Sunnahnya Mendatangi Shalat, llmu Pengetahuan Dan Lain-lainnya Dari Berbagai Ibadat Dengan Sikap Pelan-pelan Dan Tenang

                                                               
 
 

 

Sunnahnya Mendatangi Shalat, llmu Pengetahuan Dan Lain-lainnya Dari Berbagai Ibadat Dengan Sikap Pelan-pelan Dan Tenang

Allah Ta'ala berfirman;
"Dan barangsiapa yang mengagungkan peraturan-peraturan suci dari Allah, maka itulah setengah dari ketaqwaan hati." (al-Haj: 32)

702.  Dari   Abu   Hurairah   r.a.,   katanya:   "Saya   mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Apabila shalat telah diiqamati - yakni telah dibacakan iqamat, maka janganlah engkau semua mendatanginya sambil berlari-lari. Tetapi datangilah itu sambil berjalan dan hendaklah engkau semua selalu bersikap pelan-pelan - tidak tergesa-gesa kerana takut ketinggalan. Maka dari itu mana saja rakaat yang engkau semua dapati, ikutlah bersembahyang berjamaah sedang yang terlambat, maka sempurnakanlah - setelah imam bersalam." (Muttafaq 'alaih)
Imam Muslim dalam suatu riwayatnya menambahkan: "Nabi s.a.w. bersabda: "Sesungguhnya seseorang dari engkau semua itu apabila bersengaja untuk melakukan shalat, maka ia sudah dianggap dalam bersembahyang - yakni sudah memperolehi pahala sembahyang itu."

703. Dari Ibnu Abbas radhiallahu 'anhuma bahawasanya ia bersama Nabi s.a.w. tiba pada hari Arafah, lalu Nabi s.a.w. mendengar suara gertakan keras, pukulan serta suara unta, kemudian beliau s.a.w. memberikan isyarat kepada mereka itu dengan cemetinya dan bersabda:
"Hai sekalian manusia, hendaklah engkau semua itu tetap bersikap pelan-pelan, kerana sesungguhnya kebajikan itu bukannya dengan bercepat-cepat."
Diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan sebagainya.


Nota kaki:

 
Muka depan
 
 
     

Menasihati Dan Berlaku Sederhana Dalam Memberikan Nasihat

                                                                                                 

     
 


Menasihati Dan Berlaku Sederhana Dalam Memberikan Nasihat

Allah Ta'ala berfirman:
"Ajaklah kepada jalan Tuhanmu dengan menggunakan kebijaksanaan dan nasihat yang baik." (an-Nahl: 125)

697. Dari Abu Wail iaitu Syaqiq bin Salamah, katanya: "Ibnu Mas'ud r.a. itu memberikan peringatan - nasihat yang berisikan keagamaan - kepada kita sekali setiap hari Khamis. Kemudian ada seorang yang berkata padanya: "Hai Abu Abdir Rahman, nescayalah saya akan lebih senang lagi, jikalau engkau memberikan peringatan kepada kita itu setiap hari." Ibnu Mas'ud menjawab: "Sebenarnya saja yang  mencegah saya  berbuat demikian  itu  - yakni tidak memberikan peringatan setiap hari - ialah kerana saya tidak senang kalau saya akan menyebabkan bosannya engkau semua. Sesungguhnya saya menjaga waktu - yakni tidak setiap hari - memberikan nasihat kepadamu semua ini sebagaimana keadaannya Rasulullah s.a.w. yang juga menjaga waktu memberikan nasihat kepada kita dahulu, kerana takut timbulnya kebosanan pada kita." (Muttafaq 'alaih)

698. Dari Abulyaqdzhan iaitu Ammar bin Yasir radhiallahu 'anhuma, katanya: "Saya mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Sesungguhnya panjangnya seseorang dalam bersembahyang dan pendeknya dalam berkhutbah adalah suatu tanda kepandaian orang itu dalam urusan keagamaan. Oleh sebab itu, maka panjangkanlah shalat dan pendekkanlah berkhutbah." (Riwayat   Muslim)

699. Dari Mu'awiyah bin al-Hakam as-Sulami r.a., katanya: "Pada suatu ketika saya bersembahyang bersama Rasulullah s.a.w., tiba-tiba ada seorang dari kaum yang berjamaah itu bersin, lalu saya mengucapkan: "Yarhamukallah." Kaum - yakni orang-orang itu -sama melemparkan pandangan mereka padaku, lalu saya mengucapkan: "Aduh bencana ibuku, mengapa engkau semua melihat padaku?" Orang-orang itu selalu memukulkan tangan-tangan mereka pada paha-paha mereka. Setelah saya mengerti bahawa mereka itu menyuruh saya supaya berdiam lalu saya pun berdiamlah.
Selanjutnya setelah Rasulullah s.a.w. selesai mengerjakan shalat, maka aduhai ayah dan ibuku, belum pernah saya melihat seorang guru pun sebelum saat itu dan bahkan sesudah itu sekalipun yang lebih bagus cara mengajarnya daripada beliau s.a.w. tersebut. Demi Allah, beliau tidak membentak-bentak padaku, tidak pula memukulku dan tidak pula mencaci maki padaku. Beliau s.a.w. bersabda: "Sesungguhnya shalat ini tidak patut di waktu mengerjakannya itu mengucapkan sesuatu dari ucapan manusia. Hanyasanya shalat itu adalah ucapan tasbih (Subhanallah), ucapan takbir (Allahu Akbar) serta bacaan al-Quran" atau seperti itu apa yang disabdakan oleh Rasulullah s.a.w. Saya lalu berkata: "Ya Rasulullah, saya ini baru saja keluar dari masa jahiliyah, dan Allah sungguh-sungguh telah mendatangkan Agama Islam ini. Sesungguhnya di antara kita semua ini ada beberapa orang yang suka mendatangi ahli ramal -pedukunan." Beliau s.a.w. bersabda: "Jangan engkau mendatangi mereka." Saya berkata lagi: "Di antara kita ada pula orang-orang yang merasa akan mendapat nasib buruk." Beiiau s.a.w. bersabda: "Hal itu adalah sesuatu yang mereka dapatkan dalam hati mereka sendiri, maka tentulah tidak dapat menghalang-halangi mereka," yakni hal itu tidak akan memberikan bekas apapun kepada mereka, baik kemanfaatan atau kemudharatan. (Riwayat Muslim)

700. Dari al-'Irbadh bin Sariyah r.a., katanya: "Kita semua diberi nasihat oleh Rasulullah s.a.w. berupa suatu nasihat yang kerana mendengarnya itu semua hati menjadi takut dan semua mata dapat mengalirkan air mata." Lalu ia menyebutkan Hadis itu dan sudah lampau keterangan selengkapnya dalam bab "Perintah memelihara sunnah,"dan sudah kami sebutkan pula bahawasanya Imam Tirmidzi mengatakan bahawa ini adalah Hadis hasan shahih - lihat Hadis no.


Nota kaki:

 
Muka depan
 
 
     

Sunnahnya Menerangkan Dan Menjelaskan Pembicaraan Kepada Orang Yang Diajak Bicara

                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                       
 
 


Sunnahnya Menerangkan Dan Menjelaskan Pembicaraan Kepada Orang Yang Diajak Bicara Dan Mengulang-ulanginya Agar Dapat Dimengerti. jikalau Orang Itu Tidak Dapat Mengerti Kecuali Dengan Cara Mengulang-ulangi Itu

694. Dari Anas r.a. bahawasanya Nabi s.a.w. apabila berbicara dengan sesuatu pembicaraan, maka beliau s.a.w. mengulanginya tiga kali sehingga dapat dimengerti apa yang dibicarakannya itu. Dan jikalau beliau s.a.w. itu datang pada sesuatu kaum, lalu memberikan salam kepada mereka, maka salam itu diucapkan sebanyak tiga kali." (Riwayat Bukhari)

695. Dari Aisyah radhiallahu 'anha, katanya: "Percakapannya Rasulullah s.a.w. itu adalah merupakan percakapan yang terpisah-pisah - yakni jelas sekali antara kata yang satu dengan kata yang lainnya - dan dapat dimengerti oleh setiap orang yang mendengarnya." (Riwayat Abu Daud)


