Amalan Pasca Ramadhan



Amalan Pasca Ramadhan
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah dan cukuplah dengan itu, dan semoga Sholawat serta salam tetap tercurahkan kepada hamba-Nya yang terpilih.
Saudaraku yang tercinta..dan saudariku muslimah..
Marilah kita mengkaji kondisi kita setelah berlalunya bulan suci Ramadhan, dan marilah kita memohon kepada Nya agar bulan itu menjadi bulan yang bermanfaat bagi kita.

Pembahasan pertama: apa yang telah kita dapatkan selama berada dalam bulan suci Ramadhan??
Ramadhan yang penuh barokah telah berlalu, ia pergi bersama hari-harinya yang indah dan malam-malamnya yang semerbak. Kita telah berpisah dengan bulan Al-qur’an, bulan penuh ketaqwaan, bulan pengasah kesabaran, bulan jihad, bulan kasih sayang, bulan ampunan dan bulan keselamatan dari api neraka. Dan sudah sepatutnya jika perkara-perkara diatas itu harus diperhatikan, bukan hanya pada bulan Ramadhan saja. Karena setiap hari, setiap saat kita bisa mendapatkan kasih sayang Allah dan Ampunannya. Setiap saat, ketakwaan tetap bisa didapatkan dan berakhlaq dengan Al-qur’an. Akan tetapi pada bulan Ramadhan pahala menjadi berlipat ganda, kebaikan pun bertambah, dan ketaatan pun berkembang.
قال الله تعالى: ﴿ وَرَبُّكَ يَخۡلُقُ مَا يَشَآءُ وَيَخۡتَارُۗ ]القصص:67[
“dan Tuhanmulah yang menciptakan apapun yang Ia kehendaki dan memilihnya” (QS. Al-qoshosh :67)
Nah, apakah kita telah menyempurnakan ketaqwaan kita, dan kita berhasil belajar di bulan Ramadhan serta mendapat predikat sebagai orang yang bertakwa??
Apakah kita telah berhasil mendidik jiwa kita segala macam bentuk jihad?? Apakah kita telah berhasil menundukkan jiwa-jiwa kita, syahwat-syahwat kita dan memperoleh kemenangan? Ataukah justru sebaiknya kita telah dikalahkan oleh kebiasaan kita, atau taqlid yang buruk?? Dan apakah kita bersungguh-sungguh dalam beramal karena ingin mendapatkan rahmat dan ampunan dari Allah serta selamat dari api neraka??
Apakah...apakah..dan apakah??
Begitu banyak pertanyaan, begitu sarat pemikiran, mengetuk setiap hati seorang muslim yang tulus. Jiwanya bertanya dan menjawabnya dengan jujur dan jelas.
Lalu, Apakah yang telah kita dapatkan selama bulan Ramadhan??
Ramadhan adalah sebuah sarana belajar imaniyyah, ia adalah pemberhentian spiritual untuk menyongsong kembali tahun yang tersisa, dan mempertajam kembali cita-cita di usia yang masih tersisa.
Barangsiapa yang peka terhadap pelajaran yang ada, memperhatikan, dan mampu mengambil faedahnya, pasti bisa merubah dirinya dan merubah kehidupanmu, lalu siapa yang tidak melakukannya pada bulan Ramadhan??
Padahal bulan Ramadhan adalah sarana yang tepat untuk perubahan, didalam bulan tersebut seharusnya kita bisa merubah tindak tanduk kita, perilaku kita, adat istiadat dan moral kita yang bertentangan dengan syariat Allah azza wa jalla.
قال الله تعالى: ﴿ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوۡمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُواْ مَا بِأَنفُسِهِمۡۗ  
 ] الرعد:11[
“Allah tidaklah merubah suatu kaum sehingga mereka mampu merubah diri mereka sendiri” (QS. Ar-ra’d: 11)
Pembahasan kedua : Janganlah menjadi seperti orang merusak hasil rajutannya sendiri!!!
Saudaraku yang tercinta dan saudariku muslimah..
Jika kalian termasuk orang yang bisa mengambil faedah selama bulan Ramadhan, sehingga mencapai predikat orang-orang yang bertakwa maka puasa kalian bagus, dan Shalat kalian benar-benar terjaga, dan kalian telah bersungguh-sungguh dalam memelihara jiwa kalian dibulan Ramadhan ini. Untuk itu bersukurlah Allah dengan memujinya, dan mohon agar tetap seperti itu hingga ajal menjemput.
Hati-hatilah dengan yang namanya “merusak kembali rajutan yang telah jadi”. Tidakkah kalian tahu jika seorang wanita itu merajut (menenun) benang sehingga menjadi gamis ataupun baju, hingga kemudian ia menjadi takjub setiap kali melihatnya. Lalu tiba-tiba dia memotong sebagian benangnya, dan merusak rajutannya tersebut sedikit demi sedikit tanpa sebab.

