TAKUT KEPADA ALLAH


TAKUT KEPADA ALLAH


          Firman Allah Subhanahu wata’ala :
]إنما ذلكم الشيطان يخوف أولياءه، فلا تخافوهم وخافوني إن كنتم مؤمنين[
          “Sesungguhnya mereka itu tiada lain hanyalah syetan yang menakut-nakuti (kamu) dengan kawan-kawannya (orang-orang musyrik) karena itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepadaKu saja, jika kamu benar-benar orang yang beriman” (QS. Ali Imran, 175).
]إنما يعمر مساجد الله من آمن بالله واليوم الآخر وأقام الصلاة وآتى الزكاة ولم يخش إلا الله فعسى أولئك أن يكونوا من المهتدين[.
          “Sesungguhnya yang memakmurkan masjid-masjid Allah hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir, serta tetap mendirikan sholat, membayar zakat, dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah (saja), maka mereka itulah yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk” (QS. At Taubah, 18).
]ومن الناس من يقول آمنا بالله فإذا أوذي في الله جعل فتنة الناس كعذاب الله ولئن جاء نصر من ربك ليقولن إنا كنا معكم أوليس الله بأعلم بما في صدور العالمين[
          “Dan diantara manusia ada yang berkata : kami beriman kepada Allah, tetapi apabila ia mendapat perlakuan yang menyakitkan karena (imannya kepada) Allah, ia menganggap fitnah manusia itu sebagai adzab Allah, dan sungguh jika datang pertolongan dari Tuhanmu, mereka pasti akan berkata :“Sesungguhnya kami besertamu” bukankah Allah mengetahui apa yang ada dalam dada semua manusia ?” (QS. Al ankabut, 10).

          Diriwayatkan dalam hadits marfu’ dari Abu Said, Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda :
"إن من ضعف اليقين أن ترضي الناس بسخط الله، وأن تحمدهم على رزق الله، وأن تذمهن على ما لم يؤتك الله، إن رزق الله لا يجره حرص حريص، ولا يرده كراهية كاره".
          “Sesungguhnya termasuk lemahnya keyakinan adalah jika kamu mencari ridho manusia dengan mendapat kemurkaan Allah, dan memuji mereka atas rizki yang Allah berikan lewat perantaraannya, dan mencela mereka atas dasar sesuatu yang belum diberikan Allah kepadamu melalui mereka, ingat sesungguhnya rizki Allah tidak dapat didatangkan oleh ketamakan orang yang tamak, dan tidak pula dapat digagalkan oleh kebenciannya orang yang membenci”.

          Diriwayatkan dari Aisyah, ra. Bahwa Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda :
"من التمس رضا الله بسخط الناس رضي الله عنه وأرضى عنه الناس، ومن التمس رضا الناس بسخط الله سخط الله عليه وأسخط عليه الناس " رواه ابن حبان في صحيحه.
          “Barangsiapa yang mencari Ridho Allah sekalipun dengan resiko mendapatkan kemarahan manusia, maka Allah akan meridhoinya,  dan akan menjadikan manusia ridho kepadanya, dan barangsiapa yang mencari ridho manusia dengan melakukan apa yang menimbulkan kemurkaan Allah, maka Allah murka kepadanya, dan akan menjadikan manusia murka pula kepadanya” (HR. Ibnu Hibban dalam kitab shohehnya).


        Kandungan bab ini :
  1. Penjelasan tentang ayat dalam surat Ali Imran ([1]).
  2. Penjelasan tentang ayat dalam surat At Taubah ([2]).
  3. Penjelasan tentang ayat dalam surat Al ‘Ankabut ([3]).
  4. Keyakinan itu bisa menguat dan bisa melemah.
  5. Tanda-tanda melemahnya keyakinan antara lain tiga perkara yang disebutkan dalam hadits Abu Said Radhiallahu’anhu diatas.
  6. Memurnikan rasa takut hanya kepada Allah adalah termasuk kewajiban.
  7. Adanya pahala bagi orang yang melakukannya.
  8. Adanya ancaman bagi orang yang meninggalkannya.




([1])   Ayat ini menunjukkan bahwa khauf (takut) termasuk ibadah yang harus ditujukan kepada Allah semata, dan di antara tanda kesempurnaan iman ialah tiada merasa takut kepada siapapun selain Allah saja.
([2])   Ayat ini menunjukkan bahwa memurnikan rasa takut kepada Allah adalah wajib, sebagaimana shalat, zakat dan kewajiban lainnya.
([3])   Ayat ini menunjukkan bahwa merasa takut akan perlakuan buruk dan menyakitkan dari manusia dikarenakan iman kepada Allah adalah termasuk takut kepada selain Allah dan menunjukkan pula kewajiban bersabar dalam berpegang teguh kepada jalan Allah.

CINTA KEPADA ALLAH


CINTA KEPADA ALLAH


          Firman Allah Subhanahu wata’ala :
]ومن الناس من يتخذ من دون الله أندادا يحبونهم كحب الله والذين آمنوا أشد حبا لله[
          “Dan diantara manusia ada orang-orang yang mengangkat tandingan-tandingan selain Allah, mereka mencintaiNya sebagaimana mencintai Allah, adapun orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah.” (QS. Al Baqarah, 165).
]قل إن كان آباؤكم وأبناؤكم وإخوانكم وأزواجكم وعشيرتكم وأموال اقترفتموها وتجارة تخشون كسادها ومساكن ترضونها أحب إليكم من الله ورسوله وجهاد في سبيله فتربصوا حتى يأتي الله بأمره[
          “Katakanlah jika babak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, keluarga, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatirkan kerugiannya, dan rumah-rumah tinggal yang kamu sukai, itu lebih kamu cintai daripada Allah dan RasulNya, dan daripada berjihad di jalanNya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusanNya” (QS. At taubah, 24).
           Imam Bukhori dan Muslim meriwayatkan dari Anas Radhiallahu’anhu bahwa Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda :
"لا يؤمن أحدكم حتى أكون أحب إليه من ولده ووالده والناس أجمعين".
          “Tidak sempurna iman seseorang di antara kalian sehingga aku lebih dicintainya daripada anaknya, orang tuanya, dan manusia seluruhnya”.
          Juga diriwayatkan oleh Imam Bukhori dan Muslim dari Anas Radhiallahu’anhu Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda :
"ثلاث من كن فيه وجد بهن حلاوة الإيمان : أن يكون الله ورسوله أحب إليه مما سواهما، وأن يحب المرء لا يحبه إلا لله، وأن يكره أن يعود في الكفر بعد أن أنقذه الله منه كما يكره أن يقذف في النار". وفي رواية : " لا يجد أحد حلاوة الإيمان حتى ... إلى آخره.
          “Ada tiga perkara, barang siapa terdapat di dalam dirinya ketiga perkara itu, maka ia pasti mendapatkan manisnya iman, yaitu : Allah dan RasulNya lebih ia cintai dari pada yang lain, mencintai seseorang tiada lain hanya karena Allah, benci (tidak mau kembali) kepada kekafiran setelah ia diselamatkan oleh Allah darinya, sebagaimana ia benci kalau dicampakkan kedalam api”.
          Dan disebutkan dalam riwayat lain : “Seseorang tidak akan merasakan manisnya iman, sebelum …”dst.
          Ibnu Jarir meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa ia berkata :
"من أحب في الله، وأبغض في الله، ووالى في الله، وعادى في الله، فإنما تنال ولاية الله بذلك، ولن يجد عبد طعم الإيمان وإن كثرت صلاته وصومه حتى يكون كذلك، وقد صار عامة مؤاخاة الناس على أمر الدنيا، وذلك لا يجدي على أهله شيئا" رواه ابن جرير.
          “Barangsiapa yang mencintai seseorang karena Allah, membenci karena Allah, membela Karena Allah, memusuhi karena Allah, maka sesungguhnya kecintaan dan pertolongan Allah itu diperolehnya dengan hal-hal tersebut, dan seorang hamba tidak akan bisa menemukan lezatnya iman, meskipun banyak melakukan sholat dan puasa, sehingga ia bersikap demikian. Pada umumnya persahabatan yang dijalin di antara manusia dibangun atas dasar kepentingan dunia, dan itu tidak berguna sedikitpun baginya”.
           Ibnu Abbas menafsirkan firman Allah Subhanahu wata’ala :
]وتقطعت بهم الأسباب[ قال : المودة.
          “ … dan putuslah hubungan di antara mereka” (QS. Al baqarah, 166). Ia mengatakan : yaitu kasih sayang.


        Kandungan bab ini :
  1. Penjelasan tentang ayat dalam surat Al Baqarah([1]).
  2. Penjelasan tentang ayat dalam surat At Taubah([2]).
  3. Wajib mencintai Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam lebih dari kecintaan terhadap diri sendiri, keluarga dan harta benda.
  4. Pernyataan “tidak beriman” bukan berarti keluar dari Islam.
  5. Iman itu memiliki rasa manis, kadang dapat diperoleh seseorang, dan kadangkala tidak.
  6. Disebutkan empat sikap yang merupakan syarat mutlak untuk memperoleh kecintaan Allah. Dan seseorang tidak akan menemukan kelezatan iman kecuali dengan keempat sikap itu.
  7. Pemahaman Ibnu Abbas terhadap realita, bahwa hubungan persahabatan antar sesama manusia pada umumnya dijalin atas dasar kepentingan duniawi.
  8. Penjelasan tentang firman Allah : “ … dan terputuslah segala hubungan antara mereka sama sekali.([3])
  9. Disebutkan bahwa di antara orang-orang musyrik ada yang mencintai Allah dengan kecintaan yang sangat besar.
  10. Ancaman terhadap seseorang yang mencintai kedelapan perkara  diatas (orang tua, anak-anak, paman, keluarga, istri, harta kekayaan, tempat tinggal dan perniagaan) lebih dari cintanya terhadap agamanya.
  11. Mempertuhankan selain Allah dengan mencintainya sebagaimana mencintai Allah adalah syirik akbar.



 

([1]  Ayat ini menunjukkan bahwa barang siapa yang mempertuhankan selain Allah dengan mencintainya seperti mencintai Allah, maka dia adalah musyrik.
([2])   Ayat ini menunjukkan bahwa cinta kepada Allah dan cinta kepada yang dicintai Allah wajib didahulukan diatas segala-galanya.
([3])  Ayat ini menunjukkan bahwa kecintaan dan kasih sayang yang telah dibina orang-orang musyrik di dunia akan terputus sama sekali ketika di akhirat, dan masing-masing dari mereka akan melepaskan diri darinya.

RUQYAH DAN TAMIMAH


RUQYAH DAN TAMIMAH


           Diriwayatkan dalam shoheh Bukhori dan Muslim bahwa Abu Basyir Al Anshori Radhiallahu’anhu bahwa dia pernah bersama Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam dalam suatu perjalanan, lalu beliau mengutus seorang utusan untuk menyampaikan pesan :
"أن لا يبقين في رقبة بعير قلادة من وتر أو قلادة إلا قطعت"
          “Agar tidak terdapat lagi dileher onta kalung dari tali busur panah atau kalung apapun harus diputuskan.

          Ibnu Mas’ud Radhiallahu’anhu menuturkan : aku telah mendengar Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda :
"إن الرقى والتمائم والتولة شرك " رواه أحمد وأبو داود.
          “Sesungguhnya Ruqyah, Tamimah dan Tiwalah adalah syirik.”(HR. Ahmad dan Abu Dawud)

           TAMIMAH adalah sesuatu yang dikalungkan di leher anak-anak untuk menangkal dan menolak penyakit ‘ain. Jika yang dikalungkan itu berasal dari ayat-ayat Al Qur’an, sebagian ulama salaf memberikan keringanan dalam hal ini, dan sebagian yang lain tidak memperbolehkan dan melarangnya, diantaranya Ibnu Mas’ud Radhiallahu’anhu ([1]).
          RUQYAH ([2]) yaitu : yang disebut juga dengan istilah Ajimat. Ini diperbolehkan apabila penggunaannya bersih dari hal-hal syirik, karena Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam telah memberikan keringanan dalam hal ruqyah ini untuk mengobati ‘ain atau sengatan kalajengking.
          TIWALAH adalah sesuatu yang dibuat dengan anggapan bahwa hal tersebut dapat menjadikan seorang istri mencintai suaminya, atau seorang suami mencintai istrinya.

          Dalam hadits marfu’ dari Abdullah bin ‘Ukaim Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda :
"من تعلق شيئا وكل إليه " رواه أحمد والترمذي
“Barang siapa yang menggantungkan sesuatu (dengan anggapan bahwa barang tersebut bermanfaat atau dapat melindungi dirinya), maka Allah akan menjadikan orang tersebut selalu bergantung kepadanya.”(HR. Ahmad dan At Turmudzi)

          Imam Ahmad meriwayatkan dari Ruwaifi’ Radhiallahu’anhu Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam pernah bersabda kepadanya :
"يا رويفع، لعل الحياة تطول بك، فأخبر الناس أن من عقد لحيته، أو تقلد وترا، أو استنجى برجيع دابة أو عظم، فإن محمدا بريء منه"
         “Hai Ruwaifi’, semoga engkau berumur panjang, oleh karena itu sampaikanlah kepada orang-orang bahwa barang siapa yang menggulung jenggotnya, atau memakai kalung dari tali busur panah, atau bersuci dari buang air dengan kotoran binatang atau tulang, maka sesungguhnya Muhammad berlepas diri dari orang tersebut”.

          Waki’ meriwayatkan bahwa Said bin Zubair Radhiallahu’anhu berkata :

          “Barang siapa yang memotong tamimah dari seseorang maka tindakannya itu sama dengan memerdekakan seorang budak.”
           Dan waki’ meriwayatkan pula bahwa Ibrahim (An Nakho’i) berkata : “Mereka (para sahabat) membenci segala jenis tamimah, baik dari ayat-ayat Al Qur’an maupun bukan dari ayat-ayat Al Qur’an.”



        Kandungan bab ini :
  1. Pengertian ruqyah dan tamimah.
  2. Pengertian tiwalah.
  3. Ketiga hal diatas merupakan bentuk syirik dengan tanpa pengecualian.
  4. Adapun ruqyah dengan  menggunakan ayat ayat Al Qur’an atau  doa-doa yang telah diajarkan oleh Rasulullah untuk mengobati penyakit ‘ain, sengatan serangga atau yang lainnya, maka tidak termasuk syirik.
  5. Jika tamimah itu  terbuat dari ayat-ayat Al Qur’an, dalam hal ini para ulama berbeda pendapat, apakah termasuk ruqyah yang diperbolehkan atau tidak ?
  6. Mengalungkan tali busur panah pada leher binatang untuk mengusir penyakit ‘ain, termasuk syirik juga.
  7. Ancaman berat bagi orang yang mengalungkan tali busur panah dengan maksud dan tujuan diatas.
  8. Besarnya pahala bagi orang yang memutus tamimah dari tubuh seseorang.
  9. Kata-kata Ibrahim An Nakhoi tersebut di atas, tidaklah  bertentangan dengan perbedaan pendapat yang telah disebutkan, sebab yang dimaksud Ibrahim di sini adalah sahabat-sahabat Abdullah bin mas’ud ([3]).



([1])    Tamimah dari ayat Al Qur’an dan Al Hadits lebih baik ditinggalkan, karena tidak ada dasarnya dari syara’, bahkan hadits yang melarangnya bersifat umum, tidak seperti halnya ruqyah, ada hadits lain yang membolehkan. Di samping itu apabila dibiarkan atau diperbolehkan akan membuka peluang untuk menggunakan tamimah yang haram.
([2])      Ruqyah : penyembuhan suatu penyakit dengan pembacaan ayat ayat suci Al Qur’an, atau doa doa.
([3])     Sahabat Abdullah bin Mas’ud antara lain : Alqomah, Al Aswad, Abu Wail, Al Harits bin Suwaid, ‘Ubaidah As Salmani, Masruq, Ar Rabi’ bin Khaitsam, Suwaid bin ghoflah. Mereka ini adalah tokoh generasi tabiin.

TAKUT KEPADA SYIRIK


TAKUT KEPADA SYIRIK


          Firman Allah Subhanahu wata’ala :
]إن الله لا يغفر أن يشرك به ويغفر ما دون ذلك لمن يشاء[
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa saja yang dikehendakiNya”. (QS. An Nisa’, 48)
    
          Nabi Ibrahim berkata :
]واجنبني وبني أن نعبد الأصنام[
“ ……. Dan jauhkanlah aku dan anak cucuku dari perbuatan (menyembah) berhala”. (QS. Ibrahim, 35)

          Diriwayatkan dalam suatu hadits, bahwa Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda :
"أخوف ما أخاف عليكم الشرك الأصغر، فسئل عنه ؟ فقال : الرياء"
          “Sesuatu yang paling aku khawatirkan dari kamu kalian adalah perbuatan syirik kecil, kemudian beliau ditanya tentang itu, dan beliaupun menjawab : yaitu riya'. (HR. Ahmad, Thobroni dan Abi Dawud).

          Diriwayatkan dari Ibnu Mas’ud Radhiallahu’anhu bahwa Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda :
"من مات وهو يدعو من دون الله ندا دخل النار"
          “Barang siapa yang mati dalam keadaan menyembah sesembahan selain Allah, maka masuklah ia kedalam neraka”. (HR. Bukhori)

          Diriwayatkan oleh Muslim dari Jabir Radhiallahu’anhu bahwa Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda :
"من لقي الله لا يشرك به شيئا دخل الجنة ومن لقيه يشرك به شيئا دخل النا"
          “Barang siapa yang menemui Allah (mati) dalam keadaan tidak berbuat syirik kepadaNya, pasti  ia masuk surga, dan barang siapa yang menemuiNya (mati) dalam keadaan berbuat kemusyrikan maka pasti ia masuk neraka”.

         
          Kandungan bab ini :
  1. Syirik adalah perbuatan dosa yang harus ditakuti dan dijauhi.
  2. Riya’ termasuk perbuatan syirik.
  3. Riya’ termasuk syirik kecil ([1]).
  4. Riya’ adalah dosa yang paling ditakuti oleh Rasulullah terhadap orang orang sholeh.
  5. Dekatnya sorga dan neraka.
  6. Dekatnya sorga dan neraka telah sama-sama disebutkan dalam satu hadits.
  7. Barang siapa yang mati tidak dalam kemusyrikan maka pasti ia masuk sorga, dan barang siapa yang mati dalam kemusyrikan maka pasti ia masuk neraka, meskipun ia termasuk orang yang banyak ibadahnya.
  8. Hal yang sangat penting adalah permohonan Nabi Ibrahim untuk dirinya dan anak cucunya agar dijauhkan dari perbuatan menyembah berhala.
  9. Nabi Ibrahim mengambil ibrah (pelajaran) dari keadaan sebagian besar manusia, bahwa mereka itu adalah sebagaimana  perkataan beliau :
]رب إنهن أضللن كثيرا من الناس[
        “Ya Rabb, sesungguhnya berhala berhala itu telah menyesatkan banyak orang” (QS. Ibrahim, 36).

  1. Dalam bab ini mengandung penjelasan tentang maknaلا إله إلا الله  sebagaimana dalam hadits yang diriwayatkan oleh imam Bukhori, yaitu : membersihkan diri dari syirik dan pemurnian ibadah kepada Allah.
  2. Keutamaan orang yang dirinya bersih dari kemusyrikan.



 

([1])   Syirik ada dua macam : pertama : syirik akbar (besar) yaitu memperlakukan sesuatu selain Allah sama dengan Allah, dalam hal hal yang merupakan hak khusus bagiNya. Kedua : syirik ashghor (kecil), yaitu : perbuatan yang disebutkan dalam Al Qur’an dan Al hadits sebagai suatu syirik, tetapi belum sampai ke tingkat syirik akbar. Adapun perbedaan diantara keduanya :
  1. Syirik akbar menghapuskan seluruh amal, sedang syirik kecil hanya menghapuskan amal yang disertainya saja.
  2. Syirik akbar mengakibatkan pelakunya kekal di dalam neraka, sedang syirik kecil tidak sampai demikian.
  3. Syirik akbar menjadikan pelakunya keluar dari Islam, sedang syirik kecil tidak menyebabkan keluar dari Islam


KEISTIMEWAAN TAUHID DAN DOSA-DOSA YANG DIAMPUNI KARENANYA


KEISTIMEWAAN TAUHID DAN DOSA-DOSA YANG DIAMPUNI KARENANYA


Firman Allah Subhanahu wata’ala :
]الذين آمنوا ولم يلبسوا إيمانهم بظلم أولئك لهم الأمن وهم مهتدون[
“Orang-orang yang beriman dan tidak menodai keimanan([1]) mereka dengan kedzoliman (kemusyrikan)([2]) mereka itulah orang-orang yang mendapat ketentraman dan mereka itulah orang-orang yang mendapat jalan hidayah”, (QS. Al An’am, 82).

Ubadah bin Shomit Radhiallahu’anhu menuturkan : Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda :
" من شهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، وأن محمدا عبده ورسوله، وأن عيسى عبد الله ورسوله، وكلمته ألقاها إلى مريم وروح منه والجنة حق والنار حق أدخله الله الجنة على ما كان من العمل " أخرجاه
“Barang siapa yang bersyahadat([3]) bahwa tidak ada sesembahan yang hak (benar) selain Allah saja, tiada sekutu bagiNya, dan Muhammad adalah hamba dan RasulNya, dan bahwa Isa adalah hamba dan RasulNya, dan kalimatNya yang disampaikan kepada Maryam, serta Ruh dari padaNya, dan surga itu benar adanya, neraka juga benar adanya, maka Allah pasti memasukkanya ke dalam surga, betapapun amal yang telah diperbuatnya”. (HR. Bukhori & Muslim)

Imam Bukhori dan Muslim meriwayatkan pula hadits dari Itban Radhiallahu’anhu bahwa Rasulullah bersabda :
" فإن الله حرم على النار من قال لا إله إلا الله يبتغي بذلك وجه الله "
“Sesungguhnya Allah Subhanahu wata’ala mengharamkan neraka bagi orang-orang yang mengucapkanلا إله إلا الله  dengan ikhlas dan hanya mengharapkan (pahala melihat) wajah Allah”.

Diriwayatkan dari Abu Said Al Khudri Radhiallahu’anhu bahwa Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda :
" قال موسى يا رب، علمني شيئا أذكرك وأدعوك به، قال : قل يا موسى : لا إله إلا الله، قال : يا رب كل عبادك يقولون هذا، قال موسى : لو أن السموات السبع وعامرهن – غيري – والأرضين السبع في كفة، ولا إله إلا الله في كفـة، مالت بهـن لا إله إلا الله " (رواه ابن حبان والحاكم وصححه).
“Musa berkata : “Ya Rabb, ajarkanlah kepadaku sesuatu untuk mengingatMu dan berdoa kepadaMu”, Allah berfirman :”Ucapkan hai Musaلا إله إلا الله  ”, Musa berkata : “Ya Rabb, semua hambaMu mengucapkan itu”, Allah menjawab :” Hai Musa, seandainya ketujuh langit serta seluruh penghuninya, selain Aku, dan ketujuh bumi diletakkan dalam satu timbangan dan kalimatلا إله إلا الله  diletakkan dalam timbangan yang lain, niscaya kalimatلا إله إلا الله  lebih berat timbangannya.” (HR. Ibnu Hibban, dan Imam Hakim sekaligus menshohehkannya).

Imam Tirmidzi meriwayatkan hadits (yang menurut penilaiannya hadits itu hasan) dari Anas bin Malik Radhiallahu’anhu ia berkata aku mendengar Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda :
" قال الله تعالى : يا ابن آدم، لو أتيتني بقراب الأرض خطايا، ثم لقيتني لا تشرك بي شيئا، لأتيتك بقرابها مغفرة "
 “Allah Subhanahu wata’ala berfirman : “Hai anak Adam, jika engkau datang kepadaKu dengan membawa dosa sejagat raya, dan engkau ketika mati dalam keadaan tidak menyekutukanKu dengan sesuatupun, pasti Aku akan datang kepadamu dengan membawa ampunan sejagat raya pula”.


          Kandungan bab ini :
  1. Luasnya karunia Allah.
  2. Besarnya pahala tauhid di sisi Allah.
  3. Dan tauhid juga dapat menghapus dosa.
  4. Penjelasan tentang ayat yang ada dalam surat Al An’am.
  5. Perhatikan kelima masalah yang ada dalam hadits Ubadah.
  6. Jika anda memadukan antara hadits Ubadah, hadits Itban dan hadits sesudahnya, maka akan jelas bagi anda pengertian kalimat  لا إله إلا الله, juga kesalahan orang-orang yang tersesat karena hawa nafsunya.
  7. Perlu diperhatikan syarat-syarat yang disebutkan dalam hadits Itban, (yaitu ikhlas semata-mata karena Allah, dan tidak menyekutukanNya).
  8. Para Nabi pun perlu diingatkan akan keistimewaan لا إله إلا الله .
  9. Penjelasan bahwa kalimatلا إله إلا الله  berat timbangannya mengungguli berat timbangan seluruh makhluk, padahal banyak orang yang mengucapkan kalimat tersebut.
  10. Pernyataan bahwa bumi itu tujuh lapis seperti halnya langit.
  11. Langit dan bumi itu ada penghuninya.
  12. Menetapkan sifat sifat Allah apa adanya, berbeda dengan pendapat Asy’ariyah ([4]).
  13. Jika anda memahami hadits Anas, maka anda akan mengetahui bahwa sabda Rasul yang ada dalam hadits Itban : “Sesungguhnya Allah mengharamkan masuk neraka bagi orang-orang yang mengucapkan لا إله إلا الله dengan penuh ikhlas karena Allah, dan tidak menyekutukanNya”, maksudnya adalah tidak menyekutukan Allah dengan sesuatupun, bukan hanya mengucapkan kalimat tersebut dengan lisan saja.
  14. Nabi Muhammad dan Nabi Isa adalah sama-sama hamba Allah dan RasulNya.
  15. Mengetahui keistimewaan Nabi Isa, sebagai Kalimat Allah([5]).
  16. Mengetahui bahwa Nabi Isa adalah ruh diantara ruh-ruh yang diciptakan Allah.
  17. Mengetahui keistimewaan iman kepada kebenaran adanya surga dan neraka.
  18. Memahami sabda Rasul : “betapapun amal yang telah dikerjakannya”.
  19. Mengetahui bahwa timbangan itu mempunyai dua daun.
  20. Mengetahui kebenaran adanya wajah bagi Allah.




([1])  Iman ialah : ucapan hati dan lisan yang disertai dengan perbuatan, diiringi dengan ketulusan niat karena Allah, dan dilandasi dengan berpegang teguh kepada sunnah Rasulullah.
([2])  Syirik disebut kezholiman karena syirik adalah menempatkan suatu ibadah tidak pada tempatnya, dan memberikannya kepada yang tidak berhak menerimanya.
([3])  Syahadat ialah : persaksian dengan  hati dan lisan, dengan mengerti maknanya dan mengamalkan apa yang menjadi tuntutannya, baik lahir maupun batin.
([4])  Asy’ariyah adalah salah satu aliran teologis, pengikut Syekh Abu Hasan Ali bin Ismail Al Asy’ari (260 – 324 H = 874 – 936 M). Dan maksud penulis di sini ialah menetapkan sifat-sifat Allah sebagaimana yang disebutkan dalam Al qur’an maupun As sunnah. Termasuk sifat yang ditetapkan adalah kebenaran adanya wajah bagi Allah, mengikuti cara yang diamalkan kaum salaf sholeh dalam masalah ini, yaitu : mengimani kebesaran sifat-sifat Allah yang dituturkan Al qur’an dan As sunnah tanpa tahrif, ta’thil, takyif dan tamtsil. Adapun Asy’ariyah, sebagian mereka ada yang menta’wilkannya (menafsirinya dengan makna yang menyimpang dari makna yang sebenarnya) dengan dalih bahwa hal itu jika tidak dita’wilkan bisa menimbulkan tasybih (penyerupaan) Allah dengan makhlukNya, akan tetapi perlu diketahui bahwa Syekh Abu Hasan sendiri dalam masalah ini telah menyatakan berpegang teguh dengan madzhab salaf sholeh, sebagaimana beliau nyatakan dalam kitab yang ditulis di akhir hidupnya, yaitu Al Ibanah ‘an ushulid diyanah (editor : Abdul Qodir Al Arnauth, Bairut, makatabah darul bayan, 1401 H) bahkan dalam karyanya ini beliau mengkritik dan menyanggah tindakan ta’wil yang dilakukan oleh orang-orang yang menyimpang dari madzhab salaf.
([5])  Kalimat Allah maksudnya bahwa Nabi Isa itu diciptakan Allah dengan firmanNya “Kun” (jadilah) yang disampaikanNya kepada Maryam melalui malaikat Jibril.

TAUHID (HAKEKAT DAN KEDUDUKANNYA)


TAUHID (HAKEKAT DAN KEDUDUKANNYA)


Firman Allah Subhanahu wata’ala :
]وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْأِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُون[ِ (الذريات:56)

“Tidak Aku ciptakan jin dan manusia melainkan hanya untuk beribadah([1]) kepada-Ku.” (QS. Adz Dzariyat, 56).
]وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولاً أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوت[(النحل: من الآية:36)
“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada setiap umat (untuk menyerukan) “Beribadalah kepada Allah (saja) dan jauhilah thoghut([2]).” (QS. An Nahl, 36).
]وَقَضَى رَبُّكَ أَلاَّ تَعْبُدُوا إِلاَّ إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلاَهُمَا فَلاَ تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَلاَ تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا قَوْلاً كَرِيمًا وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُلْ رَبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا[
 “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan beribadah kecuali hanya kepada-Nya, dan hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang diantara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan, dan ucapkanlah : “Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil” (QS. Al Isra’, 23-24).
]قُلْ تَعَالَوْا أَتْلُ مَا حَرَّمَ رَبُّكُمْ عَلَيْكُمْ أَلاَّ تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَلاَ تَقْتُلُوا أَوْلاَدَكُمْ مِنْ إِمْلاَقٍ نَحْنُ نَرْزُقُكُمْ وَإِيَّاهُمْ وَلاَ تَقْرَبُوا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ وَلاَ تَقْتُلُوا النَّفْسَ الَّتِي حَرَّمَ اللَّهُ إِلاَّ بِالْحَقِّ ذَلِكُمْ وَصَّاكُمْ بِهِ لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ وَلاَ تَقْرَبُوا مَالَ الْيَتِيمِ إِلاَّ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ حَتَّى يَبْلُغَ أَشُدَّهُ وَأَوْفُوا الْكَيْلَ وَالْمِيزَانَ بِالْقِسْطِ لاَ نُكَلِّفُ نَفْسًا إِلاَّ وُسْعَهَا وَإِذَا قُلْتُمْ فَاعْدِلُوا وَلَوْ كَانَ ذَا قُرْبَى وَبِعَهْدِ اللَّهِ أَوْفُوا ذَلِكُمْ وَصَّاكُمْ بِهِ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ وَأَنَّ هَذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ وَلاَ تَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيلِهِ ذَلِكُمْ وَصَّاكُمْ بِهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ[
“Katakanlah (Muhammad) marilah kubacakan apa yang diharamkan kepadamu oleh Tuhanmu, yaitu “Janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia, berbuat baiklah terhadap kedua orang tuamu, dan janganlah kamu membunuh anak anak kamu karena takut kemiskinan. Kami akan memberi rizki kepadamu dan kepada mereka, dan janganlah kamu mendekati perbuatan perbuatan yang keji, baik yang nampak diantaranya maupun yang tersembunyi, dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar. Demikian itu yang diperintahkan oleh Tuhanmu kepadamu supaya kamu memahami(nya). Dan janganlah kamu dekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih bermanfaat, hingga sampai ia dewasa. Dan sempurnakanlah takaran dan timbangan dengan adil. Kami tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan sekedar kesanggupannya. Dan apabila kamu berkata, maka hendaklah kamu berlaku adil, kendatipun dia adalah kerabat(mu). Dan penuhilah janji Allah. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu ingat. Dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu bertakwa.” (QS. Al An’am, 151-153).
          Ibnu Mas’ud Radhiallahu’anhu berkata : “Barang siapa yang ingin melihat wasiat Muhammad Shallallahu’alaihi wasallam yang tertera di atasnya  cincin stempel milik beliau, maka supaya membaca firman Allah Subhanahu wata’ala : “Katakanlah (Muhammad) marilah kubacakan apa yang diharamkan kepadamu oleh Tuhanmu, yaitu “Janganlah kamu berbuat syirik sedikitpun kepada-Nya, dan “Sungguh inilah jalan-Ku berada dalam keadaan lurus, maka ikutilah jalan tersebut, dan janganlah kalian ikuti jalan-jalan yang lain.([3])
       Mu’adz bin Jabal Radhiallahu’anhu berkata :
كنت رديف النبي  على حمار، فقال لي :" يا معاذ، أتدري ما حق الله على العباد، وما حق العباد على الله ؟ قلت : الله ورسوله أعلم، قال : حق الله على العباد أن يعبدوه ولا يشركوا به شيئا، وحق العباد على الله أن لا يعذب من لا يشرك به شيئا، قلت : يا رسول الله، أفلا أبشر الناس ؟ قال : " لا تبشرهم فيتكلوا ".

“Aku pernah diboncengkan Nabi Shallallahu’alaihi wasallam di atas keledai, kemudian beliau berkata kepadaku : “ wahai muadz, tahukah kamu apakah hak Allah yang harus dipenuhi oleh hamba-hambaNya, dan apa hak hamba-hambaNya yang pasti dipenuhi oleh Allah?, Aku menjawab : “Allah dan RasulNya yang lebih mengetahui”, kemudian beliau bersabda : “Hak Allah yang harus dipenuhi oleh hamba-hambaNya ialah hendaknya mereka beribadah kepadaNya dan tidak menyekutukanNya dengan sesuatupun, sedangkan hak hamba yang pasti dipenuhi oleh Allah ialah bahwa Allah tidak akan menyiksa orang orang yang tidak menyekutukanNya dengan sesuatupun, lalu aku bertanya : ya Rasulullah, bolehkah aku menyampaikan berita gembira ini kepada orang-orang?, beliau menjawab : “Jangan engkau lakukan itu, karena Khawatir mereka nanti bersikap pasrah” (HR. Bukhari, Muslim).

         Pelajaran penting yang terkandung dalam bab ini :
  1. Hikmah diciptakannya jin dan manusia oleh Allah Ta'ala.
  2. Ibadah adalah hakekat (tauhid), sebab pertentangan yang terjadi antara Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam dengan kaumnya adalah dalam masalah tauhid ini.
  3. Barang siapa yang belum merealisasikan tauhid ini dalam hidupnya, maka ia belum beribadah (menghamba) kepada  Allah Tabaroka wata’ala inilah sebenarnya makna firman Allah :
]ولا أنتم عابدون ما أعب[
        “Dan sekali-kali kamu sekalian bukanlah penyembah (Tuhan) yang aku sembah” (QS. Al Kafirun, 3)
  1. Hikmah diutusnya para Rasul [adalah untuk menyeru kepada tauhid, dan melarang kemusyrikan].
  2. Misi diutusnya para Rasul itu untuk seluruh umat.
  3. Ajaran para Nabi adalah satu, yaitu tauhid [mengesakan Allah Subhanahu wata’ala saja].
  4. Masalah yang sangat penting adalah : bahwa ibadah kepada Allah Subhanahu wata’ala tidak akan terealisasi dengan benar kecuali dengan adanya pengingkaran terhadap thoghut.
        Dan inilah maksud dari firman Allah Subhanahu wata’ala :
]فمن يكفر بالطاغوت ويؤمن بالله فقد استمسك بالعروة الوثقى[
“Barang siapa yang mengingkari thoghut dan beriman kepada Allah, maka ia benar benar telah berpegang teguh kepada tali yang paling kuat” (QS. Al Baqarah, 256).
  1. Pengertian thoghut bersifat umum, mencakup semua yang diagungkan selain Allah.
  2. Ketiga ayat muhkamat yang terdapat dalam surat Al An’am menurut para ulama salaf penting kedudukannya, didalamnya ada 10 pelajaran penting, yang pertama adalah larangan berbuat kemusyrikan.
  3. Ayat-ayat muhkamat yang terdapat dalam surat Al Isra' mengandung 18 masalah, dimulai dengan firman Allah :
]لا تجعل مع الله إلها آخر فتقعد مذموما مخذولا[
“Janganlah kamu menjadikan bersama Allah sesembahan yang lain, agar kamu tidak menjadi terhina lagi tercela” (QS. Al Isra’, 22).
               Dan diakhiri dengan firmanNya :
]ولا تجعل مع الله إلها آخر فتلقى في جهنم ملوما مدحورا[
“Dan janganlah kamu menjadikan bersama Allah sesembahan yang lain, sehingga kamu (nantinya) dicampakkan kedalam neraka jahannam dalam keadaan tercela, dijauhkan (dari rahmat Allah)” (QS. Al Isra’, 39).

Dan Allah mengingatkan kita pula tentang pentingnya masalah ini, dengan firmanNya:
]ذلك مما أوحى إليك ربك من الحكمة[
“Itulah sebagian hikmah yang diwahyukan Tuhanmu kepadamu” (QS. Al Isra’, 39).
  1. Satu ayat yang terdapat dalam surat An Nisa’, disebutkan didalamnya 10 hak, yang pertama Allah memulainya dengan firmanNya:
] واعبدوا الله ولا تشركوا به شيئا [
“Beribadahlah kamu sekalian kepada Allah (saja), dan janganlah kamu mempersekutukanNya dengan sesuatu pun.” (QS. An Nisa’, 36).
  1. Perlu diingat wasiat Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam di saat akhir hayat beliau.
  2. Mengetahui hak-hak Allah yang wajib kita laksanakan.
  3. Mengetahui hak-hak hamba yang pasti akan dipenuhi oleh Allah apabila mereka melaksanakannya.
  4. Masalah ini tidak diketahui oleh sebagian besar para sahabat([4]).
  5. Boleh merahasiakan ilmu pengetahuan untuk maslahah.
  6. Dianjurkan untuk menyampaikan berita yang menggembirakan kepada sesama muslim.
  7. Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam merasa khawatir terhadap sikap menyandarkan diri kepada keluasan rahmat Allah.
  8. Jawaban orang yang ditanya, sedangkan dia tidak mengetahui adalah : “Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui.
  9. Diperbolehkan memberikan ilmu kepada orang tertentu saja, tanpa yang lain.
  10. Kerendahan hati Rasulullah, sehingga beliau hanya naik keledai, serta mau memboncengkan salah seorang dari sahabatnya.
  11. Boleh memboncengkan seseorang diatas binatang, jika memang binatang itu kuat.
  12. Keutamaan Muadz bin Jabal..




 

([1])   Ibadah ialah penghambaan diri kepada Allah ta’ala dengan mentaati segala perintah Nya dan menjauhi segala larangan-Nya, sebagaimana yang telah disampaikan oleh Rasulullah SAW. Dan inilah hakekat agama Islam, karena Islam maknanya ialah penyerahan diri kepada Allah semata, yang disertai dengan kepatuhan mutlak kepada-Nya, dengan penuh rasa rendah diri dan cinta.
         Ibadah berarti juga segala perkataan dan perbuatan, baik lahir maupun batin, yang dicintai dan diridhoi oleh Allah. Dan suatu amal akan diterima oleh Allah sebagai ibadah apabila diniati dengan ikhlas karena Allah semata dan mengikuti tuntunan Rasulullah SAW.
([2])   Thoghut ialah : setiap yang diagungkan selain Allah dengan disembah, ditaati, atau dipatuhi, baik yang diagungkan itu berupa batu, manusia ataupun setan. Menjauhi thoghut berarti mengingkarinya, tidak menyembah dan memujanya, dalam bentuk dan cara apapun.
([3])   Atsar ini diriwayatkan oleh At Tirmidzi, Ibnu Majah dan Ibnu Abi Hatim.
([4])  Tidak diketahui oleh sebagian besar para sahabat, karena Rasulullah menyuruh Muadz agar tidak memberitahukannya kepada meraka, dengan alasan beliau khawatir kalau mereka nanti akan bersikap menyandarkan diri kepada keluasan rahmat Allah. Sehingga tidak mau berlomba lomba dalam mengerjakan amal sholeh. Maka Mu’adz pun tidak memberitahukan masalah tersebut, kecuali di akhir hayatnya dengan rasa berdosa. Oleh sebab itu, di masa hidup Mu’adz masalah ini tidak diketahui oleh kebanyakan sahabat.


          

DAKWAH KEPADA SYAHADAT “LA ILAHA ILLALLAH”


DAKWAH KEPADA SYAHADAT  “LA ILAHA ILLALLAH”


          Firman Allah Subhanahu wata’ala :
]قل هذه سبيلي أدعو إلى الله  على بصيرة أنا ومن اتبعني وسبحان الله وما أنا من المشركين[
          “Katakanlah : ”inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku, aku berdakwah kepada Allah dengan hujjah yang nyata, maha suci Allah, dan aku tidak termasuk orang-orang yang musyrik”. (QS. Yusuf, 108)
           Ibnu Abbas Radhiallahu’anhu berkata : ketika Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam mengutus Muadz bin Jabal ke Yaman beliau bersabda kepadanya :
"إنك تأتي قوما من أهل الكتاب، فليكن أول ما تدعوهم إليه شهادة أن لا إله إلا الله - وفي رواية : إلى أن يوحدوا الله -، فإن هم أطاعوك لذلك فأعلمهم أن الله افترض عليهم خمس صلوات في كل يوم وليلة، فإن هم أطاعوك لذلك فأعلمهم أن الله افترض عليهم صدقة تؤخذ من أغنيائهم فترد على فقرائهم، فإن هم أطاعوك لذلك فإياك وكرائم أموالهم، واتق دعوة المظلوم فإنه ليس بينها وبين الله حجاب"
“Sungguh kamu akan mendatangi orang-orang ahli kitab (Yahudi dan Nasrani), maka hendaklah pertama kali yang harus kamu sampaikan kepada mereka adalah syahadat La Ilaha Illallah – dalam riwayat yang lain disebutkan “supaya mereka mentauhidkan Allah”-, jika mereka mematuhi apa yang kamu dakwahkan, maka sampaikan kepada mereka bahwa Allah telah mewajibkan kepada mereka sholat lima waktu dalam sehari semalam, jika mereka telah mematuhi apa yang telah kamu sampaikan, maka sampaikanlah kepada mereka bahwa Allah telah mewajibkan kepada mereka zakat, yang diambil dari orang-orang kaya diantara mereka dan diberikan pada orang-orang yang fakir. Dan jika mereka telah mematuhi apa yang kamu sampaikan, maka jauhkanlah dirimu dari harta pilihan mereka, dan takutlah kamu dari doanya orang-orang yang teraniaya, karena sesungguhnya tidak ada tabir penghalang antara doanya  dan Allah” (HR. Bukhori dan Muslim).
           Dalam hadits yang lain, Imam Bukhori dan Muslim meriwayatkan dari Sahl bin Sa’d, bahwa Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam disaat perang khaibar bersabda :
"لأعطين الراية غدا رجلا يحب الله ورسوله، ويحبه الله ورسوله، يفتح الله على يديه"، فبات الناس يدوكون ليلتهم أيهم يعطاها، فلما أصبحوا غدوا على رسول الله  كلهم يرجون أن يعطاها، فقال : " أين علي بن أبي طالب ؟، فقيل : هو يشتكي عينيه، فأرسلوا إليه فأتي به، فبصق في عينيه ودعا له، فبرأ كأن لم يكن به وجع، فأعطاه الراية، فقال :" انفذ على رسلك حتى تنـزل بساحتهم، ثم ادعهم إلى الإسلام، وأخبرهم بما يجب عليهم من حق الله تعالى فيه، فوالله لأن يهدي الله بك رجلا واحدا خير لك من حمر النعم"، يدوكون أي يخوضون ".
           “Sungguh akan aku serahkan bendera (komando perang) ini besok pagi kepada orang yang mencintai Allah dan RasulNya, dan dia dicintai oleh Allah dan RasulNya, Allah akan memberikan kemenangan dengan sebab kedua tangannya”, maka semalam suntuk  para sahabat memperbincangkan siapakah diantara mereka yang akan diserahi bendera itu, di pagi harinya mereka mendatangi Rasulullah,. masing-masing berharap agar ia yang diserahi bendera tersebut, maka saat itu Rasul bertanya : “di mana Ali bin Abi Tholib ?, mereka menjawab : dia sedang sakit pada kedua matanya, kemudian mereka mengutus orang untuk memanggilnya, dan datanglah ia, kemudian Rasul meludahi kedua matanya, seketika itu dia sembuh seperti tidak pernah terkena penyakit, kemudian Rasul menyerahkan bendera itu kepadanya dan bersabda : “melangkahlah engkau kedepan dengan tenang hingga engkau sampai ditempat mereka, kemudian ajaklah mereka kepada Islam ([1]), dan sampaikanlah kepada mereka akan hak-hak Allah dalam Islam, maka demi Allah, sungguh Allah memberi hidayah kepada seseorang dengan sebab kamu itu lebih baik dari onta-onta yang merah” ([2]).



        Kandungan bab ini :
  1. Dakwah kepada “ La Ilaha Illallah” adalah jalannya orang-orang yang setia mengikuti Rasulullah.
  2. Peringatan akan pentingnya ikhlas [dalam berdakwah semata mata karena Allah], sebab kebanyakan orang kalau mengajak  kepada kebenaran, justru mereka mengajak kepada [kepentingan] dirinya sendiri.
  3. Mengerti betul akan apa yang didakwahkan adalah termasuk kewajiban.
  4. Termasuk bukti kebaikan tauhid, bahwa tauhid itu mengagungkan Allah.
  5. Bukti kejelekan syirik, bahwa syirik itu merendahkan Allah.
  6. Termasuk hal yang sangat penting adalah menjauhkan orang Islam dari lingkungan orang-orang musyrik, agar tidak menjadi seperti mereka, walaupun dia belum melakukan perbuatan syirik.
  7. Tauhid adalah kewajiban pertama.
  8. Tauhid adalah yang harus didakwahkan pertama kali sebelum mendakwahkan kewajiban yang lain termasuk sholat.
  9. Pengertian “supaya mereka mentauhidkan Allah” adalah pengertian syahadat.
  10. Seseorang terkadang termasuk ahli kitab, tapi ia tidak tahu pengertian syahadat yang sebenarnya, atau ia memahami namun tidak mengamalkannya.
  11. Peringatan akan pentingnya sistem pengajaran dengan bertahap.
  12. Yaitu dengan diawali dari hal yang sangat penting kemudian yang penting dan begitu seterusnya.
  13. Salah satu sasaran pembagian zakat adalah orang fakir.
  14. Kewajiban orang yang berilmu adalah menjelaskan tentang sesuatu yang masih diragukan oleh orang yang belajar.
  15. Dilarang mengambil harta yang terbaik dalam penarikan zakat.
  16. Menjaga diri dari berbuat dzolim terhadap seseorang.
  17. Pemberitahuan bahwa do’a orang yang teraniaya itu dikabulkan.
  18. Diantara bukti tauhid adalah ujian yang dialami oleh Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam dan para sahabat, seperti kesulitan, kelaparan maupun wabah penyakit.
  19. Sabda Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam : “Demi Allah akan aku serahkan bendera …” adalah salah satu dari tanda-tanda kenabian beliau.
  20. Kesembuhan kedua mata Ali, setelah diludahi Rasulullah adalah salah satu dari tanda-tanda kenabian beliau.
  21. Keutamaan sahabat Ali bin Abi Tholib.
  22. Keutamaan para sahabat Rasul, [karena hasrat mereka yang besar sekali dalam kebaikan dan sikap mereka yang senantiasa berlomba-lomba dalam mengerjakan amal sholeh] ini dapat dilihat dari perbincangan mereka dimalam [menjelang perang Khaibar, tentang siapakah diantara mereka yang akan diserahi bendera komando perang, masing-masing mereka menginginkan agar dirinyalah yang menjadi orang yang memperoleh kehormatan itu].
  23. Kewajiban mengimani takdir Allah, karena bendera tidak diserahkan kepada orang yang sudah berusaha, malah diserahkan kepada orang yang tidak berusaha untuk memperolehnya.
  24. Adab di dalam berjihad, sebagaimana yang terkandung dalam sabda Rasul : “berangkatlah engkau dengan tenang”.
  25. Disyariatkan untuk mendakwahi musuh sebelum memeranginya.
  26. Syariat ini berlaku pula terhadap mereka yang sudah pernah didakwahi dan diperangi sebelumnya.
  27. Dakwah harus dilaksanakan dengan bijaksana, sebagaimana yang diisyaratkan dalam sabda Nabi : “ … dan sampaikanlah kepada mereka tentang hak-hak Allah dalam Islam yang harus dilakukan”.
  28. Wajib mengenal hak-hak Allah dalam Islam [3].
  29. Kemuliaan dakwah, dan besarnya pahala bagi orang yang bisa memasukkan seorang saja kedalam Islam.
  30. Diperbolehkan bersumpah dalam menyampaikan petunjuk.



([1])   Ajaklah mereka kepada Islam, yaitu kepada pengertian yang sebenarnya dari kedua kalimat syahadat, yaitu : berserah diri kepada Allah, lahir dan batin, dengan mentaati segala perintahNya dan menjauhi segala laranganNya, yang disampaikan melalui RasulNya.
([2])   Onta-onta merah adalah harta kekayaan yang sangat berharga dan menjadi kebanggaan orang arab pada masa itu.
([3])   Hak Allah dalam Islam yang wajib dilaksanakan ialah seperti sholat, zakat, puasa, haji dan kewajiban kewajiban lainnya.