Mendulang Faidah dari surat Al Qomar


Mendulang Faidah dari surat Al Qomar
Segala puji hanya untuk Allah Shubhanahu wa ta’allaTa'ala, shalawat serta salam semoga tercurah kepada RasulAllah Shubhanahu wa ta’allaShalAllah Shubhanahu wa ta’allau ‘alaihi wa sallam. Aku bersaksi bahwa tidak ada ilah yang berhak disembah dengan benar melainkan Allah Shubhanahu wa ta’alla semata yang tidak ada sekutu bagi -Nya, dan aku juga bersaksai bahwa Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam adalah seorang hamba dan utusan -Nya. Amma ba'du:
Dalam salah satu ayat yang ada didalam surat al-Qomar Allah Shubhanahu wa ta’alla berfirman kepada kita semua selaku umat pembawa risalah terakhir:

﴿ إِنَّ ٱلۡمُتَّقِينَ فِي جَنَّٰتٖ وَنَهَرٖ ٥٤ فِي مَقۡعَدِ صِدۡقٍ عِندَ مَلِيكٖ مُّقۡتَدِرِۢ ٥٥﴾ [القمر: 54-55]
"Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa itu di dalam taman-taman dan sungai-sungai. Di tempat yang disenangi di sisi Tuhan yang berkuasa".  (QS al-Qomar: 54-55).

Al-Hafidh Ibnu Katsir menerangkan maksud ayat diatas dalam tafsirnya: "Firman Allah tabaraka wa ta'ala:

﴿ إِنَّ ٱلۡمُتَّقِينَ فِي جَنَّٰتٖ وَنَهَرٖ ٥٤ ﴾ [القمر: 54]
"Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa itu di dalam taman-taman dan sungai-sungai".  (QS al-Qomar: 54).

Maksudnya keadaannya berbeda dengan orang-orang yang sengsara, dimana mereka dalam kebingungan, dilempar kedalam neraka diatas wajah mereka, kepanasan dibarengi dengan celaan, ancaman serta siksaan".[1]
Adapun yang dimaksud dengan takwa adalah mengerjakan apa yang diperintahkan oleh Allah Shubhanahu wa ta’alla serta meninggalkan apa yang dilarang oleh -Nya, sebagaimana dikatakan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah.[2]
Dan maksud firman Allah ta'ala: "Di dalam taman-taman dan sungai-sungai". Artinya didalam kebun yang banyak pepohonannya. Dan dinamakan surga dengan janah karena apa yang ada didalamnya tertutupi pemandangannya, dikarenakan begitu banyak pepohonan serta ranting yang ada disekitarnya. Sedangkan sungai-sungai yang mengalir dibawahnya maksudnya berada dibawah pohon-pohon tersebut serta dibawah istana, yang disebutkan memiliki empat macam dalam al-Qur'an, sebagaimana yang Allah Shubhanahu wa ta’alla jelaskan dalam firman -Nya:

﴿ مَّثَلُ ٱلۡجَنَّةِ ٱلَّتِي وُعِدَ ٱلۡمُتَّقُونَۖ فِيهَآ أَنۡهَٰرٞ مِّن مَّآءٍ غَيۡرِ ءَاسِنٖ وَأَنۡهَٰرٞ مِّن لَّبَنٖ لَّمۡ يَتَغَيَّرۡ طَعۡمُهُۥ وَأَنۡهَٰرٞ مِّنۡ خَمۡرٖ لَّذَّةٖ لِّلشَّٰرِبِينَ وَأَنۡهَٰرٞ مِّنۡ عَسَلٖ مُّصَفّٗىۖ وَلَهُمۡ فِيهَا مِن كُلِّ ٱلثَّمَرَٰتِ وَمَغۡفِرَةٞ مِّن رَّبِّهِمۡۖ كَمَنۡ هُوَ خَٰلِدٞ فِي ٱلنَّارِ وَسُقُواْ مَآءً حَمِيمٗا فَقَطَّعَ أَمۡعَآءَهُمۡ ١٥  ﴾ [ محمد: 15]
"(Apakah) perumpamaan (penghuni) jannah yang dijanjikan kepada orang-orang yang bertakwa yang di dalamnya ada sungai-sungai dari air yang tiada beubah rasa dan baunya, sungai-sungai dari air susu yang tidak beubah rasanya, sungai-sungai dari khamar yang lezat rasanya bagi peminumnya dan sungai-sungai dari madu yang disaring; dan mereka memperoleh di dalamnya segala macam buah-buahan dan ampunan dari Rabb mereka, sama dengan orang yang kekal dalam Jahannam dan diberi minuman dengan air yang mendidih sehingga memotong ususnya?". (QS Muhammad: 15).[3]

Selanjutnya Allah ta'ala berfirman:

﴿ فِي مَقۡعَدِ صِدۡقٍ عِندَ مَلِيكٖ مُّقۡتَدِرِۢ ٥٥ ﴾ [القمر: 55]
"Di tempat yang disenangi di sisi Tuhan yang berkuasa".  (QS al-Qomar: 55).

