Mungkin diantara para jemaah haji/umrah masih ada yang belum faham cara
memakai kain ihram.
Pertama yang perlu diperhatikan saat hendak mengenakan kain ihram, pastikan
kain bahagian bawah adalah kain yang lebih tebal atau lebih panjang dari kain
untuk bagian atas, kain yang terlalu panjang di bagian atas akan menyulitkan
kita untuk sholat.
Kedua, sebelum memakai kain ihram, kita harus mandi besar/junub dan diniatkan
untuk mandi berihram.
Ketiga, jangan lupa melepas ‘dalaman’, karena terlarang bagi kaum laki-laki
mengenakan underwear saat mengenakan kain ihram.
Keempat, saat memakai kain ihram, posisi kedua kaki sebaiknya dibentangkan.
Tidak terlalu lebar, namun kira-kira bila kita membentangkan kaki kain ihram
masih bisa menutupi aurat kita. Bila dipakai ukuran pribadi, kira-kira sedikit
lebih lebar dari bentangan bahu kita.
Kelima, pusat adalah batas atas aurat laki-laki. Sebaiknya mengenakan kain
ihram ini meliputi pusat, jangan sampai pusat kita kelihatan. Batas bawahnya
adalah lutut namun tidak menutupi mata kaki. Jadi ukuran ideal adalah dari atas
pusat sampai betis
.
Keenam, boleh mengenakan sabuk(tali pinggang) untuk mengencangkan balutan kain
bagian bawah
.
Ketujuh, saat thawaf, bahu sebelah kanan harus dibuka. Kain bahagian atas yang
tadinya menutup kedua bahu, diselempangkan di bawah ketiak kanan dan
dilampirkan di bahu kiri. Namun bila sholat, sebaiknya kedua bahu kembali
ditutupi kain ihram.
Adakah diantara kita yang merasa mencapai sukses hidup
karena telah berhasil meraih segalanya : harta, gelar, pangkat, jabatan, dan
kedudukan yang telah menggenggam seluruh isi dunia ini? Marilah kita kaji
ulang, seberapa besar sebenarnya nilai dari apa-apa yang telah kita raih selama
ini.
Di sebuah harian pernah diberitakan tentang penemuan baru
berupa teropong yang diberi nama telescope Hubble. Dengan teropong ini berhasil
ditemukan sebanyak lima milyar gugusan galaksi. Padahal yang telah kita ketahui
selama ini adalah suatu gugusan bernama galaksi bimasakti, yang di dalamnya
terdapat planet-planet yang membuat takjub siapa pun yang mencoba
bersungguh-sungguh mempelajarinya. Matahari saja merupakan salah satu planet
yang sangat kecil, yang berada dalam gugusan galaksi di dalam tata surya kita.
Nah, apalagi planet bumi ini sendiri yang besarnya hanya satu noktah. Sungguh
tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan lima milyar gugusan galaksi tersebut.
Sungguh alangkah dahsyatnya.
Sayangnya, seringkali orang yang merasa telah berhasil
meraih segala apapun yang dirindukannya di bumi ini – dan dengan demikian
merasa telah sukses – suka tergelincir hanya mempergauli dunianya saja.
Akibatnya, keberadaannya membuat ia bangga dan pongah, tetapi ketiadaannya
serta merta membuat lahir batinnya sengsara dan tersiksa. Manakala berhasil
mencapai apa yang diinginkannya, ia merasa semua itu hasil usaha dan kerja
kerasnya semata, sedangkan ketika gagal mendapatkannya, ia pun serta merta
merasa diri sial. Bahkan tidak jarang kesialannya itu ditimpakan atau dicarikan
kambing hitamnya pada orang lain.
Orang semacam ini tentu telah lupa bahwa apapun yang
diinginkannya dan diusahakan oleh manusia sangat tergantung pada izin Allah
Azza wa Jalla. Mati-matian ia berjuang mengejar apa-apa yang dinginkannya,
pasti tidak akan dapat dicapai tanpa izin-Nya. Laa haula walaa quwwata
illaabillaah! Begitulah kalau orang hanya bergaul, dengan dunia yang ternyata
tidak ada apa-apanya ini.
Padahal, seharusnya kita bergaul hanya dengan Allah Azza wa
Jalla, Zat yang Maha Menguasai jagat raya, sehingga hati kita tidak akan pernah
galau oleh dunia yang kecil mungil ini. Laa khaufun alaihim walaa hum
yahjanuun! Samasekali tidak ada kecemasan dalam menghadapi urusan apapun di
dunia ini. Semua ini tidak lain karena hatinya selalu sibuk dengan Dia, Zat
Pemilik Alam Semesta yang begitu hebat dan dahsyat.
Sikap inilah sesungguhnya yang harus senantiasa kita latih
dalam mempergauli kehidupan di dunia ini. Tubuh lekat dengan dunia, tetapi
jangan biarkan hati turut lekat dengannya. Ada dan tiadanya segala perkara
dunia ini di sisi kita jangan sekali-kali membuat hati goyah karena toh sama
pahalanya di sisi Allah. Sekali hati ini lekat dengan dunia, maka adanya akan
membuat bangga, sedangkan tiadanya akan membuat kita terluka. Ini berarti kita
akan sengsara karenanya, karena ada dan tiada itu akan terus menerus terjadi.
Betapa tidak! Tabiat dunia itu senantisa dipergilirkan.
Datang, tertahan, diambil. Mudah, susah. Sehat, sakit. Dipuji, dicaci.
Dihormati, direndahkan. Semuanya terjadi silih berganti. Nah, kalau hati kita
hanya akrab dengan kejadian-kejadian seperti itu tanpa krab dengan Zat pemilik
kejadiannya, maka letihlah hidup kita.
Lain halnya kalau hati kita selalu bersama Allah. Perubahan
apa saja dalam episode kehidupan dunia tidak akan ada satu pun yang merugikan
kita. Artinya, memang kita harus terus menerus meningkatkan mutu pengenalan
kita kepada Allah Azza wa Jalla.
Di antara yang penting yang kita perhatikan sekiranya ingin
dicintai Allah adalah bahwa kita harus zuhud terhadap dunia ini. Rasulullah SAW
pernah bersabda, "Barangsiapa yang zuhud terhadap dunia, niscaya Allah
mencintainya, dan barangsiapa yang zuhud terhadap apa yang ada di tangan
manusia, niscaya manusia mencintainya."
Zuhud terhadap dunia bukan berarti tidak mempunyai hal-hal
yang bersifat duniawi, melainkan kita lebih yakin dengan apa yang ada di sisi
Allah daripada apa yang ada di tangan kita. Bagi orang-orang yang zuhud
terhadap dunia, sebanyak apapun yang dimiliki sama sekali tidak akan membuat
hati merasa tentram karena ketentraman itu hanyalah apa-apa yang ada di sisi
Allah.
Rasulullah SAW bersabda, "Melakukan zuhud dalam
kehidupan di dunia bukanlah dengan mengharamkan yang halal dan bukan pula
memboroskan kekayaan. Zuhud terhadap kehidupan dunia itu ialah tidak menganggap
apa yang ada pada dirimu lebih pasti daripada apa yang ada pada Allah."
(HR. Ahmad, Mauqufan)
Andaikata kita merasa lebih tentram dengan sejumlah tabungan
di bank, maka berarti kita belum zuhud. Seberapa besar pun uang tabungan kita,
seharusnya kita lebih merasa tentram dengan jaminan Allah. Ini dikarenakan
apapun yang kita miliki belum tentu menjadi rizki kita kalau tidak ada izin
Allah.
Sekiranya kita memiliki orang tua atau sahabat yang memiliki
kedudukan tertentu, hendaknya kita tidak sampai merasa tentram dengan jaminan
mereka atau siapa pun. Karena, semua itu tidak akan datang kepada kita, kecuali
dengan izin Allah.
Orang yang zuhud terhadap dunia melihat apapun yang
dimilikinya tidak menjadi jaminan. Ia lebih suka dengan jaminan Allah karena
walaupun tidak tampak dan tidak tertulis, tetapi Dia Mahatahu akan segala
kebutuhan kita.jangan ukur kemuliaan seseorang dengan adanya dunia di
genggamannya. Sebaliknya jangan pula meremehkan seseorang karena ia tidak
memiliki apa-apa. Kalau kita tidak menghormati seseorang karena ia tidak
memiliki apa-apa. Kalau kita menghormati seseorang karena kedudukan dan
kekayaannya, kalau meremehkan seseorang karena ia papa dan jelata, maka ini
berarti kita sudah mulai cinta dunia. Akibatnya akan susah hati ini bercahaya
disisi Allah.
Mengapa demikian? Karena, hati kita akan dihinggapi sifat
sombong dan takabur dengan selalu mudah membeda-bedakan teman atau seseorang
yang datang kepada kita. Padahal siapa tahu Allah mendatangkan seseorang yang
sederhana itu sebagai isyarat bahwa Dia akan menurunkan pertolongan-Nya kepada
kita.
Hendaknya dari sekarang mulai diubah sistem kalkulasi kita
atas keuntungan-keuntungan. Ketika hendak membeli suatu barang dan kita tahu
harga barang tersebut di supermarket lebih murah ketimbang membelinya pada
seorang ibu tua yang berjualan dengan bakul sederhananya, sehingga kita mersa
perlu untuk menawarnya dengan harga serendah mungkin, maka mulailah merasa
beruntung jikalau kita menguntungkan ibu tua berimbang kita mendapatkan untung
darinya. Artinya, pilihan membeli tentu akan lebih baik jatuh padanya dan
dengan harga yang ditawarkannya daripada membelinya ke supermarket. Walhasil,
keuntungan bagi kita justru ketika kita bisa memberikan sesuatu kepada orang
lain.
Lain halnya dengan keuntungan diuniawi. Keuntungan semacam
ini baru terasa ketika mendapatkan sesuatu dari orang lain. Sedangkan arti
keuntungan bagi kita adalah ketika bisa memberi lebih daripada yang diberikan
oleh orang lain. Jelas, akan sangat lain nilai kepuasan batinnya juga.
Bagi orang-orang yang cinta dunia, tampak sekali bahwa
keuntungan bagi dirinya adalah ketika ia dihormati, disegani, dipuji, dan
dimuliakan. Akan tetapi, bagi orang-orang yang sangat merindukan kedudukan di
sisi Allah, justru kelezatan menikmati keuntungan itu ketika berhasil dengan
ikhlas menghargai, memuliakan, dan menolong orang lain. Cukup ini saja! Perkara
berterima kasih atau tidak, itu samasekali bukan urusan kita. Dapatnya kita
menghargai, memuliakan, dan menolong orang lain pun sudah merupakan
keberuntungan yang sangat luar biasa.
Sungguh sangat lain bagi ahli dunia, yang segalanya serba
kalkulasi, balas membalas, serta ada imbalan atau tidak ada imbalan. Karenanya,
tidak usah heran kalau para ahli dunia itu akan banyak letih karena
hari-harinya selalu penuh dengan tuntutan dan penghargaan, pujian, dan lain sebagainya,
dari orang lain. Terkadang untuk mendapatkan semua itu ia merekayasa perkataan,
penampilan, dan banyak hal demi untuk meraih penghargaan.
Bagi ahli zuhud tidaklah demikian. Yang penting kita buat
tatanan kehidupan ini seproporsional mungkin, dengan menghargai, memuliakan,
dan membantu orang lain tanpa mengharapkan imbalan apapun. Inilah
keuntungan-keuntungan bagi ahli-ahli zuhud. Lebih merasa aman dan menyukai
apa-apa yang terbaik di sisi Allah daripada apa yang didapatkan dari selain
Dia.
Walhasil, siapapun yang merindukan hatinya bercahaya karena
senantiasa dicahayai oleh nuur dari sisi Allah, hendaknya ia berjuang
sekuat-kuatnya untuk mengubah diri, mengubah sikap hidup, menjadi orang yang
tidak cinta dunia, sehingga jadilah ia ahli zuhud.
"Adakalanya nuur Illahi itu turun kepadamu," tulis
Syaikh Ibnu Atho’illah dalam kitabnya, Al Hikam, "tetapi ternyata hatimu
penuh dengan keduniaan, sehingga kembalilah nuur itu ke tempatnya semula. Oleh
sebab itu, kosongkanlah hatimu dari segala sesuatu selain Allah, niscaya Allah
akan memenuhinya dengan ma’rifat dan rahasia-rahasia."
Subhanallaah, sungguh akan merasakan hakikat kelezatan hidup
di dunia ini, yang sangat luar biasa, siapapun yang hatinya telah dipenuhi
dengan cahaya dari sisi Allah Azza wa Jalla. "Cahaya di atas cahaya. Allah
membimbing (seorang hamba) kepada cahaya-Nya siapa yang Dia kehendaki ..."
(QS. An Nuur [24] : 35).
Barangsiapa pernah hidup di dunia, dia akan meninggalkannya dan pergi
menuju dunia lain. Setelah menghembuskan nafas terakhir serta melewati kematian
yang menyakitkan, dia akan menuju alam barzakh. Ada siksa, derita, kesenangan
dan kenikmatan dialam barzakh. Di barzakh, orang akan melewati pengalaman yang
berbeda-beda, sesuai dengan amal perbuatan yang ia lakukan di dunia. Siapa yang
pernah mengecap kehidupan didunia, ia akan merasakan kehidupan di barzakh.
Dengan kata lain, seseorang yang pernah hidup akan merasakan kematian. ”Semua
kemegahan akan ditinggalkan disini, ketika sang pengembara pergi menempuh
perjalanan kealam baka.”
Sebagaimana usia manusia dan jin yang memiliki akhir, demikian juga usia
dunia. Ketika usia dunia beakhir, seluruh isi dunia mengalami kepunahan. Waktu
akhir bagi manusia adalah ” kematian”. Sedangkan hancurnya dunia disebut ”
kebangkitan”. Allah SWT.telah menjelaskan filosofi kematian dalam firman-Nya
yang berikut :
”Maha Suci Allah Yang di tangan-Nyalah segala kerajaan, dan Dia Maha Kuasa
atas segala sesuatu,
Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara
kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.”
(QS.Al-Mulk :1-2)
Dengan kata lain, hidup dan mati yang diciptakan Allah semata-mata
bertujuan menguji amal-amalmu dan bersksi siapa diantara kamu yang beramal
buruk dan siapa yang beramal baik. Allah memberikan ujian kepada manusia dengan
cara memberinya kesempatan di dunia untuk dipertanggung jawabkan kelak di
akhirat. Berita tentang akhirat dikabarkan kepada manusia lewat nabi Muhammad
s.a.w : ” Wahai manusia, kalian akan meninggal dan setelah itu akan
dibangkitkan untuk kemudian bertanggung jawab kepada Penciptamu”.
Setelah barzakh, Tuhan mengumpulkan semua umat manusia bersama-sama, untuk
mempertanggung jawabkan perbuatannya. Inilah yang disebut ” kebangkitan
kembali”. Kehidupan disini sangat berbeda dari kehidupan sebelumnya. Tidak ada
amal appun, tidak ada balasan kepada siapapun dan catatan perilaku manusia
sudah ditutup. Masjid yang pernah ada kini sudah hancur, sekolah sudah rata
dengan tanah dan buku-bukunya telah lebur. Semua keluarga, anak-anak, pengikut
dan teman-teman yang punah, dikumpulkan lagi. Setiap jenis kebajikan dihentikan
dan semua harapan akan sirna. Perbuatan baik yang dilakukannya atau yang
dihadiahkan orang kepadanya akan diserahkan kepada Allah. Semuanya tergantung
kepada keputusan Allah . Allah tidak menerapkan hukuman atauganjaran kepada manusia ketika mereka masih
hidup, karena ketika itu, manusia masih sibuk mengumpulkan amal perbuatannya.
Mungkin saja pada masa mudanya dia pernah melakukan perbuatan dosa akibat
gejolak masa mudanya atau karena kebodohannya, tetapi kemudian bertobat dan
menyesali perbuatannya. Kemudian Allah mengampuninya.
Sekilas Tentang Hari
Kebangkitan
Israfil akan meniupkan sangkakala (terompet khusus) untuk pertama kalinya
sekitar empat puluh tahun, atau empat puluh bulan, atau empat puluh minggu
sebelum dimulainya hari kebangkitan. Suaranya sangat menakutkan sehingga semua
manusia, binatang, burung-burung, semua yang hidup diatas permukaan bumi,
ketakutan. Tubuh manusia akan menggigil dan gemetar, wajah-wajah menjadi pucat,
jantung-jantung berdetak dengan cepat (karena kesakitan), mata-mata akan masuk
kedalam kelopaknya dan semua makhluk hidup akan mati. Ketika sangkakala pertama
menggema , jantung-jantung berdetak kesakitan dan mata-mata tertunduk layu.
”Hari ketika bumi bergetar, suara keras akan mengikutinya. Jantung berdetak
sangat cepat dan mata melihat hal-hal yang sangat menakutkan.”
Akan terjadi gempa bumi yang sangat keras sehingga gedung-gedung,
gunung-gunung, dan pohon-pohon yang ada dipermukaan bumi, semuanya tercerabut
dari dasarnya. Bumi akan menjadi rata.
”Dan bumi bagaimana ia
dihamparkan?” (QS. Al-Ghasiyah : 20 )
Matahari dan bintang-bintang akan jatuh. Sinarnya terus memudar hingga
akhirnya lenyap. Sungai-sungai akan terbakar. Manusia akan beterbangan diudara
seperti layang-layang. Singkatnya, akan terjadi perubahan yang sangat besar
dilangit dan di bumi. Seluruh sistem yang ada akan kacau. Tak ada lagi gunung,
pohon mupun manusia. Setelah itu akan turun hujan yang sangat lebat dari
langit.
Kemudian Israfil diperintah Tuhan meniup sangkkala lagi. Pada tiupan kali
ini, semua jiwa akan kembali keraganya dan sebuah dunia baru diciptakan.”Di
tangan-Mu terletak segala kebaikan. Sesungguhnya, Engkau berkuasa atas segala
sesuatu.” Israfil, sangkakala dan suara yang dikeluarkan sama. Pada kali
pertama, terjadi penghancuran dan pemusnahan. Namun pada kali yang kedua,
muncul kehidupan lain. ”Allah berbuat apa yang Dia kehendaki”.
Kini, orang-orang yang mematuhi Tuhan dan berjuang melawan hawa nafsunya
akan bangkit dengan penuh kehormatan, kesenangan dan kenyamanan tanpa rasa
takut.
”Sesungguhnya para wali Allah
adalah orang-orang yang tidak cemas dan tidak pula bersedih. Pada hari itu
banyak wajah yang tenang, merasa tenang karena amal salehnyadan mereka yang bertindak menurut ambisinya ,
merasa takut . Pada wajah-wajah mereka terdapat tanda kepucatan. Mata mereka
tidak bercahaya , pudar dan tampak mengerikan”.
Mereka akan berteriak :“Celakalah kita, siapa yang telah membangunkan kita
dari tidur.”
Ketika semua manusia telah dihidupkan , mereka akan diatur dalam kelompok
terpisah. Orang-orang Yahudi akan diatur dalam satu baris, orang-orang Kristen
diletakkan dibaris yang lain, demikian juga orang-orang yang menyekutukan Allah
akan ditempatkan pada baris yang berbeda, ada juga barisan untuk orang-orang
beriman.
Orang-orang yang saleh dikumpulkan disatu tempat dan para pendosa ditempat
yang lain. Mereka yang menunaikan shalat dan puasa akan dibawa bersama dalam
satu tempat, sedangkan para pelaku kejahatan berada ditempat yang lain. Para
peminum arak dikumpulkan terpisah, para pencuri dan para perampok disatukan
ditempat yang terpisah pula. Dengan kata lain, setiap jenis manusia akan diatur
dalam barisan yang terpisah dan berbeda.Dan dalam pengaturan itu polisi Allah (malaikat) terus bersiaga hingga
ke pengadilan Allah Yang Maha Besar.
”yaitu hari (yang pada waktu itu) ditiup sangkakala lalu kamu datang
berkelompok-kelompok”. (QS.An Naba : 18 )
Setelah itu, langit akan dibuka sehingga para malaikat turun dengan membawa
catatan-catatan amal manusia dan memperlihatkannya.
”dan dibukalah langit, maka terdapatlah beberapa pintu” (QS.An Naba : 19)
Langit adalah jalan menuju surga, dan penyebab terbukanya langit,
sebagaimana ditulis para ulama, adalah karena Allah memberikan cahaya
kepada-Nya. Lalu para malaikat akan menyerahkan daftar perbuatan (catatan masa
lampau) kepada mereka yang telah mengerjakan perbuatan baik dan buruk di dunia.
Cara catatan perbuatan itu diserahkan seperti berikut : Jika catatan itu
diberikan kepada hamba-hamba Allah yang taat, ia akan di berikan dari sebelah
kanan, sedangkan bagi para pembangkang akan diberikan dari sebelah kiri.
”Yaitu golongan kanan. Alangkah mulianya golongan kanan itu.Dan golongan
kiri. Alangkah sengsaranya golongan kiri itu.” (QS.Al Waqi’ah: 8-9).
Dalam ayat yang lain, penjelasannya adalah sebagai berikut :
019. Adapun orang-orang yang diberikan kepadanya kitabnya dari sebelah
kanannya, maka dia berkata: "Ambillah, bacalah kitabku (ini)".
020. Sesungguhnya aku yakin, bahwa sesungguhnya aku akan menemui hisab
terhadap diriku.
021. Maka orang itu berada dalam kehidupan yang diridhai,
022. dalam surga yang tinggi.
023. Buah-buahannya dekat,
024. (kepada mereka dikatakan): "Makan dan minumlah dengan sedap
disebabkan amal yang telah kamu kerjakan pada hari-hari yang telah lalu".
(QS. Al Haaqqah : 19 -24)
Akan tetapi, orang-orang yang kitabnya diterima dengan tangan kiri, mereka
berkata dengan bersedih :
025. Adapun orang yang diberikan kepadanya kitabnya dari sebelah kirinya,
maka dia berkata: "Wahai alangkah baiknya kiranya tidak diberikan kepadaku
kitabku (ini),
026. Dan aku tidak mengetahui apa hisab terhadap diriku. ” (QS.Al-Haaqqah :
25-26)
Hal ini terjadi karena orang-orang itu akan teringat amal buruk mereka ,
dan karenanya, jiwa mereka mengalami kejutan yang luar biasa. Kemudian mereka
akan berteriak dengan kesedihan yang mendalam : ” Wahai, kiranya kematian
itulah yang menyelesaikan segala sesuatu dan aku tidak dibangkitkan lagi dalam
malapetaka yang menyakitkan ini. Hartaku sekali-kali tidak memberi manfaat
kepadaku ! Apa yang harus aku lakukan ? Telah hilang kekuasaan dariku !
Pada hari kiamat, Allah akan membuat lidah mereka terkunci :
”Pada hari ini Kami tutup mulut mereka; dan berkatalah kepada Kami tangan
mereka dan memberi kesaksianlah kaki mereka terhadap apa yang dahulu mereka
usahakan.” (QS. Yasin : 65 )
Tangan dan kaki mereka secara otomatis akan memberi keksaksian terhadap
mereka. Dengan memberi mereka kemampuan berbicara, seakan-akan Tuhan menjadikan
tangan dan kaki kita sebagai saksi melawan diri kita sendiri.
Hari kebangkitan itu akan berlangsung lima puluh tahun. Tetapi Tuhan akan
terbebas dari penghitungan makhluk-Nya yang mengira berlangsung tujuh sampai
delapan jam. Adapun orang-orang dari golongan kanan, yaitu mereka yang menolak
kejahatan dan berbuat baik, akan diseru :
” Hai jiwa yang tenang.Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi
diridhai-Nya.Maka masuklah ke dalam jama'ah hamba-hamba-Ku,dan masuklah ke
dalam surga-Ku.” (QS. Al-Fajr : 27 – 30 ).
Kemudian orang-orang ini akan
berbaris ke depan, agar dapat mencapai surga. Ketika itu, mereka menyaksikan surga, tetapi tidak menemukan jalan yang
dapat menghantar mereka masuk kesana . Karenanya, mereka mendatangi Adam dan
memohon kepadanya : ”Wahai bapak kami, tolong beritahu kami jalan menuju surga.”
Adam berkata :” Saudara-saudaraku, aku tidak dalam posisi mengatakan itu.
Pergilah kepada Ibrahim.” Akhirnya dengan syafaat Muhammad , sebuah jembatan
ditempatkan disana, diantara surga dan neraka, yang disebut shiratal mustaqiim,
sebuah jembatan dimana orang-orang muslim yang bertakwa menyeberang menuju
surga. Mereka menyeberanginya, karena ketika itu syafaat Nabi diberikan. Nabi
Muhammad SAW . adalah orang pertama yang akan menyeberang diatas jembatan itu. Kemudian diikuti para pengikutnya. Pada hari
itu, tak seorangpun yang berani berbicara, kecuali para Rasul. Para Rasul
mengucapkan : ” Ya Allah, Izinkanlah mereka menyeberang dengan selamat!, Ya
Allah, hanya Engkaulah yang dapat menuntun kapal kami ke pantai yang aman.
Hanya Engkau yang dapat menguatkan kami menyeberanginya.” Maka, orang-orang
yang taat kepada para Nabi akan menyeberangi jembatan ini. Sebagian dari mereka
akan menyeberang jembatan itu dalam sekejap mata, sebagian lainnya seperti
kilat, sebagian lainnya secepat angin dan ada juga yang menyeberang diatasnya
seperti burung-burung.” (H.R. Bukhari)
Seorang muslim dari maqam yang paling rendah akan menyeberang jembatan ini
dengan langkah terhuyung-huyung, selama tujuh ribu tahun. Fazil bin Ayyaz
berkata : ” Panjang shirotal mustaqim adalah tiga ratus ribu tahun, jalan
pendakiannya seribu tahun, jalan turunnya seribu tahun dan jalan kepuncaknya
juga seribu tahun. Dia memiliki permukaan yang rata. ” Singkat kata, ia adalah
tempat yang mengerikan, sehingga para nabi pun tanpa daya akan mengucapkan : ”
Ya Allah. Keselamatan, keselamatan, ....... ” .
( Kitab Jawahirul Tafaasir)
Dari sana, orang-orang itu akan pergi menuju surga. Ketika mereka sampai
didekat surga, pintu-pintu surga terbuka, menanti kedatangan mereka. Kemudian
malaikat-malaikat penjaga sudah berada disana menyambut mereka, memberi salam
secara Islam : ”Assalamu’alaikum,” setelah menyalami, mereka berkata :
”Masuklah kesurga selama-lamanya.”