Puasa Hari Asyura



Puasa Hari Asyura
Segala puji hanya untuk Allah Ta'ala, shalawat serta salam semoga tercurah kepada Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam. Aku bersaksi bahwa tidak ada ilah yang berhak disembah dengan benar melainkan Allah Ta’ala semata yang tidak ada sekutu bagi -Nya, dan aku juga bersaksai bahwa Muhammad Shalallahu’alaihi wa sallam  adalah seorang hamba dan utusan -Nya. Amma ba'du:
Sesungguhnya diantara karunia dan rahmat Allah Shubhanahu wa ta’alla kepada para hamba -Nya ialah diberinya mereka kemudahan dengan adanya musim-musim kebaikan yang dengannya mereka bisa memperbanyak amal kebajikan, dan memberi kekhususan pada musim-musim tersebut dengan karunia yang ditambah berlipat-lipat.

Anjuran Untuk Puasa Hari Asyura:
Diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim dari Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma:
قَدِمَ الْمَدِينَةَ فَوَجَدَ الْيَهُودَ صِيَامًا يَوْمَ عَاشُورَاءَ فَقَالَ لَهُمْ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « مَا هَذَا الْيَوْمُ الَّذِى تَصُومُونَهُ ». فَقَالُوا هَذَا يَوْمٌ عَظِيمٌ أَنْجَى اللَّهُ فِيهِ مُوسَى وَقَوْمَهُ وَغَرَّقَ فِرْعَوْنَ وَقَوْمَهُ فَصَامَهُ مُوسَى شُكْرًا فَنَحْنُ نَصُومُهُ. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « فَنَحْنُ أَحَقُّ وَأَوْلَى بِمُوسَى مِنْكُمْ ». فَصَامَهُ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ. [ أخرجه البخاري ومسلم ]
"Bahwasannya ketika Rasulallah shalallahu 'alaihi wa sallam datang ke kota Madinah, beliau mendapati orang-orang Yahudi, mereka berpuasa pada hari Asyura. Sehingga beliau bertanya kepada mereka: 'Apa yang menyebabkan kalian berpuasa pada hari ini? Maka mereka menjawab: 'Ini adalah hari yang agung, dimana Allah (pada hari ini) telah menyelamatkan Musa dan kaumnya, dan menenggelamkan Fir'aun beserta bala tentaranya. Sehingga Musa berpuasa pada hari ini sebagai wujud syukurnya, oleh karenanya kami pun berpuasa'. Maka Rasulallah shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Dan kami lebih berhak dengan Musa dari pada kalian". Lalu beliau berpuasa pada hari itu serta menyuruh para sahabatnya untuk berpuasa pula". HR Bukhari no: 2004. Muslim no: 1130 .

       Masih dalam shahih Bukhari dan Muslim diriwayatkan sebuah hadits dari Rabi'i binti Mu'awadz bin 'Afraa radhiyallahu 'anha, dia menceritakan:  'Pada pagi hari Asyura Rasulallah Shalallahu 'alaihi wa sallam mengutus untuk mendatangi perkampungan Anshar dan memberi pesan, bagi siapa saja yang pagi tersebut tidak berpuasa hendaknya menahan untuk tidak makan sampai sore, dan bagi siapa yang paginya telah berpuasa maka hendaknya menyempurna puasanya'.
Beliau melanjutkan: 'Maka kami berpuasa pada hari tersebut, demikian pula anak-anak juga berpuasa, dan kami bikinkan mereka permainan, yang jika salah seorang diantara mereka ada yang menangis karena lapar maka kami berikan mainan tersebut sampai menjelang berbuka". HR Bukhari no: 1960, Muslim no: 1136.
Dalam haditsnya Ibnu Umar radhiyallahu 'anhuma yang dikeluarkan oleh Imam Bukhari dan Muslim, diriwayatkan: 'Bahwasannya orang-orang Jahiliyah, mereka sudah terbiasa melakukan puasa pada hari Asyura, dan Rasulallah Shalallahu 'alaihi wa sallam juga ikut berpuasa serta menyuruh kaum muslimin agar berpuasa pada hari itu, dan hal tersebut terjadi sebelum diwajibkannya puasa Ramadhan. Maka tatkala kewajiban puasa Ramadhan turun, Nabi Muhammad Shalallahu’alaihi wa sallam bersabda:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « إِنَّ عَاشُورَاءَ يَوْمٌ مِنْ أَيَّامِ اللَّهِ فَمَنْ شَاءَ صَامَهُ وَمَنْ شَاءَ تَرَكَهُ  » [ أخرجه البخاري ومسلم ]
"Sesungguhnya hari Asyura adalah merupakan salah satu dari hari-harinya Allah, maka barangsiapa yang ingin berpuasa, berpuasalah dan bagi siapa yang tidak suka maka tidak mengapa untuk tidak berpuasa". HR Bukhari no: 1893, Muslim no: 1126.