Maksudnya dikampung pemuliaan Allah Shubhanahu wa ta’alla serta keridhoan -Nya disisi Penguasa Agung, Maha Pencipta segala sesuatu dan semuanya dibawah kekuasaan -Nya. Dialah Maha Kuasa atas segala apa yang mereka inginkan dan kehendaki.
Diriwayatkan oleh Imam Muslim sebuah hadits dari Abdullah bin Amr radhiyAllah Shubhanahu wa ta’allau 'anhuma, beliau berkata: 'Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « إِنَّ الْمُقْسِطِينَ عِنْدَ اللَّهِ عَلَى مَنَابِرَ مِنْ نُورٍ عَنْ يَمِينِ الرَّحْمَنِ عَزَّ وَجَلَّ وَكِلْتَا يَدَيْهِ يَمِينٌ الَّذِينَ يَعْدِلُونَ فِى حُكْمِهِمْ وَأَهْلِيهِمْ وَمَا وَلُوا » [أخرجه مسلم]
"Sesungguhnya orang-orang yang adil berada disisi Allah Shubhanahu wa ta’alla diatas mimbar dari cahaya, disisi tangan kanannya Allah azza wa jalla, dan kedua tangan -Nya adalah kanan. (sifat mereka) adalah berbuat adil didalam menghukumi, adil pada keluarganya dan tidak peduli". HR Muslim no: 1827.

Pelajaran yang bisa dipetik dari dua ayat diatas:
Pertama: Bahwa takwa merupakan faktor untuk meraih kemenangan agar bisa masuk surga dan selamat dari siksa neraka. Sebagaimana ini juga didukung oleh firman Allah Shubhanahu wa ta’alla yang lain, seperti:

 ﴿ وَإِن مِّنكُمۡ إِلَّا وَارِدُهَاۚ كَانَ عَلَىٰ رَبِّكَ حَتۡمٗا مَّقۡضِيّٗا ٧١ ثُمَّ نُنَجِّي ٱلَّذِينَ ٱتَّقَواْ وَّنَذَرُ ٱلظَّٰلِمِينَ فِيهَا جِثِيّٗا ٧٢ ﴾ [ مريم: 71-72]
"Dan tidak ada seorangpun dari padamu, melainkan mendatangi neraka itu. hal itu bagi Tuhanmu adalah suatu kemestian yang sudah ditetapkan. Kemudian Kami akan menyelamatkan orang-orang yang bertakwa dan membiarkan orang-orang yang zalim di dalam neraka dalam keadaan berlutut".  (QS Maryam: 71-72).

Dan Allah ta'ala mengatakan:

﴿ تِلۡكَ ٱلۡجَنَّةُ ٱلَّتِي نُورِثُ مِنۡ عِبَادِنَا مَن كَانَ تَقِيّٗا ٦٣ ﴾ [ مريم: 63]
"Itulah surga yang akan Kami wariskan kepada hamba-hamba Kami yang selalu bertakwa".  (QS Maryam: 63).

Kedua: Bahwa kalimat surga itu datang dengan kata yang menunjukan arti banyak, ini menjelaskan pada kita bahwa surga itu banyak bukan hanya satu. Hal itu didasari oleh sebuah hadits shahih yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari Ummu Haritsah radhiyallahu 'anha, bahwa pernah dirinya datang kepada Nabi Muhammad Shalallahu 'alaihi wa sallam lalu berkata: "Wahai Nabi Allah Shubhanahu wa ta’alla, tidakkah engkau sudi mengabarkan padaku tentang Haritsah, dulu dia mati diperang Badr, terkena panah, kalau sekiranya ia disurga maka aku rela, dan jika bukan itu yang didapat maka biarkan diriku menangisinya'. Maka Nabi Muhammad Shalallahu 'alaihi wa sallam berkata padanya:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « يَا أُمَّ حَارِثَةَ إِنَّهَا جِنَانٌ فِي الْجَنَّةِ وَإِنَّ ابْنَكِ أَصَابَ الْفِرْدَوْسَ الْأَعْلَى » [أخرجه البخاري]
"Wahai Ummu Haritsah sesungguhnya anakmu berada disalah satu surga, dan puteramu berada disurga Firdaus yang tertinggi". HR Bukhari no: 2809.