Nota kaki:

 
Muka depan
 
 
     

Memelihara Apa-apa Yang Sudah Dibiasakan Dari Hal Kebaikan

 
                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                   
 
 


Memelihara Apa-apa Yang Sudah Dibiasakan Dari Hal Kebaikan

Allah Ta'ala berfirman:
"Sesungguhnya Allah itu tidak mengubah sesuatu yang ada dalam sesuatu kaum, sehingga kaum itu mengubah sendiri apa-apa yang ada di dalam diri mereka." (ar-Ra'ad: 11)
Allah Ta'ala berfirman lagi:
"Janganlah engkau semua menjadi seperti wanita yang mengurai tenunannya setelah kuatnya tenunan tadi, hingga menjadi tenunan yang tercerai-berai."
Al-Ankats ialah jamaknya niktsun iaitu tenunan yang diurai dan tercerai-berai.
Allah Ta'ala juga berfirman:
"Janganlah mereka itu menjadi seperti orang-orang yang diberi al-Kitab - yakni kaum Yahudi dan Nasrani - dari sebelum ini, kemudian panjang sekali masa yang berlalu atas mereka, lalu menjadi keraslah hati mereka itu." (al-Hadid: 16)
Allah Ta'ala berfirman pula:
"Kemudian mereka itu tidak suka memelihara - ketentuan-ketentuan Allah itu - dengan pemeliharaan yang sungguh-sungguh-nya." (al-Hadid: 27)

690. Dari Abdullah bin 'Amr bin al-'Ash radhiallahu 'anhuma, katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda kepada saya:
"Hai Abdullah, janganlah engkau menjadi seperti si Fulan itu. Dahulu ia suka berdiri bersembahyang diwaktu malam, tetapi kini ia meninggalkan bersembahyang di waktu malam itu." (Muttafaq 'alaih)


Nota kaki:

 
Muka depan
 
 
     

Menjaga Rahasia

                                                                      
 
 


Menjaga Rahasia

Allah Ta'ala berfirman:
Dan penuhilah janji,  kerana  sesungguhnya janji itu akan ditanyakan."  (al-lsra': 34)

683. Dari Abu Said al-Khudri r.a,, katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Sesungguhnya seburuk-buruknya manusia di sisi Allah dalam hal kedudukannya pada hari kiamat ialah seseorang lelaki yang menyetubuhi isterinya dan isterinya itu pun menyetubuhinya, kemudian menyiar-nyiarkan rahsia isterinya itu," misalnya mengatakan pada orang lain perihal cara bersetubuhnya atau apa-apa yang dilakukan sebelum itu dan lain-lain. Hal ini termasuk dosa besar. (Riwayat Muslim)

684. Dari Abdullah bin Umar radhiallahu 'anhuma bahawasanya Umar r.a. pada suatu ketika puterinya itu menjadi janda yakni Hafshah.

Umar berkata: "Saya bertemu Usman bin Affan, kemudian saya menawarkan padanya akan Hafshah, lalu saya berkata: "Jikalau anda suka, akan saya kahwinkan anda dengan Hafshah binti Umar." Usman menjawab: "Akan saya fikirkan dulu persoalanku ini," - yakni suka mengahwini atau tidaknya. Saya berdiam diri beberapa malam -maksudnya menantikan sampai beberapa hari, kemudian ia menemui saya lalu berkata: "Kini telah jelas dalam pendirian saya bahawa saya tidak akan kawin pada hariku ini." Selanjutnya saya bertemu dengan Abu Bakar as-Shiddiq r.a. lalu saya berkata: "Jikalau anda suka, saya akan mengahwinkan anda dengan Hafshah binti Umar. Abu Bakar r.a. diam saja dan seterusnya ia tidak kembali padaku sama sekali - yakni tidak memberikan jawapan apa-apa perihal ya atau tidaknya. Oleh sebab tidak menerima jawaban itu, maka saya  lebih sangat marahnya  kepada Abu  Bakar daripada terhadap Usman. Selanjutnya saya berdiam diri beberapa malam, kemudian dipinang oleh Nabi s.a.w. lalu saya mengahwinkan Hafshah itu kepada beliau s.a.w.
Setelah itu Abu Bakar menemui saya, kemudian iapun berkatalah: "Barangkali anda marah kepada saya ketika anda menawarkan Hafshah pada saya itu, tetapi saya tidak memberikan jawaban apa pun pada anda?" Saya berkata: "Ya." Abu Bakar lalu berkata lagi: "Sebenarnya saja tidak ada yang menghalang-halangi saya untuk kembali - memberikan jawaban - kepada anda itu perihal apa yang anda tawarkan pada saya, hanya saja kerana saya telah mengerti bahawa Nabi s.a.w. pernah menyebut-nyebutkan Hafshah tadi -maksudnya beliau s.a.w. ada keinginan akan mengahwininya. Maka oleh sebab itu saya tidak akan menyiar-nyiarkan rahsia Rasulullah s.a.w. itu. Andaikata beliau s.a.w. meninggalkannya - yakni tidak ada keinginan mengahwininya, nescayalah saya menerimanya -yakni suka mengahwininya. (Riwayat Bukhari)
Taayyamat iaitu menjadi tidak bersuami lagi - yakni janda, kerana suaminya r.a. telah wafat. Wajad-ta ertinya marah.

685. Dari Aisyah radhiallahu 'anha, katanya: "Kita semua para isteri Nabi s.a.w. sedang berada di sisi beliau s.a.w. itu. Kemudian menghadaplah puterinya yakni Fathimah radhiallahu 'anha dengan berjalan dan jalannya itu tidak ada salahnya sama sekali - yakni sama persis - dari jalannya Rasulullah s.a.w. Ketika beliau s.a.w. melihatnya, beliau pun menyambutnya dengan baik dan bersabda: "Marhaban hai puteriku." Fathimah disuruhnya duduk di sebelah kanannya atau - menurut riwayat lain - di sebelah kirinya. Seterusnya Nabi s.a.w. membisikinya, lalu Fathimah menangis dengan tangisnya yang keras sekali. Setelah beliau s.a.w. melihat kegelisahan puterinya lalu dibisikinya sekali lagi, ialu Fathimah tertawa."

Saya - Aisyah - berkata kepada Fathimah: "Engkau telah diistimewakan oleh Rasulullah s.a.w. di antara sekalian isteri-isterinya dengan dibisiki, kemudian engkau menangis." Sesudah Rasulullah s.a.w. berdiri dari tempatnya, lalu saya - Aisyah - bertanya kepada Fathimah: "Apakah yang disabdakan oleh Rasulullah s.a.w. padamu itu?" Fathimah menjawab: "Saya tidak akan menyiar-nyiarkan apa yang dirahsiakan oleh Rasulullah s.a.w."

Sesudah Rasulullah s.a.w. wafat, saya berkata kepada Fathimah: "Saya bersengaja hendak bertanya kepadamu dengan cara yang sebenarnya, supaya engkau memberitahukan kepadaku apa yang disabdakan oleh Rasulullah s.a.w. Fathimah menjawab: "Kalau sekarang, baiklah saya memberitahukan itu. Adapun yang dibisikkan oleh beliau s.a.w. pada pertama kalinya, iaitu beliau s.a.w. memberitahukan kepada saya bahawasanya Jibril dahulunya memberikan kepadanya wahyu dari al-Quran itu dalam setahun sekali, sedang sekarang dalam setahun diberikan dua kali. Beliau s.a.w. bersabda: "Sesungguhnya saya tidak mengetahui tentang datangnya ajalku itu, melainkan tentu sudah dekat. Maka dari itu bertaqwalah engkau dan bersabarlah, sesungguhnya saja sebaik-baiknya orang yang mendahului ialah saya mendahuluimu." Kerana itu lalu saya menangis sebagaimana tangisku yang anda lihat dulu itu. Selanjutnya setelah beliau s.a.w. melihat betapa kegelisahan hatiku, lalu saya dibisikinya untuk kedua kalinya, lalu beliau bersabda: "Hai Fathimah, tidakkah engkau suka jikalau engkau menjadi penghulu -pemimpin - dari seluruh wanita dari kalangan kaum mu'minin atau penghulu dari seluruh wanita dari kalangan ummat ini?" Oleh kerana itu, maka saya pun ketawa sebagaimana yang anda lihat dulu itu." (Muttafaq 'alaih. Ini adalah lafaznya Imam Muslim)

686. Dari Tsabit dari Anas r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. mendatangi saya dan di waktu itu saya sedang bermain-main dengan beberapa orang anak. Beliau s.a.w. mengucapkan salam pada kita, kemudian menyuruh saya untuk sesuatu keperluannya. Oleh sebab itu saya terlambat mendatangi ibuku. Selanjutnya setelah saya datang, ibu lalu bertanya: "Apakah yang menahanmu - sampai terlambat datangnya ini?" Saya berkata: "Saya diperintah oleh Rasulullah s.a.w. untuk sesuatu keperluannya." Ibu bertanya: "Apakah hajatnya itu?" Saya menjawab: "Itu adalah rahsia." Ibu berkata: "Kalau begitu jangan sekali-kali engkau memberitahukan rahsia Rasulullah s.a.w. tersebut kepada siapa pun jua."

Anas berkata: "Demi Allah, andaikata rahsia itu pernah saya beritahukan kepada seseorang, nescayalah saya akan memberitahukan hal itu kepadamu pula, hai Tsabit."

Diriwayatkan oleh Imam Muslim, sedang Imam Bukhari meriwayatkan sebahagian dengan diringkaskan.



Nota kaki:

 
Muka depan
 
 
     

Melarang Memberikan Jabatan Sebagai Amir — Penguasa Negara

                                                           
 
 


Melarang Memberikan Jabatan Sebagai Amir Penguasa Negara — Ataupun Kehakiman Dan Lain-lainnya Dari Jawatan-jawatan Pemerintahan Negara Kepada Orang Yang Memintanya Atau Tamak Untuk Memperolehinya, Lalu Menawarkan Diri Untuk jabatan Itu

678. Dari Abu Musa al-Asy'ari r.a., katanya: "Saya masuk ke tempat Nabi s.a.w. bersama dua orang dari kemanakanku, salah seorang dari dua orang ini berkata: "Ya Rasulullah, berikanlah kepada kita jabatan sebagai amir - penguasa negara - untuk memerintah sebahagian daerah yang dikuasakan oleh Allah 'Azzawajalla pada Tuan." Orang yang satunya pun berkata demikian, lalu beliau s.a.w. bersabda:
"Sesungguhnya kami. ini, demi Allah, tidak akan memberikan kekuasaan untuk memegang suatu tugas kepada seseorang yang memintanya ataupun seorang yang tamak - atau loba - untuk memperolehinya." (Muttafaq 'alaih)



Nota kaki:

 
Muka depan
 
 
     

Melarang Meminta Jabatan Memegang Pemerintahan

   
 


Melarang Meminta Jabatan Memegang Pemerintahan,   Memilih  Meninggalkan   Kekuasaan Jikalau Tidak Ditentukan Untuk Itu Atau Kerana Ada Hajat — Kepentingan — Padanya

Allah Ta'ala berfirman:
"Perumahan akhirat Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak menghendaki berbuat kesombongan di bumi dan pula tidak membikin kerosakan dan penghabisan yang baik adalah untuk orang-orang yang bertaqwa." (al-Qashash: 83)

672. Dari Abu Said, iaitu Abdur Rahman bin Samurah r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda kepada saya:
"Hai Abdur Rahman bin Samurah, janganlah engkau meminta jabatan amir - penguasa negara, sebab jikalau engkau diberi tanpa adanya permintaan daripadamu, maka engkau akan diberi pertolongan oleh Allah dalam memegang jabatan itu, tetapi jikalau engkau diberi dengan sebab adanya permintaan daripadamu, maka engkau akan dipalingkan dari pertolongan Allah. Jikalau engkau bersumpah atas sesuatu yang disumpahkan, kemudian engkau mengetahui sesuatu yang selainnya itu lebih baik daripada apa yang engkau sumpahkan tadi, maka datangilah - yakni laksanakanlah -apa-apa yang lebih baik tadi serta bayarlah kaffarah - denda - kerana sumpahmu itu." (Muttafaq 'alaih)