Hadits-hadits mulia diatas tadi, menunjukan pada kita bahwa hari Asyura adalah hari yang diagungkan oleh orang-orang pada zaman Jahiliyah, demikian pula tidak ketinggalan, di agungkan juga oleh orang-orang Yahudi dan Nashrani, sebagaimana dijelaskan dalam hadits-hadits yang lain.
Dan didalam haditsnya Ibnu Umar terdahulu menjelaskan kepada kita bahwa pada awalnya puasa Aysura adalah wajib bagi kaum muslimin. Namun, tatkala diturunkan kewajiban puasa Ramadhan maka puasa hari Asyura berubah hukumnya menjadi dianjurkan (sunah).
Sedangkan para sahabat radhiyallahu 'anhum, mereka adalah orang-orang yang sangat bersemangat untuk menjalankan puasa pada hari itu, sebagai wujud ketundukan dan dalam rangka menunaikan perintah Nabi Muhammad Shalallahu ‘alihi wa sallam, sampai-sampai mereka juga mengajari anak-anaknya yang masih kecil agar berpuasa, untuk membiasakan mereka agar bisa melaksanakan ibadah semenjak usia dini. Sebagaimana yang dikatakan oleh seorang penyair:

Seorang anak akan tumbuh besar dilingkungan
               Sesuai dengan kebiasaan yang dilakukan orang tuanya

Dan sabda Nabi Muhammad Shalallahu’alaihi wa sallam kepada orang-orang Yahudi: "Kami lebih berhak dengan Musa dari pada kalian". Dikarenakan Nabi Muhammad Shalallahu’alaihi wa sallam dan orang-orang yang bersama beliau adalah orang yang lebih berhak dengan para nabi-nabi sebelumnya. Hal itu sebagaimana yang dijelaskan oleh Allah ta'ala di dalam firman -Nya:

 ﴿ مَا كَانَ إِبۡرَٰهِيمُ يَهُودِيّٗا وَلَا نَصۡرَانِيّٗا وَلَٰكِن كَانَ حَنِيفٗا مُّسۡلِمٗا وَمَا كَانَ مِنَ ٱلۡمُشۡرِكِينَ ٦٧ ﴾ [ال عمران: 68] 
"Sesungguhnya orang yang paling dekat kepada Ibrahim ialah orang-orang yang mengikutinya dan Nabi ini (Muhammad), beserta orang-orang yang beriman (kepada Muhammad), dan Allah adalah pelindung semua orang-orang yang beriman".  (QS al-Imraan: 68).

Maka Rasulallah Shalallahu 'alaihi wa sallam lebih berhak untuk membela Musa dari pada orang-orang Yahudi, karena mereka telah kufur terhadap Musa, juga Nabi Isa serta Nabi kita Muhammad. [1]
Dalam shahih Muslim disebutkan sebuah hadits dari sahabat Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma, beliau menceritakan: "Rasulallah Shalallahu 'alaihi wa sallam (biasa) mengerjakan puasa hari Asyura, demikian pula beliau menyuruh para sahabatnya untuk berpuasa. (sampai) pada suatu ketika para sahabat mengatakan pada beliau: 'Ya Rasulallah, sesungguhnya hari tersebut adalah hari yang sangat diagungkan oleh orang-orang Yahudi dan Nashrani'. Maka Rasulallah Shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « فَإِذَا كَانَ الْعَامُ الْمُقْبِلُ - إِنْ شَاءَ اللَّهُ - صُمْنَا الْيَوْمَ التَّاسِعَ ». قَالَ فَلَمْ يَأْتِ الْعَامُ الْمُقْبِلُ حَتَّى تُوُفِّىَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم » [ أخرجه مسلم ]
"Kalau demikian, tahun depan insya Allah kita puasa pada hari kesembilan (dan kesepuluhnya)".
Namun kiranya, tidak sampai tahun berikutnya Rasulallah Shalallahu 'alaihi wa sallam keburu wafat'.  HR Muslim no: 1134.

Kapan Waktunya:
Ada sebagian ulama yang berpendapat dengan hadits ini, bahwasannya Nabi Muhammad Shalallahu’alaihi wa sallam memindah puasa hari Asyura dari hari kesepuluhnya dipindah pada hari kesembilannya. Sehingga keutamaan yang ada pada puasa hari Asyura berubah menjadi berada pada hari kesembilannya.
Beda lagi, dengan pendapat kebanyakan para ulama yang menjadikan hadits ini sebagai dalil akan dianjurkannya untuk menyertakan hari kesembilan dan kesepuluh di dalam berpuasa, supaya dengan sebab itu bisa memperoleh sikap menyelisihi orang-orang kafir Yahudi dan Nashrani.

Fadhilah Puasa Hari Asyura:
Dan diantara hadits yang menjelaskan tentang keutamaan puasa hari Asyura, adalah sebagaimana yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Abu Qatadah radhiyallahu 'anhu, bahwasannya Nabi Muhammad Shalallahu’alaihi wa sallam pernah ditanya tentang puasa pada hari Asyura? Maka beliau menjawab:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « يُكَفِّرُ السَّنَةَ الْمَاضِيَةَ» [ أخرجه مسلم ]
"(Keutamaannya) sebagai penghapus dosa tahun yang telah lewat". HR Muslim no: 1162.

Disebutkan dalam sebuah hadits, dari Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhu, sebagaimana yang ada dalam shahih Muslim. Bahwasannya Ibnu Abbas pernah ditanya tentang keutamaan puasa pada hari Asyura? Beliau menjawab: "Aku tidak pernah mengetahui Rasulallah Shalallahu 'alaihi wa sallam mengerjakan puasa pada suatu hari yang beliau sangat mengharap keutamaannya dibanding dengan hari-hari yang lain melainkan hari ini (yaitu hari Asyura), dan tidak ada bulan yang beliau sangat mengharap keutamaanya melainkan bulan ini yaitu bulan ramadhan".  HR Muslim no: 1132.

Dua catatan penting yang harus diperhatikan:
Pertama: Bahwa pada asalnya, sunah yang ada  untuk memperbanyak mengerjakan puasa sunah ada pada bulan Allah Muharam, karena Nabi Muhammad Shalallahu’alaihi wa sallam pernah bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللَّهِ الْمُحَرَّمُ » [ أخرجه مسلم]
"Sebaik-baik puasa yang dilakukan setelah puasa ramadhan ialah yang dikerjakan pada bulan Allah Muharam". HR Muslim no: 1163.

Kedua: Bahwa keutamaan hari Asyura hanya berkaitan dengan ibadah puasa saja berdasarkan nash-nash yang ada dalam masalah ini. Adapun sebagian orang yang mengatakan bahwasannya keutamaan tersebut mencakup memberi kelapangan pada keluarga, berdalil dengan sebuah hadits dhoif:

« من وسع على أهله يوم عاشوراء وسع الله عليه سائر سنته » [ أخرجه البيهقي في شعب الإيمان]
"Barangsiapa yang memberi kelapangan terhadap keluarganya pada hari Asyura maka Allah akan melapangkan baginya pada tahun-tahun berikutnya". Dikeluarkan oleh al-Baihaqi dalam Syu'abul Iman.

Maka hadits ini adalah lemah yang tidak boleh disandarkan kepada Nabi Muhammad Shalallahu ‘alihi wa sallam.
Imam Ahmad pernah ditanya tentang hadits ini maka beliau mengatakan belum pernah melihat hadits ini. Sedangkan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan, dan mereka (orang-orang yang menganjurkan amalan tersebut) membawakan sebuah hadits palsu yang didustakan atas Nabi Muhammad Shalallahu ‘alihi wa sallam, yang bunyi hadits tersebut:
« من وسع على أهله يوم عاشوراء وسع الله عليه سائر سنته » [ أخرجه البيهقي في شعب الإيمان]
"Barangsiapa yang memberi kelapangan terhadap keluarganya pada hari Asyura maka Allah akan melapangkan baginya pada tahun-tahun berikutnya". Maka riwayat seperti ini dari Nabi Muhammad Shalallahu’alaihi wa sallam seluruhnya adalah dusta.

Dan tidak pernah sama sekali Rasulallah Shalallahu 'alaihi wa sallam, tidak pula para Khulafaur rasyidin yang menganjurkan pada hari Asyura untuk mengerjakan suatu amalan tertentu sedikitpun selain puasa, seperti amalan agar merasa senang dan bahagia atau merasa sedih dan berduka cita.
Ini kita sebutkan, karena ahli bid'ah mereka biasa melapangkan dan memberi kelonggaran uang belanja kepada keluarga dan tanggungannya, dengan memasak makanan sebagaimana tidak biasanya dan menjadikannya sebagai hari perayaan.
Adapun orang-orang Syiah Rafidah maka kebalikannya mereka menjadikan hari tersebut sebagai hari untuk bersedih dan berduka cita. Maka kedua kelompok ini, yang saling bertolak belakang, sama-sama diluar rel kebenaran. Demikian pula tidak dianjurkan mengkhususkan bentuk ibadah yang lain selain ibadah puasa. [2]
Akhirnya kita ucapkan segala puji hanya milik Allah Shubhanahu wa ta’alla, Rabb semesta alam. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi kita Nabi Muhammad Shalallahu ‘alihi wa sallam, keluarga beliau serta para sahabatnya.


[1] . Syarh Riyadhus Shalihin oleh Ibnu Utsaimin 5/305.
[2] . al-Fatawa 25/300-301. dengan sedikit perubahan.

