikekang, bukan oleh agama Yahudi dan Kristen,  akan  tetapi
oleh   mereka   yang  mengaku  mengabdi  kepada  agama-agama
tersebut. Sesudah Renaissance, reaksi  yang  wajar  daripada
ahli  ilmu  pengetahuan  adalah untuk membalas dendam kepada
musuh mereka kemarin, dan pembalasan dendam itu  berlangsung
sampai  sekarang.  Pada  waktu  ini,  di negeri Barat, untuk
bicara tentang Tuhan di  kalangan  ilmuwan  adalah  janggal.
Sikap  semacam  ini  juga terdapat dalam otak-otak yang muda
yang  menerima  pengetahuan   dari   universitas-universitas
Barat, termasuk otak-otak muda Islam.
 
Hal   tersebut   di   atas  adalah  wajar  karena  ahli-ahli
pengetahuan Barat yang terkemuka selalu-mengambil sikap yang
ekstrim.  Seorang yang pernah meraih hadiah Nobel dalam ilmu
kedokteran pada tahun-tahun akhir ini  telah  menulis  dalam
satu  buku tebal untuk awam, bahwa materi hidup itu tercipta
sendiri secara kebetulan daripada unsur-unsur elementer. Dan
bertitik  tolak dari materi hidup yang sederhana itu, dengan
pengaruh  bermacam-macan  faktor  luar,  terbentuklah  benda
hidup  yang  teratur  dan  secara  berangsur-angsur akhirnya
menjadi benda hidup yang sangat complex, yaitu manusia.
 
Tetapi orang yang  memikirkan  secara  mendalam  hasil-hasil
yang  mengagumkan  daripada  Sains  masa  kini  dalam bidang
"kehidupan"  akan  sampai  kepada  natijah  (konklusi)  yang
sebaliknya.   Pertumbuhan  yang  terjadi  sebelum  munculnya
"kehidupan" serta pemeliharaan "kehidupan" itu  akan  nampak
sangat   berbelit-belit  (complicated).  Lebih  banyak  kita
mengetahui perincian-perinciannya, lebih  banyak  pula  kita
merasa  heran  dan takjub. Sesungguhnya jika kita mengetahui
perinci-perinci itu lebih banyak, kita lebih  condong  untuk
mengurangi  unsur:  "kebetulan"  dalam fenomena "kehidupan."
Lebih  banyak  kita  memiliki  ilmu  pengetahuan,  khususnya
mengenai   hal-hal  yang  sangat  kecil,  lebih  menonjollah
argumentasi tentang adanya zat  "pencipta."  Tetapi  manusia
bukannya tunduk kepada fakta-fakta tersebut di atas, malahan
ia menjadi sombong. Ia merasa berhak untuk menertawakan  ide
tentang  Tuhan  dan  ia menganggap remeh segala sesuatu yang
menghalangi  kemauannya  untuk  kenikmatan  dan   kelezatan.
Itulah masyarakat materialis yang sekarang ini berkembang di
Barat.
 
Kekuatan spirituil  manakah  yang  dapat  menghadapi  polusi
pemikiran para ahli pengetahuan modern sekarang?
 
Agama   Kristen   dan   agama   Yahudi   telah   menunjukkan
ketidak-mampuannya  untuk  membendung  banjir   materialisme
serta ateisme di Barat. Agama Kristen dan agama Yahudi dalam
keadaan  kacau  balau,  dan  dari  tahun  ke   tahun   telah
menunjukkan  daya  tahan yang berkurang terhadap aliran yang
akan menghancurkannya; seorang materialis ateis hanya  dapat
melihat   dalam  agama  Kristen  klasik,  suatu  agama  yang
diciptakan  oleh  manusia  2000  tahun   yang   lalu   untuk
menegakkan   kekuasaan  sekelompok  kecil  manusia  terhadap
manusia-manusia lain. Ia tidak  dapat  melihat  dalam  kitab
suci Yahudi Kristen suatu bahasa yang ada hubungannya dengan
bahasanya sendiri walaupun terlalu jauh; kitab  suci  Yahudi
Kristen  memuat  hal-hal  yang  keliru, yang kontradiksi dan
yang tidak sesuai dengan  penemuan-penemuan  ilmiah  modern,
sehingga  ia  tidak mau mempertimbangkan teks-teks yang oleh
kebanyakan ahli-ahli teologi dipaksakan untuk diterima semua
sebagai keseluruhan.
 
Bagaimana kalau ada orang yang mengajaknya berbicara tentang
Islam? Ia akan tertawa lebar yang menunjukkan bahwa ia tidak
banyak  mengetahui  tentang  agama.  Sebagai kebanyakan kaum
terpelajar   dari   bermacam-macam   agama,   ia   mempunyai
gambaran-gambaran yang salah tentang Islam.
 
Dalam hal ini, kita harus menerima beberapa alasan. Pertama,
dengan  mengecualikan  sikap-sikap   baru   dari   tingkatan
tertinggi  daripada  Gereja  Katolik  yang mulai menunjukkan
hormat kepada Islam. Islam  di  negara-negara  Barat  selalu
menjadi  objek  daripada  "diffamation  seculaire" (cemoohan
penganut-penganut  secularisme).  Semua  orang,  Barat  yang
mempunyai  pengetahuan dalam tentang Islam, mengetahui bahwa
sejarahnya, dogmanya dan  tujuannya  sudah  jauh  dibelokkan
orang.  Kedua,  dokumen-dokumen  dalam  bahasa-bahasa  Barat
mengenai Islam yang  sudah  diterbitkan,  tidak  mempermudah
usaha  seorang  yang  ingin mempelajari Islam. Dalam hal ini
kita dapat mengecualikan beberapa  penyelidikan-penyelidikan
yang sangat khusus.
 
Dalam hal mempelajari Islam, pengetahuan tentang wahyu dalam
Islam   adalah   sangat    pokok    (fundamental).    Tetapi
bagian-bagian daripada Qur-an khususnya yang ada hubungannya
dengan hasil-hasil perkembangan Sains  sering  diterjemahkan
secara  keliru  atau  ditafsirkan  sedemikian  rupa sehingga
seorang ahli Sains akan melancarkan kritik yang tidak  tepat
terhadap Qur-an, walaupun kritik-kritik kelihatannya benar.
 
Ada  satu  hal yang perlu kita garis bawahi: terjemahan yang
tidak tepat dan penafsiran yang  keliru  (keduanya  biasanya
terjadi bersama-sama) yang tidak mengherankan pada satu atau
dua abad yang lalu, pada  waktu  sekarang  mengejutkan  ahli
Sains  yang  menolak  untuk  mempertimbangkan secara serius,
suatu kata-kata yang  diterjemahkan  secara  salah  sehingga
memberi   keterangan   yang   tak   dapat  diterima  menurut
perkembangan Sains sekarang. Dalam  bab  tentang  terjadinya
janin  manusia,  kita akan melihat contoh kekeliruan seperti
itu.
 
Mengapa terjadi kekeliruan dalam menterjemahkan Qur-an?  Hal
ini   terjadi  oleh  karena  penterjemah-penterjemah  modern
sering hanya mengambil alih interpretasi para ahli tafsir di
zaman dahulu, tanpa pendirian kritik. Para ahli tafsir zaman
dahulu itu dapat dimaafkan jika mereka memilih satu daripada
beberapa  arti  kata  bahasa  Arab, oleh karena mereka tidak
mengerti arti yang benar daripada  kata  atau  kalimat  itu,
yaitu  arti yang baru sekarang nampak dengan jelas berhubung
kemajuan pengetahuan kita tentang Sains. Dengan  kata  lain,
perlu  dilakukan peninjauan kembali terhadap terjemahan atau
tafsiran-tafsiran yang tak dapat  dilaksanakan  secara  baik
pada  suatu  masa,  karena sekarang kita sudah memiliki arti
kata-kata yang sebenarnya. Persoalan  penterjemahan  seperti
tersebut  tidak timbul dalam wahyu Yahudi Kristen . Soal itu
hanya khusus mengenai Qur-an.
 
Aspek-aspek ilmiah  yang  khusus  untuk  Qur-an  itu  sangat
mengherankan aku, karena aku sama sekali tidak mengira bahwa
dalam teks yang disusun semenjak lebih  dari  13  abad,  aku
dapat  menemukan  keterangan-keterangan tentang hal-hal yang
bermacam,  yang  sangat  cocok  dengan  pengetahuan   ilmiah
modern.  Pada  permulaannya  aku  sama  sekali tidak percaya
dengan Islam.  Aku  mulai  menyelidiki  teks  Qur-an  dengan
pikiran yang bebas dari segala prasangka, dan dengan pikiran
obyektif. Jika ada faktor yang mempengaruhi aku, faktor  itu
adalah  pendidikan  yang  aku  terima ketika aku masih muda,
pada  waktu  orang  menamakan  orang   Islam   dengan   nama
"Mohametans"  untuk  memberi  kesan bahwa Islam adalah agama
yang didirikan oleh seorang insan dan saleh karena itu agama
itu  tidak ada nilainya di hadirat Tuhan. Sebagai kebanyakan
orang Barat, aku  terpengaruh  dengan  pikiran-pikiran  yang
salah  tentang  Islam, dan aku merasa heran jika aku bertemu
dengan orang-orang yang mengetahui soal-soal ke-Islaman,  di
luar  kalangan  para  ahli  (spesialis). Oleh karena itu aku
mengaku  terus  terang  bahwa  sebelum  mempunyai   gambaran
tentang  Islam  yang  berlainan dengan gambaran orang Barat,
aku sendiri sangat tidak tahu tentang Islam,  jika  akhirnya
aku  mengetahui  bahwa  penilaian  Barat  tentang  Islam itu
salah,  hal  itu  adalah   karena   kejadian-kejadian   yang
istimewa.  Di  Saudi  Arabialah  aku  menemukan  bahan-bahan
apresiasi yang menunjukkan kepadaku betapa salahnya pendapat
orang-orang Barat tentang Islam.
 
Aku  berhutang  budi  besar kepada almarhum Sri Baginda Raja
Faisal yang aku hormati.  Aku  dapat  mendengar  daripadanya
keterangan-keterangan   tentang   Islam,   dan   aku   dapat
membicarakan  soal-soal  penafsiran  Qur-an  mengenai  Sains
modern.  Semua  itu tak akan dapat aku lupakan. Sesungguhnya
aku  merasa  mendapat  kehormatan  yang  luar  biasa   dapat
menerima  keterangan-keterangan  dari  Sri  Baginda dan para
pengikut-pengikutnya.
 
Setelah aku dapat mengukur jurang  yang  memisahkan  hakekat
Islam  daripada  image yang dimiliki oleh orang-orang Barat,
aku  merasa  ingin  belajar  bahasa  Arab  yang  aku   belum
mengerti,  agar  dapat  membantu  aku mempelajari agama yang
sangat tidak dikenal. Tujuanku  yang  pertama  adalah  untuk
membaca  Qur-an,  menyelidiki teksnya, kalimat demi kalimat,
dengan bantuan bermacam kitab tafsir yang sangat  diperlukan
untuk  penyelidikan  yang kritis. Aku mulai tugas itu dengan
memperhatikan keterangan-keterangan Qur-an tentang  fenomena
alam.  Ketepatan keterangan Qur-an dalam perinci-perincinya,
yaitu hal yang hanya dapat ditemukan  dalam  teks  original,
telah    menarik    perhatianku    karena    cocok    dengan
konsepsi-konsepsi zaman sekarang. Padahal seorang yang hidup
pada   zaman   Nabi   Muhammad  tidak  dapat  mempunyai  ide
sedikitpun  tentang  hal  tersebut.  Kemudian  aku   membaca
beberapa  buku  karangan  orang-orang  Islam  mengenai aspek
ilmiah  daripada  teks  Qur-an.  Buku-buku  tersebut  memuat
pengetahuan-pengetahuan  yang  sangat berfaedah, akan tetapi
aku belum  pernah  melihat  di  negara-negara  Barat,  suatu
penyelidikan yang menyeluruh tentang hal ini.
 
                                            (bersambung 3/3)

BIBEL, QUR-AN, dan Sains Modern Dr. Maurice Bucaille   Judul Asli: La Bible Le Coran Et La Science Alih bahasa: Prof. Dr. H.M. Rasyidi Penerbit Bulan Bintang, 1979 Kramat Kwitang I/8 Jakarta

QUR-AN DAN SAINS MODERN (1/3)

QUR-AN DAN SAINS MODERN                                (1/3)
 
I. PENGANTAR
 
Secara apriori mengasosiasikan Qur-an dengan  Sains,  adalah
mengherankan,   apalagi  jika  asosiasi  tersebut  berkenaan
dengan  hubungan  harmonis  dan  bukan  perselisihan  antara
Qur-an  dan  Sains.  Bukankah untuk menghadapkan suatu kitab
suci dengan pemikiran-pemikiran  yang  tak  ada  hubungannya
seperti  ilmu  pengetahuan, merupakan hal yang paradoks bagi
kebanyakan orang pada zaman ini? Sesungguhnya sekarang  para
ahli   Sains   yang  kebanyakannya  terpengaruh  oleh  teori
materialis, menunjukkan sikap acuh  tak  acuh  bahkan  sifat
rnerendahkan   terhadap   soal-soal   agama,  karena  mereka
memandangnya  sebagai  hal  yang  didasarkan  atas  legenda.
Selain  daripada itu, di negeri Barat (negeri pengarang, dan
kalangan orang-orang yang terpelajar menurut sistem  Barat),
jika seseorang berbicara tentang Sains dan agama, kata agama
itu difahami sebagai agama Yahudi dan Kristen tetapi tak ada
orang  yang  memasukkan  Islam dalam kata agama itu. Tentang
Islam, orang Barat mempunyai gambaran yang salah dan  karena
itu  mereka  juga menunjukkan penilaian yang salah, sehingga
sampai hari ini sangat susah bagi mereka  untuk  mendapatkan
gambaran  yang  tepat  dan  sesuai  dengan ajaran Islam yang
sebenarnya.
 
Sebagai pengantar untuk konfrontasi antara Wahyu  Islam  dan
Sains,  adalah  sangat perlu untuk memberikan suatu tinjauan
tentang agama yang  sangat  tidak  dikenal  di  negeri  kita
(Europa, Perancis).
 
Penilaian  yang  salah terhadap Islam di Barat adalah akibat
kebodohan atau akibat sikap meremehkan dan mencemoohkan yang
dilakukan   secara   sistematis.   Akan   tetapi  di  antara
kekeliruan-kekeliruan yang tersiar,  yang  paling  berbahaya
adalah  kekeliruan-kekeliruan  atau  pemalsuan  fakta;  jika
kekeliruan penilaian dapat dimaafkan, maka  penyajian  fakta
yang  bertentangan dengan fakta yang sebenarnya, tidak dapat
dimaafkan.   Adalah   menyedihkan    jika    kita    membaca
kebohongan-kebohongan besar dalam buku-buku yang serius yang
ditulis oleh pengarang-pengarang yang mestinya sangat  ahli.
Umpamanya  kita  baca  dalam Encyclopedia Universalis, jilid
VI,  artikel  :  Evangile  (Injil),  suatu  isyarat   kepada
perbedaan   antara   Injil  dan  Qur-an.  Pengarang  artikel
tersebut   menulis:   "Pengarang-pengarang    Injil    tidak
mengaku-aku,   seperti   Qur-an,   menyampaikan  otobiografi
(riwayat hidup diri  sendiri)  yang  didiktekan  oleh  Tuhan
kepada  Rasulnya  secara ajaib." Begitulah kata penulis itu,
padahal Qur-an bukan otobiografi. Qur-an adalah tuntunan dan
nasehat.  Terjemahan  Qur-an  yang  paling  jelek juga dapat
mengungkapkan  kenyataan  ini   kepada   pengarang   artikel
tersebut.  Pernyataan  tersebut  di atas, yakni bahwa Qur-an
itu otobiografi sama besar kesalahannya  dengan  orang  yang
mengatakan    bahwa   Injil   itu   adalah   riwayat   hidup
pengarangnya.Yang  bertanggung   jawab   tentang   pemalsuan
terhadap  idea  Qur-an  itu  adalah  seorang  guru  besar di
Fakultas teologi Yesuite di kota  Lion  (Perancis  selatan);
tersiarnya  kekeliruan  semacam  ini  telah membantu memberi
gambaran yang salah tentang Qur-an dan Islam.
 
Walaupun begitu tetap ada harapan untuk memperbaiki keadaan,
karena  sekarang  agarna-agama  tidak hidup sendiri-sendiri;
banyak agama yang mencari perkenalan  dan  pemahaman  timbal
balik. Kita terharu dengan fakta bahwa pada eselon tertinggi
orang-orang  Katolik  berusaha  untuk  memelihara   hubungan
dengan  umat  Islam,  serta menghilangkan kesalahfahaman dan
mengoreksi gambaran-gambaran yang keliru tentang Islam.
 
Saya  telah  menyebutkan  perubahan   besar   yang   terjadi
pada-tahun-tahun  yang  terakhir  ini  dan  menyebutkan pula
suatu dokumen  yang  dikeluarkan  oleh  Sekretariat  Vatikan
untuk  orang-orang bukan Kristen. Dokumen tersebut berjudul:
Orientasi untuk dialog antara umat Kristen dan  umat  Islam,
dokumen  itu sangat berarti karena sikap-sikap baru terhadap
Islam. Dalam cetakan  ketiga  (1970)  kita  dapatkan  ajakan
untuk "meninjau kembali sikap-sikap kita terhadap Islam, dan
mengkritik purbasangka kita" kita  dapatkan  pula  kata-kata
seperti "kita harus bekerja keras lebih dahulu untuk merubah
cara berfikir saudara-saudara umat Kristen, secara bertahap;
ini  adalah  yang  paling penting," "kita harus meninggalkan
gambaran gambaran kuno yang kita  warisi  dari  masa  lampau
atau  gambaran-gambaran  yang  dirubah  oleh  prasangka  dan
fitnahan,"  "kita  harus  mengakui   ketidak   adilan   yang
dilakukan  oleh  Barat  yang  beragama Kristen terhadap umat
Islam."1 Dokumen Vatikan yang terdiri dari 150  halaman  itu
menolak pandangan-pandangan kuno umat Kristen terhadap Islam
dan menerangkan hal-hal yang sebenarnya .
 
Di   bawah   judul:   "membebaskan   diri   kita    daripada
prasangka-prasangka   yang   sangat  mashur,"  para  penulis
dokumen tersebut mengajak umat Kristen sebagai berikut:  "Di
sini kita harus melakukan pembersihan yang mantap dalam cara
berfikir  kita.  Secara  khusus  kami   pikirkan   penilaian
tertentu  yang  "sudah  jadi"  yang  sering  dilakukan orang
secara sembrono terhadap Islam. Adalah sangat penting  untuk
tidak   menghidup-hidupkan   dalam   hati   sanubari   kita,
pandangan-pandangan yang dangkal  dan  arbitrer  yang  tidak
dikenal oleh orang Islam yang jujur.
 
Salah  satu  daripada pandangan arbitrer yang sangat penting
untuk  diberantas  adalah  pandangan  yang  mendorong  untuk
memakai  kata  "Allah"  secara  sistematis untuk menunjukkan
Tuhannya umat Islam, seakan-akan  Tuhannya  umat  Islam  itu
bukan Tuhannya umat Kristen.
 
Allah  dalam bahasa Arab berarti Tuhan, Tuhan yang maha Esa,
maha Tunggal. Oleh karena itu untuk menterjemahkannya  dalam
bahasa  Perancis  kita harus rnemakai kata "Dieu," dan tidak
cukup hanya mengambil alih kata arab ("Allah")  karena  kata
ini  tak  dimengerti  orang Perancis. Bagi umat Islam, Allah
itu juga Tuhannya Nabi Musa dan Tuhannya Yesus."
 
Dokumen  Sekretariat  Vatikan  bagi   umat   bukan   Kristen
menekankan hal yang fundamental ini sebagai berikut:
 
"Adalah  tak berguna untuk mengikuti pendapat beberapa orang
Barat bahwa Allah itu sesungguhnya  bukan  Tuhan!  Teks-teks
yang  dihasilkan oleh Konsili telah membenarkan kata-kata di
atas. Orang tidak akan dapat meringkaskan kepercayaan  Islam
tentang  Tuhan,  secara  lebih  baik  dari  kata-kata  Lumen
Gentium (cahaya bagi manusia ) bagian dari  Dokumen  Konsili
Vatikan  II  (1962-1965)  yang  berbunyi: "Orang-orang Islam
yang mengikuti aqidah Nabi Ibrahim  menyembah  bersama  kita
kepada  Tuhan  yang  Tunggal, yang maha penyayang, yang akan
mengadili manusia pada hari akhir."2
 
Semenjak itu orang mengerti mengapa  orang  Islam  melakukan
protes  terhadap  kebiasaan orang Barat memakai kata 'Allah'
untuk  Tuhan.  Orang-orang  Islam  yang  terpelajar   memuji
terjemahan  Qur-an  oleh  D. Masson yang memakai kata "Dieu"
(Tuhan) dan tidak memakai kata "Allah."3
 
Orang Islam dan orang  Kristen  menyembah  Tuhan  yang  maha
Tunggal.
 
Kemudian Dokumen Vatikan mengkritik penilaian-penilaian lain
yang salah terhadap Islam.
 
"Fatalisme"  Islam,  suatu  prasangka  yang  tersiar   luas,
dibahas   dengan  mengutip  beberapa  ayat  Qur-an.  Dokumen
Vatikan tersebut menunjukkan hal-hal yang sebalik Fatalisme,
yakni  bahwa manusia itu akan diadili menurut tindakannya di
Dunia.
 
Dokumen  Vatikan  tersebut  juga  menunjukkan  bahwa  konsep
yuridisme  atau  legalisme dalam Islam itu salah, yang benar
adalah   sebaliknya,   yakni   kesungguhan    dalam    Iman.
Dibawakannya  pula  dua ayat yang sangat tidak dikenal orang
di Barat. Ayat pertama: "Tak ada paksaan dalam agama" (Surat
2  ayat  256). Ayat kedua: "Dan Tuhan tidak menjadikan dalam
agama sesuatu hal yang memaksa." (Surat 22 ayat 78)
 
Dokumen Vatikan tersebut juga  menentang  ide  yang  tersiar
luas   bahwa  Islam  itu  adalah  agama  "rasa  takut,"  dan
menjelaskan bahwa Islam adalah  agama  cinta,  cinta  kepada
orang-orang yang dekat, cinta yang berakar dalam Iman kepada
Allah. Dokumen Vatikan tersebut juga menolak anggapan  bahwa
tak ada "moral Islam," serta anggapan yang dianut oleh orang
Yahudi dan  orang  Kristen  bahwa  Islam  itu  adalah  agama
fanatisme.   Dalam  hal  ini  Dokumen  tersebut  mengatakan:
"Sesungguhnya, Islam dalam  sejarahnya  tidak  pernah  lebih
fanatik  daripada  kota-kota suci Kristen ketika kepercayaan
Kristen  bercampur  dengan  nilai  politik."  Di  sini  para
pengarang Dokumen Vatikan menyantumkan ayat-ayat Qur-an yang
diterjemahkan oleh orang Barat sebagai "Perang Suci."4
 
"Perang suci yang dimaksudkan, dalam bahasa Arabnya  adalah:
Al  Jihad  fi  sabililah, usaha keras untuk menyiarkan agama
Islam  dan  mempertahankannya  terhadap   orang-orang   yang
melakukan     agressi."     Dokumen    Vatikan    meneruskan
keterangannya: "Al Jihad bukan "kherem" yang tersebut  dalam
Injil.  Jihad  tidak bermaksud untuk memusnahkan orang lain,
akan tetapi  untuk  menyiarkan  hak-hak  Tuhan  dan  hak-hak
manusia di negeri-negeri baru."
 
Kekerasan  yang timbul dalam Jihad adalah gejala-gejala yang
mengikuti hukum perang. Pada waktu peperangan Salib bukanlah
orang-    Islam    yang    selalu    melakukan   pembantaian
besar-besaran.
 
Dokumen  Vatikan  akhirnya  membicarakan  purbasangka  bahwa
Islam itu adalah agama beku yang mengungkung para pengkutnya
dalam Abad Pertengahan  yang  sudah  lampau  dan  menjadikan
mereka tidak sanggup untuk menyesuaikan diri dengan kemajuan
tehnik  pada  zaman  modern.  Dokumen  tersebut  menyebutkan
perbandingan  dengan situasi-situasi serupa yang terdapat di
negara-negara Kristen dan menyatakan "Kami  menemukan  dalam
perkembangan   tradisional  pemikiran  Islam  suatu  prinsip
evolusi  yang  dapat  menjadi   pedoman   untuk   masyarakat
beradab."
 
Bahwa   Vatikan   mempertahankan  Islam,  saya  yakin,  akan
mengherankan pengikut-pengikut  agama  masa  kini,  baik  ia
orang   Yahudi,  orang  Kristen  atau  orang  lslam.  Gejala
tersebut merupakan manifestasi kesungguhan dan pikiran  yang
terbuka  yang bertentangan sama sekali dengan sikap-sikap di
masa  dahulu.   Tetapi   sayang,   sangat   sedikit   sekali
orang-orang  Barat  yang  mengetahui  pergantian  sikap yang
diambil oleh eselon tertinggi daripada Gereja Katolik.
 
Setelah kita mengetahui hal  tersebut  di  atas  kita  tidak
begitu  heran  untuk  mendengarkan  langkah-langkah  konkrit
selanjutnya  yang   dilaksanakan   untuk   pendekatan   ini.
Mula-mula  adalah kunjungan resmi kepala Secretariat Vatikan
untuk  orang-orang  bukan  Kristen  kepada  (almarhum)   Sri
Baginda  Raja  Faesal, raja Saudi Arabia, kemudian kunjungan
ulama-ulama Besar dari Saudi Arabia kepada Sri Paus Paul  Vl
pada  tahun  1974.  Kita merasakan arti spiritual yang dalam
ketika Monsigneur  Elchinger  menerima  para  ulama  itu  di
Cathedral   Strasbourg   dan   mempersilahkan  mereka  untuk
sembahyang di tengah-tengah Cathedral, walaupun menghadap ke
arah Ka'bah.
 
Jika  wakil-wakil  tertinggi  daripada  umat  Islam dan umat
Kristen, dalam rasa kepercayaan kepada Tuhan yang  sama  dan
rasa  hormat menghormat terhadap perbedaan yang ada diantara
mereka telah sefaham untuk melakukan  dialog  agama,  apakah
tidak  wajar jika aspek-aspek lain dari kedua agama itu juga
dihadapi?   Maksud   daripada   konfrontasi    ini    adalah
penyelidikan  tentang  Kitab  Suci  atas  dasar  hasil-hasil
penyelidikan  ilmiah  dan   pengetahuan-pengetahuan   kritik
kebenaran.   Penyelidikan   teks-teks  ini  harus  dilakukan
terhadap Qur-an  sebagaimana  ia  telah  dilakukan  terhadap
agama Yahudi dan Kristen.
                                            (bersambung 2/3)

BIBEL, QUR-AN, dan Sains Modern Dr. Maurice Bucaille   Judul Asli: La Bible Le Coran Et La Science Alih bahasa: Prof. Dr. H.M. Rasyidi Penerbit Bulan Bintang, 1979 Kramat Kwitang I/8 Jakarta

Apakah Para Penghuni Gua ada di Tarsus ?

Apakah Para Penghuni Gua ada di Tarsus ?
Tempat kedua yang diajukan sebagai tempat dinama Penghuni Gua pernah hidup adalah Tarsus. Ternyata memang benar terdapat sebuah gua yang mirip dengan gua yang disebutkan dalam Al Qur'an yang terletak di sebuah gunung dikenal bail sebagai Encilus atau Bencilus yang terletak di Barat Laut Tarsus.
Pendapat yang menyatakan bahwa Tarsus adalah tempat yang tepat adalah pandangan dari banyak ilmuwan Islam. Satu dari salah seorang ahli tafsir terkemuka Al Qur'an, at-Tabari menetapkan bahwa nama gunung dimana gua tersebut berada adalah "Bencilus"dalam bukunya yang berjuful "Tarikh al-Umam", dan ditambahkan bahwa gunung ini terletak di Tarsus . 1
Ahli Tafsir Al Qur'an lain bernama Muhammad Emin menyatakan bahwa nama dari gunung tersebut adalah "Pencilus" yang ada di Tarsus, yang kadang-kadang diucapkan sebagai "Encilus". Menurutnya perbeaan huruf disebabkan perbedaan pengucapan huruf "B" atau oleh hilangnya huruf dari kata aslinya yang hal ini disebut dengan "historical word abrasion/ abrasi kata-kata sejarah)" . 2
Fakhrudin ar-Razi seorang ulama al-Qur'an terkenal yang lain, menerangkan dalam penelitiannya bahwa : Meskipun tempat ini disebut dengan Ephesus, maksud dasarnya untuk mengatakan Tarsus disini, sebab Ephesus hanyalah nama lain dari Tarsus" .3
Sebagai tambahan dalam tafsir Qadi al-Baidlawi dan an-Nasafi, dalam tafsir al-Jalalain dan dalam at-Tibyan, dalam komentar-komentar dari Elmali dan O. Nasuhi Bilmen, dan banyak ilmuwan/ ulama lainnya, tempat ini ditunjuk sebagai "Tarsus". Disamping itu kesemua ahli tafsir ini menerangkan bahwa kalimat dalam ayat 17, " matahari ketika terbit condong dari gua mereka ke sebelah kanan, dan bila matahari itu terbenam menjauhi mereka ke sebelah kiri" dengan mengatakan bahwa mulut gua di pegunungan terlihat ke arah Utara .4
Penghuni Gua menjadi subjek perhatian dan juga pada masa kekaisran Turki Usmani dan banyak peneliti yang melakukan penelitian atas hal ini. Mereka mengadakan korespondensi dan pertukaran informasi tentang hal ini dalam arsip perdana Menteri Turki Usmani. Sebagai contoh dalam sebuah surat yang dikirimkan kepada Penguasa Perbendharaan Negeri Turki Usmani oleh pemerintah local Trasus, terdapat sebuah permintaan resmi dan lampiran yang menyebutkan permintaan mereka untuk memberikan upah kepada orang-orang yang berurusan dengan pembersihan dan pemeliharaan gua Ashab al-Kahfi (Para Penghuni Gua). Dalam jawaban terhadap surat ini menyatakan bahwa agar gaji itu bisa dibayarkan pada para pekerja dengan diambilkan dari perbendaharaan negara, perlu untuk mengatahui apakah tempat ini adalah benar-benar merupakan tempat dimana Para Penghuni Gua pernah berada. Penelitian yang dilakukan untuk tujuan ini sangatlah berguna dalam penentuan letak sebenarnya dari gua tersebut.
Dalam sebuah laporan yang dipersiapkan setelah melakukan penyelidikan yang dilakukan oleh Dewan Nasional, dikatakan bahwa : " Disebelah Utara Tarsus, yaitu propinsi Adana terdapat sebuah gua di gunung, dua jam dari Tarsus dan mulut gua tersebut nampak mengarah ke Utara sebagaimana dinyatakan dalam Al Qur'an" . 5
Perdebatan yang berkembang atas siapa para Penghuni Gua, dimana dan kapan mereka hidup, selalu mengarahkan pihak berwenang untuk mengadakan penelitian terhaap hal ini dan banyak komentar dibuat atas hal ini. Namun belum satupun komentar-komentar ini yang dapat dipertimbangkan kebenarannya, sehingga pertanyataan seperti ; pada masa yang manakah pemuda yang beriman ini hidup dan dimanakah gua yang disebutkan dalam ayat Al Qur'an, sampai sat ini tetaplah tanpa jawaban yang mendasar.
CATATAN
1. At-Tabari, Tarikh-al Umam.
2. Muhammed Emin.
3. Fakhruddin ar-Razi.
4. Berdasar komentar-komentar dari Qadi al-Baidawi, an-Nasafi, al-Jalalayn dan at-Tibyan, juga Elmalili, Nasuhi Bilmen.
5. Ahmet Akgündüz, Tarsus ve Tarihi ve Ashab-i Kehf. (Ahmet Akgündüz, Tarsus and History and the Companions of the Cave.)

