Sahabat Nabi Bisa mendengar Siksa Kubur


Sahabat Nabi Bisa mendengar Siksa Kubur


Alam kubur adalah alam ghaib yang tidak semua makhluk yang bisa mendengar keadaannya. Didalam hadits dikatakan bahwa para jin dan manusia tidak bisa mendengar siksa kubur. Kecuali para binatang. Karena ada hadist Nabi yang menyatakan yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim, Nabi bersabda “Yahudi di adzab dikuburannya dengan adzab yang dapat didengar oleh binatang ternak". Namun seorang sahabat Nabi yang satu ini tergolong istimewa. Padahal beliau tidak termasuk sahabat yang mashur dikalangan sahabat. Dialah Ya’la bin Marrah sahabat nabi yang bisa mendengar siksa kubur.
Beliau bisa mendengar jeritan dan siksa kubur yang begitu dahsyatnya, padahal binatang aja kalo diletakkan disamping kuburan orang yang baru meninggal, binatang itu bisa njingkrak-ngjingkrak ketakutan. Bahkan bisa gila.
Namun yang pasti Hanya orang-orang tertentu sajalah yang diberi kelebihan oleh Allah SWT untuk mendengar siksa kubur. Salah satunya adalah sahabat Nabi yang sangat saleh dan setia ini, yaitu Ya’la bin Marrah.
Ya’la bin Marrah adalah sosok sahabat Rasul SAW yang taat beribadah, zuhud terhadap dunia seperti para sahabat yang lainnya. Dan selalu istiqomah dalam menjalankan ibadah. Selain itu Ya’la sangat setia kepada Allah SAW dan RasulNya. Ya’la Mendengar Siksa Kubur.
Suatu ketika Ya’la mendampingi Rasulullah SAW dalam bepergian. Dia berjalan bersama Rasulullah SAW melintasi area pemakaman. Saat itulah Ya’la mendengar suara kesakitan dari area pemakaman. Pada awalnya beliau menahan dirinya untuk tidak menanyakan hal tersebut kepada Rasulullah SAW yang berada di sampingnya. Namun, karena penasaran yang amat sangat, dia pun angkat bicara.
“Ya Rasulullah, aku mendengar rintihan kesakitan dari alam kubur,”
kata Ya’la.
“Apakah engkau juga bisa mendengarnya wahai Ya’la?”
tanya Rasulullah SAW.
“Benar, ya Rasulullah,” jawab Ya’la.
Hal ini ditanyakan Rasulullah kepada Ya’la, karena tak semua semua orang mampu mendengarnya, termasuk sahabatnya yang lain. Kemudian Rasulullah SAW berkata, “Sesungguhnya ia sedang disiksa karena hal yang sepele.”
Mendengar perkataan Rasulullah SAW tersebut, Ya’la menjadi semakin penasaran. Dia pun menanyakan apa penyebab orang tersebut disiksa sangat pedih hingga dia mampu mendengar jeritan itu.
“Ya Rasulullah, apa hal sepele itu?” tanya Ya’la.
“Adu domba dan kencing,” jawab Rasulullah SAW.
Itulah kisah yang tentang sahabat nabi yang bernama Ya’la bin Marrah yang bisa mendengar suara Siksa Kubur. Kisah ini adalah riwayat Imam Baihaqi.
Semoga kisah ini mengingatkan kita untuk lebih mendekatkan diri Kepada Allah SWT. Dan berupaya untuk menjauhi dua perkara tersebut, yang membuat celaka di alam kubur.

Benarkah Hewan Bisa Mendengar Jerit Siksa Kubur?


Benarkah Hewan Bisa Mendengar Jerit Siksa Kubur?


Mungkin di antara pembaca ada yang pernah mendengar lolongan anjing yang panjang, menyayat malam yang sunyi. Jika itu terdengar di dini hari yang gerimis, kita akan segera ingat film-film yang dibintangi mendiang Suzana.
Tapi, mungkin saja itu karena mereka ketakutan akan sesuatu, atau menyatakan keprihatinan terhadap makhluk lain. Yang paling mungkin, bisa saja mereka melolong karena kasihan dengan para penghuni kubur yang tengah mengalami siksaan akibat perbuatan buruk mereka di dunia.
Diriwayatkan oleh Muslim dari Zaid bin Tsabit bahwa ia berkata, Suatu hari kami sedang bersama Nabi di tanah pekarangan milik Bani Najjar. Saat itu beliau menaiki seekor keledai betina miliknya. Tiba-tiba binatang itu terperanjat kaget dan berhenti di dekat empat sampai enam kubur, dan hampir saja beliau terjatuh.
Beliau lalu bertanya, Siapa yang tahu penghuni kubur-kubur ini? Seorang sahabat menjawab, Saya. Beliau bertanya, Lalu kapan mereka mati? la menjawab, Mereka mati pada zaman jahiliah. Beliau bersabda, Sesungguhnya umat ini akan diuji dalam kuburnya. Seandainya kalian tidak saling menguburkan, niscaya aku akan berdoa kepada Allah agar Dia membuat kalian mendengar siksa kubur seperti yang aku dengar.
Menurut para ulama, keledai yang sedang dinaiki Nabi tersebut sampai terperanjat kaget, karena mendadak ia mendengar suara orang-orang yang sedang disiksa di dalam kubur. Hanya saja makhluk yang berakal seperti jin dan manusia tidak bisa mendengarnya.Allah sengaja menyembunyikan hal itu dari kita supaya kita menguburkan mayit. Itulah kebijaksanaan dan kasih sayang Allah kepada kita, agar kita tidak takut mendengarnya.
Selama masih di dunia, kita tidak akan sanggup mendengar azab Allah yang ditimpakan kepadanya di dalam kubur. Bayangkan, ketika mendengar suara halilintar yang menggelegar atau gempa yang dahsyat saja banyak orang yang langsung mati. Apalagi jika sampai jeritan orang di dalam kubur yang sedang disiksa oleh rnalaikat dengan menggunakan palu dari neraka didengar oleh orang yang berada di dekatnya?
Rasulullah sendiri pernah menyatakan, Seandainya seseorang mendengar suara mayit yang sedang disiksa, ia akan pingsan. Itu baru siksa yang ditimpakan pada orang-orang mukmin, apalagi dengan siksa yang ditimpakan kepada orangng kafir.Kita senantiasa memohon keselamatan, ampunan, dan rahmat kepada Allah Yang Maha Dermawan.
Diceritakan bahwa pada suatu hari ada beberapa orang yang saleh mengubur mayit di sebuah desa bagian timur Isbiliyah. Sesudah itu mereka duduk-duduk santai di sebuah tempat. Tidak jauh dari tempat mereka, beberapa ekor kambing yang merumput.
Mendadak ada seekor kambing yang berlari menghampiri kubur tersebut. la mendekatkan telinganya seolah-olah sedang mendengarkan suara. Setelah itu ia lari terbirit-birit ke tempatnya semula dan bergabung dengan teman-temannya. Mendengar hikayat tersebut, Abul Hakam berkata, Aku tiba-tiba jadi teringat akan kematian, dan ingat sabda Nabi, Sesungguhnya mereka sedang disiksa dengan azab yang bisa didengar oleh binatang. [ ]

Tujuh Rupa Mayat di Dalam Kubur Sesuai Amal di Dunia


Tujuh Rupa Mayat di Dalam Kubur Sesuai Amal di Dunia


Ketika seseorang meninggal, maka seluruh urusan yang berkaitan dengan dunia akan terhenti. Manusia akan mengalami fase selanjutnya yakni menjalani kehidupan di alam barzah. Ternyata selama menjalani kehidupan di alam kubur, rupa manusia akan berubah sesuai dengan amal perbuatannya semasa hidup.
Ada beragam rupa manusia di alam kubur. Ada yang wajahnya berbentuk seperti babi hutan, perutnya buncit dan meletup, ada yang berkuku panjang melilit tubuhnya dan ada pula wajah bersih dan tersenyum. Semua bentuk ini sangat berhubungan dengan baik atau buruknya perbuatan yang telah dilakukanya ketika seseorang itu masih hidup. Berikut 7 rupa mayat di dalam kubur sesuai amal di dunia
1. Mayat yang Wajahnya Berbentuk Babi
Wajah mayat menyerupai babi disebabkan karena semasa hidupnya orang tersebut tidak melaksanakan kewajiban untuk salat lima waktu dan tidak pernah merasa bersalah meninggalkannya. Padahal salat merupakan kewajiban utama seorang mukmin sebagai bentuk ketaatan kepada Allah SWT.
Dalam sebuah riwayat Nabi Muhammad pernah bersabda "Wahai para sahabatku, lihatlah keadaan orang yang meninggalkan shalat. Di hari kiamat nanti akan dibangkitkan oleh Allah SWT seperti babi hutan yang hitam."
2. Mayat yang wajahnya berpaling dari arah kiblat
Selanjutnya adalah wajah mayat yang tidak mau menghadap kiblat. Jika rupa dalam kondisi ini, maka menjadi pertanda bahwa mayat tersebut semasa hidupnya selalu melakukan perbuatan syirik kepada Allah. Padahal asas Islam adalah tauhid sehingga perilaku syirik tidak akan diampuni oleh Allah.
3. Kepala Mayat Berubah jadi Batu Hitam Legam
Kondisi mayat dalam bentuk ini mengindikasikan bahwa mayat semasa hidupnya telah durhaka kepada kedua orang tua. Dosa kepada orang tua memang akan disegerakan balasannya. Ketika masih hidup, maka Allah akan memperlihatkan langsung bagaimana siksaannya terhadap anak yang durhaka. Terlebih jika sudah meninggal, pastinya balasan yang diterima akan semakin pedih lagi. Termasuk perubahan kepala mayat yang berubah menjadi batu hitam legam.
“Ada dua pintu (amalan) yang disegerakan balasannya di dunia: kedzoliman dan durhaka (pada orang tua)”. (HR Hakim dan dishohihkan al-Albani dalam ash-Shohihah: 1120)
4. Mayat yang Perutnya Buncit dan Meletup
Kondisi mayat dengan rupa seperti ini menjadi tanda bahwa semasa hidup, mayat tersebut suka makan dengan harta yang haram. Petaka buruk yang akan menimpa mereka adalah api neraka dengan harta haram yang setiap saat mereka masukkan ke dalam perut mereka. Nabi Muhammad SAW bersabda yang artinya:
“Wahai Ka’ab bin ‘Ujrah, sesungguhnya tidaklah tumbuh setiap daging yang diberi asupan makanan yang haram melainkan nerakalah yang berhak membakarnya.” (HR. Ahmad dan at-Tirmizi, dinyatakan shahih oleh al-Albani).
5. Mayat yang kukunya mencengkam dan melilit seluruh tubuhnya
Jika mayat berwajah seperti ini, itu merupakan pertanda bahwa semasa hidupnya suka berkelahi dan mengumpat orang. Tindakan ini memang sangat tidak disukai oleh Allah SWT, sehingga siapa yang melakukannya akan mendapat azab saat berada di alam barzah.
Diriwayatkan oleh Abu Daud dari Anas, Rasulullah SAW bersabda:
“Pada malam aku diIsra’kan aku telah melalui suatu kaum yg mencakar-cakar muka mereka dgn kuku-kukunya sendiri, maka aku berkata: “Hai Jibril siapa mereka ini? jawab Jibril: Mereka ini adalah org2 yg suka mengumpat dan mereka juga suka menjaga tepi kain org”. (Abu Daud dari Anas)
6. Kuburnya keluar air yang lebih busuk dari bangkai
Kondisi ini menjadi pertanda bawa mayat tersebut semasa hidupnya mayat adalah orang yang suka makan riba. Balasan bagi orang yang suka memakan riba memang amat pedih. Mereka memang harus berhadapan dengan neraka jahanan dan mengalami kondisi Kuburnya keluar air yang lebih busuk dari bangkai.
7. Mayat yang wajahnya tersenyum
Jika mayat berwajah seperti ini, itu merupakan pertanda bahwa semasa hidupnya mayat merupakan oarang yang berilmu dan beramal soleh. Mereka dijanjikan untuk menjadi penduduk surga pada hari kiamat kelak. Semoga kita termasuk dalam jenis mayat yang satu ini.

Keadaan Di Alam Kubur Bagi Orang Muslim Dan Kafir (Non-Muslim)


Keadaan Di Alam Kubur Bagi Orang Muslim Dan Kafir (Non-Muslim)


Apakah mayit non-muslim akan ditanya juga di alam kubur? Karena ada orang mengatakan bahkan para tokoh agama tersebut, bahwa mayit non muslim tersebut sudah berada disurga dan tak akan mendapatkan pertanyaan alam kubur.
Alam kubur adalah termasuk alam ghaib yang menjadi tempat pertama alam akhirat. Kita manusia yang hidup tidak tahu apa yang terjadi di sana dan apa yang sedang dialami oleh mereka yang sudah mati dan dikubur. Karenanya, terkait alam ghaib ini, pengetahuan kita harus berdasarkan kepada informasi dari Yang Maha Tahu yakni Allah melalui Kitab Suci-Nya (Al-Quran) dan/atau melalui Rasul-Nya Nabi Muhammad dalam hadits-haditsnya. Dalam sebuah hadits sahih yang panjang riwayat Abu Daud dalam Sunan Abu Daud hlm 4/240 dari Barra bin Azib yang terjemahan ringkasnya sebagai berikut:
KEADAAN ORANG YANG MUSLIM SALEH DI ALAM KUBUR
Orang Islam yang soleh sangat bersyukur karena beriman selama di dunia. Nabi mencerikan keadaan mereka saat pertama kali masuk alam kubur: Maka dikembalikanlah ruhnya pada jasadnya. Lalu datanglah kepadanya dua malaikat dan mendudukkannya. Mereka berdua pun mengatakan : siapa Robbmu? Dia menjawab : Robbku adalah Allah. Lalu mereka bertanya lagi : apa agamamu? Agamaku adalah islam, jawabnya. Mereka kembali bertanya : siapa orang ini yang diutus pada kalian? Dia mengatakan : dia adalah Rosulullah. Dari mana kamu tahu? Tanya mereka. Dia pun menjelaskan: aku membaca kitabullah (Al Quran), lalu aku beriman dengannya dan aku membenarkannya. Setelah itu, menyerulah sebuah seruan di langit bahwasanya telah benar hambaKu, maka bentangkanlah untuknya (bentangan) dari surga, dan pakaikanlah (pakaian) dari surga, serta bukakanlah untuknya pintu menuju surga.
Maka datanglah kepadanya baunya dan kebagusannya, dan diluaskan untuknya di kuburannya sejauh mata memandang. Lalu datanglah kepadanya seorang yang bagus wajahnya, bagus bajunya, serta wangi baunya. Lantas dia pun berkata: bergembiralah dengan hal yang akan menyenangkanmu, ini adalah hari yang kamu dijanjikan dengannya. Dia (ruh) bertanya: siapa kamu? Wajahmu adalah wajah yang datang dengan kebaikan. Dia (orang yang datang kepadanya) menjawab: saya adalah amalanmu yang sholih. Lalu dia (ruh) itu pun mengatakan: wahai Robbku tegakkanlah hari kiamat, hingga aku bisa kembali kepada keluargaku dan hartaku.
KEADAAN ORANG KAFIR DAN ORANG PENDOSA DI ALAM KUBUR
Sebagaimana muslim, orang kafir pun ketika di alam kubur akan diperika, ditanya dan akan disiksa. Nabi bersabda dalam lanjutan hadis di atas: Maka kembalilah ruhnya kedalam jasadnya. Dan datanglah dua malaikat, lalu mendudukannya. Mereka berdua mengatakan padanya: siapa Robbmu? Dia menjawab: Hah hah, aku tidak tahu. Mereka bertanya lagi : Apa agamamu? Hah hah aku tidak tahu, jawabnya. Mereka kembali bertanya padanya : siapa orang ini yang diutus kepada kalian? Maka dia pun mengatakan: Hah hah, aku tidak tahu. Lalu menyerulah sebuah seruan dari langit : Telah dusta dia, maka bentangkanlah baginya hamparan dari neraka, dan bukakanlah baginya pintu menuju neraka. Sehingga datanglah kepadanya panas darinya, dan juga racunnya. Dan disempitkan baginya kuburannya sehingga saling berhimpitan tulang-tulangnya.
Lalu datang kepadanya seorang yang buruk wajahnya dan bajunya, serta busuk baunya. Dia mengatakan : bergembiralah dengan hal yang akan menyusahkanmu, ini adalah hari yang dulu engkau dijanjikan dengannya. Maka dia (ruh) bertanya: siapa kamu? Wajahmu seperti wajah orang yang datang dengan keburukan. Dia pun menjawab: Aku adalah amalanmu yang buruk. Lalu dia (ruh) mengatakan : Wahai Robbku, jangan engkau tegakkan hari kiamat.

Hal-Hal Yang Menakutkan Di Alam Kubur


Hal-Hal Yang Menakutkan Di Alam Kubur


Apabila kita mengamati nash-nash yang shahîh dari al-Qur‘ân dan Sunnah serta ditopang oleh pemahaman dan pandangan para Ulama dalam memahami nash-nash tersebut, maka diketahui bahwa manusia akan melewati empat alam kehidupan, yaitu: alam rahim, alam dunia, alam barzakh (kubur), alam akhirat. Semua proses kehidupan setiap alam tersebut memiliki kekhususan masing-masing, tidak bisa disamakan antara satu dengan lainnya. Misalnya alam rahim, mungkin saja bisa diketahui sebagian proses kehidupan di sana melalui peralatan kedokteran yang canggih, tapi di balik itu semua, masih banyak keajaiban yang tidak terungkap dengan jalan bagaimana pun. Semua itu merupakan rahasia yang sengaja Allah Azza wa Jalla tutup dari ilmu dan pandangan umat manusia. Allah Azza wa Jalla telah menerangkan dalam firman-Nya yang berbunyi:
وَمَا أُوتِيتُم مِّنَ الْعِلْمِ إِلَّا قَلِيلًا
Tidaklah kalian diberi ilmu kecuali sedikit saja. [al-Isrâ‘/17:85]
Apalagi bila kita hendak berbicara tentang kehidupan alam kubur dan alam akhirat, tiada pintu yang bisa kita buka kecuali pintu keimanan terhadap yang ghaib, melalui teropong nash-nash al-Qur‘ân dan Sunnah. Beriman dengan hal yang ghaib adalah barometer pembeda antara seorang Mukmin dengan seorang kafir, sebagaimana termaktub dalam firman Allah Azza wa Jalla :
ذَٰلِكَ الْكِتَابُ لَا رَيْبَ ۛ فِيهِ ۛ هُدًى لِّلْمُتَّقِينَ الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ
Kitab (al-Qur‘ân) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib”. [al-Baqarah/2:2-3]
Banyak nash dari al-Qur‘ân dan Sunnah yang mengukuhkan persoalan ini, yang tidak mungkin diuraikan dalam tulisan yang singkat ini.
KEADAAN MANUSIA DI ALAM KUBUR
Setiap manusia yang hidup di dunia ini pasti akan melewati alam kubur. Alam ini disebut pula alam barzakh yang artinya perantara antara alam dunia dengan alam akhirat, sebagaimana firman Allah Azza wa Jalla yang artinya, “Apabila kematian datang kepada seseorang dari mereka, ia berkata, “Ya Rabbku kembalikanlah aku (ke dunia) agar aku berbuat amal yang saleh terhadap yang telah aku tinggalkan. Sekalikali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka ada Barzakh (pembatas) hingga hari mereka dibangkitkan. [al-Mukminûn/23:100]
Para ahli tafsir dari Ulama Salaf sepakat mengatakan, “Barzakh adalah perantara antara dunia dan akhirat, atau perantara antara masa setelah mati dan hari kebangkitan. [1].
Alam Barzakh dinamakan dengan alam kubur adalah karena keadaan yang umum terjadi. Karena pada umumnya jika manusia meninggal dunia, dia dikubur dalam tanah. Namun, bukan berarti orang yang tidak dikubur terlepas dari peristiwa-peristiwa alam barzakh. Seperti orang yang dimakan binatang buas, tenggelam di lautan, dibakar ataupun terbakar. Sebab Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. Seperti yang diceritakan Rasulullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sabdanya:
عَنْ أَبِي هُر َيْرَةَ أَنَّ رَسُوْلَ اللَّه صَلى اللَّهِ عَلَيْهِ وَ سَلَمَ قَالَ قَالَ رَجُلٌ لَمْ يَعْمَل خَيْرًاقَطُّ فَإِذَا مَاتَ فَحَرِّقُوْهُ وَاذْرُوْانِصفَهُ فِي البَرِّ وَنِصفَهُ فِي الْبَحْرِ فَوَ اللَِّهِ لَئِنْ قَدَرَ اللَّهُ عَلَيْهِ لَيُعَذِ بَنَّهُ عَذَابًا لاَ يُعَذِّبُهُ أَحَدًا مِنْ العَالَمِيْنَ فَأَمَرَ اللّهُ الْبَحْرَ فَجَمَعَ مَافِيْهِ وَأَمَرَ الْبَرَّ فَجَمَعَ مَا فِيْهِ ثُمَّ قَالَ لِمَ فَعَلْتَ قَالَ مِنْ خَشْيَتِكَ وَأَنْتَ أَعْلَمُ فَغَفَرَلَهُِ
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Seorang yang tidak pernah beramal baik sedikit pun berkata kepada keluarganya: apabila ia meninggal maka bakarlah dia, lalu tumbuk tulangnya sehalus-halusnya. Kemudian sebarkan saat angin kencang bertiup, sebagian di daratan dan sebagian lagi di lautan. Lalu ia berkata, ‘Demi Allah, jika Allah mampu untuk menghidupkannya, tentu Allah akan mengazabnya dengan azab yang tidak diazab dengannya seorang pun dari penduduk alam. Maka Allah memerintahkan lautan dan daratan untuk mengumpulkan abunya yang terdapat didalamnya. Maka tiba-tiba ia berdiri tegak. Lalu Allah bertanya kepadanya, “Apa yang mendorongnya untuk melakukan hal tersebut? Ia menjawab, “karena takut kepada-Mu dan Engkau lebih mengetahui (isi hatiku)”. Kemudian Allah mengampuninya. [2] Dari kisah di atas dapat kita lihat bagaimana seseorang tersebut berusaha untuk lari dari azab Allah Azza wa Jalla dengan cara yang menurut akal pikirannya dapat membuatnya lolos dan lepas dari azab Allah Azza wa Jalla. Tetapi hal tersebut tidak dapat melemahkan kekuasaan Allah Azza wa Jalla . Bila seandainya ada seseorang mau melakukan tipuan terhadap Allah Azza wa Jalla agar ia terlepas dari azab kubur, sesungguhnya kekuasaan Allah Azza wa Jalla jauh lebih kuat daripada tipuannya. Pada hakikatnya yang ditipu adalah dirinya sendiri.
Di alam kubur manusia akan mengalami kehidupan barzakh sampai terompet sangkakala ditiup oleh malaikat Israfil. Di sana, ada yang bersukacita dan ada pula yang berdukacita, ada yang bahagia dan ada pula yang menderita. Sebagaimana yang diriwayatkan oleh Barâ’ bin ‘Azib Radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya seorang hamba apabila akan menjumpai kehidupan akhirat dan berpisah dengan kehidupan dunia, para malaikat turun mendatanginya, wajah mereka bagaikan matahari. Mereka membawa kain kafan dan minyak harum dari surga. Para malaikat tersebut duduk dengan jarak sejauh mata memandang. Kemudian malaikat maut mendatanginya dan duduk dekat kepalanya seraya berkata, “Wahai jiwa yang baik keluarlah menuju ampunan dan keridhaan Allah.” Maka keluarlah ruh itu bagaikan air yang mengalir dari mulut wadah air minum. Maka malaikat maut mengambil ruhnya. Bila ruh itu telah diambil, para malaikat (yang membawa kafan dan minyak harum) tidak membiarkan berada di tangannya walaupun sekejap mata hingga mengambilnya. Lalu mereka bungkus ruh itu dengan kafan dan minyak harum tersebut. Maka keluarlah darinya aroma, bagaikan aroma minyak kasturi yang paling harum di muka bumi. Mereka membawa ruh itu naik menuju (ke langit). Mereka melewati para malaikat yang bertanya, “Siapa bau harum yang wangi ini?” Maka mereka menyebutnya dengan panggilan yang paling baik di dunia. Sampai naik ke langit, lalu mereka meminta dibukakan pintu langit, maka lalu dibukalah untuknya. Malaikat penghuni setiap langit mengiringinya sampai pada langit berikutnya. Dan mereka berakhir pada langit ketujuh. Allah berkata, ‘Tulislah kitab hamba-Ku pada ‘Illiyyin (tempat yang tinggi) dan kembalikan ia ke bumi, sesungguhnya Aku menciptakan mereka dari bumi, kemudian di sanalah mereka dikembalikan dan akan dibangkitkan kelak. Selanjutnya, ruhnya dikembalikan ke jasadnya. Lalu datanglah kepadanya dua malaikat,keduanya menyuruhnya untuk duduk. Kedua malaikat itu bertanya kepadanya, ‘Siapa Rabbmu?’ Ia menjawab, “Rabbku adalah Allah”. ‘Apa agamamu?’ Ia menjawab,agamaku Islam’. ‘Siapa orang yang diutus kepadamu ini?’ Ia menjawab, ‘Ia adalah Rasulullâh. ‘Apa ilmumu?’ Ia menjawab, ‘Aku membaca kitab Allah dan beriman dengannya’. Lalu diserukan dari langit, ‘Sungguh benar hambaku’. Maka bentangkanlah untuknya tikar dari surga-Ku. Dan bukakan baginya pintu surga. Maka datanglah kepadanya wangi surga dan dilapangkan kuburnya sejauh mata memandang. Selanjutnya, datang kepadanya orang yang berwajah tampan, berpakaian bagus dan harum mewangi. Ia (orang berwajah tampan) berkata, “Bergembiralah dengan semua yang menyenangkanmu. Inilah hari yang dijanjikan untukmu.” Maka ia (mayat) pun bertanya, “Siapa anda, wajahmu yang membawa kebaikan?” Maka ia menjawab, “Aku adalah amalmu yang shaleh”. Ia bertanya lagi, “Ya Allah, segerakanlah Kiamat agar aku bisa kembali kepada keluarga dan hartaku.”
Dan bila seorang kafir, ia berpindah dari dunia dan menuju ke alam akhirat. Dan para malaikat turun dari langit menuju kepadanya dengan wajah yang hitam. Mereka membawa kain rami yang kasar, mereka duduk dengan jarak dari mayat sejauh mata memandang. Kemudian datanglah malaikat maut duduk di dekat kepalanya. Ia berkata, “Wahai jiwa yang kotor, keluarlah menuju kemurkaan Allah.” Selanjutnya, ruhnya pun menyebar ke seluruh tubuhnya dan malaikat maut mencabut ruhnya dengan kuat seperti mencaput sisir besi dari ijuk yang basah. Bila ruh itu telah diambil, para malaikat itu tidak membiarkannya sekejap mata di tangan malaikat maut, sampai para malaikat meletakkannya pada kain rami yang kasar tersebut. Kemudian ia mengeluarkan bau yang paling busuk di muka bumi. Selanjutnya para malaikat membawa naik ruh tersebut. Tiada malaikat yang mereka lewati kecuali mereka mengatakan, ‘Bau apa yang sangat keji ini?’ ia dipanggil dengan namanya yang paling jelek waktu di dunia. ketika arwahnya sampai pada langit dunia dan malaikat meminta pintunya dibuka, akan tetapi tidak diizinkan. Kemudian Rasulullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca firman Allah:
لَا تُفَتَّحُ لَهُمْ أَبْوَابُ السَّمَاءِ وَلَا يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ حَتَّىٰ يَلِجَ الْجَمَلُ فِي سَمِّ الْخِيَاطِ
Tidak dibukakan untuk mereka pintu langit, dan mereka tidak akan masuk surga sampai onta masuk ke dalam lubang jarum”. [al-A‘râf/7:40] Setelah itu, Allah Azza wa Jalla berkata, “Tulislah catatan amalnya di Sijjîn pada lapisan bumi yang paling bawah”.Dan ruhnya dilemparkan jauh-jauh. Kemudian Rasulullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca ayat:
وَمَن يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَكَأَنَّمَا خَرَّ مِنَ السَّمَاءِ فَتَخْطَفُهُ الطَّيْرُ أَوْ تَهْوِي بِهِ الرِّيحُ فِي مَكَانٍ سَحِيقٍ
Barangsiapa yang berbuat syirik kepada Allah, maka seolah-olah ia telah terjatuh dari langit lalu disambar oleh burung, atau diterbangkan oleh angin ke tempat yang jauh [al-Hajj/22:31]
Setelah itu ruhnya dikembalikan ke jasadnya, dan datang kepadanya dua orang malaikat yang menyuruhnya duduk. Kedua malaikat itu bertanya, ‘Siapa Rabbmu? ia menjawab, ‘Ha ha, aku tidak tahu’. Mereka bertanya lagi, “Siapakah orang yang diutus kepadamu ini?” Ia menjawab, “Ha ha, aku tidak tahu.” Maka seseorang menyeru dari langit, “Sungguh ia telah berdusta.” Bentangkan tikar untuknya dari api neraka dan bukakan salah satu pinti neraka untuknya. Maka datanglah kepadanya angin panas neraka. Lalu kuburnya disempitkan sehingga tulang-tulang rusuknya saling berdempet. Kemudian datang kepadanya seorang yang berwajah jelek, berpakaian jelek dan berbau busuk. Orang itu berkata,“Berbahagialah dengan apa yang menyakitimu, inilah hari yang dijanjikan padamu.” Lalu ia (mayat) bertanya, “Siapa engkau yang berwajah jelek?” Ia menjawab, “Aku adalah amalanmu yang keji.” Lalu mayat itu mengatakan, “Rabb ku janganlah engkau datangkan Kiamat.” [3]
Jika seorang Muslim mau merenung sejenak bagaimana keadaan dan kondisi kehidupannya nanti di alam kubur, niscaya ia akan menjauhi perbuatan maksiat dan dosa. Bayangkan, bagaimana keadaan kita ketika berada dalam sebuah lubang yang sempit lagi gelap, serta tidak ada cahaya sedikit pun. Betapa mencekam suasana gelap itu dan menimbulkan rasa takut yang dalam, napas terasa sesak, semakin lama semakin sulit untuk bernapas, rasa haus, lapar, panas, mau berteriak tidak seorang pun yang mendengar.
Akan tetapi alam kubur jauh berbeda dari semua itu. Tidak hanya sebatas apa yang tergambar ketika kita berada dalam sebuah lubang sempit dan gelap. Suasana di sana akan ditentukan oleh amalan kita sewaktu di dunia. Orang yang beramal shaleh waktu di dunia, ia akan lulus dalam menjawab pertanyaan malaikat. Tidur di atas hamparan tikar dari surga, ditemani oleh orang berbau wangi dan berwajah tampan. Kemudian senantiasa mencium bau harum hembusan angin surga.
Adapun orang yang ketika hidup di dunia bergelimang dosa dan maksiat, apalagi melakukan perbuatan syirik. Ia tidak akan bisa menjawab pertanyaan malaikat. Tidur di atas hamparan tikar dari api neraka, di temani oleh orang berbau busuk dan berwajah buruk. Kemudian ia senantiasa mencium bau busuk hembusan panas api neraka. Bahkan setiap manusia akan diperlihatkan tempat tinggalnya saat di alam kubur pada waktu pagi dan sore. Hal ini sebagaimana disebutkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sabdanya:
إِنَّ أَحَدَكُمْ إِذَا مَاتَ عُرِضَ عَلَيْهِ مَقْعَدُهُ بِالْغَدَاةِ وَالْعَشِىِّ إِنْ كَانَ مِنْ أَهِلِ الْجَنَّةِ فَمِنْ أَهلِ الجَنَّةَ وَإِنْ كَانَ مِنْ أَهْلِ النَّارِ فَمِنْ أَهْل النَّار يُقَالُ هََِذَا مَقْعَدُكَ حَتَّى يَبْعَشَكَ اللَّهُ إِلَيْهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
Apabila seseorang telah mati, akan diperlihatkan kepadanya tempat tinggalnya pada waktu pagi dan sore. Jika ia termasuk penghuni surga, maka diperlihatkan tempatnya di surga. Dan jika ia dari penghuni neraka maka diperlihatkan tempatnya di neraka. Kemudian dikatakan kepadanya, “Inilah tempatmu yang akan engkau tempati pada hari Kiamat”. [HR Muslim no. 5110, Ahmad no. 5656, Mâlik no. 502]
Di antara hikmah diperlihatkannya tempat seseorang di akherat kelak ketika berada di alam kubur adalah agar semakin menimbulkan rasa syukur dalam diri orang yang beramal shaleh. Ini adalah salah satu bentuk nikmat yang dirasakannya dalam alam kubur. Adapun bagi orang berbuat dosa, maka itu akan semakin menambah rasa kekecewaan dan penyesalan dalam dirinya. Ini adalah salah satu bentuk azab yang dialaminya dalam alam kubur. Hal ini sebagaimana disebutkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sabdanya:
لاَ يَدْ خُلُ أَحَدٌ الْجَنَّةَ إِلاَّ أُرِيَ مٌَقْعَدَهُ مِنْ النَّارِ لَوْ أَسَاءَ لِيَزْ دَادَ شُكرْرًا وَلاَ يَدْ خُلُ النَّارَ أَحَدٌ إِلاَّ أُرِيَ مَقْعَدَهُ مِنْ الْجَنَّةِ لَوْ أحْسَنَ لِيَكُوْن عَلَيْهِ حَسْرَةً
Tidak seorang pun masuk ke dalam surga kecuali diperlihatkan kepadanya tempatnya di neraka,seandainya ia berbuat jelek, agar bertambah rasa syukurnya. Dan tidaklah seorang pun masuk ke dalam neraka kecuali diperlihatkan kepadanya tempatnya di surga, seandainya ia berbuat baik, agar semakin bertambah atasnya rasa penyesalannya”. [HR al-Bukhâri no. 6084 dan Ahmad]
Dalam riwayat lain disebutkan: “Apabila seorang hamba diletakkan di kuburnya, dan para pelayatnya pergi meninggalkannya, sesungguhnya ia mendengar derap terompah mereka. Kemudian datanglah kepadanya dua orang malaikat dan menyuruhnya duduk. Mereka bertanya kepadanya, ‘Apa perkataanmu tentang orang ini?’ Adapun orang Mukmin, maka ia akan menjawab, Aku bersaksi bahwa ia adalah hamba Allah dan utusan-Nya. Lalu dikatakan kepadanya, ‘Lihatlah tempatmu di neraka. Sungguh, Allah telah menukarnya dengan surga, maka ia melihat keduanya. berkata Qatâdah, ‘Disebutkan kepada kami bahwa kuburnya di luaskan tujuh puluh hasta, yang dipenuhi oleh tumbuhan hijau sampai hari mereka dibangkitkan.” [HR al-Bukhâri no. 1285, Muslim no. 5115, Ahmad no. 11823]
KESIMPULAN:
1. Azab kubur bersifat umum bagi seluruh manusia,tidak khusus bagi umat nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam .
2. Di antara azab atau nikmat kubur ada yang berhubungan dengan ruh dan jasad secara bersamaan dan ada pula yang khusus berhubungan dengan ruh saja.
3. Semua ruh orang yang telah meninggal dunia berada di alam Barzakh, sekalipun ia dimakan binatang buas ataupun dibakar.
4. Seseorang tidak akan masuk surga atau neraka kecuali setelah terjadinya hari Kiamat dan dibangkitnya seluruh manusia dari kuburnya.
PELAJARAN DI BALIK KEIMANAN KEPADA AZAB KUBUR
1. Menanamkan dalam diri seseorang sikap mawas diri dalam meninggalkan perintah-perintah agama.
2. Memiliki kemauan yang tinggi dalam melakukan amal shaleh, agar mendapat keberuntungan di alam kubur.
3. Menimbulkan rasa takut dalam diri seseorang untuk melakukan maksiat, agar terhindar dari azab kubur.
Wallâhu a‘lam.
Footnote
[1]. Lihat tafsir at-Thabari 18/53.
[2]. Kisah ini terdapat dalam Shahîh al-Bukhâri no.7067 dan Shahîh Muslim: no. 7157
[3]. Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan dishahîhkan oleh Syaikh al-Albâni dalam Shahîh Jâmi’ ash Shaghîr no 1676.
Sumber: https://almanhaj.or.id/3125-hal-hal-yang-menakutkan-di-alam-kubur.html

Hikmah Dibalik Kisah Nyata Alam Kubur Orang Pelit

Hikmah Dibalik Kisah Nyata Alam Kubur Orang Pelit


Kisah Nyata Alam Kubur terkenal di tengan masyarakat, terutama bagi mereka yang percaya bahwa jenazah sedang mendapat siksa. Simaklah penjelasannya! Semoga ada hikmah dibaliknya yang bisa kita ambil.
Setiap yang hidup pasti mengalami mati. Islam meyakini adanya kehidupan setelah kehidupan di dunia ini. Sebelum kita menuju tempat kembali yang abadi, yakni surga atau neraka, maka kita harus melewati alam kubur terlebih dahulu. Beberapa kisah nyata alam kubur yang ada di sekitar kita.
Simaklah kisah berikut ini yang WEBIslami.com sampaikan untuk anda!
Kisah Nyata Alam Kubur Orang Pelit
Sebuah hadits menjelaskan bahwa terdapat tiga perkara yang akan membinasakan Iman, yakni mengikuti hawa nafsu, Ujub, dan pelit.
Syaikh Manna’ Khalil Al-Qattan Rahimahullah pernah menyaksikan bahwa sikap pelit membuat seseorang mendapatkan siksa di alam kuburnya. Semasa kecilnya, Syaikh Manna’ menjadi anak yang ‘nakal’. Kenalakan ini membawanya mengalami cerita kisah nyata alam kubur.
Di suatu kampung, terdapat seseorang yang kaya raya tapi ia sangat pelit. Meskipun hartanya melimpah tapi ia tidak mau berbagi dengan orang-orang di sekitarnya, baik tetangga maupun kaum dhu’afa’. Hingga pada suatu ia jatuh sakit. Karena sifat pelitnya, membuat para tetangga enggan untuk menjenguk dan merawatnya. Ia merasakan sakit seorang diri. Tapi terdapat seseorang yang mau mengunjunginya, yakni Manna’ ketika muda.
Ketika beliau menjenguk di rumahnya, ia jadi tahu apa saja yang dilakukan oleh orang kaya nan pelit itu. Meskipun orang itu sedang dalam keadaan sakit, tapi ia masih saja memikirkan hartanya yang sangat melimpah itu. Sedikit demi sedikit, ia menelan koin emasnya karena tidak ingin jika orang lain mengambil hartanya itu. Mungkin ia ingin membawa hartanya mati dan mempercepat sakaratul mautnya.
Tak berapa lama, orang itu kemudian meninggal. Ketika jenazahnya di angkat menuju pemakaman, orang-orang yang mengangkatnya merasa heran kenapa ia terasa berat. Padahal jenazah tidak betubuh gemuk tapi ia terasa berat ketika diangkat. Mendengar keluhan para pengangkat jenazah, Manna’ hanya diam saja meskipun ia tahu misteri kisah nyata alam kubur.
Setelah pemakaman selesai, Manna’ kembali lagi ke pemakaman itu pada malam hari untuk mengambil koin emas di perut jenazah tadi. Sesampainya di pemakaman ia langsung menggali kubur dan membedah perut jenazah. Setelah terbuka, ia pun mencoba mengambil koin emas di perut jenazah itu. Tapi apa yang ia dapat? Ia justru tersengat oleh koin emas itu. Sengatan itu membuatnya mengurungkan niat untuk mengambil koin emas itu. Lalu ia menutup kembali kubur yang telah ia gali.
Beberapa tahun kemudian, Manna’ bertobat dan ia baru menceritakan kisah nyata alam kubur sakaratul maut ini pada orang lain. Bahkan ia mengatakan jika terkadang, ia masih teringat setruman itu hingga saat ini. Hal ini menunjukkan betapa pedihnya adzab Allah pada orang yang pelit. Sentuhan pada satu koin emas saja akan merasakan sengatan yang sakit, apalagi jika koin itu berada di perut dengan jumlah yang cukup banyak. Betapa pedihnya nasib di alam kubur.
Sebagai seorang muslim hendaknya kita menyadari bahwa apa yang kita lakukan di dunia akan dimintai pertanggung jawaban di akhirat kelak. Bahkan Allah akan memberikan adzab yang amat pedih ketika orang itu di alam kubur.

Adzab Kubur, Apakah Berlangsung Terus-Menerus Sampai Hari Kiamat?


Adzab Kubur, Apakah Berlangsung Terus-Menerus Sampai Hari Kiamat?


Adzab kubur yang dirasakan penghuni kubur ada dua macam, yaitu adzab kubur yang terus-menerus sampai hari kiamat dan adzab kubur yang bersifat sementara
Adzab kubur yang dirasakan penghuni kubur ada dua macam, yaitu adzab kubur yang terus-menerus sampai hari kiamat dan adzab kubur yang bersifat sementara.
Di antara dalil yang menunjukkan adanya adzab kubur secara terus-menerus sampai hari kiamat adalah firman Allah Ta’ala,
فَوَقاهُ اللَّهُ سَيِّئاتِ مَا مَكَرُوا وَحاقَ بِآلِ فِرْعَوْنَ سُوءُ الْعَذابِ (45) النَّارُ يُعْرَضُونَ عَلَيْها غُدُوًّا وَعَشِيًّا وَيَوْمَ تَقُومُ السَّاعَةُ أَدْخِلُوا آلَ فِرْعَوْنَ أَشَدَّ الْعَذابِ (46)
“Maka Allah memeliharanya dari kejahatan tipu daya mereka, dan Fir’aun beserta kaumnya dikepung oleh adzab yang amat buruk. Kepada mereka ditampakkan neraka pada pagi dan petang, dan pada hari terjadinya kiamat, (dikatakan kepada malaikat), ‘Masukkanlah Fir’aun dan kaumnya ke dalam azab yang sangat keras.’” (QS. Al-Mu’min [40]: 45-46).
Fakhruddin Ar-Razi Asy-Syafi’i rahimahullah dalam kitab tafsirnya berkata,
وَأَيْضًا لَا يَمْتَنِعُ أَنْ يَكُونَ ذِكْرُ الْغُدْوَةِ وَالْعَشِيَّةِ كِنَايَةً عَنِ الدَّوَامِ كَقَوْلِهِ وَلَهُمْ رِزْقُهُمْ فِيها بُكْرَةً وَعَشِيًّا [مَرْيَمَ: 62]
“Demikian juga, disebutkannya (kata) “pagi dan petang” tidaklah menghalangi (bahwa yang dimaksud adalah) ungkapan atas (adzab kubur yang berlangsung) terus-menerus, sebagaimana firman Allah Ta’ala,
وَلَهُمْ رِزْقُهُمْ فِيها بُكْرَةً وَعَشِيًّا
‘Bagi mereka rizkinya di surga itu tiap-tiap pagi dan petang.’ (QS. Maryam [19]: 62)” (Mafaatihul Ghaib, 27/522).
Adapun dalil dari As-Sunnah adalah hadits yang diriwayatkan dari Samrah bin Jundab tentang mimpi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sebuah hadits yang panjang, di dalamnya diceritakan,
أَمَّا الَّذِي رَأَيْتَهُ يُشَقُّ شِدْقُهُ، فَكَذَّابٌ يُحَدِّثُ بِالكَذْبَةِ، فَتُحْمَلُ عَنْهُ حَتَّى تَبْلُغَ الآفَاقَ، فَيُصْنَعُ بِهِ إِلَى يَوْمِ القِيَامَةِ، وَالَّذِي رَأَيْتَهُ يُشْدَخُ رَأْسُهُ، فَرَجُلٌ عَلَّمَهُ اللَّهُ القُرْآنَ، فَنَامَ عَنْهُ بِاللَّيْلِ وَلَمْ يَعْمَلْ فِيهِ بِالنَّهَارِ، يُفْعَلُ بِهِ إِلَى يَوْمِ القِيَامَةِ
“ … Adapun orang yang kamu lihat mulutnya ditusuk dengan besi adalah orang yang suka berdusta dan bila berkata selalu berbohong, maka dia dibawa hingga sampai ke ufuq lalu dia diperlakukan seperti itu hingga hari kiamat. Adapun orang yang kamu lihat kepalanya dipecahkan adalah seorang yang telah diajarkan Al Qur’an oleh Allah lalu dia tidur pada suatu malam namun tidak melaksanakan Al Qur’an pada siang harinya, lalu dia diperlakukan seperti itu hingga hari kiamat … “ (HR. Bukhari no. 1297).
Juga berdasarkan hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah, Rasululllah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
بَيْنَمَا رَجُلٌ يَمْشِي فِي حُلَّةٍ، تُعْجِبُهُ نَفْسُهُ، مُرَجِّلٌ جُمَّتَهُ، إِذْ خَسَفَ اللَّهُ بِهِ، فَهُوَ يَتَجَلْجَلُ إِلَى يَوْمِ القِيَامَةِ
“Ketika seorang lelaki berjalan dengan menggunakan jubahnya, dan berjalan dengan rasa sombong dengan rambutnya yang disisir, lalu ia ditelan (oleh bumi), dan ia akan tetap berguncang-guncang (di dalam perut bumi) hingga datang hari kiamat.” (HR. Bukhari no. 5789).
Berdasarkan dalil-dalil di atas, maka orang-orang kafir tidaklah berhenti untuk diadzab kubur sampai hari kiamat. Kecuali mereka akan “istirahat” (tidur sejenak atau tidak diadzab) di antara dua tiupan sangkakala pada hari kiamat [1]. Hal ini berdasarkan firman Allah Ta’ala,
وَنُفِخَ فِي الصُّورِ فَإِذَا هُمْ مِنَ الْأَجْدَاثِ إِلَى رَبِّهِمْ يَنْسِلُونَ (51) قَالُوا يَا وَيْلَنَا مَنْ بَعَثَنَا مِنْ مَرْقَدِنَا هَذَا مَا وَعَدَ الرَّحْمَنُ وَصَدَقَ الْمُرْسَلُونَ (52)
“Dan ditiuplah sangkalala (yang ke dua), maka tiba-tiba mereka keluar dengan segera dari kuburnya (menuju) kepada Tuhan mereka. Mereka berkata, ‘Aduhai celakalah kami! Siapakah yang membangkitkan kami dari tempat tidur kami (kubur)?’ Inilah yang dijanjikan (Tuhan) yang Maha Pemurah dan benarlah rasul-rasul(Nya).” (QS. Yasin [36]: 51-52).
Di dalam Tafsir Jalalain dijelaskan,
لِأَنَّهُمْ كَانُوا بَيْن النَّفْخَتَيْنِ نَائِمِينَ لَمْ يُعَذَّبُوا
“Karena mereka (orang-orang kafir, pen.) tidur -di antara dua tiupan sangkakala-, (yaitu mereka) tidak diadzab.” (Tafsir Jalalain, 1/584).
Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan,
قال أبي بن كعب رضي الله عنه وَمُجَاهِدٌ وَالْحَسَنُ وَقَتَادَةُ: يَنَامُونَ نَوْمَةً قَبْلَ الْبَعْثِ. قَالَ قَتَادَةُ: وَذَلِكَ بَيْنَ النَّفْخَتَيْنِ
“Ubay bin Ka’ab radhiyallahu ‘anhu, Mujahid, Al-Hasan, dan Qatadah mengatakan,’Mereka tidur sebelum dibangkitkan.’ Qatadah berkata,’Yaitu ketika di antara dua tiupan (sangkakala).” (Tafsir Ibnu Katsir, 6/581).
Adapun orang-orang yang berbuat maksiat, namun masih beriman, maka ada di antara mereka yang diadzab secara terus-menerus sampai hari kiamat; dan ada yang diadzab sementara waktu saja dan kemudian selesai. Hal ini mungkin disebabkan karena kecilnya dosa yang dilakukan, sehingga mendapatkan adzab sesuai dengan kadar dosanya tersebut, atau mungkin juga disebabkan karena adanya doa, istighfar, sedekah, atau sebab-sebab yang lainnya.
(Lihat Al-Imaanu bima Ba’dal Maut, hal. 95-96).
Di antara dalil yang menunjukkan hal tersebut adalah hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, beliau menceritakan,
مَرَّ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِقَبْرَيْنِ، فَقَالَ: «إِنَّهُمَا لَيُعَذَّبَانِ، وَمَا يُعَذَّبَانِ فِي كَبِيرٍ، أَمَّا أَحَدُهُمَا فَكَانَ لاَ يَسْتَتِرُ مِنَ البَوْلِ، وَأَمَّا الآخَرُ فَكَانَ يَمْشِي بِالنَّمِيمَةِ» ثُمَّ أَخَذَ جَرِيدَةً رَطْبَةً، فَشَقَّهَا نِصْفَيْنِ، فَغَرَزَ فِي كُلِّ قَبْرٍ وَاحِدَةً، قَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ، لِمَ فَعَلْتَ هَذَا؟ قَالَ: «لَعَلَّهُ يُخَفِّفُ عَنْهُمَا مَا لَمْ يَيْبَسَا»
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melewati dua makam, kemudian berkata,’Sesungguhnya mereka sedang diadzab. Tidaklah mereka diadzab karena perkara yang besar (menurut pandangan mereka, pen.). Adapun salah satunya, dia tidak melindungi diri dari air kencing. Sedangkan yang lain, dia suka berbuat namimah (adu domba.)’ Kemudian beliau mengambil pelepah kurma basah, dan membelahnya (secara vertikal, pen.) dan menancapkan setiap belahan ke masing-masing makam. Para sahabat berkata,’Wahai Rasulullah, mengapa Engkau melakukan hal ini?’ Rasulullah bersabda,’Semoga mereka diringankan adzabnya, selama (pelepah kurma ini) belum mengering.’” (Muttafaq ‘alaih).
Demikianlah pembahasan tentang dua jenis adzab kubur, semoga Allah Ta’ala menyelamatkan kita dari adzab kubur yang mengerikan.
Catatan kaki:
[1] Menurut pendapat yang lebih tepat, tiupan sangkakala pada hari kiamat berlangsung dua kali, yaitu tiupan (pertama) yang menyebabkan kematian dan tiupan (ke dua) yang menyebabkan dibangkitkannya seluruh manusia dari kubur. Semoga Allah Ta’ala memudahkan kami untuk menyusun tulisan tersendiri dalam masalah ini.
Sumber: http://muslim.or.id/24635-adzab-kubur-apakah-berlangsung-terus-menerus-sampai-hari-kiamat.html

Apakah Orang Kafir Akan Ditanya Di Alam Kubur?


Apakah Orang Kafir Akan Ditanya Di Alam Kubur?


Terdapat dalil bahwa semua mayit akan mengalami fitnah (ujian) kubur, yaitu mendapatkan pertanyaan dari malaikat di alam kubur. Apakah pertanyaan malaikat ini khusus hanya untuk setiap orang yang beriman atau juga dialami oleh orang kafir?
By Muhammad Saifudin Hakim 25 December 2014
Terdapat dalil bahwa semua mayit akan mengalami fitnah (ujian) kubur, yaitu mendapatkan pertanyaan dari malaikat di alam kubur. Apakah pertanyaan malaikat ini khusus hanya untuk setiap orang yang beriman atau juga dialami oleh orang kafir? Para ulama berbeda pendapat dalam masalah ini dan terbagi dalam dua pendapat.
Pendapat pertama, orang kafir tidak ditanya di alam kubur. Ini adalah pendapat ‘Ubaid bin ‘Umair (ulama terkemuka dari kalangan tabi’in) dan juga pendapat Ibnu Abdil Barr rahimahumullah.
‘Ubaid bin ‘Umair berkata,”Yang mendapatkan pertanyaan kubur hanya dua orang, yaitu orang mukmin dan orang munafik. Adapun orang kafir, maka mereka tidak ditanya tentang Muhammad dan mereka juga tidak mengenalnya” (Fathul Baari, 3/238).
Ibnu Abdil Barr rahimahullah berkata, “Hadis-hadis dalam masalah ini (fitnah kubur) hanyalah menunjukkan bahwa fitnah kubur tidaklah dialami kecuali hanya bagi orang beriman dan orang munafik yang ketika di dunia menisbatkan (mengaku) dirinya sebagai orang Islam yang terjaga darahnya karena mengucapkan dua kalimat syahadat. Adapun orang kafir yang ingkar, maka tidaklah termasuk orang-orang yang ditanya tentang Rabb-nya, agamanya, dan Nabi-nya. Yang ditanya tentang hal itu hanyalah orang muslim saja” (At-Tamhid, 22/251).
Pendapat ini dapat dibantah dengan mengatakan bahwa justru orang kafir itu lebih layak untuk ditanya daripada selain mereka. Allah Ta’ala memberitakan bahwa orang kafir akan ditanya pada hari kiamat,
فَلَنَسْأَلَنَّ الَّذِينَ أُرْسِلَ إِلَيْهِمْ وَلَنَسْأَلَنَّ الْمُرْسَلِينَ
“Maka sesungguhnya Kami akan menanyai umat-umat yang telah diutus rasul-rasul kepada mereka dan sesungguhnya Kami akan menanyai (pula) rasul-rasul (Kami)” (QS. Al-A’raf [7]: 6).
Jika mereka ditanya di hari kiamat, bagaimana mungkin mereka tidak ditanya di kubur mereka?
Pendapat ke dua, orang kafir akan ditanya di kubur mereka. Pendapat ini dipilih oleh Abu Abdillah Al-Qurthubi (dalam kitab At-Tadzkirah bi Ahwalil Mauta wa Umuuril Akhiroh, 1/415), Ibnul Qayyim (dalam kitab Ar-Ruh, hal. 228), dan Ibnu Hajar Al-Asqalani rahimahumullah (dalam kitab Fathul Baari, 3/238). Mereka berdalil dengan keumuman dalil yang menunjukkan adanya pertanyaan (fitnah) kubur bagi mayit.
Pendapat yang lebih tepat (rajih) adalah pendapat kedua, bahwa orang kafir akan ditanya di alam kubur mereka. Hal ini karena beberapa alasan berikut ini:
Alasan pertama, yaitu keumuman dalil yang menunjukkan bahwa mayit akan ditanya di alam kubur dan tidak dibedakan apakah mayit tersebut muslim atau orang kafir.
Alasan ke dua, yaitu hadits yang terdapat dalam Shahih Bukhari dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ العَبْدَ إِذَا وُضِعَ فِي قَبْرِهِ وَتَوَلَّى عَنْهُ أَصْحَابُهُ، وَإِنَّهُ لَيَسْمَعُ قَرْعَ نِعَالِهِمْ، أَتَاهُ مَلَكَانِ فَيُقْعِدَانِهِ، فَيَقُولاَنِ: مَا كُنْتَ تَقُولُ فِي هَذَا الرَّجُلِ لِمُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَأَمَّا المُؤْمِنُ، فَيَقُولُ: أَشْهَدُ أَنَّهُ عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ، فَيُقَالُ لَهُ: انْظُرْ إِلَى مَقْعَدِكَ مِنَ النَّارِ قَدْ أَبْدَلَكَ اللَّهُ بِهِ مَقْعَدًا مِنَ الجَنَّةِ، فَيَرَاهُمَا جَمِيعًا، قَالَ: وَأَمَّا المُنَافِقُ وَالكَافِرُ فَيُقَالُ لَهُ: مَا كُنْتَ تَقُولُ فِي هَذَا الرَّجُلِ؟ فَيَقُولُ: لاَ أَدْرِي كُنْتُ أَقُولُ مَا يَقُولُ النَّاسُ، فَيُقَالُ: لاَ دَرَيْتَ وَلاَ تَلَيْتَ، وَيُضْرَبُ بِمَطَارِقَ مِنْ حَدِيدٍ ضَرْبَةً، فَيَصِيحُ صَيْحَةً يَسْمَعُهَا مَنْ يَلِيهِ غَيْرَ الثَّقَلَيْنِ
“Sesungguhnya seorang hamba jika telah dimakamkan di kuburnya, dan sahabat-sahabatnya (yang mengiring jenazahnya) telah pulang, maka sungguh dia akan mendengar suara langkah sandal mereka. Kemudian dua orang malaikat mendatanginya dan mendudukkannya. Dua orang malaikat tersebut berkata kepadanya,
‘Apa yang dulu Engkau katakan tentang orang ini –yaitu Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam-?’
Adapun orang beriman, maka dia akan menjawab, ’Aku bersaksi bahwa dia (Muhammad) adalah hamba dan utusan-Nya.’
Maka dikatakan kepadanya, ‘Lihatlah tempat dudukmu di neraka. Sungguh Allah telah menggantinya dengan tempat duduk di surga.’ Maka dia melihat dua-duanya sekaligus.
Adapun orang munafik dan orang kafir, maka ditanyakan kepada mereka, ‘Apa yang dulu Engkau katakan tentang orang ini –yaitu Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam-?’
Maka mereka berkata, ‘Aku tidak tahu. Aku dulu mengatakan apa yang dikatakan oleh kebanyakan manusia.’
Malaikat berkata, ‘Engkau tidak tahu dan Engkau tidak mengikuti.’ Malaikat kemudian memukulnya dengan palu dari besi, dia pun berteriak sampai-sampai didengar oleh makhluk yang berada di atasnya, selain jin dan manusia” (HR. Bukhari no. 1374).
Hadits ini tegas menunjukkan bahwa orang kafir akan ditanya di kubur mereka. Maka jelaslah bahwa pendapat yang benar adalah bahwa orang kafir akan ditanya di alam kuburnya dan orang kafir justru lebih layak ditanya daripada orang beriman. Jika telah pasti bahwa orang kafir akan ditanya pada hari kiamat, maka tidak ada penghalang bagi mereka untuk juga ditanya di alam kuburnya. [1]
Syaikh Dr. Shalih Al-Fauzan hafizahullah berkata, “Para ulama berbeda pendapat apakah pertanyaan di alam kubur bersifat umum, yaitu bagi kaum muslimin, orang munafik, dan orang kafir atau hanya khusus bagi orang muslim dan orang munafik? Ada yang berpendapat, (fitnah kubur) hanya khusus bagi muslim dan munafik dan bukan untuk orang kafir. Ada juga yang berpendapat bahwa fitnah kubur bersifat umum bagi orang kafir dan orang muslim. Pendapat inilah yang ditunjukkan oleh dalil dari Al-Kitab dan As-Sunnah, dan mengecualikan orang kafir dari fitnah kubur adalah (pendapat yang) tidak berdasar.” [2]
Wallahu a’lam.
Catatan kaki:
[1] Disarikan dari Al-Imaan bimaa Ba’dal Maut: Masaail wa Dalaail, karya Ahmad bin Muhammad bin Shadiq An-Najar, Daar An-Nashihah, cetakan pertama, tahun 1434, hal. 43-46.
[2] Dikutip dari Al-Irsyad ila Shahihil I’tiqod, karya Syaikh Dr. Shalih Al-Fauzan hafidzahullah, tahqiq: Abu Hafz Al-Atsary, Maktabah Salsabila, cetakan pertama, hal. 220.

Siksa Kubur Dihentikan di Bulan Ramadhan


Siksa Kubur Dihentikan di Bulan Ramadhan?


Pertama, bahwa adanya adzab kubur merupakan bagian dari aqidah kaum muslimin ahlus sunah. Allah berfirman menceritakan adzab yang diberikan kepada Fir’aun di alam kubur,
النَّارُ يُعْرَضُونَ عَلَيْهَا غُدُوًّا وَعَشِيًّا وَيَوْمَ تَقُومُ السَّاعَةُ أَدْخِلُوا آلَ فِرْعَوْنَ أَشَدَّ الْعَذَابِ
Kepada mereka (Fir’aun & bala tentaranya) dinampakkan neraka pada pagi dan petang, dan pada hari terjadinya kiamat. (Dikatakan kepada malaikat): “Masukkanlah Fir’aun dan kaumnya ke dalam azab yang sangat keras“. (QS. Ghafir: 46).
Dinampakkan neraka kepada Fir’aun dan pengkikutnya termasuk adzab di alam kubur bagi mereka dan itu terjadi sebelum kiamat.
Disamping itu, terdapat banyak hadis shahih yang menyatakan adanya adzab kubur. Hingga sebagian ulama menegaskan bahwa hadis tentang adzab kubur termasuk mutawatir ma’nawi.
Kedua, apakah adzab kubur diberika terus-menerus, ataukah ada jeda?
Dalam kitab Syarh Aqidah Thahawiyah, Ibnu Abil Iz menjelaskan,
وهل يدوم عذاب القبر أو ينقطع ؟ جوابه أنه نوعان:
منه ما هو دائم، كما قال تعالى: {النار يعرضون عليها غدوا وعشيا ويوم تقوم الساعة أدخلوا آل فرعون أشد العذاب}. وكذا في حديث البراء بن عازب في قصة الكافر: «ثم يفتح له باب إلى النار فينظر إلى مقعده فيها حتى تقوم الساعة»، رواه الإمام أحمد في بعض طرقه. والنوع الثاني: أنه مدة ثم ينقطع، وهو عذاب بعض العصاة الذين خفت جرائمهم، فيعذب بحسب جرمه، ثم يخفف عنه
Apakah adzab kubur ditimpakan terus-menerus ataukah bisa terputus?
Jawabannya bahwa adzab kubur ada 2 macam:
1. Adzab kubur yang diberikan terus-menerus. Sebagaimana firman Allah, yang artinya, ” Kepada mereka (Fir’aun & bala tentaranya) dinampakkan neraka pada pagi dan petang, dan pada hari terjadinya kiamat. (Dikatakan kepada malaikat): “Masukkanlah Fir’aun dan kaumnya ke dalam azab yang sangat keras.”
Demikian pula hadis Barra bin Azib tentang kisah mayit orang kafir, dinyatakan dalam hadis: ”Kemudian dibukakan untuk orang kafir pintu neraka, sehingga dia melihat tempatnya dneraka, sampai terbit matahari.” Hadis riwayat Imam Ahmad
2. Adzab kubur ditimpakan selama rentang waktu tertentu, kemudian terputus. Ini adalah adzab yang diberikan kepada sebagian tukang maksiat yang banyak dosanya. Dia dihukum sesuai tingkat dosanya, kemudian diringankan. (Syarh Aqidah Thahawiyah, 1/269)
Kemudian, bisa juga adzab kubur diringankan oleh Allah karena doa orang lain, atau amal jariyah yang dimilikinya, atau karena Allah mengampuninya langsung.
Ketiga, apakah ada keringanan adzab kubur kerika ramadhan?
Adzab kubur termasuk perkara ghaib. Dan masalah ghaib hanya diketahui oleh Allah dan makhluk yang bersangkutan. Yang bisa kita lakukan hanyalah meyakini apa yang disebutkan dalam dalil al-Quran dan hadis shahih. Dan kita tidak boleh berkomentar tanpa sumber yang benar. Allah meningatkan,
وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا
Janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya. (QS. Al-Isra: 36)
Apakah adzab kubur dihentikan selama ramadhan?
Sebagian lembaga fatwa menegaskan bahwa mereka tidak pernah menjumpai adanya dalil mengenai hal ini. Diantaranya lembaga Fatwa Syabakah Islamiyah,
فإن عذاب القبر ونعيمه من الأمور التي اتفق أهل السنة على إثباتها لقيام الدليل عليها من الكتاب والسنة الصحيحة، ولم نطلع على ما يدل على أنه يرفع في رمضان
Sesungguhnya adzab kubur dan kenikmatan keberadaannya disepakati ahlus sunah. Berdasarkan dalil dari al-Quran dan sunah yang shahih. Dan kami tidak menjumpai adanya dalil yang menunjukkan bahwa adzab kubur dihentikan selama ramadhan. (Fatawa Syabakah Islamiyah, no. 152793)
Kemudian al-Hafidz Ibnu Rajab menjelaskan bahwa bisa jadi adzab kubur dihentikan di bulan-bulan mulia. Hanya saja, beliau menegaskan bahwa hadis yang menyebutkan hal ini statusnya lemah. Dalam bukunya ahwal al-Qubur, beliau mengatakan,
وقد يرفع عذاب القبر في بعض الأشهر الشريفة فقد روي بإسناد ضعيف عن أنس بن مالك أن عذاب القبر يرفع عن الموتى في شهر رمضان
Adzab kubur bisa saja dihentikan pada bulan-bulan mulia. Diriwayatkan dengan sanad lemah dari Anas bin Malik bahwa adzab kubur untuk orang mati dihentikan pada bulan ramadhan. (Ahwal al-Qubur, hlm. 105)
Hanya saja, ada beberapa kitab fikih yang menyebutkan tentang penundaan adzab kubur di bulan ramadhan, hanya saja tidak disebutkan dalilnya.
Allahu a’lam
Sumber: https://konsultasisyariah.com/23019-siksa-kubur-dihentikan-di-bulan-ramadhan.html

Nabi Muhammad Hidup Di Alam Kuburnya Dan Berinteraksi Dengan Umatnya Yang Masih Hidup


Nabi Muhammad Hidup Di Alam Kuburnya Dan Berinteraksi Dengan Umatnya Yang Masih Hidup


Meski telah wafat, Nabi Muhammad SAW tetap hidup di dalam kuburnya. Namun pendapat yang mengatakan bahwa nabi Muhammad tidak berpindah dari kehidupan dunia tidaklah benar.
Allah berfirman,
وَمَا جَعَلْنَا لِبَشَرٍ مِنْ قَبْلِكَ الْخُلْدَ أَفَإِنْ مِتَّ فَهُمُ الْخَالِدُونَ
Kami tidak menjadikan hidup abadi bagi seorang manusiapun sebelum kamu (Muhammad); Maka Jikalau kamu mati, Apakah mereka akan kekal? (QS. Al-Anbiya’: 34)
Allah berfirman,
إِنَّكَ مَيِّتٌ وَإِنَّهُمْ مَيِّتُونَ
Sesungguhnya engkau (Muhammad) akan mati dan mereka juga akan mati. (QS. Az-Zumar: 30).
Nabi Muhammad SAW telah berpindah dari kehiduan dunia. Namun kepindahan nabi ke alam barzah tidak lantas memutuskan hubungannya dengan umatnya di alam dunia. Beliau memiliki kehidupan sendiri, dan kehidupan beliau adalah kehidupan para nabi. Itulah yang dinamakan dengan kehidupan setelah kematian.
Nabi bersabda, khayaati khoirun lakum, tuhadditsuuna wa yuhaddits lakum, wa mamatii khoirun lakum. Tu’rodl ‘alayya a’maalukum. Fa maa ro’aiytu min khoirin hamidtulloha, wa maa ro’aiytu min syarrin, istaghfartulloha lakum (hidupku itu baik bagimu, karena engkau dapat berbicara kepadaku dan aku dapat berbicara kepadamu. Dan matiku juga baik bagimu, karena semua amal kalian akan diperlihatkan kepadaku. Jika aku melihat amal yang baik, maka aku akan memuji Allah. Sebaliknya jika aku melihat amal yang buruk, maka aku akan memintakan ampunan untuk kalian) (HR. Ad-Dailami dan Al-Bazzar).
Nabi bersabda, “barang siapa yang bershalawat dan mengucapkan salam kepadaku, maka Allah akan mengembalikan ruhku kedalam jasadku, dan aku akan menjawab salamnya. (HR Ahmad, Abu Dawud, dan Thobroni). Hadits ini memberikan pemahaman kepada kita bahwa ruh dan jasad nabi Muhammad SAW tetap bersatu selamanya. Karena tidak ada satu detik yang terlewat melainkan ada orang yang sedang bershalawat dan mengucapkan salam kepada nabi Muhammad SAW.
Kehidupan nabi setelah wafat tidak seperti kehidupan manusia-manusia yang lain. Manusia selain nabi, ruhnya tidak akan dikembalikan kepada jasadnya. Mereka hanya hidup dengan ruhnya saja, bukan dengan jasadnya, meskipun mereka juga masih memiliki hubungan dengan kehidupan di dunia seperti menjawab salam dan kegiatan lainnya -sebagaimana yang disebutkan di banyak riwayat yang sohih-. Kehidupan nabi sebelum dan setelah wafat adalah kehidupan yang paling sempurna.
Benar riwayat yang mengatakan bahwa para nabi melakukan ibadah kepada Allah di dalam kuburnya. Dari Anas rodliyallahu ‘anh, nabi Muhammad SAW bersabda, “aku melewati Musa pada hari aku diisro’kan, sementara ia sedang shalat di dalam kuburnya”. Nabi juga bersabda, al-anbiyaa’ ahyaaun fii qubuurihim yushollun (para nabi hidup di dalam kuburnya, dan mereka semua shalat dan menyembah kepada Allah SWT).
Hadits ini menunjukkan bahwa para nabi masih hidup dengan keseluruhan jasad dan ruhnya -karena hadits ini menyebutkan tempat, yaitu pada lafadz fii quburihimi (di dalam kubur mereka). Apabila yang hidup itu hanya ruhnya, maka nabi tidak akan menyebutkan tempat.
Sesungguhnya para nabi tetap hidup di dalam kubur mereka dengan hidup yang sebenarnya sebagaimana mereka hidup sebelum wafat. Diriwayatkan bahwa jasad mereka tidak bisa dimakan bumi. Nabi bersada, innallaha harroma ‘alal ardli an ta’kula ajsaadal anbiyaa’ (HR Ahmad dan Abu Dawud), artinya: “Allah mengharamkan bumi untuk memakan jasad para nabi”.
Sampai saat ini Nabi Muhammad SAW masih hidup bersama dengan jasad dan ruhnya, karena jasad nabi Muhammad SAW itu terjaga sebagaimana jasad nabi-nabi yang lain. Di dalam kuburnya nabi merasa tenang dan damai dalam kekhusuan beribadah kepada Allah SWT, berhubungan dengan umatnya, memintakan ampunan, memberikan syafa’at, menjawab salam, dan masih banyak lagi.
Barang siapa yang mendustakan bahwa nabi itu hidup di dalam kuburnya, maka ia telah mendustakan hadits nabi Muhammad SAW -yang berarti ia telah mendustakan ayat-ayat al-Qur’an-. Sesungguhnya pendapat yang benar yang harus dijadikan sandaran adalah nabi memang telah berpindah dari kehidupan dunia ini, akan tetapi nabi tetap hidup di dalam kuburnya dan senantiasa beribadah kepada tuhannya, menjawab salam, dan memintakan ampunan kepada Allah untuk umatnya.
Wallahu ta’ala a’la wa a’lam.

Perjalanan Ruh Ketika Meninggalkan Jasad


Perjalanan Ruh Ketika Meninggalkan Jasad


Katakanlah: “Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan”. (Al Jumuah 8 )
Sesuatu yang paling ditakuti oleh setiap orang adalah kematian, berbagai usaha dilakukan untuk menghindarkan diri dari kematian. Namun bagaimanapun usaha yang dilakukan jika datang saat ajal tidak seorangpun dapat menghindar dari sergapannya. Kematian bisa datang setiap saat , kapan saja tanpa bisa diduga sebelumnya.
Manusia terlalu asyik dengan kehidupan dunia sehingga kebanyakan manusia tidak menyadari dan tidak menyiapkan diri untuk menghadapi saat datangnya ajal. Kematian bukanlah akhir dari segalanya , justru kematian merupakan awal perjalanan panjang yang tiada akhir. Orang yang cerdas dan mengerti mempersiapkan diri dan perbekalan dengan sebaik baiknya untuk menghadapi datangnya kematian itu. Mereka sadar betul bahwa dibelakang kematian masih ada kehidupan panjang yang harus dilalui berupa alam barzakh, padang mahsyar, dan kehidupan akhirat yang kekal dan abadi. Mereka sadar betul bahwa kehidupan dunia ini tidak ada artinya dibandingkan kehidupan akhirat yang kekal dan abadi selama lamanya.
Orang yang dungu dan bodoh tapi merasa paling cerdas dan pandai, tidak pernah peduli dengan kehidupan akhirat. Mereka hanya mempersiapkan hidupnya untuk kehidupan dunia saja. Segala sesuatu diukur dengan kesuksesan materi. Mereka hanya mempersiapakan hidupnya untuk sampai hari tua. Mereka menabung, menanam investasi, ikut berbagai asuransi, membangun rumah, gedung mewah,dan harta berlimpah untuk persiapan hari tua. Mereka baru menyadari semua kekeliruan mereka itu tatkala nyawa sudah sampai ditenggorokan , dan semua itu sudah terlambat.
Setelah nyawa berpisah dari badan , mereka baru menyadari kebodohan dan kekeliruan mereka . Dialam barzakh mereka berseru minta dikembalikan hidup kedunian lagi untuk memperbaiki semua kebodohan dan kekeliruan yang telah mereka lakukan selama hidup didunia sebagaimana disebutkan dalam surat Al Mukminun ayat 99-100:
99. (Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata: “Ya Tuhanku kembalikanlah aku (ke dunia). 100. agar aku berbuat amal yang saleh terhadap yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka ada dinding sampal hari mereka dibangkitkan. (Al Mukminun 99-100)
Namun semua sudah terlambat , nasi sudah menjadi bubur . Tidak ada jalan bagi mereka untuk kembali hidup kedunia , karena antara mereka dan alam dunia ada barzakh (dinding) yang amat kokoh dan tidak bisa ditembus.
Tidak banyak hal yang kita ketahui tentang kehidupan dialam barzakh dan proses keluarnya ruh dari tubuh ketika sakratul maut. Sejak dahulu sampai sekarang belum ada orang yang berhasil menembus alam barzakh itu untuk menceritakan pengalaman mereka dialam barzakh kepada kita yang hidup didunia ini. Kita hanya dapat informasi tentang alam barzakh dari kitab suci Al qur’an atau hadist yang disampaikan Rasulullah. Diantaranya adalah hadist terkenal dari al Barro’ bin Azib:
Al-Imam Ahmad, Abu Dawud, An-Nasai, Ibnu Majah, serta yang selainnya, telah meriwayatkan dari hadits Al-Baro’ bin ‘Azib, bahwa suatu ketika para sahabat berada di pekuburan Baqi’ul ghorqod. Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mendatangi mereka. Beliau pun duduk. Sementara para sahabat duduk disekitarnya dengan tenang tanpa mengeluarkan suara, seakan-akan di atas kepala mereka ada burung. Mereka sedang menanti penggalian kubur se seorang yang baru saja meninggal.
Ini menunjukkan bahwa tatkala seorang hamba berada di pekuburan, dituntunkan kepada mereka untuk bersikap tenang, diam, hening, dan tidak mengucapkan dzikir-dzikir dengan suara yang keras. Terlebih lagi berbicara mengenai urusan-urusan dunia yang fana. Dalam suasana yang seperti ini, hendaknya dia berpikir tentang kematian yang akan menimpa setiap manusia tanpa terkecuali. Sudahkah dia mempersiapkan diri untuk menghadapinya. Ini membutuhkan perenungan yang dalam, sehingga melahirkan keimanan, ketakwaan, dan amal sholeh yang diterima disisi Allah.
Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengangkat kepalanya dan mengucapkan:
“Aku berlindung kepada Allah dari adzab kubur.”
Beliau mengucapkannya sebanyak tiga kali. Setelah itu, beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Sesungguhnya bila seorang yang mukmin menghadap ke alam akhirat dan meninggalkan alam dunia, turun kepadanya sejumlah malaikat berwajah putih yang seolah-olah seperti matahari. Mereka membawa sebuah kain kafan dan minyak wangi dari surga. Mereka pun duduk di dekatnya sejauh mata memandang. Lalu datanglah malaikat pencabut nyawa dan duduk di dekat kepalanya. Malaikat pencabut nyawa berkata:
“Wahai jiwa yang baik, keluarlah engkau kepada keampunan dan keridhoan Allah Subhanahu wa Ta’ala.”
Maka nyawanya keluar dan mengalir seperti air yang mengucur dari mulut wadah. Lalu malaikat pencabut nyawa mengambilnya. Nyawanya tidak dibiarkan sekejap mata pun berada di tangan malaikat pencabut nyawa dan segera diambil oleh para malaikat yang berwajah putih tadi. Kemudian mereka meletakkannya pada kain kafan dan minyak wangi surga yang telah mereka bawa. Maka nyawanya mengeluarkan aroma minyak wangi misik yang paling terbaik di muka bumi. Lalu mereka menyertainya untuk naik ke langit. Tidaklah mereka melewati sekumpulan malaikat melainkan para malaikat itu akan bertanya: “Siapakah nyawa yang baik ini?” Mereka menjawab: “Ini adalah Fulan bin Fulan”, dan disebutkan namanya yang paling terbaik ketika mereka memanggilnya di dunia.
Tatkala mereka telah sampai membawanya kelangit, mereka meminta agar pintu langit dibukakan untuknya. Maka dari setiap langit dia diiringi oleh para penjaganya sampai ke langit berikutnya. Demikianlah yang akan terjadi hingga dia sampai ke langit yang disana ada Allah. Maka Allah berfirman:
اكتبوا كتاب عبدي في عليين, و أعيدوه إلى الأرض, فإني منها خلقتهم, وفيها أعيدهم, و منها أخرجهم تارة أخرى
“Catatlah oleh kalian bahwa hambaku (ini) berada di surga ‘illiyyin, dan (sekarang) kembalikanlah dia ke muka bumi. Sungguh darinya Aku telah menciptakan mereka, dan padanya Aku akan mengembalikan mereka, serta darinya pula Aku akan mengeluarkan mereka sekali lagi”.
Kemudian nyawanya dikembalikan ke dalam jasadnya. Lalu datanglah dua orang malaikat kepadanya. Keduanya bertanya, siapa Rabbmu? Maka dia menjawab, Rabbku adalah Allah. Keduanya kembali bertanya, apa agamamu? Maka dia menjawab, agamaku adalah islam. Keduanya kembali bertanya, siapa orang yang telah diutus di tengah kalian ini? Maka dia menjawab, beliau adalah utusan Allah. Keduanya kembali bertanya, siapakah yang telah mengajarimu? Maka dia menjawab, aku membaca kitab Allah, beriman kepadanya dan membenarkannya.
Kemudian terdengarlah suara yang menyeru dari langit, “Hambaku ini telah benar. Bentangkanlah untuknya permadani dari surga dan bukakanlah sebuah pintu ke surga”.
Maka harum wangi surga pun menerpanya dan kuburnya diperluas sejauh mata memandang. Lalu datang kepadanya seorang yang bagus wajahnya, pakainnya, dan harum wanginya. Orang itu berkata, bergembiralah dengan segala yang akan menyenangkanmu. Ini adalah hari yang dahulu engkau telah dijanjikan. Maka si mukmin bertanya kepadanya, “Siapakah engkau? Wajahmu adalah wajah yang datang dengan membawa kebaikan.” Dia pun menjawab, “Aku adalah amalmu yang sholih.” Lalu si mukmin berkata, “Wahai Rabbku! Segerakanlah hari kiamat agar aku kembali kepada keluarga dan hartaku”.
Selanjutnya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Adapun bila seorang yang kafir meninggalkan alam dunia dan menghadap ke alam akhirat, turun kepadanya dari langit sejumlah malaikat yang berwajah hitam legam. Mereka membawa sebuah kain kafan yang buruk dan kasar. Mereka pun duduk di dekatnya sejauh mata memandang. Lalu datanglah malaikat pencabut nyawa dan duduk di dekat kepalanya. Malaikat pencabut nyawa berkata,
“Wahai jiwa yang buruk, keluarlah engkau kepada kemurkaan dan kemarahan Allah”.
Maka nyawanya tercerai berai di dalam jasadnya. Kemudian malaikat pencabut nyawa merenggut nyawanya seperti mencabut besi pemanggang daging dari bulu domba yang basah. Setelah malaikat pencabut nyawa mengambilnya, tidak dibiarkan sekejap mata pun berada di tangannya dan segera diambil oleh para malaikat yang berwajah hitam legam tadi. Lalu mereka meletakkannya pada kain kafan (yang telah mereka bawa) itu. Sehingga keluarlah dari nyawanya seperti bau yang sangat busuk di atas muka bumi.
Kemudian mereka naik bersamanya. Tidaklah mereka melewati sekumpulan malaikat melainkan para malaikat itu akan bertanya, siapakah nyawa yang buruk ini? Mereka menjawab: “Ini adalah Fulan bin Fulan” dan disebutkan namanya yang paling terburuk ketika mereka memanggilnya di dunia.
Kemudian mereka membawanya naik sampai ke langit dunia dan dimintakan agar pintu langit di bukakan untuknya. Namun pintu langit tidak dibukakan untuknya”.
Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam membaca ayat yang berbunyi,
Sesungguhnya orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan menyombongkan diri terhadapnya, sekali-kali tidak akan dibukakan bagi mereka pintu-pintu langit dan tidak (pula) mereka masuk surga, hingga unta masuk ke lubang jarum. Demikianlah Kami memberi pembalasan kepada orang-orang yang berbuat kejahatan. (Al A’raaf 40)
Selanjutnya Allah Azza wa jalla berfirman,
“Catatlah oleh kalian bahwa ketetapannya berada di (neraka) Sijjiin, di bumi yang paling bawah”.
Setelah itu, nyawanya benar-benar dilemparkan. Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam membaca ayat yang berbunyi,
“Barangsiapa yang berbuat syirik kepada Allah, Maka dia seolah-olah jatuh dari langit lalu disambar oleh burung, atau diterbangkan oleh angin ke tempat yang jauh”. (surat Al Hajj:ayat 31)
Demikianlah, nyawanya dikembalikan kedalam jasadnya. Maka dua orang malaikat mendatanginya lalu mendudukkannya. Keduanya bertanya, “Siapa Rabbmu?” Dia menjawab, “Hah.. hah..aku tidak tahu”. Keduanya kembali bertanya, “Siapa orang yang telah diutus ditengah kalian ini?” Dia menjawab, “Hah..hah..aku tidak tahu.” Kemudian terdengarlah suara yang menyeru dari langit, “Dia telah berdusta, bentangkanlah untuknya permadani dari api neraka dan bukakanlah sebuah pintu ke neraka.” Sehingga hawa panas dan racun neraka pun menerpanya dan kuburnya dipersempit sampai tulang-tulang rusuknya saling bergeser. Lalu datang kepadanya seorang yang buruk wajahnya, pakainnya, dan busuk baunya. Orang itu berkata, “Bergembiralah dengan segala yang akan memperburuk keadanmu. Ini adalah hari yang dahulu engkau telah dijanjikan.” Maka si kafir bertanya, “Siapakah engkau? Wajahmu adalah wajah yang datang dengan membawa keburukan.” Dia pun menjawab, “Aku adalah amalmu yang buruk.” Lalu si kafir berkata, “Wahai Rabbbku! Janganlah engkau datangkan hari kiamat”.
Hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani rahimahullah di dalam kitabnya “Ahkamul Janaiz” (hal. 156-157) dan tahqiq beliau terhadap “Syarh Aqidah Thahawiyyah” (hal. 397-398).
Demikianlah keadaan orang mukmin dan orang kafir tatkala meninggalkan alam dunia dan masuk ke dalam alam akhirat yang dimulai dengan alam barzakh (alam kubur). Wallahu a’lam bi showab
Ketika manusia meninggalkan alam dunia bukan berarti urusannya telah selesai. Dia akan mengalami alam kedua yaitu alam barzakh (alam kubur). Alam ini merupakan pintu masuk ke dalam alam akhirat yang sesungguhnya. Disebut dengan alam barzakh, karena makna barzakh adalah penutup atau perantara bagi dua perkara. Maka alam barzakh adalah alam di antara alam dunia dan alam akhirat. Di alam barzakh, manusia akan mengalami berbagai masalah yang menandakan bahwa urusannya belum selesai dengan semata-mata meninggalkan alam dunia. Saat melewati alam barzakh, pertama kali yang akan dihadapinya adalah pertanyaan dua malaikat di dalam kuburnya, sebagaimana di dalam hadits Al Baro` bin ’Azib yang terdahulu. Maka keberhasilannya di alam barzakh, mendapat kebaikan atau keburukan, akan tergantung dengan kemampuannya dalam menjawab pertanyaan dua malaikat itu.
Perlu diingat, bahwa di alam barzakh, jasad manusia tidak akan mampu untuk menjawabnya. Yang akan menjawabnya adalah ruh dan jiwa manusia yang telah diisi saat di alam dunia dengan kebaikan atau keburukan. Adapun seorang yang mukmin niscaya akan dimudahkan oleh Allah untuk bisa menjawab pertanyaan kubur yaitu tentang siapa Rabmu, apa agamamu, dan siapa nabimu. Itulah yang Allah maksudkan dengan firman-Nya:
“Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat.” (Ibrahim: 27)
Di dalam sebuah hadits yang shohih dari sahabat Al-Bara’ bin ‘Azib radhiyallahu ‘anhu , bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Seorang hamba yang muslim bila ditanya di dalam kuburnya, niscaya dia akan bersaksi bahwasanya tidak ada sesembahan yang berhak diibadahi dengan benar kecuali Allah dan bahwasanya muhammad adalah utusan Allah”.
Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Itulah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
“Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat”. (HR. Al Bukhari dan Muslim)
Hadits ini menunjukkan bahwa seorang yang mukmin akan mampu mengucapkan dua kalimat syahadat “La ilaha illallah wa anna Muhammadan Rasulullah”, baik ketika di dunia maupun di akhirat.
Tatkala seorang hamba menghadapi pertanyaan dua malaikat ini, maka dia akan menjawabnya sesuai dengan amal perbuatannya sewaktu di dunia. Oleh sebab itu, seorang hamba yang berbuat dosa-dosa besar dan tidak bertaubat darinya, sangat mungkin disiksa oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala di dalam kuburnya, walaupun dia seorang yang mukmin.
Telah datang sebuah hadits dari sahabat ‘Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhuma, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah melewati dua kuburan, lalu beliau bersabda:
”Orang-orang yang berada di dalam dua kubur ini, sungguh sedang disiksa. Dan tidaklah keduanya disiksa karena suatu masalah yang besar. Adapun salah satu dari keduanya, dahulu tidak mau menjaga diri dari air kencing. Sedangkan yang lain, dahulu biasa berjalan untuk mengadu domba”. (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Hadits ini menunjukkan kepada kita sekalian bahwa dua orang yang disiksa di dalam kuburnya itu dikarenakan dosa-dosa besar. Berarti yang disiksa oleh Allah di alam kubur bukan hanya karena kekafiran saja tetapi juga karena dosa-dosa besar. Nasalullah salamah wal ‘afiah.
Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengambil sebuah pelepah kurma yang masih basah dan membelahnya menjadi dua bagian. Beliau meletakkannya di masing-masing dua kubur ini dengan harapan semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala memperingan siksa keduanya, selama pelepah kurma itu masih basah dan belum kering.
Demikianlah sedikit gambaran tentang saat keluarnya ruh dari tubuh ketika proses sakratul maut dan beberapa kejadian sesudah itu yang disampaikan Rasulullah pada kita. Mudah mudahan kisah diatas dapat memotivasi kita untuk lebih bergiat mengerjakan amal saleh untuk menyiapkan perbekalan kita menempuh perjalan panjang dialam barzakh kelak.