Ciri Ketakwaan Sebagai Refleksi Kemenangan Sejati di Hari yang Fitri

Ciri Ketakwaan Sebagai Refleksi Kemenangan Sejati di Hari yang Fitri

Allahu Akbar 3X Walillaahilhamdu.
Jamaah Sekalian Rahimakumullah.
Puji syukur layak terpanjatkan kehadirat Allah SWT yang Maha Agung, penguasa kerajaan langit dan bumi yang tiada henti mencurahkan rahmat-Nya untuk kita sekalian. Dia-lah yang telah menganugerahkan fajar cerah di pagi ini yang memancarkan sinarnya menghampar ke segala penjuru bumi, sinar yang menghembuskan hawa kebahagiaan hingga wajah-wajah kita terlihat begitu menawan dengan senyuman kebahagiaan dan hati-hati kita terasa begitu damai dan tenteram. Inilah dampak kemenangan yang telah kita raih, kemenangan atas hawa nafsu dan kemenangan atas iblis yang terkutuk serta bala tentaranya, namun di antara semua itu hikmah dari kemenangan yang terpenting bagi kita adalah keberhasilan meraih pakaian taqwa yang menjadikan kita begitu mulia di sisi Allah SWT.
Idul Fitri, inilah hari besar yang kita rayakan, inilah hari yang penuh cinta, inilah hari yang telah sanggup menghalangi manusia dari berbagai perbuatan mudharat. Hari ini, tindak kriminalitas menurun secara drastis, perbuatan maksiat dan fahisyah turun hingga ke titik nadir, hampir tak ada penjahat yang ditangkap, pengadilan atas kejahatan terhenti untuk sejenak. Peperangan, pembantaian, penindasan juga sirna untuk sebentar.
Orientasi keduniaan kita yang cenderung menghiasi kehidupan kita di ruang-ruang kerja, di kantor, di tempat hiburan, di pusat-pusat perbelanjaan, di darat dan di lautan juga untuk sementara waktu kita redam. Kebisingan kota, hilir mudik kendaraan di jalanan, keriuhan di pasar-pasar dan mall-mall, juga kesibukan di perkantoran, di pabrik-pabrik untuk sejenak juga lengang berganti dengan riuh suara takbir, tahmid dan tahlil.

الله أكبر, الله أكبر, الله أكبر, ولله الحمد

Di hari yang penuh berkah ini, dunia dipenuhi kedamaian dalam indahnya nuansa silaturahim. Saling berbagi dan saling menyapa menghias di tengah gema takbir, tahmid dan tahlil yang terus berkumandang. Itulah pekik kemenangan kita setelah berpuasa sebulan penuh, tidak hanya sekedar kemenangan fisik belaka dengan sekedar mengalahkan hawa nafsu perut kita dan hawa nafsu seksual kita, akan tetapi lebih dari itu kita telah berhasil memenangkan orientasi atau tujuan ukhrawi kita atas syahwat duniawi kita.
Jamaah ‘Ied rahimakumullah …,
Sebagai orang beriman tentu kita memahami bahwa segala anugerah dan nikmat batin yang kita rasakan di hari raya ini tidak terjadi begitu saja. Allah SWT jualah yang telah menghendaki kemenangan ini, Dia yang telah menghendaki hadirnya rasa bahagia di hati ini, Dia yang telah menghendaki kelapangan di dada ini hingga kita menjadi begitu pemurah dan mudah memaafkan kesalahan orang, Dia pulalah yang menghendaki hadirnya rasa haru di hati kita tatkala membayangkan wajah-wajah orang yang kita kasihi tidak lagi bersama kita di hari yang penuh bahagia ini. Bagi sanak famili yang jauh, Alhamdulillah dengan kecanggihan alat komunikasi di era modern ini kita dapat berkomunikasi dengan orang-orang tercinta kita dengan erat walau tangan ini tak sanggup untuk terjabat.
Namun bagi orang-orang terkasih yang telah mendahului kita maka apalah daya, hanya doa yang dapat kita panjatkan sebagai bentuk salam kerinduan kita untuk mereka yang dulu pernah kita kecup tangannya yang terbalut keriput, dan dulu pernah kita peluk erat tubuhnya yang telah tua renta. Kini kebersamaan itu tiada lagi, sosok orang-orang yang kita kasihi itu kini terkulai di bawah seonggok tanah berbatu nisan, makamnya yang belum tentu dapat kita ziarahi setiap saat. Semoga Allah merahmati mereka yang telah mendahului kita.

الله أكبر, الله أكبر, الله أكبر, ولله الحمد

Jamaah ‘ied rahimakumullaah,
Marilah kita merefleksi dan merenungkan sejenak kemenangan dari hasil perjuangan kita yang dianugerahkan Allah SWT melalui Ramadhan-Nya yang insya Allah sanggup kita pertahankan dalam keseharian hidup sebagai ciri ketaqwaan kita. Di antara kemenangan itu adalah:
1. Kemurahan Hati Kita yang Mengalahkan Sifat Kikir dan Tamak
Ketamakan dan kekikiran adalah adalah sisi buruk dari perilaku manusia yang mendatangkan mudharat. Inilah sumber malapetaka sosial yang melanda umat negeri ini. Ketimpangan ekonomi dan kesenjangan sosial yang melanda negeri ini telah memporak-porandakan pranata sosial di tengah-tengah masyarakat. Jurang pemisah antara kaya dan miskin, pejabat dan rakyat, ulama dan umatnya semakin terasa begitu menganga. Di tengah maraknya kemewahan yang dipertontonkan oleh kalangan elit yang semakin materialistik di atas negeri yang bertebaran 60 juta orang miskin ini sangat mungkin menimbulkan ‘kekecewaan sosial’ dan melahirkan ‘kemarahan massal’ dari mereka secara langsung ataupun tidak menjadi korban ketamakan dan kebakhilan kalangan elit di negeri ini.
Ramadhan telah mengantarkan manusia lebih dekat kepada nilai-nilai kemanusiaannya. Membangun kecintaan kepada sesama manusia, menebarkan kasih sayang, silaturahim, serta menebar kemurahan hati akan menciptakan pranata sosial yang bersahaja karena akan terjadi harmoni yang indah antara semua elemen dalam masyarakat; antara kaya dan miskin, konglomerat dan kaum melarat, pejabat dan rakyat jelata, pemimpin dan bawahan, ulama dan umat dan seterusnya. Di bulan Ramadhan kepekaan sosial kita terasah. Dengan puasa, kita terlatih untuk melakukan pengorbanan dan bermurah hati.
Dr. Carl, seorang psikoanalis mengatakan, “untuk mencapai peningkatan yang simultan dan menyeluruh harus diikuti dengan pengorbanan dan ketulusan. Kemurnian jiwa hanya dapat dicapai dengan mengorbankan materi dan popularitas. Pengorbanan diri adalah kebiasaan orang-orang yang memahami keadilan dan kebenaran iman kepada Allah. Orang yang mengorbankan jiwa mereka untuk keadilan, cinta dan keharmonisan telah mampu mengawinkan antara akal, cinta serta kasih sayang. Pada keadaan inilah manusia akan mencapai puncak mega keindahan, cahaya kebenaran dan keadilan.” Mungkin inilah yang sering kita anggap dengan kepuasan batin yang tak dapat dinilai dengan harta.
Rasulullah SAW bersabda: “Orang yang murah hati dan berakhlak baik selalu berada di bawah lindungan Allah. Allah selalu dekat dengan mereka dan akan membimbing mereka menuju kebahagiaan . Tidak ada seorang yang adil yang tidak memiliki sifat pemurah dan kasih sayang”.
Mari kita renungkan sebuah kisah bagaimana ketika Sayyidina Ali bin Abi Thalib RA telah mengajarkan kemurahan hati pada keluarganya yang pernah diriwayatkan oleh Ibnu Abbas RA, bahwa pada suatu ketika kedua putra Ali bin Abi Thalib , Hasan dan Husain sedang sakit parah, maka Ali dan istrinya Fathimah binti Rasulullah bernazar apabila kedua putra mereka sembuh maka mereka akan berpuasa 3 hari sebagai tanda syukur.
Atas karunia Allah SWT kedua anak merekapun sembuh. Keduanya pun mulai berpuasa nazar. Akan tetapi mereka tidak memiliki sesuatu walau sekedar untuk makan sahur dan berbuka. Mereka berpuasa dalam keadaan sangat lapar.
Pada pagi harinya, Ali pergi kepada seorang Yahudi bernama Syam’un. Ali kemudian berkata kepadanya: ‘Jika engkau ingin menyuruh seseorang untuk memintal wol dengan imbalan, maka istriku bersedia melakukannya’.
Orang Yahudi itu menyetujui dengan kesepakatan satu gulung wol dihargai tiga sha’ gandum. Pada hari pertama, Fathimah memintal sepertiga bagian wol, kemudian ditukarkan dengan 1 sha’ gandum, lalu ditumbuk dan dimasaknya menjadi 5 potong roti kering, yakni untuk Ali, Fathimah, Hasan, Husain, dan seorang hamba sahaya perempuannya bernama Fidhdhah.
Ketika waktu berbuka puasa tiba. Ali baru saja kembali dari shalat maghrib berjamaah dengan Rasulullah. Fathimah pun dalam keadaan letih setelah bekerja seharian penuh kemudian menyiapkan hidangan untuk keluarganya, tikar alas makan telah dibentangkan, di atasnya telah disiapkan roti dan air. Ali mengambil roti bagiannya, tiba-tiba terdengar sayup-sayup suara seorang fakir dari balik pintu rumah sederhana mereka yang mengharap belas kasih agar diberi makanan, ‘ Wahai keluarga Muhammad, aku seorang fakir, berilah makanan kepadaku, semoga Allah SWT memberimu makan dari makanan surga’.
Ali kemudian mendatangi pengemis itu dan memberikan roti keringnya. Seluruh keluarganya juga tak tinggal diam, mereka juga memberikan roti mereka. Ali memberitahukan bahwa dia telah memberikan rotinya kepada pengemis itu. Namun mereka menjawabnya, ‘kami juga ingin memperoleh kehormatan di sisi Allah seperti engkau, biarkanlah kami memberikan milik kami’. Akhirnya merekapun hanya berbuka dengan segelas air pada hari itu. Allah menguji mereka dengan keadaan itu selama tiga hari, dengan berturut-turut didatangi oleh anak yatim dan seorang tawanan dan merekapun melakukan hal yang sama.
Pada hari ke empat mereka memang tidak berpuasa, tetapi apalah juga yang mau dimakan. Hari itu tak ada makanan apapun di rumah mereka. Ali RA kemudian membawa kedua anaknya Hasan dan Husain sambil berjalan tertatih-tatih karena menahan lapar mengunjungi Rasulullah SAW sekedar untuk menghibur hati. Rasulullah SAW kemudian bersabda: ‘Sungguh menyedihkan hatiku melihat kalian menderita kekurangan dan kesengsaraan. Mari kita temui Fathimah’.
Rasulullah SAW menemui putrinya Fathimah yang dilihatnya sedang mengerjakan shalat nafil. Mata Fathimah terlihat cekung. Perutnya tertarik sampai menempel ke punggung karena sangat lapar. Rasulullah SAW kemudian memeluk putrinya dengan penuh kasih sayang dan mendoakan rahmat Allah baginya dan keluarganya. Pada saat itulah malaikat Jibril AS mendatangi Rasulullah SAW untuk menyampaikan kabar dan wahyu.
Kejadian itu telah menggetarkan ‘Arsy Allah karena para Malaikat bertasbih memuji perilaku keluarga yang mulia itu. Kisah inilah yang menjadi asbab nuzulnya Surat al-Insan, di mana pada ayat ke-8 dan 9 Allah SWT berfirman:

وَيُطۡعِمُونَ ٱلطَّعَامَ عَلَىٰ حُبِّهِۦ مِسۡكِينٗا وَيَتِيمٗا وَأَسِيرًا ٨ إِنَّمَا نُطۡعِمُكُمۡ لِوَجۡهِ ٱللَّهِ لَا نُرِيدُ مِنكُمۡ جَزَآءٗ وَلَا شُكُورًا ٩

“Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan orang yang ditawan. Sesungguhnya Kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keridhaan Allah, Kami tidak menghendaki balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan) terima kasih.” (QS. Al-Insan: 8 – 9)
2. Keikhlasan Kita yang Mengalahkan Sifat Riya
Mukhlisin adalah golongan orang-orang yang Allah SWT begitu ridha dengan mereka. Namun seikhlas-ikhlasnya dalam setiap amal tidak boleh sedikitpun merasa aman dari penyakit riya. Di sinilah peran kesabaran dalam ketaatan menjalankan perintah Allah SWT. Kesabaran adalah proses puncak menuju maqam mukhlisin. Puasa mengajarkan kita tentang bagaimana sebuah amal yang kita kerjakan hanya diketahui oleh Allah SWT.
Keadaan kita berpuasa atau keadaan tidak berpuasa menjadi rahasia antara kita dengan Allah semata. Inilah hikmah penting ibadah puasa kita. Melalui puasa sebulan penuh Allah men-tarbiyah kita untuk belajar meluruskan niat beramal agar tak tersusupi oleh sifat riya, ujub dan sum’ah. Riya menjadi penyebab rusaknya amal seseorang hingga tidak bernilai sama sekali di sisi Allah SWT.
Bahkan Rasulullah SAW menyampaikan kekhawatirannya di depan para sahabat utamanya, “Sesungguhnya hal yang paling aku takutkan atas kalian adalah syirik kecil, maka para sahabat bertanya: ‘apakah syirik kecil itu wahai Rasulullah?’. Beliaupun bersabda: ‘Syirik kecil itu adalah riya’. Pada hari kiamat ketika manusia dibalas dengan amal perbuatannya maka Allah akan berkata kepada orang-orang yang berbuat riya: ‘pergilah kalian kepada apa-apa yang kalian berbuat riya’, maka lihatlah apakah kalian mendapat balasan dari mereka”. (HR. Ahmad).
Tak ada seorangpun yang dapat merasa aman dari perbuatan syirik kecil ini bahkan para sahabat utama sekalipun seperti Abu Bakar dan Umar bin Khaththab tidak merasa aman darinya apalagi kita yang banyak disibukkan oleh perkara-perkara dunia.
Penyakit riya amatlah berbahaya karena ia menjangkiti seseorang bukan dalam keadaan seseorang bermaksiat tetapi justru ketika seseorang beramal shalih. Selain itu bila seorang yang beriman dalam amal shalihnya ternodai oleh sifat riya, berarti terdapat dalam dirinya satu bagian dari sifat-sifat kaum munafiqun.

إِنَّ الْمُنَافِقِينَ يُخَادِعُونَ اللَّهَ وَهُوَ خَادِعُهُمْ وَإِذَا قَامُوا إِلَى الصَّلَاةِ قَامُوا كُسَالَىٰ يُرَاءُونَ النَّاسَ وَلَا يَذْكُرُونَ اللَّهَ إِلَّا قَلِيلًا

“Dan apabila mereka (kaum munafiq) berdiri mengerjakan shalat, maka mereka berdiri dalam keadaan malas dan riya di hadapan manusia dan tidaklah mereka mengingat Allah kecuali sedikit sekali”. (QS. An-Nisaa’: 142)
Puasa adalah ibadah sirriyyah (tersembunyi) antara hamba dengan Khaliqnya. Di sinilah kita diajarkan untuk mengalahkan sifat riya. Berbeda dengan shalat yang dapat terlihat dari gerakannya, zakat yang nampak dari pemberiannya, dan haji yang nampak dari manasiknya. Banyak dari kalangan ahli ibadah ketika amal-amal kebajikannya ditimbang justru sama sekali tidak membuat mizan itu bergerak. Hal ini dikarenakan amal-amalnya tersebut ternodai oleh sifat riya.
Perbaikilah selalu niat kita dalam beramal, landasilah dengan keikhlasan. Bila terbersit riya di dalam hati maka lawanlah dan jangan menunda amal, karena yakinlah itu adalah godaan syaithan yang meniupkan was-was di dalam hati kita. Pandanglah kecil amal kita dan jangan terjerumus pada kebanggaan terhadap amal.
Firman Allah SWT:

وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ

“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan mengikhlaskan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus…” (QS. Al-Bayyinah: 5)
3. Pengendalian Diri Kita yang Mengalahkan Sifat Menuruti Hawa Nafsu
Bulan Ramadhan yang telah berlalu telah memberikan latihan berharga terhadap seluruh unsur dalam diri kita. Unsur fikrah, jasad, ruh, hati dan harta kita telah kita arahkan menuju kemaslahatan bagi diri kita dan orang lain. Ramadhan telah memberikan banyak ajaran berupa batasan dan rambu-rambu bagi orang yang menjalankan ibadah puasa. Di sinilah peran kesabaran kita dalam menahan diri dari perbuatan melanggar larangan Allah. Bagi orang yang berpuasa maka tantangan terberat yang dihadapi adalah dorongan untuk memenuhi keinginan hawa nafsunya. Namun, karena ketabahan dan kesungguhan kita dalam menjalankan ibadah shaum maka kita dapat mengendalikan keinginan-keinginan hawa nafsu itu.
Kegigihan kita dalam menahan pandangan dari perkara-perkara yang diharamkan, keseriusan kita dalam menjaga lisan dari perkataan-perkataan buruk, kehati-hatian kita dalam menghindarkan perut kita dari masuknya makanan-makanan syubhat dan haram, kesungguhan kita membersihkan pikiran dan hati dari prasangka buruk, sifat iri, dengki, dendam, amarah dan kesombongan, ketaatan dalam menjaga kemaluan kita dari hal-hal yang diharamkan, tidak mengumpulkan dan membelanjakan harta pada perkara-perkara yang dilarang oleh agama, mengendalikan tangan dan kaki kita agar tidak menyentuh atau melangkah ke tempat-tempat yang mengandung maksiat, serta menutup pendengaran kita dari ghibah dan perkataan-perkataan jelek dan mengandung cela. Maka ketika semua itu dapat kita kendalikan, barulah kita bisa merasakan manisnya iman. Inilah yang menjadi sebab datangnya hidayah dan taufik Allah SWT kepada kita.
Amalan ibadah puasa kita telah membuat hawa nafsu kita lebih stabil dan terkendali. Kita berharap semoga semua anggota tubuh yang telah kita kendalikan itu akan menjadi saksi yang akan membela kita di hadapan pengadilan Qadhi Rabbul Jalil.
Ingatlah firman Allah SWT:

يَوْمَ تَشْهَدُ عَلَيْهِمْ أَلْسِنَتُهُمْ وَأَيْدِيهِمْ وَأَرْجُلُهُمْ بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

Artinya: “Pada hari (ketika), lidah, tangan dan kaki mereka menjadi saksi atas mereka terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan.” QS. An Nur: 24.

