Keutamaan Shalat Fardhu

Keutamaan Shalat Fardhu

Syekh Zainuddin bin Abdul Aziz bin Zainuddin al-Malibari memulai pembahasan kitab Irsyadul Ibad dengan bab iman. Berikutnya, baru dijelaskan tentang bab bersuci, shalat, puasa, dan zakat. Namun, di antara pembahasan masalah tersebut, Syekh Zainuddin menyelinginya dengan pembahasan tentang bagaimana caranya menjadi seorang Mukmin yang baik, seperti harapan, zuhud, sabar, dan sebagainya.

Karena itu, kitab ini menjadi semakin menarik untuk dipelajari. Sebab, selain diterangkan tentang masalah ibadah, juga dibahas tentang masalah pernikahan, perceraian, membangun rumah tangga yang harmonis, cara mendidik anak, dan lainnya.

Dalam bab shalat, ulama terkemuka India ini mengawalinya dengan penjelasan tentang keutamaan shalat fardhu. ''Sesungguhnya, shalat itu adalah kewajiban yang telah ditentukan waktunya atas setiap orang-orang yang beriman.'' (QS Annisaa: 103).

Dalam ayat lain, Allah berfirman, ''Hai orang-orang yang beriman, janganlah kesibukan terhadap harta dan anak-anakmu menyebabkan kamu lalai dalam mengingat Allah (shalat--Red). Siapa yang berbuat demikian, merekalah orang-orang yang merugi.'' Sementara itu, Rasulullah bersabda, ''Pertama kali yang diwajibkan atas umatku adalah shalat lima waktu, pertama yang terangkat dari amal mereka juga shalat lima waktu, dan yang akan ditanya dari amal mereka adalah shalat lima waktu.''

Dari Jabir RA, Rasulullah SAW bersabda, ''Perumpamaan shalat lima waktu itu bagaikan sungai yang lebar mengalir di muka pintu salah satu rumah kamu, lalu ia mandi daripadanya tiap hari lima kali. Apakah yang demikian itu masih ada kotoran yang tertinggal pada badannya?'' (HR Muslim).

Dalam kitab Az-zawajir karya Ahmad bin Hajar al-Haitami, disebutkan bahwa ''Siapa yang menjaga shalat lima waktu maka Allah akan memuliakannya dengan lima kemuliaan, yaitu dihindarkan kesempitan hidup, dijauhkan dari siksa kubur, diberi kitab amalnya dengan tangan kanannya, berjalan di atas shiratal mustaqim bagaikan kilat, dan masuk surga tanpa hisab.''

Dan, mereka yang meremehkan atau meninggalkan shalat akan dihukum dengan 15 siksaan, masing-masing lima di dunia, lainnya disiksa ketika meninggal dunia, siksa alam kubur, dan ketika keluar dari kubur.

Adapun siksa di dunia itu, antara lain dicabut barokah umurnya, dihapus tanda orang saleh dari mukanya, tiap amal yang dikerjakan tidak diberi pahala oleh Allah, doanya tidak dinaikkan ke langit, dan dia tidak dapat bagian doa orang saleh.

Adapun hukuman yang diterima ketika mati, antara lain matinya hina, mati kelaparan, dan mati haus. Andaikan diberi air samudra dunia, hal itu tidak akan membuatnya puas, malah tetap merasakan kehausan.

Sedangkan, hukuman yang menimpa dalam kubur adalah disempitkan kubur sehingga hancur tulang-tulang rusuknya, dinyalakan api dalam kubur sehingga ia bergelimpangan dalam api pada siang dan malam, dan didatangkan padanya ular yang matanya berapi. Ular itu bernama Syuja' al-Aqra'. Itulah balasan bagi mereka yang enggan melaksanakan shalat. Wa Allahu A'lamu.


Perkara yang mewajibkan mandi besar

Perkara yang mewajibkan mandi besar

Dalam Islam, ada istilah hadas kecil dan hadas besar. Hadas secara bahasa berarti kotoran, namun secara istilah, hadas adalah sesuatu yang menghalangi sahnya salat.

Jika seorang Muslim memiliki hadas kecil, cukup disucikan dengan melakukan wudu saja. Tetapi jika orang tersebut memiliki hadas besar, maka ia wajib melakukan mandi besar. Mandi besar disebut juga mandi junub atau jinabat. Ada pula yang menyebutnya mandi wajib.

Apa saja yang menyebabkan seorang muslim wajib melakukan mandi besar? Berikut enam hal yang dapat membuat seseorang yang mengalaminya wajib melakukan mandi besar.

Pertama, masuknya hasyafah ke dalam farji. Hasyafah merupakan pangkal alat kelamin laki-laki, sedangkan farji adalah alat kelamin perempuan. Jika sebagian hasyafah masuk pada farji, maka keduanya wajib melakukan mandi besar.

Bagaimana jika dilakukan kepada binatang? Orang yang mengalaminya tetap harus melakukan mandi wajib. Begitupun jika orang tersebut melakukannya dengan orang yang sudah tak bernyawa.

Hal ini juga berlaku jika dilakukan pada dubur seseorang, baik laki-laki maupun perempuan, kecil maupun besar, tua maupun muda, hidup ataupun mati, manusia ataupun binatang. Kalaupun alat kelamin binatang yang masuk pada farji perempuan, hal tersebut juga mewajibkan perempuan tersebut melakukan mandi wajib.

Kedua, keluarnya air mani. Mani berarti cairan kental yang keluar dari alat kelamin laki-laki maupun perempuan. Dengan sebab apapun keluarnya, tetap mewajibkan mandi bagi orang tersebut, baik disengaja ataupun tidak disengaja, baik secara sadar ataupun dalam keadaan mimpi.

Ketiga, haid. Hal ini hanya dialami oleh seorang perempuan yang usianya telah mencapai sembilan tahun sesuai kalender Hijriyah. Perempuan yang mengalami haidl wajib melaksanakan mandi wajib setelah darah haidl tersebut berhenti mengalir. Haidl merupakan darah bawaan yang keluar dari bawah rahim perempuan dalam waktu tertentu.

Haidl paling lama 15 hari. Jika sudah lebih dari 15 hari, maka darah tersebut disebut istihadloh. Perempuan yang mengalami istihadloh tetap diwajibkan melakukan salat. Ia juga mesti memeriksakan kesehatannya ke dokter bagian kandungan ataupun bidan mengingat biasanya, darah yang keluar lebih dari 15 hari itu darah penyakit.

Keempat, nifas. Nifas merupakan darah yang mengalir setelah selesainya proses persalinan atau melahirkan, walaupun tidak sempurna ataupun melalui operasi. Umumnya, nifas berhenti setelah 40 hari. Paling lama, 60 hari. Jika lebih dari 60 hari, maka harus segera dikonsultasikan dengan dokter agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

Kelima, melahirkan. Setelah melahirkan, perempuan wajib melaksanakan mandi wajib. Meskipun hanya seonggok daging. Jika ia sedang berpuasa, otomatis puasanya batal.

Keenam, mati. Orang yang mati wajib dimandikan kecuali orang yang mati syahid. Orang yang gugur saat berperang haram dimandikan karena ada hadits Nabi yang menggunakan kalimat nahi, “Janganlah kau mandikan mereka (orang-orang syahid),” kata Nabi. Asal larangan adalah haram, begitu kaidah fikihnya. Nabi mengungkapkan alasannya, “Sungguh setiap lukanya bakal berwangi misik kelak di hari kiamat,” katanya.

*Disarikan dari kitab Safinah An-Naja karya Syaikh Salim bin Sumair al-Hadlromi dan syarahnya, Kasyifah al-Saja karya Syaikh Nawawi bin Umar al-Bantani al-Jawi.

Mandi Dalam Islam

Mandi Dalam Islam

Segala puji bagi Allah Rabbul ‘aalamin, shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, kepada keluarganya, sahabatnya dan orang-orang yang mengikutinya hingga hari kiamat, amma ba’du:

Mandi dalam bahasa Arab disebut Al Ghusl, yang artinya meratakan air ke seluruh badan. Hukumnya masyru’ (disyariatkan) sebagaimana firman Allah Ta’ala:

“Dan jika kamu junub, maka mandilah,” (Al Maa’idah: 6)

Ada beberapa pembahasan seputar mandi, sebagaimana yang kami sebutkan di bawah ini:

Yang mengharuskan mandi

Hal-hal yang mengharuskan mandi adalah:

1. Keluar mani ketika sadar atau ketika tidur. Namun ketika sadar, disyaratkan keluarnya dengan syahwat. Hal ini berdasarkan hadits Ummu Salamah, bahwa Ummu Sulaim berkata:

يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ لاَ يَسْتَحْيِى مِنَ الْحَقِّ ، فَهَلْ عَلَى الْمَرْأَةِ مِنْ غُسْلٍ إِذَا احْتَلَمَتْ ؟ قَالَ النَّبِىُّ صلى الله عليه وسلم :« إِذَا رَأَتِ الْمَاءَ » .
“Wahai Rasulullah, sesungguhnya Allah tidak merasa malu menerangkan kebenaran, maka apakah wanita harus mandi ketika mimpi?” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Apabila dia melihat air (mani).” (HR. Bukhari, Muslim dan Tirmidzi)

Adapun dalil disyaratkan ketika sadar keluarnya dengan syahwat adalah sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:

إِذَا حَذَفْتَ فَاغْتَسِلْ مِنْ الْجَنَابَةِ وَإِذَا لَمْ تَكُنْ حَاذِفًا فَلَا تَغْتَسِلْ
“Apabila engkau keluarkan mani dengan tekanan, maka mandilah karena janabat. Namun jika tidak dengan tekanan, maka jangan mandi.” (Isnadnya hasan shahih, diriwayatkan oleh Ahmad, lihat Al Irwa’ 1/162)

Faedah:

Barang siapa bermimpi, namun ia tidak menemukan basah pada kemaluannya, maka ia tidak perlu mandi, namun barang siapa yang menemukan basah pada kemaluannya, tetapi ia tidak ingat bermimpi, maka ia harus mandi. Dalilnya adalah hadits Aisyah radhiyallahu ‘anha ia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah ditanya tentang seseorang yang menemukan basah pada kemaluannya namun ia tidak ingat bermimpi, maka Beliau bersabda, “(Hendaknya) ia mandi.” Demikian pula Beliau ditanya tentang seorang yang merasa dirinya bermimpi, tetapi tidak menemukan basah pada kemaluannya, Beliau bersabda, “Ia tidak perlu mandi.” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi, Shahih Abu Dawud 216).

2. Berjima’ meskipun tidak keluar mani. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِذَا جَلَسَ بَيْنَ شُعَبِهَا الْأَرْبَعِ وَمَسَّ الْخِتَانُ الْخِتَانَ فَقَدْ وَجَبَ الْغُسْلُ
“Apabila seseorang duduk di antara cabangnya yang empat (kedua tangan dan kedua kaki), khitan pun bersentuhan dengan khitan, maka wajib mandi.” (HR. Muslim)

3. Orang kafir masuk Islam. Dari Qais bin ‘Ashim, bahwa ia masuk Islam, lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyuruhnya mandi dengan air yang bercampur daun bidara. (Shahih, HR. Nasa’i, Tirmidzi dan Abu Dawud, lihat Al Irwa’ 128)

4. Selesai haidh dan nifas. Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada Fathimah binti Abi Hubaisy:

فَإِذَا أَقْبَلَتْ الْحَيْضَةُ فَدَعِي الصَّلَاةَ وَإِذَا أَدْبَرَتْ فَاغْتَسِلِي وَصَلِّي
“Apabila datang haidh, maka tinggalkanlah shalat, dan apabila telah hilang haidh, maka mandi dan shalatlah.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Adapun nifas, maka sama seperti haidh berdasarkan ijma’.

Rukunnya

Rukun mandi ada dua:

1. Niat di hati (tanpa diucapkan), berdasarkan hadits, “Innamal a’maalu bin niyyaat.” (artinya: Amal itu tergantung niat).

2. Meratakan air ke seluruh badan. Dengan demikian, seseorang telah dikatakan mandi ketika telah berniat untuk mandi junub dan meratakan air ke seluruh badan. Hal ini berdasarkan hadits riwayat Bukhari di bab Ash Sha’iiduth Thayyib wadhuu’ul muslim yang menyebutkan bahwa ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabat sedang bersafar dan mereka kesiangan, akhirnya mereka shalat Subuh ketika matahari telah naik. Selesai shalat, ada seorang yang mengasingkan diri dan tidak ikut shalat bersama Beliau, lalu Beliau bertanya, “Apa yang menghalangimu wahai fulan untuk shalat bersama orang-orang?” Ia menjawab, “Aku tertimpa janabat dan tidak ada air.” Maka Beliau menyuruhnya bertayammum. Setelah ada air, Beliau memberikan air kepada orang yang junub tersebut dan bersabda:

اذْهَبْ فَأَفْرِغْهُ عَلَيْكَ
“Pergilah dan tuangkanlah air itu kepada dirimu.”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak menyuruhnya untuk melakukan ini dan itu ketika ia mandi. Hal ini menunjukkan, bahwa dengan seseorang meratakan air ke seluruh badannya, maka berarti ia telah mandi. Namun demikian, disukai mandinya seperti yang diajarkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagaimana akan diterangkan setelah ini, insya Allah.

Sifat (cara) yang dianjurkan

عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ: كَانَ رَسُولُ اَللَّهِ r إِذَا اِغْتَسَلَ مِنْ اَلْجَنَابَةِ يَبْدَأُ فَيَغْسِلُ يَدَيْهِ, ثُمَّ يُفْرِغُ بِيَمِينِهِ عَلَى شِمَالِهِ, فَيَغْسِلُ فَرْجَهُ, ثُمَّ يَتَوَضَّأُ, ثُمَّ يَأْخُذُ اَلْمَاءَ, فَيُدْخِلُ أَصَابِعَهُ فِي أُصُولِ اَلشَّعْرِ, ثُمَّ حَفَنَ عَلَى رَأْسِهِ ثَلَاثَ حَفَنَاتٍ, ثُمَّ أَفَاضَ عَلَى سَائِرِ جَسَدِهِ, ثُمَّ غَسَلَ رِجْلَيْهِ (مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ, وَاللَّفْظُ لِمُسْلِم)
Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha ia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam apabila mandi junub, Beliau memulai dengan mencuci kedua tangannya, lalu menuangkan air dengan tangan kanannya ke atas tangan tangan kirinya, kemudian membasuh kemaluannya, lalu berwudhu’, kemudian mengambil air dan memasukkan jari-jarinya ke pangkal rambutnya kemudian menuangkan air ke atas kepalanya tiga kali tuangan, lalu meratakan air ke seluruh badan kemudian membasuh kedua kakinya.” (Muttafaq ‘alaih, lafaz ini adalah lafaz Muslim) Dalam sebuah riwayat milik keduanya (Bukhari dan Muslim) disebutkan:
ثُمَّ يُخَلِّلُ بِيَدِهِ شَعَرَهُ ، حَتَّى إِذَا ظَنَّ أَنْ قَدْ أَرْوَى بَشَرَتَهُ ، أَفَاضَ عَلَيْهِ الْمَاءَ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ ، ثُمَّ غَسَلَ سَائِرَ جَسَدِهِ
“Kemudian Beliau menyela-nyela rambutnya dengan tangannya, sehingga ketika Beliau telah merasa membasahi kulit(kepala)nya, maka Beliau menuangkan air ke atasnya tiga kali, lalu Beliau membasuh ke seluruh badannya.”

Dalam riwayat milik keduanya pula dari hadits Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata:

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم إِذَا اغْتَسَلَ مِنَ الْجَنَابَةِ دَعَا بِشَىْءٍ نَحْوَ الْحِلاَبِ فَأَخَذَ بِكَفِّهِ بَدَأَ بِشِقِّ رَأْسِهِ الأَيْمَنِ ثُمَّ الأَيْسَرِ ثُمَّ أَخَذَ بِكَفَّيْهِ فَقَالَ بِهِمَا عَلَى رَأْسِهِ .
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika mandi karena janabat, meminta dibawakan sesuatu yang mirip bejana (berisi air), lalu memasukkan telapak tangannya dan memulai (menyela-nyela) bagian kepala yang kanan, lalu yang kiri, kemudian mengambil air dengan kedua telapak tangannya dan menuangkannya ke kepalanya.”

Dari Maimunah radhiyallahu ‘anha ia berkata, “Aku pernah menyiapkan air untuk mandi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu aku menuangkan ke kedua tangannya dan Beliau mencuci keduanya dua kali-dua kali atau tiga kali. Selanjuntnya, Beliau menuangkan air ke tangan kirinya dan membasuh kemaluannya, kemudian menggosok tangannya ke tanah, lalu berkumur-kumur dan menghirup air ke hidung, kemudian membasuh muka dan kedua tangannya, lalu membasuh kepalanya tiga kali. Selanjutnya Beliau menuangkan air ke seluruh badannya, lalu bergeser dari tempatnya dan mencuci kedua kakinya.” Maimunah berkata, “Lalu aku membawakan sebuah kain kepadanya, namun Beliau tidak menginginkannya, dan Beliau mengeringkan air dengan tangannya.” (HR. Jamaah)

Kesimpulan cara mandi yang dianjurkan berdasarkan hadits di atas dan hadits-hadits lainnya adalah sebagai berikut:

Berniat di hati.

Membaca Bismillah.

Mencuci kedua telapak tangannya tiga kali. Lihat hadits di atas.

Mencuci farji(kemaluan)nya dengan tangan kirinya dan menghilangkan kotoran yang menempelnya. Hal ini berdasarkan hadits Aisyah dan Maimunah.

Membersihkan tangan kirinya ke lantai, menggosok-gosoknya dan mencucinya (HR. Bukhari di Al Fat-h 1/368 no. 257 dan 259, dan Muslim 1/254 no. 317), atau menggosoknya ke dinding dan mencucinya (HR. Bukhari di Al Fat-h 1/372 no. 260 dan 274), atau mencucinya dengan air dan sabun.

Berwudhu’ secara sempurna seperti wudhu’ untuk shalat (berdasarkan hadits Aisyah), namun ia boleh menunda membasuh kaki setelah mandi selesai (berdasarkan hadits Maimunah).

Memasukkan jari-jari ke dalam air, lalu menyela-nyela rambut agar air masuk ke pangkalnya, kemudian menuangkan air ke kepalanya tiga kali (Berdasarkan hadits Maimunah dan Aisyah radhiyallahu ‘anhuma, diriwayatkan oleh Bukhari di Al Fat-h 1/360 no. 248 dan 383, Muslim 1/253 no. 316 dan 317). Ia memulai dengan bagian kepala sebelah kanan, lalu sebelah kiri, kemudian pertengahan berdasarkan hadits Aisyah radhiyallahu ‘anha (HR. Bukhari di Al Fat-h 1/369 no. 258 dan 1/834 no. 377, Muslim 1/255 no. 318, dan berdasarkan hadits Jabir di Bukhari dalam Al Fat-h 1/367 no. 255 dan 256, Muslim 1/259 no. 329, serta berdasarkan hadits Jubair bin Muth’im radhiyallahu ‘anhu di Bukhari dalam Al Fat-h 1/367 no. 254 dan Muslim 1/258 no. 327).

Catatan:

– Bagi wanita tidak wajib membuka jalinan rambutnya karena mandi janabat. Hal ini berdasarkan hadits Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha, bahwa ada seorang wanita yang berkata, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya saya adalah wanita yang mengikat jalinan rambutku, maka apakah aku harus melepasnya karena janabat?” Beliau bersabda, “Sesungguhnya cukup bagimu menuangkan ke kepalamu tiga kali tuangan air, lalu kamu ratakan ke seluruh badanmu. Dengan demikian, engkau telah suci.” (HR. Ahmad, Muslim, Tirmidzi dan ia berkata, “Hasan shahih.”)

Tetapi wajib membukanya ketika mandi dari haidh berdasarkan hadits Aisyah radhiyallahu ‘anha. Namun yang lain berpendapat hal itu sunat, seperti Syaikh Ibnu Baz dan muridnya Dr. Sa’id Al Qahthaniy.

– Dianjurkan bagi wanita apabila mandi karena selesai haidh atau nifas mengambi kapas dengan membubuhi wewangian, lalu mengusap bagian yang terkena darah agar bagian tersebut tidak bau. Hal ini berdasarkan hadits Aisyah radhiyallahu ‘anha, bahwa Asma’ binti Yazid pernah bertanya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang mandi haidh, maka Beliau bersabda, “Salah seorang di antara kamu mengambil air dan daun bidara, lalu berwudhu dan memperbagus wudhu’nya, kemudian menuangkan (air) ke atas kepalanya, lalu menggosoknya dengan keras sampai masuk pangkal rambutnya, lalu menuang air ke atasnya, kemudian ia mengambil kapas yang diberi wewangian dan bersih-bersih dengannya.” (HR. Jamaah selain Tirmidzi)

Menuangkan air ke seluruh badan dengan mendahulukan bagian yang kanan, lalu yang kiri, dengan memperhatikan dua ketiak, lipatan anggota badan, pusar, pangkal paha, serta menggosok bagian badan yang mungkin digosok. Hal ini berdasarkan hadits Aisyah radhiyallahu ‘anha, yang di sana disebutkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam membasuh maraafi’nya, yaitu pangkal-pangkal lipatan tubuh (HR. Abu Dawud no. 243, dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih Abi Dawud 1/48).

Berpindah dari tempatnya, lalu membasuh kakinya (berdasarkan hadits Maimunah). Lebih utama mengeringkan anggota badannya dengan tangan berdasarkan hadits Maimunah.

Sebaiknya irit ketika mandi. Anas radhiyallahu ‘anhu berkata, “Mabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berwudhu’ dengan satu mud[1] dan mandi dengan satu sha’ (4 mud) sampai 5 mud.” (HR. Bukhari dan Muslim). Aisyah radhiyallahu ‘anha pernah menerangkan, bahwa ia pernah mandi bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam satu wadah yang cukup untuk tiga mud atau mendekatinya. (HR. Muslim).


Perkara yang membatalkan wudhu

Perkara yang membatalkan wudhu

Abu Abdillah Muhammad bin Qasim Al-Ghazi menjelaskan dalam Fathul Qarib bahwa hal-hal yang membatalkan wudhu atau penyebab hadas kecil ada lima. Dengan terjadinya salah satu yang lima ini maka wudhu seseorang menjadi batal dan dia tidak bisa melakukan ibadah yang mewajibkan suci dari hadas kecil kecuali setelah berwudhu lagi, seperti melaksanakan shalat, memegang Alquran, dan lain sebagainya. Kelima hal yang membatalkan wudhu itu sebagaimana berikut:

Pertama, apabila keluar sesuatu dari salah satu kemaluan orang yang memiliki wudhu. Baik yang keluar itu adalah sesuatu yang biasa keluar seperti kencing dan tai, atau jarang keluar seperti darah dan kerikil. Baik yang najis seperti contoh-contoh tadi, atau yang keluar itu barang yang suci seperti ulat atau kremi.

Ketetapan tersebut sebagaimana dijelaskan dalam sebiah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim:

عن أبي هريرة رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: (لا يقبل صلاة أحدكم إذا أحدث حتى يتوضأ) قال رجل من حضرموت، “ما الحدث يا أبا هريرة؟,” قال “الفساء والضراط”.
Dari Abi Hurairah RA, Nabi Muhammad Saw. bersabda, “Tidaklah diterima shalat salah seorang di antara kalian jika dia berhadas sampai wudhu kembali.” Lalu seorang lelaki Hadhramaut bertanya, “Apa itu berhadas?” Abu Hurairah menjawab, “Kentut yang bersuara atau tidak bersuara.”

Kedua, batal wudhu sebab tidur. Kecuali tidur orang mutamakkin maq’adahu yaitu tidur dalam keadaan duduk rapat bagian punggung dan pantatnya dengan tempat ia duduk, karena dalam posisi tersebut tidak dikhawatirkan keluar kentut sewaktu tidur.

Mushthafa Dib al-Bugha dalam At-Tahdzib Fi Adillati Matn Al-Ghayah Wa At-Taqrib menjelaskan mutqin atau mutamakkin maq’adahu adalah orang yang tidur dalam keadaan duduk sekiranya tidak terjatuh walaupun ia tidak duduk bersandar.

Ketentuan Ini berdasarkan hadis yang diriwayatkan Imam Abu Daud berikut:

عن على رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم، “وكاء الساه العينان، فمن نام فليتوضأ.”
Dari Sahabat Ali RA., berkata, “Dua mata adalah penahan pintu dubur (kemaluan) maka barang siapa tidur berwudhulah.”

Al-Bugha menjelaskan mata dikatakan sebagai penahan pintu dubur karena pada saat dalam keadan sadar seseorang masih bisa menahan dan merasakan apa yang ingin keluar dari kemaluannya. Sedangkan jika tertidur terlepaslah penahan itu. Karena itu jika seseorang bisa tidur dalam keadaan mutqin, wudhunya tidak batal. Ketiga adalah hilangnya kesadaran, maksudnya akalnya terkalahkan sebab mabuk, sakit, gila, epilepsi atau selainnya. Orang yang hilang akalnya walaupun sebentar maka wudhunya batal.

Menurut Imama Nawawi dalam al-Maj’mu’, hilang akal sebab mabuk, pingsan dan gila lebih berat dari pada tidur, karena kesadarannya jauh lebih hilang daripada orang yang sekedar tertidur sebab mereka tidak aka terbangun meski kita peringatkan. Karena itu mayoritas ulama bersepakat orang yang pingsan, mabuk dan gila batal wudhunya.

Keempat adalah persentuhan kulit laki-laki dengan kulit perempuan lain yang bukan mahram yang telah mencapai batas syahwat dan tidak ada penghalang antara dua kulit tersebut seperti kain. Seandainya terdapat penghalang di antara keduanya maka wudhu tidak batal. Menurut Al-Ghazi menjelaskan, yang dimaksud dengan mahram adalah wanita yang haram dinikah karena ikatan nasab, radaah (saudara sepersusuan) atau ikatan pernikahan.

Kelima, menyentuh kemaluan orang lain atau dirinya sendiri atau menyentuh tempat pelipis dubur dengan telapak tangan atau telapak jarinya. Ketetapan tersebut berdasarkan hadis Nabi yang diriwayatkan oleh Bukhari, Muslim, Abu Dawud, At-Tirmidziy dan An-Nasa’iy berikut:

عن بسرة بنت صفوان رضي الله عنه قال: من مس فرجه فلا يصلى حتى يتوضأ.
Dari Basrah binti Shafwan, Nabi Muhammad Saw, bersabda, “Barang siapa menyentuh kemaluannya maka jangan shalat sampai ia wudhu.”

Al-Ghazi dalam Fathul Qarib memberi catatan, jika menyentuh dengan bagian dalam tangan yaitu bagian luar dan pinggir tangan, ujung jemari dan bagian di antara jemari, maka hal ini tidak sampai membatalkan wudlu’ sebab menyentuh dengan bagian-bagian tersebut. Wallahu a’lam.


Perkara yang dimakruhkan dalam wudhu


Perkara yang dimakruhkan dalam wudhu

Ada beberapa perkara yang makruh dilakukan ketika berwudhu’, yaitu sebagai berikut:

1. Berlebih-lebihan atau pelit dalam menggunakan air. Karena, hal itu bertentangan dengan as-Sunnah dan dengan keumuman dari firman Allah SWT:

Dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan. (Q.S. al-A’raf: 31)

Berlebih-lebihan, yang dimaksud ialah melampaui kewajaran yang diakui dan disetujui orang-orang yang sehat.

Abu Daud (96) meriwayatkan pula, bahwasanya Nabi SAW bersabda:

اِنَّهُ سَيَكُوْنُ فِى هَذِهِ اْلاُمَّةِ قََوْمٌ يَعْتَدُوْنَ فِى الطَّهُوْرِ وَالدُّعَاءِ
Sesungguhnya akan ada di kalangan umat ini, suatu kaum yang berlebih-lebihan dalam bersuci dan berdo’a.

Maksudnya, mereka keterlaluan dalam bersuci dan berdo’a. Adapun keterlaluan dalam berdo’a, yang dimaksud meminta hal-hal khusus, dengan sifat tertentu pula.

2. Mendahulukan tangan dan kaki kiri daripada yang kanan. Karena, hal ini menyalahi praktek yang dilakukan Nabi SAW, sebagaimana telah diterangkan di atas.

3. Menyeka air dengan sapu tangan, kecuali karena uzur, seperti hawa yang sangat dingin ataupun panas yang menyiksa manakala air lama berada pada tubuh, atau karena khawatir terhadap najis ataupun debunya.

Menurut riwayat al-Bukhari (256)_, dan Muslim (317):

اَنَّهُ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اُتِيَ بِمِنْدِيْلٍ فَلَمْ يَمَسَّهُ
Bahwasanya Nabi SAW pernah diberi secarik sapu tangan, namun beliau tidak mengusapkannya.

4. Memukulkan air pada wajah. Karena, hal itu berarti tidak memuliakan wajah sendiri.

5. Menambah atau mengurangi dari tiga kali basuhan atau usapan dengan yakin.

Rasulullah SAW bersabda, sesudah wudhu’ (dengan membasuh dan mengusap) tiga kali-tiga kali:

هَكَذَاالْوُضُوْءُ، فَمَنْ زَادَ عَلَى هَذَ اَوْ نَقَصَ فَقَدْ اَسَاءَ وَظَلَمَ(رواه ابو داود 135) وقال النووى فى المجموع: انه صحيح
Beginilah cara berwudhu’. Barangsiapa menambah atau mengurangi dari ini, berarti telah berbuat kesalahan dan aniaya. (H.R. Abu Daud: 135).

Menurut an-Nawawi dalam kitabnya, “al-Majmu’”, bahwa hadits ini shahih.

Maksudnya, barangsiapa berkeyakinan bahwa as-Sunnah adalah lebih atau kurang dari tiga kali, maka dia telah melakukan kesalahan dan aniaya, karena berarti dia menyalahi as-Sunnah yang telah dicontohkan oleh Nabi SAW.

6. Meminta bantuan orang lain membasuhkan anggota-anggota wudhu’nya tanpa uzur. Karena, hal itu memuat semacam kesombongan yang bertentangan dengan pengabdian.

7. Bersangatan dalam berkumur dan menghirup air ke dalam hidung bagi orang yang sedang berpuasa.

Karena, dikhawatirkan air akan terlanjur masuk ke leher, sehingga merusakkan puasanya. Nabi SAW bersabda:

وبالغ فى الاستنشاق الاّ ان تكُوْنُ صائما (رواه ابو داود 142
Hiruplah air ke dalam hidung dengan bersangatan, kecuali kamu sedang berpuasa. (H.R. Abu Daud: 142)

Dengan demikian, berkumur lebih patut dilakukan kepada menghirup air dalam hidung.


