PEMURAH DAN DERMAWAN

PEMURAH DAN DERMAWAN
Firman Allah SWT :
ياَيُّهَا الَّذِيْنَ امَنُوْا اَنْفِقُوْا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا كَسَبْتُمْ وَمِمَّا اَخْرَجْنَا لَكُمْ مّنَ اْلاَرْضِ وَلاَ تَيَمَّمُوا اْلخَبِيْثَ مِنْهُ تُنْفِقُوْنَ وَ لَسْتُمْ بِآخِذِيْهِ اِلاَّ اَنْ تُغْمِضُوْا فِيْهِ، وَ اعْلَمُوْا اَنَّ اللهَ غَنِيٌّ حَمِيْدٌ(267) الشَّيْطَانُ يَعِدُكُمُ اْلفَقْرَ وَ يَأْمُرُكُمْ بِالْفَحْشَاءِ، وَ اللهُ يَعِدُكُمْ مَّغْفِرَةً مَنْهُ وَ فَضْلاً، وَ اللهُ وَاسِعٌ عَلِيْمٌ(268) البقرة
Hai orang-orang yang beriman, nafqahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu. Dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu nafqahkan daripadanya, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memicingkan mata terhadapnya. Dan ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji. (267) Syaitan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir); sedang Allah menjanjikan untukmu ampunan daripada-Nya dan karunia. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui. [QS. Al-Baqarah : 267-268]
وَ مَا تُنْفِقُوْنَ اِلاَّ ابْتِغَآءَ وَجْهِ اللهِ، وَ مَا تُنْفِقُوْا مِنْ خَيْرٍ يُّوَفَّ اِلَيْكُمْ وَ اَنْتُمْ لاَ تُظْلَمُوْنَ. البقرة:272
Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafqahkan, niscaya kamu akan diberi pahalanya dengan cukup sedang kamu sedikitpun tidak akan dianiaya (dirugikan). [QS.Al-Baqarah : 272]
لَنْ تَنَالُوا الْبِرَّ حَتّى تُنْفِقُوْا مِمَّا تُحِبُّوْنَ، وَ مَا تُنْفِقُوْا مِنْ شَيْءٍ فَاِنَّ اللهَ بِه عَلِيْمٌ. ال عمران:92
Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafqahkan sebahagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafqahkan, maka sesungguhnya Allah mengetahuinya. [QS. Ali Imran : 92]

قُلْ اِنَّ رَبّيْ يَبْسُطُ الرّزْقَ لِمَنْ يَّشَآءُ مِنْ عِبَادِه وَيَقْدِرُ لَهُ، وَ مَا اَنْفَقْتُمْ مّنْ شَيْءٍ فَهُوَ يُخْلِفُه، وَ هُوَ خَيْرُ الرَّازِقِيْنَ. سبأ:39
Katakanlah, "Sesungguhnya Tuhanku melapangkan rezqi bagi siapa yang dikehendaki-Nya diantara hamba-hamba-Nya dan menyempitkan bagi (siapa yang dikehendaki-Nya)". Dan barang apasaja yang kamu nafqahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dia lah Pemberi rezqi yang sebaik-baiknya. [QS. Saba’ : 39]
مَثَلُ الَّذِيْنَ يُنْفِقُوْنَ اَمْوَالَهُمْ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ اَنْبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِيْ كُلِّ سُنْبُلَةٍ مّائَةُ حَبَّةٍ، وَ اللهُ يُضَاعِفُ لِمَنْ يَّشَآءُ، وَ اللهُ وَاسِعٌ عَلِيْمٌ. البقرة:261
Perumpamaan (nafqah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafqahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir: seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (kurnia-Nya) lagi Maha Mengetahui. [QS. Al-Baqarah 261]
اِنَّمَا اَمْوَالُكُمْ وَ اَوْلاَدُكُمْ فِتْنَةٌ، وَ اللهُ عِنْدَه اَجْرٌ عَظِيْمٌ(15) فَاتَّقُوا اللهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ وَ اسْمَعُوْا وَ اَطِيْعُوْا وَ اَنْفِقُوْا خَيْرًا ِلاَنْفُسِكُمْ، وَ مَنْ يُّوْقَ شُحَّ نَفْسِه فَاُولئِكَ هُمُ اْلمُفْلِحُوْنَ(16) اِنْ تُقْرِضُوا اللهَ قَرْضًا حَسَنًا يُضَاعِفْهُ لَكُمْ وَ يَغْفِرْ لَكُمْ، وَ اللهُ شَكُوْرٌ حَلِيْمٌ(17) التغبون:15-17
Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu), dan di sisi Allah lh pahala yang besar. Maka bertaqwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu dan dengarlah serta thaatlah, dan nafqahkanlah nafqah yang baik untuk dirimu. Dan barangsiapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung. Jika kamu meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, niscaya Allah melipat gandakan (pembalasannya) kepadamu dan mengampuni kamu. Dan  Allah Maha Pembalas Jasi lagi Maha Penyantun”.[QS. At-Taghabun : 15-17]

Hadits-hadits Nabi SAW :
عَنْ اَنَسٍ رض قَالَ: مَا سُئِلَ رَسُوْلُ اللهِ ص عَلَى اْلاِسْلاَمِ شَيْئًا اِلاَّ اَعْطَاُه. وَ لَقَدْ جَاءَ رَجُلٌ فَاَعْطَاهُ غَنَمًا بَيْنَ جَبَلَيْنِ. فَرَجَعَ اِلَى قَوْمِهِ فَقَالَ: يَا قَوْمِ اَسْلِمُوْا فَاِنَّ مُحَمَّدًا يُعْطِى عَطَاءَ مَنْ لاَ يَخْشَى اْلفَقْرَ. وَ اِنْ كَانَ الرَّجُلُ ل       يًسْلِمُ مَا يُرِيْدَ اِلاَّ الدُّنْيَا فَمَا يَلْبَتُ اِلاَّ يَسِيْرُا حَتَّى يَكُوْنَ اْلاِسْلاَمُ اَحَبَّ اِلَيْهِ مِنَ الدُّنْيَا وَ مَا عَلَيْهَا. مسلم
Dari Anas Ra, ia berkata : Tidak pernah Rasulullah SAW dimintai sesuatu dalam Islam melainkan beliau pasti memberikannya. Sungguh telah datang seorang peminta kepada beliau, maka beliau memberinya kambing yang berada diantara dua bukit. Maka setelah orang itu kembali kepada kaumnya ia mengajak kaumnya dan berkata, “Hai kaumku, segeralah kamu masuk Islam, karena Muhammad memberi sebagai pemberian orang yang sama sekali tidak khawatir menjadi miskin”. Sungguh dahulunya seseorang masuk Islam tidak lain karena ingin dunia, tetapi tidak lama kemudian ia cinta pada Islam melebihi daripada dunia dan apa yang ada padanya. [HR. Muslim]
عَنْ عَائِشَةَ رض اَنَّهُمْ ذَبَحُوْا شَاةً فَقَالَ النَّبِيُّ ص: مَا بَقِيَ مِنْهَا؟ قَالَتْ: مَا بَقِيَ مِنْهَا اِلاَّ كَتِفُهَا. قَالَ: بَقِيَ كُلُّهَا غَيْرَ كَتِفِهَا. الترمذى
Dari ‘Aisyah RA, bahwasanya para shahabat menyembelih seekor kambing, lalu Nabi SAW beratanya, “Apa yang masih sisa dari kambing itu ?”. ‘Aisyah menjawab, “Tidak ada yang tersisa selain sampil depannya”. Beliau bersabda, “Semuanya masih, kecuali sampil depannya”. [HR. Tirmidzi]
عَنِ ابْنِ مَسْعُوْدٍ رض عَنِ النَّبِيّ ص قَالَ: لاَ حَسَدَ اِلاَّ فِى اثْنَتَيْنِ. رَجُلٌ آتَاهُ اللهُ مَالاً فَسَلَّطَهُ عَلَى هَلَكَتِهِ فِى اْلحَقّ. وَ رَجُلٌ آتَاهُ اللهُ حِكْمَةً فَهُوَ يَقْضِى بِهَا وَ يُعَلّمُهَا. متفق عليه
Dari Ibnu Mas’ud RA, ia berkata : Nabi SAW pernah bersabda, “Seseorang tidak boleh iri (menginginkan), kecuali dua macam (yaitu) seseorang yang diberi kekayaan (harta) oleh Allah, lalu dipergunakannya semata-mata dalam perjuangan, dan seseorang yang diberi ilmu oleh Allah lalu digunakannya dan dijarkannya pada manusia”. [HR. Muttafaq ‘Alaih]
عَنْ اَبِى اُمَامَةَ صُدّيّ بْنِ عَجْلاَنَ رض قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: يَا ابْنَ آدَمَ، اِنَّكَ اَنْ تَبْذُلَ اْلفَضْلَ خَيْرٌ لَكَ، وَ اَنْ تُمْسِكَهُ شَرٌّ لَكَ، وَ لاَ تُلاَمُ عَلَى كَفَافٍ. وَ ابْدَأْ بِمَنْ تَعُوْلُ. وَ اْليَدُ اْلعُلْيَا خَيْرٌ مِنَ اْليَدِ السُّفْلَى. مسلم
Dari Abu Umamah Shuday bin ‘Ajlan RA, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Hai anak Adam, jika kamu memberikan kelebihanmu, maka itu lebih baik bagimu, dan apabila kamu menahannya, maka akan buruk bagimu. Dan tidaklah tercela untuk kebutuhanmu, mulailah dari orang-orang yang menjadi tanggunganmu. Dan tangan yang di atas lebh baik daripada tangan yang di bawah”. [HR. Muslim]
عَنْ عَدِيّ بْنِ حَاتِمٍ رض اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص قَالَ: اِتَّقُوا النَّارَ وَ لَوْ بِشِقّ تَمْرَةٍ. متفق عليه
Dari ‘Adiy bin Hatim RA, ia berkata : Sesungguhnya Rasulullah SAW pernah bersabda, “Jagalah dirimu dari api nereka walau dengan sedeqah separo biji kurma”. [HR. Muttafaq ‘Alaih]
عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ رض قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: مَنْ تَصَدَّقَ بِعَدْلِ تَمْرَةٍ مِنْ كَسْبٍ طَيّبٍ، وَ لاَ يَقْبَلُ اللهُ اِلاَّ الطَّيّبَ، فَاِنَّ اللهَ يَقْبَلُهَا بِيَمِيْنِهِ ثُمَّ يُرَبّيْهَا لِصَاحِبِهَا كَمَا يُرَبّى اَحَدُكُمْ فَلُوَّهُ حَتَّى تَكُوْنَ مِثْلَ اْلجَبَلِ. متفق عليه
Dari Abu Hurairah RA, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa yang bersedeqah sebesar biji kurma dari hasil usaha yang halal, dan Allah tidak menerima kecuali dari usaha yang halal, maka Allah akan menerima sedeqah itu dengan tangan kanan-Nya, kemudian dipelihara-Nya baik-baik untuk yang bersedeqah itu, sebagaimana salah seorang diantara kamu memelihara anak kudana, sehingga kurma itu menjadi sebesar gunung”. [HR. Muttafaq ‘alaih]
عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ رض قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: اِذَا كَانَ اُمَرَاؤُكُمْ خِيَارَكُمْ وَ اَغْنِيَاؤُكُمْ سُمَحَاءَكُمْ وَ اُمُوْرُكُمْ شُوْرَى بَيْنَكُمْ فَظَهْرُ اْلاَرْضِ خَيْرٌ لَكُمْ مِنْ بَطْنِهَا. وَ اِذَا كَانَتْ اُمَرَاؤُكُمْ شِرَارَكُمْ وَ اَغْنِيَاؤُكُمْ بُخَلاَءَكُمْ وَ اُمُوْرُكُمْ اِلَى نِسَائِكُمْ فَبَطْنُ اْلاَرْضِ خَيْرٌ لَكُمْ مِنْ ظَهْرِهَا. الترمذى و قال: حديث حسن غريب
Dari Abu Hurairah RA, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Apabila pemimpin-pemimpin kalian itu orang baik diantara kalian, orang-orang kaya kalian itu orang-orang dermawan diantara kalian dan urusan-urusan kalian itu dimusyawarahkan diantara kalian, maka punggung bumi (hidup) itu lebih baik bagi kalian daripada perutnya (mati). Tetapi apabila pemimpin-pemimpin kalian itu orang-orang jahat diantara kalian, orang-orang kaya kalian itu orang-orang bakhil diantara kalian, dan urusan-urusan kalian diserahkan kepada wanita-wanita kalian, maka perut bumi itu lebih baik daripada punggungnya”. [HR. Tirmidzi, dan ia berkata : hadits hasan gharib]
عَنْ عِمْرَانَ ابْنِ حُصَيْنٍ رض قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: اِنَّ اللهَ اسْتَخْلَصَ هذَا الدّيْنِ لِنَفْسِهِ فَلاَ يَصْلُحُ لِدِيْنِكُمْ اِلاَّ السَّخَاءُ وَ حُسْنُ اْلخُلثقِ، اَلاَ فَزَيّنُوْا دِيْنَكُمْ بِهَا. الطبرانى فى الاوسط
Dari ‘Imran bin Hushain RA, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah menghendaki agama ini murni hanya untuk-Nya semata, maka tidaklah pantas untuk agama kalian kecuali berbuat dermawan dan akhlaq yang baik. Ketahuilah, maka hiasilah agama kalian dengan kedua-duanya”. [HR. Thabrani di dalam Al-Ausath]
عَنْ اَسْمَاءَ بِنْتِ اَبِى بَكْرٍ الصّدّيْقِ رض قَالَتْ: قَالَ لِى رَسُوْلُ اللهِ ص: لاَ تُوْكِى فَيُوْكِيَ اللهُ عَلَيْكِ. متفق عليه
Dari Asma’ binti Abu Bakar Ash-Shiddiq RA, ia berkata : Rasulullah SAW berpesan kepadaku, “Janganlah kamu bakhil, sehingga menyebabkan Allah menyempitkan rezqimu”. [HR. Muttafaq ‘alaih]
عَنْ اَبِى بَكْرٍ الصّدّيْقِ رض عَنِ النَّبِيّ ص قَالَ: لاَ يَدْخُلُ اْلجَنَّةَ خَبٌّ، وَ لاَ مَنَّانٌ، وَ لاَ بَخِيْلٌ. الترمذى و قال: حديث حسن غريب
Dari Abu Bakar Ash-Shiddiq RA, dari Nabi SAW, beliau besabda, “Tidak akan masuk surga orang yang suka menipu, orang yang suka mengundat-undat pemberian, dan orang yang bakhil”. [HR. Tirmidzi, dan ia berkata : hadits hasan gharib]
عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ رض اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص قَالَ: مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ وَ مَا زَادَ اللهُ عَبْدًا بِعَفْوٍ اِلاَّ عِزًّا. وَ مَا تَوَاضَعَ اَحَدٌ ِللهِ اِلاَّ رَفَعَهُ اللهُ عَزَّ وَ جَلَّ. مسلم
Dari Abu Hurairah RA bahwasanya Rasulullah SAW pernah bersabda, “Harta itu tidak menjadi berkurang karena disedeqahkan, dan Allah tidak menambah bagi orang yang suka memaafkan melainkan kemuliaan, dan tidak ada seorang yang merendahkan diri karena Allah melainkan Allah ‘Azza wa Jalla meninggikan derajatnya”. [HR. Muslim]
عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ رض قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: مَا مِنْ يَوْمٍ يُصْبِحُ اْلعِبَادُ فِيْهِ اِلاَّ مَلَكَانِ يَنْزِلاَنِ فَيَقُوْلُ اَحَدُهُمَا: اَللّهُمَّ اعْطِ مُنْفِقًا خَلَفًا. وَ يَقُوْلُ اْلآخَرُ: اَللّهُمَّ اعْطِ مُمْسِكًا تَلَفًا. متفق عليه

