Hakikat Menjalankan Sunnah Nabi Muhammad

images/index_r1_c1.gif
 
 
Hakikat Menjalankan Sunnah Nabi Muhammad
 
Seringkali kita mendengar kalimat sunnah Nabi Muhammad SAW diucapkan di lidah akan tetapi bagaimana yang sesungguhnya menjalankan sunnah Nabi Muhammad SAW. Ada orang-orang yang hidup bersama Nabi Muhammad akan tetapi tidak ada Nilainya dihadapan Allah dan Rasulullah SAW, mereka adalah orang-orang munafiq. Bahkan banyak cerita yang dihadirkan oleh Rasulullah tentang sekelompok orang yang menjalankan sunnah Nabi, dia ahli alquran, gemar berinfaq akan tetapi di sebut oleh Allah sebagai “pendusta”. Bagaimana orang yang menjalankan Sunnah Nabi disebut sebagai pendusta? Bukankah mempelajari alquran adalah perintah Rasulullah SAW? Bukankah berinfah adalah ajaran Rasulullah SAW.
Ada yang tertinggal bagi orang-orang yang disebut pendusta oleh Allah di saat melaksanakan Sunnah Nabi SAW. Yang mereka lakukan dari sunnah Nabi hanyalah sunnah dhohir, dan sunnah dhohir bisa dilakukan oleh orang yang tulus kepada Nabi Muhammad SAW dan orang yang tidak tulus. Sunnah dhohir adalah mengikuti Nabi Muhammad SAW yang tanpa dibarengi ruh mengikuti Nabi Muhammad SAW. Dan ruh mengikuti itu adalah cinta. Alangkah banyaknya kelalaian kita akan ruh mengikuti ini. Mengikuti Nabi Muhammad SAW belum tentu cinta akan tetapi yang mencintai Nabi Muhammad SAW pasti akan patuh dan mengikuti Nabi Muhammad SAW.
Dan kitapun harus sesering mungkin mencermati hati kita disaat jasad kita meniru Nabi Muhammad SAW, agar ada makna sunnah Nabi dalam gerak dan langkah kita dalam mengikuti Nabi Muhammad SAW. Jangan-jangan kita adalah orang yang disaat mengikuti Nabi Muhammad SAW akan tetapi hati kita lalai sama sekali akan kehadiran Nabi Muhammad SAW dihati kita. Barangkali kita adalah orang yang disaat menjalankan sunnah Nabi SAW yang kita ingat adalah kalimat yang terangkai di sebuah buku hadits. Mungkin kita adalah orang yang disaat jasad kita menjalankan sunnah Nabi akan tetapi yang hadir di hati kita adalah kalimat–kalimat yang kita dengar dari guru kita.
Menjalankan sunnah Nabi adalah makna yang dirasa oleh hati disaat jasad ini menjalankan sunnah Nabi. Hati yang merasakan kehadiran Nabi Muhammad SAW disaat menjalankan Sunnah Nabi adalah hatinya orang yang benar-benar menjalankan sunnah Nabi Muhammad SAW. Sebagai contoh marilah kita lihat diri kita sendiri, apa yang ada di hati kita disaat kita meminum air dengan tangan kanan kita. Apakah kita menyadari disaat kita mengangkat gelas dengan tangan kanan kita lalu kita hadirkan di hati kita Rasulullah SAW yang lagi meminum dengan tangan kanan beliau sebagi tanda sambung hati kita dengan hakekat Sunnah Nabi. Atau kita disaat itu sama sekali tidak merasakan kehadiran Nabi Muhammad SAW melakukan hal yang demikian itu karena memang kita adalah orang yang hanya mengerti sunnah dhohir yang belum pernah merasakan indah dan hakekat sunnah batini.
Wallahu  a'lam bissawab.
Last Updated (Monday, 10 January 2011 00:55)
 

 
 
images/index_r1_c1.gif

Slogan Iblis .. "Akulah yang Terbaik"

images/index_r1_c1.gif
 
 
Slogan Iblis .. "Akulah yang Terbaik"
 