Sunnah-sunnah Wudhu

Sunnah-sunnah Wudhu

Sunnah Wudhu

  • Mencuci kedua telapak tangan sebanyak 3 kali
  • Bersiwak
  • Mencuci anggota wudhu sebanyak 3 kali kecuali kepala dan kedua telinga, keduanya cukup sekali.
  • At-Tayamun, yaitu memulai dari bagian kanan
  • Melewati bagian siku saat mencuci tangan
  • Menyela-nyela jenggot
  • Menyela-nyela jari tangan dan kaki
  • Menggosok anggota wudhu dengan tangan, karena tidak cukup hanya dengan menyiramkan air ke anggota wudhu
  • Menggunakan air secukupnya

    Rasulullah bersabda,

    سَيَكُوْنُ فِي هَذِهِ اْلأُمَّةِ، قَوْمٌ يَعْتَدُوْنَ فِي الطَّهُوْرِ وَالدُّعَاءِ.
    “Akan ada di umat ini suatu kaum yang melampaui batas (berlebihan) dalam bersuci dan berdo’a.”(HR. Abu Dawud)

    Maksud dari hadis ini adalah orang-orang yang berlebih-lebihan dalam berwudhu.

    Berdoa setelah wudhu

    Ada beberapa dalil tentang berdoa setelah berwudhu, diantaranya :

    Riwayat Imam Muslim

    « مَا مِنْكُمْ مِنْ أَحَدٍ يَتَوَضَّأُ فَيُبْلِغُ – أَوْ فَيُسْبِغُ – الْوُضُوءَ ثُمَّ يَقُولُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ إِلاَّ فُتِحَتْ لَهُ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ الثَّمَانِيَةُ يَدْخُلُ مِنْ أَيِّهَا شَاءَ ».
    “Tidaklah salah seorang dari kalian berwudhu dan ia menyempurnakan wudhunya kemudian membaca, “Aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah, dan Nabi Muhammad adalah utusan Allah” melainkan akan dibukakan baginya pintu-pintu surga yang jumlahnya delapan, dan dia bisa masuk dari pintu mana saja ia mau.” (HR. Muslim).

    Riwayat Imam At-Tirmidzi

    اللَّهُمَّ اجْعَلْنِى مِنَ التَّوَّابِينَ وَاجْعَلْنِى مِنَ الْمُتَطَهِّرِينَ
    “Ya Allah jadikanlah aku termasuk orang-orang yang bertaubat dan jadikanlah aku termasuk orang-orang yang selalu mensucikan diri.” (HR. At-Tirmidzi).

    Riwayat Imam An-Nasai

    سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ أَنْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ
    “Maha Suci Engkau, ya Allah, aku memuji kepadaMu. Aku bersaksi, bahwa tiada sesembahan yang berhak disembah selain Engkau, aku minta ampun dan bertaubat kepadaMu.” (HR. An-Nasai).

    Sholat 2 rakaat setelah berwudhu

    Rasulullah bersabda,

    مَنْ تَوَضَّأَ نَحْوَ وُضُوئِي هَذَا ثُمَّ قَامَ فَرَكَعَ رَكْعَتَيْنِ لَا يُحَدِّثُ فِيهِمَا نَفْسَهُ غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
    ”barangsiapa yang berwudhu seperti wudhuku kemudian dia sholat dua rakaat tanpa berkata-kata dalam hati (tentang usrusan dunia) pada kedua rakaat tersebut ( atau dengan sempurna dan khusyuk), maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni oleh Allah.”(Muttafaqun Alaihi) 
  • Hukum-Hukum Wudhu

    Hukum-Hukum Wudhu

    Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

    يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا قُمْتُمْ إِلَى الصَّلاةِ فَاغْسِلُوا وُجُوهَكُمْ وَأَيْدِيَكُمْ إِلَى الْمَرَافِقِ وَامْسَحُوا بِرُءُوسِكُمْ وَأَرْجُلَكُمْ إِلَى الْكَعْبَيْنِ
    Artinya : “Hai orang-orang yang beriman , apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki…”(Q.S Al-Maidah:6)

    Ayat yang mulia ini mewajibkan wudhu untuk shalat, menjelaskan anggota yang wajib dibasuh dan diusap didalam berwudhu, dan memberi pembatasan tempat-tempat anggota wudhu. Kemudian Nabi Shalallahu ‘alahi wa sallam menjelaskan cara dan sifat berwuhu melalui ucapan dan perbuatan beliau dengan penjelasan yang cukup.

    Ketahuilah wahai muslim, bahwa wudhu mempunyai syarat-syarat, fardhu-fardhu dan sunnah-sunnah.

    Syarat-syarat dan fardhu-fardhu harus dikerjakan menurut kemampuan; agar wudhunya sah.

    Adapun sunnah-sunnah;maka merupakan penyempurna wudhu. Didalamnya terdapat tambahan pahala . Dan meninggalkannya tidak menghalangi sahnya wudhu.

    #Syarat-syarat wudhu ada delapan :

    (1 – 4) Islam, berakal, tamyiz dan niat; maka wudhu tidak sah apabila dilakukan oleh orang kafir, orang gila, anak kecil yang belum mumayyiz dan oleh orang yang tidak berniat untuk berwudhu; seperti berwudhu untuk mendinginkan anggota badan atau membasuh anggota wudhu untuk menghilangkan najis atau kotoran.

    (5) Wudhu disyaratkan juga menggunakan air yang suci sebagaimana yang telah lewat. Apabila air tersebut najis, maka tidak memenuhi syarat.

    (6) Wudhu disyaratkan juga menggunakan air yang mubah (boleh untuk dipergunakan). Apabila air tersebut adalah hasil rampasan atau memperolehnya dengan cara yang tidak syar’I, maka tidak sah wudhunya menggunakan air tersebut.

    (7) Demikian juga wudhu disyaratkan untuk didahului dengan istinja’ dan istijmar sebagaimana yang telah lewat perinciannya.

    (8) Wudhu disyaratkan juga untuk menghilangkan hal-hal yang menghalangi sampainya air kekulit. Maka orang yang berwudhu harus menghilangkan apa yang ada pada anggota wudhu, seperti: tanah, pasta, lilin, kotoran yang menumpuk atau cat yang tebal; agar air bisa mengalir mengenai kulit anggota wudhu secara langsung tanpa adanya penghalang.

    # Adapun fardhu-fardhunya wudhu yaitu anggota-anggotanya ada enam :

    Pertama : Membasuh wajah dengan sempurna, termasuk diantaranya adalah berkumur dan istinsyaq (menghirup air kehidung).

    Barangsiapa membasuh wajahnya tanpa berkumur atau beristinsyaq atau salahsatunya, maka wudhunya tidak sah. Karena mulut dan hidung termasuk bagian dari wajah. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :

    فَاغْسِلُوا وُجُوهَكُمْ
    Artinya : “Maka basuhlah mukamu.” (Al-Maidah-6)

    Allah memerintahkan untuk membasuh seluruh wajah. Maka barang siapa meninggalkan sedikit saja dari wajah, berarti dia tidak menunaikan perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dan Nabi Shalallahu ‘alahi wa sallam juga berkumur dan berintisyaq.

    Kedua : Membasuh kedua tangan hingga dua siku-siku; berdasar firman Allah Subhanahu wa Ta’ala :

    وَأَيْدِيَكُمْ إِلَى الْمَرَافِقِ
    Artinya : “ Dan tanganmu sampai dengan siku.” (Al-Maidah – 6)

    Artinya : Beserta siku-siku. Dikarenakan Nabi Shalallahu ‘alahi wa sallam membasuhkan air dengan memutar pada kedua siku-siku beliau (Dikeluarkan dari hadits Jabir oleh : Daruquthni (268)[1/86]; dan Al-Baihaqi (256)[1/93]

    Dan didalam hadits lainnya:

    (Yang) Artinya : “Beliau membasuh kedua tangan hingga lengan beliau.” (Dikeluarkan dari hadits Nuaim bin Al-Mujammir (578)[21/158]) Hadits ini termasuk yang menunjukkan bahwa kedua siku-siku termasuk didalam anggota yang harus dibasuh.

    Ketiga : Mengusap seluruh kepala, termasuk dari kepala adalah dua telinga; berdasar firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,

    وَامْسَحُوا بِرُءُوسِكُمْ
    Artinya : “Dan sapulah kepalamu.” (Al-Maidah-6)

    Dan Nabi Shalallahu ‘alahi wa sallam bersabda; Artinya ; “ Dua telinga termasuk kepala.” (Diriwayatkan oleh Ibnu Majah, Ad-Daruqhutni dan lainnya) (Dikeluarkan oleh Abu Dawud (134)[1/72]; Tirmidzi (37)[1/53]; Ibnu Majah (444)[262] dan Ad Daruqutni (353)[1/108] Maka tidak cukup dengan hanya mengusap sebagian kepala.

    Keempat : Membasuh Kedua Kaki beserta kedua mata kaki berdasar firman Allah Subhanahu wa Ta’ala;

    وَأَرْجُلَكُمْ إِلَى الْكَعْبَيْنِ
    Artinya : “ Dan (basuh) kakimu sampai kedua mata kaki.” (Al-Maidah-6)

    Kata إِلَى sampai dengan “bermakna: beserta” hal itu berdasar hadits –hadits yang menerangkan tentang sifat wudhu. Hadits-hadits tersebut menjelaskan tentang masuknya dua mata kaki pada anggota yang dibasuh.

    Kelima : Tertib, yaitu pertama-tama membasuh muka, kemudian kedua tangan, kemudian mengusap kepala, kemudian membasuh kaki. Berdasarkan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,

    يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا قُمْتُمْ إِلَى الصَّلاةِ فَاغْسِلُوا وُجُوهَكُمْ وَأَيْدِيَكُمْ إِلَى الْمَرَافِقِ وَامْسَحُوا بِرُءُوسِكُمْ وَأَرْجُلَكُمْ إِلَى الْكَعْبَيْنِ
    Artinya : “Hai orang-orang yang beriman , apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki…”(Q.S Al-Maidah:6)

    Dan Nabi Shalallahu ‘alahi wa sallam mengurutkan wudhu beliau sebagaimana cara ini dan beliau bersabda :

    (Yang) Artinya : “ Ini adalah wudhu yang Allah tidak akan menerima shalat kecuali dengannya.” (Dikeluarkan oleh Ibnu Majah dan lainnya) (Dikeluarkan oleh Ibnu Majah dari hadits Ibnu Umar (419)[1/250];Abu Ya’la didalam Al Musnad nomor (5598); dan Ad Daruqutni (257)[1/83]

    Keenam : Terus menerus ; yaitu membasuh anggota-anggota tersebut secara terus-menerus artinya tidak ada yang memisahkan antara membasuh satu anggota dengan satu anggota sebelumnya. Bahkan berkesinambungan dalam membasuh anggota-anggota dari pertama dan seterusnya menurut kemampuan.

    Inilah fardhu-fardhunya wudhu yang harus dikerjakan sesuai dengan apa yang disebutkan oleh Allah di dalam kitab-Nya. Para ulama telah berselisih tentang hukum mengucapkan basmalah di awal wudhu. Apakah wajib atau sunnah? Basmalah menurut semua ulama adalah disyariatkan; tidak sepantasnya untuk ditinggalkan. Caranya adalah mengucapkan. بِسْمِ اللَّهِ

    dan apabila rnenambah dengan ucapan:

    بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
    maka tidak apa-apa.

    Hikmahnya -Wallahu a’lam- di dalam mendahulukan keempat anggota ini di dalam berwudhu adalah karena keempatnya merupakan¬ anggota badan yang paling cepat di dalam berbuat dosa. Maka didalam membersihkan bagian luarnya terdapat peringatan untuk membersihkan bagian dalamnya.

    Dan Nabi Shalallahu ‘alahi wa sallam telah memberitakan bahwa seorang muslim apabila membasuh salah satu anggota dari anggota-anggota tersebut, akan dihapus setiap kesalahan yang menimpanya karena perbuatan anggota tersebut. Dan akan keluar kesalahan-kesalahan tersebut bersama air atau bersama tetes air yang terakhir.

    Kemudian beliau Shalallahu ‘alahi wa sallam memberikan himbingan setelah membasuh anggota-anggota ini untuk memperbaharui iman dengan mengucap¬kan dua kalimat syahadat sebagai isyarat untuk menggabungkan diantara dua thaharah; yaitu hissiyyah (lahir) dan ma’nawiyyah (batin).

    Thaharah hissiyyah adalah dengan menggunakan air sebagai mana cara yang telah dijelaskan oleh Allah di dalam kitab-Nva tentang membasuh anggota-anggota ini.

    Dan thaharah ma’nawiyyah adalah dengan mengucapkan dua kalimat syahadat yang membersihkan dari kesyirikan. Allah Subhanahu wa Ta’ala telah berfirman di akhir ayat wudhu, مَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيَجْعَلَ عَلَيْكُمْ مِنْ حَرَجٍ وَلَكِنْ يُرِيدُ لِيُطَهِّرَكُمْ وَلِيُتِمَّ نِعْمَتَهُ عَلَيْكُمْ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ Artinya : “ Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan ni’mat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur (Al-maidah-6)

    Demikian inilah wahai Muslim, Allah mensyari’atkan wudhu kepada anda; untuk membersihkan kesalahan dan menyempurnakan ni’mat-Nya atas diri Anda.

    Renungkanlah pembuka ayat wudhu dengan menggunakan seruan yang mulia ini, يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman.”

    Allah mengarahkan pembicaraan kepada orang yang disifati dengan keimanan; karena dialah yang mau mendengarkan perintah¬-perintah Allah dan mengambil manfaat dari padanya. Karena inilah Nabi Shalallahu ‘alahi wa sallam bersabda :

    Artinya : “Dan tidaklah menjaga wudhu kecuali orang yang beriman. (Dikeluarkan dari hadits Tsauban oleh: Ahmad (22429) [5/355]; Ibnu Majah (278) [1/178] dan dikeluarkan pula oleh imam yang lainnya dari shahabat lain.)

    Adapun selebihnya dari apa yang telah disebutkan tentang sifat wudhu adalah mustahabb; barangsiapa mengerjakannya akan tambahan pahala dan barangsiapa meninggalkan¬nya, maka tidak berdosa. Karena itulah para fuqaha menamakan amalan-amalan tersebut dengan sunnah-sunnahnya wudhu atau hal-hal yang dianjurkan untuk dikerjakan ketika berwudhu.

    Sunnah-sunnahnya wudhu adalah:

    Pertama : Bersiwak, dan telah lewat penjelasan tentang keutamaan dan cara bersiwak. Tempatnya adalah ketika berkumur; supaya diperoleh dengan bersiwak dan berkumur-kumur tersebut bersihnya mulut untuk menghadapi ibadah dan mempersiapkan diri untuk membaca Al-Qur’an dan berdo’a kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

    Kedua : Membasuh kedua telapak tangan di awal wudhu tiga kali sebelum membasuh wajah; karena adanya. hadits-hadits tentang masalah tersebut. Dan juga karena telapak tangan adalah alat untuk memindahkan air ke anggota-anggota wudhu, maka di dalam membasuh keduanya terdapat kehati-hatian untuk seluruh wudhu.

    Ketiga: Memulai dengan berkumur dan beristinsyaq sebelum membasuh wajah; karena adanya hadits-hadits untuk memulai dengan keduanya. Dan supaya bersungguh-sungguh di dalamnva apabila tidak sedang berpuasa. Makna bersungguh-sungguh di dalam berkumur-kumur adalah: mengelilingkan air pada seluruh mulutnya. Dan makna bersungguh-sungguh di dalam beristinsyaq adalah: menghirup air hingga pangkal hidung.

    Keempat : Di antara sunnah-sunnahnya wudhu adalah menyela-¬nyelai janggut (jenggot) yang tebal dengan air sehingga sampai ke bagian dalam dan menyela-nyelai jari-jemari kedua kaki dan kedua tangan.

    Kelima: Mendahulukan anggota yang kanan, yaitu memulai bagian kanan dari kedua tangan dan kaki sebelum bagian kiri.

    Keenam: Menambah dari satu basuhan menjadi tiga basuhan ketika membasuh wajah, dua tangan dan dua kaki.

    Inilah syarat-syarat, fardhu-fardhu dan sunnah-sunnahnya Wudhu. Merupakan suatu keharusan bagi Anda untuk mempelajarinya dan bersungguh-sungguh untuk menerapkannya pada setiap wudhu. Agar wudhu Anda menjadi sempurna sesuai cara yang disyari’atkan supaya mendapatkan pahala.

    Kita memohon kepada Allah untuk kami dan Anda tambahan ilmu yang bermanfaat dan amalan shalih.

    Dikutip dari Buku “Ringkasan Fiqih Islami”

    Pengertian wudhu

    Pengertian wudhu

    Pengertian wudhu dan tata cara berwudhu – Berwudhu, mungkin banyak diantara teman-teman muslim yang sering melakukan wudhu. Namun tahukah kamu apa itu wudhu? Bisakah kamu menjelaskan seperti apakah wudhu itu? Tentunya sudah banyak yang tahu tentang apa yang dimaksud wudhu, namun tak jarang juga ada yang belum bisa menjelaskan definisi dari wudhu. Untuk itulah pada pembahasan kali ini kami akan mengulas tentang apa yang dimaksud dengan wudhu, agar kamu yang belum tahu bisa tahu tentang arti dari wudhu. Selain itu untuk menambah pemahaman di sini juga kami sertakan penjelasan tentang syarat-syarat berwudhu, sebab sebab wudhu, dan tata cara berwudhu. Pengertian Wudhu dan Tata Cara Berwudhu

    Pengertian Wudhu

    Pengertian wudhu adalah membasuh bagian badan tertentu dengan tujuan untuk menghilangkan hadas kecil. Atau definisi wudhu yaitu salah satu cara untuk mensucikan anggota tubuh dengan air. Berwudhu dapat pula menggunakan debu apabila tidak ada air, yang disebut sebagai tayammum. Berwudhu merupakan sayarat sahnya sholat sehingga apabila ingin mengerjakan sholat, namun tidak berwudhu terlebih dahulu, maka sholat yang dikerjakan menjadi sia-sia atau tidak sah.

    Syarat-syarat Berwudhu

    Berikut ini adalah syarat berwudhu:

  • Beragama Islam
  • Cukup Dewasa (Mumayiz)
  • Tidak sedang berhadas besar
  • Menggunakan air yang suci dan menyucikan.
  • Tidak ada sesuatu yang dapat menghalangi sampainya air ke kulit, seperti getah, cat dan sebagainya.

    Sebab sebab Wudhu Sebab sebab yang mengharuskan wudhu yaitu:

  • Jika kita akan mengerjakan sholat.
  • Sahnya sholat yaitu harus bersih badan, pakaian serta tempat dari najis.
  • Hilangnya akal yang disebabkan karena mabuk.

    Tata Cara Berwudhu

    Tata cara berwudhu terbagi menjadi 2 yaitu secara umum dan secara sunnah, tata cara berwudhu adalah sebagai berikut ini. Cara berwudhu secara umum antara lain:

  • Niat wudhu karena Allah SWT.
  • Membasuh muka.
  • Membasuh kedua tangan hingga siku.
  • Mengusap sebagian kepala.
  • Membasuh kedua kaki hingga mata kaki.
  • Tertib.

    Sunah wudhu antara lain yaitu:

  • Membaca basmalah.
  • Membasuh kedua telapak tangan hingga pergelangan tangan.
  • Membasuh kedua tangan hingga siku.
  • Membasuh muka.
  • Mengusap kepala dan daun telinga.
  • Membasuh kedua kaki hingga mata kaki.
  • Mendahulukan bagian kanan.
  • Ilmu Dalam Islam

    Ilmu Dalam Islam

    PENGERTIAN ILMU

    Ilmu merupakan kata yang berasal dari bahasa Arab علم, masdar dari عَـلِمَ – يَـعْـلَمُ yang berarti tahu atau mengetahui. Secara bahasa ilmu adalah lawan kata bodoh/jahl. Secara istilah ilmu berarti sesuatu yang dengannya akan tersingkap secara sempurna segala hakikat yang dibutuhkan. Sedangkan menurut para ulama definisi ilmu di antaranya adalah:

    1. Menurut Imam Raghib Al-Ashfahani dalam kitabnya Al-Mufradat Fi Gharibil Qur’an. ilmu adalah mengetahui sesuatu sesuai dengan hakikatnya. Hal tersebut terbagi menjadi dua; pertama, mengetahui inti sesuatu itu dan kedua adalah menghukumi sesuatu pada sesuatu yang ada, atau menafikan sesuatu yang tidak ada.

    2. Menurut Imam Muhammad bin Abdur Rauf Al-Munawi. ilmu adalah keyakinan yang kuat yang tetap dan sesuai dengan realita. Atau ilmu adalah tercapainya bentuk sesuatu dalam akal. Adapun menurut syari’at ilmu adalah pengetahuan yang sesuai dengan petunjuk Rasulullah SAW dan diamalkan, baik berupa amal hati, amal lisan, maupun amal anggota badan.

    Dalam pengertian syari’at, ilmu yang benar adalah yang diperoleh berdasarkan sumber yang benar yaitu Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah SAW yang disebut juga ayat-ayat syar’iah; dan penelitian terhadap tanda-tanda kekuasaan Allah SWT di alam semesta yang disebut juga ayat-ayat kauniah, melahirkan rasa ketundukan kepada Allah, dan diamalkan. Sebagaimana firman Allah dalam surat Fathir ayat 28:

    Artinya: “ Dan demikian (pula) diantara manusia, makhluk bergerak yang bernyawa, dan hewan-hewan ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Di antara hamba-hamba Allah yang takut kepada-Nya, hanyalah para ulama. Sungguhnya Allah Maha Perkasa, Maha Pengampun”.

    B. CARA MEMPEROLEH ILMU

    Ilmu pengetahuan adalah hasil kegiatan ingin tahu manusia tentang apa saja melalui cara-cara dan dengan alat-alat tertentu. Pengetahuan juga bermacam-macam jenis dan sifatnya. Ada yang langsung dan ada yang tidak langsung, ada yang bersifat tidak tetap dan ada yang bersifat tetap, objektif dan umum. Jenis dan sifat pengetahuan tergantung pada sumbernya dan dengan cara dan alat apa pengetahuan itu diperoleh. Kemudian, ada pengetahuan yang benar dan ada pengetahuan yang salah tentu saja yang dikehendaki adalah pengetahuan yang benar.

    Telah disebutkan di atas bahwa keinginan atau kemauan merupakan salah satu unsur kekuatan kejiwaan manusia. Keinginan merupakan bagian integral dari tri potensi kejiwaan : cipta/akal, rasa, dan karsa/kemauan/ keinginan. Ketiganya berada dalam suatu kesatuan yang utuh dan saling melengkapi. Potensi karsa inilah yang menjadi dorongan rasa ingin tahu itu muncul dan berkembang. Dorongan ingin tahu manusia itu tidak terbatas. Manusia secara terus menerus ingin mengetahui apa saja sampai ia puas. Karena segala sesuatu yang terdapat pada kita akibat apa yang telah difikirkan, yakni berdasarkan fikiran kita dan dibentuk oleh fikiran kita. Lebih jauh lagi dorongan untuk melakukan sesuatu dengan kehendak fikiran diilhami oleh adanya dimensi rohani. Menurut al-Gazali dimensi rohani manusia mempunyai empat kekuatan :

    1. Qalbu

    Berarti segumpal daging yang bundar memanjang. Terletak di pinggir kiri dalam dada. Di dalamnya terdapat lubang-lubang. Lubang-lubang inilah di isi dengan dara hitam yang merupakan sumber dan tambang dari nyawa. Secara psikis. Qalbu berarti sesuatu yang halus, rohani berasal dari alam ketuhanan. Qalbu dalam pengetian kedua ini disebut hakekat manusia. Dialah yang merasa, mengetahui, dan mengenal serta yang diberi beban, disiksa, dicaci, dan sebagainya.

    2. Ruh

    Secara biologis ialah tubuh halus yang bersumber pada lubang qalb, yang tersebar kepada lubang tubuh dengan perantaraan urat-urat. Sedangkan pengertian kedua ialah sesuatu yang halus mengetahui dan merasa.

    3. Nafs

    Kekuatan yang menghimpun sifat-sifat tercelah pada manusia, yang harus dilawan dan diperangi.

    4. Akal

    Pengetahuan segala hakekat segala keadaan. Akal itu ibarat sifat-sifat ilmu yang tempatnya di hati. Pengertian kedua ialah memperoleh pengetahuan itu dan itu adalah hati.

    Secara garis besar, dalam ilmu pengetahuan terdapat hubungan antara subyek dengan obyek kesadaran, antara ilmuan dan pengetahuan alam dengan batasan pengetahuan. Kondisi itu memberikan arti bagaimanakah cara memperoleh ilmu pengetahuan yang holistik dan cara empiris. Disamping rasionalisme emperisme masih terdapat cara untuk mendapatkan ilmu pengetahuan. Yang penting kita ketahuai adalah Intuisi dan wahyu. Sampai sejauh ini pengetahuan yang didapatkan secara rasional maupun secara empiris, kedua-duanya merupakan induk produk dari sebuah rangkaian penalaran.

    Intuisi merupakan pengetahuan yang didapatkan tanpa melalui peroses penalaran tertentu. Karena seseorang yang sedang terpusat pemikirannya pada suatu masalah tiba-tiba saja menemukan jawabannya atas permasalahan tersebut. Tanpa melalui peroses berfikir yang berliku-liku tiba-tiba saja ia sudah sampai di situ. Wahyu merupakan pengetahuan yang disampaikan oleh Tuhan kepada manusia. Pengetahuan ini disalurkan oleh para Nabi-nabi yang di utusnya sepanjang zaman. Agama merupakan pengetahuan, bukan saja mengenai kehidupan sekarang yang terjangkau pengalaman, namun mencakup masalah-masalah yang bersifat transendental seperti latar belakang penciptaan manusia dan hari kemudian di akhirat nanti.

    Dengan demikian Ilmu Pengetahuan dapat diperoleh dengan cara yaitu:

    1. Merupakan kegiatan aktif manusia untuk mencari kebenaran

    a. Menggunakan pola pikir tertentu (penalaran, logika);

    b. Tidak menggunakan pola berpikir tertentu (perasaan, intuisi)

    2. Bukan merupakan kegiatan aktif manusia, tetapi sesuatu yang ditawarkan oleh wahyu.

    C. SUMBER ILMU

    Ada beberapa sumber ilmu pengetahuan yang kita ketahui yaitu: kepercayaan yang berdasarkan tradisi, kebiasaan-kebiasaan dan agama, kesaksian orang lain, panca indra/pengalaman, akal pikiran dan intuisi pemikiran. Akan tetapi pada hakekatnya sumber ilmu pengetahuan itu ada dua : Wahyu (al-Qur’an dan Sunnah) dan Alam semesta.

    1. Wahyu (al-Qur’an dan Sunnah)

    Wahyu merupakan ayat-ayat Allah yang tersurat, berupa kalam atau firman-Nya yang datang melalui Rasulullah saw, kemudian dikenal dengan ayat kauliayah. Mengapa wahyu dijadikan sumber pengetahuan? Karena dalam Islam dapatlah dikatakan bahwa pedoman hidup seseorang muslim adalah al-Qur’an dan Sunnah. Keduanya merupakan wahyu Allah yang diturunkan melalui Nabi Muhammad saw, secara tegas Allah mengatakan bahwa al-Qur’an diturunkan untuk menjadi hudan lil muttaqin (petunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa) atau hudan linnas (petunjuk bagi ummat manusia). Ia juga merupakan al-Bayyinah (Penjelas) segala sesuatu dan al-Furqan (pembeda) antara yang haq dan yang bathil. Petunjuk kejalan yang lurus.

    2. Alam

    Alam semesta, bumi, langit beserta segala isinya merupakan ciptaan Allah SWT, termasuk segala peristiwa, fenomena, dan hukum-hukumnya. Yang selalu dikenal dengan sunnatullah fi al-Kaum (hukum alam). Alam semesta, bumi, langit beserta segala isinya, Allah peruntukkan kepada manusia. Manusia sesuai dengan kehadirannya di muka bumi sebagai khalifah, diberi wewenang dan hak untuk mengelolah dan memanfaatkannya, untuk kebahagian lahir dan bathin. Sebagaimana firman-Nya (QS. Lukman 20):

    Artinya: : “Tidakkah kamu perhatikan Sesungguhnya Allah telah menundukkan untuk (kepentingan)mu apa yang di langit dan apa yang di bumi dan menyempurnakan untukmu nikmat-Nya lahir dan batin. dan di antara manusia ada yang membantah tentang (keesaan) Allah tanpa ilmu pengetahuan atau petunjuk dan tanpa kitab yang memberi penerangan”.

    Kreativitas manusia dalam mengelolah alam semesta, akan melahirkan berbagai inovasi sesuai dengan tuntunan perkembangan zaman dan pradaban. Variasi dari objek penilitian terhadap alam tersebut, akan melahirkan ilmu alam, ilmu eksakta (pasti) termasuk sains dan teknologi. Keberadaan ilmu-ilmu ini, lebih banyak mendekati kebenaran, dalam arti sesuai dengan ayat-ayat al-Qur’an dan Sunnah, sebab yang dikaji adalah sunnatullah fil kaum yang bersifat tetap dan pasti.

    Dengan demikian sudah dapat kita ketahui bahwa sumber ilmu pengetahuan itu berasal dari dua sumber yaitu al-Qur’an dan Alam semesta. Berbeda halnya dengan pemikiran ala Barat yang mengandalkan hanya satu sumber, yakni alam atau universum, dan dalam memahaminya pun hanya mengandalkan kemampuan indra dan akal, yang jelas kemampuannya sangat terbatas.

    D. TUJUAN ILMU

    1. Ilmu merupakan sarana dan alat untuk mengenal Allah SWT. (QS.Muhammad [48]: 19).

    Artinya :” Maka ketahuilah, bahwa tidak ada Tuhan ( yang patut disembah ) selain Allah, dan mohonlah ampunan atas dosamu dan atas (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan Dan Allah mengetahui tempat usaha dan tempat tinggalmu”.

    2. Ilmu akan menunjukkan jalan menuju kebenaran dan meninggalkan kebodohan.

    3. Ilmu merupakan syarat utama diterimanya seluruh amalan seorang hamba, maka orang yang beramal tanpa ilmu akan tertolak seluruh amalannya. Sebagaimana sabda Nabi SAW: “ Barang siapa yang mengamalkan suatu amalan yang tidak ada perintah (ilmu)nya dari kami, maka amalan tersebut tertolak”. (HR. Muslim dari ‘Aisyah binti Abu Bakar).

    Dalam pandangan Islam ilmu adalah keistimewaan yang menjadikan manusia unggul terhadap makhluk-makhluk lain guna menjalankan fungsi kekhalifahan. Ilmu yang benar menurut syari’at Islam adalah ilmu yang bersumber dari Al-Qur’an dan As-Sunah serta tanda-tanda kekuasaan Allah SWT di alam semesta ini. Dalam Al-Qur’an maupun As-Sunah kita sebagai umat Islam diperintahkan untuk menuntut ilmu dan dihukumi wajib. Karena sesungguhnya ilmu merupakan syarat utama diterimanya suatu amalan.

    Fungsi dan peran ilmu tiga di antaranya adalah sebagai sarana dan alat untuk mengenal Allah SWT, sebagai penunjuk jalan menuju kebenaran dan meninggalkan kebodohan, sebagai syarat utama diterimanya amalan suatu hamba. Jadi, seorang ustad, kiyai atau profesor tidak dapat dikatakan sebagai seorang yang berilmu apabila tidak memiliki ciri-ciri berikut: memiliki rasa takut dan khasyyah yang tinggi kepada Allah SWT, selalu beramal sesuai ilmunya, menyebarkan ilmu yang dimilikinya dan tidak menyembunyikannya, tidak menjadikan ilmunya (ilmu agama) untuk mengeruk keuntungan dunia dengan cara yang diharamkan oleh agama, selalu mengikuti yang terbaik dari apa yang didapatkan dan selalu mencari yang paling mendekati kebenaran.


    Murtad

    Murtad

    MURTAD MEMBATALKAN KEISLAMAN

     Allah Ta’ala berfirman:

    وَمَن يَرْتَدِدْ مِنكُمْ عَن دِينِهِۦ فَيَمُتْ وَهُوَ كَافِرٌ فَأُو۟لٰٓئِكَ حَبِطَتْ أَعْمٰلُهُمْ فِى الدُّنْيَا وَالْاٰخِرَةِ ۖ وَأُو۟لٰٓئِكَ أَصْحٰبُ النَّارِ ۖ هُمْ فِيهَا خٰلِدُونَ ۞ه
    “… Barangsiapa yang murtad di antara kamu dari agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran, maka mereka itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan di akhirat, dan mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.” (QS. Al-Baqarah [2]:217)
    يٰٓأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا۟ مَن يَرْتَدَّ مِنكُمْ عَن دِينِهِۦ فَسَوْفَ يَأْتِى اللَّهُ بِقَوْمٍ يُحِبُّهُمْ وَيُحِبُّونَهُۥٓ أَذِلَّةٍ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ أَعِزَّةٍ عَلَى الْكٰفِرِينَ يُجٰهِدُونَ فِى سَبِيلِ اللَّهِ وَلَا يَخَافُونَ لَوْمَةَ لَآئِمٍ ۚ ذٰلِكَ فَضْلُ اللَّهِ يُؤْتِيهِ مَن يَشَآءُ ۚ وَاللَّهُ وٰسِعٌ عَلِيمٌ ۞ه
    “Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad di jalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya), lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-Maidah [5]:54)

    MURTAD mempunyai makna orang Muslim (sebelumnya) yang dalam usia tamyiz (sudah mampu memilah dan memilih antara perkara yang baik atau buruk) dan berakal sehat, telah memutuskan untuk menjadi kafir, membatalkan iman dan berpaling dari keislamannya secara sadar tanpa ada paksaan, .

    Macam Murtad :

    Riddah bi al-qawli atau murtad dengan sebab ucapan. Misalnya ucapan mencela atau mengolok-olok Allah Ta’ala, malaikat-Nya, rasul-Nya, kitab-Nya dan agama Islam, menyatakan tasybih (menyerupakan dengan makhluk-Nya) terhadap Allah Ta’ala, menyatakan ta’thil (menolak sifat-sifat Rububiyyah, Uluhiyyah dan Al-Asma` wash Shifat) terhadap Allah Ta’ala, menyatakan takdzib (kedustaan) terhadap Allah Ta’Ala, mengakui dirinya atau orang lain sebagai nabi setelah Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, berdoa kepada selain Allah Ta’ala

    Riddah bi al-fi’li atau murtad dengan sebab perbuatan. Misalnya menyembah selain Allah Ta’ala, beribadah karena selain Allah Ta’ala, menistakan malaikat-Nya dan rasul-Nya (dalam gambar, tulisan atau lainnya), membuang mushaf Al-Quran di tempat kotor, belajar dan mengajarkan sihir, menetapkan keputusan dengan mengedepankan hukum lain di atas hukum Allah Ta’ala.

    Riddah bi al-i’tiqadi atau murtad dengan sebab keyakinan. Misalnya meyakini Allah memiliki sekutu, meyakini Islam bukan satu-satunya agama yang diterima Allah, meyakini Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam bukan nabi terakhir, meyakini ada hukum lain yang lebih baik daripada hukum Allah Ta’ala dan rasul-Nya, meyakini keharaman sesuatu yang jelas disepakati kehalalannya, meyakini kehalalan sesuatu yang jelas disepakati keharamannya.

    Riddah bi al-syaki atau murtad dengan sebab keraguan. Misalnya meragukan ketuhanan dan kekuasaan Allah, meragukan kebaikan hukum dan keputusan Allah, meragukan kebenaran Al-Quran dan Hadits Shahih, meragukan kebenaran risalah Nabi dan Rasul, meragukan kebenaran ajaran Islam, meragukan perkara yang sudah jelas dalam Islam, meragukan kecocokan Islam dengan perkembangan jaman.

    Bacaan Syahadatain yang menjadi ikrar persaksian dan pengakuan manusia menjadi Muslim :

    اَشْهَدُاَنْالَااِلَهَ اِلَّااللَّهِ وَاَشْهَدُاَنَّ مُحَمَّدًا رَسٌؤلُ اللَّهِ
    “Aku bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah rasul utusan Allah”

    Menurut para ulama, 2 kalimat syahadatain memuat 2 makna perserahan diri seorang muslim dalam keimanan, yaitu:

    Pengakuan ketauhidan (Syahadat Tauhid). Artinya, seorang muslim mengakui adanya Tuhan Yang Maha Esa yaitu Allah, menyembah hanya satu Tuhan yaitu Allah dan bertauhid pada Allah dalam Rububiyyah, Uluhiyyah dan Al-Asma` wash Shifat. Bukti Persaksian Syahadat Tauhid yaitu dengan menyembah dan membaktikan hidup sebagai ibadah kepada Allah, serta tidak menyekutukan Allah dalam setiap ucapan, perbuatan, amal ibadah, doa, niat, keyakinan, dan lain-lain.

    Pengakuan Kerasulan (Syahadat Rasul). Artinya, seorang muslim mempercayai dan meyakini Muhammad adalah Rasulullah penutup para nabi dan rasul utusan Allah, mengimani semua yang datang dari Rasulullah adalah baik dan benar, serta mengikuti dan mengamalkan risalah Rasulullah. Bukti Persaksian Syahadat Rasul yaitu dengan mempelajari dan mengamalkan Al-Quran dan Hadits yang diajarkan Rasulullah, serta menjauhi syubhat dan bid’ah.

    Berdasarkan persaksian dalam syahadatain, maka yang membatalkan iman antara lain :

  • Mengaku diri tuhan atau mempunyai sifat-sifat ketuhanan
  • Melakukan syirik kepada Allah
  • Beribadah dan berdoa kepada selain Allah ataupun mengangkatnya sebagai perantara tanpa petunjuk dan tuntunan Allah
  • Bertawakal dan berserah diri kepada selain Allah
  • Ruku’ dan sujud untuk memuliakan selain Allah
  • Mengeluhkan atau kesal terhadap tauhid mengesakan Allah
  • Menolak beribadah kepada Allah
  • Membenci ajaran Rasulullah
  • Menistakan, menghina, mencela atau menghujat Allah dan rasul-Nya
  • Mengolok-olok dan mendustakan agama Islam, Al-Quran dan Hadits Shahih
  • Mengingkari kebenaran sebagian atau keseluruhan Al-Quran dan ajaran Islam
  • Meragukan bahwa Islam sebagai satu-satunya agama yang diterima Allah
  • Meragukan bahwa Islam dilengkapi Allah dengan Al-Quran (Kalam Allah) yang memberikan petunjuk semua hal (tidak hanya ibadah) yang diperlukan manusia selama hidupnya di dunia dan selalu sesuai dengan perkembangan jaman
  • Berpaling mutlak dari agama dengan menolak untuk mempelajari atau mengamalkannya
  • Meyakini ada petunjuk atau hukum yang lebih sempurna atau lebih baik daripada hukum Allah dan rasul-Nya
  • Meyakini ada orang atau kaum yang bebas tidak mengikuti syariat Islam
  • Menjalankan ibadah kemungkaran yang bertentangan dengan hukum Allah dan risalah Rasulullah
  • Tidak membenarkan atau meyakini kafirnya orang musyrik
  • Membantu orang kafir memusuhi, memerangi dan menghancurkan umat Islam
  • Mengangkat orang kafir sebagai wali, pemimpin atau hakim, dan meyakininya lebih baik daripada muslim
  • Mempelajari dan mengajarkan sihir
  • TENTANG MANUSIA DI AKHIR ZAMAN

    TENTANG MANUSIA DI AKHIR ZAMAN


    عن ابن عباس رضي الله عنهما أنه قال، قال رسول الله صلى الله تعالى عليه وسلم يخرج في آخر الزمان أقوام وجوههم وجوه الآدميين وقلوبهم قلوب الشياطين 

    Diriwayatkan dari Ibnu Abbas ra. ia berkata, Rasulullah Saw. bersabda, “Pada akhir zaman akan muncul golongan-golongan yang berwajah manusia, namun berhati setan.”

    وأمثالهم كأمثال الذئاب الضواري ليس في قلوبهم شيء من الرحمة سفاكون للدماء لايرغبون عن القبيح إن شايعتهم قربوك وإن توانيت عنهم اغتابوك وإن أمنتهم خانوك 

    “Mereka seperti serigala buas yang hatinya tidak memiliki belas kasihan sedikit pun. Suka menumpahkan darah dan tidak suka menjauhi yang buruk. Jika engkau mengikuti, mereka akan mendekatimu. Jika engkau menjauhi, mereka akan mengumpatmu. Jika engkau memberi amanat, mereka akan mengkhianatimu.”

    صبيانهم غارمون وشبانهم شاطرون وشيوخهم فاجرون لايأمرون بالمعروف ولاينهون عن المنكر والإعتزاز بهم ذل وطلب مافي أيديهم فقر

    “Pemuda-pemuda mereka ugal-ugalan dan para orangtuanya suka berbuat maksiat, tidak menyuruh berbuat kebaikan dan tidak melarang berbuat kemungkaran. Membanggakan mereka adalah suatu kehinaan dan meminta sesuatu dari mereka adalah kemiskinan.”

    الحكم فيهم بدعة والبدعة فيهم سنة فعند ذلك يسلط الله عليهم شرارهم ثم يدعو خيارهم فلايستجاب لهم دعاء قال الشيخ مسلم العباد إني فدم علينا صالح المرى وعبد الواحد بن زيد وعتبة الغلام وسلمة الأسود فنزلوا على الساحل 

    “Hukum di kalangan mereka adalah bid’ah dan bid’ah di kalangan mereka adalah sunah. Sehingga ketika Allah memberikan kuasa kepada orang-orang jahat dari mereka, kemudian orang-orang baik dari mereka berdoa, maka tidak diterima doanya.” Berkata Asy-Syekh Muslim Al-Abadani, “Shaleh Al-Muro, Abdul Wahid bin Zaid. Atabah Al-Ghulam, dan Salamah Al-Aswad datang kepada kami lalu pergi ke pantai."

    فهيأت لهم ذات ليلة طعاما ودعوتهم إليه فجاؤا فلما بلغوا وطعت الطعام بين أيديهم فإذا قائل يقول وهو على الساحل رافعا صوته ويلكم شغلكم عن دار الخلود مطاعم ولذة نفس هما غير نافع فصاح عتبة صيحة فسقط مغشيا عليه وبكى القوم ورفعنا الطعام فما ذاقوا منه لقمة 

    Pada suatu malam, kusiapkan makanan dan kuundang, mereka untuk datang. Ketika datang, dan kuletakkan makanan di hadapan mereka, tiba-tiba terdengar suara keras di tepi pantai, “Awaslah kalian, makanan dan kelezatan telah melalaikan kalian dari tempat yang kekal (akhirat). Keduanya tidak berguna.” Berteriaklah Atabah terus jatuh pingsan dan menangislah orang-orang, lalu kami angkat makanan itu dan tidak kami makan sesuap pun.

    قال معاذ بن جبل رضي الله تعالى عنه قال رسول الله صلى الله تعالى عليه وسلم سيأتي على الناس زمان يخلقون فيه سنتي ويجددون البدعة 

    Mu`az bin Jabal berkata, Rasulullah saw. bersabda, “Akan datang suatu zaman di mana orang akan menganggap sunahku sudah asing dan memperbaharui bid’ah."

    فمن اتبع سنتي يومئذ صار غريبا وبقي وحيدا ومن اتبع بدعة الناس وجد خمسين صاحبا أو أكثر 

    “Barangsiapa mengikuti sunahku pada waktu itu, ia menjadi asing dan tinggal seorang diri. Barangsiapa mengikuti bid’ah ia akan mendapatkan lima puluh orang teman atau lebih.”

    قالت أصحاب رسول الله هل بعدنا أحد يكون أفضل منا قال نعم 

    Para sahabat bertanya, “Apakah ada sesudah kami orang yang lebih utama daripada kami?” Nabi Saw. menjawab, “Ada.”

    قالوا فهل يرونك قال النبي عليه الصلاة والسلام لا قالوا فهل ينزل عليهم الوحي قال لا قالوا كيف يكونون 

    Para sahabat bertanya, “Apakah mereka melihatmu?” Nabi Saw. menjawab, “Tidak.”

    Para sahabat bertanya, “Apakah turun wahyu kepada mereka.” Nabi Saw. menjawab, “Tidak.”

    Para sahabat bertanya, “Bagaimana mereka itu?”

    قال كالملح في الماء تذوب قلوبهم كما يذوب الملح في الماء فقالوا كيف يعيشون في ذلك الزمان قال كالدود في الخل 

    Nabi Saw. menjawab, “Seperti garam di dalam air, hati mereka meleleh seperti garam daalam air.”

    Para sahabat bertanya, “Bagaimana mereka hidup di zaman itu?”

    Nabi Saw. menjawab, “Seperti ular dalam cuka.”

    قالوا يارسول الله كيف يحفظون دينهم قال كالجمر في اليدين إن وضعته طفئ وإن أخذته باليد أحرق.

    Para sahabat bertanya, “Ya Rasulullah, bagaimana mereka menjaga agama?”

    Nabi Saw. menjawab, “Seperti bara api di tangan, jika engkau letakkan ia akan padam, jika engkau ambil dengan tangan ia akan membakar.”

    KEUTAMAAN MENGUMPULKAN HADITS

    KEUTAMAAN MENGUMPULKAN HADITS

    عن مجاهد عن سلمان رضي الله تعالى عنهما عن النبي صلى الله تعالى عليه وسلم، من حفظ على أمتي هذه الأربعين حديثا دخل الجنة وحشره الله تعالى مع الأنبياء والعلماء يوم القيامة، 

    Diriwayatkan dari Mujahid dari Salman dari Nabi Saw., “Barangsiapa menjaga empat puluh perkara ini, ia masuk surga dan Allah membangkitkannya bersama para nabi serta ulama pada hari kiamat.”

    فقلنا يارسول الله أي الأربعين حديثا، 

    Kami (para sahabat) bertanya, “Ya Rasulullah, empat puluh perkara yang mana?”

    فقال عليه الصلاة والسلام أن تؤمن بالله واليوم الآخر والملائكة والكتاب والنبيين والبعث بعد الموت وبالقدر خيره وشره من الله تعالى وتشهد أن لاإله إلا الله وأن محمدا رسول الله وتقيم الصلاة باسباغ الوضوء لوقتها بتمام ركوعها وسجودها وتؤدي الزكاة بحقها وتصوم شهر رمضان وتحج البيت إن استطعت إليه سبيلا 

    Rasulullah Saw. menjawab, “Engkau beriman kepada Allah, hari akhir, malaikat, kitab, para nabi, kebangkitan sesudah mati, takdir baik serta yang buruk dari Allah Swt. dan engkau bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah Rasul Allah. Mendirikan shalat dengan menyempurnakan wudhu, dengan kesempurnaan rukuk dan sujud, manunaikan zakat dan haknya, berpuasa pada bulan Ramadhan, menunaikan haji jika mampu melakukan.

    وتصلي إثنى عشر ركعة في كل يوم وليلة وهي سنتي وثلاث ركعات وتر ألا تتركها ولاتشرك بالله سيئا ولاتعص والدك ولاتأكل مال اليتيم ولاتأكل الربا ولاتشرب الخمر ولاتحلف بالله كاذبا ولاتشهد شهادة الزور على أحد قريب أو بعيد ولاتعمل بالهوى ولاتغتب أخاك ولاتقع فيه من خلفه 

    Mengerjakan shalat (sunah rawatib) dua belas rakaat siang dan malam adalah sunahku, tiga rakaat witir jangan ditinggalkan, jangan menyekutukan sesuatu dengan Allah, jangan durhaka kepada kedua orang tua, jangan makan harta anak yatim, jangan makan riba, jangan minum arak, jangan bersumpah demi Allah secara dusta, jangan bersaksi dengan kesaksian palsu terhadap seseorang pun baik yang dekat maupun yang jauh, jangan berbuat sesuatu dengan mengikuti hawa nafsu, jangan mengumpat saudaramu, jangan mencaci dari belakang,

    ولاتقذف المحصنة ولايقل عنك انك مرائي فيحبط عملك ولاتلعب ولاتله مع اللاهين ولاتقل للقصير ياقصير تريد بذلك عيبه ولاتسخر من أحد من الناس وتصبر عند البلاء ولاتأمن من عقاب الله تعالى 

    jangan menuduh zina kepada perempuan yang terpelihara, jangan katakan tentang dirimu bahwa kamu mengharap pujian sehingga sia-sialah amalmu, jangan bermain-main dan berfoya-foya, jangan katakan kepada orang pendek “Hai pendek” dengan maksud menunjukkan aibnya, jangan mengejek seseorang, jangan merasa aman dari hukuman Allah,

    ولاتمش بالنميمة فيما بين الإخوان وتشكر الله على كل نعمة أنعم الله بها عليك وتصبر عند البلاء والمصيبة ولاتقنط من رحمة الله وتعلم أن ما أصابك لم يكن ليخطئك وأن ما أخطأك لم يكن ليصيبك ولاتطلب سخط الرب برضا المخلوقين ولاتؤثر الدنيا على الآخرة 

    jangan suka berjalan mengadu domba antara sesama saudara, bersyukurlah atas kenikmatan yang diberikan Allah kepadamu, hendaklah engkau sabar di waktu mengalami cobaan dan musibah, jangan putus asa akan rahmat Allah, hendaklah engkau ketahui bahwa sesuatu yang pasti menimpamu tidak akan meleset dan sesuatu yang tidak bakal menimpamu tidak akan meleset, jangan mencari kemarahan Tuhan karena mengharapkan keridhaan pun makhluk, jangan lebih mengutamakan dunia dari pada akhirat,

    وإذا سألك أخوك المسلم ماعندك فلاتبخل عليه وانظر في أمر دينك إلى من هو فوقك وفي أمر دنياك إلى من هو دونك ولاتكذب ولاتخالط الشيطان ودع الباطل ولاتأخذه به وإذا سمعت حقا فلاتكتمه 

    apabila saudaramu minta sesuatu darimu janganlah engkau kikir kepadanya, dalam urusan agama lihatlah kepada orang yang di atasmu, dalam urusan dunia lihatlah kepada yang di bawahmu, jangan berdusta, jangan bergaul dengan setan (orang jahat), tinggalkan kebatilan dan jangan mengerjakannya, apabila engkau mendengar kebenaran jangan menyembunyikannya,

    وأدب أهلك وولدك بماينفعهم عند الله ويقربهم إلى الله وأحسن إلى جيرنك ولاتقطع أقاربك وذوي رحمك وضلهم ولاتلعن أحدا من خلق الله تعالى واكثر التسبيح والتهليل والتحميد والتكبير 

    didiklah istri dan anak-anakmu dengan segala yang bermanfaat bagi mereka di sisi Allah dan mendekatkan mereka kepada Allah, berbuatlah kebaikan terhadap tetangga-tetanggamu, jangan memutus hubungan dengan kerabat dan sanak familimu, peliharalah hubungan dengan mereka danjangan mengutuk seorang pun dari makhluk Allah, perbanyaklah tasbih, tahlil, tahmid, dan takbir,

    ولاتدع قراءة القرآن على كل حال الا أن تكون جنبا ولاتدع حضور الجمعة والجماعات والعيدين وانظر كل مالمترض أن يقال لك ويصنع بك لاترضه لأحد ولاتصنعه به،

    jangan tinggalkan membaca Al-Quran dalam segala keadaan kecuali dalam keadaan junud (berhadas besar), jangan tinggalkan shalat Jumat, jamaah dan dua hari raya, perhatikan segala yang engkau tidak senang orang lain emgatakan kepadamu dan melakukannya terhadapmu dan jangan engkau senang hal itu terjadi pada seseorang dan jangan melakukannya terhadap orang lain.”

    وقال سلمان رضي الله تعالى عنه، قلت يارسول الله ما ثواب هذه الأربعين حديثا قال عليه الصلاة والسلام والذي بعثني بالحق نبيا ان الله تعالى يحشره يوم القيامة مع الأنبياء والعلماء 

    Salman berkata, “Aku bertanya, “Ya Rasulullah, apakah pahala dari keempat puluh perkara tersebut?” Rasulullah Saw. menjawab, “Demi Allah yang telah mengutusku dengan kebenaran sebagai nabi, sesungguhnya Allah Swt. akan membangkitkan pelakunya pada hari kiamat bersama para nabi dan ulama.

    ومن تعلم هذه الأربعين حديثا وعلمها الناس كان ذلك خيرا من أن يعطى الدنيا وما فيها والذي بعثني نبيا من حفظ هذه الأربعين حديثا وطلب بها ما عند الله تعالى طوقه الله تعالى يوم القيامة بقلادة من نور يتعجب الأولون والآخرون من حسنه وبهائه وجماله ومن كرمة الله إياه 

    Barangsipa menjaga empat puluh perkara ini dan mengajarkannya kepada orang lain, hal itu lebih baik daripada ia diberi dunia beserta isinya. Demi Allah yang mengutusku dengan kebenaran sebagai nabi, barangsiapa menjaga empat puluh perkara ini dan meminta sesuatu di sisi Allah, Allah akan mengalungi dengan kalung berupa cahaya pada hari kiamat, sehingga kagumlah orang-orang terdahulu dan kemudian lantaran kebaikan, kebagusan, keindahan, dan kemuliaan yang diberikan Allah kepadanya.”

    والذي بعثني بالحق نبيا من حفظ هذه الأربعين حديثا شفعه الله يوم القيامة في أربعين ألف إنسان ممن استوجب النار ويشفع كل واحد في أربعين ألفا أخرى ثلاث مرات 

    Demi Allah yang mengutusku dengan kebenaran sebagai nabi, berangsipa menjaga empat puluh perkara ini, Allah akan memberi hak unruk memohonkan keringanan bagi empat puluh ribu orang yang sudah diputuskan masuk neraka dan memberi hak kepada masing-masing untuk memohon keringanan bagi empat puluh ribu orang yang lin sebanyak tiga kali.”

    والذي بعثني بالحق نبيا من حفظ هذه الأربعين حديثا وعلمها الناس أعطاه الله يوم القيامة نصيبا من ثواب أربعين رجلا من الأبدال ويعطي الله تعالى لمن حفظ هذه الأربعين حديثا لكل حديث منها ألف ملك من الملائكة يبنون له القصور والمدائن ويغرسون له الأشجار في الجنة 

    “Demi Allah yang telah mengutusku dengan kebenaran sebagai nabi, barangsiapa menjaga empat puluh perkara ini dan mengajarkannya kepada orang alin, pada hari kiamat Allah akan memberi bagian pahala dari empat puluh orang wali abdal dan Allah akan memberi ganjaran dari setiap perkara itu seribu malaikat yang membangun istana-istana dan kota-kota serta menanamkan baginya pohon di surga.”

    والذي بعثني بالحق نبيا من حفظ هذه الأربعين حديثا ينفع بها الناس حرم الله جسده على النار ويكون يوم القيامة على منارة من نور رقد أمن من الفزع الأكبر ونجاه الله تعالى من الحساب ويعطي لصاحب هذه الأربعين حديثا ومن تعلمها يوم القيامة منزلة العلماء ويقعد معهم ويعطيه الله تعالى ما أعطاهم 

    “Demi Allah yang mengutusku dengan kebenaran sebagai nabi, barangsiapa menjaga empat puluh perkara ini dan memanfaatkan orang banyak, Alah mengharamkan tubuhnya bagi api neraka. Pada hari kiamat ia akan berada di menara dari cahaya, ia telah aman dari ketakutan yang besar, dan Allah menyelamatkan dari perhitungan amal. Orang yang menjaga empat puluh perkara ini dan yang mempelajarinya, diberi oleh Allah derajat ulama dan duduk bersama mereka, Allah akan memberinya apa yang diberikan kepada mereka.”

    قاله سلمان رضي الله تعالى عنه قال الشيخ الإمام الأجل الزاهد الحجاج نجم الدين النسقي رحمة الله عليه لقد أثبتنا أربعين حديثا فافهموها ولاتكونوا كقوم لايكادون يفقهون حديثا.

    Ini semua diriwayatkan dari Salman ra. :

    Berkata Asy-Syekh Al-Imam Najmuddin Al-Nasafi rahimahullah, “Kami telah menetapkan empat puluh perkara (hadits), pahamilah hadits-hadits atau perkara-perkara itu dan jangan menjadi orang yang nyaris tidak mengerti apa-apa.”

    Hal yang Diinginkan oleh Penghuni Neraka

    Hal yang Diinginkan oleh Penghuni Neraka

    عن سعيد ابن أبي بردة عن أبيه عن النبي صلى الله تعالى عليه وسلم أنه قال، قال رسول الله صلى الله تعالى عليه وسلم إذا اجتمع أهل النار في النار ومعهم من شاء الله تعالى من أهل القبلة قال الكفار للمسلمين ألم تكونوا مسلمين قالوا بلى قالوا فما أغنى عنكم إسلامكم وقد صرتم معنا في النار قالوا كانت لنا ذنوب فأخذنا بها

    Dari Sa’id bin Abi Burdah dari ayahnya dari Nabi SAW berkata, Rasulullah SAW bersabda : Ketika ahli neraka berkumpul dan bersama dengan mereka adalah orang-orang yang dikehendaki Allah SWT daripada ahli kiblat (muslim), orang-orang kafir berkata kepada orang-orang muslim : Bukankah kalian adalah orang-orang muslim? Mereka (muslim) menjawab : Benar. Mereka (kafir) berkata : Tidakkah keislaman kalian itu berguna sehingga kalian bersama kami di dalam neraka? Mereka (muslim) menjawab : Kami memiliki banyak dosa sehingga kami dihukum atas dosa-dosa tersebut

    فسمع الله ما قالوا فأمر بإخراج من كان من أهل القبلة فأخرجوا فلما رأى الكفار ذلك قالوا ياليتنا كنا مسلمين فنخرج كما أخرجوا ثم قرأ رسول الله صلى الله تعالى عليه وسلم "ربما يود الذين كفروا لو كانوا مسلمين"

    Lalu Allah mendengar apa yang mereka katakan, lalu Allah memberikan perintah untuk mengeluarkan ahli kiblat (muslim), lalu mereka dikeluarkan. Ketika orang-orang kafir melihat hal tersebut, mereka berkata : Seandainya kami dahulu adalah orang-orang muslim, maka kami juga akan keluar seperti mereka dikeluarkan. Kemudian Rasulullah SAW membaca ayat : “Orang-orang kafir itu sering kali nanti di akhirat menginginkan, seandainya mereka dahulu di dunia menjadi orang-orang muslim” (Al-Hijr : 2)

    قال النبي عليه السلام في حديث آخر إذا كان يوم القيامة يطوف جبرائيل عليه السلام أربعة آلاف عام فيسمع في النار صوت رجل من أمتي يقول ياحنان يامنان ياذا الجلال والإكرام

    Nabi SAW bersabda pada hadits yang lain : Ketika hari kiamat, Jibril as berkeliling selama 4.000 tahun, lalu ia mendengar di neraka ada suara seorang laki-laki dari ummatku yang berkata : “Wahai Dzat Yang Maha Kasih Sayang, Wahai Dzat Yang Maha Melimpahkan Karunia, Wahai Dzat Yang Memiliki Keagungan dan Kemuliaan”

    قال فيأتي جبرائيل عليه السلام ويسجد عند العرش فيقول يارب أسمع في النار صوت رجل من المسلمين يقول ياحنان يامنان منذ أربعين ألف عام وإني أعلم إنه من أمة محمد عليه السلام وإنك يارب تعرف الصداقة بيني وبين محمد عليه السلام وإني أحب أن أصنع في مكان محمد عليه السلام معروفا وإن رجلا من أمته في النار شفعني فيه

    Rasulullah SAW berkata : Maka Jibril as datang dan bersujud di ‘arsy dan berkata : Wahai Tuhanku, aku mendengar di dalam neraka ada suara seorang laki-laki dari golongan muslimin yang berkata : Wahai Dzat Yang Maha Kasih Sayang, Wahai Dzat Yang Maha Melimpahkan Karunia selama 40.000 tahun, dan aku tahu sesungguhnya dia adalah bagian dari ummat Muhammad SAW, dan sesungguhnya Engkau tahu hubungan pertemanan antara aku dengan Muhammad SAW, dan sesungguhnya aku senang menjadikan di tempat Muhammad SAW itu kebaikan, dan sungguh seorang laki-laki dari ummatnya di dalam neraka, semoga aku diberi izin memberi syafa’at untuk orang tersebut

    فيقول الرب جل جلاله شفعتك فيه ووهبته لك فاذهب إلى مالك خازن النار وقل له يخرجه لك ويدفعه إليك فيأتي جبرائيل عليه السلام إلى مالك ويقول إن الله تعالى وهب لي فلانا فأخرجه لي من النار وادفعه إلي

    Lalu Allah Jalla Jalaluh berkata : Aku telah menerima permintaan syafa’atmu untuk orang tersebut, dan aku telah menganugerahkan kepadamu orang tersebut, maka pergilah kepada malaikat Malik penjaga neraka, dan katakanlah kepadanya untuk dia mengeluarkannya untukmu dan menyerahkannya kepadamu Maka Jibril as datang kepada malaikat Malik dan berkata : Sesungguhnya Allah SWT menganugerahkan kepadaku untuk si Fulan, maka keluarkanlah dia untukku dari neraka, dan serahkanlah kepadaku.

    قال فيدخل مالك النار فيطلبه ألف عام فلايصادفه فيخرج مالك ويقول ياجبرائيل إن جهنم زفرت زفرة يعني غلت وجعلت الحديد كالحجر والناس كالحديد فلم أصادفه

    Rasulullah SAW bersabda : Lalu malaikat Malik masuk ke dalam neraka dan mencarinya selama 1.000 tahun, lalu ia tidak menemukannya, lalu malaikat Malik keluar dan berkata : Wahai Jibril, sesungguhnya neraka Jahannam itu berhembus, yaitu membelenggu dan ia menjadikan besi seperti batu, dan manusia seperti besi, sehingga aku tidak menemuinya

    فيأتي جبرائيل عليه السلام ويسجد عند العرش ثانيا ويقول يارب لم يجده مالك فأين هو فيقول الله تعالى ياجبرائيل اذهب إلى مالك وقل له إنه في وادي كذا وفي قعر كذا وفي زاوية كذا وفي بئر كذا فيجيء جبرائيل عليه السلام ويخبر مالكا بذلك

    Lalu Jibril as datang dan bersujud untuk yang kedua kalinya di arsy dan berkata : Wahai Tuhanku, malaikat Malik tidak menemukannya, dimana dia? Maka Allah SWT berkata : Wahai Jibril, pergilah kepada malaikat Malik dan katakan kepadanya bahwasanya ia berada di lembah ini, di kedalaman ini, di pojok ini, dan di lubang ini. Lalu Jibril as datang dan mengabarkan malaikat Malik hal tesebut

    فيذهب مالك إلى ذلك الوادي فيجده هناك منكوسا قد تعلقت عليه الحيات والعقارب عليه الأغلال والسلاسل فيأخذ مالك طرفا منه وقد صار كالفحم ويحركه ويجره إلى نفسه فتسقط عنه الحيات والعقارب ثم يحركه ثانيا فتسقط عنه الأغلال والسلاسل

    Maka malaikat Malik pergi ke lembah neraka tersebut, lalu ia menemukan dia disana dalam keadaan terjungkal, ular-ular dan kelajengking bergelantungan padanya, dia dibelenggu dan dirantai. Lalu malaikat Malik mengambil anggota badan orang tersebut, ia telah menjadi seperti arang, lalu malaikat Malik menggerakkan dan menyentaknya, maka terlepaslah ular-ular dan kalajengking tersebut, kemudian malaikat Malik menggerakkan kembali orang tersebut, maka terlepaslah belenggu dan rantai tersebut

    فيتوجه إلى مالك فيقول أجئتني لتزيدني في العذاب أم لتنجيني فيقول لا أعلم بذلك غير أن جبرائيل ينتظرك فيأخذ بيده ويدفعه إلى جبرائيل فيأخذ جبرائيل بيده ويأتي به إلى ساق العرش ولا يمر به على أحد إلا ويقول هذا فلان كان في جهنم أربعين ألف عام

    Lalu orang tersebut menghadap malaikat Malik dan berkata : Engkau datang kepadaku untuk menambah siksa ini atau untuk menyelamatkan aku? Maka malaikat Malik berkata : Aku tidak tahu itu, tetapi Jibril menunggumu. Lalu malaikat Malik mengambil dan menyerahkannya kepada Jibril, lalu Jibril mengambilnya dan datang ke kaki ‘arsy, dan tidaklah ada seseorang yang melewatinya kecuali ia berkata : Ini adalah fulan yang di neraka Jahannam selama 40.000 tahun

    فيقوم مع جبرائيل عند العرش فيقول الله تعالى له ياعبادي ألم يكن كلامي بين أظهركم ألم أبعث إليكم الرسول ألم يأمركم الرسول بالمعروف ولم ينهكم عن المنكر فيقول بلى يارب غير أني ظلمت نفسي فاعترفت بذنبي فاغفر لي يارب بحق ما أنا قلت أربعين ألف عام في النار ياحنان يامنان ان تغفر لي

    Lalu ia berdiri bersama dengan Jibril di ‘arsy, maka Allah SWT berkata kepada orang tersebut : Wahai hamba-Ku, tidakkah kalam-Ku itu melindungimu, tidakkah aku mengutus kepadamu seorang Rasul, tidakkah Rasul tersebut mengajak kepada kebaikan dan mencegah keumungkaran. Ia menjawab : Benar Ya Tuhanku, tetapi aku zalim terhadap diriku sendiri, aku mengakui dosaku, maka ampunilah aku wahai Tuhanku dengan kebenaran apa yang telah aku katakan selama 4.000 tahun di dalam neraka : Wahai Dzat Yang Maha Kasih Sayang, Wahai Dzat Yang Maha Melimpahkan Karunia, maka aku berharap agar Engkau mengampuniku

    فيقول الله تعالى غفرت لك ووهبتك لجبرائيل وأعتقتك من النار بشفاعته قال فيذهب به إلى الجنة ويغسله بماء الحياة وماء الكوثر فتذهب عنه سيما أهل النار فيدخله الجنة بعد ذلك ويسلم على محمد عليه الصلاة والسلام ويقول يامحمد صنعت فيه مكانك صنيعة فيقول عليه الصلاة والسلام نعم

    Maka Allah SWT berkata : Aku telah mengampuni dan menganugerahkan kepadamu karena Jibril, dan Aku telah membebaskanmu dari neraka karena syafa’at Jibril. Rasulullah SAW bersabda : Lalu Jibril pergi bersamanya ke surga, dan Jibril membersihkannya dengan Air al-Hayat dan Air al-Kautsar, maka hilanglah dari orang tersebut tanda ahli neraka, setelah itu Jibril memasukkannya ke dalam surga, lalu Jibril memberikan salam kepada Muhammad SAW dan berkata : Wahai Muhammad, aku jadikan orang ini di tempatmu. Maka Nabi SAW berkata : Iya

    وفي الحديث أن الحسن البصري قال اللهم اجعلني ممن ينجو منها بعد أربعين ألف عام إن كان لابد لي من أن أدخلها بشؤم ذنبي

    Dalam hadits ini, Hasan Al-Basri berkata : Ya Allah, jadikanlah aku orang yang selamat darinya setelah 40.000 tahun, karena bisa saja aku termasuk orang yang masuk ke dalam neraka karena buruknya dosaku

    Hal yang Sebaiknya Digunakan Untuk Mengkhatamkan Pada Setiap Majelis

    Hal yang Sebaiknya Digunakan Untuk Mengkhatamkan Pada Setiap Majelis

    عن أبي هريرة رضي الله تعالى عنه قال، قال رسول الله صلى الله تعالى عليه وسلم، إذا جلس أحدكم في مجلس فلا يبرحن حتى يقول ثلاث مرات سبحانك اللهم وبحمدك أشهد أن لا إله إلا أنت اغفرلي وتب علي إن كان في مجلس خير كان كالطابع عليه وإن كان في مجلس لغو كان كفارة لما كان في ذلك المجلس

    Dari Abu Hurairah ra berkata, Rasulullah SAW bersabda : Ketika seseorang diantara kamu duduk di suatu majelis, hendaklah ia tidak meninggalkan hingga membaca (سبحانك اللهم وبحمدك أشهد أن لا إله إلا أنت اغفرلي وتب علي) sebanyak 3 kali, jika ia di majelis itu baik maka ia seperti stempel (menjadi baik pula), jika di majelis ia lalai maka ia mendapat kafarat (ampunan dosa) selama ia berada di dalam majelis tersebut

    )حكي) إن أبا يزيد البسطامي رحمة الله عليه يوما من الأيام ناجى ربه فطاب قلبه ورق فؤاده وطار عقله إلى العرش فقال في نفسه هذا مقام محمد سيد المرسلين عليه الصلاة والسلام عسى أن أكون جارا له في الجنة

    Diceritakan bahwasanya Abu Yazid al-Bustomi ra pada suatu hari ia bermunajat kepada Tuhannya, hatinya senang dan lembut, pikirannya terbang ke ‘arsy, lalu ia berkata pada dirinya, ini adalah maqam (kedudukan) Muhammad SAW pemimpin para Rasul, semoga aku menjadi tetangganya di surga

    فلما أفاق نودي في سره فقال إن عبد فلان الشيخ الإمام في بلدة كذا يكون جارك في الجنة فلما أفاق ذهب في طلبه حتى يرى وجهه فمشى مائة فرسخ أو أكثر فلما بلغ إلى تلك البلدة وسأل عن عبد الشيخ فقالوا لماذا تسأل عن الفاسق شارب الخمر وأنت رجل في وجهك سيما الصالحين فلما سمع أبو يزيد هذه المقالة ندم واغتنم وقال لعل ذلك النداء كان من الشيطان

    Ketika Abu Yazid sadar, ia diseru dalam keadaan sirr yang berkata : Sesungguhnya hamba si fulan adalah seorang as-Syeikh al-Imam di Negara itu yang akan menjadi tetanggamu di dalam surga. Ketika Abu Yazid sadar, ia pergi untuk mencari hamba tersebut sampai ia dapat melihat wajahnya, ia berjalan sejauh 100 farsakh atau lebih. Ketika ia sampai ke Negara tersebut, dan bertanya tentang hamba as-Syekh tersebut, maka masyarakat berkata : Mengapa engkau bertanya tentang seorang fasik peminum khamr, sedangkan engkau adalah seseorang yang di wajahmu terdapat tanda-tanda orang yang shaleh? Ketika Abu Yazid mendengar perkataan tersebut, ia menyesal, merasa susah, dan berkata semoga seruan tersebut berasal dari setan

    فأراد أن يرجع إلى وطنه ثم تفكر وقال جئت إلى هنا ولم أر وجهه وأرجع فقال أين بيته وأين موضعه فأخبروه فقالوا إنه مشغول بالشرب في موضع كذا فذهب إلى ذلك الموضع فرأى أربعين رجلا اجتمعوا في موضع الشرب يشربون الخمر والعبد جالس بينهم فلما رأى هذه الحالة رجع آيسا

    Maka ia hendak pulang ke Negaranya, kemudian ia berpikir dan berkata : Aku telah datang kesini dan aku belum melihat wajahnya dan aku akan pulang, lalu ia bertanya : Dimana rumahnya dan dimana tempatnya? Maka masyarakat mengabarkannya dan berkata : Sungguh pekerjaannya adalah mabuk di tempat itu. Lalu Abu Yazid pergi ke tempat tersebut dan melihat 40 orang berkumpul di tempat mabuk sedang meminum khamr, dan hamba tersebut sedang duduk diantara mereka. Ketika Abu Yazid melihat kondisi tersebut, ia kembali berputus asa

    فنادى العبد وقال يا أبا يزيد ياشيخ المسلمين لم لم تدخل الدار جئت إلينا من مكان بعيد بالتعب والمشقة لطلب جارك في الجنة فوجدته وترجع سريعا بلاسلام ولاكلام ولالقاء فتحير أبو يزيد وتعجب قال أبو يزيد في نفسه هذا سر كيف عرفه هذا فقال العبد ياشيخ لاتتفكر ولاتعجب الذي أرسلك إلي أعلمني عن قدومك ادخل ياشيخ واجلس معنا ساعة

    Lalu hamba tersebut memanggil dan berkata : Wahai Abu Yazid, Wahai Syekh al-Muslimin, mengapa engkau tidak masuk ke tempat ini? Engkau telah datang kepada kami dari tempat yang jauh dengan lelah dan susah payah untuk mencari tetanggamu di surga, engkau telah menemukannya, tetapi engkau lekas pulang tanpa salam, tanpa bicara, dan tanpa bertemu. Abu Yazid pun merasa bingung, heran, dan berkata dalam dirinya : Ini bersifat sirr (rahasia), bagaimana ia dapat mengetahuinya. Lalu hamba tersebut berkata : Wahai Syekh, jangan engkau pikirkan dan jangan heran, yang mengutusmu kepadaku telah memberi tahuku akan kedatanganmu, masuklah wahai syekh, dan duduklah bersama kami sebentar saja

    فدخل أبو يزيد وجلس عنده وقال يافلان ما هذه الحالة فقال العبد ليس من همة الرجل أن يدخل الجنة مع واحد وأن هؤلاء كانوا ثمانين رجلا فساقا فاجتهدت في أربعين فتابوا ورجعوا عن فسقهم وصاروا رفقائي في الجنة وجيراني وبقي هؤلاء الأربعون فعليك أن تجتهد فيهم وتمنعهم عن هذه الحالة لأجل قدومك فلما سمعوا هذه المقالة وعرفوا أن هذا الشيخ أبو يزيد البسطامي رحمة الله عليه تابوا كلهم وصاروا اثنين وثمانين رجلا رفقاء وجيرانا في الجنة

    Lalu Abu Yazid masuk dan duduk di sampingnya, ia berkata : Wahai fulan, keadaan seperti apa ini? Maka hamba tersebut berkata : Bukanlah dari cita-cita orang ini masuk surga bersama-sama, sesungguhnya mereka ada 80 orang fasik, aku telah berusaha di dalam 40 orang, mereka bertaubat, sedangkan 40 orang lagi kembali menjadi fasik. Mereka yang bertaubat telah menjadi teman-temanku dan tetanggaku di surga. Kini mereka tersisa 40 orang, maka wajib bagimu untuk berusaha mencegah mereka dari keadaan ini karena kedatanganmu. Ketika mereka (orang-orang fasik) mendengar perkataan ini, dan mereka mengetahui bahwa ini adalah Syeikh Abu Yazid al-Bustomi ra, mereka semuanya bertaubat, dan mereka menjadi 82 orang yang berteman dan bertetangga di surga

    Keutamaan Beberapa Ayat Alquran

    Keutamaan Beberapa Ayat Alquran

    عن علي بن أبي طالب كرم الله وجهه أنه قال، قال رسول الله صلى الله تعالى عليه وسلم، إن فاتحة الكتاب وآية الكرسي وآيتين من آل عمران شهد الله أنه لا إله إلا هو إلى قوله إن الدين عند الله الإسلام وقل اللهم مالك الملك إلى قوله بغير حساب لما أراد الله تعالى أن ينزلها تعلقن بالعرش فقلن أتهبطنا إلى أرضك وإلى من يعصيك قال الله تعالى وعزتي وجلالي لايقرؤكن أحد من عبادي دبر كل صلاة إلا جعلت الجنة مثواه أي مأواه ومقامه وإلا أسكنته حظيرة القدس وإلا نظرت إليه كل يوم سبعين نظرة وإلا قضيت له كل يوم سبعين حاجة أدناها المغفرة وإلا أعذته من كل عدو وإلا نصرته

    Dari Ali bin Abi Thalib kw bahwasanya beliau berkata, Rasulullah SAW bersabda : Sesungguhnya al-Fatihah, Ayat Kursi, dan 2 ayat dari surat Ali Imran (شهد الله أنه لا إله إلا هو) sampai dengan ayat (إن الدين عند الله الإسلام) dan ayat (قل اللهم مالك الملك) sampai dengan ayat (بغير حساب) ketika Allah SWT hendak menurunkannya, ayat-ayat tersebut bergantung di ‘arsy lalu berkata : Apakah Engkau akan menurunkan kami ke bumimu dan kepada orang yang mendurhakaimu? Allah SWT berfirman : Demi kemuliaan-Ku dan keagungan-Ku, tidaklah seseorang dari hamba-hamba-Ku membaca kalian di setiap akhir shalat melainkan Aku jadikan surga sebagai tempat tinggal dan kedudukannya, Aku tempatkan dia di tempat yang suci, Aku pandang ia 70 kali setiap hari, Aku tetapkan untuknya setiap hari 70 hajat (keinginan) yang terendahnya adalah ampunan-Ku, Aku lindungi ia dari setiap musuh, dan Aku tolong ia

