Tiga Sikap Terpuji saat Wabah

KHUTBAH IDUL FITRI
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْم
Tiga Sikap Terpuji saat Wabah
Khutbah I
اللّٰهُ أَكْبَر اللّٰهُ أَكْبَر اللّٰهُ أَكْبَر، اللّٰهُ أَكْبَر اللّٰهُ أَكْبَر اللّٰهُ أَكْبَر، اللّٰهُ أَكْبَر اللّٰهُ أَكْبَر اللّٰهُ أَكْبَر. اللّٰهُ اَكْبَرْ كَبِيْرًا وَالحَمْدُ لِلهِ كثيرًا وَسُبْحَانَ اللّٰهِ بُكْرَةً وَأصِيْلاً لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللّٰهُ وَاللّٰهُ اَكْبَرْ اللّٰهُ أَكْبَرْ وَ للّٰهِ اْلحَمْدُ. الحَمْدُ للّٰهِ الَّذِيْ أَنْزَلَ السَّكِيْنَةَ عَلَى قُلُوْبِ اْلمُسْلِمِيْنَ المُؤْمِنِيْنَ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللّٰهُ الْمَلِكُ اْلحَقُّ اْلمُبِيْنُ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الصَّادِقُ الْوَعْدِ الأَمِيْنِ. اَللّٰهُـمَّ صَلِّ وَسَلمِّ عَلَى سَيِّدِنَا وَمَوْلَانَا مُحَمَّدٍ المَبْعُوْثِ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَالتَّابِعِيْنَ لَاحَوْلَ وَلَاقُوَّةَ إِلَّا بِاللّٰهِ اْلعَلِيِّ اْلعَظِيْمِ. أَمَّا بَعْدُ. فَيَاَيُّهَا اْلإخْوَانُ، أُوْصِيْكُمْ وَ نَفْسِيْ بِتَقْوَى اللّٰهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ، قَالَ اللّٰهُ تَعَالَى: أَعُوذُ بِاللّٰهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ، يَا اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللّٰهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. صَدَقَ اللّٰهُ اْلعَظِيْمُ.

Saudaraku/keluargaku yang dirahmati Allah,

Pada saat ini kita semua bersyukur pada Allah subhanahu wata’ala bahwa kita telah melaksanakan ibadah Ramadhan. Semoga Allah menerima puasa dan qiyam (ibadah malam kita). Semoga kita semua, termasuk keluarga kita, menjadi orang-orang yang bertakwa yang diridhai dan dicintai Allah subhanahu wata’ala. Semoga Allah jumpakan kita dengan Ramadan tahun yang akan datang dalam keadaan sehat, selamat, beruntung, dan Allah berikan kekuatan untuk melakukan ketaatan.

Keluargaku yang diberkahi Allah,

Wabah yang kita hadapi saat ini adalah ujian dari Allah subhanahu wata’ala yang barangkali terjadi karena kesombongan dan kesalahan manusia agar kita kembali kepada Allah subhanahu wata’ala.
ظَهَرَ الْفَسَادُ فِى الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِى النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِى عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ

"Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)" (QS Ar-Rum 30: 41).

Allah mengirim wabah ini untuk mengingatkan kita kembali bahwa kita hanyalah hamba yang lemah, agar kita melepaskan diri dari kesonbongan kita, dan mengakui keagungan Allah subhanahu wata’ala.

Betapa banyak manusia disombongkan oleh ilmunya, kedudukannya, dan hartanya. Tapi oleh wabah ini, mereka semua tak berdaya. Virus Corona atau Covid-19 sudah menjadi pandemi global karena kebencian juga telah tersebar secara global. Sepanjang ada manusia ada kebencian di sana. Manusia lupa bahwa mereka sama-sama dari Adam dan Adam berasal debu (an-nas min adam, adam min turab).

Oleh karena itu, dengan jiwa yang fitri, yang telah ditempa bulan Ramadhan, pegang erat erat tiga hal ini agar Allah meridhai kita, dan keluarga kita. Itulah sumbangan keluarga kita untuk umat manusia.

Pertama, mari kita sungguh-sungguh memohon ampunan dan pertolongan Allah subhanahu wata’ala atas semua dosa kita yang menjadi sebab diturunkannya wabah Covid-19 ini. Telah berlalu usia kita tapi kita tidak sungguh-sungguh dalam bertaubat, berdoa, dan beribadah untuk mengikis habis kesombongan kita sehingga jiwa ini benar-benar kembali menjadi jiwa yang fitri, pure dan bersih.

Marilah kita memperbanyak beristighfar. Istighfar akan menyucikan kita. Akan mendekatkan kita pada Allah dan menjaga kita dari azab Allah.
وَمَا كَانَ اللّٰهُ لِيُعَذِّبَهُمْ وَأَنْتَ فِيهِمْ  ۚ وَمَا كَانَ اللّٰهُ مُعَذِّبَهُمْ وَهُمْ يَسْتَغْفِرُونَ

"Tetapi Allah tidak akan menghukum mereka, selama engkau (Muhammad) berada di antara mereka. Dan tidaklah (pula) Allah akan menghukum mereka, sedang mereka (masih) memohon ampunan" (QS. Al-Anfal 8: 33).

Jadikan istighfar tiang keluarga kita. Kebersamaan dengan Rasulullah juga menghalangi azab. Setelah Rasulullah tidak ada maka kebersamaan dengan beliau adalah dengan bershalawat.

Kedua, beriman dan berhusnudhanlah kepada Allah maka Allah akan memberi petunjuk untuk menghadapi musibah ini:
مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ إِلَّا بِإِذْنِ اللّٰهِ ۗ وَمَنْ يُؤْمِنْ بِاللّٰهِ يَهْدِ قَلْبَهُ ۚ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ

Artinya: "Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah; dan barang siapa yang beriman kepada Allah niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu."(QS. At-Taghabun : 11).

Dengan wabah ini Allah menghalangi diri kita dari shalat jamaah di masjid, tarawih di masjid dan shalat idul fitri, tapi Allah membuka peluang ibadah qalbiyah yang nilainya sangat besar dari ibadah jasadiyah, yaitu keikhlasan dan kesabaran menjalani kesulitan karena wabah. Dengan wabah ini, rumah kita dipenuhi cahaya Allah karena shalat jamaah dan ibadah bersama yang kita lakukan. Hubungan keluarga dengan anak menjadi sangat dekat.

Ketiga, mari kita tetap bersabar. Kita jadikan sabar sebagai tiang keluarga kita. Allah berfirman: "Dan sesungguhnya Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang sabar dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan" (QS An-Nahl:96).

Istri dan anak anakku,

Betapa gambaran Rasulullah tentang orang beriman itu sungguh indah.
عَجَبًا لأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ لأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ

“Sungguh menakjubkan keadaan seorang mukmin. Seluruh urusannya itu baik. Ini tidaklah didapati kecuali pada seorang mukmin. Jika mendapatkan kesenangan, maka ia bersyukur. Itu baik baginya. Jika mendapatkan kesusahan, maka ia bersabar. Itu pun baik baginya” (HR. Muslim, no. 2999).

Peganglah ajaran Rasulullah ini erat-erat dan simpan dalam hatimu maka engkau akan jadi orang mulia.

Keluargaku,

Di antara akhlak terpuji seorang Muslim ialah selalu sabar dan tabah karena Allah subhanahu wata’ala. Orang-orang sabar karena Allah akan menempati tempat yang paling tinggi lagi mulia, yakni sebuah istana di surga bersama orang tuanya, istri, dan anak cucunya.

"Orang-orang itulah yang mendapat kesudahan yang baik, yaitu surga Adn yang mereka masuk ke dalamnya bersama-sama dengan orang-orang yang saleh dari bapak-bapaknya, istri-istrinya dan anak cucunya, sedang malaikat-malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu (sambil mengucapkan) 'salamun'alaikum bima shabartum'. Maka alangkah baiknya tempat keindahan itu" (QS Ar Ra'd: 21-24).

Dengan berkah Ramadhan dan wabah ini semoga keluarga kita dan orang tua menjadi ahlul jannah.

Ramadhan dan kesulitan karena wabah ini insyaallah membersihkan kita dari kotoran-kotoran akhlak tercela maka jagalah kesucian ini. Berkah wabah ini keluarga kita bisa lebih dekat lagi maka marilah kita saling memberi maaf sehingga rahmat Allah mengguyuri keluarga kita, orang tua, dan leluhur kita. Semoga Allah mengampuni dan meridhai keluarga kita dan mereka semua.

Semoga Allah selamatkan kita orang tua kita saudara kita guru guru kita jamaah kita, kampung kita, bangsa kita, dan umat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dari wabah ini. Âmîn.
أعُوْذُ بِاللّٰهِ مِنَ الشَّيْطنِ الرَّجِيْمِ. بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ. إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الاَبْتَرُ بَارَكَ اللّٰهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَاِيِّاكُمْ بما فيه مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَتَقَبَّلْ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاوَتَهُ اِنّهُ هُوَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ.. فَاسْتَغْفِرُوْا اِنَّهُ هُوَاْلغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ


Khutbah II
اللّٰهُ اَكْبَرْ (٣×) اللّٰهُ اَكْبَرْ (٤×) اللّٰهُ اَكْبَرْ كبيرا وَاْلحَمْدُ للّٰهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللّٰه بُكْرَةً وَ أَصْيْلاً لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللّٰهُ وَاللّٰهُ اَكْبَرْ اللّٰهُ اَكْبَرْ وَللّٰهِ اْلحَمْدُ .اَلْحَمْدُ للّٰهِ رَبِّ العَالَمِيِنَ، أَشْهَدُ أَنْ لآ إِلٰهَ إِلاَّ اللّٰهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللّٰهِ، اَللّٰهُـمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى ألِهِ وَ صَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ. اَمَّا بَعْدَ : يَا أَيُّهَا النَّاسُ ا اتَّقُوا اللّٰه. قال اللّٰه تعالى: أَعُوذُ بِاللّٰهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ، يَا اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللّٰهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. اَللّٰهُـمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلْاَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَاإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللّٰهِ ! إِنَّ اللّٰهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللّٰهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللّٰهِ أَكْبَرْ

Virus Corona, Puasa, dan Ketaatan kepada Allah

KHUTBAH IDUL FITRI
Virus Corona, Puasa, dan Ketaatan kepada Allah
Khutbah I
اللّٰهُ أَكْبَر اللّٰهُ أَكْبَر اللّٰهُ أَكْبَر، اللّٰهُ أَكْبَر اللّٰهُ أَكْبَر اللّٰهُ أَكْبَر، اللّٰهُ أَكْبَر اللّٰهُ أَكْبَر اللّٰهُ أَكْبَر. اللّٰهُ اَكْبَرْ كَبِيْرًا وَالحَمْدُ لِلهِ كثيرًا وَسُبْحَانَ اللّٰهِ بُكْرَةً وَأصِيْلاً لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللّٰهُ وَاللّٰهُ اَكْبَرْ اللّٰهُ أَكْبَرْ وَ للّٰهِ اْلحَمْدُ اْلحَمْدُ للّٰهِ اْلحَمْدُ للّٰهِ الّذي هَدَانَا سُبُلَ السّلاَمِ، وَأَفْهَمَنَا بِشَرِيْعَةِ النَّبِيّ الكَريمِ، أَشْهَدُ أَنْ لآ إِلٰهَ إِلاَّ اللّٰهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، اللّهُمَّ صَلِّ و سَلِّمْ وَبارِكْ عَلَى سَيِّدِنا مُحَمّد وَ عَلَى أَلِ سَيِّدِنا مُحَمّدٍ أَمَّا بَعْدُ: فَيَاَيُّهَا اْلإخْوَانُ، أُوْصِيْكُمْ وَ نَفْسِيْ بِتَقْوَى اللّٰهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ، قَالَ اللّٰهُ تَعَالَى: أَعُوذُ بِاللّٰهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ، يَا اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللّٰهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. صَدَقَ اللّٰهُ اْلعَظِيْمُ.

Saudaraku/ keluargaku yang dirahmati Allah.

Pada saat ini kita semua patut bersyukur bahwa bulan suci Ramadhan baru saja kita lalui bersama dengan baik meski suasana Ramadhan dan 1 Syawal 1441 H hari ini lain dari pada yang lain. Kita semua memang sedang diuji oleh Allah dengan mewabahnya virus Corona yang sangat berbahaya sehingga banyak amal ibadah yang lazimnya kita jalankan dengan berjamaah di masjid, seperti shalat lima waktu, shalat Jumat, shalat tarawih dan shalat Idul Fitri, tetapi dalam suasana seperti ini semua ibadah itu kita laksanakan di rumah sesuai dengan petunjuk dari para ulama dan umara yang berwenang.

Saudaraku/keluargaku yang dirahmati Allah.

Selama sebulan penuh kita telah menjalani puasa Ramadhan sesuai dengan perintah Allah subhanahu wa ta’ala di dalam Al-Qur’an, surat Al-Baqarah, ayat 183, yang berbunyi:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.”

Ibadah puasa memang dimaksudkan untuk membentuk kita semua menjadi hamba yang bertakwa kepada Allah. Di dalam bulan Ramadhan banyak hal yang dalam kondisi normal kita boleh melakukannya karena hukumnya mubah. Tetapi selama puasa di siang hari kita dilarang melakukannya seperti makan, minum dan hal-hal lain yang membatalkan puasa. Semua itu untuk melatih kita menjadi manusia yang mampu menahan diri. Jika terhadap hal-hal yang sebenarnya kita boleh melakukannya namun kita menahan diri, maka apalagi terhadap hal-hal yang memang dilarang. Tentu kita mampu meninggalkan larangan itu.

Saudaraku/keluargaku yang dirahmati Allah.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam Al-Qur’an, surat Ani-Nisa’, ayat 59 sebagai berikut:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّـهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنكُمْ

Artinya, “Wahai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan kepada para pemimpin di antara kamu.”

Sudah dua bulan lebih kita terkurung dalam rumah sehingga kita tidak bebas berkegiatan di luar rumah termasuk dalam menjalankan ibadah shalat berjamaah. Saat ini pun kita melaksanakan shalat Idul Fitri di dalam rumah dan bukannya di masjid sebagaimana lazimnya. Kita harus sabar menerima kenyataan ini karena apa yang kita lakukan tidak lain adalah dalam rangka menaati Allah, Rasulullah, para ulama dan umara yang intinya agar kita selamat dari ancaman wabah virus Corona.

Memang sebagai orang beriman, kita wajib taat kepada Allah. Ketaatan kepada Allah membawa konsekuensi kita juga harus taat kepada Rasul-Nya sebagaimana ditegaskan dalam ayat tersebut. Tidak hanya itu, taat kepada Rasul-Nya membawa konsekuensi kita juga harus taat kepada ulama sebagai pewarisnya dan konsekuensi berikutnya kita harus taat kepada ulil amri atau pemerintah yang sah.

Kita berdoa semoga ketaatan kita kepada semua pihak tersebut termasuk yang terkait dengan kebijakan karantina atau social distancing untuk menghindari bahaya virus Corona akan dibalas oleh Allah dengan segera dilenyapkan-Nya wabah ini dari muka bumi ini. Amin ya rabbal alamin.

Saudaraku/keluargaku yang dirahmati Allah.

Ibadah puasa erat sekali hubungannya dengan pengampunan dari Allah subhanahu wa ta’ala. Hal ini sebagaimana ditegaskan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam sebuah hadits beliau yang diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu sebagai berikut:
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

Artinya, “Barangsiapa berpuasa Ramadhan karena iman dan mengharapkan pahala, maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.”