Ketiga: Bahwa didalam surga ada sungai-sungai yang mengalir dibawahnya, akan tetapi sungai disurga sangat jauh berbeda dengan sungai yang pernah kita lihat didunia, Abdullah bin Abbas radhiyallahu 'anhu pernah mengatakan: "Tidak ada sesuatu pun yang serupa didunia ini dengan apa yang ada disurga melainkan hanya sekedar namanya saja". [4]
Sebuah hadits yang dikeluarkan oleh Imam Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, menjelaskan hal itu pada kita, bahwasannya Nabi Muhammad Shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « قَالَ اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى أَعْدَدْتُ لِعِبَادِي الصَّالِحِينَ مَا لَا عَيْنٌ رَأَتْ وَلَا أُذُنٌ سَمِعَتْ وَلَا خَطَرَ عَلَى قَلْبِ بَشَرٍ قَالَ أَبُو هُرَيْرَةَ اقْرَءُوا إِنْ شِئْتُمْ {فَلَا تَعْلَمُ نَفْسٌ مَا أُخْفِيَ لَهُمْ مِنْ قُرَّةِ أَعْيُنٍ} » [أخرجه البخاري ومسلم]
"Allah Shubhanahu wa ta’allata'ala berfirman: 'Aku siapkan bagi para hambaKu yang sholeh (kenikmatan) yang tidak pernah mereka lihat, tidak pernah terdengar sebelumnya oleh telinga, dan tidak pernah terlintas dalam benak manusia'. Abu Hurairah mengatakan: 'Bacalah kalau kalian mau firman Allah Ta'ala:

﴿ فَلَا تَعۡلَمُ نَفۡسٞ مَّآ أُخۡفِيَ لَهُم مِّن قُرَّةِ أَعۡيُنٖ جَزَآءَۢ بِمَا كَانُواْ يَعۡمَلُونَ ١٧﴾ [السجدة : 17]
"Tak seorangpun mengetahui berbagai nikmat yang menanti, yang indah dipandang sebagai balasan bagi mereka, atas apa yang mereka kerjakan".  (QS as-Sajdah: 17). HR Bukhari no: 3244. Muslim no: 2824.

Keempat: Bahwa didalam ayat Allah ta'ala mensifati keadaan orang-orang yang bertakwa bahwasannya mereka berada ditempat yang disenangi.
Al-Qurthubi menjelaskan maksud ayat diatas dengan mengatakan: "Firman -Nya: "Di tempat yang disenangi". Maksudnya dalam majelis kebaikkan yang tidak terdengar didalamnya perkataan sia-sia tidak pula dosa, dan itu letaknya disurga seperti yang Allah Shubhanahu wa ta’alla jelaskan dalam ayat yang lain, Allah Shubhanahu wa ta’alla berfirman:

﴿ لَا يَسۡمَعُونَ فِيهَا لَغۡوٗا وَلَا تَأۡثِيمًا ٢٥ إِلَّا قِيلٗا سَلَٰمٗا سَلَٰمٗا ٢٦ ﴾ [الواقعة: 25-26]
"Mereka tidak mendengar di dalamnya perkataan yang sia-sia dan tidak pula perkataan yang menimbulkan dosa. Akan tetapi mereka mendengar ucapan salam".  (QS al-Waaqi'ah: 25-26).

Kelima: Menetapkan kemampuan Allah azza wa jalla untuk berbuat atas segala sesuatu. Hal itu dipertegas lagi dalam firman -Nya yang lain:

﴿ فَلَمَّا تَبَيَّنَ لَهُۥ قَالَ أَعۡلَمُ أَنَّ ٱللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَيۡءٖ قَدِيرٞ ٢٥٩﴾ [البقرة: 259]
"Maka tatkala telah nyata kepadanya (bagaimana Allah Shubhanahu wa ta’allamenghidupkan yang telah mati) diapun berkata: "Saya yakin bahwa Allah Shubhanahu wa ta’alla Maha Kuasa atas segala sesuatu".  (QS al-Baqarah: 259).

Diriwayatkan oleh Imam Muslim sebuah kisah yang diriwayatkan dari Ibnu Mas'ud kisahnya seseorang yang terakhir masuk surga. Disebutkan padanya bahwa Allah Shubhanahu wa ta’alla berkata padanya:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « أَيُرْضِيكَ أَنْ أُعْطِيَكَ الدُّنْيَا وَمِثْلَهَا مَعَهَا. وفي رواية عند البخاري: وَعَشَرَةَ أَمْثَالِهَا .قَالَ يَا رَبِّ أَتَسْتَهْزِئُ مِنِّى وَأَنْتَ رَبُّ الْعَالَمِينَ. فَيَقُولُ إِنِّى لاَ أَسْتَهْزِئُ مِنْكَ وَلَكِنِّى عَلَى مَا أَشَاءُ قَادِرٌ » [أخرجه البخاري و مسلم]
"Relakah jika sekiranya Aku beri engkau dunia dan yang semisal bersamanya.(Dalam redaksi Bukhari) "Dan sepuluh kali yang semisal dengannya? Ia menjawab: "Wahai Rabbku, apakah Engkau hendak mengejekku, sedangkan Engkau adalah Rabb seluruh makhluk? Maka Allah Shubhanahu wa ta’alla berfirman: "Aku tidak sedang mengejekmu, namun Aku Maha Mampu atas segala sesuatu".  HR Bukhari no: 6571. Muslim no: 186.

Kita akhiri kajian kita kali ini dengan mengucapkan segala puji bagi Allah Shubhanahu wa ta’alla Rabb semesta alam. Shalawat serta salam semoga Allah Shubhanahu wa ta’alla limpahkan kepada Nabi kita Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam, kepada keluarga beliau dan seluruh para sahabatnya.



[1] . Tafsir Ibnu Katsir 13/310.
[2] . Majmu' Fatawa 10/667.
[3] . Dinukil dari kitab Min Ahkaamil Qur'anil Karim oleh Syaikh Ibnu Utsaimin hal: 128.
[4] . Tafsir Ibnu Katsir 1/322.

Pelajaran Yang Terpetik Dari Kisahnya Abdullah bin Mas'ud Radhiyallahu 'anhu


Pelajaran Yang Terpetik Dari Kisahnya Abdullah bin Mas'ud Radhiyallahu 'anhu
Segala puji hanya untuk Allah Ta'ala, shalawat serta salam semoga tercurah kepada Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam. Aku bersaksi bahwa tidak ada ilah yang berhak disembah dengan benar melainkan Allah Shubhanahu wa ta’alla semata yang tidak ada sekutu bagi -Nya, dan aku juga bersaksai bahwa Muhammad Shalallahu’alaihi wa sallam adalah seorang hamba dan utusan -Nya. Amma ba'du:
Berikut ini adalah untaian yang terangkum dari perjalanan hidup seorang ulama besar ahli ilmu yang pernah dimiliki oleh umat ini. Sang pemberani dari kalangan pemberani, seorang sahabat mulia dari para sahabatnya Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam. Maka kita tampilkan kisah perjalanan hidupnya, guna bisa kita ambil dan petik pelajaran serta ibroh darinya.
Sahabat ini termasuk dari generasi pertama yang masuk Islam, beliau masuk Islam pada awal-awal kedatangannya, lalu ikut bersama sahabat lainnya hijrah ke Habasyah serta Madinah, mengikuti peperangan Badr serta seluruh peristiwa penting lainnya. Dan menyertai Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam, beliau termasuk yang biasa menyiapkan air untuk bersuci serta sendalnya Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam, juga siwak dan tempat duduknya. Beliau termasuk pemegang kunci rahasianya, dan menceritakan hadits dari Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam dengan jumlah riwayat yang sangat banyak.
Setelah hijrah ke Madinah dirinya dipersaudarakan oleh Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam dengan Sa'ad bin Mu'adz. Dan beliau pernah mengatakan tentang dirinya: 'Aku sudah pernah melihat semuanya. Dan aku nyatakan tidak ada dimuka bumi yang muslim selain kami'. Beliau juga pernah menyatakan: 'Demi Allah, yang tidak ada ilah yang berhak untuk disembah selain Allah Shubhanahu wa ta’alla. Tidaklah ada surat dari al-Qur'an yang turun melainkan aku telah mengetahui dimana turunnya, tidak pula turun sebuah ayat dari al-Qur'an kecuali aku mengetahui tentang apa diturunkan. Dan kalau sekiranya aku mengetahui ada seseorang yang lebih mengetahui dariku dari kitab Allah Shubhanahu wa ta’alla pastilah akan aku datangi dimanapun tempatnya'.[1]
Beliau juga pernah mengkisahkan tentang dirinya: "Demi Allah, aku telah mengambil langsung dari mulut Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam (belajar langsung) tujuh puluh lebih surat dalam al-Qur'an. Demi Allah, para sahabat Nabi muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam telah mengetahui bahwa diriku adalah orang yang paling paham tentang kitab Allah Shubhanahu wa ta’alla sedangkan aku bukanlah orang terbaik diantara mereka".[2]
Sesungguhnya, tanpa dipungkiri beliau adalah Imam yang penuh dengan lautan ilmu, orang yang paling fakih dari umat ini, beliau bernama Abdullah bin Mas'ud bin Ghaafil al-Hudzali al-Makki al-Muhajiri yang berayah Abu Abdurahman, serumpun dari Bani Zahrah. Beliau seseorang yang berpostur tubuh pendek lagi kurus, berkulit agak hitam. Disebutkan oleh adz-Dzahabi: 'Beliau terhitung dalam barisan para jenius yang sangat cerdas dikalangan para ulama sahabat, dirinya sangat banyak sekali meriwayatkan hadits dari Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam'. Dalam hal ini, telah datang penjelasan dari hadits Nabawi yang menerangkan akan keutamaan serta kedudukan beliau dalam hadits-hadits yang sangat  banyak. Diantarannya ialah:
Pertama: Hadits yang dibawakan oleh Bukhari dan Muslim dari sahabat Abu Musa al-Asy'ari radhiyallahu 'anhu, beliau menceritakan:

« قَدِمْتُ أَنَا وَأَخِي مِنْ الْيَمَنِ فَمَكَثْنَا حِينًا مَا نُرَى ابْنَ مَسْعُودٍ وَأُمَّهُ إِلَّا مِنْ أَهْلِ الْبَيْتِ مِنْ كَثْرَةِ دُخُولِهِمْ وَلُزُومِهِمْ لَهُ » [أخرجه البخاري و مسلم]
"Aku datang bersama saudaraku dari Yaman ke kota Madinah lalu tinggal disana beberapa lama, dan tidaklah kami melihat Ibnu Mas'ud dan ibunya melainkan kami mengira bahwa mereka berdua termasuk dari keluarga Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam dikarenakan seringnya mereka keluar masuk kedalam rumah beliau serta acap menyertainya". HR Bukhari no: 3763. Muslim no: 2460.

Kedua: Seperti yang dikeluarkan oleh Bukhari dari haditsnya Abdurahman bin Yazid radhiyallahu 'anhu, dirinya mengkisahkan:

« سَأَلْنَا حُذَيْفَةَ عَنْ رَجُلٍ قَرِيبِ السَّمْتِ وَالْهَدْيِ مِنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَتَّى نَأْخُذَ عَنْهُ فَقَالَ مَا أَعْرِفُ أَحَدًا أَقْرَبَ سَمْتًا وَهَدْيًا وَدَلًّا بِالنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ ابْنِ أُمِّ عَبْدٍ » [أخرجه البخاري]
"Kami pernah bertanya kepada Hudzaifah tentang seseorang yang paling mendekati serta menetapi petunjuk Nabi Muhammad  Shalallahu ‘alaihi wa sallam sampai kiranya kami bisa mengambil ilmu darinya. Maka beliau menjawab: "Tidak ada yang lebih aku ketahui ada orang yang sangat dekat dan menetapi serta menerapkan dengan petunjuk Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam dari pada Ibnu Ummu Abdu". HR Bukhari no: 3762.

Ketiga: Sebuah riwayat yang dibawakan oleh Imam Muslim dari sahabat Abu al-Ahwash radhiyallahu 'anhu, dia menceritakan:

« شَهِدْتُ أَبَا مُوسَى وَأَبَا مَسْعُودٍ حِينَ مَاتَ ابْنُ مَسْعُودٍ فَقَالَ أَحَدُهُمَا لِصَاحِبِهِ أَتُرَاهُ تَرَكَ بَعْدَهُ مِثْلَهُ فَقَالَ إِنْ قُلْتَ ذَاكَ إِنْ كَانَ لَيُؤْذَنُ لَهُ إِذَا حُجِبْنَا وَيَشْهَدُ إِذَا غِبْنَا » [أخرجه  مسلم]
"Aku pernah menyaksikan Abu Musa dan Abu Mas'ud tatkala anak Abu Mas'ud meninggal keduanya saling mengatakan pada yang lain, apakah engkau melihat ada seseorang yang semisal dengannya? Maka beliau mengatakan: 'Sesungguhnya ucapanmu itu, ia adalah orang yang menutupi kita bila kita hadir dan menyaksikan  dengan kebaikan bila kita tidak ada". HR Muslim no: 2461.

