Kemakruhan Mengharapkan Kematian Dengan Sebab Adanya Bahaya Yang Menimpanya, Tetapi Tidak Mengapa Jika Kerana Menakutkan Adanya Fitnah Dalam Agama

                                                                                                                     
 
 

Kemakruhan Mengharapkan Kematian Dengan Sebab Adanya  Bahaya  Yang Menimpanya,  Tetapi Tidak Mengapa Jika Kerana Menakutkan Adanya Fitnah Dalam Agama

583. Dari Abu Hurairah r.a. bahawasanya Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Janganlah seseorang dari engkau semua itu mengharapkan kematian. Jikalau ia seorang yang dapat berbuat baik, maka barangkali kebaikannya itu dapat ditambahkan olehnya dan jikalau ia berbuat keburukan, maka barangkali ia bertaubat kepada Allah." (Muttafaq 'alaih)
Ini adalah lafaznya Imam Bukhari. Dalam riwayat Imam Muslim disebutkan: Dari Abu Hurairah r.a. dari Rasulullah s.a.w., sabdanya: "Janganlah seseorang dari engkau semua itu mengharapkan kematian dan jangan pula berdoa untuk didatangi kematian itu sebelum kematian itu sendiri datang padanya - tanpa didoakan, sebab sesungguhnya orang itu apabila telah mati, maka terputuslah amalannya dan bahawasanya saja tidaklah seseorang mu'min itu bertambah banyak umurnya, melainkan akan menjadi kebaikan untuknya."

584. Dari Anas r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Janganlah seseorang dari engkau semua itu mengharapkan kematian kerana adanya bahaya yang menimpa dirinya. Tetapi jikalau ia terpaksa harus berbuat demikian, maka hendaklah ia mengucapkan: "Ya Allah, hidupkanlah saya terus, selama hidup itu menjadi kebaikan untukku dan matikanlah saya jikalau mati itu adalah lebih untukku." (Muttafaq 'alaih)

585. Dari Qais bin Abu Hazim, katanya: "Kita semua masuk ke tempat Khabbab bin al-Aratti r.a. untuk meninjaunya, sedang ia - yang ditinjau itu - telah berselar - yakni diberi pengubatan dengan memiciskan api di tubuhnya - sebanyak tujuh kali, kemudian Khabbab berkata: "Sesungguhnya sahabat-sahabat kita yang telah lalu itu sudah terdahulu. Mereka itu tidak dikurangi - darjat-darjatnya di akhirat - oleh kecintaan kepada dunia, sedangkan kita ini pun telah memperolehi harta benda yang kita tidak menemukan tempat untuk menyimpannya itu kecuali tanah - ertinya kerana banyaknya dan berlebih-lebihan dari keperluan, maka untuk menyimpannya itu harus digalikan tanah. Andaikata Nabi s.a.w. tidak pernah melarang kita untuk berdoa agar segera mendapat kematian, nescayalah saya berdoa untuk itu - ertinya hendak berdoa agar segera mati, sebab sudah jemu di dunia ini.
Selanjutnya pada ketika yang lainnya lagi kita mendatangi Khabbab lagi dan ia sedang membangunkan suatu dinding, lalu ia berkata: "Sesungguhnya seorang Muslim itu pastilah akan diberi pahala dalam segala apa yang dinafkahkannya, melainkan dalam benda yang diletakkannya dalam tanah ini - yakni apa-apa yang disimpannya kerana berlebih-lebihan dari keperluannya." (Muttafaq 'alaih)
Ini adalah lafaz menurut Imam Bukhari.


 
 
     

Mengingat-ingat Kematian Dan Memperpendekkan Angan-angan

                                                               
 
 

Mengingat-ingat Kematian Dan Memperpendekkan Angan-angan

Allah Ta'ala berfirman:
"Setiap jiwa itu akan merasakan kematian. Hanyasanya engkau semua itu akan dicukupkan semua pahalamu nanti pada hari kiamat. Maka barangsiapa yang dijauhkan dari neraka dan dimasukkan dalam syurga, maka orang itu benar-benar memperolehi kebahagiaan. Tidaklah kehidupan dunia ini melainkan harta benda tipuan belaka." (ali-lmran: 185)
"Seseorang itu tidak akan mengetahui apa yang akan dikerjakan pada esok harinya dan seseorang pun tidak akan mengetahui pula di bumi mana ia akan mati." (Luqman: 34)
Allah Ta'ala berfirman lagi:
"Maka apabila telah tiba waktu ajal mereka, tidaklah mereka itu dapat mengundurkannya barang sesaat dan tidak kuasa pula mendahuluinya." (an-Nahl: 61)
Allah Ta'ala berfirman pula:
"Hai sekalian orang beriman, janganlah harta bendamu dan anak-anakmu itu melalaikan engkau semua dan mengingat kepada Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian, maka mereka itulah orang-orang yang memperolehi kerugian. Dan nafkahkanlah - untuk kebaikan - sebahagian dari apa-apa yang Kami rezekikan kepadamu semua sebelum kematian mendatangi seseorang dari engkau semua, lalu ia berkata: "Ya Tuhanku mengapa aku tidak Engkau beri tangguh barang sedikit waktu, supaya aku dapat memberikan sedekah dan aku dapat dimasukkan dalam golongan orang-orang shalih. Allah sama sekali tidak akan memberikan tangguhan waktu kepada sesuatu jiwa jikalau telah tiba ajalnya dan Allah adalah Maha Periksa perihal apa saja yang engkau semua lakukan." (al-Munafiqun: 9-11)
Allah Ta'ala berfirman lagi:
"Sehingga di kala kematian telah tiba pada seseorang di antara mereka, ia pun berkata lah: "Ya Tuhanku, kembalikanlah saya hidup supaya saya dapat mengerjakan amalan yang baik yang telah saya tinggalkan. Jangan begitu. Sesungguhnya perkataan itu hanyalah sekadar yang dapat ia ucapkan. Di hadapan mereka ada barzakh, dinding yang membatasi sampai hari mereka dibangkitkan. Selanjutnya, apabila ditiuplah sangkakala, maka pada hari itu tiada lagi pertalian di antara mereka dan antara satu dengan lainnya tidak dapat tanya-menanya. Maka barangsiapa yang berat timbangan amal kebaikannya, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung dan barangsiapa yang ringan timbangan amal kebaikannya, maka mereka itulah orang-orang yang merugikan dirinya sendiri, mereka tetap berada di dalam neraka jahanam. Api neraka itu membakar muka mereka dan mereka di dalamnya bermuka masam. Bukankah ayat-ayatKu telah pernah dibacakan kepadamu semua, tetapi engkau semua mendustakannya."
Sehingga pada firman Allah Ta'ala:
"Dia berfirman: "Berapa tahunkah lamanya engkau semua menetap di bumi?" Mereka menjawab: "Kita semua menetap sehari atau setengah hari saja, maka tanyakanlah kepada orang-orang yang pandai menghitung." Allah berfirman lagi: "Engkau semua tidaklah menetap di situ melainkan dalam waktu sebentar saja, andaikata engkau semua mengetahuinya. Adakah engkau semua mengira bahawa Kami menciptakan engkau semua itu dengan main-main belaka dan bahawasanya engkau semua tidak akan dikembalikan kepada Kami." (al-Mu'minun: 99-115)
Allah Ta'ala berfirman:
"Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman supaya hati mereka tunduk untuk mengingat kepada Allah serta kebenaran yang telah turun pada mereka - agama Allah Ta'ala. janganlah mereka menjadi serupa dengan orang-orang yang telah diberi Kitab pada masa dahulu, tetapi mereka telah melalui masa yang panjang, kemudian menjadi keras - kasar - hati mereka itu. Dan sebahagian banyak dari mereka itu adalah orang-orang yang fasik - tidak dapat membezakan antara kebaikan dan keburukan." (al-Hadid: 16)
Ayat-ayat dalam bab ini amat banyaknya dan dapat dimaklumi.

572. Dari Ibnu Umar radhiallahu 'anhuma, katanya: "Rasulullah s.a.w. menepuk bahu ku lalu bersabda:
"Jadilah engkau di dunia ini seolah-olah engkau itu orang gharib - orang yang berada di suatu negeri yang bukan negerinya sendiri - atau sebagai orang yang melalui jalan."
Ibnu Umar radhiallahu 'anhuma berkata: "Jikalau engkau berpetang-petang, maka janganlah engkau menanti-nantikan waktu pagi dan jikalau engkau berpagi-pagi, janganlah engkau menanti-nantikan waktu petang - yakni untuk mengamalkan kebaikan itu hendaklah sesegera mungkin. Ambillah kesempatan sewaktu engkau berkeadaan sihat untuk mengejar kekurangan di waktu engkau sakit dan di waktu engkau masih hidup guna bekal kematianmu." (Riwayat Bukhari)

573. Dari Ibnu Umar r.a. pula bahawasanya Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Tidak ada hak seseorang Muslim yang ada sesuatu harta baginya yang hendak diwasiatkan, ia bermalam dua malam, melainkan wasiatnya itu sudah tertulis di sisinya." (Muttafaq 'alaih)
Ini adalah lafaznya Imam Bukhari.
Maksudnya seseorang yang berharta dan ingin memberikan wasiat perihal hartanya itu, hendaklah surat wasiatnya ditulis sesegera mungkin, sebab siapa tahu bahawa ajalnya akan datang pada malam hari sewaktu ia tertidur.
Dalam riwayat Imam Muslim disebutkan:
"Bermalam tiga malam."
Ibnu Umar berkata: "Tidak pernah berlalu semalam pun atas diri saya sejak saya mendengar sabda Rasulullah s.a.w. sebagaimana di atas itu, melainkan wasiatku telah ada di sisiku."

574. Dari Anas r.a., katanya: "Nabi s.a.w. menggariskan beberapa garis, lalu beliau bersabda:
"Ini adalah angan-angan manusia sedang ini adalah ajalnya. Kemudian di waktu orang itu sedang dalam keadaan sedemikian - yakni angan-angannya masih tetap panjang dan membubung tinggi, tiba-tiba datanglah garis yang terpendek - yakni garis yang memotongnya iaitu kematian." (Riwayat Bukhari)

575. Dari Ibnu Mas'ud r.a. katanya: "Nabi s.a.w. menggariskan suatu garis berbentuk persegi empat dan menggariskan lagi suatu garis di tengah-tengahnya yang keluar dari kalangan persegi empat tadi, juga menggariskan lagi beberapa garis kecil-kecil yang menuju ke arah garis di tengah-tengah itu dan keluar dari arah tepinya yang tengah, lalu beliau s.a.w. bersabda:
"Ini adalah manusia dan ini adalah ajalnya meliputi diri manusia tadi, atau memang telah meliputinya. Garis yang keluar dari kalangan ini adalah angan-angannya, sedang garis-garis kecil-kecil ini adalah barang-barang baru yang mendatanginya - yakni apa-apa yang dapat ia ambil dari keduniaan, berupa kebaikan atau keburukan. Jikalau ia terluput dari yang ini - yakni bencana yang satu, tentu ia terkena oleh yang ini - bencana yang lainnya - dan jikalau ia terluput dari yang ini - bencana yang satunya lagi, maka ia tentu akan terkena oleh yang ini - bencana yang lainnya pula." (Riwayat Bukhari)
Ini adalah gambarnya:

576. Dari Abu Hurairah r.a. bahawasanya Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Bersegeralah engkau semua dengan melakukan amalan-amalan yang baik sebelum datangnya tujuh macam perkara ini, iaitu: Apakah engkau semua menantikan - dalam meninggalkan bersegera itu - melainkan dengan datangnya kefakiran yang melalaikan, atau pun kekayaan yang menyebabkan kecurangan, atau pun sakit yang merosakkan tubuh, atau pun ketua bangkaan yang menyebabkan kurangnya akal fikiran - yakni akal menjadi tidak normal lagi, ataupun kematian yang cepat, ataupun Dajjal, maka ia adalah seburuk-buruknya makhluk ghaib yang dinantikan, ataupun datangnya hari kiamat, padahal hari kiamat itu adalah saat yang terbesar bencananya serta yang terpahit dideritanya."
Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan ia mengatakan bahawa ini adalah Hadis hasan.

577. Dari Abu Hurairah r.a. pula, katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Perbanyaklah olehmu semua akan mengingat-ingat kepada sesuatu yang melenyapkan segala macam kelazatan - iaitu kematian.
Diriwayatkan oleh Imam Tirmizi dan ia mengatakan bahawa ini adalah Hadis hasan.

578. Dari Ubay bin Ka'ab r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. itu setelah lalu sepertiga malam, beliau pun bangunlah, kemudian bersabda:
"Hai sekalian manusia, ingatlah engkau semua kepada Allah, datanglah kegoncangan besar - yakni tiupan pertama - yang diikuti oleh peristiwa dahsyat - yakni tiupan kedua dan antara kedua tiupan itu ada empat puluh tahun lamanya. Kematian itu datang dengan segala macam kesengsaraannya, kematian itu datang dengan segala macam kesukarannya - yakni ketika datangnya sakaratulmaut." Saya berkata: "Ya Rasulullah, sesungguhnya saya memperbanyakkan bacaan shalawat atas Tuan, maka seberapakah yang perlu saya jadikan untuk Tuan itu dari doaku?" Beliau s.a.w. menjawab: "Sekehendakmu sajalah." Saya bertanya: "Seperempat?" Beliau menjawab: "Sekehendakmu, tetapi kalau engkau menambahkannya, maka itu adalah lebih baik untukmu?" Saya bertanya lagi: "Separuh bagaimanakah?" Beliau menjawab: "Sekehendakmu, tetapi kalau engkau menambahkannya, maka itu adalah lebih baik lagi untukmu." Saya bertanya pula: "Kalau begitu, dua pertiganya bagaimanakah?" Beliau menjawab: "Sekehendakmu sajalah, tetapi kalau engkau menambahkannya, maka itu adalah lebih baik untukmu." Saya berkata: "Saya akan menjadikan semua doaku itu untuk Tuan." Beliau s.a.w. lalu bersabda: "Jikalau demikian engkau akan dicukupi perihatinmu - yakni urusanmu di dunia dan akhirat akan dipenuhi seluruhnya - serta diampunilah dosamu."
Diriwayatkanoleh Imam Tirmidzi dan ia mengatakan bahawa ini adalah Hadis hasan.


 
 
     

Berlumba-lumba Dalam Perkara Akhirat Dan Mengambil Banyak-banyak Dan Apa-apa Yang Menyebabkan Keberkahan

                                                              
 
 

Berlumba-lumba Dalam Perkara Akhirat Dan Mengambil Banyak-banyak Dan Apa-apa Yang Menyebabkan Keberkahan

Allah Ta'ala berfirman:
"Dan dalam hal yang sedemikian ini - yakni hal-hal kebaikan - maka hendaknya berlumba-lumbalah orang-orang yang ingin berlumba-lumba." (al-Muthaffifin: 26)

567. Dari Sahal bin Sa'ad r.a. bahawasanya Rasulullah s.a.w. diberi minuman lalu beliau meminumnya dan di sebelah kanannya ada seorang anak, sedang di sebelah kirinya ada orang-orang tua. Lalu beliau bersabda - kepada anak itu: "Adakah engkau izinkan kalau ini saya berikan kepada orang-orang tua itu?" Anak itu menjawab: "Tidak, demi Allah, ya Rasulullah, saya tidak akan mengalahkan diriku dalam memperolehi bahagianku daripada Tuan itu sehingga memberikannya kepada orang lain."
Maksudnya: Oleh sebab anak itu ingin memperolehi keberkahan dan sisa minuman Rasulullah s.a.w., maka ia tetap memintanya dan tidak suka mengalah sekalipun kepada orang-orang tua dan anak itu memang yang berhak, sebab berada di sebelah kanannya.
Selanjutnya Rasulullah s.a.w. meletakkan minuman itu di tangan anak tadi.
Tallahu dengan ta' mutsannat di atas ertinya meletakkannya. Anak yang tersebut di atas itu ialah Ibnu Abbas, radhiallahu 'anhuma.

568. Dari Abu Hurairah r.a. dari Nabi s.a.w., sabdanya: "Pada suatu ketika Nabi Ayyub 'alaihis salam mandi dengan telanjang, lalu jatuhlah padanya seekor belalang dari emas, lalu beliau mengibas-ngibaskan pada bajunya. Kemudian Tuhannya Azzawaj'alla memanggilnya: "Hai Ayyub, bukankah Aku telah membuatmu menjadi kaya - dalam jiwanya - dari apa yang engkau lihat itu?" Ayyub menjawab: "Benar, demi keagunganMu, tetapi saya sama sekali tidak dapat merasa kaya - yakni masih amat memerlukan - pada keberkahanMu." (Riwayat Bukhari)

 
 
     

Melarang Sifat Bakhil Dan Kikir

                                                                
 
 

Melarang Sifat Bakhil Dan Kikir

Allah Ta'ala berfirman:
"Adapun orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup, juga mendustakan dengan apa-apa yang baik - keterangan agama dan lain-lain, maka Kami memudahkan untuknya dalam menempuh jalan kesukaran - maksudnya ialah kejahatan, kesengsaraan dan akhirnya menuju ke neraka. Hartanya tidaklah akan berguna untuknya apabila Ia telah jatuh." (al-Lail: 8-11)
Allah Ta'ala berfirman pula:
"Dan barangsiapa yang terpelihara dari kekikiran jiwanya, maka mereka itulah orang-orang yang berbahagia." (at-Taghabun: 16)
Adapun Hadis-hadisnya, maka sebahagian besar daripadanya telah dihuraikan dalam bab di muka sebelum ini.

561. Dari Jabir r.a. bahawasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: "Takutlah engkau semua - yakni jauhkanlah dirimu semua - dari perbuatan penganiayaan, sebab sesungguhnya menganiaya itu akan merupakan berbagai kegelapan pada hari kiamat. Takutlah engkau semua dari perbuatan kikir, sebab sesungguhnya kikir itu telah membinasakan orang-orang - yakni ummat- yang sebelummu. Kikir itulah yang menyebabkan mereka suka mengalirkan darah-darah sesama mereka dan menghalalkan apa-apa yang diharamkan pada mereka." (Riwayat Muslim)

 
 
     

Anjuran Untuk Makan Dari Hasil Usaha Tangan Sendiri Dan Menahan Diri Dari Meminta Serta Menuntut Agar Diberi

                                                                                                                                                                                              
 
 

Anjuran   Untuk  Makan  Dari  Hasil  Usaha   Tangan Sendiri Dan Menahan Diri Dari Meminta Serta Menuntut Agar Diberi

Allah Ta'ala berfirman:
"Jikalau shalat telah diselesaikan, maka menyebarlah di bumi dan carilah rezeki dari keutamaan Allah," hingga habisnya ayat. (al-Jumu'ah: 10)

537. Dari Abu Abdillah iaitu az-Zubair bin al-Awwam r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Nescayalah jikalau seseorang dari engkau semua itu mengambil tali-talinya - untuk mengikat - lalu ia datang di gunung, kemudian ia datang kembali - di negerinya - dengan membawa sebongkokan kayu bakar di atas punggungnya, lalu menjualnya,kemudian dengan cara sedemikian itu Allah menahan wajahnya - yakni dicukupi keperluannya, maka hal yang semacam itu adalah lebih baik baginya daripada meminta-minta sesuatu pada orang-orang, baik mereka itu suka memberinya atau menolaknya." (Riwayat Bukhari)

538. Dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Nescayalah jikalau seseorang dari engkau semua itu mencari sebongkokan kayu bakar dan diletakkan di atas punggungnya, itu adalah lebih baik daripada meminta-minta kepada seseorang, kemudian orang yang dimintai itu memberinya atau menolak permintaannya." (Muttafaq 'alaih)

539. Dari Abu Hurairah r.a. pula dari Nabi s.a.w., sabdanya: "Adalah Nabi Dawud 'alaihis-salam itu tidak suka makan sesuatu, kecuali dari hasil usaha tangannya sendiri - yakni kerjanya." (Riwayat Bukhari)

540.  Dari Abu Hurairah r.a. pula, bahawasanya Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Nabi Zakariya 'alaihis-salam itu adalah seorang tukang kayu." (Riwayat Muslim)

541. Dari al-Miqdad bin Ma'dikariba r.a. dari Nabi s.a.w., sabdanya:
"Tidaklah seseorang itu makan sesuatu makanan, sekalipun sedikit, yang lebih baik daripada apa yang dimakannya dari hasil usaha tangannya dan sesungguhnya Nabiullah Dawud 'alaihis-salam itu juga makan dari hasil usaha tangannya." (Riwayat Bukhari)
 
 
     

Qana'ah

                                                           
 
 

Qana'ah — Puas Dengan Apa Adanya Dan Tetap Berusaha, 'Afaf — Enggan Meminta-minta, Berlaku Sederhana Dalam Kehidupan Dan Berbelanja Serta Mencela Meminta Tanpa Dharurat

Allah Ta'ala berfirman:
"Tiada sesuatupun binatang yang bergerak di bumi itu, kecuali atas tanggungan Allah jualah keadaan rezekinya." (Hud: 6)
Allah Ta'ala juga berfirman:
"Berikanlah sedekah itu kepada kaum fakir yang terkepung dalam menjalankan jihad fi-sabilillah, mereka tidak dapat berjalan keliling negeri. Orang-orang yang tidak mengetahui akan mengira bahawa mereka itu adalah orang-orang yang kaya kerana bersikap ta'affuf - enggan meminta-minta. Engkau dapat mengenal mereka itu dengan tanda-tandanya yakni bahawa mereka itu tidak mahu meminta kepada para manusia secara berulang kali - yakni menyangat-nyangatkan permintaannya." (al-Baqarah: 273)
Juga Allah Ta'ala berfirman:
"Dan mereka - hamba-hamba Allah yang berbakti - itu apabila menafkahkan hartanya, maka mereka itu tidak melampaui batas - terlalu boros - dan tidak pula bersikap kikir, tetapi pertengahan antara keduanya itu." (al-Furqan: 67)
Allah Ta'ala berfirman pula:
"Tidaklah Kami menciptakan jin dan manusia itu melainkan supaya menyembah padaKu. Aku tidak hendak meminta rezeki kepada mereka dan Aku tidak hendak meminta supaya mereka memberi makanan kepadaKu." (adz-Dzariyat: 56-57)
Adapun Hadis-hadisnya, maka sebahagian besar telah dihuraikan dalam kedua bab yang ada di depan. Di antaranya yang belum terdapat di depan ialah:

520. Dari Abu Hurairah r.a. dari Nabi s.a.w. sabdanya: "Bukannya yang dinamakan kaya itu kerana banyaknya harta, tetapi yang dinamakan kaya - yang sebenarnya - ialah kayanya jiwa." (Muttafaq 'alaih)

521. Dari Abdullah bin 'Amr radhiallahu 'anhuma bahawasanya Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Sungguh berbahagialah orang yang masuk Agama Islam dan diberi rezeki cukup serta dikurniai sifat qana'ah oleh Allah dengan apa-apa yang direzekikan kepadanya itu." (Riwayat Imam Muslim)

522. Dari Hakim bin Hizam r.a.,katanya: "Saya meminta kepada Rasulullah s.a.w., lalu beliau memberikan sesuatu padaku, lalu saya meminta lagi pada beliau, kemudian beliau pun memberikan pula sesuatu padaku, selanjutnya beliau bersabda:
"Hai Hakim, sesungguhnya harta ini adalah sebagai benda yang kehijau-hijauan - yakni enak dirasakan dan nyaman dipandang juga manis. Maka barangsiapa yang mengambilnya itu dengan jiwa kedermawanan - dari orang yang memberikannya serta memintanya itu dengan tidak memaksa, tentulah harta itu memperolehi berkah Tuhan, tetapi barangsiapa yang mengambilnya itu dengan jiwa kelobaan - atau ketamakan, maka tidak memperolehi berkah Tuhan dalam harta tadi. Ia adalah sebagai seseorang yang makan, namun tidak kenyang-kenyang. Tangan yang bahagian atas - yang memberi - adalah lebih mulia daripada yang bahagian bawah - yang diberi."
Hakim lalu berkata: "Ya Rasulullah, demi Zat yang mengutus Tuan dengan membawa kebenaran, saya tidak akan suka lagi menerima sesuatu dari seseorang pun sepeninggalan Tuan nanti, sehingga saya akan berpisah dengan dunia - yakni sampai mati."
Abu Bakar r.a. pernah mengundang Hakim kerana hendak memberikan sesuatu padanya, tetapi Hakim menolak untuk menerima sesuatu pun dari pemberian itu. Seterusnya Umar r.a. pernah pula memanggilnya untuk memberikan sesuatu pada Hakim itu, tetapi ia juga enggan menerima pemberian tadi. Abu Bakar dan Umar radhiallahu 'anhuma itu memanggil di kala keduanya menjabat sebagai khalifah secara bergantian. Umar lalu berkata: "Hai sekalian kaum Muslimin, saya mempersaksikan kepadamu semua atas diri Hakim ini, bahawasanya saya menawarkan padanya akan haknya yang saya wajib membahagikan untuknya dari harta rampasan, tetapi ia enggan mengambil haknya itu.
Hakim memang tidak pernah menerima sesuatu pemberian dari seseorang pun setelah wafatnya Nabi s.a.w., sehingga ia meninggal dunia. (Muttafaq 'alaih)

523. Dari Abu Burdah dari Abu Musa al-Asy'ari r.a., katanya: "Kita semua keluar bersama Rasulullah s.a.w. dalam melakukan sesuatu peperangan. Kita semua ada enam orang banyaknya - yakni yang menyertai Nabi s.a.w. itu, di antara kita ada seekor unta yang kita gunakan untuk ganti-berganti menaikinya. Maka berlubang-lubanglah kaki-kaki kita, juga kakiku pun berlubang-lubang pula dan jatuhlah kuku-kukuku. Oleh sebab itu kita lalu membalutkan beberapa helai kain pada kaki-kaki kita itu dan dengan demikian peperangan itu dinamakan perang Dzatu riqa' - mempunyai beberapa balutan kain, kerana kita membalutkan beberapa helai kain pada kaki-kaki kita tadi."
Abu Burdah berkata: "Abu Musa menceriterakan Hadis ini, kemudian ia merasa tidak senang dalam menghuraikannya itu dan ia mengatakan: "Apa yang dapat saya lakukan dengan menyebut-nyebutkannya itu?" Abu Burdah melanjutkan katanya: "Seolah-olah Abu Musa itu tidak senang kalau menyebutkan sesuatu amalannya, lalu disiar-siarkannya." (Muttafaq 'alaih)
Maksudnya: Oleh sebab adanya bala' sampai kaki-kaki menjadi rosak dan kuku-kuku lepas itu adalah semata-mata urusan antara manusia dengan Tuhan, maka menurut anggapan Abu Musa r.a. tidak perlu diterang-terangkan, supaya tidak dianggap sebagai mempamirkan jasa atau amalan."

524. Dari 'Amr bin Taghlib - dengan fathahnya ta' mutsannat di atas dan sukunnya ghain mu'jamah dan kasrahnya fam - r.a., bahawasanya Rasulullah s.a.w. didatangi - memperolehi - harta atau rampasan, lalu beliau s.a.w. membahagikan itu. Ada beberapa orang yang beliau beri dan ada pula beberapa orang yang beliau tinggalkan - yakni tidak diberi bahagian. Kemudian sampailah suatu berita kepada beliau bahawa orang-orang yang tidak diberi itu sama mencela cara beliau membahagikan tadi. Beliau s.a.w. lalu bertahmid kepada Allah lalu memujiNya, kemudian bersabda:
"Amma ba'du." Sesungguhnya saya niscayalah memberikan bahagian kepada golongan - beberapa orang, kerana saya mengetahui keluh kesah dalam hati mereka itu serta sesambatan mereka yang amat sangat, sedang segolongan lain saya serahkan kepada Allah, kerana Allah telah memberikan kekayaan bathin dan kebaikan dalam hati mereka ini, di antara mereka ini adalah 'Amr bin Taghlib."
'Amr bin Taghlib berkata: "Demi Allah, saya - amat gembira mendengar pujian beliau s.a.w. itu pada saya, sehingga kerana gembiranya, maka saya - tidak suka andai kata kalimat Rasulullah s.a.w. yang ditujukan kepada saya itu ditukar dengan ternak-ternak merah - sebagai kiasan sebaik-baik harta bagi bangsa Arab." (Riwayat Bukhari)

525. Dari Hakim bin Hizam r.a. bahawasanya Nabi s.a.w. bersabda:
"Tangan yang bahagian atas - yang memberi - adalah lebih mulia daripada tangan yang bahagian bawah -yang diberi. Dan dahulukanlah dalam pemberian itu kepada orang-orang yang menjadi tanggunganmu - yakni yang wajib dinafkahi. Sebaik-baik sedekah ialah yang diberikan di luar keperluan - yakni keadaan diri sendiri dan keluarga sudah dicukupi. Barangsiapa yang enggan meminta, maka Allah akan memberikan kecukupan padanya dan barangsiapa tidak memerlukan pemberian manusia, maka Allah akan memberikan kekayaan padanya." (Muttafaq 'alaih)
Ini adalah lafaznya Imam Bukhari, sedang lafaznya Imam Muslim adalah lebih ringkas lagi.

526. Dari Abu Abdir Rahman, iaitu Mu'awiyah bin Abu Sufyan iaitu Shakhr bin Harb radhiallahu 'anhuma, katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Janganlah engkau semua mempersangatkan dalam meminta sesuatu sebab demi Allah, tidaklah seseorang dari engkau semua itu meminta sesuatu, kemudian kerana permintaannya itu lalu dapat mengeluarkan sesuatu pemberian daripadaku untuknya, sedangkan saya tidak senang dengan cara memintanya, selanjutnya lalu diberkahi untuk orang tadi dalam apa-apa yang saya berikan." (Riwayat Muslim)
Maksudnya bahawa rezeki yang berasal dari meminta, apabila rezeki itu menjadi bertambah banyak dan kekal kerana dibuat berusaha umpamanya, maka yang diminta dengan baik yakni tidak seolah-olah memaksa adalah lebih baik dan lebih banyak berkahnya dari yang diminta dengan nada yang seolah-olah  memaksa.

527.  Dari Abu Abdir Rahman, iaitu 'Auf bin Malik al-Asyja'i r.a., katanya: "Kita semua ada di sisi Rasulullah s.a.w. dan kita ada sembilan, lapan atau tujuh orang, kemudian beliau s.a.w. bersabda: "Tidakkah engkau semua berbai'at kepada Rasulullah?" Padahal kita semua baru beberapa hari saja melakukan pembai'atan pula pada beliau itu, oleh sebab itu kita berkata: "Kita semua telah membai'at Tuan, ya Rasulullah." Kemudian beliau s.a.w. bersabda lagi: "Tidakkah engkau semua berbai'at kepada Rasulullah?" Kita lalu membeberkan tangan-tangan kita dan kita berkata: "Kita semua dulu sudah berbai'at kepada Tuan, ya Rasulullah dan sekarang kita berbai'at lagi dalam hal apakah?" Beliau s.a.w. lalu bersabda: "Hendaklah engkau semua menyembah kepada Allah yang Maha Esa dan jangan menyekutukan sesuatu denganNya, tetapi tetaplah mengerjakan shalat lima waktu dan sampai engkau semua mendengarkan serta melakukan ketaatan," lalu beliau memperlahankan suaranya dan bersabda dengan berbisik: "Dan jangan meminta sesuatu apa pun dari orang-orang."
Maka sungguh saya pernah melihat ada orang yang termasuk golongan orang-orang di atas itu, ketika cemetinya jatuh, ia tidak meminta seseorang supaya diambilkan cemetinya tadi." (Riwayat Muslim)

528. Dari Ibnu Umar radhiallahu 'anhuma bahawasanya Nabi s.a.w. bersabda:
"Tidak henti-hentinya permintaan itu menghinggapi seseorang di antara engkau semua - yakni orang yang senantiasa mempunyai tabiat suka meminta-minta itu tidak akan berhenti, sehingga ia menemui Allah Ta'ala - iaitu pada hari kiamat nanti - sedang di wajahnya itu tidak terdapat sepotong daging pun - jadi dalam keadaan sangat hina-dina." (Muttafaq 'alaih)

529. Dari Ibnu Umar r.a. pula bahawasanya Rasulullah s.a.w. bersabda, sedang di kala itu beliau berada di atas mimbar dan menyebut-nyebutkan perihal sedekah dan menahan diri dari meminta:
"Tangan yang bahagian atas adalah lebih baik daripada tangan yang bahagian bawah. Tangan yang bahagian atas itu adalah yang menafkahkan - yakni yang memberikan sedekah, sedang tangan yang bahagian bawah adalah yang meminta." (Muttafaq 'alaih)

530. Dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Barangsiapa yang meminta-minta kepada orang-orang dengan maksud supaya menjadi banyak apa yang dimilikinya - jadi sudah cukup tetapi terus saja meminta-minta, maka sebenarnyalah orang itu meminta bara api. Maka dari itu baiklah ia memilih hendak mempersedikitkan atau memperbanyakkan - siksanya." (Riwayat Muslim)
Keterangan:
Hadis di atas dapat diertikan bahawa orang sebagaimana yang tersebut itu yakni yang meminta-minta lebih dari keperluannya atau untuk mencari yang sebanyak-banyaknya akan disiksa dalam neraka dan oleh Rasulullah s.a.w. dikiaskan sebagai orang-orang yang meminta bara api. Tetapi dapat pula diertikan dengan makna yang sebenarnya menurut lahiriyah sabda beliau s.a.w., iaitu bahawa bara api akan dimasukkan dalam seterika dan kepada orang sebagaimana di atas itu akan diseterikakan pada punggung dan lambungnya, seperti juga keadaan orang yang sudah berkewajiban zakat, namun enggan mengeluarkan atau menunaikan kewajiban zakatnya.
Demikianlah yang dihuraikan oleh al-Qadhi 'lyadh dalam menafsiri Hadis di atas.

531. Dari Samurah bin Jundub r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Sesungguhnya permintaan adalah suatu cakaran yang seseorang itu mencakarkan sendiri ke arah mukanya, kecuali jikalau seseorang itu meminta kepada sultan - penguasa negara* - atau ia meminta untuk sesuatu keperluan yang tidak boleh tidak ia harus melakukannya."
Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan ia mengatakan bahawa ini adalah Hadis hasan shahih.

532. Dari Ibnu Mas'ud r.a., katanya: Rasulullah s.a.w. bersabda: "Barangsiapa yang dihinggapi oleh kemelaratan, lalu diturunkannya kepada manusia - yakni meminta tolong kepada sesama manusia agar dihilangkan kemelaratannya itu, maka tentu tidak akan tertutuplah kemelaratannya tadi. Tetapi barangsiapa menurunkannya kepada Allah - yakni mohon kepadaNya agar dihilangkan kemelaratannya, maka bersegeralah Allah akan memberinya rezeki yang kontan - cepat diberikannya - atau rezeki yang dilambatkan memberikannya."
Diriwayatkan oleh Imam-imam Abu Dawud serta Tirmidzi dan Tirmidzi mengatakan bahawa ini adalah Hadis hasan.
 Meminta kepada Sultan itu pun tidak boleh sembarang minta, tetapi yang ada sangkut pautnya dengan soal-soal keagamaan, misalnya meminta zakat yang diwajibkan oleh Allah kepadanya atau seperlima bahagian dari hasil rampasan peperangan atau memang kerana untuk kepentingan ummat dan masyarakat.

533. Dari Tsauban r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Siapakah yang memberikan jaminan kepada saya bahawa ia tidak akan meminta apapun dari para manusia dan saya memberikan jaminan padanya untuk memperolehi syurga?" Saya berkata: "Saya."
Maka Tsauban sejak saat itu tidak pernah meminta sesuatu apa pun kepada siapa saja.
Diriwayatkan oleh Imam Dawud dengan isnad shahih.

534. Dari Abu Bisyr iaitu Qabishah bin al-Mukhariq r.a., katanya: "Saya mempunyai beban sesuatu tanggungan harta - hamalah, lalu saya datang kepada Rasulullah s.a.w. untuk meminta sesuatu padanya guna melunasi tanggungan itu. Beliau s.a.w. bersabda: "Berdiamlah di sini dulu sampai ada harta sedekah - zakat - yang datang pada kita, maka dengan harta itu kita akan menyuruh guna diberikan padamu," selanjutnya beliau s.a.w. bersabda:
"Hai Qabishah, sesungguhnya permintaan itu tidak boleh dilakukan kecuali untuk salah satu dari tiga macam orang ini, iaitu: Seseorang yang mempunyai beban sesuatu tanggungan harta -hamalah, maka bolehlah ia meminta sehingga memperolehi sejumlah harta yang diperlukan tadi, kemudian menahan diri - jangan meminta-minta lagi. Juga seseorang yang mendapatkan sesuatu bencana, sehingga menyebabkan kemusnahan hartanya - lalu menjadi miskin, maka bolehlah ia meminta, sehingga dapatlah ia memperolehi sesuatu untuk menutupi keperluan hidupnya," atau sabda beliau: "Sesuatu untuk mencukupi keperluan hidupnya. Demikian pula seseorang yang dihinggapi oleh kemelaratan, sehingga ada tiga orang dari golongan orang-orang yang berakal di kalangan kaumnya mengatakan: "Benar-benar si Fulan itu telah dihinggapi oleh kemelaratan," maka orang semacam itu bolehlah meminta sehingga dapatlah ia memperolehi sesuatu untuk menutupi keperluan hidupnya," atau sabda beliau: "Sesuatu untuk mencukupi keperluan hidupnya." Adapun selain tiga macam orang tersebut di atas, maka permintaannya itu, hai Qabishah adalah merupakan suatu perbuatan dosa yang dimakan oleh orang yang memintanya tadi dengan memperolehi dosa." (Riwayat Muslim)
Alhamalah dengan fathahnya ha' ialah apabila terjadi sesuatu pertempuran ataupun pertengkaran Iain-Iain antara dua golongan, kemudian ada orang yang bermaksud hendak mendamaikan antara mereka itu dengan cara memberikan harta yang menjadi tanggungannya dan mewajibkan pengeluarannya itu atas dirinya sendiri. Tanggungan harta semacam inilah yang dinamakan hamalah. Aljaihah ialah sesuatu bencana yang mengenai harta seseorang -sehingga ia menjadi miskin. Alqiwam dengan kasrahnya qaf atau dengan fathahnya ialah sesuatu yang dengannya itulah urusan seseorang dapat berdiri dengan baik, ini adalah berupa harta atau pun lain-lainnya. Assidad dengan kasrahnya sin ialah sesuatu yang dapat menutupi keperluan orang yang mempunyai keperluan dan dapat pula mencukupinya. Alfaqah ialah kekafiran. Alhija ialah akal.

535. Dari Abu Hurairah r.a. bahawasanya Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Bukannya orang miskin itu orang yang berkeliling mendatangi orang banyak - keluar masuk dari rumah ke rumah - lalu ditolak ketika meminta sebiji atau dua biji kurma atau ketika meminta sesuap atau dua suap makanan, tetapi orang miskin yang sebenarnya ialah orang yang tidak mempunyai kekayaan untuk mencukupi keperluannya, tidak pula diketahui kemiskinannya, sebab andaikata diketahui tentu ia akan diberi sedekah bahkan tidak pula ia suka berdiri lalu meminta-minta sesuatu kepada orang-orang." (Muttafaq 'alaih)