Lalu apa pendapat orang terhadap orang yang begitu??
Demikianlah keadaan orang kembali kepada kemaksiatan, dosa dan pergaulan yang tidak sehat. Mereka tidak lagi mempedulikan ketaatan kepada Allah, mereka tidak lagi beramal yang sholeh setelah Ramadhan berlalu. Setelah merasakan kenikmatan taat, dan lezatnya mendekatkan diri kepada Allah ia terjerumus kembali kedalam lumpur dosa dalam lembah kemaksiatan. Maka amatlah buruk mereka yang hanya mengenal Allah ketika bulan Ramadhan saja.
Saudaraku yang tercinta, yang demikian itu tidak asing lagi bagi kebanyakan manusia, dibawah ini sebagian contoh kecil dari sekian banyak contoh yang ada:
1.       Kita melihat kebanyakan manusia sudah melalaikan kembali pentingnya shalat berjamaah meskipun baru hari pertama setelah hari raya, padahal sebelumnya mereka memadati masjid-masjid untuk shalat tarawih yang jelas-jelas shalat itu hukumnya sunnah. Sementara untuk shalat lima waktu yang wajib dan bahkan orang yang meninggalkannya dihukumi kafir masih jarang sekali peminatnya.
2.       Merayakan berlalunya bulan Ramadhan (ied) dengan musik-musik dan film, berdandan dan berhias, campur baur antar laki-laki dan perempuan bersama-sama pergi ke tempat-tempat hiburan dan taman, penyelewengan dan seterusnya..
3.       Sebagian yang lain mereka pergi keluar negeri dengan tujuan untuk bermaksiat kepada Allah. Sendiri ataupun beramai-ramai, mereka berbondong-bondong menyerbu konter-konter pelayanan untuk membeli tiket ke negara-negara kafir, yang bejat dan rusak dan sebagainya. Apakah ini yang dinamakan mensyukuri nikmat??
Beginikah caranya mengakhiri bulan yang mulia ini dan mensyukuri berlalunya puasa dan shalat tarawih?? Apakah begini ciri-cirinya orang yang ibadahnya di bulan Ramadhan itu diterima?? Justru sebaliknya, hal itu justru menjerumuskan dalam ingkar nikmat serta tidak mensyukurinya.
Begitulah kiranya, jika ibadah mereka dibulan Ramadhan tidak diterima oleh Allah azza wa jalla, semoga Allah menghindarkan kita dari hal itu. karena jika mereka adalah seorang yang berpuasa dengan sebenar-benarnya puasa, mereka bergembira dengan datangnya hari raya idul fitri, mereka menuji dan bersyukur kepada Allah atas paripurnanya puasa. Disamping itu juga mereka sedih dan menangis karena takut jikalau puasa mereka tidak diterima. Sebagaimana yang dulu pernah dilakukan oleh ulama’ salaf, mereka menangisi bulan Ramadhan selama enam bulan setelahnya, dan memohon supaya amalannya diterima.
Dan termasuk tanda jika amalan selama bulan puasa itu diterima adalah perubahan yang terlihat, yaitu menjadi lebih baik dari sebelum-sebelumnya. Serta semakin bersemangat dalam ketaatan kepada Allah azza wa jalla. Sebagaimana ayat Allah:
قال الله تعالى: ﴿  وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِن شَكَرْتُمْ لأَزِيدَنَّكُمْ ﴾ ]إبراهيم:7[
“ ketika Tuhan kalian menyerukan, jika kalian bersyukur tentu aku akan menambahkannya dengan lebih banyak” (QS. Ibrohim :7)
Yaitu tambahan kebaikan dalam kepekaan dan mentalitas. Yang berarti juga bertambah keimanan dan amal solehnya. Karena jika seorang hamba itu bersyukur kepada Tuhannya tentu ia akan bertambah semangat dalam melaksanakan kebaikan dan ketaatan. Dan berusaha sekuat mungkin dalam meninggalkan kemaksiatan. Karena syukur adalah meninggalkan maksiat, begitulah ulama’ salaf bersikap.
Pembahasan ketiga : beribadahlah kepada Allah hingga ajal menjemput !!
Sebagai seorang hamba, sudah semestinya senantiasa taat kepada Allah azza wa jalla, tenang diatas aturan-aturannya dan lurus menapaki agama-Nya. Tidak berjalan kesana kemari tanpa arah tujuan, tidak beribadah kepada Allah di salah satu bulan namun tidak di bulan yang lainnya, beribadah di suatu tempat namun tidak lagi di tempat yang lain, beribadah ketika bersama dengan orang-orang namun tidak ketika bersama dengan orang-orang yang lainnya. Tidakk!! Seribu kali tidak!
Karena sesungguhnya Tuhan Bulan Ramadhan juga sama dengan bulan-bulan yang lainnya. Dia adalah Tuhannya hari, Tuhan di segala waktu dan tempat. Maka dari itu beristiqomahlah (tetap beribadah) kepada Allah hingga ajal menjemput kita sedangkan Dia ridho akan hal itu. Allah ta’ala berfirman:
قال الله تعالى: ﴿  فَٱسۡتَقِمۡ كَمَآ أُمِرۡتَ وَمَن تَابَ مَعَكَ ]هود :112 [
“Istiqomahlah, sebagaimana diperintahkan kepadamu dan juga orang orang yang taubat bersamamu” (QS. hud :112)
Dan juga :
قال الله تعالى: ﴿ فَٱسۡتَقِيمُوٓاْ إِلَيۡهِ وَٱسۡتَغۡفِرُوهُۗ ]فصلت :6 [
“Maka Istiqomahlah kepadaNya dan mohonlah ampun kepadaNya” (QS. Fushilat: 6)
Rasulullah –sallalllahu ‘alaihi wasallam- juga bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: (( قل آمنت بالله ثم استقم )) [رواه مسلم].  
 “katakanlah, aku beriman kepada Allah kemudian Istiqomahlah” (HR. Imam Muslim)
Jika memang puasa wajib telah usai, bukankah masih ada puasa-puasa yang sunnah?? Semisal puasa enam hari bulan Syawal, puasa Senin Kamis, puasa Ayyaamul Bidh, puasa ‘Asyura’, puasa ‘Arofah dan sebagainya.
Jika shalat tarawih telah selesai, bukankah masih ada shalat malam yang sangat lainnya?
قال الله تعالى: ﴿ كَانُواْ قَلِيلٗا مِّنَ ٱلَّيۡلِ مَا يَهۡجَعُونَ ١٧]الذاريات:17[
“ dan ketika malam hari, waktu tidur mereka sangatlah sebentar” (QS. Adz-Dzariyaat: 17)
Dan jika tidak ada lagi zakat fitrah, bukankah masih banyak pintu lain?. Disetiap bulan selalu terbuka pintu-pintu sodaqoh, mendekatkan diri kepada Allah, jihad dan banyak lagi yang lainnya.
Sedangkan membaca Al-Qur’an dan mendalaminya tidak khusus pada bulan Ramadhan saja, bahkan setiap saat dianjurkan.
Begitulah seharusnya…beramal soleh itu bisa kapan saja, setiap saat, setiap waktu, maka bersungguh-sungguh untuk meraihnya wahai saudaraku. Dan janganlah kau pupuk kemalasan dan kelemahan kalian. Meskipun kalian enggan melakukan ibadah-ibadah sunnah, akan tetapi tidak boleh meninggalkan ibadah-ibadah wajib dan meremehkannya selamanya. Seperti shalat lima waktu pada waktunya dengan berjamaah dan lainnya.
Namun jangan pula terjerumus dalam keharaman, baik itu perkataan yang haram, makanan dan minuman haram, melihat sesuatu yang diharamkan dan mendengarkan hal-hal yang diharamkan.
Maka Allahlah naungan istiqomah kalian di dalam agama setiap saat. Malaikat maut yang akan datang kepada kalian tidak pernah diketahui kapan waktunya. Berhati-hatilah, jangan sampai kita menghadap-Nya sedangkan kita dalam keadaan bermaksiat.
Wahai dzat yang membolak-balikan hati, tetapkanlah hati-hati kami dijalan agamamu

Pembahasan ke empat : Hari Raya Idul Fitri
Ada beberapa hal yang disyariatkan ketika hari raya idul fitri, diantaranya adalah:
1.       Zakat Fitrah sebelum Shalat ied, berupa 1 Sho’ gandum, kurma, kismis, beras dan makanan pokok lainnya, baik itu tua ataupun muda, laki-laki, perempuan, budak ataupun orang yang bebas asalkan mereka muslim.
2.       Makan beberapa korma atau satu korma sebelum berangkat ke tempat shalat ied
3.       Shalat berjamaah, menyimak Khotbah, dan para wanitapun ikut menyaksikannya.
4.       Jika memungkinkan hendaknya berjalan kaki saja ketika menuju kelapangan sambil mengucap kalimat takbir, “Allahu akbar, Allahu akbar, laa ilaaha illallahu, Allahu akbar, Allahu akbar wa lillahil hamdu” untuk laki-laki hendaknya dikeraskan suaranya.
5.       Mandi dan memakai wangi-wangian buat yang laki-laki, memakai pakaian yang paling bagus namun tidak berlebih-lebihan dan tidak isbal (memakai pakaian yang menjulur hingga dibawah mata kaki), dan tidak berhias diri dengan mencukur jenggot karena itu adalah haram hukumnya, adapun bagi perempuan maka hendaknya tidak mempercantik diri yang berlebihan( tabarrujj), tidak memakai wangi-wangian ketika hendak pergi ke tempat shalat, karena sangatlah tidak pantas jika ketaatan kepada Allah harus dibarengi dengan maksiat kepada Allah yaitu bertabarruj, memakai wangi-wangian dihadapan para lelaki.
6.       Silaturrahmi, berkunjung kerumah kerabat, menjernihkan hati dan membersihkannya kebencian, hasad, dan ketidaksukaan dan semacamnya
7.       Menyantuni fakir miskin dan anak anak yatim, bantulah mereka, sisihkan sebagian kebahagiaan yang kita miliki untuk mereka
8.       Boleh mengucapkan kalimat selamat hari raya dengan ucapan “taqobballahu minna wa minka” sebagai mana ulama’ ulama’ terdahulu
9.       Jika telah usai hari raya maka segeralah penuhi tanggungan puasa yang sempat absen dibulan puasa, atau segera lah berpuasa syawal bagi yang tidak punya hutang puasa Ramadhan karena puasa Ramadhan yang dilanjutkan dengan puasa enam hari di bulan Syawal seperti berpuasa setahun penuh.
Dan yang terakhir..
Marilah, kita kembali bersungguh-sungguh didalam mengamalkan kebaikan. Jadikan hari raya ini terisi oleh perasaan takut dan berharap. Takut kalau saja amalan kita tidak diterima, dan berharap semoga amalan kita diterima oleh Allah azza wa jalla. Jadikanlah hari raya sebagai momentum untuk menyerahkan semuanya kepada Allah azza wa jalla. Karena ada diantara kita yang beruntung namun ada pula yang tidak.
Wuhaib bin Ar-rod melewati suatu kaum yang bermain dan bersenang-senang dihari raya, maka beliau berkata kepada mereka: “sungguh mengherankan, jika memang ibadah kalian telah diterima oleh Allah azza wa jalla apakah begini ungkapan orang-orang yang bersyukur?? apalagi jika memang ibadah kalian tidak diterima oleh Allah azza wa jalla, apakah begini ungkapan orang-orang yang ketakutan??”.
Lalu bagaimana dengan zaman kita saat ini yang segan lagi mengamalkan seuatu hal yang sia-sia dan menyimpang, bahkan menantang Allah dengan bermaksiat dihari raya..??
Semoga Allah menerima segala ibadahku dan ibadah kalian, puasa, shalat dan seluruh amalan. Dan menjadikan hari raya ini, hari raya yang penuh kebahagiaan, dan masih memberikan kesempatan lagi untuk berjumpa dengan Ramadhan dibanyak kesempatan, dan kita telah menjadi sosok yang lebih baik dari sebelumnya, keadaan kita telah bertambah baik, pemimpin kita telah mulia, dan kembali ke jelan Allah dengan sebenar-benarnya..
Amin ya Allah..

Beberapa Sebab Keselamatan Umat Islam



Beberapa Sebab Keselamatan Umat Islam
Segala puji hannya bagi Allah Yang Maha Esa, yang telah menolong hamba -Nya, memuliakan tentara -Nya dan hanya Dia yang menghancurkan seluruh kelompok musuh….. Aku hanya memuji dan bersyukur kepada Allah semata, dan aku memohon taubat dan ampunan kepada -Nya. Aku bersaksi bahwa tiada tuhan yang berhak disembah dengan sebenarnya kecuali Allah, Yang Maha Esa dan tiada sekutu bagi -Nya, dan aku bersaksi bahwa penghulu dan nabi kita Muhamamd adalah hamba dan Rasul -Nya, Dia mengutusnya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar, beliau telah bersabar dan teguh dalam berjuang, berjihad dan berhijrah sehingga mercusuar agama ini tegak dan kekar dan sungguh terjadi apa yang semestinya diberlakukan kepada orang-orang yang kafir….shalawat dan keberkahan senantiasa tercurah kepada beliau, kepada kaluarga dan para shahabatnya yang terbaik dari kalangan Muhajirin dan Anshar serta orang-orang yang mengikuti beliau dengan kebaikan….
                Wahai sekalian hamba Allah yang Maha Penyayang….
                Aku berwasiat kepada kalian dan diriku sendiri untuk selalu bertaqwa, muraqabah dan takut kepada Allah baik dalam kondisi tersembunyi atau kondisi terlihat.
                Wahai sekalian orang-orang yang beriman….sesungguhnya umat ini telah diangkat, dimuliakan oleh Allah dengan diturunkannya agama ini bagi mereka melalui pemimpin manusia Muhammad bin Abdullah semoga shalawat dan salam tetap tercurahkan  bagi beliau sampai hari kiamat kelak…
                Maka apabila umat ini menyia-nyiakan dan mengentengkan agama ini maka dia akan terhina dalam pandangan Allah, rahasia kemuliaan dan keagungan dan kebangiktannya akan sirna. Realita inilah yang kita lihat sekarang ini diberbagai belahan dunia Islam. Disebuah negeri kita melihat para penguasa diktator mengobrak-abrik kehidupan kaum muslimin dengan membunuh, mengusir dan memarjianlkan kehidupan mereka. Di negeri yang lain, kaum muslimin tercabik-cabik dengan berbagai perang saudara yang sangat menakutkan, kita melihat seorang muslim membunuh saudaranya seiman, darah mengalir hanya untuk kesenangan dunia dan jabatan…dan di seberang sana kehidupan kaum muslimin digoncang oleh badai kelaparan, penyakit, banjir dan gempa bumi juga bencana alam lainnya….
“..dan tidak ada yang mengetahui tentara Tuhanmu melainkan dia sendiri”. QS. Al-Mudatsir: 31.
Kalau kehinaan ini sabagai siksa dari Allah, maka apakah faktor-faktor yang bisa menghilangkan dan menghapuskan kesengsaraan tersebut?..
Dia antara faktor yang bisa menghilangkan kehinaan dan menjaga bangsa dan sebuah Negara adalah:

Pertama: Merealisasikan Tauhid
Yaitu mengesakan Allah dalam ubudiyan dan rububuiyah Allah, mengesakan Allah dengan sifat-sifat yang sempurna baik dalam zat dan nama-nama, mengesakan Allah dalam segala sifat dan perbuatan -Nya sebgaimana dijelaskan di dalam kitab sunnah, maka tiada seorangpun yang ditakuti, diharapkan dan disembah selain Allah Yang Maha Esa.
                Dan hendaklah seorang hamba mengetahui bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan tidak akan terjadi di dalam kekuasaan Allah kecuali apa-apa yang dikehendaki oleh Allah, apa yang dikhendaki oleh Allah maka dia mesti terjadi dan apa-apa yang tidak dikehendakinya maka dia tidak akan pernah terjadi, Dialah Allah yang memperkenankan permohonan orang-orang yang dalam kondisi gawat apabila orang tersebut berdo’a memohon kepada -Nya, Dialah yang menghpuskan keburukan, membela orang-orang yang beriman, menyayangi para hamba yang penyayang terhadap orang lain, menolong kekasih -Nya di dunia dan hari kiamat kelak.
Di antara buah positif mewujudakan tauhid adalah: Terbentuknya jiwa yang selalu bertawakkal kepada –Nya dengan tawakkal yang sebenarnya:
"Karena itu hendaklah kepada Allah saja orang-orang mukmin bertawakkal". (QS. Ali Imron: 122).
"dan Hanya kepada Allah hendaknya kamu bertawakkal, jika kamu benar-benar orang yang beriman". ( QS. Al-Maidah: 23.)
Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam bersabda: Seandainya kalian bertawakkal kepada Allah dengan sebenar-benarnya  maka Sungguh Dia akan memberikan kepada kalian rizki sebagaimana dia telah memberikan rizki kepada burung, yang berangkat pada waktu pagi dalam keadaan perut kosong lalu kembali dengan perut kenyang.



Kedua: Iman kepada Allah.
Maksudnya adalah membenarkan segala janji-janji Allah dan ancamanNya yang ada di dalam gaib.

قال الله تعالى: ﴿ ٱلَّذِينَ يُؤۡمِنُونَ بِٱلۡغَيۡبِ وَيُقِيمُونَ ٱلصَّلَوٰةَ وَمِمَّا رَزَقۡنَٰهُمۡ يُنفِقُونَ ﴾ [البقرة: 3] 
"(yaitu) mereka yang beriman[13] kepada yang ghaib[14], yang mendirikan shalat[15], dan menafkahkan sebahagian rezki[16] yang kami anugerahkan kepada mereka". (QS. Al-Baqarah: 3)
Allah  Subahanahu Wa Ta’ala telah memberikan janji -Nya kepada orang-orang yang beriman bahwa Dia akan menyelamatkan mereka dari siksa -Nya yang melanda sebuah masyarakat, Allah Ta’ala telah menyelamatkan kaum Nabi Yunus dari siksa. Allah Ta’ala berfirman:

قال الله تعالى: ﴿ فَلَوۡلَا كَانَتۡ قَرۡيَةٌ ءَامَنَتۡ فَنَفَعَهَآ إِيمَٰنُهَآ إِلَّا قَوۡمَ يُونُسَ لَمَّآ ءَامَنُواْ كَشَفۡنَا عَنۡهُمۡ عَذَابَ ٱلۡخِزۡيِ فِي ٱلۡحَيَوٰةِ ٱلدُّنۡيَا وَمَتَّعۡنَٰهُمۡ إِلَىٰ حِينٖ ﴾ [ىونس: 98] 

"Dan Mengapa tidak ada (penduduk) suatu kota yang beriman, lalu imannya itu bermanfaat kepadanya selain kaum Yunus? tatkala mereka (kaum Yunus itu), beriman, kami hilangkan dari mereka azab yang menghinakan dalam kehidupan dunia, dan kami beri kesenangan kepada mereka sampai kepada waktu yang tertentu". (QS. Yunus: 98)
Selain itu Allah Ta’ala juga memberikan jaminan bagi orang yang beriman bahwa Dia akan membela mereka dalam menghadapi para musuh. Allah Ta’ala berfirman:
"Sesungguhnya Allah membela orang-orang yang Telah beriman". (QS. Al-Hajj: 38).
Oleh karenanya setiap orang yang beriman diharuskan untuk merealsasikan keimanannya, menjauhi segala perkara yang bisa mengurangi dan merusak kesempurnaan keimanan sehingga dengannya Allah mewujudkan janji -Nya untuk menjaga dan menolong orang-orang yang beriman.
Wahai orang-orang yang beriman diantara faktor yang menyebabkan sebuah bencana, nasib buruk dan petaka bisa dihilangkan adalah dengan:

Ketiga: Do’a.
Dialah ibadah dan itulah inti ibadah itu sendiri
قال الله تعالى: ﴿ وَقَالَ رَبُّكُمُ ٱدۡعُونِيٓ أَسۡتَجِبۡ لَكُمۡۚ إِنَّ ٱلَّذِينَ يَسۡتَكۡبِرُونَ عَنۡ عِبَادَتِي سَيَدۡخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ ﴾ [ غفور : 60] 

"Dan Tuhanmu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku[1326] akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina". (QS. Gafir: 60).
Dan Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam bersabda: Do’a adalah inti ibadah.
Do’a adalah ibadah kepada Allah Azza Wa Jalla, sebab pada saat seorang hamba  menengadahkan tangannya kepada Tuhannya dia meyakini bahwa tiada siapapun yang mampu menghilangkan apa yang dirasakannya baik kesusahan dan penyakit kecuali Allah Azza Wa Jalla dan tiada seorangpun yang mampu merubah nasibanya baik senang atau susah kecuali Allah.
Do’a adalah ibadah dan keikhlasan, pujian, kesyukuran dan permohonan bantuan dan seandainya tanpa do’a maka suatu kaum pasti lenyap binasa namun Allah menyelamatkan mereka karena adanya do’a:
"Katakanlah (kepada orang-orang musyrik): "Tuhanku tidak mengindahkan kamu, melainkan kalau ada ibadatmu. (Tetapi bagaimana kamu beribadat kepada-Nya)", (QS. Al-Furqan: 77).
Cukuplah kita mengukur urgensi bagi do’a ini di   saat Allah berkehendak menghancurkan Kaum Yunus mereka segera berhamburan kepada Allah dengan do’a-do’a mereka sehingga Allah menghindarkan mereka dari siksa setelah tanda-tanda datang dan ciri-ciri datang nya siksa telah nampak. Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam bersabda: Tidak ada yang mampu menolak keputusan Allah kecuali do’a.
                Di antara perkara yang bisa menghilangkan bencana dan melenyapkan krisis adalah istigfar.

Keempat: Istighfar.
Istighfar ini adalah faktor yang sangat penting dalam meraih kebaikan dan menghilangkan keburukan di dunia dan akherat. Allah Ta’ala berfirman:

قال الله تعالى: ﴿ وَأَنِ ٱسۡتَغۡفِرُواْ رَبَّكُمۡ ثُمَّ تُوبُوٓاْ إِلَيۡهِ يُمَتِّعۡكُم مَّتَٰعًا حَسَنًا إِلَىٰٓ أَجَلٖ مُّسَمّٗى [هود: 3] 

Dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan bertobat kepada -Nya. (Jika kamu, mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik (terus menerus) kepadamu sampai kepada waktu yang telah ditentukan”. (QS. Hud: 03).
Isitighfar adalah salah satu faktor yang bisa menyebabkan turunnya pertolongan dan karunia  baik harta, anak dan buah-buahan serta turunnya keberkahan dari langit dan bumi. Di antara manfaat istigfar adalah turunnya ampunan Allah dan turunnya hujan, bertambahnya harta dan anak, keberkahan dalam buah dan makanan. Selain dia sebagai faktor yang bisa membawa keberkahan di dunia istigfar juga sebagai bekal di akherat pada saat suasana yang genting mengauasai manusia. Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam bersabda: Sangat beruntunglah orang yang melihat catatan amalnya dipenuhi oleh istigfar yang banyak”.
                Isitghfar memberikan kekuatan bagi seorang hamba pada jasadnya dan dengannya dia bisa menikmati kesempuirnaan tubuhnya dan akalnya, selain itu istigfar memberikannya tenaga untuk selalu taat kepada Tuhannya, dia adalah tenaga dalam segala keadaan baik pada masa sekarang atau yang akan datang.
Sementara itu, meninggalkan istigfar adalah sebab utama terjadinya siksa dari Allah yang menimpa negeri dan manusia:

قال الله تعالى: ﴿ وَمَا كَانَ ٱللَّهُ لِيُعَذِّبَهُمۡ وَأَنتَ فِيهِمۡۚ وَمَا كَانَ ٱللَّهُ مُعَذِّبَهُمۡ وَهُمۡ يَسۡتَغۡفِرُونَ ﴾ [الا نفا ل: 33] 

"Dan Allah sekali-kali tidak akan mengazab mereka, sedang kamu berada di antara mereka. dan tidaklah (pula) Allah akan mengazab mereka, sedang mereka meminta ampun". (QS. Al-Anfal: 33).
Istighfar akan membawa keamanan bagi penduduk di dunia sehingga mereka terbebas dari azab duniawi, sebab Allah Ta’ala telah memberikan bagi umat ini dua jaminan keamanan, yaitu: Jaminan keamanan yang telah berlalu dengan adanya Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam di tengah-tengah manusia dan jaminan kemanan yang kedua tetap kekal selamanya yaitu istighfar. Allah Ta’ala berfirman:

قال الله تعالى: ﴿ لَوۡلَا تَسۡتَغۡفِرُونَ ٱللَّهَ لَعَلَّكُمۡ تُرۡحَمُونَ ﴾ [النمل : 46] 

“….hendaklah kamu meminta ampun kepada Allah, agar kamu mendapat rahmat". QS. Al-Naml: 46.
 Maka istighfar adalah salah satu faktor yang menyebabkan turunnya rahmat, dan orang yang dirahmati oleh Allah tidak akan pernah binasa.

Khutbah Kedua

Segala puji hanya milik Allah yang Maha Esa dalam kebesaran dan kemuliaan, yang memiliki sifat-sifat yang sempurna, yang suci dari segala kemiripan dan kesamaan dengan yang lain. Aku memuji Allah Yang Maha Suci dan bersyukur kepada -Nya dengan rasa syukur yang menambah segala kenikmatan dan menjaganya dari kelenyapan. Aku bersaksi bahawa tiada tuhan yang berhak disembah dengan sebenarnya selain Allah, Yang Maha Esa dan tiada sekutu bagi -Nya. Dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan -Nya, semoga shalawat dan salam tetap tercurahkan kepada beliau, kepada keluarga dan shahabatnya sampai hari kiamat….
Amma Ba’du…..
Sesungguhnya kalam yang paling benar adalah kitab Allah, petunjuk yang paling baik adalah petunjuk Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam. Dan perkara yang paling buruk adalah perakra-perkara yang bid’ah dan setiap perkara yang baru adalah bid’ah, dan setiap bid’ah adalah kesesatan dan setiap kesesatan di api neraka.
Wahai sekalian hamba Allah yang Maha Rahman…
Kita masih membicarakan tentang faktor-faktor yang membuat umat ini menjadi bangkit dan selamat, bahagia dan mulia. Di antara sebab tersebut adalah:
Menegakkan amar ma’ruf nahi mungkar. Amar ma’ruf nahi mungkar adalah penyangga tegakknya suatu masyarakat, dia sebagai unsur penting kebaikan, solidaritas dan kekokohan yang di landasi saling mencintai antar sesama di dalam sebuah masyarakat. Di mana saling menasehati dan membantu serta perbaikan terhadap kesalahan sosial tanpak di dalam masyarakat tersebut. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda: “Barangsiapa yang melihat suatu kemungkaran maka hendaklah dia merubahnya dengan tangannya, dan jika dia tidak mampu maka hendaklah dia merubahnya dengan lisannya dan jika dia tidak mampu maka hendaklah dia merubahnya dengan hatinya dan itulah cermin selemah-lemah keimanan”.
                Maka pada saat tiang ini dijaga di saat itulah masyarakat terjaga dari segala kehancuran dan kebinasaan serta dia akan tetap dijaga dan di lindungi oleh Allah. Cukuplah firman Allah menjelaskan tentang keadaan ini:

قال الله تعالى: ﴿ وَمَا كَانَ رَبُّكَ لِيُهۡلِكَ ٱلۡقُرَىٰ بِظُلۡمٖ وَأَهۡلُهَا مُصۡلِحُونَ      [ الهو د: 117 ] 
"Dan Tuhanmu sekali-kali tidak akan membinasakan negeri-negeri secara zalim, sedang penduduknya orang-orang yang berbuat kebaikan". (QS. Hud : 117).
Maksudnya adalah berbuat kebaikan dengan berda’wah kepada Allah dengan cara menegakkan amar ma’ruf nahi mungkar, tidak cukup bagi seorang muslim untuk hanya menikmati kesalehan pribadinya untuk dirinya sendiri namun dia harus menularkan kesalehan tersebut kepada orang lain dan saudaranya dari kalangan kaum muslimin. Dan dampak perbaikan dan da’wah yang dilakukannya akan mengabadi berabad-abad, sebagaimana yang pernah dilakukan oleh generasi salaf dan orang-orang terbaik dari umat ini dan orang-orang setelah mereka seperti Imam Ibnu Taimiyah, Ahmad bin Hambal dan Muhamad bin Abdul Wahhab.
                Setelah itu, seseorang juga dituntut untuk menjauhi kezaliman. Kezaliman adalah bertindak aniaya terhadap orang lain baik pada darah, harta dan kehoramatan mereka tanpa didasarkan kebenaran. Kezaliman adalah faktor yang paling besar yang bisa memancing datangnya siksa dan berkuasannya orang-orang yang zalim terhadap sebagian yang lainnya:
"Dan Demikianlah kami jadikan sebahagian orang-orang yang zalim itu menjadi teman bagi sebahagian yang lain". (QS. Al-An’am: 129).
قال الله تعالى: ﴿ وَتِلۡكَ ٱلۡقُرَىٰٓ أَهۡلَكۡنَٰهُمۡ لَمَّا ظَلَمُواْ وَجَعَلۡنَا لِمَهۡلِكِهِم مَّوۡعِدٗا ﴾ [الكهف : 59] 

"Dan (penduduk) negeri Telah kami binasakan ketika mereka berbuat zalim, dan Telah kami tetapkan waktu tertentu bagi kebinasaan mereka". (QS. Al-Kahfi: 59).
Maka janganlah seseorang begitu berani berbuat kezaliman dan janganlah orang yang zalim tergiur dengan kehendak Allah yang menangguhkan akibat perbuatan zalim. Di dalam sebuah hadits yang shahih disebutkan bahwa Nabi shallallahun alaihi wa sallam bersabda: Sesungguhnya Allah akan menangguhkan siksa bagi orang yang zalim sehingga apabila saat siksanya telah tiba maka dia tidak akan bisah berkilah, kemudian beliau membca firman Allah Ta’ala:

قال الله تعالى: ﴿ وَكَذَٰلِكَ أَخۡذُ رَبِّكَ إِذَآ أَخَذَ ٱلۡقُرَىٰ وَهِيَ ظَٰلِمَةٌۚ إِنَّ أَخۡذَهُۥٓ أَلِيمٞ شَدِيدٌ ﴾ [الهود: 102] 
"Dan begitulah azab Tuhanmu, apabila dia mengazab penduduk negeri-negeri yang berbuat zalim. Sesungguhnya azab-Nya itu adalah sangat pedih lagi keras". (QS. Hud: 102).
Kezaliman banyak sekali terjadi di tengah-tengah masyarakat pada zaman sekarang ini. Menggunjing orang lain, mengadu domba, hasad, dengki, berkata bohong, menipu dan berkhianat, berbohong dan melontarkan dakwaan yang bathil, memakan harta manusia secara bathil, mencuri, merampok, menyuap, bertransaksi secara riba adalah termasuk kezaliman yang akibatnya akan menciptakan kegelapan pada hari kiamat kelak. Oleh karena itulah Allah menjadikan akibat positif dan terpuji bagi mereka yang tidak menghendaki kerusakan dan kesombongan di muka bumi ini adalah kemuliaan di dunia dan kekal di dalam surga di akherat kelak. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda: “Tidak ada dosa yang lebih berhak untuk disegerakan akibatnya di dunia selain berbuat aniaya dan memutuskan tali silaturrahmi”.
                Do’a orang-orang yang dizalimi sangat mustajab diriwayatkan dari Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam bahwa dia bersabda: Do’a orang yang dizalimi diangkat oleh Allah menuju awan dan Dia berfirman: Demi Kemuliaan dan Ketinggian -Ku sungguh Aku akan menolongmu walau setelah beberapa saat”.
                Setelah itu, di antara faktor yang membawa keselamatan bagi umat Islam adalah shadaqah. Shadaqah adalah bentuk solidaritas seorang muslilm yang telah diberikan karunia oleh Allah kepada saudaranya yang beriman yang  membutuhkan, di mana orang yang fakir merasa bahwa dirinya dicintai oleh saudaranya.
                Dampak positif dari shadaqah di dunia atau akherat adalah:
-Padamnya murka Allah, Zat yang selalu kita minta agar Dia  melindungi kita dan kita mohon kepada -Nya agar Dia mengangkat siksa yang mungkin menimpa kita akibat kemaksiatan yang dilakukan oleh tangan-tangan makhluk.
Menghindarkan seseorang dari kematian yang buruk seperti yang disabadakan oleh nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam: "Sesungguhnya shadaqah itu akan memadamkan amarah Allah dan menolak kematian yang buruk”. Selain itu, dia juga menghapuskan dosa dan kesalahan seperti yang disebutkan di dalam hadits Mu’adz.
Shadaqah juga memadamkan api dosa dan kesahalan sebagaimana air memadamkan api.
Menunaikan shadaqah akan mendatangkan rizki, kemanangan dan ketenangan jiwa sebagaimana disebutkan di dalam sebuah hadits: "Perbanyaklah mengeluarkan shadaqah baik dalam keadaan terang-terangan atau rahasia niscaya kalian akan limpahkan rizki, dikaruniakan pertolongan dan diberikan ketenangan”.
Shadaqah sebagai sebab tertolaknya bencana. Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda: "Bersegeralah menunaikan shadaqah sebab benacana itu tidak akan melangkahinya dan dia akan menutup tujuh puluh pintu keburukan”.
-Shadaqah menutup tujuh puluh pintu keburukan.
-Shadaqah bisa memadamkan panasnya alam kubur. "Sesungguhnya shaqaqah itu akan memadamkan panasnya hawa kubur bagi penghuninya”.
-Shadaqah sebagai obat yang manjur dalam mengobati berbagai penyakit hati dan badan. Nabi Muhammad shallallahun alaihi wa sallam bersabda: Obatilah orang yang sakit di antara kalian dangan cara bersedeqah”.
-Tidak menunaikan shadaqah dan zakat akan menyebabkan hujan tidak turun dari langit. Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam bersabda: Dan tidaklah mereka mencegah diri mereka menunaikan zakat kecuali hujan akan tertahan dari mereka”.