Fadhilah Amal Shaleh



Fadhilah Amal Shaleh
Segala puji hanya untuk Allah Ta'ala, shalawat serta salam semoga tercurah kepada Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam. Aku bersaksi bahwa tidak ada ilah yang berhak disembah dengan benar melainkan Allah Shubhanhu wa ta’alla semata yang tidak ada sekutu bagi -Nya, dan aku juga bersaksai bahwa Muhammad Shalallahu’alaihi wa sallam adalah seorang hamba dan utusan -Nya. Amma ba'du:
Sudah sepantasnya jika seorang mukmin memiliki perhatian lebih untuk memperbanyak amal shaleh, karena umur seseorang sangatlah sedikit sedangkan kematian semakin mendekat, dan anak Adam tidak tahu kapan ajal akan datang padanya. Dan ketika hari kiamat semuanya hanya ditimbang sesuai amalan, Allah ta'ala berfirman:

﴿ فَمَن ثَقُلَتۡ مَوَٰزِينُهُۥ فَأُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡمُفۡلِحُونَ ٨ ﴾ [الأعراف : 8]
"Maka barangsiapa berat timbangan kebaikannya, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung".  (QS al-A'raaf: 8).

                Dan tiap orang akan memetik amalan ketika dulu didunia, Allah ta'ala telah menyinggung hal tersebut dalam firman -Nya:

﴿ وَقُلِ ٱعۡمَلُواْ فَسَيَرَى ٱللَّهُ عَمَلَكُمۡ وَرَسُولُهُۥ ١٠٥  ﴾ [التوبة: 105]
"Dan katakanlah: "Bekerjalah kamu, Maka Allah dan Rasul -Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu".  (QS at-Taubah: 105).

Sehingga Allah Shubhanhu wa ta’alla memerintahkan kita untuk memperbanyak amal sholeh, seperti salah satunya yang tercantum dalam firman -Nya:

﴿ وَأَقِمِ ٱلصَّلَوٰةَ طَرَفَيِ ٱلنَّهَارِ وَزُلَفٗا مِّنَ ٱلَّيۡلِۚ إِنَّ ٱلۡحَسَنَٰتِ يُذۡهِبۡنَ ٱلسَّيِّ‍َٔاتِۚ ١١٤ ﴾ [ هود: 114]
"Dan dirikanlah sholat itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada bagian permulaan daripada malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk".  (QS Huud: 114).

Fadhilah amal shaleh:
Pertama: Akan membuat hidup didunia menjadi indah dan meraih kebahagian diakhirat.
Sebagaimana yang dinyatakan oleh Allah Shubhanhu wa ta’alla dengan jelas dalam firman -Nya:

﴿ ô`tB Ÿ@ÏJtã $[sÎ=»|¹ `ÏiB @Ÿ2sŒ ÷rr& 4Ós\Ré& uqèdur Ö`ÏB÷sãB ¼çm¨ZtÍósãZn=sù Zo4quym Zpt6ÍhŠsÛ ( óOßg¨YtƒÌôfuZs9ur Nèdtô_r& Ç`|¡ômr'Î/ $tB (#qçR$Ÿ2 tbqè=yJ÷ètƒ  ﴾ [النحل: 97]
"Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, Maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan".  (QS an-Nahl: 97).

Dalam kesempatan lain, Allah azza wa jalla berfirman:

﴿ إِنَّ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَعَمِلُواْ ٱلصَّٰلِحَٰتِ لَهُمۡ جَنَّٰتٞ تَجۡرِي مِن تَحۡتِهَا ٱلۡأَنۡهَٰرُۚ ذَٰلِكَ ٱلۡفَوۡزُ ٱلۡكَبِيرُ ١١﴾ [البروج: 11]
"Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal yang saleh bagi mereka surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; itulah keberuntungan yang besar".  (QS al-Buruj: 11).

Kemenangan yang besar itu ditafsirkan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, beliau berkata: "Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « أَعْدَدْتُ لِعِبَادِي الصَّالِحِينَ مَا لَا عَيْنٌ رَأَتْ وَلَا أُذُنٌ سَمِعَتْ وَلَا خَطَرَ عَلَى قَلْبِ بَشَرٍ فَاقْرَءُوا إِنْ شِئْتُمْ {فَلَا تَعْلَمُ نَفْسٌ مَا أُخْفِيَ لَهُمْ مِنْ قُرَّةِ أَعْيُنٍ} » [أخرجه البخاري ومسلم[
"Allah ta'ala berfirman: 'Aku telah persiapkan bagi hamba-hamba -Ku yang shaleh, sesuatu yang belum pernah terlihat oleh penglihatan, belum pernah terdengar oleh pendengaran, dan belum pernah terlintas dalam benak manusia, bacalah kalau kalian mau:

﴿ فَلَا تَعۡلَمُ نَفۡسٞ مَّآ أُخۡفِيَ لَهُم مِّن قُرَّةِ أَعۡيُنٖ جَزَآءَۢ بِمَا كَانُواْ يَعۡمَلُونَ ١٧ ﴾ [السجدة: 17]
"Tak seorangpun mengetahui berbagai nikmat yang menanti, yang indah dipandang sebagai balasan bagi mereka, atas apa yang mereka kerjakan".  (QS as-Sajdah: 17).  HR Bukhari no: 3244. Muslim no: 2724.