Jadi dengan selesainya kita melaksakankan ibadah puasa, maka dosa-dosa kita kepada Allah subhanahu wa ta’ala telah diampuni-Nya. Tinggal masalahnya sekarang bagaimana kita menghapuskan dosa-dosa kita kepada sesama manusia agar di hari Idul Fitri ini kita meraih kembali kesucian kita dari dosa sebagaimana kita di waktu bayi dahulu, maka seusai shalat Idul Fitri ini, kita hendaknya saling berikrar untuk saling memaafkan di antara kita, khususnya dalam internal keluarga. Apabila mungkin bisa diperluas dengan tetangga, saudara-saudara, dan teman-teman setidaknya secara online.

Sekali lagi kita berdoa semoga ketaatan kita kepada Allah, Rasulullah, Ulama dan Umara termasuk yang terkait dengan kebijakan karantina atau social distancing untuk menghindari bahaya virus Corona dan ikrar kita untuk saling memaafkan akan dibalas oleh Allah dengan segera dilenyapkan-Nya wabah ini dari muka bumi ini, khususnya dari bumi pertiwi Republik Indonesia yang kita cintai bersama. Amin ya rabbal alamin.
أعُوْذُ بِاللّٰهِ مِنَ الشَّيْطنِ الرَّجِيْمِ. بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ. إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الاَبْتَرُ بَارَكَ اللّٰهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَاِيِّاكُمْ بما فيه مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَتَقَبَّلْ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاوَتَهُ اِنّهُ هُوَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ.. فَاسْتَغْفِرُوْا اِنَّهُ هُوَاْلغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ


Khutbah II
اللّٰهُ اَكْبَرْ (٣×) اللّٰهُ اَكْبَرْ (٤×) اللّٰهُ اَكْبَرْ كبيرا وَاْلحَمْدُ للّٰهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللّٰه بُكْرَةً وَ أَصْيْلاً لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللّٰهُ وَاللّٰهُ اَكْبَرْ اللّٰهُ اَكْبَرْ وَللّٰهِ اْلحَمْدُ .اَلْحَمْدُ للّٰهِ رَبِّ العَالَمِيِنَ، أَشْهَدُ أَنْ لآ إِلٰهَ إِلاَّ اللّٰهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللّٰهِ، اَللّٰهُـمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى ألِهِ وَ صَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ. اَمَّا بَعْدَ : يَا أَيُّهَا النَّاسُ ا اتَّقُوا اللّٰه. قال اللّٰه تعالى: أَعُوذُ بِاللّٰهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ، يَا اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللّٰهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. اَللّٰهُـمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلْاَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَاإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللّٰهِ ! إِنَّ اللّٰهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللّٰهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللّٰهِ أَكْبَرْ

Makna Idul Fitri dan Syawal

KHUTBAH IDUL FITRI
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
Makna Idul Fitri dan Syawal
Khutbah I

اللّٰه أكبر اللّٰه أكبر اللّٰه أكبر، اللّٰه أكبر اللّٰه أكبر اللّٰه أكبر، اللّٰه أكبر اللّٰه أكبر اللّٰه أكبر
اللّٰهُ اَكْبَرْ كَبِيْرًا وَالحَمْدُ لِلّهِ كثيرا وسبحان اللّٰه بُكْرَةً وَأصِيْلاً لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللّٰهُ وَاللّٰهُ اَكْبَرْ
اللّٰهُ اَكْبَرْ وَ لِلّٰهِ اْلحَمْدُ

اْلحَمْدُ لِلّٰهِ اْلحَمْدُ لِلّٰهِ الّذي هَدَانَا سُبُلَ السّلاَمِ، وَأَفْهَمَنَا بِشَرِيْعَةِ النَّبِيّ الكَريمِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلَهَ إِلَّا اللّٰه وَحْدَهُ لا شَرِيك لَه، ذُو اْلجَلالِ وَالإكْرام، وَأَشْهَدُ أَنّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسولُه، اللّهُمَّ صَلِّ و سَلِّمْ وَبارِكْ عَلَى سَيِّدِنا مُحَمّدٍ وعلى اله وأصْحابِهِ وَالتَّابِعينَ بِإحْسانِ إلَى يَوْمِ الدِّين، أما بعد: فيايها الإخوان، أوصيكم و نفسي بتقوى اللّٰه وطاعته لعلكم تفلحون، قال اللّٰه تعالى في القران الكريم: أعوذ باللّٰه من الشيطان الرجيم، بسم اللّٰه الرحمان الرحيم: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللّٰه وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا، يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللّٰه وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا وقال تعالى يَا اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللّٰهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ.
صدق اللّٰه العظيم

Ma’asyiral Muslimin hafidhakumullah,

Pada saat ini kita semua patut bersyukur bahwa bulan suci Ramadhan baru saja kita lalui bersama dengan baik. Ini berarti kita semua telah lulus ujian, yakni berhasil menjalankan ibadah puasa selama sebulan penuh sesuai dengan ketentuan syari’at. Sekarang juga, kita patut bergembira karena di samping telah berhasil menambah pundi-pundi pahala, juga dosa-dosa kita diampuni oleh Allah subhanahu wata’ala. Rasulullah shallahu ‘alaihi wa sallam bersabda dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu sebagai berikut:

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ‏

Artinya, “Barangsiapa berpuasa Ramadhan karena iman dan mengharap pahala, maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.”

Dari hadits tersebut lahirlah makna Idul Fitri yang dalam konteks Indonesia tidak hanya secara bahasa bermakna Hari Raya setelah berakhirnya Ramadhan, atau yang dalam Kamus Al-Maany dimaknai sebagai اَليَوْمُ اْلأوَّلُ الَّذِي يَبْدَأُ بِهِ الإفْطَارُ لِلصَّائِمِيْنَ  (hari pertama bagi orang-orang yang berpuasa Ramadhan mulai kembali berbuka [dengan makan dan minum seperti di hari-hari biasa]), tetapi juga secara konseptual bermakna “kembali suci” seperti ketika kita baru terlahir ke dunia.

Makna secara konseptual tersebut, yakni “kembali suci”, secara budaya telah diterima umat Islam Indonesia dari generasi ke generasi dengan merujuk pada maksud hadits di atas. Setidaknya hal ini merupakan doa kita semua kepada Allah dan semoga dikabulkan. Amin. Namun demikian perlu ada ketegasan bahwa yang dimaksud “kembali suci” dalam konteks ini adalah terbebas dari dosa-dosa kepada Allah subhanahu wata’ala saja karena hanya menyangkut hablum minallah. Sedangkan “kembali suci” dari dosa-dosa kepada manusia tidak otomatis terjadi karena hal ini menyangkut hablum minannas. Semua persoalan yang terkait dengan sesama manusia harus diselesaikan sendiri antar sesama manusia.

Oleh karena itu, kita akan benar-benar mencapai Idul fitri dalam arti “kembali suci” seperti ketika baru terlahir ke dunia apabila urusan dosa-dosa dengan sesama manusia bisa kita selesaikan dengan berakhirnya Ramadhan. Tentu saja lebih baik urusan dosa dengan sesama manusia bisa kita selesaikan sesegera mungkin tanpa menunggu berakhirnya Ramadhan. Jadi maksudnya, jangan sampai hingga datangnya bulan Syawal ini kita masih memiliki dosa-dosa dengan sesama manusia yang belum terselesaikan.

Jika itu terjadi, maka sudah pasti dosa-dosa kepada sesama manusia tersebut akan menghalangi kembalinya kita kepada “fitrah” atau “suci”. Hal inilah yang kemudian melahirkan tradisi saling bermaaf-maafan diantara umat Islam yang di Indonesia dikenal dengan Halal bi halal. Tradisi ini tentu saja baik karena dapat memperbaiki hubungan antar sesama manusia yang kadang-kadang memang sulit terhindar dari konflik, ketegangan dan bahkan permusuhan.

Ma’asyiral Muslimin hafidhakumullah,

Datangnya Idul Fitri membawa kita semua kembali pada kesucian sebagaimana telah diuraikan di atas. Lalu, bagaimanakah kita menyikapi hari-hari setelah kita kembali pada keadaan suci ini? Setidaknya ada dua jawaban sebagai berikut:

Pertama, kita hendaknya meneruskan kebaikan yang sudah dicapai selama Ramadhan. Dalam kaitan ini Syekh Muhammad ibn ‘Umar Nawawi al-Bantani mengingatkan salah satu dari kesepuluh amaliah sunnah Ramadhan dalam kitabnya berjudul Nihâyah al-Zain fî Irsyâd al-Mubtadi’in, yakni istiqamah dalam menjalankan amaliah Ramadhan dan melanjutkan amaliah-amaliah tersebut di bulan-bulan berikutnya.

Jika kita bisa melanjutkan amaliah-amaliah sunnah di bulan Ramadhan seperti menahan lisan dan anggota badan lainnya dari perkara-perkara yang tak berguna - apalagi perkara-perkara haram, memperbanyak sedekah, memperbanyak i'tikaf, mengkhatamkan Al-Quran setidaknya sebulan sekali, dan sebagainya, maka itu berarti kita melakukan upaya peningkatan kualitas ruhani kita. Peningkatan semacam itu sejalan dengan makna kata “Syawal” (شَوَّالُ) yang secara etimologis berasal dari kata “Syala” (شَالَ) yang berarti “irtafaá” (اِرْتَفَعَ) yang dalam bahasa Indonesia berarti “meningkatkan”.

Tentu saja mungkin kita tidak bisa melakukan persis sama dengan apa yang kita lakukan selama Ramadhan dalam rangka peningkatan amal karena berbagai alasan seperti kesibukan menjalankan tugas sehari-hari dan sebagainya. Tetapi setidaknya ada ikhtiar kita untuk melestarikan ibadah-ibadah seperti itu, misalnya dengan menjauhi maksiat, berpuasa 6 hari di bulan Syawal dan sebagainya. Ramadhan memang dimaksudkan sebagai bulan tarbiyah atau bulan pendidikan dimana umat Islam digembleng selama sebulan penuh agar menjadi orang-orang yang bertakwa kepada Allah subhanahu wata’ala. 

Ma’asyiral Muslimin hafidhakumullah,

Kedua, menjaga agar kita tidak mengalami kebangkrutan amal yang telah kita raih baik sebelum dan selama Ramadhan dengan cara tidak menzalimi orang lain. Dalam hal ini Rasulullah shallahu alaihi wa sallam menjelaskan tentang kebangkrutan amal sebagaimana diriwayatkan dari Abu Hurairah dalam sebuah berikut ini: 

“أَتَدْرُوْنَ مَا الْمُفْلِسُ؟”قَالَ

Artinya, “Tahukah kalian siapakahorang yang mengalami kebangkrutan amal? Tanya Rasulullah kepada para sahabat. Mereka menjawab:

قَالُوْا: اَلْمُفْلِسُ فِيْنَا مَنْ لاَ دِرْهَمَ لَهُ وَلاَ مَتَاعَ

Artinya, “Para sahabat menjawab : Orang bangkrut menurut pendapat kami ialah mereka yang tiada mempunyai uang dan tiada pula mempunyai harta benda.”

فَقَال

Artinya, “Maka Nabi menjawab”:

“إِنَّ الْمُفْلِسَ مِنْ أُمَّتِي، يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِصَلاَةٍ وَصِيَامٍ وَزَكَاةٍ، وَيَأْتِي قَدْ شَتَمَ هٰذَا، وَقَذَفَ هٰذَا، وَأَكَلَ مَالَ هٰذَا، وَسَفَكَ دَمَ هٰذَا، وَضَرَبَ هٰذَا. فَيُعْطِى هٰذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ وَهٰذَا مِنٰ حَسَنَاتِهِ. فَإِنْ فَنِيَتْ حَسَنَاتُهُ، قَبْلَ أَنْ يَقْضَى مَا عَلَيْهِ، أُخِذَ مِنْ خَطَايَاهُمْ فَطُرِحَتْ عَلَيْهِ. ثُمَّ طُرِحَ فِي النَّارِ”

Artinya, “Sesungguhnya orang bangkrut dari umatku ialah mereka yang pada hari kiamat membawa amal kebaikan dari shalat, puasa, dan zakat. Tetapi mereka dahulu pernah mencaci maki orang lain, menuduh (dan mencemarkan nama baik) orang lain, memakan harta orang lain, menumpahkan darah orang lain dan memukul orang lain. Maka kepada orang yang mereka salahi itu diberikan pahala amal baik mereka; dan kepada orang yang lain lagi diberikan pula amal baik mereka. Apabila amal baik mereka telah habis sebelum utangnya lunas, maka diambillah kesalahan orang yang disalahi itu dan diberikan kepada mereka; Sesudah itu, mereka yang suka mencaci, menuduh, memakan harta orang lain, menumpahkan darah orang lain, dan memukul orang lain itu, akan dilemparkan ke dalam neraka.”

Ma’asyiral Muslimin hafidhakumullah,

Hadits tersebut hendaklah dapat kita hayati bersama karena memberikan kesadaran kepada kita betapa pentingnya menghindari perbuatan mendzalimi sesama manusia. Alasannya adalah kedzaliman-kedzaliman seperti itu dapat membuat kita bangkrut secara agama, yakni ludesnya amal-amal kebaikan kita yang telah kita kumpulkan dengan susah payah selama bertahun-tahun, bahkan selama hidup kita.

Untuk itu apabila kita sayang pada diri sendiri, maka jagalah agar amal-amal baik kita bisa kita rawat dengan sebaik-baiknya sehingga tidak musnah sia-sia, dengan cara kita harus bisa mengendalikan diri kita sehingga orang lain selamat dari perbuatan mendzalimi orang lain seperti: menyakiti hati, menghujat dan memaki, memfitnah dan menuduh tanpa bukti, mengambil hak seperti mencuri dan korupsi, membunuh, menyakiti secara fisik, dan sebagainya.

Ma’asyiral Muslimin hafidhakumullah,

Mudah-mudahan apa yang khatib sampaikan tadi terkait dengan apa yang harus kita lakukan setelah Ramadhan, dapat bermanfaat bagi kita semua, dan khususnya bagi khatib pribadi. Mudah-mudahan pula kita semua senantiasa mendapat petunjuk dari Allah subhanahu wata’ala sehingga hal-hal jelek seperti yang tadi khatib kemukakan benar-benar dapat kita hindari bersama, dan akhirnya kita semua kelak  diterima di sisi Allah subhanahu wata’ala dan ditempatkan di surga bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan orang saleh lainnya. Amin… Amin ya Rabbal 'alamin.

أعُوْذُ بِالِلّٰهِ مِنَ الشَّيْطنِ الرَّجِيْمِ. بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ. إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الاَبْتَرُ
بَارَكَ اللّٰهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَاِيِّاكُمْ بما فيه مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَتَقَبَّلْ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاوَتَهُ اِنّهُ هُوَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ.. فَاسْتَغْفِرُوْا اِنَّهُ هُوَاْلغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ


Khutbah II

اللّٰهُ اَكْبَرْ (٣×) اللّٰهُ اَكْبَرْ (٤×) اللّٰهُ اَكْبَرْ كبيرا وَاْلحَمْدُ لِلّٰهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللّٰه بُكْرَةً وَ أَصْيْلاً لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللّٰهُ وَاللّٰهُ اَكْبَرْ اللّٰهُ اَكْبَرْ وَلِلّٰهِ اْلحَمْدُ
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللّٰهُ وَاللّٰهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ. اَللّٰهُـمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا

أَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللّٰهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللّٰهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللّٰهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللّٰهُـمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ

اَللّٰهُـمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اَللّٰهُـمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اَللّٰهُـمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَاإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَالِلّٰهِ ! إِنَّ اللّٰهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللّٰهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ الِلّٰهِ أَكْبَرْ

Menuntaskan Urusan Hak Sesama Manusia

KHUTBAH IDUL FITRI
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Menuntaskan Urusan Hak Sesama Manusia

Khutbah I

:اللّٰهُ أَكْبَرُ، اللّٰهُ أَكْبَرُ، اللّٰهُ أَكْبَرُ، اللّٰهُ أَكْبَرُ، اللّٰهُ أَكْبَرُ، اللّٰهُ أَكْبَرُ، اللّٰهُ أَكْبَرُ، اللّٰهُ أَكْبَرُ، اللّٰهُ أَكْبَرُ
الْحَمْدُ ِلِلّٰهِ الْمُنْعِمِ عَلَى مَنْ أَطَاعَهُ وَاتَّبَعَ رِضَاهُ، الْمُنْتَقِمِ مِمَّنْ خَالَفَهُ وَعَصَاهُ، الَّذِى يَعْلَمُ مَا أَظْهَرَهُ الْعَبْدُ وَمَا أَخْفَاهُ، الْمُتَكَفِّلُ بِأَرْزَاقِ عِبَادِهِ فَلاَ يَتْرُكُ أَحَدًا مِنْهُمْ وَلاَيَنْسَاهُ، أَحْمَدُهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى عَلَى مَاأَعْطَاهُ أَشْهَدُ أَنْ لآ إِلٰهَ إِلاَّ اللّٰهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ شَهَادَةَ عَبْدٍ لَمْ يَخْشَ إِلاَّ اللّٰهَ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِى اخْتَارَهُ اللّٰهُ وَاصْطَفَاهُ. اَللّٰهُـمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، وَعَلَى أٰلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ وَالاَهُ.
أَمّأَبَعْدُ؛ فَيَآ أَيُّهَا النَّاسُ، اتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تَقْوَاهُ وَاعْلَمُوْا أَنَّ يَوْمَكُمْ هٰذَا يَوْمٌ عَظِيْمٌ، وَعِيْدٌ كَرِيْمٌ، أَحَلَّ اللّٰهُ لَكُمْ فِيْهِ الطَّعَامَ، وَحَرَّمَ عَلَيْكُمْ فِيْهِ الصِّيَامَ، فَهُوَ يَوْمُ تَسْبِيْحٍ وَتَحْمِيْدٍ وَتَهْلِيْلٍ وَتَعْظِيْمٍ وَتَمْجِيْدٍ، فَسَبِّحُوْا رَبَّكُمْ فِيْهِ وَعَظِّمُوْهُ وَتُوْبُوْا إِلَى الِلّٰهِ وَاسْتَغْفِرُوْهُ

Ma’asyiral Muslimin hafidhakumullah,

Pertama, mari kita tingkatkan ketakwaan kita kepada Allah subhanahu wa ta’ala dengan segenap kemampuan berusaha melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Alhamdulillah di hari yang penuh kemuliaan dan kemenangan ini, seluruh umat Islam di seluruh dunia bersatu memperingati hari raya kemenangan, setelah sebulan penuh berpuasa Ramadhan, yaitu hari raya Idul Fitri. Karena itu dalam khutbah ini, khatib akan menjelaskan apa makna Idul Fitri, bagaimana kita beridul fitri? dan apa pelajaran penting yang dapat kita petik dari momentum hari raya Idul Fitri yang mulia ini? 

Ma’asyiral Muslimin hafidhakumullah,

Hari raya Idul Fitri adalah hari raya kemenangan umat Islam. Sebagai umat Islam harus mengetahui apa makna Idul Fitri. Kata Id berasal dari akar kata ‘âda – ya‘ûdu yang artinya kembali, sedangkan kata fitri sebagaimana dalam kamus Munjid halaman 555 bermakna berbuka bagi orang yang berpuasa. Dengan demikian, makna Idul Fitri adalah kembali berbuka puasa setelah sebulan penuh melaksanakan ibadah puasa di bulan Ramadhan. Kata fitri memiliki kaitan dengan kata fithrah. Dalam kamus yang sama, kata fithrah bermakna agama yang benar dan tabiat asal kejadian manusia. Maksudnya, setiap orang yang berpuasa selama bulan Ramadhan dengan iman dan ikhlas karena Allah, akan diampuni segenap dosanya yang telah lampau. Sehingga pada hari raya ini umat Islam kembali pada fitrah, bagaikan bayi yang suci dan bersih dari segala dosa, kesalahan, kejelekan, dan keburukan. Imam Bukhari dalam Shahih Bukhari juz 3 halaman 26 meriwayatkan hadits, Nabi bersabda:

وَمَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

“Barangsiapa puasa di bulan Ramadhan dengan iman dan ikhlas karena Allah, diampuni dosa-dosanya yang telah lampau.”

Dari hadits di atas, setiap kaum Muslim yang berpuasa di bulan Ramadhan dengan penuh keimanan dan keikhlasan karena Allah Ta’ala, pada hari raya ini ia terbebas dari segala dosa, bersih suci sebagaimana bayi yang baru lahir dari rahim ibunya. Sebagaimana sabda Nabi: “Setiap bayi dilahirkan dalam keadaan suci (Islam). Kedua orang tuanyalah yang akan menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi (HR. Bukhari Juz 2 halaman 100).

Ma’asyiral Muslimin hafidhakumullah,

Bagaimana cara kita beridul fitri?

Kita perlu mengingat bahwa manusia adalah makhluk sosial, yang pasti memiliki kesalahan, baik kesalahan kepada Allah SWT (haqqullah), dan kesalahan kepada sesama manusia (haq adami). Manusia yang memiliki kesalahan kepada Allah subhanahu wata’ala, akan mendapatkan ampunan di hari yang mulia ini setelah melakukan puasa di bulan Ramadhan. Namun kesalahan sesama manusia hanya bisa diampuni ketika telah saling memaafkan. Oleh karena itu, mumpung ini adalah hari raya Idul Fitri, hari di mana setiap Muslim sedang gembira dan berlapang dada, mari kita hidupkan tradisi yang amat baik selepas Idul Fitri, yaitu tradisi saling memaafkan, atau lebih dikenal dengan tradisi halal bihalal. Yang memiliki kesalahan meminta maaf pada yang disalahi, yang disalahi memberi maaf kepada yang bersalah. Tradisi ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam Al-Qur’an Surat Al-A’raf ayat 199:

َخُذِ الْعَفْوَ وَأْمُرْ بِالْعُرْفِ وَأَعْرِضْ عَنِ الجَاهِلِيْن

“Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang makruf, serta berpalinglah daripada orang-orang yang bodoh.”

Selain itu, dalam sebuah hadits, orang yang bersalah diperintahkan untuk segera meminta maaf atas kesalahannya. Sebagaimana diriwayatkan Imam Bukhari dalam Shahih Bukhari Juz 3 halaman 129. Nabi bersabda:

مَنْ كَانَتْ لَهُ مَظْلَمَةٌ لِأَخِيهِ مِنْ عِرْضِهِ أَوْ شَيْءٍ، فَلْيَتَحَلَّلْهُ مِنْهُ اليَوْمَ، قَبْلَ أَنْ لاَ يَكُونَ دِينَارٌ وَلاَ دِرْهَمٌ، إِنْ كَانَ لَهُ عَمَلٌ صَالِحٌ أُخِذَ مِنْهُ بِقَدْرِ مَظْلَمَتِهِ، وَإِنْ لَمْ تَكُنْ لَهُ حَسَنَاتٌ أُخِذَ مِنْ سَيِّئَاتِ صَاحِبِهِ فَحُمِلَ عَلَيْهِ

“Barangsiapa memiliki kesalahan terhadap saudaranya, baik moril maupun materil, segeralah meminta kehalalannya hari itu juga, sebelum sampai pada hari tiada dinar dan dirham. Jika hal tersebut terjadi, bila ia memiliki amal baik, amal tersebut akan diambil sesuai kadar kesalahannya. Namun, bila ia sudah tidak memiliki kebaikan, maka ia akan ditimpakan kesalahan dari saudara yang ia salahi.”

Menjadi jelas, mumpung hari ini semua orang sedang bahagia dengan menyambut hari raya Idul Fitri, semua orang mudah memberi maaf, semua orang dalam keadaan lapang, mari kita manfaatkan momentum berharga ini untuk saling bermaafan, saling rukun, bersatu dan mempererat tali persaudaraan. Dalam istilah Jawa kita biasa mengungkapkan: crah agawe bubrah, rukun agawe sentosa (bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh).

Ma’asyiral Muslimin hafidhakumullah, 

Apa pesan penting yang dapat kita petik dari hari raya Idul Fitri tahun ini?

Pada hari raya Idul Fitri ini kita kembali mengingat momentum lahirnya istilah halal bi halal. Sebagaimana pernah diulas di NU Online, penggagas istilah "halal bi halal" adalah KH Abdul Wahab Chasbullah. Pasca Indonesia merdeka, pada tahun 1948, Indonesia dilanda gejala disintegrasi bangsa. Para elite politik saling bertengkar dan terjadi pemberontakan di mana-mana. Kemudian Kiai Wahab memberi saran kepada Bung Karno untuk menyelenggarakan halal bi halal. Ketika elite politik tidak mau bersatu, maunya menang sendiri, benar sendiri dan saling menyalahkan, perilaku tersebut termasuk perbuatan salah dan dosa. Dosa itu haram. Agar tidak punya dosa (haram), maka harus dihalalkan, yaitu dengan duduk bersama untuk saling memaafkan, saling menghalalkan. Inilah yang dimaksud dengan halal bi halal. Dengan halal bi halal, mereka bisa bersatu dan duduk bersama, sebagai momentum untuk menyusun kekuatan dan persatuan bangsa.

Dari kisah halal bi halal tersebut, ada beberapa pesan: pertama, orang yang tidak mau rukun, orang yang saling bermusuhan, itu hukumnya haram dan keduanya tidak akan masuk surga. Sebagaimana sabda Nabi: “Tidak akan masuk surga dua orang yang memiliki permusuhan.”  Kedua, orang yang bermusuhan harus mau rukun dan bersatu, dengan rukun dan bersatu kita akan mendapatkan rahmat Allah subhanahu wata’ala, dengan rukun dan bersatu, hidup menjadi aman, tenteram, dan nyaman. Hal tersebut tak mungkin kita dapatkan bila kita memiliki permusuhan. Ketiga, pentingnya persatuan. Persatuan merupakan hal yang prinsip dalam agama, Ingat, persatuan itu rahmat, sedangkan perpecahan itu adalah azab. Dari beberapa pesan tersebut, Halal bi halal merupakan cara yang efektif untuk menyatukan umat menuju bangsa Indonesia yang baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur (negara yang baik dan mendapatkan ampunan Allah).

Ma’asyiral Muslimin hafidhakumullah, 

Syekh Abdul Qadir al-Jilani dalam kitab Al-Ghuniyah juz 2 halaman 34, secara tersirat dijelaskan bahwa hari raya Idul Fitri adalah momentum untuk menghapuskan segala dosa dan kesalahan. Momentum untuk berhijrah, yakni berhijrah dari kejelekan menuju kebaikan. Jika sebelum bulan Ramadhan, kita saling bermusuhan, saling menghina satu sama lain, saling tercerai berai dan banyak melakukan kesalahan, setelah hari raya Idul Fitri ini, kita berkomitmen untuk memperbaiki diri, saling bermaafan, saling rukun, saling bersatu, dan saling mempererat persaudaraan dan persatuan.

Ingat, sesama Muslim adalah bersaudara, sesama saudara harus saling berbuat baik. Sebagaimana persaudaraan tangan kanan dan tangan kiri, ia berbeda dan tidak sama. Walaupun keduanya berbeda, ia saling membantu, berbagi peran, dan saling melengkapi kekurangan masing-masing. Mereka tidak pernah menyakiti satu sama lain, karena menyakiti satu sama lain sama saja dengan menyakiti diri sendiri. Karena itu, di hari yang mulia ini. Mari kita rajut kembali persatuan dan persaudaraan. Ketika pemilu, pilihan boleh berbeda, persatuan dan persaudaraan harus kita jaga. Semoga hari raya Idul Fitri ini menjadi momentum bagi kita untuk semakin baik, semakin rukun, semakin bersatu, cinta damai dan mendapatkan rahmat Allah SWT. Aamiin.

ُبَارَكَ اللّٰهُ لِي وَلَكُمْ فِيْ القُرْآنِ العَظِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِفَهْمِهِ إِنَّهُ هُوَ البَرُّ الرَّحِيْم


Khutbah II

اللّٰه أكبر، اللّٰه أكبر، اللّٰه أكبر، اللّٰه أكبر، اللّٰه أكبر، اللّٰه أكبر، اللّٰه أكبر، اللّٰه أكبر، اللّٰه أكبر
الحمد للّٰه أفاض نعمه علينا وأعظم. وإن تعدوا نعمة اللّٰه لا تحصوها، أشهد أن لا إله إلا اللّٰه وحده لا شريك له. أسبغ نعمه علينا ظاهرها وباطنها وأشهد أن محمدا عبده ورسوله. رسول اصطفاه على جميع البريات. ملكهاوإنسها وجنّها. اللّٰهم صل وسلم على سيدنا محمد وعلى أله وأصحابه أهل الكمال فى بقاع الأرض بدوها وقراها, بلدانها وهدنها
اللّٰه أكبر أما بعد:أيها الحاضرون اتّقوا اللّٰه حقّ تقاته ولا تمو تنّ إلاّ وانتم مسلمون. إخوانى الكرام! استعدوا لجواب ربكم متى تخشع لذكر اللّٰه متى نعمل بكتاب اللّٰه ؟ قال تعالى ياأيها الذين أمنوا استجيبوا للّٰه ولرسوله إذا دعاكم لما يحييكم واعلموا أن اللّٰه يحول بين المرء وقلبه وأنه إليه تخشرون
اللّٰه أكبر. اللّٰهم صل على سيدنا محمد وعلى أل سيدنا محمد. كما صليت على إبراهيم وعلى أل إبراهيم, وبارك على محمد وعلى أل محمد, كماباركت على إبراهيم وعلى أل إبراهيم فى العالمين إنك حميد مجيد
اللّٰه أكبر. اللّٰهم اغفر للمسلمين والمسلمات والمؤمنين والمؤمنات الأحياء منهم والأموات. إنك سميع قريب مجيب الدعوات وقاضى الحاجات. اللّٰهم وفقنا لعمل صالح يبقى نفعه على ممر الدهور. وجنبنا من النواهى وأعمال هى تبور. اللّٰهم أصلح ولاة أمورنا. وبارك لنا فى علومنا وأعمالنا. اللّٰهم ألف بين قلوبنا وأصلح ذات بيننا. اللّٰهم اجعلنا نعظم شكرك. ونتبع ذكرك ووصيتك. ربنا أتنا فى الدنيا حسنة وفى الأخرة حسنة وقنا عذاب النار. ربنا لا تزغ قلوبنا بعد إذ هديتنا وهب لنا من لدنك رحمة إنك أنت الوهاب
اللّٰه أكبر. عباد اللّٰه! إن اللّٰه يأمر بالعدل والإحسان وإيتاء ذى القربى وينهى عن الفحشاء والمنكر يعذكم لعلكم تذكرون. فاذكروا اللّٰه يذكركم واشكروا على نعمه يشكركم. ولذكر اللّٰه أكبر