Teringat sebuah kisah yang di jabarkan oleh Allah SWT dalam Al-Quran tentang sebab terkutuknya Iblis. Yaitu disaat iblis tidak mematuhi perintah Allah SWT untuk bersujud. Maka bersama itu juga iblis menjadi makhluk pertama yang terkutuk.  Ada yang perlu dicermati dibalik penolakan iblis untuk sujud, yang karenanya iblis menjadi terkutuk. Yaitu karena iblis merasa lebih baik dari Nabi Adam AS dan berkata "Ana Khoirun Minhu" (Aku lebih baik dari Adam). Disaat iblis menojolkan ke-AKU-anya itulah awal bencana untuk Iblis.
Bisa kita membuat suatu gambaran akan sebuah cara menjalani hidup iblis yang salah yang terbaca pada masa kehidupan Nabi Adam dengan iblis. Yaitu cara hidup yang mengikuti faham AKU.
Faham AKU adalah faham iblis yang kemuliaan Islam sangat menentangnya. Faham AKU adalah faham kesombongan. Dan inilah yang pernah di isyaratkan Nabi Muhammad SAW bahwa yang menganggap dirinya bersih adalah yang terjerumus dalam jurang kehinaan dan tidak ada yang bisa mengangkatnya kecuali melawan hawa nafsunya yang senang membanggakan diri.
Saat ini kita harus lebih banyak berdoa untuk diri kita sendiri dan saudara-saudara kita yang diam-diam telah menganut fahan AKU ini. Semoga Allah SWT menyelamatkan kita dan mereka dari terjerumus dalam kehinaan faham AKU ini. Karena saat ini kita sungguh dihadapkan pada suatu suasana yang telah menyuburkan faham AKU ini.
Yang telah di ajarkan Islam, jika ada pengangkatan pemimpin atau orang-orang yang akan mewakili kaum muslimin dalam sebuah tatanan atau tugas besar, yang ada dalam Islam adalah Tazkiyah (rekomendasi) yang di berikan kepada seorang calon pemimpin dan wakil rakyat dari kaum muslimin yang mempunyai wawasan agama dan ketaqwaan.
Artinya penilain baik dan tidaknya seorang calon pemimpin dan wakil rakyat adalah di tetuntukan oleh khalayak yang beriman dan mempunyai wawasan tentang tugas seorang pemimpin dan wakil rakyat. Inilah hal terpenting yang membedakan antara politik Islam dan bukan Islam. Di dalam Islam ada Syuuro yang sering diterjemahkan oleh sebagian orang dengan demokrasi. Padahal sesungguhnya sangat berbeda antara demokrasi dengan Syuuro. Islam tidak mengenal demokrasi karena demokrasi tidak akan menghantarkan kepada pemilihan pemimpin yang benar. Syuroo dalam memilih pemimpin adalah memilih pemimpin oleh orang-orang yang mampu mencemati, memilih, mempelajari dan memahami tugas pemimpin. Sedangkan demokrasi adalah memilih pemimpin oleh semua orang yang mampu berfikir cerdas ataupun yang tidak mampu termasuk orang pikun dan lemah akalpun sama suaranya dengan profesor yang soleh. Barangkali andapun pernah melihat di sebuah pesta demokrasi seorang kakek tua, tuli, kabur penglihatan, sering pikun dan tidak kenal calon A dan calon B harus masuk TPS memilih seorang pemimpin.
Suatu ketika Nabi Muhammad SAW pernah bersabda " Janganlah engkau berikan kepemimpinan kepada orang yang memintanya darimu". Begitu juga kisah Sayyidina Umar bin Khottob yang ingin mengangkat seorang gubernur, beliau minta kepada tokoh-tokoh yang ada untuk merekomendasikan orang-orang yang layak menjadi gubernur. Dan disaat ada orang yang mengajukan satu orang, sayyidina Umar bertanya “ Apa alasanmu memberi rekomendasi terhadap orang itu? Dijawab,” kami saksikan ia sangat rajin di masjid”. Kemudian sayyidina Umar bertanya “ apakah engkau pernah berjual beli dan pinjam meminjam denganya? ” Di jawab “belum ”. Kata sayyidina Umar,” rekomendasimu tidak di anggap, sebab pemimpin dan wakil rakyat harus sudah teruji kejujuranya kepada Allah dan kejujurannya kepada sesama, belum cukup untuk mengangkat seorang pemimpin yang hanya terlihat baik di masjid saja, begitu juga yang tidak kenal masjid tidaklah pantas menjadi pemimpin dan wakil rakyat”.
Riwayat yang kita dengar dari Rasulullah dan Sayyida Umar bin Khottob adalah sebuah pendidikan bagi kita disaat memilih pemimpin dan wakil rakyat. Sekaligus untuk menjauhkan para calon pemimpin dan wakil rakyat dari faham AKU yang menjadikan seorang hamba di kutuk dan di murkai oleh Allah SWT.
Saat inipun kita harus tanggap dan cerdas melihat disekitar kita, begitu banyaknya propaganda faham AKU memenuhi jalan-jalan. Kita sering dikejutkan oleh gambar orang yang tidak pernah kita kenal tampil di jalan-jalan dan mengatakan beragam ungkapan yang menunjukkan bahwa faham AKU nya iblis telah di anut oleh bangsa manusia. Kami tidak mengatakan bahwa mereka tidak layak dipilih akan tetapi kami hanya mencermati bahwa cara memilih calon pemimpin dan wakil rakyat yang benar, bukanlah dengan cara menyuburkan faham AKUnya iblis. Dan penganut faham AKU tidaklah pantas untuk dipilih. Semoga Allah SWT menjauhkan kita dari faham AKU nya sang iblis ini.
Wallahu  a'lam bissawab.
Last Updated (Monday, 10 January 2011 00:54)
 

 
 
images/index_r1_c1.gif

Indahnya Sebuah Seruan

images/index_r1_c1.gif
 
 
Indahnya Sebuah Seruan
 
Didalam menyeru kepada kebaikan tentu ada tata krama yang tidak pernah terlepas dari makna ilmu dan akhlak. ‘ Ilmu ’ saja tanpa akhlak tidak bisa membangun, dan ‘ Akhlak ’ tanpa ilmu adalah lemah, maka harus digabungkan antara ilmu dan akhlak. Dalam irama mengajak kepada kebaikan, tugas kita adalah menjauhkan siapapun dari murka Allah SWT. Seorang muslim harus semakin didekatkan kepada Allah SWT dan ditarik dengan penuh kerinduan agar ia bisa merindukan Allah SWT. Dan yang belum masuk Islam harus diajak dengan penuh kasih sayang agar kenal Allah SWT.
Ada beberapa hal yang harus dicermati disaat kita mengajak kepada kebaikan :
Pertama adalah Koreksi. Disaat kita melihat kesalahan yang kita duga ada pada orang lain, maka mula-mula yang harus kita lakukan adalah menemukan kesungguhan sebuah kesalahan, jangan sampai terlanjur kita mengangkat suara menyalahkan orang lain ternyata kesalahan justru ada pada diri kita. Kita harus mengoreksi diri terlebih dahulu dengan mendiskusikannya kepada pakarnya agar jangan salah dalam menyalahkan orang. Disini ada makna pengukuhan dan pendalaman ilmu. Jika kita menemukan kesalahan ada pada diri kita, maka segeralah kita menginsyafinya dan memohon maaf. Dan jika kesalahan ada pada orang lain maka saat itulah kita menuju langkah berikutnya dalam mengajak kepada kebaikan. Artinya, jika langkah yang pertama ini belum kita lakukan maka sungguh tidak pantas kalau kita menuju kepada langkah berikutnya.
Kedua, bila kita menemukan kesalahan ada pada orang lain. Kita harus bedakan apakah kesalahan tersebut dilakukan dengan  sengaja menentang Allah SWT atau karena ia belum tahu kalau dia salah ? Karena ini adalah dua model manusia yang  sangat berbeda ketika kita mengajaknya kepada kebenaran.
Jika ternyata ia tergolong yang melakukan kesalahan karena ia belum tahu, karenanya ia berbuat kesalahan maka cukuplah kita tunjukkan kebenaran kepadanya dengan keindahan dan jangan ditambah lagi dengan celaan dan cacian. Sebab saat kita menunjukkan kebenaran kepadanya sungguh itu sama artinya kita mengatakan kepadanya jika  ia salah. Setelah itu jangan sampai kita  memutuskan silaturahim baik disaat ia menerima atau tidak kebaikan yang kita sampaikan.
Ketiga adalah Kesabaran, Jangan mudah putus asa, karena dakwah adalah perjuangan indah yang tiada henti, sebagaimana Rosulullah Muhammad SAW membangun keindahan dengan keindahan hingga beliau menghadap Allah SWT
Wallahu  a'lam bissawab.
Last Updated (Tuesday, 11 January 2011 08:26)
 

 
 
images/index_r1_c1.gif

Indahnya Berumah Tangga

images/index_r1_c1.gif
 
 
Indahnya Berumah Tangga
 
BAB 1
Kebahagiaan adalah kalimat yang amat dekat dengan kehidupan kita. Sebab setiap manusia mendamba kebahagiaan didalam hidupnya terlebih adalah didalam hidup berumah tangga. Tidak ada orang yang melakukan pernikahan dengan harapan agar hidupnya susah. Akan tetapi kebahagiaan dalam rumah tangga bagi sebagian orang benar-benar sebagai mutiara yang hilang. Mereka terus berusaha untuk mencarinya dengan beragam usaha akan tetapi kebahagiaan tidak kunjung mereka temui. Hal itu bukan karena kebahagian tidak bisa dicari akan tetapi karena yang mencarinya tidak tahu dimana tempatnya, bagaimana cara mencarinya .Orang yang mencari sesuatu yang hilang akan capek dalam pencarianya dan bahkan bisa saja menuai kegagalan biarpun yang dicari amat dekat dari dirinya. Permasalahanya adalah ia tidak tahu dimana tempatnya dan bagaimana mencarinya. Begitu juga dengan makna kebahagiaan,yang sebenarnya amat dekat dan mudah untuk kita dapatkan akan tetapi karena kita salah mencarinya hingga tidak kunjung kita temui.
Kebahagian itu bukan di gedung yang megah atau pantai yang indah, akan tetapi tempatnya adalah dihati kita. Maka sungguh akan sia-sia siapapun yang mencari kebahagiaan yang tidak disadari keberadaanya ada didalam hati. Sepasang suami istri bisa saja menciptakan keindahan dalam rumah tangganya hanya dengan masak bersama didapur di saat hari libur. Hal lain yang harus kita perhatikan untuk mendapatkan kebahagiaa adalah bagaimana cara mencarinya. Didalam segala hal seseorang akan amat tertolong menyelesaikan masalahnya jika bertanya kepada ahlinya. Dalam hal kebahagiaan dalam rumah tangga, kita juga harus bertanya kepada guru kebahagiaan sejati yang tidak hanya mengajari kita bagaimana berbahagia di dunia ini. Lebih dari itu kebahagiaan yang di ajarkan kepada kita adalah kebahagiaan didunia yang di sambung dengan kebahagiaan di akhirat. Guru kebahagian sejati itu adalah Rasulullah SAW.
Yang belajar ilmu kebahagiaan kepada selain Rasulullah akan capek dan sia-sia dalam usahanya. Alangkah banyaknya kebahagiaan semu yang ditawarkan pengelola obyek wisata atau hiburan. Dan alangkah banyaknya orang-orang yang tertipu menerima tawaran tersebut meskipun harus membayar mahal. Akan tetapi ternyata yang didapat adalah kebahagiaan semu sesaat. Sepasang suami istri bisa saja tertawa di tempat itu sesaat, akan tetapi sesampai dirumah atau bahkan di perjalanan pulang permasalahan yang dirasa menggangu kebahagiaanya muncul kembali. Bahkan bisa saja yang di anggap hiburan tersebut ternyata justru menjadi benih perselisihan penghancur kebahagiaan. Itu belum kesusahan yang di rasakan kelak di akhirat karena kemaksiatan yang dilakukan di anggap sebagai hiburan untuk menggapai kebahagiaan.
Menikmati pemandangan yang indah dan menghayati suasana yang damai di tempat-tempat tertentu memang bukan suatu yang terlarang , asalkan di barengi dengan tatakrama dan aturan yang di ajarkan oleh Rasulullah SAW. Akan tetapi yang sungguh dikhawatirkan adalah jika seseorang menganggap kebahagiaan harus didapat ditempat atau dengan cara seperti itu.
Ada beberapa hal yang harus di mengerti sebagai kunci-kunci kebahagiaan yang di ajarkan oleh Rasulullah SAW, Yang siapapun jika lalai atau tidak tahu akan kunci-kunci tersebut maka sunggah orang tersebut amat jauh dari kebahagiaan yang sesungguhnya.

Wallahu a'lam bishshowab.
BAB 2 :
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan untuk mewujudkan keindahan dalam berumah tangga :
Pertama : Mengagungkan pernikahan, artinya menyadari bahwa didalam ikatan halal suami istri adalah segala kemuliaan di hadapan Allah SWT dan para kekasihNya. Di saat terdengar kalimat ijab dan qobul, di situlah akan mengalir doa dari para kekasih Allah, bahkan semua makhluk Allah ikut merestui dan mendoakannya.
Jika kita cermati di masyarakat yang tidak kenal Islam, begitu mudahnya seseorang terjerumus didalam perzinahan. Hal itu terjadi bukan karena agama mereka memperkenankan perzinahan. Akan tetapi karena mereka tidak pernah menyadari akan agungnya pernikahan hingga akhirnya pernikahan akan jatuh nilai kemuliaanya , yang secara tidak mereka sadari telah runtuh sederajat dengan perzinahan. Akhirnya mereka tidak peduli lagi apa yang mereka pilih dalam jalinan antara pria dan wanita, sebuah pernikahan atau perzinahan. Sehingga banyak dari mereka melaksanakan pernikahan dilakukan setelah berpuluh tahun hidup seatap bahkan setelah mempunyai beberapa anak. Na'udzubillah....
Hal itu terjadi pada mereka bukan karena perzinahan itu halal menurut mereka, akan tetapi karena pernikahan tidak lagi sebagai hal yang di harap dan di muliakan hingga secara otomatis hilanglah kesadaran memilah antara nikah dan zina. Yang dihadapanya adalah memenuhi kesenangan dan hawa nafsunya. Menyadari agungnya pernikahan adalah sebuah kekuatan dalam menjaga kelestarian jalinan suami-istri. Kesadaran akan adanya pahala dibalik semua perjuangan yang dilakukan untuk pasanganya akan menjadikan seseorang senantiasa bersemangat untuk mengabdi dan berjuang untuk pasanganya. Seorang suami akan terpacu mencari nafkah yang halal, karena ia sadar bahwa sepanjang ia mencari nafkah adalah seperti orang yang berada di medan laga membela agama Allah SWT. Seorang istripun demikian, dengan amat ringan menjalankan tugas didalam rumah tangganya, karana ada kesadaran akan pahala dan kemuliaan dari Allah SWT. Sehingga semuanya akan di jalani benar-benar sebagai suatu rutinitas yang indah, nyaman dan penuh makna rohani.
Begitupun sebaliknya, bagi yang hidup dalam jalinan haram, nafkah yang diberikan kepada pasangannya adalah tabungan dosa yang akan di petik kelak di akhirat, bahkan segala aktivitas yang di lakukan untuk pasangan haramnya adalah dosa yang akan menjadikannya terhina kelak di akhirat. Rasulullah SAW pernah mengingatkan dalam hal pernikahan, agar kita menikah kemudian mempunyai keturunan yang Rasulullah SAW sebutkan " dengan pernikahan seperti itu sungguh aku akan banggakan engkau semua diantara ummat-ummat yang lain kelak di hari kiamat ”. Sepertinya hal sederhana, sebuah pernikahan, masalah jalina pria dan wanita, akan tetapi mempunyai makna yang amat agung yaitu harapan agar bisa dianggap dan dibanggakan oleh Rasulullah SAW. Subhanallah....
Sungguh ! menyadari akan agungnya pernikahan akan menjadikan setiap pasangan terhindar dari perselingkuhan dan hinanya perzinahan. Karena mereka menyadari, sehingga mereka bisa membedakan mana kemuliaan dan mana kehinaan. Sebesar apapun godaan di luar rumah akan dengan mudah ia hindari karena sadar akan kemuliaan jalinan dengan pasangan halal yang di rumah. Dari sinilah benih keharmonisan dalam rumah tangga akan tumbuh.
Dan sungguh ! tidak akan pernah menuai kebahagiaan , sepasang suami istri yang tidak takut perzinahan. Sebab pengkhianatan akan amat mudah muncul di sepanjang perjalananya mengarungi bahtera hidup.
Wallahu a'lam bishshowab.
BAB 3 :
Setelah seseorang menyadari akan agung dan mulianya jalinan pernikahan ada hal lain lagi yang harus diperhatikan yaitu:
Kedua, jangan saling menuntut akan tetapi lakukan kewajiban anda.
Ini adalah kunci keindahan dalam kebersamaan baik di masyaraka luas atau dimasyarakat kecil dalam lingkup keluarga. Dan kebutuhan dalam hidup berumah tangga terhadap hal ini amatlah mendesak dan harus didahulukan karena keluarga adalah bagian dari masyarakat.
Keindahan hidup dalam berumah tangga akan menjadi indah jika tidak terjadi tuntut menuntut, akan tetapi masing-masing dari suami dan istri senantiasa berusaha untuk melakukan kewajiban dalam menjalani hidup bersama. Sungguh menuntut adalah sesuatu yang tidak indah, dan menuntut akan melahirkan tuntutan yang lain lagi dan begitu seterusnya tiada putus dan hentinya. Seorang suami yang memulai menuntut akan kekurangan  istrinya telah mengajari istrinya untuk menuntut akan kekurangan sang suami, hingga yang ada di dalam hidup mereka adalah  suasana tuntut menuntut.
Ketauhilah, menuntut adalah menunjuk kekurangan pasangannya dan menunjukkan rasa  tidak puas dengan kekurangannya lalu menginginkannya lebih dari yang ia temui dari pasanganya..  Padahal disaat seseorang menuntut artinya  ia tengah lalai bahwa dirinya juga memiki kekurangan yang mungkin lebih banyak dan yang amat mungkin sekali bagi pasangannya untuk menuntut kepadanya karena kekuranganya tersebut.
Menghidari menuntut adalah menghindari problema rumah tangga. Dan melaksanakan kewajiban adalah jendela menuju kebahagiaan. Menutut tidak ada pahalanya akan tetapi bersabarlah yang menghadirkan pahala. Alangkah indahnya hidup seseorang  yang selalu berfikir bagaimana membahagiakan pasanganya. Alangkah leganya  dada seorang  suami yang  pergi mencari nafakah sementara yang ada di hatinya adalah bagaimana  membahagiakan sang istri.   Dan sang istri yang dirumahpun menjadikan sepanjang hari menanti kedatangan sang suami adalah saat-saat berpikir bagaimana nanti jika suaminya pulang akan merasa senang dan berbahagia dengan dirinya.
Pernah suatu ketika Sayyidah Khodijah di datangi para wanita arab yang mengucapkan selamat atas kebahagiaan yang terbaca di wajah Sayyidah Khodijah, saat itu Nabi Muhammad SAW belum di angkat menjadi Rasul. Wanita – wanita arab itu berkata ”Wahai Khodijah alangkah senangnya engkau bersuamikan Muhammad”. Mendengar perkataan itu Sayyidah Khodijah menjawab, ”Ketauhilah wahai para wanita arab, semenjak aku menikah dengan Muhammad sungguh aku tidak pernah berfikir bagaimana bersenang-senang dengan Muhammad akan tetapi yang aku fikirkan adalah bagaimana Muhammad bisa senang dengan aku”. Jawaban sederhana dari Sayyidah Khodijah namun amat  cerdas dan  penuh makna. Berfikir tentang kebahagiaan pasangannya dan bukan kebahagiaan dirinya sendiri.  Itulah gambaran hidup yang tidak banyak menuntut akan tetapi lebih mendahulukan melaksanakan kewajiban.
Kekurangan nafakah dari sang suami jangan sampai menjadi sebab percekcokan sebuah keluarga. Harta melimpah ruah bukan jaminan untuk hidup berbahagia jika dimiliki oleh orang yang suka menuntut. Begitu juga kekurang sang istri dalam mengabdi jangan di jadikan alasan untuk merendahkan dan menghinakanya. Alangkah indahnya hidup yang di jalani sang istri dalam irama membantu sang suami dalam melaksanakan kewajiban terhadap dirinya. Dan alangkah bahagianya hidup yang dijalani sang suami dalam irama membantu istrinya dalam melaksanakan kewajiban  terhadap dirinya. Yang semua itu tersimpulkan dalam kalimat “JANGAN BANYAK MENUNTUT” .
Melaksanakan kewajiban dan tuntut menuntut disini adalah berkenakan dengan hak kewajiban antara suami istri seperti pengabdian dan pengorbanan antara suami istri.
Adapun dalam hal kewajiban kepada Allah seperti Shalat dan lainya atau hal yang di haramkan oleh Allah seperti zina, makan riba dan lain sebagainya, rumus “jangan banyak menuntut” tidak berlaku lagi. Sebab dalam hal seperti itu yang perlu di hadirkan adalah amar ma’ruf nahi munkar, mengajak kepada kebaikan dan menjauhkan dari kemungkaran.
Wallahu a'lam bishshowab.
BAB 4 :
Hal lain yang harus diperhatikan dalam menjaga keindahan dalam berumah tangga adalah:
Ketiga, saling meiminta maaf,.
Terlihat amat sederhana namun teramat penting yang sekaligus sering di lalaikan oleh kebanyakan orang. Kalau di sadari meminta maaf adalah kunci untuk membuat suatu perubahan. Sebab dalam permohonan maaf terkandung makna penyesalan dan keinginan untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama. Artinya seolah-olah peminta maaf berikrar untuk tidak berbuat salah lagi.
Ada orang yang didalam hidupnya tidak pernah meminta maaf, orang seperti itu sangat sulit untuk di ajak menyelesaikan permasalahan. Sehingga banyak orang yang jika terjadi suatu perselisihan yang mereka lakukan hanyalah mengajak makan bersama atau yang lainya tanpa di barengi dengan kata maaf, sehingga acara belum selesaipun kadang permasalahan muncul kembali gara-gara acara tersebut.
Meminta maaf adalah sebuah kemulyaan, dan tanda kebersihan hati dari kesombongan. Yang enggan meminta maaf adalah orang yang sombong. Dan jika hidup dijalani oleh orang yang saling menyombongkan diri adalah hidup yang jauh dari sikap saling menghormati. Dan jika hidup tidak saling menghormati maka amatlah jauh dari makna kebahagiaan. Jika ada dua orang  yang berselisih faham maka yang paling dicintai Allah adalah orang yang terlebih dahulu meminta maaf.
Dan yang harus diperhatikan adalah bahwa meminta maaf tidak harus disaat seseorang itu bersalah. Akan tetapi sebuah kemulyaan adalah disaat seseorang senantiasa koreksi diri untuk mencari kesalahan diri, hingga bergegas meminta maaf di saat berselisih faham baik di saat bersalah atau tidak.  Seseorang yang meminta maaf disaat merasa bersalah saja adalah amat berbahaya. Artinya bisa saja seseorang mempunyai segudang kesalahan akan tetapi tidak pernah meminta maaf karena memang tidak pernah  merasa  bersalah.
Kesalahan yang terjadi diantara  dua orang yang belum saling kenal amat berbeda jika kesalah itu terjadi diantara orang yang sudah saling kenal, terlebih diantara suami istri, orang yang setiap saat saling bertemu dan  berbicara. Barangkali anda merasa tidak nyaman jika anda ditengah jalan  di caci seseorang yang anda tidak mengenalnya, akan tetapi lebih tidak nyaman lagi jika ternyata cacian itu muncul dari orang yang  telah anda kenal dengna akrab yang setiap hari makan dan tidur bersama anda.
Permohonan maaf seorang suami kepada sang istri yang hanya karena keteledoran suami saat suami memasuki rumah  tanpa senyum dan salam adalah makna pembangkit kasih dan cinta.
Kata maaf yang diucap seorang istri kepada sang suami disaat terlambat menyajikan kopi atau membukakan pintu rumah adalah rayuan tak tertandingi untuk mengambil hati sang suami.
Berlomba saling meminta maaf adalah berlomba untuk saling menghargai, itulah penyubur benih cinta dan pengokoh tali kasih.
Wallahu a'lam bishshowab.
BAB 5 :
Hal lain yang harus diperhatikan Untuk menjaga keindahan di dalam berumah tangga adalah.
Keempat: menjaga mata.
Dalam hal ini Allah SWT telah memberi pendidikan kepada kita agar kita bisa menjaga mata agar tidak kita umbar untuk melihat aurat atau lawan jenis yang bukan mahram tanpa sebuah keperluan. Di balik perintah menjaga mata ini ternyata banyak mengandung hikmah dan faidah yang amat besar. Diantaranya adalah terjaganya keindahan dalam rumah tangga.
Mata adalah yang akan mengirim gambar kehati, yang pada giliranya hati akan merekam apa yang dilihat oleh mata. Jika yang dilihat oleh mata adalah sesuatu yang tidak baik maka pada akhirnya adalah hati yang akan rusak.
Seorang laki-laki yang tidak menjaga matanya akan capek hatinya.melihat aurat terbuka di pinggir jalan dari wanita yang memang berdandan untuk pamer kecantikan didepan umum. Karena lelaki itu tidak menjaga matanya maka ia akan membayangkan hal-hal yang tidak baik dan begitu seterusnya hingga hidupnya dibayang-bayangi oleh hayalan yang hanya akan menjadikannya berfikir kotor yang pada akhirnya merasakan dirinya kurang rindu kepada istrinya yang benar-benar halal. Dalam bayanganya, istrinya tidak menarik lagi karena diam-diam hatinya membanding-bandingkan antara istrinya degan wanita yang dilihatnya di pinggir jalan. Istrinya terlihat 24 jam dalam bermacam-macam keadaan sementara wanita yang di pinggir jalan terlihat saat berdandan saja yang memang sengaja berdandan untuk pamer kecantikanya.
Hal ini jangan di anggap remeh, akibatnya amat besar terhadap hati. Orang yang menjaga matanya dari melihat yang haram, menjaga dari memperhatikan yang bukan pasanganya akan senatiasa terjaga dan tidak mudah tergoda dengan yang lainya.
Seorang wanita yang matanya senatiasa memperhatikan lelaki lain akan mudah terperosok dalam hayalan yang menjerumuskan . Bisa saja sampai kepada penilaian yang rendah terhadap suaminya yang pada akhirnya akan mengurangi semangat pengabdian kepada suami.
Tidak mengherankan jika ada orang yang mengeluh tidak bisa menggauli istrinya kecuali setelah melihat adegan kotor. Ada juga orang yang bertanya bagimana hukumnya disaat digauli suami lalu membayangkan orang lain. Semua itu sebenarnya karena hilangnya ketertarikan terhadap pasanganya yang di sebabkan oleh matanya yang tidak di jaga, baik dengan memperhatikan selain pasanganya atau menonton adegan-adegan film yang kotor.
Jangan sampai kita terbawa oleh fatwa picisan yang mengizinkan suami istri untuk menonton flm porno untuk memulai hubungan intim. Sebab fatwa itu akan menjurumuskan orang untuk menonton film porno tersebut. Padahal semangat untuk bersenggama yang di dahului oleh adekan kotor adalah bukan semangat yang timbul karena tertariknya dengan pasangan. Akan tetapi tertarik oleh pelaku dan adegan porno yang di saksikan.
Semakin seseorang menjaga matanya akan semakin terasa indah di saat bertemu dengan pasanganya, seperti orang yang berpuasa, disaat seseorang menghindari dari melihat aurat yang di hadapanya makan diam diam didalam hatinya terlintas semua yang dimiliki oleh pasanganya yang halal, hingga suami istri semakin hari akan semakin indah.
Wallahu a'lam bishshowab.

 

 
 
images/index_r1_c1.gif

Dialah Seorang Hamba, Namun Teramat Mulya

images/index_r1_c1.gif
 
 
Dialah Seorang Hamba, Namun Teramat Mulya
 
Satu ayat Al-Quran bercerita tentang"isra"nya Rasulullah SAW,  dan ketika itu disebutkan bahwa Rasulullah SAW itu adalah seorang hamba  "biabdihi". Begitu juga tentang "mi'raj"nya  Rasulullah SAW beliau sendiri menceritakan dengan ungkapan hamba "faauha ila abdihi".
Sebuah ungkapan pendidikan Iman kepada Allah SAW sang Pencipta dan Iman kepada Rasulullah SAW  yang seorang hamba namun  amat di cintai dan di muliakan oleh Allah SWT. Pendidikan iman yang amat halus dan cermat. Ungkapan yang mengingatkan kita kepada keberadaan Rasulullah SAW yang sebenarnya yaitu seorang hamba pilihan.
Makna yang tersirat dalam ungkapan indah  itu adalah; Rasulullah SAW menjalani isra dan mi'raj, setinggi apapun Rasulullah meniti perjalanan mi'raj, dan semulia apapun tempat yang beliau kunjungi, akan tetapi tetaplah Rasulullah SAW adalah seorang hamba yang tidak akan  berubah menjadi selain hamba Allah SWT. Itulah Rasulllah SAW yang dalam pengalaman istimewa ini Allah SWT dengan sengaja menggelarinya sebagai hamba.
Ini sangat sesuai dengan apa yang pernah di peringatkan oleh Rasulullah "laatuhhruuni kamaa athratinnasooro 'iisaa ibna maryama" agar kita tidak menyanjung berlebihan kepada Rasulullah SAW seperti yang dilakukan kaum nasrani dalam menyanjung Nabi Isa AS. Yaitu dengan menyanjung dan mengangkat Nabi Isa hingga  sampai derajat ketuhanan.
Artinya Rasulullah SAW biarpun telah melampaui tempat mulia sidratul muntaha akan tetapi beliau tetaplah hamba Allah SWT. Hamba Allah SWT  saat di bumi dan hamba Allah SWT saat di atas langit. Dan sungguh gelar hamba itulah gelar yang sangat di cintai oleh Rasulullah SAW.
Makna lain yang bisa dimengerti adalah, Rasulullah biarpun seorang hamba akan tetapi beliau telah diagungkan dan dimuliakan oleh sang pencipta Allah SWT. Dan kitapun diperintahkan untuk memuliakanya. Allah SWT sangat menganjurkan kita  agar menyanjung makhluk paling agung dan mulia ini dalam kesehari-harian kita. Sanjungan ini tidak ada batasnya. Kita boleh mengagungkan dan memuliakan  Rasulullah SAW dengan pengagungan sepuas hati kita. Sebab semua kemuliaan dan keagungan yang ada pada semua makhluq Allah SWT adalah dibawah kemulyaan dan keagungan yang ada pada Rasulullah SAW. Kita boleh mengangkat Rasulullah SAW setinggi-tingginya karena hanya beliaulah yang mencapai pangkat dan tempat tertinggi. Akan tetapi dengan catatan jangan sampai kita mencabut sifat "kehambaan "dari Rasulullah SAW.
Suatu kepincangan dalam keimanan adalah, yang mempercayai  Rasulullah SAW sebagai seorang hamba yang di angkat tinggi-tinggi oleh Allah SWT dalam tempat dan pangkat akan tetapi begitu keberatan jika ada sanjungan diberikan kepada Rasulullah SAW. Begitu juga suatu pemusnahan terhadap iman adalah menyanjung Rasulullah SAW dengan sanjungan yang menghilangkan sifat kehambaan Rasulullah SAW.
Wallahu a'lam bishshowab.
 

 
 
images/index_r1_c1.gif

Arti Sebuah Harapan

images/index_r1_c1.gif
 
 
Arti Sebuah Harapan
 
Alangkah banyaknya pekerjakan yang telah kita kerjakan dari pagi hingga petang, dan kadang berlanjut hingga tengah malam, bahkan ada yang bersambung hingga pagi berikutnya. Akan tetapi, adakah itu semua telah dibarengi dengan sesuatu yang amat penting yang akan menjadikan semua aktivitas kita bermakna? Ia adalah niat, maksud dan tujuan. Ia adalah ruh dari semua amal perbuatan kita. Disitulah letak pandang dan penilaian Allah SWT.
Kemuliaan seseorang tergantung pada apa yang di kandung hatinya. Penarik becak, penjual bakso, seorang ustadz, pejabat dan  semuanya, sama-sama jelek di hadapan Allah SWT, jika yang terkandung di dalam hatinya adalah rencana busuk, niat yang jelek dan tujuan yang tidak baik. Begitu juga sebaliknya  mereka sama-sama mulia di hadapan Allah SWT, jika yang terkandung di dalam hatinya maksud yang mulia. Rasulullah SAW pernah bersabda, bahwa karena niat yang terkandung di hati ada pekerjaan terlihat dalam bentuk dunia akan tetapi dinilai oleh Allah SWT sebagai amal akhirat, ada amal yang terlihat sebagai amal akhirat akan tetapi, dinilai Allah SWT sebagai amal dunia yang buahnya tidak bisa di petik di akhirat.
Seseorang yang sedang mengerjakan shalat, berdakwah dan berinfaq mendapatkan nilai maksiat jika semua itu dilakukan tidak disertai niat baik yang tulus dalam mengabdi kepada Allah SWT. Akan tetapi bisa jadi bagi mereka yang  hanya berurusan dengan pasar, sawah dan perusahaan akan mendapatkn nilai jihad dan kemuliaan karena ketulusan hatinya dalam merindu ridho Allah SWT di penghujung harapannya.
Marilah kita insyafi makna ini agar aktivitas kita ada nilainya dihadapan Allah  SWT. Dan Sebelum kita pergi melaksanakan aktivitas, marilah menghadap kepada Allah SWT dengan air wudhu lalu sholat hajat dua rokaat, kemudia memohon kepada Allah SWT agar mempermudah urusan kita, lalu kita tutup dengan merenungi apa yang ada di hati kita. Sudahkah kita berniat yang baik dan rindu ridho Allah SWT dalam aktivitas ini? Kemudian, senantiasa sertakan makna ini sepanjang kita beraktivitas. Jika kita benar-benar serius dan tulus dalam merenung ini sungguh sepanjang kita beraktivitas akan terjauh dari pelanggaran kepada Allah SWT. Sebab yang menuju Allah SWT akan senantiasa mengambil cara yang di ridhoi Allah SWT agar sampai kepada tujuan. Dan tujuan sebaik apaun jika cara yang kita ambil untuk sampai ke tujuan tidak baik, itu pertanda bahwa niat dan tujuan kita bukanlah yang baik.  Dan bagaimanapun juga  kita tidak akan sampai kepada tujuan yaitu ridho Allah SWT.
Wallahu a'lam bishshowab.
 

 
 
images/index_r1_c1.gif