Apa Hikmah Kisah-kisah Dalam Al Qur’an ?

Apa Hikmah Kisah-kisah Dalam Al Qur’an ?

Sebuah kisah yang baik akan mudah meresap ke dalam hati orang yang membaca atau mendengarnya, serta menanamkan kesan yang demikian mendalam. Bahkan pelajaran yang disampaikan melalui pemaparan kisah (narasi) lebih banyak faedahnya.
Kisah-kisah umat terdahulu banyak termuat di dalam Al-Qur`an dan sebagiannya dalam hadits-hadits yang shahih dari Nabi Shalallahu ‘alaihi wasalam. Mengapa begitu banyak Allah Subhanahu Wa Ta’ala mengungkap berbagai kejadian umat manusia sebelum kita?. Apa hikmah di balik itu semua?
Dalam pembahasan ini digunakan rujukan dari uraian Al-’Allamah Syaikh Muhammad bin Shalih Al-’Utsaimin dari Kitab Ushul Tafsir beliau dengan beberapa tambahan dari sumber lain. Wallahul Muwaffiq.

Pengertian Kisah-kisah (Al-Qashash)
Secara bahasa, kisah (al-qashash) artinya menelusuri jejak.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
“Lalu keduanya kembali, mengikuti jejak mereka semula.” (Al-Kahfi: 64)
Yakni, keduanya menelusuri jejak yang tadi mereka berdua lalui.
Firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala melalui lisan Ibunda Nabi Musa q:
“Dan berkatalah ibu Musa kepada saudara Musa yang perempuan: ‘Ikutilah dia’.” (Al-Qashash: 11)
Artinya, ikutilah dia sampai engkau lihat siapa yang memungutnya.

Al-Qashash artinya berita yang berturut-turut. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
“Sesungguhnya ini adalah kisah yang benar.” (Ali ‘Imran: 62)
Adapun Al-Qishshah (kisah) adalah al-amr (urusan), al-khabar (berita), dan al-sya`nu (perkara) serta al-haal (keadaan).
Jadi Qashashul Qur`an adalah berita tentang keadaan umat-umat yang telah berlalu, nubuwat terdahulu dan berbagai peristiwa yang telah terjadi.
Sedangkan menurut istilah, artinya menceritakan berita tentang kejadian-kejadian yang mempunyai beberapa tahapan, di mana sebagiannya mengikuti yang lain.

Keutamaan Kisah-kisah Qur`ani
Kisah-kisah Qur`ani adalah kisah yang paling benar/jujur, sebagaimana firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala:
“Dan siapakah yang lebih benar perkataan (nya) daripada Allah.” (An-Nisa`: 87)
Hal itu karena kesesuaiannya yang sempurna dengan kenyataan yang ada. Artinya, tidak ada perkataan yang lebih jujur dan benar daripada firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Kisah-kisah Qur`ani adalah kisah yang paling baik, sebagaimana firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala:
“Kami menceriterakan kepadamu kisah yang paling baik dengan mewahyukan Al-Qur`an ini kepadamu.” (Yusuf: 3)
Karena cakupannya terhadap kesempurnaan paling tinggi dalam balaghah (keindahan bahasa) dan keagungan makna. Bahkan kisah-kisah dalam Al-Qur`an merupakan kisah yang paling bermanfaat, sebagaimana firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala:
“Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal.” (Yusuf: 111)
Karena kuatnya pengaruh kisah tersebut terhadap upaya perbaikan hati, akhlak, dan perbuatan. Jadi, kisah-kisah Qur`ani adalah kisah yang paling indah lafadznya (kalimatnya) dan paling indah pula maknanya.

Beberapa Bentuk Kisah di dalam Al-Qur`an
Kisah-kisah dalam Al-Qur`an ada tiga bentuk:
Yang pertama, kisah para Nabi alaihi salam mendakwahi umatnya, mu’jizat yang Allah Subhanahu Wa Ta’ala berikan kepada mereka sebagai dukungan, sikap orang-orang yang menentang, dan tahap perkembangan dakwah serta akhir kesudahan orang-orang beriman dan orang-orang yang mendustakan. Misalnya kisah Nabi Shalallahu ‘alaihi wasalamuh, Hud, Shalih, Ibrahim, Luth, Musa dan Harun, serta ‘Isa dan Muhammad serta para nabi lainnya, alaihi salam.

Yang kedua, kisah yang berkaitan dengan berbagai peristiwa yang telah berlalu atau tentang orang-orang yang tidak diketahui dengan pasti jati diri mereka. Seperti kisah ribuan orang yang keluar dari rumah-rumah mereka karena takut mati, kisah Thalut dan Jalut, dua putra Adam, para pemuda penghuni gua (Ashhabul Kahfi), Dzul Qurnain, Qarun, Ashhabus Sabti (Orang-orang Yang Melanggar Larangan di hari Sabtu), Ashhabul Ukhdud (Para Pembuat Parit), Ashhabul Fiil (Tentara Bergajah), dan lain-lain.

Yang ketiga, kisah-kisah tentang berbagai peristiwa yang terjadi di masa Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasalam seperti kisah perang Badr dan Uhud dalam surat Ali ‘Imran, perang Hunain dalam surat At-Taubah, hijrah, Isra`, dan sebagainya.

Beberapa Faedah Kisah-kisah dalam Al-Qur`an

Kisah-kisah Al-Qur`an mengandung berbagai faedah yang utama, di antaranya:
1. Menjelaskan landasan dasar (asas) dakwah mengajak manusia kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala, menerangkan tentang pokok-pokok (ushul) syariat yang dibawa masing-masing Nabi yang diutus Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala:
“Dan Kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan kepadanya: ‘Bahwasanya tidak ada sesembahan yang haq melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku’.” (Al-Anbiya`: 25)
2. Meneguhkan hati Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasalam dan hati umat beliau di atas ajaran (Dien) Allah Subhanahu Wa Ta’ala, mengokohkan ketsiqahan (kepercayaan) kaum mukminin akan kemenangan al-haq dan tentaranya serta terhinanya kebatilan dan para pembelanya.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
“Dan semua kisah dari rasul-rasul Kami ceritakan kepadamu, ialah kisah-kisah yang dengannya Kami teguhkan hatimu; dan dalam surat ini telah datang kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagi orang-orang yang beriman.” (Hud: 120)
3. Membenarkan para nabi sebelumnya, menghidupkan nama serta melestarikan jejak mereka.
4. Menonjolkan kebenaran/kejujuran Nabi Muhammad n dalam dakwahnya melalui berita yang beliau sampaikan tentang keadaan masa lalu seiring perjalanan masa dan generasi.
5. Menyingkap kedustaan Ahli Kitab dengan hujjah tentang keterangan dan petunjuk yang mereka sembunyikan serta tantangan kepada mereka dengan isi kitab mereka sendiri sebelum diubah. Misalnya firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala:
“Semua makanan adalah halal bagi Bani Israil melainkan makanan yang diharamkan oleh Israil (Ya’qub) untuk dirinya sendiri sebelum Taurat diturunkan. Katakanlah: ‘(Jika kamu mengatakan ada makanan yang diharamkan sebelum turun Taurat), maka bawalah Taurat itu, lalu bacalah dia jika kamu orang-orang yang benar’.” (Ali ‘Imran: 93)
6. Kisah itu merupakan sebagian contoh tentang adab yang harus diperhatikan dan pelajaran-pelajarannya tertanam kuat di dalam jiwa. Firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala:
“Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal.” (Yusuf: 111)
7. Menjelaskan hikmah Allah Subhanahu Wa Ta’ala berkaitan dengan hal-hal yang terkandung dalam kisah itu, sebagaimana firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala:
“Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka beberapa kisah yang di dalamnya terdapat cegahan (dari kekafiran), itulah suatu hikmah yang sempurna maka peringatan-peringatan itu tiada berguna (bagi mereka).” (Al-Qamar: 4-5)
8. Menerangkan keadilan Allah Subhanahu Wa Ta’ala dengan adanya hukuman yang ditimpakan kepada orang-orang yang mendustakan, sebagaimana firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala:
“Dan Kami tidaklah menganiaya mereka, tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri, karena itu tiadalah bermanfaat sedikitpun kepada mereka sembahan-sembahan yang mereka seru selain Allah, di waktu adzab Rabbmu datang.” (Hud: 101)
9. Menerangkan karunia Allah Subhanahu Wa Ta’ala dengan menyebutkan pahala yang dilimpahkan kepada orang yang beriman, sebagaimana firman-Nya:
“Sesungguhnya Kami telah mengembuskan kepada mereka angin yang membawa batu-batu (yang menimpa mereka). Kecuali keluarga Luth. Mereka Kami selamatkan di waktu sebelum fajar menyingsing, sebagai nikmat dari Kami. Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.” (Al-Qamar: 34-35)
10. Sebagai hiburan bagi Nabi Shalallahu ‘alaihi wasalam atas gangguan yang dilancarkan orang-orang yang mendustakan beliau, sebagaimana firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala:
“Dan jika mereka mendustakan kamu, maka sesungguhnya orang-orang yang sebelum mereka telah mendustakan (rasul-rasulnya); kepada mereka telah datang rasul-rasulnya dengan membawa mukjizat yang nyata, zubur, dan kitab yang memberi penjelasan yang sempurna. Kemudian Aku adzab orang-orang yang kafir; maka (lihatlah) bagaimana (hebatnya) akibat kemurkaan-Ku.” (Fathir: 25-26)
11. Membangkitkan rasa antusias kaum mukminin terhadap keimanan dengan mendorong mereka agar teguh di atasnya serta meningkatkannya ketika mengetahui keberhasilan orang-orang beriman terdahulu serta kemenangan mereka yang diperintah berjihad. Sebagaimana firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala:
“Maka Kami telah memperkenankan doanya dan menyelamatkannya dari kedukaan. Dan demikianlah Kami selamatkan orang-orang yang beriman.” (Al-Anbiya`: 88)
12. Men-tahdzir (peringatan) orang-orang kafir agar tidak terus-menerus tenggelam dalam kekafirannya, sebagaimana firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala:
“Maka apakah mereka tidak mengadakan perjalanan di muka bumi sehingga mereka dapat memerhatikan bagaimana kesudahan orang-orang yang sebelum mereka; Allah telah menimpakan kebinasaan atas mereka dan orang-orang kafir akan menerima (akibat-akibat) seperti itu.” (Muhammad: 10)
13. Mengakui keberadaan risalah Nabi Muhammad n, karena berita-berita tentang umat-umat sebelumnya tidak ada yang tahu kecuali Allah k, sebagaimana firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala:
“Itu adalah di antara berita-berita penting tentang yang ghaib yang Kami wahyukan kepadamu (Muhammad); tidak pernah kamu mengetahuinya dan tidak (pula) kaummu sebelum ini.” (Hud: 49)
Dan firman-Nya:
“Belumkah sampai kepadamu berita orang-orang sebelum kamu (yaitu) kaum Nuh, ‘Ad, Tsamud, dan orang-orang sesudah mereka. Tidak ada yang mengetahui mereka selain Allah.” (Ibrahim: 9)
14. Di dalam kisah-kisah Qur`ani terdapat penjelasan tentang sunnatullah pada makhluk-Nya, baik secara individu, maupun kelompok. Sunnah itu berlaku pada orang-orang terdahulu dan yang datang kemudian, agar dijadikan pelajaran oleh orang-orang yang beriman. Oleh sebab itulah, kisah-kisah Qur`ani ini bukan semata-mata memaparkan sejarah umat manusia atau sosok tertentu. Tapi yang diuraikan adalah hal-hal yang memang dapat dijadikan pelajaran, nasihat, dan peringatan.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
“Dan semua kisah dari rasul-rasul Kami ceritakan kepadamu, ialah kisah-kisah yang dengannya Kami teguhkan hatimu; dan dalam surat ini telah datang kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagi orang-orang yang beriman.” (Hud: 120)
Wallahu a’lam.

Sumber :  Faedah Kisah-kisah Qur’ani  (ditulis oleh: Al-Ustadz Abu Muhammad Harits, dalam majalah AsySyariah)

3 kata tentang surga

Al-A’raaf ayat 19 – 22

3 kata tentang surga
  1. Belum Terdengar oleh telinga
Surga tidak terdengar oleh telinga manusia. Hanya orang yang terpilih (orang beriman) yang dipanggil Allah setelah ia meninggal
2.      Kenikmatannya belum pernah terlihat oleh mata
Jika kita melihat berbagai film yang menggambarkan tentang surga, maka surga yang sebenarnya sangat jauh dari surga yang digambarkan oleh manusia
3.      Tidak pernah terlintas dalam pikiran
Tidak ada satupun dari manusia yang dapat membayangkan bagaimana indahnya surga
Setan menggoda supaya mereka menampakan aurat. Kemudian mereka menghasut Adam dan Hawa untuk memakan pohon yang dilarang oleh Allah. Mereka mengatakan bahwa Allah menyuruh supaya tidak makan pohon tersebut supaya kamu dijadikan malaikat.
Tidak puas dengan menghasut Adam, akhirnya setan menggunakan tipu daya. Ketika mereka mencicipi buah pohon tersebut, mereka langsung merasakan akibat dari perbuatan mereka tersebut. Akhirnya mereka berkata “bukannkah sudah ku bilang untuk tidak memakan pohon itu?”
Ketika Allah memberikan larangan “jangan dekati pohon ini?”. Namun ketika Adam memakan pohon tersebut ia mengatkaan “bukannkah sudah ku bilang untuk tidak memakan pohon itu?”
Ada perbedaan perkataan ketika Allah memberikan larangan dengan ketika Adam telah memakan pohon terlarang tersersebut yaiut ‘Ini’ dan ‘itu’. ‘ini’ artinya dekat sedangkan ‘itu’ artinya jauh.
Pesan cerita ini sebenarnya ada di ayat 27 yaitu “janganlah kalian tergoda oleh Setan karena seperti telah mengeluarkan orang tua kalian dari surga”. Maksudnya supaya kkita jangan mengulangi lagi perbuatan yang dilakukan Setan.
Al Imran 14 – 15
Islam sangat menghargai Fitrah manusia. Dikatakan “sudah dimaklumkan kepada manusia mengenai kecenderungan cinta kepada Allah.” Berbagai kecenderungan tersebut diantaranya :
  1. kecenderungan kepada laki-laki dan perempuan
  2. kepada Anak-anak
  3. kecenderungan terhadap ‘benda’ yang merupakan simbol emas dan perak
  4. ‘kuda pilihan’ yang merupakan simbol alat transportasi
  5. Binatang ternak atau hewan peliharaan
  6. ‘sawah’ dan ‘ladang’ yang merupakan simbol bisnis
Dan itulah kesenangan di dunia dan bagi Allah merupakan tempat kembali yang baik.
Ayat 15
Mau ga dikasih tau yang lebih baik dari yang enam point tadi? Ternyata ada yang lebih baik dari itu semua yaitu ‘surga’ yang mengalir sungai bagi orang-orang yang bertaqwa. Dan pasangan yang disucikan. Pasangan disurga tidak mempunyai Ibu tetapi langsung ada dengan sendirinya dan ia senantiasa disucikan.
Ada sebuah cerita dari seorang sahabat ketika sedang berperang kemudian tiba-tiba ia bermimpi ada perempuan yang cantik-cantik lebih dari satu. Kemudian ia disuruh untuk menemui ainul madiah. Di pintu gerbang ia menemui perempuan lagi yang kecantikannya lebih cantik dari yang sebelumnya ditemui. Dia kira mereka adalah ainul madiah. Akhirnya ia masuk kedalam, dan baruah ia bertemu dengan ainul madiah. Namun kemudian ainul madiah berkata ‘kamu belum pantas bertemu denganku, kamu masih hidup’. Tiba-tiba sahabat itu terbangun pada saat perang dan akhirnya ia meninggal dan syahid.
Dan yang paling nikmat adalah bertemu dengan Allah. Semua pengurus surga pasti melihat wajah Allah langsung.
Jadi kenikmatan disurga itu lebih dari kenikmatan didunia. Siapa saja yang masuk ke surga?
  1. Berdoa
  2. Mohon ampunan sebelum fajar
Lalu apa hubungannya dengan ayat Al- A’raaf
Bahwa memang kita dihubungkan dengan lawan jenis.
Ketika berinteraksi dengan lawan jenis ada batasannya. Batasannya seperti apa?
Setidaknya kita menghindari berkhalawat yaitu berdua-duaan dengan orang yang bukan muhrim. Kenapa dilarang? Karena yang ketiganya adalah ‘setan’. Setan akan menggoda sebagaimana mereka menggoda Adam.
Apa sih esensinya berdua-duaan? Intinya adalah berkomunikasi.
Berhubungan dengan konteks sekarang apakah dengan menggunakan BBM, skype, chatting, facebook, merupakan berkhalawat karena berkomunikasi secara berdua-dua an.
Dan setan tidak mengancam secara fisik. Yang ia goda adalah pikirannya. Sehingga kita bisa melihat sesuatu yang diluar pikirannya.
Ada sebuah kisah laki yang soleh tinggal disitu serta 3 orang bersaudara salah satunya adalah adik perempuan. Dan ketiga ini diPanggil ke medan perang. Dan mereka menginginkan untuk menitipkanya  ke orang saleh. Dan akhirnya mereka menemukannya. Yaiut si soleh tadi. Namun ia menolak karena takut tergoda. Namun akhirnya ia menerimanya namun dengan syarat ia ditempatkan di depan rumahnya. Setiap hari ia memberi makanan di depan rumah. Beberapa hari ia mengambil makanan di depan rumah dengan rumah. Suatu ketika ada setan yang menggoda. Akhirnya orang soleh ini menyapa. Awalnya say hello akhirnya ia menjadi terbiasa. Ketika selang beberapa lama, setan menggoda lago “kenapa perempuannya diluar? Ga enak dilihat orang”. Akhirnya ia diajak kedalam rumah. Sehingga singkat kata terjadilah perjinahan. Akhirnya setelah beberapa si perempuan tersebut mempunyai anak. Si soleh takut, akhirnya ia membunuh perempuan dan anaknya yang dikubur didepan rumah tersebut.
Suatu ketika 3 bersaudara ini datang, “kemana adiku?”. Si soleh mengatakan bahwa adiknya diculik. Karena mereka percaya kepada si soleh itu akhirnya mereka pun percaya juga. Suatu ketika ketiga bersaudara itu bermimpi bertemu dengan kakek dan ia menunjukan kuburan adiknya. Akhirnya ketiga bersaudara itu mengecek keberadaan perempuan tersebut dan akhirnya si soleh itu tidak bisa mengelak kebohongannya. Akhirnya berdasarkan hukum negara tersebut, si soleh itu digantung. Sampe akhir, si setan ini  menggoda si soleh lagi. “kalau kamu ingin selamat maka bersujudlah kepadaku”. Akhirnya karena tidak ada pilihan lain, maka ia bersujud kepada setan tersebut. namun, ternyata kenyataan berpihak lain. Walapun sudah bersujud namunia tetap dihukum mati.
Surat Ibrahim ayat 22
Transkip pernyataan setan

Setan berpidato “ sesungguhnya Allah memberikan kalian janji yang tidak terlihat. Dan Aku (setan) memberikan janji juga yang sebenarnya adalah bohong” setan Cuma mengajak saja namun manusia lah yang mengikutinya. Setan sendiri mengakui bahwa yang ia katakan adalah bohong. Dan ia tidak mempunyai kekuasaan.

Ganjaran Bagi Orang Yang Suka Membantu Orang

Ganjaran Bagi Orang Yang Suka Membantu Orang
Segala puji hanya untuk Allah Ta'ala, shalawat serta salam semoga tercurah kepada Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam. Aku bersaksi bahwa tidak ada ilah yang berhak disembah dengan benar melainkan Allah Shubhanahu wa ta’alla semata yang tidak ada sekutu bagi -Nya, dan aku juga bersaksai bahwa Muhammad Shalallahu’alaihi wa sallam adalah seorang hamba dan utusan -Nya. Amma ba'du:
Sungguh syari'at Islam yang lurus begitu menekankan pengikutnya untuk gemar menolong orang lain, memenuhi kebutuhan mereka, bersegera membantu kesulitan yang sedang mereka hadapi, memberi pertolongan demi tercapainya maksud mereka, yang mana semua itu dilakukan demi merealisasikan kebersamaan, ukhuwah persaudaraan, kecintaan, dan kasih sayang diantara sesama saudara muslim. Allah azza wa jalla menjelaskan dalam salah satu firman -Nya:

﴿ لَّا خَيۡرَ فِي كَثِيرٖ مِّن نَّجۡوَىٰهُمۡ إِلَّا مَنۡ أَمَرَ بِصَدَقَةٍ أَوۡ مَعۡرُوفٍ أَوۡ إِصۡلَٰحِۢ بَيۡنَ ٱلنَّاسِۚ وَمَن يَفۡعَلۡ ذَٰلِكَ ٱبۡتِغَآءَ مَرۡضَاتِ ٱللَّهِ فَسَوۡفَ نُؤۡتِيهِ أَجۡرًا عَظِيمٗا ١١٤
[ النساء: 114]
"Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat ma'ruf, atau mengadakan perdamaian di antara manusia. dan barangsiapa yang berbuat demikian karena mencari keredhaan Allah, maka kelak Kami memberi kepadanya pahala yang besar". (QS an-Nisaa': 114).

Dalam ayat lain Allah tabaraka wa ta'ala berfirman:

﴿ مَّن يَشۡفَعۡ شَفَٰعَةً حَسَنَةٗ يَكُن لَّهُۥ نَصِيبٞ مِّنۡهَاۖ ٨٥ [ النساء: 85]
"Barangsiapa yang memberikan syafa'at yang baik, niscaya ia akan memperoleh bagian (pahala) dari padanya". (QS an-Nisaa': 85).

Masih berkaitan senang membantu orang lain, dijelaskan dalam sebuah hadits yang semakin mendukung perilaku terpuji tadi agar gemar dilakukan oleh seorang muslim, sebagaimana sabda Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam dari sahabat Ibnu Umar radhiyallahu 'anhuma, bahwa beliau bersabda:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « مَنْ كَانَ فِى حَاجَةِ أَخِيهِ كَانَ اللَّهُ فِى حَاجَتِهِ وَمَنْ فَرَّجَ عَنْ مُسْلِمٍ كُرْبَةً فَرَّجَ اللَّهُ عَنْهُ بِهَا كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ » [أخرجه البخاري و مسلم]
"Barangsiapa yang menutupi kebutuhan saudaranya maka Allah akan memenuhi kebutuhannya. Barangsiapa yang melapangkan kesusahan seorang muslim maka Allah akan mengangkat darinya dengan sebab amalan tadi kesusahannya kelak pada hari kiamat. Dan barangsiapa menutupi cela saudaranya muslim maka Allah akan menutupi aibnya kelak pada hari kiamat". HR Bukhari no: 2442. Muslim no: 2580.

Didalam hadits tadi, Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam menerangkan pada kita kalau yang namanya memberi suatu yang bermanfaat bagi orang lain merupakan amal ibadah yang sangat agung. Masih berkaitan dengan ini, dibawakan oleh Imam Muslim sebuah hadits dari Abu Musa al-Asy'ari radhiyallahu 'anhu, beliau bercerita: "Adalah Rasulallah Shalallahu 'alaihi wa sallam apabila didatangi oleh seorang peminta-minta atau dimintai tolong untuk memenuhi hajat orang lain beliau bersabda kepada para sahabatnya:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « اشْفَعُوا تُؤْجَرُوا وَيَقْضِي اللَّهُ عَلَى لِسَانِ نَبِيِّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا شَاءَ » [أخرجه البخاري ومسلم]
"Berilah syafa'at (kepada mereka) maka kalian akan diberi ganjaran. Dan Allah akan memenuhi (kebutuhan mereka) melalui lisan Nabi       -Nya sebagaimana yang Allah kehendaki". HR Bukhair no: 1432. Muslim no: 2627.

Dalam hadits lain, dari Jabir radhiyalllahu 'anhu, beliau mengatakan, "Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « مَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمْ أَنْ يَنْفَعَ أَخَاهُ فَلْيَفْعَلْ » [أخرجه مسلم]
"Barangsiapa ada diantara kalian yang mampu untuk memberi manfaat pada orang lain hendaknya ia lakukan". HR Muslim no: 2119.

Bahkan bukan hanya itu, beliau juga menekankan pada semua kondisi. Dijelaskan dalam haditsny Imam Muslim yang diriwayatkan dari sahabat Abu Sa'id al-Khudri radhiyallahu 'anhu, beliau bercerita: "Tatkala kami bepergian bersama Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam ditengah perjalanan kami bertemu dengan seseorang yang berada dihewan tunggangannya. Orang tadi matanya memandang kekanan dan kiri. Melihat hal itu Rasulallah Shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « مَنْ كَانَ مَعَهُ فَضْلُ ظَهْرٍ فَلْيَعُدْ بِهِ عَلَى مَنْ لاَ ظَهْرَ لَهُ وَمَنْ كَانَ لَهُ فَضْلٌ مِنْ زَادٍ فَلْيَعُدْ بِهِ عَلَى مَنْ لاَ زَادَ لَهُ ». قَالَ فَذَكَرَ مِنْ أَصْنَافِ الْمَالِ مَا ذَكَرَ حَتَّى رَأَيْنَا أَنَّهُ لاَ حَقَّ لأَحَدٍ مِنَّا فِى فَضْلٍ » [أخرجه مسلم]
"Barangsiapa yang memiliki kelebihan punggung maka hendaknya memberikan kepada orang yang tidak punya kelebihan itu. Dan bagi siapa yang punya kelebihan perbekalaan hendaknya memberi kepada orang yang kurang perbekalannya". Abu Sa'id melanjutkan, "Beliau lalu menyebut beberapa jenis harta yang banyak sampai sekiranya kami berpikiran tidak ada keutamaan lagi bagi kami untuk memilikinya". HR Muslim no: 1728.

Imam Nawawi menjelaskan hadits diatas dengan penjelasannya, "Didalam hadits ini sebagai dalil atas dianjurkannya untuk bersedekah, suka menderma, punya kepedulian pada sesama, berbuat baik pada teman perjalanan, memperhatikan kebutuhan teman. Maka sebuah perkara besar manakala sebuah kaum mempunyai sikap kepedulian atas kebutuhan temannya, yang mana beliau hanya mencukupkan dengan sekedar tawaran bagi para sahabatnya untuk rela membantu orang yang sedang butuh dan memberi dorongan, tanpa harus diminta terlebih dahulu". [1]
Dan pintu-pintu untuk memberi manfaat orang lain sangatlah banyak, seperti dengan membantu untuk melunasi hutang yang mereka miliki, atau bersedekah pada kalangan orang fakir diantara mereka, atau melapangkan kesusahan, atau mendamaikan perselisihan yang terjadi diantara mereka, atau membikin mereka merasa senang serta cara yang lainnya. Diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim dari Sa'id bin Abi Burdah dari ayahnya dari kakeknya dari Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « كُلُّ سُلاَمَى مِنَ النَّاسِ عَلَيْهِ صَدَقَةٌ كُلَّ يَوْمٍ تَطْلُعُ فِيهِ الشَّمْسُ - قَالَ - تَعْدِلُ بَيْنَ الاِثْنَيْنِ صَدَقَةٌ وَتُعِينُ الرَّجُلَ فِى دَابَّتِهِ فَتَحْمِلُهُ عَلَيْهَا أَوْ تَرْفَعُ لَهُ عَلَيْهَا مَتَاعَهُ صَدَقَةٌ - قَالَ - وَالْكَلِمَةُ الطَّيِّبَةُ صَدَقَةٌ وَكُلُّ خَطْوَةٍ تَمْشِيهَا إِلَى الصَّلاَةِ صَدَقَةٌ وَتُمِيطُ الأَذَى عَنِ الطَّرِيقِ صَدَقَةٌ » [أخرجه البخاري و مسلم]
"Setiap anggota tubuh manusia wajib disedekahi, setiap hari dimana matahari terbit lalu engkau berlaku adil terhadap dua orang (yang bertikai) adalah sedekah, engkau menolong seseorang yang berkendaraan lalu engkau bantu dia untuk naik kendaraanya
atau mengangkatkan barangnya adalah sedekah, ucapan yang baik adalah sedekah, setiap langkah ketika engkau berjalan menuju shalat adalah sedekah dan menghilangkan gangguan
dari jalan adalah sedekah". HR Bukhari no: 2707. Muslim no: 1009.

Imam Ibnu Qoyim menjelaskan, "Dan akal dan nash serta fitrah didukung penelitian dari berbagai kalangan umat beragama dengan segala macam kelompok dan ragamnya, semuanya sepakat bahwa mendekatkan diri kepada Rabb semesta alam, dan berbuat bajik serta ihsan pada makhluk -Nya, termasuk faktor terbesar dari faktor-faktor yang ada untuk memperoleh setiap kebaikan, dan sebaliknya perilaku yang berbeda seperti diatas maka itu merupakan faktor ditimpakannya keburukan. Oleh karenanya salah satu usaha untuk mendapat nikmat-nikmat Allah Shubhanahu wa ta’alla serta keinginan untuk menolak bencana dan adzab -Nya bisa dilakukan dengan ketaatan kepada Allah Shubhanahu wa ta’alla dan berbuat baik pada makhluk -Nya". [2]

Potret para Nabi dalam masalah ini:
Dan memberi manfaat pada orang lain, bersegera melapangkan kesusahan mereka termasuk bagian dari sifat-sifatnya para nabi dan rasul 'alaihimu shalatu wa sallam. Lihatlah penderma Yusuf bin Ya'qub bin Ishaq 'alaihi sallam, walaupun perilaku buruk yang sudah diterimanya dari saudara-saudaranya beliau tetap menyiapkan dan memberi manakala mereka datang untuk meminta kebutuhan makan keluarganya, beliau tidak menurangi sedikit pun jatah mereka.
Nabi Musa 'alaihi sallam tatkala mendatangi tempat mengambil air penduduk Madyan, beliau mendapati orang-orang saling berebut dan antri menunggu giliran mengambil air lantas beliau menjumpai ada dua wanita yang tidak ikut berdesakan menunggu giliran, maka beliau langsung menawarkan bantuan mengambilkan air sehingga kambing-kambingnya bisa minum.
Umul mukminin Khadijah radhiyallahu 'anha, beliau pernah berkata tentang Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam, "Sesungguhnya engkau adalah penyambung tali kerabat, pemikul beban orang lain yang mendapat kesusahan, pemberi orang yang papa, penjamu tamu serta pendukung setiap upaya penegakan kebenaran". HR Bukhari no: 3.
Dan panutan kita, Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam apabila diminta untuk memenuhi hajat seseorang maka beliau tidak pernah menolak permintaannya. Sebagaimana dijelaskan dalam sebuah hadits yang dikeluarkan oleh Imam Bukhari dan Muslim dari Jabir radhiyallahu 'anhu, beliau menceritakan, "Tidak pernah Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam dimintai sesuatu pun, lantas beliau mengatakan 'tidak'. HR Bukhari no: 6034. Muslim no: 2311.
Dalam hadits lain yang dibawakan oleh Imam Ahmad dari sahabat Utsman bin Affan radhiyallahu 'anhu, beliau berkata, "Sesungguhnya kami, demi Allah, telah menemani Rasulallah Shalallahu 'alaihi wa sallam baik disaat safar maupun dalam keadaan muqim. Maka (kami mendapati) kebiasaan beliau ialah menjenguk orang sakit diantara kami, mengiringi jenazah dikalangan kami, ikut berperang bersama kami, dan menyamaratakan diantara kami antara orang kaya dan miskin". HR Ahmad 1/532 no: 504.

Potret para sahabat:
Demikian pula yang ada pada generasi terbaik umat ini, para sahabat mereka adalah orang-orang yang selalu meniti jalan nabinya. Mereka senang membantu orang lain serta memberi manfaat semampunya pada mereka. Mari kita lihat pada potret mereka yang senang memberi manfaat pada orang lain dari kalangan mereka.
Abu Bakar radhiyallahu 'anhu, beliau masuk Islam sedang padanya ada empat puluh ribu dinar, kemudian beliau infakkan seluruhnya dijalan Allah Shubhanahu wa ta’alla, beliau juga membebaskan tujuh budak yang semuanya berjihad dijalan Allah Shubhanahu wa ta’alla, beliau membebaskan Bilal, Amir bin Fahirah, Zanbarah, an-Nahdiyah dan anak perempuannya, Jariyah bin Mu'amal, dan Ummu A'biis.
Umar bin Khatab radhiyallahu 'anhu, beliau mempunyai kebiasaan memberi air pada para janda dimalam hari. Sahabat Thalhah pernah melihat beliau pada suatu malam masuk membawa air pada rumah seorang wanita, maka Thalhah mendatangi rumah tersebut disiang harinya, maka dirinya mendapati didalam rumah tersebut seorang wanita tua buta sedang duduk diatas kursi, lantas dirinya bertanya, "Apa yang dilakukan oleh Umar padamu? Wanita tersebut menjawab, "Perbuatan ini dia lakukan semenjak ini dan itu, beliau selalu memperhatikanku sambil datang membawa kebutuhanku dan melapangkan kesulitanku".
Utsman bin Affan radhiyallahu 'anhu, beliau pernah membeli sebuah sumur dengan harga tiga puluh lima ribu dirham, lalu beliau wakafkan untuk orang kaya dan miskin serta ibnu sabil. Ali bin Abi Thalib radhiyallahu 'anhu, pernah suatu hari ada seseorang datang kepada Amirul mukminin Ali bin Abi Thalib radhiyallahu 'anhu, sambil mengatakan, "Wahai Amirul mukiminin, aku ada keperluan bersamamu, namun sudah aku adukan terlebih dahulu kepada Allah ta'ala sebelum aku mendatangimu. Maka jika anda mengabulkan hajatku aku akan memuji Allah Shubhanahu wa ta’alla dan berterima kasih kepadamu. Dan bila tidak maka aku akan memuji kepada Allah Shubhanahu wa ta’alla dan memberi udzur padamu". Maka Ali pun bertanya, "Tulislah hajatmu diatas tanah, karena aku tidak suka kalau melihat kehinaan meminta-minta pada wajahmu". Maka orang tersebut menulis, "Aku orang yang dirundung kebutuhan". Ali berkata, "Aku memiliki pakaian". Maka beliau meminta supaya diambilkan pakaian tadi lalu diberikan pada orang tersebut, kemudian lelaki tadi langsung memakainya dan bersenandung dengan bait sya'irnya:
Engkau telah memberi pakaian, sungguh nampak keindahan
Kelak aku akan selalu memberimu pakaian pujian karenanya
Jika engkau memperoleh pujianku engkau lah sang penderma
Aku tidak sedang mengharap balasan dari ucapanku ini
Sungguh pujianku menggugah ingatan pada yang dipuji
Bagaikan air hujan yang mampu menumbuhkan tanaman dan gunung
Jangan engkau remehkan kebaikan sepanjang hayatmu
Karena tiap hamba akan mendapat balasan atas amalnya

Ali menyahut, "Aku punya beberapa dinar". Maka beliau meminta supaya dibawakan sebanyak seratus dinar lalu memberikan kepada orang tadi. Orang tersebut berkata sambil menghitung dengan jarinya, "Wahai Amirul mukminin, engkau memberiku pakaian dan seratus dinar? Ya, jawab Ali bin Abi Thalib.
Imam Dzahabi memberi komentar kepada Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dengan mengatakan, "Dan beliau sangatlah dicintai oleh para ulama, orang-orang sholeh, dari kalangan prajurit dan pemimpin, para pedagang dan orang-orang besar serta masyarakat umum, mereka semua mencintainya. Dikarenakan jasa beliau yang bisa mereka rasakan manfaatnya baik malam maupun siang, yaitu dengan tulisan dan ucapan beliau".[3]
Disebutkan dari salah seorang syaikh menukil dari sekertarisnya Syaikh Abdul Aziz bin Baz, bahwa Syaikh suatu ketika meninggalkan puasa sunah beberapa hari, dan beliau mengatakan, "Beliau meninggalkan puasa, dikarenakan puasa membikin beliau sedikit lemas untuk memenuhi kebutuhan orang banyak. Puasa manfaatnya hanya untuk syaikh sedangkan pekerjaan lain manfaatnya untuk orang banyak".
Diriwayatkan oleh Thabrani dalam Mu'jamul Kabir dari Abu Umamah radhiyallahu 'anhu, beliau berkata, "Bahwa Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « صنائع المعروف تقي مصارع السوء   وصَدَقَةُ السِّرِّ تُطْفِئُ غَضَبَ الرَّبِّ » [أخرجه الطبراني]
"Semua perbuatan ma'ruf akan menjaga pelakunya dari kejahatan perbuatan buruk, dan sedekah dikala tidak terlihat orang banyak akan meredakan kemurkaan Rabb". HR ath-Thabarani 8/261 no: 8014 dan Ibnu Mundzir dalam Targhib wa Tarhib 1/679. Dinilai shahih oleh al-Albani dalam silsilah ash-Shahihah no: 1908.

Sahabat Hakim bin Hizam radhiyallahu 'anhu, mengatakan, "Tidaklah dipagi hari lalu aku tidak menjumpai dipintu rumahku seorang yang membutuhkan keperluan melainkan aku mengetahui bahwa itu adalah musibah bagiku". Lihat, para sahabat sampai menganggap bahwa adanya orang yang meminta-minta sebagai bentuk nikmat yang turun pada orang yang punya kedudukan dan harta disaat mereka sedang dirundung kesulitan.
Berkata Ibnu Abbas radhiyallu 'anhuma, "Ada tiga golongan yang aku tidak sanggup untuk membalas kebaikannya: Seseorang yang memulai salam bersamaku, dan seseorang yang mempersilahkan duduk untukku dalam sebuah majelis dan seseorang yang kakinya terkena debu karena berjalan ingin memberi salam padaku. Adapun kelompok keempat maka Allah Shubhanahu wa ta’alla yang akan mencukupkan dariku serta membalasnya". Ada yang bertanya, "Siapa dia? Beliau menjawab, "Seseorang yang ditimpa musibah lalu semalaman berfikir siapa kiranya orang yang bisa meringankan musibahnya, lantas orang tersebut melihat diriku orang yang tepat untuk bisa membantu mengatasi masalahnya sehingga orang tadi mendatangiku".
Namun, hati-hati bagi para pelaku kebaikan dengan virus yang suka menjangkitinya yaitu senang mengungkit-ungkit pemberian. Karena penyakit yang satu ini akan menghapus amal kebaikannya, membikin hati bergemuruh dan menghapus pahala. Sebagaimana yang diperingatkan oleh Allah Shubhanahu wa ta’alla dalam firman -Nya:

﴿ يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ لَا تُبۡطِلُواْ صَدَقَٰتِكُم بِٱلۡمَنِّ وَٱلۡأَذَىٰ ٢٦٤ [ البقرة: 264]
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima)". (QS al-Baqarah: 264).

Seorang penyair mengatakan:

Apakah engkau akan merusak kebajikanmu dengan mengungkit-ungkit.
Bukanlah penderma orang yang suka mengungkit-ungkit pemberian

Dijelaskan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari sahabat Abu Dzar radhiyallahu 'anhu, beliau berkata: "Bahwa Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « ثَلَاثَةٌ لَا يُكَلِّمُهُمْ اللَّهُ وَلَا يَنْظُرُ إِلَيْهِمْ وَلَا يُزَكِّيهِمْ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ. وذكر منهم: الْمَنَّانُ الَّذِى لاَ يُعْطِى شَيْئًا إِلاَّ مَنَّهُ » [أخرجه مسلم]
"Ada tiga golongan yang tidak akan diajak bicara oleh Allah kelak pada hari kiamat, tidak melihat kepada mereka serta tidak mensucikannya dan bagi mereka adalah adzab yang pedih. Beliau menyebutkan salah satu diantaranya: "al-Manan yaitu orang yang tidak memberi sesuatu melainkan mengungkit-ungkit pemberiannya". HR Muslim no: 106.
Diantara perkara yang perlu diperhatikan disini ialah, bahwa mengajarkan ilmu syar'i merupakan bentuk pemberian manfaat terbesar pada orang lain, karena kebutuhan mereka terhadap ilmu syar'i lebih besar daripada hanya sekedar kebutuhannya terhadap makan dan minum. Disebutkan dalam hadits, bahwa Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « إن العالم ليستغفر له من في السموات من في السماوات و من في الأرض والحيتان في جوف الماء » [أخرجه أبو داود]
"Sesungguhnya orang alim benar-benar akan dimintakan ampun oleh penduduk langit dan bumi sampai ikan dikedalaman laut". HR Abu Dawud no: 3641. dinyatakan shahih oleh al-Albani dalam shahih sunan Abi Dawud 2/694 no: 3096.

Dalam redaksi lain diterangkan:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « إن الله وملائكته وأهل السموات والأرضين, حتى النملة في حجرها  وحتى الحوت  ليصلون على معلم الناس الخير » [أخرجه الترمذي]
"Sesungguhnya Allah dan para malaikat serta penduduk langit dan bumi yang tujuh sampai kiranya semut didalam sarangnya serta ikan, semuanya mendo'akan kepada orang-orang yang mengajarkan kebaikan pada orang lain". HR at-Tirmidzi no: 2685. beliau berkata hadits hasan gharib shahih.

 Akhirnya kita ucapkan segala puji bagi Allah Shubhanahu wa ta’alla Rabb semesta alam. Shalawat serta salam semoga Allah Shubhanahu wa ta’alla curahkan kepada Nabi kita Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam, kepada keluarga beliau serta para sahabatnya.











[1] . Syarh Shahih Muslim 4/33.
[2] . al-Jawabul Kafi hal: 9.
[3] . al-Jami' li Sirati Syaikhi Islam Ibni Taimiyah hal: 672.