وَمَا كُنْتُمْ تَسْتَتِرُونَ أَنْ يَشْهَدَ عَلَيْكُمْ سَمْعُكُمْ وَلَا أَبْصَارُكُمْ وَلَا جُلُودُكُمْ وَلَٰكِنْ ظَنَنْتُمْ أَنَّ اللَّهَ لَا يَعْلَمُ كَثِيرًا مِمَّا تَعْمَلُونَ

“Kamu sekali-sekali tidak dapat bersembunyi dari kesaksian pendengaran, penglihatan dan kulitmu kepadamu bahkan kamu mengira bahwa Allah tidak mengetahui kebanyakan dari apa yang kamu kerjakan”. (QS. Fushshilat Ayat: 22)
Inilah tiga hal di antara sekian banyak kemenangan yang telah kita capai di bulan Ramadhan dengan sebuah harapan semoga Allah memberi kemudahan untuk kita mempertahankannya di hari-hari selanjutnya. Tiga kemenangan yang akan senantiasa menyuplai energi amal bagi hadirnya cinta dan harmoni antara miskin dan kaya, atasan dan bawahan, orang tua dan anak, suami dan istri dan di antara seluruh komponen bangsa dan umat ini. Kini kita telah kembali fithrah, jangan nodai ke-fithrah-an ini hingga membuat kemenangan idul fithri ini menjadi sia-sia. Kita senantiasa berlindung kepada Allah dan memohon ampun kepadanya atas segala dosa dan kekhilafan yang kita lakukan.
Demikianlah khutbah ini jamaah sekalian, semoga ini menjadi bahan renungan bagi kita semuanya dan menjadikan kita semakin yakin dan percaya diri untuk menjadi manusia paripurna atau insan kamil dengan kemenangan ini.
Marilah kita akhiri pertemua kita kali ini dengan berdoa kepada Allah SWT agar amal ibadah kita selama bulan Ramadhan diterima di sisi Allah SWT, dan kita berhasil meraih derajat takwa.

Terimakasih ya Alloh, Engkau telah memberikan berbagai macam kenikmatan zhohir dan batin kepada kami…  Bimbing kami ya Alloh agar selalu bisa mensyukuri nikmat-nikmat Mu dengan syukur yang dalam, dengan syukur yang sungguh-sungguh.
Terimakasih ya Alloh, Engkau telah memberi kesempatan dan kekuatan kepada kami, untuk bisa hadir dimajlisMu yang mulia ini ya Alloh, berikan pertolongan Mu kepada kami, agar kami selalu dapat menjalankan perintah Mu dan menjauhi laranganMu,
Ya Alloh sempurnakan agama kami, berikan kemampuan kepada kami agar kami bisa berziarah kekota Mekah dan Madinah, mengunjungi ka’bahMu yang Mulia…, ampuni semua dosa kami, berikan kepada kami hati yang bersih, hilangkan dari hati kami kebencian, dendam dan kedengkian.
Bersihkan kotoran-kotoran batin dari hati kami ya Alloh…, sempurnakan ibadah kami dengan ikhlas dan istiqomah.
Ya Alloh … sekelam apapun masa lalu kami hapuskanlah ya Alloh.., sebanyak apapun kesalahan kami maafkan ya Alloh, sebesar apapun dosa-dosa kami ampuni ya Alloh.., ampuni kami semua jama’ah yang hadir di majlis ini ya Alloh.., jika sampai hari ini masih sering kau saksikan kami melangkah ketempat-tempat yang tidak Engkau Ridhoi.. ampuni kami ya Alloh, jika amal kami tidak sesuai dengan yang Engkau kehendaki ampuni ya Alloh…, jika kami sering melakukan hal-hal yang mendatangkan murka Mu ampuni kami ya Alloh..,Jika kesibukan kami dengan pekerjaan kami , sering membuat kami lupa beribadah kepada Mu ampuni ya Alloh…
Ya Alloh…, ya ‘Afuwwu.., Ya Ghofuur, ampuni semua dosa-dosa kami  ya Alloh.., karena tanpa ampunan Mu, tanpa rohmat kasih sayang Mu.., niscaya kami akan menjadi orang-orang yang hina dan celaka dunia akhirat.
Ya Alloh ...di pagi hari yang berbahagia ini, kami yang kecil duduk bersimpuh dihadapanMu.. Tiada daya dan upaya hanya dariMu ya Alloh, dariMu keselamatan, dariMu keberkahan, lunakkan hati kami ya Alloh, beri kesempatan kami untuk menyesali dosa-dosa kami. 


Ya Alloh ....Kami dengan pakaian yang dilumuri noda-noda kebodohan, bintik-bintik kemusyrikan, bintik-bintik kemunafikan .. memohon kepadaMu Ya Alloh ,bersihkan diri kami , hilangkan bintik dan noda kotoran dari kami , pandanglah kami , beri jalan kami, luruskan jalan yang kami tapak , mudahkan dan jelaskan tempat yang kami tuju.


Ya Alloh....Rasanya kami malu untuk memohon ini, namun karena meninggalkan bulanMu yang suci kami lebih malu kalau keluar dalam keadaan kotor... kami minta karuniaMu, kemurahan dan ampunanMu agar kami keluar dari Bulan Romadhon dengan bersih aman, damai dan sentosa tiada suatu ganjalan yang membuat amalan kami tertahan untuk menghadapMu...


Ya Alloh ..Hilangkan dendam diantara kami, hasud dengki yang menghiasi hati kami, Ria’-sombong yang selalu kami jalani .. Hanya karena ampunanMulah ..dan hanya karena keperkasaanMulah , Engkau menghapuskan segala dosa yang telah kami perbuat ..

Ya Alloh ... dipagi ini , kami memohon padaMu .. janganlah kau siksa kami karena kehilapan kami, kesalahan kami dan janganlah kau bebankan kepada kami apa yang tidak mampu untuk memikulnya, terangi kami sempurnakan cahaya kami, agar kami tidak termasuk orang-orang yang sesat.
Pada pagi ini, kami mengakui akan segala perbuatan kami : kami melawan orang tua kami..kami membentak ! menghardik ! Kamipun merasa berdosa terhadap tetangga kami.., terhadap sesama kami rekan guru dan pimpinan kami .. kami menggunjing, mengumpat bahkan memfitnah...! tapi kalbu ini seperti beku , tak merasakan dinginnya ayat-ayatMu, telinga kami tuli.. sehingga sering kami mengabaikan panggilanMu padahal kami mampuh untuk datang...

Hanya Engkaulah yang tahu ya ..Alloh, akan segala detak jantung kami , desah nafas kami .Yang kami lakukan kadang bukan untukMu ya Alloh..
Ya Allah jika begitu lama kami melalaikan perintah-Mu. Jika bertahun-tahun kami terpedaya oleh hawa nafsu kami sehingga lalai dari jalan-Mu, jika dengan sengaja atau tidak sengaja, dengan terang-terangan atau sembunyi-sembunyi kami telah berbuat durhaka kepada-Mu dan telah menganiaya diri kami sendiri. Maka maafkanlah kami dan ampunilah dosa-dosa kami. Innaka ‘Afuwwun Tuhibbul ‘Afwa Fa’fu ‘Anna.
Ya Allah yang Maha Kuat! berikanlah kami kekuatan agar kami mampu memikul beban yang dititipkan di pundak kami, Ya Allah yang maha Maha Kaya lepaskanlah kami dari lilitan utang dan kesulitan ekonomi kami, Ya Allah yang Maha  Penyayang buanglah rasa benci dan dendam yang bersemayam di dalam dada kami, Ya Allah yang Maha Pengasih tanamkanlah dalam dada kami rasa kasih kepada orang tua kami, anak-anak kami, dan saudara-saudara kami. Ya Allah yang Maha Mendengar lagi Maha Penerima Taubat dengarlah permohonan kami dan terimalah taubat kami. Innaka Antas Samiud Du’a wa Innaka Antat Tawwabur Rahim.

Ya Allah Ya Rabb, anugerahkan rasa syukur kepada kami agar kami dapat mengerti arti jasa ibu bapak kami, terkhusus ibu kami, yang bersedia dengan tulus menampung kami selama berbulan-bulan di dalam rahimnya dalam keadaan lemah dan bertambah lemah, yang rela bersakit-sakit bersimbah darah ketika melahirkan kami, yang bersedia mempertaruhkan nyawanya demi agar kami dapat menghirup udara kehidupan, yang bersedia terganggu tidurnya setiap malam demi agar kami dapat tertidur lelap, yang bersedia menahan rasa lapar dan dahaganya demi agar kami dapat merasakan kenyang.
Ya Allah Ya Rabb, kami tahu keridhaan-Mu terdapat pada keridhaannya dan kemurkaan-Mu terdapat pada kemurkaannya, maafkan kami jika selama ini khilaf telah melukai hatinya atau membuatnya tidak ridha kepada sikap dan tingkah laku kami. Maafkan kami ya Allah jika kami tidak mampu membalas kebaikannya. Kami tahu bahwa yang ia butuhkan dari kami bukanlah materi dan harta tapi cinta dan kasih sayang kami seperti ia menyayangi kami di waktu kecil. Maafkan kami jika ia sakit kami tak menjenguknya. Jika ia butuh, kami tak di sampingnya. Jika ia merindukan kami, kami tak datang menyapanya. Ya Allah ya Rabb Jadikanlah kami hamba-hamba yang siap mengistimewakannya di dalam hati kami, lalu mau membalas jasa-jasanya, meski kami sadar tidak akan mampu membalasnya. Karena kami tahu Ya Alloh, setetes air susu ibu yang telah kami minum tidak akan terbayarkan meskipun diganti dengan nyawa dan semua harta yang kami miliki.. ya Alloh...
Ampuni dosa-dosa kedua orang tua kami ya Alloh.., darah daging mereka melekat pada tubuh kami, jasa-jasa mereka tak mungkin terbalaskan oleh kami, kami bisa seperti ini karena jasa-jasanya, kami menjadi seperti ini karena perjuangannya.
Ampuni kami ya Alloh …, jikalau sampai hari ini, kami belum bisa berbakti kepadanya, kami belum bisa membalas budinya…, maafkan kami pernah membentaknya, kami pernah menyia-nyiakannya, kami pernah menzholiminya, kami pernah berkata kasar kepadanya.., bahkan kami pernah menyuruh-nyuruhnya ya Alloh..Jadikan sisa umur kami ini menjadi anak yang berbakti kepadanya, memulikannya dunia akhiratnya ..
Ya Alloh.., berikan kepada kami keluarga yang  mawadah wa rohmah..sakinah, karuniakan kepada kami anak yang sholih sholihah, anak-anak yang berbakti kepada kami, anak-anak yang selalu menghormati kami, tahan mereka agar tidak berkata kasar kepada kami, mekipun kami kurang bisa menahan diri untuk tidak berkata kasar kepada mereka, sayangi kami dengan pelayanan mereka ya Alloh meskipun kami kurang sabar dalam melayani mereka.., jadikan anak-anak kami, anak-anak yang taat dan berbakti kepada kami…. Hindarkan kami dari anak-anak yang durhaka, hindarkan kami dari anak-anak yang tidak yang tidak menghormati kami, jauhkan kami dari anak-anak yang membuat kami malu dunia dan akhirat,
Berikan kepada kami anak-anak yang menunggu kami di tahta Surga-Mu ya Alloh..,bukan anak-anak yang menjerumuskan kami kedalam jurang neraka Mu…
Ya Alloh..,( karuniakan kepada kami husnul khootimah 3X), panggil kami kalau waktunya tiba… pada waktu yang terbaik, ditempat yang terbaik, dalam keadaan yang terbaik….
Ya Alloh.., ketika ajal kami tiba nanti, jangan Kau cabut nyawa kami disaat tidak ada seorangpun disamping kami ya. Alloh..
Ketika kami naza’ menghadapi sekaratul maut, hadirkan anak-anak kami sejauh apapun mereka berada, hadirkan mereka disekeliling kami ya Alloh…, jangan kau biarkan kami sendirian disaat kami takut dan berat berpisah dengan mereka, ….
Ketika kami menghadapi maut ya.. Alloh.., genggamkan tangan kami dengan tangan mereka, satukan tubuh kami dalam dekapan mereka, bimbing kamii… talqin kami dengan kalimat tauhid
LAA ILAAHA ILLALLOH dengan lisan mereka ya Alloh..,tempelkan lisan mereka ditelinga kami, agar mereka bisa menuntun kami menyebut asmaaa Mu.. ALLOH…ALLOH…ALLOH…., , sehingga kami meninggalkan dunia yang fana ini dengan menyebut nama Mu.. yaa Alloh….
Ketika  kami telah mati nanti ya.. Alloh..,mandikan jenazah kami dengan tangan-tangan mereka, bersihkan kotoran-kotoran kami yang tersisa dengan tangan-tangan mereka, karena Engkau mengetahui  betapa tangan-tangan ini dulu ikhlas membersihkan kotoran mereka.. ketika mereka masih kecil ya Alloh..,kafani jenazah kami dengan tangan-tangan mereka.., satukan kedua tangan didada kami dengan jari-jari mereka, sholati jenazah kami dengan barisan mereka, angkat jenazah kami dengan pundak-pundak mereka..,,masukkan jasad kami ke liang lahat bersama doa-doa  mereka, sinari kubur kami dengan lantunan ayat-ayat Al-Qur’an yang dikumandangkan oleh mereka, bebaskan kami dari azab kubur atas doa dan kesholihan mereka, syafa’ati kami diakhirat nanti dengan kesholihan mereka yaa Alloh….
Ya Alloh.. hanya Engkaulah yang Maha Segalanya, Engkau penggenggam alam semesta ya Alloh jangan biarkan kami berharap, kecuali hanya berharap kepada Mu, jangan biarkan kami mohon perlindungan kecuali cukupkan hanya mohon perlindungan Mu ya Alloh…Jangan biarkan kami dihina dan direndahkan oleh dunia ini, melainkan titipkan kepada kami dunia yang berkah, bisa membuat hidup kami bermanfaat dan kekal bahagia diakhirat nanti…

Ya Alloh .... Bersihkan hati kami dari unsur-unsur kemunafikan , segala amal kami dari unsur riya’, lisan kami dari unsur dusta, mata kami dari unsur khianat. Karena sesungguhnya hanya Engkaulah yang mengetahui khianat mata dan segala sesuatu yang tersimpan rapat dalam dada.
Ya Alloh .... Rahmatilah keterasingan kami didunia ini, rahmatilah kesendirian kami nanti dialam kubur dan rahmatilah kami ketika kami berdiri menghadapMu..

Ya Alloh... Hiburlah diri kami sewaktu kami sendirian dialam kubur, hilangkan ketakutan kami pada hari kebangkitan dan ketika dikumpulkan dipadang Mahsyar dan permudahlah segala urusan kami wahai Dzat Yang Maha Hidup pemilik segala keagungan dan kemuliaan.
Ya Alloh ... Jadikanlah kami orang yang berhasil menggapai maghfiroh dan ridhoMu. Jadikan kami termasuk golongan orang-orang yang diterima segala amalnya pada bulan Romadhon Tahun ini dan berikanlah kepada kami pahala dan anugerah yang melimpah.
Ya Alloh ... Perbaikilah agama kami yang merupakan penjaga urusan kami, perbaikilah dunia kami yang merupakan tempat hidup kami, perbaikilah akhirat kami yang merupakan tempat kembali kami dan jadikan kehidupan kami sebagai penambah kebaikan kami serta jadikanlah kematian kami sebagai istirahat kami dari segala keburukan..


ربنا أتنا في الدنيا حسنة وفي الاخرة حسنة و قنا عذاب النار

Menjadi Mukmin yang Mengagumkan

Menjadi Mukmin yang Mengagumkan

Allahu Akbar 3X Walillaahilhamdu.
Jamaah Sekalian Rahimakumullah.
Puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah Swt yang telah memberikan kenikmatan kepada kita dalam jumlah yang banyak, salah satunya adalah nikmat Iman dan Islam sehingga bisa kita nikmati ibadah Ramadhan yang baru saja kita lewati dan ibadah shalat Idul Fitri pada pagi ini. Semoga apa yang kita laksanakan selalu mendapat ridha dari Allah Swt, amin.
Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Nabi kita Muhammad Saw, kepada keluarga, sahabat dan para penerusnya hingga hari akhir nanti.
Berakhirnya bulan Ramadhan kemarin sore membuat pada jiwa kita muncul dua perasaan sekaligus yakni sedih dan gembira. Kita sedih karena Ramadhan terasa begitu cepat berlalu, padahal belum banyak rasanya amal shalih yang seharusnya kita lakukan. Sedangkan tahun depan belum tentu Ramadhan bisa kita masuki kembali, bukan karena dia tidak akan datang lagi, tapi persoalannya belum tentu usia kita sampai pada Ramadhan tahun yang akan datang.
Meskipun demikian kita juga gembira karena dengan ibadah Ramadhan yang kita laksanakan, ada harapan besar yang bisa kita raih, yakni ampunan dosa dari Allah dan dikembalikan kita seperti saat baru dilahirkan sehingga bukan hanya dosa terhapus, tapi juga memiliki tauhid atau aqidah yang mantap.
Pada pagi ini, kita pun bertekad untuk memanfaatkan sisa waktu dalam kehidupan ini untuk meningkatkan ketaqwaan dan pengabdian kepada Allah Swt, hari ini 1 Syawal yang artinya peningkatan merupakan start atau saat memulai kembali langkah-langkah peningkatan itu.
Sejak merdeka hingga hari ini, bangsa kita selalu dihantui oleh berbagai persoalan. Satu masalah belum selesai diatasi sudah muncul masalah baru yang lebih banyak dan lebih berat mengatasinya. Berbagai bangsa di dunia juga mengalami begitu banyak masalah, baik negara kecil maupun negara besar, bahkan negara miskin maupun negara kaya.
Berbagai bencana alam seperti gempa bumi, tsunami, tanah longsor, banjir hingga badai serta Kenaikan harga BBM (Bahan Bakar Minyak) diakui bahkan dirasakan sebagai persoalan amat berat dari sisi ekonomi, orang yang miskin menjadi bertambah miskin dan orang yang semula tidak tergolong miskin bisa jadi akan terasa menjadi orang miskin.
Kemiskinan yang semakin besar dikhawatirkan akan menimbulkan masalah-masalah baru, termasuk penurunan kualitas iman yang tercermin dalam bentuk munculnya kepribadian dengan akhlaq yang rendah dan kekhawatiran ini sudah mulai kita rasakan.
Di samping itu, di antara kita juga masih banyak orang yang mampu dan berkecukupan, ini pun tidak boleh membuatnya menjadi orang yang hanya mementingkan diri sendiri dan melupakan orang lain.
Allahu Akbar 3X Walillaahilhamdu.
Jamaah Shalat Ied Rahimakumullah.
Ibadah Ramadhan yang baru saja kita lewati pada hakikatnya adalah tarbiyah untuk imaniyah (pembinaan iman) agar keimanan itu menjelma menjadi ketaqwaan kepada Allah Swt, karenanya ibadah Ramadhan khususnya ibadah puasa diwajibkan kepada mereka yang beriman sebagaimana firman-Nya:

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ كُتِبَ عَلَيۡكُمُ ٱلصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِكُمۡ لَعَلَّكُمۡ تَتَّقُونَ ١٨٣

Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa (QS 2:183).
Di dalam Al-Quran, Allah Swt menyebut dan memuji umat Islam yang telah beriman kepada-Nya sebagai umat yang terbaik. Namun yang perlu kita renungi lagi adalah apakah sudah sesuai antara sebutan terhadap kita dengan kenyataan sehari-hari. Rasanya masih terjadi kesenjangan yang sangat tajam antara idealita seorang mukmin dengan realitanya.
Di samping itu, di dalam hadits, Rasulullah Saw juga memuji umat yang beriman kepada Allah Swt sebagai orang yang mengagumkan atau menakjubkan.
Oleh karena itu, kita pun harus merenungi lagi, apakah sebutan dari Rasul yang mulia itu telah nampak dalam kepribadian kita sehari-hari. Menjadi seorang mukmin merupakan sebuah pilihan yang tepat, persoalannya adalah bagaimana agar kita dapat menunjukkan kepribadian diri kita yang mengagumkan.
Ibadah Ramadhan yang baru kita lalui sebenarnya mendidik kita untuk menjadi mukmin yang mengagumkan itu. Lebih lanjut Rasulullah Saw menyebutkan ciri-ciri mukmin yang mengagumkan sehingga hal ini harus kita miliki, beliau bersabda:

وعن أبي يحيى صهيب بن سنانٍ – رضي الله عنه – ، قَالَ : قَالَ رسولُ الله – صلى الله عليه وسلم – : (( عَجَباً لأمْرِ المُؤمنِ إنَّ أمْرَهُ كُلَّهُ لَهُ خيرٌ ولَيسَ ذلِكَ لأَحَدٍ إلاَّ للمُؤْمِن : إنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكانَ خَيراً لَهُ ، وإنْ أصَابَتْهُ ضرَاءُ صَبَرَ فَكانَ خَيْراً لَهُ )) رواه مسلم

Dari Abu Shuhaib bin Sinan radhiyallahu’anhu, dia berkata, bahwa Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda: “Sungguh menakjubkan urusan seorang mukmin, semua urusannya baik baginya. Dan yang demikian itu hanya ada pada seorang mukmin. Jika mendapat kesenangan dia bersyukur, maka syukur itu baik baginya. Dan jika mendapat musibah dia bersabar, maka sabar itu baik baginya” (HR. Muslim)
Dari hadits di atas, ada tiga sifat yang harus kita miliki agar pribadi kita sebagai mukmin bisa menjadi pribadi yang mengagumkan, dan situasi serta kondisi sekarang amat menuntut lahirnya pribadi-pribadi seperti ini.
Pertama, Berorientasi Pada Kebaikan. Pada dasarnya, setiap manusia senang pada kebaikan dan mereka pun telah mengenalnya, karenanya Al-Quran menyebutkan satu istilah untuk kebaikan yang disebut dengan makruf.
Namun meskipun manusia sudah mengetahui tentang kebaikan, ternyata mereka masih belum mau juga berbuat baik, karenanya harus ada upaya memerintah manusia untuk melakukan kebaikan, inilah yang disebut dengan amar makruf.
Manakala manusia telah menjadi mukmin yang sejati, maka manusia akan sangat senang melakukan kebaikan, dia akan memberi kontribusi dalam kebaikan bahkan berlomba-lomba dalam kebaikan dan selalu ingin menjadi yang terbaik, ini semua disadari karena hidup di dunia hanyalah salah satu fase kehidupan, sedangkan fase akhirnya adalah kehidupan akhirat, Allah Swt berfirman dalam QS Al Baqarah: 184, yang artinya
Dan tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah kamu (dalam berbuat kebaikan). Dimana saja kamu berada, pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha kuasa atas segala sesuatu (QS 2:148)
Manakala seorang mukmin telah berorientasi pada kebaikan, maka seluruh aktivitas yang dijalaninya tidak akan mengandung kesia-siaan, semua memberi manfaat, baik bagi dirinya, keluarga maupun orang lain, bahkan bermanfaat bagi alam semesta, mukmin seperti inilah yang akan memperoleh banyak keberuntungan dalam hidupnya di dunia maupun di akhirat, Allah Swt berfirman:

قَدۡ أَفۡلَحَ ٱلۡمُؤۡمِنُونَ ١ ٱلَّذِينَ هُمۡ فِي صَلَاتِهِمۡ خَٰشِعُونَ ٢ وَٱلَّذِينَ هُمۡ عَنِ ٱللَّغۡوِ مُعۡرِضُونَ ٣ وَٱلَّذِينَ هُمۡ لِلزَّكَوٰةِ فَٰعِلُونَ ٤

Sesungguhnya, beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyu dalam shalatnya dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna (QS Al Mukminun:1-3).
Kaum Muslimin Rahimakumullah.
Ciri kedua dari mukmin yang mengagumkan adalah selalu Bersyukur Atas Kesenangan yang diperolehnya. Bersyukur kepada Allah Swt atas kesenangan, kebahagiaan dan kenikmatan yang diperoleh merupakan sikap yang sangat mulia.
Hal ini karena dengan begitu, seorang mukmin menyadari bahwa segala kenikmatan merupakan anugerah atau pemberian dari Allah Swt. Manusia memang seharusnya menyadari bahwa usaha yang dilakukannya sebenarnya tidak seberapa besar, tapi Allah Swt memberikan balasan dengan balasan yang besar.
Sifat seorang mukmin yang menunjukkan rasa syukur atas segala kenikmatan itu menunjukkan bahwa ia tidak akan lupa diri bila kenikmatan diperolehnya dalam kehidupan ini.
Cara bersyukur yang ditunjukkan oleh seorang mukmin adalah.
Pertama, bersyukur dengan hati, yakni mengakui bahwa kenikmatan yang diperolehnya berasal dari Allah Swt, apa yang dilakukannya hanyalah sebab untuk mendapatkan kenikmatan yang banyak.
Kedua, bersyukur dengan lisan, yakni mengucapkan hamdalah atas segala kenikmatan yang telah diperoleh, karenanya hamdalah itu diucapkan seorang mukmin yang mengagumkan saat sesudah makan, bangun tidur hingga buang air besar, karena semua itu merupakan kenikmatan.

وَإِذۡ تَأَذَّنَ رَبُّكُمۡ لَئِن شَكَرۡتُمۡ لَأَزِيدَنَّكُمۡۖ وَلَئِن كَفَرۡتُمۡ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٞ ٧

Sesungguhnya, jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu kufur, maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih (QS Ibrahim:7).
Ketiga, bersyukur dengan amal, yakni apapun yang dilakukannya merupakan wujud dari rasa syukurnya sehingga amal itu dilakukan sesuai dengan ketentuan-ketentuan Allah Swt.
Dengan menunjukkan rasa syukur itulah, kenikmatan yang diperoleh seorang mukmin akan memberikan manfaat yang sebesar-besarnya sehingga kenikmatan itu tidak hanya dirasakan oleh diri dan keluarganya, tapi juga oleh orang lain sehingga kenikmatan itu bertambah banyak, baik dari segi jumlahnya atau paling tidak rasanya, Allah Swt berfirman:

وَلَنَبۡلُوَنَّكُم بِشَيۡءٖ مِّنَ ٱلۡخَوۡفِ وَٱلۡجُوعِ وَنَقۡصٖ مِّنَ ٱلۡأَمۡوَٰلِ وَٱلۡأَنفُسِ وَٱلثَّمَرَٰتِۗ وَبَشِّرِ ٱلصَّٰبِرِينَ ١٥٥

Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar (QS Al Baqarah:155).
Dari uraian di atas, bisa kita ambil sebuah pelajaran bahwa bagi seorang mukmin, kesenangan dan kesengsaraan hidup merupakan ujian dari Allah Swt, senang tidak akan membuatnya menjadi lupa diri dan susah tidak akan membuatnya menjadi putus asa, ini merupakan bekal yang amat penting untuk kembali kepada Allah Swt sebagaimana firman-Nya:
Akhirnya marilah kita tutup shalat dan khutbah Id kita hari ini dengan sama-sama berdoa:

اَللَّهُمَّ إِنَّا نَحْمَدُكَ وَنَسْتَعِيْنُكَ وَنَسْتَهْدِيْكَ وَنَعُوْذُ بِكَ وَنَتَوَكَّلُ عَلَيْكَ وَنُثْنِيْ عَلَيْكَ الْخَيْرَ كُلَّهُ نَشْكُرُكَ وَلاَ نَكْفُرُكَ وَنَخْلَعُ وَنَتْرُكُ مَنْ يَفْجُرُكَ اللَّهُمَّ إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَلَكَ نُصَلِّيْ وَنَسْجُدُ وَإِلَيْكَ نَسْعَى وَنَحْفِدُ نَرْجُو رَحْمَتَكَ وَنَخْشَى عَذَابَكَ إِنَّ عَذَابَكَ الْجِدَّ بِالْكُفَّارِ مُلْحَقٌ.

Ya Allah, sesungguhnya kami memuji-Mu, meminta tolong kepada-Mu, dan memohon petunjuk dari-Mu, kami berlindung dan bertawakal kepada-Mu, kami memuji-Mu dengan segala kebaikan, kami bersyukur atas semua nikmat-Mu, kami tidak mengingkari-Mu, kami berlepas diri dari siapa pun yang durhaka kepada-Mu. Ya Allah, hanya kepada-Mu kami menyembah, hanya untuk-Mu shalat dan sujud kami, dan hanya kepada-Mu kami berusaha dan bergegas, kami sangat mengharapkan rahmat-Mu dan takut akan siksa-Mu, sesungguhnya azab-Mu benar-benar ditimpakan kepada orang-orang kafir.

اَللَّهُمَّ لَكَ الْحَمْدُ بِالإِسْلاَمِ وَلَكَ الْحَمْدُ بِالإِيْمِانِ وَلَكَ الْحَمْدُ بِالْقُرْآنِ وَلَكَ الْحَمْدُ بِشَهْرِ رَمَضَانَ وَلَكَ الْحَمْدُ بِالأَهْلِ وَالْمَالِ وَالْمُعَافَاةِ لَكَ الْحَمْدُ بِكُلِّ نِعْمَةٍ أَنْعَمْتَ بِهَا عَلَيْنَا.

Ya Allah, segala puji hanya bagi-Mu atas nikmat Islam, nikmat Iman, nikmat Al-Qur’an, nikmat bulan Ramadhan, nikmat keluarga, harta dan kesehatan. Segala puji bagi-Mu atas semua nikmat yang telah Engkau anugerahkan kepada kami.

سُبْحَانَكَ لاَ نُحْصِيْ ثَنَاءً عَلَيْكَ أَنْتَ كَمَا أَثْنَيْتَ عَلَى نَفْسِكَ فَلَكَ الْحَمْدُ حَتَّى تَرْضَى وَلَكَ الْحَمْدُ إِذَا رَضِيْتَ.

Maha Suci Engkau, kami tidak akan sanggup menghitung dan membatasi pujian bagi-Mu. Keagungan-Mu hanya dapat diungkapkan dengan pujian-Mu kepada diri-Mu sendiri, segala puji hanya bagi-Mu (dari kami) sampai Engkau ridha (kepada kami) dan segala puji bagi-Mu setelah keridhaan-Mu.

اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى عَبْدِكَ ونَبِيِّكَ وَرَسُوْلِكَ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ.

Ya Allah, sampaikanlah shalawat, salam, dan keberkahan kepada hamba, nabi dan rasul-Mu Muhammad saw beserta seluruh keluarga dan sahabatnya.

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لَنَا وَلِوَالِدِيْنَا وَارْحَمْهُمْ كَمَا رَبَّوْنَا صِغَارًا.

Ya Allah, ampunilah kami dan ampuni pula kedua orang tua kami dan sayangilah mereka seperti kasih sayang mereka saat mendidik kami di waktu kecil.

رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الْخَاسِرِيْنَ.

Ya Tuhan kami, kami telah menzhalimi diri sendiri, jika Engkau tidak mengampuni dan merahmati kami pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi.

رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِالإِيْمَانِ وَلاَ تَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا غِلاًّ لِلَّذِيْنَ آمَنُوْا رَبَّنـَا إِنَّكَ رَؤُوْفٌ رَحِيْمٌ.

Ya Tuhan kami, ampunilah dosa-dosa kami dan dosa saudara-saudara kami yang telah mendahului kami dalam keimanan, dan janganlah Engkau jadikan di hati kami kedengkian terhadap orang-orang yang beriman, ya Tuhan kami sesungguhnya Engkau Maha Pengasih lagi Maha Penyayang

Melestarikan Nilai Ramadhan Dengan Memakmurkan Masjid

Melestarikan Nilai Ramadhan Dengan Memakmurkan Masjid

Allahu Akbar 3x Walillahil Hamd
Ma’asyiral Muslimin, Jamaah Shalat Iedul Fitri rahimakumullah
Pertama-tama, marilah kita memulai pagi yang cerah ini dengan mengungkapkan syukur kita kepada Allah SWT. Setiap hari anugerah dan nikmat-Nya turun kepada kita, meskipun setiap hari kita tak pernah absen melakukan dosa dan kesalahan kepada-Nya. Setiap saat limpahan rezeki-Nya dikucurkan pada kita sehingga tercukupi kebutuhan sandang, pangan dan papan kita, meskipun pada saat yang sama kita terasa berat untuk beramal dan berinfaq di jalan-Nya. Setiap waktu, belaian kasih sayang-Nya, rahman dan rahim-Nya senantiasa kita rasakan, meskipun kita sering melalaikan perintah-perintah-Nya.

Allahu Akbar walillahil hamd.
Shalawat dan salam kita haturkan pada junjungan kita Nabi besar Muhammad saw yang telah membimbing kita menuju risalah Allah, yakni dienul Islam. Beliau tidak hanya menyampaikan ajaran tetapi juga memberikan ketauladanan paripurna pada kita: bagaimana menjadi hamba Allah yang taat, bagaimana menjadi suami dan kepala keluarga yang bertanggungjawab, bagaimana menjadi pejabat publik yang amanah, bagaimana menjadi pemimpin yang adil dan bijaksana.
”Laqad kaana lakum fii rasulillahi uswatun khasanah"
Sungguh dalam diri Rasulullah terdapat keteladanan yang baik).
Saat kita menghadapi krisis keteladanan, saat kita kehilangan pemimpin yang layak dicontoh, saat kita tidak menemukan tokoh idola yang bisa dijadikan model, nilai-nilai keteladanan Rasululullah saw 15 abad silam sangat relevan kita hadirkan di era kontemporer dewasa ini.
Allahu Akbar 3 X, Walillahi al hamd
Bapak-bapak, Ibu-ibu, Jamaah Idul Fitri Rahimakumullah
Hari ini kita merayakan Iedul Fithri 1428 H. Kita berkumpul di tempat yang mulia ini, untuk bertaqarrub, mendekatkan diri kepada Allah, bersujud di altar kekuasaan-Nya, serta berulangkali membesarkan Asma-Nya dengan gema takbir yang membahana.

Allahu Akbar 3x Walillahilhamd.
Berakhirnya bulan Ramadhan kemarin sore memunculkan dua perasaan sekaligus, yakni sedih dan gembira. Kita sedih karena Ramadhan terasa begitu cepat berlalu, padahal belum banyak rasanya amal shalih yang kita lakukan, belum banyak shadaqah yang kita berikan, belum banyak ayat-ayat Qur’an yang kita lantunkan, dan belum banyak sujud yang kita kerjakan. Padahal, tahun depan belum tentu kita bias berjumpa kembali dengan Ramadhan yang mulia ini. Siapa yang bisa memberikan jaminan, bahwa Ramadhan dan Idul Fitri tahun depan Malaikat maut tidak datang menjemput kita ? Siapa yang bisa memberikan kepastian bahwa ajal kita tak kan tiba mendahului Ramadhan dan Idul Fitri tahun depan ?
Marilah kita melihat ke kiri dan ke kanan kita. Marilah kita periksa orang-orang yang kita cintai: ayah-bunda, saudara, istri, suami, tetangga, sahabat, dan handai taulan. Adakah di antara mereka yang tak lagi berada di tengah-tengah kita? Adakah di antara mereka yang sudah meninggalkan kita kembali kepada Yang Maha Suci? Ke manakah ayah atau Ibu yang tahun lalu menyambut uluran tangan kita dengan tetesan air mata kasih sayang? Ke mana kakak atau adik kita yang pada Lebaran lalu masih berbagi bahagia bersama kita? Ke manakah tetangga atau sahabat dekat yang dulu pernah memeluk kita dan mengucapkan selamat Hari Raya Idul Fitri? Ya Allah, mereka telah kembali kepada-Mu. Mereka telah "mudik" ke kampung halaman yang abadi memenuhi panggilan Ilahi Rabbi. Kita tidak tahu, apakah Ramadhan dan Idul Fitri kali ini merupakan Ramadhan dan Idul Fitri kita yang terakhir.
“Kullu nafsin dzaa iqatul maut”,
"Setiap yang berjiwa pasti akan menghadapi kematian.”
Itu semua kita mafhum. Yang jadi persoalan adalah, apakah kita telah siapkan pundi-pundi amal yang akan menjadi bekal saat kita mudik ke akhirat, kampung halaman kita yang abadi? Andaikan, setelah Idul Fitri ini, Malaikat maut datang menjemput, sudah cukupkah perbekalan kita yang kelak akan menyelamatkan kita dari semua prosedur pemeriksaan di akhirat yang pasti kita lewati? Bagaimana dengan shalat kita, bagaimana dengan tahajud kita, bagaimana dengan puasa kita, bagaimana dengan amal sholeh kita, bagaimana dengan bakti kita pada orang tua, bagaimana menutup aurat kita, bagaimana kontribusi kita pada dakwah dan syiar agama Allah ? Hari ini, di Idul Fitri ini, saatnya kita melakukan instropeksi, koreksi diri dengan hati yang tulus dan jujur, untuk bersama-sama memperbaiki diri guna meraih ridha Ilahi Rabbi.

Allahu Akbar 3 X walillahi alhamd
Di sisi lain, berakhirnya Ramadhan membawa kegembiraan kita tersendiri. Di pagi hari ini, di Idul Fitri ini, kita diwisuda atas kelulusan kita menempuh ujian wajib selama satu bulan untuk menahan diri dari segala hal yang membatalkan dan mengurangi makna puasa. Saatnya kita meraih kemenangan, saatnya kita menggapai ampunan-Nya. Allah berjanji, sebagaimana disabdakan Nabi Muhammad saw,:
“Barang siapa yang menegakkan puasa karena iman dan penuh keikhlasan, maka Allah akan ampuni dosa-dosanya yang telah lalu.“
Inilah saatnya kita kembali pada fitrah kita, kembali pada kesucian kita. Kita dilahirkan dalam keadaan fitrah, suci dan cenderung pada kebenaran yang hakiki. Akan tetapi, setelah kita menginjak dewasa, pergaulan kita semakin luas, kebutuhan hidup kita semakin banyak, angan-angan kita semakin menerawang, jiwa yang suci tadi terkontaminasi dengan virus-virus kemaksiyatan, dengan debu-debu dosa kepada Allah. Semua anggota tubuh kita memberikan kontribusi dalam berbuat dosa. Lisan kita, berapa banyak orang yang telah tersakiti oleh lidah kita ? Mata kita, berapa banyak pendangan haram yang telah dilakukan oleh mata kita? Hati kita, berapa banyak penyakit hati telah bersemayam dalam hati kita, seperti iri, dengki, buruk sangka, sombong, dsb? Tangan kita, berapa banyak dosa yang telah dilakukan akibat tangan kita.
Ramadhan hadir sebagai sarana untuk melakukan tazkiyatun nafs, pensucian jiwa. Lisan, mata, telinga, hati dan pikiran kita dibersihkan, dikarantina selama Ramadhan melalui puasa dan berbagai latihan pengendallian diri selama sebulan. “Qad aflakha man zakkaha wa qad kho baman dassaha” (Beruntunglah orang-orang yang mensucikan diri dan rugilan orang-orang yang mengotori dirinya). Ibadah Ramadhan yang kita jalankan sebulan penuh, adalah sarana untuk menemukan kembali jalan menuju fitrah.