Kedua: Akan menghilangkan kekhawatiran serta ketakutan.
Kalau sekiranya manusia pada zaman ini mengetahui obat terbaik untuk mengatasi kegundahan, depresi, problematika, serta segala masalah keluarga, pada amal shaleh yang bisa menjadikan lapang dada, hati terasa nikmat, tentu mereka akan mencukupkan diri dengannya untuk tidak berobat kerumah sakit dan pengobatan jiwa, dan bila mereka mau menekuninya pasti dijamin keadaan mereka berubah menjadi lebih baik, dan dijadikan lancar urusannya.

Ketiga: Sebagai faktor kecintaan Allah atas mereka.
Berdasarkan penegasan Allah yang ada dalam firmanNya:

﴿إِنَّ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَعَمِلُواْ ٱلصَّٰلِحَٰتِ سَيَجۡعَلُ لَهُمُ ٱلرَّحۡمَٰنُ وُدّٗا ٩٦﴾[مريم: 96]
"Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal shaleh, kelak Allah yang Maha Pemurah akan menanamkan dalam (hati) mereka rasa kasih sayang".  (QS Maryam: 96).

Maksudnya dijadikan rasa kasih sayang didalam hati para hambaNya.
Disebutkan dalam sebuah hadits, bahwa Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « إِذَا أَحَبَّ اللَّهُ عَبْدًا نَادَى جِبْرِيلَ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ فُلَانًا فَأَحِبَّهُ فَيُحِبُّهُ جِبْرِيلُ فَيُنَادِي جِبْرِيلُ فِي أَهْلِ السَّمَاءِ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ فُلَانًا فَأَحِبُّوهُ فَيُحِبُّهُ أَهْلُ السَّمَاءِ ثُمَّ يُوضَعُ لَهُ الْقَبُولُ فِي أَهْلِ الْأَرْضِ » [أخرجه البخاري ومسلم]
"Apabila Allah mencintai seorang hamba, maka Dia memanggil Jibril; 'Sesungguhnya Aku mencintai fulan maka cintailah'. Lalu Jibril pun mencintainya, kemudian dia menyeru penduduk langit; 'Sesungguhnya Allah mencintai fulan maka cintailah'. Maka seluruh penghuni langit juga mencintainya. Kemudian dijadikan dirinya diterima dimuka bumi". HR Bukhari no: 3208, Muslim no: 2637, dari Abu Hurairah radhiyallah 'anhu.

Keempat: Akan merengkuh derajat serta kedudukan yang tinggi didalam surga.
Seperti yang Allah Shubhanahu wa ta’alla menyatakan dalam firman  -Nya:

﴿ وَمَن يَأۡتِهِۦ مُؤۡمِنٗا قَدۡ عَمِلَ ٱلصَّٰلِحَٰتِ فَأُوْلَٰٓئِكَ لَهُمُ ٱلدَّرَجَٰتُ ٱلۡعُلَىٰ ٧٥﴾ [طه: 75]
"Dan barangsiapa datang kepada Tuhannya dalam keadaan beriman, lagi sungguh-sungguh telah beramal shaleh, Maka mereka itulah orang-orang yang memperoleh tempat-tempat yang tinggi (mulia)".  (QS Thahaa: 75).

Dalam hadits disebutkan, bahwa Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « إِنَّ أَهْلَ الْجَنَّةِ يَتَرَاءَوْنَ أَهْلَ الْغُرَفِ مِنْ فَوْقِهِمْ كَمَا يَتَرَاءَوْنَ الْكَوْكَبَ الدُّرِّيَّ الْغَابِرَ فِي الْأُفُقِ مِنْ الْمَشْرِقِ أَوْ الْمَغْرِبِ لِتَفَاضُلِ مَا بَيْنَهُمْ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ تِلْكَ مَنَازِلُ الْأَنْبِيَاءِ لَا يَبْلُغُهَا غَيْرُهُمْ قَالَ بَلَى وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ رِجَالٌ آمَنُوا بِاللَّهِ وَصَدَّقُوا الْمُرْسَلِينَ » [أخرجه البخاري و مسلم]
"Sesungguhnya penduduk surga bisa saling melihat penghuni kamar yang berada diatasnya, sebagaimana kalian melihat bintang yang berkilau yang tersisa diufuk timur maupun barat sesuai kedudukan yang ada diantara mereka". Para sahabat bertanya: "Ya Rasulallah, apakah itu kedudukannya para nabi, yang tidak mungkin bisa kita capai? Maka beliau menjelaskan: "Tidak, demi Dzat yang jiwaku ditangan -Nya. Mereka itu adalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan mempercayai para Rasulnya". HR Bukhari no: 3256. Muslim no: 2831. Dari shabat Abu Sa'id al-Khudri radhiyallahu 'anhu.

Kelima: Mendapat keridhoan Allah subhanahu wa ta'ala.
Seperti yang telah Allah Shubhanahu wa ta’alla jelaskan dalam banyak ayat -Nya, seperti:

﴿ إِنَّ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَعَمِلُواْ ٱلصَّٰلِحَٰتِ أُوْلَٰٓئِكَ هُمۡ خَيۡرُ ٱلۡبَرِيَّةِ ٧ جَزَآؤُهُمۡ عِندَ رَبِّهِمۡ جَنَّٰتُ عَدۡنٖ تَجۡرِي مِن تَحۡتِهَا ٱلۡأَنۡهَٰرُ خَٰلِدِينَ فِيهَآ أَبَدٗاۖ رَّضِيَ ٱللَّهُ عَنۡهُمۡ وَرَضُواْ عَنۡهُۚ ذَٰلِكَ لِمَنۡ خَشِيَ رَبَّهُۥ ٨ ﴾ [البينة : 7-8]
"Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh, mereka itu adalah sebaik-baik makhluk. Balasan mereka di sisi Tuhan mereka ialah surga 'Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah ridha terhadap mereka dan merekapun ridha kepada -Nya. yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Tuhannya".  (QS al-Bayyinah: 7-8).

Dan juga dalam firmanNya:

﴿ وَعَدَ ٱللَّهُ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ وَٱلۡمُؤۡمِنَٰتِ جَنَّٰتٖ تَجۡرِي مِن تَحۡتِهَا ٱلۡأَنۡهَٰرُ خَٰلِدِينَ فِيهَا وَمَسَٰكِنَ طَيِّبَةٗ فِي جَنَّٰتِ عَدۡنٖۚ وَرِضۡوَٰنٞ مِّنَ ٱللَّهِ أَكۡبَرُۚ ذَٰلِكَ هُوَ ٱلۡفَوۡزُ ٱلۡعَظِيمُ ٧٢  ﴾ [التوبة : 72]
"Allah menjanjikan kepada orang-orang mukmin, lelaki dan perempuan, (akan mendapat) surga yang mengalir dibawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya, dan (mendapat) tempat-tempat yang bagus di surga 'Adn. dan keridhaan Allah adalah lebih besar; itu adalah keberuntungan yang besar".  (QS at-Taubah: 72).

Keenam: Dilapangkan rizki dunai akhirat.
Allah Shubhanahu wa ta’alla berfirman:

﴿ فَٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَعَمِلُواْ ٱلصَّٰلِحَٰتِ لَهُم مَّغۡفِرَةٞ وَرِزۡقٞ كَرِيمٞ ٥٠﴾ [الحج : 50]
"Maka orang-orang yang beriman dan beramal shaleh, bagi mereka ampunan dan rezki yang mulia".  (QS al-Hajj: 50).

Dan berdasarkan firman Allah tabaraka wa ta'ala:

﴿ وَمَن يُؤۡمِنۢ بِٱللَّهِ وَيَعۡمَلۡ صَٰلِحٗا يُدۡخِلۡهُ جَنَّٰتٖ تَجۡرِي مِن تَحۡتِهَا ٱلۡأَنۡهَٰرُ خَٰلِدِينَ فِيهَآ أَبَدٗاۖ قَدۡ أَحۡسَنَ ٱللَّهُ لَهُۥ رِزۡقًا ١١﴾ [الطلاق : 11]
"Dan barangsiapa beriman kepada Allah dan mengerjakan amal yang shaleh niscaya Allah akan memasukkannya ke dalam surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Sesungguhnya Allah memberikan rezki yang baik kepadanya".  (QS ath-Thalaaq: 11).
Dalam shahih Muslim disebutkan sebuah hadits, dari Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu, bahwasannya Nabi Muhammad  Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « إِنَّ الْكَافِرَ إِذَا عَمِلَ حَسَنَةً أُطْعِمَ بِهَا طُعْمَةً مِنَ الدُّنْيَا وَأَمَّا الْمُؤْمِنُ فَإِنَّ اللَّهَ يَدَّخِرُ لَهُ حَسَنَاتِهِ فِى الآخِرَةِ وَيُعْقِبُهُ رِزْقًا فِى الدُّنْيَا عَلَى طَاعَتِهِ » [أخرجه  مسلم]
"Sesungguhnya seorang kafir jika melakukan kebajikan dirinya akan diberi pengganti didunia, adapun seorang mukmin maka Allah akan menyimpan kebajikannya diakhirat, lalu diiringi dengan rizki didunia atas amal ketaatannya". HR Muslim no: 2808.

Ketujuh: Sebagai penghapus dosa dan kesalahan serta memperbaiki perilaku.
Sebagaimana yang diterangkan dalam firman -Nya:

﴿ وَٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَعَمِلُواْ ٱلصَّٰلِحَٰتِ وَءَامَنُواْ بِمَا نُزِّلَ عَلَىٰ مُحَمَّدٖ وَهُوَ ٱلۡحَقُّ مِن رَّبِّهِمۡ كَفَّرَ عَنۡهُمۡ سَيِّ‍َٔاتِهِمۡ وَأَصۡلَحَ بَالَهُمۡ ٢ ﴾ [ محمد : 2]
"Dan orang-orang mukmin dan beramal shaleh serta beriman kepada apa yang diturunkan kepada Muhammad dan itulah yang haq dari Tuhan mereka, Allah menghapuskan kesalahan-kesalahan mereka dan memperbaiki keadaan mereka" .  (QS Muhammad: 2).

Maksudnya akan diperbaiki urusan serta keadaan mereka bersama anak-anak serta istrinya, dalam rizki dan pada segala urusannya.

Delapan: Diberi pahala sempurna terus dilipatkan menjadi berlipat-lipat.
Berdasarkan firman Allah ta'ala:

﴿ فَأَمَّا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَعَمِلُواْ ٱلصَّٰلِحَٰتِ فَيُوَفِّيهِمۡ أُجُورَهُمۡ وَيَزِيدُهُم مِّن فَضۡلِهِ ١٧٣﴾ [النساء: 173]
"Adapun orang-orang yang beriman dan berbuat amal shaleh, maka Allah akan menyempurnakan pahala mereka dan menambah untuk mereka sebagian dari karunia-Nya".  (QS an-Nisaa': 173).

Demikian juga firman -Nya:
﴿ وَمَن يَعۡمَلۡ مِنَ ٱلصَّٰلِحَٰتِ وَهُوَ مُؤۡمِنٞ فَلَا يَخَافُ ظُلۡمٗا وَلَا هَضۡمٗا ١١٢﴾ [ طه : 112]
"Dan barangsiapa mengerjakan amal-amal yang shaleh dan ia dalam keadaan beriman, maka ia tidak khawatir akan perlakuan yang tidak adil (terhadapnya) dan tidak (pula) akan pengurangan haknya".  (QS Thaahaa: 112).
Dan juga firman -Nya:

﴿ مَن جَآءَ بِٱلۡحَسَنَةِ فَلَهُۥ عَشۡرُ أَمۡثَالِهَاۖ ١٦٠  ﴾ [الأنعام : 160]
"Barangsiapa membawa amal yang baik, maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat amalnya".  (QS al-An'aam: 160).

Dalam shahih Bukhari dan Muslim dibawakan sebuah hadits dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, yang mengatakan: "Bahwasanya Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ إِذَا تَحَدَّثَ عَبْدِى بِأَنْ يَعْمَلَ حَسَنَةً فَأَنَا أَكْتُبُهَا لَهُ حَسَنَةً مَا لَمْ يَعْمَلْ فَإِذَا عَمِلَهَا فَأَنَا أَكْتُبُهَا بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا وَإِذَا تَحَدَّثَ بِأَنْ يَعْمَلَ سَيِّئَةً فَأَنَا أَغْفِرُهَا لَهُ مَا لَمْ يَعْمَلْهَا فَإِذَا عَمِلَهَا فَأَنَا أَكْتُبُهَا لَهُ بِمِثْلِهَا » [أخرجه مسلم]
"Allah azza wa jalla berfirman: 'Apabila terbetik dalam benak hamba -Ku untuk mengerjakan kebajikan, maka Aku catat baginya (pahala) satu kebaikan walaupun tidak melakukan. Dan bila dia sampai melakukannya maka Aku catat pahala sepuluh kali lipat. Jika terbetik dalam dirinya untuk berbuat jelek maka Aku ampuni dirinya selagi belum mengerjakannya, dan bisa sampai melakukan maka Aku catat baginya semisal perbuatannya". HR Muslim no: 129.


Sembilan: Dimasukkan kedalam rahmat Allah serta meraih keberuntungan.
Seperti yang dinyatakan Allah ta'ala didalam firman -Nya:

﴿ فَأَمَّا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَعَمِلُواْ ٱلصَّٰلِحَٰتِ فَيُدۡخِلُهُمۡ رَبُّهُمۡ فِي رَحۡمَتِهِۦۚ ذَٰلِكَ هُوَ ٱلۡفَوۡزُ ٱلۡمُبِينُ ٣٠ ﴾ [الجاثية : 30]
"Adapun orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh maka Tuhan mereka memasukkan mereka ke dalam rahmat -Nya (surga). Itulah keberuntungan yang nyata".  (QS al-Jatsiyah: 30).

Sepuluh: Akan mengeluarkan dirinya dari kegelapan menuju cahaya yang terang benderang.
Seperti yang ditegaskan oleh Allah ta'ala dalam firman -Nya:

﴿ لِّيُخۡرِجَ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَعَمِلُواْ ٱلصَّٰلِحَٰتِ مِنَ ٱلظُّلُمَٰتِ إِلَى ٱلنُّورِۚ ١١﴾ [الطلاق: 11]
"Supaya Dia mengeluarkan orang-orang yang beriman dan beramal saleh dari kegelapan kepada cahaya". (QS ath-Thalaaq: 11).

Sebelas: Akan diteguhkan dan dijadikan khalifah dimuka bumi.
Allah Shubhanahu wa ta’alla menegaskan hal tersebut melalui firman -Nya:

﴿ وَعَدَ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ مِنكُمۡ وَعَمِلُواْ ٱلصَّٰلِحَٰتِ لَيَسۡتَخۡلِفَنَّهُمۡ فِي ٱلۡأَرۡضِ كَمَا ٱسۡتَخۡلَفَ ٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِهِمۡ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمۡ دِينَهُمُ ٱلَّذِي ٱرۡتَضَىٰ لَهُمۡ وَلَيُبَدِّلَنَّهُم مِّنۢ بَعۡدِ خَوۡفِهِمۡ أَمۡنٗاۚ ٥٥﴾ [النور : 55]
"Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang shaleh bahwa Dia sungguh- sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai -Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa".  (QS an-Nuur: 55).

Dua belas: Meraih pahala besar serta kebaikan yang tidak terputus.
Sebagaimana yang dijelaskan oleh Allah ta'ala didalam firman -Nya:

﴿ إِنَّ هَٰذَا ٱلۡقُرۡءَانَ يَهۡدِي لِلَّتِي هِيَ أَقۡوَمُ وَيُبَشِّرُ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ ٱلَّذِينَ يَعۡمَلُونَ ٱلصَّٰلِحَٰتِ أَنَّ لَهُمۡ أَجۡرٗا كَبِيرٗا ٩ ﴾ [الإسراء : 9]
"Sesungguhnya Al-Qur'an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang Mu'min yang mengerjakan amal shaleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar".  (QS al-Israa': 9).

Demikian pula berdasarkan firman Allah ta'ala:

﴿ قَيِّمٗا لِّيُنذِرَ بَأۡسٗا شَدِيدٗا مِّن لَّدُنۡهُ وَيُبَشِّرَ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ ٱلَّذِينَ يَعۡمَلُونَ ٱلصَّٰلِحَٰتِ أَنَّ لَهُمۡ أَجۡرًا حَسَنٗا ٢ ﴾ [الكهف : 2]
"Sebagai bimbingan yang lurus, untuk memperingatkan siksaan yang sangat pedih dari sisi Allah dan memberi berita gembira kepada orang-orang yang beriman, yang mengerjakan amal shaleh, bahwa mereka akan mendapat pembalasan yang baik".  (QS al-Kahfi: 2).

Demikian pula dalam firman -Nya:
﴿ إِلَّا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَعَمِلُواْ ٱلصَّٰلِحَٰتِ فَلَهُمۡ أَجۡرٌ غَيۡرُ مَمۡنُونٖ ٦﴾ [التين: 6]
"Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh; maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya". (QS at-Tiin: 6)

Tiga belas: Akan ditambah oleh Allah azza wa jalla karunia serta hidayahNya.
Dengan dalil, firman Allah tabaraka wa ta'ala:

﴿ لِيَجۡزِيَ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَعَمِلُواْ ٱلصَّٰلِحَٰتِ مِن فَضۡلِهِۦٓۚ إِنَّهُۥ لَا يُحِبُّ ٱلۡكَٰفِرِينَ ٤٥ ﴾ [الروم : 45]
"Agar Allah memberi pahala kepada orang-orang yang beriman dan beramal shaleh dari karunia -Nya. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang ingkar".  (QS ar-Ruum: 45).

Dan firman -Nya:
﴿وَيَسۡتَجِيبُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَعَمِلُواْ ٱلصَّٰلِحَٰتِ وَيَزِيدُهُم مِّن فَضۡلِهِۦۚ ٞ ٢٦﴾ [الشورى : 26]
"Dan Dia memperkenankan (doa) orang-orang yang beriman serta mengerjakan amal yang shaleh dan menambah (pahala) kepada mereka dari karunia -Nya".  (QS asy-Syuura: 26).

Demikian juga dalam firman -Nya:

﴿ إِنَّ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَعَمِلُواْ ٱلصَّٰلِحَٰتِ يَهۡدِيهِمۡ رَبُّهُم بِإِيمَٰنِهِمۡۖ تَجۡرِي مِن تَحۡتِهِمُ ٱلۡأَنۡهَٰرُ فِي جَنَّٰتِ ٱلنَّعِيمِ ٩ ﴾ [ يونس : 9]
"Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal shaleh, mereka diberi petunjuk oleh Tuhan mereka karena keimanannya, di bawah mereka mengalir sungai- sungai di dalam syurga yang penuh kenikmatan".  (QS Yunus: 9).

Maksudnya akan ditambahkan padanya hidayah serta taufik dan pahala didunia dan akhirat dengan apa yang telah dijanjikan oleh Allah Shubhanahu wa ta’alla dari karunia dan kenikmatan. [1]
Akhirnya kita tutup dengan memuji Allah Shubhanahu wa ta’alla, Rabb semesta alam. Shalawat serta salam semoga senantiasa Allah curahkan kepada Nabi kita Muhammad, dan merambah kepada keluarga beliau serta seluruh para sahabatnya.


[1] . Lihat pembahasan ini dalam risalah al-Mubasyiraat liman ya'malu ash-Shalihaat oleh D.shaleh ash-Shiyah.