Isa a.s. adalah
seorang nabi pilihan Allah. Beliau adalah salah satu nabi yang paling banyak
disebut-sebut dalam sejarah dunia. Puji syukur kepada Allah sehingga ada sebuah
sumber di mana kita dapat memeriksa mana yang benar dan mana yang palsu tentang
apa yang telah dikatakan selama ini tentang diri beliau. Sumber tersebut adalah
al-Qur’an, satu-satunya wahyu Allah yang tetap tidak berubah dan tidak mengalami
distorsi.
Tatkala kita
merujuk kepada al-Qur’an untuk mengungkap kebenaran sejati tentang Nabi Isa
a.s., kita melihat bahwa:
Allah tidak
mengizinkan orang-orang kafir membunuh Isa a.s., namun mengangkat beliau ke
hadirat-Nya, dan mengumumkan kabar gembira kepada umat manusia bahwa beliau akan
datang kembali suatu hari nanti. Al-Qur’an memberikan informasi tentang
kembalinya Isa a.s. dalam sekian banyak ayat:
Salah satu ayat
mengatakan bahwa orang-orang kafir yang memasang jebakan untuk membunuh Isa a.s.
tidak berhasil;
Dan karena ucapan mereka:
“Sesungguhnya kami telah membunuh al-Masih, Isa putra Maryam, rasul Allah,”
padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang
mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan Isa bagi mereka. Sesungguhnya
orang-orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan) Isa a.s. benar-benar
dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak mempunyai keyakinan
tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka
tidak (pula) yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah Isa. (Q.s. an-Nisa’: 157).
Salah satu ayat
lain mengatakan bahwa Isa a.s. tidaklah wafat, namun diangkat dari ruang lingkup
manusia ke hadirat Allah.
Tetapi (yang sebenarnya), Allah telah
mengangkat Isa kepada-Nya. Dan adalah Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.
(Q.s. an-Nisa’: 158).
Di dalam ayat
ke-55 Surat Ali ‘Imran, kita mempelajari bahwa Allah akan menempatkan
orang-orang yang mengikuti Isa di atas orang-orang yang kafir hingga Hari
Kebangkitan. Adalah sebuah fakta historis bahwasanya, 2.000 tahun yang lalu,
murid-murid Isa tidak memiliki kekuatan politik. Orang-orang Nasrani yang hidup
di antara periode itu dengan zaman kita telah mempercayai sejumlah doktrin
palsu, yang puncaknya adalah doktrin Trinitas. Oleh sebab itu, sebagaimana telah
begitu gamblang, mereka tak dapat disebut sebagai para pengikut Isa a.s.,
karena, sebagaimana dinyatakan dalam sekian banyak tempat di dalam al-Qur’an,
mereka yang meyakini Trinitas telah tergelincir ke dalam kekafiran. Dalam kasus
yang demikian, pada waktu sebelum Hari Kiamat, para pengikut Isa a.s. yang
sejati akan mengalahkan orang-orang yang ingkar dan menjadi manifestasi dari
janji Allah yang terkandung di dalam Surat Ali ‘Imran. Tentu saja, kelompok yang
diberkahi ini akan dapat dikenali tatkala Isa a.s. kembali lagi ke bumi.
Sekali lagi,
al-Qur’an menyatakan bahwa para Ahli Kitab akan beriman kepada Isa a.s. sebelum
mereka meninggal.
Tidak ada seorang pun dari Ahli
Kitab, kecuali akan beriman kepadanya (Isa a.s.) sebelum kematiannya. Dan pada
Hari Kiamat nanti Isa itu akan menjadi saksi terhadap mereka. (Q.s. an-Nisa’: 159).
Kita dengan jelas
mengkaji dari ayat ini bahwa masih ada tiga janji yang belum dipenuhi tentang
Isa a.s. Pertama, sebagaimana halnya setiap manusia lainnya, Nabi Isa a.s. akan
wafat. Kedua, semua orang dari kalangan Ahli Kitab akan melihat beliau dalam
wujud jasmaniah dan akan menaatinya sewaktu beliau hidup. Tak ada keraguan bahwa
kedua prediksi ini akan dipenuhi tatkala Isa a.s. datang kembali sebelum Hari
Kiamat. Prediksi ketiga tentang Isa a.s. yang menyampaikan kesaksian terhadap
para Ahli Kitab akan dipenuhi pada Hari Kiamat.
Ayat lain dalam
Surat Maryam membahas kematian Isa a.s.
Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan
kepadaku pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal, dan pada hari aku
dibangkitkan hidup kembali. (Q.s. Maryam: 33).
Tatkala kita
bandingkan ayat ini dengan ayat ke-55 Surat Ali ‘Imran, kita dapat menemukan
sebuah fakta yang sangat penting. Ayat di dalam Surat Ali ‘Imran berbicara
tentang Isa a.s. yang sedang diangkat ke hadirat Allah. Dalam ayat ini, tak ada
informasi yang diberikan tentang apakah Isa a.s. telah meninggal ataukah tidak.
Namun dalam ayat ke-33 Surat Maryam, kematian Isa a.s. disebut. Kematian kedua
ini hanya mungkin bila Isa a.s. kembali lagi ke bumi dan wafat setelah hidup di
sini selama beberapa waktu. Wallahu a‘lam! (Hanya Allah Yang Mahatahu).
Ayat lain yang
menyinggung kembalinya Isa a.s. ke bumi berbunyi:
Dan Allah akan mengajarkan kepadanya
al-Kitab, Hikmah, Taurat, dan Injil. (Q.s. Ali ‘Imran:
48).
Guna memahami
penyebutan kata “Kitab” yang disebut dalam ayat ini, kita harus melihat ke
ayat-ayat lainnya di dalam al-Qur’an yang relevan dengan pokok pembahasan ini:
bila Kitab itu dinyatakan dalam satu ayat bersama-sama dengan Taurat dan Injil,
maka ia harusnya berarti al-Qur’an. Ayat ketiga Surat Ali ‘Imran memberikan
sebuah contoh yang demikian:
Allah, tidak ada Tuhan melainkan Dia.
Yang hidup kekal lagi senantiasa berdiri sendiri. Dia menurunkan al-Kitab
(al-Qur ’an) kepadamu dengan sebenar nya; membenarkan kitab yang telah
diturunkan sebelumnya dan menurunkan Taurat dan Injil, sebelum (al-Qur’an),
menjadi petunjuk bagi manusia, dan Dia menurunkan alFurqan (pembeda antara yang
haq dan bathil). (Q.s. Ali ‘Imran: 2-4).
Dalam kasus ini,
kitab yang dimaksud dalam ayat 48, yang dipelajari Isa a.s., hanya dapat berarti
al-Qur’an. Kita tahu bahwa Isa a.s. sudah mengenal Taurat dan Injil pada masa
hidupnya, yaitu, kira-kira 2.000 tahun yang lalu. Maka jelas, al-Qur’an yang
akan dipelajarinya tatkala beliau kembali lagi ke bumi.
Apa yang
ditawarkan di dalam ayat 59 Surat Ali ‘Imran sangatlah menarik: “Sesungguhnya
misal (penciptaan) Isa di sisi Allah adalah seperti (penciptaan) Adam …” Da-lam
ayat ini kita dapat melihat bahwa pasti terdapat sejumlah kemiripan antara kedua
nabi tadi. Sebagaimana kita ketahui, baik Adam a.s. dan Isa a.s. tidak memiliki
ayah, namun kita dapat menarik kemiripan yang lebih jauh lagi dari ayat di atas,
antara diturunkannya Adam ke bumi ini dari Surga dan diturunkannya Isa a.s. dari
hadirat Allah pada Akhir Zaman.
Al-Qur’an
mengatakan berikut ini tentang Isa a.s.:
Dan sesungguhnya Isa a.s. itu
benar-benar memberikan pengetahuan tentang Hari Kiamat. Karena itu janganlah
kamu ragu-ragu tentang Kiamat itu dan ikutilah aku. Inilah jalan yang
lurus. (Q.s. az-Zukhruf: 61).
Kita mengetahui
bahwa Isa a.s. hidup enam abad sebelum al-Qur’an diturunkan. Dengan demikian,
ayat ini haruslah menunjuk, bukan pada kehidupan pertamanya, namun pada
kedatangannya kembali pada Hari Akhir. Baik dunia Kristen maupun Islam
menanti-nantikan kedatangan Isa a.s. yang kedua kalinya ini dengan penuh harap.
Kehadiran tamu mulia yang diberkahi ini ke muka bumi akan menjadi tanda penting
Hari Kiamat.
Bukti lebih jauh
tentang kedatangan kedua kalinya Isa a.s. dapat ditemukan dalam penggunaan kata
wakahlan dalam Surat al-Maidah 110, dan Surat Ali ‘Imran 46. Dalam ayatayat
tersebut, kita diberi tahu mengenai perintah-perintah ini:
(Ingatlah), ketika Allah mengatakan:
“Hai Isa putra Maryam, ingatlah nikmat-Ku kepadamu dan kepada ibumu di waktu Aku
menguatkan kamu dengan ruhul qudus. Kamu dapat berbicara dengan manusia di waktu
masih dalam buaian dan sesudah dewasa (wakahlan) …” (Q.s. al-Ma’idah: 110).
Dan dia berbicara kepada manusia
dalam buaian dan ketika sudah dewasa (wakahlan)dan dia adalah salah se-orang di
antara orang-orang yang saleh. (Q.s. Ali ‘Imran: 46).
Kata ini terdapat
hanya pada kedua ayat tadi dan hanya merujuk kepada Isa a.s. Kata ini dipakai
untuk menggambarkan usia Isa a.s. yang lebih dewasa. Kata tersebut merujuk pada
usia antara 30 dan 50, yaitu pada akhir masa muda dan menjelang usia tua. Para
ulama sepakat dalam menerjemahkan kata ini untuk merujuk pada kurun waktu usia
35.
Para ulama berpegang pada sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu
Abbas r.a. tentang kesimpulan bahwa Isa a.s. diangkat ke hadirat Allah sewaktu
masih muda, yaitu, pada awal usia 30an, dan bahwa tatkala beliau kembali lagi ke
bumi, beliau tinggal memiliki sisa umur 40 tahun. Isa a.s. akan menjalani masa
tuanya setelah beliau kembali ke bumi, maka ayat ini dapat dikatakan sebagai
suatu bukti akan kedatangan Isa a.s. untuk yang kedua kalinya ke bumi. 2
![]()
Sebagaimana telah
disebutkan, bila kita telaah al-Qur’an dengan cermat, kita pun melihat bahwa
kata ini hanya dipakai untuk merujuk kepada Isa a.s. Semua nabi telah berbicara
kepada manusia dan mengajak mereka untuk menerima agama. Mereka semua telah
menyampaikan risalahnya tatkala mereka telah berusia dewasa. Akan tetapi,
al-Qur’an tidak mengatakan hal yang serupa itu mengenai nabi lainnya. Kata ini
hanya dipakai untuk Isa a.s., dan suatu mukjizat. Frasa “dalam buaian” dan
“setelah beranjak dewasa” merujuk pada dua mukjizat yang sangat besar.
Adalah sebuah
mukjizat bahwasanya Isa a.s. berbicara ketika beliau masih berada dalam buaian.
Ini adalah suatu hal yang belum pernah terlihat sebelumnya, dan al-Qur’an
berulang kali berbicara tentang peristiwa yang ajaib ini. Setelah kata-kata ini
segera diikuti dengan frasa “dan berbicara kepada manusia ketika sudah dewasa.”
Kata-kata ini pun merujuk pada sebuah keajaiban. Bila kata-kata “ketika sudah
dewasa” merujuk pada kehidupan beliau yang sebelumnya pada waktu sebelum
diangkat ke hadirat Allah, maka berbicaranya Isa a.s. tidak akan menjadi sebuah
keajaiban. Dan karena bukan suatu keajaiban, maka tidak akan dipakai setelah
berbicara ketika masih dalam buaian atau dengan cara yang sama dalam suatu
situasi yang ajaib. Dalam kasus demikian, sebuah ungkapan seperti “dalam buaian
dan ketika sudah dewasa” akan dipakai dan akan mengungkapkan komunikasi yang
berlangsung semenjak dari waktu Isa a.s. mulai berbicara dalam buaian hingga
saat beliau diangkat ke hadirat Allah. Namun, ayat tadi menarik perhatian kita
pada dua peristiwa yang amat sangat ajaib. Yang pertama adalah berbicara ketika
masih dalam buaian; yang lainnya, pembicaraan Isa a.s. pada usia dewasanya.
Dengan demikian, ungkapan “ketika sudah dewasa” merujuk pada suatu waktu yang
merupakan sebuah keajaiban. Yaitu waktu di mana Isa a.s. akan berbicara kepada
manusia dalam usia dewasanya setelah beliau kembali lagi ke bumi. Wallahu a‘lam!
Dalam hadis-hadis
Nabi Muhammad saw. terdapat informasi tentang kedatangan kedua Isa a.s. Dalam
beberapa hadis, informasi ini diberikan bersamaan dengan informasi lainnya
tentang apa yang akan dilakukan oleh Isa a.s. sewaktu beliau berada di dunia.
Anda dapat membaca hadis-hadis yang relevan dengan pokok pembahasan ini dalam
bab di buku ini yang berjudul “Kembalinya Isa a.s. Setelah Kemunculan Nabinabi
Palsu.” (Guna memperoleh informasi yang lebih lengkap, silakan baca buku
Harun Yahya yang berjudul Jesus Will Return, Ta-Ha Publishers, Februari 2001.)
Akan bermanfaat
untuk mengingatkan kepada para pembaca di sini tentang sebuah perkara yang
sangat penting: Allah telah mengutus Nabi Muhammad saw. kepada umat manusia
sebagai nabi pamungkas. Allah telah mewahyukan al-Qur’an kepada Nabi Muhammad
saw., dan membebankan atas semua manusia tanggung jawab dalam menaati al-Qur’an
hingga Hari Pengadilan. Isa a.s. akan kembali secara ajaib ke dunia pada Akhir
Zaman namun, sebagaimana dikatakan oleh Nabi Muhammad saw., beliau tidak akan
membawa agama baru. Agama sejati yang diajarkan oleh Nabi Muhammad saw. adalah
Islam, yang mana Isa a.s. pun akan tunduk tatkala beliau datang kembali ke bumi
ini.
| ||||
TERBELAHNYA
BULAN
Surat 54 dari
al-Qur’an disebut “Surat al-Qamar”. Qamar berarti bulan. Dalam beberapa ayatnya,
surat ini menceritakan tentang kehancuran yang menimpa kaum Nuh, ‘Ad, Tsamud,
Luth, dan Fir’aun, karena mereka menolak peringatan dari para nabi. Pada saat
yang sama, ada sebuah pesan yang sangat penting yang dinyatakan di dalam ayat
pertama, yang berkenaan dengan Hari Akhir.
Dapat terlihat
dengan jelas bahwa makna syaqqa di sini bukanlah “belah”. Arti yang dipakai
adalah mencangkul tanah agar dapat ditumbuhi beragam tanaman.
Bila kita kembali
menengok ke tahun 1969, kita akan melihat salah satu keajaiban al-Qur’an.
Eksperimen yang dijalankan di permukaan bulan pada tanggal 20 Juli 1969, dapat
mengisyaratkan terpenuhinya berita yang telah disampaikan 1.400 tahun yang
lampau di dalam Surat al-Qamar. Pada tanggal itu, para astronot Amerika
menjejakkan kaki mereka di bulan. Dengan menggali tanah bulan, mereka pun
melakukan ekspe-rimen-eksperimen ilmiah dan mengumpulkan contoh-contoh bebatuan
dan tanah. Sungguh sangat menarik bahwa kemajuan-kemajuan ini sepenuhnya persis
dengan pernyataanpernyataan di dalam ayat tadi.
Telah dekat (datangnya) as-Sa‘ah
(Hari Kiamat) itu dan telah terbelah bulan. Dan jika mereka (orang-orang
musyrikin) melihat sesuatu tanda (mukjizat), mereka berpaling dan berkata: “(Ini
adalah) sihir yang terusmenerus.” Dan mereka mendustakan (Nabi) dan mengikuti
hawa nafsu mereka, sedang tiap-tiap urusan telah ada ketetapannya. Dan
sesungguhnya telah datang kepada mereka beberapa kisah yang di dalamnya terdapat
cegahan (dari kekafiran), itulah suatu hikmat yang sempurna maka
peringatan-peringatan itu tiada berguna (bagi mereka). Maka berpalinglah kamu
dari mereka. (Ingatlah) hari (ketika) seorang penyeru (malaikat) menyeru kepada
sesuatu yang tidak menyenangkan (hari pembalasan), sambil menundukkan
pandangan-pandangan mereka keluar dari kuburan seakan-akan mereka belalang yang
beterbangan, mereka datang dengan cepat kepada penyeru itu. Orang-orang kafir
berkata: “Ini adalah hari yang berat.” (Q.s. al-Qamar:
1-8).
| ||||
2. Faslu’l-Makal fi Ref ‘i Isa Hayyen ve Nuzulihi ve Katlihi’d-Deccal,
(“Penjelasan Rinci Mengenai Kenaikan Isa dalam Keadaan Masih Hidup, Turunnya ke Dunia Kembali dan Peperangannya dengan Dajjal”), hlm. 20. ![]() 3. NASA, “Primary Mission Accomplished: 1969, Scientific Work Begins”, http: / / www.hq.nasa.gov/office/pao/History / SP-4214/ ch9-6.html. ![]() |
NABI ISA A.S. KEMBALI KE BUMI
KEUNGGULAN AKHLAK ISLAM DI DUNIA
KEUNGGULAN AKHLAK ISLAM DI DUNIA
Salah satu tema
yang senantiasa diangkat di dalam al-Qur’an adalah mengenai orang-orang yang
telah dihancurkan oleh Allah, karena kezaliman dan kedurhakaan mereka, dan
contoh yang bisa diambil dari mereka itu. Tentu saja, terdapat sebuah sisi yang
sangat besar di antara persamaan umat pada masa lalu dan pada masa kita
sekarang. Pada zaman kita, ada orang-orang yang sikap dan cara hidupnya bahkan
melampaui penyimpangan seksual yang dilakukan oleh kaum Luth, kecurangan
penduduk Madyan, kesombongan dan kepongahan kaum Nuh, kedurhakaan dan kezaliman
kaum Tsamud, rasa tidak tahu terima kasih kaum Iram, beserta tingkah laku dari
berbagai macam umat lainnya yang telah dimusnahkan. Alasan yang jelas dari semua
kerusakan moral ini adalah orang-orang tersebut telah melupakan Allah dan maksud
penciptaan diri mereka.
Pembunuhan,
ketidakadilan sosial, pengkhianatan, penipuan, dan kerusakan moral pada zaman di
mana kita hidup ini bahkan telah mendorong sebagian orang untuk berputus asa.
Namun, janganlah dilupakan bahwa al-Qur’an memerintahkan agar kita tidak
berputus asa dari pertolongan Allah. Putus asa dan patah semangat adalah cara
berpikir yang tidak dapat diterima bagi orang-orang yang beriman. Allah
memberitahukan bahwa mereka yang mengabdi kepada-Nya dengan tulus — dengan tanpa
menyekutukan-Nya dengan makhluk-makhluk-Nya yang mana pun sebagai tuhan-tuhan di
samping-Nya — dan beramal saleh guna mendapat keridha-an-Nya, akan mendapat
kekuatan dan kekuasaan.
Dan Allah telah berjanji kepada
orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh
bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana
Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia
akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia
benarbenar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan
menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan
sesuatu apa pun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji)
itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik. (Q.s.
an-Nur: 55).
Dalam sejumlah
ayat, juga dikatakan bahwa adalah sebuah hukum ilahiah bahwa hamba-hamba yang
setia dan menjalankan agama yang haq di dalam hatinya akan dijadikan sebagai
para pewaris atas dunia ini:
Dan sungguh telah Kami tulis di dalam
Zabur sesudah (Kami tulis dalam) Lawh Mahfuzh, bahwasanya bumi ini dipusakai
oleh hamba-hamba-Ku yang saleh. (Q.s. al-Anbiya’: 105).
Kami pasti akan menempatkan kamu di
negeri-negeri itu sesudah mereka. Yang demikian itu (adalah untuk) orang-orang
yang takut (akan menghadap) ke hadirat-Ku dan yang takut kepada ancaman-Ku.
(Q.s. Ibrahim: 14).
Dan sesungguhnya Kami telah
membinasakan umatumat yang sebelum kamu, ketika mereka berbuat kezaliman,
padahal rasul-rasul mereka telah datang kepada mereka dengan membawa
keterangan-keterangan yang nyata, tetapi mereka sekali-kali tidak hendak
beriman. Demikianlah Kami memberi pembalasan kepada orang-orang yang berbuat
dosa. Kemudian Kami jadikan kamu pengganti-pengganti (mereka) di muka bumi
sesudah mereka, supaya Kami memperhatikan bagaimana kamu berbuat. (Q.s. Yunus: 13-14).
Musa berkata kepada kaumnya:
“Mohonlah pertolongan kepada Allah dan bersabarlah; sesungguhnya bumi (ini)
kepunyaan Allah; diwariskan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya dari
hamba-hamba-Nya. Dan kesudahan yang baik adalah bagi orang-orang yang bertakwa.
Kaum Musa berkata: “Kami telah ditindas (oleh Fir’aun) sebelum kamu datang
kepada kami dan sesudah kamu datang.” Musa menjawab: “Mudah-mudahan Allah
membinasakan musuhmu dan menjadikan kamu khalifah di bumi(-Nya), maka Allah akan
melihat bagaimana perbuatanmu.” (Q.s. al-A‘raf: 128-129).
Allah telah
menetapkan: “Aku dan rasul-rasul-Ku pasti menang.” Sesungguhnya Allah
Mahakuat lagi Mahaperkasa. (Q.s. al-Mujadalah: 21).
Bersamaan dengan
kabar gembira yang disampaikan pada ayat-ayat di atas, Allah telah memberikan
sebuah janji yang sangat penting kepada orang-orang beriman. Dia berfirman di
dalam al-Qur’an bahwa agama Islam diturunkan kepada umat manusia untuk mengatasi
segala agama.
Mereka berkehendak memadamkan cahaya
(agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, dan Allah tidak menghendaki
selain menyempurnakan cahaya-Nya, walaupun orang-orang yang kafir tidak
menyukai. Dialah yang telah mengutus rasul-Nya (dengan membawa) petunjuk
(al-Qur’an) dan agama yang benar untuk dime-nangkan-Nya atas segala agama,
walaupun orang-orang musyrik tidak menyukai. (Q.s.
at-Taubah: 32-33).
Mereka ingin memadamkan cahaya
(agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, dan Allah tetap
menyempurnakan cahaya-Nya meskipun orang-orang kafir benci. (Q.s. ash-Shaff: 8-9).
Tak ada keraguan
bahwa Allah akan memenuhi janji-janji-Nya. Akhlak mulia yang akan menaklukkan
filsafat-filsafat yang menyimpang, ideologi-ideologi yang terdistorsi, dan
pemahaman agama palsu adalah akhlak Islam ini. Ayat-ayat yang dikutip di atas
menandaskan bahwa orang-orang kafir dan penyembah berhala tak mampu menghindari
terjadinya hal ini.
Periode ini, di
mana akhlak Islam akan tegak, akan menjadi saat di mana setiap waktu ada cinta,
pengorbanan, kedermawanan, kejujuran, keadilan sosial, keamanan dan
kesejahteraan pribadi. Periode ini telah disebut sebagai Zaman Keemasan karena
kemiripannya dengan gambaran-gambaran tentang Surga, namun, sejauh ini, zaman
seperti itu belum sempat terwujud. Zaman yang diberkahi ini akan mendahului Hari
Kiamat; dan kini sedang menunggu-nunggu saat itu di mana Allah telah menetapkan
akan kedatangannya.
Tanda-tanda Kiamat di dalam Al-Qur’an
HARI KIAMAT (AS-SA‘AH) ITU SUDAH DEKAT
Kebanyakan orang
sedikitnya tahu tentang Hari Kiamat (as-Sa‘ah). Hampir setiap
orang telah mendengar satu dan lain hal tentang kengerian kiamat itu. Akan
tetapi, kebanyakan orang cenderung untuk bereaksi sama terhadapnya sebagaimana
halnya sikap mereka atas perkara-perkara yang sangat penting lainnya, yaitu,
mereka tidak ingin membicarakannya atau bahkan memikirkannya. Mereka berusaha
dengan sangat keras agar tidak memikirkan teror yang akan mereka alami pada Hari
Kiamat. Mereka tidak sanggup menahan (keprihatinan) hal-hal yang mengingatkan
pada Hari Kiamat yang terdapat pada suatu berita mengenai sebuah kecelakaan yang
mengerikan atau sebuah berita film tentang suatu bencana. Mereka menghindar
untuk memikirkan tentang fakta bahwa hari itu pasti akan datang. Mereka tidak
mau mendengar orang-orang lain yang membicarakan tentang hari yang luar biasa
itu, atau membaca tulisan-tulisan para penulis tentangnya. Ini adalah sebagian
cara yang dikembangkan oleh orang-orang itu guna terlepas dari memikirkan
tentang kengerian Hari Kiamat.
Banyak orang
tidak sungguh-sungguh percaya bahwa Hari Kiamat itu sedang menjelang. Kita
diberi contoh tentang hal ini dalam sebuah ayat di dalam Surat al-Kahfi, tentang
seorang pemilik kebun anggur yang kaya raya:
Dan aku tidak mengira Hari Kiamat itu akan datang, dan jika sekiranya aku dikembalikan kepada Tuhanku, pasti aku akan mendapat tempat kembali yang lebih baik daripada kebun-kebun itu. (Q.s. al-Kahfi: 36).
Ayat di atas
memberitahukan mentalitas sesungguhnya dari seseorang yang mengaku percaya
kepada Allah namun menghindari untuk memikirkan tentang kenyataan Hari Kiamat
dan mengajukan pernyataan yang bertentangan dengan sebagian ayat al-Qur’an. Ayat
yang lain menceritakan keraguan dan ketidakpastian yang melingkari orang-orang
kafir mengenai waktu terjadinya saat terakhir.
Dan apabila dikatakan (kepadamu):
“Sesungguhnya janji Allah itu adalah benar dan hari berbangkit itu tidak ada
keraguan padanya,” niscaya kamu menjawab: “Kami tidak tahu apakah Hari Kiamat
itu, kami sekali-kali tidak lain hanyalah menduga-duga saja dan kami sekali-kali
tidak meyakini(nya).” (Q.s. al-Jatsiyyah: 32).
Sebagian orang
menyangkal sepenuhnya bahwa Hari Kiamat sedang menjelang. Mereka yang memiliki
pendapat ini disebutkan di dalam al-Qur’an sebagai berikut:
Bahkan mereka mendustakan Hari
Kiamat. Dan Kami menyediakan neraka yang menyala-nyala bagi siapa yang
mendustakan Hari Kiamat. (Q.s. al-Furqan: 11).
Sumber yang dapat
membimbing jalan kita dan menunjukkan pada yang haq adalah al-Qur’an. Tatkala
kita lihat apa yang dikatakannya, kita mempelajari sebuah fakta yang jelas.
Mereka yang menipu dirinya sendiri mengenai Hari Kiamat ini melakukan kesalahan
yang berat, karena Allah mewahyukan di dalam al-Qur’an bahwa tidak terdapat
keraguan bahwa Kiamat itu sudah dekat.
Dan sesungguhnya as-Sa‘ah (Hari
Kiamat) itu pastilah datang, tak ada keraguan padanya … (Q.s. al-Hajj: 7).
Dan tidaklah Kami ciptakan langit dan
bumi dan apa yang ada di antara keduanya, melainkan dengan benar. Dan
sesungguhnya as-Sa‘ah (Hari Kiamat) itu pasti akan datang. (Q.s. al-Hijr:
85).
Sesungguhnya
as-Sa‘ah (Hari Kiamat) pasti akan datang, tidak ada keraguan tentangnya …
(Q.s. al-Mu’min: 59).
Mungkin ada
sebagian orang yang berpikir bahwa pesan yang disampaikan al-Qur’an mengenai
Hari Kiamat ini diwahyukan lebih dari 1.400 tahun yang lalu dan ini adalah
sebuah jangka waktu yang panjang dibandingkan dengan panjangnya umur seorang
manusia. Namun ini adalah perkara tentang akhir dunia, matahari dan
bintang-bintang — pendek kata — alam semesta. Bila kita pikirkan dengan mendalam
bahwa alam semesta ini usianya sudah milyaran tahun, empat belas abad adalah
sebuah kurun waktu yang sangat singkat.
Seorang ulama
besar pada masa ini, Bediuzzaman Said Nursi, menanggapi masalah serupa itu
dengan demikian:
Al-Qur’an mengatakan, “as-Sa‘ah itu telah dekat.” (Q.s. al-Qamar: 1).
Yaitu, Hari Kiamat sudah dekat. Bahwasanya belum datang setelah seribu tahun
atau bertahun-tahun ini tidaklah mengurangi kedekatannya. Karena, Hari Kiamat
adalah saat yang ditetapkan atas dunia ini, dan dalam kaitannya dengan umur
dunia ini seribu atau dua ribu tahun adalah bagaikan satu atau dua menit saja
dikaitkan dengan setahun. Saat Kiamat bukan hanya saat yang ditetapkan atas umat
manusia sehingga ia hendaknya dikaitkan dengannya dan dilihat dari jarak
jauh.1
![]() | ||
MEMPROKLAMIRKAN AJARAN MORAL AL-QUR’AN KE SELURUH DUNIA
Di dalam
al-Qur’an, kita berkali-kali menemukan frasa “sunnatullah.” Ini adalah sebuah
ungkapan yang berarti cara Allah, atau hukum-hukum Allah. Menurut al-Qur’an,
hukumhukum ini selamanya valid. Sebuah ayat menyatakan:
Sebagai sunnah Allah yang berlaku
atas orang-orang yang telah terdahulu sebelum(mu), dan kamu sekali-kali tiada
akan mendapati perubahan pada sunnah Allah. (Q.s. al-Ahzab: 62).
Salah satu hukum
Allah yang tidak berubah adalah, sebelum dimusnahkan, umat-umat diberi
peringatan dulu oleh seorang pemberi peringatan. Fakta ini diwahyukan dalam
firman-firman ini:
Dan Kami tidak membinasakan sesuatu
negeri pun, melainkan sesudah ada baginya orang-orang yang memberi peringatan.
(Q.s. asy-Syu‘ara’: 208).
Di sepanjang
sejarah, Allah telah mengutus seorang pemberi peringatan kepada tiap-tiap umat
yang telah berbuat kerusakan, menyeru mereka agar mengikuti jalan yang benar.
Akan tetapi, orang-orang yang tetap berkeras dalam kezaliman mereka dimusnahkan
setelah tiba saat yang ditentukan bagi mereka, dan menjadi contoh bagi
generasi-generasi setelahnya. Bila kita pikirkan dengan mendalam hukum Allah
ini, sejumlah misteri yang penting pun terkuak bagi kita.
Hari Kiamat
adalah bencana terakhir yang menimpa dunia ini. Al-Qur’an adalah kitab suci
terakhir yang diturunkan untuk memberi nasihat kepada umat manusia, yang
petunjuknya tetap bertahan hingga akhir dunia. Dalam salah satu ayatnya,
dikatakan, “… al-Qur’an itu tidak lain hanyalah peringatan untuk segala
umat.” (Q.s. al-An’am: 90). Orang-orang yang punya pikiran bahwa
al-Qur’an hanya berbicara untuk suatu masa atau tempat tertentu sungguh-sungguh
telah keliru, karena al-Qur’an adalah sebuah seruan umum kepada seluruh “alam”.
Semenjak zaman
Nabi saw., kebenaran al-Qur’an telah disampaikan ke seluruh penjuru dunia.
Karena perkembangan-perkembangan teknologi yang tiada taranya pada zaman kita
sekarang, perintah-perintah al-Qur’an dapat diproklamirkan kepada seluruh umat
manusia. Pada hari ini, sains, pendidikan, komunikasi, dan transportasi sudah
hampir mencapai titik puncak perkembangannya. Berkat adanya komputer dan
teknologi Internet khususnya, orang-orang yang berada di tempat-tempat yang jauh
di dunia ini dengan cepat dapat berbagi informasi dan membangun komunikasi.
Revolusi dalam sains dan teknologi telah menyatukan seluruh bangsa di dunia ini;
ungkapan-ungkapan seperti “globalisasi” dan “kewarganegaraan dunia” telah masuk
ke dalam perbendaharaan kosa kata kita. Singkatnya, semua penghalang yang
merintangi persatuan manusia di seluruh penjuru dunia kini sedang dihapuskan
dengan cepat.
Dengan menilik
dari berbagai fakta ini, dengan mudah dapat dikatakan bahwa pada “zaman
informasi” kita ini, Allah telah memberikan segala macam perkembangan teknologi
sebagai alat untuk kemaslahatan kita. Adalah tanggung jawab kaum muslimin guna
menggunakan dengan sebaik-baiknya peluang-peluang yang telah ditawarkan oleh
Allah ini, dan untuk mengajak manusia dari berbagai kalangan agar menerima
ajaran moral al-Qur’an.
| ||
PARA RASUL
Kami telah
menyebutkan hukum-hukum yang tidak berubah yang telah ditetapkan oleh Allah
semenjak diciptakannya dunia ini. Salah satu hukum ilahiah tersebut adalah bahwa
Allah tidak akan menghukum suatu kaum yang belum didatangkan seorang utusan-Nya
kepada mereka. Janji ini diungkapkan dalam ayat-ayat berikut ini:
Dan tidak adalah Tuhanmu membinasakan
kota-kota, sebelum Dia mengutus di ibukota itu seorang rasul yang membacakan
ayat-ayat Kami kepada mereka; dan tidak pernah (pula) Kami membinasakan
kota-kota; kecuali penduduknya dalam keadaan melakukan kezaliman. (Q.s.
al-Qashash: 59).
... Kami tidak akan mengazab sebelum
Kami mengutus seorang rasul. (Q.s. al-Isra’: 15).
Dan Kami tidak membinasakan sesuatu
negeri pun, melainkan sesudah ada baginya orang-orang yang memberi peringatan
untuk menjadi peringatan. Dan Kami se-kali-kali tidak berlaku zalim. (Q.s.
asy-Syu‘ara’: 208-209).
Ayat-ayat ini
memperlihatkan bahwa Allah mengirimkan para rasul ke kota-kota besar untuk
memberi peringatan kepada manusia. Para rasul ini menyampaikan perintah-perintah
Allah, namun golongan orang-orang kafir dari kaum-kaum di setiap zaman ini telah
mengolok-olok mereka, menuduh mereka berdusta, penipu atau gila, dan melemparkan
berbagai fitnah terhadap mereka. Allah menghancurkan kaum-kaum yang
terus-menerus hidup dalam kezaliman dan kefasikan melalui beberapa bencana
besar, pada saat mereka hampirhampir tidak menyangkanya. Kehancuran yang dialami
oleh kaum Nuh, Luth, ‘Ad, Tsamud, dan lain-lain yang tersebut di dalam al-Qur’an
adalah contoh-contoh dari bentuk pemusnahan ini.
Di dalam
al-Qur’an, Allah mewahyukan mengapa Dia telah mengutus para nabi: guna
menyampaikan kabar gembira kepada umat-umat, untuk memberikan kesempatan yang
penting bagi umat mereka agar meninggalkan kepercayaankepercayaan palsu mereka,
dan menjalani hidup mereka sesuai dengan agama Allah dan akhlak yang mulia, dan
untuk memberi peringatan kepada manusia sehingga mereka tidak akan memiliki
dalih pada Hari Kiamat nanti karena tidak mengindahkan peringatan-peringatan
yang disampaikan kepada mereka. Dalam sebuah ayat, tujuan-tujuan ini dinyatakan
sebagai:
(Mereka Kami utus) selaku rasul-rasul
pembawa berita gembira dan pemberi peringatan agar supaya tidak ada alasan bagi
manusia membantah Allah sesudah diutusnya rasul-rasul itu. (Q.s. an-Nisa’:
165).
Sebagaimana
dikatakan di dalam ayat 40 Surat al-Azhab, Nabi Muhammad saw. adalah nabi
terakhir. Muhammad saw. adalah “... Rasul Allah dan penutup nabi-nabi ...”
(Q.s. al-Azhab: 40). Dengan kata lain, melalui perantaraan Nabi
Muhammad saw., rangkaian wahyu Allah kepada umat manusia telah lengkap. Walaupun
demikian, tanggung jawab untuk menyampaikan dan mengingatkan manusia akan
al-Qur’an yang disampaikan oleh Nabi saw. berada di pundak setiap orang Islam
hingga akhir dunia.
| ||
1. Bediuzzaman Said Nursi, Risale-i Nur Collection, Words, Twenty-Fourth
Word, Third Branch, Eight Principle.
![]() |
Apakah Ibadah Tidak Diterima Apabila di Tubuh Kita Ada Tato?
Apakah Ibadah Tidak Diterima Apabila di Tubuh Kita Ada Tato?
Assalamu'alaikum wr. wb.
Pak ustadz yang baik, saya ingin menanyakan apakah ibadah tidak akan diterima apabila di tubuh kita ada tatto? Adakah hadist atau dalil al-Quran yang menerangkan tentang pembuatan tatto? Lalu bagaimana jika sudah terlanjur ada tatto di tubuh saya?
Saya menyesal sekali membuat tatto ini karena tidak ada manfaatnya sama sekali dan saya sangat menyesal karena telah terjerumus ke lembah hitam. Terima kasih atas penjelasan dari pak ustadz.
Wassalamu'alaikum wr. wb.
Khoirul Umam
Jawaban
Assalamu `alaikum warahmatullahi wabarakatuh.Yang haram dari tato adalah membuatnya. Sedangkan anggapan bahwa orang yang punya tato tidak diterima ibadahnya lantaran tato itu menutupi kulit dari terkena air wudhu', sebenarnya tidak demikian.
Sebab kalau kita cermati yang terjadi pada tato, tidak ada lapisan yang menghalangi kulit dari terkena basah air. Sebab tinta tato itu bukan merupakan selaput yang menutup kulit, melainkan tinta yang masuk ke dalam bagian dalam kulit. Sehingga tidak terjadi proses pelapisan atau penutupan kulit dari terkena air wudhu. Termasuk juga air untuk mandi janabah.
Namun yang jadi masalah justru pada pembuatan tato itu. Membuat tato itu adalah perbuatan haram dan dilaknat oleh Rasulullah SAW seperti tersebut dalam hadisnya:
Rasulullah s.a.w. melaknat perempuan yang mentato dan minta ditato, dan yang mengikir gigi dan yang minta dikikir giginya. (HR At-Thabarani)
Tato yaitu memberi tanda pada muka dan kedua tangan dengan warna biru dalam bentuk ukiran. Sebagian orang-orang Arab, khususnya kaum perempuan, mentato sebagian besar badannya. Bahkan sementara pengikut pengikut agama membuatnya tato dalam bentuk persembahan dan lambang-lambang agama mereka, misalnya orang-orang Kristen melukis salib di tangan dan dada mereka.
Perbuatan-perbuatan yang rusak ini dilakukan dengan menyiksa dan menyakiti badan, yaitu dengan menusuk-nusukkan jarum pada badan orang yang ditato itu. Semua ini menyebabkan laknat, baik terhadap yang mentato ataupun orang yang minta ditato.
Jalan terbaik buat orang yang sudah terlanjur ditato adalah bertaubat kepada Allah SWT. Kalau masih mungkin dihilangkan gambar-gambar itu, upayakanlah sebisa mungkin. Tapi kalau mustahil, maka bersabarlah. Semoga Allah SWT menerima permohonan ampun dan taubat Anda. Yang penting hati anda telah kembali ke jalan Allah.
Dan jangan khawatir shalat anda tidak diterima hanya lantaran isu bahwa tato menghalangi air wudhu'. Insya Allah tato itu tidak menghalangi air wudhu' dan bila anda berwudhu' dengan memenuhi syarat dan rukunnya, hukumnya sah dan anda boleh melakukan shalat dengan wudhu' itu.
Wallahu a`lam bish-shawab, wassalamu `alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Sholat Tengah Malam ( Qiyamul Lail )
Allah
SWT telah memerintahkan kepada RasulNya agar menjalankan sholat malam, dan
seluruh ummat islam dianjurkan untuk mencontoh
perilaku beliau. Hukum sholat malam adalah sunnah Muakkadah atau sunnah
wajibah (sunnah yang hampir wajib) yang tidak pernah ditinggalkan oleh Rasul
SAW dan para sahabatnya.
I.
Keutamaannya.
a.
Orang yang melakukannya akan
mendapatkan kedudukan yang terpuji
dimata Allah SWT.
“
Dan dari sebagian malam itu gunakanlah untuk bertahajjud sbg sholat sunnat
bagimu, semoga Robbmu akan membangkitkanmu pada kedudukan yang terpuji.”
b. Orang
yang menjaga sholat malam berhaq dan layak mendapat
kebaikan serta rahmat-Nya.
“
Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa itu berada dalam kebun-kebun yang
dikelilingi mata air. Mereka menerima pemberian Tuhan sebab dahulu sebelum itu
mereka selalu berbuat kebaikan. Bahkan dahulu mereka sedikit sekali tidur di
waktu malam dan selalu memohonkan ampunan di waktu pagi sebelum fajar”
c.
Dipuji
oleh Allah dan dimasukkan dalam golongan hamba-hamba yang berbakti.
“
Dan hamba-hamba Allah yang Maha Pengasih ialah mereka yang berjalan di
bumi dengan merendahkan diri dan apabila
diganggu oleh pembicaraan orang-orang bodoh,
mereka hanya menjawab dengan ucapan yang baik. Mereka itu semalaman beribadat
kepada Allah, baik dengan sujud maupun berdiri.”
d. Diakui keimanannya oleh Allah SWT.
“ Sesungguhnya yang benar-benar percaya
kepada ayat-ayat Kami itu ialah ……… Mereka selalu merenggangkan pinggangnya
dari tempat tidur (tidak banyak tidur) …
e. Diistimewakan oleh Allah dari orang-orang yang tidak melakukannya.
“ Adakah orang yang berbakti pada Allah
diwaktu malam, bersujud serta berdiri dan takut pada siksa akhirat dan
mengharap rahmat TuhanNya ituakan sama dengan yang tidak demikian? …”
f. Masuk surga dengan selamat sejahtera.
Haditsnya : …, sholatlah diwaktu malam dikala
orang-orang sedang tidur, pasti kamu akan masuk surga dengan selamat
sejahtera. (HR. Turmudzi)
g.
Sebagai penebus kejelekan-kejelekan,
pencegah dosa serta dapat
menghalaukan penyakit dari badan.
Haditsnya:
“Kerjakanlah sholat malam, sebab itu adalah kebiasaan orang-orang sholeh
sebelummu dahulu, juga suatu jalan untuk mendekatkan diri pada Allah, pula
sebagai penebus kejelekan-kejelekanmu, pencegah dosa serta dapat menghalaukan
penyakit dari badan.
h. Memuliakan orang beriman.
Jibril datang pada
Rasul SAW, lalu berkata :
“Ketahuilah
bahwa kemuliaan seorang mu’min itu ialah sholat waktu malam dan kebesarannya
ialah sedikit butuhnya kepada sesama manusia”
i. Dicintai Allah serta disambut dengan tertawa dan gembira.
“ Tiga golongan
manusia yang dicintai oleh Allah serta disambut dengan tertawa dan gembira
yaitu :
a. …..
b. seorang yang
mempunyai istri yang cantik serta tempat tidur yang lunak, lalu ia bangun untuk sholat malam, ….
II.
Tata
Tertib Sholat Malam.
Seseorang
yang hendak melakukan sholat malam disunnatkan
:
1.
Di waktu akan tidur, hendaklah ia berniat untuk bangun sholat malam.
2.
Berusaha menghilangkan kantuk dari wajahnya dikala bangun kemudian bersugi
lalu melihat ke langit sambil berdo’a
3.
Sebaiknya shjolat malam dimulai dengan
mengerjakan dua raka’at yang ringan dan selanjutnya boleh
sholat dengan bacaan Qur’an yang disukai. “ Rasulullah SAW itu apabila bangun
malam untuk sholat beliau memulainya dengan dua raka’at yang ringan”
4.
Hendaknya membangunkan keluarga.
5.
Hendaklah menghentikan sholat dulu dan
kembali tidur bila terasa mengantuk sampai
hilang kantuknya. “ Apabila seseorang darimu bangun malam untuk sholat
kemudian terasa berat membaca Al Qur’an
hingga tidak disadarinya apa yang dibacanya itu, maka hendaklah ia tidur lagi “
(HR Muslim )
6.
Hendaknya jangan memberatkan diri.Sabda Rasul SAW : Kerjakanlah semua amal
itu sekedar kekuatanmu. Demi Allah. Allah itu tidak akan jemu memberikan pahala
sampai engkau sekalian jemu beramal “
III. Waktunya.
Sholat
malam dapat dikerjakan dipermulaan,
dipertengahan, atau dipenghabisan malam, asalkan sesudah menunaikan sholat
isya. Waktu yang paling utama untuk melakukan
sholat malam ialah sepertiga
malam yang terakhir.
Dari Abu Hurairah :
Robb
kita azza wa jalla tiap malam turun kelangit dunia pada sepertiga malam yang
terakhir. Pada saat itu Allah berfirman
:
“
Barang siapa yang berdoa kepadaKu pasti Kukabulkan, barang siapa yang memohon
padaKu pasti Kuberi, dan barang siapa yang meminta ampun padaKu pasti
Kuampuni.”
IV. Bilangan
Rakaatnya.
Yang paling utama ialah
menetapkan sholat malam secara terus-menerus
Sebanyak
sebelas atau tiga belas rakaat. Aisyah r.a. berkata :
“
Rasulullah s.a.w. tidak pernah menambah sholat malam itu, baik ketika bulan
Ramadhan atau lainnya dari sebelas rakaat. Beliau sholat empat rakaat , jangan
ditanya baik dan panjangnya, kemudian sholat lagi empat rakaat , jangan ditanya
baik dan panjangnya lalu sholat juga tiga rakaat. Saya bertanya : “Ya
Rasulullah , apakah Anda tidur sebelum berwitir?” Beliau s.a.w. menjawab:”Ya
Aisyah , walau kedua mataku tidur, tetapi hatiku tidaklah tidur.”
( H.R. Bukhori dan Muslim
)
Kesimpulan :
Melakukan sholat malam harus disertai dengan niat
dan tekad yang
kuat sehingga terasa ringan dalam
melakukannya.