    وروي عن وهب بن منبه قال، إن واحدا من الحواريين يقال له نوف عزم على الذهاب إلى ملك فارس وأن يدعوه إلى الإيمان فحضر على باب مدينة ملك فارس فرأى غلمانا يلعبون الكعب فمن غلب يأخذ أربعين درهما فنظر نوف الحواري إلى وجه الغلمان فعلم لعبهم ودخل بينهم فغلب على جميعهم وكان بينهم ابن الوزير فقال له أيها الشيخ انطلق معي إلى منزلنا

    Diriwayatkan dari Wahab bin Munabbah ia berkata, bahwasanya seseorang dari Hawariyyin (pengikut Nabi Isa as) disebut juga dengan “Nawaf”, bertekad untuk pergi ke Raja Persia dan mengajaknya untuk beriman. Ketika ia sampai di pintu kota Raja Persia, ia melihat anak-anak kecil yang sedang bermain Ka’ab, siapa yang menang maka ia akan mendapat 40 dirham. Lalu Nawaf al-Hawari memperhatikan anak-anak tersebut, ia pun paham permainan mereka, lalu ia masuk ikut bermain bersama mereka, dan mengalahkan mereka semua, dan diantara mereka ada anak Menteri, anak itu berkata kepada Nawaf : Wahai syekh, ikutlah bersama kami ke rumah kami

    فقال له نوف الحواري اذهب إلى أبيك فاستأذن منه فانطلق الغلام إلى أبيه فقال له يا أبت كنا نلعب فحضر شيخ كبير السن ولعب معنا وغلب جميعنا فتعجبت من علمه فدعوته إلى المنزل فأبى وقال لي اذهب واستأذن من أبيك

    Maka Nawaf al-Hawari berkata kepadanya : Pergilah kepada ayahmu, dan mintalah izin kepadanya. Maka anak itu pergi ke ayahnya dan berkata kepadanya : Wahai ayah, kami sedang bermain, lalu datang seorang syekh yang sudah tua, ia ikut bermain bersama kami dan mengalahkan kami semua, aku kagum dengan pengetahuannya, maka aku mengajaknya ke rumah ini tapi ia tidak mau, ia berkata kepadaku : Pergilah dan mintalah izin kepada ayahmu

    فقال أبوه يابني اذهب وائت به قال فرجع إلى الشيخ وأتى به فلما دخل الشيخ الدار قال باسم الله وكانت الدار مملوءة من الشياطين فهربوا كلهم فلما وضع صاحب الدار مائدة بين يدي الشيخ فاقبلت الشياطين كلهم ليأكلوا كما كانوا يأكلون معهم فقال الشيخ عند ابتداء الأكل باسم الله ففرت الشياطين كلها وخرجوا من الدار هاربين

    Maka ayahnya berkata : Wahai anakku, pergilah dan ajaklah ia. Lalu anak itu kembali kepada syekh dan ia datang kepadanya. Ketika syekh tersebut masuk ke rumah, ia mengucap Bismillah, maka rumah tersebut kosong dari setan, mereka lari semuanya. Ketika shahibul bait menyajikan makanan untuk syekh tersebut, maka setan-setan tersebut semuanya datang kembali untuk ikut makan bersama mereka, lalu Ketika syekh memulai makan ia mengucap Bismillah, maka setan-setan lari semuanya dan keluar dari rumah tersebut

    فلما فرغوا من أكل الطعام قال الوزير للشيخ اخبرني من أنت إني رأيت منك عجائب لم أرها من أحد قط حين دخلت الدار هربت الشياطين ووضعت المائدة ولم يكن لنا سبيل إلى الطعام وحدنا وكانوا يأكلون معنا أولا فهربوا فعلمت أن لك شأنا فاخبرني ولاتكتم عني

    Ketika selesai makan, Menteri tersebut berkata kepada syekh, kabarkanlah kepadaku siapa engkau? Sesungguhnya aku melihatmu banyak keajaiban yang aku belum pernah melihat seorang pun ketika masuk ke rumah ini setan-setan pergi, dan ketika makanan disajikan, kami tidak dapat makan bersama melainkan setan-setan itu ikut makan bersama kami dan setelah itu mereka pergi. Maka, aku tahu bahwa engkau memiliki sesuatu, kabarkanlah kepadaku, janganlah engkau menyembunyikannya dariku

    فقال الشيخ نعم أخبرك ولاتخبر أحدا بأمري إلا بإذني فقبل الوزير وجعل عهدا ووثيقة فقال الشيخ إن روح الله عيسى عليه السلام بعثني إليكم وإلى ملككم بأن أدعوكم إلى الله تعالى وإلى الإسلام وأن تعبدوا الله تعالى ولاتشركوا به شيئا وتجعلوا أصنامكم وأوثانكم في النار

    Maka syekh tesebut berkata : Baik, aku akan kabarkan kepadamu, dan janganlah engkau kabarkan kepada orang lain tanpa seizinku, lalu Menteri itu pun setuju dan membuat perjanjian. Lalu syekh tersebut berkata : Sesungguhnya Ruhullah Isa as mengutusku kepada kalian dan kepada raja kalian untuk mengajak kalian kepada Allah SWT, kepada Islam, agar kalian menyembah Allah SWT dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun, dan jadikanlah berhala-berhala kalian ini di dalam api

    قال له الوزير صف لي إلهك قال الله الذي لا إله إلا هو الذي خلقك ورزقك ويحييك ويميتك قال فآمن به وصدق وكتم إيمانه وكان يوم من الأيام حضر من عند الملك حزينا عبوسا فقال الشيخ أيها الوزير أراك حزينا عبوسا فما حزنك قال مات برذون الملك وكان يركبه ولايركب غيره وكان يحبه حبا شديدا من جميع ماله فجلس الملك حزينا عليه

    Menteri itu berkata kepadanya : Gambarkanlah kepadaku Tuhanmu itu. Syekh berkata : Dia adalah Allah yang tiada Tuhan selain Dia, yang menciptakanmu, memberikanmu rizki, menghidupkanmu, dan mematikanmu. Ia pun beriman kepadanya, membenarkan, dan menyembunyikan keimanannya. Pada suatu hari, Menteri tersebut hadir di hadapan raja dalam keadaan sedih dan bermuka masam. Maka syekh berkata : Wahai Menteri, aku melihatmu sedih dan bermuka masam, apa yang membuatmu sedih? Menteri berkata : Kuda raja mati, Raja selalu menungganginya, dan ia tidak menunggangi selainnya, ia sangat mencintainya dari semua hartanya, maka raja menjadi sedih

    قال الشيخ انطلق إلى الملك فاخبره ان عندي ضيفا يقول إن أطاعني الملك فيما أقول أحي برذونه فانطلق الرجل مسرورا إلى الملك فقال أيها الملك إن عندي ضيفا قد رأيت منه عجائب وأخبره قصته وعلمه وقال يقول إن أطاعني الملك فيما أقول أحي برذونه بإذن الله تعالى فقبل الملك فرجع الوزير إلى الشيخ وقال إن الملك مطيع إليك ويدعوك

    Syekh berkata : Pergilah kepada raja, dan kabarkanlah bahwa aku memiliki seorang tamu yang berkata : Jika raja taat dengan apa yang aku katakan, aku akan menghidupkan kudanya. Maka Menteri tersebut pergi kepada raja dalam keadaan senang, lalu berkata : Wahai Raja, bahwasanya aku memiliki tamu, sungguh aku melihat pada dirinya banyak keajaiban, dan aku mengabarkan dan memberitahukan kepadanya, dan ia berkata : Jika Raja taat dengan apa yang aku katakan, aku akan menghidupkan kudanya atas izin Allah SWT, maka Raja tersebut menerima tawaran tersebut. Lalu Menteri itu kembali kepada syekh dan berkata bahwasanya Raja akan taat kepadamu, dan ia memanggilmu

    فلما حضر عند باب الملك وأراد أن يدخل دار الملك قال باسم الله فلم يبق في دار الملك شيطان فلما دخل قال الملك أيها الشيخ بلغني أنك تحي الموتى فاحي برذوني هذا قال الشيخ إن أطعتني فيما أقول أحي برذونك بإذن الله تعالى

    Ketika syekh sampai di pintu Raja dan hendak masuk ke rumah Raja, ia mengucap Bismillah, maka tidaklah tersisa setan-setan di rumah Raja tersebut. Ketika ia masuk, Raja berkata : Wahai syekh, Menteri telah menyampaikan kepadaku bahwa engkau akan menghidupkan sesuatu yang telah mati, maka hidupkanlah kudaku ini. Syekh berkata : Jika engkau taat dengan apa yang aku katakan, aku akan hidupkan kudamu atas izin Allah SWT

    فقال الملك سمعا وطاعة مر بما شئت فقال الشيخ هل لك أولاد فقال إن لي أبا وزوجة وليس لي أحد غيرهما فقال ادعهما فحضرا ثم قال له ادع الرعية كلها فدعاهم فاجتمعوا كلهم فأخذ الشيخ إحدى قوائمه الاربع فقال لا إله إلا الله فتحرك العضو الذي أخذه الشيخ فقال للملك مر أباك وامرأتك أن يأخذ كل واحد عضوا وتأخذ أنت أيضا عضوا منه فأخذوا ثلاثة أرجل البرذون فقال الشيخ أيها الملك قل لا إله إلا الله فقال لا إله إلا الله

    Lalu Raja tersebut berkata : Aku dengar dan aku taat atas apa yang engkau kehendaki. Lalu syekh berkata : Apakah engkau memiliki anak? Raja menjawab : Aku memiliki ayah dan isteri, dan aku tidak memiliki selain keduanya. Lalu syekh berkata : Ajaklah mereka berdua untuk datang kesini, kemudian syekh berkata kepadanya : Ajaklah rakyat semuanya, dan kumpulkanlah mereka semua. Lalu syekh memegang salah satu dari 4 kakinya dan mengucapkan لا إله إلا الله maka kaki yang dipegang syekh bergerak. Lalu syekh berkata kepada raja, perintahkanlah kepada ayah dan isterimu untuk memegang setiap kaki. Mereka pun memegang ketiga kaki kuda tersebut. Lalu syekh berkata : Wahai raja, ucapkalah لا إله إلا الله, maka ia mengucapkan لا إله إلا الله

    فتحرك العضو الذي في يده وقال لأبيه قل أنت أيضا فقال فتحرك العضو الذي في يده ثم قال لامرأته قولي أنت أيضا فقالت فتحرك العضو الذي كان في يدها وبقي جسده فقال الشيخ مر قومك أن يقولوا جميعا فقالوا لا إله إلا الله فقام البرذون بإذن الله تعالى ونفض ناصيته فتعجبوا من ذلك وأسلموا جميعا

    Maka bergeraklah kaki yang ia pegang. Lalu syekh berkata kepada ayahnya, ucapkanlah juga, ia pun mengucapkannya, maka bergeraklah kaki yang ia pegang. Kemudian syekh berkata kepada isterinya, ucapkanlah juga, lalu ia pun mengucapkannya, maka bergeraklah kaki yang ia pegang. Lalu tersisa badannya, maka syekh berkata : Perintahkanlah kaummu agar mereka mengucapkan لا إله إلا الله, maka kuda tersebut berdiri atas izin Allah SWT, lalu bangkit dan mengibaskan rambutnya. Lalu mereka pun takjub melihat hal tersebut, dan mereka semua masuk Islam

    Dzikir Ketika Tidur

    Dzikir Ketika Tidur

    عن أبي سعيد الخدري رضي الله تعالى عنه عن النبي صلى الله تعالى عليه وسلم قال، من قال حين يأوى إلى فراشه أستغفر الله العظيم الذي لا إله إلا هو الحي القيوم وأتوب إليه ثلاث مرات غفر الله له ذنوبه وإن كانت مثل زبد البحر وإن كانت مثل عدد ورق الأشجار وإن كانت مثل عدد رمل عالج وإن كانت مثل أيام الدنيا

    Dari Abu Said al-Khudri ra dari Nabi SAW bersabda : Barangsiapa yang naik ke tempat tidurnya lalu mengucap (أستغفر الله العظيم الذي لا إله إلا هو الحي القيوم وأتوب إليه) sebanyak 3 kali, maka Allah akan mengampuni dosa-dosanya walaupun sebanyak buih di lautan, walaupun sebanyak dedaunan di pohon, walaupun sebanyak butiran pasir, walaupaun seperti bilangan hari di dunia

    قال محمد بن سعيد بن محمد سمعت أبا سهل المؤذن البخاري في مسجد بني معروف وكان رجلا صالحا قال رأيت النبي عليه السلام في المنام ورأيت إنسانا يقول هذا أبو بكر عن يمينه وعمر عن يساره فأتيت بين يدي رسول الله صلى الله تعالى عليه وسلم فصافحني النبي عليه السلام بيده ثم صافحني أبو بكر ثم صافحني عمر قلت يا رسول الله حدثنا أبو معاوية عن عبد الله بن الوليد عن عطية عن أبي سعيد الخدري رضي الله تعالى عنهم أجمعين قال،

    Muhammad bin Said bin Muhammad berkata, aku mendengar Abu Sahl seorang muadzin al-Bukhari di masjid Bani Ma’ruf ia adalah seorang laki-laki yang shaleh berkata, aku melihat Nabi SAW dalam mimpi, dan aku melihat seseorang, ia berkata ini adalah Abu Bakar di sisi kanannya, dan Umar di sisi kirinya, dan aku datang kepada Rasulullah SAW, lalu Nabi SAW menyalamiku dengan tangannya, kemudian Abu Bakar juga menyalamiku, kemudian Umar. Aku berkata : Wahai Rasulullah, Abu Muawiyah menceritakan kepada kami dari Abdullah bin al-Walid dari Athiyah dari Abu Sa’id al-Khudri ra berkata,

    قال رسول الله صلى الله تعالى عليه وسلم، من قال حين يأوى إلى فراشه ثلاث مرات أستغفر الله العظيم الذي لا إله إلا هو الحي القيوم وأتوب إليه غفر الله ذنوبه ولو كانت مثل زبد البحر ولو كانت مثل رمل عالج ولو كانت بعدد ورق الأشجار ولو كانت مثل أيام الدنيا وظننت أنه قال مثل قطر السماء فقلت له هذا الحديث عنك يا رسول الله فأشار برأسه نعم

    Rasulullah SAW bersabda : Barangsiapa yang naik ke tempat tidurnya lalu mengucap (أستغفر الله العظيم الذي لا إله إلا هو الحي القيوم وأتوب إليه) sebanyak 3 kali, maka Allah akan mengampuni dosa-dosanya walaupun sebanyak buih di lautan, walaupun sebanyak butiran pasir, walaupun sebanyak dedaunan di pohon, walaupaun seperti bilangan hari di dunia, dan aku mengira beliau juga berkata walaupun sebanyak butiran air hujan dari langit. Lalu aku berkata kepada beliau apakah hadits ini darimu wahai Rasulullah? Maka beliau mengisyaratkan dengan kepalanya, iya.