Mengevaluasi Capaian Ramadhan Kita

Khutbah Idul Fitri: 
Mengevaluasi Capaian Ramadhan Kita
Khutbah I

اَللّٰهُ أَكْبَرْ ) ٩× ( لَا اِلَهَ اِلَّا اللّٰهُ وَاللّٰهُ أَكْبَرْ، اَللّٰه ُأكْبَرْ وَلِلّٰهِ الْحَمْدُ
اَللّٰهُ أَكْبَرُ مَا تَعَاقَبَ اللَّيْلُ وَالنَّهَارُ، اَللّٰهُ أَكْبَرُ مَا اصْطَلَحَ التَّائِهُوْنَ مَعَ الِلّٰهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى فَصَفَحَ عَنْهُ وَتَابَ وَغَفَرَ. اَللّٰهُ أَكْبَرْ ، اَللّٰهُ أَكْبَرْ ، اَللّٰهُ أَكْبَرْ. سُبْحَانَ رَبِّيْ مِلْءَ الْمِيْزَانِ، سُبْحَانَ الْمُسَبَّحِ فِىْ كُلِّ مَكَانٍ، سُبْحَانَ مَنْ اَدْخَلَ عِبَادَهُ الْمُؤْمِنِيْنَ اِلَى الْجِنَانِ، سُبْحَانَ الِلّٰهِ وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ وَلَا اِلَهَ الَّا اللّٰهُ وَاللّٰهُ اَكْبَرْ.
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ حَمْدًا يُكَافِيْ نِعَمَهُ، وَيُكَافِئُ مَزِيْدَهُ، يَا رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ كَمَا يَنْبَغِيْ لِجَلَالِ وَجْهِكَ الْكَرِيْمِ وَلِعَظِيْمِ سُلْطَانِكَ. سُبْحَانَ اَللّٰهُـمَّ لَا أُحْصِيْ ثَنَاءً عَلَيْكَ كَمَا أَثْنَيْتَ عَلَى نَفْسِكَ. اَشْهَدُ اَنْ لا اله الا اللّٰه وحده لا شريك له، واشهد ان محمدا عبدُه ورسولُه وَصَفِيُّهُ وَخَلِيْلُهُ، خيرُ نَبِيٍّ اَرْسَلَهُ اللّٰهُ لِلْعَالَمِيْنَ بَشِيْرًا وَنَذِيْرَا.
اللّٰه صل وسلم على سيدنا محمد، وعلى آل سيدنا محمد، صلاة وسلاما دائمين متلازمين الى يوم الدين. اما بعد
فيا عباد اللّٰه. أُوْصِيْنِي نَفْسِي وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللّٰهِ، فَقَدْ فَازَ المُتَّقُوْنَ. فَقَدْ قَالَ عَزَّ مَنْ قَائِلٌ قُلْ بِفَضْلِ اللَّهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَلِكَ فَلْيَفْرَحُوا هُوَ خَيْرٌ مِمَّا يَجْمَعُونَ

Hadirin, sidang jamaah shalat idul fitri hafidhakumullah, 

Kita baru saja berpisah dengan bulan Ramadhan. Ramadhan telah pergi, dan kita tak pernah tahu, apakah akan berjumpa lagi dengannya di tahun berikutnya atau tidak. Dalam menjalani Ramadhan, setidaknya ada dua kelompok jenis manusia yang perlu kami sampaikan.

Yang pertama adalah orang yang mengerti dan memenuhi hak-hak Ramadhan sebagaimana mestinya. Mereka puasa di siang harinya, beribadah di malam harinya, dan makan dari harta yang halal, menjauhi kemaksiatan yang dilarang oleh Allah subhanahu wa ta’ala. Mereka bersungguh-sungguh beribadah dengan tujuan meraih ridla Allah subhanahu wa ta’ala. Mereka adalah orang-orang yang pagi ini mendapatkan upah atas segala jerih payah yang mereka kerahkan.

Kelompok orang dari jenis yang pertama ini adalah ahlullah. Mereka akan menjadi orang spesial di hadapan Allah pada waktu bumi ini sudah diganti bukan berbentuk bumi, langit sudah berganti tidak sebagaimana langit yang kita saksikan, dunia ini sudah rusak luluh lantak, di mana para manusia telah memasuki era baru akhirat. Hasil tanaman amal-amal hamba mulai ditampakkan, peluh keringat ibadah mereka selama di dunia akan dibayar gajinya dengan ganjaran yang berlipat ganda.

وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ

Artinya: “Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung.” (QS Ali Imran: 185)

Orang-orang yang beriman, menjalani puasa dengan baik, kelak akan tampak riang gembira, bersuka cita, menikmati anugerah yang begitu agung yaitu bisa memandang Allah subhanahu wa ta’ala:

وُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ نَاضِرَةٌ

“Wajah-wajah pada hari itu (hari kiamat) ada yang berseri-seri.”

إِلَى رَبِّهَا نَاظِرَةٌ

“Kepada Tuhannyalah mereka melihat.” (QS Al-Qiyamah 22-23)

Pada hari itu pula para malaikat gembira melihat orang-orang mu’min, mereka masuk ke surga dari semua pintu-pintu yang disediakan atas buah kesabaran mereka menahan hawa nafsu makan, minum, dan maksiat lain di bulan Ramadhan serta mereka juga sabar menjalankan ibadah malam dan ibadah lain, sehingga atas kesabaran mereka, dikatakan:

سَلَامٌ عَلَيْكُمْ بِمَا صَبَرْتُمْ فَنِعْمَ عُقْبَى الدَّارِ

Artinya: “Malaikat-malaikat itu mengucapkan (Kesejahteraan buat kalian) yakni pahala ini (berkat kesabaran kalian) sewaktu kalian di dunia (maka alangkah baiknya tempat kesudahan ini) akibat dari perbuatan kalian itu.” (QS Ar-Ra’d: 24)

Allâhu akbar, Allâhu akbar, Allâhu akbar, walillâhil hamdu

Dalam sebuah hadits, Rasulullah menyatakan, di dalam bulan Ramadhan ada lima hal yang tidak pernah diberikan kepada satu umat pun sebelum Nabi Muhammad ﷺ yaitu pada malam pertama Ramadhan, Allah memandang kepada semua umat Muhammad. Barangsiapa pernah dipandang oleh Allah, tidak pernah disiksa selamanya. Kedua, mulut orang yang berpuasa ketika memasuki sore hari, baunya secara hakikat, menjadi lebih harum daripada minyak kasturi. Ketiga, setiap sehari semalam, selama Ramadhan, para malaikat memintakan ampunan kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Keempat, Allah bersabda kepada surga, “Persiapkan tempatmu, hiasilah dirimu dengan perhiasan yang indah untuk hamba-Ku yang meluangkan diri meninggalkan kerepotan atau hiruk pikuk duniawi, kemudia sibuk menuju kepada kemurahan-Ku.”

Dan ini yang paling penting, Hadirin. Yang kelima, pada malam terakhir bulan Ramadhan, Allah mengampuni dosa mereka semua.

Mendengar Rasulullah ﷺ menyatakan tentang pengampunan dosa ini, salah satu sahabat lalu bertanya kepada Baginda Nabi ﷺ:

يَا رَسُوْلَ الِلّٰهِ أَهِيَ لَيْلَةُ الْقَدَرِ؟

“Apakah karena mereka memperoleh malam lailatul qadar, Ya Rasul?”

قَالَ : لَا أَلَمْ تَرَ إِلَى الْعُمَّالِ يَعْمَلُوْنَ، فَإِذَا فَرَغُوْا مِنْ أَعْمَالِهِمْ وُفُّوْا أُجُوْرَهُمْ

Rasul menjawab: “Bukan, apakah kamu tidak melihat para karyawan yang sedang bekerja? Ketika mereka telah menyelesaikan tugas mereka, tentu mereka akan mendapatkan gajian. (Syu’abul Iman: 3331)

Pada intinya, sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an:

فَلَا تَعْلَمُ نَفْسٌ مَا أُخْفِيَ لَهُمْ مِنْ قُرَّةِ أَعْيُنٍ جَزَاءً بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

Artinya: “Tak seorang pun mengetahui berbagai nikmat yang menanti, yang indah dipandang sebagai balasan bagi mereka, atas apa yang mereka kerjakan.” (QS As-Sajdah: 17)

Allâhu akbar, Allâhu akbar, Allâhu akbar, walillâhil hamdu

Kelompok atau jenis manusia yang kedua adalah orang-orang yang tidak menghormati Ramadhan dengan baik. Kelompok ini dibagi menjadi dua bagian. Yang pertama adalah orang-orang yang tidak mengindahkan perintah Allah atas dasar sombong. Merea tidak mau puasa dan lain sebagainya karena tidak percaya kepada perintah Al-Qur’an dengan faktor keangkuhan di hati mereka. Orang-orang yang seperti ini, sebagaimana difirmankan oleh Allah dalam Al-Qur’an:

 إِنَّ الَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا وَاسْتَكْبَرُوا عَنْهَا لَا تُفَتَّحُ لَهُمْ أَبْوَابُ السَّمَاءِ وَلَا يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ حَتَّى يَلِجَ الْجَمَلُ فِي سَمِّ الْخِيَاطِ وَكَذَلِكَ نَجْزِي الْمُجْرِمِينَ

Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan menyombongkan diri terhadapnya, sekali-kali tidak akan dibukakan bagi mereka pintu-pintu langit dan tidak (pula) mereka masuk surga, hingga unta masuk ke lubang jarum. Demikianlah Kami memberi pembalasan kepada orang-orang yang berbuat kejahatan. (QS Al-A’raf: 40)

 إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ

Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina". (QS Al-Mu’min:60)

Satu kelompok lagi adalah orang-orang yang tidak berpuasa, tidak memenuhi hak-hak Ramadhan dengan baik namun tidak didasari dengan kesombongan. Mereka orang-orang yang sembrono dalam menjalani hidup namun dalam hati mereka tertancap keyakinan bahwa yang mereka lakukan adalah kesalahan, maksiyat kepada Allah, akan tetapi mereka merasa kalah dengan serangan nafsu amarah mereka, mereka adalah termasuk orang yang lemah.

وَخُلِقَ الْإِنْسَانُ ضَعِيفًا

Artinya: “Manusia diciptakan dalam keadaan lemah.” (QS An-Nisa’: 28)

Pada kelompok ini, ketika mereka meninggalkan kewajiban puasa, misalnya, mereka sembari bermunajat kepada Allah, “Ya Allah, saya sedang sembrono, tidak mengindahkan perintah-Mu, kami kalah dengan godaan hawa nafsu, godaan saya teramat berat, semoga Engkau mengampuni kami, terimalah tobat kami.” Maka, tidak diragukan lagi, Allah pasti akan mengampuni mereka sebab Allah maha pengampun, meskipun kewajiban seperti qadla puasa dan lain sebagainya tetap harus dijalankan.

Pada satu hadits Qudsi shahih, Allah berfirman:

أَذنَب عبْدٌ ذَنْبًا فقالَ: اَللّٰهُـمَّ اغفِرْ لِي ذَنْبِي، فَقَالَ اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعالى: أَذْنَبَ عبدِي ذَنْبًا، فَعَلِم أَنَّ لَهُ رَبًّا يَغْفِرُ الذَّنْبَ، وَيَأْخُذُ بِالذَّنبِ، ثُمَّ عَادَ فَأَذْنَبَ، فَقَالَ: أَيْ ربِّ اغْفِرْ لِي ذَنْبِي، فَقَالَ تبارك وتعالى: أَذْنَبَ عبدِي ذَنْبًا، فَعَلِمَ أَنَّ لَهُ رَبًّا يَغفِرُ الذَّنبَ، وَيَأخُذُ بِالذَّنْبِ، ثُمَّ عَادَ فَأَذْنَبَ، فَقَالَ: أَي رَبِّ اغفِرْ لِي ذَنبي، فَقَالَ تَبَارَكَ وَتَعَالى: أَذْنَبَ عَبدِي ذَنبًا، فعَلِمَ أَنَّ لَهُ رَبًّا يَغْفِرُ الذَّنْبَ، وَيَأْخُذُ بِالذَّنبِ، قد غَفَرْتُ لِعَبْدِي فَلْيَفْعَلْ مَا شَاءَ .

Artinya: “Ada hamba-Ku yang melaksanakan dosa, lalu ia berdoa ‘Ya Allah, ampunilah dosa kami’, lalu Allah bersabda lagi, ada hamba-Ku yang melaksanakan dosa, ia sadar, tahu bahwa dia punya Tuhan yang maha mengampuni dosa, ia melakukan dosa lagi, ia berdoa lagi, ‘Ya Allah, ampunilah dosa kami’, lalu ia berdoa ‘Ya Allah, ampunilah dosa kami’, lalu Allah bersabda lagi, ada hamba-Ku yang melaksanakan dosa, ia sadar, tahu bahwa dia punya Tuhan yang maha mengampuni dosa, ia melakukan dosa lagi, ia berdoa lagi, ‘Ya Allah, ampunilah dosa kami’, Aku ampuni hamba-Ku, maka lakukan apa saja yang ia mau.” (Muttafaq ‘alaih)

Hal penting yang perlu dicatat pada hadits ini adalah jika ada hamba melaksanakan dosa dengan diikuti perasaan diawasi oleh Allah selalu dan kemudian menyesali, tiba-tiba mengulangi lagi dan seterusnya, namun ia selalu meminta ampun kepada Allah seraya merasa bersalah dan meyakini bahwa Allah maha pengampun, Allah akan mengampuni mereka.

Dosa yang sangat besar adalah apabila ada orang bermaksiat kepada Allah namun motifnya ia sombong kepada Allah, tidak mau merunduk dan mengakui kesalahannya kepada Allah, padahal nyata-nyata yang ia kerjakan adalah kesalahan, dosa yang seperti ini sangat berbahaya.

Berbeda apabila dalam hati kecil selalu merasa bersalah, namun terkadang tergelincir secara berulang-ulang dan meminta ampun, gelisah, menyesal dan bertobat terus, walaupun berulang, akan diampuni Allah, karena memang manusia tempatnya kelemahan. Ia tidak bisa membentengi pribadinya masing-masing secara seratus persen. Masing-masing sesuai dengan kekuatan iman yang tidak sama.

Allâhu akbar, Allâhu akbar, Allâhu akbar, walillâhil hamdu

Pada pagi yang sangat indah ini, kami mengajak kepada saudara-saudara sekalian. Marilah kita mensyukuri nikmat-nikmat yang Allah berikan berupa kita bisa menjalankan puasa sebulan penuh beserta ibadah malam-malamnya. Kita patut bergembira atas anugerah dan rahmat Allah tersebut.

قُلْ بِفَضْلِ اللَّهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَلِكَ فَلْيَفْرَحُوا

Artinya: “Katakanlah Wahai Muhammad ‘Dengan kurnia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira” (QS Yunus: 85)

Apabila di antara kita ada yang tidak memenuhi Ramadhan dengan sebaik-baiknya, marilah kita bermunajat kepada Allah, memohon ampun kepada Allah, semoga Allah mengampuni dosa-dosa kita. Sebagai konskwensinya, secara syariat, apabila ada yang meinggalkan puasa, seharusnya puasa yang ditinggalkan untuk diqadla atau diganti puasa pada hari yang lain.

Mari kita berdoa, semoga Allah senantiasa memberikan bimbingan, taufiq, hidayah serta inayah-Nya supaya kita dan keluarga kita selalu menjadi orang yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya, pada puncaknya, kelak saat kita akan menghadap Allah sang Pencipta, kita akan meninggalkan dunia ini dengan husnul khatimah, amin.

جعلنا اللّٰه وإياكم من العائدين والفائزين والمقبولين كل عام وأنتم بخير. آمين
بسم اللّٰه الرحمن الرحيم، وَسَارِعُوْا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِيْنَ. وَقُلْ رَّبِّ اغْفِرْ وارْحَمء وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ.


Khutbah II

اللّٰه أكبر(٥×) لا اله الا اللّٰه واللّٰه أكبر، اللّٰه أكبر وللّٰه الحمد
الحمد للّٰه الذى وحده صدق وعده واعز جنده وهزم الاحزاب وعده ولا حول ولا قوة الا باللّٰه. اللّٰهم فصل وسلم على سيدنا محمد صاحب كنز الرحمة وعلى آله وصحبه ومن والاه، اما بعده، فيا ايها الحاضرون اتقوا اللّٰه، اتقوا اللّٰه حق تقاته ولا تموتن الا وانتم مسلمون. قال اللّٰه تعالى فى كتابه الكريم والعصر ان الانسان لفى خسر الا الذين آمنوا وعملوا الصالحات وتواصوا بالحق وتواصوا بالصبر. اللّٰهم اغفر للمسلمين والمسلمات والمؤمنين والمؤمنات الاحياء منهم والاموات، اللّٰهم اعز الاسلام والمسلمين واهلك الكفرة والظالمين. اللّٰهم لا تسلط علينا بذنوبنا من لا يخافك ولا يرحمنا. اللّٰهم اجعل بلدتنا اندونيسيا بلدة طيبة تجرى فيها احكامك ورسولك، برحمتك يا ارحم الراحمين.
فيا عباد اللّٰه ان اللّٰه يأمر بالعدل والاحسان وايتاء ذى القربى وينهى عن الفحشاء والمنكر ولذكر اللّٰه أكبر

Merayakan Perbedaan dengan Bermaaf-maafan

Merayakan Perbedaan dengan Bermaaf-maafan

اللّٰهُ أَكْبَرُ، االلّٰهُ أَكْبَرُ، االلّٰهُ أَكْبَرُ
اللّٰهُ أَكْبَرُ، االلّٰهُ أَكْبَرُ، االلّٰهُ أَكْبَرُ
للّٰهُ أَكْبَرُ، االلّٰهُ أَكْبَرُ، االلّٰهُ أَكْبَرُ، ولِلّٰهِ الحمدُ
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَتَمَّ لَنَا شَهْرَ الصِّيَامِ، وَأَعَانَنَا فِيْهِ عَلَى الْقِيَامِ، وَخَتَمَهُ لَنَا بِيَوْمٍ هُوَ مِنْ أَجَلِّ الْأَيَّامِ، وَنَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللّٰهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، الواحِدُ الأَحَدُ، أَهْلُ الْفَضْلِ وَالْإِنْعَامِ، وَنَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا رَسُولُ الِلّٰهِ إلَى جَمِيْعِ الْأَنَامِ، صَلَّى اللّٰهُ وَسَلَّمَ وَبَارَكَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ التَّوْقِيْرِ وَالْاِحْتِرَامِ، وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.  أَمَّا بَعْدُ.
يَا أَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللّٰهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. قَالَ تَعَالَى: يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا. يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ، وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ، وَمَنْ يُطِعِ اللّٰهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
اللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ، ولِلّٰهِ الحمدُ

Jamaah Shalat Idul Fitri yang dimuliakan Allah,

Salah satu tujuan agama Islam diturunkan ke dunia ini yaitu untuk mewujudkan dan menjaga persaudaraan antarsesama manusia dengan segenap perbedaannya. Dalam QS. Hûd 118 Allah SWT berfirman:

وَلَوۡ شَآءَ رَبُّكَ لَجَعَلَ ٱلنَّاسَ أُمَّةٗ وَٰحِدَةٗۖ وَلَا يَزَالُونَ مُخۡتَلِفِينَ

Jika Tuhanmu menghendaki, niscaya Ia menjadikan manusia umat yang satu, tetapi umat manusia senantiasa berbeda-beda.”

Ibnu Katsîr (w. 774 H) dalam karya tafsirnya, Tafsîr al-Qur`ân al-‘Adhîm, menafsirkan kata  (وَلا يَزالُونَ مُخْتَلِفِينَ) yang berarti “manusia senantiasa berbeda-beda” dalam ayat di atas dengan penjelasan:

ولا يزال الخلف بين الناس في أديانهم واعتقادات مللّٰهم ونحلهم ومذاهبهم وآرائهم

“Manusia senantiasa akan terus berbeda-beda dalam hal agama, keyakinan, tradisi, madzhab, dan pendapat.”

Diceritakan dalam tafsir Ath-Thabarî, suatu ketika Nabi SAW sangat berharap semua umat manusia di muka bumi ini mengimaninya, mempercayai bahwa beliau seorang utusan Allah yang harus diikuti, namun Allah segera mengingatkannya bahwa tidak seorang pun di dunia ini punya hak untuk memaksa seseorang dalam keimanan yang sama. Kapasitas Nabi Muhammad SAW hanya sebatas menjadi pemberi kabar gembira (mubasysyir) dan pemberi peringatan (mundzir), bukan sebagai pemaksa (mukrih).

Dalam QS. Yûnus 99 Allah SWT berfirman:

وَلَوۡ شَآءَ رَبُّكَ لَأٓمَنَ مَن فِي ٱلۡأَرۡضِ كُلُّهُمۡ جَمِيعًاۚ أَفَأَنتَ تُكۡرِهُ ٱلنَّاسَ حَتَّىٰ يَكُونُواْ مُؤۡمِنِينَ 

“(Wahai Muhammad), jika Tuhanmu menghendaki, niscaya semua orang di muka bumi secara keseluruhan beriman (kepadamu). Maka apakah engkau (hendak) memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman semuanya?”

Diceritakan oleh Abû Hurairah RA, ketika paman Nabi Muhammad SAW yang bernama Abû Thâlib hendak wafat, Nabi SAW meminta kepadanya supaya beriman kepada Allah dan utusan-Nya. Lalu Allah mengingatkan bahwa yang punya hak memberikan petunjuk atau hidâyah kepada manusia hanya Allah SWT semata.

إِنَّكَ لَا تَهۡدِي مَنۡ أَحۡبَبۡتَ وَلَٰكِنَّ ٱللَّهَ يَهۡدِي مَن يَشَآءُۚ وَهُوَ أَعۡلَمُ بِٱلۡمُهۡتَدِينَ 

“(Wahai Muhammad) sesungguhnya engkau tidak akan bisa memberi petunjuk kepada orang yang engkau sayangi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk.” (QS. Al-Qashash 56).

اللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ، ولِلّٰهِ الحمدُ

Jamaah Idul Fitri yang dimuliakan Allah,

Ayat-ayat di atas hendak menegaskan bahwa perbedaan yang terjadi di sekitar kita bagian dari ketetapan Allah dalam menciptakan makhluk-Nya, sehingga kita tidak boleh memaksakan kehendak supaya semua makhluk menjadi sama. Perbedaan merupakan anugerah yang patut kita syukuri dengan cara saling mengenali, memahami dan mengerti sehingga tercipta kehidupan yang rukun, aman, damai dan penuh dengan persaudaraan yang puncaknya kita dapat saling tolong menolong dalam kebaikan demi kemudahan menjalani kehidupan bersama.

Dalam berhubungan antar manusia atau disebut dengan mu’âmalah, Islam mengajarkan supaya mengedepankan dua prinsip, yaitu berlaku adil (al-‘adl) dan berbuat baik (al-ihsân) sebagaimana dijelaskan dalam ayat al-Quran yang selalu dibaca dalam setiap khutbah, baik khutbah Jumat, Idul Fitri maupun lainnya. Ayat tersebut berbunyi:

إِنَّ ٱللَّهَ يَأۡمُرُ بِٱلۡعَدۡلِ وَٱلۡإِحۡسَٰنِ وَإِيتَآيِٕ ذِي ٱلۡقُرۡبَىٰ وَيَنۡهَىٰ عَنِ ٱلۡفَحۡشَآءِ وَٱلۡمُنكَرِ وَٱلۡبَغۡيِۚ يَعِظُكُمۡ لَعَلَّكُمۡ تَذَكَّرُونَ 

“Sesungguhnya Allah menyuruh atau memerintahkan berlaku adil dan berbuat baik atau kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Allah memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.” (QS. An-Nahl 90).

Ayat ini sejak tahun 99 H, yakni sejak 1.341 tahun yang lalu dibaca oleh para khâthib dalam setiap khutbah Jumat atas perintah dari Umar bin Abdul Azîz yang saat itu menjadi pemimpin umat Islam. Sebelumnya, yakni sejak terjadi perang antarumat Islam, antara orang-orang yang anti terhadap sahabat Ali bin Abî Thâlib dengan orang-orang yang fanatik kepada Mu‘âwiyah bin Abî Sufyân para khâthib kerap menyampaikan caci maki terhadap orang-orang yang ia anggap sebagai musuhnya. Lalu oleh Umar bin Abdul Aziz, para khathib diminta untuk menghilangkan perkataan-perkataan yang mengandung unsur permusuhan dan kebencian di dalam khutbahnya dan diganti dengan membaca QS. An-Nahl 90 di atas.

Kandungan ayat ini menurut Syaikh Muhammad Ath-Thâhir bin ‘Âsyûr dalam kitabnya, At-Tahrîr wa at-Tanwîr, dikatakan sebagai prinsip dalam syariat Islam. Demikian juga Syaikh Izzuddîn bin Abdis Salâm mengatakan bahwa ayat tersebut menjadi bangunan dasar di dalam semua rumusan hukum Islam atau fiqih.

Ayat tersebut berisi kewajiban bagi umat Islam untuk berlaku adil (al-‘adl) dan berbuat baik atau bijaksana (al-ihsân). Berlaku adil artinya memberikan hak kepada orang yang berhak (i‘thâ`u al-haqq ilâ shâhibihi). Contoh tentang hal ini banyak sekali, misalnya jika kita punya tetangga yang sama-sama punya hak untuk lewat di jalan tertentu, maka kita tidak boleh melarangnya, karena kita dan dia memiliki hak yang sama. Jika di negara kita ini setiap orang berhak untuk menjalankan agamanya masing-masing, maka kita tidak boleh melarang orang lain yang berbeda dengan kita untuk beribadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya, dan seterusnya. Sedangkan al-ihsân atau berbuat baik artinya seseorang dalam berhubungan dengan orang lain harus memberikan pelayanan yang terbaik dan disenangi olehnya.

Dalam ayat di atas disebutkan juga perintah îtâ`i dzi al-qurbâ, yakni perintah “memberi kepada kerabat”. Perintah ini bagian dari contoh berbuat adil dan berbuat baik. Contoh ini sengaja disebutkan di dalam Al-Qur'an karena seseorang kerap lupa memberikan pertolongan kepada orang yang terdekat, orang tua, keluarga, maupun tetangga. Seseorang terkadang tahu bahwa keluarganya sendiri atau tetangganya membutuhkan pertolongan, tapi seseorang sering melalaikannya dengan memilih atau mengurus orang yang jauh. Karena itu berbuat adil dan berbuat baik harus dimulai dari yang terdekat, keluarga, tetangga, teman dan seterusnya.

اللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ، ولِلّٰهِ الحمدُ


Hadirin hadirat yang berbahagia,

Dalam berinteraksi dengan sesama manusia, selain Allah memerintahkan untuk berbuat adil dan berbuat baik, Allah juga melarang berbuat kerusakan yang membahayakan diri sendiri dan orang lain atau disebut al-fahsyâ` dan al-munkar, seperti membunuh, melukai, mencuri, minum arak dan yang lainnya. Contoh perbuatan buruk yang disebutkan dalam ayat di atas adalah bertindak sewenang-wenang dalam berhubungan dengan sesama manusia atau bahkan makhluk Allah yang lain. Dalam ayat di atas disebut dengan istilah al-baghyu.

Al-Baghyu atau melakukan tindakan yang sewenang-wenang, ngawur, seenaknya sendiri sesuai dengan keinginan nafsunya bagian dari perilaku orang-orang Arab sebelum Al-Qur'an diturunkan atau disebut dengan “masa jahiliyah” yang berarti masa yang manusianya tidak bijaksana.

Masyarakat Arab pada masa jahiliyah adalah masyarakat pemarah, pemberani dan mengutamakan kekerasan dalam menyelesaikan segala persoalan. Jika ada orang dari sukunya dicaci maki maka mereka akan melakukan perang sampai bertahun-tahun. Hanya karena merasa tersinggung maka ia akan menyerang terhadap orang yang dianggap menyinggungnya. Islam datang untuk menghilangkan kebiasaan buruk tersebut, jika seseorang marah Islam mengajarkan untuk bersabar. Diceritakan di dalam hadis Nabi Muhammad SAW, ketika Nabi SAW dan sahabatnya terus menerus dicaci maki oleh orang-orang kafir Quraisy, bahkan Nabi SAW diancam hendak dibunuh, para sahabat Nabi tidak terima dan ingin membalasnya, tapi Nabi Muhammad SAW justru berpesan supaya bersabar.

لا تتمنوا لقاء العدو، وإذا لقيتموهم فاصبروا

“Janganlah kalian berharap bertemu musuh, jika kalian bertemu dengannya maka bersabarlah.”

Al-Quran turun dalam kondisi masyarakat yang pemarah dan pendendam, karena itu “larangan berbuat sewenang-wenang dan bermusuhan” secara khusus disebutkan di dalam ayat tersebut. Tujuannya sebagai peringatan supaya dalam bermuamalah atau berhubungan dengan sesama manusia apabila ada masalah maka harus mengedepankan dialog, musyawarah, daripada menyelesaikannya dengan cara-cara kekerasan yang itu dilarang keras oleh agama yang mengajarkan nilai-nilai kasih sayang (rahmatan li al-‘âlamîn).

اللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ، ولِلّٰهِ الحمدُ

Jamaah Idul Fitri yang dimuliakan Allah,

Jadi, Islam selain mengakui bahwa manusia berbeda-beda dalam banyak hal, dalam waktu bersamaan Islam juga mewajibkan umatnya untuk selalu menjaga persaudaraan dan melarang keras bermusuhan.

Pada hari ini kita merayakan Idul Fitri yang salah satu tradisinya di kita saling meminta maaf, bermaaf-maafan atau halal bi halal, hal ini menjadi momentum terbaik bagi kita untuk merajut kembali ukhuwwah basyariyah (persaudaraan antarumat manusia) dan ukhuwwah wathaniyah (persaudaraan sebangsa setanah air) atas salah atau khilaf yang barangkali pernah kita lakukan kepada keluarga, orang tua, tetangga, teman dan yang lainnya.

Dalam kitab-kitab fiqih dijelaskan bahwa berbuat salah kepada Allah atau melanggar hak Allah (huqûqullah) cara menghapusnya cukup dengan bertobat, yakni meninggalkan kesalahannya dan meminta ampunan kepadanya. Tapi berbuat salah kepada manusia atau melanggar hak-hak manusia (huqûq al-âdamî) maka seseorang harus meminta ridla dan memohon maaf kepadanya secara langsung. Jika kesalahan itu berkaitan dengan materi, misalkan pernah mengambil harta bendanya tanpa seizin pemiliknya maka harta benda itu harus dikembalikan dan meminta maaf kepadanya.   

Hari raya Idul Fitri ini mari kita jadikan sebagai permulaan untuk tetap meningkatkan ibadah sebagaimana yang kita lakukan pada bulan Ramadhan, sekaligus menghentikan perbuatan dosa dan salah baik kepada Allah maupun kepada sesama manusia, baik yang seagama maupun yang berbeda, yang sepaham maupun yang berlainan. Perbedaan adalah takdir Allah dan menjaganya dengan tetap bersaudara adalah perintah agama.

Demikian khutbah yang dapat saya sampaikan, mohon maaf atas segala kesalahan. Selamat Hari Raya Idul Fitri, mohon maaf lahir dan batin.

تقَبَّلَ اللّٰهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ
اَللّٰهُـمَّ بَارِكْ لَنَا فِيْ عِيْدِنَا، وَأَعِدْهُ عَلَينَا أَعْوَامًا عَدِيْدَةً
أَعُوْذُ بِالِلّٰهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَىٰ وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
جَعَلَنَا اللّٰهُ  وَاِيَّاكُمْ مِنَ اْلعَائِدِيْنَ وَاْلفَائِزِيْنَ وَاْلمَقْبوْلِيْنَ، وَاَدْخَلَنَا وَاِيَّاكُمْ فِى زُمْرَةِ عِبَادِهِ الصَّالِحِيْنَ. وَاَقوْلُ قوْلِى هَذَا، وَأسْتغْفِرُ اللّٰهَ العَظِيْمَ لِي وَلَكُمْ وَلِوَالِدَيَّ وَلِسَائِرِ اْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ، فَاسْتغْفِروهُ اِنَّهُ هُوَاْلغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.