Keempat: Masih riwayat yang dikeluarkan oleh Bukhari dan Muslim dari sahabat Alqomah, beliau menceritakan: "Aku masuk ke negeri Syam lalu masuk masjidnya dan melakukan sholat dua raka'at. Kemudian aku berdo'a: "Ya Allah, mudahkanlah aku bertemu dengan teman duduk yang baik". Disana aku melihat ada seorang tua yang mendatangiku tatkala sudah dekat maka aku berkata dalam hati; 'Semoga ini do'a tadi yang aku panjatkan, Allah telah kabulkan'.
Ketika sudah berada dihadapanku, dia bertanya: 'Dari mana engkau berasal? Dari Kufah, jawabku. Dirinya lantas mengatakan: 'Bukankah ada ditengah-tengah kalian pemilik dua sendal, sajadah, serta tempat bersuci. Bukankah ada ditengah-tengah kalian seseorang yang telah terjaga dari setan, bukankah ada ditengah-tengah kalian seorang pemegang kunci rahasia yang tidak diketahui oleh lainnya. Bagaimana dengan bacaan Ibnu Ummu Abdu, firman Allah ta'ala:

﴿ وَٱلَّيۡلِ إِذَا يَغۡشَىٰ ١ ﴾ [ الليل: 1]
"Demi malam apabila menutupi (cahaya siang)".  (QS al-Lail: 1).
Aku pun menirukan bacaannya tadi.
   
﴿وَٱلَّيۡلِ إِذَا يَغۡشَىٰ ١ وَٱلنَّهَارِ إِذَا تَجَلَّىٰ ٢ وَمَا خَلَقَ ٱلذَّكَرَ وَٱلۡأُنثَىٰٓ ٣﴾[الليل:1-3]
"Demi malam apabila menutupi (cahaya siang). Dan siang apabila terang benderang. Dan penciptaan laki-laki dan perempuan".  (QS al-Lail: 1-3).

Orang tersebut lalu menambahkan: 'Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam membacakan surat ini dari bibirnya kepada dia secara langsung". Mereka lalu mengulang-ulang kalimat tersebut sampai-sampai mereka seakan-akan mengusirku untuk pulang ke negeriku".  HR Bukhari no: 3760. Muslim no: 824.

Kelima: Beliau termasuk ulamanya para sahabat serta pengajar al-Qur'an mereka. Hal tersebut, sebagaimana yang diterangkan oleh sebuah hadits yang dikeluarkan oleh Bukhari dan Muslim dari sahabat Abdullah bin Amr bin al-Ash radhiyallahu 'anhu. Bahwasannya Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: «  خُذُوا الْقُرْآنَ مِنْ أَرْبَعَةٍ مِنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ فَبَدَأَ بِهِ وَسَالِمٍ مَوْلَى أَبِي حُذَيْفَةَ وَمُعَاذِ بْنِ جَبَلٍ وَأُبَيِّ بْنِ كَعْبٍ » [أخرجه البخاري و مسلم]
"Ambillah oleh kalian al-Qur'an dari empat orang, Ibnu Ummu Abdu –Beliau memulai dengannya-, Mu'adz bin Jabal, Ubai bin Ka'ab, dan Salim mantan sahaya Hudzaifah". HR Bukhari no: 3760. Muslim no: 2464.

Keenam: Dirinya telah mengumpulkan ilmu yang sangat banyak dari Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam dengan sebab mulazamahnya beliau bersama Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam. Dijelaskan dalam sebuah riwayat yang dikeluarkan oleh Bukhari dari haditsnya, beliau menceritakan tentang dirinya: 'Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam pernah berkata padaku:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « إِذْنُكَ عَلَىَّ أَنْ يُرْفَعَ الْحِجَابُ وَأَنْ تَسْتَمِعَ سِوَادِى حَتَّى أَنْهَاكَ » [أخرجه البخاري ]
"Engkau meminta izin padaku supaya diangkat tabir, supaya dirimu bisa mendengar ilmu yang banyak sampai kiranya aku cegah". HR Bukhari no: 2169.

Ketujuh: Dan yang menunjukan tentang keilmuan beliau serta amanahnya didalam menjaga ilmu, ialah sebuah hadits yang dikeluarkan oleh Imam Ahmad didalam musnadnya dari Ibnu Mas'ud radhiyallahu 'anhu, dia menceritakan:

« قَالَ كُنْتُ أَرْعَى غَنَمًا لِعُقْبَةَ بْنِ أَبِي مُعَيْطٍ فَمَرَّ بِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَبُو بَكْرٍ فَقَالَ يَا غُلَامُ هَلْ مِنْ لَبَنٍ قَالَ قُلْتُ نَعَمْ وَلَكِنِّي مُؤْتَمَنٌ قَالَ فَهَلْ مِنْ شَاةٍ لَمْ يَنْزُ عَلَيْهَا الْفَحْلُ فَأَتَيْتُهُ بِشَاةٍ فَمَسَحَ ضَرْعَهَا فَنَزَلَ لَبَنٌ فَحَلَبَهُ فِي إِنَاءٍ فَشَرِبَ وَسَقَى أَبَا بَكْرٍ ثُمَّ قَالَ لِلضَّرْعِ اقْلِصْ فَقَلَصَ قَالَ ثُمَّ أَتَيْتُهُ بَعْدَ هَذَا فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ عَلِّمْنِي مِنْ هَذَا الْقَوْلِ قَالَ فَمَسَحَ رَأْسِي وَقَالَ يَرْحَمُكَ اللَّهُ فَإِنَّكَ غُلَيِّمٌ مُعَلَّمٌ » [أخرجه أحمد]

"Aku biasa bekerja mengembala kambing milik Uqbah bin Abu Mu'ith, pada suatu ketika Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersama Abu Bakar lewat ditempatku, maka beliau berkata padaku: 'Wahai anak kecil, apakah engkau punya susu? Aku jawab: 'Ia, aku punya tapi bukan milikku'. Beliau bertanya kembali: 'Apakah ada kambing yang akan dikawinkan? Maka aku datangkan seekor kambing betina, kemudian beliau mengusap pentil susunya yang tiba-tiba keluar air susunya, selanjutnya beliau memerasnya dan menaruh disebuah bejana, kemudian meminumnya, dan mengasih lebihnya pada Abu Bakar, kemudian mengatakan pada kelenjar susu: 'Keringlah'. Tiba-tiba air susunya menjadi kering seperti semula. Kemudian aku mendekati beliau sambil mengatakan: 'Ya Rasulallah, ajarilah aku ucapan seperti tadi'. Maka beliau mengusap kepalaku sembari mengatakan: 'Semoga Allah merahmatimu, sesungguhnya engkau anak kecil yang gemar belajar". HR Ahmad 6/82 no: 3598.

Adalah Umar radhiyallahu 'anhu pernah mengatakan tentang beliau: 'Beliau tak ubahnya bejana yang banyak menampung ilmu'. Beliau mengatakan seperti itu karena melihat umurnya yang masih kecil namun bersamaan dengan itu dia adalah orang yang paling tahu tentang ilmu dikalangan para sahabat.

Kedepalan: Adalah para sahabat merasa takjub dengan betisnya yang kurus, akan tetapi Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam mengabarkan tentang kedudukan betisnya tersebut disisi Allah azza wa jalla. Sebagaimana yang disebutkan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari sahabat Ibnu Mas'ud radhiyallahu 'anhu, dia menceritakan:

«انه كان يجتني سواكا من الأراك وكان دقيق الساقين فجعلت الريح تكفؤه فضحك القوم منه فقال رسول الله صلى الله عليه و سلم مم تضحكون قالوا يا نبي الله من دقة ساقيه فقال والذي نفسي بيده لهما أثقل في الميزان من أحد» [أخرجه أجمد]
"Aku pernah mengambil kayu siwak (beliau adalah orang yang betisnya kecil), maka angin meniup bajuku sehingga menyingkap betisku, sehingga hal itu menjadikan para sahabat mentertawakannya. Melihat itu Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam yang berada disitu membelanya sembari mengatakan: "Kenapa kalian tertawa? Mereka menjawab: 'Wahai Nabi Allah, lihat pada betisnya yang kecil itu'. Beliau mengatakan: "Demi Dzat yang jiwaku berada ditangan -Nya, sungguh kedua betisnya itu lebih berat timbangannya dari pada gunung Uhud".  HR Ahmad 7/99 no: 3991.

Kesembilan: Beliau adalah orang yang do'anya mustajabah. Sebagaimana yang disebutkan dalam sebuah hadits, darinya beliau menceritakan:
« أَنَّهُ كَانَ فِي الْمَسْجِدِ يَدْعُو فَدَخَلَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ يَدْعُو فَقَالَ سَلْ تُعْطَهْ وَهُوَ يَقُولُ اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ إِيمَانًا لَا يَرْتَدُّ وَنَعِيمًا لَا يَنْفَدُ وَمُرَافَقَةَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي أَعْلَى غرف الجنة جنة الخلد » [أخرجه احمد]
"Aku pernah berada didalam masjid sambil berdo'a, kemudian Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam masuk masjid dan dirinya masih berdo'a, dan mengatakan padanya: 'Mintalah pasti Allah akan memberimu'. Sedangkan do'a yang dipanjatkan ialah: "Ya Allah, aku memohon padaMu iman yang tidak menjadikan diriku berpaling, dan nikmat yang tidak sirna, serta bisa menemani NabiMu dikamar tertinggi disurga kelak, surga nan kekal". HR Ahmad 6/346 no: 3797.