PARA PENGHUNI GUA

Atau kamu mengira bahwa orang-orang yang mendiami gua dan (yang mempunyai) prasasti itu mereka, termasuk tanda-tanda Kami yang mengherankan.(QS Al Kahfi 9)
Surat ke 18 Al Qur'an dinamakan dengan "Al-Khaf" yang berarti "gua", menceritakan tentang sekelompok pemuda yang berlindung di sebuah gua untuk bersembunyi dari penguasa yang mengingkari Allah dan melakukan penindasan dan perbutan tidak adil atas mereka yang beriman. Ayat-ayat yang menerangkan tentang hal ini adalah sebagai berikut :
Atau kamu mengira bahwa orang-orang yang mendiami gua dan (yang mempunya) prasasti itu mereka, termasuk tanda-tanda Kami yang mengherankan?. (ingatlah) tatkala pemuda-pemuda itu encari tempat berlindung ke dalam gua lalu mereka berdoa: "Wahai Tuhan kami berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan kami (ini)".
Maka Kami tutup telinga mereka beberapa tahun dalam gua itu, kemudian Kami bangunkan mereka, agar Kami mengetahui manakah di antara kedua golongan itu yang lebih tepat dalam menghitung berapa lamanya mereka tingal (di dalam gua itu). Kami menceritakan kisah mereka kepadamu (Muhammad) dengan sebenarnya. Sesunguhnya mereka itu adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka dan Kami tambahkan kepada mereka petunjuk; dan Kami telah meneguhkan hati mereka di waktu mereka berdiri lalu mereka berkata: "Tuhan kami adalah Tuhan langit dan bumi; kami sekali-kali tidak menyeru Tuhan selain Dia, sesungguhnya kami kalau demikian telah mengucapkan perkataan yang amat jauh dari kebenaran". Kaum kami ini telah menjadikan selain Dia sebagai tuhan-tuhan (untuk disembah). Mengapa mereka tidak mengemukakan alasan yang terang (tentang kepercayaan mereka). Siapakah yang lebih zalim daripada orang-orrang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah?. Dan apabila kamu meninggalkan mereka dan apa yang mereka sembah selain Allah, maka carilah tempat berlindung ke dalam gua itu niscaya Tuhanmu akan melimpahkan sebagian rahmat-Nya kepadamu dan menyediakan sesuatu yang berguna bagimu dalam urusan kamu . Dan kamu akan melihat matahari ketika terbit condong dari gua mereka ke sebelah kanan, dan bila matahari itu terbenam menjauhi mereka ke sebelah kiri sedang mereka dalam tempat yang yang luas dalam gua itu. Itu adalah sebagian dari anda-tanda (kebesaran) Allah. Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah maka dialah yang mendapat petunjuk; dan barang siapa yang disesatkan-Nya maka kamu tidak akan mendapatkan seorang pemimpinpun yang dapat memberi petunjuk kepadanya.
Dan kamu mengira mereka itu bangun padahal mereka tidur; dan Kami balik-balikkan mereka ke kanan dan kiri, sedang anjing mereka mengunjurkan kedua lengannya di muka pintu gua. Dan jika kamu menyaksikan mereka tentulah kamu akan berpaling dari mereka dengan melarikan (diri) dan tentulah (hati) kamu akan dipenuhi dengan ketakutan terhadap mereka.
Dan demikianlah Kami bangunkan merka agar mereka saling bertanya di antara mereka sendiri. Berkatalah salah seorang di antara mereka: "Sudah berapalamakah kamu berada (disini)?". Mereka menjawab" "Kita berada (disini) sehari atau etengah hari". Berkata (yang lain lagi) "Tuhan kamu lebih mengetahui berapa lamanya kamu berada (disini). Maka suruhlah salah satu orang di antara kamu pergi ke kota dengan membawa uang perakmu ini, dan hendaklah dia lihat manakah makanan yang lebih baik, maka hendaklah dia membawa makanan itu untukmu, dan hendaklah dia berlaku lemah lembut dan janganlah sekali-kali menceritakan halmu kepada seorangpun.
Sesungguhnya jika mereka dapat mengatahui tempatmu, niscaya mereka akan melempar kamu dengan batu atau memaksamu kembali kepada agama mereka dan jika demikian nisaya kamu tidak akan beruntung selama-lamanya:
Dan demikianlah (kami) mempertemukan (manusia) dengan mereka, agar manusia itu mengetahui bahwa kedatangan hari kiamat tidak ada keraguan padanya. Ketika orang-orang itu berselisih tentang urusan mereka, orang-orang itu berkata: "dirikanlah sebuah bangunan di atas (gua) mereka, Tuhan mereka lebih mengetahui tentang mereka". Orang-orang yang berkuasa atas urusan mereka berkata: "Sesungguhnya kami akan mendirikan sebuah rumah peribadatan diatasnya". Nanti (ada orang yang akan ) mengatakan (jumlah mereka) adalah tiga orang yang keempat adalah anjingnya dan (yang lain) mengatakan: "(jumlah mereka) adalah lima orang yang keenam adalah anjingnya", sebagai terkaan terhadap barang yang gaib: dan (yang lain lagi) mengatakan: "(jumlah mereka) tujuh orang, yang ke delapan adalah anjingnya" Katakanlah : "Tuhanku lebih mengetahui jumlah mereka; tidak ada orang yang mengetahui (bilangan) mereka kecuali sedikit". Karena itu janganlah kamu (Muhammmad) bertengkar tentang hal mereka, kecuali pertengkaran lahir saja dan jangan kamu menanyakan tentang mereka (pemuda-pemuda itu) kepada seorangpun diantara mereka.
Dan janganlah sekali-kali kamu mengatakan terhadap seuatu ; "Sesungguhnya aku akan mengerjakan itu besok pagi, kecuali (dengan menyebut): "Insya Allah". Dan ingatlah kepada Tuhanmu jika kamu lupa dan katakanlah; "Mudah-mudahan Tuhanku memberiku petunjuk kepada yang lebih dekat kebenarannya daripada ini". Dan mereka tinggal di dalam gua mereka tiga ratus tahun dan ditambah sembilan tahun (lagi).
Katakanlah: " Allah lebih mengetahui berapa lamanya mereka tinggal (di gua); kepunyaan-Nyalah semua yang tersembunyi di langit dan bumi. Alangkah terang penglihatan-Nya dan alangkah tajam pendengaran-Nya; tak ada seorang pelindungpun bagi mereka selain daripada-Nya' dan Dia tidak mengambil seorangpun menjadi sekutu-Nya dalam menetapkan keputusan".(QS Al Kahfi 9-26).
Menurut kepercayaan yang berkembang luas di kalangan pengikut agama Islam dan Kristen, yang dimaksudkan dengan para Penghuni Gua adalah warga negara dari tiran yang kejam dari kekaisaran Romawi bernama Decius. Dikarenakan menemui penindasan dan tindakan sewenang-wenang, sekelompok orang muda ini memperingatkan kaumnya berkali-kali untuk tidak meninggalkan agama Allah. Ketidakacuhan dari kaumnya terhadap pesan-pesan tersebut dijawab dengan peningkatan penindasan oleh pihak kekaisaran dan mereka diancam untuk dibunuh, hal ini mengakibatkan mereka untuk meninggalkan rumah mereka (berlilndung).
Sebagaimana dikabarkan oleh catatan sejarah, pada saat itu, banyak kekaisaran yang melaksanakan kebijakan teror secara meluas, penindasan dan tindakan sewenang-wenang terhadap mereka yang percaya kepada agama Kristen dalam bentuk dan asalnya yang murni.
Dalam sebuah surat yang ditulis oleh Gubernur Romawi Pilinius (69-113 M) yang berada di Barat Laut Anatolia kepada Kaisar Trayanus, ia menghubungkannya dengan "orang-orang Messiah (Kristen) yang dihukum karena mereka menolak untuk menyembah patung dari sang kaisar". Surat ini adalah salah satu dokumen terpenting yang berkaitan dengan penindasan yang menimpa orang-orang Kristen pada masa awalnya. Berada dalam situasi seperti ini, maka orang-orang muda ini yang diperintahkan untuk tunduk kepada system yang non-agama dan untuk menyembah seorang kaisar sebagai tuhan selain Allah, merekapun tidak menerima hal ini dan mengatakan :
dan Kami telah meneguhkan hati mereka di waktu mereka berdiri lalu mereka berkata: "Tuhan kami adalah Tuhan langit dan bumi; kami sekali-kali tidak menyeru Tuhan selain Dia, sesungguhnya kami kalu demikian telah mengucapkan perkataan yang amat jauh dari kebenaran". Kaum kami ini telah menjadikan selain Dia sebagai tuhan-tuhan (untuk disembah). Mengapa mereka tidak mengemukakan alasan yang terang (tentang kepercayaan mereka). Siapakah yang lebih zalim daripada orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah?.(QS Al Kahfi 14-15).
Dengan memperhatikan daerah dimana Para Penghuni Gua hidup, terdapat beberapa pandangan yang berbeda. Yang paling bisa diterima dengan akal daerah ini adalah Ephesus dan Tarsus.
Hampir semua sumber dari agama Kristen menunjukkan Ephesus adalah tempat dari Gua dimana orang-orang muda yang beriman ini berlindung. Beberapa peneliti Muslim dan pengamat Al Qur'an setuju dengan pendapat kaum Kristen tentang Ephesus. Beberapa yang lainnya menerangkan dengan terperinci bahwa tempat tersebut bukanlah Ephesus, dan kemudian berusaha untuk membuktikan bahwa kejadian tersebut terjadi di Tarsus. Dalam penelitian ini, kedua alternatif ini akan dibahas. Lagipula, semua peneliti dan pengamat - termasuk kalangan Kristen - mengatkan bahwa kejadian tersebut terjadi pada masa Kekaisaan Romawi Decius ( yang juga disebut dengan Decianus) sekitar 250 M.
Decius bersama dengan Nero dikenal sebagai Kaisar Romawi yang sangatlah sering menyiksa kaum Kristen. Dalam masa pemerintahannya yang singkat, ia mengesahkan sebuah hukum yang memaksa semua orang yang berada di bawah kekuasaannya untuk melakukan sebuah pengorbanan terhadap dewa-dewa Roawi. Seiap orang diwajibkan untuk melakukan pengorbanan terhadap dewa-dewa ini dan mereka harus mampu menunjukkan surat sertifikat yang menyatakan bahwa mereka telah melakukan pengorbanan tersebut yang harus mereka tunjukkan kepada petugas pemerintahan. Bagi mereka yang tidak mematuhinya akan dibunuh. Dalam sumber-sumber Kristen hal ini dikatakan bahwa sebagian besar dari kaum Kristen menolak perilaku musyrik ini dan melarikan diri dari "satu kota ke kota lain" atau bersembunyi di tempat rahasia. Para Penghuni gua kemungkinan besar adalah salah satu kelompok diantara para kaum Kristen awal ini.
Namun demikian ada satu hal yang harus ditekankan disini; topik ini telah diceritakan dalam sebuah cerita (perilaku) oleh banyak ahli sejarah dan pengamat Islam dan Kristen, dan akhirnya berubah menjdi sebuah legenda sebagai hasil dari penambahan-penambahan yang penuh dengan kepalsuan dan cerita mulut ke mulut. Namun demikian, kejadian ini adalah benar-benar merupakan kenyataan sejarah yang tidak apat diingkari.
Adakah Para Penghuni Gua berada di Ephesus
Sebagaimana diketahui kota dimana orang-orang muda ini hidup dan gua dimana mereka berlindung, beberapa tempat diindikasikan dalam berbagai sumber yang berbeda. Alasan utama untuk alasan ini adalah : orang-orang ingin percaya bahwa sebuah keteguhan hati dan keberanian dari orang-orag yang hidup dikotanya dan banyaknya kesamaan antara gua-gua yang ada di daerah tersebut. Sebagai contoh, hampir di semua tempat ini terdapat tempat untuk menyembah dikatakan dibangun diatas gua-gua. Sebagaimana dikenal luas, Ephesus diterima sebagai sebuah tempat suci bagi orang Kristen, karena dikota tersebut terdapat sebuah rumah yang dikatakan menjadi milik Perawan Maria dan yang kemudian berubah menjadi sebuah gereja. Jadi sangatlah mungkin bahwa Para Penghuni Gua pernah hidup disalah datu diantara tempat-tempat suci tersebut. Beberapa sumber Kristen bahkan menegaskan bahwa tempatnya adalah disini.
Sumber tertua yang berkaitan dengan hal ini adalah dari seorang pendeta Syria bernama James dari Saruc ( lahir 452 M). Ahli sejarah terkemuka Gibbon telah banyak mengutip dari penelitian James dalam bukunya yang berjudul The Decline and Fall of the Roman Empire (Kemunduran dan runtuhnya Kekaisaan Romawi). Berdasarkan buku ini, Kaisar yang melakukan penyiksaan tujuh pemuda pemeluk agama Kristen dan memamksa mereka untuk bersembunyi di dalam gua adalah kaisar Decius. Decius berkuasa di Kekaisaan Romawi antara 249-251 M dan masa pemerinahannya dikenal luas terhadap penyiksaan yang dilakukan terhadap para pengikut Nabi Isa (Jesus). Menurut para pengamat Islam, daerah dimana kejadian tersebut terjadi adalah "Aphesus" atau juga "Aphesos". Menurut Gibbon nama dari tempat ini adalah Ephesus. Terletak di pantai Barat Anatolia, kota ini adalah salah satu pelabuhan dan kota terbesar dari kekaisaran Romawi. Saat ini reruntuhan dari kota ini dikenal sebagai "Kota Antik Ephesus".
Nama dari kaisar yang memerintah dalam masa ketika para Penghuni Gua dibangunkan dari tidur mereka yang panjang adalah Tezusius menurut para peneliti Muslim, dan menurut Gibon adalah Theodosius II menurut Gibbons. Kekaisaran ini berkuasa antra 408-450 M, setelah kekaisaran Romawi berubah memeluk agama Kristen.
Menurut ayat dibawah ini, dalam beberapa komentarnya dikatakan bahwa pintu masuk dari gua mengarah ke Utara sehingga sinar matahari tidak bisa menembus ke alam gua. Dengan demikian seseorang yang melewati gua tersebut tidak dapat melihat sama sekali apa yang ada didalamnya. Ayat Al Qur'an yang berkaian dengan hal ini mengatakan :
Dan kamu akan melihat matahari ketika terbit condong dari gua mereka ke sebelah kanan, dan bila matahari itu terbenam menjauhi mereka ke sebelah kiri sedang mereka dalam tempat yang yang luas dalam gua itu. Itu adalah sebagian dari anda-tanda (kebesaran) Allah. Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah maka dialah yang mendapat petunjuk; dan barang siapa yang disesatkan-Nya maka kamu tidak akan mendapatkan seorang pemimpinpun yang dapat memberi petunjuk kepadanya.( QS Al Kahfi: 17)
Ahli Arkeologis Dr. Musa Baran menunjuk Ephesus sebagai tempat dimana sekelompok orang muda yang beriman ini hidup, dalam bukunya yang berjudul "Ephesus" dia menambahkan :
Di tahun 250 SM, tujuh orang pemuda yang idup di Ephesus memilih untuk memeluk agama Kristen dan menolak penyembahan terhadap berhala . Mencoba untuk mencari jalan keluar, sekelompok pemuda ini menemukan sebuah gua yang berada di sebelah Timur lereng gunung Pion. Tentara Romawi yang melihat ini dan merekapun membangun dinding di pintu gua tersebut .1
Saat ini, telah diketahi bahwa diatas reruntuhan tua dan kuburan ini banyak didirikan bangunan religius. Penggalian yang dilakukan oleh Institut Arkrologi Austria di ahun 1926 mengungkapkan bahwa reruntuhan yang ditemukan di lereng Timur dari gunung Pion merupakan sebuah bangunan yang didirikan untuk kepentingan Para Penghuni Gua di pertengahan abad 7 (selama masa kepemimpinan Theodosius II) . 2
CATATAN
1. Musa Baran, Efes, hlm. 23-24.
2. L.Massignon, Opera Minora, v.III, hlm. 104-108.

NABI SULAIMAN DAN RATU SABA

Dikatakan kepadanya : " Masuklah ke dalam istana. Maka tatkala dia melihat lantai istana itu, dikiranya kolam air yang besar, dan disingkapkannya kedua betisnya". Berkatalah Sulaiman : " Sesungguhnya ia adalah istana licin terbuat dari kaca" Berkatalah Balqis :"Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah berbuat zalim terhadap diriku dan aku berserah diri bersama Sulaiman kepada Allah, Tuhan semesta alam"."(QS An Naml 44)
Catatan sejarah mengungkapkan pertemuan antara Sulaiman dengan Ratu Saba berdasarkan penelitian yang dilakukan negeri tua Saba di Yaman Selatan. Penelitian yang dilakukan terhadap reruntuhan mengungkapkan bahwa seorang "ratu" yang pernah berada di kawasan ini hidup antara 1000 s/d 950 SM dan melakukanperjalanan ke Utara ( ke Jerusalem).
Keterangan lebih terperinci tentang apa yang terjadi diantara dua orang penguasa, kekuatan ekonomi dan politik dari dua negara ini, pemerintahan mereka dan hal lain yang lebih terperinci semuanya diterangkan dalam Surat An Naml. Kisah yang meliputi sebagian besar surat An Naml, memulai keterangannya tentang ratu Saba berdasarkan berita yang dibawa oleh seekor burung Hud, salah satu tentara nabi Sulaiman kepadanya :
Maka tidak lama kemudian (datanglah hud-hud), lalu ia berkata;"Aku telah mengetahui sesuatu yang kamu belum mengetahinya; dan kubawa kepadamu dari negeri Saba suatu berita penting yang diyakini.
Sesungguhnya aku menjumpai seorang wanita yang memerintah mereka, dan dia dianugerahi segala sesuatu serta mempunyai singgasana yang besar.
Aku mendapati dia dan kaumnya menyembah matahari, selain Allah; dan syaitan telah menjadikan mereka memandang indah perbuatan-perbuatan mereka, lalu menghalangi mereka dari jalan (Allah), sehingga mereka tidak mendapat petunjuk, agar mereka tidak menyembah Allah Yang mengeluarkan apa yang terpendam di langit dan di bumi dan Yang mengetahui apa yang kamu sembunyikan dan apa yang kamu nyatakan.
Allah, tiada Tuhan Yang Disembah kecuali Dia, Tuhan Yang mempunyai Ársy yang besar". Berkata Sulaiman :"Akan kami lihat, apa kamu benar ataukah kamu termasuk orang-orang yang berdusta." ( QS An Naml 22-27).
Setelah menerima berita dari burung hud ini, Sulaimanpun memberikan perintah sebagai berikut :
Pergilah dengan (membawa) suratku ini, lalu jatuhkanlah kepada mereka kemudian berpalinglah dari mereka, lalu perhatikanlah apa yang mereka bicarakan".(QS. An Naml: 28).
Setelah ini, al-Qur'an mengemukakan kejadian yang berkembang setelah Ratu Saba menerima surat tersebut:
Berkata ia (Balqis) : "Hai pembesar-pembesar, sesunguhnya telah dijatuhkan kepadaku sebuah surat yang mulia. Sesungguhnya surat ini dari Sulaiman dan sesungguhnya (isinya): "Dengan menyebut Nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Bahwa janganlah kamu sekalian berlaku sombong terhadapku dan datanglah kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri".
Berkata dia (Balqis) ; "Hai para pembesar berilah aku pertimbangan dalam urusanku (ini) aku tidak pernah memutuskan sesuatu persoalan sebelum kamu berada dalam majelis(ku)".
Mereka menjawab: "Kita adalah orang-orang yang memiliki kekuatan dan (juga) memiliki keberanian yang sangat (dalam peperangan), dan keputusan berada di tanganmu; maka pertimbangkanlah apa yang akan kamu perintahkan".
Dia berkata: "Sesungguhnya raja-raja apabila memasuki suatu negeri, niscaya mereka membinasakannya, dan menjadikan penduduknya yang mulia jadi hina; dan dan demikian pulalah apa yang akan mereka perbuat. Dan sesungguhnya aku akan mengirimkan utusan kepada mereka dengan (membawa) hadiah dan (aku akan) menunggu apa yang dibawa kembali oleh utusan-utusanku itu.
Maka tatkala utusan itu sampai kepada Sulaiman, Sulaimanpun berkata: Äpakah (patut) kamu menolong aku dengan harta? Maka apa yang diberikan oleh Allah kepadaku lebih baik daripada apa yang diberikan-Nya kepadamu; tetapi kamu merasa bangga dengan hadiahmu.
Kembalilah mereka sungguh Kami akan mendatangi mereka dengan bala tentara yang mereka tidak kuasa melawannya, dan pasti kami akan mengusir mereka dari negeri itu (Saba) dengan terhina dan mereka menjadi (tawanan-tawanan) yang hina dina".
Berkata Sulaiman: "Hai pembesar-pembesar siapakah diantara kamu sekalian yang sanggp membawa singgasananya kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri". Berkata Ifrit (yang cerdik) dari golongan jin:"Aku akan datang kepadamu dengan membawa singgasana itu kepadamu sebelum kamu berdiri dari tempat dudukmu; sesungguhnya aku benar-benar kuat untuk membawanya lagi dapat dipercaya".
Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari Al Kitab:"Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip". Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana tersebut terletak dihadapannya, iapun berkata :Ïni termasuk karunia Tuhanku untuk mencoba aku apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan ni'mat-Nya). Dan barangsiapa yang bersyukur sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barangsiapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia".
Dia berkata: "Robahlah baginya singgasananya; maka kia akan melihat apakah dia mengenal ataukah dia termasuk orang-orang yang tidak mengenali(nya)".
Dan ketika Balqis datang, ditanyakanlah kepadanya: "Serupa inikah singgasanamu?". Dia menjawab: "Seakan-akan singgasana ini singgasanaku, kami telah diberi pengetahuan sebelumnya dan kami adalah orang-orang yang berserah diri".
Dan apa yang disembahnya selama ini selain Allah, mencegahnya ( untuk melahirkan ke-Islamannya), karena sesungguhnya ia dahulunya termasuk orang-orang yang kafir. Dikatakanlah kepadanya: "Masuklah ke dalam istana". Maka tatkala dia melihat lantai istana itu, dikiranya kolam air yang besar dan disingkapkannya kedua betisnya". Berkatalah Sulaiman: "Sesungguhnya ia adalah istana licin terbuat dai kaca". Berkatalah Balqis: ¼a, Tuhanku, sesungguhnya aku telah berbuat zalim terhadap diriku dan aku berserah diri bersama Sulaiman kepada Allah, Tuhan semesta alam". (QS An Naml 29-44).
Sebuah peta yang menunjukkan dua buah jalur perjalanan ratu Saba.
Istana Sulaiman
Dalam surat dan ayat yang menerangkan tentang ratu Saba, Nabi Sulaiman juga disebutkan. Dalam Al Qurán diceritakan bahwa Sulaiman mempunyai kerajaan serta istana yang mengagumkan dan banyak perincian lain yang diberikan.
Berdasarkan ini, Sulaiman dapatlah dikatakan memiliki teknologi yang maju dimasanya. Di istananya terdapat berbagai karya seni dan benda-benda berharga, yang mengesankan bagi semua yang menyaksikanya. Pintu gerbang istana terbuat dari gelas. Penyebutan Al Qurán dan akibatnya terhadap ratu Saba disebutkan dalam ayat berikut :
. Dikatakanlah kepadanya: "Masuklah ke dalam istana". Maka tatkala dia melihat lantai istana itu, dikiranya kolam air yang besar dan disingkapkannya kedua betisnya". Berkatalah Sulaiman: "Sesungguhnya ia adalah istana licin terbuat dai kaca". Berkatalah Balqis: ¼a, Tuhanku, sesungguhnya aku telah berbuat zalim terhadap diriku dan aku berserah diri bersama Sulaiman kepada Allah, Tuhan semesta alam".(QS An Naml 44).
Istana Nabi Sulaiman disebut dengan "Solomon Temple/Kuil Sulaiman" dalam literatur bangsa Yahudi. Saät ini, hanya "Tembok sebelah Barat" yang tersisa dari bangunan kuil atau istana yang masih berdiri, dan pada saat yang bersamaan tempat ini dinamakan "Tembok Ratapan/Wailing Wall"oleh orang Yahudi. Alasan mengapa istana ini, sebagaimana banyak tempat lain yang berada di Jerusalem kemudian dihancurkan adalah dikarenakan tindakan jahat serta kesombongan dari bangsa Yahudi. Hal ini diberitahukan oleh Al Qurán sebagai berikut :
Dan telah Kami tetapkan terhadap Bani Israil dalam kitab itu: "Sesungguhnya kamu akan membuat kerusakan di muka bumi ini dua kali dan pasti kamu akan menyombongkan diri dengan kesombongan yang besar". Maka apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan) pertama dari kedua (kejahatan) itu, Kami datangkan kepadamu hamba-hamba Kami yang mempunyai kekuatan yang besar, lalu mereka merajalela di kampung-kampung, dan itulah ketetapan yang pasti terlaksana.
Kemudian Kami berikan kepadamu giliran untuk mengalahkan mereka kembali dan Kami membantumu dengan harta kekayaan dan anak-anak dan Kami jadikan kamu kelompok yang lebih besar. Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat, maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri, dan apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan) yang kedua, (Kami datangkan orang-orang lain) untuk menyuramkan muka-muka kamu dan mereka masuk ke dalam masjid, sebagaimana musuh-musuhmu memasukinya pada kali pertama dan untuk membinasakan sehabis-habisnya apa saja yang mereka kuasai.(QS al Isra 4-7).
Seluruh kaum yang disebutkan dalam bab-bab terdahulu patut mendapatkan hukuman karena pemberontakan mereka dan ketidak bersyukuran mereka atas karunia Allah, dan makanya merekapun ditimpa bencana. Setelah berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain tanpa negara dan wilayah, dan akhirnya menemukan sebah rumah di tanah suci pada masa Sulaiman, bangsa Yahudi sekali lagi dihancurkan karena perilaku mereka yang diluar batas, dan karena tindakan mereka yang merusak dan membangkang. Yahudi modern yang telah menetap di daerah yang sama dengan daerah dimasa lalu, kembali menyebabkan kerusakan dan "berbesar hati dengan kesombongan yang luar biasa" sebagaimana mereka lakukan sebelum peringatan yang pertama.

KAUM SABA DAN BANJIR ARIM

Sesungguhnya bagi kaum Saba' ada tanda (kekuasan Allah) di tempat kediaman mereka yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan kiri (kepada mereka dikatakan): " Makanlah olehmu dari rezeki yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kamu kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik dan (Tuhanmu) adalah Tuhan Yang Maha Pengampun". Tetapi mereka berpaling, maka Kami datangkan kepada mereka banjir yang besar dan Kami ganti kedua kebun-kebun mereka dengan dua kebun yang ditumbuhi (pohon-pohon) yang berbuah pahit, pohon Atsl dan sedikit dri pohon Sidr ( QS Saba' 15-16).
Kaum Saba adalah satu diantara empat peradaban besar yang hidup Arabia Selatan. Kaum ini diperkirakan hidup sekitar sekitar 1000-750 SM dan hancur sekitar 550 M setelah melalui penyerangan selama dua abad dari Persia dan Arab.
Masa keberadaan dari peradaban Saba menjadi pokok pembiacaran dari banyak diskusi. Kaum Saba mulai mencatat kegiatan pemerintahannya sekitar 600 SM, Inilah sebabnya tidak terdapat catatan tentang mereka sebelum tahun tersebut.
Sumber tertua yang menyebutkan tentang kaum Saba adalah catatan tahunan keajadian perang yang ditinggalkan dari masa raja Asyiria Sargon II (722-705 SM). Sargon mencatat orang-orang yang membayar pajak kepadanya, ia juga menyebutkan bahwa raja Saba yaitu Yith'i-amara (It'amara). Catatan ini merupakan catatan tertulis tertua yang memberikan informasi tentang peradaban Saba. Namun belumlah tepat untuk menarik kesimpulan bahwa kebudayaan Saba dirintissekitar 700 SM hanya dengan mendasarkan pada data ini saja, sangatlah mungkin bahwa kaum Saba telah hidup dalam jangka waktu yang sangat panjang sebelum dicatat dalam catatan tertulis. Hal ini berarti bahwa sejarah Saba mungkin lebih tua dari yang disebutkan diatas. Dalam prasasti Arad-Nannar, seorang raja terakhir dari negara Ur, digunakan kata "Sabum" yang diperkirakan berarti " negeri Saba".1 Jika kata ini berarti Saba, maka hal ini menunjukan bahwa sejarah Saba mundur ke belakang pada tahun 2500 SM.
Sumber-sumber sejarah yang menceritakan tentang Saba biasanya mengatakan bahwa Saba memiliki sebuah kebudayaan seperti Phoenician, khususnya terlibat dalam kegiatan perdagangan. Menurut sumber ini, kaum Saba memiliki dan mengatur sejumlah jalur perdagangan yang melintasi Arabia selatan. Biasanya orang-orang Saba menjual daganganya ke Mediterania dan Gaza demikian juga melintasi Arabi Selatan, di mana mereka telah menapatakan izin dari raja Sargon II penguasa dari seluruh wilayah atau dengan membayar sejumlah tertentu pajak kepadanya. Ketika kaum Saba mulai membayar pajak kepada kerajaan Assyiria, maka nama mereka mulai tercatat dalam sejarah negeri ini.
Kaum Saba telah dikenal sebagai orang-orang yang beradab dalam sejarah. Dalam prasasti para penguasa Saba, terdapat kata-kata seperti ; "mengembalikan", "mempersembahkan', dan "membangun"seringkali digunakan. Bendungan Ma'rib yang merupakan salah satu monumen terpenting dari kaum ini, adalah merupakan indikasi penting yang menunjukkan tingkatan teknologi yang telah diraih oleh kaum Saba. Namun hal ini tidak berarti bahwa angkatan bersenjata Saba adalah lemah. Bala tentara Saba adalah salah satu faktor terpenting yang memberikan sumbangan terhadap kelangsungan dan ketahanan kebudayaan mereka dalam jangka waktu yang lama tanpa keruntuhan.
Negara Saba memiliki tentara yang paling kuat di kawasan tersebut. Negara mampu melakukan politik ekspansi (meluaskan wilayah) berkat angkatan bersenjatanya. Negra Saba telah menaklukkan wilayah-wilayah dari negara Qataban Lama yang memiliki tanah yang luas di benua Afrika. Selama abad 24 SM dalam ekspedisi ke Magrib, angkatan bersenjata Saba mengalahkan dengan telak angkaan bersenjata Marcus Aelius Gallus, seorang Gubernur di Mesir dari Kekaisaran Romawi yang sesungguhnya merupakan negara yang terkuat pada saat itu. Saba dapatlah digambarkan sebagai sebuah negara yang menerapkan kebijakan yang moderat, namun mereka tidak akan ragu-ragu untuk menggunakan kekuatan bersenjata jika memang diperlukan. Dengan keunggulan kebudayaan dan militer, negara Saba merupakan salah satu "super power" di daerah tersebut kala itu.
Kekuatan angkatan bersenjata Saba yang sangat hebat juga disebutkan di dalam Al Qur'an. Sebuah ungkapan dari komandan tentara Saba yang diceritakan dalam Al Qur'an menunjukkan rasa prcaya diri yang sangat besar yang dimiliki oleh tentara Saba. Sang Komandan berkata kepada sang ratu penguasa Saba ; "Kita adalah orang-orang yang memiliki kekuaan dan (juga) memiliki keberanian yang sangat ( dalam peperangan), dan keputusan berada ditanganmu; maka pertimbangkanlah apa yang akan kamu perintahkan". ( QS an Naml 33).
Ibukota dari Saba dalah Ma'rib yang sangat makmur, berkat letak geografisnya yang sangat menguntungkan. Ibukota ini sangat dekat dengan Sungai Adhanah. Titik dimana sungai bertemu Jabal Balaq sangatlah tepat untuk membangun sebuah bendungan. Dengan memanfaatkan keadaan alam ini, kaum Saba membangun sebuah bendungan di tempat dimana peradaban mereka pertama kali berdiri, dan sistem pengairan merekapun dimulai. Mereka benar-benarr mencapai tingkat kemakmuran yang sangat tingi. Ibukotanya yaitu Ma'rib, adalah salah satu kota termodern saat itu. Penulis Yunani bernama Pliny yang telah mengunjungi daerah ini dan sangat memujinya, menyebutkan betapa menghijaunya kawasan ini.2
Ketinggian dari bendungan di Ma'rib mencapai 16 meter, lebar 60 meter dengan panjang 620 meter. Berdasarkan perhitungan, total wilayah yang dapat diari oleh bendungan ini adalah 9.600 hektar, dengan 5.300 hektar termasuk dataran bagian selatan bendungan dan sisanya termasuk dataran sebelah barat seluas 4.300 hektar (pen). Dua dataran ini dihubungkan sebagai " Ma'rib dan dua dataran tanah " dalam prasasti Saba.3 Ungkapan dalam Al Qur'an yang menyebutkan " dua buah kebun disisi kiri dan kanan "menunjukkan akan kebun yang mengesankan dan kebun angur di kedua lembah ini. Berkat bendungan ini dan system pengairan tersebut maka daerah ini sangnat terkenal memiliki pengairan yang terbaik dan kawasan paling subur di Yaman. J. Holevy dari Perancis dan Glaser dari Austria membuktikan berdasarkan dokumen tertulis bahwa bendungan Ma'rib telah ada sejak jaman kuno. Dalam dokumen tertulis dalam dialek Himer dihubungkan bahwa bendungan ini yang menyebabkan kawasan ini sangat produktif.
Bendungan ini diperbaiki secara besar-besaran selama abad 5 dan 6 M. Namun demikian, perbaikan yang dilakukan ini ternyata tidak mampu memcegah keruntuhan bendungan ini tahun 542 AD. Runtuhnya bendungan tersebut mengakibatkan "banjir besar Arim" yang disebutkan dalam Al Qur'an serta mengakibatkan kerusakan yang sangat hebat. Kebun-kebun anggur, kebun dan ladang-ladang pertanian dari kaum Saba yang telah mereka panen selama ratusan tahun benar-benar dihancurkan secara menyeluruh. Dan kaum Sab apun segera mengalami masa resesi yang terjadi setelah hancurnya bendungan tersebut. Negeri Saba berakhir dalam waktu tersebut yang dimulai dengan hancurnya bendungan
Banjir Arim yang Dikirimkan Untuk Negeri Saba
Ketika kita mempelajari Al Qur'an serta membandingkannya dengan catatan sejarah tersebut diatas, maka kita akan melhat kesamaan yang sangat mendasar dalam hal ini. Temuan arkeologis dan juga catatan sejarah membenarkan apa yang dicatat dalam Al Qur'an. Sebagaimana disebutkan alam ayat berikut, kaum ini yang tidak mendengarkan peringatan dari Nabi mereka dan yang menolak atas kepercayaan tersebut, akhirnya mereka dihukum dengan banjir bah yang mengerikan. Banjir ini disebutkan dalam Al Qur'an dalam ayat-ayat sebagai berikut :
Sesungguhnya bagi kaum Saba' ada tanda (kekuasan Allah) di tempat kediaman mereka yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan kiri (kepada mereka dikatakan): " Makanlah olehmu dari rezeki yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kamu kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik dan (Tuhanmu) adalah Tuhan Yang Maha Pengampun". Tetapi mereka berpaling, maka Kami datangkan kepada mereka banjir yang besar dan Kami ganti kedua kebun-kebun mereka dengan dua kebun yang ditumbuhi (pohon-pohon) yang berbuah pahit, pohon Atsl dan sedikit dari pohon Sidr. Demikianlah Kami memberi balasan kepada mereka karena kekafiran mereka. Dan kami tidak menjatuhkan azab (yang demikian itu), melainkan hanya kepada orang-orang yang sangat kafir. ( QS Saba' 15-17).
Sebagaimana ditekankan dalam ayat-ayat diatas, kaum Saba yang hidup di suatu daerah yang ditandai dengan keindahan yang luar biasa, kebun-kebun anggur yang subur. Terletak di jalur perdagangan, negeri Saba memiliki standar kehidupan yang tinggi dan menjadi salah satu kota yang terkenal di masa itu
Disebuah negeri dengan standar kehidupan dan keadaan yang sangatlah bagus, apa yang sehausnya dilakukan oleh Kaum saba adalah untuk "Makanlah olehmu dari rezeki yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kamu kepada-Nya" sebagaiman disebutkan dalam ayat diatas. Namun mereka tidak melakukannya. Mereka memilih untuk mengakui kemakmuran negeri yang mereka miliki aalah kepunyaan mereka sendiri, mereka merasa bahwa merekalah yang membuat semua keadaan yang luar biasa tersebut. Mereka memilh untuk menjadi sombong daripada bersyukur dan menurut ungkapan dalam ayat tersebut dikatakan, mereka "berpaling dai Allah"…
Karena mereka mengaku bahwa semua kekayaan adalah milik mereka, maka merekapun kehilangan semua yang merek miliki.
Di dalam Al Qur'an, hukuman yang dikirmkan kepada kaum Saba dinamakan "Sail al-Arim" yang berarti "banjir Arim". Ungkapan yang digunakan dalam Al Qur'an juga menceritakan kepada kita bagaimana bencana ini terjadi. Kata "Arim" berarti bendungan atau rintangan. Ungkapan " Sail al-Arim" menggambarkan sebuah banjir yang datang bersamaan dengan runtuhnya bendungan ini. Seorang pengamat Islam telah menetapkan tentang waktu dan tempat kejadian ini dengan petunjuk yang digunakan dalam Al Qur'am tentang banjir Arim. Mawdudi menulis dalam komentaranya:
Dalam ungkapan sail al-Arim kata "Arim" diturunkan dari kata "airmen" digunakan dalam dialek Arabia selatan yang bearti "bendungan,rintangan" Dalam reruntuhan yang tersingkap dalam penggalian yang dilakukan di Yemen, kata ini tampaknya sering digunakan dalam pengertian ini. Sebagai contoh dalam prasasti Ebrehe (Abraha) yang dibuat oleh Habesh dari kerajaan Yaman , setelah dilakuakan restorasi terhadap dinding besar Ma'rib ditahun 542 dan 543 M, kata ini digunakan untuk pengertian bendungan waktu dan lagi. Sehingga ungkapan sail al-Arim berarti " sebuah bencana banjir yang terjadi setelah runtuhnya sebuah bendungan." " Kami ganti kedua kebun-kebun mereka dengan dua kebun yang ditumbuhi (pohon-pohon) yang berbuah pahit, pohon Atsl dan sedikit dari pohon Sidr. (QS Saba 16) . Setelah runtuhnya dinding bendungan , seluruh negeri digenangi oleh banjir . Saluran yang telah digali oleh kaum Saba dan juga dinding yang dibangun dengan mendirikan penghalang/perinrang antar gunung-gunung dihancurkan dan system pengairanpun hancur berantakan.Sebagi hasilnya, daerah yang semula berupa kebun yang subur berubah menjadi sebuah hutan. Tidak ada lagi buah yang tersisa kecuali buah seperti cheri dari tunggul pepohon kecil .4
Bawah (Reruntuhan bendungan Ma'rib yang tampak diatas adalah salah satu karya yang paling pentin dari kaum Saba. Bendungan ini runtuh dikarenakan banjir Arim yang disebutkan dalam Al Qur'an dan semua daerah pertaniannya dilanda banjir. Daerah itu dihancurkan dengan runtuhnya bendungan. Negeri Saba kehilangan kekuatan ekonominya dalam waktu yang sangat singkat dan dalam waktu yang tidak lama pula negeri ini dihancukan.
Werner Keller seorang ahli arkeologi Kristen penulis buku " The Holy Book Was Right (Und die Bible Hat Doch Recht) sepakat bahwa banjir Arim terjadi sebagaima disebutkan dalam Al Qur'an dan ia menulis bahwa keberadaan sebuah bendungan dan penghancuran seluruh negeri dikarenakan runtuhnya bendungan membuktikan bahwa contoh yang diberikan dalam Al Qur'an tentang kaum pemilik kebun-kebun tersebut adalah benar-benar adanya .5
Setelah bencana banjir Arim, daerah tersebut muali berubah menjadi padang pasir dan kaum Saba kehilangan sumber pendapaan mereka yang paling penting dengan menghilangnya lahan pertanian mereka. Kaum yang tidak mengindahkan seruan Allah untuk beriman kepda-Nya dan bersyukur kepada-Nya, akhirnya diazab dengan sebuah bencana seperti ini. Setelah penghancuran yang disebabkan oleh banjir, kaum Saba mulai terpecah-belah. Kaum Saba mulai meninggalkan rumah-rumah mereka dan berpindah ke Arabia Selatan, Makkah dan Syria . 6
Dikarenakan banjir ini terjadi setelah Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, peristiwa banjir Arim ini hanya disebutkan alam Al Qur'an.
Kota Ma'rib yang dulunya pernah dihuni oleh Kaum Saba, namun sekrang hanyalah sebuah reruntuhan yang terpencil, tidaklah diragukan lagi bahwa ini merupakan peringatan bagi mereka yang mengulang kesalahan seperti yang dilakukan kaum Saba. Kaum Saba bukanlah satu-satunya kaum yang dihancurkan dengan banjir. Dalam Al Qur'an surat Al Kahfi diceritkan tentang kisah dua orang pemilik kebun. Satu diantaranya memiliki kebun yang sangat mengesankan dan produktif seperti halnya yang dimiliki oleh kaum Saba. Namun merekapun membuat kesalahan yang sama sebagiamana halnya mereka, berpaling dari Allah. Ia berpikir bahwa anugerah yang dilimpahkan kepadanya "menjadi milik" dari diriya sendiri (dia sendirilah yang menyebabkan kesemuanya itu, bukan karena Allah):
Dan berikanlah kepada mereka sebuah perumpamaan dua orang laki-laki, kami jadikan bagi seorang diantara keduanya (yang kafir) dua buah kebun anggur dan Kami kelilingi kedua kebun itu dengan pohon-pohon korma dan di antara kedua kebun itu Kami buatkan ladang. Kedua buah kebun itu menghasilkan buahnya, dan kebun itu tiada kurang buahnya sedikitpun , dan Kami alirkan sungai dicelah-celah kedua kebun itu, dan dia mempunyai kekayan yang besar, maka ia berkata kepada kawannya (yang mu'min) ketika ia bercakap-cakap dengan dia; "Hartaku lebih banyak dari hartamu dan pengikut-pengikutku lebih kuat.". Dan dia memasuki kebunnya sedang dia zalim kepada dirinya sendiri; Ia berkata :" Aku kira kebun ini tidak akan binasa selama-lamanya, dan aku tidak mengira hari kiamat itu akan datang, dan jika sekiranya aku dikembalikan kepda Tuhanku, pasti aku akan mendapat kembali tempat yang lebih baik daripada kebun-kebun itu". Kawannya (yang mu'min) berkata kepaanya sedang dia bercakap-cakap dengannya: " Apakah kamu kafir kepada (Tuhan ) yang menciptakan kamu dari tanah, kemudian dari setetes air mani, lalu Dia menjadikan kamu seorang laki-laki yang sempurna?. Tetapi aku (percaya bahwa); Dialah Allah, Tuhanku dan aku tidak mempersekutukan seorangpun dengan Tuhanku. Dan mengapa kamu tidak mengatakan waktu kamu memasuki kebunmu masya allah tidak ada kekuatan kecuali dengan (pertolongan) Allah ?. Jika kamu anggap aku lebih kurang daripada kamu dalam hal harta dan anak., maka mudah-mudahan Tuhanku akan memberi kepadaku (kebun) yang lebih baik daripda kebunmu (ini); dan mudah-mudahan Dia mengirimkan ketentuan (petir) dari langit kepada kebun-kebunmu, hingga (kebun itu) menjadi tanah yang licin; atau airnya menjadi surut ke dalam tanah, maka sekali-kali kamu tidak dapat menemukannya lagi". Dan harta kekayaanya dibinasakan, lalu ia membolak-balikkan kedua tangannya (tanda menyesal) terhadap biaya yang telah dibelanjakannya untuk itu, sedang pohon anggur itu roboh bersama para-paranya dan dia berkata : " Aduhai kiranya dahulu aku tidak mempersekutukan seorangpun dengan Tuhanku". Dan tidak ada bagi dia segolonganpun yang akan menolongnya selain Allah; dan sekali-kali ia tidak dapat membela dirinya. Disana pertolongan itu hanya dari Allah yang Hak . Dia adalah sebaik-baik Pemberi pahala dan sebaik-baik Pemberi Balasan. ( QS Al Kahfi 32-44).
Sebagaimana dapat dipahami dari ayat-ayat ini, kesalahan yang dilakukan oleh pemilik kebun adalah mengingkari keberadaan Allah. Meski ia mengingkari keberadan Allah namun sebaliknya ia mengira bahwa " meskipun jika dikembalikan kepada Tuhannya" ia akan mendapatkan balasan yang lebih baik. Ia yakin bahwa keadaan yang dialaminya, hanyalah tergantung dari kesuksesan usahanya sendiri.
Sebenarnya ini adalah berarti mempersekutukan Allah dengan orang/hal yang lain; mencoba untuk mengaku bahwa segala sesuatu yang dimiliki oleh Allah dan hilangnya rasa takut seseorang kepada Allah, berpikir bahwa seseorang memiliki keagungan atas diriya sendiri, dan Allah dengan caraNya "menunjukkan kemurahan" pada seseorang.
Hal inilah yang juga dilakukan oleh Kaum Saba, hukuman mereka adalah sama - semua daerah kekuasaannya dihancurkan- sehingga mereka dapat memahami bahwa mereka bukanlah orang uang menjadi "pemilik " kekuatan namun hanyalah "berkat" kepada mereka …..
NOTES
1. "Seba" Islam Ansiklopedisi: Islam Alemi, Tarihi, Cografya, Etnografya ve Bibliyografya Lugati, (Encyclopedia of Islam: Islamic World, History, Geography, Ethnography, and Bibliography Dictionary) Vol.10, p. 268.
2. Hommel, Explorations in Bible Lands, Philadelphia: 1903, p.739.
3. "Marib", Islam Ansiklopedisi: Islam Alemi, Tarihi, Cografya, Etnografya ve Bibliyografya Lugati, Volume 7, p. 323-339.
4.Mawdudi, Tefhimul Kuran, Cilt 4, Istanbul: Insan Yayinlari, p.517.
5. Werner Keller, Und die Bibel hat doch recht (Tbe Bible as History; a Confirmation of the Book of Books), New York: William Morrow, 1956, p.207.
6. New Traveller’s Guide to Yemen, p.43.