Diantara fenomena Kemunafikan

Diantara fenomena Kemunafikan

Segala puji hanya bagi Allah Yang telah menciptakan manusia agar mereka menjadi baik bukan buruk, menjadi pribadi yang bermanfaat bukan berbahaya, menjadi sosok yang ikhlas bukan munafiq. Allah berfirman:

قال الله تعالى : â  لَقَدۡ خَلَقۡنَا ٱلۡإِنسَٰنَ فِيٓ أَحۡسَنِ تَقۡوِيمٖ ٤ ثُمَّ رَدَدۡنَٰهُ أَسۡفَلَ سَٰفِلِينَ ٥ إِلَّا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَعَمِلُواْ ٱلصَّٰلِحَٰتِ فَلَهُمۡ أَجۡرٌ غَيۡرُ مَمۡنُونٖ ٦á  [ التين: 6-4]

“ sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka), kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh; maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya. QS. Al-Tin: 4-6.

               Dan aku bersaksi bahwa  tiada Tuhan yang berhak disembah dengan sebenarnya selain Allah. Allah Subhanahu Wa Ta’ala telah mengabarkan kepada para hambaNya bahwa kemunafikan adalah penyakit bahkan termasuk penyakit sosial yang paling berbahaya. Allah  Subahanahu Wa Ta’ala berfirman:

قال الله تعالى : â  وَمِنَ ٱلنَّاسِ مَن يُعۡجِبُكَ قَوۡلُهُۥ فِي ٱلۡحَيَوٰةِ ٱلدُّنۡيَا وَيُشۡهِدُ ٱللَّهَ عَلَىٰ مَا فِي قَلۡبِهِۦ وَهُوَ أَلَدُّ ٱلۡخِصَامِ ٢٠٤ وَإِذَا تَوَلَّىٰ سَعَىٰ فِي ٱلۡأَرۡضِ ... á  [ البقرة: 205-204]

Dan di antara manusia ada orang yang ucapannya tentang kehidupan dunia menarik hatimu, dan dipersaksikannya kepada Allah (atas kebenaran) isi hatinya, padahal ia adalah penantang yang paling keras. Dan apabila ia berpaling (dari kamu), ia berjalan di bumi…”. QS. Al-Baqarah: 204-205.

Dan aku bersaksi bahwa tauladan kami Muhammad adalah Rasul utusan Allah, imam orang-orang yang ikhlas dalam berbuat. Ya Allah curahkanlah shalawat dan salam kepada Muhammad dan kepada para keluarga, para shahabatnya yang telah menjauhi kemunafikan, ikhlas semata karena Allah Yang Maha Esa dan Maha Pencipta. Maka Allah mengangkat derajat mereka di dunia atau di akherat. Dia Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

Amma Ba’du:. Nifaq adalah akhlak yang buruk, dimana pelakunya berbuat sesuatu yang berbeda dengan apa yang dikatakannya. Perbedaan antara perkataan seseorang dengan perbuatannya adalah salah satu bentuk penipuan bahkan dia adalah bentuk pertama penipuan. Banyak orang-orang yang kita saksikan berpakian seperti pakaian orang yang soleh, berbicara seperti gayanya orang-orang yang bijaksana, yang memberi nasehat dengan nasehat yang baik, kita mendengar perkataannya terlontar semanis madu, lafaz yang indah sehingga engkau menyangka bahwa perkataan tersebut keluar dari hati yang tulus dan bersih, dari relung yang bersih sehingga membuat dirimu menjadi cenderung dengannya, bergaul dengannya menerimanya sebagai kawan setia dengan penuh rasa percaya diri dan tenang namun pada saat dia mendapatkan kesempatan untuk menampakkan jati dirinya yang selama ini disembunyikannya maka dia akan menimpakan kepadamu bencana, kubang kebinasaan dan petaka-petaka yang besar, lalu pada saat itulah dirimu tidak merasakan kesedihan dan penyesalan, dan dirimu memandang kehidupan ini dengan jiwa yang tertekan karena merasa sial, seperti pandangan orang yang ragu terhadap setiap orang yang berada disekitarnya, bahkan takut terhadap baying-bayangnya sendiri. Sang penipu ini telah berbuat lalim terhadap dirinya sendiri. Di mana dirimu telah mengubah pola pergaulan dengan dirinya dan menghapuskan kepercayaanmu terhadap dirinya, dengan tindakan seperti ini berarti dia telah berbuat buruk terhadap masyarakat secara keseluruhan sebab dia telah mempengruhi dirimu untuk takut kepada setiap orang dan menjauhkan dirimu dengan dirinya. Maka orang munafiq penipu seperti ini sebagai sumber bencana yang sangat besar.

               Dan sungguh sangat mengherankan jika zaman modern ini tidak menolak keburukan ini dan telah bergerak untuk tetap menancapkan kaki tangannya di tengah-tengah kehidupan kita. Dia bertemu denganmu bagai seorang kawan yang setia atau teman sebangsa, dia melontarkan perkataan yang manis nan indah, dengan raut muka yang berseri-seri dan tersenyum, bertanya kepadamu tentang keadaan dirimu seakan sebagai orang yang sangat perhatian dengan kesehatan pribadimu dan anak-anakmu serta seluru keadaan dirimu dengan bahasa yang indah dan halus serta wajah yang selalu tersenyum sementara demi Allah mengetahuinya bahwa dia adalah pribadi pendengki dan iri. Lapisan hatinya  memperlihatkan kadar  cinta atau rasa bencinya kepadamu, berangan-angan agar dirimu segara  ditimpa mudharat, bahkan dia berupaya secara rahasia di balik pandanganmu agar dirimu terjebak ke dalam bahaya sementara dirimu masih berniat baik kepadanya tidak mengetahui kebusukan niat yang disembunyikannya di berbuat suatu semua keburukannya tanpa ada rasa takut kepada Allah, Tuhannya dan tanpa menghormati harga diri orang lain. Orang yang berperilaku seperti ini sama dengan sosok yang disebutkan oleh Allah di dalam firmanNya:

قال الله تعالى : â وَمِنَ ٱلنَّاسِ مَن يَقُولُ ءَامَنَّا بِٱللَّهِ وَبِٱلۡيَوۡمِ ٱلۡأٓخِرِ وَمَا هُم بِمُؤۡمِنِينَ ٨ يُخَٰدِعُونَ ٱللَّهَ وَٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَمَا يَخۡدَعُونَ إِلَّآ أَنفُسَهُمۡ وَمَا يَشۡعُرُونَ ٩ فِي قُلُوبِهِم مَّرَضٞ فَزَادَهُمُ ٱللَّهُ مَرَضٗاۖ وَلَهُمۡ عَذَابٌ أَلِيمُۢ بِمَا كَانُواْ يَكۡذِبُونَ ١٠ وَإِذَا قِيلَ لَهُمۡ لَا تُفۡسِدُواْ فِي ٱلۡأَرۡضِ قَالُوٓاْ إِنَّمَا نَحۡنُ مُصۡلِحُونَ ١١ أَلَآ إِنَّهُمۡ هُمُ ٱلۡمُفۡسِدُونَ وَلَٰكِن لَّا يَشۡعُرُونَ 12á  [ البقرة: 12-8]

“Di antara manusia ada yang mengatakan: "Kami beriman kepada Allah dan Hari kemudian", padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman. Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar. Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta. Dan bila dikatakan kepada mereka: Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, mereka menjawab: "Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan." Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar. QS. Al-Baqarah: 8-12.

               Wahai sekalian hamba Allah, renungkanlah dan ambillah pelajaran dari kisah seorang lelaki bernama Ts’alabah bin Hathib yang telah menampakkan keislamannya, dia berkata dengan lisannya apa-apa yang tidak sesuai dengan apa yang tersimpan di dalam hatinya, selalu shalat jum’at dan menghadiri shalat jama’ah di belakang Rasulullah shalallau alaihi wa sallam. Suatu ketika dia berkata; Wahai Rasulullah, mintalah kepada Allah agar Dia berkenan memberikan rizki yang luas kepadaku dan mencurahkan kepadaku harta benda yang berlimpah. Maka Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Wahai Tsa’labah rizki yang sedikit yang engkau mampu mensyukurinya lebih bagimu daripada harta yang banyak yang tidak mampu engkau syukuri”.

Lalu dia memohon kembali dan berkata,  demi yang mengutusmu dengan kebenaran jika Allah menganugrahkan kepadaku harta yang berlimpah maka aku akan memberikan setiap orang yang berhak haknya masing-masing, maka Nabi pun berdo’a untuknya lalu dia membeli seekor kambing lalu kambing tersebut berkembang biak sehingga lembah menjadi sempit namun dia tidak memenuhi janjinya dan mengingkari nikmat-nikmat Allah kepadanya, maka diapun meninggalkan shalat jum’at dan jama’ah dan nabipun seperti biasanya bertanya tentang dirinya maka para shahabat menjawab, Hartanya telah banyak, maka Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda: "Alangkah celakanya Tsa’labah, lalu pada saat satu tahun telah sempurna Nabi shallallahu alaihi wa sallam mengutus dua orang lelaki untuk meminta zakat darinya. Tsa’labah menjawab kepada kedua orang utusan tersebut setelah dia merasa bahwa zakat tersebut terlalu banyak atas dirinya; Ini adalah jizyah, kembalilah sampai aku memberikan keputusan. Lalu ketikan kedua utusan tersebut telah kembali pulang Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, "Alangkah celakanya Tsa’labah, lalu Allah menurunkan firmanNya:

قال الله تعالى : â  ۞وَمِنۡهُم مَّنۡ عَٰهَدَ ٱللَّهَ لَئِنۡ ءَاتَىٰنَا مِن فَضۡلِهِۦ لَنَصَّدَّقَنَّ وَلَنَكُونَنَّ مِنَ ٱلصَّٰلِحِينَ ٧٥ فَلَمَّآ ءَاتَىٰهُم مِّن فَضۡلِهِۦ بَخِلُواْ بِهِۦ وَتَوَلَّواْ وَّهُم مُّعۡرِضُونَ ٧٦ فَأَعۡقَبَهُمۡ نِفَاقٗا فِي قُلُوبِهِمۡ إِلَىٰ يَوۡمِ يَلۡقَوۡنَهُۥ بِمَآ أَخۡلَفُواْ ٱللَّهَ مَا وَعَدُوهُ وَبِمَا كَانُواْ يَكۡذِبُونَ ٧٧ أَلَمۡ يَعۡلَمُوٓاْ أَنَّ ٱللَّهَ يَعۡلَمُ سِرَّهُمۡ وَنَجۡوَىٰهُمۡ وَأَنَّ ٱللَّهَ عَلَّٰمُ ٱلۡغُيُوبِ ٧٨ á  [ التوبة: 78-75]

 

Dan di antara mereka ada orang yang telah berikrar kepada Allah: "Sesungguhnya jika Allah memberikan sebahagian karunia-Nya kepada kami, pastilah kami akan bersedekah dan pastilah kami termasuk orang-orang yang saleh. Maka setelah Allah memberikan kepada mereka sebahagian dari karunia-Nya, mereka kikir dengan karunia itu, dan berpaling, dan mereka memanglah orang-orang yang selalu membelakangi (kebenaran). Maka Allah menimbulkan kemunafikan pada hati mereka sampai kepada waktu mereka menemui Allah, karena mereka telah memungkiri terhadap Allah apa yang telah mereka ikrarkan kepada-Nya dan (juga) karena mereka selalu berdusta. Tidakkah mereka tahu bahwasanya Allah mengetahui rahasia dan bisikan mereka, dan bahwasanya Allah amat mengetahui segala yang gaib?. QS. Al-Taubah: 75-78.

Itulah orang yang dusta dan berdosa yang telah menceburkan dirinya ke dalam kesengsaraan karena dia menylahi perkataan dan janjinya, dia kembali membawa murka dari Allah dan Rasul-Nya dan dia berhak mendapat siksa. Maha Benar Allah dengan firmanNya:

قال الله تعالى : â إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي مَنْ هُوَ مُسْرِفٌ كَذَّابٌ 28á  

 [ غافر: 28]

Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang melampaui batas lagi pendusta. QS. Gafir: 28.

Hendaklah seorang muslim bertaqwa kepada Allah dan hendaklah dia waspada terhadap kemunafikan, hendaklah hatinya sama dengan apa yang terungkap dalam perkataan lisannya, hanya kepada Allah kita memohon agar Dia sudi menunjukkan diri kita kepada jalan kebenran, jalan yang lurus dan mendapat petunjuk dengan sabda Nabi shallallahu alaihi wa sallam yang jujur dan terpercaya, "Kebaikan itu tidak akan pernah lapuk dan dosa itu tidak akan pernah dilupakan, dan Allah Yang Membalas tidak akan pernah mati, berbuatlah sekehendakmu seperti apa perbuatanmu maka seperti itulah engkau akan mendapat balasan”. HR. Abdurrazzaq di dalam kitab Al-Jami’ dari Abi Tsulabah radhaillahu anhu.

Semoga Allah memberikan keberkahannya bagiku dan bagi kalian semua di dalam Al-Qur’an yang mulia, dan Allah memberikan manfaat bagiku dan bagi kalian dengan dengan petunjuk penghulu para nabi utusan Allah. Hanya inilah yang bisa aku katakan dan aku memohon ampunan bagi diriku dan bagi kalian serta seluruh kaum muslimin kepada Allah yang Maha Mulia dari segala dosa. Mohonlah ampun kepadaNya dan bertaubatlah kepada Allah, sebab Dia adalah Zat Yang Pengampun lagi Maha Penyayang.

Khutbah Kedua

Segala puji bagi Allah atas segala kebaikanNya dan syukur kepadaNya atas segala taufiq dan karuniaNya. Aku bersaksi bahwa tiada tuhan yang berhak disembah dengan sebenarnya selain Allah, Yang Maha Esa dan tiada sekutu bagiNya. Dan aku bersaksi bahwa Muhamad adalah hamba dan utusanNya, yang menyeru kepada kerdhaan dan ampuanan Allah. Semoga Allah mencurahkan shalawat dan salam kepada beliau, kepada keluarga dan istri-istri beliau serta para shahabat dan seluruh pengikut beliau. Amma Ba’du:

Wahai sekalian hamba Allah!. Orang yang menyadari sifat-sifat buruk orang-orang munafiq yang disebutkan oleh Allah di dalam Al-Qur’an maka dia menyadari bahwa mereka lebih berhak menempati kerak api neraka yang paling dalam. Allah mensifati mereka sebagai orang yang menipu Allah dan menipu para hambaNya, menyebutkan mereka sebagai orang yang berhati sakit, yaitu karena penyakit syubhat dan keraguan, mensifati mereka sebagai orang yang membuat kerusakan dipermukaan bumi, memperolok-olok agama Allah, para hamba, berbuat zalim, menggadaikan kesesatan dengan petunjuk, mereka orang yang tuli, bisu, buta, bimbang dan malas saat beribadah, berlaku zina, sedikit menyebut Allah dan ragu-ragu memilih antara orang-orang yang beriman dengan orang-orang yang kafir. Mereka tidak tergabung dalam kelompok ini dan tidak pula bergabung dengan kelompok lainnya, mereka bersumpah dengan nama Allah secara dusta dan bohong, perkara mereka samar, tidak paham terhadap agama, tidak berilmu dan tidak pula beriman kepada Allah dan hari akhir. Mereka juga membenci menangnya cahaya agama Allah, mereka bersedih jika melihat umat Islam mendapat kebaikan dan kemenangan, senang jika melihat kaum muslimin mengalami bencana dan ujian, mereka selalu mengintai kelemahan kaum muslimin, suka mencela orang-orang yang beriman dan menuduh mereka dengan tuduhan yang bukan sebenarnya, maka mereka mencela orang-orang yang bersedeqah dan mensifati mereka sebagai budak dunia, jika mereka diberikan maka mereka rela dan  jika tidak diberikan maka mereka marah, mereka juga menyakiti dan mencela Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, mereka mencari-cari kerelaan manusia dan tidak berusaha mencari keridhaan Allah Subahanahu Wa Ta’ala. Selain itu mereka juga mengejek orang-orang yang beriman.

Allah mensifati mereka sebagai orang yang busuk, yaitu benda busuk adalah benda yang paling kotor dan jelek. Mereka adalah anak Adam yang paling busuk, kotor dan hina.

Allah juga mensifati mereka sebagai orang yang menyeru kepada kemungkaran dan mencegah yang ma’ruf, pelit dalam berinfaq di jalan Allah guna mendapat keridhaan Allah.

Wahai sekalian hamba Allah!. Inilah sebagian sifat-orang-orang munafiq yang telah disebutkan dalam Al- Qur’an yang mulia dan banyak sekali orang yang bersifat seperti ini pada zaman kita sekarang. Semoga Allah melindungi kita darinya. Betapa banyak orang yang bergerak menyebarkan kerusakan di antara kaum muslimin dan betapa banyak orang yang menyerahkan loyalitasnya kepada orang-orang kafir dan meninggalkan kaum muslimin.

Wahai sekalian hamba Allah!. Sesungguhnya bahaya orang-orang munafiq tersebut sangat besar, ancaman mereka sangat luas terlebih karena mereka menamakan dirinya sebagai orang muslim, bergaul bersama masyarakat muslim sehingga orang-orang merasa aman dari bahayanya.

Oleh karena itulah, kaum muslimin tidak mengalami musibah di dalam diri mereka yang melebihi musibah yang ditimpakan oleh orang-orang munafiq yang hidup di tengah-tengah masyarakat muslim.

Inilah yang dapat saya sampaikan dan ucapkanlah shalawat dan salam kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.

 

 

Bahaya Memperolok-olok Agama Islam

Bahaya Memperolok-olok Agama Islam 

Segala puji hanya bagi Allah SWT, shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada baginda Rasulullah SAW, dan aku bersaksi bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah dengan sebenarnya selain Allah yang Maha Esa, tiada sekutu bagi -Nya dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusanNya…Amma Ba’du:

Dia antara dosa besar yang bisa membuat pelakunya keluar dari Islam dan menyebabkan dia kekal dalam neraka Jahannam adalah memperolok-olok Allah, Rasul -Nya, kitab -Nya dan orang-orang yang beriman. Melihat pembahasan judul ini sangat luas, maka saya akan membatasinya pada beberapa sub pemabasan berikut ini:

1)    Difinisi memperolok-olok agama Islam

2)    Hukum memperolok-olok agama dan pemaparan tentang beberapa dalil yang menjelaskan tentang kekafiran orang yang memperolok-olok agama, disertai dengan perkataan para ulama tentang masalah ini.

3)    Taubatnya orang yang memperolok-olok agama Islam dan apakah taubatnya diterima ataut tidak?.

4)    Bentuk-bentuk memperolok agama pada masa kita sekarang ini?.

1.    Adapaun difinisi memperolok-olok agama, dalam bahasa arab disebut dengan (al-istihza’) dia adalah masdar dari kata istahza’a yastahzi’u. Akar kata dari “"هـ - ز- ء  yang bermakan mengejek atau bercanda secara halus, atau memperolok dan mempermainkan.

Sebagian ahlul ilmi berkata: memperolok-olok agama ini dapat dibagi menjadi dua bagian: memperolok-olok agama secara terang-terangan, seperti peristiwa yang menyebabkan turunnya ayat tentang larangan memperolok-olok agama, yaitu perkataan mereka: Kami tidak pernah melihat orang yang sama seperti para penghafal Al-Qur’an ini di mana mereka orang yang lebih lahap dalam masalah makanan atau perkataan lainnya dari mereka yang memperolok-olok agama Islam. Sama seperti perkataan sebagian orang dari mereka: Agama kalian ini adalah agama yang kelima. Atau perkataan seseorang yang mengatakan pada saat dia melihat orang yang menegakkan amar ma’ruf nahi mungkar: Telah datang kepada kalian tokoh agama -dengan tujuan meperolok-oloknya-, banyak lagi ungkapan yang serupa dan tidak terhitung, yang di ungkapkan dengan entengnya melebihi cemoohan orang-orang munafik yang pada mereka turun ayat (surat at taubah:65).”.[1]

Syekh AL-Fauzan semoga Allah melindunginya berkata: Termasuk dalam pembahasan ini apa yang dikatakan oleh sebagian mereka: Islam tidak cocok untuk abad ke dua puluh, dia hanya cocok untuk abad pertengahan, sebab dia mencerminkan keterbelakangan dan ortodoks, di dalamnya terdapat kekerasan dan kekejaman dalam sanksi-sanksi hukum dan ta’zir, dia menzalimi hak-hak wanita karena dibolehkannya perceraian dan poligami. Juga ungkapan mereka yang mengatakan: Berhukum dengan hukum konvensional lebih baik daripada berhukum dengan hukum Islam. Dan mereka berkata tentang orang yang menyeru kepada tauhid dan mengingkari penyembahan terhadap kubur dan nisan: Ini adalah orang yang extrim atau mengatakan: Dia ingin memecah belah kaum muslimin atau ini adalah wahhabi, atau ini adalah mazhab yang kelima, atau dengan mengatakan: Agama itu bukan pada rambut, hal ini dikatakannya untuk memperolok-olok mereka yang memanjangkan jenggot, dan perkataan lainnya yang sama dengan perkataan seperti ini, sebagai ungkapan yang mencerminkan adanya pelcehan terhadap agama, pemeluknya dan memperolok-olok aqidah yang benar.[2]

2.    Memperolok-olok agama tidak dengan cara terang-terangan, maka pembahasan ini seperti laut yang tidak bertepi, contohnya memberi isyarat dengan kedipan mata, mengeluarkan lidah, memonyongkan bibir, menyepak  dengan tangan pada saat dibacakan Al-Qur’an atau ketika menegakkan amar ma’ruf nahi mungkar.[3]

Adapun hukum memperolok-olok agama adalah kufur dan termasuk salah satu dari sepuluh perkara yang bisa membatalkan keislaman seseorang, seperti telah disebutkan oleh para ulama. Dan ini adalah termasuk dalam sifat orang munafiq yang paling utama. Dan dalil-dalil yang menegaskan hal tersebut sangat banyak:

يَحْلِفُونَ بِاللهِ مَا قَالُواْ وَلَقَدْ قَالُواْ كَلِمَةَ الْكُفْرِ وَكَفَرُواْ بَعْدَ إِسْلاَمِهِمْ وَهَمُّواْ بِمَا لَمْ يَنَالُواْ

Mereka (orang-orang munafik itu) bersumpah dengan (nama) Allah, bahwa mereka tidak mengatakan (sesuatu yang menyakitimu). Sesungguhnya mereka telah mengucapkan perkataan kekafiran, dan telah menjadi kafir sesudah Islam, dan menginginkan apa yang mereka tidak dapat mencapainya”.(QS. Al-Taubah: 74)

Allah SWT berfirman:

إِنَّ الَّذِينَ أَجْرَمُوا كَانُواْ مِنَ الَّذِينَ آمَنُوا يَضْحَكُونَ وَإِذَا مَرُّواْ بِهِمْ يَتَغَامَزُونَ وَإِذَا انقَلَبُواْ إِلَى أَهْلِهِمُ انقَلَبُواْ فَكِهِينَ وَإِذَا رَأَوْهُمْ قَالُوا إِنَّ هَؤُلَاء لَضَالُّونَ

Sesungguhnya orang-orang yang berdosa, adalah mereka yang dahulunya (di dunia) menertawakan orang-orang yang beriman. (30) Dan apabila orang-orang yang beriman lewat di hadapan mereka, mereka saling mengedip-ngedipkan matanya. (31) Dan apabila orang-orang berdosa itu kembali kepada kaumnya, mereka kembali dengan gembira. (32)Dan apabila mereka melihat orang-orang mukmin, mereka mengatakan: "Sesungguhnya mereka itu benar-benar orang-orang yang sesat", (QS. Al-Muthafifin: 29-32)

Allah SWT berfirman;

وَلَئِن سَأَلْتَهُمْ لَيَقُولُنَّ إِنَّمَا كُنَّا نَخُوضُ وَنَلْعَبُ قُلْ أَبِاللهِ وَآيَاتِهِ وَرَسُولِهِ كُنتُمْ تَسْتَهْزِؤُونَ

Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu), tentulah mereka akan menjawab: "Sesungguhnya kami hanyalah bersenda gurau dan bermain-main saja". Katakanlah: "Apakah dengan Allah, ayat-ayat -Nya dan Rasul -Nya kamu selalu berolok-olok?". (QS. Al-Taubah: 65)

Sebab turunnya ayat ini  adalah dari Ibnu Umar, Muhammad bin Ka’ab dan Zaid bin Aslam serta Qotadah: mereka tenggelam dalam sebuah pembicaraan bahwa seorang lelaki bersama Nabi Muhammad SAW pada saat perang Tabuk lalu  dia berkata: Kami tidak pernah melihat orang yang sama dengan para penghafal Al-Qur’an ini, mereka paling kuat dalam urusan makan, paling dusta dalam pembicaraan dan paling pengecut saat berhadapan dengan musuh”. Yang dimaksud dengan pernyataan mereka ini adalah Nabi dan para shahabatnya yang ahli dalam membaca Al-Qur’an, semoga Allah meridhai mereka semua. Maka Auf pergi menghadap Nabi namun Al-Qur’an telah mendahului Auf, kemudian lelaki yang mengejek itupun datang kepada Rasulullah SAW padahal beliau telah pergi dan diapun mengendarai ontanya. Maka dia berkata, “Wahai Rasulullah kami hanya bercanda dan bermain, kami berbicara dengan pembicaraan dalam perjalanan guna menghilangkan rasa letih dalam perjalanan, maka Umar berkata: Aku seakan-akan melihatnya bergantungan pada tali pelana onta Rasulullah SAW sedangkan kerikil-kerikil melukai kedua kaki orang tersebut sambil mengatakan; Kami hanya bermain dan bercanda, maka Rasulullah SAW bersabda dengan membaca ayat:        

                  قُلْ أَبِاللهِ وَآيَاتِهِ وَرَسُولِهِ كُنتُمْ تَسْتَهْزِؤُونَ

Rasulullah SAW tidak sedikitpun menoleh kepadanya dan tidak pula berkata lebih dari perkataan tersebut”.[4]

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimhullah berkata, “Memperolok-olok Allah, ayat-ayat -Nya, dan Rasul -Nya adalah kekafiran yang mengeluarkan seseorang dari keimanannya”.[5]

Imam Nawawi rahimahullah berkata, “Dan seandainya sesorang berkata pada saat dia meneguk segelas khamar atau mendatangi perbuatan zina kemudian dia  membaca Bismillah, guna merendahkan Allah maka dia telah kafir”.[6]

Syekh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah berkata di dalam kitabnya  Al-Tauhid (Bab man hazala bi syai’in fihi zikrullah au Al-Qur’an au rasul wa fihi masa’il)

Bab tentang orang yang mempermainkan bagian tertentu dari sesuatu yang teradapat pada nama Allah, Al-Qur’an atau Rasul -Nya maka di dalamnya terdapat beberapa masalah:

Yang pertama:  Ini merupakan yang paling, besar bahwa orang yang mempermainkannya maka dia telah kafir.[7]

Syekh  Sulaiman bin Abdullah bin Muhammad bin Abdul Wahhab berkata, “Para ulama telah sepakat bahwa orang yang melakukan hal itu maka dia telah kafir, maka barangsiapa yang memerolok-olok Allah, kitab-Nya, Rasul-Nya atau agamaNya maka dia telah kafir sekalipun hanya bermain-main, dan dia tidak bermaksud memperolok-olok, hal ini berdasarkan ijma ulama”.[8]

Dan syekh Muhammad bin Ibrohim rahimahullah ditanya: Apakah orang yang membenci jenggot dan mengatakan kepada orang yang memeliharanya sebagai orang yang kotor, apakah dia murtad?. Dia menjawab, “Jika dia mengetahui bahwa perkara ini ada dalam sunnah Nabi, berarti tindakannya tersebut termasuk memperolok-olok agama yang dibawa oleh Rasulullah SAW, maka dia pantas diberi anggap sebagai orang yang murtad.[9]

Termasuk kemurtadan dari agama Allah apa yang dikatakan oleh sebagian generasi kaum muslimin berupa kata-kata kekafiran yang bisa menyebabkan si pelaku murtad sementara mereka tidak menyadarinya.

Dari Abi Hurairah RA bahwa Nabi bersabda, “Sesungguhnya seseorang lelaki mengungkapkan sebuah perkataan sementara dia tidak menyadarinya namun akhirnya dia terjerumus ke dalam api neraka lebih jauh dari jarak antara timur dan barat”.[10]

Adapun tentang taubat bagi orang yang memperolok-olok agama, maka syekh Utsaimin rahimahullah berpendapat di dalam kitabnya Al-Qaulul Mufid fi Syarhi Kitabit Tauhid bahwa para ulama berbeda pendapat tentang hukum orang yang mencela Allah dan Rasul-Nya atau kitab-Nya, apakah taubatnya diterima atau tidak?. Ada dua pendapat;

Pertama; Tidak diterima taubatnya, namun dia harus dibunuh sebagai orang kafir, dia tidak dishalatkan, tidak dido’akan untuk mendapat rahmat dan pendapat inilah yang masyhur dalam mazhab Hambali.

Kedua: Taubatnya diterima jika kita mengetahui kesungguhannya dalam bertaubat dan mengakui kesalahannya lalu mensifati Allah SWT dengan sifat yang agung.

Di antara bentuk mengolok-olok agama yang kita dengar dan saksikan pada masa-masa ini adalah perkataan buruk dan gambar-gambar yang mengejek yang ditulis baik di koran-koran dan majalah-majalah, mereka menganggapnya sebagai hiburan padahal di dalamnya terdapat kekafiran dari agama.

Salah seorang di antara mereka ada yang menggambar seekor ayam jantan yang diikuti oleh empat ekor ayam betina, untuk memperolok-olok poligami, yang lain menulis makalah yang menyerang hijab dan dia beranggapan bahwa mengenakan hijab berarti keterbelakangan dan ortodoks, sementara yang lain diperdaya oleh setan terhadap keburukan perbuatannya, maka dia menjadikan Al-Quran yang dibaca seperti menyanyikan sebuah lagu yang diiringi musik. Semoga Allah menghindarkan kita dari perilaku tersebut.

Maka harus dikethui bahwa kita wajib menghindari perbuatan orang yang memperolok-olok agama, dan memperingatkan mereka bahwa dosanya sangat besar dan bahaya terhadap agama, namun jika mereka tidak mau menerima maka kita tidak boleh duduk bersama mereka dalam satu majlis Allah SWT berfirman:

وَقَدْ نَزَّلَ عَلَيْكُمْ فِي الْكِتَابِ أَنْ إِذَا سَمِعْتُمْ آيَاتِ اللهِ يُكَفَرُ بِهَا وَيُسْتَهْزَأُ بِهَا فَلاَ تَقْعُدُواْ مَعَهُمْ حَتَّى يَخُوضُواْ فِي حَدِيثٍ غَيْرِهِ إِنَّكُمْ إِذًا مِّثْلُهُمْ إِنَّ اللهِ جَامِعُ الْمُنَافِقِينَ وَالْكَافِرِينَ فِي جَهَنَّمَ جَمِيعًا

Dan sungguh Allah telah menurunkan kepada kamu di dalam Al Qur'an bahwa apabila kamu mendengar ayat-ayat Allah diingkari dan diperolok-olokkan (oleh orang-orang kafir), maka janganlah kamu duduk beserta mereka, sehingga mereka memasuki pembicaraan yang lain. Karena sesungguhnya (kalau kamu berbuat demikian), tentulah kamu serupa dengan mereka. Sesungguhnya Allah akan mengumpulkan semua orang-orang munafik dan orang-orang kafir di dalam Jahanam”. (QS. Al-Nisa’: 140)

Segala puji bagi Allah SWT Tuhan semesta alam, semoga shalawat dan salam tetap tercurahkan kepada Nabi kita Muhammad SAW dan kepada keluarga, shahabat serta seluruh pengikut beliau.



[1] Majmu’atut Tauhid, halaman: 409

[2] Kitabut Tauhid, halaman: 47, syekh Al-Fauzan

[3] Majmu’atut Tauhid, halaman: 409

[4] Tafsir Ibnu Jarir: 6/409

[5] Al-Fatawa: 7/273

[6] Raudhatut Thalibin: 10/67

[7] Al-Tauhid, halaman: 85

[8] Taisirul Azizul hamid, halaman: 617

[9] Fatawa syekh Muhammad bin Ibrahim: 11/195

[10] Shahih Bukhari: 4/187 no: 6477 dan shahih Muslim: 4/2290 no: 2988

Keutamaan Shalat Subuh

Keutamaan Shalat Subuh 

Segala puji hanya bagi Allah SWT, shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada baginda Rasulullah SAW, dan aku bersaksi bahwa tiada tuhan yang berhak disembah dengan sebenarnya selain Allah yang Maha Esa dan tiada sekutu bagi -Nya dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan -Nya.

Amma Ba’du:

Seusungguhnya nikmat yang diberikan oleh Allah SWT kepada kita tidak terhitung dan tidak terhingga. Allah SWT berfirman:

وَإِن تَعُدُّواْ نِعْمَتَ اللهِ لاَ تُحْصُوهَا

Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya.  (QS. Ibrahim: 34)

Allah SWT berfirman:                                         

وَمَا بِكُم مِّن نِّعْمَةٍ فَمِنَ اللهِ       

Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah-lah (datangnya), (QS. Al-Nahl: 53). Di antara nikamat yang diberikan oleh Allah SWT adalah nikmat tidur yang telah disebut oleh Allah SWT pada hamba -Nya. Allah SWT berfirman:

وَمِن رَّحْمَتِهِ جَعَلَ لَكُمُ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ لِتَسْكُنُوا فِيهِ وَلِتَبْتَغُوا مِن فَضْلِهِ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

Dan karena rahmat -Nya, Dia jadikan untukmu malam dan siang, supaya kamu beristirahat pada malam itu dan supaya kamu mencari sebahagian dari karunia -Nya (pada siang hari) dan agar kamu bersyukur kepada -Nya. (QS. Al-Qoshos: 73).

Allah SWT berfirman:                                                  وَجَعَلْنَا نَوْمَكُمْ سُبَاتًا

“dan Kami jadikan tidurmu untuk istirahat, (QS. Al-Naba: 9)

Maka beristirahatnya seorang muslim beberapa jam dari malam setelah bekerja secara kontinyu akan membantu kehidupannya dan akan menstabilkan perkembangan dan kreatifitasnya, agar dia selalu mampu menunaikan segala tugas yang berikan oleh Allah SWT sebagai tujuan penciptaannya. Di antara tugas ini adalah menjalankan shalat fajar secara berjama’ah di mesjid, dan dia adalah shalat yang memiliki nilai keutamaan yang tinggi. Aku akan mengetengahkan kehadapanmu beberapa kabar gembira dan keutamaan agung yang diberikan kepada orang yang menunaikan shalat fajar secara berjama’ah:

Pertama: Dia berada di dalam penjagaan Allah SWT, atau jaminan Allah SWT, pengawasan -Nya dan pemeliharaan Allah SWT di dunia dan akherat. Diriwayatkan oleh Muslim di dalam kitab shahihnya dari Jundub bin Abdullah bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, “Barangsiapa yang shalat subuh maka dia berada di dalam jaminan Allah, maka jangan sampai Allah menuntut kamu dengan sesuatu yang berada di dalam jaminan -Nya, sebab barangsiapa yang dituntut oleh Allah dengan sesuatu dari apa yang ada pada jaminan -Nya maka dia pasti akan merasakan akibatnya, lalu Allah akan mencampakkan dia di atas wajahanya di dalam neraka Jahannam”.[1]

Kedua: Menjalankan shalat fajar akan menyelamatkan seseorang dari api neraka. Diriwayatkan oleh Muslim di dalam kitab shahihnya dari Ammarah bin Ruwaibah berkata: Aku telah mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Tidak akan pernah masuk neraka orang yang menjalankan shalat sebelum terbitnya matahari dan sebelum tenggelamnya, yaitu shalat fajar dan asar”.[2]

Ketiga: Menjalankan shalat fajar sebagai sebab masuk surga. Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim dari Abi Musa Al-Asya’ari bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, “Barangsiapa yang shalat dua waktu yang dingin maka dia akan masuk surga”.[3]

Keempat: Malaikat menyaksikan shalat ini. Allah SWT berfirman:

وَقُرْآنَ الْفَجْرِ إِنَّ قُرْآنَ الْفَجْرِ كَانَ مَشْهُودًا

“…dan (dirikanlah pula salat) subuh. Sesungguhnya  salat subuh itu disaksikan (oleh malaikat)”. (QS. Al-Isro’: 78)

Diriwayatkan Al-Bukhari  dan Muslim dari Abi Hurairah RA bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, “Saling berdatangan menghampiri kalian malaikat malam dan malaikat siang, lalu mereka berkumpul pada shalat fajar dan asar, kemudian naiklah malaikat yang mendatangi kalian pada waktu malam, lalu Allah SWT bertanya kepada mereka dan Dia Maha Mengetahui tentang keadaan mereka: Bagaimanakah kalian meninggalkan hamba-hamba -Ku?. Maka mereka berkata: Kami meninggalkan mereka dalam keadaan mendirikan shalat dan mendatangi mereka dalam keadaan mendirikan shalat”.[4]

Kelima: Orang yang mendirikan shalat fajar akan mendapat cahaya yang sempurna pada hari kiamat. Diriwayatkan oleh Ibnu Majah di dalam kitab sunannya dari Sahl bin Sa’d Al-Sa’idi bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, “Berikanlah kabar gembira bagi mereka yang berjalan pada kegelapan menuju mesjid bahwa mereka mendapat cahaya yang sempurna pada hari kiamat”.[5]

Keenam: Akan ditulis baginya bangun semalam suntuk. Diriwayatkan oleh Muslim dari Utsman bin Affan bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, “Barangsiapa yang shalat isya’ secara berjama’ah maka sungguh dia seakan-akan bangun setengah malam dan barangsiapa yang shalat subuh secara berjama’ah maka seakan-akan dia shalat semalam suntuk”.[6]

Ketujuh: Aman dari sifat kemunafikan. Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim dari Abi Hurairah RA bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, “Sesungguhnya shalat yang paling berat bagi orang-orang munafiq adalah shalat isya dan shalat fajar, seandainya mereka mengetahui keutamaan yang terdapat padanya niscaya mereka pasti mendatanginya dengan cara merangkak, sungguh aku ingin untuk mendirikan shalat, kemudian aku memerintahkan seorang lelaki untuk mengimami shalat, kemudian aku pergi bersama sekelompok orang yang membawa kayu bakar menuju kaum yang tidak menghadiri shalat berjama’ah untuk membakar rumah mereka dengan api”.[7]

Diriwayatkan oleh Muslim di dalam kitab shahihnya dari Ibnu Mas’ud RA berkata: Sungguh aku telah melihat dari golongan kami dan tidaklah ada orang yang meninggalkan shalat jama’ah kecuali orang yang munafiq, yang telah diketahui kemunafiqannya. Sungguh seorang lelaki dibawa menuju shalat jama’ah dengan diapit di antara dua lelaki sehingga dia bisa tegak di dalam shaf”.[8]

Ibnu Umar berkata: Sungguh apabila kita tidak melihat seseorang menghadiri shalat isya’ dan fajar maka kami berprasangka buruk terhadapnya”.[9]

Kedelapan: Dua rekaat sebelum fajar lebih baik dari dunia dan seisinya. Diriwayatkan oleh Muslim di dalam kitab shahihnya dari Aisyah RA bahwa  Nabi Muhammad SAW bersabda, “Dua rekaat shalat fajar lebih baik dari dunia dan seisinya”.[10]

Kalaulah sunnah fajar saja lebih baik dari dunia dan seisinya, berupa harta, istana, sungai-sungai, istri-istri dan lain-lain baik segala kebutuhan yang disenangi manusia dan kelezatannya, lalu bagaimanakah dengan shalat fajar itu sendiri?.

Kesembilan: Melihat Allah SWT, dan inilah tujuan utama yang dikejar oleh mereka yang berusaha dengan bersungguh-sungguh dan manusia berlomba-lomba untuk mendapatkannya. Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim dari Jarir Al-Bajali RA berkata: Kami di sisi Nabi Muhammad SAW dan pada suatu malam beliau melihat ke arah bulan purnama lalu beliau bersabda, “Sesungguhnya kalian akan melihat Tuhan kalian sebagaimana kalian mampu melihat bulan purnama ini, kalian tidak akan merasa susah melihatnya, seandainya kalian mampu untuk tidak dikalahkan dalam melaksanakan shalat sebelum terbit dan sebelum tenggelamnya matahari, maka lakukanlah, kemudian beliau membaca sebuah ayat:

وَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ قَبْلَ طُلُوعِ الشَّمْسِ وَقَبْلَ الْغُرُوبِ

“…dan bertasbihlah sambil memuji Tuhanmu sebelum terbit matahari dan sebelum terbenam (nya)”. (QS. Qaf: 39[11])

Kesepuluh: Orang yang selalu menjaga shalat fajar adalah orang yang paling baik dalam kehidupannya, orang yang paling kreatif, dan berhati paling lembut. Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim dari Abi Hurairah bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, “Setan mengikat tengkuk kepala salah seorang di antara kalian pada saat tidurnya dengan tiga ikatan, dia memukul setiap ikatan dengan mengatakan bagimu malam yang panjang maka tidurlah. Lalu apabila dia bangun dan menyebut nama Allah maka terlepaslah satu ikatan, lalu jika dia berwudhu’ maka terlepaslah ikatan ke dua, dan jika dia mendirikan shalat maka terlepaslah ikatan yang ketiga, maka dia akan mengawali pagi dengan jiwa yang kreatif dan berjiwa baik, namun jika tidak maka dia akan menjadi berjiwa buruk dan pemalas”.[12]

Terdapat banyak riwayat yang melarang meremehkan shalat fajar. Di antara riwayat tersebut adalah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim dari Abi Hurairah RA bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, Sungguh aku ingin untuk mendirikan shalat, kemudian aku memerintahkan seorang lelaki untuk mengimami shalat, kemudian aku pergi bersama sekelompok orang yang membawa kayu bakar menuju kaum yang tidak menghadiri shalat berjama’ah untuk membakar rumah mereka dengan api”.[13]

Sebagian ulama berkata; Sesungguhnya Nabi Muhammad SAW tidak ingin melakukan hal yang demikian itu kecuali karena orang yang meninggalkan shalat jama’ah ini telah melakukan dosa yang agung dan kesalahan yang besar.

Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim dari Ibnu Mas’ud berkata: Disebutkan di sisi Nabi Muhammad SAW seorang lelaki yang tertidur pada waktu malamnya hingga pagi harinya, maka Nabi Muhammad SAW bersabda, “Itulah lelaki yang dikencingi oleh setan pada kedua telinganya atau beliau bersabda: Pada telinganya”.[14]

Cukup itu sebagai kerugian dan kekecewaan serta keburukan.

Di antara akibat meremehkan shalat subuh secara berjama’ah adalah dihadapkannya seseorang pada ancaman siksa Allah SWT di dalam kuburnya dan di hari kiamat. Allah SWT berfirman:

فَخَلَفَ مِن بَعْدِهِمْ خَلْفٌ أَضَاعُوا الصَّلَاةَ وَاتَّبَعُوا الشَّهَوَاتِ فَسَوْفَ يَلْقَوْنَ غَيًّا

Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan salat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui kesesatan. (QS. Maryam: 59)

Di dalam shahihul Bukhari di dalam kisah mimpi Nabi Muhammad SAW yang panjang, disebutkan di dalam kisah tersebut bahwa seorang lelaki yang memecah kepalanya dengan sebuah batu, lalu Nabi Muhammad SAW bertanya tentang masalah itu maka dikatakan kepadanya, “Itulah orang yang mengambil Al-Qur’an lalu menolaknya dan tertidur dari melaksanakan shalat yang diwajibkan”.[15]

Dan majlis fatwa ulama Saudi Arabia ditanyakan (fatwa nomor: 5130) tentang seseorang yang tidak shalat subuh kecuali setelah matahari terbit, bagaimanakah hukum shalatnya?. Apakah hal itu akan memberikan pengaruh pada puasanya?. Maka jawabannya adalah: jika dia meninggalkan shalat subuh bukan karena ketiduran atau lupa namun hanya karena kemalasan sehingga mengerjakannya setelah matahari terbit maka dia telah kufur dengan kekufuran yang besar, berdasarkan pendapat yang shahih dari perkataan para ulama. Berdasarkan pendapat ini maka puasanya tidak sah.

Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam, semoga shalawat dan salam tetap tercurahkan kepada Nabi kita Muhammad dan kepada keluarga, shahabat serta seluruh pengikut beliau.



[1] HR. Muslim di dalam kitab shahihnya: 657

[2] Shahih Muslim: no: 634

[3] Al-Bukhari: 574 dan Muslim: no: 635

[4] Al-Bukhari: 555 dan Muslim: no: 632

[5] Sunan Ibnu Majah: no: 781

[6] HR. Muslim: no: 656

[7] Al-Bukhari: 657 dan Muslim: no: 651

[8] Shahih Muslim: no: 654

[9] Shahih Ibnu Hibban: 5/455 no: 2099

[10] HR. Muslim: no: 725

[11] Al-Bukhari: 554 dan Muslim: no: 633

[12] Al-Bukhari: 1142 dan Muslim: no: 773

[13] Al-Bukhari: 657 dan Muslim: no: 651

[14] Al-Bukhari: 1144 dan Muslim: no: 774

[15] HR. Al-Bukhari: no: 7047

Sifat-Sifat Penghuni Surga

 

Sifat-Sifat Penghuni Surga

Segala puji bagi Allah subhanahuwata'ala Yang menciptakan segala sesuatu dan memantapkan penciptaannya, membelah langit dan bumi, dan keduanya terbelah. Membagi dengan hikmah-Nya kepada para hamba, maka Dia menjadikan beruntung dan celaka. Menjadikan bagi keberuntungan sebab-sebab, maka orang yang taqwa menelusurinya. Ia melihat dengan mata hati kepada kesudahan lalu ia memilih yang kekal. Aku memuji-Nya dan aku tidak bisa memuji sebagaimana mestinya. Aku bersyukur kepada-Nya Dia senantiasa berhak disyukuri. Aku bersaksi bahwa tidak ada Ilah (yang berhak disembah) selain Allah saja, tiada sekutu bagi-Nya, yang memiliki semua jiwa. Dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan rasul-Nya, manusia paling sempurna bentuk dan akhlak. Semoga shalawat dan salam selalu tercurah kepadanya, kepada sahabatnya Abu Bakar ra yang mendapatkan keutamaan mengikuti lebih dahulu. Kepada Umar ra yang bersikap adil maka ia tidak berpura-pura terhadap makhluk. Kepada Utsman ra yang berserah diri untuk mendapat syahadah dan ia tidak berjaga diri. Dan kepada Ali ra yang menjual yang fana dan memberi yang kekal. Dan kepada keluarganya dan para sahabatnya yang memberi agama Allah subhanahuwata'ala.

Saudaraku: Anda telah mendengar sifat-sifat surga, kenikmatannya dan kebahagiaan serta kesenangan yang ada di dalamnya. Demi Allah, ia sudah pasti bahwa beramal orang yang beramal untuknya, berlomba padanya orang-orang yang berlomba dan manusia menghabiskan usianya dalam mencarinya, zuhud pada dunia. Jika anda bertanya tenang amal untuknya dan jalan yang menyampaikan kepadanya, maka Allah subhanahu wa ta’ala telah menjelaskan lewat wahyu-Nya kepada makhluk-Nya yang paling mulia, firman Allah subhanahu wa ta’ala:

قال الله تعالي: ﴿۞وَسَارِعُوٓاْ إِلَىٰ مَغۡفِرَةٖ مِّن رَّبِّكُمۡ وَجَنَّةٍ عَرۡضُهَا ٱلسَّمَٰوَٰتُ وَٱلۡأَرۡضُ أُعِدَّتۡ لِلۡمُتَّقِينَ ١٣٣ ٱلَّذِينَ يُنفِقُونَ فِي ٱلسَّرَّآءِ وَٱلضَّرَّآءِ وَٱلۡكَٰظِمِينَ ٱلۡغَيۡظَ وَٱلۡعَافِينَ عَنِ ٱلنَّاسِۗ وَٱللَّهُ يُحِبُّ ٱلۡمُحۡسِنِينَ ١٣٤ وَٱلَّذِينَ إِذَا فَعَلُواْ فَٰحِشَةً أَوۡ ظَلَمُوٓاْ أَنفُسَهُمۡ ذَكَرُواْ ٱللَّهَ فَٱسۡتَغۡفَرُواْ لِذُنُوبِهِمۡ وَمَن يَغۡفِرُ ٱلذُّنُوبَ إِلَّا ٱللَّهُ وَلَمۡ يُصِرُّواْ عَلَىٰ مَا فَعَلُواْ وَهُمۡ يَعۡلَمُونَ ١٣٥   [آل عمران: 133-135

 

Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Rabbmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertaqwa, * (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. * Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah - Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengatahui. (QS. Ali Imran:133-135)

Inilah beberapa sifat penghuni surga:

Sifat pertama: ﴿ المتقين yaitu orang-orang yang bertaqwa kepada Rabb mereka dengan menjadikan pemelihar dari siksa-Nya dengan melakukan yang diperintah-Nya karena taat kepada-Nya dan mengharap pahala-Nya, dan meninggalkan yang dilarang-Nya kepada mereka karena taat kepada-Nya dan takut dari siksa-Nya.

Sifat kedua: ﴿ الذين ينفقون في السراء والضراء   mereka menginfakkan apa yang mereka disuruh menginfakannya menurut cara yang dituntut darinya, berupa zakat, sedekah, dan nafkah kepada yang harus diberi nafkah, nafkah dalam jihad dan lainya dari berbagai jalan kebaikan, mereka berinfak dalam senang dan susah. Kesenangan dan kebahagian yang mendorong mereka mencintai harta dan kikir padanya karena ingin menambahnya, dan kondisi berat dan susah tidak mendorong mereka menahan harta karena khawatir membutuhkannya.

Sifat ketiga: ﴿ الكاظمين الغيظ yaitu orang-orang yang menahan kemarahan mereka apabila marah, maka mereka tidak melakukan tindakan melampaui batas dan tidak dengki kepada orang lain karenanya.

Sifat ke empat: ﴿ العافين عن الناس    mereka memaafkan orang yang berbuat zhalim kepada mereka dan melakukan tindakan melewati batas. Maka mereka tidak melakukan pembalasan dendam padahal mereka mampu melakukannya. Dan dalam firman Allah subhanahu wa ta’ala: ﴿ والله يحب المحسنين ﴾

merupakan isyarat bahwa memaafkan tidak dipuji kecuali apabila dari sikap ihsan, dan hal itu dengan meletakkan di tempatnya yang menjadi perbaikan. Adapun pemberian maaf yang menambah kejahatan pelakunya maka hal itu bukan tindakan terpuji dan tidak mendapat pahala. Firman Allah subhanahu wa ta’ala:

قال الله تعالي: ﴿ فَمَنۡ عَفَا وَأَصۡلَحَ فَأَجۡرُهُۥ عَلَى ٱللَّهِۚ  [ الشورى : 40

maka barang siapa mema'afkan dan berbuat baik maka pahalanya atas (tanggungan) Allah. (QS. asy-Syura-:40)

Sifat ke lima:

 ﴿وَٱلَّذِينَ إِذَا فَعَلُواْ فَٰحِشَةً أَوۡ ظَلَمُوٓاْ أَنفُسَهُمۡ ذَكَرُواْ ٱللَّهَ فَٱسۡتَغۡفَرُواْ لِذُنُوبِهِمۡ

Fahisyah adalah dosa-dosa keji, yaitu dosa-dosa besar seperti membunuh jiwa yang diharamkan, durhaka kepada kedua orang tua, makan riba, memakan harta anak yatim, kabur dari peperangan, zinah, mencuri dan semisalnya dari dosa-dosa besar. Adapun berbuat aniaya terhadap diri sendiri maka bersifat lebih umum karena mengandung dosa besar dan kecil. Apabila mereka melakukan sesuatu dari hal itu, mereka teringat keagungan yang mereka durhaka kepada-Nya maka mereka takut dari-Nya, dan mereka teringat ampunan dan rahmat-Nya, maka mereka berusaha melakukan sebab-sebab hal itu, mereka meminta ampun terhadap dosa-dosa mereka dengan memohon ditutupnya dan dilepaskan dari siksanya. Dan dalam firman-Nya :

 ( وَمَن يَغۡفِرُ ٱلذُّنُوبَ إِلَّا ٱللَّهُ ﴿

merupakan isyarat  bahwa mereka tidak meminta ampunan dari selain Allah subhanahu wa ta’ala karena tidak ada yang mengampuni dosa selain Dia subhanahu wa ta’ala.

Sifat ke enam: ﴿ وَلَمۡ يُصِرُّواْ عَلَىٰ مَا فَعَلُواْ وَهُمۡ يَعۡلَمُونَ ١٣٥  maksudnya mereka tidak terus menerus melakukan dosa, mengetahui bahwa ia adalah dosa, mengetahui keagungan Siapa yang dia durhaka kepada-Nya, dan mengetahui kedekatakan ampunan-Nya, bahkan mereka segera berhenti dan bertaubat darinya. Maka terus menerus di atas dosa padahal mengetahui menjadikan dosa-dosa kecil menjadi dosa besar, dan bisa menyeret pelakunya kepada perkara-perkara berbahaya yang sulit. Firman Allah subhanahu wa ta’ala:

قال الله تعالي: ﴿ قَدۡ أَفۡلَحَ ٱلۡمُؤۡمِنُونَ ١ ٱلَّذِينَ هُمۡ فِي صَلَاتِهِمۡ خَٰشِعُونَ ٢ وَٱلَّذِينَ هُمۡ عَنِ ٱللَّغۡوِ مُعۡرِضُونَ ٣ وَٱلَّذِينَ هُمۡ لِلزَّكَوٰةِ فَٰعِلُونَ ٤ وَٱلَّذِينَ هُمۡ لِفُرُوجِهِمۡ حَٰفِظُونَ ٥ إِلَّا عَلَىٰٓ أَزۡوَٰجِهِمۡ أَوۡ مَا مَلَكَتۡ أَيۡمَٰنُهُمۡ فَإِنَّهُمۡ غَيۡرُ مَلُومِينَ ٦ فَمَنِ ٱبۡتَغَىٰ وَرَآءَ ذَٰلِكَ فَأُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡعَادُونَ ٧ وَٱلَّذِينَ هُمۡ لِأَمَٰنَٰتِهِمۡ وَعَهۡدِهِمۡ رَٰعُونَ ٨ وَٱلَّذِينَ هُمۡ عَلَىٰ صَلَوَٰتِهِمۡ يُحَافِظُونَ ٩ أُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡوَٰرِثُونَ ١٠ ٱلَّذِينَ يَرِثُونَ ٱلۡفِرۡدَوۡسَ هُمۡ فِيهَا خَٰلِدُونَ ١١  ﴾ [ المؤمنون : 1-11]

Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, * (yaitu) orang-orang yang khusyu' dalam shalatnya, * dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna, * dan orang-orang yang menunaikan zakat, * dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, * kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki; maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela. * Barangsiapa mencari yang di balik itu maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas. * Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya, * dan orang-orang yang memelihara shalatnya. * Mereka itulah orang-orang yang akan mewarisi, * (ya'ni) yang akan mewarisi surga Firdaus. Mereka kekal di dalamnya. (QS. al-Mukminun:1-11)

Ayat-ayat yang mulia ini mengumpulkan beberapa sifat penghuni surga.

Sifat pertama: (المؤمنون) orang-orang yang beriman kepada Allah subhanahu wa ta’ala dan dengan semua yang wajib diimani, seperti beriman kepada para malaikat Allah, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir, qadar baik dan buruknya. Mereka beriman dengan hal itu dengan iman yang mengharuskan menerima, tunduk, dan patuh dengan ucapan dan perbuatan.

Sifat kedua: ﴿ الذين هم في صلاتهم خاشعون hati mereka hadir, anggota tubuh mereka tenang, merasakan bahwa mereka berdiri dalam shalat di hadapan Allah subhanahu wa ta’ala, berbicara dengan-Nya dengan kalam-Nya, mendekatkan diri kepada-Nya dengan mengingat-Nya, kembali kepada-Nya dengan berdo’a, maka mereka khusyu’ secara lahir batin.

Sifat ke tiga: ﴿ وَٱلَّذِينَ هُمۡ عَنِ ٱللَّغۡوِ مُعۡرِضُونَ laghw adalah segala sesuatu yang tidak ada gunanya dan tidak ada kebaikan dari ucapan dan perbuatan. Mereka berpaling darinya karena kuatnya semangat, tidak melewatkan waktu yang sangat berharga kecuali pada sesuatu yang berguna. Sebagaimana mereka menjaga shalat mereka dengan khusyu’, mereka menjaga waktu mereka dari kesia-siaan. Apabila di antara sifat mereka adalah berpaling dari perbuatan sia-sia, maka mereka berpaling dari yang berbahaya tentu lebih utama.

Sifat ke empat:  ﴿ وَٱلَّذِينَ هُمۡ لِلزَّكَوٰةِ فَٰعِلُونَ  bisa jadi maksud zakat di sini adalah bagian yang harus dikeluarkan dari harta. Dan bisa pula maksudnya adalah segala sesuatu untuk membersihkan diri mereka berupa ucapan dan perbuatan.

Sifat ke lima:

﴿ وَٱلَّذِينَ هُمۡ لِفُرُوجِهِمۡ حَٰفِظُونَ ٥ إِلَّا عَلَىٰٓ أَزۡوَٰجِهِمۡ أَوۡ مَا مَلَكَتۡ أَيۡمَٰنُهُمۡ فَإِنَّهُمۡ غَيۡرُ مَلُومِينَ 6

Mereka menjaga kemaluan mereka dari zina dan homoseksual karena mengandung durhaka kepada Allah subhanahu wa ta’ala, kemunduran akhlak dan sosial. Kemungkinan menjaga kemaluan ini meliputi sesuatu yang lebih umum dari hal itu, maka mencakup menjaganya dari memandang dan meraba pula. Dan dalam firman-Nya غَيۡرُ مَلُومِينَ ﴿  merupakan isyarat bahwa pada dasarnya adalah dicelanya manusia terhadap perbuatan ini kecuali terhadap istri dan budak wanita karena hal itu merupakan kebutuhan alami, mendapatkan keturunan dan kepentingan lainnya. Dan dalam firman-Nya:

﴿ فَمَنِ ٱبۡتَغَىٰ وَرَآءَ ذَٰلِكَ فَأُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡعَادُونَ merupakan dalil haramnya onani yang biasa dinamakan ‘kebiasaan rahasia’ karena ia termasuk perbuatan selain dengan istri dan budak wanita.

Sifat ke enam:  ﴿ وَٱلَّذِينَ هُمۡ لِأَمَٰنَٰتِهِمۡ وَعَهۡدِهِمۡ رَٰعُونَ Amanah adalah sesuatu yang diamanahkan kepadanya berupa ucapan, perbuatan dan benda/barang. Siapa yang menceritakan kepadamu dengan rahasia, berarti ia telah memberi amanah kepadamu. Dan siapa yang melakukan di sisimu sesuatu yang dia tidak suka dilihat, berarti ia telah memberi amanah kepadamu. Siapa yang menyerahkan kepadamu sesuatu dari hartanya untuk dijaga berarti ia telah memberi amanah kepadamu. Dan janji yaitu sesuatu manusia harus melakukannya untuk selainnya, seperti nazar karena Allah subhanahu wa ta’ala dan perjanjian yang terjadi di antara manusia. Penghuni surga berdiri tegak menjaga amanah dan janji yang ada di antara mereka dan di antara Allah subhanahu wa ta’ala, dan yang ada di antara mereka dan sesama manusia. Termasuk dalam hal itu melaksanakan akad dan syarat yang  dibolehkan padanya.

Sifat ke tujuh:   ﴿ وَٱلَّذِينَ هُمۡ عَلَىٰ صَلَوَٰتِهِمۡ يُحَافِظُونَ senantiasa menjaganya dari tersia-sia dan kelalaian. Dan hal itu dengan menunaikannya di dalam waktunya menurut cara yang sempurna dengan segala syarat, rukun dan wajibna. Allah subhanahu wa ta’ala telah menyebutkan beberapa sifat yang sangat banyak di dalam al-Qur`an untuk penghuni surga selain yang kami kutip di sini. Allah subhanahu wa ta’ala menyebutkan hal itu agar orang yang ingin masuk kepadanya bersifat denganya. Dan dalam hadits-hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam banyak sekali tentang hal itu.

 

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: (( من سلك طريقا يلتمس فيه علما سَهَّلَ الله له به طريقا إلى الجنة ))           [ أخرجه مسلم ]

“Barangsiapa yang melewati satu lorong untuk mencari ilmu berarti Allah subhanahu wa ta’ala telah memudahkan baginya satu jalan menuju surga.”HR. Muslim. ([1]))

Dan darinya pula, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: (( ألا أدلكم على ما يمحو الله به الخطايا ويرفع به الدرجات  " قالوا: بلى يا رسول الله. قال: " إسباغ الوضوء على المكاره وكثرة الْخُطَا إلى المساجد وانتظار الصلاة بعد الصلاة )) [ أخرجه مسلم ]

Maukah kutunjukkan kepadamu sesuatu yang dengannya menghapuskan kesalahan dan meninggikan derajat? Mereka menjawab: Tentu, ya Rasulullah.’ Beliau bersabda: ‘Menyempurnakan wudhu di atas kesusahan dan memperbanyak langkah ke masjid, dan menunggu shalat setelah shalat.’HR. Muslim. ([2])

Dan baginya dari Umar bin Khathab radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: ((منكم من أحد يتوضأ فيسبغ الوضوء ثم يقول: أشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له وأشهد أن محمدا عبده ورسوله إلا فُتِحَت له أبواب الجنة الثمانية يدخل من أيها شاء)) [ أخرجه مسلم ]

Tidak ada seseorang darimu yang berwudhu lalu menyempurnakan wudhu,  kemudian ia membaca: ‘Aku bersaksi bahwa tidak ada ilah (yang berhak disembah) selain Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan rasul-Nya’, kecuali dibukakan baginya pintu-pintu surga, ia masuk dari manapun yang dia kehendaki.’ HR. Muslim. ([3])

Dan dari Umar radhiyallahu ‘anhu pula, pada orang yang mengikuti muadzin dari hatinya niscaya ia masuk surga.HR. Muslim. ([4])Dan dari Utsman bin Affan radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: ((من بنى مسجدا يبتغي به وجه الله بنى الله له بيتا في الجنة)) [رواه البخاري ومسلم ]

Barangsiapa yang membangun masjid karena mengharap wajah Allah subhanahu wa ta’ala niscaya Allah subhanahu wa ta’ala membangunkan rumah untuknya di surga.’Muttafaqun ‘alaih. ([5])

Dari Ubadah bin Shamit radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: ((خمس صلوات كتبهن الله على العباد  فمن جاء بهن ولم يضيع منهن شيئا استخفافا بحقهن كان له عند الله عهد أن يدخله الجنة)) [ أخرجه أحمد وأبو داود والنسائي ]

« Shalat lima waktu yang diwajibkan Allah subhanahu wa ta’ala kepada hamba, barangsiapa yang melaksanakannya dan tidak menyia-nyiakan sedikit pun dariya karena meremehkan haknya, niscaya janji untuknya di sisi Allah subhanahu wa ta’ala bahwa Dia memasukkan dia ke dalam surga. »HR. Ahmad, Abu Daud dan an-Nasa`i. ([6])  Dari Tsauban radhiyallahu ‘anhu, ia bertanya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang amal yang memasukkannya ke surga, beliau menjawab :

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: ((عليك بكثرة السجود فإنك لا تسجد لله سجدة إلا رفعك الله بها درجة وحط عنك بها خطيئة)) [ أخرجه مسلم ]

Kamu harus memperbanyak sujud, maka sesungguhnya engkau tidak melakukan satu sujud karena Allah subhanahu wa ta’ala kecuali Allah subhanahu wa ta’ala mengangkat derajatmu dan menggugurkan kesalahan darimu.’HR. Muslim. ([7]) Dari Ummu Habibah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: ((ما من عبد مسلم يصلي لله تعالى في كل يوم ثنتي عشرة ركعة تطوعا غير فريضة إلا بنى الله له بيتا في الجنة  )) [ أخرجه مسلم ]

Tidak ada seorang muslim yang shalat sunnah karena Allah subhanahu wa ta’ala setiap hari dua belas rekaat yang bukan fardhu, kecuali Allah subhanahu wa ta’ala membangun surga untuknya di surga.”HR. Muslim ([8]).

Ia adalah empat rekaat sebelum dzuhur dan dua rekaat sesudahnya, dua rekaat setelah Maghrib, dua rekaat setelah Isya, dan dua rekaat sebelum Subuh. Dari Mu’adz bin Jabar radhiyallahu ‘anhu, ia berkata kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Ceritakannlah kepadaku amal yang memasukkan aku ke surga dan menjauhkan aku dari neraka.’Nabibersabda:


قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: ((لقد سألت عن عظيم وإنه ليسير على من يسره الله عليه: تعبد الله ولا تشرك به شيئا  وتقيم الصلاة  وتؤتي الزكاة وتصوم رمضان وتحج البيت)) [ أخرجه  الترمذي وابن ماجة]

Sungguh engkau telah bertanya tentang yang agung, dan sesungguhnya ia mudah bagi orang yang diberi kemudahan oleh Allah subhanahu wa ta’ala: engkau menyembah Allah subhanahu wa ta’ala dan tidak menyekutukan sesuatu dengannya, mendirikan shalat, menunaikan zakat, puasa Ramadhan dan naik haji ke Baitullah. ([9]) Dari Sahl bin Sa’ad radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: ((إن في الجنة بابا يقال له الريان يدخل منه الصائمون يوم القيامة لا يدخل منه أحد غيرهم   متفق عليه)) [ متفق عليه ]

“Sesungguhnya di dalam surga ada satu pintu yang dinamakan Rayyan, yang dimasuki oleh orang-orang yang puasa di hari dan tidak ada seorang pun yang memasukinya selain mereka.’Muttafaqun ‘alaih. ([10] Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: ((العمرة إلى العمرة كفارة لما بينهما والحج المبرور ليس له جزاء إلا الجنة ))  [ متفق عليه ]

Satu umrah kepada umrah berikutnya merupakan kafarat di antara keduanya, dan haji mabrur tidak balasannya kecuali surga.Muttafaqun ‘alaih. ([11]) Dari Jabir radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: ((من كان له ثلاث بنات يؤويهن ويرحمهن ويكفلهن وجبت له الجنة البتة ". قيل: يا رسول الله فإن كانتا اثنتين قال: فرأى بعض القوم أن لو قال: واحدة لقال واحدة رواه أحمد وإسناده ضعيف)) [ متفق عليه ]

Barangsiapa yang mempunyai tiga orang putri yang dia mengurus, menyayangi dan menjamin mereka niscaya wajib baginya surga.’ Ada yang bertanya: Ya Rasulullah, jika hanya dua orang? Beliau menjawab: ‘Sekalipun hanya dua orang.’ Sebagian dari pendengar berpendapat bahwa jika seseorang bertanya: ‘Jika hanya satu? Tentu beliau bersabda: Sekalipun hanya satu orang. Diriwayatkan oleh Ahmad dan isnadnya lemah. ([12] Akan tetapi ada beberapa hadits penguat yang shahih, di antaranya hadits:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: ((من ابْتُلِيَ من البنات بشيء فأحسنَ إليهم كُنَّ له سترا من النار)) [ أخرجه مسلم ]

Barangsiapa yang diberi cobaan lewat beberapa putri, lalu ia memperlakukan mereka dengan baik, niscaya mereka menjadi penutup dia dari neraka.HR. Muslim. Dan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sering ditanya tentang perkara yang paling banyak memasukkan orang ke dalam surga, beliau menjawab:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: ((تقوى الله وحسن الخلق))

Taqwa kepada Allah subhanahu wa ta’ala dan Akhlak yang baik.’HR. at-Tirmizi. Sanadnya tidak terlalu kuat, namun matannya shahih. ([13]) Dan dari ‘Iyadh bin Hamar al-Majasyi’i radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: ((أهل الجنة ثلاثة: ذو سلطان مُقْسِط متصدِّق موفق ورجل رحيم رقيق القلب لكل ذي قربى  ومسلم عفيف متعفِّف ذو عيال )) [ أخرجه مسلم ]

Penghuni surga ada tiga: Pemilik kekuasaan yang adil, bersedekah lagi benar, laki-laki yang penyayang, lembut hati bagi karib kerabat, dan seorang muslim menahan diri dari yang haram, tidak meminta-minta serta punya banyak tanggungan.”HR. Muslim dalam hadits yang panjang. ([14]) Diriwayatkan oleh Muslim dalam hadits yang panjang.

Inilah wahai saudaraku, sebagian dari hadits-hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang menjelaskan amal-amal penghuni surga yang sangat banyak bagi siapa yang ingin sampai kepadanya. Aku memohon kepada Allah subhanahu wa ta’ala agar memudahkan kami dan kamu jalannya dan meneguhkan kita di atasnya, sesungguhnya Dia Maha Pemurah lagi Maha Mulia. Semoga shalawat dan salam selalu tercurah kepada nabi kita Muhammad, keluarga dan para sahabatnya.

 

 

 



([1])  HR. Muslim 2699, at-Tirmidzi 2945, Abu Daud 2926, Ibnu Majah 225, Ahmad 2/252, dan ad-Darimi 344.

([2])  HR. Muslim 251, at-Tirmidzi 51, an-Nasa`i 143, Ahmad 2/303, dan Malik 386.

([3])  HR. Muslim 234, at-Tirmidzi 55, an-Nasa`i 148, Abu Daud 169, Ibnu Majah 270, dan Ahmad 4/146.

([4]) HR. Muslim 385 dan Abu Daud 527.

([5]) HR. Al-Bukhari 439, Muslim 533, at-Tirmidzi 318, Ibnu Majah 736, Ahmad 1/61, dan ad-Darimi 1391.

([6] ) HR. An-Nasa`i 461, Abu Daud 1420, Ibnu Majah 1401, Ahmad 5/316, Malik 270, dan ad-Darimi 1577. Baginya ada beberapa jalur yang saling memperkuat satu sama lain

([7] ) HR. Muslim 488, at-Tirmidzi 388, an-Nasa`i 1139, Ibnu Majah 1433, dan Ahmad 5/276.

) 8(  HR. At-Tirmidzi 2616, Ibnu Majah 3973, dan Ahmad 5/231.

 

 

([10])  HR.al-Bukhari 1797, Muslim 1152, at-Tirmidzi 765, an-Nasa`i 2237, Ibnu Majah 1640, Ahmad 5/333.

([11])  HR. Al-Bukhari 1683, Muslim 1349, at-Tirmidzi 933, an-Nasa`i 2926, Ibnu Majah 2888, Ahmad 2/246, Malik 776, dan ad-Darimi 1795.

([12]) HR. Ahmad 3/303.

([13])  HR. At-Tirmidzi 2004, Ibnu Majah 4246, Ahmad 2/442.

([14])  HR. Muslim 2865 dan Ahmad 4/162.