| |
II. KEASLIAN QUR-AN (2/2) Suatu Surat yang diturunkan sesudah Hijrah, menyebutkan tentang lembaran-lembaran yang di dalamnya tertulis perintah-perintah suci. Surat 98 ayat 2 dan 3: "Seorang Rasul dari Allah (yaitu Nabi Mahammad) yang membacakan lembaran-lembaran yang disucikan (Al Qur-an). Di dalamnya terdapat (isi) kitab-kitab yang lurus." Dengan begitu maka Qur-an sendiri memberitahukan bahwa penulisan Quran telah dilakukan semenjak Nabi Muhammad masih hidup. Kita mengetahui bahwa Nabi Muhammad mempunyai juru tulis-juru tulis banyak, di antaranya yang termashur adalah Zaid bin Tsabit. Dalam pengantar dalam Terjemahan Qur-annya (197) Prof. Hamidullah melukiskan kondisi waktu teks Qur-an ditulis sampai Nabi Muhammad wafat. Sumber-sumber sepakat untuk mengatakan bahwa tiap kali suatu fragmen daripada Qur-an diwahyukan, Nabi memanggil seorang daripada para sahabat-sahabatnya yang terpelajar dan mendiktekan kepadanya, serta menunjukkan secara pasti tempat fragmen baru tersebut dalam keseluruhan Qur-an. Riwayat-riwayat menjelaskan bahwa setelah mendiktekan ayat tersebut, Muhammad minta kepada juru tulisnya untuk membaca apa yang sudah ditulisnya, yaitu untuk mengadakan pembetulan jika terjadi kesalahan. Suatu riwayat yang masyhur mengatakan bahwa tiap tahun pada bulan Ramadlan, Nabi Muhammad membaca ayat-ayat Qur-an yang sudah diterimanya di hadapan Jibril. Pada bulan Ramadlan yang terakhir sebelum Nabi Muhammad meninggal, malaikat Jibril mendengarkannya membaca (mengulangi hafalan) Qur-an dua kali. Kita mengetahui bahwa semenjak zaman Nabi Muhammad, kaum muslimin membiasakan diri untuk berjaga pada bulan Ramadlan dan melakukan ibadat-ibadat tambahan dengan membaca seluruh Qur-an. Beberapa sumber menambahkan bahwa pada pembacaan Qur-an yang terakhir di hadapan Jibril, juru tulis Nabi Muhammad yang bernama Zaid hadir. Sumber-sumber lain mengatakan bahwa di samping Zaid juga ada beberapa orang lain yang hadir. Untuk pencatatan pertama, orang memakai bermacam-macarn bahan seperti kulit, kayu, tulang unta, batu empuk untuk ditatah dan lain-lainnya. Tetapi pada waktu yang sama Muhammad menganjurkan supaya kaum muslimin menghafalkan Qur-an, yaitu bagian-bagian yang dibaca dalam sembahyang. Dengan begitu maka muncullah sekelompok orang yang dinamakan hafidzun (penghafal Qur-an) yang hafal seluruh Qur-an dan mengajarkannya kepada orang-orang lain. Metoda ganda untuk memelihara teks Qur-an yakni dengan mencatat dan menghafal ternyata sangat berharga. Tidak lama setelah Nabi Muhammad wafat (tahun 632 M.), penggantinya (sebagai Kepala Negara), yaitu Abu Bakar, Khalifah yang pertama, minta kepada juru tulis Nabi, Zaid bin Tsabit untuk menulis sebuah Naskah; hal ini ia laksanakan. Atas initiatif Umar (yang kemudian menjadi Khalifah kedua), Zaid memeriksa dokumentasi yang ia dapat mengumpulkannya di Madinah; kesaksian daripada penghafal Qur-an, copy Qur-an yang dibikin atas bermacam-macam bahan dan yang dimiliki oleh pribadi-pribadi, semua itu untuk menghindari kesalahan transkripsi (penyalinan tulisan) sedapat mungkin. Dengan cara ini, berhasillah tertulis suatu naskah Qur-an yang sangat dapat dipercayai. Sumber-sumber mengatakan bahwa kemudian Umar bin Khathab yang menggantikan Abu Bakar pada tahun 634 M, menyuruh bikin satu naskah (mushaf) yang ia simpan, dan ia pesankan bahwa setelah ia mati, naskah tersebut diberikan kepada anaknya perempuan, Hafsah janda Nabi Muhammad Khalifah ketiga, Uthman bin Affan yang menjabat dari tahun 644 sampai 655, membentuk suatu panitya yang terdiri daripada para ahli dan memerintahkan untuk melakukan pembukuan besar yang kemudian membawa nama Khalifah tersebut. Panitya tersebut memeriksa dokumen yang dibuat oleh Abubakar dan yang dibuat oleh Umar dan kemudian disimpan oleh Hafsah, panitya berkonsultasi dengan orang-orang yang hafal Qur-an. Kritik tentang autentisitas teks dilakukan secara ketat sekali. Persetujuan saksi-saksi diperlukan untuk menetapkan suatu ayat kecil yang mungkin mempunyai arti lebih dari satu; kita mengetahui bahwa beberapa ayat Qur-an dapat menerangkan ayat-ayat yang lain dalam soal ibadat. Hal ini adalah wajar jika kita mengingat bahwa kerasulan Muhammad adalah sepanjang dua puluh tahun.7 Dengan cara tersebut di atas, diperolehlah suatu teks di mana urutan Surat-surat mencerminkan urutan yang dilakukan oleh Nabi Muhammad ketika membaca Qur-a:n di bulan Ramadlan di muka malaikat Jibril seperti yang telah diterangkan di atas. Kita dapat bertanya-tanya tentang motif yang mendorong 3 Khalifah pertama, khususnya Uthman untuk mengadakan koleksi dan pembukuan teks. Motif tersebut adalah sederhana; tersiarnya Islam adalah sangat cepat pada beberapa dasawarsa yang pertama setelah wafatnya Nabi Muhammad. Tersiarnya Islam tersebut terjadi di daerah-daerah yang penduduknya tidak berbahasa Arab. Oleh karena itu perlu adanya tindakan-tindakan pengamanan untuk memelihara tersiarnya teks Qur-an dalam kemurnian aslinya. Pembukuan Uthman adalah untuk memenuhi hasrat ini. Uthman mengirimkan naskah-naskah teks pembukuannya ke pusat-pusat Emperium Islam, dan oleh karena itu maka menurut Professor Hamidullah , pada waktu ini terdapat naskah Qur-an (mushaf) Uthman di Tasykent8 dan Istambul. Jika kita sadar akan kesalahan penyalinan tulisan yang mungkin terjadi, manuskrip yang paling kuno yang kita miliki dan yang ditemukan di negara-negara Islam adalah identik. Begitu juga naskah-naskah yang ada di Eropa. (Di Bibliotheque National di Paris terdapat fragmen-fragmen yang menurut para ahli, berasal dan abad VIII dan IX Masehi, artinya berasal dari abad II dan III Hijrah). Teks-teks kuno yang sudah ditemukan semuanya sama, dengan catatan ada perbedaan-perbedaan yang sangat kecil yang tidak merubah arti teks, jika konteks ayat-ayat memungkinkan cara membaca yang lebih dari satu karena tulisan kuno lebih sederhana daripada tulisan sekarang. Surat-surat Qur-an yang berjumlah 114, diklasifikasi menurut panjang pendeknya, dengan beberapa kekecualian. Oleh karena itu urutan waktu (kronologi) wahyu tidak dipersoalkan; tetapi orang dapat mengerti hal tersebut dalam kebanyakan persoalan. Banyak riwayat-riwayat yang disebutkan dalam beberapa tempat dalam teks, dan hal ini memberi kesan seakan-akan ada ulangan. Sering sekali suatu paragraf menambahkan perincian kepada suatu riwayat yang dimuat di lain tempat secara kurang terperinci. Dan semua yang mungkin ada hubungannya dengan Sains modern, seperti kebanyakan hal-hal yang dibicarakan oleh Qur-an, dibagi-bagi dalam Qur-an dengan tidak ada suatu tanda adanya klasifikasi. | |
|
Sejarah Penyusunan Al-Qur'an (2/2)
Sejarah Penyusunan Al-Qur'an (1/2)
| |
II. KEASLIAN QUR-AN (1/2) SEJARAH PENYUSUNANNYA Keaslian yang tak dapat disangsikan lagi telah memberi kepada Qur-an suatu kedudukan istimewa di antara kitab-kitab Suci, kedudukan itu khusus bagi Qur-an, dan tidak dibarengi oleh Perjanjian lama dan Perjanjian Baru. Dalam dua bagian pertama daripada buku ini kita telah menjelaskan perubahan-perubahan yang terjadi dalam Perjanjian Lama dan empat Injil, sebelum Bibel dapat kita baca dalam keadaannya sekarang. Qur-an tidak begitu halnya, oleh karena Qur-an telah ditetapkan pada zaman Nabi Muhammad, dan kita akan lihat bagaimana caranya Qur-an itu ditetapkan Perbedaan-perbedaan yang memisahkan wahyu terakhir daripada kedua wahyu sebelumnya, pada pokoknya tidak terletak dalam "waktu turunnya" seperti yang sering ditekankan oleh beberapa pengarang yang tidak memperhatikan hal-hal yang terjadi sebelum kitab suci Yahudi Kristen dibukukan, dan hal-hal yang terjadi sebelum pembukuan Qur-an, mereka juga tidak memperhatikan bagaimana Qur-an itu diwahyukan kepada Nabi Muhammad. Orang mengatakan bahwa teks yang ada pada abad VII Masehi mempunyai kemungkinan yang lebih besar untuk dapat sampai kepada kita tanpa perubahan daripada teks yang jauh lebih tua daripada Qur-an dengan perbedaan 15 abad. Kata-kata tersebut adalah tepat, akan tetapi tidak memberi keterangan yang cukup. Tetapi di samping itu, keterangan tersebut diberikan untuk memberi alasan kepada perubahan-perubahan teks kitab suci Yahudi Kristen yang terjadi selama berabad-abad, dan bukan untuk menekankan bahwa teks Qur-an itu karena lebih baru daripada teks kitab suci Yahudi Kristen, lebih sedikit mengandung kemungkinan untuk dirubah oleh manusia. Bagi Perjanjian Lama, yang menjadi sebab kekeliruan dan kontradiksi yang terdapat di dalamnya adalah: banyaknya pengarang sesuatu riwayat, dan seringnya teks-teks tersebut ditinjau kembali dalam periode-periode sebelum lahirnya Nabi Isa; mengenai empat Injil yang tidak ada orang dapat mengatakan bahwa kitab-kitab itu mengandung kata-kata Yesus secara setia dan jujur atau mengandung riwayat tentang perbuatan-perbuatan yang sesuai dengan realitas yang sungguh-sungguh terjadi, kita sudah melihat bahwa redaksi-redaksi yang bertubi-tubi menyebabkan bahwa teks-teks tersebut kehilangan autentisitas. Selain daripada itu para penulis Injil tidak merupakan saksi mata terhadap kehidupan Yesus. Selain daripada itu kita harus membedakan antara Qur-an, Wahyu tertulis, daripada Hadits jami' kumpulan riwayat, tentang perbuatan dan kata-kata Nabi Muhammad. Beberapa sahabat Nabi telah mulai mengumpulkannya segera setelah Nabi Muhammad wafat.5 Dalam hal ini, dapat saja terjadi kesalahan-kesalahan yang bersifat kemanusiaan karena para penghimpun Hadits adalah manusia-manusia biasa; akan tetapi kumpulan-kumpulan mereka itu kemudian disoroti dengan tajam oleh kritik yang sangat serius, sehingga dalam prakteknya, orang lebih percaya kepada dokumen yang dikumpulkan orang, lama setelah Nabi Muhammad wafat. Sebagaimana halnya dengan teks-teks Injil, Hadits mempunyai autentisitas yang berlainan, dari satu pengumpul kepada pengumpul yang lain. Sebagaimana hal Injil, tak ada sesuatu Injil yang ditulis pada waktu Yesus masih hidup (karena semuanya ditulis lama sesudah Nabi Isa meninggal) maka kumpulan Hadits juga dibukukan setelah (Nabi Muhammad meninggal). Bagi Qur-an, keadaannya berlainan. Teks Qur-an atau Wahyu itu dihafalkan oleh Nabi dan para sahabatnya, langsung setelah wahyu diterima, dan ditulis oleh beberapa sahabat-sahabatnya yang ditentukannya. Jadi, dari permulaan, Qur-an mempunyai dua unsur autentisitas tersebut, yang tidak dimiliki Injil. Hal ini berlangsung sampai wafatnya Nabi Muhammad. Penghafalan Qur-an pada zaman manusia sedikit sekali yang dapat menulis, memberikan kelebihan jaminan yang sangat besar pada waktu pembukuan Qur-an secara definitif, dan disertai beberapa regu untuk mengawasi pembukuan tersebut. Wahyu Qur-an telah disampaikan kepada Nabi Muhammad oleh malaikat Jibril, sedikit demi sedikit selama lebih dari 20 tahun. Wahyu yang pertama adalah yang sekarang merupakan ayat-ayat pertama daripada surat nomor 96. Kemudian Wahyu itu berhenti selama 3 tahun, dan mulai lagi berdatangan selama 20 tahun sampai wafatnya Nabi Muhammad pada tahun 632 M.; dapat dikatakan bahwa turunnya Wahyu berlangsung 10 tahun sebelum Hijrah (622) dan 10 tahun lagi sesudah Hijrah. Wahyu yang pertama diterima Nabi Muhammad adalah sebagai berikut (Surat 96 ayat 1-5):6 "Bacalah dengan {menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang paling pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya." Professor Hamidullah mengatakan dalam Pengantar yang dimuat dalam terjemahan Qur-an bahwa isi dari wahyu pertama adalah "penghargaan terhadap kalam sebagai alat untuk pengetahuan manusia" dan dengan begitu maka menjadi jelas bagi kita "perhatian Nabi Muhammad untuk menjaga kelangsungan Qur-an dengan tulisan." Beberapa teks menunjukkan secara formal bahwa lama sebelum Nabi Muhammad meninggalkan Mekah untuk hijrah ke Madinah, ayat-ayat Quran yang telah diwahyukan kepada Nabi Muhammad sudah dituliskan. Kita nanti akan mengetahui bahwa Qur-an membuktikan hal tersebut. Kita mengetahui bahwa Nabi Muhammad dan pengikut-pengikutnya biasa menghafal teks-teks yang telah diwahyukan. Adalah tidak masuk akal jika Qur-an menyebutkan hal-hal yang tidak sesuai dengan realitas, karena hal-hal itu mudah dikontrol disekeliling Muhammad yakni oleh sahabat-sahabat yang mencatat Wahyu tersebut. Empat Surat Makiyah (diturunkan sebelum Hijrah) memberi gambaran tentang redaksi Qur-an sebelum Nabi Muhammad meninggalkan Mekah pada tahun 622 M. Surat 80 ayat 11-1 6: "Sekali-kali jangan (demikian), sesungguhnya ajaran-ajaran Tuhan itu adalah peringatan, maka barang siapa yang menghendaki, tentulah ia memperhatikan. Di dalam kõtab-kitab yang dimuliakan, yang ditinggikan, lagi disucikan. Di tangan para penulis, yang mulia lagi berbakti." Yusuf Ali, dalam Terjemah Qur-an yang ditulisnya pada tahun 1936 mengatakan bahwa pada waktu Surat tersebut diwahyukan sudah ada 42 atau 45 Surat yang beredar di antara kaum muslimin di Mekah (Jumlah Surat-surat dalam Qur-an adalah 114 Surat). "Bahkan yang didustakan mereka itu ialah al Qur-an yang mulia yang tersimpan dalam Lauhul Mahfudz." "Sesungguhnya Al Qur-an ini adalah bacaan yang sangat mulia (yang terdapat) pada kitab yang terpelihara (Lauhul Makfudz). Tidak menyentuhnya kecuali orang-orang yang disucikan. Diturunkan dari Tuhan semesta alam." "Dan mereka berkata (lagi). Dongengan-dongengan orang-orang dahulu dimintanya supaya dituliskan, maka dibacakanlah dongengan itu kepadanya setiap pagi dan petang." Ayat tersebut menyinggung dakwaan para lawan Nabi Muhammad yang menuduh bahwa Muhammad adalah Nabi palsu, mereka menggambarkan bahwa ada orang yang mendiktekan sejarah kuno kepada Nabi Muhammad dan Muhammad menyuruh sahabat-sahabatnya untuk menulisnya. Ayat tersebut menyebutkan: "Pencatatan dengan tulisan" yang didakwakan kepada Muhammad oleh lawan-lawannya. (bersambung 2/2) | |
|
QUR-AN DAN SAINS MODERN (3/3)
QUR-AN DAN SAINS MODERN (3/3) Yang menarik perhatian dalam menghadapi teks Qur-an untuk pertama kali adalah banyaknya hal-hal yang dibicarakan mengenai penciptaan alam, astronomi, keterangan tentang bumi, hewan-hewan, tumbuh-tumbuhan dan kelahiran manusia. Dalam Bibel aku telah menemukan kekeliruan-kekeliruan ilmiah yang besar, tetapi dalam Qur-an aku tidak menemukan sesuatu, semua itu mendorong diriku untuk bertanya-tanya: Jika pengarang Qur-an itu seorang manusia, mengapa pada abad VII Masehi, orang itu dapat menulis hal-hal yang terbukti cocok dengan Sains modern? Tidak ada kemungkinan untuk menyangsikan bahwa teks Qur-an yang kita miliki sekarang adalah teks yang bersejarah. (Fasal yang akan datang membicarakan hal ini). Apakah yang dapat kita jadikan penerangan lahiriyah terhadap kenyataan ini? Menurutku, tak ada penerangan semacam itu. Tak ada keterang an yang memuaskan yang dapat menjelaskan bagaimana seorang penduduk Jazirah Arab, dapat memiliki pengetahuan ilmiah tentang beberapa hal, dan pengetahuan itu mendahului ilmu pengetahuan sekarang 13 abad, karena orang itu hidup pada waktu yang memerintah Perancis adalah Raja Dagobert. Sudah dibuktikan oleh Sejarah bahwa pada waktu Qur-an diwahyukan selama 23 tahun (622 M.), pengetahuan ilmiah terhenti semenjak beberapa abad. Dan sudah dibuktikan pula bahwa periode berkembangnya kebudayaan Islam dengan kemajuan ilmiahnya telah terjadi sesudah selesai turunnya wahyu atau Qur-an. Ada orang yang berkata "Jika dalam Qur-an terdapat keterangan-keterangan ilmiah yang mentakjubkan, maka sebabnya pada waktu sebelum itu telah terdapat ahli-ahli Sains Arab. Muhammad mendapatkan inspirasi dari karangan-karangan mereka." Untuk dapat menerima keterangan tersebut kita harus melupakan hal-hal yang terjadi dalam sejarah. Barang siapa mengetahui sedikit daripada sejarah Islam dan mengetahui bahwa perkembangan kebudayaan dan Sains dalam dunia Arab pada abad pertengahan ia tidak akan menerima khayalan semacam itu. Pemikiran seperti tersebut di atas sangat tidak tepat apalagi kalau kita ingat bahwa kebanyakan fakta Sains yang dikatakan oleh Qur-an secara pasti, baru mendapat konfirmasi pada zaman modern itu. Kita tahu bahwa selama berabad-abad, banyak ahli tafsir Qur-an, termasuk mereka yang hidup dalam zaman kejayaan peradaban Islam, yang telah membuat kesalahan dalam menafsirkan beberapa ayat Qur-an yang mereka tidak dapat mengungkap kan arti yang sebenarnya. Hanya pada waktu yang kemudian, yang dekat daripada zaman kita ini, mereka dapat menafsirkannya secara benar. Hal ini mengandung arti bahwa untuk memahami ayat-ayat Qur-an, pengetahuan yang mendalam tentang bahasa Arab saja tidak cukup. Di samping bahasa Arab, ahli tafsir perlu memiliki pengetahuan ilmiah yang bermacam-macam. Penyelidikan tentang Qur-an merupakan penyelidikan pluridiscipliner, encyclopedical. Dengan mengikuti persoalan-persoalan yang timbul, orang mengerti bahwa bermacam-macam pengetahuan ilmiah adalah sangat perlu untuk memahami ayat-ayat Qur-an tertentu. Memang Qur-an bukannya suatu buku yang menerangkan hukum-hukum alam. Qur-an mengandung tujuan keagamaan yang pokok. Ajakan untuk memikirkan tentang penciptaan alam dialamatkan kepada manusia dalam rangka penerangan tentang kekuasaan Tuhan. Ajakan tersebut disertai dengan menunjukkan fakta-fakta yang dapat dilihat oleh manusia dan aturan-aturan yang ditetapkan oleh Tuhan untuk mengatur alam, baik dalam bidang Sains maupun dalam bidang masyarakat kemanusiaan. Sebagian daripada fakta-fakta tersebut ada yang mudah difahami, tetapi sebagian lainnya tidak dapat difahami tanpa pengetahuan ilmiah. Ini berarti bahwa manusia-manusia pada abad-abad dahulu hanya dapat mengetahui arti-arti yang nampak dan hal itu dapat membawa mereka kepada konklusi yang kurang benar karena kekurangan pengetahuan pada waktu itu. Pemilihan ayat-ayat Qur-an untuk diselidiki segi ilmiahnya mungkin nampak kecil bagi pengarang-pengarang Islam yang telah menarik perhatian kepada fakta-fakta ilmiah sebelum aku. Secara keseluruhan aku rasa memang aku memilih jumlah yang lebih sedikit. Tetapi di lain fihak, aku telah membahas ayat-ayat yang sampai sekarang belum diberi perhatian yang cukup dari segi pandangan ilmiah. Jika aku melakukan kesalahan karena meninggalkan ayat-ayat yang telah mereka pilih, aku harap mereka mema'afkan; selain daripada itu, dalam beberapa buku, aku menemukan interpretasi ilmiah yang tidak tepat; untuk hal-hal tersebut aku sajikan interpretasiku pribadi yang didasarkan atas kebebasan pikiran dan rasa tanggung jawab. Aku juga menyelidiki apakah dalam Qur-an disebutkan fenomena yang dapat difahami oleh manusia tetapi belum mendapatkan konfirmasi daripada Sains modern. Dalam rangka ini aku merasa bahwa Qur-an memuat isyarat bahwa dalam alam (universe) ini terdapat planet-planet yang seperti bumi. Harus kuterangkan bahwa banyak ahli-ahli ilmu pengetahuan menganggap hal tersebut sangat mungkin, walaupun tingkat pengetahuan sekarang tidak dapat memberi kepastian. Aku merasa berkewajiban menuturkan hal ini, dengan reserve yang harus kita lakukan. Aku telah melakukan penyelidikan ini semenjak kira-kira 30 tahun. Tetapi ada suatu fakta yang telah disebutkan oleh Qur-an dan harus ditambahkan kepada hal-hal yang kutulis mengenai astronomi (ilmu bintang). Fakta dalam Qur-an tersebut adalah: pembukaan angkasa. Pada waktu itu, orang meramalkan bahwa setelah percobaan-percobaan peluru-peluru kendali, pada suatu waktu manusia akan dapat keluar dari bumi dan menyelidiki angkasa. Orang sudah tahu bahwa ada ayat Qur-an yang mengatakan bahwa manusia pada satu waktu akan melaksanakan pembukaan angkasa. Hal tersebut sekarang sudah terjadi. Konfrontasi Kitab Suci (Bibel atau Qur-an) dengan Sains, mengundang pemikiran-pemikiran yang ada hubungannya dengan "Kebenaran ilmiah;" supaya konfrontasi itu mempunyai arti, maka argumentasi ilmiah yang menjadi dasar harus sudah ditetapkan secara pasti dan tidak dapat didiskusikan lagi. Mereka yang segan menerima campur tangan Sains dalam menilai Kitab Suci, mengingkari bahwa Sains dapat memberi patokan untuk perbandingan; (Bibel akan menderita kerugian jika dikonfrontir dengan Sains, tetapi Qur-an tidak takut konfrontasi tersebut); Mereka mengatakan bahwa Sains itu berubah menurut waktu, sehingga sesuatu hal mungkin dapat diterirna pada suatu waktu, akan tetapi kemudian ditolak. Soal tersebut di atas memerlukan penjelasan sebagai berikut: kita harus membedakan teori ilmiah dan fakta yang diamati dan dikuasai. Teori adalah untuk menerangkan suatu fenomena atau kumpulan fenomena yang sukar difahami. Teori memang sering berubah-ubah, teori dapat dirubah sedikit atau sama sekali diganti dengan teori lain jika kemajuan ilmiah memungkinkan orang untuk menganalisa fakta secara lebih baik dan memikirkan suatu-penafsiran yang lebih berharga. Sebaliknya, fakta yang diamati dan dibuktikan dengan eksperimen tidak dapat dirubah. Orang dapat menjelaskan sifat-sifatnya dengan lebih terperinci akan tetapi fakta itu tetap tidak berubah. Orang telah membuktikan bahwa bumi-beredar sekitar matahari dan bulan beredar sekitar bumi, tidak akan mengalami perubahan; pada masa yang akan datang mungkin orang akan dapat memberi gambaran tentang orbit-orbitnya. Pemikiran bahwa teori itu dapat berubah, telah mendorongku umpamanya untuk tidak membicarakan satu ayat Qur-an yang dikatakan oleh seorang muslim ahli fisika sebagai ayat yang menerangkan konsep anti materi, sedangkan teori tersebut pada waktu ini banyak diperdebatkan. Sebaliknya orang dapat menerima dengan penuh perhatian suatu ayat Qur-an yang mengatakan bahwa asal kehidupan itu adalah air; kehidupan berasal dari air adalah suatu hal yang tak dapat dibuktikan akan tetapi telah dikuatkan oleh argumentasi bermacam-macam. Adapun mengenai pengamatan fakta-fakta, seperti perkembangan janin manusia, orang dapat mengkonfrontasikan bermacam- macam tahap yang disebutkan oleh Qur-an dengan penemuan-penemuan embryologie (ilmu janin) modern, dan menemukan persesuaian yang mutlak antara ayat Qur-an dengan Sains. Konfrontasi Qur-an dengan Sains telah disempurnakan oleh dua perbandingan; di satu fihak konfrontasi ayat-ayat Bibel dengan Sains modern dalam hal-hal yang dibicarakan oleh keduanya. Di lain fihak perbandingan pandangan ilmiah tersebut dengan ayat-ayat Qur-an, wahyu yang diberikan Allah kepada Nabi Muhammad, dan dengan hadits, buku riwayat, serta ucapan Nabi Muhammad di luar ayat-ayat yang tersebut dalam Qur-an. Pada akhir bagian ketiga daripada buku ini, orang akan menemukan hasil perbandingan antara riwayat Bibel dan riwayat Qur-an mengenai kejadian yang sama dengan hal yang sudah disaring oleh kritik ilmiah; sebagai contoh, kita telah mengadakan penyelidikan tentang penciptaan alam dan tentang Banjir Nabi Nuh. Untuk kedua masalah itu telah kita buktikan bahwa riwayat Bibel tidak sesuai dengan Sains. Tetapi kita akan menemukan bahwa riwayat-riwayat Qur-an, sesuai sepenuhnya dengan Sains. Orang akan melihat perbedaan-perbedaan yang menjadikan riwayat Qur-an dapat diterima di zaman modern sedang riwayat Bibel tak dapat diterima. Konstatasi ini sangat penting, oleh karena di negara-negara Barat, orang-orang Yahudi, Kristen atau atheist semuanya berpendapat tanpa bukti sedikitpun, bahwa Muhammad menulis (mengarang) Qur-an atau memerintahkan orang menulis (mengarang) Qur-an dengan meniru Bibel. Orang mengiraR bahwa riwayat Qur-an tentang sejarah agama mengutip dari riwayat-riwayat Bibel. Sikap semacam itu sama sembrononya dengan sikap orang yang mengatakan bahwa Yesus telah menipu orang-orang pada zamannya dengan mengatakan bahwa ia mendapat inspirasi dari Perjanjian Lama selama ia berdakwah. Kita mengetahui bahwa seluruh Injil Matius didasarkan atas kontinuitas dengan Perjanjian Lama. Ahli tafsir mana yang berani melepaskan kenabian Yesus oleh karena hal tersebut (kontinuitas dengan Perjanjian Lama)? Tetapi begitulah orang menilai Muhammad di negara-negara Barat. "Muhammad hanya meniru Bibel." Hal ini tentu saja merupakan penilaian yang sangat dangkal yang tidak memperdulikan kenyataan bahwa Bibel dan Qur-an dapat memberikan versi yang berlainan. Tetapi orang menganggap sepi perbedaan-perbedaan riwayat antara Qur-an dan Injil. Bahkan orang menyatakan bahwa riwayat-riwayat itu adalah identik, oleh karena itu pengetahuan ilmiah tidak boleh mencampuri. Soal-soal semacam ini akan kita bicarakan mengenai hikayat penciptaan alam dan banjir pada zaman Nabi Nuh. Kumpulan-kumpulan Hadits bagi Nabi Muhammad adalah seperti Injil empat bagi Yesus, Hadits adalah riwayat mengenai perbuatan dan perkataan Nabi, yang mengumpulkannya bukan saksi-saksi mata (sedikitnya bagi kumpulan Hadits yang benar), yang dikumpulkan sesudah zamannya Nabi Muhammad. Kitab Hadits sama sekali tidak merupakan kitab yang mengandung wahyu tertulis. Hadits bukan sabda Tuhan, tetapi meriwayatkan kata-kata Muhammad. Dalam buku-buku Hadits yang banyak tersiar kita dapatkan riwayat-riwayat yang mengandung kekeliruan ilmiah, khususnya mengenai resep obat-obatan. Tetapi siapa yang dapat mengatakan dengan pasti bahwa keteranganketerangan yang dinisbatkan kepada Nabi itu autentik? Kita tidak membicarakan problema-problema keagamaan, yang memang tidak kita bicarakan berhubung dengan persoalan Hadits. Banyak Hadits yang disangsikan kebenarannya; Hadits-Hadits itu telah dibicarakan oleh ulama-ulama Islam sendiri. Jika kita membicarakan aspek ilmiah daripada beberapa Hadits dalam buku ini, hal itu adalah pada dasarnya untuk menunjukkan perbedaan antara Hadits dan Qur-an, karena Qur-an tidak mengandung pernyataan ilmiah yang tak dapat diterima. Konstatasi yang akhir ini menjadikan hipotesa bahwa Muhammad adalah pengarang Qur-an, tidak dapat diterima. Tidak mungkin seorang yang tak dapat membaca dan menulis menjadi pengarang nomor satu, penulis karya nomor satu dalam sastra Arab, dan memberitahukan soal-soal ilmiah yang tak ada manusia pada waktu itu dapat melakukannya, serta segala keterangannya tidak ada yang keliru. Pemikiran-pemikiran yang akan kita kembangkan dalam penelitian ini dari segi pandangan ilmiah akan menyampaikan kita kepada suatu natijah yaitu: "tidak masuk akal bahwa seseorang yang hidup pada abad VII M. dapat melontarkan dalam Qur-an ide-ide mengenai bermacam-macam hal yang bukan merupakan pemikiran manusia pada waktu itu. Dan ide-ide itu cocok dengan apa yang akan dibuktikan oleh Sains beberapa abad kemudian." Bagiku, tak ada kemungkinan bahwa Qur-an itu buatan manusia. | |
|
QUR-AN DAN SAINS MODERN (2/3)
QUR-AN DAN SAINS MODERN (2/3) Hubungan antara agama-agama dan Sains tidak sama di segala tempat dan segala masa. Adalah suatu fakta bahwa tak ada kitab suci agama monotheist yang menghukum Sains. Tetapi dalam prakteknya, kita harus mengakui bahwa ahli-ahli Sains bercekcok dengan penguasa keagamaan tertentu. Di dunia Kristen, selama beberapa abad, pembesar-pembesar menentang perkembangan Sains atas initiatif mereka sendiri dan tidak bersandar kepada teks autentik dalam Kitab Suci. Terhadap mereka yang memajukan Sains, mereka melancarkan tindakan-tindakan yang kita ketahui dalam sejarah, yaitu tindakan-tindakan yang menjerumuskan para ahli Sains dalam pembuangan, jika mereka ingin selamat daripada hukuman "mati dibakar," atau sedikitnya memaksa mereka untuk menebus dosa mereka dan memperbaiki sikap mereka serta memohon maaf. Dalam hal ini, kita ingat peradilan Galile yang dituntut hanya karena ia mengikuti penemuan Copernikus tentang peredaran bumi. Galile kemudian dihukum dengan alasan menafsirkan Bibel secara keliru sebab tidak ada Kitab Suci yang dapat dibantah. Bagi Islam, sikap terhadap Sains pada umumnya sangat berlainan. Tak ada yang lebih jelas daripada hadits Nabi yang sangat masyhur. "Tuntutlah ilmu walaupun di negeri Cina" atau hadits lain yang maksudnya: mencari ilmu adalah wajib bagi seorang muslimin dan seorang muslimat. Adalah suatu kenyataan yang penting seperti yang akan kita lihat dalam fasal ini nanti, bahwa Qur-an yang mengajak memperdalam Sains. Qur-an itu memuat bermacam-macam pemikiran tentang fenomena alam, dengan perinci yang menerangkan hal-hal yang secara pasti cocok dengan Sains modern. Dalam hal ini tak ada hal yang serupa itu dalam agama Yahudi dan Kristen. Tetapi adalah salah jika orang mengira bahwa dalam sejarah Islam, beberapa orang Islam mempunyai sikap yang berlainan terhadap Sains. Memang terjadi bahwa pada suatu waktu, kewajiban untuk belajar dan mengajar orang lain itu disalah fahamkan, dan orang pernah berusaha memberhentikan perkembangan ilmu pengetahuan. Tetapi perlu kita ingat bahwa pada zaman kejayaan Islam, antara abad VIII dan abad XII M. pada waktu orang membatasi perkembangan ilmu pengetahuan dipersempit di negara-negara Kristen, banyak sekali penyelidikan dan penemuan yang dilakukan orang di Universitas-universitas Islam. Pada waktu itulah kita dapatkan kebudayaan yang luar biasa. Di Cordoba (Qurtubah) perpustakaan Khalifah memuat 400.000 buku; Ibnu Rusyd mengajar di situ. Banyak orang dari berbagai daerah di Eropa datang ke Qurtubah untuk belajar, seperti pada waktu ini banyak orang belajar ke Amerika Serikat. Banyak manuskrip-manuskrip lama sampai kepada kita dengan perantaraan orang-orang Arab, dan membawa kebudayaan kepada negeri-negeri yang ditaklukkan. Banyak hutang kami (orang-orang Barat) kepada pengetahuan Arab dalam matematika (kata al jabar adalah kata Arab), astronomi, fisika dan optik, geologi, ilmu tumbuh-tumbuhan (botanik), ilmu kedokteran (Ibnu Sina) dan lain-lain. Untuk pertama kali Sains mempunyai sifat internasional dalam Universitas Islam pada abad pertengahan. Pada waktu itu manusia lebih mempunyai jiwa keagamaan daripada sekarang, akan tetapi dalam Dunia Islam hal tersebut tidak menghalangi seseorang untuk menjadi orang yang mukmin dan pandai sekaligus. Sains adalah saudara kembar daripada agama, dan akan tetap begitu. Dalam negara-negara Kristen, abad pertengahan adalah abad stagnasi dan conformisme mutlak. Penyelidikan ilmiah dikekang, bukan oleh agama Yahudi dan Kristen, akan tetapi oleh mereka yang mengaku mengabdi kepada agama-agama tersebut. Sesudah Renaissance, reaksi yang wajar daripada ahli ilmu pengetahuan adalah untuk membalas dendam kepada musuh mereka kemarin, dan pembalasan dendam itu berlangsung sampai sekarang. Pada waktu ini, di negeri Barat, untuk bicara tentang Tuhan di kalangan ilmuwan adalah janggal. Sikap semacam ini juga terdapat dalam otak-otak yang muda yang menerima pengetahuan dari universitas-universitas Barat, termasuk otak-otak muda Islam. Hal tersebut di atas adalah wajar karena ahli-ahli pengetahuan Barat yang terkemuka selalu-mengambil sikap yang ekstrim. Seorang yang pernah meraih hadiah Nobel dalam ilmu kedokteran pada tahun-tahun akhir ini telah menulis dalam satu buku tebal untuk awam, bahwa materi hidup itu tercipta sendiri secara kebetulan daripada unsur-unsur elementer. Dan bertitik tolak dari materi hidup yang sederhana itu, dengan pengaruh bermacam-macan faktor luar, terbentuklah benda hidup yang teratur dan secara berangsur-angsur akhirnya menjadi benda hidup yang sangat complex, yaitu manusia. Tetapi orang yang memikirkan secara mendalam hasil-hasil yang mengagumkan daripada Sains masa kini dalam bidang "kehidupan" akan sampai kepada natijah (konklusi) yang sebaliknya. Pertumbuhan yang terjadi sebelum munculnya "kehidupan" serta pemeliharaan "kehidupan" itu akan nampak sangat berbelit-belit (complicated). Lebih banyak kita mengetahui perincian-perinciannya, lebih banyak pula kita merasa heran dan takjub. Sesungguhnya jika kita mengetahui perinci-perinci itu lebih banyak, kita lebih condong untuk mengurangi unsur: "kebetulan" dalam fenomena "kehidupan." Lebih banyak kita memiliki ilmu pengetahuan, khususnya mengenai hal-hal yang sangat kecil, lebih menonjollah argumentasi tentang adanya zat "pencipta." Tetapi manusia bukannya tunduk kepada fakta-fakta tersebut di atas, malahan ia menjadi sombong. Ia merasa berhak untuk menertawakan ide tentang Tuhan dan ia menganggap remeh segala sesuatu yang menghalangi kemauannya untuk kenikmatan dan kelezatan. Itulah masyarakat materialis yang sekarang ini berkembang di Barat. Kekuatan spirituil manakah yang dapat menghadapi polusi pemikiran para ahli pengetahuan modern sekarang? Agama Kristen dan agama Yahudi telah menunjukkan ketidak-mampuannya untuk membendung banjir materialisme serta ateisme di Barat. Agama Kristen dan agama Yahudi dalam keadaan kacau balau, dan dari tahun ke tahun telah menunjukkan daya tahan yang berkurang terhadap aliran yang akan menghancurkannya; seorang materialis ateis hanya dapat melihat dalam agama Kristen klasik, suatu agama yang diciptakan oleh manusia 2000 tahun yang lalu untuk menegakkan kekuasaan sekelompok kecil manusia terhadap manusia-manusia lain. Ia tidak dapat melihat dalam kitab suci Yahudi Kristen suatu bahasa yang ada hubungannya dengan bahasanya sendiri walaupun terlalu jauh; kitab suci Yahudi Kristen memuat hal-hal yang keliru, yang kontradiksi dan yang tidak sesuai dengan penemuan-penemuan ilmiah modern, sehingga ia tidak mau mempertimbangkan teks-teks yang oleh kebanyakan ahli-ahli teologi dipaksakan untuk diterima semua sebagai keseluruhan. Bagaimana kalau ada orang yang mengajaknya berbicara tentang Islam? Ia akan tertawa lebar yang menunjukkan bahwa ia tidak banyak mengetahui tentang agama. Sebagai kebanyakan kaum terpelajar dari bermacam-macam agama, ia mempunyai gambaran-gambaran yang salah tentang Islam. Dalam hal ini, kita harus menerima beberapa alasan. Pertama, dengan mengecualikan sikap-sikap baru dari tingkatan tertinggi daripada Gereja Katolik yang mulai menunjukkan hormat kepada Islam. Islam di negara-negara Barat selalu menjadi objek daripada "diffamation seculaire" (cemoohan penganut-penganut secularisme). Semua orang, Barat yang mempunyai pengetahuan dalam tentang Islam, mengetahui bahwa sejarahnya, dogmanya dan tujuannya sudah jauh dibelokkan orang. Kedua, dokumen-dokumen dalam bahasa-bahasa Barat mengenai Islam yang sudah diterbitkan, tidak mempermudah usaha seorang yang ingin mempelajari Islam. Dalam hal ini kita dapat mengecualikan beberapa penyelidikan-penyelidikan yang sangat khusus. Dalam hal mempelajari Islam, pengetahuan tentang wahyu dalam Islam adalah sangat pokok (fundamental). Tetapi bagian-bagian daripada Qur-an khususnya yang ada hubungannya dengan hasil-hasil perkembangan Sains sering diterjemahkan secara keliru atau ditafsirkan sedemikian rupa sehingga seorang ahli Sains akan melancarkan kritik yang tidak tepat terhadap Qur-an, walaupun kritik-kritik kelihatannya benar. Ada satu hal yang perlu kita garis bawahi: terjemahan yang tidak tepat dan penafsiran yang keliru (keduanya biasanya terjadi bersama-sama) yang tidak mengherankan pada satu atau dua abad yang lalu, pada waktu sekarang mengejutkan ahli Sains yang menolak untuk mempertimbangkan secara serius, suatu kata-kata yang diterjemahkan secara salah sehingga memberi keterangan yang tak dapat diterima menurut perkembangan Sains sekarang. Dalam bab tentang terjadinya janin manusia, kita akan melihat contoh kekeliruan seperti itu. Mengapa terjadi kekeliruan dalam menterjemahkan Qur-an? Hal ini terjadi oleh karena penterjemah-penterjemah modern sering hanya mengambil alih interpretasi para ahli tafsir di zaman dahulu, tanpa pendirian kritik. Para ahli tafsir zaman dahulu itu dapat dimaafkan jika mereka memilih satu daripada beberapa arti kata bahasa Arab, oleh karena mereka tidak mengerti arti yang benar daripada kata atau kalimat itu, yaitu arti yang baru sekarang nampak dengan jelas berhubung kemajuan pengetahuan kita tentang Sains. Dengan kata lain, perlu dilakukan peninjauan kembali terhadap terjemahan atau tafsiran-tafsiran yang tak dapat dilaksanakan secara baik pada suatu masa, karena sekarang kita sudah memiliki arti kata-kata yang sebenarnya. Persoalan penterjemahan seperti tersebut tidak timbul dalam wahyu Yahudi Kristen . Soal itu hanya khusus mengenai Qur-an. Aspek-aspek ilmiah yang khusus untuk Qur-an itu sangat mengherankan aku, karena aku sama sekali tidak mengira bahwa dalam teks yang disusun semenjak lebih dari 13 abad, aku dapat menemukan keterangan-keterangan tentang hal-hal yang bermacam, yang sangat cocok dengan pengetahuan ilmiah modern. Pada permulaannya aku sama sekali tidak percaya dengan Islam. Aku mulai menyelidiki teks Qur-an dengan pikiran yang bebas dari segala prasangka, dan dengan pikiran obyektif. Jika ada faktor yang mempengaruhi aku, faktor itu adalah pendidikan yang aku terima ketika aku masih muda, pada waktu orang menamakan orang Islam dengan nama "Mohametans" untuk memberi kesan bahwa Islam adalah agama yang didirikan oleh seorang insan dan saleh karena itu agama itu tidak ada nilainya di hadirat Tuhan. Sebagai kebanyakan orang Barat, aku terpengaruh dengan pikiran-pikiran yang salah tentang Islam, dan aku merasa heran jika aku bertemu dengan orang-orang yang mengetahui soal-soal ke-Islaman, di luar kalangan para ahli (spesialis). Oleh karena itu aku mengaku terus terang bahwa sebelum mempunyai gambaran tentang Islam yang berlainan dengan gambaran orang Barat, aku sendiri sangat tidak tahu tentang Islam, jika akhirnya aku mengetahui bahwa penilaian Barat tentang Islam itu salah, hal itu adalah karena kejadian-kejadian yang istimewa. Di Saudi Arabialah aku menemukan bahan-bahan apresiasi yang menunjukkan kepadaku betapa salahnya pendapat orang-orang Barat tentang Islam. Aku berhutang budi besar kepada almarhum Sri Baginda Raja Faisal yang aku hormati. Aku dapat mendengar daripadanya keterangan-keterangan tentang Islam, dan aku dapat membicarakan soal-soal penafsiran Qur-an mengenai Sains modern. Semua itu tak akan dapat aku lupakan. Sesungguhnya aku merasa mendapat kehormatan yang luar biasa dapat menerima keterangan-keterangan dari Sri Baginda dan para pengikut-pengikutnya. Setelah aku dapat mengukur jurang yang memisahkan hakekat Islam daripada image yang dimiliki oleh orang-orang Barat, aku merasa ingin belajar bahasa Arab yang aku belum mengerti, agar dapat membantu aku mempelajari agama yang sangat tidak dikenal. Tujuanku yang pertama adalah untuk membaca Qur-an, menyelidiki teksnya, kalimat demi kalimat, dengan bantuan bermacam kitab tafsir yang sangat diperlukan untuk penyelidikan yang kritis. Aku mulai tugas itu dengan memperhatikan keterangan-keterangan Qur-an tentang fenomena alam. Ketepatan keterangan Qur-an dalam perinci-perincinya, yaitu hal yang hanya dapat ditemukan dalam teks original, telah menarik perhatianku karena cocok dengan konsepsi-konsepsi zaman sekarang. Padahal seorang yang hidup pada zaman Nabi Muhammad tidak dapat mempunyai ide sedikitpun tentang hal tersebut. Kemudian aku membaca beberapa buku karangan orang-orang Islam mengenai aspek ilmiah daripada teks Qur-an. Buku-buku tersebut memuat pengetahuan-pengetahuan yang sangat berfaedah, akan tetapi aku belum pernah melihat di negara-negara Barat, suatu penyelidikan yang menyeluruh tentang hal ini. (bersambung 3/3) | |
|
QUR-AN DAN SAINS MODERN (1/3)
QUR-AN DAN SAINS MODERN (1/3) I. PENGANTAR Secara apriori mengasosiasikan Qur-an dengan Sains, adalah mengherankan, apalagi jika asosiasi tersebut berkenaan dengan hubungan harmonis dan bukan perselisihan antara Qur-an dan Sains. Bukankah untuk menghadapkan suatu kitab suci dengan pemikiran-pemikiran yang tak ada hubungannya seperti ilmu pengetahuan, merupakan hal yang paradoks bagi kebanyakan orang pada zaman ini? Sesungguhnya sekarang para ahli Sains yang kebanyakannya terpengaruh oleh teori materialis, menunjukkan sikap acuh tak acuh bahkan sifat rnerendahkan terhadap soal-soal agama, karena mereka memandangnya sebagai hal yang didasarkan atas legenda. Selain daripada itu, di negeri Barat (negeri pengarang, dan kalangan orang-orang yang terpelajar menurut sistem Barat), jika seseorang berbicara tentang Sains dan agama, kata agama itu difahami sebagai agama Yahudi dan Kristen tetapi tak ada orang yang memasukkan Islam dalam kata agama itu. Tentang Islam, orang Barat mempunyai gambaran yang salah dan karena itu mereka juga menunjukkan penilaian yang salah, sehingga sampai hari ini sangat susah bagi mereka untuk mendapatkan gambaran yang tepat dan sesuai dengan ajaran Islam yang sebenarnya. Sebagai pengantar untuk konfrontasi antara Wahyu Islam dan Sains, adalah sangat perlu untuk memberikan suatu tinjauan tentang agama yang sangat tidak dikenal di negeri kita (Europa, Perancis). Penilaian yang salah terhadap Islam di Barat adalah akibat kebodohan atau akibat sikap meremehkan dan mencemoohkan yang dilakukan secara sistematis. Akan tetapi di antara kekeliruan-kekeliruan yang tersiar, yang paling berbahaya adalah kekeliruan-kekeliruan atau pemalsuan fakta; jika kekeliruan penilaian dapat dimaafkan, maka penyajian fakta yang bertentangan dengan fakta yang sebenarnya, tidak dapat dimaafkan. Adalah menyedihkan jika kita membaca kebohongan-kebohongan besar dalam buku-buku yang serius yang ditulis oleh pengarang-pengarang yang mestinya sangat ahli. Umpamanya kita baca dalam Encyclopedia Universalis, jilid VI, artikel : Evangile (Injil), suatu isyarat kepada perbedaan antara Injil dan Qur-an. Pengarang artikel tersebut menulis: "Pengarang-pengarang Injil tidak mengaku-aku, seperti Qur-an, menyampaikan otobiografi (riwayat hidup diri sendiri) yang didiktekan oleh Tuhan kepada Rasulnya secara ajaib." Begitulah kata penulis itu, padahal Qur-an bukan otobiografi. Qur-an adalah tuntunan dan nasehat. Terjemahan Qur-an yang paling jelek juga dapat mengungkapkan kenyataan ini kepada pengarang artikel tersebut. Pernyataan tersebut di atas, yakni bahwa Qur-an itu otobiografi sama besar kesalahannya dengan orang yang mengatakan bahwa Injil itu adalah riwayat hidup pengarangnya.Yang bertanggung jawab tentang pemalsuan terhadap idea Qur-an itu adalah seorang guru besar di Fakultas teologi Yesuite di kota Lion (Perancis selatan); tersiarnya kekeliruan semacam ini telah membantu memberi gambaran yang salah tentang Qur-an dan Islam. Walaupun begitu tetap ada harapan untuk memperbaiki keadaan, karena sekarang agarna-agama tidak hidup sendiri-sendiri; banyak agama yang mencari perkenalan dan pemahaman timbal balik. Kita terharu dengan fakta bahwa pada eselon tertinggi orang-orang Katolik berusaha untuk memelihara hubungan dengan umat Islam, serta menghilangkan kesalahfahaman dan mengoreksi gambaran-gambaran yang keliru tentang Islam. Saya telah menyebutkan perubahan besar yang terjadi pada-tahun-tahun yang terakhir ini dan menyebutkan pula suatu dokumen yang dikeluarkan oleh Sekretariat Vatikan untuk orang-orang bukan Kristen. Dokumen tersebut berjudul: Orientasi untuk dialog antara umat Kristen dan umat Islam, dokumen itu sangat berarti karena sikap-sikap baru terhadap Islam. Dalam cetakan ketiga (1970) kita dapatkan ajakan untuk "meninjau kembali sikap-sikap kita terhadap Islam, dan mengkritik purbasangka kita" kita dapatkan pula kata-kata seperti "kita harus bekerja keras lebih dahulu untuk merubah cara berfikir saudara-saudara umat Kristen, secara bertahap; ini adalah yang paling penting," "kita harus meninggalkan gambaran gambaran kuno yang kita warisi dari masa lampau atau gambaran-gambaran yang dirubah oleh prasangka dan fitnahan," "kita harus mengakui ketidak adilan yang dilakukan oleh Barat yang beragama Kristen terhadap umat Islam."1 Dokumen Vatikan yang terdiri dari 150 halaman itu menolak pandangan-pandangan kuno umat Kristen terhadap Islam dan menerangkan hal-hal yang sebenarnya . Di bawah judul: "membebaskan diri kita daripada prasangka-prasangka yang sangat mashur," para penulis dokumen tersebut mengajak umat Kristen sebagai berikut: "Di sini kita harus melakukan pembersihan yang mantap dalam cara berfikir kita. Secara khusus kami pikirkan penilaian tertentu yang "sudah jadi" yang sering dilakukan orang secara sembrono terhadap Islam. Adalah sangat penting untuk tidak menghidup-hidupkan dalam hati sanubari kita, pandangan-pandangan yang dangkal dan arbitrer yang tidak dikenal oleh orang Islam yang jujur. Salah satu daripada pandangan arbitrer yang sangat penting untuk diberantas adalah pandangan yang mendorong untuk memakai kata "Allah" secara sistematis untuk menunjukkan Tuhannya umat Islam, seakan-akan Tuhannya umat Islam itu bukan Tuhannya umat Kristen. Allah dalam bahasa Arab berarti Tuhan, Tuhan yang maha Esa, maha Tunggal. Oleh karena itu untuk menterjemahkannya dalam bahasa Perancis kita harus rnemakai kata "Dieu," dan tidak cukup hanya mengambil alih kata arab ("Allah") karena kata ini tak dimengerti orang Perancis. Bagi umat Islam, Allah itu juga Tuhannya Nabi Musa dan Tuhannya Yesus." Dokumen Sekretariat Vatikan bagi umat bukan Kristen menekankan hal yang fundamental ini sebagai berikut: "Adalah tak berguna untuk mengikuti pendapat beberapa orang Barat bahwa Allah itu sesungguhnya bukan Tuhan! Teks-teks yang dihasilkan oleh Konsili telah membenarkan kata-kata di atas. Orang tidak akan dapat meringkaskan kepercayaan Islam tentang Tuhan, secara lebih baik dari kata-kata Lumen Gentium (cahaya bagi manusia ) bagian dari Dokumen Konsili Vatikan II (1962-1965) yang berbunyi: "Orang-orang Islam yang mengikuti aqidah Nabi Ibrahim menyembah bersama kita kepada Tuhan yang Tunggal, yang maha penyayang, yang akan mengadili manusia pada hari akhir."2 Semenjak itu orang mengerti mengapa orang Islam melakukan protes terhadap kebiasaan orang Barat memakai kata 'Allah' untuk Tuhan. Orang-orang Islam yang terpelajar memuji terjemahan Qur-an oleh D. Masson yang memakai kata "Dieu" (Tuhan) dan tidak memakai kata "Allah."3 Orang Islam dan orang Kristen menyembah Tuhan yang maha Tunggal. Kemudian Dokumen Vatikan mengkritik penilaian-penilaian lain yang salah terhadap Islam. "Fatalisme" Islam, suatu prasangka yang tersiar luas, dibahas dengan mengutip beberapa ayat Qur-an. Dokumen Vatikan tersebut menunjukkan hal-hal yang sebalik Fatalisme, yakni bahwa manusia itu akan diadili menurut tindakannya di Dunia. Dokumen Vatikan tersebut juga menunjukkan bahwa konsep yuridisme atau legalisme dalam Islam itu salah, yang benar adalah sebaliknya, yakni kesungguhan dalam Iman. Dibawakannya pula dua ayat yang sangat tidak dikenal orang di Barat. Ayat pertama: "Tak ada paksaan dalam agama" (Surat 2 ayat 256). Ayat kedua: "Dan Tuhan tidak menjadikan dalam agama sesuatu hal yang memaksa." (Surat 22 ayat 78) Dokumen Vatikan tersebut juga menentang ide yang tersiar luas bahwa Islam itu adalah agama "rasa takut," dan menjelaskan bahwa Islam adalah agama cinta, cinta kepada orang-orang yang dekat, cinta yang berakar dalam Iman kepada Allah. Dokumen Vatikan tersebut juga menolak anggapan bahwa tak ada "moral Islam," serta anggapan yang dianut oleh orang Yahudi dan orang Kristen bahwa Islam itu adalah agama fanatisme. Dalam hal ini Dokumen tersebut mengatakan: "Sesungguhnya, Islam dalam sejarahnya tidak pernah lebih fanatik daripada kota-kota suci Kristen ketika kepercayaan Kristen bercampur dengan nilai politik." Di sini para pengarang Dokumen Vatikan menyantumkan ayat-ayat Qur-an yang diterjemahkan oleh orang Barat sebagai "Perang Suci."4 "Perang suci yang dimaksudkan, dalam bahasa Arabnya adalah: Al Jihad fi sabililah, usaha keras untuk menyiarkan agama Islam dan mempertahankannya terhadap orang-orang yang melakukan agressi." Dokumen Vatikan meneruskan keterangannya: "Al Jihad bukan "kherem" yang tersebut dalam Injil. Jihad tidak bermaksud untuk memusnahkan orang lain, akan tetapi untuk menyiarkan hak-hak Tuhan dan hak-hak manusia di negeri-negeri baru." Kekerasan yang timbul dalam Jihad adalah gejala-gejala yang mengikuti hukum perang. Pada waktu peperangan Salib bukanlah orang- Islam yang selalu melakukan pembantaian besar-besaran. Dokumen Vatikan akhirnya membicarakan purbasangka bahwa Islam itu adalah agama beku yang mengungkung para pengkutnya dalam Abad Pertengahan yang sudah lampau dan menjadikan mereka tidak sanggup untuk menyesuaikan diri dengan kemajuan tehnik pada zaman modern. Dokumen tersebut menyebutkan perbandingan dengan situasi-situasi serupa yang terdapat di negara-negara Kristen dan menyatakan "Kami menemukan dalam perkembangan tradisional pemikiran Islam suatu prinsip evolusi yang dapat menjadi pedoman untuk masyarakat beradab." Bahwa Vatikan mempertahankan Islam, saya yakin, akan mengherankan pengikut-pengikut agama masa kini, baik ia orang Yahudi, orang Kristen atau orang lslam. Gejala tersebut merupakan manifestasi kesungguhan dan pikiran yang terbuka yang bertentangan sama sekali dengan sikap-sikap di masa dahulu. Tetapi sayang, sangat sedikit sekali orang-orang Barat yang mengetahui pergantian sikap yang diambil oleh eselon tertinggi daripada Gereja Katolik. Setelah kita mengetahui hal tersebut di atas kita tidak begitu heran untuk mendengarkan langkah-langkah konkrit selanjutnya yang dilaksanakan untuk pendekatan ini. Mula-mula adalah kunjungan resmi kepala Secretariat Vatikan untuk orang-orang bukan Kristen kepada (almarhum) Sri Baginda Raja Faesal, raja Saudi Arabia, kemudian kunjungan ulama-ulama Besar dari Saudi Arabia kepada Sri Paus Paul Vl pada tahun 1974. Kita merasakan arti spiritual yang dalam ketika Monsigneur Elchinger menerima para ulama itu di Cathedral Strasbourg dan mempersilahkan mereka untuk sembahyang di tengah-tengah Cathedral, walaupun menghadap ke arah Ka'bah. Jika wakil-wakil tertinggi daripada umat Islam dan umat Kristen, dalam rasa kepercayaan kepada Tuhan yang sama dan rasa hormat menghormat terhadap perbedaan yang ada diantara mereka telah sefaham untuk melakukan dialog agama, apakah tidak wajar jika aspek-aspek lain dari kedua agama itu juga dihadapi? Maksud daripada konfrontasi ini adalah penyelidikan tentang Kitab Suci atas dasar hasil-hasil penyelidikan ilmiah dan pengetahuan-pengetahuan kritik kebenaran. Penyelidikan teks-teks ini harus dilakukan terhadap Qur-an sebagaimana ia telah dilakukan terhadap agama Yahudi dan Kristen. (bersambung 2/3) | |
|
Apakah Para Penghuni Gua ada di Tarsus ?
Apakah Para Penghuni Gua ada di Tarsus ?
Tempat kedua yang diajukan sebagai tempat dinama Penghuni Gua pernah hidup
adalah Tarsus. Ternyata memang benar terdapat sebuah gua yang mirip dengan gua
yang disebutkan dalam Al Qur'an yang terletak di sebuah gunung dikenal bail
sebagai Encilus atau Bencilus yang terletak di Barat Laut Tarsus.
Pendapat yang menyatakan bahwa Tarsus adalah tempat yang tepat
adalah pandangan dari banyak ilmuwan Islam. Satu dari salah seorang ahli tafsir
terkemuka Al Qur'an, at-Tabari menetapkan bahwa nama gunung dimana gua tersebut
berada adalah "Bencilus"dalam bukunya yang berjuful "Tarikh al-Umam", dan
ditambahkan bahwa gunung ini terletak di Tarsus . 1
Ahli Tafsir Al Qur'an lain bernama Muhammad Emin menyatakan
bahwa nama dari gunung tersebut adalah "Pencilus" yang ada di Tarsus, yang
kadang-kadang diucapkan sebagai "Encilus". Menurutnya perbeaan huruf disebabkan
perbedaan pengucapan huruf "B" atau oleh hilangnya huruf dari kata aslinya yang
hal ini disebut dengan "historical word abrasion/ abrasi kata-kata sejarah)" .
2
Fakhrudin ar-Razi seorang ulama al-Qur'an terkenal yang lain,
menerangkan dalam penelitiannya bahwa : Meskipun tempat ini disebut dengan
Ephesus, maksud dasarnya untuk mengatakan Tarsus disini, sebab Ephesus hanyalah
nama lain dari Tarsus" .3
Sebagai tambahan dalam tafsir Qadi al-Baidlawi dan an-Nasafi,
dalam tafsir al-Jalalain dan dalam at-Tibyan, dalam komentar-komentar dari
Elmali dan O. Nasuhi Bilmen, dan banyak ilmuwan/ ulama lainnya, tempat ini
ditunjuk sebagai "Tarsus". Disamping itu kesemua ahli tafsir ini menerangkan
bahwa kalimat dalam ayat 17, " matahari ketika terbit condong dari gua mereka ke
sebelah kanan, dan bila matahari itu terbenam menjauhi mereka ke sebelah kiri"
dengan mengatakan bahwa mulut gua di pegunungan terlihat ke arah Utara .4
Penghuni Gua menjadi subjek perhatian dan juga pada masa kekaisran Turki Usmani
dan banyak peneliti yang melakukan penelitian atas hal ini. Mereka mengadakan
korespondensi dan pertukaran informasi tentang hal ini dalam arsip perdana
Menteri Turki Usmani. Sebagai contoh dalam sebuah surat yang dikirimkan kepada
Penguasa Perbendharaan Negeri Turki Usmani oleh pemerintah local Trasus,
terdapat sebuah permintaan resmi dan lampiran yang menyebutkan permintaan mereka
untuk memberikan upah kepada orang-orang yang berurusan dengan pembersihan dan
pemeliharaan gua Ashab al-Kahfi (Para Penghuni Gua). Dalam jawaban terhadap
surat ini menyatakan bahwa agar gaji itu bisa dibayarkan pada para pekerja
dengan diambilkan dari perbendaharaan negara, perlu untuk mengatahui apakah
tempat ini adalah benar-benar merupakan tempat dimana Para Penghuni Gua pernah
berada. Penelitian yang dilakukan untuk tujuan ini sangatlah berguna dalam
penentuan letak sebenarnya dari gua tersebut.
Dalam sebuah laporan yang dipersiapkan setelah melakukan
penyelidikan yang dilakukan oleh Dewan Nasional, dikatakan bahwa : " Disebelah
Utara Tarsus, yaitu propinsi Adana terdapat sebuah gua di gunung, dua jam dari
Tarsus dan mulut gua tersebut nampak mengarah ke Utara sebagaimana dinyatakan
dalam Al Qur'an" . 5
Perdebatan yang berkembang atas siapa para Penghuni Gua, dimana dan kapan
mereka hidup, selalu mengarahkan pihak berwenang untuk mengadakan penelitian
terhaap hal ini dan banyak komentar dibuat atas hal ini. Namun belum satupun
komentar-komentar ini yang dapat dipertimbangkan kebenarannya, sehingga
pertanyataan seperti ; pada masa yang manakah pemuda yang beriman ini hidup dan
dimanakah gua yang disebutkan dalam ayat Al Qur'an, sampai sat ini tetaplah
tanpa jawaban yang mendasar.
PARA PENGHUNI GUA
Surat ke 18 Al Qur'an dinamakan dengan "Al-Khaf" yang berarti "gua", menceritakan tentang sekelompok pemuda yang berlindung di sebuah gua untuk bersembunyi dari penguasa yang mengingkari Allah dan melakukan penindasan dan perbutan tidak adil atas mereka yang beriman. Ayat-ayat yang menerangkan tentang hal ini adalah sebagai berikut :Atau kamu mengira bahwa orang-orang yang mendiami gua dan (yang mempunyai) prasasti itu mereka, termasuk tanda-tanda Kami yang mengherankan.(QS Al Kahfi 9)
Atau kamu mengira bahwa orang-orang yang mendiami gua dan (yang
mempunya) prasasti itu mereka, termasuk tanda-tanda Kami yang mengherankan?.
(ingatlah) tatkala pemuda-pemuda itu encari tempat berlindung ke dalam gua lalu
mereka berdoa: "Wahai Tuhan kami berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan
sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan kami (ini)".
Maka Kami tutup telinga mereka beberapa tahun dalam gua itu,
kemudian Kami bangunkan mereka, agar Kami mengetahui manakah di antara kedua
golongan itu yang lebih tepat dalam menghitung berapa lamanya mereka tingal (di
dalam gua itu). Kami menceritakan kisah mereka kepadamu (Muhammad) dengan
sebenarnya. Sesunguhnya mereka itu adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada
Tuhan mereka dan Kami tambahkan kepada mereka petunjuk; dan Kami telah
meneguhkan hati mereka di waktu mereka berdiri lalu mereka berkata: "Tuhan kami
adalah Tuhan langit dan bumi; kami sekali-kali tidak menyeru Tuhan selain Dia,
sesungguhnya kami kalau demikian telah mengucapkan perkataan yang amat jauh dari
kebenaran". Kaum kami ini telah menjadikan selain Dia sebagai tuhan-tuhan (untuk
disembah). Mengapa mereka tidak mengemukakan alasan yang terang (tentang
kepercayaan mereka). Siapakah yang lebih zalim daripada orang-orrang yang
mengada-adakan kebohongan terhadap Allah?. Dan apabila kamu meninggalkan mereka
dan apa yang mereka sembah selain Allah, maka carilah tempat berlindung ke dalam
gua itu niscaya Tuhanmu akan melimpahkan sebagian rahmat-Nya kepadamu dan
menyediakan sesuatu yang berguna bagimu dalam urusan kamu . Dan kamu akan
melihat matahari ketika terbit condong dari gua mereka ke sebelah kanan, dan
bila matahari itu terbenam menjauhi mereka ke sebelah kiri sedang mereka dalam
tempat yang yang luas dalam gua itu. Itu adalah sebagian dari anda-tanda
(kebesaran) Allah. Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah maka dialah yang
mendapat petunjuk; dan barang siapa yang disesatkan-Nya maka kamu tidak akan
mendapatkan seorang pemimpinpun yang dapat memberi petunjuk kepadanya.
Dan kamu mengira mereka itu bangun padahal mereka tidur; dan
Kami balik-balikkan mereka ke kanan dan kiri, sedang anjing mereka mengunjurkan
kedua lengannya di muka pintu gua. Dan jika kamu menyaksikan mereka tentulah
kamu akan berpaling dari mereka dengan melarikan (diri) dan tentulah (hati) kamu
akan dipenuhi dengan ketakutan terhadap mereka.
Dan demikianlah Kami bangunkan merka agar mereka saling
bertanya di antara mereka sendiri. Berkatalah salah seorang di antara mereka:
"Sudah berapalamakah kamu berada (disini)?". Mereka menjawab" "Kita berada
(disini) sehari atau etengah hari". Berkata (yang lain lagi) "Tuhan kamu lebih
mengetahui berapa lamanya kamu berada (disini). Maka suruhlah salah satu orang
di antara kamu pergi ke kota dengan membawa uang perakmu ini, dan hendaklah dia
lihat manakah makanan yang lebih baik, maka hendaklah dia membawa makanan itu
untukmu, dan hendaklah dia berlaku lemah lembut dan janganlah sekali-kali
menceritakan halmu kepada seorangpun.
Sesungguhnya jika mereka dapat mengatahui tempatmu, niscaya
mereka akan melempar kamu dengan batu atau memaksamu kembali kepada agama mereka
dan jika demikian nisaya kamu tidak akan beruntung selama-lamanya:
Dan demikianlah (kami) mempertemukan (manusia) dengan mereka,
agar manusia itu mengetahui bahwa kedatangan hari kiamat tidak ada keraguan
padanya. Ketika orang-orang itu berselisih tentang urusan mereka, orang-orang
itu berkata: "dirikanlah sebuah bangunan di atas (gua) mereka, Tuhan mereka
lebih mengetahui tentang mereka". Orang-orang yang berkuasa atas urusan mereka
berkata: "Sesungguhnya kami akan mendirikan sebuah rumah peribadatan diatasnya".
Nanti (ada orang yang akan ) mengatakan (jumlah mereka) adalah tiga orang yang
keempat adalah anjingnya dan (yang lain) mengatakan: "(jumlah mereka) adalah
lima orang yang keenam adalah anjingnya", sebagai terkaan terhadap barang yang
gaib: dan (yang lain lagi) mengatakan: "(jumlah mereka) tujuh orang, yang ke
delapan adalah anjingnya" Katakanlah : "Tuhanku lebih mengetahui jumlah mereka;
tidak ada orang yang mengetahui (bilangan) mereka kecuali sedikit". Karena itu
janganlah kamu (Muhammmad) bertengkar tentang hal mereka, kecuali pertengkaran
lahir saja dan jangan kamu menanyakan tentang mereka (pemuda-pemuda itu) kepada
seorangpun diantara mereka.
Dan janganlah sekali-kali kamu mengatakan terhadap seuatu ;
"Sesungguhnya aku akan mengerjakan itu besok pagi, kecuali (dengan menyebut):
"Insya Allah". Dan ingatlah kepada Tuhanmu jika kamu lupa dan katakanlah;
"Mudah-mudahan Tuhanku memberiku petunjuk kepada yang lebih dekat kebenarannya
daripada ini". Dan mereka tinggal di dalam gua mereka tiga ratus tahun dan
ditambah sembilan tahun (lagi).
Katakanlah: " Allah lebih mengetahui berapa lamanya mereka
tinggal (di gua); kepunyaan-Nyalah semua yang tersembunyi di langit dan bumi.
Alangkah terang penglihatan-Nya dan alangkah tajam pendengaran-Nya; tak ada
seorang pelindungpun bagi mereka selain daripada-Nya' dan Dia tidak mengambil
seorangpun menjadi sekutu-Nya dalam menetapkan keputusan".(QS Al Kahfi
9-26).
Menurut kepercayaan yang berkembang luas di kalangan pengikut agama Islam dan
Kristen, yang dimaksudkan dengan para Penghuni Gua adalah warga negara dari
tiran yang kejam dari kekaisaran Romawi bernama Decius. Dikarenakan menemui
penindasan dan tindakan sewenang-wenang, sekelompok orang muda ini
memperingatkan kaumnya berkali-kali untuk tidak meninggalkan agama Allah.
Ketidakacuhan dari kaumnya terhadap pesan-pesan tersebut dijawab dengan
peningkatan penindasan oleh pihak kekaisaran dan mereka diancam untuk dibunuh,
hal ini mengakibatkan mereka untuk meninggalkan rumah mereka (berlilndung).Sebagaimana dikabarkan oleh catatan sejarah, pada saat itu, banyak kekaisaran yang melaksanakan kebijakan teror secara meluas, penindasan dan tindakan sewenang-wenang terhadap mereka yang percaya kepada agama Kristen dalam bentuk dan asalnya yang murni.
Dalam sebuah surat yang ditulis oleh Gubernur Romawi Pilinius (69-113 M) yang berada di Barat Laut Anatolia kepada Kaisar Trayanus, ia menghubungkannya dengan "orang-orang Messiah (Kristen) yang dihukum karena mereka menolak untuk menyembah patung dari sang kaisar". Surat ini adalah salah satu dokumen terpenting yang berkaitan dengan penindasan yang menimpa orang-orang Kristen pada masa awalnya. Berada dalam situasi seperti ini, maka orang-orang muda ini yang diperintahkan untuk tunduk kepada system yang non-agama dan untuk menyembah seorang kaisar sebagai tuhan selain Allah, merekapun tidak menerima hal ini dan mengatakan :
dan Kami telah meneguhkan hati mereka di waktu mereka berdiri
lalu mereka berkata: "Tuhan kami adalah Tuhan langit dan bumi; kami sekali-kali
tidak menyeru Tuhan selain Dia, sesungguhnya kami kalu demikian telah
mengucapkan perkataan yang amat jauh dari kebenaran". Kaum kami ini telah
menjadikan selain Dia sebagai tuhan-tuhan (untuk disembah). Mengapa mereka tidak
mengemukakan alasan yang terang (tentang kepercayaan mereka). Siapakah yang
lebih zalim daripada orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap
Allah?.(QS Al Kahfi 14-15).
Dengan memperhatikan daerah dimana Para Penghuni Gua hidup, terdapat beberapa
pandangan yang berbeda. Yang paling bisa diterima dengan akal daerah ini adalah
Ephesus dan Tarsus.Hampir semua sumber dari agama Kristen menunjukkan Ephesus adalah tempat dari Gua dimana orang-orang muda yang beriman ini berlindung. Beberapa peneliti Muslim dan pengamat Al Qur'an setuju dengan pendapat kaum Kristen tentang Ephesus. Beberapa yang lainnya menerangkan dengan terperinci bahwa tempat tersebut bukanlah Ephesus, dan kemudian berusaha untuk membuktikan bahwa kejadian tersebut terjadi di Tarsus. Dalam penelitian ini, kedua alternatif ini akan dibahas. Lagipula, semua peneliti dan pengamat - termasuk kalangan Kristen - mengatkan bahwa kejadian tersebut terjadi pada masa Kekaisaan Romawi Decius ( yang juga disebut dengan Decianus) sekitar 250 M.
Decius bersama dengan Nero dikenal sebagai Kaisar Romawi yang sangatlah sering menyiksa kaum Kristen. Dalam masa pemerintahannya yang singkat, ia mengesahkan sebuah hukum yang memaksa semua orang yang berada di bawah kekuasaannya untuk melakukan sebuah pengorbanan terhadap dewa-dewa Roawi. Seiap orang diwajibkan untuk melakukan pengorbanan terhadap dewa-dewa ini dan mereka harus mampu menunjukkan surat sertifikat yang menyatakan bahwa mereka telah melakukan pengorbanan tersebut yang harus mereka tunjukkan kepada petugas pemerintahan. Bagi mereka yang tidak mematuhinya akan dibunuh. Dalam sumber-sumber Kristen hal ini dikatakan bahwa sebagian besar dari kaum Kristen menolak perilaku musyrik ini dan melarikan diri dari "satu kota ke kota lain" atau bersembunyi di tempat rahasia. Para Penghuni gua kemungkinan besar adalah salah satu kelompok diantara para kaum Kristen awal ini.
Namun demikian ada satu hal yang harus ditekankan disini; topik ini telah diceritakan dalam sebuah cerita (perilaku) oleh banyak ahli sejarah dan pengamat Islam dan Kristen, dan akhirnya berubah menjdi sebuah legenda sebagai hasil dari penambahan-penambahan yang penuh dengan kepalsuan dan cerita mulut ke mulut. Namun demikian, kejadian ini adalah benar-benar merupakan kenyataan sejarah yang tidak apat diingkari.
Adakah Para Penghuni Gua berada di Ephesus
|
Sumber tertua yang berkaitan dengan hal ini adalah dari seorang pendeta Syria bernama James dari Saruc ( lahir 452 M). Ahli sejarah terkemuka Gibbon telah banyak mengutip dari penelitian James dalam bukunya yang berjudul The Decline and Fall of the Roman Empire (Kemunduran dan runtuhnya Kekaisaan Romawi). Berdasarkan buku ini, Kaisar yang melakukan penyiksaan tujuh pemuda pemeluk agama Kristen dan memamksa mereka untuk bersembunyi di dalam gua adalah kaisar Decius. Decius berkuasa di Kekaisaan Romawi antara 249-251 M dan masa pemerinahannya dikenal luas terhadap penyiksaan yang dilakukan terhadap para pengikut Nabi Isa (Jesus). Menurut para pengamat Islam, daerah dimana kejadian tersebut terjadi adalah "Aphesus" atau juga "Aphesos". Menurut Gibbon nama dari tempat ini adalah Ephesus. Terletak di pantai Barat Anatolia, kota ini adalah salah satu pelabuhan dan kota terbesar dari kekaisaran Romawi. Saat ini reruntuhan dari kota ini dikenal sebagai "Kota Antik Ephesus".
Nama dari kaisar yang memerintah dalam masa ketika para Penghuni Gua dibangunkan dari tidur mereka yang panjang adalah Tezusius menurut para peneliti Muslim, dan menurut Gibon adalah Theodosius II menurut Gibbons. Kekaisaran ini berkuasa antra 408-450 M, setelah kekaisaran Romawi berubah memeluk agama Kristen.
Menurut ayat dibawah ini, dalam beberapa komentarnya dikatakan bahwa pintu masuk dari gua mengarah ke Utara sehingga sinar matahari tidak bisa menembus ke alam gua. Dengan demikian seseorang yang melewati gua tersebut tidak dapat melihat sama sekali apa yang ada didalamnya. Ayat Al Qur'an yang berkaian dengan hal ini mengatakan :
Dan kamu akan melihat matahari ketika terbit condong dari gua
mereka ke sebelah kanan, dan bila matahari itu terbenam menjauhi mereka ke
sebelah kiri sedang mereka dalam tempat yang yang luas dalam gua itu. Itu adalah
sebagian dari anda-tanda (kebesaran) Allah. Barangsiapa yang diberi petunjuk
oleh Allah maka dialah yang mendapat petunjuk; dan barang siapa yang
disesatkan-Nya maka kamu tidak akan mendapatkan seorang pemimpinpun yang dapat
memberi petunjuk kepadanya.( QS Al Kahfi: 17)
Di tahun 250 SM, tujuh orang pemuda yang
idup di Ephesus memilih untuk memeluk agama Kristen dan menolak penyembahan
terhadap berhala . Mencoba untuk mencari jalan keluar, sekelompok pemuda ini
menemukan sebuah gua yang berada di sebelah Timur lereng gunung Pion. Tentara
Romawi yang melihat ini dan merekapun membangun dinding di pintu gua tersebut
.1
Saat ini, telah diketahi bahwa diatas reruntuhan tua dan
kuburan ini banyak didirikan bangunan religius. Penggalian yang dilakukan oleh
Institut Arkrologi Austria di ahun 1926 mengungkapkan bahwa reruntuhan yang
ditemukan di lereng Timur dari gunung Pion merupakan sebuah bangunan yang
didirikan untuk kepentingan Para Penghuni Gua di pertengahan abad 7 (selama masa
kepemimpinan Theodosius II) . 2 | ||
![]() | ||
CATATAN | ||
![]() ![]() |
NABI SULAIMAN DAN RATU SABA
Catatan sejarah mengungkapkan pertemuan antara Sulaiman dengan Ratu Saba berdasarkan penelitian yang dilakukan negeri tua Saba di Yaman Selatan. Penelitian yang dilakukan terhadap reruntuhan mengungkapkan bahwa seorang "ratu" yang pernah berada di kawasan ini hidup antara 1000 s/d 950 SM dan melakukanperjalanan ke Utara ( ke Jerusalem).Dikatakan kepadanya : " Masuklah ke dalam istana. Maka tatkala dia melihat lantai istana itu, dikiranya kolam air yang besar, dan disingkapkannya kedua betisnya". Berkatalah Sulaiman : " Sesungguhnya ia adalah istana licin terbuat dari kaca" Berkatalah Balqis :"Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah berbuat zalim terhadap diriku dan aku berserah diri bersama Sulaiman kepada Allah, Tuhan semesta alam"."(QS An Naml 44)
Keterangan lebih terperinci tentang apa yang terjadi diantara dua orang penguasa, kekuatan ekonomi dan politik dari dua negara ini, pemerintahan mereka dan hal lain yang lebih terperinci semuanya diterangkan dalam Surat An Naml. Kisah yang meliputi sebagian besar surat An Naml, memulai keterangannya tentang ratu Saba berdasarkan berita yang dibawa oleh seekor burung Hud, salah satu tentara nabi Sulaiman kepadanya :
Maka tidak lama kemudian (datanglah hud-hud), lalu ia berkata;"Aku telah mengetahui sesuatu yang kamu belum mengetahinya; dan kubawa kepadamu dari negeri Saba suatu berita penting yang diyakini.
Sesungguhnya aku menjumpai seorang wanita yang memerintah mereka, dan dia dianugerahi segala sesuatu serta mempunyai singgasana yang besar.
Aku mendapati dia dan kaumnya menyembah matahari, selain Allah; dan syaitan telah menjadikan mereka memandang indah perbuatan-perbuatan mereka, lalu menghalangi mereka dari jalan (Allah), sehingga mereka tidak mendapat petunjuk, agar mereka tidak menyembah Allah Yang mengeluarkan apa yang terpendam di langit dan di bumi dan Yang mengetahui apa yang kamu sembunyikan dan apa yang kamu nyatakan.
Allah, tiada Tuhan Yang Disembah kecuali Dia, Tuhan Yang
mempunyai Ársy yang besar". Berkata Sulaiman :"Akan kami lihat, apa kamu benar
ataukah kamu termasuk orang-orang yang berdusta." ( QS An Naml 22-27).
Setelah menerima berita dari burung hud ini, Sulaimanpun memberikan perintah
sebagai berikut :
Pergilah dengan (membawa) suratku ini, lalu jatuhkanlah kepada
mereka kemudian berpalinglah dari mereka, lalu perhatikanlah apa yang mereka
bicarakan".(QS. An Naml: 28).
Setelah ini, al-Qur'an mengemukakan kejadian yang berkembang setelah Ratu
Saba menerima surat tersebut:
Berkata ia (Balqis) : "Hai pembesar-pembesar, sesunguhnya telah dijatuhkan
kepadaku sebuah surat yang mulia. Sesungguhnya surat ini dari Sulaiman dan
sesungguhnya (isinya): "Dengan menyebut Nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha
Penyayang. Bahwa janganlah kamu sekalian berlaku sombong terhadapku dan
datanglah kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri".
Berkata dia (Balqis) ; "Hai para pembesar berilah aku
pertimbangan dalam urusanku (ini) aku tidak pernah memutuskan sesuatu persoalan
sebelum kamu berada dalam majelis(ku)".
Mereka menjawab: "Kita adalah orang-orang yang memiliki
kekuatan dan (juga) memiliki keberanian yang sangat (dalam peperangan), dan
keputusan berada di tanganmu; maka pertimbangkanlah apa yang akan kamu
perintahkan".
Dia berkata: "Sesungguhnya raja-raja apabila memasuki suatu
negeri, niscaya mereka membinasakannya, dan menjadikan penduduknya yang mulia
jadi hina; dan dan demikian pulalah apa yang akan mereka perbuat. Dan
sesungguhnya aku akan mengirimkan utusan kepada mereka dengan (membawa) hadiah
dan (aku akan) menunggu apa yang dibawa kembali oleh utusan-utusanku itu.
Maka tatkala utusan itu sampai kepada Sulaiman, Sulaimanpun
berkata: Äpakah (patut) kamu menolong aku dengan harta? Maka apa yang diberikan
oleh Allah kepadaku lebih baik daripada apa yang diberikan-Nya kepadamu; tetapi
kamu merasa bangga dengan hadiahmu.
Kembalilah mereka sungguh Kami akan mendatangi mereka dengan
bala tentara yang mereka tidak kuasa melawannya, dan pasti kami akan mengusir
mereka dari negeri itu (Saba) dengan terhina dan mereka menjadi
(tawanan-tawanan) yang hina dina".
Berkata Sulaiman: "Hai pembesar-pembesar siapakah diantara kamu
sekalian yang sanggp membawa singgasananya kepadaku sebagai orang-orang yang
berserah diri". Berkata Ifrit (yang cerdik) dari golongan jin:"Aku akan datang
kepadamu dengan membawa singgasana itu kepadamu sebelum kamu berdiri dari tempat
dudukmu; sesungguhnya aku benar-benar kuat untuk membawanya lagi dapat
dipercaya".
Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari Al Kitab:"Aku akan
membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip". Maka tatkala Sulaiman
melihat singgasana tersebut terletak dihadapannya, iapun berkata :Ïni termasuk
karunia Tuhanku untuk mencoba aku apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan
ni'mat-Nya). Dan barangsiapa yang bersyukur sesungguhnya dia bersyukur untuk
(kebaikan) dirinya sendiri dan barangsiapa yang ingkar, maka sesungguhnya
Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia".
Dia berkata: "Robahlah baginya singgasananya; maka kia akan
melihat apakah dia mengenal ataukah dia termasuk orang-orang yang tidak
mengenali(nya)".
Dan ketika Balqis datang, ditanyakanlah kepadanya: "Serupa
inikah singgasanamu?". Dia menjawab: "Seakan-akan singgasana ini singgasanaku,
kami telah diberi pengetahuan sebelumnya dan kami adalah orang-orang yang
berserah diri".
Dan apa yang disembahnya selama ini selain Allah, mencegahnya (
untuk melahirkan ke-Islamannya), karena sesungguhnya ia dahulunya termasuk
orang-orang yang kafir. Dikatakanlah kepadanya: "Masuklah ke dalam istana". Maka
tatkala dia melihat lantai istana itu, dikiranya kolam air yang besar dan
disingkapkannya kedua betisnya". Berkatalah Sulaiman: "Sesungguhnya ia adalah
istana licin terbuat dai kaca". Berkatalah Balqis: ¼a, Tuhanku, sesungguhnya aku
telah berbuat zalim terhadap diriku dan aku berserah diri bersama Sulaiman
kepada Allah, Tuhan semesta alam". (QS An Naml 29-44).
Sebuah peta yang menunjukkan dua buah jalur perjalanan ratu Saba.
Istana Sulaiman
Dalam surat dan ayat yang menerangkan tentang ratu Saba, Nabi Sulaiman juga
disebutkan. Dalam Al Qurán diceritakan bahwa Sulaiman mempunyai kerajaan serta
istana yang mengagumkan dan banyak perincian lain yang diberikan.Berdasarkan ini, Sulaiman dapatlah dikatakan memiliki teknologi yang maju dimasanya. Di istananya terdapat berbagai karya seni dan benda-benda berharga, yang mengesankan bagi semua yang menyaksikanya. Pintu gerbang istana terbuat dari gelas. Penyebutan Al Qurán dan akibatnya terhadap ratu Saba disebutkan dalam ayat berikut :
. Dikatakanlah kepadanya: "Masuklah ke dalam istana". Maka
tatkala dia melihat lantai istana itu, dikiranya kolam air yang besar dan
disingkapkannya kedua betisnya". Berkatalah Sulaiman: "Sesungguhnya ia adalah
istana licin terbuat dai kaca". Berkatalah Balqis: ¼a, Tuhanku, sesungguhnya aku
telah berbuat zalim terhadap diriku dan aku berserah diri bersama Sulaiman
kepada Allah, Tuhan semesta alam".(QS An Naml 44).
Istana Nabi Sulaiman disebut dengan "Solomon Temple/Kuil Sulaiman" dalam
literatur bangsa Yahudi. Saät ini, hanya "Tembok sebelah Barat" yang tersisa
dari bangunan kuil atau istana yang masih berdiri, dan pada saat yang bersamaan
tempat ini dinamakan "Tembok Ratapan/Wailing Wall"oleh orang Yahudi. Alasan
mengapa istana ini, sebagaimana banyak tempat lain yang berada di Jerusalem
kemudian dihancurkan adalah dikarenakan tindakan jahat serta kesombongan dari
bangsa Yahudi. Hal ini diberitahukan oleh Al Qurán sebagai berikut :Dan telah Kami tetapkan terhadap Bani Israil dalam kitab itu: "Sesungguhnya kamu akan membuat kerusakan di muka bumi ini dua kali dan pasti kamu akan menyombongkan diri dengan kesombongan yang besar". Maka apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan) pertama dari kedua (kejahatan) itu, Kami datangkan kepadamu hamba-hamba Kami yang mempunyai kekuatan yang besar, lalu mereka merajalela di kampung-kampung, dan itulah ketetapan yang pasti terlaksana.
Kemudian Kami berikan kepadamu giliran untuk mengalahkan mereka
kembali dan Kami membantumu dengan harta kekayaan dan anak-anak dan Kami jadikan
kamu kelompok yang lebih besar. Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat
baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat, maka (kejahatan) itu bagi
dirimu sendiri, dan apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan) yang kedua,
(Kami datangkan orang-orang lain) untuk menyuramkan muka-muka kamu dan mereka
masuk ke dalam masjid, sebagaimana musuh-musuhmu memasukinya pada kali pertama
dan untuk membinasakan sehabis-habisnya apa saja yang mereka kuasai.(QS al Isra
4-7).
Seluruh kaum yang disebutkan dalam bab-bab terdahulu patut mendapatkan
hukuman karena pemberontakan mereka dan ketidak bersyukuran mereka atas karunia
Allah, dan makanya merekapun ditimpa bencana. Setelah berpindah-pindah dari satu
tempat ke tempat lain tanpa negara dan wilayah, dan akhirnya menemukan sebah
rumah di tanah suci pada masa Sulaiman, bangsa Yahudi sekali lagi dihancurkan
karena perilaku mereka yang diluar batas, dan karena tindakan mereka yang
merusak dan membangkang. Yahudi modern yang telah menetap di daerah yang sama
dengan daerah dimasa lalu, kembali menyebabkan kerusakan dan "berbesar hati
dengan kesombongan yang luar biasa" sebagaimana mereka lakukan sebelum
peringatan yang pertama.KAUM SABA DAN BANJIR ARIM
Kaum Saba adalah satu diantara empat peradaban besar yang hidup Arabia Selatan. Kaum ini diperkirakan hidup sekitar sekitar 1000-750 SM dan hancur sekitar 550 M setelah melalui penyerangan selama dua abad dari Persia dan Arab.Sesungguhnya bagi kaum Saba' ada tanda (kekuasan Allah) di tempat kediaman mereka yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan kiri (kepada mereka dikatakan): " Makanlah olehmu dari rezeki yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kamu kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik dan (Tuhanmu) adalah Tuhan Yang Maha Pengampun". Tetapi mereka berpaling, maka Kami datangkan kepada mereka banjir yang besar dan Kami ganti kedua kebun-kebun mereka dengan dua kebun yang ditumbuhi (pohon-pohon) yang berbuah pahit, pohon Atsl dan sedikit dri pohon Sidr ( QS Saba' 15-16).
Masa keberadaan dari peradaban Saba menjadi pokok pembiacaran dari banyak diskusi. Kaum Saba mulai mencatat kegiatan pemerintahannya sekitar 600 SM, Inilah sebabnya tidak terdapat catatan tentang mereka sebelum tahun tersebut.
Sumber tertua yang menyebutkan tentang kaum Saba adalah catatan tahunan keajadian perang yang ditinggalkan dari masa raja Asyiria Sargon II (722-705 SM). Sargon mencatat orang-orang yang membayar pajak kepadanya, ia juga menyebutkan bahwa raja Saba yaitu Yith'i-amara (It'amara). Catatan ini merupakan catatan tertulis tertua yang memberikan informasi tentang peradaban Saba. Namun belumlah tepat untuk menarik kesimpulan bahwa kebudayaan Saba dirintissekitar 700 SM hanya dengan mendasarkan pada data ini saja, sangatlah mungkin bahwa kaum Saba telah hidup dalam jangka waktu yang sangat panjang sebelum dicatat dalam catatan tertulis. Hal ini berarti bahwa sejarah Saba mungkin lebih tua dari yang disebutkan diatas. Dalam prasasti Arad-Nannar, seorang raja terakhir dari negara Ur, digunakan kata "Sabum" yang diperkirakan berarti " negeri Saba".1 Jika kata ini berarti Saba, maka hal ini menunjukan bahwa sejarah Saba mundur ke belakang pada tahun 2500 SM.
Sumber-sumber sejarah yang menceritakan tentang Saba biasanya mengatakan bahwa Saba memiliki sebuah kebudayaan seperti Phoenician, khususnya terlibat dalam kegiatan perdagangan. Menurut sumber ini, kaum Saba memiliki dan mengatur sejumlah jalur perdagangan yang melintasi Arabia selatan. Biasanya orang-orang Saba menjual daganganya ke Mediterania dan Gaza demikian juga melintasi Arabi Selatan, di mana mereka telah menapatakan izin dari raja Sargon II penguasa dari seluruh wilayah atau dengan membayar sejumlah tertentu pajak kepadanya. Ketika kaum Saba mulai membayar pajak kepada kerajaan Assyiria, maka nama mereka mulai tercatat dalam sejarah negeri ini.
Kaum Saba telah dikenal sebagai orang-orang yang beradab dalam sejarah. Dalam prasasti para penguasa Saba, terdapat kata-kata seperti ; "mengembalikan", "mempersembahkan', dan "membangun"seringkali digunakan. Bendungan Ma'rib yang merupakan salah satu monumen terpenting dari kaum ini, adalah merupakan indikasi penting yang menunjukkan tingkatan teknologi yang telah diraih oleh kaum Saba. Namun hal ini tidak berarti bahwa angkatan bersenjata Saba adalah lemah. Bala tentara Saba adalah salah satu faktor terpenting yang memberikan sumbangan terhadap kelangsungan dan ketahanan kebudayaan mereka dalam jangka waktu yang lama tanpa keruntuhan.
Negara Saba memiliki tentara yang paling kuat di kawasan tersebut. Negara mampu melakukan politik ekspansi (meluaskan wilayah) berkat angkatan bersenjatanya. Negra Saba telah menaklukkan wilayah-wilayah dari negara Qataban Lama yang memiliki tanah yang luas di benua Afrika. Selama abad 24 SM dalam ekspedisi ke Magrib, angkatan bersenjata Saba mengalahkan dengan telak angkaan bersenjata Marcus Aelius Gallus, seorang Gubernur di Mesir dari Kekaisaran Romawi yang sesungguhnya merupakan negara yang terkuat pada saat itu. Saba dapatlah digambarkan sebagai sebuah negara yang menerapkan kebijakan yang moderat, namun mereka tidak akan ragu-ragu untuk menggunakan kekuatan bersenjata jika memang diperlukan. Dengan keunggulan kebudayaan dan militer, negara Saba merupakan salah satu "super power" di daerah tersebut kala itu.
Kekuatan angkatan bersenjata Saba yang sangat hebat juga disebutkan di dalam Al Qur'an. Sebuah ungkapan dari komandan tentara Saba yang diceritakan dalam Al Qur'an menunjukkan rasa prcaya diri yang sangat besar yang dimiliki oleh tentara Saba. Sang Komandan berkata kepada sang ratu penguasa Saba ; "Kita adalah orang-orang yang memiliki kekuaan dan (juga) memiliki keberanian yang sangat ( dalam peperangan), dan keputusan berada ditanganmu; maka pertimbangkanlah apa yang akan kamu perintahkan". ( QS an Naml 33).
Ibukota dari Saba dalah Ma'rib yang sangat makmur, berkat letak geografisnya yang sangat menguntungkan. Ibukota ini sangat dekat dengan Sungai Adhanah. Titik dimana sungai bertemu Jabal Balaq sangatlah tepat untuk membangun sebuah bendungan. Dengan memanfaatkan keadaan alam ini, kaum Saba membangun sebuah bendungan di tempat dimana peradaban mereka pertama kali berdiri, dan sistem pengairan merekapun dimulai. Mereka benar-benarr mencapai tingkat kemakmuran yang sangat tingi. Ibukotanya yaitu Ma'rib, adalah salah satu kota termodern saat itu. Penulis Yunani bernama Pliny yang telah mengunjungi daerah ini dan sangat memujinya, menyebutkan betapa menghijaunya kawasan ini.2
Ketinggian dari bendungan di Ma'rib mencapai 16 meter, lebar 60 meter dengan panjang 620 meter. Berdasarkan perhitungan, total wilayah yang dapat diari oleh bendungan ini adalah 9.600 hektar, dengan 5.300 hektar termasuk dataran bagian selatan bendungan dan sisanya termasuk dataran sebelah barat seluas 4.300 hektar (pen). Dua dataran ini dihubungkan sebagai " Ma'rib dan dua dataran tanah " dalam prasasti Saba.3 Ungkapan dalam Al Qur'an yang menyebutkan " dua buah kebun disisi kiri dan kanan "menunjukkan akan kebun yang mengesankan dan kebun angur di kedua lembah ini. Berkat bendungan ini dan system pengairan tersebut maka daerah ini sangnat terkenal memiliki pengairan yang terbaik dan kawasan paling subur di Yaman. J. Holevy dari Perancis dan Glaser dari Austria membuktikan berdasarkan dokumen tertulis bahwa bendungan Ma'rib telah ada sejak jaman kuno. Dalam dokumen tertulis dalam dialek Himer dihubungkan bahwa bendungan ini yang menyebabkan kawasan ini sangat produktif.
Bendungan ini diperbaiki secara besar-besaran selama abad 5 dan 6 M. Namun demikian, perbaikan yang dilakukan ini ternyata tidak mampu memcegah keruntuhan bendungan ini tahun 542 AD. Runtuhnya bendungan tersebut mengakibatkan "banjir besar Arim" yang disebutkan dalam Al Qur'an serta mengakibatkan kerusakan yang sangat hebat. Kebun-kebun anggur, kebun dan ladang-ladang pertanian dari kaum Saba yang telah mereka panen selama ratusan tahun benar-benar dihancurkan secara menyeluruh. Dan kaum Sab apun segera mengalami masa resesi yang terjadi setelah hancurnya bendungan tersebut. Negeri Saba berakhir dalam waktu tersebut yang dimulai dengan hancurnya bendungan
Banjir Arim yang Dikirimkan Untuk Negeri Saba
Ketika kita mempelajari Al Qur'an serta membandingkannya dengan catatan
sejarah tersebut diatas, maka kita akan melhat kesamaan yang sangat mendasar
dalam hal ini. Temuan arkeologis dan juga catatan sejarah membenarkan apa yang
dicatat dalam Al Qur'an. Sebagaimana disebutkan alam ayat berikut, kaum ini yang
tidak mendengarkan peringatan dari Nabi mereka dan yang menolak atas kepercayaan
tersebut, akhirnya mereka dihukum dengan banjir bah yang mengerikan. Banjir ini
disebutkan dalam Al Qur'an dalam ayat-ayat sebagai berikut :
Sesungguhnya bagi kaum Saba' ada tanda (kekuasan Allah) di
tempat kediaman mereka yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan kiri (kepada
mereka dikatakan): " Makanlah olehmu dari rezeki yang (dianugerahkan) Tuhanmu
dan bersyukurlah kamu kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik dan
(Tuhanmu) adalah Tuhan Yang Maha Pengampun". Tetapi mereka berpaling, maka Kami
datangkan kepada mereka banjir yang besar dan Kami ganti kedua kebun-kebun
mereka dengan dua kebun yang ditumbuhi (pohon-pohon) yang berbuah pahit, pohon
Atsl dan sedikit dari pohon Sidr. Demikianlah Kami memberi balasan kepada mereka
karena kekafiran mereka. Dan kami tidak menjatuhkan azab (yang demikian itu),
melainkan hanya kepada orang-orang yang sangat kafir. ( QS Saba' 15-17).
Sebagaimana ditekankan dalam ayat-ayat diatas, kaum Saba yang hidup di suatu
daerah yang ditandai dengan keindahan yang luar biasa, kebun-kebun anggur yang
subur. Terletak di jalur perdagangan, negeri Saba memiliki standar kehidupan
yang tinggi dan menjadi salah satu kota yang terkenal di masa ituDisebuah negeri dengan standar kehidupan dan keadaan yang sangatlah bagus, apa yang sehausnya dilakukan oleh Kaum saba adalah untuk "Makanlah olehmu dari rezeki yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kamu kepada-Nya" sebagaiman disebutkan dalam ayat diatas. Namun mereka tidak melakukannya. Mereka memilih untuk mengakui kemakmuran negeri yang mereka miliki aalah kepunyaan mereka sendiri, mereka merasa bahwa merekalah yang membuat semua keadaan yang luar biasa tersebut. Mereka memilh untuk menjadi sombong daripada bersyukur dan menurut ungkapan dalam ayat tersebut dikatakan, mereka "berpaling dai Allah"…
Karena mereka mengaku bahwa semua kekayaan adalah milik mereka, maka merekapun kehilangan semua yang merek miliki.
Di dalam Al Qur'an, hukuman yang dikirmkan kepada kaum Saba dinamakan "Sail al-Arim" yang berarti "banjir Arim". Ungkapan yang digunakan dalam Al Qur'an juga menceritakan kepada kita bagaimana bencana ini terjadi. Kata "Arim" berarti bendungan atau rintangan. Ungkapan " Sail al-Arim" menggambarkan sebuah banjir yang datang bersamaan dengan runtuhnya bendungan ini. Seorang pengamat Islam telah menetapkan tentang waktu dan tempat kejadian ini dengan petunjuk yang digunakan dalam Al Qur'am tentang banjir Arim. Mawdudi menulis dalam komentaranya:
Dalam ungkapan sail al-Arim kata "Arim"
diturunkan dari kata "airmen" digunakan dalam dialek Arabia selatan yang bearti
"bendungan,rintangan" Dalam reruntuhan yang tersingkap dalam penggalian yang
dilakukan di Yemen, kata ini tampaknya sering digunakan dalam pengertian ini.
Sebagai contoh dalam prasasti Ebrehe (Abraha) yang dibuat oleh Habesh dari
kerajaan Yaman , setelah dilakuakan restorasi terhadap dinding besar Ma'rib
ditahun 542 dan 543 M, kata ini digunakan untuk pengertian bendungan waktu dan
lagi. Sehingga ungkapan sail al-Arim berarti " sebuah bencana banjir yang
terjadi setelah runtuhnya sebuah bendungan." " Kami ganti kedua kebun-kebun
mereka dengan dua kebun yang ditumbuhi (pohon-pohon) yang berbuah pahit, pohon
Atsl dan sedikit dari pohon Sidr. (QS Saba 16) . Setelah runtuhnya dinding
bendungan , seluruh negeri digenangi oleh banjir . Saluran yang telah digali
oleh kaum Saba dan juga dinding yang dibangun dengan mendirikan
penghalang/perinrang antar gunung-gunung dihancurkan dan system pengairanpun
hancur berantakan.Sebagi hasilnya, daerah yang semula berupa kebun yang subur
berubah menjadi sebuah hutan. Tidak ada lagi buah yang tersisa kecuali buah
seperti cheri dari tunggul pepohon kecil .4
Bawah (Reruntuhan bendungan Ma'rib yang tampak diatas adalah
salah satu karya yang paling pentin dari kaum Saba. Bendungan ini runtuh
dikarenakan banjir Arim yang disebutkan dalam Al Qur'an dan semua daerah
pertaniannya dilanda banjir. Daerah itu dihancurkan dengan runtuhnya bendungan.
Negeri Saba kehilangan kekuatan ekonominya dalam waktu yang sangat singkat dan
dalam waktu yang tidak lama pula negeri ini dihancukan.
Werner Keller seorang ahli arkeologi Kristen penulis buku " The
Holy Book Was Right (Und die Bible Hat Doch Recht) sepakat bahwa banjir Arim
terjadi sebagaima disebutkan dalam Al Qur'an dan ia menulis bahwa keberadaan
sebuah bendungan dan penghancuran seluruh negeri dikarenakan runtuhnya bendungan
membuktikan bahwa contoh yang diberikan dalam Al Qur'an tentang kaum pemilik
kebun-kebun tersebut adalah benar-benar adanya .5Setelah bencana banjir Arim, daerah tersebut muali berubah menjadi padang pasir dan kaum Saba kehilangan sumber pendapaan mereka yang paling penting dengan menghilangnya lahan pertanian mereka. Kaum yang tidak mengindahkan seruan Allah untuk beriman kepda-Nya dan bersyukur kepada-Nya, akhirnya diazab dengan sebuah bencana seperti ini. Setelah penghancuran yang disebabkan oleh banjir, kaum Saba mulai terpecah-belah. Kaum Saba mulai meninggalkan rumah-rumah mereka dan berpindah ke Arabia Selatan, Makkah dan Syria . 6
Dikarenakan banjir ini terjadi setelah Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, peristiwa banjir Arim ini hanya disebutkan alam Al Qur'an.
Kota Ma'rib yang dulunya pernah dihuni oleh Kaum Saba, namun sekrang hanyalah sebuah reruntuhan yang terpencil, tidaklah diragukan lagi bahwa ini merupakan peringatan bagi mereka yang mengulang kesalahan seperti yang dilakukan kaum Saba. Kaum Saba bukanlah satu-satunya kaum yang dihancurkan dengan banjir. Dalam Al Qur'an surat Al Kahfi diceritkan tentang kisah dua orang pemilik kebun. Satu diantaranya memiliki kebun yang sangat mengesankan dan produktif seperti halnya yang dimiliki oleh kaum Saba. Namun merekapun membuat kesalahan yang sama sebagiamana halnya mereka, berpaling dari Allah. Ia berpikir bahwa anugerah yang dilimpahkan kepadanya "menjadi milik" dari diriya sendiri (dia sendirilah yang menyebabkan kesemuanya itu, bukan karena Allah):
Dan berikanlah kepada mereka sebuah perumpamaan dua orang
laki-laki, kami jadikan bagi seorang diantara keduanya (yang kafir) dua buah
kebun anggur dan Kami kelilingi kedua kebun itu dengan pohon-pohon korma dan di
antara kedua kebun itu Kami buatkan ladang. Kedua buah kebun itu menghasilkan
buahnya, dan kebun itu tiada kurang buahnya sedikitpun , dan Kami alirkan sungai
dicelah-celah kedua kebun itu, dan dia mempunyai kekayan yang besar, maka ia
berkata kepada kawannya (yang mu'min) ketika ia bercakap-cakap dengan dia;
"Hartaku lebih banyak dari hartamu dan pengikut-pengikutku lebih kuat.". Dan dia
memasuki kebunnya sedang dia zalim kepada dirinya sendiri; Ia berkata :" Aku
kira kebun ini tidak akan binasa selama-lamanya, dan aku tidak mengira hari
kiamat itu akan datang, dan jika sekiranya aku dikembalikan kepda Tuhanku, pasti
aku akan mendapat kembali tempat yang lebih baik daripada kebun-kebun itu".
Kawannya (yang mu'min) berkata kepaanya sedang dia bercakap-cakap dengannya: "
Apakah kamu kafir kepada (Tuhan ) yang menciptakan kamu dari tanah, kemudian
dari setetes air mani, lalu Dia menjadikan kamu seorang laki-laki yang
sempurna?. Tetapi aku (percaya bahwa); Dialah Allah, Tuhanku dan aku tidak
mempersekutukan seorangpun dengan Tuhanku. Dan mengapa kamu tidak mengatakan
waktu kamu memasuki kebunmu masya allah tidak ada kekuatan kecuali dengan
(pertolongan) Allah ?. Jika kamu anggap aku lebih kurang daripada kamu dalam hal
harta dan anak., maka mudah-mudahan Tuhanku akan memberi kepadaku (kebun) yang
lebih baik daripda kebunmu (ini); dan mudah-mudahan Dia mengirimkan ketentuan
(petir) dari langit kepada kebun-kebunmu, hingga (kebun itu) menjadi tanah yang
licin; atau airnya menjadi surut ke dalam tanah, maka sekali-kali kamu tidak
dapat menemukannya lagi". Dan harta kekayaanya dibinasakan, lalu ia
membolak-balikkan kedua tangannya (tanda menyesal) terhadap biaya yang telah
dibelanjakannya untuk itu, sedang pohon anggur itu roboh bersama para-paranya
dan dia berkata : " Aduhai kiranya dahulu aku tidak mempersekutukan seorangpun
dengan Tuhanku". Dan tidak ada bagi dia segolonganpun yang akan menolongnya
selain Allah; dan sekali-kali ia tidak dapat membela dirinya. Disana pertolongan
itu hanya dari Allah yang Hak . Dia adalah sebaik-baik Pemberi pahala dan
sebaik-baik Pemberi Balasan. ( QS Al Kahfi 32-44).
Sebagaimana dapat dipahami dari ayat-ayat ini, kesalahan yang dilakukan oleh
pemilik kebun adalah mengingkari keberadaan Allah. Meski ia mengingkari
keberadan Allah namun sebaliknya ia mengira bahwa " meskipun jika dikembalikan
kepada Tuhannya" ia akan mendapatkan balasan yang lebih baik. Ia yakin bahwa
keadaan yang dialaminya, hanyalah tergantung dari kesuksesan usahanya sendiri.
Sebenarnya ini adalah berarti mempersekutukan Allah dengan orang/hal yang lain; mencoba untuk mengaku bahwa segala sesuatu yang dimiliki oleh Allah dan hilangnya rasa takut seseorang kepada Allah, berpikir bahwa seseorang memiliki keagungan atas diriya sendiri, dan Allah dengan caraNya "menunjukkan kemurahan" pada seseorang.
Hal inilah yang juga dilakukan oleh Kaum Saba, hukuman mereka adalah sama - semua daerah kekuasaannya dihancurkan- sehingga mereka dapat memahami bahwa mereka bukanlah orang uang menjadi "pemilik " kekuatan namun hanyalah "berkat" kepada mereka …..