Dari Abu Hurairah RA, ia berkata : Rasulullah SAW pernah bersabda, “Tidak ada hari yangmana para hamba itu masuk waktu pagi kecuali ada dua malaikat yang turun, salah satu dari malaikat itu berdoa : Ya Allah, berilah ganti kepada orang yang suka memberi. Dan malikat yang lain berdoa : Ya Allah, berilah kehancuran kepada orang yang bakhitl”. [HR. Muttafaq ‘alaih]


Menyingkirkan Gangguan di Jalan

Menyingkirkan Gangguan di Jalan
عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ رض قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: َاْلاِيْمَانُ بِضْعٌ وَ سِتُّوْنَ اَوْ سَبْعُوْنَ شُعْبَةً، اَدْنَاهَا اِمَاطَةُ اْلاَذَى عَنِ الطَّرِيْقِ، وَ اَرْفَعُهَا قَوْلُ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ. البخارى و مسلم و ابو داود و الترمذى و النسائى و ابن ماجه
Dari Abu Hurairah RA, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, "Iman itu ada enam puluh cabang lebih atau tujuh puluh cabang lebih. Yang paling rendah adalah menyingkirkan gangguan dari jalan, dan yang paling tinggi ialah ucapan ~Laa ilaaha illallooh~ (Tidak ada Tuhan selain Allah)". [HR. Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi, Nasai dan Ibnu Majah]
عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ عَنِ النَّبِيِّ ص قَالَ: َاْلاِيْمَانُ بِضْعٌ وَ سَبْعُوْنَ اَوْ بِضْعٌ وَ سِتُّوْنَ شُعْبَةً فَاَفْضَلُهَا قَوْلُ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ، وَ اَدْنَاهَا اِمَاطَةُ اْلاَذَى عَنِ الطَّرِيْقِ، وَ اْلحَيَاءُ شُعْبَةٌ مِنَ اْلاِيْمَانِ. البخارى و مسلم
Dari Abu Hurairah RA, dari Nabi SAW, beliau bersabda, "Iman itu ada tujuh puluh cabang lebih atau enam puluh cabang lebih. Yang paling utama ialah ucapan ~Laa ilaaha illallooh~ (Tidak ada Tuhan selain Allah), dan yang paling rendah ialah menyingkirkan gangguan di jalan, dan malu adalah salah satu cabang dari iman". [HR. Bukhari dan Muslim]

عَنْ اَبِى ذَرٍّ رض قَالَ: قَالَ النَّبِيُّ ص: عُرِ ضَتْ عَلَيَّ اَعْمَالُ اُمَّتِى حَسَنُهَا وَ سَيِّئُهَا، فَوَجَدْتُ فِى مَحَاسِنِ اَعْمَالِهَا اْلاَذَى يُمَاطُ عَنِ الطَّرِيْقِ وَ وَجَدْتُ فِى مَسَاوِى اَعْمَالِهَا النُّخَامَةَ تَكُوْنُ فِى اْلمَسْجِدِ لاَ تُدْفَنُ. مسلم و ابن ماجه
Dari Abu Dzarr RA, ia berkata : Nabi SAW bersabda, "Diperlihatkan kepadaku amalan-amalan ummatku yang baik maupun yang buruk, maka aku dapati pada kebaikan-kebaikan amalnya itu ialah gangguan yang disingkirkan dari jalan dan aku dapati pada keburukan-keburukan amalnya ialah berdahak di masjid dan tidak ditanam". [HR. Muslim dan Ibnu Majah]
عَنْ اَبِى بَرْزَةَ رض قَالَ، قُلْتُ: يَا نَبِيَّ اللهِ اِنِّى لاَ اَدْرِى نَفْسِى تَمْضِى اَوْ اَبْقَى بَعْدَكَ فَزَوِّدْنِى شَيْئًا يَنْفَعُنِى اللهُ بِهِ، فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: اِفْعَلْ كَذَا، اِفْعَلْ كَذَا، وَ أَمِرَّ اْلاَذَى عَنِ الطَّرِيْقِ. و فى رواية قال ابو برزة، قُلْتُ: يَا نَبِيَّ اللهِ عَلِّمْنِى شَيْئًا اَنْتَفِعُ بِهِ، قَالَ: اِعْزِلِ اْلاَذَى عَنْ طَرِيْقِ اْلمُسْلِمِيْنَ. مسلم و ابن ماجه
Dari Abu Barzah RA, ia berkata : Aku berkata, "Ya Nabiyyallah, sesungguhnya aku tidak mengetahui diriku sudah mati atau masih hidup sesudahmu, maka berilah sesuatu bekal untukku yang dengannya Allah memberi manfaat kepadaku". Lalu Rasulullah SAW bersabda, "Kerjakanlah demikian, kerjakanlah demikian, dan singkirkanlah gangguan dari jalan". Dan dalam satu riwayat, Abu Barzah berkata : Aku berkata, "Ya Nabiyyallah, ajarkanlah sesuatu kepadaku yang dengannya aku bisa mengambil manfaat". Rasulullah SAW bersabda, "Singkirkanlah gangguan dari jalannya kaum muslimin". [HR. Muslim dan Ibnu Majah]
عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ رض قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: كُلُّ سُلاَمَى مِنَ النَّاسِ عَلَيْهِ صَدَقَةٌ كُلَّ يَوْمٍ تَطْلُعُ فِيْهِ الشَّمْسُ، قَالَ: تَعْدِلُ بَيْنَ اْلاِثْنَيْنِ صَدَقَةٌ، وَ تُعِيْنُ الرَّجُلَ فِى دَابَّتِهِ فَتَحْمِلُهُ عَلَيْهَا اَوْ تَرْفَعُ لَهُ عَلَيْهَا مَتَاعَهُ صَدَقَةٌ، قَالَ: وَ اْلكَلِمَةُ الطَّيِّبَةُ صَدَقَةٌ، وَ كُلُّ خَطْوَةٍ تَمْشِيْهَا اِلَى الصَّلاَةِ صَدَقَةٌ، وَ تُمِيْطُ اْلاَذَى عَنِ الطَّرِيْقِ صَدَقَةٌ. البخارى و مسلم و اللفظ له
Dari Abu Hurairah RA, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, "Setiap persendian manusia wajib bersedeqah pada setiap hari dimana matahari terbit padanya". Beliau SAW bersabda pula, "Kamu mendamaikan antara dua orang yang berselisih adalah sedeqah, kamu menolong seseorang pada kendaraannya, yaitu membantu untuk menaikkannya atau mengangkatkan barang-barangnya diatas kendaraannya adalah sedeqah". Beliau SAW bersabda lagi, "Ucapan yang baik adalah sedeqah, dan setiap langkah kamu berjalan untuk shalat adalah sedeqah, dan kamu menyingkirkan gangguan dari jalan adalah sedeqah". [HR. Bukhari dan Muslim, dan lafadh ini bagi Muslim]
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رض قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: عَلَى كُلِّ مِيْسَمٍ مِنَ اْلاِنْسَانِ صَلاَةٌ كُلَّ يَوْمٍ، فَقَالَ رَجُلٌ مِنَ اْلقَوْمِ: هذَا مِنْ اَشَدِّ مَا اَنْبَأْتَنَا بِهِ. قَالَ: اَمْرُكَ بِاْلمَعْرُوْفِ وَ نَهْيُكَ عَنِ اْلمُنْكَرِ صَلاَةٌ، وَ حَمْلُكَ عَلَى الضَّعِيْفِ صَلاَةٌ، وَ اِنْحَاؤُكَ اْلقَذَرَ عَنِ الطَّرِيْقِ صَلاَةٌ، وَ كُلُّ خَطْوَةٍ تَخْطُوْهَا اِلَى الصَّلاَةِ صَلاَةٌ. ابن خزيمة فى صحيحه
Dari Ibnu 'Abbas RA, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, "Setiap anggota badan manusia setiap hari wajib shalat (sedeqah)". Seseorang dari suatu kaum berkata, "Ini adalah seberat-berat apa yang engkau khabarkan kepada kami". Beliau bersabda, "Kamu beramar ma'ruf adalah sedeqah, kamu nahi munkar adalah sedeqah, kamu membawa (memboncengkan) orang yang lemah adalah sedeqah, kamu menyingkirkan gangguan dari jalan adalah sedeqah, dan setiap langkah yang kamu langkahkan berjalan untuk shalat adalah sedeqah". [HR. Ibnu Khuzaimah, dalam shahihnya]
عَنْ اَبِى ذَرٍّ رض اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص قَالَ: لَيْسَ مِنْ نَفْسِ ابْنِ آدَمَ اِلاَّ عَلَيْهَا صَدَقَةٌ فِى كُلِّ يَوْمٍ طَلَعَتْ فِيْهِ الشَّمْسُ. قِيْلَ: يَا رَسُوْلَ اللهِ مِنْ اَيْنَ لَنَا صَدَقَةٌ نَتَصَدَّقُ بِهَا؟ فَقَالَ: اِنَّ اَبْوَابَ اْلخَيْرِ لَكَثِيْرَةٌ: التَّسْبِيْحُ، وَ التَّحْمِيْدُ، وَ التَّكْبِيْرُ، وَ التَّهْلِيْلُ، وَ اْلاَمْرُ بِاْلمَعْرُوْفِ، وَ النَّهْيُ عَنِ الْمُنْكَرِ، وَ تُمِيْطُ اْلاَذَى عَنِ الطَّرِيْقِ، وَ تُسْمِعُ اْلاَصَمَّ، وَ تَهْدِى اْلاَعْمَى، وَ تَدُلُّ اْلمُسْتَدِلَّ عَلَى حَاجَتِهِ، وَ تَسْعَى بِشِدَّةِ سَاقَيْكَ مَعَ اللَّهْفَانِ اُلمُسْتَغِيْثِ، وَ تَحْمِلُ بِشِدَّةِ ذِرَاعَيْكَ مَعَ الضَّعِيْفِ، فَهذَا كَلُّهُ صَدَقَةٌ مِنْكَ عَلَى نَفْسِكَ. ابن حبان فى صحيحه و البيهقى مختصرا. و زاد فى رواية: وَ تَبَسُّمُكَ فِى وَجْهِ اَخِيْكَ صَدَقَةٌ، وَ اِمَاطَتُكَ اْلحَجَرَ وَ الشَّوكَةَ وَ اْلعَظْمَ عَنْ طَرِيْقِ النَّاسِ صَدَقَةٌ، وَ هَدْيُكَ الرَّجُلَ فِى اَرْضِ الضَّالَّةِ صَدَقَةٌ.
Dari Abu Dzarr RA, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, "Pada diri anak Adam harus bersedeqah pada setiap hari, dimana matahari terbit padanya". Beliau SAW ditanya, "Ya Rasulullah, dari mana kami mempunyai sesuatu untuk bersedeqah ?". Beliau SAW menjawab, "Sesungguhnya pintu-pintu kebaikan itu banyak sekali : bertasbih, tahmid, takbir, tahlil, amar ma'ruf, nahi munkar, menyingkirkan gangguan dari jalan, memperdengarkan (menjelaskan) kepada orang yang tuli, menunjukkan orang yang buta, menunjukkan orang yang minta petunjuk kepada keperluannya, dengan sekuat kakimu kamu menolong orang yang sedang mengeluh dan minta tolong, dengan sekuat tanganmu kamu menolong orang yang lemah, maka ini semua adalah sedeqah dari dirimu pada dirimu". [HR. Ibnu Hibban di dalam shahihnya, dan Baihaqi secara ringkas, dan ia menambahkan di dalam riwayatnya], "Dan senyummu kepada saudaramu adalah sedeqah, kamu menyingkirkan batu, duri dan tulang dari jalan manusia adalah sedeqah, dan kamu menunjukkan jalan kepada orang yang tersesat jalan adalah sedeqah".
عَنْ بُرَيْدَةَ رض قَالَ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ ص يَقُوْلُ: فِى اْلاِنْسَانِ سِتُّوْنَ وَ ثَلاَثُمِائَةِ مَفْصِلٍ، فَعَلَيْهِ اَنْ يَتَصَدَّقَ عَنْ كُلِّ مَفْصِلٍ مِنْهَا صَدَقَةٌ، قَالُوْا: فَمَنْ يُطِيْقُ ذلِكَ يَا رَسُوْلَ اللهِ؟ قَالَ: اَلنُّخَامَةُ فِى اْلمَسْجِدِ تَدْفِنُهَا، وَالشَّيْءُ تُنَحِّيْهِ عَنِ الطَّرِيْقِ، فَاِنْ لَمْ تَقْدِرْ فَرَكْعَتَا الضُّحَى تَجْزِى عَنْكَ. احمد و اللفظ له و ابو داود و ابن خزيمة و ابن حبان فى صحيحهما
Dari Buraidah RA, ia berkata : Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, "Pada manusia ada tiga ratus enam puluh persendian, dan setiap persendian wajib bersedeqah". Para shahabat bertanya, "Lalu siapa yang mampu melaksanakan yang demikian itu, ya Rasulullah ?". Rasulullah SAW menjawab, "Jika ada dahak di masjid, lalu kamu menanamnya adalah sedeqah. Sesuatu yang mengganggu di jalan lalu kamu menyingkirkannya adalah sedeqah. Dan jika kamu tidak mampu maka dua rekaat shalat Dluha, apabila kamu melaksanakannya, mencukupi semuanya itu". [HR. Ahmad dan lafadh itu baginya, Abu Dawud, Ibnu Khuzaimah di dalam shahihnya dan Ibnu Hibban di dalam shahihnya]
عَنِ اْلمُسْتَنِيْرِ بْنِ اَخْضَرَ بْنِ مُعَاوِيَةَ عَنْ اَبِيْهِ قَالَ: كُنْتُ مَعَ مَعْقِلِ بْنِ يَسَارٍ رض فِى بَعْضِ الطُّرُقَاتِ، فَمَرَرْنَا بِأَذًى فَاَمَاطَهُ، اَوْ نَحَّاهُ عَنِ الطَّرِيْقِ، فَرَأَيْتُ مِثْلَهُ، فَاَخَذْتُهُ، فَنَحَّيْتُهُ فَاَخَذَ بِيَدِى وَ قَالَ: يَا ابْنَ اَخِى مَا حَمَلَكَ عَلَى مَا صَنَعْتَ؟ قُلْتُ: يَا عَمُّ رَأَيْتُكَ صَنَعْتَ شَيْئًا، فَصَنَعْتُ مِثْلَهُ، فَقَالَ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ ص يَقُوْلُ: مَنْ اَمَاطَ اَذًى مِنْ طَرِيْقِ اْلمُسْلِمِيْنَ كُتِبَتْ لَهُ حَسَنَةٌ، وَ مَنْ تُقُبِّلَتْ مِنْهُ حَسَنَةٌ دَخَلَ اْلجَنَّةَ. الطبرانى فى الكبير و رواه البخارى فى كتاب الادب المفرد،
Dari Mustanir bin Akhdlar bin Mu'awiyah dari bapaknya, ia berkata : Dahulu saya bersama Ma'qil bin Yasar RA, kami berjalan di sebagian jalan-jalan. Lalu kami melewati sesuatu yang mengganggu di jalan, maka dia menyingkirkannya atau membuangnya dari jalan tersebut. Lalu ketika aku melihat seperti itu, maka aku mengambil dan membuangnya. Kemudian ia memegang tanganku dan bertanya, "Hai anak saudaraku, apa yang mendorong kamu melakukan perbuatan itu ?". Aku menjawab, "Wahai paman, aku melihat kamu berbuat sesuatu, maka akupun berbuat seperti itu". Kemudian dia berkata : Aku pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa yang menyingkirkan gangguan dari jalan kaum muslimin, akan dicatat baginya satu kebaikan. Dan barangsiapa yang diterima kebaikannya, dia masuk surga". [HR. Thabrani di dalam Al-Kabir dan Bukhari di dalam kitab Al-Adabul Mufrad]
عَنْ اَبِى شَيْبَةَ اْلهَرَوِيِّ قَالَ: كَانَ مُعَاذٌ يَمْشِى وَ رَجُلٌ مَعَهُ، فَرَفَعَ حَجَرًا مِنَ الطَّرِيْقِ فَقَالَ: مَا هذَا؟ فَقَالَ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ ص. يَقُوْلُ: مَنْ رَفَعَ حَجَرًا مِنَ الطَّرِيْقِ كُتِبَتْ لَهُ حَسَنَةٌ، وَ مَنْ كَانَتْ لَهُ حَسَنَةٌ دَخَلَ اْلجَنَّةَ. الطبرانى فى الكبير و رواته ثقات، و رواه فى الاوسط من حديث ابى الدرداء، الا انه قال: مَنْ اَخْرَجَ مِنْ طَرِيْقِ اْلمُسْلِمِيْنَ شَيْئًا يُؤْذِيْهِمْ كَتَبَ اللهُ لَهُ بِهِ حَسَنَةً، وَ مَنْ كَتَبَ لَهُ عِنْدَهُ حَسَنَةً اَدْخَلَهُ بِهَا اْلجَنَّةَ.
Dari Abu Syaibah Al-Harawiy, ia berkata : Dahulu Mu'adz berjalan dengan seorang laki-laki, lalu dia mengangkat (menyingkirkan) batu dari jalan. Maka orang laki-laki tersebut bertanya, "Apakah ini ?". Mu'adz menjawab, "Aku pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa yang mengangkat (menyingkirkan) batu dari jalan, maka dicatat baginya satu kebaikan. Dan barangsiapa yang ada kebaikan baginya, dia masuk surga". [HR. Thabrani di dalam Al-Kabir dan para perawinya kuat. Dan dia meriwayatkan juga di dalam Al-Ausath dari hadits Abu Darda', hanya saja dia menyebutkan], "Barangsiapa yang mengeluarkan (menyingkirkan) sesuatu yang mengganggu dari jalan kaum muslimin, maka dengannya Allah mencatat kebaikan baginya. Dan barangsiapa yang Allah mencatat kebaikan di sisi-Nya, dengannya Allah memasukkannya ke surga".
عَنْ عَائِشَةَ رض اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص قَالَ: خُلِقَ كُلُّ اِنْسَانٍ مِنْ بَنِى آدَمَ عَلَى سِتِّيْنَ وَ ثَلاَثِمِائَةِ مَفْصِلٍ، فَمَنْ كَبَّرَ اللهَ، وَحَمِدَ اللهَ وَ هَلَّلَ اللهَ، وَ سَبَّحَ اللهَ وَ اسْتَغْفَرَ اللهَ، وَ عَزَلَ حَجَرًا عَنْ طَرِيْقِ اْلمُسْلِمِيْنَ، اَوْ شَوْكَةً، اَوْ عَظْمًا، عَنْ طَرِيْقِ اْلمُسْلِمِيْنَ، وَ اَمَرَ بِمَعْرُوْفٍ، اَوْ نَهَى عَنْ مُنْكَرٍ عَدَدَ تِلْكَ السِّتِّيْنَ وَ الثَلاَثِمِائَةِ، فَاِنَّهُ يُمْسِى يَوْمَئِذٍ وَ قَدْ زَحْزَحَ نَفْسَهُ عَنِ النَّارِ. مسلم و النسائى
Dari 'Aisyah RA, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, "Setiap manusia dari bani Adam diciptakan atas tiga ratus enam puluh persendian. Maka barangsiapa yang telah mengagungkan Allah (bertakbir), bertahmid, bertahlil, bertasbih, istighfar kepada Allah, menyingkirkan batu dari jalan kaum muslimin atau menyingkirkan duri atau tulang dari jalan kaum muslimin, amar ma'ruf atau nahi munkar sebanyak tiga ratus enam puluh, maka sesungguhnya dia memasuki waktu sore pada hari itu telah menjauhkan dirinya dari api neraka". [HR. Muslim dan Nasai]
عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ رض عَنِ النَّبِيِّ ص قَالَ: بَيْنَمَا رَجُلٌ يَمْشِى بِطَرِيْقٍ وَجَدَ غُصْنَ شَوْكٍ فَاَخَّرَهُ، فَشَكَرَ اللهُ لَهُ، فَغَفَرَ اللهُ لَهُ. البخارى و مسلم
Dari Abu Hurairah RA, dari Nabi SAW, beliau bersabda : Pada suatu hari ada seorang laki-laki berjalan di suatu jalan. Kemudian mendapati sebuah dahan yang berduri, lalu dia menyingkirkannya. Maka Allah berterima kasih kepadanya (menerima amalnya) sehingga Allah mengampuninya". [HR. Bukhari dan Muslim]
و فى رواية لمسلم قال: لَقَدْ رَأَيْتُ رَجُلاً يَتَقَلَّبُ فِى اْلجَنَّةِ فِى شَجَرَةٍ قَطَعَهَا مِنْ ظَهْرِ الطَّرِيْقِ كَانَتْ تُؤْذِى اْلمُسْلِمِيْنَ.
Dan di dalam satu riwayat dari Muslim, disebutkan : Beliau bersabda, "Aku telah melihat seorang laki-laki bersenang-senang di surga disebabkan dia memotong sebuah pohon di jalan yang mengganggu kaum muslimin".
و فى أخرى له: مَرَّ رَجُلٌ بِغُصْنِ شَجَرَةٍ عَلَى ظَهْرِ الطَّرِيْقِ، فَقَالَ: وَ اللهِ َلأُنَحِّيَنَّ هذَا عَنِ اْلمُسْلِمِيْنَ لاَ يُؤْذِيْهِمْ، فَاُدْخِلَ اْلجَنَّةَ.
Dan di dalam riwayat Muslim yang lain disebutkan : Ada seorang laki-laki berjalan lalu mendapati dahan pohon di tengah jalan. Lalu dia berkata, "Demi Allah, saya akan menyingkirkannya agar tidak mengganggu kaum muslimin, maka ia dimasukkan ke surga". [HR. Muslim]
عَنْ اَنَسٍ بْنِ مَالِكٍ قَالَ: كَانَتْ شَجَرَةٌ تُئْذِى النَّاسَ، فَاَتَاهَا رَجُلٌ فَعَزَلَهَا عَنْ طَرِيْقِ النَّاسِ. قَالَ: قَالَ نَبِيُّ اللهِ ص: فَلَقَدْ رَأَيْتُهُ يَتَقَلَّبُ فِى ظِلِّهَا فِى اْلجَنَّةِ، احمد و ابو يعلى

Dari Anas bin Malik RA, ia berkata, "Ada sebuah pohon yang mengganggu orang-orang. Kemudian datang seorang laki-laki, lalu memotongnya dari jalan umum itu. (Anas) berkata : Nabi SAW bersabda, "Sesungguhnya aku telah melihat dia bersenang-senang di bawah naungan pohon di surga". [HR. Ahmad dan Abu Ya'la]


Nikah Itu Indah………………….

Nikah Itu Indah………………….

Diantara tanda-tanda kekuasaanNya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, seupaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan Allah jadikan bagimu cinta dan kasih sayang. Sesungguhnya yang demikian itu benar-bernar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berfikir.” (QS Ar-Rum:21)

Dalam  Hadist Tarmidzi dari Abu Hurairah, Rasulullah pernah bersabda : “Tiga golongan yang berhak ditolong oleh Allah, yakni pejuang di jalan Allah, mukatib (budak yang membeli dari tuannya) yang mau melunasi pembayarannya dan orang menikah karena mau menjauhkan dirinya  dari yang haram.”

Catatan Kecil Sebuah Pernikahan yang Islam

Pernikahan atau perkawinan dalam pandangan Islam bukan hanya merupakan bentuk formalisasi hubungan suami istri atau pemenuhan kebutuhan fitrah insani semata, tetapi lebih dari itu, merupakan amal ibadah yang disyariatkan. Meskipun upacara yang sakral itu tidak bisa dipisahkan dari statusnya sebagai ibadah, namun dalam pelaksanaannya seringkali tampil dalam tata cara yang berbeda-beda, bahkan cenderung didominasi adat istiadat setempat yang merusak nilai ibadah itu sendiri.
Adalah merupakan kewajiban bagi setiap muslim untuk memahami seluruh aspek peribadatan dalam Islam, khususnya dalam masalah pernikahan. Apa pula hikmah dan rahasia dibaliknya serta bagaimana etika penyelenggaraan pernikahan itu, Insya Allah akan diberkati Allah Azza Wa Jalla, disamping terbebas dari aktivitas yang menyimpang dari ajaran Islam.

Antara Ibadah dan Fitrah

Dikatakan sebagai fitrah karena secara jelas Allah dan Rasul-Nya mensyariatkan nikah sebagai perintah yang harus dilaksanakan seperti termaktub dalam Al-Quran dan Sunah:
“Maka nikahilah olehmu perempuan-perempuan yang baik bagimu dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka nikahilah seorang saja…” (QS. An Nisa: 3)
“Hai sekalian manusia, bertaqwalah kepada Rabb-Mu yang telah menciptakanmu dan menjadikan materi daripadanya dan daripada keduanya berkembang biak laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertaqwalah kepada Allah yang kamu saling meminta dengan nama-Nya dan takutlah (akan memutuskan) silaturahmi. Sesungguhnya Allah mengawasi kamu”. (QS An Nisa:1)

Lebih tegas diperintahkan oleh Rasulullah SAW kepada kaum muda yang sudah memiliki kesiapan, hendaknya segera menikah tanpa harus banyak berfikir-fikir dan menunggu-nuggu, karena nikah itu perbuatan yang mulia dan disukai oleh Al-Khaliq. Bahkan beliau mengingatkan amal yang terpuji ini merupakan sebagian dari kesempurnaan pelaksanaan Dien. Jadi barangsiapa yang belum menunaikan nikah berarti ia belum mampu melaksanakan Dien secara sempurna, sabda Rasulullah SAW.
“Wahai para pemuda, barang siapa diantara kamu telah mampu menikah, hendaklah ia nikah. Sesungguhnya dengan demikian akan lebih menundukkan pandangan mata dan lebih leluasa menjaga kemaluannya. Barang siapa yang tidak sanggup, maka sebaiknya berpuasa saja. Sesungguhnya ia akan menciptakan keseimbangan.” (HR. Muslim)
“Manakala seseorang telah beristri, telah menyempurnakan separuh Dien, maka tekutlah kepada Allah untuk menyempurnakan separuh yang lain”. (HR. Baihaqi)

Memang pernikahan merupakankebutuhan fitrah setiap insan yang tidak mungkin dihindari. Seiring dengan kebutuhan biologis manusia, maka tumbuh pula dorongan seksualnya. Jika hal tersebut tak tersalurkan pada hal yang benar, akan menimbulkan bencana sosial maupun kemanusiaan. Karena itu Islam sebagai agama fitrah (QS 30:30) memberikan jalan keluarnya secara sempurna.
Disamping aspek-aspek hidup yang lain. Islam tidak setuju terhadap sikap membujang. Sebab ini melanggar fitrah kemanusiaan, Rasulullah pernah marah ketika mendengar salah seorang sahabatnya berniat hendak membujang terus, demi alasan membersihkan diri dari nafsu. Beliau bersabda:
“Sesungguhnya aku ini menikahi wanita, barangsiapa yang tidak mengikuti sunnahku maka ia bukan termasuk golonganku”.
Inilah bukti keselarasan antara ajaran Islam dengan tuntutan biologis atas fitrah kemanusiaan. Islam memberi jawaban terhadap seluruh persoalan insani, tidak ada satu pun yang luput dari perhatian Islam.

Tujuan Nikah

Sesungguhnya hubungan kasih saying antara pria dan wanita merupakan masalah urgen yang harus ditata. Dan lembaga pernikahan merupakan aturan yang mesti dipatuhi oleh setiap muslim. Pernikahan dalam Islam bukan sekedar sarana formalisasi kebutuhan biologis, lebih dari itu adalah untuk menjalankan perintah Allah dan Rasul-Nya serta upaya melestarikan kekhalifahan manusia di muka bumi sebagai amanat suci dengan menurunkan generasi yang sah, baik dan berkualitas dari rumah tangga yang tertata menurut syariat. Rasulullah mencintai ummatnya yang berketurunan banyak :
“Nikahlah, perbanyaklah keturunan. Sebab di hari kiamat kelak aku akan membanggakan kalian dari ummat-ummat yang lain”.
Pernikahan juga akan mengantarkan manusia pada ketentraman, suasana sejuk yang membebaskan diri dari kegelisahan dan rasa gundah gulana, bila perkawinan itu dilandasi syariat. Sebaliknya, rumah tangga akan dapat menjadi sumber api yang dapat merembet ke aspek lain bila lepas dari landasan syar’i.
“Diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan Allah jadikan bagimu cinta dan kasih sayang. Sesungguhnya yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berfikir.” (QS. Ar-Ruum:21)
Jika demikian tujuan pernikahan, yakni keluarga sakinah dalam lindungan rahmat-Nya, sudah barang tentu kita tak mungkin melepaskan diri dari tuntutan syari’at-Nya.
Di zaman yang sedang dilanda krisis moral seperti sekarang ini banyak kalangan muda yang tidak punya keberanian untuk menikah, mereka takut mendayung bahtera rumah tangga dengan segala beban resikonya, ditambah orang tua yang kebanyakan tidak mau membantu anak-anaknya pada langkah-langkah awal memasuki jenjang pernikahan.
“Jika kamu mampu mengurus anak dan istri maka nikahlah, bila tidak maka jangan buru-buru nikah, nanti kamu akan sengsara”, dmeikian ungkapan yang sering dilontarkan. Padahal sang anak sudah meningkat dewasa demikian pula dengan emosi seksualitasnya. Sesungguhnya terjadi kenyataan yang tidak sinkron. Satu pihak kita menekan anak-anak muda untuk menunda perkawinan dengan alasan belum cukup umur, belum mampu mengurus tetek bengek keluarga namun di pihak lain membiarkan mereka dipermainkan oleh yang dahsyat lewat realita kultur yang penuh maksiat, lewat koran, televisi, film, pertunjukan nyata, dan lain sebagainya.
Mampukah mereka bertahan, ataukah dibiarkan saja hingga menyerempet (atau sudah) ke arah perbuatan zina? Sangat disesalkan bila mereka tidak berani menikah, yang sesungguhnya itu merupakan ibadah, hanya karena takut menanggung resiko ekonomi, lalu melampiaskannya dengan cara-cara yang tidak dianjurkan, yang justru mengeluarkan banyak biaya disamping dosa besar. Allah SWT Yang Maha Pemurah menjanjikan bagi orang yang mau menikah :
Hendaklah kamu mengawinkan orang-orang yang sendirian (belum menikah) diantaramu dan orang-orang yang shaleh diantara hamba yang laki-laki dan perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memberi kekayaan kepada mereka dengan Karunia-Nya. Allah Maha Luas (Karunia)-Nya lagi Maha Mengetahui.” (QS. An-Nur:32)



ADAB WALIMAH
(Resepsi Pernikahan Islami)

Karena pernikahan itu merupakan ibadah maka Islam mengatur pelaksanaan atau tata cara pernikahan dan walimah (resepsi pernikahan) dengan cara-cara yang tidak boleh menyimpang dari nilai Islam.
Dalam Islam, walimah dianjurkan utnuk diselenggerakan, betapa pun dalam bentuk yang amat sederhana, hal ini merupakan formalisasi dari pernikahan agar khalayak mengetahui secara resmi pernikahan itu, dengan demikian secara sosial akan menghilangkan hal-hal yang akan mengarah pada fitnah.
Hadits Rasulullah SAW :
Dari Anas ra. Berkata : “Aku tidak pernah melihat Rasulullah SAW mengadakan walimah untuk istrinya seperti beliau mengadakan walimah untuk Zaenab, beliau menyembelih seekor kambing”. (HR. Bukhari-Muslim)
Adapun acara walimah yang Islami harus memenuhi kriteria sebagai berikut :
  1. Bertujuan untuk melaksanakan ibadah.
Tidak dibenarkan menyelenggarakan walimah didasari kepentingan-kepentingan selain mencari ridho Allah. Harus dijauhkan dari bentuk upacara yang mengandung syirik seperti ada sesajian, atau sejenisnya yang terpengaruh budaya atau adat, juga harus menghindari kecenderungan bersikap riya’, yakni memamerkan kemewahan, kekayaan, kecantikan dan sejenisnya.
  1. Menghindari kemaksiatan
Dalam Islam tidak dibenarkan sang pengantin dipertontonkan di depan umum. Adapun kehadiran para tamu dimaksudkan agar turut memberikan ucapan selamat (doa) dan ikut memeriahkan. Harus dihindari suasana campur baur antara undangan pria dan wanita, karena ini tidak dibenarkan syari’at, Syariat melarang hubungan sosial dalam bentuk saling pandang, kontak, bersentuhan antar lain jenis kecuali muhrimnya, dasar ini terambil dari firman Allah dan hadits Rasulnya:
“Katakanlah kepada laki-laki yang beriman, hendaklah mereka menahan pandangannya serta memelihara kemaluannya. Yang demikian ini adalah lebih suci bagi mereka. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahuai apa yang mereka perbuat”. (QS. 24:30)
  1. Menghindari perbuatan mubadzir
Dalam acara walimah tidak dibenarkan adanya kemubadziran, pemborosan dalam biaya, berlebihan dalam hidangan sehingga banyak makanan yang terbuang. Firman Allah : “Sesungguhnya kemubadziran itu adalah saudaranya setan”.
  1. Harus mengundang kaum fakir miskin
Rasulullah SAW bersabda :
“Makanan yang paling buruk adalah  makanan dalam walimah, dimana orang-orang kaya diundang makan sedangkan orang-orang miskin tidak diundang”. (HR. Bukhari – Baihaqi).

Apabila sebuah pernikahan dan walimah diselenggarakan dengan tatacara demikian, Insya Allah keberkahan ibadah dalam acara itu diperolehnya. Sebaliknya, akan rusak jika jauh dari aturan yang ada.


NASIHAT UNTUK KEDUA MEMPELAI

Izinkanlah kami menyampaikan amanat, pertama kepada saudara yang harus memikul wasiat Nabi pada haji Wada”
Saudaraku, pagi ini dengan nikmat dan inayah Allah SWT, Anda sampai pada saat yang paling indah, paling bahagia, tetapi paling mendebarkan dalam kehidupan Anda. Saat paling indah, sebab mulai pagi ini cinta tidak hanya berbentuk impian dan khayalan. Saat yang paling bahagia, sebab akhirnya Anda berhasil mendampingi wanita yang Anda cintai (Insya Allah). Saat yang paling mendebarkan sebab mulai saat ini Anda memikul amanah Allah untuk menjadi pemimpin keluarga.
Dahulu Anda adalah manusia bebas yang pergi sesuka Anda. Tatapi sejak pagi ini bial Anda belum pulang juga sampai larut malam, di rumah ada seorang wanita yang tidak dapat tidur, karena mencemaskan Anda. Kini, bila berhari-hari Anda tidak pulang tanpa berita, di kamar Anda ada seorang wanita lembut yang akan membasahi bantalnya dengan linangan airmata. Dahulu bila Anda mendapat musibah, Anda hanya mendapat ucapan, ‘turut berduka cita’ dari sahabat-sahabat Anda. Tetapi kini, seorang istri akan bersedia mengorbankan apa saja agar meraih kembali kebahagiaan Anda. Sekarang Anda mempunyai kekasih yang diciptakan Allah untuk berbagi suka dan duka dengan Anda.
Saudara, wanita yang duduk disisi Anda bukanlah segumpal daging yang dapat Anda kerat semena-mena, dan bukan pula budak belian yang dapat Anda perlakukan sewenang-wenang. Ia adalah wanita yang dianugerahkan oleh Allah untuk membuat hidup Anda lebih indah dan lebih bermakna. Ia adalah amanat Allah yang akan Anda pertanggungjawabkan di hadapan-Nya.
Rasulullah SAW bersabda :
“Ada dua dosa yang akan didahulukan Allah siksanya di dunia ini juga, yaitu : Al bagyu dan durhaka kepada kedua orangtua”. (HR. Turmudzi, Bukhori dan thabrani)
Al Bagyu adalah berbuat sewenang-wenang, berbuat dzalim dan menganiaya orang lain. Dan Al Bagyu yang paling dimurkai adalah berbuat dzalim kepada istri, menyakiti hatinya, merampas kehangatan cintanya, merendahkan kehormatannya, mengabaikan dalam mengambil keputusan, dan mencabut haknya untuk memperoleh kebahagiaan hidup bersama Anda. Karena itu Rasulullah SAW mengukur tinggi rendahnya martabat laki-laki dari cara ia bergaul dengan istrinya, Nabi yang mulia bersabda :
“Tidak akan memuliakan wanita kecuali laki-laki yang mulia, dan tidak akan merendahkan wanita kecuali laki-laki yang rendah pula”.
Rasulullah SAW adalah manusia yang paling mulia. Dan Aisyah ra. Bercerita bagaimana Rasulullah memuliakannya:
“Di rumah, kata Aisyah, “Rasulullah melayani keperluan istrinya memasak, menyapu lantai, memerah susu dan membersihkan pakaian. Dia memanggil istrinya dengan gelaran yang baik”.
Setelah Rasulullah SAW meninggal dunia, ada beberapa sahabat menemui Aisyah, memintanya agar menceritakan perilaku rasulullah SAW, Aisyah sesaat tidak menjawab permintaan itu. Airmatanya berderai. Kemudian dengan nafas panjang ia berkata “Kaana kullu amrihi ‘ajaba’ (Ahh …. perilakunya indah).

Ketika didesak untuk menceritakan perilaku Rasul yang paling mempesona. Aisyah kemudian mengisahkan bagaimana Rasul yang mulia ditengah malam bangun dan meminta izin kepada Aisyah untuk shalat malam.
“Izinkan aku beribadah kepada Rabbku,” ujar Rasulullah kepada Aisyah.
Bayangkan Saudara, sampai untuk shalat malam saja diperlukan izin istrinya. Disitu berhimpun kemesraan, kesucian, kesetiaan, dan penghormatan.
Saudaraku, kalau saya harus menyimpulkan nasihat saya kepada Anda, saya ingin mengucapkan: “Muliakanlah istri Anda begitu rupa sehingga kelak bila Allah menakdirkan Anda meninggal lebih dahulu, lalu kami tanyai istri Anda tentang anda, ia akan menjawab seperti Aisyah: “Ahh…. Semua perilakunya indah, menakjubkan.”

Saudaraku, dengan izin Anda perkenankanlah saya sekaran menyampaikan wasiat Rasulullah SAW, kepada wanita disamping Anda:
“Seandainya aku boleh memerintahkan manusia bersujud kepada manusia lain, aku akan perintahkan para istri untuk bersujud pada suami mereka karena besarnya hak suami yang dianugerahkan Allah atas mereka”.
Banyak istri yang menuntut agar suaminya membahagiakan mereka. Jarang terpikirkan oleh mereka bagaimana ia membahagiakan suami. Padahal cinta kasih sayang akan tumbuh dan subur dalam suasana ‘memberi’ bukan ‘mengambil’. Cinta adalah ‘sharing’ saling berbagi. Anda tidak akan memperoleh cinta kalau yang Anda tebarkan adalah kebencian. Anda tidak akan memetik kasih sayang kalau yang Anda tanam adalah kemarahan. Anda tidak akan meraih ketenangan bila yang Anda suburkan dendam dan kekecewaan.
Saudariku, Anda boleh memberi apa saja yang Anda miliki. Tetapi, buat suami Anda, tidak ada pemberian istri yang paling membahagiakan selain hati yang selalu siap berbagi kesenangan dan penderitaan. Diluar rumah, suami Anda boleh jadi diguncangkan dengan berbagai kesulitan. Di luar, ia menemukan wajah-wajah tegar, mata-mata tajam, ucapan-ucapan kasar, dan pergumulan hidup yang berat. Ia ingin ketika pulang ke rumah, menemukan wajah yang ceria, mata yang sejuk, ucapan yang lembut, dan berlindung dalam keteduhan kasih sayang Anda (seperti cerita putri  saljunya Anderson). Suami Anda ingin mencairkan seluruh beban jiwanya dengan kehangatan air mata yang terbit dari samudera kasih sayang Anda.

Rasul yang mulia pernah berkata bahwa istri terbaik adalah:
“Istri yang paling baik adalah yang membahagiakanmu, saat kamu memandangnya, yang mematuhimu kalau kamu menyuruhnya, dan memelihara kehormatan dirinya dan hartamu bila kamu tidak ada disisinya.”
Saudariku….
Rasul bersabda bahwa surga terletak dibawah telapak kaki kaum ibu, maka apakah rumah tanggan yang Anda bangun hari ini akan menjadi surga atau neraka, bergantung kepada Anda sebagai ibu rumah tangga. Rumah tangga akan menjadi surga bila Anda menghiasnya dengan kesabaran, kesetiaan dan kesucian. Allah SWT berfirman:
“Wahai-wanita ingatlah ayat-ayat Allah dan hikmah yang dbacakan dirumah-rumah kami. Sesungguhnya Allah Maha Penyayang dan Maha Mengetahui.” (QS. 33:34)
Saudariku, kelak bila perahu rumah tangga Anda bertubrukan dengan kerikil tajam, bila impian remaja telah berganti menjadi kenyataan yang pahit, bila bukit-bukit harapan diguncangkan gempa cobaan, kami ingin melihat Anda tetap teguh di samping suami Anda. Anda tetap tersenyum walaupun langit mendung. Pada saat seperti itu mungkin tidak ada yang paling menyejukkan suami Anda selain melihat pemandangan yang mengharukan. Ia bangun di malam hari, didapatinya Anda tidak ada disampingnya. Tetapi, ia dengan suara yang dikenalnya betul.
Di atas sajadah dan di atas lantai yang dingin ia menyaksikan seorang wanita bersujud. Suaranya bergetar. Ia memohon agar Allah menganugerahkan pertolongan bagi suaminya. Pada saat seperti itu suami Anda akan mengangkat tangannya ke langit, dan dengan airmata yang menetes ia berdo’a :
“Ya Allah, karuniakanlah kepada kami istri dan keturunan yang menentramkan hati kami, dan jadikanlah kami penghulu orang-orang yang bertaqwa”.
Saudariku, pernah suatu saat Aisyah ra. Bercerita, alam setelah meninggalnya Khadijah ra. :
“Hampir setiap kali Rasulullah SAW, akan keluar rumah, beliau menyebut nama Khadijah seraya memujinya. Sehingga pada suatu hari, ketika beliau menyebutnya lagi, timbul rasa cemburuku dan kukatakan padanya, “Bukankah ia hanya seorang wanita yang sudah tua, sedang Allah telah memberi Anda pengganti yang lebih baik daripada dia?”
Mendengar itu rasulullah SAW kelihatan sangat marah, sehingga bagian depan rambutnya bergetar karenanya. Lalu beliau berkata, “Tidak, demi Allah ! Aku tidak mendapat pengganti yang lebih baik daripada dia ! Dia beriman keapdaku ketika orang-orang mendustakanku. Dia membantuku dengan hartanya ketika tak seorangpun selain dia bersedia memberiku sesuatu. Dan Allah telah menganugerahkan keturunan dari padanya, dan tidak dari istri-istriku yang lain.” (Al Hadits)
Saudariku, seandainya ditakdirkan  Allah Anda meninggal lebih dahulu, lalu kami menemui suami Anda, dan kami tawarkan pengganti Anda. Pada saat itu, suami Anda akan bergetar marah, dan seperti Rasul yang mulia, ia berkata, “Demi Allah, tidak ada yang dapat menggantikan dia. Dia yang memperkuat hatiku ketika aku hampir putus asa, dia mempercayaiku ketika semua orang menjauhiku. Dia memberikan ketulusan hati ketika semua orang mengkhianatiku”. Bila itu terjadi berbahagialah Anda, saudariku, karena rasulullah SAW bersabda :
Bila seorang wanita meninggal dunia, dan suaminya ridho sekali dengan tingkah lakuknya semasa hidupnya, maka wanita itu masuk surga”.
Marilah kita antarkan kedua mempelai pada kehidupan mereka yang baru. Kepada mereka berdua ingin kita amanatkan firman Allah SWT :
“Berbekallah kalian, sesungguhnya bekal yang paling baik adalah taqwa”.

Akhirnya, mari kita panjatkan doa barokah kepada kedua mempelai :

“Barokallahu laka wa baaraka ‘alaika wa jama’a bainakumaa fi khoir”

“Semoga Allah memberikan keberkahan dan menetapkan keberkahan itu padamu serta menghimpun kalian berdua di dalam kebaikan” Amin.




KEMAKSIATAN BESAR YANG DILAKUKAN OLEH HATI MANUSIA

KEMAKSIATAN BESAR YANG DILAKUKAN OLEH HATI MANUSIA 


DOSA-DOSA besar itu tidak hanya terbatas kepada  amalan-amalan lahiriah,  sebagaimana  anggapan  orang  banyak,  akan  tetapi kemaksiatan yang lebih besar dosanya dan lebih berbahaya ialah yang dilakukan oleh hati manusia.

Amalan yang dilakukan oleh hati manusia adalah lebih besar dan lebih  utama  daripada  amalan  yang  dilakukan  oleh  anggota tubuhnya.  Begitu  pula halnya kemaksiatan yang dilakukan oleh hati  manusia  juga  lebih  besar  dosanya  dan  lebih   besar bahayanya.

KEMAKSIATAN ADAM DAN KEMAKSIATAN IBLIS

Al-Qur'an telah menyebutkan kepada kita dua bentuk kemaksiatan yang  mula-mula  terjadi  setelah terciptanya Adam dan setelah dia ditempatkan di surga.

Pertama, kemaksiatan yang dilakukan  oleh  Adam  dan  istrinya ketika  dia  memakan  buah dari pohon yang dilarang oleh Allah SWT.  Itulah   jenis   kemaksiatan   yang   berkaitan   dengan amalan-amalan  anggota tubuh yang lahiriah, yang didorong oleh kelupaan   dan   kelemahan   kehendak   manusia;   sebagaimana difirmankan oleh Allah SWT:

"Dan sesungguhnya telah Kami perintahkan kepada Adam dahulu, maka ia lupa (akan perintah itu), dan tidak Kami dapati padanya kemauan yang kuat." (Thaha: 115)

Iblis terlaknat tidak  menyia-nyiakan  kesempatan  itu,  yaitu ketika  Adam  lupa  dan  lemah  kekuatannya. Iblis menampakkan kepada Adam dan istrinya bahwa larangan  Allah  untuk  memakan buah  pohon  itu sebagai sesuatu yang indah. Ia menipu mereka, dan menjanjikan sesuatu kepada mereka sehingga mereka terjatuh ke dalam janji-janji manis Iblis.

Akan  tetapi,  Adam  dan istrinya segera tersadarkan iman yang bersemayam di dalam hati mereka, dan mereka  mengetahui  bahwa mereka   telah   melanggar  larangan  Allah;  kemudian  mereka bertobat kepada Tuhannya, dan Allah SWT menerima tobat mereka:

"... dan durhakalah Adam kepada Tuhan dan sesatlah ia. Kemudian Tuhannya memilihnya maka Dia menerima tobatnya dan memberinya petunjuk." (Thaha: 121-122)

Keduanya berkata, "Ya tuhan kami, kami telah  menganiaya  diri kami  sendiri,  dan  jika  Engkau  tidak  mengampuni  kami dan memberi rahmat kepada kami,  niscaya  pastilah  kami  termasuk orang-orang yang merugi." (al-A'raf: 23)

"Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, maka Allah menerima tobatnya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang." (al-Baqarah: 37)

Kedua,  kemaksiatan  yang  dilakukan  oleh  Iblis  ketika  dia diperintahkan  oleh  Allah  --bersama  para  malaikat--  untuk bersujud kepada  Adam  sebagai  penghormatan  kepadanya,  yang diciptakan  oleh  Allah  SWT dengan kedua tangan-Nya, kemudian Dia tiupkan ruh kepadanya.

"Maka bersujudlah para malaikat itu bersama-sama, kecuali Iblis. Ia enggan ikut bersama-sama malaikat yang sujud itu. Allah berfirman: "Hai lblis, apa sebabnya kamu tidak (ikut sujud) bersama-sama mereka yang sujud itu?" Berkata Iblis: "Aku sekali-kali tidak akan sujud kepada manusia yang engkau telah menciptakannya dari tanah liat kering dari lumpur hitam yang diberi bentuk." Allah berfirman: "Keluarlah dari surga, karena sesungguhnya kamu terkutuk. Dan sesungguhnya kutukan itu akan tetap menimpamu hingga hari kiamat kelak."" (al-Hijr: 30-35)

Itulah keengganan  dan  kesombongan  terhadap  perintah  Allah sebagaimana disebutkan dalam surat al-Baqarah:

"... maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan ia termasuk golongan orang-orang yang kafir." (al-Baqarah: 34)

Iblis membantah dan berkata kepada Tuhannya dengan sombongnya:
  
"... Aku lebih baik daripada dirinya. engkau ciptakan saya dari api sedang dia engkau ciptakan dari tanah." (al-A'raf: 12)

Perbedaan antara kedua bentuk kemaksiatan tersebut ialah bahwa kemaksiatan   Adam  adalah  kemaksiatan  yang  dilakukan  oleh anggota badan  yang  tampak,  kemudian  dia  segera  bertobat. Sedangkan kemaksiatan Iblis adalah kemaksiatan dalam hati yang tidak tampak; yang sudah barang tentu akan diberi balasan yang sangat buruk oleh Allah SWT. Kami berlindung kepada Allah dari segala kemaksiatan tersebut.

Tidak heranlah bahwa setelah itu datang peringatan yang sangat keras  terhadap  kita  dari  melakukan kemaksiatan dalam hati, yang   digolongkan   kepada   dosa-dosa   besar.    Kebanyakan kemaksiatan dalam hati itu adalah pendorong kepada kemaksiatan besar yang dilakukan oleh  anggota  tubuh  kita  yang  tampak; dalam  bentuk  meninggalkan apa yang diperintahkan oleh Allah, atau melakukan segala larangannya.

KESOMBONGAN

Sebagaimana yang kita ketahui dari kisah Iblis bersama  dengan
Adam,  kesombongan  dapat  mendorong kepada penolakan terhadap
perintah Allah SWT. Dia berfirman:

"Berkata Iblis: 'Aku sekali-kali tidak akan sujud kepada manusia yang Engkau telah menciptakannya dari tanah liat kering (yang berasal dari) lumpur hitam yang diberi bentuk.'" (al-Hijr: 33)
  
"... Aku lebih baik daripada dirinya..." (Shad: 76)

Atas dasar itulah kita  diperingatkan  untuk  tidak  melakukan kesombongan  dan  melakukan  penghinaan  terhadap  orang lain; sehingga Rasulullah saw bersabda,

"Tidak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya terdapat setitik kesombongan."27

Dalam sebuah hadits qudsi disebutkan,

"Kemegahan adalah kain-Ku, kesombongan adalah selendang-Ku, dan barangsiapa yang merebutnya dari-Ku, maka Aku akan menyiksanya." 28

Dalam hadits yang lain disebutkan,

"Seseorang akan dianggap telah melakukan keburukan apabila dia menghina saudaranya sesama Muslim." 29
  
"Barangsiapa yang mengulurkan pakaiannya (memanjangkan pakaian yang dikenakannya secara berlebihan) maka Allah tidak akan melihat kepadanya pada hari kiamat kelak."30

Selain dari hadits-hadits tersebut, al-Qur'an  dalam  berbagai ayatnya   mencela   orang   yang  melakukan  kesombongan,  dan menjelaskan bahwa  kesombongan  mencegah  banyak  orang  untuk beriman  kepada  Rasulullah  saw, sekaligus menjerumuskan diri mereka ke neraka Jahanam:

"Dan mereka mengingkarinya karena kezaliman dankesombongan (mereka) padahal hati mereka meyakini(kebenarannya)..." (an-Nahl: 14)
  
"Maka masuklah pintu-pintu neraka Jahanam, kamu kekal didalamnya. Maka amat buruklah tempat orang-orang yangmenyombongkan diri itu (an-Nahl: 29)
  
"... Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yangsombong." (an-Nahl: 23)
  
"... Demikianlah Allah mengunci mati hati orang yang sombong dan sewenang-wenang." (Ghafir: 35)
  
"Aku akan memalingkan orang-orang yang menyombongkan dirinya di muka bumi tanpa alasan yang benar dari tanda-tanda kekuasaan-Ku..." (al-A'raf: 146)

KEDENGKIAN DAN KEBENCIAN

Dalam kisah dua orang anak  nabi  Adam  yang  dikisahkan  oleh al-Qur'an kepada kita, kita dapat menemukan kedengkian (hasad) yang mendorong kepada salah seorang di antara  dua  bersaudara itu untuk membunuh saudaranya yang berhati baik.

"Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua anak Adam (Habil dan Qabil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan korban, maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). Ia berkata (Qabil): "Aku pasti membunuhmu." Berkata Habil: "Sesungguhnya Allah hanya menerima (korban) dari orang-orang yang bertaqwa." "Sungguh kalau kamu menggerakkan tanganmu kepadaku untuk membunuhku, aku sekali-kali tidak akan menggerakkan tanganku kepadamu untuk membunuhmu. Sesungguhnya aku takut kepada Allah, Tuhan seru sekalian alam." "Sesungguhnya aku ingin agar kamu kembali dengan (membawa) dosa (membunuh)ku dan dosamu sendiri, maka kamu akan menjadi penghuni neraka, dan yang demikian itulah pembalasan bagi orang-orang yang zalim." Maka hawa nafsu Qabil menjadikannya menganggap mudah membunuh saudaranya, sebab itu dibunuhnyalah, maka jadilah ia seorang di antara orang-orang yang merugi. Kemudian Allah menyuruh seekor burung gagak menggali-gali di bumi untuk memperlihatkan kepadanya (Qabil) bagaimana dia seharusnya menguburkan mayat saudaranya. Berkata Qabil: "Aduhai celaka aku, mengapa aku tidak mampu berbuat seperti burung gagak ini, lalu aku dapat menguburkan mayat saudaraku ini?." Karena itu jadilah dia seorang di antara orang-orang yang menyesal. (al-Ma'idah: 27-31)

Al-Qur'an memerintahkan kita  untuk  berlindung  kepada  Allah dari kejahatan orang-orang yang dengki.

"Dan dari kejahatan orang dengki apabila dia sedangdengki." (al-Falaq: 5)

Al-Qur'an mengatakan bahwa hasad adalah salah satu sifat orang Yahudi.

"Ataukah mereka dengki kepada manusia (Muhammad)lantaran, karunia yang telah diberikan oleh Allah kepadamanusia itu.?..." (an-Nisa': 54)

Allah menjadikan hasad sebagai salah satu penghalang  keimanan terhadap ajaran Islam, dan merupakan salah satu sebab penipuan terhadapnya:

"Sebagian besar Ahli Kitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kamu kepada kekafiran setelah kamu beriman, karena dengki (yang timbul) dari diri mereka sendiri setelah nyata bagi mereka kebenaran..." (al-Baqarah: 109)

Rasulullah  saw  mengatakan  bahwa  kedengkian  dan  kebencian merupakan  salah satu penyakit umat yang sangat berbahaya, dan sangat mempengaruhi agamanya. Beliau saw bersabda,

"Penyakit umat terdahulu telah merambah kepada kamu semua yaitu: kebencian dan kedengkian. Kebencian itu adalah pencukur. Aku tidak berkata pencukur rambut, tetapi pencukur agama." 31

Dalam hadits yang lain disebutkan,

"Tidak akan bertemu di dalam diri seorang hamba, keimanan dan kedengkian."32

Rasulullah saw bersabda,

"Manusia akan tetap berada di dalam kebaikan selama dia tidak mempunyai rasa dengki"33

KEKIKIRAN YANG DIPERTURUTKAN

Di antara bentuk kemaksiatan hati yang besar  ialah  tiga  hal yang   dianggap   merusak   kehidupan   manusia,   yang   kita diperingatkan oleh hadits Nabi  saw  untuk  menjauhinya:  "Ada tiga  hal  yang dianggap dapat membinasakan kehidupan manusia, yaitu kekikiran (kebakhilan) yang dipatuhi,  hawa  nafsu  yang diikuti, dan ketakjuban orang terhadap dirinya sendiri."34

Banyak sekali hadits yang mencela sifat kikir ini:

"Kekikiran dan keimanan selamanya tidak akan bertemu dalam hati seorang hamba." 35
  
"Keburukan yang ada di dalam diri seseorang ialah, kekikiran yang meresahkan dan sikap pengecut yang melucuti." 36
  
"Jauhilah kezaliman, karena sesungguhnya kezaliman itu adalah kegelapan pada hari kiamat. Dan jauhilah kekikiran, karena sesungguhnya kekikiran itu telah membinasakan orang-orang sebelum kamu; karena ia membuat mereka menumpahlan darah dan menghalalkan hal-hal yang diharamkan bagi mereka." 37
  
"Jauhilah kekikiran, karena sesungguhnya umat sebelum kamu telah binasa karena kekikiran ini. Kekikiran itu menyuruh memutuskan silaturahmi, maka mereka memutuskannya; kekikiran itu menyuruh bakhil, maka mereka bakhil; kekikiran itu menyuruh berbuat keji, maka mereka berbuat keji." 38

Para ulama berkata, "Kikir adalah sifat bakhil  yang  disertai dengan  tamak. Ia melebihi keengganan untuk memberikan sesuatu karena  kebakhilan.  Bakhil  hanyalah   untuk   hal-hal   yang berkaitan  dengan  pemberian harta benda saja, sedangkan kikir berkaitan dengan pemberian harta benda dan juga kebaikan  atau ketaatan.  Dan kekikiran yang meresahkan (al-syukhkh al-hali') ialah yang membuat pelakunya selalu resah, dan sangat gelisah. Artinya,  dia selalu gelisah dan khawatir bila ada haknya yang diminta orang." Mereka  berkata,  "Kekikiran  selamanya  tidak pernah  akan bertemu dengan pengetahuan terhadap Allah. Karena sesungguhnya keengganan  untuk  menafkahkan  harta  benda  dan memberikannya  kepada  orang  lain adalah karena takut miskin, dan  ini  merupakan  kebodohan  terhadap  Allah,   dan   tidak mempercayai  janji  dan  jaminannya.  Atas dasar itulah hadits Nabi saw menafikan pertemuan antara kekikiran dan keimanan  di dalam hati manusia. Masing-masing menolak yang lain.

HAWA NAFSU YANG DITURUTI

Di  antara  hal-hal  yang  dapat  membinasakan   (al-muhlikat) manusia sebagaimana disebutkan oleh hadits Nabi saw ialah hawa nafsu yang dituruti; yang juga  diperingatkan  oleh  al-Qur'an dalam berbagai ayatnya. Allah SWT pernah berkata kepada Dawud:

"Hai Dawud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu penguasa di maka bumi, maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesathan kamu dari jalan Allah..." (Shad: 26)

Allah SWT berfirman kepada Rasul-Nya yang terakhir:

"... dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah hal itu melewati batas." (al-Kahfi: 28)
  
"... dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang mengikuti hawa nafsunya dengan tidak mendapat petunjuk dari Allah sedikitpun..." (al-Qashash: 50)
  
"... Mereka itulah orang-orang yang dikunci mati hati mereka oleh Allah dan mengikuti hawa nafsu mereka." (Muhammad: 16)

Al-Qur'an menjelaskan bahwa  mengikuti  hawa  nafsu  itu  akan membuat seseorang buta dan tuli, dan tersesat tidak mengetahui apa-apa, hatinya tertutup, sehingga dia tidak  dapat  melihat, mendengar,  dan  menyadari  apa yang sedang terjadi di sekitar dirinya:

"Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya dan Allah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat)..." (al-Jatsiyah: 23)

Oleh sebab itu, Ibn Abbas berkata, "Tuhan manusia yang  paling jelek di bumi ialah hawa nafsu."

Al-Qur'an meletakkan pencegahan hawa nafsu sebagai kunci untuk masuk  surga; sebagaimana difirmankan oleh Allah SWT:

"Adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat tinggalnya." (an-Nazi'at: 40-41)

TA'AJUB TERHADAP DIRI SENDIRI

Perkara ketiga yang  dapat  membinasakan  manusia  sebagaimana disebutkan dalam hadits ialah berbangga terhadap diri sendiri. Sesungguhnya orang yang  berbangga  terhadap  dirinya  sendiri tidak  akan  dapat  melihat aib yang ada pada dirinya walaupun aib itu sangat besar, tetapi dia dapat melihat  kelebihan  dan kebaikan  dirinya sebagaimana mikroskop yang dapat memperbesar hal-hal yang kecil dalam dirinya.

Al-Qur'an telah menyebutkan bagaimana kebanggaan kaum Muslimin terhadap diri mereka pada waktu Perang Hunain yang menyebabkan kekalahan, sehingga mereka menyadari keadaan itu  dan  kembali kepada Tuhan mereka.

"Sesungguhnya Allah menolong kamu (hai para Mukmin) di medan peperangan yang banyak, dan (ingatlah) peperangan Hunain, yaitu di waktu kamu menjadi congkak karena banyaknya jumlahmu, maka jumlah yang banyak itu tidak memberi manfaat kepadamu sedikitpun, dan bumi yang luas itu telah terasa sempit olehmu, kemudian kamu lari ke belakang dengan bercerai-berai. Kemudian Allah menurunkan ketenangan kepada Rasul-Nya, dan kepada orang-orang yang beriman, dan Allah menurunkan bala tentara yang kamu tiada melihatnya..." (at-Taubah: 25-26)

Ali r.a. berkata, "Keburukan yang engkau lakukan adalah  lebihbaik  daripada kebaikan di sisi Allah yang membuatmu berbangga diri."

Atha, mengutip makna ucapan Ali kemudian dia  mengungkapkannya di   dalam   hikmahnya:  "Barangkali  Allah  membukakan  pintu ketaatan  tetapi  tidak  membukakan  bagimu  pintu  penerimaan amalan  itu;  barangkali  Dia  menakdirkan bagimu kemaksiatan, tetapi  hal  itu  menjadi  sebab  sampainya  kamu   kepadaNya .Kemaksiatan yang menyebabkan dirimu terhina dan tercerai-berai adalah lebih baik daripada ketaatan  yang  menyebabkan  dirimu berbangga dan menyombongkan diri."

RIYA' (MEMAMERKAN DIRI)39

Di antara kemaksiatan hati yang dianggap  besar  ialah  riya'; yang   menyebabkan   batalnya  dan  tidak  diterimanya  amalan seseorang di sisi Allah SWT, walaupun pada lahirnya amalan itu tampak   baik   dan  indah  menurut  Pandangan  manusia.Ketika berbicara tentang orang-orang munafiq, Allah SWT

"... Mereka bermaksud riya' (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali." (an-Nisa': 142)
  
"Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat. Yaituorang-orang yang lalai dari shalatnya. Orang-orang yangberbuat riya', dan enggan (menolong dengan) barangberguna." (al-Ma'un: 4-7)
  
"... maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yangdi atasnya ada tanah kemudian batu itu ditimpa hajanlebat, lalu menjadilah dia bersih..." (al-Baqarah: 264)

Sejumlah hadits menyebutkan bahwa riya' merupakan  salah  satu bentut  kemusyrikan.  Amalan  yang  dilakukan  oleh orang yang riya' tidak dituiukan untuk mencari keridhaan Allah SWT tetapi dilakukan  untuk  mencari  popularitas,  pujian, dan sanjungan dari masyarakat.

Oleh sebab itu, di dalam sebuah hadits qudsi disebutkan:  "Aku adalah  sekutu  yang  paling  kaya. Maka barangsiapa melakukan amalan dengan menyekutukan diri-Ku dengan  yang  lainnya  maka Aku  akan  meninggalkannya  dan sekutunya." Dalam riwayat yang lain disebutkan: "Maka Aku akan berlepas diri darinya, dan Dia akan bersama sekutunya."40

Ada sebuah hadits yang sangat terkenal, yang diriwayatkan oleh Muslim dari Abu Hurairah r.a. mengenai tiga  orang  yang  pada hari  kiamat  kelak,  digiring  ke  api neraka; pertama adalah orang yang berperang sampai dia menjadi syahid;  kedua  adalah orang  yang  belajar  ilmu pengetahuan dan mengajarkannya, dan membaca  al-Qur'an;  ketiga  adalah  orang  yang   menafkahkan hartanya  pada kebaikan. Akan tetapi Allah SWT Maha Mengetahui niat-niat  dan  rahasia  mereka.  Allah  menyatakan  kedustaan mereka  dan  menunjukkan bukti-buktinya serta berfirman kepada setiap  orang   di   antara   mereka,   "Sesungguhnya   engkau melaksanakan  ini  dan itu adalah agar supaya orang mengatakan bahwa dirimu begini dan begitu."

Sesungguhnya  kepalsuan  dan  penipuan  yang  dilakukan   oleh manusia  seperti  itu  terhadap sesama manusia merupakan sifat yang sangat buruk. Lalu bagaimana halnya dengan kepalsuan yang dilakukan   oleh   makhluk   kepada  Khaliq-nya.  Sesungguhnya perbuatan seperti  itu  lebih  keji  dan  lebih  buruk  Itulah perbuatan  yang  dilakukan  oleh  orang-orang  yang  melakukan riya',  yang  berbuat  untuk  memperoleh  pujian  orang.   Dia melakukan  semuanya  untuk  memperoleh  kepuasan  orang,  yang bohong dan semu. Maka tidak diragukan  lagi  bahwa  Allah  SWT akan  murka  kepadanya  dan  akan mengungkapkan segala rahasia yang tersimpan di dalam hatinya kelak  pada  hari  kiamat  dan akan  memasukkannya  ke  neraka.  Tiada daya dan upaya kecuali dengan Allah SWT.

CINTA DUNIA

Di antara kemaksiatan hati lainnya yang dianggap  besar  ialah cinta  dunia  dan  lebih mengutamakannya daripada akhirat. Hal ini merupakan sebab setiap kesalahan yang dilakukannya. Bahaya yang  ditimbulkannya  bukan terletak pada pemilikan dunia itu, tetapi keinginan dan ketamakan atas dunia dengan segala  macam perhiasannya.  Jika  ada  kesempatan  untuk meraih kepentingan dunia  dan  akhirat,  maka  orang   itu   lebih   mengutamakan kepentingan  yang pertama daripada kepentingan yang kedua. Dan inilah yang menyebabkan kehancurannya di dunia dan di  akhirat kelak. Allah SWT berfirman:

"Adapun orang yang melampaui batas, dan lebih mengutamakan kehidupan dunia, maka sesungguhnya nerakalah tempat tinggalnya." (an-Nazi'at: 37-39)
  
"Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami beriman kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna, dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan." (Hud: 15-16)
  
"Maka berpalinglah (hai Muhammad) dari orang yang berpaling dari peringatan Kami, dan tidak mengingini kecuali kehidupan duniawi. Itulah sejauh-jauh pengetahuan mereka..." (an-Najm: 29-30)
  
"Dan apa saja yang diberikan kepada kamu, maka itu adalah kenikmatan hidup duniawi dan perhiasannya; sedang apa yang di sisi Allah adalah lebih baik dan lebih kekal. Maka apakah kamu tidak memahaminya." (al-Qashas: 60)

Berkaitan  dengan  urusan  dunia,  ada  sebuah   hadits   yang diriwayatkan  oleh  Ahmad  dan Abu Dawud dari Tsauban "Rahasia wahan yang melanda umat ini walaupun mereka  jumlahnya  sangat banyak: 'cinta dunia dan takut mati.'"


Catatan kaki:

27 Muttafaq 'Alaih dari Abdullah bin Amr, al-Lu'lu' wal-Marjan (57).  ^
28 Diriwayatkan oleh Muslim dalam al-Iman, dari Ibn Mas'ud (147). ^
29 Diriwayatkan oleh Muslim dari Abu Hurairah r.a. (2564). ^
30 Muttafaq 'Alaih, dengan lafal dari Bukhari, al-Lu'lu' wal-Marjan (1439). ^
31 Diriwayatkan oleh Bazzar dari Zubair dengan isnad yang baik; sebagaimana dikatakan oleh Mundziri (al-Muntaqa, 1615); dan al-Haitsami (al-Majma', 8: 3); sebagaimana diriwayatkan oleh Tirmidzi (2512), yang berkata "Ini hadits yang banyak sekali riwayatnya." ^
32 Diriwayatkan oleh Nasai, 6:13; Ibn Hibban dalam Shahih-nya dari Abu Hurairah r.a. (al-Mawarid, 1597), yang dinisbatian kepada Shahih al-Jami' as-Shaghir kepada Ahmad dan Hakim (7620). ^
33 Diriwayatkan oleh Thabrani dengan rawi-rawi yang tsiqah, sebagaimana dikatakan oleh al-Mundziri (al-Muntaqa, 174) dan al-Haitsami (al-Majma', 8:78). ^
34 Diriwayatkan oleh Thabrani dalam al-Awsath dari Anas dan Ibn Umar, yang menganggapnya sebagai hadits hasan dalam Shahih al-Jami' as-Shaghir, 3030 dan 3045. ^
35 Diriwayatkan oleh Ahmad dari Abu Hurairah r.a. 2:342; Bukhari dalam al-Adab al-Mufrad (270); Nasai, 6:13; Hakim, 2:72; yang di-shahih-kan dan disepakati oleh al-Dzahabi; Ibn Hibban(3251); Syaikh Syu'aib berkata bahwa hadits ini termasuk shahih li ghairih,. ^
36 Diriwayatkan oleh Ahmad dan Baihaqi dari Abu Hurairah r.a., 9:17. Hafizh al-Iraqi berkata dalam Takhrij al-Ihya': "Isnad hadits ini baik." dan di-shahih-kan oleh Syaikh Syu'aib dalam Takhrij Ibn Hibban; dan diriwayatkan oleh al-Albani dalam Shahih al-Jami' as-Shaghir (3709) ^
37 Diriwayatkan oleh Muslim dari Jabir. ^
38 Diriwayatkan oleh Abu Dawud dari Ibn Umar (1698); dan al-Hakim yang menshahihkannya sesuai dengan syarat yang ditetapkan oleh Muslim, 1:11, dan al-Dzahabi tidak memberikan komentar apa-apa. ^
39 Riya' ialah melakukan sesuatu amalan tidak untuk mencari keridhaan Allah tetapi untuk mencari popularitas atau pujian dari masyarakat ^
40 Riwayat yang pertama diriwayatkan oleh Muslim dalam kitab az-Zuhd; sedangkan riwayat lainnya diriwayatkan oleh Ibn Majah (4202). Al-Mundziri berkata. "Para rawinya tsiqah." (Al-Muntaqa, 21); al-Bushiri dalam az-Zawa'id berkata,  "Isnad-nya shahih, dan rijal-nya tsiqah." ^