Allahu Akbar 3 X walillahi alhamd
Ma’asyiral muslimin, Jamaah Idul Fitri yang berbahagia
Dr. Yusuf al-Qardhawy, ulama Timur Tengah yang disegani dunia Islam dan pernah beberapa kali berkunjung ke Indonesia, menyebut Ramadhan sebagai madrasah mutamaiyyizah atau lembaga pendidikan istimewa bagi orang beriman. Bagi orang beriman, Ramadhan merupakan training center atau kawah candradimuka, tempat penggemblengan jiwa agar menjadi pribadi yang paripurna. Selama satu bulan, kita dilatih untuk melakukan tazkiyatun nafs, pensucian jiwa melalui tarbiyah dengan nilai-nilai Ramadhan yang diharapkan dapat kita jadikan bekal untuk memasuki 11 bulan yang akan datang. Otak kita dibersihkan, emosi kita dicerdaskan, spiritual kita dicerahkan, dan religiusitas kita dimantapkan. Hal itu tidak lain untuk mengantarkan kita sebagai insan muttaqin (manusia bertaqwa), sebagaimana dinyatakan Allah dalam Qs Al Baqarah: 183 yang sudah sangat popular setiap bulan Ramadhan.
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian, agar kalian menjadi taqwa.”
Dalam agama kita, taqwa adalah ultimate goal seluruh rangkaian peribadatan: perintah shalat, ujungnya adalah taqwa, perintah zakat ujungnya adalah taqwa, perintah puasa ujungnya adalah taqwa, perintah haji ujungnya adalah taqwa. Taqwalah yang menentukan posisioning kita di hadapan Allah Yang Maha Agung, bukan harta kita—seberapa banyak pun harta yang kita miliki, bukan gelar akademik kita, seberapa hebat dan panjang pun gelar kita, bukan jabatan kita, seberapa tinggi pun kedudukan kita, bukan pula afiliasi kepartaian kita, apapun partai yang kita anut.
“Inna aqramakum ‘indallahi atqaa kum”
Sesungguhnya orang yang paling mulia di sisi Allah adalah orang-orang yang bertaqwa” (QS Al Hujurat: 13).
Begitu pentingnya taqwa, sampai Nabi berwasiat agar kita menjaga ketaqwaan, di manapun kita berada
“Ittaqullah, khaitsumma kunta”
"Bertaqwalah kepada Allah, di manapun kalian berada).”

Jamaah Idul Fitri rakhimakumullah
Bulan Ramadhan merupakan musim ketaatan atau maushimut-thoah. Setiap tahun di bulan Ramadhan umat Islam di seantero dunia mengalami transformasi penampilan. Yang biasanya di luar bulan Ramadhan jarang sholat ke masjid, tiba-tiba mendapati dirinya mengayunkan langkah kaki dengan ringannya ke masjid, musholla atau surau. Itulah sebabnya kita temui masjid lebih semarak di bulan suci tersebut. Yang biasanya di luar bulan Ramadhan terasa berat untuk ber-infaq atau mengeluarkan sedekah, tiba-tiba mendapati diri menjadi dermawan dengan merogoh kantong atau membuka dompet membagi sebagian rizqi kepada fihak lain yang membutuhkan.
Muslimah yang biasanya di luar bulan Ramadhan tidak pernah peduli menutup aurat tubuhnya, seketika dengan semangat menampilkan dirinya ber-jilbab tiap kali berjumpa dengan lelaki yang bukan muhrimnya di bulan penuh rahmat tersebut.

Allahu Akbar 3X walillahil hamd
Bulan ramadhan boleh berlalu, tetapi satu hal tidak boleh meninggalkan kita dan harus tetap bersama kita, yaitu spirit dan moralitas shiyamu ramadhan. Inilah yang harus mangisi sebelas bulan ke depan dalam perjalanan hidup kita, sebagai pribadi, keluarga, warga masyarakat, ummat dan bangsa. Prestasi yang kita capai dengan ‘ibadat ramadhan hendaklah kita jadikan modal untuk meraih “shiyamuddahri” , yakni nilai, pahala serta kebaikan puasa sepanjang masa. Agar hidup kita tidak pernah lepas dari keberkahan, dari maghfirah dan rahmat Allah SWT.
Dalam rangka meraih nilai shiyauddahri itu maka Rasulullah saw menganjurkan ummatnya untuk melanjutkan shiyamu ramadhan dengan puasa sepekan di bulan syawal. Sebagaimana sabda beliau:

من صام رمضان ثم أتبعه بست من شوال فكأنما صام الدهر كله

“Barang siapa menunaikan shiyamu ramadhan dan diikuti puasa enam hari pada bulan syawal, maka nilainya seperti puasa sepanjang masa” (HR Muslim)
Kecuali melanjutkan ramadhan dengan puasa syawal, adalah penting meneruskan jiwa serta moralitas shiyamu ramadhan itu sendiri. Spirit shiyam dan qiyamu ramadhan adalah “imanan wahtisaban”, yaitu al tashdiq wal inqiyad, membenarkan segala yang datang dari Allah baik perintah maupun larangan dan mematuhinya; dengan semata-mata mengharap ridha Allah. Ketika Allah ridha, maka rahmatNya yang tak terhingga akan dicurahkan, kendatipun kita tersalah maka ampunanNya yang tak terbatas akan menutupinya” ghufira lahu ma taqaddama min dzanbih” diampuni semua dosanya yang telah lalu.
Ramadhan telah meng-upgrade pribadi muslim menjadi pribadi mu’min, dari keislaman yang bersifat status atau pengakuan menjadi keislaman komitmen dan kepatuhan. Dengan menghadirkan serta meneguhkan basis iman, setiap muslim mampu menjaga diri dari pelbagai kema’siatan.

Allahu Akbar 3X walillahilhamd
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah
Adapun akhlaqiyah atau nilai-nilai moralitas Ramadhan yang penting untuk tetap dipertahankan pasca ramadhan adalah sbb:
1. Suasana Religius
Suasana yang bernuansa agama selama Ramadhan sangat terasa, baik di rumah kita, di lingkungan kita, di masjid kita dan bahkanm di televise kita. Cobalah lihat, masjid, mushola dan surau jamaahnya penuh saat Ramadhan. Kita yang sebelum ramadhan jarang berjamaah shalat di masjid, saat Ramadhan ringan betul melangkahkan kaki bersama anak-anak ke masjid. Karena itu, meski Ramadhan telah berlalu, mari tetap kita hidupkan masjid-masjid kita dengan melestarikan shalat berjamaah di masjid.
2. Kemampuan mengendalikan diri
Esensi dari puasa (ash-shiyam) adalah al-imsak, yang artinya mengendalikan diri. Kemampuan pengendalian diri ini merupakan kunci sentral terwujudnay tatanan yang baik dalam masyarakat. Sebaliknya, kegagalan mengendalikan diri dari godaan nafsu syaitan, akan meninimbulkan berbagai masalah dalam kehidupan. Seorang penguasa yang gagal mengendalikan dirinya, akan menyalahgunakan kekuasaannya. Tidak heran KKN, masih marak di negeri yang mayoritas muslim ini. seorang pebisnis yang gagal mengendalikan diri akan melakukan berbagai cara pintas untuk meraih keuntungan sebanyak-banyaknya, meskipun merugikan orang lain dan melanggar nilai-nilai agama. Seorang remaja yang gagal mengendalikan diri dalam pergaulanmnya, akan terjebak dalam pergaulan bebas yang merusak moralitas dan masa depannya. Pelajaran pengendalian diri selama puasa Ramdahan hendaklah kita hidupkan setelah Ramadhan usai.
3. Kesadaran akan pengawasan Allah (ma’iyatullah).
Saat kita sendirian di suatu tempat yang tidak ada orang lain melihat, kita sebenarnya bisa saja makan atau minum dan kemudian berpura-pura puasa kembali. Tidak ada orang yang tahu. Akan tetapi hal itu tidak dilakukan karena orang-orang yang berpuasa sadar akan kebersamaan Allah dalam hidupnya (ma’iyatullah). Meskipun orang lain tidak melihat, tetapi kita sadar bahwa Allah melihat kta. Berbagai penyelewengan yang terjadi dalam masyarakat, termasuk korupsi dan kolusi, dikarenakan tidak adanya kesadaran pelakunya bahwa Allah melihat perbuatan dan tingkah lakunya. Mereka merasa aman dapat merekayasa agar orang lain tidak tahu, agar terbebas dari pemeriksaan auditor. Padahal ada auditor Yang Maha Agung dan Maha Melihat yang mengawasi dan mengetahui seluruh perbuatan mereka. Sifat ini telah disebutkan di dalam banyak tempat dalam Al-Quran. Di antaranya, firman Allah:
“Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas ´arsy. Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi dan apa yang keluar darinya dan apa yang turun dari langit dan apa yang naik kepadanya. Dan dia bersama kamu di mana saja kamu berada, dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. (Al-Hadid: 4)
Inilah sikap ikhsan. Kalau sikap ini kita lestarikan pasca Ramadhan, khususnya oleh politisi, pejabat public dan pelaku bisnis, insya Allah berbagai penyimpangan yang terjadi akan bisa diminimalisir.
4. Al shidqu yakni kejujuran.
Dimensi kejujuran dalam puasa sangat ditekankan. Kejujuran merupakan bukti paling niscaya bahwa seseorang dalam suasana taqwa. Sebagaimana firman Allah:

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱتَّقُواْ ٱللَّهَ وَكُونُواْ مَعَ ٱلصَّٰدِقِينَ ١١٩

“Wahai orang-orang yang beriman bertaqwalah kepada Allah, dan pastikanlah kamu sekalian bersama orang-orang yang jujur”QS. AT Taubah: 119
Kejujuran adalah gerbang menuju segala kebaikan, sedangkan ketidak jujuran akan membawa kepada pelbagai penyimpangan dan kejahatan. Orang harus berlatih untuk jujur, sekali dua kali tiga kali dan seterusnya, sehingga ia dicatat oleh Allah sebagai pribadi yang jujur (AL SHIDDIEQ). Kemudian telah ada jaminan dari Allah, bahwa orang jujur akan mujur, sedang yang tidak jujur cepat atau lambat akan hancur. Bukti empirik telah begitu banyak membenarkan korelasi ini.
5. Al tathahhur yakni membersihkan diri
Ramadhan adalah bulan suci, dan bagi yang menjalankannya dengan baik akan membersihkan dirinya dari segala noda dan dosa, sebab sebulan penuh orang yang puasa menjalani proses pembersihan yang menyeluruh. Hanya dengan cara demikian puasa seseorang diterima, dan do’anya dikabulkan. Kemudian bersama ‘idul fithri sepenuhnya kembali kepada kondisi fithrah. Adalah penting kita ingatkan kepada diri, janganlah apa yang sudah suci kita nodai lagi, sikap perilaku yang sudah bersih jangan kita kotori lagi. Penghasilan yang sudah halal dan thayyib jangan sampai kita campuri lagi dengan yang remang-remang (syubhat) apalagi yang jelas-jelas haram. Puasa ramadhan melatih kita bersabar dan kuat menahan lapar, dan menegaskan bahwa kita tidak akan pernah kuat menahan panasnya api neraka.
6. Al mujahadah, membanting tulang
Dalam keadaan lapar dan dahaga shiyamu ramadhan memacu insan beriman untuk lebih giat lagi melakukan aktifitas taqarrub ilallah seperti shalat, tilawatil quran dan kegiatan yang bemanfaat bagi kehidupan sosial, seperti shilaturahim, infaq shadaqah, mengajarkan ilmu, memberi makanan berbuka bagi yang puasa, bahkan berjihad di jalan Allah menumpas pelbagai bentuk agresi terhadap Islam dan ummat Islam. Wajarlah sejarah mencatat di antara hasil mujahadah ramadhan berupa kemenangan gemilang di perang badar pada tahun ke-2 Hijriyah, pembebasan Makkah (fathu Makkah) pada tahun ke-6 Hijriyah, dan kemenangan perang Amoria yang meluluh lantahkan pasukan Romawi di Byzantium pada tahun 214 H pada masa Al Mu’tashim Billah. Memang semangat ramadhan adalah semangat juang untuk meraih pelbagai kemenangan.
7. Mempertahankan surplus spiritual (Al faidhu wal insyirah)
Shiyamu ramadhan mendidik surplus spiritual dan moral, menjaga diri agar tidak terjebak pada kekerdilan jiwa dan kenihilan moral. Mendidik para shaimin untuk mengokohkan jiwanya serta melapangkan dadanya. Dengan menegaskan pada dirinya “inni shaimun” aku ini sedang puasa, ia mampu menggagalkan setiap provokasi negatif yang akan merusak hubungan sosial menjadi konflik yang menghancurkan semua pihak. Bahkan semakin surplus jiwanya insan puasa yang telah memantapkan statusnya sebagai “’ibadurrahman/hamba Allah yang Rahman” sanggup membalas hal-hal yang buruk dengan kebaikan, tarikan negatif dengan ajakan yang positif. Ketika orang-orang jahil yang sedang jadi hamba syetan atau hawa nafsunya menyerang dengan ucapan yang tidak baik, maka hamba Arrahman membalasnya dengan do’a keselamatan.

Allahu Akbar 3X walillahil hamd
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah
Demikianlah dengan melestarikan nilai-nilai shiyamu ramadhan serta moralitasnya, maka kehidupan kita pasca ramdhan selama sebelas bulan akan tetap disinari dengan cahaya ramadhan, sehingga kerahmatan Allah dan maghfirahnya akan senantiasa diberikan kepada siapa saja yang mampu mempertahankannya. Curahan berkah dari langit selama bulan ramadhan akan berlanjut manakala kita memenuhi faktor-faktor yang menghadirkannya.
Marilah kita akhiri pertemua kita kali ini dengan berdoa kepada Allah SWT agar amal ibadah kita selama bulan Ramadhan diterima di sisi Allah SWT, dan kita berhasil meraih derajat takwa.

اَللَّهُمَّ إِنَّا نَحْمَدُكَ وَنَسْتَعِيْنُكَ وَنَسْتَهْدِيْكَ وَنَعُوْذُ بِكَ وَنَتَوَكَّلُ عَلَيْكَ وَنُثْنِيْ عَلَيْكَ الْخَيْرَ كُلَّهُ نَشْكُرُكَ وَلاَ نَكْفُرُكَ وَنَخْلَعُ وَنَتْرُكُ مَنْ يَفْجُرُكَ اللَّهُمَّ إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَلَكَ نُصَلِّيْ وَنَسْجُدُ وَإِلَيْكَ نَسْعَى وَنَحْفِدُ نَرْجُو رَحْمَتَكَ وَنَخْشَى عَذَابَكَ إِنَّ عَذَابَكَ الْجِدَّ بِالْكُفَّارِ مُلْحَقٌ.

Ya Allah, sesungguhnya kami memuji-Mu, meminta tolong kepada-Mu, dan memohon petunjuk dari-Mu, kami berlindung dan bertawakal kepada-Mu, kami memuji-Mu dengan segala kebaikan, kami bersyukur atas semua nikmat-Mu, kami tidak mengingkari-Mu, kami berlepas diri dari siapa pun yang durhaka kepada-Mu. Ya Allah, hanya kepada-Mu kami menyembah, hanya untuk-Mu shalat dan sujud kami, dan hanya kepada-Mu kami berusaha dan bergegas, kami sangat mengharapkan rahmat-Mu dan takut akan siksa-Mu, sesungguhnya azab-Mu benar-benar ditimpakan kepada orang-orang kafir.

اَللَّهُمَّ لَكَ الْحَمْدُ بِالإِسْلاَمِ وَلَكَ الْحَمْدُ بِالإِيْمِانِ وَلَكَ الْحَمْدُ بِالْقُرْآنِ وَلَكَ الْحَمْدُ بِشَهْرِ رَمَضَانَ وَلَكَ الْحَمْدُ بِالأَهْلِ وَالْمَالِ وَالْمُعَافَاةِ لَكَ الْحَمْدُ بِكُلِّ نِعْمَةٍ أَنْعَمْتَ بِهَا عَلَيْنَا.

Ya Allah, segala puji hanya bagi-Mu atas nikmat Islam, nikmat Iman, nikmat Al-Qur’an, nikmat bulan Ramadhan, nikmat keluarga, harta dan kesehatan. Segala puji bagi-Mu atas semua nikmat yang telah Engkau anugerahkan kepada kami.

سُبْحَانَكَ لاَ نُحْصِيْ ثَنَاءً عَلَيْكَ أَنْتَ كَمَا أَثْنَيْتَ عَلَى نَفْسِكَ فَلَكَ الْحَمْدُ حَتَّى تَرْضَى وَلَكَ الْحَمْدُ إِذَا رَضِيْتَ.

Maha Suci Engkau, kami tidak akan sanggup menghitung dan membatasi pujian bagi-Mu. Keagungan-Mu hanya dapat diungkapkan dengan pujian-Mu kepada diri-Mu sendiri, segala puji hanya bagi-Mu (dari kami) sampai Engkau ridha (kepada kami) dan segala puji bagi-Mu setelah keridhaan-Mu.

اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى عَبْدِكَ ونَبِيِّكَ وَرَسُوْلِكَ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ.

Ya Allah, sampaikanlah shalawat, salam, dan keberkahan kepada hamba, nabi dan rasul-Mu Muhammad saw beserta seluruh keluarga dan sahabatnya.

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لَنَا وَلِوَالِدِيْنَا وَارْحَمْهُمْ كَمَا رَبَّوْنَا صِغَارًا.

Ya Allah, ampunilah kami dan ampuni pula kedua orang tua kami dan sayangilah mereka seperti kasih sayang mereka saat mendidik kami di waktu kecil.

رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الْخَاسِرِيْنَ.

Ya Tuhan kami, kami telah menzhalimi diri sendiri, jika Engkau tidak mengampuni dan merahmati kami pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi.

رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِالإِيْمَانِ وَلاَ تَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا غِلاًّ لِلَّذِيْنَ آمَنُوْا رَبَّنـَا إِنَّكَ رَؤُوْفٌ رَحِيْمٌ.

Ya Tuhan kami, ampunilah dosa-dosa kami dan dosa saudara-saudara kami yang telah mendahului kami dalam keimanan, dan janganlah Engkau jadikan di hati kami kedengkian terhadap orang-orang yang beriman, ya Tuhan kami sesungguhnya Engkau Maha Pengasih lagi Maha Penyayang