Membangun Semangat Kebersamaan dalam Kehidupan Berbangsa Khotbah Jumat

    Membangun Semangat Kebersamaan dalam Kehidupan Berbangsa
    Khotbah Jumat



    Dalam konsep fiqih rasa kebersamaan ini dituangkan dalam teori maslahah ammah. Artinya bahwa kepentingan bersama dan kebutuhan khalayak harus diutamakan di atas segala macam kepentingan baik individu maupun golongan. Sehingga terciptalah tatanan kehidupan yang kondusif.
    Jika demikian adanya, maka syari'at akan menemukan makna haqiqinya sebagai sebuah jalan 'syara'a' yang menuntun kehidupan ummat.
    اَلْحَمْدُ لِلهِ الَّذِيْ مَنْ تَوَكَّلَ عَلَيْهِ بِصِدْقِ نِيَّةٍ كَفَاهُ وَمَنْ تَوَسَّلَ إِلَيْهِ بِاتِّبَاعِ شَرِيْعَتِهِ قَرَّبَهُ وَأَدْنَاهُ وَمَنِ اسْتَنْصَرَهُ عَلَى أَعْدَائِهِ وَحَسَدَتِهِ نَصَرَهُ وَتَوَلاَّهُ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ حَافَظَ دِيْنَهُ وَجَاهَدَ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ (أَمَّا بَعْدُ) فَقَالَ تَعَالَى فَأَمَّا الزَّبَدُ فَيَذْهَبُ جَفَاءً وَأَمَّا مَا يَنْفَعُ النَّاسَ فَيَمْكُثُ فِيْ الأَرْضِ
    Ma'asyiral Muslimin rahimakumullah
    Marilah kita tingkatkan kwalitas ketaqwaan kita dengan menjauhi segala larangan-Nya dan kita tambahi ketaatan kita dengan menjalankan berbagai perintah-Nya. Sesungguhnya diantara perintah itu adalah mengutamakan kebersamaan dan kepentingan bersama mengalahkan kepentingan pribadi dan golongan.
    Jama'ah Jum'ah Rahimakumullah
    Sudah menjadi mafhum bagi masyarakat kita bahwa carut marut kondisi bangsa ini bersifat kompleks. Meski demikian (tanpa bermaksud menyederhanakan masalah) jika dirunut maka akan bermuara pada menipisnya rasa kebersmaaan. Satu rasa satu bangsa seiman dan se-Tuhan.
    Dalam konsep fiqih rasa kebersamaan ini dituangkan dalam teori maslahah ammah. Artinya bahwa kepentingan bersama dan kebutuhan khalayak harus diutamakan di atas segala macam kepentingan baik individu maupun golongan. Sehingga terciptalah tatanan kehidupan yang kondusif. Jika demikian adanya, maka syari'at akan menemukan makna haqiqinya sebagai sebuah jalan 'syara'a' yang menuntun kehidupan ummat. Sebagaimana termaktub dalam surat al-Anbiya' bahwasannya perwujudan syariah yang diwahyukan kepada Rasulullah saw merupakan rahmat bagi alam semesta.
    وما أرسلناك إلا رحمة للعالمين
    "Kami mengutus Anda hanya bertujuan memberi rahmat bagi alam semesta".(QS. Al-Anbiya': 107)
    Jama'ah Jum'ah yang Berbahagia
    Sebagai sebuah bangsa yang bernegara lengkap dengan pemerintahan sudah selayaknya jika kepentingan bersamamenjadi dasar dan pijakan pengambilan keputusan para elit negeri. Baik keputusan yang berifat aksi maupun reaksi.
    Namun seringkali kebersamaan ini hanya menjadi stempel belaka yang tidak merujuk sama sekali pada kenyataan, bahkan lebih dekat pada kepentingan hawa nafsu dan kesewenang-wenangan. Dalam suasana pembangunan yang dinamis dewasa ini, selalu ditemukan istilah kepentingan umum. Walaupun seringkali batasan 'kepentingan umum' ini menjadi tidak jelas dan tidak sesuai dengan pengertian yang sesungguhnya. Kepentingan umum akhirnya berkembang dalam perspektif yang beragam; ada kepentingan umum menurut versi pengambil keputusan (umara), atau kepentingan umum menurut "selera" sebagian kecil kelompok masyarakat, dan kepentingan umum yang dipersepsi oleh masyarakat. Inilah yang dilarang oleh al-Qur'an, sebagaimana himabuannya dalam surat as-Shad ayat 26
    فَاحْكُم بَيْنَ النَّاسِ بِالْحَقِّ وَلَا تَتَّبِعِ الْهَوَى فَيُضِلَّكَ عَن سَبِيلِ اللَّهِ إِنَّ الَّذِينَ يَضِلُّونَ عَن سَبِيلِ اللَّهِ لَهُمْ عَذَابٌ شَدِيدٌ بِمَا نَسُوا يَوْمَ الْحِسَابِ
    "Maka tegakkanlah hukum di antara manusia secara benar dan janganlah Anda mengikuti hawa nafsu, yang akan menjerumuskan Anda pada kesesatan, jauh dari jalan Allah."(QS. Shad: 26)
    Jika sudah demikian keberadaannya, maka berbagai kerusakan akan menjadi penunggu setia bangsa ini. Bangsa yang senang memutuskan segala macam kebijakan berdasar pada kepentingan hawa nafsu, pribadi dan atau kelompok.
    وَلَوِ اتَّبَعَ الْحَقُّ أَهْوَاءهُمْ لَفَسَدَتِ السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ وَمَن فِيهِنَّ بَلْ أَتَيْنَاهُم بِذِكْرِهِمْ فَهُمْ عَن ذِكْرِهِم مُّعْرِضُونَ
    "Andaikan kebenaran mengikuti keinginan mereka, niscaya langit, bumi dan segala isinya akan binasa/rusak/hancur." (QS. al-Mu'minun: 71)
    Ma'asyiral Muslimin Rahimakumullah
    Meski demikian tidak lantas segala macam 'kepentingan bersama' dapat dijalankan. Ada rambu-rambu yang harus ditaati demi menghindari kemudharatan. Diantaranya kepentingan bersama haruslah selaras dengan tujuan syariat, yaitu terpeliharanya lima hak dan jaminan dasar manusia (al-ushul al-khamsah), yang meliputi: keselamatan keyakinan agama, keselamatan jiwa (dan kehormatan), keselamatan akal, keselamatan keluarga dan keturunan, dan keselamatan hak milik. Maka jikalau kepentingan bersama itu telah melabrak lima dasar syariah itu, hendaklah segera ditinjau kembali.
    Rambu selanjutnya adalah bahwa 'kepentingan bersama' itu harus benar-benar mnecakup semua golongan yang berbeda-beda apalagi di Indonesia yang sangat beragam baik agama, ras, suku maupun adatnya. Maka dalam hal ini prinsip syura, berembug atau musyawarah menjadi sangat strategis.
    وَالَّذِينَ اسْتَجَابُوا لِرَبِّهِمْ وَأَقَامُوا الصَّلاةَ وَأَمْرُهُمْ شُورَى بَيْنَهُمْ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنفِقُونَ
    Artinya: "... dan orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhan mereka dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah di internal mereka sendiri." (QS. Al-Syura: 38)
    Demikianlah khotbah singkay kali ini, semoga hal singkat ini dapat menjadi bahan renungan yang mendalam, baik bagi penentu kebijakan maupun penganut kebijakan.
    باَرَكَ اللهُ لِيْ وَلكمْ فِي القُرْآنِ العَظِيْمِ, وَنَفَعَنِيْ وَإِيّاكُمْ بِالآياتِ والذِّكْرِ الحَكِيْمِ. إنّهُ تَعاَلَى جَوّادٌ كَرِيْمٌ مَلِكٌ بَرٌّ رَؤُوْفٌ رَحِيْمٌ.
    Khutbah II
    اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ اِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَاَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى اِلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا اَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا اَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهّ اَمَرَكُمْ بِاَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى اِنَّ اللهَ وَمَلآ ئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ اَبِى بَكْرٍوَعُمَروَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
    اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ اَعِزَّ اْلاِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ اَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ اِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! اِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِى اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوااللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرْ

Lima Cahaya Nasihat Sayyidina Abu Bakar

    Lima Cahaya Nasihat Sayyidina Abu Bakar
    Khotbah Jumat



    Di awal tahun ini khatib hendak mengetengahkan satu nasehat dari sahabat Abu Bakar As-Shidiq yang berbicara secara filosofis mengenai kehidupan ini. Bahwasannya ada lima jenis kegelapan yang menjadikan pekatnya kehidupan manusia. Namun lima kegelapan itu dapat disirnakan oleh lima macam cahaya.
    ان الحمد لله الذى أرسل رسوله بالهدى ودين الحق ليظهره على الدين كله. أرسله بشيرا ونذيرا وداعيا الى الله باذنه وسراجا منيرا. أشهد ان لا اله الا الله وحده لا شريك له. شهادة اعدها للقائه ذخرأ. واشهد ان محمدا عبده و رسوله. ارفع البرية قدرا. اللهم صل وسلم وبارك على سيدنا محمد وعلى أله وأصحابه وسلم تسليما كثيرا. أما بعد. فياأيها الناس اتقوالله حق تقاته ولاتموتن الا وأنتم مسلمون.
    Ma'asyiral Muslimin Rahimakumullah
    Marilah di awal tahun baru ini kita bersama-sama menguatkan hati bertekad meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah swt. karena sesungguhnya hanya taqwalah yang dapat menghantarkan kita melampaui pergantian tahun demi tahun tanpa kurang suatu apapun. Bagaimana makhluk seperti kita ini masih menyombongkan diri, bila ternyata tidak pernah mampu mengendalikan waktu, padahal waktu itu sangat dekat dengan kehidupan kita. Karena kekuasaan yang demikian itu hanya ada pada-Nya.
    Marilah kita bersyukur Allah swt menjadikan waktu sebagai ruang bagi manusia untuk menanam berbagai kebaikan sebagai bekal di hari mendatang. Maka apabila waktu terus berganti, itu petanda semakin menipis kesempatan diri menikmati indahnya dunia. Haruslah segera kita ingat, bahwa yang kekal adalah hari akhirat. Hari keadilan yang membahagiakan bagi mereka yang telah mempersiapkan diri dan menyedihkan bagi mereka yang lupa diri.
    Jama'ah Jum'ah yang Berbahagia
    Di awal tahun ini khatib hendak mengetengahkan satu nasehat dari sahabat Abu Bakar As-Shidiq yang berbicara secara filosofis mengenai kehidupan ini. Bahwasannya ada lima jenis kegelapan yang menjadikan pekatnya kehidupan manusia. Namun lima kegelapan itu dapat disirnakan oleh lima macam cahaya.
    Pertama حب الدنيا ظلمة والسراج لها التقوى 'hubbud dunya dhulmatun was siroju lahat taqwa' Kegelapan terjadi akibat dari terlalunya cinta manusia kepada kehidupan dunia, dan cahaya yang menghilangkannya adalah taqwa.Terlalu mencintai kehidupan dunia (hubbud dunya) akan menyebabkan seseorang menghampiri perkara-perkara syubhat.
    Perkara samar yang tidak jelas kadar halal dan haramnya. Kemudian yang syubhat itu akan menghantarkan kepada yang makruhat, yaitu perkara yang dibenci oleh syariat. Jika sudah demikian maka akhirnya jatuhlah ia di lembah muharramat, perkara yang dilarang oleh agama. Semua ini berawal dari semangat yang berlebihan pada cinta kehidupan dunia. Bukankah pejabat kita yang doyan korupsi berawal dari 'menggoshob' uang yang kecil?
    Oleh karena itu Rasulullah saw pernah bersabda bahwa حب الدنيا رأس كل خطيئة 'cinta dunia adalah pangkal semua keburukan'. Yang kemudian dijabarkan oleh al-Ghazali فبغضها رأس كل حسنة 'maka membenci dunia adalah modal kebaikan'.Kegelapan ini bisa sirna apabila diterangi oleh taqwa. Bagaimana bisa taqwa meneranginya, karena subtansi taqwa adalah 'takut' takut akan terjatuh pada larangan-Nya. Sehingga seseorang hanya akan mengerjakan apa yang diperintahkan-Nya.
    Jama'ah Rahimakumullah
    Kedua, والذنب ظلمة والسراج له التوبة wad-dzanbu dhulmatun was siroju lahut taubatu. Kegelapan akibat dosa dan sinar yang akan mesirnakannnya adalah taubat.
    إن العبد إذا أخطاء خطيئة نكتت فى قلبه نكتة سوداء فاذا هو نزع واستغفر وتاب صقل قلبه وإن عاد زيد فيها حتى تعلو على قلبه, وهو الران الذى ذكره الله كلا بل ران على قلوبهم ماكانوا يكسبون
    Sesungguhnya seorang hamba apabila ia berbuat kesalahan maka dihatinya akan tertera setitik noda. Ketika ia telah beristighfar (meminta ampunan) dan bertaubat maka hati itu akan kembali cemerlang dan jika ia kembali melakukan kesalahan serupa maka hati itulah yang telah tertutup. Seperti halnya firman Allah dalam al-Muthafifin "demikian sebenarnya apa yang mereka lakukan itu telah menutupi hati mereka".
    Ketiga, والقبر ظلمة والسراج له لا إله إلا الله wal qabru dhulmatun was siroju lahu 'la ilaha illallah', kegelapan di alam qubur dan yang akan menyinarinya adalah kalimat tauhid 'la ilaha illallah'. Nasehat ketiga ini didasarkan kepada khadits Rasulullah saw 'bahwasannya Allah swt mengharamkan atas api neraka orang yang mengatakan la ilaha illallah'. إن الله تعالى حرم على النار من قال لا اله إالا الله Dan dalam hadits al-Khatib disebutkan bahwa Rasulullah saw pernah bersabda 'bahwasannya siapa yang membaca la ilaha illallah dengan ikhlas akan masuk surga. Kemudian orang-orang bertanya bagaimana ikhlas itu ya Rasulullah? Rasulullah menjawa 'ya apabila kalian merintangi diri dari segala yang dilarang Allah"
    Jama'ah yang Dimuliakan Allah
    Keempat, والأخرة ظلمة والسراج لها الأعمال الصالحة wal akhiratu dhulmatun was siroju lahal 'amalus shalih. Kegelapan yang ada di akahirat sebagaimana keadaannya hanya dapat disinari dengan amal kebaikan. Maka selagi masih ada kesempatan berbondong-bondonglah melakukan dan mengumpulkan berbagai amal kebaikan. Bahkan Allah swt sendiri menjadikan berbagai macam keringanan (rukhshah) agar manusia mengumpulkan sebanyak mungkin kebaikan. Begitu pentingnya posisi rukhshah dalam syariat hingga Rasulullah saw bersabda : أدوا العزائم واقبلوا الرخصة ودعوا الناس فقد كفتموهم Lakukanlah berbagai kehendak (baikmu) dan terimalah keringanan dari Allah dan ajaklah orang-orang semuanya, maka yang demikian cukuplah bagimu.
    Begitu berharganya keringan itu hingga Rasulullah saw sedikit menghimbau bahwa:
    من لم يقبل رخصة الله كان عليه من الإثم مثل جبل عرفة
    Barang siapa yang tidak mau menerima keringanan dari Allah swt maka dia menanggung dosa sebesar gunung ara'fah.
    Hal ini perlu difahami bahwasannya rukhshah yang diberikan oleh Allah swt. merupakan kesempatan dan peluang yang sebaiknya segea dikonversi menjadi amal kesalehan. Karena amal shalehlah yang akan menolong kehidupan di akhirat nanti.
    Kelima, والصراط ظلمة والسراج له اليقين was sirathu dhulmatun wa siroju lahal yaqinu. Bahwa titian atau jembatan di hari akhir nanti sangatlah gelap, dan yang akan menerangi perjalnan kita melewati jembatan itu adalah keyakinan. Yakin atas petunjuk Allah swt dan menghilangkan berbagai macam keraguan.
    Ma'asyiral Muslimin rahimakumullah
    Demikianlah nasehat sayyidina Abu Bakar mengenai lima kegelapan yang harus disiapkan penerangnya oleh kita semua agar perjalanan kelak lancar tanpa haluan apapun jua. Semoga khotabah kali ini bermanfaat bagi kita dalam menapaki hari-hari kemudian di tahun 2013 ini.
    بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإيَّاكُمْ ِبمَا ِفيْهِ مِنَ اْلآياَتِ وَالذكْر ِالْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ
    Khutbah II
    اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ اِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَاَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى اِلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًااَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا اَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَىوَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهّ اَمَرَكُمْ بِاَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى اِنَّ اللهَ وَمَلآ ئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.
    اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ اَبِى بَكْرٍوَعُمَروَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَاَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ اَعِزَّ اْلاِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ اَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ اِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
    رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! اِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِى اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوااللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرْ

Islam sangat Memuliakan Perempuan

    Islam sangat Memuliakan Perempuan
    Khotbah Jumat
    Marilah kita bersama-sama meningkatkan ketaqwaan kepada Allah swt. diantara bukti ketaqwaan itu adalah meniti ridha orang tua. Terutama ibu sebagai wanita yang teleh bersusah payah melahirkan dan membesarkan kita.
    Bukankah ridha Allah swt tergantung pada ridhanya? Dengan kata lain menghormati orang tua merupakan salah satu artikulasi ketaqwaan seorang hamba kepada-Nya.
    اَلحمد لله, الحمد لله الذى أعد للمؤمنين والمؤمنات جنات تجرى من تحتها الانهار أحمده سبحان الله تعالى وأشكره على نعمه الغزار, وأشهد أن لااله الا الله وحده لاشريك له الملك العزيز الغفار, وأشهد أن سيدنا ونبينا محمدا عبده ورسوله المختار, اللهم صل وسلم وبارك على عبدك ورسولك محمد نور الانوار وسر الاسرار وعلى اله الأبرار واصحابه الاخيار ومن تبعهم باحسان الى يوم القرار. اما بعد.فيامعاشر المسلمين رحمكم الله أوصيكم ونفسى بتقوى الله وقد فاز المتقون واحثكم على طاعته لعلكم تفلحون
    Ma'asyiaral Muslimin Rahimakumullah
    Marilah kita bersama-sama meningkatkan ketaqwaan kepada Allah swt. diantara bukti ketaqwaan itu adalah meniti ridha orang tua. Terutama ibu sebagai wanita yang teleh bersusah payah melahirkan dan membesarkan kita. bukankah ridha Allah swt tergantung pada ridhanya? Dengan kata lain menghormati orang tua merupakan salah satu artikulasi ketaqwaan seorang hamba kepada-Nya.
    Ma'asyiaral Muslimin Rahimakumullah
    Surga di bawah telapak kaki ibu, al-jannatu tahta aqdamil ummahati. Begitulah Rasulullah saw. mengajarkan kepada umatnya akan kemuliaan kaum ibu. Wanita dalam Islam mendapat tempat yang mulia, tidak seperti dituduhkan oleh sementara masyarakat, bahwa Islam tidak menempatkan wanita sebagai 'kelas bawah' dalam tatanan kehidupan masyarakat.
    Kedudukan mulia kaum wanita itu ditegaskan dalam banyak hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim sebagaimana dikisahkan:

    جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِيِّ فَقَالَ مَنْ أَحَقُّ النَّاسِ بِحُسْنِ صَحَابَةٍ قَالَ أُمُّكَ قاَلَ ثُمَّ مَنْ قَالَ ثُمَّ أُمُّكَ قَالَ ثُمَّ مَنْ قَالَ ثُمَّ أُمُّكَ قَالَ ثُمَّ مَنْ قَالَ ثُمَّ أَبُوْكَ (رَوَاهُ الْبُخَارِيُّ وَمُسْلِمٌ)
    "Seorang sahabat datang kepada Nabi Saw.. Kemudian bertanya: "Siapakah manusia yang paling berhak untuk dihormati?", Nabi menjawab:"Ibumu", kemudian siapa Wahai Nabi?, "Ibumu" jawab Nabi lagi, "kemudian siapa lagi Wahai Nabi?:" Ibumu" kemudian siapa Wahai Nabi? "bapakmu", jawab Nabi kemudian." (HR. Bukhari Muslim)Islam memberikan hak wanita yang sama dengan laki-laki untuk memberikan pengabdian yang sama kepada agama, nusa, bangsa dan negara. Ini ditegaskan dalam al-Mukmin ayat 40
    مَنْ عَمِلَ صَالِحاً مِّن ذَكَرٍ أَوْ أُنثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فؤلئك يدخلون الجنة يرزقون فيها بغير حساب
    "Dan barangsiapa mengerjakan amal yang saleh baik laki-laki maupun perempuan sedang ia dalam keadaan beriman, maka mereka akan masuk surga, mereka diberi rezeki di dalamnya tanpa hisab." (QS. al-Mukmin: 40)
    Betapa Islam telah meruntuhkan batasan antara laki-laki dan perempuan apalagi dalam hal amal peribadatan. Tidak ada pilih kasih, dalam Islam antara laki-laki dan perempuan. Allah swt akan selalu merespon doa'-do'a dan permohonan kaum muslim baik lelaki maupun perempuan. semua doa itu akan didengarkan oleh-Nya. Begitulah janji-Nya dalam Ali Imran ayat 195.
    فَاسْتَجَابَ لَهُمْ رَبُّهُمْ أَنِّي لا أُضِيعُ عَمَلَ عَامِلٍ مِنْكُمْ مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى بَعْضُكُمْ مِنْ بَعْضٍ
    "Maka Tuhan mereka memperkenankan permohonannya (dengan berfirman): "Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakkan amal orang-orang yang beramal di antara kamu, baik laki-laki atau perempuan, (karena) sebagian kamu adalah turunan dari sebagian yang lain." (QS. Ali Imran: 195)

    Demikianlah Islam memposisikan perempuan, bahkan Rasulullah saw mengajarkan bahwa manusia baik lelaki maupun perempuan semuanya setara laksana gigi sisir yang rata.

    النَّاسُ سَوَاسِيَةٌ كَأَسْنَانِِ الْمُشْطِ (رَوَاهُ أَحْمَدُ وَأَبُو الزُّبَيْرِ
    "Manusia itu sama dan setara laksana gigi sisir." (HR. Ahmad dan Abu al-Zubair)
    Jama'ah Juam'ah yang Berbahagia,
    Ayat dan hadis di atas adalah bukti pengakuan Islam terhadap hak-hak wanita secara umum dan anugerah kemuliaan dari Allah Swt. Persoalan yang muncul kemudian bahwa sekalipun Islam telah mendasari penyadaran integratif tentang wanita tidak berbeda dalam beberapa hal dengan laki-laki, pada kenyataannya prinsip-prinsip Islam tentang wanita tersebut telah mengalami distorsi. Kita tidak bisa menutup mata bahwa masih banyak manusia yang mencoba mengingkari kelebihan yang dianugerahkan Allah Swt. kepada wanita.
    Pengaruh kultur yang masih bersifat patrilineal dan kenyataan pada tingkat perbandingan proporsional antara laki-laki dan wanita ditemukan bahwa laki-laki (karena kondisi, sosial dan budaya) memiliki kelebihan atas wanita. Yang pada gilirannya telah menafikan atau mengurangi prinsip-prinsip mulia tentang wanita.
    Oleh karena itulah maka di tengah-tengah arus perubahan yang menggejala di berbagai belahan dunia yang pada prinsipnya menuntut kembali hak-hak sebenarnya dari wanita, maka umat Islam perlu meninjau dan mengkaji ulang anggapan-anggapan yang merendahkan wanita karena distorsi budaya, berdasarkan prinsip-prinsip kemuliaan Islam atas wanita. Harus diakui bahwa memang ada perbedaan fungsi laki-laki yang disebabkan oleh perbedaan kodrati/fitri. Sementara di luar itu ada peran-peran non kodrati dalam kehidupan bermasyarakat yang masing-masing (laki-laki dan perempuan) harus memikul tanggungjawab bersama dan harus dilaksanakan dengan saling mendukung satu sama lain. Sebagaimana firman Allah Swt.:
    الْمُؤْمِنُونَ وَالْمُؤْمِنَاتُ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاء بَعْضٍ يَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ
    "Dan orang-orang laki-laki dan perempuan sebagian mereka (adalah) penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang mungkar..." (QS. al-Taubah : 71)Peran domestik wanita yang hal itu merupakan kesejatian kodrat wanita seperti; sebagai pendidik yang pertama dan utama bagi anak-anak mereka, hamil, melahirkan, menyusui, dan fungsi-lain dalam keluarga yang memang tidak mungkin digantikan oleh laki-laki, Firman Allah Swt.
    يَهَبُ لِمَنْ يَشَاء إِنَاثًا وَيَهَبُ لِمَن يَشَاء الذُّكُورَ
    "Dia memberikan anak-anak perempuan kepada siapa yang Dia kehendaki dan memberikan anak-anak laki-laki kepada siapa yang Dia kehendaki." (QS. As-Syura :49)
    Mengatasi itu semua, Islam pun telah mengatur hak dan kewajiban wanita dalam hidup berkeluarga yang harus diterima dan dipatuhi oleh masing-masing (suami istri).Akan tetapi ada peran publik wanita, di mana wanita sebagai anggota masyarakat, wanita sebagai warga negara yang mempunyai hak bernegara dan berpolitik, telah menuntut wanita harus melakukan peran sosialnya yang lebih tegas, transparan dan terlindungi.
    Dalam konteks peran-peran publik menurut prinsip-prinsip Islam, wanita diperbolehkan melakukan peran-peran tersebut dengan konsekuensi bahwa ia dapat dipandang mampu dan memiliki kapasitas untuk menduduki peran sosial dan politik tersebut.
    Jama'ah Jum'ah yang Dimuliakan Allah
    Maka dengan demikian, kedudukan wanita dalam proses sistem negara-bangsa telah terbuka lebar, terutama perannya dalam masyarakat majemuk ini, dengan tetap mengingat bahwa kualitas, kapasitas, kapabilitas dan akseptabilitas bagaimanapun, harus menjadi ukuran, sekaligus tanpa melupakan fungsi kodrati wanita sebagai sebuah keniscayaan.
    Partisipasi wanita dalam sektor non kodrati merupakan wujud tanggungjawab kita bersama dalam ikut memprakarsai transformasi kultur, kesetaraan yang pada gilirannya mampu menjadi dinamisator pembangunan nasional dalam era globalisasi dengan memberdayakan wanita Indonesia pada proporsi yang sebenarnya. Jangan malah sebaliknya, menjadikan perempuan salah satu kambing hitam kemajuan dalam kehidupan kita. sesungguhnya hanya orang yang hinalah yang menghinakan perempuan dan mereka yang memuliakan perempuan pastilah orang yang mulia. ma ahannahunna illa ahinun, wa ma akramahunna illa karimun
    باَرَكَ اللهُ لِيْ وَلكمْ فِي القُرْآنِ العَظِيْمِ, وَنَفَعَنِيْ وَإِيّاكُمْ بِالآياتِ والذِّكْرِ الحَكِيْمِ. إنّهُ تَعاَلَى جَوّادٌ كَرِيْمٌ مَلِكٌ بَرٌّ رَؤُوْفٌ رَحِيْمٌ.
    Khutbah II

    اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ اِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَاَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى اِلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا اَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا اَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهّ اَمَرَكُمْ بِاَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى اِنَّ اللهَ وَمَلآ ئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ اَبِى بَكْرٍوَعُمَروَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَاَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ اَعِزَّ اْلاِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ اَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ اِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! اِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِى اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوااللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ 

Bahaya Kesombongan dan Keutamaan Tawadlu

    Bahaya Kesombongan dan Keutamaan Tawadlu
    Khotbah Jumat
    Sesungguhnya kesombongan akan menimpa mereka yang tidak memiliki ketawadhuan. Padahal sejatinya kesombongan itu hanya khusus untuk-Nya.
    Dan Dia Yang Maha Perkasa tanpa peduli akan melemparkan siapapun yang sombong ke dalam api neraka.
    الحمد لله أحمده وسبحانه وتعالى على نعمه الغزار, أشكره على قسمه المدرار, . أشهد ان لا اله الا الله وحده لا شريك له. واشهد ان سيدنا محمدا عبده و رسوله النبي المختار. اللهم صل على سيدنا محمد وعلى أله الأطهار وأصحابه الأخيار وسلم تسليما كثيرا. أما بعد فياأيها الناس اتقوالله حق تقاته ولاتموتن الا وأنتم مسلمون. وقال الله تعالى : وَعِبَادُ الرَّحْمَنِ الَّذِينَ يَمْشُونَ عَلَى الْأَرْضِ هَوْنًا وَإِذَا خَاطَبَهُمُ الْجَاهِلُونَ قَالُوا سَلَامًا
    Maasyiral Muslimin Rahimakumullah
    Marilah kita bersama-sama meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah swt. sungguh hanya dengan taqwalah kita dapat mengisi kehidupan ini dengan segala sifat-sifat kebaikan dan menghindar dari sifat tercela. Diantara sifat baik yang dulu menjadi karakter bangsa ini dan kini semakin menipis karena terkena erosi kehidupan materialistic adalah tawadhu'. Dan hal ini secara otomatis menyuburkan sifat tercela yang menjadi kebalikannya yaitu takabbur atau sombong.
    Dalam kesempatan ini, khatib hendak menengok kembali kedua sifat yang saling bertentangan ini. sekedar sebagai pengingat bagi kita semua agar tidak semakin terjerumus dalam kesombongan-kesombongan yang menyebabkan Allah swt membenci kita.
    Hadirin Jama'ah Jum'ah yang Berbahagia
    Tawadhu' termasuk salah satu sifat terpuji yang harus dimilki oleh seorang muslim. Tawadhu' secara bahasa dapat dimaknai dengan 'merendahkan diri'. Artinya sengaja memposisikan diri lebih rendah dari posisi sebenarnya. Pada dasarnya tawadhu' hanya ditujukan kepada Allah Yang Maha Agung. Yakni merasa lemah dan tidak berdaya dibanding dengan kekuasaan Allah swt. apalah kuasa manusia sampai berani mengharap surganya Allah? apakah Allah rela memberikan surga kepada seorang hamba, jika hamba tersebut merasa tidak memerlukan surga? Oleh karena itu sebagian ulama mengatakan bahwa tujuan tawadhu sebenarnya adalah mengharapkan surga (ridha-Nya) Allah swt dan menghindarkan diri dari api neraka (thoma'an li jannatihi ta'ala wa rahban min narihi ta'ala).
    Meskipun tawadhu' ditujukan kepada Allah swt sebagai bukti adanya hubungan fertikal, tetepi harus dibuktikan dalam praktek keseharian ketika bermuamalah dengan seksama yang mengandaikan hubungan horizontal. Sebagaimana di terangkan dalam surat al-Furqan ayat 63
    وَعِبَادُ الرَّحْمَنِ الَّذِينَ يَمْشُونَ عَلَى الْأَرْضِ هَوْنًا وَإِذَا خَاطَبَهُمُ الْجَاهِلُونَ قَالُوا سَلَامًا
    Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan.
    Artinya bahwa diantara tanda-tanda orang yang memiliki sifat tawadhu' selalu berjalan dengan menundukkan kepala. Seolah-olah tidak pernah melihat langit. Berjalan dengan santai tanpa membusungkan dada. Meskipun ia memiliki kuasa sebagai gubernur, jendral ataupun ulama misalnya. Hal ini berbeda dengan orang-orang yang sombong yang berjalan dengan mendongak ke atas tidak pernah melihat bumi. Bahkan ketika mereka disapa dan dikomentari, mereka hanya menjawab 'salama', yang artinya keselamatan atas kita semua, diantara kita tidak ada yang lebih baik, aku juga tidak lebih baik dari kamu begitu juga sebaliknya.
    Begitu spesialnya sifat tawadhu, sehingga Allah mengistimewakan mereka yang memiliki sifat tawadhu' dengan menyebut 'ibadurrahman' hamba-hamba Allah yang Maha Penyayang. Hal ini sejalan dengan janji Allah sebagaimana disampaikan kepada Rasulullah saw dalam haditsnya
    من توضع رفعه الله ومن تكبر وضعه الله
    Allah akan mengangkat derajat mereka yang memiliki sifat tawadhu', dan akan membenamkan mereka yang bersifat sombong.
    Jama'ah Rahimakumullah
    Lalu apakah sebenarnya pentingnya tawadhu'? selain mengharapkan derajat dari Allah swt, tawadhu juga menghindarkan diri kita dari sifat yang paling dibenci Allah Yang Maha Kuasa yaitu sombong. Karena kesombongan akan menimpa mereka yang tidak memiliki ketawadhuan. Padahal sejatinya kesombongan itu hanya pantas dimiliki-Nya. Oleh karena itu Allah sangat membenci orang yang sombong. Hal ini terbersit dari hadits qudsi yang disampaikan oleh Rasulullah saw
    عن أبي هريرة قال : قال رسول الله - صلى الله عليه وسلم - : ( قال الله عز وجل : الكبرياء ردائي ، والعظمة إزاري ، فمن نازعني واحداً منهما قذفته في النار ) وفى رواية (ولا أبالى)
    Sifat sombong itu selendang-Ku, keagungan adalah busana-Ku. Barang siapa yang merebut salah satu dari-Ku, akan Ku lempar ia ke neraka. Dan Aku tidak peduli.
    Artinya, kesombongan dan keagungan itu hanya khusus milik Allah. Allah sungguh tidak terima bila ada hamba yang memilki sifat keduanya. Begitu tersinggungnya Allah hingga Ia akan melempar siapapun yang 'menggunakan' kedua sifat itu, ke Neraka tanpa peduli. Tanpa peduli apakah dia seorang sufi, seorang wali, seorang nabi, seorang preiden atau juga seorang raja.
    Oleh karena itu guna mempermudah diri melatih menuju ketawadhuan kepada Allah hendaknya seorang hamba harus mengakui dan memiliki beberapa perasaan. Pertama, merasa hina (dzlil) dan meyakini bahwa yang mulia adalah Allah. seorang hamba harus segera sadar bahwa ia seorang yang hina. Ia hanyalah berasal dari setetes air mani, yang jikalau Allah swt menghendaki bisa saja mani itu tumpah dan menjadi konsumsi semut dan lalat.
    Kedua, merasa faqir selalu membutuhkan dan Allahlah yang Maha Kaya Raya. Sekarang para hartawan dan miliyuner akan merasa bangga atas kejayaan dan mengandalkan segala macam harta yang dimilikinya padahal kata Allah:
    المال مالي والفقراء عيالي والأغنياء وكلائي فإن بخل وكلائي على عيالي أذقتهم وبالي ولا أبالي ...
    Sesungguhnya semua harta itu adalah hartaKu, orang-orang faqir itu keluargaKu, dan para hartawan adalah wakilku. Barang siapa yang berlaku pelit terhadap keluargaKu. Aku akan menyiksanya tanpa peduli.
    Ketiga, merasa bahwa dirinya adalah orang yang bodoh dan Allah yang Yang Maha Mengetahui. Seringkali para hamba yang dianugerahi ilmu oleh Allah swt. melupakan bahwasannya ilmu itu hanya sekedar titipan Allah swt yang dapat diambil kapanpun. Lihatlah ketika seorag professor, doctor, cendekia tetapi terkena struk apa yang dapat ia lakukan?
    Keempat, merasa lemah dan hanya Allah Yang Maha Kuat. Sebagai pelajaran betapa banyak legenda tentang kejayaan para raja yang berkuasa begitu hebatnya, tetapi sekarang hanya tinggal dalam kenangan dan catatan sejarah saja. Bukankah kekuatan negara adidaya di dunia juga selalu silih berganti?
    Jama'ah Jum'ah yang Dimuliakan Allah
    Adapun gambaran praktek tawadhu kepada sesama dalam kehidupan sehari sangatlah bagus berpegang pada pesan Syaikh Abdul Qadir al-Jailani kepada muridnya bahwa
    اذا لقيت أحدا من الناس رأيت الفضل له عليك وتقول عسى أن يكون عند الله خيرا منى وأرفع درجة, فإن كان صغيرا قلت هذا لم يعص الله وأنا قد عصيته فلا شك إنه خير منى, وإن كان كبيرا قلت هذا قد عبد الله قبلى, وإن كان عالما قلت هذا أعطي مالم أبلغ ونال مالم أنال وعلم ما جهلت وهو يعمل بعلمه, وإن كان جاهلا هذا أعصى الله بالجهل وأنا عصيته بالعلم ولا أدرى بما يحتمل لى ولا يحتمل له
    Jikalau kamu berjumpa dengan seseorang maka hendaklah engkau melihat keunggulannya dibanding denganmu. Dan katkanlah (dalam hati) bahwa "orang itu lebih baik dari pada aku di mata Allah swt". Maka apabila (kamu berjumpa) dengan anak kecil, hendaklah berkata (dalam hati) dia ini belum terlalu banyak maksyiyat (karena umurnya lebih muda) dan otomatis dia lebih baik dari pada aku. Dan apabila (kamu berjumpa) dengan orang tua, hendaklah berkata orang ini telah lama beribadah kepada Allah sebelum aku (karena umurnya lebih tua, maka dia lebih baik dia dari pada aku). Apabila (kamu berjumpa) dengan seorang yang 'alim, hendaklah berkata (dalam hati) dia telah diberi sesuatu (pengetahuan) yang aku belum memilikinya dan dia telah memperoleh sesuatu yang aku belum peroleh dan dia juga telah mengerti apa yang aku tidak mengerti. Dia beamal dengan ilmunya (pastilah lebih diterima amalnya dari padaku). Apabila (kamu berjumpa) dengan seorang yang bodoh, hendaklah berkata dia maksyiat karena kebodohannya, sedangkan aku melakukan maksyiat dengan ilmuku. Sungguh aku tidak tahu apakah aku lebih baik dari pada dia?
    Demikianlah khutbah sigkat kali ini, semoga bermanfaat bagi kita semua. Ya Allah tunjukkanlah jalan kepada hambamu yang sombong ini jalan menuju ketawadhu'an yang engkau ridhai. Karena sesungguhnya hanya engkaulah yang mampu menjadikan kami orang yang bertawadhu.
    بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإيَّاكُمْ ِبمَا ِفيْهِ مِنَ اْلآياَتِ وَالذكْر ِالْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ
    Khutbah II
    اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ اِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَاَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى اِلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا اَمَّا بَعْدُ
    فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا اَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهّ اَمَرَكُمْ بِاَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى اِنَّ اللهَ وَمَلآ ئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ اَبِى بَكْرٍوَعُمَروَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
    اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ اَعِزَّ اْلاِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ اَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ اِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! اِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِى اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوااللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرْ

Menyikapi Kondisi Bangsa Masa Kini

    Menyikapi Kondisi Bangsa Masa Kini
    Khotbah Jumat
    Ma'asyiral musliminrahimakumullah
    Fenomena pelanggaran terhadap perintah Allah kini sudah nampak sekali dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di negara kita.
    اَلْحَمْدُ ِلله ِاَّلذِيْ اَنْعَمَناَ بِنِعْمَةِ اْلإ ِ يْمَانِ وَاْلإِسْلاَمِ وَ بِشَرِيْعَةِ نَبِيِّنَامُحَمَّدٍ صَلىَّ الله ُعَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَه إلاَّ الله وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسُوْلُهُ . اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ النَِّبيِّّ اْلأُ مِّيِّ وَ عَلَى آلِهِ وَ صَحْبِهِ وَجَمِيْعِ أُمَّتِهِ وسَلَّمَأَمَابَعْدُ فَيَاعِبَادَالله أُوْصِيْكُمْ وَاِيَايَّ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ وَافْعَلُوا الْخَيْرَاتِ وَاجْتَنِبُوا السَّيِّئَاتِ لَعَلَكُمْ تُفْلِحُوْنَ. قاَلَ اللهُ تَعَالَى فِى الْقُرْأَنِ الْعَظِيْمِ أَعُوذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِكبر مقتا عند الله أن تقولوا مالا تفعلون
    Hadirin rahimakumullah
    Adalah sebuah kewajiban bagi setiap khotib disetiap mengawali khutbah untuk mengajak dan mengingatkan para jama'ah agar selau meningkatkan ketaqwaan kepada Allah SWT. Oleh karena itu, marilah kita bersama meningkatkan ketaqwaan kita kepada Nya dalam sebuah bentuk perilaku menjalankan segala perintah Allah dan meninggalkan segala apa yang dilarang oleh Nya. Apabila hal ini dapat kita wujudkan dalam kehidupan kita sehari hari dengan rasa penuh keikhlasan maka niscaya kehidupan kita akan senantiasa dalam naungan dan ridhoNya. Akan berbeda sekali dengan kehidupan orang orang yang selalu melanggar perintah Allah yang kehidupan mereka penuh dengan kemaksiatan, ketidak cukupan dan jauh dari ketentraman.
    Ma'asyiral musliminrahimakumullah,
    Fenomena pelanggaran terhadap perintah Allah kini sudah nampak sekali dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di negara kita. Kita tahu dan lihat bersama-sama melalui berita di media cetak dan elektronik bagaimana sekarang ini para pesohor dan pejabat dinegeri ini nampak nyata melakukan praktek-praktek yang melanggar perintah Allah SWT yaitu korupsi. Sebuah kata yang mungkin sangat familiar di telinga kita yang setiap hari di bicarakan dimana mana ketika kita bertemu dengan orang orang disekitar kita.
    Korupsi merupakan penyakit yang sangat berbahaya. Korupsi bukan saja menyengsarakan orang yang melakukan korupsi saja, namun orang lain pun akan merasakan kesengsaraan juga. Praktek korupsi yang dilakukan oleh para pesohor dan pejabat di negeri ini sudah sangat memprihatinkan. Mereka mengambil hak hak warga untuk hidup sejahtera dengan memperkaya diri sendiri ataupun golongan mereka. Mereka sudah melupakan bahwa mereka adalah orang yang diberi amanah oleh bangsa untuk mengelola negeri ini untuk menjadi baldatun thoyyibatun wa rabbun ghofur. Mereka sudah melupakan janji mereka sendiri ketika mereka menginginkan jabatan sebagai seorang pemimpin.
    Dengan melihat fenomena ini, muncul pertanyaan pertanyaan instropektif apakah masih pantas bagi mereka untuk menjadi pemimpin pemimpin kita? Apakah pantas orang yang korupsi dan merugikan bangsa, kita percaya lagi untuk menjadi suri tauladan kita?.
    Ma'asyiral musliminrahimakumullah,
    Mungkin kita sudah merasa jenuh terhadap janji-janji mereka. Mungkin kita juga merasa bosan dengan kelihaian mereka dalam merangkai dan memainkan kata manis untuk mencari cari alasan pembenaran. Oleh karena itu, Kita harus bersikap bijak dalam menentukan siapa yang akan kita titipi amanah untuk menjalankan pemerintahan negara kita. Kita haruslah memilih pemimpin yang benar benar bisa mempraktekkan apa yang mereka katakan. Janganlah kita memilih pemimpin yang dengan berkedok kesolehan dan anti korupsi namun dalam prakteknya jauh dari apa yang disampaikan. Allah SWT sangat membenci orang orang yang tidak sesuai dengan apa yang dikatakan sebagaimana firmannya dalam QS: As Shaaf : 3 :
    كبر مقتا عند الله أن تقولوا مالا تفعلون
    "Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan."
    Ma'asyiral musliminrahimakumullah,
    Tinggalkan korupsi mungkin sebuah kata yang mudah untuk diucapkan. Namun pada prakteknya hal ini sangat susah untuk dilakukan. Manusia diciptakan oleh Allah SWT memiliki nafsu dan memiliki keinginan. Ketika kebutuhan hidup semakin tinggi sementara pendapatan tidak mencukupi maka sering manusia menggunakan sifat syaitoniyyah untuk melakukan tindakan tindakan untuk memenuhi kebutuhan tersebut yang salah satunya adalah praktek korupsi.
    Namun Ma'asyiral musliminrahimakumullah,
    Bila kita selalu berpegang teguh pada agama dan yakin bahwa setiap gerak kehidupan kita selalu di awasi oleh Allah, maka tentunya kita dapa mengontrol perilaku mana yang baik dan perilaku mana yang buruk. Kita haruslah memulai kebaikan dari diri kita sendiri yang kemudian akan menyebar pada keluarga kita dan akhirnya akan meluas kepada masyarakat yang ada disekitar kita. Oleh karena itu, Marilah kita bersama menjauhi praktek praktek korupsi supaya kita terhindar dari siksaan api neraka yang bahan bakar dari api neraka itu adalah orang orang yang melakukan maksiat kepada Allah dengan melakukan hal hal yang dilarangNya. Hal ini termaktub dalam QS : At- Tahrim : 6
    ا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلائِكَةٌ غِلاظٌ شِدَادٌ لا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ.
    "Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan."
    Dari ayat ini kita juga dapat mengambil hikmah untuk selalu mengingatkan kepada keluarga kita, anak anak kita untuk menjauhi siksa api neraka dengan mendidik mereka untuk selalu ingat kepada Allah SWT dengan menjauhi praktek praktek kehidupan yang dilarang oleh Allah yang salah satunya adalah perilaku korupsi. Keturunan keturunan kita hendaklah dididik dengan benar untuk berperang melawan korupsi yang pada akhirnya nanti dapat meneruskan tongkat estafet kepemimpinan bangsa dengan bersih untuk mensejahterakan warga sehingga pemerintahan yang bersih bukan hanya slogan belaka.
    Ma'asyiral musliminrahimakumullah,
    Segala sesuatu yang kita lakukan di dunia ini akan kita pertanggungjawabkan besok di hari akhir. Mungkin kita bisa membuat rekayasa pertanggungjawaban didunia. Namun diakhirat nanti kita tidak bisa merekayasa pertanggungjawaban di sisi Allah SWT. Kita tidak memiliki daya karena mulut kita tidak bisa berbicara bohong seperti semasa kita hidup didunia. Tangan kitalah yang akan berbicara dengan disaksikan oleh kedua kaki kita. Hal ini sudah diingatkan oleh Allah SWT sebagaimana firman Nya dalam QS Yasiin : 65
    الْيَوْمَ نَخْتِمُ عَلَى أَفْوَاهِهِمْ وَتُكَلِّمُنَا أَيْدِيهِمْ وَتَشْهَدُ أَرْجُلُهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
    " Pada hari ini Kami tutup mulut mereka; dan berkatalah kepada Kami tangan mereka dan memberi kesaksianlah kaki mereka terhadap apa yang dahulu mereka usahakan."
    Ma'asyiral musliminrahimakumullah,
    Diakhir khutbah ini, marilah kita bersama sama berusaha dengan segenap kemampuan kita untuk selalu meninggalkan perbuatan buruk dan selalu menyebarkan perilaku perilaku yang baik sehingga tatanan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara kita akan jauh dari praktek korupsi dan dapat berjalan sesuai dengan tuntunan yang ada dalam Al Quran dan Hadits Nabi Muhammad SAW. Amin.
    بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإيَّاكُمْ ِبمَا ِفيْهِ مِنَ اْلآياَتِ وَالذكْر ِالْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ
    Khutbah II
    اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ اِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَاَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى اِلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًااَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا اَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَىوَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهّ اَمَرَكُمْ بِاَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى اِنَّ اللهَ وَمَلآ ئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.
    اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ اَبِى بَكْرٍوَعُمَروَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَاَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ اَعِزَّ اْلاِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ اَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ اِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
    رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! اِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِى اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوااللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرْ

Empat Amal Terberat Menurut Sayyidina Ali

    Empat Amal Terberat Menurut Sayyidina Ali
    Khotbah Jumat
    Imam Ali Karramallahu Wajhah pernah berkata bahwa ada empat amal yang berat untuk dilakukan seorang muslim. Pertama, member maaf dalam kondisi marah. Kedua, Dermawan dalam kefakiran,Ketiga,menghindar kemaksiatan ketika sendirian. Dan keempat, berkata benar didepan orang yang ditakuti aatu orang yang diharapkan.
    ان الحمد لله الذى أرسل رسوله بالهدى ودين الحق ليظهره على الدين كله. أرسله بشيرا ونذيرا وداعيا الى الله باذنه وسراجا منيرا. أشهد ان لا اله الا الله وحده لا شريك له. شهادة اعدها للقائه ذخرأ. واشهد ان محمدا عبده و رسوله. ارفع البرية قدرا. اللهم صل وسلم وبارك على سيدنا محمد وعلى أله وأصحابه وسلم تسليما كثيرا. أما بعد. فياأيها الناس اتقوالله حق تقاته ولاتموتن الا وأنتم مسلمون.
    Jama'ah Jum'ah Rahimakumullah
    Marilah pada kesempatan ini kita bersama-sama saling mengingatkan agar menjaga dan meningkatkan ketaqwaan diri kita dan juga keluarga kita. Disamping itu, perlu juga kita mementingkan ketaatan kita dengan melakukan berbagai amal kebaikan yang dapat memperbanyak pahala.
    Jama'ah Jum'ah yang berbahagia
    Dalam rangka itulah khotbah kali ini, khatib ingin memaparkan empat macam amal yang menurut Sayyidina Ali Karramallahu Wajhah dianggap paling berat untuk dilakukan seorang muslim. Imam Ali Karramallahu Wajhah pernah berkata bahwa ada empat amal yang berat untuk dilakukan.Pertama adalah al'afwu 'indal ghadhab memberi maaf ketika dalam keadaan emosi. Memberikan maaf bukanlah hal yang mudah apalagi ketika dalam keadaan emosi. Untuk itulah Rasulullah saw pernah mengajari para sahabat untuk mengambil air wudhu untuk meredamkan marah. Karena marah merupakan bentuk lain dari api syaitan yang menyala-nyala, dan api itu hanya bisa dikalahkan oleh air wudhu.
    ‏، ‏عَنْ ‏جَدِّي ‏عَطِيَّةَ ‏قَالَ :‏ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ‏صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ‏: ‏إِنَّ الْغَضَبَ مِنْ الشَّيْطَانِ ، وَإِنَّ الشَّيْطَانَ خُلِقَ مِنْ النَّارِ ، وَإِنَّمَا تُطْفَأُ النَّارُ بِالْمَاءِ ، فَإِذَا غَضِبَ أَحَدُكُمْ فَلْيَتَوَضَّأْ ‏.
    Demikianlah kondisi manusia ketika marah yang sulit sekali mengendalikan diri, oleh karena itu jika seseorang dalam keadaan marah masih bisa memberikan maaf kepada orang lain, maka sungguh itulah amal yang berat.
    Oleh karena itu, Allah swt menjamin siapapun yang dapat mengendalikan emosi dan amarahnya selamat dari siksaan api neraka . Demikian keterangan sebuah hadits yang berbunyi:
    من كف غضبه كف الله عنه عذابه
    Barang siapa yang mampu mengendalikan amarahnya, maka Allah akan mengendalikan (menjauhkan ) siksa-Nya.
    Ma'asyiral Muslimin Rahimakumullah
    Amal berat kedua adalah al juudi fil 'usroh menjadi pemurah dan dermawan ketika kondisi 'saku' (keuangan) kita sedang sempit atau tidak mapan. Menjadi dermawan bukanlah perkara gampang, apalagi berlaku dermawan ketika kondisi keuangan sangat menipis. Oleh karena itu Allah swt memposisikan orang dermawan sangat dekat dengan-Nya. dalam sebuah hadits diterangkan:
    السَّخِيُّ قَرِيبٌ مِنْ اللَّهِ قَرِيبٌ مِنْ الْجَنَّةِ قَرِيبٌ مِنْ النَّاسِ بَعِيدٌ مِنْ النَّارِ
    Bahwa orang yang dermawan dekat dengan Allah, dekat dengan surge, dekat dengan masyarakatnya dan jauh dari neraka
    Hadits ini bukanlah sekedar hadits motifasi, tetapi merupakan petunjuk dan rambu-rambu bagi siapapun yang ingin memposisikan diri dekat dengan Allah swt, maka hendaklah ia menjadi orang yang dermawan. Baik dalam kondisi longgar, lebih-lebih dalam kondisi sesak.
    Katiga, adalah al-iffah fil khulwah,yaitu menghindarkan diri dari tindakan haram dalam keadaan sepi tanpa ada siapapun yang melihatnya. Amal ketiga ini merupakan ujian akan keikhlasan seseorang dalam beramal. Bahwa untuk melakukan ataupun menghindari dosa seseorang tidak perlu memperhatikan orang di lingkungannya. Karena jika seseorang melakukan sesuatu (amal) karena orang lain akan disebut riya, dan jika meninggalkan sesuatu karena orang lain menjadi syirik. Sebagaimana diungkapkan oleh Ibnu Iyadh
    قول ابن العياض; ترك العمل لأجل الناس رياء ، والعمل لأجلهم شرك
    Ibnu Iyadh, bahwa tidak melakukan sesuatu karena manusia adalah riya, dan melakukan sesuatu karena manusia adalah syirik
    Jama'ah Rahimakumullah
    Keempat, adalah qaulul haq liman yahofuhu au yajuruhu, yaitu berkata yang di depan orang yang ditakuti atau diharapkan. Jelas sekali materi terakhir ini berhubungan dengan kejujuran. Karena kebanyakan orang berbicara menyesuaikan atau melihat siapa yang diajak bicara. Seringkali orang akan membicarakan hal-hal yang disukai lawan bicaranya, apalagi jika lawan bicaa itu adalah orang yag ditakuti kareha hubungan kerja atau hubungan keluarga. Dengan kata lain amal terberat ke eempat ini merupakan usaha meghindarkan diri dari kebiasaan menjilat. Baik menjilat kepada atasan atau kepada orang yang diharapkan
    Dengan demikian materi keempat ini sesuai dengan peribahasa:
    قل الحق ولو كان مرا
    Katakanlah kebenaran waluapun pahit adanya.
    Demikianlah khotbah Jum'ah kali ini, meskipun sekelumit semoga bermanfaat.
    بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإيَّاكُمْ ِبمَا ِفيْهِ مِنَ اْلآياَتِ وَالذكْر ِالْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ
    Khutbah II
    اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ اِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَاَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُاَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى اِلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا
    اَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا اَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى
    وَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهّ اَمَرَكُمْ بِاَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى اِنَّ اللهَ وَمَلآ ئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ اَبِى بَكْرٍوَعُمَروَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
    اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ اَعِزَّ اْلاِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ اَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ اِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! اِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِى اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوااللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرْ

Fase Kehidupan Dunia yang Sementara

    Fase Kehidupan Dunia yang Sementara
    Khotbah Jumat
    Al-Qur'an telah menerangkan bahwa kehidupan di dunia ini adalah bagaikan sebatang pohon yang tumbuh, berkembang, berbuah, layu dan akhirnya mati musnah di telan bumi. Ada fase dalam kehidpan yang harus dilalui meskipun fase itu terkesan lama, sesungguhnya hanya amun-amun belaka
    ان الحمد لله الذى أرسل رسوله بالهدى ودين الحق ليظهره على الدين كله. أرسله بشيرا ونذيرا وداعيا الى الله باذنه وسراجا منيرا. أشهد ان لا اله الا الله وحده لا شريك له. شهادة اعدها للقائه ذخرأ. واشهد ان محمدا عبده و رسوله. ارفع البرية قدرا. اللهم صل وسلم وبارك على سيدنا محمد وعلى أله وأصحابه وسلم تسليما كثيرا. أما بعد. فياأيها الناساعْلَمُوا أَنَّمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَزِينَةٌ وَتَفَاخُرٌ بَيْنَكُمْ وَتَكَاثُرٌ فِي الْأَمْوَالِ وَالْأَوْلَادِ ۖ كَمَثَلِ غَيْثٍ أَعْجَبَ الْكُفَّارَ نَبَاتُهُ ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَاهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ يَكُونُ حُطَامًا ۖ وَفِي الْآخِرَةِ عَذَابٌ شَدِيدٌ وَمَغْفِرَةٌ مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانٌ ۚ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ
    Ma'asyiral Muslimin Rahimakumullah
    Marilah kita bersama meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah Yang Maha Kuasa dengan mementingkan segala perintah-Nya dan mengalahkan urusan dunia. Sungguh urusan dunia itu hanyalah bersifat sementara.
    اعْلَمُوا أَنَّمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَزِينَةٌ وَتَفَاخُرٌ بَيْنَكُمْ وَتَكَاثُرٌ فِي الْأَمْوَالِ وَالْأَوْلَادِ ۖ كَمَثَلِ غَيْثٍ أَعْجَبَ الْكُفَّارَ نَبَاتُهُ ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَاهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ يَكُونُ حُطَامًا ۖ وَفِي الْآخِرَةِ عَذَابٌ شَدِيدٌ وَمَغْفِرَةٌ مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانٌ ۚ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ
    Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah- megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.

    Imam Najmuddin an-Nasafi menafsirkan bahwa setiap fase kehidupan tersebut akan dilalui oleh manusia selama delapan tahun.
    Pertama La'ibunsecara bahasa berarti sebuah permainan. Permainan merupakan kata yang menunjuk pada tidak adanya keseriusan. Dalam bahasa Indonesia keseharian 'mainan' adalah anonim dari 'beneran'. Dengan kata lain, bahwa kehidupan di dunia ini bukanlah sesuatu yang beneran, tapi hanya bohongan. Rumah di dunia adalah rumah-rumahan, kawin di dunia adalah kawin-kawinan dan begitulah seterusnya.
    Jika diterapkan penafsiran Imam Najmuddin dalam ayat ini, maka fase la'ibun ada fase pertama dari kehidupan manusia selama berumur 1-8 tahun yang berisikan permainan. Lihat saja anak-anak kita yang tidak terlalu banyak berpikir dalam usia tersebut. Bahkan begitu pentingnya permainan hingga diciptakanlah berbagai macam kelompok bermain (playgroup). Hal ini persis dengan apa yang dikatakan oleh Imam ar-Razi dalam tafsirnya Mafatihul Ghaib, bahwa la'ibun merupakan karakter anak-anak yang tidak pernah memikirkan manfaat dari apa yang dilakukannya, karena semua itu hanya sekedar permainan.
    Jama'ah Jum'ah Rahimakumullah
    Kedua lahwun adalah sifat lalai yang terdapat dalam diri manusia, lalai karena tidak terbiasa berpikir panjang atau sengaja tidak mau berpikir panjang. Apa yang dilakukan selalu menurut tuntutan hawa nafsu. Tawuran, kebut-kebutan semua dilakukan tanpa ada pertimbangan, asal hati senang maka kakipun melangkah. Inilah sifat yang melanda anak manusia dalam fase kedua kehidupannya, ketika remaja berumur 9-16 tahun.
    Ketiga zinatunbahwa dunia ini adalah perhiasan semata. Dunia seisinya tidak lebih dari asesoris kehidupan. Imam ar-Razi mengatakan bahwa fase ini banyak menerpa kaum hawa. Ketika umur telah mulai menginjak tujuh belas tahu, maka mulailah perempuan itu menyadari akan keperempuanannya. Mulailah apa yang disebut dengan masa kedewasaan. Diantara tanda-tandanya adalah berlama-lama di depan kaca. Mematut muka, merias diri, memperbesar apa yang sekiranya masih kecil dan berusaha memperbesarkannya.
    Begitu juga dengan masalah penampilan, fase kehidupan ini (17-24 tahun), anak manusia selalu ingin tampil mengagumkan. Motor harus ada, HP harus seri terbaru, kuliah harus diperguruan tinggi. Padahal jika dipikir lebih dalam, semua tuntutan itu hanya semakin menjauh dari subtansi kehidupan. Tidak peduli pengetahuan yang didapat, yang penting universitas yang terkenal. Tidak peduli dengan pantas atau tidak yang penting tampil keren dan mempesona. Sungguh semua itu adalah dalil betapa kehidupan dunia ini adalah asesoris belaka.
    Ma'asyiral Muslimin Rahimakumullah
    Keempat, tafakhurun baynakum artinyadunia menjadi tempat untuk saling bermegah-megahan, dunia menjadi media saling menyombongkan diri, atau dalam bahasa jawa disebut 'anggak-anggakan'. Baik saling menyombongan kepunyaan maupun ke'turunan'. Biasanya dalam fase ini antara umur 25-32 tahun anak manusia mulai mencari jati dirinya. Dalam pencarian itulah ada kalanya dia membanggakan nasabnya, atau membanggakan milik ayahnya hanya sekedar ingin terlihat lebih di antara sesama.
    Kelima takatsurun fil amwal, bahwa dunia ini adalah tempat memperbanyak harta dan keturunan. Inilah puncak dari fase kehidupan manusia ketika berumur 33 tahun dan seterusnya. Pada saat-saat inilah kita melihat semangat yang menggebu dalam diri manusia untuk berbisnis menumpuk harta Bahkan juga masa memanjakan anak dan keluarga. Maka janganlah heran jika para koruptor itu didominasi oleh orang orang muda yang ingin menumpuk harta.
    Keenam takatsurun fil aulad, fase ini merupakan kelanjutan dari fase sebelumnya. Jika menuruti pendapat Iman Najmuddin an-Nasafi, maka umur empat puluh ke atas adalah masa yang wajar seseorag mulai memperhatikan kepentingan anak dan cucu-cucunya. Memabanggakan dan terlalu memikirkan kehidupan mereka. Seolah tidak tega jika melihat anak dan cucu itu terlantar hidupnya, maka diteruskanlah fase sebelumnya, sehingga para berkorupsi demi anak cucu dan bernepotisme menjalin jejaring yang kuat untuk mempertahankan kekayaan dan kehidupannya.
    Maka menjadi tidak aneh, ketika kesempatan berkumpul dengan sesama dalam reoni keluarga atau reoni kawan lama yang akan dipertanyakan adalah berapa jumlah anak dan cucunya.
    Inilah, keadaan hidup di dunia. Jikalau kita tidak sekedar sadar diri niscaya kita akan terhanyut dalam arus yang makin menjauhkan hidup ini dari subtansinya. Semakin tersibukkanlah kita dengan remeh temeh keduniawian yang tidak ada putusnya, dunia bakagikan candu yang tidak mudah dihentikan.
    Hadirin Jama'ah Jum'ah yang Dimuliakan Allah
    Maka, begitulah remeh temeh perjalanan hidup di dunia dan betapa sebenatarnya kehidupan ini, sehingga ditamsilkan dalam ayat ini bagaikan umur tumbuhan yang tersiram , tumbuh, berbuah lalu hancur tak berbekas.
    كَمَثَلِ غَيْثٍ أَعْجَبَ الْكُفَّارَ نَبَاتُهُ ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَاهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ يَكُونُ حُطَامًا
    seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur.
    Oleh karena itulah sungguh beruntung mereka yang mengerti dan menyadarinya, lalu membenahi langkah dalam kehidupannya.
    بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإيَّاكُمْ ِبمَا ِفيْهِ مِنَ اْلآياَتِ وَالذكْر ِالْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ
    Khutbah II
    اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ اِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَاَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى اِلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا
    اَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا اَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهّ اَمَرَكُمْ بِاَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى اِنَّ اللهَ وَمَلآ ئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ اَبِى بَكْرٍوَعُمَروَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
    اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ اَعِزَّ اْلاِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ اَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ اِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! اِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِى اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوااللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرْ

Mengekang Nafsu demi Keselamatan Bangsa

    Mengekang Nafsu demi Keselamatan Bangsa
    Khotbah Jumat



    Rasulullah saw pernah bersabda "Walaupun engkau shalat sampai bungkuk, dan puasa sampai kurus seperti tali tampar, semua itu tidaklah diterima Allah swt tanpa wira'i". Mengapa konsep wira'i demikian penting? Karena konsep itulah yang dapat menyelamatkan bangsa dan negeri ini dari kebangkrutan.
    إن الحمد لله الذى أرسل رسوله بالهدى ودين الحق ليظهره على الدين كله. أرسله بشيرا ونذيرا وداعيا الى الله باذنه وسراجا منيرا. أشهد ان لا اله الا الله وحده لا شريك له. شهادة اعدها للقائه ذخرأ. واشهد ان محمدا عبده و رسوله. ارفع البرية قدرا. اللهم صل وسلم وبارك على سيدنا محمد وعلى أله وأصحابه وسلم تسليما كثيرا. أما بعد. فياأيها الناس اتقوالله حق تقاته ولاتموتن الا وأنتم مسلمون
    Hadirin Jama'ah Jum'ah yang Berbahagia
    Marilah kita renungkan betapa diri ini selalu terkesima dengan kemewahan dunia, yang tidak jarang menyeret kita dan keluarga serta orang-orang yang kita sayangi menuju api neraka. Padahal Allah swt dengan jelas memerintahkan kita untuk menyelamatkan diri kita dan mereka dari api nereka. Hanya dengan bertaqwalah kita dapat mengharap pertolongan-Nya agar mempermudah diri menunaikan kewajiban menyelamatkan diri dan keluarga.
    Jama'ah Jum'ah Rahimakumullah
    Kita sama-sama merasakan bahwa gelombang materialisme dalam berbagai lini kehidupan terasa menyempitkan rongga pernafasan bagi mereka yang tidak tahan dengan godaan. Materialism yang bergandengan dengan konsumerisme makin menjepit kejujuran dan hati nurani manusia.
    Mereka mendesak manusia untuk melepaskan diri dari kesederhanaan dan kemiskinan. Seolah tidak adalagi yang namanya sederhana yang ada hanyalah kemewahan. Tidak adalagi hidup sahaja yang ada adalah hidup berbelanja.
    Materialisme sebuah pemikiran yang mengedepankan bahwa harta dan dunia adalah segalanya. Kekayaan adalah nilai tertinggi dalam kehidupan manusia. Harta adalah solusi dan miskin adalah bencana. Sedangkan konsumerisme adalah polapikir yang menghembuskan semangat untuk membeli dan berbelanja, tidak untuk memenuhi kebutuhan hidup tetapi untuk menunjukkan kelas social dan posisi manusia di tengah manusia lainnya.
    Jama'ah yang Dirahmati Allah
    Hidup di zaman sekarang ini di tengah kota besar dan di daerah-daerah yang mulai berkembang. Menata hidup semakin agak rumit. Bukan karena sulitnya mencari uang, tetapi susahnya menemukan uang yang halal. Karena zaman dan kondisi memaksa semua hampir dicampur antara yang halal dan yang haram. Inilah yang disebut dengan syubhat.
    Makan di pinggir jalan, di restoran maupun di warung makan adalah halal, tetapi bila restoran itu menjual juga berbagai makanan haram, termasuk juga minuman keras, maka makanan kita menjadi syubhat.
    Menerima uang tanda terimakasih adalah halal, tetapi pemberinya adalah pengelola klub malam maka uang dalam amplop itu menjadi syubhat. Mengerjakan proyek dari kementrian sebagai rekanan adalah halal, tetapi bila order itu didapat dengan jalan lelang yang telah diatur dengan main mata, maka hasil proyeknya menjadi syubhat.
    membeli mobil cash atau kredit dengan dengan akad yang benar adalah halal, tetapi bunga yang terlalu tinggi dari pihal leashing menjadikan akad kita syubhat. Begitulah seterusnya dan selanjunya. Betapa hidup ini telah dirundung dengan kesyubhatan. Dan jarang sekali diantara kita yang mau mengaku dan mau berhati-hati menghindarkan diri dari syubhat. Hanya karena tuntutan nafsu untuk memiliki dan membeli.
    الحلال بين والحرام بين وبينهما أمور متشابهات
    Halal adalah perkara yang jelas dan haram juga perkara yang jelas, diantara keduanya adalah barang syubhat (barang samar yang tidak jelas)
    Tidak maksud khatib menakut-nakuti akan rumitnya kehidupan ini, tetapi hanya menghabarkan betapa Negara ini telah mengalami penurunan kwalitas akibat menuruti nafsu syubhat yang berlarut-larut. Karena jika syubhat terus diikuti dan dituruti maka kita akan jatuh kepada keharaman, dan keharaman akan menghantarkan pelakunya menuju lembah kenistaan.
    Maasyiral Muslimin Rahimakumullah
    Oleh karena itu, untuk mengekang nafsu kepemilikan yang bermuara pada konsumerisme dan materialism yang menjadi patron kehidupan modern. Ada baiknya kita belajar kembali kepada kebijakan local para sufi tentang wira'i yaitu konsep menjaga perilaku kehidupan dari berbagai barang syubhat apalagi barang haram.
    Karena umumnya manusia terpeleset karena terlalu banyak menuruti nafsu keinginan. Dan sebagain besar keinginan itu berada dalam kamar syubhat dan haram, sangat sedikit sekali keinginan yang beridentitaskan kehalalan. Maka cara menghindarinya adalah dengan menurunkan nafsu keinginan serendah-rendahnya. Semakin sedikit rasa keinginan manusia untuk memiliki , semakin sedikit ia tejebak dalam kesyubhatan.
    Syaikh Abdullah bin HIjazi al-Khalwati, dalam Syarah Hikam mengatakan ada empat hal yang dapat digunakan sebagai pegangan menghindar dari semangat menuruti nafsu keduniawian.
    Pertama, Shihhatul yaqinصحة اليقينyaitu yaqin benar akan adanya rizqi yang dibagikan oleh Allah swt. Cobalah ingatkan diri kita ketika ingin melakukan dan mengambil sesuatu yang berbau haram. Ingat bahwa tanpa melakukan itupun Allah swt akan memberikan rizqinya kepada kita. karena semua makhluk di bumi ini Allah swt telah siapkan rizqinya masing-masing. Maka janganlah kawatir tidak mendapat bagian atau terlewatkan.
    Bukankah cicak yang tidak bersayap itu juga medapatkan santapannya dari binatang yang bersayap? Apalagi kita manusia, yakinlah Allah pasti akan mencukupi kebutuhan kita. Tidak perlu ada rasa tamak dalam hati kawatir kalau-kalau tidak menadapatkan bagain ini atau itu. bukankah Allah swt sudah berjanji dengan ayat-Nya
    وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي الْأَرْضِ إِلا عَلَى اللَّهِ رِزْقُهَا
    Kedua, Kamalut ta'alluqi birabbil alamin,كمال التعلق برب العالمينmenggantungkan diri sepenuhnya kepada Allah swt. tentang rizqi janganlah sampai menggantungkan diri pada sesama manusia. Karena hal ini akan menyebabkan kita menjadi seorang peminta-minta. Seorang pengemis yang selalu mengharapkan berlas kasihan dan pemberian dari orang lain. Begitu besarnya harapan yang tersimpan dalam diri hingga mengabaikan rasa malu sebagai peminta-minta. الطمع يزيل الحياءNaudzubillah min dzalik.
    Pengemis di zaman sekarang ini beraneka ragam, mulai dari pengemis gembel, pengemis bergitar, pengemis bersorban, hingga pengemis berdasi. Semuanya berawal dari ketidak kuwasaan diri menghindar dari nafsu keinginan untuk memiliki.
    Oleh karena itu, sebagai seorang muslim yang sedang belajar wira'i maka sebaiknya marilah kita berusaha sekuat tenaga mencari yang halal, meskipun tidak seberapa. Yang penting usaha itu tidak merusak ibadah kita kepada Yang Maha Kuasa. Berjualan, menjadi sopir angkot, menjadi penyemir sepatu, menjadi tukang ojek. Sesungguhnya keringat yang terkucur itulah tanda kehalalan yang paling otentik.
    Suatu ketiak Rasulullah saw pernah ditanya shabat "ya Rasulullah saya memiliki seekor onta, manakah lebih baik Saya biarkan dengan bertawakkal, ataukah tali kemudian saya tawakkal?" Rasulullah saw menjawab "talilah dia kemudian kamu bertawakkal". Artinya, pasrah dan menggantungkan diri kepada Allah swt itu boleh dilakukan setelah ada usaha yang maksimal.
    Ketiga,Wujudus sukun ilaihi, وجود السكون اليهmerasa tenang dengan apa yang diberikan oleh Allah swt. Bahwasannya hidup dengan kekayaan atupun kesederhanaan juga hidup kecukupan semuanya dapat diterima dengan lapang dada. Kekurangan merupakan cobaan kemewahan juga merupakan ujian dari-Nya. Bagaimanapun keadaan hidup di dunia ini diterima dan dijalani dengan tenang dan tentram.
    Keempat, Thuma'ninatul qalbi bihi , طمأنينة القلب بهmerasa tenang ketika ingat bahwa segala yang berlaku tidaklah lain kecuali kehendak Allah swt. ini adalah urusan hati. Ketika segalanya berjalan dan terjadi pada diri kita, entah itu membuat diri kita nyaman atau enggan. Ingatlah dengan pesan Allah dalam Surat Ar-Ra'd ayat 28
    الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ أَلا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
    (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.
    Ma'asyiral Muslimin Rahimakumullah
    Demikianlah beberapa langkah awal belajar wira'i sebagai sarana memagari diri agar tidak terlalu hanyut dalam pusaran dunia yang sangat kuatnya. Begitu pentingnya posisi wirai hingga Rasulullah saw dalam haitsnya pernah berpesan sebagaimana diriwayatkan Imam Dilami
    لو صليتم حتى تكونوا كالحنايا وصمتم حتى تكونوا كالأوتاد لم يقبل الله منكم إلاّ بورع حاجز
    Walaupun kamu shalat seperti lengkung gapura (pintu masjid dalam ideom bahasa Indonesia sering diupamakan sampai bugkuk), dan kamu puasa hingga seperti tali tampar (karena saking kurusnya), semua itu tidak diterima oleh Allah swt jika tidak dibarengi dengan wia'i.
    Demikianlah khotbah Jum'ah kali ini, meskipun sekelumit semoga bermanfaat.
    بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإيَّاكُمْ ِبمَا ِفيْهِ مِنَ اْلآياَتِ وَالذكْر ِالْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ
    Khutbah II
    اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ اِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَاَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى اِلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا
    اَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا اَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَىوَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهّ اَمَرَكُمْ بِاَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى اِنَّ اللهَ وَمَلآ ئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ اَبِى بَكْرٍوَعُمَروَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
    اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ اَعِزَّ اْلاِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ اَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ اِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! اِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِى اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوااللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرْ