Hadis Tentang Ijtihad

Hadis Tentang Ijtihad

Assalamu’alaikum ...

Bismillah ...

1. Ijtihad Merupakan Langkah Penting dalam upaya mendapatkan kepastian hukum dari dalail yang bersifat ijtihad, coba jelaskan:· Dalil Al-Qur’anArtinya : Hai orang-orang yang beriman, ta'atilah Allah dan ta'atilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al-Qur'an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. (QS. An-Nissa; 59)Kebolehan ijtihad juga didasarkan pada firman Allah surat Al-Hasyir ayat 2: “…Maka ambillah (Kejadian itu) untuk menjadi pelajaran, Hai orang-orang yang mempunyai wawasan.”Melalui ayat ini Allah Memerintahkan orang-orang yang mempunyai pandangan untuk mengambil i'tibar (pelajaran) atas mala petaka yang menimpa kaum yahudi disebabkan tingkah laku mereka yang tidak baik sebagaimana dikemukakan pada awal ayat ini. Maksud dari ayat tersebut ialah: Maka jika kamu berselisih paham tentang sesuatu perkara, maka kembalikanlah kepada Allah dan Rasul….· Dalil HaditsDalil yang menceritakan tentang muaz bin jabal yang diutus nabi menjadi hakim di yaman. Dalam hadits ini terjadi dialog antara nabi dengan muaz, nabi saw bertanya kepada muaz, “bagaimana engkau memutuskan hukum ?”menjawab pertanyaan ini ia menjawab secara berurutan, “yaitu Al-Qur’an, kemudian dengan Sunnah, kemudian dengan melakukan ijtihad” . nabi kemudian membenarkan jawaban muaz ini dengan mengatakan: “segala puji bagi Allah yang telah memberi taufiq atas diri utusan nabi Allah dengan apa yang di ridhai Allah dan Nabi-NYA. “ (HR. Abu Daud).b. Langkah langkah apa yang harus dilakukan dalam berijtihad ialah:Apabila suatu kasus ditanyakan kepada seorang mujtahid, hendaklah ia mengkaji hukumnya pada nash-nash Al-Kitab, jika tidak menemukannya di sana, hendaklah mencarinya pada nash hadits mutawatir, jika tidak ditemukan juga, ia harus mencarinya dalam nash Hadits Ahad, jika disitu juga tidak ada, ia belum boleh melakukan qiyas, tetapi mesti mencarinya pada petunjuk zahir Al-Quran, jika menemukan petunjuk zahir, ia harus pula meneliti terlebih dahulu apakah ada qiyas atau Hadits yang mentakhsiskannya, apabila tidak dalil yang mentakhsis barulah ia menetapkan hukum berdasarkan petunjuk zahir tersebut.Jika sama sekali tidak menemukan hukum dari dua sumber itu, ia mesti meneliti fatwa-fatwa dari berbagai mazhab. Jika ternyata masalahnya telah mendapatkan ijma’, maka harus mengikuti ijma’ tersebut. Jika tidak ada ijma’ ia harus melakukan qiyas. Dalam menerapkan qiyas mesti memperhatikan kaedah-kaedah umum (kulliyah) yang harus didahulukan atas kaedah khusus (juz’iyah) seperti pembunuhan dengan benda berat, maka diutamakan prinsip pencegahan terjadinya pembunuhan. Kemudian jika tidak menemukan kaedah umum maka ia perlu meneliti nash-nash dan ijma’ yang ada. Jika kasus yang dihadapinya itu termasuk dalam cakupan nash atau ijma’, ia harus memberlakukan hukum tersebut dan jika hal ini tidak ditemukan, barulah ia beralih kepada qiyas mukhil (yang ‘illahnya sesuai dengan hukum).Jika hal ini tidak dapat dilakukan karena tidak ditemukan ‘illah yang sesuai, ia harus beralih kepada qiyas Al-Syabah dan jangan berpijak kepada metode thardi (yang ‘illahnya tak diketahui segi kesesuaiannya dengan hukum). Jika tidak ditemukan juga dari semua sumber di atas, ia harus berpijak pada istishhab ashl. Ketika terjadi pertentangan di antara dalil-dalil, jalan pertama yang harus ditempuh adalah mengkompromikannya dengan metode yang dapat diterima dikalangan ulama. Para ulama telah sepakat bahwa melakukan ijtihad itu hukumnya adalah wajib. Wajib bagi siapa ? Tentu, wajib bagi para Faqih atau Mujtahid yaitu mereka yang memiliki kapasitas dan otoritas dalam melakukan ijtihâd tersebut. Oleh karena itu, bagi mereka yang memiliki otoritas, seperti faqih dan mujtahid, wajib melakukan ijtihâd dan bagi orang awam tidak wajib melakukan ijtihâd.Adapun yang berhak melakukan ijtihad yakni orang yang mampu memenuhi syarat dan kriteria seorang mujtahid yaitu:· Syarat umum : Telah baligh/berakal dan ia harus beriman secara sempurna· Syarat khusus : mengetahui bahasa arab, mempunyai pengetahuan yang baik tentang al-Qur’an, memahami hadits Nabi, mempunyai pengetahuan yang luas tentang ijma’ para ulama begitu pula dengan qiyas, mempunyai pengetahuan tentang maksud syar’i dalam menetapkan hukum dan terakhir mujtahid harus mempunyai pengetahuan yang cukup tentang ushul fiqh.c. Sesuai Hadits Nabi Muhammad Saw dalam Shahihain yang diriwayatkan oleh Imam bukhari dan Imam Muslim ‘’Jika seorang hakim memutuskan hukum dengan berijtihad dan kemudian benar maka dia mendapat dua pahala, dan jika memutuskan hukum dengan berijtihad dan kemudian salah maka ia mendapat satu pahala” melalui hadits ini cukup untuk membuka pintu ijtihad dan hadits ini sangat menekankan pentingnya ijtihad apalagi disaat sekarang yang banyak bermunculan permasalahan baru yang belum ada hukumnya. Ijtihad tidak akan pernah terhenti karena ia merupakan kebutuhan umat islam sepanjang masa, sesuai dengan perkembangan dan kemajuan zaman. Sekiranya ijtihâd tidak ada, maka umat Islam akan menemukan problem dan mengalami kemunduran.d. Mujtahid fi at-Tarjih, karena kegiatan kita bukan mengistinbatkan hukum tapi kita masih dalam taraf membandingkan berbagai madzab atau pendapat dan kita dapat mentarjih atau memilih pendapat terkuat dari pendapat-pendapat yang sudah ada dengan memakai metode tarjih yang telah dirumuskan oleh ulama-ulama mujtahid sebelumnya. Dalam tingkatan ini kita sanggup mengemukakan di mana kelemahan dalil yang dipakai dan dimana keunggulannya.2. a. Ijma’ adalah kekuatan yang sangat besar dalam perkembangan syari’ah.Tidak saja sebagai sumber yang indEpenden, tetapi juga berkaitan dengan otoritas teks dan interpretasi terhadap Al-Qur’an dan sunnah itu sendiri, pada tingkat tertentu, rekaman awal Al-Qur’an dan seleksi sunnah telah menjadi otoritas dan terangkum melalui ijma’.Zaman sekarang banyak muncul Negara, yang banyak maupun sedikit penduduknya adalah muslim. Meskipun Negara tersebut sekalipun penduduk islamnya sedikit pemerintah masih membuat peraturan atau Undang-undang untuk umat islam. Jika persepakatan mujtahid dalam pemerintahan Negara tersebut dikatakan ijma’ maka ada kemungkinan terjadinya ijma' pada masa setelah Khalifah Utsman sampai sekarang sekalipun ijma' itu hanya dapat dikatakan sebagai ijma' lokal. keputusan hukum yang diambil oleh wakil-wakil umat Islam atau para mujtahid yang mewakili segala lapisan masyarakat umat Islam. Karena dapat dikatakan sebagai ulil amri sebagaimana yang tersebut pada ayat 59 surat an-Nisâ' atau sebagai ahlul halli wal 'aqdi. Mereka diberi hak oleh agama Islam untuk membuat undang-undang atau peraturan-peraturan yang mengatur kepentingan-kepentingan rakyat mereka.Hal yang demikian dibolehkan dalam agam Islam.Jika agama Islam membolehkan seorang yang memenuhi syarat-syarat mujtahid untuk berijtihad, tentu saja beberapa orang mujtahid dalam suatu negara boleh pula bersama-sama memecahkan permasalahan kaum muslimin kemudian menetapkan suatu hukum atau peraturan. Pendapat sebagai hasil usaha yang dilakukan orang banyak tentu lebih tinggi nilainya dari pendapat yang dilakukan oleh orang seorang. Kontroversi mengenai boleh tidaknya berIjma’ masih berlanjut dimasa sekarangkarena tidak adanya perangkat metodologi yang menghantarkan umat (baik ulama maupun umat islam pada umumnya) pada ijma dalam berbagai permasalahan. Dengan adanya sarana-sarana modern untuk organisasi, transportasi, komunikasi dan sebagainya, tentu permasalahan ijma’ di masa sekarang tidak menjadi masalah.b. Dalam surat Al Baqarah ayat 2 disebutkan:Artinya : “Dan sekali-kali mereka tidak akan mengingini kematian itu selama-lamanya, karena kesalahan-kesalahan yang telah diperbuat oleh tangan mereka (sendiri), dan Allah Maha Mengetahui siapa orang-orang yang aniaya.”Kemudian dari Hadits Nabi dari Ibnu 'Abbas ra, ia berkata ; Rasulullah SAW. bersabda: Tidak boleh berbuat kemudaratan (pada diri sendiri), dan tidak boleh berbuat kemudaratan (pada diri orang lain). (HR. Ibnu Majah, No.233)Melihat dua dalil di atas sesuatu yang membawa kemandharatan adalah haram. Akan tetapi yang menjadi persoalan adalah apakah merokok itu membawa mudarat ataukah tidak, dan terdapat pula manfaat ataukah tidak. Dalam hal ini tercetus persepsi yang berbeda dalam meneliti dan mencermati substansi rokok dari aspek kemaslahatan dan kemafsadatan. Perbedaan persepsi ini merupakan babak baru munculnya beberapa pendapat mengenai hukum merokok dengan berbagai argumennya. Seandainya semua sepakat, bahwa merokok tidak membawa mudarat atau membawa mudarat tetapi relatif kecil, maka semua akan sepakat dengan hukum mubah atau makruh.Demikian pula seandainya semuanya sepakat, bahwa merokok membawa mudarat besar, maka akan sepakat pula dengan hukum haram. Melihat kasus seperti itu dikembalikan kepada individunya msing-masing, jika rokok itu membawa membawa kemandharatan maka hukunya haram dan jika rokok itu tidak membawa kemandaratan maka hukumnya boleh dapat dinyatakan bahwa rokok bukanlah benda yang memabukan dan jika rokok membawa kemandaratan yang relatif kecil maka hukumnya makruh.3. Metode Istinbat Ormas (NU, Muhammadiyah dan MUI):a. Metode istinbath NU dibedakan menjadi 2 bagian :· Ketentuan umumDalam ketentuan ini dijelaskan mengenai al-kutub almu’tabarat (kitab standar) kemudian mengenai cara-cara bermazhab atau mengikuti aliran hukum fiqh dan keyakinan (akidah) tertentu.· System pengambilan keputusan hukum, dengan melalui beberapa prosedur yaitu :o Apabila telah terjawab dalam kitab standar, kemudian dalam kitab-kitab tersebut hanya satu qawl atau wajah, maka qawl itu dapat digunakan sebagai keputusan.o Apabila telah terdapat jawabannya dalam kitab-kitab standar tetapi terdapat beberapa qawl, maka yang dilakukan adalah taqrir jama’I untuk menentukan pilihan salah satu wajah atau qawl.o Apabila tidak ada jawabannya sama sekali dalam kitab standar,langkah yang dilakukan adalah ilhaqul masaili binadzoriha. Ilhaq dilakukan oleh ulama secara kolektif serta dengan memperhatikan mulhaq bih, mulhaq ilayh, wajh al-ihlaq.o Apabila tidak terdapat jawabannya dalam kitab standard an tidak memungkinkan melakukan ilhaq, maka langkah yang ditempuh adalah istinbath secara kolektif dengan prosedur bermazhab secara manhaji oleh para ahlinya.b. Metode istinbath MuhammadiyahMenelusuri metode istinbath Muhammadiyah, tidak bisa terlepas dari peran Majlis Tarjih (MT) dan Pengembangan Pemikiran Islam (PPI), MT-PPI membedakan 3 istilah teknis dalam ijtihad, yaitu :· Metode ijtihad :o Bayani (semantik), dengan pendekatan kebahasaano Ta’lili (rasional), dengan pendekatan berfikir (logis)o Istishlahi (filosofis), dengan pendekatan kemaslahatan· Pendekatan dalam berijtihad, yaitu:o Sejarah (tarikhiyyat)o Sosiologio Antropologio Hermenetik· Teknik ijtihad, yaitu:o Ijma’o Qiyaso Mashlih mursalato Al-,urfc. Metode istinbath MUI melalui 3 tahapan yaitu :· Dasar-dasar penetapan fatwaBahwa setiap fatwa didasarkan pada adiillat yang paling kuat dan membawa kemashlahatan bagi umat yang berdasarkan Al-Qur’an, Hadit, ijma’, qiyas dan dalil hukum yang lain.· Prosedur penetapan fatwa yaitu:o Setiap masalah yang diajukan MUI dibahas dalam rapat komisio Dihadirkan ahli yang berkaitano Ulama melakukan kajian terhadap pendapat para imam mazhab dan fuqaha dengan berbagai cara istidlal-nya dan kemaslahatan bagi umatnya.o Jika fuqaha memiliki ragam pendapat, komisi melakukan pemilihan pendapat melalui tarjih dan memilih salah satu pendapat yang difatwakan.o Jika terjih tidak mendapatkan produk hukum, komisi melaksanakan ilhaaqul masaili binadzoriha.o jika ilhaq tidak menghasilkan produk yang memuaskan, komisi dapat melakukanijtihad jama’I dengan menggunakan al-qawa’id al-ushuliyyat dan al-qawa’id al-fiqhiyyat.· Kewenangan MUI berfatwa tentango Masalah keagamaan yang bersifat umum dan menyangkut umat Islam Indonesia secara nasionalo Masalah keagamaan di suatu daerah yang diduga dapat meluas kedaerah lain.Contoh :1. Beberapa waktu lalu Majellis Tarjih dan Tajdid Muhammadiyah mengeluarkan fatwa Haram bagi rokok. Tapi sebaliknya, Nahdlatul Ulama malah memfatwakan mubah rokok. MUI lebih condong untuk memfatwakan rokok Haram bersyarat. "Artinya merokok tidak mutlak haram ataupun tidak mutlak mubah.2. Majelis Ulama Indonesia (MUI) dalam fatwanya menyatakan bahwa bayi tabung dengan sperma dan ovum dari pasangan suami-istri yang sah hukumnya mubah (boleh). Sebab, ini termasuk ikhtiar yang berdasarkan kaidah-kaidah agama.Namun, para ulama melarang penggunaan teknologi bayi tabung dari pasangan suami-istri yang dititipkan di rahim perempuan lain. "Itu hukumnya haram," papar MUI dalam fatwanya. Apa pasal? Para ulama menegaskan, di kemudian hari hal itu akan menimbulkan masalah yang rumit dalam kaitannya dengan warisan. Para ulama MUI dalam fatwanya juga memutuskan, bayi tabung dari sperma yang dibekukan dari suami yang telah meninggal dunia hukumnya haram. "Sebab, hal ini akan menimbulkan masalah yang pelik, baik dalam kaitannya dengan penentuan nasab maupun dalam hal kewarisan," tulis fatwa itu. Lalu bagaimana dengan proses bayi tabung yang sperma dan ovumnya tak berasal dari pasangan suami-istri yang sah? MUI dalam fatwanya secara tegas menyatakan hal tersebut hukumnya haram. Alasannya, statusnya sama dengan hubungan kelamin antarlawan jenis di luar penikahan yang sah alias zina.Nahdlatul Ulama (NU) juga telah menetapkan fatwa terkait masalah ini dalam forum Munas Alim Ulama di Kaliurang, Yogyakarta pada 1981. Ada tiga keputusan yang ditetapkan ulama NU terkait masalah bayi tabung: Pertama, apabila mani yang ditabung dan dimasukan ke dalam rahim wanita tersebut ternyata bukan mani suami-istri yang sah, maka bayi tabung hukumnya haram.Hal itu didasarkan pada sebuah hadis yang diriwayatkan Ibnu Abbas RA, Rasulullah SAW bersabda, "Tidak ada dosa yang lebih besar setelah syirik dalam pandangan Allah SWT, dibandingkan perbuatan seorang lelaki yang meletakkan spermanya (berzina) di dalam rahim perempuan yang tidak halal baginya."Kedua, apabila sperma yang ditabung tersebut milik suami-istri, tetapi cara mengeluarkannya tidak muhtaram, maka hukumnya juga haram. "Mani muhtaram adalah mani yang keluar/dikeluarkan dengan cara yang tidak dilarang oleh syara'," papar ulama NU dalam fatwa itu.Terkait mani yang dikeluarkan secara muhtaram, para ulama NU mengutip dasar hukum dari Kifayatul Akhyar II/113. "Seandainya seorang lelaki berusaha mengeluarkan spermanya (dengan beronani) dengan tangan istrinya, maka hal tersebut diperbolehkan, karena istri memang tempat atau wahana yang diperbolehkan untuk bersenang-senang." Ketiga, apabila mani yang ditabung itu mani suami-istri dan cara mengeluarkannya termasuk muhtaram, serta dimasukan ke dalam rahim istri sendiri, maka hukum bayi tabung menjadi mubah (boleh).Meski tak secara khusus membahas bayi tabung, Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah juga telah menetapkan fatwa terkait boleh tidak nya menitipkan sperma suami-istri di rahim istri kedua. Dalam fatwanya, Majelis Tarjih dan Tajdid mengung kapkan, berdasarkan ijitihad jama'i yang dilakukan para ahli fikih dari berbagai pelosok dunia Islam, termasuk dari Indonesia yang diwakili Mu hammadiyah, hukum inseminasi buat an seperti itu termasuk yang dilarang."Hal itu disebut dalam ketetapan yang keempat dari sidang periode ke tiga dari Majmaul Fiqhil Islamy dengan judul Athfaalul Anaabib (Bayi Tabung)," papar fatwa Majelis Tarjih PP Muhammadiyah. Rumusannya, "cara kelima inseminasi itu dilakukan di luar kandungan antara dua biji suami-istri, kemudian ditanamkan pada rahim istri yang lain (dari suami itu) ... hal itu dilarang menurut hukum Syara'." Sebagai ajaran yang sempurna, Islam selalu mampu menjawab berbagai masalah yang terjadi di dunia modern saat ini.3. Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin menegaskan, Muhammadiyah tidak perlu mengeluarkan fatwa mengenai mengenai haramnya infotaiment. Alasannya, fatwa yang disampaikan oleh Majelis Ulama Indonesia dan ulama NU telah sejalan dengan pendapat Muhammadiyah. Fatwa itu sudah disetujui oleh semua ulama, termasuk ulama Muhammadiyah. Sebelumnya, Nahdlatul Ulama memberikan fatwa haram kepada infotainment. Fatwa tersebut, seperti kata Ketua Pengurus Besar NU Hasyim Muzadi, diputuskan berdasarkan hasil Musyawarah Alim Ulama NU di Surabaya pada Juli 2006. PB NU menilai pemberitaan yang mengobral masalah pribadi dan keluarga berdampak buruk bagi masyarakat.

Demikian semoga bermanfaat.

Wasalam...

Hadist Riwayat Ibnu Majah

Hadist Riwayat Ibnu Majah

Assalamu’alaikum ...

Bismillah ...

Kumpulan nya :حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا زَيْدُ بْنُ الْحُبَابِ حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عَيَّاشٍ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ الْأَعْرَجِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَأَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ كَانَ لَهُ سَعَةٌ وَلَمْ يُضَحِّ فَلَا يَقْرَبَنَّ مُصَلَّانَا (روه ابن مجة)“Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abu Syaibah telah menceritakan kepada kami Zaid bin Al Hubbab telah menceritakan kepada kami Abdullah bin ‘Ayyasy dari Abdurrahman Al A’raj dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah saw. bersabda: “Barangsiapa memiliki keluasaan (untuk berkorban) namun tidak berkorban, maka janganlah ia mendekati tempat shalat kami.”(HR.Ibnu Majah).[1]Sedekah yang utama:ﺍَﻓْﻀَﻞُﺍََﺻﱠﺪَﻗَﺔِﺍَﻥْﻳَﺘَﻌَﻠﱠﻢَﺍْﻟﻤَﺮْﺍٔﺍُﻟْﻤُﺴْﻠِﻢُﻋِﻠْﻤًﺎﺛُﻢﱠﻳُﻌَﻠِّﻤُﻪُﺍَﺧَﺎﻩُﺍْﻟﻤُﺴْﻠِﻢَ( روه ابن ماﺟﺔ)“ sedekah yang lebih utama ialah bahwa seorang manusia yang muslim belajar, kemudian mengajarkannya kepada seorang muslim”.( HR. Ibnu Majah).[2]Kasih sayang mengatasi kemarahan:ﺍِﻥﱠﺍﻟﻠﱠﻪَﺗَﻌَﺎﻟَﻰﻟَﻤﱠﺎﺧَﻠَﻖَﻟْﻠﺨَﻠْﻖَﻛَﺘَﺐَﺑِﻴَﺪِﻩﻋَﻞَﻧَﻔْﺴِﻪِ:ﺍِﻥﱠﺭَﺣْﻤَﺘِﻰْﺗَﻐْﻠِﺐُﻏَﻀَﺒِﻰْ(روه ابن ﻣﺎﺟﺔ)“sesungguhnya Allah Ta’ala setelah menciptakan makhlukNya, menuliskan dengan tanganNya ( kemauan sendiri ) untuk diriNya : sesungguhnya ksih sayangKu melebihi marahKu.” ( HR. Ibnu Majah dari Abu Hurairah).[3]Mengantar tamu sampai kepintu:ﺍِﻥﱠﻣِﻦَﺍﻟﺴُّﻨََّﺔِﺍَﻥْﻳﱠﺨْﺮُﺝُﺍﻟﺮﱠﺟُﻞَﻣَﻊَﺿَﻴْﻔِﻪِﺍِﻟَﻰﺑﺎَﺏِﺍﻟﺪﱠﺍﻥِ(روه ابن ﻣﺎﺟﺔ)“ sesungguhnya termasuk sunnah (kebiasaan yang baik) seseorang keluar mengantarkan tamunya sampai ke pintu rumah.” (HR. Ibnu Majah).[4]Supaya menghargai nikmat Allah:ﺍُﻧْﻆُﺮُﻭْﺍﺍِﻟﻰَﻣَﻦْﻫُﻮَﺍَﺳْﻔَﻞَﻣِﻨْﻜُﻢْ‚ﻭَﻻَﺗَﻨْﻆُﺮُﻭْﺍﺍِﻟَﻰﻣَﻦْﻫُﻮَﻓَﻮْﻗَﻜُﻢْﻓَﻬُﻮَﺍَﺟْﺪَﺭُﺍَﻥْﻻَﺗَﺰْﺩَﺭُﻮْﺍﻧِﻌْﻤَﺔَﺍﻟﻠﱠﻪِﻋَﻠَﻴْﻜُﻢْ(روه ابن ماجة)“ memandanglah kamu kepada orang yang kurang dari kamu dan janganlah kamu memandang orang yang lebih dari kamu, dengan itu lebih wajar kamu tidak memandang enteng nikmat Allah kepada kamu.” (HR. Ibnu Majah).[5]مَنْ أَخَذَ أَمْوَالَ النَّاسِ يُرِيْدُ أَدَاءَهَا أَدَّى اللَّهُ عَنْه“Barangsiapa yang mengambil harta orang lain dengan maksud untuk melunasi (hutangnya) maka Alloh membayarkan dari hutangnya”. (HR. Ahmad, Bukhari, Ibnu Majah, dari Abu Hurairah).[6]وَعَنْ رَبِيْعِ ابْنِ سَبُرَةَ عَنْ أَبِيْهِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : ( إِنِّى كُنْتُ أَذِنْتُ لَكُمْ فِى اْلإِسْتِمْتَاعِ مِنَ النِّسَاءِ وَإِنَّ اللهَ قَدْ حَرَّمَ ذَالِكَ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ فَمَنْ كَانَ عِنْدَهُ مِنْهُنَّ شَيْئٌ فَلْيُحَلِّ سَبِيْلَهَا وَلاَ تَأْخُذُوْا مِمَّا أتَيْتُمُوْاهُنَّ شَيْئًا) أَخْرَجَهُ مُسْلِمٌ وَأَبُوْا دَاوُدَ وَالنَّسَائِىُّ وَابْنُ مَاجَهُ وَأَحْمَدُ وَابْنُ حِبَّانَ“Dari Rabi' Ibnu Saburah, dari ayahnya Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Aku dahulu telah mengizinkan kalian menikahi perempuan dengan mut'ah dan sesungguhnya Allah telah mengharamkan cara itu hingga hari kiamat. maka barangsiapa yang masih mempunyai istri dari hasil nikah mut'ah, hendaknya ia membebaskannya dan jangan mengambil apapun yang telah kamu berikan padanya”. (Riwayat Muslim, Abu Dawud, Nasa'i, Ibnu Majah, Ahmad, dan Ibnu Hibban).[7]عَنِ ابْنِ عَبَّاس رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا : أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى الله عليه وسلم قَالَ : إِنَّ اللهَ تَجَاوَزَ لِيْ عَنْ أُمَّتِي : الْخَطَأُ وَالنِّسْيَانُ وَمَا اسْتُكْرِهُوا عَلَيْهِ[حديث حسن رواه ابن ماجة والبيهقي وغيرهما]“Dari Ibnu Abbas radiallahuanhuma : Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda : “Sesungguhnya Allah ta’ala memafkan umatku karena aku (disebabkan beberapa hal) : Kesalahan, lupa dan segala sesuatu yang dipaksa”.(Hadits hasan diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan Baihaqi dan lainnya).[8]عَنْ أَبِي الْعَبَّاس سَهْل بِنْ سَعْد السَّاعِدِي رَضِيَ الله عَنْهُ قَالَ : جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ : ياَ رَسُوْلَ اللهِ دُلَّنِي عَلَى عَمَلٍ إِذَا عَمِلْتُهُ أَحَبَّنِيَ اللهُ وَأَحَبَّنِي النَّاسُ، فَقَالَ : ازْهَدْ فِي الدُّنْيَا يُحِبُّكَ اللهُ، وَازْهَدْ فِيْمَا عِنْدَ النَّاسِ يُحِبُّكَ النَّاسُ .[حديث حسن رواه ابن ماجة وغيره بأسانيد حسنة]“Dari Abu Abbas Sahl bin Sa’ad Assa’idi radhiallahuanhu dia berkata : Seseorang mendatangi Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam, maka beliau berkata : Wahai Rasulullah, tunjukkan kepadaku sebuah amalan yang jika aku kerjakan, Allah dan manusia akan mencintaiku, maka beliau bersabda: Zuhudlah terhadap dunia maka engkau akan dicintai Allah dan zuhudlah terhadap apa yang ada pada manusia maka engkau akan dicintai manusia”.(Hadits hasan riwayat Ibnu Majah dan lainnya dengan sanad hasan).[9]ﻛُﻠُﻮْﺍﺟَﻤِﻴْﻌًﺎﻭَﻻَﺗَﻔَﺮﱠﻗُﻮْﺍﻓَﺎِٕﻥﱠﺍْﻟﺒَﺮَﻛَﺔَﻣَﻊَﺍْﻟﺠَﻤَﺎﻋَﺔِ(رﻭﺍﻩﺑﻦﻣﺎﺟﺔ)“makan lah kamu bersama – sama dan jangan berpisah – pisah, karena seseungguhnya keberkatan itu dalam bersama”. ( diwiraytkan oleh Ibnu Majah).[10]ﺍَﻟﻠﱠﻬُﻢﱠﺍِﻧِّﻰﺍَﻋُﻮْﺫُﺑِﻚَﻣِﻦْﺧَﻠِﻴْﻞٍﻣﺎَﻛِﺮٍ‚ﻋَﻴْﻨَﺎﻩُﺗَﺮَﻳﺎَﻧِﻰ‚ﻭَﻗَﻠْﺒُﻪُﻳَﺮْﻋَﺎﻧِﻰ‚ﺍِﻥْﺭَﺍٰﻯٰﺣَﺴَﻨَﺔًﺩَﻓَﻨَﻬَﺎ‚ﻭَﺍِﻥْﺭَﺍٰﻯﺳَﻴَِّٔﺔًﺍِﺫَﺍﻋَﻬَﺎ(ﺭﻭﺍﻩﺍﺑﻦﻣﺎﺟﻪ)“Ya Allah! sesungguhnya aku berlindung kepada Engkau supaya dijauhkan dari teman yang curang: Kedua matanya melihat ku, hatinya memperlihatkanku “Kalau dia melihat yang baik (pada diriku) disembunyikannya, tetapi kalau dia melihat keburukan, disiarkannya.” (Diwirayatkan oleh Ibnu Majah).[11]الْكَيْسُ مَنْ دَانَ نَفْسَهُ وَعَمِلَ لِمَا بَعْدَ الْمَوْتِوَالْعَاجِزُ مَنْ أَتْبَعَ نَفْسَهُهَوَاهَا وَتَمَنَّى عَلَى اللَّهِ اْلأَمَانِيَّ“Orang yang cerdas ialah orang yang mampu menundukkan nafsu dan berbuat (beramal soleh) untuk kehidupan sesudah mati. Sedangkan orang yang lemah ialah orang yang menuruti dirinya mengikuti hawa nafsu dan berangan-angan agar Alloh menganugerahi sesuatu sesuai dengan yang diharapkan”.(HR. Ahmad, Turmudzi, Ibnu Majah, dan Haakim, dari Syadad bin Aus).[12]مُسْلِمٌ كُلِّ عَلَى فَرِيْضَة الْعِلْمِ طَلَبُ“Menuntut ilmu itu diwajibkan bagi setiap orang Islam”. (Riwayat Ibnu Majah, Al-Baihaqi, Ibnu Abdil Barr, dan Ibnu Adi, dari Anas bin Malik).[13]إِنَّمَا اْلأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ“Sungguh, amal itu hanyalah menurut niatnya”. (HR. Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi, Nasa’i, dan Ibnu Majah dari Umar ibn Khatthab).[14]وَعَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ - رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهُمَا- ( أَنَّ جَارِيَةً بِكْرًا أَتَتِ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم فَذَكَرَتْ: أَنَّ أَبَاهَا زَوَّجَهَا وَهِيَ كَارِهَةٌ , فَخَيَّرَهَا اَلنَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم ) رَوَاهُ أَحْمَدُ , وَأَبُو دَاوُدَ , وَابْنُ مَاجَهْ , وَأُعِلَّ بِالْإِرْسَالِ“Dari Ibnu Abbas Radliyallaahu 'anhu bahwa ada seorang gadis menemui Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam lalu bercerita bahwa ayahnya menikahkannya dengan orang yang tidak ia sukai. Maka Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam memberi hak kepadanya untuk memilih”. (Riwayat Ahmad, Abu Dawud, dan Ibnu Majah. Ada yang menilainya hadits mursal).[15]

Demikian semoga bermanfaat.

Wasalam...

Ajaran Islam Tentang Taaruf Atau Persahabatan

Ajaran Islam Tentang Taaruf Atau Persahabatan

Assalamu’alaikum ...

Bismillah ...

Apa sebenarnya arti taaruf dalam ajaran islam. Dalam islam sangat menganjurkan bagi kita untuk taaruf kepada sesama manusia. Pada kesempatan ini akan membahas tentang ajran islam dalam hal ta'aruf yang sangat dianjurkan. Di samping itu juga akan memaparkan pentingnya ajaran islam mengenai taaruf berserta dalil-dalilnya baik dari firman Allah dalam Al-Quran Al-Karim maupun dalam hadits Nabi Muhammad SAW.Baiklah, untuk mengwali bahasan tentang arti taaruf dan pentingnya taaruf, berikut ini adalah beberapa firman Allah terkait dengan anjuran dan ajaran Islam dalam taaruf.Firman Allah swt. dalam Al-Qur'an surat Al-Hujurat (49) ayat 13:Artinya: "Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal."Juga firman-Nya dala surat Ali 'Imran (3) ayat 112:Artinya: "Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka (berpegang) kepada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia...."Islam adalah agama yang mengajarkan kepada umatnya untuk menyayangi terhadap sesama makhluk. Manusia diciptakan Allah agar saling mengenal di antara sesamanya.Sabda Nabi Muhammad Rasulullah saw berkaitan dengan taaruf, sebagai berikut yang artinya:“Hak seorang Muslim terhadap Muslim lainnya ada enam: "Bila engkau bertemu dengannya, ucapkan salam kepadanya, bila dia mengundangmu, maka penuhilah undangannya, bila dia minta nasihat kepadamu, maka berilah dia nasihat, bila dia bersin dan membaca tahmid, maka doakanlah, semoga dia diberi rahmat, bila dia sakit, maka kunjungilah dia, dan bila dia meninggal, maka ikutlah mengantar jenazahnya ke kubur" (H.R. Bukhari dan Muslim).Dalam kehidupan sehari-hari ajaran Islam tentang ta'aruf atau perkenalan ini banyak dilakukan. Misalnya, ketika memasuki tahun pelajaran baru diadakan perkenalan bagi siswa-siswi baru kelas satu. Siswa-siswi kelas satu yang baru masuk harus saling mengenal antara sesama teman baru, dengan kakak-kakak kelasnya, dengan para guru, karyawan, lingkungan sekolah, dan sebagainya. Dengan taaruf tersebut siswa yang baru masuk akan menjadi akrab dengan sesama siswa, mengenal lingkungan sekolah sehingga diharapkan dapat belajar dengan nyaman dan tenang.Mungkin kita pernah mendengar istilah "Pawai Ta'aruf". Biasanya pawai taaruf ini diadakan pada acara-acara yang bernafaskan Islam, seperti acara Seleksi Tilawatil Qur'an (STQ) atau Musabaqah Tilawatil Qur'an (MTQ), Peringatan Hari Besar Islam (PHBI), seperti Peringatan Maulid Nabi Muhammad saw dan Isra'- Mikraj Nabi Muhammad saw. Maksud pawai taaruf tersebut adalah untuk mengakrabkan antara sesama peserta yang berasal dari berbagai daerah. Karena dengan keakraban tersebut akan tercipta suasana saling menghargai, saling menghormati, serta saling menyayangi. MTQ merupakan upaya untuk merapatkan tali silaturahmi sesama muslim.Berkaitan dengan taaruf adalah persahabatan. Dalam suatu perkenalan atau ta'aruf biasanya akan terlihat sifat-sifat dan perilaku seseorang, apakah orang tersebut baik untuk dijadikan sahabat atau tidak. Karena kenyataan menunjukkan tidak semua orang itu dapat kita dijadikan sebagai sahabat. Karena itu kita harus pandai-pandai menjaga diri dalam mengidentifikasi orang-orang yang dapat kita jadikan sahabat.Memang ada yang dijadikan sahabat itu dalam beberapa kondisi tertentu, misalnya: pertama, sebagai sahabat yang paling akrab dan selalu berhubungan dan kerja sama, hampir setiap hari mesti ketemu. Kedua, sebagai sahabat tetapi hanya sekedar sahabat karena tetangga atau karib kerabat. Ketiga, sahabat karena pernah bertemu dan diperantarai oleh sahabat lain yang sesungguhnya sekedar sebagai kenalan.Untuk tipe yang pertama, kita harus mampu menterjemahkan kriteria sahabat secara Qur'ani, yakni apakah calon sahabat itu telah memiliki aqidah Islam yang mantap, ibadahnya dan akhlaknya yang karimah. Ini tiga kriteria pokok, karena dari tiga ini akan muncul unsur-unsur kerjasama yang islami, seperti amanah, jujur, kasih sayang, sopan santun dan lain-lain yang kesemuanya itu berada dalam bingkai tauhid. Mengapa demikian? Karena dinamika sosial akan membawa perubahan dalam masyarakat itu sendiri, termasuk kita-kita yang ada di dalamnya. Perubahan yang menimbulkan hal-hal yang positif atau malah sebaliknya, maka dengan jurus-jurus di atas akan mudah kita atasi. Singkatnya bersyukur atas nikmat dan bersabar atas musibah, yang jika kita pakai sebagai rumus dalam menyelesaikan perubahan-perubahan, maka kita akan mampu melakukannya. Jika sementara belum mampu karena terbatasnya kemampuan kita sendiri, tetapi di saat- saat genting seperti itu kita lalu memohon intervensi Allah dalam menyelesaikan persoalan kita. Indah sekali peri kehidupan yang Islami itu. Sampai-sampai Nabi Muhammad SAW pernah bersabda:"Indah sekali orang Muslim itu, jika dia memperoleh nikmat, ia menikmatinya dan bersyukur kepada Allah yang memberinya ia nikmat. Dan itu amat baik baginya. Jika ia mendapat musibah, ia bersabar dan memohon kepada Allah agar dikuatkan kesabarannya. Dan itu pun baik baginya. Sebagai suatu cara hidup yang tidak kita jumpai pada umat yang lain".Untuk tipe yang kedua dan ketiga, kita tetap bersahabat dan selalu menjaga stabilitas persahabatan itu dengan mewaspadai segala kemungkinan yang bisa saja terjadi, dengan berpikir positif, tidak mudah terpengaruh dengan berita-berita yang mengagetkan namun perlu tabayyun (mengecek kebenarannya), dan selalu berpenampilan yang Islami.Perubahan sosial merupakan suatu keniscayaan, karena dinamika sosial itu sendiri, dan yang perlu kita sikapi ialah bagaimana agar dinamika sosial itu tidak berakibat negatif terhadap kehidupan Muslim. Salah satu contoh adalah bahwa tidak sedikit anak yang semula berakhlak baik, kemudian berubah menjadi anak yang berakhlak buruk karena anak tersebut bergaul dengan anak-anak yang suka merokok, minum-minuman keras, narkoba, dan dia dipengaruhi oleh mereka untuk ikut bersama-sama dalam pergaulan yang buruk itu.Dalam hal ini Allah mengingatkan kita dengan firman-Nya dalam Al-Qur'an surat Al-Kahfi (18) ayat 28 yang artinya sebagai berikut :"... dan janganlah engkau mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingat Kami, serta menuruti keinginannya dan keadaannya sudah melewati batas".Yang penting dalam ta'aruf itu adalah terjalinnya suatu hubungan yang harmonis antara kedua belah pihak, yang kelak dapat saling menguntungkan, baik sebagai muslim maupun dalam hubungan bisnis dan sosial kemasyarakatan, dengan senantiasa mempertahankan nilai-nilai kehidupan yang Islami. Agama Islam dengan Al-Qur'annya mengandung nilai-nilai yang universal, karena itu bergantung kepada kaum Muslimin, bagaimana dapat merealisasikan ajaran Islam itu dalam kehidupan yang nyata di dunia ini.

Demikian semoga bermanfaat.

Wasalam...

Hadis Dalil Kewajiban Dan Menghargai Guru

Hadis Dalil Kewajiban Dan Menghargai Guru

Assalamu’alaikum ...

Bismillah ...

Allah berfirman dalam surah al-Nahl ayat 43;فَسْئَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِن كُنتُمْ لاَتَعْلَمُونَ“Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui.”لَيْسَ مِنَّا مَنْ لَمْ يُجِلَّ كَبِيرَنَا، وَيَرْحَمْ صَغِيرَنَا، وَيَعْرِفْ لِعَالِمِنَا“Tidak termasuk golongan kami orang yang tidak memuliakan yang lebih tua dan menyayangi yang lebih muda serta yang tidak mengerti (hak) orang yang berilmu (agar diutamakan pandangannya).” (Riwayat Ahmad)Islam menganjurkan umatnya agar sentiasa berusaha mencari ilmu pengetahuan di samping berusaha untuk mempertingkatkan kemahiran dan penguasaan diri dalam pelbagai bidang. Selain itu, ilmu pengetahuan juga merupakan kunci kepada kebahagiaan hidup manusia di dunia, kerana sekiranya kita hidup tanpa ilmu, kemungkinan kita pada hari ini masih lagi berada dalam kemunduran dan kemiskinan. Oleh itu, jelaslah kepada kita bahawa ketinggian ilmu pengetahuan merupakan ukuran yang sangat penting dalam membezakan antara kemajuan dan kemunduran bagi sesuatu bangsa dan negara.Apabila kita berbicara tentang ilmu dan pendidikan bererti sekaligus kita meletakkan para guru dan pendidik sebagai golongan yang amat penting sebagai agen pembangunan dan perubahan minda ummah.Tugas seorang pendidik bukanlah satu tugas yang mudah dan bukan boleh dilakukan oleh semua orang. Justeru itu, kerjaya sebagai seorang pendidik dianggap sebagai satu tugas yang sangat mulia dan istemewa. Lebih-lebih lagi dalam era yang penuh mencabar ini, menuntut pengorbanan dan komitmen yang padu dalam mendidik anak bangsa menjadi insan yang cemerlang, berwibawa dan sentiasa mendapat petunjuk serta keredhaan dari Allah.Kerana itu, kita seharusnya bersyukur di atas pengorbanan dan jasa guru yang telah mendidik serta membimbing kita menjadi manusia yang baik pada hari ini. Baik guru yang terlibat secara langsung mendidik kita di sekolah mahupun diperingkat universiti dan tidak kurang penting juga kepada guru yang mengajar kita mengenal membaca ayat-ayat al-Quran, ilmu fardhu ain dan sebagainya. Tanpa bimbingan dan tunjuk ajar dari mereka kita tidak mempunyai asas yang kuat untuk mengamalkan kefardhuan asas dalam Islam. Kita sedar bahawa ilmu yang ada pada diri kita ini sebenarnya hanyalah sedikit. Ini jelas sebagaimana firman Allah dalam surah al-Kahfi ayat 109;قُل لَّوْ كَانَ الْبَحْرُ مِدَادًا لِّكَلِمَاتِ رَبِّي لَنَفِدَ الْبَحْرُ قَبْلَ أَن تَنفَدَ كَلِمَاتُ رَبِّي وَلَوْ جِئْنَا بِمِثْلِهِ مَدَدًا“Katakanlah wahai Muhammad, kalaulah seluruh lautan menjadi tinta untuk menulis kalimah-kalimah Tuhanku, sudah tentu akan habis kering lautan itu sebelum habis kalimah-kalimah Tuhanku, walaupun kami tambahi lagi dengan lautan yang sebanding dengannya sebagai bantuan.”Nabi Musa, Kaliimullah dengan segenap ketinggian maqomnya di hadapan Allah, tidak diizinkan untuk mengambil ilmu dari Khidir, sampai akhirnya percakapan berlangsung dan membuahkan hasil dengan sebuah syarat dari Khidir.فَلا تَسْأَلْنِي عَنْ شَيْءٍ حَتَّى أُحْدِثَ لَكَ مِنْهُ ذِكْراً“Khidir berkata, jika engkau mengikuti maka janganlah engkau menanyakanku tentang sesuatu apapun, sampai aku menerangkannya” (QS. Al Kahfi:70).Jangan bertanya sampai diizinkan, itulah syarat Khidir kepada Musa. Maka jika seorang guru tidak mengizinkannya untuk bertanya maka jangalah bertanya, tunggulah sampai ia mengizinkan bertanya. Kemudian, doakanlah guru setelah bertanya seperti ucapan, Barakallahu fiik, atau Jazakallahu khoiron dan lain lain. Banyak dari kalangan salaf berkata,ما صليت إلا ودعيت لوالدي ولمشايخي جميعاً“Tidaklah aku mengerjakan sholat kecuali aku pasti mendoakan kedua orang tuaku dan guru guruku semuanya.”Memandangkan kedudukan guru itu sangat mulia, maka sawajarnya mereka dihormati dan dikenang jasanya sepanjang hayat. Para sahabat dan salaf al-soleh merupakan suri tauladan umat manusia yang telah memberikan banyak contoh dalam menghormati seorang guru. Rasulullah sallallahualaihi wasallam bersabda;لَيْسَ مِنَّا مَنْ لَمْ يُجِلَّ كَبِيرَنَا، وَيَرْحَمْ صَغِيرَنَا، وَيَعْرِفْ لِعَالِمِنَا“Tidak termasuk golongan kami orang yang tidak memuliakan yang lebih tua dan menyayangi yang lebih muda serta yang tidak mengerti (hak) orang yang berilmu (agar diutamakan pandangannya).” (Riwayat Ahmad)Ar-Rabi’ bin Sulaiman berkata;مَا وَاللَّهِ اجْتَرَأْتُ أَنْ أَشْرَبَ الْمَاءَ وَالشَّافِعِيُّ يَنْظُرُ إِلَيَّ هَيْبَةً لَهُ“Demi Allah, aku tidak berani meminum air dalam keadaan al-Syafi’e melihatku kerana segan kepadanya.”Diriwayatkan oleh Imam al-Baihaqi rahimahullah, Umar bin al-Khattab radhiallahu ‘anhu mengatakan;تَوَاضَعُوا لِمَنْ تَعَلَّمُونَ مِنْهُ“Tawadhu’lah kalian terhadap orang yang mengajari kalian.”Manakala Imam al-Syafi’e rahimahullah berkata;كنت أصفح الورقة بين يدي مالك صفحًا رفيقًا هيبة له لئلا يسمع وقعها“Dulu aku membolak-balikkan kertas di depan gurunya (Imam Malik) dengan sangat lembut kerana segan kepadanya dan supaya dia tidak mendengarnya.”HORMATI GURUMUHARGAI GURUMUNISCAYA ILMUMU LEBIH DARI YANG DIAJARKANNYAsalam santun dari seorang Guru Muridnya Guru.

Demikian semoga bermanfaat.

Wasalam...

Hadis Tentang Tolong Menolong

Hadis Tentang Tolong Menolong

Assalamu’alaikum ...

Bismillah ...

Tanpa bantuan orang lain. Manusia sebagai makhluk Tuhan, tidak ada yang sempurna dan tidak bisa menyamai sang pencipta-Nya. Tidak ada seorang pun manusia yang dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain, sekaya apapun harta yang dimilikinya.1. Hadits riwayat Muttafaq Alaihاَلْمُؤْمِنُ لِلْمُؤْمِنِ كَالْبُنْيَانِ يَشُدُّبَعْضُهُ بَعْضًا (ثُمَ سَبَّكَ بَيْنَ اَصَابِعِهِ)Artinya :”Seorang mukmin terhadap mukmin lainnya seumpama bangunan saling mengokohkan satu dengan yang lain. (Kemudian Rasulullah SAW merapatkan jari-jari tangan beliau).” (HR. Muttafaq Alaih).2. Hadits riwayat Asysyihaabاَلْمُسْلِمُوْنَ يَدٌوَاحِدَةٌعَلَى مَنْ سِوَاهُمْArtinya : “Kaum muslimin ibarat satu tangan terhadap orang-orang yang di luar mereka.” (HR. Asysyihaab).3. Hadits riwayat Tirmidziيَدُاللهِ مَعَ الْجَمَاعَةِ،وَمَنْ شَذَّشَذَّإِلَى النَّارِArtinya : “Kekuatan disettakan kepada jama’ah. Barangsiapa menyimpang (serong dan memisahkan diri) maka dia menyimpang menuju neraka.” (HR. Tirmidzi)4. Hadits riwayat Bukhariهَاْتُنْصَرُوْنَ وَتُرْزَقُوْنَ إِلاَّبِضُعَفَائِكُمْArtinya : “Tiadalah kamu mendapat pertolongan (bantuan) dan rezeki kecuali karena orang-orang yang lemah dari kalangan kamu.” (HR. Bukhari)5. Hadits riwayat Ibnu Abi Addunia dan Asysyihaabعَوْنُكَ الضَّعِيْفَ مِنْ اَفْضَلِ الصَّدَقَةِArtinya : “Pertolonganmu terhadap orang lemah adalah sodaqoh yang paling afdol.”6. Hadits riwayat Ahmadوَاللهُ فِيْ عَوْنِ الْمَرْءِمَاكَانَ فِى عَوْنِ اَخِيْهِArtinya : “Allah selalu menolong orang selama orang itu selalu menolong saudaranya (semuslim).”7. Hadits riwayat Muslimمَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْ مِنٍ كُرْبَةًمِنْ كُرَبِ الدُّنْيَانَفَّسَ اللهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ.وَمَنْ يَسَّرَعَلَى مُعْسِرٍيَسَّرَاللهُ عَلَيْهِ فِى الدُّنْيَاوَالْاَخِرَةِ.وَمَنْ سَتَرَمُسْلِمًاسَتَرَاللهُ فِى الدُّنْيَاوَالْاَخِرَةِوَاللهُ فِى عَوْنِ الْعَبْدِمَامَاكَانَ الْعَبْدُعَوْنِ اَخِيْهِArtinya : “Barangsiapa yang berusaha melapangkan suatu kesusahan kepada seorang mukmin dari kesusahan-kesusahan dunia, maka Allah akan melapangkannya dari suatu kesusahan di hari kiamat dan barang siapa yang berusaha memberi kemudahan bagi orang yang kesusahan, maka Allah akan memberi kemudahan baginya di dunia dan akhirat. Barang siapa yang berusaha menutupi kejelekan orang Islam, Allah akan menutupi kejelekannya di dunia dan akhirat. Allah selalu membantu hamba-Nya selama hamba itu menolong sesame saudaranya.”Penjelasan dari 7 (ketujuh) hadits di atas adalah sebagai berikut :Setiap manusia hendaknya menyadari bahwa di dunia ini ada hukum sebab akibat. Adanya istilah kaya karena adanya orang-orang miskin. Adanya istilah kuat karena adanya orang yang lemah. Setiap orang harus menyadari kelebihan dan kekurangan yang dimilikinya.Kita sebagai makhluk Tuhan harus selalu saling menolong dan saling menghargai antara satu dengan yang lainnya. Hal ini bertujuan demi terwujudnya keharmonisan dan kedamaian dalam kehidupan bermasyarakat.Pertolongan dapat diberikan berupa harta benda, do’a, memberikan saran dan nasihat dan lain sebagainya. Islam menganjurkan kepada umatnya agar selalu tolong menolong antar sesama manusia. Pertolongan dapat diwujudkan dalam bentuk zakat, infak, wakaf dan lain-lain.

Demikian semoga bermanfaat.

Wasalam...

Sholawat Nabi Lengkap

Sholawat Nabi Lengkap

Assalamu’alaikum ...

Bismillah ...

Sholawat merupakan bentuk jamak dari kata sholat yang artinya Do’a. Oleh karena itu membaca sholawat kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam berarti sama saja seperti kita memohon atau berdoa kepada Allah Subhanahu wata’ala untuk Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam agar selalu dilimpahkan keberkahan dan keselamatan.Dasar Hukum SholawatPada dasarnya tujuan kita membaca sholawat adalah agar ketika di akhirat nanti mendapatkan syafaat Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam. Hukum sholawat sendiri ini ada di dalam Al-qur’an, bahkan tak hanya manusia Allah SWT dan para Malikatnya pun bersholawat.Innallaha wamalaaikatahu yusholluuna alannabi yaa ayyuhalladzina aamanu shollu alaihi wasallimuu tasliimaYang artinya : “Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman! Bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan kepadanya”. {QS. Al-ahzab (33) : 56}.Selain Al-qur’an, Rasulullah juga banyak menerangkan tentang sholawat di dalam haditsnya seperti hadits berikut : Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam pernah ditanya oleh sahabat tentang bacaan sholawat.Telah menceritakan kepada kami Ishaq bin Musa Al-Anshari, telah menceritakan kepada kami Ma’an, telah menceritakan kepada kami Malik bin Anas dari Nu’aim bin Abdul Al-Anshari dan Abdullah bin Zaid yang memimpikan adzan sholat memberitahunya dari Abu Mas’ud Al-Anshari berkata :Bahwa Rasulullah Shallaullahu ’alaihi wa Sallam mendatangi ketika kami di majelis Sa’ad bin Ubadah, kamudian Basyir bin Sa’ad berkata pada beliau: Allah memerintahkan kami untuk bersholawat kepadamu, lalu bagaimana kami bersholawat kepadamu.Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam diam hingga kami berharap (andai saja) dia tak bertanya. Setelah itu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ فِي الْعَالَمِينَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌYang artinya :“Ya Allah, limpahkanlah kesejahteraan kepada Nabi Muhammad dan keluargannya, sebagaimana engkau limpahkan kesejahteraan terhadap Ibrahim dan keluarganya, berkahilah Muhammad dan keluarganya sebagaimana engkau berkahi Ibrahim dan keluarganya dalam seluruh alam, sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Luhur, dan salam seperti yang telah diajarkan pada kalian”. {Hadits ini terlampir di dalam kitab Shohih Ibnu Hibban dan Sunan Attirmidzi}.Selain itu banyak hadits-hadits yang menceritakan tentang sholawat antara lain:Hadits dari Mas’ud Al-Anshari, Rasulullah mengajarkan sholawatاللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ فِي الْعَالَمِينَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ{HR. Malik dalam Al-Muwatha, Ahmad, Nasai, dan disahihkan Syuaib Al-Arnauth}.Dari Abu Thalhah, Rasulullah Shallallhu ‘alaihi wasallam mengajarkan bacaan sholawatاللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ وَبَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَآلِ إِبْرَاهِيمَ، إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ{HR. Nasai, At-Thahawi, dengan sanad yang shahih}.Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barang siapa yang bersholawat kepadaku sekali, maka Allah akan berikan balasan kepadanya sepuluh kali” {HR. Muslim}.Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Orang yang bakhil adalah orang yang apabila namaku disebut, ia tidak mengucapkan sholawat kepadaku” {HR. At-Tirmidzi}.Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya Allah mempunyai para malaikat yang senantiasa berkeliling di Bumi yang akan menyampaikan salam kepadaku dari umatku” {HR. An-Nasai}.Bacaan Sholawat Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam Lengkap ;Berikut ini adalah kumpulan sholawat lengkap yang bisa kamu aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍAllahumma shollii wasallim alaa nabiyyina MuhammadArtinya: “Ya Allah, limpahkanlah sholawat dan salam kepada Nabi kami Muhammad“.{HR. At-Thabrani melalui dua sanad yang baik, lihat Majma’ Az-Zawaid 10/120 dan shahih At-Targhib wat tarhib 1/273}.Dari Ka’ab bin Ujrahاللهم صل على محمد وعلى آل محمد كما صليت على إبراهيم وعلى آل إبراهيم إنك حميد مجيد اللهم بارك على محمد وعلى آل محمد كما باركت على إبراهيم وعلى آل إبراهيم إنك حميد مجيدArtinya: “Ya Allah berilah sholawat kepada Nabi Muhammad dan kepada keluarga Muhammad sebagaimana Engkau telah bershalawat kepada Ibrahim dan keluarga Ibrahim, sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia. Ya Allah, berkahilah Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaiman Engkau telah memberkahi Ibrahim dan keluarga Ibrahim, sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia”.{HR. Bukhari 4/118, 7/157, Muslim 2/17, Abu Dawud no. 979, An Nasa-i dalam “Sunan” nya 3/49, Ibnu Majah no. 905, Ahmad dalam “Musnad” nya 5/424, Baihaqi dalam “Sunanul Kubra” 2/150-151, Imam Malik dalam “Al Muwaththo’ 1/179 dan yang lainnya}.Dari Abu Humaid As Saa’diyاللهم صل على محمد وعلى أزواجه وذريته كما صليت على إبراهيم ، وبارك على محمد وعلى أزواجه وذريته كما باركت على إبراهيم ، إنك حميد مجيدArtinya: “Ya Allah, berilah sholawat kepada Muhammad dan kepada isteri-isteri beliau dan keturunannya, sebgaimana Engkau telah bersholawat kepada Ibrahim, Ya Allah, berkahilah Muhammad dan isteri-isteri beliau dan keturunannya, sebagaimana Engkau telah memberkahi Ibrahim, sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia”.{HR. Bukhari 4/118, 7/157, Muslim 2/17, Abu Dawud no. 979, An Nasa-i dalam “Sunan” nya 3/49, Ibnu Majah no. 905, Ahmad dalam “Musnad” nya 5/424, Baihaqi dalam “Sunanul Kubra” 2/150-151, Imam Malik dalam “Al Muwaththo’ 1/179 dan yang lainnya}.Dari Abu Hurairahاللهم صل على محمد و على آل محمد وبارك على محمد و على آل محمد كما صليت وباركت على إبراهيم وعلى آل إبراهيم إنك حميد مجيدArtinya: “Ya Allah berilah sholawat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad, dan berkahilah Muhammad dan keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau telah bersholawat dan memberkahi Ibrahim serta keluarga Ibrahim, sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Muia”.{HR. Ath Thowawiy dalam “Musykilul Atsaar” 3/75, An Nasa-i dalam “Amalul Yaum wal Lailah” no 47 dari jalan Dawud bin Qais dari Nu’aim bin Abdullah al Mujmir dari Abu Hurairah , Ibnul Qayyim dalam “Jalaa’ul Afhaam Fish Shalati Was Salaami ‘alaa Khairil Anaam (hal 13) berkata, “Isnad Hadist ini shahih atas syarat Syaikhaini (Bukhari dan Muslim), dan dishahihkan oleh Al Albani dalam “Sifaat sahalat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam“, hal 181}.Dalam menjali ibadah sehari-hari, terdapat sebuah perbuatan ringan apabila dilakukan, akan tetapi perbuatan tersebut dapat menimbulkan kedasayatan yang luar biasa.Sholawat merupakan sebuah ibadah yang tidak terbatas jumlah, waktu, maupun jaraknya. Maknanya yaitu apabila kita mengucapkan sholawat maka ia akan menembus jagat raya, didengar ileh para malaikat yang kemudian turut menyampaikan do’a manusia yang mengucapkannya, serta mampu menembus alam kubur hingga sampai kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam.Hal ini terdapat di dalam hadits, berikut lafadznya:مامنكم من أحدٍ سلّم علي إذا متُّ إلا جاءني جبريل فقال جبريل يا محمد هذا فلان ابن فلان يُقرئك السلام، فأقول وعليه السلام ورحمة الله وبركاته. (رواه أبو داودArtinya: “Tidak ada salah seorang di antara kamu yang mengucapkan salam kepadaku sesudah aku mati melainkan Malaikat Jibril datang kepadaku seraya mengucapkan: “wahai Muhammad, ini Filan bin Fulan mengucapkan salam untukmu, maka aku menjawab: “dan atasnya salam dan rahmat serta berkah dari Allah”. {HR. Abu Daud}.Pertama kali saya mendengar hadits ini rasanya langsung nancep ke dalam hati mak jlebb, kenapa bisa begitu? Bagaimana nggak jlebb, sedangkan Nabi Muhammad mendoakan keberkahan untuk orang yang bersholawat kepadanya. Maka nggak heran kalau Ustad Kondang Yusuf Mansur selalu mengajarkan sholawat dalam setiap menghadapi kehidupan.Dikabulnya hajat kita, baik di dunia maupun di akhirat. Sabda Nabi:من صلى علي في اليوم مائةَ مرّةٍ قضى الله له مائةَ حاجةٍ، سبعين منها في الآخرة وثلاثين في الدنيا“Barang siapa bersholawat untukku seraratus kali sehari, maka Allah akan memenuhi seratus hajatnya, 70 di akhirat nanti dan 30 sisanya di dunia”. {Kitab Jam’ul Jawami’ hal:796}.Sholawat mampu membersihkan dosa. Nabi bersabda:صلّو عليّ فإن الصلاة علي زكاةٌ لكم واسألوا الله لي الوسيلة، قالوا وما الوسيلة يا رسول الله؟ قال: أعلى درجةٍ في الجنة لا ينالها إلا رجلٌ واحدٌ وأنا ارجو أن يكون أنا هو. (رواه أحمد في مسنده)“Bacalah sholawat atasku, karena sesungguhnya sholawat atasku membersihkan dosa-dosamu, dan mintalah kepada Allah untukku wasilah”. Para sahabat bertanya: “Apakah wasilah itu”? Kemudian Rasulullah menjawab: “Derajat yang paling tinggi di surga yang hanya seorang saja yang akan memperolehnya dan aku berharap semoga akulah orang yang memperolehnya”.Akan mendapatkan sepuluh rahmat dari Allah dan menghapus sepuluh kesalahan. Nabi bersabda:من صلّى علي صلاةً واحدة صلى الله عليه عشر صلوات وحطّ عنه عشر خطيآت (رواه النسائي)“Barang siapa yang membaca sholawat atasku satu sholawat, maka Allah akan menurunkan sepuluh rahmat kepadanya dan menghapus kesalahannya” {HR. Nasai}.Terkabulnya do’aBahwasannya Umar bin Khattab Ra berkata: “Saya mendengar bahwa do’a itu ditahan di antara langit dan bumi, tidak akan bisa naik, sehingga dibacakan sholawat atas Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam”. {Atsar Hasan, Riwayat Tirmidzi}.

Demikian semoga bermanfaat.

Wasalam...

Hadits Tentang Wudhu

Hadits Tentang Wudhu

Assalamu’alaikum ...

Bismillah ...

BAB I Hadis Tentang Wudhu

PENDAHULUAN.

A.Latar BelakangPerintah wajib wudhu bersamaan dengan perintah wajib shalat lima waktu, yaitu satu tahun setengah sebelum tahun Hijriyah.Wudhu (الوضوء) adalah sebuah syari’at kesucian yang Allah SWT tetapkan kepada kaum muslimin sebagai pendahuluan bagi sholat dan ibadah lainnya. Di dalamnya terkandung sebuah hikmah yang mengisyaratkan kepada kita bahwa hendaknya seorang muslim memulai ibadah dan kehidupannya dengan kesucian lahir dan batin. Sebab asal kata ini sendiri berasal dari kata yang mengandung makna kebersihan dan keindahan (الحسن والنظافة) sebagaimana yang dijelaskan para ahli bahasa Arab.Syari’at Kesucian ini mengumpulkan banyak hikmah, faedah, dan fadhilah (keutamaan) yang menjelaskan urgensi dan kedudukannya di sisi Allah SWT. Sebab suatu amalan jika memiliki banyak faedah dan fadhilah, maka tentunya karena memiliki makanah aliyah (kedudukan tinggi).Wudhu’ disyari’atkan bukan hanya ketika kita hendak beribadah, bahkan juga disyari’atkan dalam seluruh kondisi. Oleh karena itu, seorang muslim dianjurkan agar selalu berada dalam kondisi bersuci (wudhu) sebagaimana yang dahulu yang dilazimi oleh Nabi saw dan para sahabatnya yang mulia. Mereka senantiasa berwudhu, baik dalam kondisi senang atau dalam kondisi susah dan kurang menyenangkan (seperti, saat musim hujan dan musim dingin). Kebiasaan berwudhu ini butuh kepada kesabaran tinggi, sebab kita terkadang terserang perasaan malas. Perasaan malas ini akan hilang saat kita mengetahui keutamaan wudhu.Oleh sebab itu, pada makalah ini penulis menuangkan tema tentang keutamaan-keutamaan wudhu, hukum, tata cara dan hal-hal yang membatalkannya agar setiap pembaca bisa mengerti lebih jauh tentang hakikat wudhu dan hal-hal yang berkaitan dengannya.B. Rumusan Masalah1. Keutamaan dan pahala wudhu.2. Hukum wudhu.3. Tata cara wudhu.4. Hal-hal yang membatalkan wudhu.C. Tujuan Penulisan1. Mengetahui keutamaan dan pahala wudhu.2. Mengetahui hukum wudhu.3. Mengetahui tata cara wudhu.4. Mengetahui hal-hal yang membatalkan wudhu.BAB IIPEMBAHASANA. Definisi WudluSecara etimologi, kata wudhu (الوضوء) merupakan bentuk masdar sima’i yang berasal dari kata توضّأ – يتوضّأ - وضوأ yang memiliki arti bersih dan indah. Secara terminologi, wudhu adalah penggunaan air yang suci untuk menyiram anggota tubuh tertentu yang telah dijelaskan oleh syariat dengan niat ibadah. Sedangkan wadhu’ adalah air yang digunakan untuk wudhu. Dalam redaksi yang lain mendefinisikan wudhu adalah membersihkan anggota-anggota wudhu untuk menghilangkan hadats kecil. Tentang anggota badan yang wajib dibasuh ketika wudhu adalah muka , kedua telapak tangan sampai dengan siku, sebagian kepala, dan kedua kaki sampai mata kaki.B. Keutamaan dan Pahala WudhuWudhu merupakan amalan yang utama lagi mulia. Wudhu merupakan syarat sah shalat yang merupakan tiang agama dan rukun Islam terpenting setelah syahadah. Karenanya, barang siapa yang mengerjakan shalat tanpa wudhu (bagi yang berhadats kecil) maka shalatnya tidak sah dan dia telah terjatuh ke dalam dosa besar, bahkan al-Hanafiah menghukumi kafirnya orang yang shalat tanpa thaharah karena dianggap mempermainkan shalat, walaupun pendapat ini adalah pendapat yang lemah.Dari Hammam bin Munabbih bahwa dia mendengar Abu Hurairah r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda:لاَ تُقْبَلُ صَلاَةُ مَنْ أَحْدَثَ حَتَّى يَتَوَضَّأَ. قَالَ رَجُلٌ مِنْ حَضْرَمَوْتَ: مَا الْحَدَثُ يَا أَبَا هُرَيْرَةَ؟ قَالَ: فُسَاءٌ أَوْ ضُرَاطٌ“Tidak akan diterima shalat seseorang yang berhadats hingga dia berwudhu.” Seorang laki-laki dari Hadhramaut bertanya, “Apa yang dimaksud dengan hadats wahai Abu Hurairah?” Abu Hurairah menjawab, “Kentut baik dengan suara atau tidak.” (HR. Bukhari Muslim).Diantara keutamaan dan pahala wudhu adalah:1. Orang yang berwudhu akan mendapatkan cahaya pada wajah, kedua tangan, dan kedua kakinya dengan sebab dia mencuci wajah, kedua tangan, dan kedua kakinya dalam berwudhu. Dari Abu Hurairah r.a. dari Nabi saw beliau bersabda:إِنَّ أُمَّتِي يُدْعَوْنَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ غُرًّا مُحَجَّلِينَ مِنْ آثَارِ الْوُضُوءِ فَمَنْ اسْتَطَاعَ مِنْكُمْ أَنْ يُطِيلَ غُرَّتَهُ فَلْيَفْعَلْ“Sesungguhnya umatku akan dihadirkan pada hari kiamat dengan wajah, tangan, dan kaki yang bercahaya karena bekas-bekas wudhu mereka. Karenanya barangsiapa di antara kalian yang bisa memperpanjang cahayanya maka hendaklah dia lakukan.” (HR. Bukhari Muslim)Asal makna ghurrah adalah bulu putih pada kepala kuda yang berbulu hitam, dan makna at-tahjil adalah bulu putih pada kaki-kaki kuda yang berbulu hitam. Makna memperpanjang wudhu adalah mengusahakan agar dirinya selalu di atas thaharah dengan cara selalu berwudhu setiap kali wudhunya batal walaupun tidak sedang akan shalat. Bukan maknanya menambah bagian tubuh yang dicuci melebihi apa yang ditetapkan oleh syariat.Syaikhul Islam Ibnu Taimiah menyatakan bahwa cahaya ini hanya dimiliki oleh umat Muhammad saw karena wudhu merupakan keistimewaan umat ini yang tidak diberikan kepada umat selainnya. Walaupun dalam hal ini yakni: Apakah wudhu ini disyariatkan pada umat sebelumnya atau tidak, ada perbedaan pendapat di kalangan ulama. Adapun bagi kaum muslimin yang meninggal dalam keadaan belum sempat berwudhu maka dia tidak akan mendapatkan cahaya ini, hanya saja dia tetap akan dikenali oleh Nabi saw sebagai umat beliau akan tetapi dengan tanda yang lain.2. Jika dia menyempurnakan wudhunya maka dosa-dosa yang diperbuat oleh anggota wudhunya akan keluar (terhapus) bersamaan dengan keluarnya tetesan air wudhunya. Karenanya disunnahkan untuk tidak menyeka air wudhu dengan kain karena hal itu akan menghilangkan tetesan wudhu. Dari Utsman bin Affan r.a. dia berkata: Rasulullah saw bersabda:مَنْ تَوَضَّأَ فَأَحْسَنَ الْوُضُوءَ خَرَجَتْ خَطَايَاهُ مِنْ جَسَدِهِ حَتَّى تَخْرُجَ مِنْ تَحْتِ أَظْفَارِهِ“Barangsiapa yang berwudhu lalu membaguskan wudhunya, niscaya kesalahan-kesalahannya keluar dari badannya hingga keluar dari bawah kuku-kukunya.” (HR. Muslim)Maksud memperbaiki wudhu adalah mengerjakannya secara sempurna (mencakup rukun, wajib, dan sunnah wudhu) sesuai dengan petunjuk Nabi saw.3. Barangsiapa yang berwudhu dengan seperti yang Nabi saw ajarkan maka akan diampuni semua dosanya yang telah berlalu. Maksudnya adalah dosa-dosa kecil, karena para ulama menyatakan bahwa dosa besar hanya bisa terhapus dengan taubat dan istighfar. Dari Utsman bin Affan r.a. bahwa beliau mendengar Nabi saw bersabda:مَنْ تَوَضَّأَ هَكَذَا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ وَكَانَتْ صَلَاتُهُ وَمَشْيُهُ إِلَى الْمَسْجِدِ نَافِلَةً“Barangsiapa berwudhu demikian niscaya akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu. Sedangkan shalat dan berjalannya dia ke masjid adalah dihitung sebagai amalan sunnah.” (HR. Muslim)4. Orang yang berwudhu dalam keadaan dingin yang sangat akan diangkat derajatnya oleh Allah dihapuskan dosa-dosanya dan pahalanya bagaikan dia tengah berjihad di jalan Allah. Pahala seperti ini juga didapatkan oleh orang setelah dia mengerjakan shalat dia tidak pulang ke rumahnya akan tetapi dia menunggu shalat berikutnya di masjid. Karenanya disunnahkan untuk berdiam di masjid (selama memungkinkan) untuk menunggu shalat berikutnya atau melakukan amalan yang menjadi wasilah kepadanya, misalnya mengadakan pengajian antara Maghrib dan Isya agar para jamaah tidak pulang tapi bisa mengikuti pengajian tentunya disertai dengan niat menunggu shalat Isya. Dari Abu Hurairah r.a. bahwa Rasulullah saw bersabda:أَلاَ أَدُلُّكُمْ عَلَى مَا يَمْحُو اللَّهُ بِهِ الْخَطَايَا وَيَرْفَعُ بِهِ الدَّرَجَاتِ؟ قَالُوا: بَلَى يَا رَسُولَ اللَّهِ. قَالَ: إِسْبَاغُ الْوُضُوءِ عَلَى الْمَكَارِهِ وَكَثْرَةُ الْخُطَا إِلَى الْمَسَاجِدِ وَانْتِظَارُ الصَّلاَةِ بَعْدَ الصَّلاَةِ، فَذَلِكُمْ الرِّبَاطُ.“Maukah kalian aku tunjukkan atas sesuatu yang dengannya Allah akan menghapus kesalahan-kesalahan dan mengangkat derajat?” Mereka menjawab, “Tentu, wahai Rasulullah.” Beliau bersabda, “Menyempurnakan wudhu pada keadaan yang dibenci (seperti pada keadaan yang sangat dingin), banyak berjalan ke masjid, dan menunggu shalat berikutnya setelah shalat. Maka itulah ribath, itulah ribath.” (HR. Muslim)Ribath adalah amalan berjaga di daerah perbatasan antara daerah kaum muslimin dengan daerah musuh. Maksudnya pahalanya disamakan dengan pahala orang yang melakukan ribath.C. Hukum WudhuOrang yang hendak mengerjakan shalat terlebih dahulu harus suci dari hadats kecil maupun hadats besar, berdasarkan QS. al-Maidah ayat 6, Allah SWT berfirman:$pkÁ9$# (#qè=Å¡øîbasuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki...”(Q.S Al-Maidah:6)Ibnu Umar berkata bahwa Nabi saw bersabda:قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: لا يقبل الله صلاة بغير طهور ولا صدقة من غلول.“Allah tidak menerima shalat tanpa bersuci dan bersedekah dari harta rampasan perang yang belum dibagi.” (HR. Muslim).Ayat 6 surat al-Maidah ini mewajibkan wudhu untuk shalat, menjelaskan anggota yang wajib dibasuh dan diusap di dalam berwudhu, dan memberi pembatasan tempat-tempat anggota wudhu. Begitu juga hadits yang diriwayatkan oleh Muslim di atas menerangkan bahwa Allah tidak menerima shalat seseorang yang masih berhadats. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa hukum mengerjakan wudhu adalah wajib.D. Tata Cara WudhuWudhu merupakan kunci dalam beribadah. Apabila wudhu seseorang sah maka ibadahnya akan diterima. Namun jika wudhunya tidak sah maka amal ibadahnya akan sia-sia. Oleh sebab itu, dibawah ini akan dijelaskan bagaimana tata cara wudhu yang sesuai dengan ajaran Nabi saw, di antaranya:1. BerniatDari Umar bin al-Khatthab radhiyallahu’anhu, dia berkata:قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّةِ وَإِنَّمَا لاِمْرِئٍ مَا نَوَى فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيبُهَا أَوِ امْرَأَةٍ يَتَزَوَّجُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ.“Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya setiap amal dinilai berdasarkan niatnya. Dan setiap orang akan mendapatkan balasan sesuai dengan apa yang dia niatkan. Barang siapa yang hijrahnya karena Allah dan rasul-Nya maka hijrahnya itu akan diterima oleh Allah dan rasul-Nya. Dan barang siapa yang hijrahnya karena perkara dunia yang ingin dia peroleh atau karena wanita yang ingin dinikahinya, maka hijrahnya hanya akan mendapat balasan sebagaimana yang diniatkannya.” (HR. Bukhari Muslim).2. Membaca bismilah sebelum wudhuDari Rabah bin Abdurrahman bin Abu Sufyan bin Huwaithib dari neneknya dari bapaknya, dia (Sa’id bin Zaid) berkata:سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ لاَ وُضُوءَ لِمَنْ لَمْ يَذْكُرْ اسْمَ اللَّهِ عَلَيْهِ“Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak ada wudhu bagi orang yang tidak menyebut nama Allah padanya.” (HR. Tirmidzi).Imam Tirmidzi rahimahullah mengatakan, Ahmad bin Hanbal mengatakan, “Aku tidak mengetahui di dalam bab ini satu hadits pun yang sanadnya bagus”. Ishaq mengatakan, “Apabila ada yang meninggalkan tasmiyah -ucapan bismillah- secara sengaja maka dia harus mengulangi wudhu, namun apabila dia lupa atau menta’wil maka dinilai sah wudhunya itu.” Muhammad bin Isma’il (Imam Bukhari) mengatakan, “Riwayat yang paling bagus di dalam bab ini adalah hadits Rabah bin Abdurrahman -yaitu hadits di atas-.”Dari Abu Hurairah r.a., dia berkata: Rasulullah saw bersabda:لاَ صَلاَةَ لِمَنْ لاَ وُضُوءَ لَهُ وَلاَ وُضُوءَ لِمَنْ لَمْ يَذْكُرِ اسْمَ اللَّهِ تَعَالَى عَلَيْهِ“Tidak ada sholat bagi orang yang tidak berwudhu. Dan tidak ada wudhu bagi orang yang tidak menyebut nama Allah ta’ala atasnya.” (HR. Abu Dawud).Syaikh al-Albani rahimahullah mengomentari hadits riwayat Abu Dawud di atas, “Saya katakan, ‘Ini adalah hadits yang sahih’. Pendapat ini dikuatkan oleh al-Mundziri dan al-Hafizh al-’Asqalani. Hadits ini dinilai hasan oleh Ibnu as-Shalah -dalam Nata’ij al-Afkar-. al-Hafizh Ibnu Katsir mengatakan, ‘Ini adalah hadits hasan atau sahih.’ Ibnu Abi syaibah mengatakan, ‘Ini hadits yang sah’.”Dari Katsir bin Zaid. Dia berkata: Rubaih bin Abdurrahman bin Abu Sa’id al-Khudri menuturkan kepadaku dari bapaknya dari kakeknya Abu Sa’id al-Khudri r.a., dia berkata: Rasulullah saw bersabda:لاَ وُضُوءَ لِمَنْ لَمْ يَذْكُرِ اسْمَ اللهِ عَلَيْهِ“Tidak ada wudhu bagi orang yang tidak menyebut nama Allah atasnya.” (HR. Ibnu Abi Syaibah dan Ibnu Majah).Hadits-hadits di atas membuktikan bahwa hadits tentang keharusan menyebut nama ketika berwudhu adalah satu kesatuan. Selain itu juga menunjukkan bahwa derajat yang dimiliki hadits ini adalah shahih dan memiliki asal usul yang jelas.3. Mendahulukan bagian yang kananDari ‘Aisyah radhiyallahu’anha, beliau berkata:كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُعْجِبُهُ التَّيَمُّنُ فِي تَنَعُّلِهِ وَتَرَجُّلِهِ وَطُهُورِهِ وَفِي شَأْنِهِ كُلِّهِ“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasanya sangat menyukai mendahulukan yang kanan dalam hal mengenakan sandal, bersisir, bersuci, dan dalam segala macam urusan beliau.” (HR. Bukhari).4. Membasuh kedua telapak tangan tiga kaliDari Ibnu Syihab yang mengatakan bahwa Atha’ bin Yazid al-Laitsi mengabarkan kepadanya:أَنَّ حُمْرَانَ مَوْلَى عُثْمَانَ أَخْبَرَهُ أَنَّ عُثْمَانَ بْنَ عَفَّانَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ دَعَا بِوَضُوءٍ فَتَوَضَّأَ فَغَسَلَ كَفَّيْهِ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ ثُمَّ مَضْمَضَ وَاسْتَنْثَرَ ثُمَّ غَسَلَ وَجْهَهُ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ ثُمَّ غَسَلَ يَدَهُ الْيُمْنَى إِلَى الْمِرْفَقِ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ ثُمَّ غَسَلَ يَدَهُ الْيُسْرَى مِثْلَ ذَلِكَ ثُمَّ مَسَحَ رَأْسَهُ ثُمَّ غَسَلَ رِجْلَهُ الْيُمْنَى إِلَى الْكَعْبَيْنِ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ ثُمَّ غَسَلَ الْيُسْرَى مِثْلَ ذَلِكَ ثُمَّ قَالَ رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَوَضَّأَ نَحْوَ وُضُوئِي هَذَا ثُمَّ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ تَوَضَّأَ نَحْوَ وُضُوئِي هَذَا ثُمَّ قَامَ فَرَكَعَ رَكْعَتَيْنِ لَا يُحَدِّثُ فِيهِمَا نَفْسَهُ غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ قَالَ ابْنُ شِهَابٍ وَكَانَ عُلَمَاؤُنَا يَقُولُونَ هَذَا الْوُضُوءُ أَسْبَغُ مَا يَتَوَضَّأُ بِهِ أَحَدٌ لِلصَّلاَة“Humran bekas budak Utsman memberitakan kepadanya bahwa Utsman bin Affan r.a. meminta diambilkan air wudhu kemudian dia berwudhu dengan membasuh kedua telapak tangannya sebanyak tiga kali. Kemudian dia berkumur-kumur dan ber-istintsar (mengeluarkan air yang dihirup ke hidung). Kemudian dia membasuh wajahnya tiga kali. Kemudian dia membasuh tangan kanannya hingga siku sebanyak tiga kali. Kemudian dia membasuh tangan kiri seperti itu pula. Kemudian dia mengusap kepalanya. Kemudian dia membasuh kaki kanannya hingga mata kaki sebanyak tiga kali. Kemudian dia membasuh kaki kiri seperti itu pula. Kemudian Utsman berkata: Aku melihat Rasulullah saw dulu berwudhu seperti yang kulakukan tadi. Kemudian Rasulullah saw bersabda, “Barang siapa yang berwudhu seperti caraku berwudhu ini kemudian bangkit dan melakukan sholat dua raka’at dalam keadaan pikirannya tidak melayang-layang dalam urusan dunia niscaya dosa-dosanya yang telah berlalu akan diampuni.” Ibnu Syihab mengatakan, “Para ulama kita dahulu mengatakan bahwa tata cara wudhu seperti ini merupakan tata cara wudhu paling sempurna yang hendaknya dilakukan oleh setiap orang.” (HR. Muslim).5. Berkumur-kumur dan istinsyaq tiga kaliDari Abdullah bin Zaid bin ‘Ashim al-Anshari, sedangkan beliau adalah tergolong sahabat Nabi. Dia -Yahya- berkata:قِيلَ لَهُ تَوَضَّأْ لَنَا وُضُوءَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَدَعَا بِإِنَاءٍ فَأَكْفَأَ مِنْهَا عَلَى يَدَيْهِ فَغَسَلَهُمَا ثَلَاثًا ثُمَّ أَدْخَلَ يَدَهُ فَاسْتَخْرَجَهَا فَمَضْمَضَ وَاسْتَنْشَقَ مِنْ كَفٍّ وَاحِدَةٍ فَفَعَلَ ذَلِكَ ثَلَاثًا ثُمَّ أَدْخَلَ يَدَهُ فَاسْتَخْرَجَهَا فَغَسَلَ وَجْهَهُ ثَلَاثًا ثُمَّ أَدْخَلَ يَدَهُ فَاسْتَخْرَجَهَا فَغَسَلَ يَدَيْهِ إِلَى الْمِرْفَقَيْنِ مَرَّتَيْنِ مَرَّتَيْنِ ثُمَّ أَدْخَلَ يَدَهُ فَاسْتَخْرَجَهَا فَمَسَحَ بِرَأْسِهِ فَأَقْبَلَ بِيَدَيْهِ وَأَدْبَرَ ثُمَّ غَسَلَ رِجْلَيْهِ إِلَى الْكَعْبَيْنِ ثُمَّ قَالَ هَكَذَا كَانَ وُضُوءُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ“Ada yang berkata kepada Abdullah bin Zaid, “Lakukanlah wudhu untuk kami sebagaimana tata cara wudhu Rasulullah saw.” Maka dia meminta dibawakan sebuah bejana -berisi air- kemudian dia mengambil air itu dengan telapak tangannya dan membasuh keduanya dengan air tersebut, hal itu dilakukannya sebanyak tiga kali. Kemudian dia masukkan tangannya untuk mengambil air kemudian dikeluarkannya untuk dipakai berkumur-kumur dan ber-istinsyaq/menghirup air ke hidung dari cidukan satu telapak tangan, dia melakukannya sebanyak tiga kali. Kemudian dia masukkan tangannya ke dalam air dan mengeluarkannya untuk membasuh wajahnya, dia melakukan itu sebanyak tiga kali. Kemudian dia masukkan tangannya ke dalam air dan mengeluarkannya untuk membasuh kedua tangannya hingga dua siku, hal itu dilakukannya sebanyak dua kali-dua kali (kanan dan kiri). Kemudian dia masukkan tangannya ke dalam air dan dikeluarkannya untuk mengusap kepala dari arah depan ke belakang lalu kembali ke bagian depan lagi. Kemudian dia membasuh kedua kakinya hingga dua mata kaki. Kemudian dia mengatakan, “Demikianlah cara berwudhu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.” (HR. Bukhari Muslim).6. Berwudhu dengan sekali basuhanDari Ibnu Abbas radhiyallahu’anhuma, dia berkata:تَوَضَّأَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَرَّةً مَرَّةً“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah berwudhu sekali-sekali -untuk tiap anggota badan yang dibersihkan- .” (HR. Bukhari).7. Berwudhu dengan dua kali basuhanDari Abdullah bin Zaid radhiyallahu’anhu:أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَوَضَّأَ مَرَّتَيْنِ مَرَّتَيْنِ“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berwudhu dua kali-dua kali.” (HR. Bukhari).8. Tidak boleh lebih dari tiga kaliDari Amr bin Syu’aib dari bapaknya dari kakeknya:أَنَّ رَجُلاً أَتَى النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ كَيْفَ الطُّهُورُ فَدَعَا بِمَاءٍ فِى إِنَاءٍ فَغَسَلَ كَفَّيْهِ ثَلاَثًا ثُمَّ غَسَلَ وَجْهَهُ ثَلاَثًا ثُمَّ غَسَلَ ذِرَاعَيْهِ ثَلاَثًا ثُمَّ مَسَحَ بِرَأْسِهِ فَأَدْخَلَ إِصْبَعَيْهِ السَّبَّاحَتَيْنِ فِى أُذُنَيْهِ وَمَسَحَ بِإِبْهَامَيْهِ عَلَى ظَاهِرِ أُذُنَيْهِ وَبِالسَّبَّاحَتَيْنِ بَاطِنَ أُذُنَيْهِ ثُمَّ غَسَلَ رِجْلَيْهِ ثَلاَثًا ثَلاَثًا ثُمَّ قَالَ هَكَذَا الْوُضُوءُ فَمَنْ زَادَ عَلَى هَذَا أَوْ نَقَصَ فَقَدْ أَسَاءَ وَظَلَمَ. أَوْ ظَلَمَ وَأَسَاءَ.“Bahwa ada seorang lelaki yang datang kepada Nabi saw lalu berkata, “Wahai Rasulullah, bagaimanakah cara bersuci?”. Maka beliau pun meminta dibawakan air di dalam ember lalu beliau membasuh kedua telapak tangannya sebanyak tiga kali. Kemudian beliau membasuh wajahnya sebanyak tiga kali. Kemudian beliau membasuh kedua lengannya sebanyak tiga kali. Kemudian beliau mengusap kepalanya lalu memasukkan dua jari telunjuknya ke dalam telinganya dan mengusap bagian luar daun telinga dengan kedua ibu jarinya, sedangkan kedua ibu jarinya digunakan untuk mengusap bagian dalam telinganya. Kemudian beliau membasuh kedua kakinya sebanyak tiga kali-tiga kali. Kemudian beliau berkata, “Demikianlah tata cara berwudhu. Barang siapa yang menambah atasnya atau mengurangi, sungguh dia telah berbuat jelek atau melakukan kezaliman.” atau “Berbuat kezaliman atau melakukan kejelekan.” (HR. Abu Dawud).Imam Bukhari rahimahullah mengatakan, Nabi saw telah menerangkan bahwa wajib wudhu dengan sekali basuhan/usapan untuk tiap anggota badan yang dibersihkan. Selain itu beliau juga berwudhu dua kali-dua kali, dan tiga kali-tiga kali. Namun, beliau tidak pernah lebih dari tiga kali. Para ulama tidak menyenangi perbuatan israf/berlebihan dalam hal itu dan melampaui perbuatan Nabi saw.9. Boleh berbeda bilangan ketika membasuhDari Amr dari bapaknya, dia berkata:شَهِدْتُ عَمْرَو بْنَ أَبِي حَسَنٍ سَأَلَ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ زَيْدٍ عَنْ وُضُوءِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَدَعَا بِتَوْرٍ مِنْ مَاءٍ فَتَوَضَّأَ لَهُمْ وُضُوءَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَكْفَأَ عَلَى يَدِهِ مِنْ التَّوْرِ فَغَسَلَ يَدَيْهِ ثَلَاثًا ثُمَّ أَدْخَلَ يَدَهُ فِي التَّوْرِ فَمَضْمَضَ وَاسْتَنْشَقَ وَاسْتَنْثَرَ ثَلَاثَ غَرَفَاتٍ ثُمَّ أَدْخَلَ يَدَهُ فَغَسَلَ وَجْهَهُ ثَلَاثًا ثُمَّ غَسَلَ يَدَيْهِ مَرَّتَيْنِ إِلَى الْمِرْفَقَيْنِ ثُمَّ أَدْخَلَ يَدَهُ فَمَسَحَ رَأْسَهُ فَأَقْبَلَ بِهِمَا وَأَدْبَرَ مَرَّةً وَاحِدَةً ثُمَّ غَسَلَ رِجْلَيْهِ إِلَى الْكَعْبَيْن“Aku melihat Amr bin bin Abi Hasan bertanya kepada Abdullah bin Zaid r.a. mengenai tata cara wudhu Nabi saw. Maka dia pun meminta dibawakan sebuah ember yang berisi air. Kemudian dia berwudhu untuk mereka sebagaimana cara wudhu Nabi saw. Dia mengambil air dengan tangan kemudian dituangkan di atas telapak tangannya dan membasuh kedua telapak tangan itu, sebanyak tiga kali. Kemudian dia memasukkan tangannya ke dalam ember lalu berkumur-kumur, beristinsyaq dan beristintsar dengan tiga kali cidukan telapak tangan. Kemudian dia masukkan tangannya ke dalam ember lalu membasuh wajahnya, sebanyak tiga kali. Kemudian dia membasuh kedua tangannya sebanyak dua kali hingga dua siku. Kemudian dia masukkan tangan ke dalam ember lalu mengusap kepalanya dari depan ke belakang terus ke depan lagi hanya sekali. Kemudian dia membasuh kedua kakinya hingga kedua mata kaki.” (HR. Bukhari Muslim)Hadits ini menunjukkan bahwa boleh membedakan bilangan ketika membasuh. Sebagaimana yang dilakukan Abdullah bin Zaid r.a. Beliau membasuh telapak tangan dan wajah tiga kali, sedangkan tangan hanya dua kali. Adapun kepala hanya sekali.An-Nawawi r.a. berkata, “Perbuatan ini boleh dilakukan, dan wudhu dengan tata cara seperti ini dinilai sah tanpa ada keraguan padanya. Namun yang disunnahkan adalah membersihkan anggota wudhu tiga kali-tiga kali, sebagaimana sudah kami terangkan.”10. Wajib meratakan basuhan ke semua bagian yang harus dibersihkanDari Abu Zubair dari Jabir. Dia berkata:أَخْبَرَنِى عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ أَنَّ رَجُلاً تَوَضَّأَ فَتَرَكَ مَوْضِعَ ظُفُرٍ عَلَى قَدَمِهِ فَأَبْصَرَهُ النَّبِىُّ -صلى الله عليه وسلم- فَقَالَ ارْجِعْ فَأَحْسِنْ وُضُوءَكَ. فَرَجَعَ ثُمَّ صَلَّى.“Umar bin al-Khatthab r.a. mengabarkan kepadaku bahwa ada seorang lelaki yang berwudhu dan meninggalkan bagian yang tidak dibasuh di atas kakinya seukuran kuku, lalu Nabi saw melihatnya. Maka beliau bersabda, “Kembalilah, perbaikilah wudhumu.” Lalu dia pun kembali dan kemudian mengerjakan sholat.” (HR. Muslim)An-Nawawi rahimahullah mengatakan, “Di dalam hadits ini terkandung pelajaran bahwa barang siapa yang meninggalkan sebagian kecil dari bagian yang seharusnya dibersihkan maka bersuci/thaharahnya dinilai tidak sah, ini merupakan perkara yang sudah disepakati.” Beliau juga mengatakan, “Hadits ini menunjukkan bahwa barang siapa yang meninggalkan anggota badan yang harus dibersihkan dalam keadaan tidak mengetahuinya maka thaharahnya tidak sah.”11. Membasuh wajah dengan kedua telapak tangan tiga kaliDari Atha’ bin Yasar dari Ibnu Abbas radhiyallahu’anhuma:أَنَّهُ تَوَضَّأَ فَغَسَلَ وَجْهَهُ أَخَذَ غَرْفَةً مِنْ مَاءٍ فَمَضْمَضَ بِهَا وَاسْتَنْشَقَ ثُمَّ أَخَذَ غَرْفَةً مِنْ مَاءٍ فَجَعَلَ بِهَا هَكَذَا أَضَافَهَا إِلَى يَدِهِ الْأُخْرَى فَغَسَلَ بِهِمَا وَجْهَهُ ثُمَّ أَخَذَ غَرْفَةً مِنْ مَاءٍ فَغَسَلَ بِهَا يَدَهُ الْيُمْنَى ثُمَّ أَخَذَ غَرْفَةً مِنْ مَاءٍ فَغَسَلَ بِهَا يَدَهُ الْيُسْرَى ثُمَّ مَسَحَ بِرَأْسِهِ ثُمَّ أَخَذَ غَرْفَةً مِنْ مَاءٍ فَرَشَّ عَلَى رِجْلِهِ الْيُمْنَى حَتَّى غَسَلَهَا ثُمَّ أَخَذَ غَرْفَةً أُخْرَى فَغَسَلَ بِهَا رِجْلَهُ يَعْنِي الْيُسْرَى ثُمَّ قَالَ هَكَذَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتَوَضَّأ“Suatu saat dia berwudhu dan sedang membasuh wajahnya. Dia mengambil seciduk air dengan telapak tangan lalu dia berkumur-kumur dengannya dan ber-istinsyaq. Kemudian dia mengambil seciduk air dengan satu telapak tangannya dan dituangkannya di atas telapak tangan yang satunya, kemudian dengan kedua belah telapak tangan itu dia membasuh wajahnya. Kemudian dia mengambil seciduk air untuk membasuh tangan kanannya, lalu mengambil seciduk air lagi untuk membasuh tangan kirinya. Kemudian dia mengusap kepalanya. Kemudian dia mengambil seciduk air dengan telapak tangannya lalu disiramkannya sedikit demi sedikit di kaki kanannya hingga terbasuh dengan sempurna. Kemudian dia mengambil seciduk lagi untuk membasuh kakinya, yaitu yang sebelah kiri. Kemudian dia -Ibnu Abbas- mengatakan, “Demikian itulah aku melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengerjakan wudhu.” (HR. Bukhari).12. Menyela-nyelai jenggotDari Anas bin Malik r.a.:كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا تَوَضَّأَ خَلَّلَ لِحْيَتَهُ وَفَرَّجَ أَصَابِعَهُ مَرَّتَيْنِ“Ketika beliau berwudhu menyela-nyelai jengotnya dan merenggangkan jari-jarinya dua kali.” (HR. Ibnu Majah).13. Membasuh kedua öNä3tƒÏ‰÷ƒr&ur ’n<Î) È,Ïanmu n siku...”(Q.S Al-Maidah:6)14. Mengusap rambut kepala cukup sekaliDari Abdurrahman bin Abi Laila, dia berkata:رَأَيْتُ عَلِيًّا رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ تَوَضَّأَ فَغَسَلَ وَجْهَهُ ثَلَاثًا وَغَسَلَ ذِرَاعَيْهِ ثَلَاثًا وَمَسَحَ بِرَأْسِهِ وَاحِدَةً ثُمَّ قَالَ هَكَذَا تَوَضَّأَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ“Aku melihat Ali bin Abi Thalib radhiyallahu’anhu melakukan wudhu, maka dia membasuh wajahnya tiga kali, membasuh kedua lengannya tiga kali, dan mengusap rambut kepalanya sekali saja. Kemudian Ali berkata, “Demikianlah cara berwudhu Rasulullah saw.” (HR. Abu Dawud).15. Boleh mengusap tiga kaliDari Humran, dia berkata:رَأَيْتُ عُثْمَانَ بْنَ عَفَّانَ تَوَضَّأَ فَذَكَرَ نَحْوَهُ وَلَمْ يَذْكُرْ الْمَضْمَضَةَ وَالِاسْتِنْشَاقَ وَقَالَ فِيهِ وَمَسَحَ رَأْسَهُ ثَلَاثًا ثُمَّ غَسَلَ رِجْلَيْهِ ثَلَاثًا ثُمَّ قَالَ رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَوَضَّأَ هَكَذَا وَقَالَ مَنْ تَوَضَّأَ دُونَ هَذَا كَفَاهُ وَلَمْ يَذْكُرْ أَمْرَ الصَّلَاةِ“Aku melihat Utsman bin Affan r.a. berwudhu. Kemudian dia menceritakan sebagaimana hadits sebelum ini, namun di dalamnya dia tidak menceritakan berkumur-kumur dan istinsyaq. Dan di dalam riwayat itu disebutkan bahwa Humran mengatakan: Dia -Utsman- mengusap rambut kepalanya sebanyak tiga kali. Kemudian dia membasuh kedua kakinya tiga kali. Lalu Utsman mengatakan, “Aku melihat Rasulullah saw berwudhu demikian. Dan beliau bersabda, ‘Barang siapa yang berwudhu kurang dari ini maka hal itu pun mencukupi baginya.’ Dan dia tidak menyebutkan tentang perkara sholat (sebagaimana yang ada pada riwayat Muslim di atas).” (HR. Abu Dawud).Al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah menjelaskan bahwa pendapat yang menyatakan bahwa mengusap kepala tiga kali termasuk Sunnah (ajaran Nabi) adalah pendapat yang diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah dan Ibnul Mundzir dari Anas, Atha’ dan yang lainnya. Abu Dawud pun meriwayatkan keterangan itu -mengusap kepala tiga kali- melalui dua jalur yang salah satunya dinilai shahih oleh Ibnu Khuzaimah dan ulama yang lain. Di dalam riwayat itu disebutkan bahwa Utsman mengusap kepalanya sebanyak tiga kali, sedangkan tambahan keterangan dari perawi yang terpercaya/tsiqah adalah informasi yang harus diterima (ziyadatu tsiqah maqbulah, istilah dalam ilmu hadits).Abu Thayyib Muhammad Syamsul Haq al-’Azhim Abadi rahimahullah mengatakan, “Kesimpulan hasil penelitian dalam masalah ini menunjukkan bahwa hadits-hadits yang menyebutkan sekali usapan adalah lebih banyak dan lebih shahih, dan ia lebih terjaga keabsahannya daripada hadits yang menyebutkan tiga kali usapan. Meskipun hadits-hadits tiga kali usapan tersebut juga berderajat shahih melalui sebagian jalannya, akan tetapi ia tidak bisa mengimbangi kekuatan hadits-hadits tersebut. Maka yang semestinya dipilih adalah mengusap sekali saja, walaupun mengusap tiga kali juga tidak apa-apa.”16. Kedua telinga termasuk bagian kepala yang harus diusapDari Utsman bin Abdurrahman at-Taimi. Dia berkata:سُئِلَ ابْنُ أَبِي مُلَيْكَةَ عَنْ الْوُضُوءِ فَقَالَ رَأَيْتُ عُثْمَانَ بْنَ عَفَّانَ سُئِلَ عَنْ الْوُضُوءِ فَدَعَا بِمَاءٍ فَأُتِيَ بِمِيضَأَةٍ فَأَصْغَاهَا عَلَى يَدِهِ الْيُمْنَى ثُمَّ أَدْخَلَهَا فِي الْمَاءِ فَتَمَضْمَضَ ثَلَاثًا وَاسْتَنْثَرَ ثَلَاثًا وَغَسَلَ وَجْهَهُ ثَلَاثًا ثُمَّ غَسَلَ يَدَهُ الْيُمْنَى ثَلَاثًا وَغَسَلَ يَدَهُ الْيُسْرَى ثَلَاثًا ثُمَّ أَدْخَلَ يَدَهُ فَأَخَذَ مَاءً فَمَسَحَ بِرَأْسِهِ وَأُذُنَيْهِ فَغَسَلَ بُطُونَهُمَا وَظُهُورَهُمَا مَرَّةً وَاحِدَةً ثُمَّ غَسَلَ رِجْلَيْهِ ثُمَّ قَالَ أَيْنَ السَّائِلُونَ عَنْ الْوُضُوءِ هَكَذَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتَوَضَّأُ“Ibnu Abi Mulaikah pernah ditanya mengenai wudhu, maka dia menjawab: Aku pernah melihat Utsman bin Affan r.a. ditanya tentang wudhu. Maka beliau meminta diambilkan air. Lalu didatangkan kepadanya sebuah timba berisi air lalu dia ambil air itu dengan memasukkan tangan kanannya ke dalam air. Kemudian dia berkumur-kumur tiga kali dan beristintsar tiga kali. Lalu dia membasuh wajahnya tiga kali. Kemudian dia membasuh tangan kanannya tiga kali dan membasuh tangan yang kiri juga tiga kali. Kemudian dia masukkan tangannya ke dalam timba itu dan mengambil air untuk mengusap kepala dan kedua daun telinganya. Dia membasuh (mengusap) bagian dalam kedua telinga itu dan bagian luarnya, dia melakukan itu hanya sekali. Kemudian dia membasuh kedua kakinya, lalu dia berkata, “Manakah orang-orang yang bertanya mengenai wudhu tadi? Demikian itu tadi cara berwudhu Rasulullah saw yang aku saksikan.” (HR. Abu Dawud).Diterangkan oleh penulis Syarah Sunan Abu Dawud bahwa hadits ini menunjukkan bahwa untuk mengusap telinga dipakai air yang sama dengan air yang dipakai untuk mengusap kepala. Kemudian yang dimaksud dengan kata ghasala (membasuh) dalam hadits di atas ketika menceritakan tata cara mengusap telinga, maksudnya adalah ‘mengusap’.17. Membasuh kaki hingga mata kaki, kanan tiga kali lalu kiri tiga kaliHumran bekas budak Utsman memberitakan:أَنَّ عُثْمَانَ بْنَ عَفَّانَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ دَعَا بِوَضُوءٍ فَتَوَضَّأَ فَغَسَلَ كَفَّيْهِ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ ثُمَّ مَضْمَضَ وَاسْتَنْثَرَ ثُمَّ غَسَلَ وَجْهَهُ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ ثُمَّ غَسَلَ يَدَهُ الْيُمْنَى إِلَى الْمِرْفَقِ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ ثُمَّ غَسَلَ يَدَهُ الْيُسْرَى مِثْلَ ذَلِكَ ثُمَّ مَسَحَ رَأْسَهُ ثُمَّ غَسَلَ رِجْلَهُ الْيُمْنَى إِلَى الْكَعْبَيْنِ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ ثُمَّ غَسَلَ الْيُسْرَى مِثْلَ ذَلِكَ ثُمَّ قَالَ رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَوَضَّأَ نَحْوَ وُضُوئِي هَذَا ثُمَّ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ تَوَضَّأَ نَحْوَ وُضُوئِي هَذَا ثُمَّ قَامَ فَرَكَعَ رَكْعَتَيْنِ لَا يُحَدِّثُ فِيهِمَا نَفْسَهُ غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ قَالَ ابْنُ شِهَابٍ وَكَانَ عُلَمَاؤُنَا يَقُولُونَ هَذَا الْوُضُوءُ أَسْبَغُ مَا يَتَوَضَّأُ بِهِ أَحَدٌ لِلصَّلَاة“Bahwa Utsman bin Affan r.a. meminta diambilkan air wudhu kemudian dia berwudhu dengan membasuh kedua telapak tangannya sebanyak tiga kali. Kemudian dia berkumur-kumur dan ber-istintsar (mengeluarkan air yang dihirup ke hidung). Kemudian dia membasuh wajahnya tiga kali. Kemudian dia membasuh tangan kanannya hingga siku sebanyak tiga kali. Kemudian dia membasuh tangan kiri seperti itu pula. Kemudian dia mengusap kepalanya. Kemudian dia membasuh kaki kanannya hingga mata kaki sebanyak tiga kali. Kemudian dia membasuh kaki kiri seperti itu pula. Kemudian Utsman berkata: Aku melihat Rasulullah saw dulu berwudhu seperti yang kulakukan tadi. Kemudian Rasulullah saw bersabda, “Barang siapa yang berwudhu seperti caraku berwudhu ini kemudian bangkit dan melakukan sholat dua raka’at dalam keadaan pikirannya tidak melayang-layang dalam urusan dunia niscaya dosa-dosanya yang telah berlalu akan diampuni.” Ibnu Syihab mengatakan, “Para ulama kita dahulu mengatakan bahwa tata cara wudhu seperti ini merupakan tata cara wudhu paling sempurna yang hendaknya dilakukan oleh setiap orang.” (HR. Bukhari Muslim).18. Kaki tidak cukup diusapDari Abdullah bin Amr radhiyallahu’anhuma, dia berkata:تَخَلَّفَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنَّا فِي سَفْرَةٍ سَافَرْنَاهَا فَأَدْرَكَنَا وَقَدْ أَرْهَقْنَا الْعَصْرَ فَجَعَلْنَا نَتَوَضَّأُ وَنَمْسَحُ عَلَى أَرْجُلِنَا فَنَادَى بِأَعْلَى صَوْتِهِ وَيْلٌ لِلْأَعْقَابِ مِنْ النَّارِ مَرَّتَيْنِ أَوْ ثَلَاثًا“Nabi saw tertinggal dari rombongan dalam sebuah perjalanan yang kami lakukan. Kemudian beliau berhasil menyusul kami sementara waktu ‘Ashar sudah hampir habis. Kami pun tergesa-gesa berwudhu dan hanya mengusap kaki kami. Maka beliau pun berseru dengan suara yang tinggi, “Celakalah tumit-tumit yang tidak terbasuh air karena ia akan terkena panasnya api neraka.” Beliau mengucapkannya dua atau tiga kali.” (HR. Bukhari Muslim).19. Membaca doa setelah wudhuDari ‘Uqbah bin ‘Amir , dia berkata:كَانَتْ عَلَيْنَا رِعَايَةُ الْإِبِلِ

Demikian semoga bermanfaat.

Wasalam...

Hadis Peristiwa Akhir Zaman

Hadis Peristiwa Akhir Zaman

Assalamu'alaikum Wa Rahmatullaahi Wa Barakatuh.Al-hamdu lillaahi rabbil Aalamiin.Asyhadu allaa ilaaha illaallaah wahdahu Laa syarikalahu, wa asyhadu ana Muhammadan 'abduhu wa rusuluh shallallahu 'alaihi wa 'alaa aali wa shohbihi wasallam tasliyma,Amma ba'du.Hari Qiamat pasti terjadi, Pada waktu itu langit akan pecah, gunung-gunung akan beterbangan, bumi dan seisinya akan hancur lebur..Sebelum itu banyak peristiwa besar akan terjadi, sebagai tanda hampir tiba waktunya.., kemerosotan Ummat Islam, para Ulama berkurang, ujian berat yang menggugat iman, kemungkaran leluasa ditengah-tengah Masyarakat, keruntuhan moral, gempa bumi demi gempa bumi, peperangan demi peperangan .....Buku "Empat puluh Hadits tentang Peristiwa Akhir Zaman" disusun Ustadz Abu Ali Al-Banjari An-Nadwi, menyebutkan tanda-tanda hari Qiamat yang sekarang ini telah dan sedang kita rasakan, bahkan berdebaran jantung dunia senantiasa akan dikejutkan oleh peristiwa-peristiwa ganjil yang akan datang silih berganti.Selain itu, buku ini akan menolong para pembaca untuk mengetahui golongan-golongan yang sesat dan memaparkan kepada mereka haluan keselamatan.KANDUNGAN1 Jangan Mudah Menyalahkan Orang LainDari Abu Hurairah Ra., bahwasanya Rasullullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: "Jika ada seseorang berkata, "Orang banyak (sekarang ini) sudah rusak", maka orang yang berkata itu sendiri yang paling rusak di antara mereka." (HR. Muslim)KeteranganImam Nawawi ketika menulis Hadis ini dalam kitab Riyadhus-Shalihin, beliau memberikan penjelasan seperti berikut: "Larangan semacam di atas itu (larangan mengatakan orang banyak telah rusak) adalah untuk orang yang mengatakan sedemikian rupa dengan tujuan rasa bangga pada diri sendiri, sebab dirinya tidak rusak, dengan tujuan merendahkan orang lain dan merasa dirinya lebih mulia daripada mereka. Maka yang demikian ini adalah haram.Adapun orang yang berkata seperti ini karena ia melihat kurangnya perhatian orang banyak terhadap agama mereka serta di dorong oleh perasaan sedih melihat nasib yang dialami oleh mereka, dan timbul dari perasaan cemburu terhadap agama, maka perkataan itu tidak ada salahnya.Hadis ini sengaja diletakkan di permulaan buku ini supaya menjadi suatu peringatan kepada Umat Islam bila menerangkan Hadis-hadis akhir zaman seperti apa yang dituliskan disini yang banyak menyingkap tentang kemunduran umat Islam dan kemerosotan moral mereka. Oleh karena itu, kita coba mengaitkan hadits-hadis tersebut dengan realitas umat Islam dewasa ini, maka janganlah kita merasa bangga dan 'ujub dengan diri sendiri, bahkan hendaklah kita menegur diri kita masing-masing dan jangan seenaknya menuding orang lain.Walaupun kerusakan moral umat Islam dewasa ini perlu dibicarakan untuk tujuan perbaikan, namun penyingkapannya itu perlu dalam bentuk yang sehat dan dengan perasaan yang penuh kasih sayang serta dengan rasa cemburu terhadap agama, bukan dengan perasaan bangga diri dan memandang rendah kepada orang lain.Mudah-mudahan Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan limpah karunia-Nya mencucuri kita rahmat, taufiq dan hidayah.2 Mengapa Dunia Islam Menjadi Sasaran PemusnahanDari Ummul Mukminin Zainab binti Jahsy (isteri Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam), beliau berkata: "(Pada suatu hari) Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam masuk ke dalam rumahnya dengan keadaan cemas sambil bersabda, "La ilaha illallah, celaka (binasa) bangsa Arab dari kejahatan (malapetaka) yang sudah hampir menimpa mereka. Pada hari ini telah terbuka bagian dinding Ya'juj dan Ma'juj seperti ini", dan Baginda menemukan ujung ibu jari dengan ujung jari yang sebelahnya (jari telunjuk) yang dengan itu mengisyaratkan seperti bulatan. Saya (Zainab binti Jahsy) lalu bertanya, "Ya Rasulullah! Apakah kami akan binasa, sedangkan dikalangan kami masih ada orang-orang yang shaleh?" Lalu Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, "Ya, jikalau kejahatan sudah terlalu banyak." (HR. Bukhari dan Muslim)KeteranganHadis di atas menerangkan, apabila di suatu tempat atau daerah sudah terlalu banyak kejahatan, kemungkaran dan kefasiqan, maka kebinasaan akan menimpa semua orang yang berada di tempat itu. Tidak hanya kepada orang jahat saja, tetapi orang-orang shaleh juga akan dibinasakan, walaupun masing-masing pada hari qiamat akan diperhitungkan menurut amalan yang telah dilakukan.Oleh karena itu segala bentuk kemungkaran dan kefasiqan hendaklah segera dibasmi, dan segala kemaksiatan hendaklah segera dimusnahkan, supaya tidak terjadi malapetaka yang bukan saja akan menimpa orang-orang yang melakukan kemungkaran dan kejahatan tersebut, tetapi juga menimpa semua penduduk yang berada di tempat itu.Dalam hadis di atas walaupun disebutkan secara khusus tentang bangsa Arab tetapi yang dimaksudkan adalah seluruh bangsa yang ada di dunia ini. Tujuan disebutkan bangsa Arab secara khusus karena Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam sendiri dari kalangan mereka, dan yang menerima Islam pada waktu permulaan pengembangannya adalah kebanyakan dari kalangan bangsa Arab dan sedikit demi sedikit dari bangsa lain. Begitu pula halnya dalam masalah yang berkaitan dengan perkembangan umat Islam banyak bergantung kepada maju-mundurnya bangsa Arab itu sendiri. Selain itu, bahasa resmi Islam adalah bahasa Arab.Kemudian Ya'juj dan MaJuj adalah dua bangsa (dari keturunan Nabi Adam As) yang dahulunya banyak membuat kerusakan di permukaan bumi, lalu batas daerah dan kediaman mereka ditutup oleh Zul Qarnain dan pengikut-pengikutnya dengan campuran besi dan tembaga, maka dengan itu mereka tidak dapat keluar, sehingga hampir tiba hari qiamat.Maka pada waktu itu dinding yang kuat tadi akan hancur dan keluarlah kedua bangsa itu dari kediaman mereka. lalu kembali membuat kerusakan di permukaan bumi. Apabila peristiwa ini telah terjadi, itulah tanda hari qiamat sudah dekat.3 Seluruh Dunia Datang Mengerumuni Dunia IslamDari Tsauban Ra. berkata Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda; "Hampir tiba suatu zaman di mana bangsa-bangsa dari seluruh dunia akan datang mengerumuni kamu bagaikan orang-orang yang kelaparan mengerumuni talam hidangan mereka". Maka salah seorang sahabat bertanya, "Apakah karena kami sedikit pada hari itu?" Nabi Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menjawab, "Bahkan kamu pada hari itu banyak sekali, tetapi kamu umpama buih di waktu banjir, dan Allah akan mencabut rasa gentar terhadap kamu dari hati musuh-musuh kamu, dan Allah akan melemparkan ke dalam hati kamu penyakit 'wahan'. Seorang sahabat bertanya: "Apakah 'wahan' itu, hai Rasulullah?". Rasulullah menjawab: "Cinta dunia dan takut mati". (HR. Abu Daud)KeteranganMemang benar apa yang disabdakan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tersebut. Keadaan umat Islam pada hari ini, menggambarkan kebenaran apa yang disabdakan oleh RasulullahShallallahu ‘Alaihi wa Sallam.Umat Islam walaupun mereka dalam jumlahnya banyak, yaitu 1000 juta 1/5 penduduk dunia, tetapi mereka sering menjadi tuduhan negatif dan menjadi alat permainan bangsa-bangsa lain. Mereka ditindas, diinjak-injak, dibantai dan sebagainya.Bangsa-bangsa dari seluruh dunia walaupun berbeda agama, mereka bersatu untuk melawan dan melumpuhkan kekuatan umat Islam. Sebenarnya, sebab kekalahan kaum Muslimin adalah dari dalam diri kaum Muslimin itu sendiri, yaitu adanya penyakit "wahan" yang merupakan penyakit campuran dari dua unsur yang sering wujud dalam bentuk kembar dua, yaitu "cinta dunia" dan "takut mati". Kedua penyakit ini tidak dapat dipisahkan."Cinta dunia" bermakna tamak, rakus, bakhil dan tidak mau menyumbangkan harta di jalan Allah Subhanahu wa Ta’ala. "Takut mati" bermakna senang dengan kehidupan dunia dan tidak membuat persediaan untuk menghadapi negeri akhirat dan tidak ada perasaan untuk berkorban dengan diri dan jiwa dalam memperjuangkan agama Allah Subhanahu wa Ta’ala.Kita berdoa semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala menurunkan pertolongan (nushrah)Nya kepada kaum muslimin dan memberikan kepada mereka kemenangan di dunia dan di akhirat.4 Ilmu Agama Akan Beransur-Ansur HilangDari Abdullah bin Amr bin 'Ash Ra. ia berkata: Aku mendengar Rasullullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, "Bahwasanya Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak akan mencabut (menghilangkan) ilmu dengan sekaligus dari (dada) manusia. Tetapi Allah Subhanahu wa Ta’ala menghilangkan ilmu agama dengan mematikan para ulama. Apabila sudah ditiadakan para ulama, orang banyak akan memilih orang-orang jahil sebagai pemimpinnya. Apabila pemimpin yang jahil itu ditanya, mereka akan berfatwa tanpa ilmu pengetahuan. Mereka sesat dan menyesatkan orang lain." (HR. Muslim)KeteranganSekarang ini para ulama sudah berkurang. Satu demi satu pergi meninggalkan kita. Kalau peribahasa kita mengatakan, "patah tumbuh, hilang berganti", namun sangat sayang peribahasa ini tidak tepat berlaku kepada para ulama.Mereka patah lambat tumbuh, dan mereka hilang lambat berganti. Sampailah suatu waktu nanti permukaan bumi ini akan kosong dari Ulama. Pada waktu itu sudah tidak berarti lagi kehidupan di dunia ini. Alam penuh dengan kesesatan.Manusia telah kehilangan nilai dan pegangan hidup. Sebenarnya, para ulamalah yang memberikan makna dan arti pada kehidupan manusia di permukaan bumi ini. Maka apabila telah habis para ulama, hilanglah segala sesuatu yang bernilai.Akhir-akhir ini kita telah melihat gejala zaman yang dinyatakan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tadi. Yakni bilangan para ulama hanya tinggal sedikit dan usaha untuk melahirkannya tidak mendapat perhatian yang sewajarnya.Pondok-pondok pesantren dan madrasah-madrasah kurang mendapat perhatian dari cendekiawan. Mereka lebih mengutamakan pelajaran di bidang keduniaan yang dapat meraih keuntungan harta benda dunia.Inilah realitas masyarakat kita hari ini. Oleh sebab itu, perlulah kita memikirkan hal ini dan mencari jalan untuk menyelesaikannya.5 Umat Islam Ikut Jejak Langkah Yahudi Dan NashraniDari Abu Sa'id Al-Khudri Ra. ia berkata: Bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: "Kamu akan mengikuti jejak langkah umat-umat sebelum kamu, sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta, sehingga jikalau mereka masuk ke lobang biawak pun kamu akan mengikuti mereka". Sahabat bertanya. "Ya Rasulullah! Apakah Yahudi dan Nashrani yang Tuan maksudkan?" Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menjawab, "Siapa lagi?" (kalau bukan mereka). (HR. Muslim)KeteranganUmat Islam akan mengikuti jejak langkah atau "cara hidup" orang-orang Yahudi dan Nashrani, hingga dalam urusan yang kecil dan yang remeh sekalipun.Contohnya, jikalau orang Yahudi dan Nashrani masuk ke lobang biawak yang kotor dan sempit sekali pun, orang Islam akan terus mengikuti mereka. Pada zaman sekarang, kita dapat melihat kenyataan sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ini.Banyak orang Islam yang kehilangan pegangan di dalam kehidupan. Mereka banyak meniru "cara hidup" Yahudi dan Nashrani, baik disadari atau pun tidak.Banyak orang Islam yang telah terperangkap dalam tipu muslihat Yahudi dan Nashrani dan ada pula yang sekaligus menjadi alat untuk kepentingan mereka.Ya Allah! Selamatkan kami dari mereka.6 Golongan Anti HadisDari Miqdam bin Ma'dikariba Ra. ia berkata: Bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: "Hampir tiba masanya di mana seorang lelaki yang sedang duduk bersandar di atas kemegahannya, lalu disampaikan orang kepadanya sebuah hadis dari hadisku maka ia berkata: "Pegangan kami dan kamu hanyalah kitabullah (Al-Qur'an) saja. Apa yang dihalalkan oleh Al-Qur'an kami halalkan, dan apa yang ia haramkan kami haramkan". (Kemudian NabiShallallahu ‘Alaihi waSallam melanjutkan sabdanya): "Padahal apa yang diharamkan aku (Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam) samalah hukumnya dengan apa yang diharamkan Allah Subhanahu wa Ta’ala". (HR. Abu Dauddan Ibnu Majah).KeteranganLaki-laki yang dimaksudkan di dalam Hadis ini ialah seorang yang mengingkari kedudukan Hadis sebagai sumber hukum yang kedua setelah Al-Qur'an. Ia hanya percaya kepada Al-Qur'an saja. Baginya, Hadis bukan menjadi sumber hukum dan tempat rujukan. Golongan ini dianggap telah keluar dari ikatan Agama Islam. Karena ia tidak akan dapat memahami Al-Qur'an jika tidak kembali kepada Hadis Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.Al-Qur'an banyak menyebutkan garis-garis besar ajaran Islam dan dalam bentuk global, maka Hadislah yang berfungsi untuk merinci isi dan kandungan ayat-ayatnya serta menerangkan yang sulit-sulit. Oleh karena itu, syariat tidak akan sempurna kalau hanya dengan Al-Qur'an saja, tetapi ia mesti disertai dengan Hadis Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.7 Golongan Yang Senantiasa MenangDari Mughirah bin Syu'bah Ra. ia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: "Senantiasa di kalangan umatku ada golongan yang selalu menang (dalam perjuangan mereka), sehingga sampailah pada suatu waktu yang dikehendaki Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Mereka senantiasa menang." (HR. Bukhari)KeteranganAllah Subhanahu wa Ta’ala telah menjadikan Umat Islam ini umat yang terakhir sekali. Oleh sebab itu Allah Subhanahu wa Ta’ala berjanji akan memelihara kitab-Nya (Al-Qur'an) dan berjanji untuk melahirkan generasi demi generasi yang akan memikul tugas dakwah hingga tetap eksis golongan mukminin di permukaan bumi ini.Kalau kita teliti sejarah Umat Islam mulai zaman permulaan pengembangannya hingga hari ini, kita akan mendapatkan Umat Islam telah teruji sepanjang sejarah dengan ujian yang berat-berat.Ujian itu dimulai dari golongan Musyrikin di Makkah, Munafiqin, Yahudi dan Nashrani di Madinah, seterusnya gerakan riddah, Majusi yang berselimutkan Islam, golongan Bathiniyah, pengaruh falsafah dan pemikiran Yunani, serangan bangsa Mongol dan bangsa Tartar yang menghancurkan peradaban Islam di Baghdad pada pertengahan abad keenam Hijriyah.Begitu pula halnya dengan pembantaian terhadap kaum Muslimin ketika jatuhnya kerajaan Islam di Andalus (Spanyol) dan seterusnya disambung dengan pengaruh-pengaruh imperialis Barat terhadap dunia Islam, gerakan Zionis Yahudi dan missionary Nashrani yang mempunyai peralatan dan kemudahan yang banyak dan seterusnya serangan di segi pemikiran dan kebudayaan.Walaupun ujian yang sangat dahsyat melanda Umat Islam di sepanjang sejarah, namun mereka masih eksis dan masih mempunyai identitas dan peranan yang hebat di dalam peta dunia hari ini.Walaupun dewasa ini ada di kalangan Umat Islam yang tidak menghiraukan Urusan agama, tetapi masih ada golongan yang bersungguh-sungguh untuk mempelajari agama dan memperjuangkannya.Walau pun banyak di kalangan Umat Islam yang telah hancur moral dan akhlaknya, tetapi masih ada golongan yang berakhlak tinggi dan berbudi luhur.Walaupun berbagai syi’ar Islam diinjak-injak di beberapa tempat, tetapi di tempat lain syi’ar Islam masih gagah dan teguh. Walaupun aktivis-aktivis Islam ditindas dan disiksa pada suatu tempat, tetapi di tempat lain mereka disanjung dan dihormati.Begitulah seterusnya Umat Islam tidak akan lenyap dari permukaan bumi ini, hingga sampai pada waktu yang dikehendaki oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Maka pada waktu itu Allah Subhanahu wa Ta’ala akan mematikan semua orang Islam dengan tiupan angin yang mematikan setiap jiwa yang beriman.Dan yang tinggal setelah itu hanyalah orang-orang jahat atau orang kafir. Pada waktu itulah akan terjadi hari qiamat.8 Penyakit Umat-Umat DahuluDari Abu Hurairah Ra .. katanya: Aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, "Umatku akan ditimpa penyakit-penyakit yang pernah menimpa umat-umat dahulu." Sahabat bertanya, "Apakah penyakit-penyakit umat-umat terdahulu itu?" Nabi Shallallahu‘Alaihi wa Sallam menjawab, "Penyakit-penyakit itu ialah: (1 ) Terlalu sombong, (2) Terlalu mewah, (3) Mengumpulkan harta sebanyak mungkin, (4) Tipu menipu dalam merebut harta benda dunia, (5) Saling memarahi, (6) Dengki-mendengki, sehingga jadi zalim menzalimi." (HR.Hakim)KeteranganPenyakit-penyakit yang disebutkan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tadi telah banyak kita lihat di kalangan kaum muslimin hari ini.Di sana sini kita melihat penyakit ini menular dalam masyarakat dengan ganasnya. Dunia Islam dilanda krisis rohani yang sangat tajam dan meruncing.Dengan kekosongan jiwa itulah mereka terdorong untuk mencari harta benda sebanyak-banyaknya untuk memuaskan hawa nafsu.Maka apabila hawa nafsu diturutkan tentunya mereka akan menggunakan segala cara dan tipu muslihat. Saat itu, hilanglah nilai-nilai akhlak, yang eksis hanyalah kecurangan, khianat, dengki mendengki dan sebagainya.Marilah kita renungkan maksud Hadis ini, dan marilah kita memperhitungkan diri sebelum kita diperhitungkan di hadapan Allah Subhanahu Wa Ta'ala pada hari qiamat nanti.Hadis Kesembilan: ISLAM KEMBALI ASINGDari Abu Hurairah Ra. Ia berkata: Bersabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam; "Islam mulai berkembang dalam keadaan asing. Dan ia akan kembali asing pula. Maka beruntunglah orang-orang yang asing." (HR. Muslim)KeteranganIslam mulai tersebar di Mekkah dalam keadaan sangat asing. Sangat sedikit penganut dan pendukungnya kalau dibandingkan dengan penentangnya. Kemudian setelah itu Islam tersebar ke seluruh pelosok dunia sehingga dianut oleh dua pertiga penduduk dunia.Kemudian Islam kembali asing dan dirasa ganjil dari pandangan dunia, bahkan dari pandangan orang Islam sendiri. Sebagian dari orang Islam merasa ganjil dan aneh bila melihat orang Islam yang iltizam (komitmen) dengan Islam dan mengamalkan tuntutan Islam yang sebenarnya.Seorang yang iltizam dengan Islam dipandang dingin oleh masyarakat dan sukar untuk diterima sebagai individu yang sehat. Contohnya, kalau ada sesuatu program kemasyarakatan kemudian masuk waktu shalat, tiba-tiba ada orang yang minta izin untuk menunaikan shalat, maka tindakan itu dianggap tidak sopan dan kurang wajar.Sedangkan orang yang tidak shalat sambil bersenda-gurau ketika orang lain shalat tidak dianggap sebagai perbuatan yang salah dan terkutuk. Begitulah seterusnya nasib Islam di akhir zaman.Ia akan terasing dan tersisih dari masyarakat, bahkan tersisih dari pandangan orang Islam sendiri yang mengaku sebagai Umat Islam dan marah jika dikatakan dia bukan orang Islam.Hadis Kesepuluh: BAHAYA KEMEWAHANDari Ali bin Abi Thalib Ra.; "Bahwasanya kami sedang duduk bersama Rasulullah Shallallahu‘Alaihi wa Sallam di dalam masjid. Tiba-tiba datang Mus'ab bin Umair Ra .. dan tidak ada dibadannya kecuali hanya selembar selendang yang bertambal dengan kulit. Tatkala Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam melihat kepadanya. Baginda menangis dan meneteskan air mata karena mengenangkan kemewahan Mus'ab ketika berada di Mekkah dahulu (karena sangat dimanjakan oleh ibunya), dan karena memandang nasib Mus'ab sekarang (ketika berada di Madinah sebagai seorang Muhajirin yang meninggalkan segala harta benda dan kekayaan di Mekkah). Kemudian Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, "Bagaimanakah keadaan kamu pada suatu hari nanti, pergi di waktu pagi dengan satu pakaian, dan pergi di waktu sore dengan pakaian yang lain pula. Dan bila diberikan satu hidangan, diletakkan pula satu hidangan yang lain. Dan kamu menutupi (menghias) rumah kamu sebagaimana kamu memasang kelambu Ka’bah?. Maka jawab sahabat, "Wahai Rasulullah, tentunya keadaan kami di waktu itu lebih baik dari pada keadaan kami di hari ini. Kami akan memberikan perhatian sepenuhnya kepada masalah ibadat saja dan tidak bersusah payah lagi untuk mencari rezeki". Lalu Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, "Tidak! Keadaan kamu hari ini adalah lebih baik daripada keadaan kamu pada hari itu". (HR. Tirmizi)KeteranganDalam Hadis ini Nabi kita Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menerangkan umatnya pada suatu waktu akan mendapat kekayaan dan kelapangan dalam kehidupan. Di waktu pagi memakai satu pakaian dan di waktu sore memakai pakaian yang lain pula. Hidangan makan tak putus-putus. Rumah-rumah mereka indah dan dihias dengan beraneka ragam perhiasan.Dalam keadaan demikian kita juga mungkin akan berkata seperti perkataan sahabat; di mana kalau segalanya sudah beres, maka mudahlah hendak melaksanakan ibadat. Tetapi Nabi kita Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengatakan,"Keadaan serba kekurangan itu adalah lebih baik untuk kita," artinya lebih memberikan kesempatan untuk kita melakukan ibadat.Kemewahan hidup banyak menghalangi seseorang dari berbuat ibadat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, seperti yang berlaku hari ini. Segala yang kita miliki walaupun tidak melebihi keperluan, namun rasanya sudah mencukupi. Tetapi, bila dibandingkan dengan kehidupan para sahabat, kita jauh lebih mewah dari mereka, sedangkan ibadat kita sangat jauh ketinggalan.Kekayaan dan kemewahan yang ada, sering kali menyibukkan dan menghalangi kita dari berbuat ibadah. Kita sibuk mengumpulkan harta, juga sibuk menjaganya dan sibuk untuk menambah lebih banyak lagi. Tidak ubahnya seperti apa yang pernah disabdakan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, “Seandainya seorang anak Adam itu telah mempunyai satu lembah emas, dia berhasrat untuk mencari lembah yang kedua, sehingga ia dimasukkan ke dalam tanah (menemui kematian).”Begitulah gambaran kerakusan manusia dalam mengumpulkan harta kekayaan. Ia senantiasa mencari dan menambah, sehingga ia menemui kematian. Maka ketika itu, barulah ia menyadari diri dengan seribu satu penyesalan. Tetapi waktu itu penyesalan sudah tidak berguna lagi, Oleh karena itu, janganlah kita lupa daratan dalam mencari harta kekayaan.Tak peduli halal atau haram, yang penting harta dapat dikumpulkan. Tak peduli waktu shalat, bahkan semua waktu digunakan untuk mengumpulkan kekayaan. Biarlah kita mencari harta benda dunia pada batas-batas keperluan.Kalau berlebihan bisa digunakan untuk menolong orang lain yang kurang berkemampuan dan sering-seringlah bersedekah, sebagai simpanan untuk hari akhirat. Orang yang bijaksana adalah orang yang mempunyai perhitungan untuk waktu akhiratnya dan ia menjadikan dunia ini tempat bertanam dan akhirat tempat memetik buahnya.Hadis Kesebelas: UMAT ISLAM MEMUSNAHKAN ORANG-ORANG YAHUDIDari Abu Hurairah Ra .. bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, "Tidaklah akan terjadi qiamat, sehingga kaum Muslimin memerangi kaum Yahudi, Apabila kaum Yahudi itu bersembunyi di balik batu dan pohon kayu, lalu batu dan pohon kayu itu berkata, “Hai orang Islam, inilah orang Yahudi ada di belakang saya. Kemarilah! Dan bunuhlah ia!, kecuali pohon gharqad(sejenis pohon yang berduri), karena sesungguhnya pohon ini adalah dari pohon Yahudi (oleh sebab itu ia melindunginya)." (HR. Bukhari Muslim)KeteranganHadis ini memberikan harapan yang sangat besar kepada kaum Muslimin dan menjanjikan kemenangan mereka dalam memerangi orang-orangYahudi. Jadi, walaupun orang-orang Yahudi merencanakan dan berusaha sekuat tenaga untuk membunuh dan menyesatkan Umat Islam, namun akhirnya kaum Yahudi akan binasa juga di dalam kepungan Umat Islam.Umat Islam akan membunuh dan menghapuskan kaum Yahudi yang ada di permukaan bumi ini dan Umat Islam akan ditolong oleh makhluk-makhluk Allah yang lain, sehingga batu dan pohon kayu pun akan memberi pertolongan kepada mereka.Hadis Keduabelas: SIFAT AMANAH AKAN HILANG SEDIKIT DEMI SEDIKITDari Huzaifah bin Al-Yaman Ra... katanya: "Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pernah memberitahu kami dua buah Hadis (mengenai dua kejadian yang akan berlaku). Yang pertama sudah saya lihat, sedangkan yang kedua saya menanti-nantikannya. Rasulullah Shallallahu‘Alaihi wa Sallam memberitahu bahwasanya sifat amanah itu turun ke dalam lubuk hati orang-orang tertentu. Kemudian turunlah Al-Qur'an. Maka orang-orang itu lalu mengetahuinya melalui pedoman Al-Qur'an dan mengetahuinya melalui pedoman As-Sunnah. Selanjutnya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam; menceriterakan kepada kami tentang hilangnya amanah, lalu beliau bersabda, "Seseorang itu tidur sekali tidur, lalu diambillah amanah itu daridalam hatinya, kemudian tertinggallah bekasnya seperti bekas yang ringan saja. Kemudian ia tertidur pula, lalu diambillah amanah itu dari dalam hatinya, maka tinggallah bekasnya seperti lepuh di tangan (menggelembung di tangan dari bekas bekerja berat seperti menggunakan kapak atau cangkul). Jadi seperti bara api yang kau gelindingkan dengan kakimu, kemudianmenggelembunglah ia dan engkau melihat ia meninggi, padahal tidak ada apa-apa." Ketika Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menceriterakan Hadis ini beliau mengambil sebuah batu kerikil lalu menggelindingkannya dengan kakinya .."Kemudian pagi-pagi (jadilah) orang banyak berjual beli, maka hampir saja tidak ada seorang pun yang mau menunaikan amanah, sampai dikatakan orang bahwasanya di kalangan Bani Fulan (di tempat tertentu) ada seorang yang sangat baik memegang amanah, sangat terpercaya dan orang banyak mengatakan, "Alangkah tekunnya bekerja, alangkah indahnya pekerjaannya, alangkah cerdik otaknya. Padahal di dalam hatinya sudah tidak ada lagi keimanan sekalipun hanya seberat biji sawi. "Maka sesungguhnya telah sampai waktunya, saya pun tidak mempedulikan siapakah di antara kamu semua yang saya hendak bermubaya'ah (berjual beli). Jikalau ia seorang Islam, maka agamanyalah yang akan mengembalikannya kepadaku (maksudnya agamanyalah yang dapat menahannya dari khianat). Dan jikalau ia seorang Nashrani atau Yahudi, maka pihak yang bertugaslah yang akan mengembalikannya kepadaku (maksudnya jika dia seorang Nashrani atau Yahudi maka orang yang memegang kekuasaan/pemerintahlah yang dapat membantu aku untuk mendapatkan semua hak-milikku darinya.) Ada pun pada hari ini, saya tidak pernah berjual beli dengan kamu semua kecuali dengan Fulan dan Fulan (orang-orang tertentu saja)." (HR.Bukhari Muslim)KeteranganHadis ini menunjukkan, sifat amanah akan hilang secara berangsur-angsur darikalangan kaum Muslimin, sehingga sampai suatu waktu nanti, orang yang dianggap baik untukmenjaga amanah pun telah khianat pula.Begitulah gambaran masyarakat kita hari ini. Banyak di antara kita tertipu oleh seseorang yang kelihatannya bisa memikul amanah, tetapi sebenarnya ia adalah seorang penipu.Hadis Ketigabelas: ORANG BAIK BERKURANG, ORANG JAHAT BERTAMBAHDari Aisyah Ra... ia berkata: "Aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda; "Tidak akan terjadi hari qiamat sehingga seorang anak menjadi sebab kemarahan (bagi ibu bapaknya) hujan akan menjadi panas (hujan akan berkurang dan cuaca akan menjadi panas), akan bertambah banyak orang yang tercela dan akan berkurang orang yang baik, anak-anak menjadi berani melawan para orang tua serta orang yang jahat berani melawan orang-orang baik." (HR.Thabrani)KeteranganDi antara tanda-tanda qiamat ialah: (1) Bila anak-anak menjadi sebab kemarahan orang tuanya.(2) Bila hujan berkurang, cuaca menjadi panas dan udara telah tercemar (menjadi kotor). (3) Orang jahat bertambah banyak dan dorongan untuk membuat kejahatan sangat banyak. (4) Orang yang berbuat kebaikan sedikit dan tidak mendapat kemudahan yang sewajarnya. (5) Anak-anak sudah berani melawan orang tua. (6) Orang-orang yang jahat berani melawan orang-orang yang baik dan tidak malu terhadap mereka.Kelihatannya corak masyarakat kita pada hari ini tidak banyak bedanya dari apa yang disebutkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tadi. Setiap hari kita melihat kebenaran dari apa yang disabdakan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.Kita berdoa mudah-mudahan Allah Subhanahu wa Ta’ala menyelamatkan kita dan anak cucu kita dari golongan yang disebutkan terdahulu.Hadis Keempatbelas: SEBAB-SEBAB KEBINASAAN SESEORANGDari Abu Hurairah Ra... ia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, "Akan datang suatu zaman saat itu orang yang beriman tidak akan dapat menyelamatkan imannya, kecuali bila dia lari membawanya dari puncak bukit ke puncak bukit yang lain dan dari suatu gua ke gua yang lain. Maka apabila zaman itu telah tiba, segala mata pencarian (pendapatan kehidupan) tidak dapat diperoleh kecuali dengan melaksanakan sesuatu yang menyebabkan kemurkaan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Apabila ini telah terjadi, maka kebinasaan seseorang adalah dari sebab mengikuti kehendak isteri dan anak-anaknya. Kalau ia tidak mempunyai isteri dan anak, maka kebinasaannya dari sebab mengikuti kehendak kedua orang tuanya. Dan jikalau orang tuanya sudah tidak ada lagi, maka kebinasaannya dari sebab mengikuti kehendak familinya atau dari sebab mengikuti kehendak tetangganya". Sahabat bertanya, "Wahai Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, apakah maksud perkataan engkau itu?" (kebinasaanseseorang karena mengikuti kemauan isterinya, atau anaknya, atau orang tuanya, atau keluarganya, atau tetangganya). Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menjawab, "Mereka akan menghinanya dengan kesempitan kehidupannya. Maka ketika itu lalu dia menceburkan dirinya di jurang-jurang kebinasaan yang akan menghancurkan dirinya." (HR. Baihaqi)KeteranganBenar sekali sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ini. Banyak orang yang mengetahui perkara-perkara yang diharamkan dalam agama namun oleh karena mengikuti kemauan isteri, anak, orangtua, famili atau tetangganya, dia sanggup menceburkan diri ke dalam jurang kemaksiatan demi untukmemuaskan hati mereka.Naudzubillahi Min Dzalik Tsumma Nau'dzubillahi Min Dzalik.Hadis Kelimabelas: DUA GOLONGAN PENGHUNI NERAKADari Abu Hurairah Ra... ia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, ''Ada dua golongan yang akan menjadi penghuni Neraka, keduanya belum pemah aku lihat mereka. Pertama, golongan (penguasa) yang mempunyai cambuk bagaikan ekor sapi yang digunakan untuk memukul orang. Kedua, perempuan yang berpakaian tetapi telanjang, lenggang-lenggok waktu berjalan, mengayun-ayunkan bahu. Kepala mereka (sanggul di atas kepala mereka) bagaikan bonggol (ponok unta yang condong). Kedua golongan ini tidak akan masuk sorga dan tidak akan dapat mencium bau harumnya. Sesungguhnya bau harum sorga itu sudah tercium dari jarak perjalanan yang sangat jauh," (HR. Muslim)KeteranganKebenaran sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ini dapat kita lihat dari realitas masyarakat hari ini. Ada golongan yang seenaknya memukul orang lain dengan cambuk tanpa ditanya, bertindak dengan hukum rimba. Banyak perempuan yang berpakaian tetapi telanjang. Maksudnya, kalau dikatakan berpakaian pun bisa, karena masih ada secarik kain di atas badan, dan kalau kita katakan bertelanjang pun bisa juga, karena walaupun berpakaian tetapi hanya dengan secarik kain saja. maka samalah dengan bertelanjang. Ataupun dia berpakaian dengan pakaian yang sangat tipis, ketat sehingga memperlihatkan warna kulit dan menampakkan bentuk aurat. Kemudian berjalan sambil mengayun-ayunkan badan dengan sanggul yang besar, seperti ponok unta. Kedua-dua golongan ini tidak akan masuk sorga dan tidak akan dapat mencium bau harumnya, walaupun semerbak harumnya telah tercium dari jarak perjalanan selama 500 tahun sebelum sampai kepadanya.Hadis Keenambelas: ZAMAN ORANG TAK PEDULI DARIMANA MENDAPATKAN HARTADari Abu Hurairah Ra. ia berkata: Bersabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam: "Akan datang suatu zaman di mana seseorang tidak mempedulikan darimana ia mendapatkan harta, apakah dari sumber yang halal ataupun haram." (HR. Nasa'i)KeteranganZaman sekarang merupakan zaman ketandusan rohani dan zaman materialisme, segala sesuatu dinilai dengan harta. Manusia cakar mencakar untuk memperoleh sebanyak mungkin harta kekayaan. Mereka tidak mempedulikan darimana datangnya harta yang didapat, apakah dari sumber yang halal atau dari sumber yang haram. Yang penting, harta dapat dikumpulkan sebanyak-banyaknya untuk memenuhi kehendak nafsu ataupun untuk mengikuti kemauan isteri atau anak-anaknya.Hadis Ketujuhbelas: HARTA RIBA ADA DI MANA-MANADari Abu Hurairah Ra. ia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: "Akan tiba suatu zaman, tidak ada seorang pun kecuali ia terlibat dalam memakan harta riba. Kalau ia tidak memakannya secara langsung, ia akan terkena debunya." (HR. IbnuMajah)KeteranganKandungan sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ini sangat jelas terjadi di hadapan mata kita pada hari ini.Hadis Kedelapanbelas: ORANG MINUM KHAMAR DAN MENAMAKANNYA BUKAN KHAMARDari Abu Malik Al-Asy'ari Ra. katanya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: "Sesungguhnya akan ada sebagian dari umatku yang meminum khamar dan mereka menamakannya dengan nama yang lain. (Mereka meminum) sambil diiringi dengan alunan musik dan suara biduanita. Allah Subhanahu wa Ta’ala akan menenggelamkan mereka ke dalam bumi (dengan gempa) dan Allah Subhanahu wa Ta’ala akan mengubah mereka menjadi kera atau babi." (HR. Ibnu Majah)KeteranganMaksudnya, akan ada di kalangan orang Islam yang meminum khamar dan mereka mengatakan yang diminumnya itu bukan khamar. Ia hanyalah sejenis minuman yang dapat menyegarkan badan atau yang dapat menghilangkan haus. Mereka memberi nama kepada minuman ini bukan khamar, tetapi sebenarnya ia adalah khamar yang diharamkan oleh syara'. Kemudian, menjadi kebiasaan pula, keadaan mabuk itu akan disertai dengan alunan musik dan juga nyanyian para biduanita. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menerangkan, golongan ini akan ditimpa gempa bumi atau tubuh mereka akan diubah menjadi bentuk kera atau babi. Sungguh benar sabda Junjungan kita Nabi Besar Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ini. Gempa bumi demi gempa bumi yang terjadi di beberapa tempat di dunia ini sebagai satu siksaan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dan jikalau golongan ini belum sampai ke tingkatan berubah bentuk badan mereka menjadi kera dan babi tetapi cara hidup mereka sudah banyak menyerupai cara hidup kera dan babi.Hadits Kesembilanbelas: SEDIKIT LAKI-LAKI DAN BANYAK PEREMPUANDari Anas Ra. ia berkata: "Aku akan menceritakan kepada kamu sebuah Hadis yang tidak ada orang lain yang akan menceritakannya setelah aku. Aku mendengar Rasulullah Shallallahu‘Alaihi wa Sallam bersabda: "Di antara tanda qiamat ialah sedikit ilmu, banyak kejahilan, banyak perzinaan, banyak kaum perempuan dan sedikit kaum lelaki, sehingga nantinya seorang lelaki akan mengurus lima puluh orang perempuan." (HR. Bukhari Muslim)KeteranganRasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menerangkan, di antara tanda hampirnya qiamat ialah sedikit ilmu agama, banyak kejahilan, banyak terjadi perzinaan, sedikit kaum lelaki dan banyak kaum perempuan. Statistik penduduk dunia pada hari ini menunjukkan, jumlah kaum perempuan lebih banyak dari jumlah kaum lelaki. Di sebagian negara terdapat perbandingan, setiap seorang lelaki berbanding dengan sebelas wanita (1:11). Dan kalau kita meneliti di segenap tempat, kita akan dapat membuat kesimpulan, perempuan lebih banyak dari lelaki. Menurut Imam Ibnu Hajar, sebab bilangan perempuan lebih banyak dari kaum lelaki adalah akibat peperangan yang berlaku, karena yang banyak terbunuh dalam peperangan adalah kaum lelaki, bukannya perempuan .. dan juga Allah Subhanahu wa Ta’ala menghendaki kebanyakan bayi yang lahir di dunia ini adalah bayi perempuan dan sedikit sekali bayi lelaki.Hadis Keduapuluh: HAMBA JADI TUAN DAN BERDIRINYA BANGUNAN-BANGUNAN PENCAKAR LANGITDari Umar bin al-Khaththab Ra. ia berkata (dalam sebuah Hadis yang panjang): "Kemudian Jibril bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, "Maka khabarkan kepadaku tentang hari qiamat?" Lalu Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menjawab, "Orang yang ditanya tidak lebih mengetahui dari orang yang bertanya." Maka Jibril berkata, "Kalau begitu coba khabarkan kepadaku tanda-tandanya", Nabi Shallallahu‘Alaihi wa Sallam menjawab, "Hamba sahaya akan melahirkan tuannya dan engkau melihat orang berjalan tanpa sandal (alas kaki), bertelanjang lagi miskin, hanya menggembala kambing, berlomba-lomba mendirikan bangunan tinggi-tinggi." (HR. Muslim)KeteranganDi antara tanda qiamat ialah, bila hamba sahaya melahirkan tuannya. Maksudnya akan banyak bilangan hamba yang kemudian akan digauli oleh tuannya dan melahirkan anak. Maka anak ini berpangkat ayahnya, yaitu sebagai tuan ibunya sendiri. Ada juga sebagian yang memberikan pendapat, contoh ini adalah simbolik kepada keadaan yang sudah terbalik, di mana hamba menguasai tuan, bukan tuan yang berkuasa ke atas hambanya. Jadi pemikiran manusia sudah terbalik, di mana yang baik dikatakan buruk dan yang sebenarnya buruk dikatakan baik.Tanda kedua, apabila orang yang tidak mempunyai sandal atau orang miskin yang semestinya mendahulukan membeli sandal dari yang lain, tiba-tiba dia telah mendirikan bangunan yang tinggi yang tentunya terpaksa berhutang dari orang lain. Ada pula yang menerangkan, yang dimaksudkan adalah orang yang miskin di akhir zaman akan menjadi kaya dengan tiba-tiba, sehingga ada orang yang pada waktu kemarin masih saja belum mempunyai sandal, tiba-tiba pada hari ini dia sudah dapat mendirikan bangunan yang indah-indah dan sangat mewah.Hadis Keduapuluh Satu: ORANG KUAT BERAGAMA SEPERTI MEMEGANG BARA APIDari Anas Ra. berkata RasuJullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: ''Akan datang pada manusia suatu zaman saat itu orang yang berpegang teguh (sabar) di antara mereka kepada agamanya laksana orang yang memegang bara api." (HR. Tirmidzi)KeteranganYang dimaksudkan di sini ialah zaman yang sangat menggugat iman sehingga siapa saja yang hendak mengamalkan ajaran agamanya dia pasti menghadapi kesulitan dan tantangan yang sangat hebat. Kalau dia tidak bersungguh-sungguh, pasti agamanya akan terlepas dari genggamannya. Ini disebabkan keadaan sekelilingnya tidak mendorong untuk menunaikan kewajiban agamanya, bahkan apa yang ada di sekelilingnya mendorong untuk berbuat kemaksiatan yang dapat meruntuhkan aqidah dan keimanan atau paling kurang menyebabkan kefasikan. Ini juga berarti, orang Islam terjepit dalam melaksanakan ajaran agamanya disamping tidak mendapat fasilitas yang sewajarnya.Hadis Keduapuluh Dua: GOLONGAN RUWAIBIDHAHDari Abu Hurairah Ra. ia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: "Akan datang kepada manusia tahun-tahun yang penuh tipuan. Pada waktu itu si pendusta dikatakan benar dan orang yang benar dikatakan dusta. Pengkhianat akan disuruh memegang amanahdan orang yang amanah dikatakan pengkhianat. Dan yang berkesempatan berbicara hanyalah golongan "Ruwaibidhah". Sahabat bertanya, "Apakah Ruwaibidhah itu hai Rasulullah?" NabiShallallahu ‘Alaihi wa Sallam menjawab, "Orang kerdil, hina dan tidak mengerti bagaimana mengurus orang banyak." (HR. Ibnu Majah)KeteranganZaman yang disebutkan di atas adalah zaman penuh tipuan. Tipuan segi material dan tipuan segi pemikiran. Orang yang benar akan disingkirkan dan orang yang khianat serta fasiq akan disanjung dan dibesar-besarkan. Orang yang benar tidak diberikan ruang untuk menyampaikan kebenaran. Yang dibolehkan berbicara hanyalah pribadi-pribadi yang hina dan sebenarnya tidak tahu bagaimana untuk menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi masyarakat.Hadis Keduapuluh Tiga: PEPERANGAN DEMI PEPERANGANDari Abu Hurairah Ra., katanya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: "Hari qiamat tidak akan terjadi sehingga harta benda melimpah ruah dan timbul banyak fitnah (ujian,kesesatan, kekufuran, kegilaan, penderitaan, mushibah) serta sering terjadi "al-Harj". Sahabatbertanya, "Apakah al-Harj itu hai Rasulullah?". Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallammenjawab: "Peperangan, peperangan, peperangan. Beliau mengucapkannya tiga kali". (HR. Ibnu Majah)KeteranganRealitas dunia hari ini membuktikan kebenaran sabda junjungan kita Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Harta-benda melimpah-ruah. Banyak alat-alat modern yang dihasilkan oleh teknologi Barat dan Timur sehingga bertambah banyak peralatan dan keperluan hidup. Maka oleh karena itu banyak orang berlomba-lomba meraup untuk meraih keuntungan dalam memproduksi dan memperdagangkan alat-alat tersebut. Karena masing-masing tamak dan rakus, maka terjadilah perebutan yang mengakibatkan berlakunya peperangan demi peperangan. Dari hari ke hari peperangan berkobar dengan tidak henti-hentinya. Padam di suatu tempat, menyala pula di tempat lain. Satu sama lain saling cakar mencakar. Semakin maju teknologi, semakin tersiksa manusia karenanya. Sebenarnya teknologi tidaklah bertentangan dengan Islam, tetapi teknologi itu mestilah patuh di bawah etika kemanusiaan yang didukung oleh Islam itu sendiri. Sedangkan teknologi yang dikemukakan oleh dunia barat pada hari ini didasarkan kepada kepentingan pribadi dan mengikuti hawa nafsu yang rakus sehingga teknologi itu digunakan untuk menghancurkan nilai-nilai kemanusiaan itu sendiri. Kelihatannya, begitulah keadaan yang akan berlaku dari umur dunia ini, sehingga sampai ke titik akhir, yaitu qiamat!Hadis Kedua puluh Empat: WAKTU TERASA PENDEKDari Anas bin Malik Ra. ia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, "Tidak akan terjadi qiamat sehingga waktu terasa pendek, maka setahun dirasakan seperti sebulan, sebulan dirasakan seperti seminggu, seminggu dirasakan seperti sehari, sehari dirasakan seperti satu jam serta satu jam dirasakan seperti satu kilatan api (sebentar saja, hanya seperti kilatan api sekejap)." (HR. Tirmizi)KeteranganWaktu akan terasa berlalu begitu cepat. Belum sempat kita berbuat sesuatu, tiba-tiba waktu sudah berubah, sehingga banyak urusan yang belum dapat diselesaikan. Kita seakan-akan sibuk, tetapi kita tidak faham apa yang disibukkan. Kita diburu waktu dan ia berlalu dengan tidak ada urusan yang dapat kita selesaikan. Inilah yang dimaksudkan dengan pendeknya waktu. Menurut Imam al-Karmani, yang dimaksudkan dengan pendeknya waktu itu ialah dicabut keberkatan darinya. Memang benar apa yang dikatakan oleh Imam al-Karmani itu. Dahulu kita merasakan dalam sehari banyak urusan yang dapat kita laksanakan, tetapi sekarang dalam sehari yang sama hanya sedikit urusan yang dapat kita laksanakan. Ini adalah sebagai tanda hari qiamat hampir tiba!Hadis Keduapuluh Lima: MUNCULNYA TAMBANG-TAMBANG BUMIDari Ibnu Umar Ra. ia berkata: "Pada satu ketika dibawa ke hadapan Rasulullah Shallallahu‘Alaihi wa Sallam sepotong emas. Emas itu adalah emas zakat yang pertama sekali dibawa oleh Bani Sulaim dari pertambangan mereka. Maka sahabat berkata: "Hai Rasulullah! Emas ini adalah hasil dari tambang kita". Lalu Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menjawab, "Nanti kamu akan dapati banyak tambang-tambang, dan yang akan menguasainya adalah orang-orang jahat." (HR. Baihaqi)KeteranganTepat sekali apa yang telah disabdakan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam lima belas abad yang lampau. Hari ini dunia Islam sangat kaya dengan tambang bumi, seperti emas, perak, timah, minyak dan lain-lain, tetapi yang mengurus dan menguasainya adalah orang-orang yang bukan Islam. Ini adalah suatu realitas yang sangat jelas di mata kita dan merupakan salah satu di antara tanda dekatnya hari qiamat!Hadis Keduapuluh Enam: TANAH ARAB YANG TANDUS MENJADI LEMBAH SUBURDari Abu Hurairah Ra. ia berkata: Bersabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam: "Tidak akan terjadi qiamat sehingga Tanah Arab (yang tandus itu) menjadi lembah yang subur dan dialiri sungai-sungai." (HR. Muslim)KeteranganSekarang kita telah mulai menyaksikan kebenaran sabda junjungan kita ini. Kita banyak melihat tanah Arab yang dahulunya tandus dan kering krontang tetapi sekarang telah mulai menghijau dan ditumbuhi rumput-rumputan dan pohon-pohon kayu. Contohnya, Padang Arafah yang ada di Mekkah al-Mukarramah yang dahulunya hanya dikenali sebagai padang pasir tandus dan tidak ada pohon-pohonan. Sekarang ini Padang Arafah dipenuhi pohon-pohonan, sehingga kelihatan menghijau dan kita dapat berteduh di bawah naungannya. Keadaan ini walaupun menyejukkan mata memandang namun ia mengurangi gambaran keadaan padang Mahsyar, tempat berhimpunnya seluruh makhluk pada hari qiamat nanti yang merupakan tujuan utama dan pelajaran penting yang diambil dari ibadah wuquf jamaah Haji di Padang Arafah pada setiap 9 Zulhijjah tahun Hijriyah.Hadis Keduapuluh Tujuh: UJIAN DAHSYAT TERHADAP IMANDari Abu Hurairah Ra. bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: "Bersegeralah kamu beramal sebelum menemui fitnah (ujian berat terhadap iman) seumpama malam yang sangat gelap. Seseorang yang masih beriman di waktu pagi, kemudian di waktu sore dia sudah menjadi kafir, atau (Syak Perawi Hadits) seseorang yang masih beriman di waktu sore, kemudian pada keesokan harinya dia sudah menjadi kafir. Dia telah menjual agamanya dengan sedikit harta benda dunia". (HR. Muslim)KeteranganHadis ini menerangkan kepada kita betapa dahsyat dan hebatnya ujian terhadap iman seseorang di akhir zaman. Seseorang yang beriman di waktu pagi, tiba-tiba dia menjadi kafir di waktu sore. Begitu pula dengan seseorang yang masih beriman di waktu sore. Tiba-tiba besok paginya telah menjadi kafir. Begitu cepat perubahan yang berlaku. Iman yang begitu mahal bisa gugur di dalam godaan satu malam atau satu hari saja, sehingga banyak orang yang menggadaikan imannya karena hanya hendak mendapatkan sedikit harta benda dunia. Dunia lebih dicintai mereka daripada iman. Menurutriwayat Ibnu Majah, beliau menambahkan, "Kecuali orang yang hatinya dihidupkan Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan ilmu."Mudah-mudahan Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan kita di antara orang yang berilmu dan mengamalkan ilmunya, sehingga dengan itu Allah Subhanahu wa Ta’ala akan menyelamatkan iman kita dari ujian yang dahsyat ini.Hadis Keduapuluh Delapan: KELEBIHAN BERIBADAH DI WAKTU HURU-HARADari Ma'qil bin Yasar Ra. ia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: "Beribadah di waktu huru-hara (di tengah kemelut dunia yang dahsyat) adalah seperti berhijrah kepadaku." (HR. Muslim)KeteranganOrang yang dapat beribadah dan menunaikan kewajiban agamanya di waktu yang penuh dengan huru-hara dan gangguan dari segenap penjuru, dan dapat mengingat Allah Subhanahu wa Ta’ala di waktu orang lain lupa dan disibukkan dengan urusan-urusan yang melalaikan, mereka akan diberi pahala seperti pahala hijrah yang telah dilakukan oleh kaum Muhajirin di zaman Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.Mudah-mudahan kita termasuk dalam kalangan mereka yang dapat beribadah walaupun di dalam keadaan dan situasi yang sangat sibuk, dan mudah-mudahan kita mendapat pahala besar yang telah dijanjikan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam itu.Hadis Keduapuluh Sembilan: PERANG DI SEKITAR SUNGAI FURAT(IRAQ) KARENA BEREBUT KEKAYAANDari Abu Hurairah Ra, bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: "Tidak terjadi hari qiamat sehingga Sungai Furat (Sungai Euphrates, yaitu sebuah sungai yang ada di Iraq) menjadi surut airnya sehingga kelihatan sebuah gunung dari emas. Banyak orang yang terbunuh karena memperebutkannya. Maka terbunuhlah sembilan puluh sembilan dari seratus orang yang berperang. Dan masing-masing yang terlibat berkata, "Mudah-mudahan akulah orang yang selamat itu." Di dalam riwayat lain disebutkan: "Sudah dekat suatu masa di mana Sungai Furat akan menjadi surut airnya lalu kelihatan perbendaharaan dari emas, maka siapa saja yang hadir di situ janganlah ia mengambil sesuatu pun dari harta itu." (HR. BukhariMuslim)KeteranganHadits ini jelas sekali menerangkan, di negara Iraq dan sekitarnya akan berkobar peperangan yang disebabkan memperebutkan kekayaan yang ada di sana, banyak yang menjadi korban dan semua yang terlibat bercita-cita hanya dialah yang selamat.Hadis Ketigapuluh: TAK ADA IMAM UNTUK SHALAT BERJAMA'AHDari Salamah binti al-Hurr Ra. ia berkata: Aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: "Akan datang suatu zaman, pada waktu itu orang banyak berdiri tegak beberapa lama, karena mereka tidak mendapatkan orang yang dapat mengimami mereka shalat." (HR. Ibnu Majah)KeteranganWalaupun secara pasti pada hari ini kita belum sampai ke tingkatan yang telah disabdakan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tersebut, namun masyarakat kita sekarang sudah menuju kesana. Banyak masjid-masjid yang tidak mempunyai Imam yang benar-benar dapat melaksanakan peranan seorang Imam. Kelihatannya, masyarakat kita kurang memberikan perhatian kepada ilmu-ilmu syari’at. Mereka yang berilmu pun banyak yang tidak menghadiri shalat berjamaah, maka tinggallah orang-orang yang jahil. Apabila keadaan ini berkepanjangan, pasti pada suatu hari nanti akan sampai juga kepada tingkatan keadaan yang telah dinyatakan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tersebut.Hadis Ketigapuluh Satu: ULAMA TIDAK DIPERDULIKANDari Sahl bin Saad as-Sa 'idi Ra. ia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: "Ya Allah! Jangan Engkau pertemukan aku dan mudah-mudahan kamu (sahabat) tidak bertemu dengan suatu zaman dikala para ulama sudah tidak diikuti lagi, dan orang yang penyantun sudah tidak dihiraukan lagi. Hati mereka seperti hati orang Ajam (pada fasiqnya), lidah mereka seperti lidah orang Arab (pada fasihnya)." (HR. Ahmad)KeteranganMungkin zaman sekarang sudah mendekati keadaan yang telah digambarkan oleh RasulullahShallallahu ‘Alaihi wa Sallam ini. Masyarakat sudah agak jauh dari para ulama. Mereka takut mendekati para ulama, karena khawatir perbuatan mereka akan ditegur. Orang tidak malu lagi melakukan maksiat walaupun di hadapan orang yang tinggi pribadinya. Terkadang, sengaja maksiat itu dibuat-buat di hadapan para ulama untuk menyatakan rasa ego dan sekaligus untuk menyinggung perasaan mereka. Golongan ini juga ahli berpidato dan sering memutar balikkan kenyataan. Pembicaraan mereka begitu halus dan memikat hati orang lain, padahal hati mereka adalah hati serigala yang siap siaga untuk menerkam dan memangsa musuhnya.Hadis Ketigapuluh Dua: NAMANYA SAJA ISLAMDari Ali bin Abi Thalib Ra. ia berkata: Telah bersabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi waSallam: "Sudah hampir tiba suatu zaman, kala itu tidak ada lagi dari Islam keeuali hanya namanya, dan tidak ada dari Al-Qur'an kecuali hanya tulisannya. Masjid-masjid mereka indah, tetapi kosong dari hidayah. Ulama mereka adalah sejahat-jahat makhluk yang ada di bawah kolong langit. Dari merekalah keluar fitnah, dan kepada mereka fitnah itu akan kembali." (HR.al-Baihaqi)KeteranganKalau kita perhatikan dunia Islam pada hari ini, keadaannya tidak begitu jauh dari gambaran yang telab dinyatakan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ini. Kalau belum sampai pun, ia sudah mendekati ke sana. Ulama yang dimaksudkan dalam Hadis ini ialah ulama SUI (ulama jabat) yang menjual agama mereka dengan harta benda dunia, bukan ulama akhirat yang mewarisi tugas para Nabi dan yang meneruskan penyiaran dakwah dari zaman ke zaman.Hadis Ketigapuluh Tiga: AL-QUR'AN AKAN HILANG DAN ILMU AKAN DIANGKATDari Huzaifah bin al-Yaman Ra. ia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: "Islam akan lenyap seperti hapusnya (warna pakaian yang telah usang), sehingga (sampai suatu masa nanti) orang tidak mengerti apa yang dimaksudkan dengan puasa, apa yang dimaksudkan dengan shalat, apa yang dimaksudkan dengan nusuk (ibadah), dan apa yang dimaksudkan dengan sedekah. Al-Qur'an akan hilang semuanya pada suatu malam saja, maka tidak ada yang tertinggal dipermukaan bumi ini darinya walau pun hanya satu ayat. Dan yang ada hanya beberapa kelompok manusia, di antaranya para orang tua, laki-laki dan perempuan. Mereka hanya dapat berkata, "Kami sempat menemui nenek moyang kami mengucapkan kalimat "Lailaha illallah", lalu kami pun mengucapkannya juga. Maka berkata Shilah (perawi Hadits dari Hudzaifah): "Apa yang dapat dibuat oleh La ilaha illallah (apa gunanya La ilaha illallah) terhadap mereka, sedangkan mereka sudah tidak memahami apa yang dimaksudkan dengan shalat, puasa,nusuk, dan sedekah?" Maka Hudzaifah memalingkan· muka darinya (Shilah yang bertanya). Kemudian Shilah mengulangi pertanyaan itu tiga kali. Maka Hudzaifah memalingkan mukanya pada setiap kali pertanyaan Shilah itu. Kemudian Shilah bertanya lagi sehingga akhirnya Hudzaifah menjawab, "Kalimat itu dapat menyelamatkan mereka dari api neraka (Hudzaifahmengatakan jawaban itu tiga kali)." (HR. Ibnu Majah)KeteranganHadis di atas menerangkan kepada kita pada suatu zaman nanti akan terjadi:1. Ilmu tentang Islam akan diangkat.2. Al-Qur'an juga akan diangkat dari permukaan bumi ini.3. Orang banyak hanya mengenali beberapa istilah Islam, tetapi mereka tidak memahami apa yang dimaksudkan dengan istilah-istilah itu.4. Begitu pula mereka hanya dapat mengucapkan kalimat "Lailaha illallah", tetapi mereka tidak memahami apa tuntutan kalimat suci itu terhadap mereka. Walau bagaimanapun Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan belas kasihan-Nya masih menghargai keimanan mereka yang sedikit itu dan akan memasukkan mereka ke dalam sorga.Hadis Ketigapuluh Empat: LIMABELAS MAKSIAT YANG MENURUNKAN BALA'Dari Ali bin Abi Thalib Ra. dikatakannya, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: "Apabila umatku telah melakukan limabelas perkara, maka bala' pasti akan turun kepada mereka, yaitu:1. Apabila harta negara hanya beredar pada orang orang tertentu.2. Apabila amanah dijadikan suatu sumber keuntungan.3. Zakat dijadikan hutang.4. Suami memperturutkan kemauan isteri.5. Anak durhaka terhadap ibunya,6. Sedangkan ia berbuat baik dengan temannya,7. Dia menjauhkan diri dari ayahnya.8. Suara-suara ditinggikan di dalam masjid.9. Yang menjadi ketua satu kaum adalah orang yang terhina di antara mereka.10. Seseorang dimuliakan karena ditakuti kejahatannya.11. Khamar (arak) sudah diminum di segenap tempat.12. Kain sutera banyak dipakai (oleh kaum lelaki).13. Para biduanita disanjung-sanjung.14. Musik banyak dimainkan.15. Generasi akhir umat ini melaknat (menyalahkan) generasi pertama (sahabat), Maka ketika itu hendaklah mereka menanti angin merah atau gempa bumi ataupun mereka akan diubah menjadi makhluk lain." (HR. Tirmidzi)KeteranganDunia pada hari ini telah mengalami segala apa yang telah disabdakan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ini, hanya mungkin belum sampai ke tingkatan akhir.Hadis Ketigapuluh Lima: LIMA MAKSIAT YANG DISEGERAKAN BALASANNYADari Ibnu Umar Ra. ia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mendatangi kami (pada suatu hari) kemudian beliau bersabda: "Wahai kaum Muhajirin, lima perkara kalau kamu telah diuji dengannya (kalau kamu telah mengerjakannya), maka tidak ada kebaikan lagi bagi kamu. Dan aku berlindung dengan Allah SUBHANAHU wa Ta’ala, semoga kamu tidak menemui zaman itu. Perkara-perkara itu ialah:1. Tidak tampak perzinaan pada suatu kaum sehingga mereka berani berterus terang melakukannya, melainkan akan berjangkit di kalangan mereka wabah penyakit menular (Tha'un) dengan cepat, dan mereka akan ditimpa penyakit-penyakit yang belum pernah menimpa umat-umat yang telah lalu.2. Dan tiada mereka mengurangkan ukuran dan timbangan, kecuali mereka akan diuji dengan kemarau panjang dan kesulitan mencari rezeki dan kezaliman dari kalangan pemimpin mereka.3. Dan tidak menahan mereka akan zakat harta benda kecuali ditahan untuk mereka air hujan dari langit. Jikalau tidak ada binatang (yang juga hidup di atas permukaan bumi ini) tentunya mereka tidak akan diberi hujan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.4. Dan tiada mereka menyalahi akan janji Allah dan Rasul-Nya, kecuali Allah akan menurunkan ke atas mereka musuh yang akan merampas sebagian dari apa yang ada di tangan mereka.5. Dan apabila pemimpin-pemimpin mereka tidak melaksanakan hukum Allah yang terkandung dalam Al-Qur'an dan tidak mau menjadikannya sebagai pilihan, maka (di waktu itu) Allah akan menjadikan bencana di kalangan mereka sendiri." (HR. Ibnu Majah)KeteranganHadits di atas menerangkan bahwa:1. Penyakit Tha'un (menular seperti kolera dan Aids) adalah disebabkan banyaknya terjadi perzinaan.2. Kesulitan mencari rezeki dan kezaliman pimpinan adalah disebabkan dari rakyat yang mengurangi sukatan, ukuran dan timbangan.3. Kemarau panjang disebabkan tidak mengeluarkan zakat.4. Kekuasaan musuh mengambil sebagian dari apa yang dimiliki kaum Muslimin (seperti hilangnya Tanah Palestina dari tangan kaum Muslimin) disebabkan mereka mengkhianati janji-janjinya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.5. Perang saudara yang berlaku di kalangan kaum Muslimin disebabkan mereka mengabaikan hukum-hukum Allah Subhanahu wa Ta’ala dan tidak menjadikan Al-Qur'an sebagai undang-undang di dalam kehidupan.Hadis Ketigapuluh Enam: KAPANKAH AKAN TERJADI KEHANCURAN?Dari Abu Hurairah Ra. Ia berkata: "Pada suatu hari ketika Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam sedang berada dalam suatu majelis dan berbicara dengan orang yang hadir, tiba-tiba datang seorang A'rabi (Arab Badwi) lalu dia bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, "Kapankah akan terjadi hari qiamat?" Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam terus saja berbicara. Sebagian yang hadir berkata, "Beliau (Nabi) mendengar apa yang ditanyakan, tetapi pertanyaan itu tidak disenanginya." Sementara yang lain berkata, "Bahkan beliau tidak mendengar pertanyaan itu." Sehingga apabila Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam selesai berbicara, beliau bersabda, "Di mana orang yang bertanya tentang hari qiamat tadi?" Lalu Arab Badwi itu menyahut, "Ya! Saya hai Rasulullah." Maka Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, "Apabila amanah telah disia-siakan maka tunggulah hari qiamat." Arab Badwi itu bertanya pula, "Apa yang dimaksudkan dengan menyia-nyiakan amanah itu?" Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menjawab, "Apabila urusan diserahkan kepada yang bukan ahlinya, maka tunggulah kedatangan hari qiamat." (HR. Bukhari)KeteranganPada hari ini banyak urusan telah diserahkan kepada yang bukan ahlinya, sedangkan orang yang layak untuk menjalankan urusan tersebut tidak diberi kesempatan yang sewajarnya. Ini berarti waktu kehancuran tidak lama lagi akan terjadi.Hadis Ketigapuluh Tujuh: BERBANGGA-BANGGA MASJIDDari Anas bin Malik Ra. bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: "Tidak terjadi hari qiamat sehingga umatku bermegah-megahan dengan bangunan masjid." (HR. Abu Daud)KeteranganDi antara tanda dekatnya hari qiamat ialah Umat Islam bangga dan bermegah-megahan dengan bangunan masjidnya. Di antara mereka bangga dan merasa megah dengan keistimewaan bangunannya. Perhatian mereka hanya kepada keindahan masjid saja, tidak kepada pengisian masjid dengan ibadah dan shalat berjamaah. Banyak masjid-masjid yang indah dan besar, tetapi yang datang untuk shalat di dalamnya hanya segelintir manusia saja.Hadis Ketigapuluh Delapan: MENJUAL AGAMA KARENA DUNIADari Abu Hurairah Ra. ia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: "Akan keluar di akhir zaman orang-orang yang mencari keuntungan dunia dengan menjual agama. Mereka berpakaian di hadapan orang lain dengan pakaian yang dibuat dari kulit kambing (berpura-pura zuhud dari dunia) untuk mendapat simpati orang banyak, dan perkataan mereka lebih manis dari gula. Padahal hati mereka adalah hati serigala (mempunyai tujuan-tujuan yang buruk). Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman kepada mereka, "Apakah kamu tertipu dengan kelembutan-Ku? Ataukah kamu terlalu berani berbohong kepada-Ku? Demi kebesaran-Ku, Aku bersumpah akan menurunkan suatu fitnah yang akan terjadi di kalangan mereka sendiri, sehingga orang yang alim (cendekiawan) pun akan menjadi bingung (dengan sebab fitnah itu)." (HR.Tirmizi)KeteranganGolongan yang dimaksudkan di dalam Hadis ini ialah orang-orang yang menjadikan agama sebagai alat untuk mendapat keuntungan dunia. Mereka rela menjual agama untuk mendapat keuntungan dunia … Dan apabila kepentingan dunia bertentangan dengan hukum syara', mereka berani mengubah hukum Allah dan menyembunyikan kebenaran. Mereka juga ahli mengemukakan hujah-hujah yang menarik dan alasan-alasan yang memikat hati, tetapi sebenarnya hujah-hujah dan alasan tersebut hanya semata-mata timbul dari kelicinan mereka memutarbalikkan fakta. Mereka menipu orang lain padahal sebenarnya mereka menipu diri sendiri. Mereka akan dilanda kekusutan pemikiran yang sangat tajam sehingga orang alim yang banyak pengalaman pun akan kehabisan akal dan buah pikirannya. Mereka menghadapi masalah-masalah yang meruncing dan akan menemui jalan buntu dalam masalah yang dihadapi.Hadis Ketigapuluh Sembilan: GOLONGAN YANG SELAMATDari 'Auf bin Malik Ra. ia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: "Umat Yahudi telah berpecah-belah menjadi tujuh puluh satu golongan, maka hanya satu golongan saja yang masuk sorga dan yang tujuh puluh akan masuk neraka. Umat Nashrani telah berpecah belah menjadi tujuh puluh dua golongan, maka tujuh puluh satu golongan masuk neraka dan hanya satu golongan saja yang masuk sorga. Demi Tuhan yang diriku di daLam kekuasaan-Nya, umatku akan berpecah belah menjadi tujuh puluh tiga golongan, hanya satu golongan saja yang masuk sorga dan tujuh puluh dua akan masuk neraka. Sahabat bertanya, "Golongan mana yang selamat?" Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menjawab, "Mereka adalah jamaah. (Golongan Ahlus Sunnah Wal Jamaah)" (HR. Ibnu Majah)KeteranganYang dimaksudkan dengan jama'ah yang selamat ini ialah golongan yang tetap berpegang teguh kepada Al-Qur'an dan as-Sunnah dan juga dengan pendirian sahabat-sahabat dan salafus-shaleh, ataupun yang diistilahkan oleh para ulama dengan golongan "Ahlus Sunnah wal jama 'ah". Selain dari golongan ini adalah sesat dan akan menjadi penghuni neraka.Hadis Keempatpuluh: SEPULUH TANDA-TANDA QIAMAT YANG BESARDari Huzaifah bin Asid Al-Ghifari Ra. ia berkata: Datang kepada kami Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan kami waktu itu sedang bertukar pikiran. Lalu beliau bersabda: "Apa yang kamu bicarakan?" Kami menjawab: "Kami sedang berbicara tentang hari qiamat." Lalu Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: "Tidak akan terjadi hari qiamat sehingga kamu melihat sebelumnya sepuluh macam tanda-tandanya." Kemudian beliau menyebutkannya: "Asap, Dajjal, binatang, terbit matahari dari tempat tenggelamnya, turunnya Isa bin Maryam Alaihissalam, Ya'juj dan Ma'juj, tiga kali gempa bumi, sekali di timur, sekali di barat dan yang ketiga di Semenanjung Arab, yang akhir sekali adalah api yang keluar dari arah negeri Yaman yang akan menghalau manusia ke Padang Mahsyar mereka." (HR. Muslim)KeteranganSepuluh tanda-tanda qiamat yang disebutkan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dalam Hadis ini adalah tanda-tanda qiamat yang besar yang akan terjadi ketika hampir tibanya hari qiamat. Sepuluh tanda itu ialah:1. Dukhan (asap) yang akan keluar dan mengakibatkan penyakit seperti selesma di kalangan orang-orang yang beriman dan akan mematikan orang kafir.2. Dajjal yang akan membawa fitnah besar yang akan menguji keimanan, sehingga banyak orang yang akan tertipu dengan seruannya.3. Binatang besar yang keluar dekat gunung Shafa di Makkah yang akan berbicara, manusia sudah tidak mau lagi beriman kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.4. Matahari akan terbit dari tempat tenggelamnya (barat). Maka waktu itu Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak lagi menerima iman orang kafir & tidak menerima taubat dari orang yang berdosa.5. Turunnya Nabi Isa Alaihissalam ke permukaan bumi ini.Beliau akan mendukung pemerintahan Imam Mahdi yang sedang berkuasa pada waktu itu dan beliau akan mematahkan segala salib yang dibuat oleh orang-orang Nashrani dan beliau juga yang akan membunuh Dajjal.6. Keluarnya bangsa Yajuj dan Ma'juj yang akan membuat kerusakan di permukaan bumi ini, yaitu apabila mereka berhasil menghancurkan dinding yang dibuat dari besi bercampur tembaga yang telah didirikan oleh Zul Qarnain bersama pengikut-pengikutnya pada zaman dahulu.7. Gempa bumi di Timur.8. Gempa bumi di Barat.9. Gempa bumi di Semenanjung Arab.10. Api besar yang akan menghalau manusia menuju ke Padang Mahsyar. Api itu akan bermula dari arah negeri Yaman.Menurut pendapat Imam Ibnu Hajar al-Asqalani di dalam kitab Fathul Bari beliau mengatakan:"Apa yang dapat dirajihkan (pendapat yang terpilih) dari kumpulan Hadis-Hadis Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam keluarnya Dajjal adalah yang mendahului segala tanda-tanda besar yang mengakibatkan perubahan besar yang berlaku di permukaan bumi ini. Keadaan itu akan diakhiri dengan kematian Nabi Isa Alaihissalam (setelah beliau turun dari langit). Kemudian terbitnya matahari dari tempat tenggelamnya adalah permulaan tanda-tanda qiamat yang besar yang akan merusakkan sistem alam cakrawala, kejadian ini akan diakhiri dengan terjadinya peristiwa qiamat yang dahsyat itu. Barangkali keluarnya binatang yang disebutkan itu adalah terjadi di hari yang matahari pada waktu itu terbit dari tempat tenggelamnya."INTISARISetelah kita membaca hadis-hadis Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yg menggambarkan kepada kita peristiwa-peristiwa akhir zaman, dapatlah kita mengambil beberapa kesimpulan, yaitu:Hendaklah kita senantiasa bermuhasabah (membuat perhitungan diri) dan membuat penelitian terhadap diri kita masing-masing untuk meningkatkan amalan yang sudah ada dan menjauhkan segala perkara-perkara yang tidak baik.

Demikian semoga bermanfaat.

Wasalam...