Dari kata-katanya yang perlu ditulis dengan tinta emas ialah:
Beliau pernah mengatakan: 'Ada dua perkara baik yang dibenci oleh manusia, kematian dan kefakiran. Kalau sekiranya dia fakir lalu bisa bersabar maka itu baik baginya, dan jika dirinya dikarunia kekayaan sesungguhnya dia bisa banyak berinfak, karena sejatinya pada tiap dua keadaan tadi ada haknya Allah yang wajib ditunaikan". [3]
Diantara ucapannya adalah apabila beliau duduk dia mengatakan: "Sesungguhnya kalian berlalu bersama hari-hari, siang dan malam. Sedangkan ajal semakin mendekatinya, dan amalan telah tercatat rapi, dan kematian datang dengan tiba-tiba. Barangsiapa menanam kebaikan dikhawatirkan dirinya akan semakin merindukan hasilnya, sedang siapa yang menanam keburukan ditakutkan dirinya akan menuai penyesalan. Dan bagi setiap orang yang menanam pasti dirinya akan memetik hasilnya sesuai dengan tanamannya, tidak mungkin amalnya mendahului keengganannya untuk beramal tidak pula semangatnya mendahului takdirnya, maka barangsiapa dikasih kebaikan, Allah Shubhanahu wa ta’alla lah yang memberinya, dan siapa yang meminta dijaga dari kejelekan maka -Dia yang menjaganya, orang yang bertakwa akan menjadi pemimpin, dan orang yang fakih akan memimpin, sedang duduk bersama mereka akan menambah kebaikan". [4]
Beliau juga pernah mengatakan: "Barangsiapa menginginkan akhirat dirinya harus menjadi orang yang sabar didunia, dan siapa yang menginginkan dunia maka dirinya akan menjadi orang yang sengsara diakhirat, duhai kaum, carilah negeri yang kekal dengan negeri yang akan engkau tinggalkan".
Beliau mengatakan: "Sesungguhnya aku paling benci melihat seseorang yang banyak waktu luang namun tidak ada amalan, baik untuk akhirat maupun dunia".
Tatkala beliau sakit, maka Utsam menjenguknya dan menanyakan keadaan sambil berkata: "Apa yang sekarang engkau takutkan? Dosa-dosaku, jawabnya. Utsman bertanya kembali: 'Dan apa yang paling engkau harapkan? Rahmat Rabbku, jawabnya. Bagaimana kalau kiranya aku panggilkan dokter, tawar Utsman. Dirinya menjawab: 'Dokter itu akan menjadikan diriku bertambah sakit'. Apakah engkau butuh sesuatu, tanya Utsman. Aku tidak membutuhkan apa-apa, jawabnya lagi". [5]
Al-Hafidh Ibnu Hajar mengatakan: 'Disebutkan oleh Bukhari dalam Tarikhnya dengan sanad yang shahih dari haditsnya Ibnu Dhohir, dirinya menceritakan: "Telah sampai berita kematian Abdullah bin Mas'ud ditelinga Abu Darda, maka beliau mengatakan: 'Tidak ada peninggalan umat yang semisal dengannya sepeninggal beliau".[6]
Ubaidullah bin Abdullah mengatakan: "Beliau meninggal di Madinah dan dikubur dipemakaman Baqi' pada tahun tiga puluh dua hijriyah".[7]
Semoga Allah Shubhanahu wa ta’alla meridhoi Abdullah bin Mas'ud, dan membalasnya atas kebaikannya pada Islam dan kaum muslimin dengan sebaik-baik balasan, serta mengumpulkan kita bersama beliau dikampung pemuliaan -Nya, bersama para Nabi, Shidiqin, Syuhada serta Sholihin, dan mereka adalah sebaik-baik teman.
Akhirnya kita tutup kajian ini dengan ucapan segala puji hanya bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat serta salam semoga senantiasa Allah limpahkan pada Nabi kita Muhammad, pada keluarga beliau serta para sahabatnya.















[1] . Sebagaimana yang telah shahih dalam shahih Bukhari no: 5002, dan Muslim no: 2463.
[2] . Seperti disebutkan oleh Bukhari no: 5000, dan Muslim no: 2462.
[3] . Disebutkan oleh Abu Nu'aim dalam Hilyah 1/132.
[4] . Dinukil oleh adz-Dzahabi dalam Siyar 'Alamu Nubala 1/496-497.
[5] . Seperti dinukil dalam Siyar 'Alamu Nubala 1/498.
[6] . Tarikh Shagir karya Bukhari 1/85.
[7] . Siyar A'lamu Nubala 1/499.