Mendamaikan Antara Para Manusia

   
 

Mendamaikan Antara Para Manusia

Allah Ta'ala berfirman:
"Tiada kebaikannya sama sekali dalam banyaknya pembicaraan rahsia mereka itu, melainkan orang yang memerintahkan bersedekah, menyuruh berbuat kebaikan serta mengusahakan perdamaian antara seluruh manusia." (an-Nisa': 114)
Allah Ta'ala berfirman lagi:
"Dan berdamai itu adalah yang terbaik." Allah Ta'ala berfirman pula:
"Maka bertaqwalah engkau semua kepada Allah dan damaikanlah antara sesamamu sendiri." (al-Anfal: 1)
Juga Allah Ta'ala berfirman:
"Hanyasanya kaum mu'minin itu adatah sebagai saudara, maka damaikanlah antara kedua saudaramu." (al-Hujurat: 10)

249. Dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Setiap seruas tulang dari seluruh manusia itu harus memberikan sedekahnya pada setiap hari yang matahari terbit pada hari itu. Mendamaikan dengan cara yang adil antara dua orang adalah sedekah, menolong seseorang pada kenderaannya lalu mengangkatnya di tas kendaraannya itu atau mengangkatkan barang-barangnya ke sana, itupun sedekah, ucapan yang baik juga sedekah dan setiap langkah yang dijalaninya untuk pergi shalat juga merupakan sedekah, menyingkirkan benda-benda yang berbahaya dari jalan termasuk sedekah pula." (Muttafaq 'alaih)

250. Dari Ummu Kultsum binti Uqbah bin Abu Mu'aith, katanya: "Saya mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Bukannya termasuk pendusta orang yang mendamaikan antara para manusia, lalu ia menyampaikan berita yang baik atau mengatakan sesuatu yang baik." (Muttafaq 'alaih)
Dalam riwayat Muslim disebutkan tambahannya demikian: Ummu Kultsum berkata: "Saya tidak pernah mendengar dari Nabi  s.a.w.  tentang  dibolehkannya  berdusta  daripada  ucapan-ucapan yang diucapkan oleh para manusia itu, melainkan dalam tiga hal iaitu perihal peperangan, mendamaikan antara para manusia dan perkataan seseorang suami kepada isterinya serta perkataan isteri kepada suaminya - yang akan membawa kebaikan rumah-tangga dan lain-lain."

251. Dari Aisyah radhiallahu 'anha, katanya: "Rasulullah s.a.w. mendengar suara pertengkaran di arah pintu, yang suara kedua orang yang bertengkar itu terdengar keras-keras. Tiba-tiba salah seorang dari keduanya itu meminta kepada yang lainnya agar  sebahagian hutangnya dihapuskan dan ia meminta belas kasihannya, sedangkan kawannya itu berkata: "Demi Allah, permintaan itu tidak saya lakukan - tidak dibenarkan."
Rasulullah s.a.w. kemudian keluar menemui keduanya lalu bersabda: "Siapakah orang yang bersumpah atas Allah untuk tidak  melakukan kebaikan itu?" Orang itu berkata: "Saya ya Rasulullah. Tetapi baginya- orang yang berhutang tadi - mana saja yang ia sukai - maksudnya pemotongan sebahagian hutangnya dikabulkan dengan sebab syafa'at beliau s.a.w. itu." (Muttafaq 'alaih)

252. Dari Abul Abbas iaitu Sahal bin Sa'ad as-Saidi r.a. bahawasanya Rasulullah s.a.w. menerima berita bahawa antara sesama keturunan 'Amr bin 'Auf itu terjadi suatu hal yang tidak baik - perselisihan faham, lalu Rasulullah s.a.w. keluar menemui mereka untuk mendamaikan antara orang-orang itu dan beliau disertai beberapa orang sahabatnya. Rasulullah s.a.w. tertahan - ditahan oleh orang-orang yang didatangi olehnya untuk diberi jamuan sebagai tamu, sedangkan shalat - Ashar - sudah masuk waktunya. Bilal mendatangi Abu Bakar r.a. lalu berkata: "Hai Abu Bakar, sesungguhnya Rasulullah tertahan, sedangkan shalat sudah masuk waktunya. Adakah Tuan suka menjadi imamnya para manusia?" Abu Bakar menjawab: "Baiklah, jikalau engkau menghendaki demikian." Bilal membaca iqamah dan majulah Abu Bakar, kemudian ia bertakbir dan orang-orang pun bertakbir pula.
Di tengah shalat itu Rasulullah s.a.w. datang berjalan di barisan sehingga berdirilah beliau di suatu barisan. Orang-orang banyak mulai bertepuk tangan, sedangkan Abu Bakar tidak menoleh dalam shalatnya  itu.  Tetapi setelah  para  manusia  makin  banyak  yang bertepuk-tepuk tangan, lalu Abu Bakar menoleh ke belakang, tiba-tiba tampaklah olehnya Rasulullah s.a.w. Beliau s.a.w. mengisyaratkan supaya shalat diteruskan - dan ia sebagai imamnya. Tetapi Abu Bakar setelah mengangkat tangannya - untuk beri'tidal lalu bertahmid kepada Allah terus kembali ke belakang perlahan-lahan sampai berada di belakang terus berdiri di jajaran shaf.
Rasulullah s.a.w. lalu maju, kemudian bersembahyang sebagai imamnya para manusia. Setelah selesai beliau s.a.w. menghadap orang-orang itu lalu bersabda: "Hai sekalian manusia, mengapa ketika terjadi sesuatu dalam shalat, lalu engkau semua bertepuk tangan? Hanyasanya bertepuk tangan itu untuk kaum wanita. Barangsiapa yang terjadi sesuatu dalam shalatnya, hendaklah mengucapkan: Subhanallah, maka sesungguhnya tiada seorang pun yang mendengar ketika dibacakan Subhanallah itu, melainkan ia tentu akan menoleh. Hai Abu Bakar, apakah yang menyebabkan saudara terhenti tercegah - tidak meneruskan - melakukan shalat sebagai imamnya orang banyak, ketika saya memberikan isyarat untuk meneruskannya itu?" Abu Bakar menjawab: "Kiranya tidak sepatutnyalah untuk anak Abu Quhafah ini kalau bersembahyang sebagai imam di sisi Rasulullah s.a.w. - maksudnya Rasulullah sebagai makmumnya." (Muttafaq 'alaih)



 
 
     

Menyampaikan Hajat-hajatnya Kaum Muslimin

   
 

Menyampaikan Hajat-hajatnya Kaum Muslimin

Allah Ta'ala berfirman:
"Dan lakukanlah perbuatan baik, tentulah engkau semua akan berbahagia." (al-Haj: 77)
Allah Ta'ala berfirman lagi:
"Dan apa saja kebaikan yang engkau semua lakukan, maka sesungguhnya Allah itu Maha mengetahuinya."  (al-Baqarah: 215)

245. Dari Ibnu Umar radhiallahu 'anhuma bahawasanya Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Seorang Muslim itu adalah saudaranya orang Muslim lainnya, janganlah ia menganiaya saudaranya itu, jangan pula menyerahkannya - kepada musuh. Barangsiapa memberikan pertolongan pada hajat saudaranya, maka Allah selalu memberikan pertolongan pada hajat orang itu. Dan barangsiapa melapangkan kepada seseorang Muslim akan satu kesusahannya, maka Allah akan melapangkan untuknya satu kesusahan dari sekian banyak kesusahan pada hari kiamat. Dan barangsiapa yang menutupi cela seseorang Muslim maka Allah akan menutupi celanya pada hari kiamat." (Muttafaq 'alaih)

246. Dari Abu Hurairah r.a. dari Nabi s.a.w. sabdanya: "Barangsiapa yang melapangkan suatu kesusahan dari beberapa kesusahan seseorang Mu'min di dunia, maka Allah akan melapangkan untuknya suatu kesusahan dari berbagai kesusahannya pada hari kiamat. Barangsiapa yang memberikan kemudahan kepada seseorang yang kesukaran, maka Allah akan memberikan kemudahan padanya di dunia dan di akhirat. Barangsiapa yang menutupi cela seseorang Muslim, maka Allah akan menutupi celanya di dunia dan di akhirat. Allah itu selalu memberikan pertolongan kepada hambaNya, selama hamba itu suka memberikan pertolongan kepada saudaranya. Barangsiapa yang menempuh suatu jalan untuk mencari suatu ilmu pengetahuan, maka Allah akan memudahkan untuknya jalan menuju ke syurga. Tiadalah sesuatu kaum itu berkumpul dalam sebuah rumah dari rumah-rumah Allah, untuk membacakan kitab Allah - al-Quran - juga mentadarusnya antara mereka itu – membaca secara bergantian, melainkan turunlah kepada mereka ketenangan hati, ditutupi oleh kerahmatan Tuhan, juga diliputi oleh para malaikat dan Allah menyebutkan mereka itu di kalangan makhluk yang ada di sisinya. Barangsiapa yang diperlambatkan oleh amalannya sendiri, maka ia tidak akan dipercepatkan oleh keturunan darahnya - yakni bahawa kebahagiaan itu tergantung pada amalan seseorang dan bukan kerana darah ningrat atau keturunan." (Riwayat Muslim)
Keterangan:
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam Hadis ini ialah:
(a)  Memudahkan ertinya memberi pertolongan. Maka dengan jelas dalam Hadis ini betapa utamanya memberikan pertolongan untuk menyampaikan hajat kebutuhan kaum Muslimin, baik yang berupa ilmu pengetahuan, harta, darjat, nasihat atau menunjukkannya ke arah kebaikan. Juga pertolongan yang berupa tenaga atau doa yang ditujukan agar saudaranya seagama itu tercapai maksudnya.
(b)  Menempuh  jalan  ertinya,  baikpun   berjalan   betul-betul untuk mencari ilmu itu misalnya pergi ke sekolah, pondok dan lain-lain atau mencari jalan semacam kiasan, misalnya belajar sendiri menelaah kitab-kitab agama dan lain-lain sebagainya.
(c)  Rumah Allah misalnya masjid, madrasah dan sebagainya.
(d)  Orang yang suka  melakukan  ini  (yakni  berkumpul  lalu belajar yang tak dimengerti atau mengajarkan yang sudah diketahui), orang tersebut akan mendapat ketenangan hati, dilimpahi rahmat Allah, dikerumuni  malaikat kerana gembira melihat orang yang sedemikian  itu dan  oleh  Allah  disebut-sebut akan  dimasukkan dalam golongan hambaNya yang sangat taqarrub (mendekat) dan sangat taat padaNya, seperti para malaikat dan sekalian Nabi, sebab bangga melihat perbuatan hambaNya yang baik itu dan mengagumkan sebutannya. Inilah Hadis yang menunjukkan keutamaan membaca al-Quran secara bersama-sama atau tadarus.
(e)  Orang yang sedikit amal kebaikannya, tentu tidak dapat mencapai tingkat kesempurnaan taqwa hanya dengan menonjol-nonjolkan keturunannya saja. Allah berfirman:
" Sesungguhnya orang yang termulia di antara engkau sekalian itu adalah orang yang paling taqwa."
Dan lagi Nabi s.a.w. bersabda:
"Datanglah padaku besok pada hari kiamat dengan amal perbuatanmu, tidak dengan keturunanmu. Sesungguhnya aku tidak akan dapat memberikan pertolongan padamu semua dari siksa Allah itu sedikitpun (dengan membanggakan keturunan-keturunan itu)."



 
 
     

Mengagungkan Kehormatan-Kehormatan Kaum Muslimin

   
 

Mengagungkan Kehormatan-Kehormatan Kaum Muslimin Dan Huraian Tentang Hak-hak Mereka Serta Kasih-sayang Dan Belas-kasihan Kepada Mereka

Allah Ta'ala berfirman:
"Dan  barangsiapa  yang mengagungkan peraturan suci dari Allah, maka itulah yang lebih baik baginya di sisi Tuhannya." (al-Haj: 30)
Allah Ta'ala berfirman pula:
"Dan barangsiapa yang mengagungkan tanda-tanda suci - yakni agama Allah, maka sesungguhnya perbuatan sedemikian itu adalah kerana ketaqwaan hati." (al-Haj: 32)
Lagi Allah Ta'ala berfirman:
Dan  tundukkantah sayapmu - bersikap sopan santunlah terhadap kaum mu'minin" (al-Hijr: 88)
Allah Ta'ala juga berfirman:
"Barangsiapa yang membunuh seseorang manusia bukan kerana sebagai hukuman membunuh orang atau dengan sebab membuat kerosakan di bumi - merompak dan lain-lain, maka ia seolah-olah membunuh manusia seluruhnya dan barangsiapa memelihara kehidupan seseorang manusia, maka seolah-olah ia telah memelihara kehidupan manusia seluruhnya." (al-Maidah: 32)

223.  Dari Abu Musa r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Seorang mu'min terhadap mu'min yang lain itu adalah sebagai bangunan yang sebahagiannya   mengukuhkan kepada bahagian yang lainnya," dan beliau s.a.w. menjalinkan antara jari-jarinya." (Muttafaq 'alaih)
Keterangan:
Dalam menghuraikan Hadis di atas. Imam al-Qurthubi berkata sebagai berikut:
"Apa yang disabdakan oleh Rasulullah s.a.w. itu adalah sebagai suatu tamsil perumpamaan yang isi kandungannya adalah menganjurkan dengan sekeras-kerasnya agar seorang mu'min itu selalu memberikan pertolongan kepada sesama mu'minnya, baik pertolongan apapun sifatnya (asal bukan yang ditujukan untuk sesuatu kemungkaran), Ini adalah suatu perintah yang dikukuhkan yang tidak boleh tidak, pasti kita laksanakan.
Perumpamaan yang dimaksudkan itu adalah sebagai suatu bangunan yang tidak mungkin sempurna dan tidak akan berhasil dapat dimanfaatkan atau digunakan, melainkan wajiblah yang sebahagian dari bangunan itu mengukuhkan dan erat-erat saling pegang-memegang dengan yang bahagian lain. Jikalau tidak demikian, maka bahagian-bahagian dari bangunan itu pasti berantakan sendiri-sendiri dan musnahlah apa yang dengan susah payah didirikan.
Begitulah semestinya kaum Muslimin dan mu'minin antara yang seorang dengan yang lain, antara yang sekelompok dengan yang lain, antara yang satu bangsa dengan yang lain. Masing-masing tidak dapat berdiri sendiri, baik dalam urusan keduniaan, keagamaan dan keakhiratan, melainkan dengan saling tolong-menolong, bantu-membantu serta kukuh-mengukuhkan. Manakala hal-hal tersebut di atas tidak dilaksanakan baik-baik, maka jangan diharapkan munculnya keunggulan dan kemenangan, bahkan sebaliknya yang akan terjadi, yakni kelemahan seluruh ummat Islam, tidak dapat mencapai kemaslahatan yang sesempurna-sempurnanya, tidak kuasa pula melawan musuh-musuhnya ataupun menolak bahaya apapun yang menimpa tubuh kaum Muslimin secara keseluruhan. Semua itu mengakibatkan tidak sempurnanya ketertiban dalam urusan kehidupan duniawiyah, juga urusan diniyah (keagamaan) dan ukhrawiyah. Malahan yang pasti akan ditemui ialah kemusnahan, malapetaka yang bertubi-tubi serta bencana yang tiada habis-habisnya.

224. Dari Abu Musa r.a. juga, katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Barangsiapa yang berjalan di sesuatu tempat dari masjid-masjid kita atau pasar-pasar kita sedang ia membawa anak-anak panah, maka hendaklah memegang atau menutupi ujung-ujungnya dengan tapak tangannya, sebab dikuatirkan akan mengenai seseorang dari kaum Muslimin dengan sesuatu yang dibawanya tadi." (Muttafaq 'alaih)

225. Dari an-Nu'man bin Basyir radhiallahu 'anhuma, katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Perumpamaan kaum Mu'minin dalam hal saling sayang-menyayangi, saling kasih-mengasihi dan saling iba-mengibai itu adalah bagaikan sesusuk tubuh. Jikalau salah satu anggota dari tubuh itu ada yang merasa sakit, maka tertarik pula seluruh tubuh - kerana ikut merasakan sakitnya - dengan berjaga - tidak tidur - serta merasa panas." (Muttafaq 'alaih)

226. Dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Nabi s.a.w. mencium al-Hasan bin Ali radhiallahu 'anhuma dan di dekat beliau s.a.w. itu ada seorang bernama al-Aqra' bin Habis, lalu al-Aqra' berkata: "Saya ini mempunyai sepuluh orang anak, belum pernah saya mencium seseorang pun dari mereka itu." Rasulullah s.a.w. lalu memperhatikan orang itu, kemudian bersabda: "Barangsiapa yang tidak menaruh belas kasihan - kepada sesamanya, maka tidak dibelas kasihani - oleh Allah." (Muttafaq 'alaih)

227. Dari Aisyah radhiallahu 'anha, katanya: "Ada beberapa orang dari kalangan A'rab - Arab pedalaman - datang kepada Rasulullah s.a.w., lalu mereka berkata: "Adakah Tuan suka mencium anak-anak Tuan?" Beliau s.a.w. menjawab: "Ya." Mereka berkata: "Tetapi kita semua ini, demi Allah tidak pernah mencium anak-anak  itu." Kemudian  Rasulullah s.a.w. bersabda:  "Adakah saya dapat mencegah sekiranya Allah telah mencabut sifat belas kasihan itu dari hatimu semua." (Muttafaq 'alaih)

228. Dari Jarir bin Abdullah, r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Barangsiapa yang tidak menaruh belas-kasihan kepada sesama manusia, maka Allah juga tidak menaruh belas-kasihan padanya." (Muttafaq 'alaih)

229. Dari Abu Hurairah r.a. bahawasanya Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Jikalau seseorang dari engkau semua bersembahyang menjadi imamnya orang banyak, maka hendaklah meringankannya, sebab di kalangan para makmum itu ada orang lemah, ada orang sakit dan ada pula yang berusia tua. Tetapi jikalau bersembahyang sendirian -munfarid, maka hendaklah memperpanjangkan shalatnya itu sekehendak hatinya." (Muttafaq 'alaih)
Dalam riwayat lain disebutkan: "Di kalangan makmum itu juga ada orang yang mempunyai keperluan - yang hendak segera diselesaikan."

230. Dari Aisyah radhiallahu 'anha, katanya: "Sesungguhnya saja Rasulullah s.a.w. itu nescaya meninggalkan - tidak melakukan -suatu amalan, sedangkan beliau amat suka mengerjakan amalan itu dan ditinggalkannya tadi adalah kerana takut kalau orang-orang akan mengamalkan itu, sehingga akan menyebabkan diwajibkannya amalan tersebut atas mereka." (Muttafaq 'alaih)

231. Dari Aisyah radhiallahu 'anha juga, katanya: "Nabi s.a.w. melarang para sahabat melakukan puasa wishal - tidak berbuka dalam malam hari puasa, sehingga dua hari puasa dijadikan satu dan terus berpuasa saja. Larangan ini adalah kerana belas-kasihan kepada mereka. Para sahabat bertanya: "Sesungguhnya Tuan sendiri suka berpuasa wishal." Beliau s.a.w. bersabda: "Sesungguhnya saya ini tidaklah seperti keadaanmu semua, kerana sesungguhnya saya ini diberi makan serta minum oleh Tuhanku." (Muttafaq 'alaih)
Ertinya ialah: Saya itu diberi kekuatan seperti orang yang makan dan minum.

232. Dari Abu Qatadah iaitu al-Harits bin Rib'i r.a. katanya:
"Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Sesungguhnya saya berdiri untuk bersembahyang dan saya bermaksud hendak memperpanjangkannya, kemudian saya mendengar tangisnya seorang anak kecil, lalu saya peringankan shalatku itu kerana saya tidak suka membuat kesukaran kepada ibunya." (Riwayat Bukhari)

233. Dari Jundub bin Abdullah r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Barangsiapa yang bersembahyang Subuh, maka ia adalah di dalam tanggungan Allah, maka itu janganlah sampai Allah itu  menuntut kepadamu semua dengan sesuatu dari tanggunganNya - maksudnya jangan sampai mengerjakan kemaksiatan, jangan  sampai meninggalkan shalat Subuh, juga shalat-shalat fardhu yang lain, apalagi kalau ditambah dengan mengerjakan berbagai kemungkaran, kemaksiatan dan lain-lain lagi, [23] sebab kalau demikian, maka lenyaplah ikatan janji untuk memberikan tanggungan keamanan dan lain-lain antara engkau dengan Tuhanmu itu."
Sebab sesungguhnya barangsiapa yang dituntut oleh Allah dari sesuatu tanggunganNya, tentu akan dicapainya - yakni tidak mungkin terlepas - kemudian Allah akan melemparkannya atas mukanya dalam neraka Jahanam." (Riwayat Muslim)
Keterangan:
Huraian yang tertera di atas itu adalah penafsiran menurut Imam at-Thayyibi.
Ada pendapat lain dari sebahagian para alim ulama menyatakan bahawa maksud Hadis itu ialah:
Jangan sampai kamu semua mengerjakan sesuatu yang sifatnya sebagai gangguan kepada orang yang selalu mengerjakan shalat subuh itu dan dengan sendirinya juga shalat-shalat fardhu yang lain, sekalipun gangguan itu nampaknya remeh atau tidak bererti.
Dalam Hadis lain yang juga diriwayatkan oleh Imam Muslim ialah bahawa yang dikerjakan itu adalah shalat Subuh dengan berjamaah.
Dari kedua macam pendapat di atas, kita dapat menarik kesimpulan, iaitu:
(a)  Seruan keras kepada kita sekalian  kaum Muslimin, agar jangan sekali-kali kita meninggalkan atau melalaikan shalat lima waktu, agar kita senantiasa memperolehi rahmat Allah Ta'ala dan tiada seorang pun yang berani mengganggu kita, kerana Allah telah memberikan jaminan sedemikian itu kepada kita.
(b)   Kita yang sudah mengenal kepada seseorang yang keadaan dan sifatnya sebagaimana di atas, jangan sekali-kali kita ganggu, baik dengan lisan atau perbuatan, dengan sengaja atau tidak, juga secara senda-gurau  atau   tidak.   Ringkasnya  orang tersebut  wajib  kita hormati, kita muliakan dan kita ikut melindungi keselamatannya dari perbuatan orang lain yang hendak mengganggunya, sebab ia telah berada dalam jaminan Allah Ta'ala dan menjadi tanggunganNya, untuk mendapatkan ketenteraman, keselamatan dan kesejahteraan.
(c)  Orang yang berani mengganggu orang sebagaimana di atas itu, bererti menghina pada jaminan atau dzimmah Allah Ta'ala yang telah diberikan kepadanya dan oleh sebab itu maka patutlah apabila dilemparkan saja nanti di akhirat dalam neraka dalam keadaan tertelungkup yakni mukanya di bawah.
Betapa besar meresapnya Hadis di atas itu dalam kalbu kaum Muslimin, dapatlah kami kutipkan sebahagian keterangan yang ditulis oleh Imam as-Sya'rani dalam kitab al-Haudh, demikian intisarinya:
"Di zaman Bani Umayyah memerintah kaum Muslimin, iaitu sepeninggalnya Khulafa' Rasyidin, ada seorang gubernur yang diangkat oleh mereka untuk memerintahdan mengamankan daerah Kufah dan sekitarnya. Gubernur tersebut bernama al-Hajjaj yang terkenal kejam, zalim dan bengis. Banyak alim-ulama yang ia bunuh secara teraniaya atau perintahnya. Namun demikian, manakala ada orang yang dicurigai hendak melawan atau menggulingkan kekuasaan dinasti Umayyah dan orang itu sudah menghadap di mukanya sesudah dipanggil, biasanya al-Hajjaj bertanya kepadanya: "Apakah anda tadi bersembahyang Subuh?" Jika dijawab: "Ya," maka orang yang hendak dipenggal lehernya itu dilepaskan kembali. Al-Hajjaj amat takut sekali terlaknat atau mendapatkan azab Allah, sebab ia tentunya juga pernah membaca atau mendengar Hadis sebagaimana yang tersebut di atas itu."
Kufah kini masuk Republik Irak.

234. Dari Ibnu Umar radhiallahu anhuma bahawasanya Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Seorang Muslim adalah saudaranya orang Muslim lainnya. Janganlah ia menganiayanya, jangan pula menyerahkannya kepada musuhnya.
"Barangsiapa memberi pertolongan akan hajat saudaranya, maka Allah selalu menolongnya dalam hajatnya. Dan barangsiapa memberi kelapangan kepada seseorang Muslim dari sesuatu kesusahan, maka Allah akan melapangkan orang itu dari sesuatu kesusahan dari sekian banyak kesusahan pada hari kiamat. Dan barangsiapa menutupi cela seseorang Muslim, maka Allah akan menutupi cela orang itu pada hari kiamat." (Muttafaq 'alaih)

235. Dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Seorang Muslim adalah saudaranya orang Muslim yang lain. Janganlah ia berkhianat kepada saudaranya itu dan jangan pula mendustainya, juga jangan menghinakannya - juga enggan memberikan pertolongan padanya bila diperlukan. Setiap Muslim terhadap Muslim lainnya itu adalah haram kehormatannya - tidak boleh dinodai, haram hartanya - tidak boleh dirampas - dan haram darahnya - tidak boleh dibunuh tanpa dasar kebenaran.
Ketaqwaan itu di sini - dalam hati. Cukuplah seseorang itu menjadi orang jelek, jikalau ia menghinakan saudaranya yang sama Muslimnya."
Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan ia mengatakan bahawa ini adalah Hadis hasan.

236. Dari Abu Hurairah r.a. pula, katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Janganlah engkau semua hasad-menghasad, jangan pula kecuh-mengecuh, jangan benci-membenci, jangan seteru-menyeteru dan jangan pula setengah dari engkau semua itu menjual atas jualannya orang lain. Dan jadilah hamba Allah sebagai saudara.
Seorang Muslim itu adalah saudara orang Muslim yang lain. Janganlah ia menganiaya saudaranya, jangan merendahkannya dan jangan   menghinakannya   -   enggan   memberikan   pertolongan padanya. Ketaqwaan itu ada di sini - dan beliau menunjuk ke arah dadanya sampai tiga kali. Cukuplah seseorang itu menjadi orang buruk, jikalau ia menghinakan saudaranya sesama Muslimnya. Setiap orang Muslim terhadap orang Muslim yang lain itu haram darahnya, hartanya dan kehormatannya." (Riwayat Muslim)
Annaj-syu atau mengicuh ialah apabila seseorang itu menambah harga sesuatu barang dagangan lebih dari yang diumumkan di pasar atau lain-lain sebagainya,sedangkan ia tidak ada keinginan hendak membelinya. Tetapi ia berbuat demikian itu semata-mata akan menipu orang lain saja. Perbuatan semacam ini haram hukumnya.
Tadabbur ialah jikalau seseorang tidak menghiraukan orang lain, meninggalkan berbicara dengannya dan menganggap orang itu sebagai benda yang ada di belakang punggung atau duburnya.
Keterangan:
Ada beberapa kelakuan buruk yang diperhatikan oleh Rasulullah s.a.w. agar kita semua menjauhinya. Di antaranya ialah:
1.  Hasad, dengki atau irihati.
2.  Mengecuh ialah mengatakan pada seseorang dengan harga tinggi atau  mengatakan bahawa ia telah menawar sekian, tetapi belum diberikan. Padahal sebenarnya tidak dan berbuat sedemikian itu perlu menjerumuskan orang lain agar suka membeli dengan harga tinggi itu dan ia sendiri akan menerima sebahagian keuntungan dari penjualannya itu nanti.
3.  Benci-membenci.
4.  Seteru-menyeteru.
5.  Menjual atas jualannya orang  lain  yakni  seperti seorang pedagang yang berkata kepada seorang pembeli: "Jangan jadi beli di sana dan saya mempunyai barang yang mutunya lebih baik dan harganya lebih murah. Belilah kepada saya saja."
Demikian pula kalau ada seseorang yang berkata kepada seorang pedagang: "jangan jadi dijual pada si A itu dan saya suka membeli itu dengan harga yang lebih tinggi dari penawarannya."
Semua itu dilarang oleh beliau s.a.w. Tidak lain kepentingannya agar kita sesama makhluk Allah ini dapat hidup rukun dan damai. Hal ini bukan hanya untuk digunakan antara seseorang menghadapi orang lain, tetapi juga antara golongan dengan golongan lainnya, juga antara satu bangsa dengan bangsa lainnya. Kalau saja ini dilaksanakan, rasanya tidak perlu lagi membicarakan bagaimana perdamaian dunia dapat diciptakan, sebab masing-masing dapat menghormati yang fainnya.
Jikalau ajaran di atas itu harus digunakan untuk umum, tanpa pandang bulu, kebangsaan, agama, faham peribadi dan lain-lain maka yang di bawah ini ditekankan oleh Rasulullah s.a.w., terutama sekali antara kita sesama ummat Islam, yaitu seorang Muslim wajiblah menunjukkan sikap persaudaraan terhadap Muslim lainnya tanpa memandang golongannya, bermazhab atau tidaknya, kepartaiannya dan lain-lain lagi. Maka itu kita semua diperintah oleh Rasulullah s.a.w. jangan sampai melakukan:
(a)  Menganiaya, lebih-lebih merampas haknya.
(b)  Membiarkan kawannya, padahal memerlukan pertolongan, nasihat dan lain-lain sebagainya.
(c)  Mendustai.
(d)  Menghina.
Singkatnya semua itu wajib didasarkan kepada taqwallah yang ditunjukkan oleh beliau s.a.w. bahawa letak taqwa itu bukan di bibir, bukan dengan pernyataan terbuka atau tertulis, bukan dengan ucapan yang kosong melompong, tetapi letaknya ialah di dalam hati lalu dicetuskan dalam tindakan yang nyata. Oleh sebab itu dianggap demikian pentingnya, sehingga beliau s.a.w. mengucapkan taqwa tadi dengan menunjukkan letaknya iaitu di dalam dada atau hati dan itu diulanginya sampai tiga kali berturut-turut.
Akhirnya Rasulullah s.a.w. menegaskan bahawa seseorang itu cukup disebut orang jahat kalau sampai menghinakan sesama Muslimnya dengan cara apa pun juga seperti perkataan, isyarat tangan, cibiran bibir dan lain-lain ataupun dengan dalih atau alasan apapun.
Juga antara seorang Muslim dengan Muslim lainnya itu sama sekali diharamkan mengalirkan darahnya, merampas haknya atau merosak kehormatannya.
Kalau saja ajaran agama ini tidak dilaksanakan, mustahillah kalau ummat Islam akan dapat merebut kejayaannya sebagaimana nenek moyangnya dahulu. Bukan mustahil lagi, tetapi yakin akan dapat diperolehi.
Ada satu hal yang perlu dimaklumi, sehubungan dengan larangan yang berbunyi:
"Jangan kamu semua menjual atas jualannya orang lain": Pertanyaannya ialah: Apakah menjual cara lelong itu haram?
Jual lelong itu maksudnya ialah menunjukkan suatu benda lalu ditawarkan kepada orang banyak. Seorang menawar lalu ada yang menambah dengan harga lebih tinggi, orang lain lagi menambahnya pula. Demikian sampai tidak ada yang mengatasinya, kemudian benda itu diberikan kepada orang yang menawar dengan harga tertinggi. Hukum lelong itu dalam Islam diperbolehkan dan bukan haram, dengan berdasarkan suatu Hadis yang mengisahkan perbuatan Rasulullah s.a.w. sendiri, iaitu:
Suatu ketika datanglah seorang yang sedang dalam kesukaran hidup kepada Nabi s.a.w. untuk meminta sesuatu kepadanya, tetapi beliau s.a.w. menolaknya kerana memang tidak ada yang dapat diberikan padanya. Orang itu mengatakan bahawa ia masih mempunyai dua benda yang dapat dijual, iaitu lapik pelana dan gelas minum. Keduanya dibawa ke tempat Nabi s.a.w. lalu ditawarkan kepada sahabat-sahabatnya demikian:
"Siapakah yang suka membeli lapik kuda dan gelas ini?"
Kemudian ada seorang yang berkata: "Saya suka mengambil (membeli) kedua benda itu dengan harga sedirham. Beliau s.a.w. lalu bersabda lagi:
"Siapakah yang suka menambah dengan sedirham?"
Orang-orang sama berdiam diri. Lalu beliau s.a.w. bertanya lagi seperti di atas.
Selanjutnya ada seorang yang berkata: "Saya suka mengambil (membeli) keduanya dengan harga dua dirham."
Rasulullah lalu bersabda:
"Kedua benda ini milikmu."
Jadi cara jual beli lelongan bukannya termasuk larangan sebagaimana di atas. Maka hukumnya boleh dilakukan.

237. Dari Anas r.a. dari Nabi s.a.w., sabdanya: "Tidaklah sempurna keimanan seseorang dari engkau semua itu, sehingga ia mencintai untuk diterapkan kepada saudaranya sebagaimana ia mencintai kalau itu diterapkan untuk dirinya sendiri." (Muttafaq 'alaih)

238. Dari Anas r.a. juga, katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Tolonglah saudaramu itu, baik ia sebagai orang yang menganiaya atau yang dianiaya." Ada seorang lelaki bertanya: "Ya Rasulullah, saya dapat menolongnya jikalau ia memang dianiaya. Tetapi bagaimanakah pendapat Tuan, jikalau ia sebagai orang yang menganiaya? Bagaimanakah cara saya menolongnya itu?" Beliau s.a.w. menjawab: "Hendaklah ia engkau cegah atau engkau larang dari perbuatan penganiayaannya itu, sebab demikian itulah cara menolongnya." (Riwayat Bukhari)

239. Dari Abu Hurairah r.a. bahawasanya Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Haknya seorang Muslim terhadap orang Muslim yang lain itu ada lima perkara iaitu menjawab salam, meninjau yang sakit, mengikuti jenazahnya, mengabulkan undangannya dan bertasymit kepada yang bersin - yakni kalau seseorang bersin dan mengucapkan Alhamdulillah, maka yang mendengar hendaklah mentasymitkan - mendoakan - dengan mengucapkan: Yarhamukallah, ertinya: Semoga Allah merahmatimu, kemudian yang bersin itu menjawab: Yahdikumullah wa yushtihu balakum, ertinya: Semoga Allah memberi petunjuk padamu dan memperbaiki hatimu." (Muttafaq 'alaih)
Dalam riwayat Muslim disebutkan demikian:
"Hak seorang Muslim terhadap orang Muslim lainnya itu ada enam perkara, iaitu jikalau engkau bertemu dengannya, maka berilah salam kepadanya, jikalau ia mengundangmu, maka kabulkanlah undangannya, jikalau ia meminta nasihat kepadamu, maka berilah ia nasihat, jikalau ia bersin kemudian mengucapkan Alhamdulillah, maka tasymitkanlah ia, jikalau ia sakit, tinjaulah ia dan jikalau ia meninggal dunia, maka ikutilah jenazahnya." (Riwayat Muslim)

240. Dari Abu Umarah, iaitu al-Bara' bin 'Azib radhiallahu 'anhuma, katanya: "Rasulullah s.a.w. menyuruh kita melakukan tujuh perkara dan melarang kita tujuh perkara pula. Kita semua diperintah meninjau orang sakit, mengikuti jenazah, mentasymitkan orang yang bersin, menuruti orang yang bersumpah - misalnya seseorang berkata kepada kita: Demi Allah, hendaklah engkau begini, maka orang yang diminta melakukannya itu supaya meluluskan permintaannya, menolong orang yang dianiaya, mengabulkan undangan orang yang mengundang, serta menyebarkan salam -kepada orang yang sudah dikenal atau yang belum dikenal. Beliau s.a.w. melarang kita mengenakan cincin yakni bercincin emas -untuk kaum lelaki, minum dengan wadah yang terbuat dari perak, hiasan-hiasan sutera merah - ini kebiasaannya saja, jadi selain merah dilarang pula untuk kaum lelaki, juga mengenakan baju sutera campur katun, lagi pula mengenakan sutera istabraq - sutera tebal - dan dibaj - umumnya sutera murni." (Muttafaq 'alaih)
Dalam suatu riwayat disebutkan: "Diperintahkan pula mengumumkan benda yang hilang." Ini ditambahkan dalam golongan tujuh yang pertama yakni yang diperintahkan.
Almayatsir, dengan ya' mutsannat [24] di bawah sebelumnya ada alifnya dan tsa' mutsallatsah sesudahnya, adalah jamak dari kata maitsarah. Ertinya ialah sesuatu hiasan yang dibuat dari sutera dan di isi dengan kapuk ataupun lain-lainnya, lalu diletakkan di tempat kenaikan kuda atau tempat duduk di unta yang di situlah pengendaranya duduk.
Alqassiy dengan fathah qafnya dan dikasrahkan sin muhmalah [25] yang disyaddah, ertinya ialah pakaian yang dibuat sebagai tenunan dari sutera dan katun yang dicampurkan.
Insyadudh-dhallah, iaitu mengumumkan sesuatu yang hilang, untuk dikembalikan kepada pemiliknya.



Nota kaki:
  1. Jadi yang sudah bersembahyang Subuh dan dengan sendirinya mengerjakan shalat fardhu lain-lain yang diwajibkan iaitu dengan Subuhnya sekali berjumlah lima waktu itu, jangan sampai berbual sesuatu keburukan yang berupa apapun. Sebabnya ialah dengan berbuat keburukan yang bagaimanapun macamnya adalah sebagai suatu penghinaan pada shalatnya sendiri yang semestinya dapat mencegah segala kejahatan dan kemungkaran. Oleh sebab itu besar sekali siksaan Allah padanya, jika orang yang sudah bersembahyang itu masih juga berani melakukan hal-hal yang berdosa itu.
  2. "Mutsannat", ertinya bertitik dua, adakalanya: Minfawqu (di atas lalu menjadi ta') dan adakalanya: Min tahtu (di bawafi lalu menjadi ya'). "Mutsailatsah", ertinya bertitik tiga, sedang "Muwahhadah", ertinya bertitik satu. Ini dua macam, jika di atas lalu menjadi ba'dan jika di bawah lalu menjadi nun.
  3. "Muhmalah", ertinya dikosongkan, maksudnya tidak  bertitik.  Kebalikannya ialah "Mu'jamah," iaitu bertitik.
"Musyaddadah," ertinya disyaddahkan, sedang kebalikannya ialah "Mukhaffafah," ertinya tidak disyaddahkan. Erti aslinya musyaddadah itu di beratkan dan mukhaffafah itu diringankan.

 
 
     

Menyuruh berbuat baik Dan Melarang Dari Kemungkaran

   
 

Menyuruh berbuat baik Dan Melarang Dari Kemungkaran

Allah Ta'ala berfirman:
"Hendaklah ada di antara engkau semua itu suatu ummat -golongan - yang mengajak kepada kebaikan, memerintah dengan kebaikan serta melarang dari kemungkaran. Mereka itulah orang-orang yang berbahagia." (ali-lmran: 104)
Allah Ta'ala berfirman lagi:
"Adalah engkau sekalian itu sebaik-baik ummat yang dikeluarkan untuk seluruh manusia, kerana engkau semua memerintah dengan kebaikan dan melarang dari kemungkaran." (ali-lmran: 110)
Allah Ta'ala juga berfirman:
"Berikanlah pengampunan, perintahtah dengan kebaikan dan janganlah menghiraukan pada orang-orang yang bodoh." (al-A'raf: 199)
Allah Ta'ala berfirman pula:
"Orang-orang mu'min lelaki dan orang-orang mu'min perempuan itu, setengahnya adalah kekasih setengahnya, kerana mereka memerintah dengan kebaikan dan melarang dari kemungkaran." (at-Taubah: 71)
Allah Ta'ala berfirman:
"Orang-orang kafir dari kaum Bani Israil itu terkena laknat dari lidah Nabi Dawud dan Isa anak Maryam. Hal itu disebabkan kerana mereka derhaka dan melanggar aturan. Mereka tidak saling larang-melarang kemungkaran yang mereka kerjakan, sesungguhnya amat buruklah apa yang mereka lakukan itu." (al-Maidah: 78-79)
Lagi Allah Ta'ala berfirman:
"Dan katakanlah: Kebenaran itu datangnya ,dari Tuhanmu semua. Maka barangsiapa yang ingin (beriman), maka baiklah ia beriman dan barangsiapa yang ingin (kufur) maka baiklah ia menjadi kafir." (al-Kahf: 29)
Juga Allah Ta'ala berfirman:
"Maka laksanakanlah apa yang diperintahkan kepadamu." (al-Hijr: 94)
Allah Ta'ala berfirman pula:
"Kami menyelamatkan orang-orang yang melarang dari keburukan dan Kami menetapkan hukuman kepada orang-orang yang menganiaya dengan siksaan yang pedih dengan sebab mereka berbuat kefasikan." (al-A'raf: 165)
Ayat-ayat dalam bab ini amat banyak sekali serta dapat dimaklumi.
Adapun Hadis-hadisnya ialah:

185.  Pertama:  Dari Abu  Said al-Khudri  r.a., katanya:  "Saya mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Barangsiapa di antara engkau semua melihat sesuatu kemungkaran, maka hendaklah mengubahnya itu dengan tangannya, jikalau tidak dapat -( dengan atau kekuasaannya), maka dengan lisannya -(dengan jalan menasihati orang yang melakukan kemungkaran tadi )-dan jikalau tidak dapat juga - (dengan lisannya), maka dengan hatinya - (maksudnya hatinya mengingkari serta tidak menyetujui perbuatan itu). Yang sedemikian itu - (yakni dengan hati saja) - adalah selemah-lemahnya keimanan." (Riwayat Muslim)
Keterangan:
Kemungkaran itu jangan didiamkan saja merajalela. Bila kuasa harus diperingatkan dengan perbuatan agar terhenti kemungkaran tadi seketika itu juga. Bila tidak sanggup, maka dengan Iisan (dengan nasihat peringatan atau perkataan yang sopan-santun),sekalipun ini agak lambat berubahnya. Tetapi kalau masih juga tidak sanggup, maka cukuplah bahawa hati kita tidak ikut-ikut menyetujui adanya kemungkaran itu. Hanya saja yang terakhir ini adalah suatu tanda bahawa iman kita sangat lemah sekali. Kerana dengan hati itu hanya bermanfaat untuk diri kita sendiri, sedang dengan perbuatan atau nasihat itu dapat bermanfaat untuk kita dan masyarakat umum, hingga kemungkaran itu tidak terus menjadi-jadi.

186. Kedua: Dari Ibnu Mas'ud r.a. bahawasanya Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Tiada seorang nabi pun yang diutus oleh Allah sebelumku -Muhammad s.a.w., melainkan ia mempunyai beberapa orang hawari - (penolong atau pengikut setia) - dari kalangan ummatnya, juga beberapa sahabat, yang mengambil teladan dengan sunnahnya serta mentaati perintahnya. Selanjutnya sesudah mereka ini akan menggantilah beberapa orang pengganti yang suka mengatakan apa yang tidak mereka lakukan, bahkan juga melakukan apa yang mereka tidak diperintahkan.
Maka barangsiapa yang berjuang melawan mereka itu - (yakni para penyeleweng dari ajaran-ajaran nabi yang sebenarnya ini )-dengan tangan - (atau kekuasaannya), maka ia adalah seorang mu'min, barangsiapa yang berjuang melawan mereka dengan lisannya, ia pun seorang mu'min dan barangsiapa yang berjuang melawan mereka dengan hatinya, juga seorang mu'min, tetapi jikalau semua itu tidak -( dengan tangan, Iisan dan hati), maka tiada keimanan sama sekali sekalipun hanya sebiji sawi." (Riwayat Muslim)

187. Ketiga: Dari Abulwalid, iaitu 'Ubadah bin as-Shamit r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. membai'at kepada kita semua untuk tetap mendengar - patuh - serta taat, baik dalam keadaan sukar atau pun mudah, juga dalam keadaan lapang dan payah - tertekan, juga agar kita semua lebih mengutamakan kepentingan orang lain daripada diri sendiri. Selain itu pula supaya kita semua tidak mencabut sesuatu perkara -jabatan -dari orang yang memegangnya, kecuali jikalau engkau semua melihat orang itu masuk dalam kekafiran yang nyata, yang bagimu ada bukti dari Allah dalam perkara kekafirannya tadi. Dibai'at pula agar kita semua berkata dengan hak - kebenaran - di mana saja kita berada, tidak perlu takut untuk mengatakan hak itu akan celaan dari orang yang suka mencela." (Muttafaq 'alaih)

188. Keempat: Dari Annu'man bin Basyir radhiallahu 'anhuma dari Nabi s.a.w. bersabda:
"Perumpamaan orang yang berdiri tegak - untuk menentang orang-orang yang melanggar - pada had-had Allah - yakni apa-apa yang dilarang olehNya - dan orang yang menjerumuskan diri di dalam had-had Allah - yakni senantiasa melanggar larangan-laranganNya - adalah sebagai perumpamaan sesuatu kaum yang bersekutu - yakni bersama-sama - ada dalam sebuah kapal, maka yang sebahagian dari mereka itu ada di bahagian atas kapal, sedang sebahagian lainnya ada di bahagian bawah kapal. Orang-orang yang berada di bahagian bawah kapal itu apabila hendak mengambil air, tentu saja melalui orang-orang yang ada di atasnya - maksudnya naik ke atas dan oleh sebab hal itu dianggap sukar, maka mereka berkata: "Bagaimanakah andaikata kita membuat lubang saja di bahagian bawah kita ini, suatu lubang itu tentunya tidak mengganggu orang yang ada di atas kita." Maka jika sekiranya orang yang bahagian atas itu membiarkan saja orang yang bahagian bawah menurut kehendaknya, tentulah seluruh isi kapal akan binasa. Tetapi jikalau orang bahagian atas itu mengambil tangan orang yang bahagian bawah - melarang mereka dengan kekerasan - tentulah mereka selamat dan selamat pulalah seluruh penumpang kapal itu." (Riwayat Bukhari)

189. Kelima: Dari Ummui mu'minin iaitu Ummu Salamah yakni Hindun binti Abu Umayyah yakni Hudzaifah radhiallahu 'anha, dari Nabi s.a.w., bahawasanya beliau s.a.w. bersabda:
"Bahawasanya saja nanti itu akan digunakanlah beberapa pemimpin negara - amir-amir, maka engkau semua akan menyetujui mereka, kerana kelakuan mereka itu sebahagian ada yang sesuai dengan syariat agama, tetapi engkau semua pun akan mengingkari mereka-sebab ada pula kelakuan-kelakuan mereka yang melanggar syariat agama.
Maka barangsiapa yang benci - dengan hatinya, ia terlepaslah dari dosa, juga barangsiapa yang mengingkari, ia pun selamat - dari siksa akhirat. Tetapi barangsiapa yang redha serta mengikuti -pemimpin-pemimpin di atas, itulah yang bermaksiat."
Para sahabat bertanya: "Ya Rasulullah, apakah tidak perlu kita memerangi mereka itu?" Beliau s.a.w. bersabda: "Jangan, selama mereka masih mendirikan shalat bersamamu semua." (Riwayat Muslim)
Maknanya ialah bahawa barangsiapa yang membenci kepada pemimpin-pemimpin yang suka melanggar syariat agama itu dengan hatinya, kerana tidak kuasa mengingkari mereka dengan tangan atau lisannya, maka ia telah terlepas dari dosa dan ia telah pula menunaikan tugasnya. Juga barangsiapa yang mengingkari dengan sekadar kekuatannya, ia pun selamat dari kemaksiatan ini. Tetapi barangsiapa yang redha dengan kelakuan-kelakuan mereka serta mengikuti jejak mereka, maka itulah orang yang bermaksiat.

190. Keenam: Dari Ummul mu'minin yakni Ummulhakam, iaitu Zainab binti Jahsy radhiallahu 'anha, bahawasanya Rasulullah s.a.w. masuk dalam rumahnya dengan rasa ketakutan. Beliau s.a.w. mengucapkan:
"La ilaha illallah, celaka bagi bangsa Arab, kerana adanya keburukan yang telah dekat. Hari itu telah terbuka tabir Ya'juj dan Ma'juj [15] , seperti ini," dan beliau s.a.w. mengolongkan kedua jarinya sebagai bulatan, yakni ibu jari dan jari sebelahnya - jari telunjuk. Saya - Zainab - lalu berkata: "Ya Rasulullah, apakah kita akan binasa, sedangkan di kalangan kita masih ada orang-orang yang shalih?" Beliau s.a.w. bersabda: "Ya jikalau keburukan itu telah banyak." (Muttafaq 'alaih)
Keterangan:
Hadis ini menunjukkan bahawa manakala di dalam suatu tempat atau negeri sudah terlampau banyak keburukan, kemungkaran, kefasikan dan kecurangan, maka kebinasaan dan kerosakan akan merata di daerah itu dan tidak hanya mengenai orang jahat-jahat saja, tetapi orang-orang shalih tidak akan dapat menghindarkan diri dari azab Allah itu, sekalipun jumlah mereka itu cukup banyak.
Oleh sebab itu segala macam kemaksiatan dan kemungkaran hendaklah segera dibasmi dan segala keburukan segera dimusnahkan, agar jangan sampai terjadi malapetaka sebagaimana yang dihuraikan di atas.

191. Ketujuh: Dari Abu Said al-Khudri r.a. dari Nabi s.a.w. sabdanya: "Hindarilah olehmu semua duduk-duduk di jalan-jalanan." Para sahabat berkata: "Ya Rasulullah, kita tidak dapat meninggalkan duduk-duduk kita, sebab kita semua bercakap-cakap di situ." Rasulullah s.a.w. lalu bersabda; "Jikalau engkau semua enggan, melainkan tetap ingin duduk-duduk di situ, maka berikanlah jalan itu haknya." Mereka bertanya: "Apakah haknya jalan itu,ya Rasulullah?" Beliau s.a.w. bersabda: "Iaitu memejamkan mata, menahan diri membuat sesuatu yang berbahaya, menjawab salam, memerintah dengan kebaikan dan melarang dari kemungkaran." (Muttafaq 'alaih)

192. Kelapan: Dari Ibnu Abbas radhiallahu 'anhuma bahawasanya Rasulullah s.a.w. melihat sebentuk cincin pada jari seseorang, kemudian beliau melepaskannya lalu meletakkannya dan bersabda: "Seseorang dari engkau semua sengaja menuju kepada bara api dari neraka, maka ia menjadikannya dalam tangannya."
Kemudian setelah Rasulullah s.a.w. pergi, kepada orang yang memiliki cincin itu dikatakan: "Ambillah cincinmu. Manfaatkanlah ia - untuk keperluan lain." Orang itu menjawab: "Tidak, demi Allah, saya tidak akan mengambil cincin ini selama-lamanya. Bukankah ia telah diletakkan oleh Rasulullah s.a.w." (Riwayat Muslim)

193. Kesembilan: Dari Abu Said al-Hasan al-Bashri bahawasanya 'Aidz bin 'Amr r.a- masuk ke tempat 'Ubaidullah bin Ziad lalu berkata: "Hai anakku, saya pernah mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda: "Sesungguhnya seburuk-buruk penggembala ialah orang yang tidak belas kasihan - pada gembalanya," maka janganlah engkau termasuk golongan penggembala yang semacam itu." 'Ubaidullah bin Ziad lalu berkata: "Duduklah, kerana hanyasanya engkau itu adalah termasuk antah dari golongan sahabat-sahabat Rasulullah s.a.w. - maksudnya bukan termasuk sahabat pilihan atau yang utama, 'Aidz bin 'Amr menjawab: "Apakah di kalangan sahabat-sahabat ada yang termasuk golongan antah? Yang termasuk antah ialah orang-orang yang datang sesudah sahabat-sahabat beliau s.a.w. itu atau yang memang bukan sahabat." (Riwayat Muslim)
Keterangan:
Huthamah, ertinya manusia yang bersikap keras kepala gembalanya, baik cara menggiringnya ke ladang yakni tempat penggembalaan, dalam cara memberikan makanan dan minuman dan lain-lain lagi, sehingga yang digembalakan itu terdesak-desak antara yang satu dengan yang lain. Juga sering kali ia memukulnya sehingga menyakitkan sekali.
Hadis di atas bukan hanya khusus untuk penggembala ternak saja, tetapi juga penggembala rakyat, yakni para penguasa yang memimpin negara, para majikan terhadap kaum buruhnya, komandan terhadap pasukannya, guru terhadap muridnya dan lain-lain sebagainya.
Semua itu diperintahkan oleh agama Islam agar bersikap sebagai kedua orang tua yang amat kasih sayang kepada anaknya.

194. Kesepuluh: Dari Hudzaifah r.a. dari Nabi s.a.w. sabdanya: "Demi Zat yang jiwaku ada di dalam genggaman kekuasaanNya, nescayalah engkau semua memerintahkan dengan kebaikan dan melarang dari kemungkaran atau kalau tidak, maka hampir-hampir saja Allah akan menurunkan siksa kepadamu semua, kemudian engkau semua berdoa kepadaNya, tetapi tidak akan dikabulkan untukmu semua doa itu."
Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan ia mengatakan bahawa ini adalah Hadis hasan.

195. Kesebelas: Dari Abu Said al-Khudri r.a. dari Nabi s.a.w. sabdanya:
"Seutama-utamanya jihad ialah mengucapkan kalimat menuntut keadilan di hadapan seorang sultan - pemegang kekuasaan negara yang menyeleweng."
Diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud dan Imam Tirmidzi dan ia mengatakan bahawa ini adalah Hadis hasan.
Keterangan:
Sebabnya berkata adil dan hak (benar) kepada sultan (penguasa negara) yang curang itu dianggap jihad atau perjuangan yang paling utama, kerana memang jarang sekali yang berani melaksanakan, sebab takut balas dendamnya.
Yang dimaksudkan kalimat adil dan hak itu seperti menasihati jikalau sultan atau penguasa itu bertindak sewenang-wenang, menyeleweng dari tuntunan yang benar atau ia sendiri berbuat kemaksiatan dan kemungkaran.
Juga termasuk di dalamnya apabila orang bawahan sultan atau penguasa tadi memberikan laporan, ertinya apa yang dilaporkan itu wajiblah menurut kenyataan. Rakyat miskin jangan dilaporkan makmur, ummat mengeluh jangan dilaporkan gembira, hasil tanaman rosak jangan dilaporkan memuaskan dan sebagainya.
Jikalau semua itu dilaksanakan baik-baik, maka bererti bahawa orang yang suka melakukannya tersebut telah menunaikan jihad atau perjuangan yang seutama-utamanya.
196.  Keduabelas: Dari Abu Abdillah, iaitu Thariq bin Syihab al-Bajali al-Ahmasi r.a. bahawasanya ada seorang lelaki bertanya kepada Nabi s.a.w. dan ia telah meletakkan kakinya pada sanggur di - tempat berpijak pada kenderaan unta atau lain-lain yang terbuat dari kulit atau kayu, katanya: "Manakah jihad itu yang lebih utama?" Beliau s.a.w. menjawab: "Iaitu mengucapkan kata-kata yang hak di hadapan sultan yang menyeleweng." Diriwayatkan oleh Nasa'i dengan isnad shahih.

197. Ketigabelas: Dari Ibnu Mas'ud r.a. katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Sesungguhnya pertama kali cela yang mengenai kaum Bani Isratl ialah bahawasanya ada seorang lelaki yang bertemu dengan lelaki lainnya, kemudian orang tadi berkata kepada kawannya: "Bertaqwalah kepada Allah dan tinggalkanlah apa yang engkau kerjakan, sebab hal itu tidak halal untukmu." Kemudian orang itu menemui kawannya pada esok harinya, sedang kawannya itu masih mengerjakan sebagaimana keadaannya kelmarin, tetapi perbuatannya yang sedemikian itu tidak menyebabkan ia enggan untuk tetap menjadi kawannya makan, minum dan duduk bersama. Ketika kaum Bani Israil sudah sama melakukan yang seperti tadi, Allah lalu memukulkan - membencikan - hati setengah mereka kepada setengahnya, kemudian beliau mengucapkan ayat - yang ertinya: "Orang-orang kafir dari kaum Bani Israil itu dilaknat atas lisannya Dawud dan Isa anak Maryam. Yang sedemikian itu disebabkan mereka durhaka dan melanggar peraturan (78). Mereka tidak saling larang-melarang pada kemungkaran yang mereka kerjakan, alangkah buruknya apa yang mereka lakukan itu (79). Engkau melihat kebanyakan mereka itu mengambil orang-orang kafir menjadi pemimpin, sesungguhnya amat buruklah apa yang mereka kirimkan lebih dulu untuk diri mereka [16], sehingga firmanNya: "Kebanyakan mereka adalah orang-orang fasik." (al-Maidah: 78-81)
Selanjutnya beliau s.a.w. bersabda:
"Jangan demikian, demi Allah, nescayalah engkau semua itu wajib memerintahkan kebaikan, melarang dari kemungkaran, mengambil tangan orang yang zalim - yakni menghentikan kezalimannya - serta mengembalikannya atas kebenaran yang sesungguhnya, juga membasmi tindakannya kepada yang hak saja dengan pembatasan yang sesungguh-sungguhnya. Atau jikalau semua itu tidak dilakukan, maka nescayalah Allah akan memukulkan - membencikan - hati setengahmu terhadap setengahnya kemudian melaknati - mengutuk - engkau semua sebagaimana Dia mengutuk mereka - Bani Israil."
Diriwayatkan oleh Abu Dawud dan Tirmidzi dan ia mengatakan bahawa ini adalah Hadis hasan. Ini adalah menurut lafaznya Imam 'Abu Dawud.
Adapun lafaznya Imam Tirmidzi ialah:
Rasulullah s.a.w. bersabda: "Ketika kaum Bani Israil sudah terjerumus dalam berbagai kemaksiatan, lalu alim ulama mereka itu pun melarang mereka, tetapi mereka tidak menghentikan perbuatan mereka itu. Kemudian alim ulama tadi mengawani mereka dalam duduk, makan dan minumnya - sebagai menyetujui kemungkaran yang dilakukan itu.
Kerana itu Allah lalu memukulkan - membencikan - hati setengah mereka terhadap setengahnya serta melaknat mereka atas lidahnya Nabi Dawud dan Isa anak Maryam. Yang sedemikian itu adalah kerana mereka telah melanggar aturan."
Kemudian Rasulullah s.a.w. duduk dan sebelum itu beliau s.a.w. bersandar, lalu meneruskan sabdanya: "Jangan demikian. Demi Zat yang jiwaku ada di dalam genggaman kekuasaanNya. Laknat itu pasti datang, sehingga engkau semua mengembalikan orang-orang yang berbuat kemungkaran itu kepada kebenaran yang sesungguh-sungguhnya."

198. Keempatbelas: Dari Abu Bakar as-Shiddiq r.a. katanya: "Hai sekalian manusia, sesungguhnya engkau semua tentu membaca ayat ini - yang ertinya: "Hai sekalian orang-orang yang beriman, jagalah dirimu sendiri, tidaklah akan membikin bahaya kepadamu semua orang yang sesat itu, jikalau engkau telah memperolehi petunjuk." (al-Maidah: 105), tetapi sesungguhnya saya juga mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Sesungguhnya para manusia itu apabila melihat orang yang zalim, lalu tidak mengambil atas kedua tangannya — tidak menghentikan perbuatannya [17], maka hampir saja Allah akan meratakan terhadap seluruh manusia tadi dengan menurunkan siksaNya."
Diriwayatkan oleh Imam-Imam Abu Dawud, Tirmidzi dan Nasa'i dengan isnad-isnad yang shahih.



Nota kaki:
  1. Ya'juj dan Ma'juj adalah dua bangsa yang dahulu banyak membuat kerosakan di atas bumi, lalu batas daerah kediaman mereka ilu ditutup dengan cor-coran besi bercampur tembaga, sehingga mereka tidak dapat keluar dari situ,sebab tembok besi bercampur tembaga tadi amat tebal dan licinnya, pula sangat tinggi. Nanti apabila sudah dekat sekali tibanya hari kiamat kedua bangsa itu akan dapat keluar, sebab temboknya pecah-pecah dan hancur. Keluarnya kedua bangsa itu merupakan alamat besar bahawa hari kiamat sudah dekat sekali tibanya.
  2. Sampai kata-kata "diri mereka" itu belum selesai ayat 80 dari surah al-Maidah. Lanjutan ialah: Allah memurkai mereka dan mereka pasti kekal dalam siksaan (80). Jikalau mereka beriman kepada Allah, kepada Nabi dan apa-apa yang diwahyukan padanya, tentulah mereka tidak mengambil orang-orang kafir itu menjadi pemimpin. Tetapi kebanyakan mereka adalah orang-orang fasik (kurang sempurna akalnya)" (81).
  3. Yakni mencegahnya dari penganiayaan yang dilakukan baik dengan tangan atau kekuasaan, dengan lisan atau nasihat atau pun dengan mengingkari dalam hati, maka dengan cepat atau lambat, Allah akan menurunkan siksanya. Siksa itu akan dijatuhkan kepada orang yang zalim, sebab kezalimannya, juga kepada orang-orang lain yang tidak ikut melakukan kezaliman, sebab mereka berdiam saja, padahal dapat mencegah atau kuasa menghentikan perilaku si zalim tadi, tetapi berhubung pertimbangan ini atau itu, ia enggan melarangnya, misalnya kerana takut hilang kedudukannya dan lain-lain.