673. Dari Abu Zar r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Hai Abu Zar, sesungguhnya saya melihat engkau itu adalah seorang yang lemah dan sesungguhnya saya mencintai untukmu sesuatu yang saya cintai untukku sendiri. Janganlah engkau menjadi seorang amir - pemegang kekuasaan atau hakim - atas dua orang -maksudnya sekalipun yang diperintah itu hanya sedikit dan diibaratkan dua orang, tetapi jangan suka menjadi penguasa atau yang membawahi mereka -dan jangan pula engkau mendekati harta anak yatim - sehingga engkau pakai untuk keperluanmu sendiri." (Riwayat Muslim)

674. Dari Abu Zar r.a. pula, katanya: "Saya berkata: "Ya Rasulullah, tidakkah Tuan suka menggunakan saya - yakni mengangkat saya sebagai seorang petugas negara." Beliau s.a.w. lalu menepuk bahuku dengan tangannya, lalu bersabda:
"Hai Abu Zar, sesungguhnya pada hari kiamat engkau adalah seorang yang lemah dan sesungguhnya jabatan pemerintahan itu adalah sebagai amanat dan sebenarnya jabatan sedemikian itu adalah merupakan kerendahan serta penyesalan - pada hari kiamat - bagi orang yang tidak dapat menunaikan amanatnya, kecuali seseorang yang mengambil amanat itu dengan hak sebagaimana mestinya dan menunaikan apa yang dibebankan atas dirinya perihal amanat yang dipikulkan tadi. (Riwayat   Muslim)

675. Dari Abu Hurairah r.a. bahawasanya Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Sesungguhnya engkau semua itu akan bersifat loba untuk memperolehi jabatan sebagai penguasa negara dan jabatan sedemikian itu akan menyebabkan adanya penyesalan pada hari kiamat." (Riwayat   Bukhari)



Nota kaki:

 
Muka depan
 
 
     

Wajibnya Mentaati Pada Penguasa Pemerintahan Dalam Perkara-perkara Bukan Kemaksiatan Dan Haramnya Mentaati Mereka Dalam Urusan Kemaksiatan

   
 


Wajibnya Mentaati Pada Penguasa Pemerintahan Dalam Perkara-perkara Bukan Kemaksiatan Dan Haramnya Mentaati Mereka Dalam Urusan Kemaksiatan

Allah Ta'ala berfirman:
"Hai sekalian orang yang beriman, taatlah engkau semua kepada Allah dan taat pulalah kepada Rasulullah, juga kepada orang-orang yang memegang pemerintahan dari kalanganmu sendiri." (an-Nisa': 59)

661. Dari Ibnu Umar radhiallahu 'anhuma dari Nabi s.a.w., sabdanya:
"Wajib atas seseorang Muslim untuk mendengar dengan patuh serta mentaati, baik dalam hal yang ia senangi dan yang ia benci, melainkan jikalau ia diperintah untuk sesuatu kemaksiatan. Maka apabila ia diperintah  - oleh  penguasa  pemerintahan  - dengan sesuatu kemaksiatan, tidak bolehlah ia mendengarkan perintahnya itu dan tidak boleh pula mentaatinya." (Muttafaq 'alaih)

662. Dari Ibnu Umar r.a. pula, katanya: "Kita semua itu apabila berbai'at kepada Rasulullah s.a.w. untuk mendengar dengan patuh dan mentaati - apa-apa yang diperintahkan olehnya, beliau s.a.w. selalu bersabda: "Dalam apa yang engkau semua kuasa melaksanakannya - yakni dengan sekuat tenaga yang ada padamu semua." (Muttafaq 'alaih)

663. Dari Ibnu Umar r.a. pula, katanya: "Saya mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda:
Barangsiapa yang melepaskan tangan ketaatan - yakni keluar dari ketaatan terhadap penguasa pemerintah, maka orang itu akan menemui Allah pada hari kiamat, sedang ia tidak mempunyai hujah -alasan lagi untuk membela diri dari kesalahannya itu. Adapun yang meninggal dunia sedang di lehernya tidak ada pembai'atan - untuk mentaati pada pemerintahan yang benar, maka matilah ia dalam keadaan mati jahiliyah." (Riwayat Muslim)
Dalam riwayat Imam Muslim yang lain disebutkan: "Dan barangsiapa yang mati dan ia menjadi orang yang memecah belah persatuan ummat - kaum Muslimin, maka sesungguhnya ia mati dalam keadaan mati jahiliyah."

664. Dari Anas r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Dengarlah olehmu semua dengan patuh dan laatlah pula, sekalipun yang digunakan - yakni yang diangkat sebagai pemegang pemerintahan - atasmu semua itu seorang hambasahaya keturunan Habsyi - orang berkulit hitam,yang di kepalanya itu seolah-olah ada bintik-bintik hitam kecil-kecil." (Riwayat  Bukhari)

665. Dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Wajiblah atasmu itu mendengar dengan patuh serta mentaati baikengkau dalam keadaan sukar ataupun lapang, juga baik engkau dalam keadaan rela menerima perintah itu ataupun dalam keadaan membencinya dan juga dalam hal yang mengalahkan kepentingan dirimu sendiri." (Riwayat Muslim)

666. Dari Abdullah bin Umar radhiallahu 'anhuma, katanya: "Kita semua bersama Rasulullah s.a.w. dalam bepergian, kemudian kita turun berhenti di suatu tempat pemberhentian. Diantara kita ada yang memperbaiki pakaiannya, ada pula yang berlomba panah-memanah dan ada pula yang menyampingi ternak-ternaknya. Tiba-tiba di kala itu berserulah penyeru Rasulullah s.a.w. mengatakan: "Shalat jamaah akan segera dimulai." Kita semua lalu berkumpul ke tempat Rasulullah s.a.w., kemudian beliau bersabda:
"Sesungguhnya saja tiada seorang Nabipun yang sebelum saya itu, melainkan adalah haknya untuk memberikan petunjuk kepada ummatnya kepada apa-apa yang berupa kebaikan yang ia ketahui akan memberikan kemanfaatan kepada ummatnya itu, juga menakut-nakuti dari keburukan apa-apa yang ia ketahui akan membahayakan mereka. Sesungguhnya ummatmu semua ini keselamatannya diletakkan di bagian permulaannya dan kepada bagian penghabisannya akan mengenailah suatu bencana dan beberapa persoalan yang engkau semua mengingkarinya - tidak menyetujui karena berlawanan dengan syariat.  Selain itu akan datang pula beberapa fitnah yang sebagiannya akan menyebabkan ringannya bagian yang lainnya. Ada pula fitnah yang akan datang, kemudian orang mu'min berkata: "Inilah yang menyebabkan kerusakanku," lalu fitnah itu lenyaplah akhirnya. Juga ada fitnah yang datang, kemudian orang mu'min berkata: "Ini, inilah yang terbesar - dari berbagai fitnah yang pernah ada." Maka barangsiapa yang senang jikalau  dijauhkan  dari   neraka  dan  dimasukkan  dalam  syurga, hendaklah ia sewaktu didatangi oleh kematiannya itu, ia dalam keadaan beriman kepada Allah dan hari akhir, juga memperlakukan para manusia dengan sesuatu yang ia senang jika diperlakukan sedemikian itu oleh orang lain. Dan barangsiapa yang membai'at seseorang imam - pemuka, lalu ia telah memberikan tapak tangannya - dengan berjabatan tangan - dan memberikan pula buah hatinya - sebagai tanda keikhlasan, maka hendaklah ia mentaatinya apabila ia kuasa demikian - yakni sekuat tenaga yang ada pada dirinya. Selanjutnya jikalau ada orang lain yang hendak mencabut -merampas kekuasaan imam yang telah dibai'at tadi, maka pukullah leher orang lain itu-yakni perangilahyang membangkangtersebut. (Riwayat  Muslim)
Sabdanya: yantadhilu artinya berlomba dengan permainan melemparkan panah atau berpanah-panahan. Aljasyaru dengan fathahnya jim dan syin mu'jamah dan dengan ra', yaitu binatang-binatang yang sedang digembalakan dan bermalam di tempatnya itu pula. Sabdanya: yuraqqiqu ba'dhuha ba'dhan artinya yang sebagian membuat ringan pada yang sebagian lagi, sebab besarnya apa yang datang sesudah yang pertama itu. Jadi yang kedua menyebabkan dianggap ringannya yang pertama. Ada yang mengatakan bahwa artinya ialah yang sebagian menggiring yakni menyebabkan timbulnya sebagian yang lain dengan memperbaguskan serta mengelokkannya, juga ada yang mengatakan bahwa artinya itu ialah menyerupai yang sebagian pada sebagian yang lainnya.

667. Dari Abu Hunaidah yaitu Wail bin Hujr r.a., katanya: "Salamah bin Yazid al-Ju'fi bertanya kepada Rasulullah s.a.w., lalu ia berkata: "Ya Nabiullah, bagaimanakah pendapat Tuan, jikalau kita semua diperintah oleh beberapa orang penguasa, mereka selalu meminta hak mereka dan menghalang-halangi apa yang menjadi hak kita. Apakah yang Tuan perintahkan itu terjadi?" Beliau s.a.w. memalingkan diri dari pertanyaan itu - seolah-olah tidak mendengarnya. Kemudian Salamah bertanya sekali lagi, kemudian Rasulullah s.a.w. bersabda: "Dengarlah olehmu semua - apa yang diperintahkan - dan taatilah, sebab hanyasanya atas tanggungan mereka sendirilah apa-apa yang dibebankan pada mereka - yakni bahwa mereka berdosa jikalau mereka menghalang-halangi hak orang-orang yang di bawah kekuasaannya - dan atas tanggunganmu sendiri pulalah apa yang dibebankan padamu semua - yakni engkau semua juga berdosa jikalau tidak mentaati pimpinan orang yang sudah sah dibai'at." (Riwayat Muslim)

666. Dari Abdullah bin Mas'ud r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Sesungguhnya saja akan datanglah sesudahku nanti suatu cara mementingkan diri sendiri - dari golongan penguasa negara sehingga tidak memperdulikan hak kaum Muslimin yang diperintah -serta beberapa perkara-perkara yang engkau semua mengingkarinya - tidak menyetujui karena menyalahi ketentuan-ketentuan syariat." Para sahabat lalu berkata: "Ya Rasulullah, kalau sudah demikian, maka apakah yang Tuan perintahkan kepada yang orang menemui keadaan semacam itu dari kita - kaum Muslimin?" Beliau s.a.w. menjawab: "Engkau semua harus menunaikan hak orang yang harus menjadi tanggunganmu dan meminta kepada Allah hak yang harus engkau semua peroleh." (Muttafaq 'alaih)

669. Dari Abu Hurairah r.a., katanya; "Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Barangsiapa yang taat kepadaku, maka ia telah mentaati Allah dan barangsiapa yang bermaksiat kepadaku, maka ia telah bermaksiat pula kepada Allah dan barangsiapa yang mentaati amir - pemegang pemerintahan, maka ia benar-benar mentaati saya dan barangsiapa yang bermaksiat kepada amir, maka ia benar-benar bermaksiat kepada saya." (Muttafaq 'alaih)

670. Dari lbnu Abbas radhiallahu 'anhuma bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Barangsiapa yang membenci sesuatu tindakan dari amirnya - yang memegang pemerintahannya, maka hendaklah ia bersabar, sebab sesungguhnya saja barangsiapa yang keluar - yakni membangkang - dari seseorang sultan - penguasa negara - dalam jarak sejengkal, maka matilah ia dalam keadaan mati jahiliyah." (Muttafaq 'alaih)

671. Dari Abu Bakrah r.a., katanya: "Saya mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Barangsiapa yang merendahkan seseorang sultan - penguasa negara, maka ia akan direndahkan oleh Allah."
Diriwayatkan oleh Imam Termidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah Hadis hasan.
Dalam bab ini masih ada lagi beberapa Hadis lain yang disebutkan dalam kitab shahih dan sebagian telah terdahulu uraiannya dalam beberapa bab di muka.



Nota kaki:

 
Muka depan