Khutbah II

اللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ
اللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ
اللّٰهُ أكبرُ، ولِلّٰهِ الحَمْدُ
الْحَمْدُ لِلَّهِ الرَّحِيمِ الرَّحْمَنِ، أَمَرَ بِالتَّرَاحُمِ وَجَعَلَهُ مِنْ دَلاَئِلِ الإِيمَانِ، أَحْمَدُهُ سُبْحَانَهُ عَلَى نِعَمِهِ الْمُتَوَالِيَةِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَنبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ الرَّحْمَةُ الْمُهْدَاةُ، وَالنِّعْمَةُ الْمُسْدَاةُ، وَهَادِي الإِنْسَانِيَّةِ، إِلَى الطَّرِيقِ الْقَوِيمِ. فَاَللّٰهُـمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا وَنبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ، وَعَلَى مَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ
أَمَّا بَعْدُ: فَأُوصِيكُمْ عِبَادَ اللَّهِ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللَّهِ. إنَّ اللّٰهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَنَّى فِيْهِ بِمَلَائِكَتِهِ، فقَالَ تَعَالَى: إِنَّ اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا. وقالَ رسولُ الِلّٰهِ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلاَةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ بِهَا عَشْراً. اَللّٰهُـمَّ صلِّ وسلِّمْ وبارِكْ علَى سَيِّدِنَا وَنَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ، وَارْضَ اَللّٰهُـمَّ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيٍّ، وعَنْ سَائِرِ الصَّحَابَةِ الْأَكْرَمِيْنَ، وَعَنِ التَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اَللّٰهُـمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ الْاَحْيآءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ.
اَللّٰهُـمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ، وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ.
عِبَادَالِلّٰهِ، إِنَّ اللّٰهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِى اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ، وَاذْكُرُوا اللّٰهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ الِلّٰهِ أَكْبَرْ

Momentum Perkuat Trilogi Ukhuwah

Khutbah Idul Fitri: 
Momentum Perkuat Trilogi Ukhuwah
Khutbah I

اللّٰهُ أَكْبَرُ اللّٰهُ أَكْبَرُ للّٰهُ أَكْبَرُ، الهُ  أَكْبَرُ اللّٰهُ أَكْبَرُاللّٰهُ أَكْبَرُ، اللّٰهُ أَكْبَرُاللّٰهُ أَكْبَرُاللّٰهُ أَكْبَرُ.
اللّٰه أَكْبَرُ كَبِيْرًا، وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ كَثِيْرًا، وَسُبْحَانَ الِلّٰهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً،
لاَ إِلهَ إِلاَّ اللّٰهُ، وَاللّٰهُ أَكْبَرُ، اللّٰهُ أَكْبَرُ وَلِلّٰهِ الْحَمْدُ
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِى جَعَلَ لِلْمُسْلِمِيْنَ عِيْدَ اْلفِطْرِ بَعْدَ صِياَمِ رَمَضَانَ.أَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللّٰهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ لَهُ اْلمَلِكُ اْلعَظِيْمُ اْلاَكْبَرْ وَأَشْهَدٌ أَنَّ سَيِّدَناَ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الشَّافِعُ فِي اْلمَحْشَرْ نَبِيَّ قَدْ غَفَرَ اللّٰهُ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ وَمَا تَأَخَّرَ. اللّٰهُمَّ صَلِّ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ الَّذِيْنَ أَذْهَبَ عَنْهُمُ الرِّجْسَ وَطَهَّرْ. أَمَّا بَعْدُ. فَيَا عِبَادَالِلّٰهِ اِتَّقُوااللّٰهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ ، قالَ اللّٰهُ تَعَالىَ فِيْ كِتَابِهِ الكَرِيْمِ أعوذ باللّٰه من الشيطان الرجيم. بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ  وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَىٰ مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

Ma’asyiral Muslimin wal Muslimat 
Jamaah shalat Idul Fitri hafidhakumullah,
Pagi hari ini kita bersama-sama telah diberikan kenikmatan merayakan Idul Fitri oleh Allah SWT dengan mengumandangkan takbir penuh kebahagiaan, setelah melampaui perjuangan pelatihan fisik dan mental, berpuasa selama 1 bulan penuh di bulan Ramadhan. Semoga segala keistimewaan-keistimewaan seperti rahmat dan maghfirah (ampunan) dari Allah, serta itqun minannar (pembebasan dari api neraka), dalam bulan Ramadhan, kita dapat meraihnya dengan baik. Sejak hari pertama Ramadhan, kita menahan lapar, haus dan segala hawa nafsu, melatih kesabaran demi meraih insan yang bertakwa, yakni kualitas kemanusiaan yang tertinggi di hadapan Allah SWT.

يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَىٰ وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ

“Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha-Mengetahui.”

Bulan suci Ramadhan yang baru saja berlalu dapat dimaknai : Pertama, secara bahasa, Ramadhan berarti “syiddatul harri” yang artinya “sangat panas”. Di bulan Ramadhan memang cenderung cuacanya sangat panas, hati kita pun seringkali cenderung panas, ingin lepas dari perintah-perintah Allah SWT namun hanya karena keimanan dan ketakwaan kita semata, mampu bersabar melewati seluruh ujian yang dihadapi di bulan suci Ramadhan. Oleh karenanya, para ulama memaknai bulan Ramadhan dengan “tahriqudz dzunub”  yakni membakar dosa-dosa. Orang-orang beriman yang berpuasa di bulan Ramadhan, berjuang keras melaksanakan ibadah dan amal shaleh sebanyak-banyaknya : shalat lima waktu tepat waktu dengan berjamaah, shalat-shalat sunnah ditunaikan, shalat tarawih dan tahajud ditegakkan, selalu husnudh-dhan terhadap tetangga dan handai taulan serta antar sesama, sangat bahagia membantu dan memudahkan kesulitan orang lain, menginfakkan hartanya untuk kemakmuran masjid dan kebahagiaan anak yatim piatu serta faqir miskin. Semuanya dilaksanakan penuh suka cita demi untuk membakar dosa-dosa yang dimilikinya akibat perbuatan-perbuatannya di masa-masa yang lalu. Perbuatan ibadah dan amal shaleh sekecil apapun, insya Allah akan menghadirkan ampunan Allah SWT. Terlebih di bulan suci Ramadhan, semua ibadah dan amal shaleh akan dibalas berlipat ganda oleh Allah SWT. Apalagi, ibadah dan amal shaleh itu disertai dengan penuh keikhlasan dan berharap hanya kepada Allah SWT agar melimpahkan rahmat dan maghfirah-Nya sehingga semua dosa-dosa kita diampuni Allah SWT dan akhirnya kita kembali suci sesuai fitrah kemanusiaan kita menurut Allah SWT.

Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam Al-qur’an Surat Hud ayat 114.

اِنَّ الْحَسَنٰتِ يُذْهِبْنَ السَّيِّاٰتِۗ

“Sesungguhnya perbuatan baik orang yang beriman dapat menghilangkan keburukan.”

Sebagai orang yang beriman, kita harus meyakini segala apa yang difirmankan Allah SWT dalam Al-qur’an dan sudah seyogyanya kita senantiasa berprasangka baik dan berharap hanya kepada Allah SWT. Dalam kaitannya dengan hal ini, Allah SWT menyatakan dalam sebuah hadits qudsi:

أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي إِنْ خَيْرًا فَخَيْرٌ ، وَإِنْ شَرًّا فَشَرٌّ

“Aku sangat tergantung kepada prasangka hamba-KU, jika berprasangka baik, maka Aku berikan kebaikan. Bila berprasangka buruk, maka Aku berikan keburukan”.

اللّٰهُ أَكْبَرُ ٣× لاَ إِلهَ إِلاَّ اللّٰهُ، وَاللّٰهُ أَكْبَرُ، اللّٰهُ أَكْبَرُ وَلِلّٰهِ الْحَمْدُ

Ma’asyiral Muslimin wal Muslimat 
Jamaah shalat Idul Fitri hafidhakumullah,

Kedua, Ramadhan dimaknai juga sebagai “Syahrusshobri” atau bulan kesabaran, bulan yang penuh proses pendidikan bagi hamba Allah yang beriman. Mengapa disebut demikian? karena di bulan Ramadhan orang beriman dituntut untuk melatih diri agar lebih mampu bersabar dalam menghadapi segala masalah kehidupan, baik yang vertikal maupun yang horizontal. Paling tidak ada 3 ( tiga) sabar yang harus diterapkan seorang mukmin dalam ikhtiarnya mencapai ketaqwaan yang sempurna:

الصبر ثلاثة انواع:
صبر على الطاعة,صبر عن المعصية,صبر على اقدار اللّٰه المؤلمة


“Kesabaran ada 3 macamnya,
sabar ketika berbuat ketaatan,
sabar ketika meninggalkan kemaksiatan, dan
sabar di dalam menjalani ketentuan Allah SWT yang tidak disenangi hawa nafsu."

Pertama, sabar dalam taat kepada Allah SWT, sabar dalam menunaikan seluruh perintah-perintah Allah SWT. Sejak memasuki masa aqil baligh, kita sudah berupaya melaksanakan segala perintah Allah SWT sebagai perwujudan nyata atas pengakuan kita menjadi pemeluk agama Islam, agama yang diridloi Allah SWT. Namun dalam proses perjalanannya, kerap tergoda oleh bisikan-bisikan Setan yang membelokkan hati agar kita meninggalkan perintah-perintah Allah SWT. Sehingga seringkali kita tidak mampu beribadah dan beramal shaleh secara konsisten, istiqomah dan mudawwamah. Awal Ramadhan menggebu-gebu semangat shalat tarawih, seminggu kemudian tak lagi bertarawih. Hari ini rajin shalat berjamaah, besok hari malas shalat. Kemarin rajin berinfaq dan shodaqoh setelah Idul Fitri kembali pelit. Hari ini masih saling tersenyum dan memaafkan, esok hari tak lagi saling menyapa bahkan saling mencaci. Itu semua tanda-tanda tidak sabar dalam menunaikan perintah-perintah Allah SWT.Disinilah seorang mukmin membutuhkan kesabaran yang kokoh untuk tetap di jalan Allah SWT, menjalankan perintah-perintah Allah dengan fokus, konsisten, istiqomah dan mudawwamah.

Kedua, sabar dalam meninggalkan kemaksiatan, Sabar dalam menghindari seluruh larangan-larangan Allah SWT. Bila diharamkan makan, minum dan melakukan hubungan suami-istri di siang hari dalam bulan Ramadhan, maka bersabarlah. Bila diharamkan atas kamu minuman khamr dan judi, maka tinggalkanlah dengan sungguh-sungguh dan jangan coba-coba menawar ingin mencicipi walau sekali. Bila dilarang untuk mencaci maki orang lain, maka jaga dan tahanlah lisanmu dari kata-kata caci maki dan semacamnya. Semua itu membutuhkan kesabaran yang tinggi untuk konsisten, istiqamah dan mudawwamah dalam meninggalkan seluruh larangan-larangan Allah SWT. Dan bila kita satu saat lalai dan tak lagi sabar menjaga diri dari larangan Allah SWT, maka segeralah beristighfar agar Allah SWT memberi ampunan dan kekuatan sabar kepada kita.

Ketiga, sabar di dalam menjalani ketentuan Allah SWT yang tidak disenangi hawa nafsu.
Sabar menerima qadha dan qadar dari Allah SWT dengan ikhlas. Bulan Ramadhan merupakan bulan pelatihan dan pendidikan bagi seorang mukmin agar sabar menerima ketentuan Qodho dan Qadar yang telah ditetapkan oleh Allah SWT. Kesabaran dalam hal ini akan melahirkan sikap qona’ah yang sangat baik bagi peningkatan kualitas keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah SWT, serta sangat bermanfaat bagi terwujudnya kehidupan yang tenang, damai, harmonis dan bahagia.

وتجتمع الثلاثة في الصوم
فان فيه صبرا على طاعة اللّٰه وصبرا عن ما حرم اللّٰه على الصائم من الشهوات


Ketiga hal ini terdapat didalam ibadah di bulan Ramadhan kemarin, terutama saat kita berpuasa,
Karena didalam puasa ada kesabaran ketika melaksanakan ketaatan kepada Allah SWT dan sabar dari segala sesuatu yang diharamkan oleh Allah SWT dari segala bentuk syahwat keinginan atas orang yang tengah berpuasa.


وصبرا على ما يحصل للصائم من الم الجوع والعطش وضعف النفس والبدن


Serta kesabaran atas segala sesuatu yang akan didapatkan oleh orang yang berpuasa dari perihnya lapar,haus,lemahnya jiwa dan badan.

وهو شهر الصبر والصبر ثوابه الجنة


"Maka Ramadhan adalah bulan kesabaran dan sabar pahalanya adalah surga."

Bahkan Allah SWT memuji hamba-hambanya yang sabar dan memberikan kepadanya predikat hamba yang bertaqwa sebagaimana firman Allah dalam Surat  Al Baqarah ayat 177.

وَالصَّابِرِينَ فِي الْبَأْسَاءِ وَالضَّرَّاءِ وَحِينَ الْبَأْسِ أُولَئِكَ الَّذِينَ صَدَقُوا وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُتَّقُونَ

“Dan, orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan, mereka itulah orang-orang yang benar (imannya), dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.”

اللّٰهُ أَكْبَرُ ٣× لاَ إِلهَ إِلاَّ اللّٰهُ، وَاللّٰهُ أَكْبَرُ، اللّٰهُ أَكْبَرُ وَلِلّٰهِ الْحَمْدُ

Ma’asyiral Muslimin wal Muslimat 
Jamaah shalat Idul Fitri hafidhakumullah,

Ketiga, bulan Ramadhan biasa juga dimaknai sebagai “Syahrul Jihad” atau bulan berjihad melawan hawa nafsu yang bersarang dalam diri setiap manusia. Jihad melawan hawa nafsu ini yang disebut Rasulullah SAW saat usai perang badar, sebagai Jihad yang paling besar, Jihad Akbar. Hawa nafsu adalah nafsu yang cenderung mengajak manusia kepada kebathilan dan keburukan. Hawa nafsu menjadi sasaran empuk bisikan setan dan menjadi lapangan bermain-main bagi Setan menumbuhkan dan mengembangkan kebathilan dan keburukan dalam ruang imajinasi manusia. Sehingga manusia sangat cerdas dalam merancang tipu muslihat dan kejahatan yang merusak kemaslahatan kehidupan umat manusia.

Dalam ruang imajinasi manusia juga, setan bersemangat mendorong kecerdasan manusia membuat dan menyebarkan hoaks dan fitnah demi kerusakan kehidupan manusia yang sudah harmonis dan tenteram. Bahkan hoaks dan fitnah dengan atas nama agama. Setan mampu menyamarkan batas kebaikan dan kebathilan bagi orang beriman yang sudah dikuasai hawa nafsunya oleh Setan. Dengan berpuasa, terutama di bulan Ramadhan, seorang mukmin akan terlatih mengendalikan hawa nafsunya dan menutupinya dengan kesabaran dan kecerdasan Ilahiyah sehingga mampu menepis dan menangkis dengan kuat segala bisikan Setan yang menggoda hawa nafsu dan ruang imajinasinya untuk berbuat bathil.

اللّٰهُ أَكْبَرُ ٣× لاَ إِلهَ إِلاَّ اللّٰهُ، وَاللّٰهُ أَكْبَرُ، اللّٰهُ أَكْبَرُ وَلِلّٰهِ الْحَمْدُ

Ma’asyiral Muslimin wal Muslimat 
Jamaah shalat Idul Fitri hafidhakumullah,

Jelaslah bahwa bulan Ramadhan dan ibadah puasa yang dijalani selama bulan suci itu akan mengantarkan hamba-hamba Allah yang tawakkal dan ikhlas menunaikannya mencapai tingkatan Muttaqin, orang yang bertaqwa, yakni posisi yang paling mulia di hadapan Allah SWT karena Allah menilai kemuliaan seorang hamba itu hanya aspek ketaqwaan semata, bukan yang lain-lain.

Momentum hari rayaIdul fitri adalah moment kemenangan bagi hamba-hamba Allah yang bertakwa, kemenangan kita yaitu sebagai hamba yang mampu meraih tingkatan Muttaqin sehingga akan memberi warna kebaikan  kepada kehidupan di masa-masa yang akan datang. Orang bertakwa senantiasa menunjukkan sikap dan prilaku yang memberi rasa aman kepada sesamanya. Seimbang dalam hablum minallah (hubungan dengan Allah SWT) dan hablumminnas (hubungan antar manusia).Di antara ciri-ciri sikap takwa adalah menjaga hubungan baik sesama manusia, karena syariat memerintahkan menjalin hablum minallah wa hablum minannas. Tentu sebaliknya adalah sikap aneh, manakala muslimin berbuat onar dan meresahkan orang lain.

Allah berfirman dalam Surat Ali Imran ayat 112:

ضُرِبَتْ عَلَيْهِمُ الذِّلَّةُ أَيْنَ مَا ثُقِفُواْ إِلاَّ بِحَبْلٍ مِّنْ اللَّهِ وَحَبْلٍ مِّنَ النَّاسِ وَبَآؤُوا بِغَضَبٍ مِّنَ اللَّهِ وَضُرِبَتْ عَلَيْهِمُ الْمَسْكَنَةُ

“Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka berpegang kepada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia dan mereka kembali mendapat kemurkaan dari Allah dan mereka diliputi kerendahan.”

Dari ayat ini dapat dipahami bahwa penyebab ditimpakannya kehinaan dan kemurkaan kepada manusia lantaran manusia tidak menjaga dan memelihara hubungan dengan Allah dan tidak menjaga hubungan dengan sesama manusia.

Islam memiliki ajaran yang membentangkan dua bentuk hubungan  harmonis yang akan membawa kemuliaan dan keselamatan manusia di sisi Allah SWT, yaitu:

  1. Tata hubungan yang mengatur antara manusia dengan Tuhannya dalam hal ibadah (ubudiyah) atau yang populer dikatakan dengan hablum minallah.
  2. Tata hubungan yang mengatur antara manusia dengan makhluk yang lainnya dalam wujud amaliyah sosial yang dikenal dengan hablum minannaas


Hablum minallah bermakna menjaga hubungan dengan Allah dengan selalu melaksanakan segala perintah-Nya dan meninggalkan segala larangan-Nya, sementara hablum minannas bermakna menjaga hubungan dengan sesama manusia dengan senantiasa menjaga hubungan baik, menjaga tali silaturrahim, memiliki kepedulian sosial, tepa selera, tenggang rasa, saling menghormati. Kedua hal ini merupakan dua mata uang yang satu sama lain tidak dapat dipisahkan. Tidaklah dikatakan orang baik yang menjaga hubungan dengan Allah namun mengabaikan hubungan dengan orang lain, begitu juga sebaliknya. Menjaga hubungan dengan Allah sejalan dengan menjaga hubungan dengan sesama manusia, bersungguh-sunguh menegakkan ibadah kepada Allah harus dibarengi dengan kesungguhan menanam benih-benih kebaikan terhadap sesama.

Dengan demikian, ketakwaan seorang Muslim dibangun di atas kerangka hubungan dengan Allah melalui perjanjian yang diatur dalam Syari'at-Nya berkenaan dengan kewajiban menunaikan hak-hak Allah Ta'ala dan juga kerangka hubungan dengan sesama manusia melalui kewajiban menunaikan hak-hak sesama manusia baik yang muslim maupun yang nonmuslim.

Manifestasi dari ketaqwaan kepada Allah dalam bentuk hablumminannas itu diungkapkan dalam Alquran antara lain dalam Surat Ali Imran ayat 133-134.

وَسَارِعُوْا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِيْنَ.َ

Dan bersegeralah kamu mencari ampunan dari Tuhanmu dan mendapatkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa.

الَّذِيْنَ يُنْفِقُوْنَ فِى السَّرَّۤاءِ وَالضَّرَّۤاءِ وَالْكَاظِمِيْنَ الْغَيْظَ وَالْعَافِيْنَ عَنِ النَّاسِۗ وَاللّٰهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِيْنَۚ

Yaitu orang-orang  yang berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Dan Allah mencintai orang yang berbuat kebaikan.

Perwujudan dari makna hablum minannas seorang hamba muslim adalah senantiasa menjaga ukhuwah islamiyah (persaudaraan sesama Muslim),ukhuwah wathaniyah (persaudaraan sesama anak bangsa) dan ukhuwan insaniyah (persaudaraan sesama manusia). Oleh karenanya dengan momentum hari raya Idul Fitri 1440 H hari ini marilah kita tingkatkan  UkhuwahIslamiyah dengan menjalin silaturahim sesama kita,  menghindari fitnah dan perpecahan serta saling memaafkan diantara kita. Marilah kita membangun rekonsiliasi pasca momentum Pilpres kemaren dengan tetap menjaga perdamaian dan tanpa permusuhan. Kita tegaskan sikap kesetiaan kenegaraan kita kepada NKRI dengan meyakini bahwa Pancasila secara nyata berkesesuaian dengan ajaran Islam. Sebagai Umat Islam di Indonesia marilah senantiasa menaati peraturan dan perundang-undangan yang berlaku di NKRI sebagai hubungan yang konstruktif dan penuh rasa hormat kepada pemerintahan yang sah, karenahal ini sangat jelas diajarkan dalam syariat Islam.

Dengan momentum Idul Fitri marilah bersama-sama kita wujudkan stabilitas keamanan, perdamaian dan situasi yang kondusif dengan mengedepankan ukhuwah wathaniyah (persaudaraan sesama anak bangsa) yang saling bersaudara satu sama lain daripada menonjolkan perbedaan sifat kontra produktif. Kita hindari dan kita tangkal  aksi-aksi provokasi dan kekerasan dari pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab agar selalu tercipta rasa aman dan damai dalam kehidupan berbangsa kita. Jangan sampai umat Islam di Indonesia terpancing untuk melakukan aksi-aksi inkonstitusional baik langsung dan tidak langsung. Tindakan inkonstitusional bertentangan dengan ajaran Islam dan dapat mengarahkan kepada tindakan bughat yang bertentangan dengan Syariat Islam.


اللّٰهُ أَكْبَرُ ٣× لاَ إِلهَ إِلاَّ اللّٰهُ، وَاللّٰهُ أَكْبَرُ، اللّٰهُ أَكْبَرُ وَلِلّٰهِ الْحَمْدُ

Ma’asyiral Muslimin wal Muslimat
Jamaah shalat Idul Fitri hafidhakumullah,

Demikianlah khutbah Idul Fitri tahun ini, semoga Allah SWT menerima semua amal ibadah Ramadan kita. Semoga Allah SWT memberikan kekuatan lahir dan batin kepada kita sehingga tugas-tugas yang telah diamanahkan kepada kita, dan kita dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Amin ya rabbal 'alamain.

Ya Allah yang maha pengasih dan penyayang, kami semua adalah hamba-hambamu yang rapuh, maka kuatkanlah kami.Tak ada yang bisa menguatkan kami kecuali hanya Engkau Ya Allah.

Ya Allah yang maha berkuasa, jadikanlah kami hamba-hambamu orang yang selalu yakin atas rahmat-Mu, berikanlah keyakinan yang tangguh pada hati kami. Tak ada keyakinan sejati kecuali dari-Mu ya Allah.

Ya Allah yang maha memberi petunjuk, jangan jadikan kami hamba-hambamu yang tersesat dari jalan lurus yang Engkau kehendaki, berilah hidayah kepada kami. Tak ada yang dapat memberi petunjuk kepada kami kecuali hanya Engkau ya Allah.

Ya Allah yang maha pengampun, jangan jadikan kami hamba-hambamu yang tenggelam dalam lautan kemaksiatan dan kedurhakaan kepada-Mu, ampunilah kami. Tak ada yang dapat mengampuni kami kecuali hanya Engkau Ya Allah.

Ya Allah yang maha pengasih, apabila kami pernah menyakiti hati orang tua kami, di pagi ini, kami bersimpuh kepada-Mu Ya Allah, ampuni kami, ampuni dosa kedua orang tua kami, ampuni dosa guru-guru kami, ampuni dosa-dosa istri/suami kami, ampuni dosa-dosa saudara kami, ampuni dosa tetangga kami, ampuni dosa putra-putri kami, sesungguhnya hanya engkaulah yang maha Pengampun dosa-dosa kami. Jadikan kami dan mereka semua termasuk hamba-Mu yang kembali fitrah, termasuk orang-orang yang beruntung. Amin ya rabbal 'alamin.

جعلنا اللّٰه وإياكم من العائدين والفائزين والمقبولين كل عام وأنتم بخير. آمين
بسم اللّٰه الرحمن الرحيم، وَسَارِعُوْا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِيْنَ.
 وَقُلْ رَّبِّ اغْفِرْ وارْحَمء وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ


Khutbah II

اللّٰهُ اَكْبَرْ ٣× اللّٰهُ اَكْبَرْ ٤ ×. اللّٰهُ اَكْبَرْ كبيرا وَاْلحَمْدُ لِلّٰهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللّٰه بُكْرَةً وَ أَصْيْلاً لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللّٰهُ وَاللّٰهُ اَكْبَرْ اللّٰهُ اَكْبَرْ وَلِلّٰهِ اْلحَمْدُ
الحمد للّٰه حمدا كثيرا كما امر. واشهدان لااله الاّ اللّٰه وحده لاشريك له اقراراً بربوبيّته وارغاما لمن جحد به وكفر. واشهد انّ سيّدنا محمّدا عبده ورسوله سيّد البشر. اللّهمّ فصلّ وسلم على سيّدنا محمّد وعلى اله واصحابه المصابيح الغرر. ما اتّصلت عين بنظر واذن بخبر. من يومنا هذا الى يوم المحشر. امّا بعد
فياايّها النّاس اتّقوا اللّٰه فيما امر. وانتهوا عمّا نهى عنه وحذّر. واعلموا انّ اللّٰه تبارك وتعالى امركم بأمر بدأ فيه بنفسه وثنّى بملا ئكته المسبّحة بقدسه. فقال تعالى ولم يزل قائلأ عليما. انّ اللّٰه وملائكته يصلّون على النبى. يا ايّها الذين امنوا صلّوا عليه وسلّموا تسليما. اللّهمّ صلّ وسلّم على سيّدنان محمّد جدّ الحسن و الحسين وعلى اله واصحابه خير اهل الدّارين خصوصا على اوّل الرّفيق. سيّدنا ابى بكرن الصّديق. وعلى الصّادق المصدوق. سيّدنا ابى حفص عمر الفاروق. وعلى زوج البنتين سيّدنا عثمان ذى النّورين. وعلى ابن عمّه الغالب سيّدنا علىّ ابن ابى طالب. وعلى الستّة الباقين رضى اللّٰه عنهم اجمعين. وعلى الشّريفين سيّدى شباب اهل الدّارين. ابى محمّدن الحسن وابى عبد اللّٰه الحسين. وعلى عمّيه الفاضلين على النّاس. سيّدنا حمزة وسيّدنا العبّاس. وعلى بقيّة الصّحابة اجمعين. وعلى التّابعين وتابع التّابعين لهم باحسان الى يوم الدين. وعلينا معهم برحمتك ياارحم الرّحيمن.
اَللّٰهُـمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ.  اَللّٰهُـمَّ اَعِزَّ اْلاِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيْن وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ .وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ اَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ . اَللّٰهُـمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ.
اللَّهُمَّ أَصْلِحْ لَنا دِيْنَنَا الَّذِي هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنا وَأَصْلِحْ لنا دُنْيَانا الَّتِي فِيهَا مَعَاشُنَا وَأَصْلِحْ لنا آخِرَتنا الَّتِي فِيهَا مَعَادُنا وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لنا فِي كُلِّ خَيْرٍ وَاجْعَلِ الْمَوْتَ رَاحَةً لنا مِنْ كُلِّ شَرٍّ.
اللَّهُمَّ أَلِّفْ بَيْنَ قُلُوبِنَا، وَأَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِنَا، وَاهْدِنَا سُبُلَ السَّلَامِ، وَنَجِّنَا مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ، وَجَنِّبْنَا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، وَبَارِكْ لَنَا فِي أَسْمَاعِنَا وَأَبْصَارِنَا وَقُلُوبِنَا وَأَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا، وَتُبْ عَلَيْنَا، إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ.
اللّهمَّ حَبِّبْ إلَيْنَا الإيمَانَ وَزَيِّنْهُ فِي قُلُوْبِنَا وَكَرِّهْ إلَيْنَا الْكُفْرَ وَالْفُسُوْقَ وَالْعِصْيَانَ وَاجْعَلْنَا مِنَ الرَّاشِدِيْنَ
اللّٰهمَّ ارْزُقْنَا الصَّبْرَ عَلى الحَقِّ وَالثَّبَاتَ على الأَمْرِ والعَاقِبَةَ الحَسَنَةَ والعَافِيَةَ مِنْ كُلِّ بَلِيَّةٍ والسَّلاَمَةَ مِنْ كلِّ إِثْمٍ والغَنِيْمَةَ مِنْ كل بِرٍّ والفَوْزَ بِالجَنَّةِ والنَّجَاةَ مِنَ النَّارِ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
رَبَّنا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الاخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّار
عِبَادَالِلّٰهِ ! اِنَّ اللّٰهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِى اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوااللّٰهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ الِلّٰهِ اَكْبَرْ

MELESTARIKAN NILAI-NILAI RAMADHANDENGAN ISTIQOMAH SEPANJANG HAYAT

MELESTARIKAN NILAI-NILAI RAMADHAN DENGAN ISTIQOMAH SEPANJANG HAYAT

اللّٰهُ اَكْبَرْ (3×) اللّٰهُ اَكْبَرْ (3×) اللّٰهُ اَكبَرْ (3×) لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللّٰهُ وَاللّٰهُ اَكْبَرْ، اللّٰهُ اَكْبَرْ وَ لِلّٰهِ اْلحَمْدُ.
 اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلىَ أَشْرَفِ الأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُ إِلىَ يَوْمِ الدِّيْنِ.
 اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللّٰهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَاَشْهَدٌ اَنَّ سَيِّدَناَ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، لاَ نَبِيَّ بَعْدَهُ.
 اَللّٰهُـمَّ صَلِّ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ النَّبِيِّ الأُمِّيِّ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلِّمْ.
قاَلَ تَعَالَى فِيْ كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ.
 اَمَّا بَعْدُ، فَيَا عِبَادَالِلّٰهِ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللّٰهِ وَطَاعَتِهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ

Jama'ah sholat Idul Fitri yang dimuliakan Allah …

Menetes air mata orang beriman mengiringi tenggelamnya matahari kemarin sore, seiring terbitnya hilal Syawwal, maka berpisahlah kita dengan Ramadhan. Berpisahlah kita dengan bulan yang di dalamnya terdapat suatu malam, jika kita beribadah pada malam itu, maka kita mendapatkan keutamaan ibadah yang lebih baik daripada ibadah seribu bulan. Kita telah berpisah dengan bulan yang di dalamnya terdapat limpahan rahmat dan ampunan Allah yang berlipat ganda. Kita telah ditinggalkan oleh bulan yang puasa di dalamnya menutupi salah dan dosa. Kita telah ditinggalkan oleh bulan turunnya Al-Qur’an pedoman umat manusia.

            Tidak ada yang dapat menjamin bahwa kita akan bertemu lagi dengan bulan yang penuh dengan berkah itu. Betapa banyak orang-orang yang kita kasihi dan kita sayangi, orang-orang tua kita, saudara, kerabat dan para tetangga. Mereka yang dulu pernah bersama-sama dengan kita, masih terbayang senyuman mereka di pelupuk mata. Tapi kini, mereka tidak lagi bersama-sama dengan kita. Mereka telah berada di alam baka, hanya tinggal kenangan yang tak mungkin akan terlupa.

            Mari kita bersyukur atas nikmat dan karunia yang telah diberikan Allah kepada kita. Orang yang bersyukur, sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri. Allah berfirman,
وَمَنْ يَشْكُرْ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِ وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ حَمِيدٌ
“Barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji”. (Qs. Luqman [31]: 12).

Semoga dengan bersyukur, Allah menambah nikmat-Nya kepada kita semua, sesuai janji-Nya:
لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu
mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”. (Qs. Ibrahim [14]: 7).

            Selanjutnya mari kita bershalawat kepada nabi besar Muhammad Saw. Untuk apa kita bershalawat?! Jika di dunia ini kita membutuhkan pertolongan, maka kita bisa meminta tolong kepada saudara-saudara kita, kerabat dan para sahabat. Akan tetapi akan ada suatu masa nanti, seperti yang difirman Allah:
يَوْمَ يَفِرُّ الْمَرْءُ مِنْ أَخِيهِ (34) وَأُمِّهِ وَأَبِيهِ (35) وَصَاحِبَتِهِ وَبَنِيهِ
“Pada hari ketika manusia lari dari saudaranya. Dari ibu dan bapaknya. Dari istri dan anak-anaknya”. (Qs. ‘Abasa [80]: 34-36). Mengapa semua orang melarikan diri dari orang-orang yang mereka kasihi?! Padahal di dunia dahulu mereka tidak bisa berpisah walau sedetik pun.
لِكُلِّ امْرِئٍ مِنْهُمْ يَوْمَئِذٍ شَأْنٌ يُغْنِيهِ
“Setiap orang dari mereka pada hari itu mempunyai urusan yang cukup menyibukkannya”. (Qs. ‘Abasa [80]: 37).

Saat itu kita sibuk mempertanggung jawabkan semua perbuatan kita; langkah kaki, hayunan tangan, tatapan mata, pendengaran bahkan gerak hati. Ketika tidak ada yang dapat menolong, pada saat tidak ada yang bisa membantu. Maka ketika itu kita mengharapkan pertolongan dan syafaat Rasulullah Saw. Mari kita memperbanyak shalawat, semoga kita termasuk umat yang mendapatkan syafaatnya, amin ya Robbal’alamin.

اللّٰهُ اَكبَرْ (3×) لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللّٰهُ وَاللّٰهُ اَكْبَرْ اللّٰهُ اَكْبَرْ وَ لِلّٰهِ اْلحَمْدُ.

Jamaah Idul Fithri yang dimuliakan Allah …

Tujuan dari puasa adalah menciptakan manusia yang bertaqwa. Dan kedudukan manusia di sisi Allah diukur dari ketakwaannya. Allah berfirman :
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal”. (Qs. al-Hujurat [49]: 13).

Manusia dianggap mulia bukan karena hartanya, bukan karena jabatannya, bukan pula karena bentuk dan rupanya. Rasulullah Saw bersabda:
إنَّ اللّٰه لا ينْظُرُ إِلى أجْسَامِكُمْ ، ولا إِلى صُوَرِكمْ ، وَلَكن ينْظُرُ إلى قُلُوبِكمْ وأعمالكم
“Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada tubuh kamu dan tidak melihat kepada bentuk kamu, akan tetapi Allah melihat kepada hati dan perbuatan kamu”. (HR.Muslim).

Janji Allah Swt untuk orang-orang yang takut kepada-Nya :
وَلِمَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ جَنَّتَانِ (46)
“Dan bagi orang yang takut akan saat menghadap Tuhannya ada dua syurga[1446].

[1446] Yang dimaksud dua syurga di sini adalah, yang satu untuk manusia yang satu lagi untuk jin. Ada juga ahli tafsir yang berpendapat syurga dunia dan syurga akhirat”. (Qs. ar-Rahman [55]: 46).
اللّٰهُ اَكبَرْ (3×) لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللّٰهُ وَاللّٰهُ اَكْبَرْ اللّٰهُ اَكْبَرْ وَ لِلّٰهِ اْلحَمْدُ.

Jamaah Idul Fithri yang dimuliakan Allah …
Allah Swt bercerita tentang balasan yang telah Ia siapkan untuk orang-orang yang bertakwa:
وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ (133)
“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa”. (Qs. Al ‘Imran [3]: 33).

            Satu bulan penuh kita ditempa dilatih dalam berbagai kebaikan. Bulan Ramadhan yang telah kita lalui bukanlah bulan menumpuk amal. Akan tetapi bulan membiasakan diri beramal agar dapat kita laksanakan di bulan-bulan yang akan datang yang pada akhirnya kita istiqomah hingga kematian tiba. Diantara amal-amal yang mesti kita lestarikan adalah:
Pertama, takut kepada Allah Swt.

Di saat Ramadhan, kita amat sangat takut kepada Allah Swt. Kita tidak makan, tidak minum, tidak melihat yang haram, tidak membicarakan yang haram. Semua larangan Allah Swt kita patuhi. Mari kita bawa rasa takut itu hingga kita mati. Krisis kita saat ini adalah krisis tidak adanya rasa takut kepada Allah Swt. Andai seorang suami takut kepada Allah, maka ia tidak akan menyia-nyiakan istri dan anak-anaknya. Jika seorang istri takut kepada Allah, ia tidak akan mengkhianati suaminya. Jika seorang anak takut kepada Allah, maka ia tidak akan menjadi anak durhaka yang menyia-nyiakan kedua orang tuanya. Andai rakyat takut kepada Allah, maka tidak akan ada rakyat melawan pemimpin. Andai pemimpin takut kepada Allah, maka tidak akan ada pemimpin yang memakan hak dan menganiaya rakyatnya. Rasa takut itulah yang menghalangi orang dari perbuatan membunuh sesama,
لَئِنْ بَسَطْتَ إِلَيَّ يَدَكَ لِتَقْتُلَنِي مَا أَنَا بِبَاسِطٍ يَدِيَ إِلَيْكَ لِأَقْتُلَكَ إِنِّي أَخَافُ اللَّهَ رَبَّ الْعَالَمِينَ
“Sungguh kalau kamu menggerakkan tanganmu kepadaku untuk membunuhku, aku sekali-kali tidak akan menggerakkan tanganku kepadamu untuk membunuhmu. Sesungguhnya aku takut kepada Allah, Tuhan seru sekalian alam”. (Qs. al-Ma’idah [5]: 28).

Rasa takut itu pula yang menghalangi orang dari perbuatan zina,
وَرَجُلٌ دَعَتْهُ امْرَأَةٌ ذَاتُ مَنْصِبٍ وَجَمَالٍ فَقَالَ إِنِّي أَخَافُ اللَّهَ
“Seseorang yang diajak berzina, yang mengajak itu memiliki fisik yang bagus dan kedudukan yang tinggi. Tapi yang diajak itu menjawab, “Aku takut kepada Allah Swt”. (HR. al-Bukhari dan Muslim).

Rasa takut itu pula yang dapat mencegah manusia terjerumus ke dalam perbuatan mengikuti hawa nafsu,
وَأَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ وَنَهَى النَّفْسَ عَنِ الْهَوَى (40) فَإِنَّ الْجَنَّةَ هِيَ الْمَأْوَى (41)
“Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya syurgalah tempat tinggal(nya)”. (Qs. an-Nazi’at [79]: 40-41).

Kedua, berbagi kepada sesama manusia.
Setelah merasakan sakitnya lapar, di saat berbuka kita berbagi makanan kepada sesama. Mari kita jaga semangat berbagi itu. Saat ini banyak orang tidak memperdulikan saudaranya. Keimanan seseorang diukur dari sikap empatinya kepada saudaranya,
لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لِأَخِيهِ أَوْ قَالَ لِجَارِهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ
“Kamu tidak beriman, hingga kamu menyayangi saudaramu seperti menyayangi diri sendiri”. (HR. al-Bukhari dan Muslim).

Orang yang mengaku beriman, tapi tidak mau berbagi, maka diragukan keimanannya,
ليس بالمؤمن الذى يبيت شبعانا وجاره جائع إلى جنبه
“Bukan orang beriman, orang yang sanggup tidur dalam keadaan kenyang, sedangkan tetangganya di sampingnya dalam keadaan lapar”. (HR. al-Hakim).

Ketiga, qiyamullail.
Bangun malam amat sangat sulit, tapi selama Ramadhan ini kita bangun malam. Bukan hanya untuk makan sahur. Tapi untuk melaksanakan Qiyamullail. Allah Swt berfirman,
وَمِنَ اللَّيْلِ فَتَهَجَّدْ بِهِ نَافِلَةً لَكَ عَسَى أَنْ يَبْعَثَكَ رَبُّكَ مَقَامًا مَحْمُودًا
“Dan pada sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji”. (Qs. al-Isra’ [17]: 79). Surga dijanjikan Allah Swt untuk orang yang melaksanakan tahajjud di waktu malam,
أَيُّهَا النَّاسُ أَفْشُوا السَّلَامَ وَأَطْعِمُوا الطَّعَامَ وَصَلُّوا وَالنَّاسُ نِيَامٌ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ بِسَلَامٍ
“Wahai manusia, tebarkanlah salam, berilah makanan kepada orang miskin, sambunglah silaturrahim, shalatlah di waktu malam ketika orang banyak tidur, maka kamu akan masuk surga dengan selamat”. (HR. at-Tirmidzi).

Keempat, membaca al-Qur’an.
Kita khatamkan al-Qur’an di bulan Ramadhan, bukan berarti setelah Ramadhan kita meninggalkan al-Qur’an. Karena al-Qur’an adalah penyembuh hati yang sempit,
وَنُنَزِّلُ مِنَ الْقُرْآَنِ مَا هُوَ شِفَاءٌ وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ
“Dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman”. (QS. al-Isra’ [17]: 82).
Al-Qur’an akan menjadi penolong di hari kiamat, saat anak dan harta tidak lagi berguna,
اقْرَءُوا الْقُرْآنَ فَإِنَّهُ يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ شَفِيعًا لِأَصْحَابِهِ
“Bacalah al-Qur’an, karena sesungguhnya al-Qur’an akan datang pada hari kiamat sebagai pemberi syafaat bagi orang-orang yang membacanya”. (HR. Muslim).

Kelima, menyambung Silaturrahim.
Setiap malam kita bertemu dengan keluarga, teman dan sahabat selama Ramadhan. Dalam tarawih dan tadarus. Hubungan baik dengan keluarga kita lanjutkan dalam Silaturrahim. Hubungan baik dengan sahabat kita lanjutkan dalam Ukhuwwah Islamiyyah. Rasulullah Saw bersabda,
مَنْ أَحَبَّ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِي رِزْقِهِ وَيُنْسَأَ لَهُ فِي أَثَرِهِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ
“Siapa yang ingin dilapangkan rezekinya, dipanjangkan umurnya, maka hendaklah ia menyambung silaturrahim”. (HR. al-Bukhari dan Muslim).
Sebaliknya, orang-orang yang memutus silaturrahim. Maka Rasulullah Saw memberikan ancaman,
لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ قَاطِعُ رَحِمٍ
“Orang yang memutuskan silaturrahim tidak akan masuk surga”. (HR. al-Bukhari dan Muslim).

Hubungan yang baik dapat mengampuni dosa-dosa, sebagaimana sabda Rasulullah Saw,
مَا مِنْ مُسْلِمَيْنِ يَلْتَقِيَانِ فَيَتَصَافَحَانِ إِلَّا غُفِرَ لَهُمَا قَبْلَ أَنْ يَتَفَرَّقَا
“Dua orang muslim yang bertemu, bersalaman, Allah mengampuni dosa-dosa mereka berdua sebelum mereka berpisah”. (HR. Abu Daud, at-Tirmidzi, an-Nasa’i dan Ibnu Majah).

Mengawali ibadah itu sulit, namun ada yang lebih sulit, yaitu istiqomah dalam ibadah.
قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ حَدِّثْنِي بِأَمْرٍ أَعْتَصِمُ بِهِ قَالَ قُلْ رَبِّيَ اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقِم
Sufyan bin Abdillah at-Tsaqafi berkata, “Wahai Rasulullah, ceritakanlah kepadaku sesuatu agar aku berpegang teguh dengan itu”. Rasulullah Saw menjawab, “Katakanlah, ‘Tuhanku Allah, kemudian istiqomahlah”. (HR. at-Tirmidzi dan Ibnu Majah). Allah Swt menjanjikan balasan untuk orang-orang yang istiqomah,
إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلَائِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ
“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan kami ialah Allah" kemudian mereka istiqomah (meneguhkan pendirian mereka), maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: "Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu”. (Qs. Fusshilat [41]: 30). Maka untuk istiqomah, kita lanjutkan nilai-nilai Ramadhan di luar Ramadhan.

Semua kembali kepada kita, mari kita jadikan puasa yang telah kita laksanakan itu sebagai ibadah yang dapat membentuk diri kita, mengampuni dosa-dosa kita, melipatgandakan balasan amal ibadah kita dan balasan kebaikan untuk kita. Semoga kita termasuk orang-orang yang bertakwa, orang-orang yang mendapatkan ampunan dari Allah SWT, amin ya Robbal’alamin.

باَرَكَ اللّٰهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآياَتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ


Khutbah Kedua:
اللّٰهُ اَكْبَرْ (3×) اللّٰهُ اَكْبَرْ (4×) اللّٰهُ اَكْبَرْ كَبِيْراً، وَاْلحَمْدُ لِلّٰهِ كَثِيْرًا، وَسُبْحَانَ اللّٰه بُكْرَةً وَ أَصْيْلاً، لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللّٰهُ وَاللّٰهُ اَكْبَرْ، اللّٰهُ اَكْبَرْ وَلِلّٰهِ اْلحَمْدُ.
اْلحَمْدُ لِلّٰهِ عَلىَ اِحْسَانِهِ، وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَاَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللّٰهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ تَعْظِيْمًا لِشَأْنِهِ، وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، اَلدَّاعِى اِلىَ رِضْوَانِهِ.
 اَللّٰهُـمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، وعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا.
اَمَّا بَعْدُ، فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ، اِتَّقُوااللّٰهَ فِيْمَا اَمَرَ، وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَزَجَرَ، وَاعْلَمُوْا اَنَّ اللّٰهّ اَمَرَكُمْ بِاَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ، وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ، وَقَالَ تَعاَلَى: اِنَّ اللّٰهَ وَمَلآ ئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى، يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.
اَللّٰهُـمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ ، إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ ، اَللّٰهُـمَّ بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ ، وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ ، إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ ، وَارْضَ اَللّٰهُـمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ، اَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى، وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ، وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.
اَللّٰهُـمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ، وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ، اَْلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ ،اَللّٰهُـمَّ اَعِزَّ اْلاِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ، وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ، وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ، وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ، وَدَمِّرْ اَعْدَاءَ الدِّيْنِ، وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ اِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ.
اَللّٰهُـمَّ انْصُرْ اِخْوَانَنَا الْمُجَاهِدِيْنَ فِي فِلِسْطِيْن وَفي مَشَارِقِ الأَرْضِ إِلَى مَغَارِبِهَا
اَللّٰهُـمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْغَلاَءَ وَالْوَباَءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً، وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً، يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ.
عِبَادَالِلّٰهِ! اِنَّ اللّٰهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ، وَإِيْتآءِ ذِى اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَر وَاْلبَغْي، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ، فَاذْكُرُوا اللّٰهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ الِلّٰهِ اَكْبَرْ، وَاللّٰهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُوْنَ.