Ketika Mulut-mulut Dikunci

Ketika Mulut-mulut Dikunci

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
الْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى أَشْرَفِ اْلأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ أَمَّا بَعْدُ
Tiada kata yang paling indah untuk diucapkan selain memanjatkan puji syukur kehadiran Allah SWT karena berkah dan rahmat-Nya sehingga pada kesempatan ini, tahun ini, kita masih diberikan kekuatan, napas serta kesehatan sehingga kita masih dipertemukan oleh bulan Ramadhan tahun ini. Marilah kita sambut Ramadhan dengan perasaan riang gembira serta mengucapkan “Marhaban ya Ramadhan” sambutan yang berarti penuh kegembiraan, lapang dada, suka cita dan tidak ada batasan pada tamu yang sangat dinantikan oleh seluruh umat islam seluruh dunia.
Jamaah yang dirahmati oleh Allah SWT
"Kalian (lalai) berlomba mengejar kemegahan (harta), tiba-tiba kalian sudah sampai di (pintu) kubur" QS At-Takaatsur: 1-2.
"Akan datang hari mulut dikunci, kata - tak ada lagi. Akan tiba masa, tak ada suara, dari mulut kita. Terkadang tangan kita, entah apa yang dilakukannya...".
Demikianlah penggalan syair lagu alm. Chrisye, yang mengutip maw'izhoh dari Al-Qur'anul Karim.
Setelah kumandang sangkakala kedua, maka seluruh makhluk -yang telah dimatikan pada sangkakala pertama- dibangkitkan kembali dari kubur, menghadap kepada Allah swt.
Mereka seluruhnya akan dikumpulkan di sebuah tempat yang sangat luas yaitu, Padang Mahsyar.
Setiap yang pernah berlaku zhalim akan diadili di sini. Di mahkamah ini, tanpa ada yang bisa menolong dan melakukan intervensi. Keadilan diputuskan dengan haq.
Mengapa memukul orang tak bersalah?, mengapa tidak membayarkan upah? Mengapa melanggar perintah Allah swt? mengapa tidak membimbing anak untuk beribadah?
Mengapa menganiaya hewan? Mengapa dan mengapa? Alangkah banyak pertanyaan dan persoalan yang harus dijawab setiap insan.
Lalu ketika orang-orang yang berdosa masih saja berkelit, maka: "Pada hari ini, kami kunci mulut-mulut mereka. Lalu tangan-tangan mereka akan berbicara dan kaki-kaki mereka akan memberikan kesaksian tentang apa-apa yang pernah mereka kerjakan" QS Yasin: 65.
Saking banyaknya perkara –yang mesti diadili- baik antara manusia dengan Rabb mereka, serta persoalan antara sesama manusia, maka masa hisab tersebut memakan waktu hingga ratusan ribu tahun lamanya.
Kemudian manusia akan digiring ke jembatan shirotal mustaqiim, hingga orang-orang yang beriman dan beramal sholeh dimasukkan ke dalam surga dan kaum yang ingkar masuk neraka.
"Sesungguhnya Allah swt akan menerima taubat seorang hamba, sebelum nyawa sampai di 'yugharghir', di tenggorokan" ~ Hadits Nabi saw.
Sebelum datang satu masa, dimana mulut tak bisa berkata, tangan mengungkap rahasia dan kaki membeberkan fakta-fakta, marilah membersihkan diri disaat masih ada kesempatan. Taubatan nasuha.
Ramadhan adalah waktu yang tepat untuk munajat, memohon ampun dan bertaubat atas segala salah dan lalai kepada Yang Maha Pencipta, Allah swt.
Sungguh –kalian dapati- bahwa Allah swt adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan jika masih ada sangkut paut persoalan dengan manusia, selesaikan hari ini, selagi masih bisa.
Mohon maaf atas kesalahan, penuhi kewajiban, lunasi hutang piutang, tunaikan hak-hak pekerja atau bawahan yang merupakan tanggung jawab kita.
Persoalan pokok yang mesti dituntaskan sebelum ajal tiba, ada dua hal, yaitu: hablun minallah, hubungan dengan Allah dan hablun minannas, hubungan dengan manusia.
Kedua hal ini bisa melempangkan jalan ke surga, atau sebaliknya, bisa sebagai penghambat dari memperoleh kasih sayang Allah swt.

Kemuliaan dan Keutamaan Puasa Ramadhan

Kemuliaan dan Keutamaan Puasa Ramadhan

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
الْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى أَشْرَفِ اْلأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ أَمَّا بَعْدُ
Tiada kata yang paling indah untuk diucapkan selain memanjatkan puji syukur kehadiran Allah SWT karena berkah dan rahmat-Nya sehingga pada kesempatan ini, tahun ini, kita masih diberikan kekuatan, napas serta kesehatan sehingga kita masih dipertemukan oleh bulan Ramadhan. Marilah kita sambut Ramadhan dengan perasaan riang gembira serta mengucapkan “Marhaban ya Ramadhan” sambutan yang berarti penuh kegembiraan, lapang dada, suka cita dan tidak ada batasan pada tamu yang sangat dinantikan oleh seluruh umat islam seluruh dunia.
Jamaah yang dirahmati oleh Allah SWT
Bulan Ramadhan adalah bulan penuh berkah, dimana seribu bulan lain tiada cukup dijadikan sandingannya. Bulan yang di dalamnya dilipatgandakan pahala tentu kaum muslimin tidak ingin rugi dalam meraup "keuntungan" dalam bentuk amal yang berlipat ganda.
Dalam menjalankan ibadah di bulan Ramadhan tentunya dibutuhkan persiapan tekad dan kesehatan yang kuat agar ibadah yang kita lakukan bisa penuh selama bulan Ramadhan. Mengapa semua itu perlu? Karena pada bulan Ramadhan manusia dilatih untuk melawan hawa dan nafsu dimana pada bulan-bulan lainya manusia dapat dengan bebas melakukannya selain itu, kesehatan juga sangat dibutuhkan untuk tetap dapat menghidupkan amalan baik di bulan Ramadhan seperti Puasa, Sholat dan Tadarus yang tiada lain ditujukan kecuali kepada Allah SWT.
Apa makna Puasa bagi kaum Muslimin?
Puasa adalah salah satu kewajiban bagi setiap muslimin dan juga merupakan rukun islam yang keempat. Dalam Al-Qur'a, Kata Shiyam (As-Shiyam) merujuk pada puasa menurut syariat. Etimologi dari kata ini terbentuk dari kata Sha-wa-ma yang berarti "berhenti", "menahan", atau "tidak bergerak". Menurut ulama, arti kata ini berarti manusia diperintahkan untuk menahan diri dari beberapa aktivitas yang dibolehkan pada bulan-bulan lain. Shaum (berpuasa) kemudian dibatasi melalui contoh yang telah ditunjukkan oleh Rasulullah SAW karena hukum asal mula ibadah adalah Haram kecuali yang telah ditunjukkan. Puasa yang dimaksud adalah menahan hawa dan nafsu baik itu makan, minum mengeluarkan mani atau mazzi secara sengaja mulai dari terbitnya fajar sampai terbenamnya matahari.
Al-qur’an menggunakan kata shiyam dalam arti puasa menurut hukum syariat. Secara bahasa, kata shiyam yang berakar dari huruf-huruf sha-wa-ma berarti “menahan” dan “berhenti” atau “tidak bergerak”. Manusia yang berupaya menahan diri dari suatu aktifitas – apapun aktifitas itu – dinamai shaim (berpuasa). pengertian kebahasaan ini dipersempit maknanya oleh hukum syariat, sehingga puasa (shiyam) hanya digunakan untuk “menahan diri dari makan, minum dan upaya mengeluarkan sperma dari terbitnya fajar hingga terbenamnya matahari” dan niatnya karena Allah SWT dan telah diberikan petunjuk melalui Rasulullah SWT.
Hal ini saya anggap perlu ditekankan, karena tidak semua orang melakukan puasa karena Allah SWT. Beberapa orang menuntut ilmu dengan cara berpuasa padahal tidak pernah ada petunjuk sebelumnya dari Rasulullah SAW baik berupa perbuatan dan juga perintah. Sungguh perbuatan tersebut adalah perbuatan yang sia-sia dan jika salah niat akan bergeser ke Syirik. Nauzu Billah Min Dzallik.
Jamaah yang dimuliakan oleh Allah SWT.
Namun ada beberapa hal yang kadang terlewatkan oleh kaum muslimin dalam menjalankan ibadah puasa, yakni pemahaman mengenai puasa yang dibatasi hanya sebatas menahan lapar, haus dan nafsu padahal penjelasan mengenai puasa juga harus menahan hal-hal yang lain seperti amarah dan bicara. Seperti yang dijelaskan oleh Allah SWT dalam Al-Qur'an Maryam ayat 26. Selain itu menurut para ulama, Puasa memiliki tujuan untuk melatih jiwa manusia tidak untuk dapat berbuat dan berlaku lebih baik dan yang paling utama adalh melatih Jiwa manusia untuk bersabar dan latihan ini hanya bisa dilakukan oleh diri sendiri dan untuk diri sendiri pula, sehingga jikalau seorang muslim tidak berpuasa yang rugi adalah dirinya sendiri seperti dalam sebuah hadis Qudsi yang menyatakan bahwa: Al-Shaumu liy wa Ana Ajziy yang aritnya Puasa untuk-Ku, dan Aku yang memberi ganjaran (HR. al-bukhari) dipersamakan oleh banyak ulama dengan firman Allah SWT dalam QS. az-Zumar 39:10
قُلْ يَا عِبَادِ الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا رَبَّكُمْ ۚ لِلَّذِينَ أَحْسَنُوا فِي هَٰذِهِ الدُّنْيَا حَسَنَةٌ ۗ وَأَرْضُ اللَّهِ وَاسِعَةٌ ۗ إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُم بِغَيْرِ حِسَابٍ
Yang artinya:
“Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang beriman. bertakwalah kepada Tuhanmu”. Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini memperoleh kebaikan. Dan bumi Allah itu adalah luas. Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah Yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.”
Orang sabar yang dimaksud dalam ayat ini adalah orang yang berpuasa. dan kata puasa tidak merujuk hanya puasa pada bulan Ramadhan tapi juga puasa lain seperti puasa Kaffarat dan Puasa Sunnah
Jamaah yang berbahagia …
Perintah puasa pada bulan Ramadhan tidak hanya dijelaskan melalui hadis tapi sangat jelas di terankan dalam Al-Qur'an bahwa puasa adalah kewajiban bagi setiap muslimin dan muslimah. Perintah tertera pada QS. Al-Baqarah 183-185 dan 187
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
أَيَّامًا مَّعْدُودَاتٍ ۚ فَمَن كَانَ مِنكُم مَّرِيضًا أَوْ عَلَىٰ سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ أَيَّامٍ أُخَرَ ۚ وَعَلَى الَّذِينَ يُطِيقُونَهُ فِدْيَةٌ طَعَامُ مِسْكِينٍ ۖ فَمَن تَطَوَّعَ خَيْرًا فَهُوَ
خَيْرٌ لَّهُ ۚ وَأَن تَصُومُوا خَيْرٌ لَّكُمْ ۖ إِن كُنتُمْ تَعْلَمُونَ
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِّنَ الْهُدَىٰ وَالْفُرْقَانِ ۚ فَمَن شَهِدَ مِنكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ ۖ وَمَن كَانَ مَرِيضًا أَوْ عَلَىٰ سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ أَيَّامٍ أُخَرَ ۗ يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَىٰ مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
أُحِلَّ لَكُمْ لَيْلَةَ الصِّيَامِ الرَّفَثُ إِلَىٰ نِسَائِكُمْ ۚ هُنَّ لِبَاسٌ لَّكُمْ وَأَنتُمْ لِبَاسٌ لَّهُنَّ ۗ عَلِمَ اللَّهُ أَنَّكُمْ كُنتُمْ تَخْتَانُونَ أَنفُسَكُمْ فَتَابَ عَلَيْكُمْ وَعَفَا عَنكُمْ ۖ فَالْآنَ بَاشِرُوهُنَّ وَابْتَغُوا مَا كَتَبَ اللَّهُ لَكُمْ ۚ وَكُلُوا وَاشْرَبُوا حَتَّىٰ يَتَبَيَّنَ لَكُمُ الْخَيْطُ الْأَبْيَضُ مِنَ الْخَيْطِ الْأَسْوَدِ مِنَ الْفَجْرِ ۖ ثُمَّ أَتِمُّوا الصِّيَامَ إِلَى اللَّيْلِ ۚ وَلَا تُبَاشِرُوهُنَّ وَأَنتُمْ عَاكِفُونَ فِي الْمَسَاجِدِ ۗ تِلْكَ حُدُودُ اللَّهِ فَلَا تَقْرَبُوهَا ۗ كَذَٰلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ آيَاتِهِ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَّقُونَ
Yang Artinya:
183. Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa
184. (yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu. Maka Barangsiapa diantara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), Maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu): memberi Makan seorang miskin. Barangsiapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, Maka Itulah yang lebih baik baginya. dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.
185. (Beberapa hari yang ditentukan itu ialah bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). karena itu, Barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, Maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan Barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), Maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur
187. Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan isteri-isteri kamu; mereka adalah Pakaian bagimu, dan kamupun adalah Pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahwasanya kamu tidak dapat menahan nafsumu, Karena itu Allah mengampuni kamu dan memberi ma’af kepadamu. Maka sekarang campurilah mereka dan ikutilah apa yang Telah ditetapkan Allah untukmu, dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam, (tetapi) janganlah kamu campuri mereka itu, sedang kamu beri’tikaf dalam mesjid. Itulah larangan Allah, Maka janganlah kamu mendekatinya. Demikianlah Allah menerangkan tanda-tandan-Nya kepada manusia, supaya mereka bertakwa.
Jamaah yang dirahmati Allah SWT
Pada ayat di atas sangat jelas menunjukkan perintah puasa bagi raong yang menyatakan diri beriman kepada Allah SWT. Seruan yang menyatakan Bahwa "Wahai orang-orang yang beriman...." dimaksudkan bahwa orang-orang mencakup keseluruhan umat islam untuk melaksanakan perintah. Tidak sebatas seruan untuk berpuasa, dalam ayat tersebut juga dijelaskan mengenai manfaat yang didapatkan pada saat berpuasa adalah taqwa. Sehingga pada saat menjalankan ibadah puasa tidak boleh ada niat lain sama sekali bahkan niat untuk menjaga bentuk tubuh atau kesehatan juga salah. Adapun manfaat itu adalah hadiah dari Allah SWT oleh karena luruskanlah niat dalam menjalankan ibadah puasa.
Dalam perintah berpuasa, Allah SWT memberikan keringanan bagi manusia untuk menjalankan karena sesungguhnya Allah SWT maha mengetahui kemampuan hambanya. Batasan dalam puasa wajib yakni ditentukan pada hari-hari tertentu yakni bulan hanya pada bulan Ramadhan untuk puasa wajib dan puasa sunnah yang sudah dicontohkan oleh Rasulullah SWT. Selain dari segi waktu batasan lain karena keterbatasan manusia seperti sakit, hamil atau sudah tua sehingga tubuh tidak sanggup lagi untuk menanggung puasa maka Allah memberikan keringanan yakni menggantinya di hari lain atau membayar fidyah yakni memberi makan kaum fakir dan miskin. Sungguh maha pemurah Allah SWT, bahkan dalam beribadah-pun masih memberikan keringanan kepada hambanya.
Puasa itu dilaksanakan pada saat fajar terbit sampai tenggelamnya matahari. Dalam menentukan waktu yang pasti dalam menjalankan puasa, tentunya tidak semua umat muslim memiliki kemampuan untuk hal ini, namun sekali lagi Islam memberikan kemudahan yakni mempercayakan kepada para pemimpin. pemimpin mempercayakan kepada ahli Falaq untuk menentukan jadwal puasa yang tepat.
Namun sebagai penjelasan awam, "Hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam" adalah kondisi di mana ketika melihat ke langit pada saat tidak cahaya lampu sama sekali mata kita tidak bisa membedakan antara kedua bendang tersebut dan jika mata kita sudah dapat membedakannya maka saat itulah puasa dimulai, tentunya ini berlaku untuk mata normal. Tapi pada kenytaannya sangat sulit untuk menentukan mengingat banyaknya gangguan cahaya buatan yang diciptakan oleh manusia sehingga ilmu falaq modern dapat dijadikan dasar dalam menentukan jadwal Puasa. Subhanallah.
Jamaah yang berbahagia.
Al-qur’an dengan jelas menyatakan bahwa tujuan dari puasa adalah ketaqwaan, la’allakum tattaqun. Sehingga menahan diri dari lapar bukanlah tujuan utama puasa, banyaknya orang yang beranggapan berpuasa hanya sebatas menahan kedua hal ini sudah diketahui oleh Rasulullah sejak zaman dulu dan memberikan peringatan melalui hadis “Banyak diatara orang yang berpuasa tidak memperoleh sesuatu dari puasanya, kecuali rasa lapar dan dahaga”.
Taqwa, secara bahasa berarti menghindar, mejauhi, menjaga diri. Kalimat perintah ittaqullah, secara harfiah berarti hindarilah, jauhilah atau jagalah dirimu dari Allah SWT. Jika katalimat ini dartikan secara langsung, maka hal ini adalah mustahil untuk dilakukan namun maknya yang diterankan oleh para ulama berarti perintah Taqwa yang diturunkan ditujukan untuk menjaga diri dari siksaan Allah SWT.
Jamaah yang dimuliakan oelh Allah SWT
Dengan demikian, puasa dibutuhkan oleh seluruh kaum beriman, tanpa terkecuali yakni pengendalian diri. Hal ini mengisyaratkan bahwa dengan berpuasa, manusia berupaya dalam tahap awal dan minimal meneladani sifat-sifat Allah. nabi bersabda: “Takhallaqu bi akhlaq Allah” Teladanilah sifat-sifat Allah. Manusia mempunyai kebutuhan beraneka ragam, dan yang terpenting adalah kebutuhan fa’ali, yaiut makan, minum, dan hubungan suami-istri. ketiga kebutuhan itu tidak dibutuhkan oleh Allah SWT. Seluruh orang yang beriman baik mereka yang mampu maupun yang tidak mampu berpuasa karena Allah SWT telah memberikan pedoman bagi mereka yang tidak mampu.
Semoga Ibadah puasa dan ibadah-ibadah lainnya di bulan ramadhan ini nantinya dapat melahirkan nilai-nilai ketaqwaan, nilai-nilai persaudaraan, kebaran dan kejujuran. Wa Allah A’lam bi al-Shawab.

Membuka Pintu Rezeki

Membuka Pintu Rezeki

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
الْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى أَشْرَفِ اْلأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ أَمَّا بَعْدُ
Tiada kata yang paling indah untuk diucapkan selain memanjatkan puji syukur kehadiran Allah SWT karena berkah dan rahmat-Nya sehingga pada kesempatan ini, tahun ini, kita masih diberikan kekuatan, napas serta kesehatan sehingga kita masih dipertemukan oleh bulan Ramadhan tahun ini. Marilah kita sambut Ramadhan dengan perasaan riang gembira serta mengucapkan “Marhaban ya Ramadhan” sambutan yang berarti penuh kegembiraan, lapang dada, suka cita dan tidak ada batasan pada tamu yang sangat dinantikan oleh seluruh umat islam seluruh dunia.
Jamaah yang dirahmati oleh Allah SWT
Setiap muslim diperintahkan untuk bekerja keras mencari nafkah. Muslim yang baik antara lain terlihat pada semangat dan kesungguhannya dalam bekerja mencari nafkah.
Prinsip Islam bahwa orang yang memberi pasti lebih baik daripada orang yang diberi (yadul ‘ulya khairun min yadissufla) mengisyaratkan tentang betapa pentingnya kerja keras mencari nafkah agar bisa memberi. Seorang muslim haruslah berusaha meringankan beban orang lain. Jika ia tak dapat meringankan beban orang lain, sekurang-kurangnya ia harus berusaha tidak membebani orang lain.
Dalam hadits riwayat Bukhari Muslim menyebutkan bahwa: Demi sekiranya salah seorang di antara kamu pergi mencari kayu dan dipikul di atas punggungnya. Maka itu lebih baik daripada meminta-minta pada orang lain, baik jika ia diberi atau ditolak.
Kerja keras mencari nafkah bagi seorang Muslim merupakan ibadah kepada Allah SWT, bagian dari jihad fisabilillah, kifarat penghapus dosa dan kesalahan, dapat mengangkat derajat dan harkat dirinya di sisi Allah dan di sisi manusia.
Allah SWT berfirman dalam surat Al-Jumu’ah ayat 10:
“Maka apabila shalat telah selesai dilaksanakan, bertebaranlah di atas muka bumi ini dan carilah rizki karunia Allah dan ingatlah Allah sesering-seringnya supaya kamu beruntung”.
Dan dalam surat At-Taubah ayat 105:
Dan katakanlah: “Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang Mu’min akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada Allah Yang Maha Mengetahui akan yang ghaib dan yang telah kamu kerjakan”.
Hadits riwayat Thabrani menyebutkan bahwa: Sesungguhnya Allah Ta’ala senang melihat hamba-Nya yang penat karena sibuk dalam mencari rizki.
Selanjutnya Bukhari juga meriwayatkan bahwa: tidak ada makanan yang lebih baik bagi seseorang selain dari apa yang dihasilkan oleh karya tangannya sendiri.
Dalam hadits riwayat Ibn Asakir juga menyebutkan bahwa barangsiapa yang pada malam hari kepayahan karena mencari rizki yang halal, maka dosanya diampuni.
Ayat Al-Qur’an dan hadits-hadits di atas memberikan pelajaran kepada kita tentang betapa pentingnya kerja keras, kerja tekun dan sungguh-sungguh untuk mencari nafkah hidup.
Rasulullah SAW menyatakan bahwa meminta-minta karena malas, bukan karena meminta haknya dan bukan terpaksa karena terdesak oleh suatu keperluan, dapat melahirkan kemiskinan bagi yang bersangkutan. Islam, selain menekankan tentang betapa pentingnya kerja keras mencari nafkah dan melarang kaum Muslimin bersikap malas dan senang meminta-minta, juga mengingatkan agar kaum Muslimin bekerja mencari nafkah dengan cara yang halal dan terpuji. Mereka tidak boleh diperbudak oleh harta, mereka tidak boleh menghalalkan segala cara untuk memperoleh harta.
Semoga Ibadah puasa dan ibadah-ibadah lainnya di bulan ramadhan ini nantinya dapat melahirkan nilai-nilai ketaqwaan, nilai-nilai persaudaraan, kebaran dan kejujuran. Wa Allah A’lam bi al-Shawab.

Keistimewaan Orang Berpuasa

Keistimewaan Orang Berpuasa

وَجَعَلَ فِيْهَا سِرَاجًا وَقَمَرًا مُنِيْرًا. أَشْهَدُ اَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وأََشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وُرَسُولُهُ الَّذِيْ بَعَثَهُ بِالْحَقِّ بَشِيْرًا وَنَذِيْرًا، وَدَاعِيَا إِلَى الْحَقِّ بِإِذْنِهِ وَسِرَاجًا مُنِيْرًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا. أَمَّا بَعْدُ؛
Segala puji bagi Allah, yang Maha Mengetahui dan Maha Melihat hamba-hambanya, Maha suci Allah, Dia-lah yang menciptakan bintang-bintang di langit, dan dijadikan padanya penerang dan Bulan yang bercahaya. Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad adalah hamba-Nya dan Rasul-Nya, yang diutus dengan kebenaran, sebagai pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan, mengajak pada kebenaran dengan izin-Nya, dan cahaya penerang bagi umatnya. Ya Allah, curahkan sholawat dan salam bagi nya dan keluarganya, yaitu doa dan keselamatan yang berlimpah.
Hadirin Jama'ah yang dirahmatilah Oleh Allah SWT
Sungguh besar rahmat dan hidayah yang diberikan oleh Allah SWT kepada kita karena masih dipertumakan pada kesempatan yang paling berbahagia ini yakni bulan suci Ramadhan. Bulan yang penuh dengan berkah, bulan yang lebih baik, lebih utama dari seribu bulan. Bulan dimana seluruh perbuatan amal baik dilipatgandakan pahalanya oleh Allah SWT oleh karena itu marilah kita sama-sama memanfaatkan momentum Ramadhan ini untuk berlomba-lomba menjadi pribadi yang Taqwa kepada-Nya, saling memberi nasehat dan saling memaafkan.
Tahukah kalian keutamaan orangorang yang berpuasa? terlebih puasa yang dilakukan pada bukan suci Ramadhan? Rasulullah SAW bersabda:
إِنَّ فِى الْجَنَّةِ بَابًا يُقَالُ لَهُ الرَّيَّانُ ، يَدْخُلُ مِنْهُ الصَّائِمُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ، لاَ يَدْخُلُ مِنْهُ أَحَدٌ غَيْرُهُمْ يُقَالُ أَيْنَ الصَّائِمُونَ فَيَقُومُونَ ، لاَ يَدْخُلُ مِنْهُ أَحَدٌ غَيْرُهُمْ ، فَإِذَا دَخَلُوا أُغْلِقَ ، فَلَمْ يَدْخُلْ مِنْهُ أَحَدٌ
“Sesungguhnya di surga ada sebuah pintu yang disebut “Ar Rayyan“. Orang-orang yang berpuasa akan masuk melalui pintu tersebut pada hari kiamat. Selain orang yang berpuasa tidak akan memasukinya. Nanti orang yang berpuasa akan diseru, “Mana orang yang berpuasa.” Lantas mereka pun berdiri, selain mereka tidak akan memasukinya. Jika orang yang berpuasa tersebut telah memasukinya, maka akan tertutup dan setelah itu tidak ada lagi yang memasukinya” (HR. Bukhari no. 1896 dan Muslim no. 1152).
Janji Surga bagi Mereka yang Berpuasa.
Pada hadis tersebut sangat jelas Janji Allah SWT bagi mereka yang melaksanakan puasa adalah Surga balasanya. Janji ini adalah bayaran yang setimpal bagi mereka yang sudah berpuasa, atas keikhlasan serta kesabaran menjalankan ibadah puasa sehingga dengan menahan lapar dan dahaga seharian. Susah payah yang dilakukan oleh orang yang berpuasa diistemewakan oleh Allah SWT dengan pintu surga Ar-Rayyan. Pintu surga yang senang tiasa memanggil mereka yang telah menjalankan ibadah puasa dengan baik selama berada di dunia.
Ar-Rayyan berasal dari kata al-ray yang berarti pengairan, segar atau juga bisa diartika sebagai pemandangan yang indah. Kenapa kata-kata ini lebih merujuk pada air daripada makanan? Hal ini sesuai dengan kebanyakan rasa dahaga yang dirasakan oleh orang yang sedang puasa dibandingkan dengan rasa lapar.
Zain Ibnu al-Munir mengatakan: “Rasulullah mengatakan pintu al-Rayyan ada ‘di dalam surga’ tidak mengatakan ‘bagi surga/pintu surga', hal ini menunjukkan bahwa orang-orang yang berpuasa akan mendapatkan keutaamaan bahkan di dalam surga sekalipun mereka memiliki tempat yang istimewa. Keutamaan bertujuan agar orang-orang muslim semakin rindu untuk kembali ke dalam Surga.
Selain dari riwatat Zain Ibnu al-Munir, al-Nasa'i dan Ibnu Khuzaimah meriwayatkan sebuah hadis dari Sa'id Ibn 'Abdurrahman yang memberikan tambahan penjelasan mengenai mengenai Pintu Ar-Rayyan yang berbunyi:
عَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ – رضى الله عنه – عَنِ النَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – قَالَ « فِى الْجَنَّةِ ثَمَانِيَةُ أَبْوَابٍ ، فِيهَا بَابٌ يُسَمَّى الرَّيَّانَ لاَ يَدْخُلُهُ إِلاَّ الصَّائِمُونَ »
Dari Sahl bin Sa’ad radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, ia berkata, “Surga memiliki delapan buah pintu. Di antara pintu tersebut ada yang dinamakan pintu Ar Rayyan yang hanya dimasuki oleh orang-orang yang berpuasa.
Balasan bagi mereka yang berpuasa adalah pengharagaan Allaw SWT atas mereka yang menyatakan beriman dan berpuasa, dan juga bagi balasan bagi mereka yang dengan ikhlas menjalan ibadah kepada Allah SWT.
Hadirin Jamaah yang dimuliakan oleh Allah SWT
Selain dari keutamaan berpuasa sesuai dengan tuntunan Nabi Muhammad SAW, Ada satu perkara yang sering dilupakan oleh mereka yang sedang melakukan ibadah, yakni Ikhlas. Puasa adalah ibadah yang sering dipelintir oleh segolongan orang sesat yang mencari ilmu kebatinan atau syarat untuk mendapatkan kesaktian bukanlah puasa yang dimaksud disini, tapi puasa yang dimaksud adalah puasa yang ditujukan kepada Allah SWT dan tidak niat apapun dibaliknya selain mendapatkan balasan dari Allah SWT, karena sesungguhnya puasa yang ditujukan baginya akan mendapatkan surga sebagai balasanya.
إِنَّكَ لَنْ تَدَعَ شَيْئاً اتِّقَاءَ اللَّهِ جَلَّ وَعَزَّ إِلاَّ أَعْطَاكَ اللَّهُ خَيْراً مِنْهُ
“Jika engkau meninggalkan sesuatu karena Allah ‘azza wa jalla, maka Allah akan mengganti padamu dengan yang lebih baik” (HR. Ahmad 5: 78, sanad hadits ini shahih kata Syaikh Syu’aib Al Arnauth).
Ganjaran ini diberikan kepada orang yang berpuasa dan meinggalkan Syahwat yang sungguh sangat susah untuk dilawan karena menyerang fikiran manusia setiap saat dan tanpa rasa lelah bahkan Syawaht sendiri lebih kuat menyerang manusia dari pada iblis. Maka barang siapa yang mampu melawan hawa nafsu akan dimulaikan oleh Allah SWT
يَدَعُ شَهْوَتَهُ وَأَكْلَهُ وَشُرْبَهُ مِنْ أَجْلِى
“Disebabkan dia telah meninggalkan syahwat dan makanan karena-Ku” (HR. Bukhari no. 7492 dan Muslim no. 1151).
Hadirin Jama'ah yang dirahmati oleh Allah SWT
Oleh karena besarnya pahala orang yang bepuasa seperti yang telah dijanjikan oleh Allah SWT, maka dari itu saya mengajak para jama'ah sekalian untuk segera memperbaiki ibadah puasanya. Merubah niat yang awal salah menjadi niat karean Allah SWT, yang awalanya karena ingin mencari kekuatan kemudian dikembalikan ke jalan yang lurus dan bertaubatlah, sesungguhnya nabi Muhammad SAW yang telah dijamin masuk Surga oleh Allah SWT masih saja beristigfar dan memohon ampun kepada Allah SWT.
Demikian ceramah singkat mengenai keutamaan puasa, kurang dan lebihnya mohon dimaafkan
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Ahli Ibadah, tapi Ahli Neraka

Ahli Ibadah, tapi Ahli Neraka

الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ، وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ عَلَى أُمُورِ الدُّنْيَا وَالدِّينِ، وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلىَ أَشْرَفِ الـمُرْسَلِينَ وَعَلىَ آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْـمَـعِينَ،
وَأَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُه، أَمَّا بَعْدُ
Kaum muslimin yang dirahmati Allah,
Puji syukur kita haturkan ke hadhirat Allah, atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya, kita dimudahkan untuk melaksanakan berbagai ketaatan dan ibadah kepada-Nya. Kita bersyukur kepada Allah, atas petunjuk yang Dia curahkan kepada kita, sehingga kita bisa menyembah-Nya,beribadah kepada-Nya dan tunduk terhadap aturan-Nya.jual quran readpen
Betapa banyak manusia di alam ini yang tersesat, sehingga mereka tidak menyembah Allah, namun yang mereka sembah adalah setan. Mereka menyembah, namun salah sasaran. Kita dan mereka sama-sama ibadah. Bedanya, kita beribadah kepada Tuhan yang benar, Al-Haq. Sementara mereka beribadah kepada tuhan yang batil, menyembah thaghut, yang tidak layak untuk disembah.
Hadhirin yang saya hormati…,
Kita dan mereka sama-sama capek, kita dan mereka sama-sama mengorbankan waktu dan tenaga. Bahkan bisa jadi, mereka lebih capek dibandingkan kita.
Allah berfirman menceritakan keadaan salah satu ahli neraka,
عَامِلَةٌ نَاصِبَةٌ . تَصْلَى نَارًا حَامِيَةً
“Rajin beramal lagi kepayahan, namun, memasuki api yang sangat panas (neraka).” (QS. Al-Ghasyiyah: 3 – 4).
Ibnu Katsir dalam tafsirnya menyebutkan satu riwayat dari Abu Imran Al-Jauni, bahwa suatu ketika Umar bin Khatab radhiyallahu ‘anhu pernah melewati sebuah kuil, yang ditinggali seorang rahib nasrani.
Umarpun memanggilnya, ‘Hai rahib… hai rahib.’ Rahib itupun menoleh. Ketika itu, Umar terus memandangi sang Rahib. Dia perhatikan ada banyak bekas ibadah di tubuhnya. Kemudian tiba-tiba Umar menangis.
Beliaupun ditanya, ‘Wahai Amirul Mukminin, apa yang membuat anda menangis?. Mengapa anda menangis ketika melihatnya.’
Jawab Umar, ‘Aku teringat firman Allah dalam Al-Quran, (yang artinya) ‘Rajin beramal lagi kepayahan, namun, memasuki neraka yang sangat panas’ Itulah yang membuatku menangis.’ (Tafsir Ibn Katsir, 8/385).
Kaum muslimin, yang berbahagia…,
Tahukah anda mengapa mereka di neraka?
Mereka rajin ibadah, namun semua sia-sia, justru mengantarkan mereka ke neraka?
Apakah Allah mendzalimi mereka? Tentu tidak, karena Allah tidak akan pernah mendzalimi hamba-Nya. Allah haramkan diri-Nya untuk mendzalimi hamba-Nya.
Lalu apa sebabnya?
Tentu saja semua itu kembali kepada pelaku perbuatan itu. Sebabnya adalah dia salah dalam beribadah. Dia beribadah, namun salah sasarannya, salah tata caranya, salah niatnya, salah yang disembah, atau salah semuanya. Sehingga bagaimana mungkin Allah akan menerimanya? Dan di saat yang sama, Allah justru memberikan hukuman kepada mereka. Wal ‘iyadzu billah..
Saudaraku sesama muslim, yang dirahmati Allah..,
Menyadari hal ini, sudah selayaknya kita bersyukur, Allah jadikan kita orang mukmin, padahal kita tidak pernah memintanya. Kita patut bersyukur, kita terlahir dari keluarga muslim, padahal kita tidak pernah diminta untuk memilihnya. Yang ini menjadi salah satu modal bagi kita agar ibadah kita diterima oleh Allah.
Hadirin…,
Kita sudah memiliki modal iman, tinggal saatnya kita berusaha agar amal kita diterima Allah. Bagaimana caranya? Caranya: kita berupaya agar amal yang kita kerjakan adalah amal yang benar. Benar sesuai dengan kriteria yang ditetapkan syariat.
Kriteria itu, Allah nyatakan dalam firman-Nya,
فَمَنْ كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا
Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, Maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya”. (QS. Al-Kahfi: 110).
Keterangan ayat,
“Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya” artinya dia siap bertemu Allah dengan membawa bekal amal yang diterima.
“hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh”, itulah amal yang diajarkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
“dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya”, dengan ikhlas karena Allah ketika beribadah.
Itulah salah satu ayat yang menjelaskan kriteria amal yang benar dalam syariat,
Benar niatnya: ikhlas karena mengharap balasan dari Allah
Benar tata caranya: sesuai petunjuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Jamaah yang dimuliakan Allah,
Niat yang ikhlas semata, belumlah cukup untuk membuat amal kita diterima. Semangat, bukan modal utama agar amal kita diterima. Karena kita juga dituntut untuk benar dalam tata caranya.
Sebagai mukmin, kita tentu tidak ingin amal kita ditolak karena salah prakteknya. Kita dalam beramal telah mengeluarkan modal tenaga, waktu, atau bahkan harta. Jangan sampai menjadi batal, karena kita kurang perhatian dengan tata cara beramal.
Karena itu, mari kita menjadi orang yang mencintai sunah dan berusaha membumikan sunah. Berusaha menyesuaikan amal kita dengan sunah. Dengan itu, kita bisa berharap, amal kita diterima. Kita bisa tiru semangat para ulama dalam meniti sunah, hingga mereka berdoa,
اللهم أمتنا على الإسلام وعلى السنة
“Ya Allah, matikanlah aku di atas islam dan sunah…” (HR. Al-Khatib dalam Tarikh Baghdad, 9/354).
Semoga Allah menerima amal kita dan tidak menjadikannya sia-sia. Amiin.

Tentang Kewajiban Berpuasa

Tentang Kewajiban Berpuasa
Assalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarrakatu 

Alhamdulillahirrabil alamin  wasalatu wasalamu asrafil anbiya iwal mursalin wa’ala alihi wasahbihi azmain.

Pertama – tama dan yang palimg utama marilah kita panjatkan puji beserta syukur kita kehadirat Allah SWT. yang mana Ia telah memberikan rahmat dan hidayahnya berupa kesehatan keimanan dan juga kesempatan kepada kita semua sehingga kita bisa berkumpul ditempat yang kita cintai ini.. 

Salawat berangkaikan salam kita hadiahkan kepada roh junjungan alam yakni nabi besar Muhammad SAW. Baiklah untuk mempersingkat waktu, kita masuki judul ceramah kita pada hari ini yaitu yang berjudul :

Puasa

       Puasa adalah menahan lapar mulai dari terbitnya fajar di sebelah timur sampai terbenamnya matahari disebalah barat. Yang mana ketika kita berpuasa, kita dilatih untuk menahan nafsu, menahan lapar dan menahan haus.

Puasa merupakan salah satu yang termasuk dalam rukun islam, yaitu rukun islam yang ke - 4. Pastinya kita semua sudah pada mengetahui rukun – rukun islam. Hanya sekedar mengingat kembali, Rukun islam yang ke.

1. Mengucapkan dua kalimat sahadat
2. Mengerjakan shalat
3. Membayar zakat
4. Mengerjakan puasa,
5. Naik haji bagi yang mampu. 

     Rukun islam merupakan kewajiban bagi seluruh umat islam dipenjuru dunia. Kewajiban berarti segala sesuatu yang harus atau mesti dikerjakan atau dilaksanakan. Maka dari itu kita sebagai umat muslim wajib berpuasa. 

Berdasarkan keterangan yang sangat jelas dari Al-Qur'an dan Sunnah. Bahkan, Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam menerangkan salah satu dari rukun Islam yang 5. Hal ini menunjukkan bahwa kedudukannya yang mulia dan agung dalam Islam.

Karenanya semua orang muslim wajib memperhatikan dan menjaganya dengan seksama agar sempurna bangunan di dalam dirinya.

Apabila ada seorang yang mengaku muslim namun meninggalkan puasa karena ia mengingkarinya, maka dia termasuk orang – orang yang kufur. 

Sedangkan bagiorang - orang yang tidak mengerjakan puasa karena malas atau lalai “tetap meyakini bahwa hukumnya wajib”, maka ia telah melakukan dosa yang besar dan kebinasaan karena tidak melaksanakan salah satu rukun Islam dan kewajiban yang penting. 

Adapun konsekuensi berdasarkan hukum fiqihnya, para ulama - ulama memiliki pendapat yang berbeda - beda. Sebagiannya berpendapat, bahwa bagi orang yang telah berbuka “tidak berpuasa” satu hari saja dari bulan Ramadhan maka wajib mengqadla puasanya sebanyak 12 hari. 

Ada juga yang pendapat bahwa mereka wajib berpuasa qadla selama satu bulan. Pendapat lainnya, mengatakan bahwa seseorang itu harus berpuasa selama 3000 hari dan ini merupakan pendapat al-Nakhai, Waqi' bin al-Jarrah,. 

Namun ada dua pendapat yang paling masyhur dalam masalah ini dan memiliki landasan argumen yang kuat, yaitu: wajib mengqadla tanpa kafarah dan cukup bertaubat tanpa harus qadla.

Pendapat Pertama: Wajib qadla saja
Pendapat ini merupakan pendapat yang sangat umum di kalangan para ulama, yaitu wajib mengqadla bagi orang yang sengaja berbuka (tidak berpuasa) pada bulan Ramadlan, yaitu dengan berpuasa sesuai jumlah hari yang dia rusak.

Pendapat Kedua: Tidak wajib mengqadla, dan hanya bertaubat dengan sebenar - benarnya "bersungguh - sungguh"
Menurut pendapat kedua ini, tidak cukup dengan qadla walaupun dia berpuasa setahun penuh. Sebabnya, karena dia sengaja merusak puasanya tanpa udzur syar'i. Maka tidak mencukupi hari untuk menggantikan hari yang dia rusak tersebut, karena qadla disyariatkan bagi orang yang memiliki udzur (berhalangan).

Allah Ta'ala berfirman yang maknanya :
Maka barang siapa di antara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain." (QS. Al-Baqarah: 184)

Maka barang siapa yang merusak puasa di bulan ramadhan tanpa ada udzur syar'i lalu mengganti puasanya itu di hari – hari yang lain, berarti telah membuat aturan baru dalam agama Allah yang tidak diizinkan oleh-Nya.
Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam juga bersabda yang maknanya "Siapa yang mengada-adakan hal baru dalam urusan kami ini (Islam) yang bukan berasal darinya, maka akan tertolak." (HR. Bukhari dari Aisyah radliyallahu 'anha)

Adapun firman Allah swt tentang puasa yang maknanya :
“Hai orang – orang yang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang – orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa”
(Q.S. Al-Baqarah : 183)

Dari arti firman Allah SWT. dalam Q.S. Al-Baqarah : 183, telah jelas bahwa puasa itu telah diwajibkan dan diperintahkan kepada orang – orang sebelum kita. Yang bertujuan untuk meningkatkan ketakwaan terhadap Allah SWT.

Pasti kita bertanya – Tanya, apa sebenarnya hikmah dari Puasa?

Berikut beberapa hikmah dari puasa

 

1. Puasa dapat menyempitkan aliran darah dan juga makanan. Aliran yang sama yang digunakan oleh syaitan. Sehingga bisikan syaitan akan menjadi lemah.

2. Puasa dapat melemahkan nafsu, hasrat berbuat maksiat dan keinginan berbuat jahat. Ini mengakibatkan roh menjadi suci.

3. Puasa juga merupakan penyucian hati, pendidikan jiwa, pengendalian pandangan mata dan juga menjaga seluruh anggota tubuh dari pada perbutan dosa.

4. Puasa dapat menyehatkan tubuh, kerana puasa mengosongkan perut dari berbagai bahan yang merusakkan. Puasa juga berfungsi membersihkan darah, menormalkan fungsi jantung, hati dan ginjal.

5. Apabila seseorang itu berpuasa, dirinya akan merasa kerdil di hadapan Allah SWT, hatinya akan mudah tersentuh dan rasa tamak akan menipis. Nafsunya terkawal sehingga doanya dikabulkan kerana dia dekat dengan Allah SWT.

     Mungkin diantara kita masih ada yang bingung, sebenarnya apa – apa saja yang dapat membatalkan ataupun yang dapat mengurangi pahala puasa, berikut akan saya sebutkan kembali tentang hal – hal yang dapat membatalkan ataupun yangdapat mengurangi pahala puasa :
  • Makan dan juga Minum yang dilakukan dengan sengaja
  • Merokok
  • Melakukan hubungan badan antara suami dan juga istri pada siang hari, Jima’ (berssenggema)
  • Keluarnya darah haid atau nifas bagi seorang perempuan
  • Menghirup obat untuk melegakan pernafasan
  • Menelan sisa - sisa makanan yang masih ada menempel di antara gigi-gigi meskipun hanya sedikit
  • Transfusi darah bagi orang yang berpuasa
  • Ghibah ( membicarakan aib kejelekan orang lain)
  • Namimah ( mengadu domba )
  • Mendo’akan hal – hal yang jelek terhadap orang lain dan juga mencaci-maki
  • Melakukan maksiat
  • Berbohong
  • Timbul syahwat kyang disebabkan memikirkan atau melihat hal-hal yang jorok ( mesum )

      Saudara saudari yang muliakan oleh Allah SWT. kita telah mengetahui apa saja hukum bagi orang – orang yang tidak berpuasa dengan sengaja, yaitu mendapatkan dosa yang besar. Naudzubilahimindzalik. Oleh sebab itu, untuk kedepannya semoga puasa kita akan lebih baik lagi,. Dan semoga kita menjadi umat muslim yang bertaqwa kepada Allah SWT, amin yarobal alamin.

Sekianlah ceramah dari saya apa bila ada kesalahan dalam penyampaian, ataupun kata – kata yang kurang berkenan saya mohon maaf, karena kesempurnaan itu hanya milik Allah SWT. akhirul kalam Wassalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh.