Nurul-Yaqin (Cahaya Keyakinan)

Nurul-Yaqin (Cahaya Keyakinan)

لواشرق لك نوراليقين لرايت الاخرةاقرب اليك من ان ترحل اليها ولرايت محاسن الدنيا قدظهرت كسفةالفناء عليها

“Andaikan cahaya keyaqinan itu telah menerangi hatimu, niscaya engkau dapat melihat akhirat itu lebih dekat kepadamu, sebelum engkau melangkahkan kaki kepadanya, dan niscaya engkau akan melihat segala keindahan dunia, telah diliputi kesuraman dan kerusakan yang akan menghinggapinya”

  1. Syarah
  2. Sebab dengan nurul-yaqin, semua hakikat perkara itu kelihatan yang semestinya dan apa adanya. Apabila hamba sudah bercahaya hatinya dengan Nurul-yaqin dia bisa mengetahui yang benar dan yang salah sedangkan akhirat itu perkara yang hak/benar, tetap wujudnya, sedangkan dunia itu akan rusak.

    Rosululloh saw. Bersabda: Sesungguhnya nur/cahaya jika masuk dalam hati, maka terbuka dan lapanglah dada (hati)nya , sahabat bertanya: Ya Rosululloh, apakah yang demikian itu ada tandanya?..

    Jawab nabi: Ya ada, yaitu merenggangkan (memisahkan) diri dari dunia tipuan, dan condong kepada akhirat yang kekal, dan bersiap-siap untuk menghadapi mati sebelum datangnya maut.

    Anas ra. berkata: ketika Rosululloh saw. Sedang berjalan dan berjumpa dengan seorang pemuda dari sahabat Anshor, Rosululloh bertanya: Bagaimanakah keadaanmu hai Haritsah pada pagi ini?

    Jawabnya: Saya kini menjadi seorang mukmin yang sungguh-sungguh.

    Rosululloh berkata: Hai Haritsah, perhatikan perkataanmu,sebab tiap kata itu harus ada bukti hakikinya.

    Maka Haritsah berkata: Ya Rosululloh jiwaku jemu dari dunia, sehingga saya bangun malam dan puasa siang hari, kini seolah-olah aku berhadapan dengan ‘Arsy. dan seolah-olah aku melihat neraka yang penghuninya sedang menjerit-jerit di dalamnya.

    Nabi bersabda: Engkau telah melihat, maka tetapkanlah (jangan barubah),. Seorang hamba, yang telah diberi Nur iman dalam hatinya.

    Haritsah berkata: Ya Rosululloh, do’akan aku mati syahid, maka Nabi saw. Berdo’a untuknya. Dan ketika pada suatu hari ada panggilan untuk berjihad, maka dialah orang pertama menyambutnya,dan ahirnya dia yang pertama mati syahid.

    Dan ketika ibunya mendengar berita bahwa anaknya telah mati syahid, ia datang bertanya kepada Nabi saw. : Ya Rosululloh beritahukan kepadaku tentang Haritsah putraku, jika ia disurga aku tidak akan menangis atau menyesal, tapi jika lain dari itu, maka aku akan menangis selama hidupdi dunia!

    Jawab Nabi saw. : Haritsah, bukan hanya satu surga tetapi surga didalam surga-surga. Dan Haritsah telah mencapai Firdaus yang tertinggi.

    Maka kembalilah ibu Haritsah sambil tertawa dan berkata : untung-untung bagimu hai Haritsah.

    Anas ra. juga berkata: pada suatu hari Mu’adz bin Jabbal masuk ketempat Nabi sambil menangis, maka ditanya oleh Nabi saw. : bagaimanakah keadaanmu pagi ini hai Mu’adz? Jawab Mu’adz : aku pagi ini mukmin benar-benar kepada Allah.

    Nabi bersabda: Tiap kata-kata yang benar harus ada buktihakikatnya. Maka apakah bukti pernyataanmu itu? Jawab Mu’adz: Ya NabiyAllah, kini jika aku berada diwaktu pagi merasa mungkin tidak sampai sore, dan jika sore ,aku merasa tidak akan sampai pagi.dan tiap melangkahkan kaki merasa mungkin tidak dapat melangkah yang lain, dan terlihat kepadaku seolah-olah manusia semua telah dipanggil untuk menerima suratan amal bersama dengan Nabi-nabi dan berhala-berhalanya yang disembah selain Allah,dan juga seolah-olah saya melihat siksa ahli neraka dan pahala ahli surga.

    Maka Nabi bersabda : Engkau telah mengetahui, maka tetapkanlah.

    Rosululloh saw. Ketika member tahu kepada para sahabat hal gugurnya Zaid bin Haritsah dan Ja’far bin Abi Tholib, dan Abdulloh bin Rowahah ra. berkata: Demi Allahmereka tidak akan senang, andaikan mereka masih berada diantara kami, Rosululloh memberitakan demikian dengan air mata yang berlinang-linang.

Sahabat Sejati


Sahabat Sejati


ماصحبك الامن صاحبك وهوبعيبك عليم وليس ذٰلك الامولك الكريم خيرمن تصحب من يطلبك لالشيءيعودمنك اليه

”Yang namanya sahabat sejati yaitu orang tetap mau bersahabat(membantu) kamu setelah dia mengetahui benar-benar kejelekan dan aibmu. dan tidak ada yang seperti itu kecuali hanya Tuhanmu yang Maha Mulia.

  1. Syarah
  2. Dan sebaik-baik sahabatmu ialah yang selalu memperhatikan/membantu kepentinganmu, bukan karena sesuatu kepentingan yang diharap dari pada mu untuk dirinya”.

    Sudah menjadi watak manusia akan menjauhi/membenci orang lain ketika jelas-jelas mengetahui kebusukan dan kejelekan orang tersebut, dan tidak mau bersahabat dengannya, kecuali hanya Tuhanmu Allah swt. Dan juga orang-orang yang bersandar pada sifat-sifat ke-Tuhanan Allah, yaitu orang-orang yang sudah ma’ritulloh,yang masih mau menolong dan membantu. Sedangkan orang tua itu masih juga ada kepentingan dan pengharapan atas dirimu, sedang didunia ini tidak ada orang yang kasih sayangnya sebagaimana ayah ibumu.

Sebaik - baiknya Satir / Tutup Dari Allah

Sebaik - baiknya Satir / Tutup Dari Allah

الستر على قسمين ستر عن المعصية وستر فيها، فالعامّة يطلبون من الله تعالى الستر فيها خشيــة سقوط مرتبتهم عندالخلق، والخاصة يطلبون من الله السترعنهاخشية سقوطهم من نظرالملك الحقّ

144. “Tutup(dariAllah)itu ada dua: (1) tutup dari berbuat maksiat/dosa, (2).tutup dalam berbuat maksiat, sedang manusia pada umumnya meminta kepada Allah supaya di tutupi dalam perbuatan maksiat, karena kuatir jatuh kedudukannya dalam pandangan sesama manusia. Tetapi orang-orang khusus meminta kepada Allah, supaya ditutupi dari berbuat maksiat/dosa,jangan sampai berbuat maksiat, karena takut jatuh dari pandangan Allah”.

  1. Syarah
  2. Manusia pada umumnya meminta pada Allah , supaya ditutupi maksiatnya pada waktu mengerjakannya, sehingga mereka meminta pada Allah supaya di tutupi karena takut kedudukannya di masyarakat/sesama manusia jatuh sebab maksiat itu. Allah berfirman:

    “ Yas-takhfuuna minan-naasi walaa yas-takhfuuna-mina-llohi wahuwa- ma-’ahum.” ( mereka sembunyi dari sesame manusia, tetapi tidak sembunyi dari Allah yang selalu beserta mereka”.)

    ‘Ady bin Hatim ra. berkata: Rosululloh saw. Bersabda: Kelak pada hari Qiamat ada beberapa orang yang dibawa ke surga, tetapi setelah melihat segala kesenangan yang tersedia dan merasakan hawa enaknya surge, tiba-tiba diperintahkan mengusir mereka dari surge, sebab mereka tidak punya bagian dalam surga itu, maka kembalilah mereka dengan penuh penyesalan, sehingga mereka berkata: Ya Allah, andaikan Engkau memasukkan kami keneraka sebelum memperlihatkan kepada kami surge dan segala yang disediakan untuk para waliMu, niscaya akan lebih bagi kami. Allah menjawab: memang Aku sengaja demikian, kamu dulu jika sendiirian berbuat segala dosa-dosa besar, tetapi jika bertemu dengan orang-orang, berlagak khusuk bermuka-muka pada manusia, berlawanan dengan apa yang ada dalam hatimu, kamu takut pada manusia dan tidak takut padaKu, mengagungkan manusia tidak condong padaKu, maka hari ini rasakan siksaKu yang sepedih-pedihnya, dan diharamkan atas kamu segala rahmatKu.


    من اكرمك فانمااكرم فيك جميل ستره فالحمد لمن سترك ليس الحمد لمن اكرمك وشكرك

    145.”Siapa yang memuliakan/menghormati kamu,sebenarnya hanya menghormati keindahan tutup Allah kepadamu, maka seharusnya pujian itu pada Allah yang telah menutupi engkau, bukan pada orang yang memuji dan terima kasih padamu”.

    1. Syarah
    2. Sudah menjadi sifat manusia bahwa Tiap orang pasti mempunyai cela/aib dan kebusukan yang andaikan diketahui oleh orang lain, pasti orang lain akan membanci dan tidak suka padanya. Kenyataannya ada orang yang memuji,menghormatinya,adapun yang menyebabkan adanya orang yang memuji dan menghormati padanya, bukan semata-mata karena kebaikannya, tetapai karena Allah menutupi kebusukan dan cacatnya, maka pujian itu seharusnya kembali padaAllah yang menutupi kebusukan dan aibnya. Karena itu ia wajib bersyukur dan memuji kepada Allah yang menutupi aibnya, tidak pada manusia yang memujinya karena tidak tahu kejelekannya, dan memuji kepada Allah yang menutupi aibnya, tidak pada manusia yang memujinya karena tidak tahu kejelekannya.

Wushul Itu Sebab Karunia Dari Allah Dan Ditutupinya Cela Kita

Wushul Itu Sebab Karunia Dari Allah Dan Ditutupinya Cela Kita

ولولا انك لاتصل اليه الابعد فناء مساويك ومحودعاويك لم تصل اليه ابدا ولكن اذااراد ان يوصلك اليه غطى وصفك بوصفه ونعتك بنعته فوصلك اليه منه اليك لابمامنك اليه

141. “Andaikata engkau mempunyai anggapan tidak akan sampai kepada Allah(wushul), kecuali setelah habis lenyap semua dosa-dosa dan kotoran hatimu, niscaya kamu tidak akan sampai (wushul) kepada Allah selamanya. Tetapi jika Allah menghendaki menarik menyampaikan kamu kepadaNya,Allah akan menutupi sifatmu dengan sifatNya,dan kekuranganmu dengan karunia kekayaanNya, Allah menyampaikan kamu kepadaNya dengan apa yang diberikan Allah kepadamu,bukan karena amal perbuatanmu yang enkau hadapkan kepadaNya”

  1. Syarah
  2. Syeikh Abul-Hasan As-syadzily ra. berkata: seorang waliyulloh itu tidak akan sampai kepada Allah,jika ia masih ada syahwat/kesenangan nafsu, atau masih mengatur dirinya atau masih usaha ikhtayar(memilihkan dirinya).seumpama Allah membiarkan hambanya dengan pilihannya,pengaturannya atau kesenangan nafsunya sendiri, maka hamba selamanya tidak akan wushul(sampai kepada Allah) jika Allah akan menarik dan segera menyampaikan hambanya, maka di tampakkan padanya sifat-sifat Allah. Sehingga mati kehendak dan ikhtiyar usaha sendiri, dan segera menyerah pasrah kepada Irodah dan keputusan pemberian Allah. Maka dengan itu ia sampai kepada Allah karena tarikan Allah, bukan karena amal usahanya sendiri, Wushul karena karunia Allah bukan karena ibadah dan taatnya kepada Allah.


    لولا جميل ستره لم يكن عمل اهلا للقبول

    142.”Andai kata tidak ada baiknya tutup dari Allah (andaikata Allah tidak menutupi kekurangan dan kesalahan dalam semua amal hamba) niscaya tidak ada amal yang layak untuk diterima”.

    1. Syarah
    2. Sebab syarat untuk diterimanya amal itu adalah ikhlas, tulus kepada Allah,tetapi manusia diuji dengan sombong diri, merasa sudah cukup amalnya, dan lebih jelek lagi bila ia riya’ dengan amalnya,dan mengharap pujian atas amal perbuatannya. Karena demikian watak tiap hamba, maka sulit untuk diterima amal perbuatannya, kecuali hanya mengharap rohmat karunia Allah semata.

      Syeih Abu-Abdulloh Al-Quraisyi berkata: Jika Allah menuntut mereka tentang keikhlasan, maka lenyaplah semua amal perbuatan mereka, maka apabila telah lenyap semua amalnya, bertambahlah hajat kebutuhan mereka, maka dengan itu mereka lalu melepaskan diri dari bergantung kepada segala sesuatu, dan apabila ia telah bebas dari segala sesuatu kembalilah mereka kepada Allah dalam keadaan bersih dari segala sesuatu.

      Jadi para murid/salik dalam perkara wushul kepada Allah, itu harus bergantung pada anugerah dan pemberian Allah. Jangan sampai mengandalkan amal ibadahnya sendiri.


      انت الى حلمه اذا اطعته احوج منك الى حلمه اذاعصيته

      143. “Engkau lebih membutuhkan kesantunan, maaf dan kesabaran Allah ketika engkau berbuat taat (ibadah), melebihi dari pada kebutuhanmu ketika engkau berbuat maksiat/dosa”.

      1. Syarah
      2. Kemuliaan seorang hamba hanya ketika bersandar diri kepada Tuhannya. Dan hina/jatuhnya seorang hamba bila ia telah melihat dan berbangga dengan dirinya sendiri. Sedang manusia ketika berbuat taat, merasa dirinya sudah baik lalu bangga dengan amal perbuatannya sendiri, sombong dan merendahkan orang lain. Padahal amal perbuatannya jika dikoreksi keikhlasannya tidaklah mungkin akan diterima, bahkan amal itu semua hanyalah amal yang palsu dan tidak ada harganya disisi Allah.

        Allah telah menurunkan wahyu kepada seorang NabiNya: “ Beritahukan kepada hamba-hambaKu yang shiddiqin(sungguh-sungguh dalam beribadah kepadaKu), janganlah kamu tertipu oleh kesombongan dengan amal perbuatanmu itu, karena apabila Aku menegakkan benar-benar keadilanKu pasti Aku akan menyiksa mereka mereka dan bukan suatu kedholiman terhadap mereka. Dan katakana kepada hamba-hambaku yang telah berbuat dosa, : Jangan kamu berputus asa dari rahmatKu, sebab tidak ada suatu dosa yang tidak dapat ku ampunkan.

        Syeih abu-Yazid al-Busthomy berkata: Taubat karena berbuat maksiat itu cukup hanya sekali, sedangkan taubat setelah berbuat taat harus seribu kali, sebab taat yang diliputi oleh ‘ujub, sombong itu berubah menjadi maksiat yang besar, dan orang tidak akan menyadarinya. Sebagaimana jatuhnya iblis dari singgasananya.

Adab Berdo’a


Adab Berdo’a


ماشاءن وجودالطلب انّما الشاءن ان ترزق حسن الاداب

139.”Yang terpenting bagimu, bukannya sekedar meminta(berdo’a), tetapai yang terpenting adalah jika kau diberi baiknya adab/tata karma kepada Tuhanmu”.

  1. Syarah
  2. Sebab karena adab, kamu bisa memperlihatkan ‘Ubudiyyahmu, dan mencukupi hak-haknya ke-Tuhanan Allah. dan juga bisa menerima apa yang diberi oleh Allah, tanpa merasa kurang atau kecil.sebagai kebiasaannya seorang tuan (majikan) itu mencukupi semua kebutuhan hambanya,demikian pula kewajiban seorang hamba menyerah dan pasrah kepada kebijaksanaan aturan Tuhannya.


    ٭ ماطلب لك شيء مثل الاضطرار ولا اسرع بالمواهب اليك مثل الذلة والافتقار ٭

    140. “Tiada sesuatu yang menyegerakan terkabulnya permintaan(do’a) seperti dalam keadaan terpaksa (sangat butuh), dan tiada sesuatu yang dapat menyegarakandatangnya pemberian dari Allah seperti menyatakan rendah diri, dan sangat fakir”.

    1. Syarah
    2. Lafadz “Walaa as-ro’a” itu sebagian dari ‘atof lazimnya Malzum. Karena hina fakir itu menjadi sifat wajibnya orang mudhtor.

      Allah berfirman: “ AM-MAY-YUJII-BUL-MUDH-ThORRO- IDZAA- DA-‘AAHU.”

      (“ Siapakah yang dapat menyambut(menjawab) do’a orang yang terpaksa bila berdo’a kepadanya”. An-naml 62).

      Mudh-thor yaitu orang yang sangat terpaksa(butuh), yang merasa sudah tidak ada daya tidak ada kekuatan lain yang dapat menolongnya, kecuali hanya Allah semata-mata. Orang yang demikianlah yang pasti segera tercapai hajat kebutuhannya,dan itulah yang bernama tauhid(meng-Esakan Allah). Dan ini diisyratkan oleh Allah dalam firmannya: “ Walaqod-nashoro-kumullohu-bi-badriu-wantum-adzillah”. ( sungguh Allah telah menolong kamu (memenangkan kamu) dalam perang badar, ketika kamu dalam keadaan hina, rendah diri tidak berdaya”.)

Rubahlah Dirimu Dari Kebiasaan (Hawa Nafsumu)

Rubahlah Dirimu Dari Kebiasaan (Hawa Nafsumu)

كيف تخرق لك العواءـد وانت لم تخرق من نفسك العواءــد

”Bagaimana engkau menginginkan sesuatu yang luar biasa (keramat), padahal engkau tidak merubah dirimu dari kebiasaanmu”.

  1. Syarah
  2. Khorqul-awaa’id ialah: perkara yang tidak masuk akal, kejadian-kejadian yang luar biasa spt: berjalan di atas air, melipat jarak dan waktu, sehingga bisa pergi

    Ke ujung barat dan timur dengan satu langkah kaki dll,

    Bagaimana kau akan dapat mencapai yang demikian (Khorqul-awaa’id), padahal kau sendiri belum bisa mengekang hawa nafsu dan keinginanmu,padahal kau belum dapat melepaskan kehendakmu untuk menyerah pasrah pada kehendak Allah.

    Keramat /Khorqul-awaa’id itu tidak diberikan oleh Allah, kecuali pada orang yang sudah bisa melenyapkan kehendak diri sendiri dan menentang keinginan hawa nafsunya sendiri.

    Khorqul-awaa’id itu ada beberapa macam : kalau keluar dari seorang Nabi disebut Mu’jizat. Kalau keluar dari seorang wali disebut karomah, kalau keluar dari orang sholih disebut Ma’unah. Tapi kalau keluar dari orang yang menentang hukum Allah disebut Istidroj (panglulon).

    Karomah itu ada dua macam . 1. Karomah maknawiyyah, yakni karomah yang tidak di ketahui orang lain spt: bertambahnya iman dan keyakinan, bertambah baik akhlaqnya kepada Allah dan kepada makhluk. 2. Karomah dhohiryyah yaitu: keramat yang bisa diketahui orang lain, seperti Toyyil Ardhi (melipat jarak yang jauh menjadi dekat) dan melakukan perkara yang luar biasa yang tidak masuk akal.

    Futuh yaitu: terbukanya tabir/hijab yang menutupi mata lahir dan mata hati.

    Macam futuh itu banyak sekali, termasuk bagian dari futuh yaitu Kasyaf.

    Antara kasyaf dan futuh itu sama artinya. Dan keduanya ada yang dari malaikat, adayang dari syeitan, dan yang dari syeitan itu bukan karomah tapi dinamakan Istidroj.

    Kasyaf itu ada dua macam:

    1. Kasyaf hisyy. Yakni mengtahui perkara/kejadian yang jauh dari pandangan mata kepala. Seperti kisah Sayyidina Umar bin Khottob ra. ketika khutbah jum’ah di madinah, tiba-tiba memerintahkan pada panglima perang bernama Sariyyah yang sedang bertempur di tanah Nahawand yang jauhnya kira-kira perjalanan dua bulan dari madinah. Umar berkata: Ya Sariyyah al-jabal! ( Hai Sariyyah ! awas, musuh ada di atas gunung)..

    Diceritakan saat itu pasukan islam baru bertempur di bawah gunung melawan sebagian pasukan musuh.dan tidak tahu kalau ada sebagian pasukan musuh yang ada di atas gunung yang mau menyerang. Seumpama tidak ada komando dari Sayyidina Umar yang bisa didengar oleh panglima perang Sariyyah, tentu pasukan islam akan kalah. Dan ahirnya pasukan islam dapat kemenangan. Setelah pasukan kembali kemadinah, komando dari Sayyidina umar dicocokkan dengan penduduk madinah ternyata benar.

    2.Kasyaf Ma’nawi yaitu:mengetahui perkara yang diluar dari alam syahadah (alam nyata).

Bergantunglah Pada Sifat-Sifat Ke-Tuhanan-Nya Allah

Bergantunglah Pada Sifat-Sifat Ke-Tuhanan-Nya Allah

كن باوصاف ربوبيته متعلقا، وباوصاف عبود يّـتك متحققا

136. “Bersandarlah selalu pada sifat-sifat ke-Tuhanan-Nya Allah, dan perhatikan/perlihatkan sifat-sifat kehambaanmu sendiri”.

  1. Syarah
  2. Arti bersandar/bergantung pada sifat-sifat ke-Tuhanan(Rububiyyah) ialah: Ingatlah selalu sifat-sifat ke-Tuhanan Allah, yaitu: Maha kaya, Maha kuasa, Maha mengetahui, Maha muliya, Maha kuat dan sifat-sifat sempurna lainnya.

    Sedangkan memperlihatkan sifat-sifat kehambaan(Ubudyyah) ialah: Menyadari sifat-sifat hamba spt: fakir/miskin, lemah, bodoh, hina, tak berdaya. Maka Hamba harus bergantung/bersandar diri pada sifat-sifat ke-Tuhanan Allah, sehingga Allah memberi pertolongan dan bantuan dan menitipkan sifat-sifat Rububiyyahnya pada hambaNya, seperti: menjadi kaya billah(karena Allah), kuasa billah, ‘alim/pandai billah, mulya billah, kuat billah.


    منعك ان تدّعي ماليس لك مما للمخلوقين افيبيح لك ان تدعي وصفه وهو ربّ العلمين

    137. “Allah melarang engkau mengkui apa-apa yang bukan hakmu dari hak-hak orng lain, Apakah Allah memperbolehkan kepadamu,mengakui sifat-sifat Allah, sedangkan Allah itu dzat yang menguasai dan merajai alam semesta”.

    1. Syarah
    2. Pangakuanmu terhadap apa yang bukan menjadi sifat-sifatmu itu bagian dari kedholiman yang besar. Dan bagian dari paling jeleknya perkara yang jelek menurut para ‘aarifin yaitu: menyekutukan Allah didalam hatinya hamba, dengan mengakui sebagian dari sifat-sifat ke-Tuhanan Allah,dengan I’tiqd dan ucapan. itu berarti merebut kedudukan Allah dan sombong kepada Allah.

      Ibnu Abbas ra. berkata: Rosululloh saw. Bersabda dalam hadits qudsi: “ Al-kibriyaa’u ridaa-i-wal –‘adhomatu-izaarii. Faman naza-‘anii waa-hidatan min-humaa- alqoituhuu- finnaar”. (Kesombongan itu kaianku(selendangku) dan keAgungan/kebesaran itu sebagai sarungKu, dan siapa yang merebut salah satunya dari Aku, maka Aku akan melemparkannya kedalam neraka”.)

      Rosulullh telah bersabda: tiada seorang yang lebih cemburu dari Allah, karena itu Allah mengharamkan segala perbuatan keji, dan karena itu pula Allah takkan mengampuni orang yang menyekutukanNya dengan sesuatu apapun. Karena itu pula sifat-sifat kesempurnaan Allah, tidak boleh dikurangi walaupun sedikit.

Jangan Minta Balasan atas Amalmu

Jangan Minta Balasan atas Amalmu

متى طلبت عواضا على عمل طولبت بوجود الصدق فيه ويكفي المريب وجدان السلامة

132.”Apabila engkau menuntut upah/balasan atas semua amal perbuatanmu, pasti engkau akan dituntut oleh Allah atas kesempurnaan amal perbuatanmu. Dan bagi orang yang merasa belum sempurna amalnya, harus merasa cukup puas jika ia selamat dari tuntutan/tidak dituntut atas kekurang sempurnaan amalnya”

  1. Syarah
  2. Hikmah ini menjelaskan kejelekan orang yang beramal karena mengharap balasan/upah dari amalnya. Padahal seharusnya orang itu beramal yang baik, bersih hanya karena menghamba pada Allah.

    Karena hanya Allahlah dzat yang wajib disembah dan diagungkan, dan menjadi tujuan kita dunia dan akhirat. Hal ini sudah banyak dibahas dalam kitab ini dengan berbagai bahasan yang berbeda.

    Khoir An-nassaj berkata:Timbangan amalmu itu sesuai dengan perbuatanmu, karena itu mintalah kemurahan karunianya. Dan itu lebih baik bagimu.

    Al-washity berkata: amal ibadah lebih dekat kepada minta/mengharap ampunan dan maaf, dari pada mengharap pahala dan upah.

    Annash-robadzy berkata: Amal ibadah itu bila diperhatikan kekurangan-kekurangannya, lebih dekat kepada mengaharap maaf dari pada mengharap pahala dan balasan.

    Firman Allah: “ QUL-BI-FADH-LILLAAHI-WA-BIROHMATIHII-FA-BIDZAALIKA FAL-YAF-ROCHUU-HUWA KHOIRUM-MIMMAA YAJ-MA’UUN” .(“Katakanlah: Hanya karena karunia dan rohmat Allah mereka boleh bergembira, sebab itu lebih baik bagi mereka dari segala apa yang dapat mereka kumpulkan sendiri”


    لاتطلب عواضا على عمل لست له فاعلا، يكفى من الجزاءلك على العمل ان كان له قابلا

    133.”Jangan menuntut upah(ganti) tehadap amal perbuatan yang hakikatnya kamu sendiri tidak ikut berbuat, cukup besar balasan aloh bagimu, jika Allah menerima amalmu”.

    1. Syarah
    2. Firman Allah: “ WAU-LLOOHU-KHOLAQOKUM WAMAA-TA’MALUUN”. (Dan Allah yang menjadikan kamu,dan apa yang enkau perbuat(kerjakan). As-shofat 96).”

      Jadi kita hanya menjadi lalulintas qodho’ dan qodarnya Allah, jadi tidaklah pantas kalau kita minta balasan/upah sedangkan kita tidak ikut mengerjakan, ya’ni semua pekerjaan yang kita kerjakan itu yang buat Allah, ini hukum ‘Aqli.

      Kalu menurut hukum syar’iy hamba yang membuat pekerjaan yang dikerjakannya. Dalilnya: “ UDKHULUL JANNATA-BIMAA-KUNTUM TA’MALUUN”. (“ Masuklah kamu semua kesurga sebab amal yang kau kerjakan .)

      Tapi ketahuilah bahwa makhluk tidak bisa mengerjakan kalau tidak digerakkan oleh Allah.

      Ibrohim al-laqqony berkata: Dan Allah yang menjadikan hamba, dan segala perbuatannya, Dia pula yang memberi taufiq untuk siapa yang akan sampai (wushul) kepadaNya.


      اذا اراد ان يظهرفضله عليك خلق فنسب اليك

      134.” Jika Allah akan menunjukkan karunianya kepadamu, maka Allah membuat amal kebaikan pada dirimu, dan mengatasnamakan amal perbuatan itu padamu”.

      1. Syarah
      2. Sebagaimana firman-firman Allah: Hai hambaKu yang beriman, Hai orang-orang yang beriman.

        Padahal Allah yang memberikan iman itu, karena itu jawaban hamba: Engkau ya Allah yang memberikan karunia iman kepadaku, sehingga aku berbuat taat, padahal saya sendiri tiada berdaya dan tidak berkekuatan kecuali semata-mata dengan pertolonaganMu.

        Sahal bin Abdulloh ra. berkata: Jika hamba berbuat kebaikan, lalu ia berkata: Ya Allah, Engkau yang memberi karunia,taufiq sehingga aku Engkau jadikan hamba yang berbuat kebaikan. Engkaulah yang member pertolongan, Engkaulah yang member kemudahan mengerjakan kebaikan.

        Niscaya Allah memuji kepada hamba itu, dengan sabdanya: Hambaku engkau telah berbuat taat dan taqorrub(mendekatkan diri) kepadaKu.

        Sebaliknya jika hamba itu merasa dia yang beramal(lupa dengan taufiq dan pertolongan Allah) lalu berkata: aku telah beramal,telah bertaqorrub dll, maka Allah mengabaikan (berpaling) pada mereka sambil bersabda: Hai hambaku, Aku yang memberi taufiq hidayah padamu, dan Aku yang member pertolongan padamu,member kemudahan berbuat baik padamu.

        Apa bila hamba berbuat kejahatan lalu berkata: Ya Allah, Engkau yang telah menaqdirkan aku untuk berbuat kejahatan, dan Engkau yang telah memutuskan.

        Maka Allah menjawab: Hai hambaku, kaulah yang salah (berbuat kesalahan/jahat), kaulah yang bodoh,dan berbuat maksiat.

        Sebaliknya jika hamba yang berbuat dosa itu berkata: Ya Allah, aku telah berbuat salah, dholim pada diriku sendiri karena kebodohanku. Maka dijawab oleh Allah: HambaKu, Aku yang menentukan,menaqdirkan dan menutupi kesalahanmu serta mengampuni dosa-dosamu.


        لانهاية لمذامّك ان ارجعك اليك ولا تفرغ مداءحك ان اظهر جوده عليك

        135.”Tiada batas akhirnya kejelekanmu jika Allah mengembalikan engkau kepada kekuatan usaha daya upayamu sendiri, dan tidak ada habisnya kebaikanmu, jika Allah memperlihatkan kemurahanNya padamu (pada dirimu)”.

        1. Syarah
        2. Apabila Allah mengembalikan amal pada kamu sendiri artinya Allah tidak memberi bantuan, taufiq, hidayah dan pertolongannNya padamu, maka kamu akan selalu (tidak ada akhirnya) melakukan pekerjaan yang dicela oleh syara’. Sehingga tidak ada amal yang di anggap baik menurut Allah, walaupun kelihatannya ibadah dan amal kebaikan.

          Rosululloh bersabda dalam do’anya: “ASHLIH-LII- SYA’NII-KULLAHU, WALAA-TAKILNII- ILAA-NAFSII-THORFATA ‘AINII”. (“ Ya Allah, perbaikilah urusanku semuanya, dan jangan Kau serahkan urusanku kepada diriku sendiri walaupun sekejap mata”.)

Sholat


Sholat


لمّا علم الحق منك وجود الملل لَوّن لك الطاعات وعلم مافيك من وجود الشرّه فحجرهاعليك فى بعض الاوقات ليَكون همّك اِقمامة الصلاةِلاوجودالصلاةِفماكلُّ مصَلٍّ مُقِيمٌ

128.”Allah ta’ala itu mengetahui bahwa engkau mudah bosan/jemu, maka Allah membuat bermacam-macam cara taat/ibadah, dan Allah mengetahui bahwa engkau bersifat rakus(terlalu semangat), maka dalam beberapa waktu dilarang melakukan sholat, supaya Himmah(kemauan yang kuat)mu tertuju pada sempurnanya sholat(iqomatus-sholah) bukan sekedar sholat, sebab tidak semua orang yang sholat itu mendirikan sholat(iqomatus-sholah)”.

  1. Syarah
  2. Allah berfirman: Wa-aqiimus-sholata(dan kamu semua supaya mendirikan sholat) firmanNya tidak: SHOLLUU (sholatlah kamu semua)

    Cara mendirikan Sholat (iqomatus-sholah) itu harus dengan menyempurnakan adab/tatakramanya Sholat, 1. Adab lahir seperti: menjaga syarat-syarat,rukun-rukun dan sunnah-sunnahnya sholat. 2. Adab batin seperti: menjaga khusyau’ dalam sholat dengan menghadapkan hati hanya kepada Allah,sehingga hati tidak mengingat sesuatu melainkan kepada Allah,dan merasa bahwa sholatnya itu semata-mata karunia dari Allah.

    Sholat dengan menyempurnakan adab/tatakeramanya ini yang akan menimbulkan bekas seperti bertambah baik budi pekerti nya, dan mencegah dari perbuatan keji dan mungkar ( INNAS-SHOLAATA-TANHAA ‘ANIL-FAKHSYA-I WAL MUNKAR)


    الصلاةطهرة للقلوب من ادناس الذنوب واستفتاح لباب الغيوب

    129. “Sholat itu sebagai penyucian/pembersih hati dari kotoran dosa, dan untuk pembuka pintu ghoib”.

    1. Syarah
    2. Rosululloh saw. “ Bersabda: sesungguhnya perumpamaan sholat itu bagaikan sungai yang mengalir di depan pintu rumah salah seorang, maka ia mandi di sungai itu tiap hari lima kali, apakah masih ada sisa kotorannya? Jawab shahabat: tidak ada sisa kotoran sedikitpun. Maka Nabi bersabda: demikian pula sholat lima waktu yang menghapuskan dosa”.

      Juga sholat sebagai pemuka pintu ghoib, sebab bila hati telah bersih dan selalu berhubungan dengan Tuhannya, pasti lambat laun akan terbuka baginya tirai/pintu ghoib.


      الصلاة محل المناجاةومعدن المصافات تتسع فيهاميادين الاسرار وتشرق فيها شوارق الانوار

      130. “Sholat itu itu sebagai tempat bermunajat kepada Allah, dan sebagai pembersih hati dari kotoran dosa, dan di dalam sholat itu sebagai lapangan yang luas berbagai sir(ilmu ma’rifat)dan rahasia-rahasia Tuhan, dan memancar terang padanya cahaya-cahaya ilmu ma’rifat”.

      1. Syarah
      2. Allah berfirman: “ Aqimis-sholaata li-dzikrii .( Dirikanlah/tegakkanlah sholat itu untuk dzikir ingat kepadaKu”.)

        Sesungguhnya seorang hamba bila ia berdiri sholat, maka Allah membukakan untuknya tirai hijab, dan langsung dihadapinya, dan berdiri tegak para malaikat dari atas bahunya hingga langit, mengikuti sholatnya dan mengaminkan do’anya.

        Dan seorang yang sholat itu ditaburi rohmat dari langit hingga ubun kepalanya. Dan dipanggil oleh suara: Andaikata orng yang munajat ini mengetahui siapakah yang diajak bicara, maka tidak akan berhenti sholatnya, dan sesungguhnya pintu-pintu langit terbuka untuk orang yang sholat.

        Dan sesungguhnya Allah membanggakan barisan orang-orang yang sholat dihadapan malaikatNya.

        Muhammad bin Ali at-tirmidzy berkata: Allah telah memeanggil orang-orng yang bertauhid supaya sholat lima waktu, karena rahmat kasih kepada mereka, dan menyediakan berbagai macam hidangan, supaya seorang hamba bisa merasakan pada tiap-tiap bacaan dan gerak itu karunia pemberianNya.maka gerakan itu bagaikan makanan dan minuman itu bagaikan minuman. Dan hidangan it disediakan oleh Allah tiap hari lima kali, supaya tidak ada lagi sisa kotoran ataupun debunya.

        Dalam kitab Taurot disebutkan: Hai anak Adam, jangan malas untuk mendirikan sholat dihadapanKu sambil menangis, maka Akulah Allah yang telah mendekat dari hatimu, dan karena ghoib engkau telah dapat melihat cahayaKu.


        علم وجود الضعف منك فقلل اعدادها وعلم احتياجك الى فضله فكثرامدادها

        131.”Allah telah mengetahui kelemahanmu, maka Allah menyederhanakan bilangannya(asalnya limapuluh waktu menjadi lima waktu) dan Allah mengetahui bahwa engkau itu sangat berhajat, maka ia memper banyak/melipat gandakan Asror dan pahalanya”.

        1. Syarah
        2. Allah itu mengetahui kalau hamba itu butuh sekali anugerah dari-Nya, maka Allah memperbanyak asrornya sholat, yakni Allah memperbanyak anugerah berupa ilmu dan makrifat didalam hatinya.

          Dalam kitab ini disebutkan Amdadahaa itu mampunyai dua arti:

          1. Untuk orang yang bermaksud wushul kepada Allah/salik, itu bermakna Asror(yaitu anugerah ilmu ma’rifat)

          2. Untuk orang yang tidak bermaksud wushul kepada Allah/salik, itu bermakna tsawab (pahalanya) ya’ni Allah melipat gandakan pahalanya sholat, sholatmu yang lima waktu tapi diberi pahala lima puluh waktu.

Lihatlah Alam ini untuk Mengenal Allah

Lihatlah Alam ini untuk Mengenal Allah

اَمَرَكَ فِى هٰذِهِ الدَّارِ بِالنَّظَرِ فِى مُكَوَّناَتِهِ وَسَيَكـْشِفُ لَكَ فِى تِلْكَ الدَّارِ عَنْ كمَال ذاَتِهِ

126.” Allah memerintahkan kepadamu semasa hidup di dunia ini memperhatikan alam ciptaanNya(memikirkan mahluk didunia ini sehingga menjadikan ingat pada Allah). Dan kelak di akhirat Allah akan mamperlihatkan kepadamu kesempurnaan DzatNya”.

  1. Syarah
  2. Allah telah memerintahkan memperhatikan dan memikirkan mahluknya Allah, itu disebutkan dalam Alqur’an dalam beberapa ayat, aya yang jelas seperti firman Allah: “ QULIN-DHRUU-MAA-DZAA-FISSAMAA-WAATI WAL-ARDHI (perhatikanlah apa yang ada dilangit dan bumi)”.

    Ada juga yang secara isyaroh seperti firman Allah yang artinya: “ dan di bumi itu ada bagian-bagian tanah yang berdekatan satu sama lainnya, ada kebun-kebun kurma dan anggur, ada tanaman yang sejenis dan beda jenis, yang kesemuanya itu disirami dengan satu macam air, sesungguhnya yang demikian itu mengandung tanda-tanda keagungan Allah, yang manfaat bagi orang-orang yang mau berfikir.” Satu macam air itu (air hujan) tetapi pohon yang disiram beda-beda, daunnya tidak sama,buahnya tidak sama, adakalanya sama tapi rasanya berbeda,itu semua pasti ada yang menetapkan, yaitu Allah.

    Apabila mau memperhatikan alam semesta(makhluk) maka kelak di akhirat Allah akan membukakan hijab sehingga langsung bisa melihat DzatNya. Firman Allah: “ WUJUUHUY-YAUMA-IDZIN-NAADHIROH, ILAA-ROB-BIHAA NAADHIROH.(beberapa wajah pada hari kiamat itu berseri-seri,(bercahaya), karena ia dapat melihat Tuhannya”.


    عَلِمَ مِنكَ اَنَّكَ لاَ تَصْبِرُ عَنْهُ فاَشـْهَدَكَ ماَ بَرَثَ مِنْهُ

    127. “Allah ta’ala telah mengetahui, bahwa engkau tidak sabar jika tidak melihat Allah, maka Allah memperlihatkan ap-apa yang asli buatan Allah”.

    1. Syarah
    2. Orang yang berfikir tentang makhluk buatan Allah, dan mengetahui semua atas ketentuan Allah, tentu tidak sabar ingin mengetahui dzat yang membuat dan menentukan yaitu Allah. Berhubung itu tidak mungkin maka Allah memperkenalkan DiriNya lewat makhluk buatan-Nya.

      Kerinduan yang berupa ingin melihat Allah itu, termasuk karunia yang agung dari Allah, dan ini termasuk maqom ihsan.

      Dawuh mu’allif ini untuk orang-orang yang mencari Allah, yang dlm pikirannya sudah jauh dari selain Allah.

      Ahli fikir itu ada dua:

      1. Ahli fikir yang punya maksud mencari Allah/taqorrub kepada Allah, ini akan menghaasilkan cinta dan rindu bertemu Allah.

      2. Ahli fikir yang untuk urusan dunia seperti mencari ilmu alam yang tidak ada maksud mencari Allah, ini tidak akan membuka mata hati.

      Maka terhadap orang yang telah sampai kemaqom ihsan ini, Allah menganjurkan sabar melihat buatan-buatan Allah terlebih dahulu untuk diperlihatkan Dzat Allah di akhirat nanti.

Jangan Terpengaruh dengan Makhluk

Jangan Terpengaruh dengan Makhluk

٭ اِنَّماَ يَسْتوحِشُ العِباَدُ وَالزُّهاَدُ مِنْ كُلِّ شيءٍ لِغَيْبَتِهِمْ عَنِ اللهِ فِى كُلِّ شىءٍ فَلَو شَهِدوُهُ فِى كُلِّ شىءٍ لَمْ يَسْتوحِشُوا مِنْ شَىءٍ ٭

Sesungguhnya yang menyebabkan kerisauan/kesusahan hati para ‘Ubbad (orang-orang ahli ibadah) dan Zuhhad (orang-orang ahli zuhud) dari segala sesuatu itu karena mereka masih terhijab/ tidak melihat Allah dalam apa yang mereka lihat itu, tatapi andaikan mereka melihat Allah dalam segala sesuatu (mahluk), pasti dia tidak akan risau dari/terhadap segala sesuatu

  1. Syarah
  2. Yang dinamakan ‘Ubbad/ahli ibadah ialah: orang-orang yang bertaqorrub/mendekatkan diri kepada Allah dengan berbagai macam amal ibadah. Sedangkan Zuhhad/ahli zuhud ialah orang yang bertaqorrub/mendekatkan diri kepada Allah dengan jalan tawakkal/menyerahkan diri hanya kepada Allah. Kedua golongan ini selalau ingin menjauh dari masyarakat/sesama makhluk, itu dikarenakan mereka merasa bahwa masarakat/mahluk menjadi perintang mereka dalam mendekatkan diri kepada Allah, tapi sekiranya mereka lebih mendalam dalam ma’rifat kepada Allah, tentu mereka tidak dapat terhalang  oleh suatu apapun, sebab Allah berada dalam segala sesuatu, maka tidak ada sesuatu yang melupakan  dari Allah, bahkan sebaliknya masarakat/mahluk itu bisa mangingatkan kepada Allah ta’ala.

Sikap Orang yang Lupa pada Allah

Sikap Orang yang Lupa pada Allah

الغَافِلُ اِذاَ اَصْبَحَ نَظَرَ فيماَ يَفْعَلُ، والعاَقِلُ يَنْظُرُ ماَذاَ يَفْعَلُ اللهُ بِهِ

”orang yang lupa/lalai dalam tauhidnya(bahwa segala sesuatu itu berjalan menurut ketentuan takdir Allah), jika pagi hari dia selalu berangan-angan apakah yang harus aku kerjakan hari ini (yakni mengatur dirinya sendiri), sedangkan orang yang sempurna akal tauhidnya memikirkan apakah yang akan ditakdirkan Allah bagi dirinya hari itu”.

  1. Syarah
  2. Jadi pandangan orang yang lalai pada Allah, itu selalu mengatur dan memandang dirinya dan kemampuan atau rencananya,maka dari itu Allah menyerahkan urusannya itu pada dirinya sendiri.sehingga tidak akan berhasil apa yang direncanakan.

    Sedangkan orang yang berakal, itu selalu memandang Allah selalu mengingat kekuasaan dan kebijaksanaan Allah, maka Allah mencukupi apa yng menjadi kebutuhannya, jadi permulaan pemikiran yang bergerak dalam hati itu menjadi timbangan dan ukuran tauhid dan imannya kepada Allah.

    Umar bin Abdul Aziz berkata: kini aku tidak merasa senang kecuali dalam ketentuan- ketentuan takdir Allah.

    Abu Mad-yan berkata: Usahakan dengan sungguh- sungguh bila dapat,supaya hatimu tiap pagi dan sore menyerah bulay-bulat kepada Allah, semoga Allah melihat padamu dengan pandangan RohmatNya.niscaya kamu termasuk orang bahagia dunia akhirat.

    Siapa yang melihat kepada Allah, maka tidak akan terlihat dirinya sendiri, dan siapa yang melihat dirinya sendiri maka tidak terlihat Allah. Karena itu jika engkau menghadapi sesuatu hal, perhatikan hatimu, kemana condongnya, jika langsung pada kekuatanmu sendiri, maka terputus dengan Allah,. Dan jika langsung pada kekuasaan Allah, berarti engkaulah yang telah sampai kepada Allah, sedang alam ini semua dalam genggaman Allah.

    Dan tiap pagi sebaiknya berdo’a: Allahumma-inni-ash-bahtu laa-amliku linafsii dhorrou-walaa-naf-‘aa, walaa mautau-walaa nusyuroo, walaa-as-tathii-‘u an-aakhudza illaa-maa-a’thoitanii, walaa-at-taqii illa maa-waqoitanii. Allahumma innaka-dzul-fadhlil-‘adhiim.

    “Ya Allah kini aku berada diwaktu pagi, tiada menguasai diriku untuk kebaikan atau menolak bahaya, atau mati atau hidup atau bangkit sesudah mati, dan aku tidak data mengambil kecuali yang engkau beri, dan tidak dapat menghindari sesuatu kecuali yang engkau hindarkan. Ya Allah pimpinlah aku kepada jalan yang engkau ridhoi baik dalam perkataan atu amal perbuatan di dalam taat kepadaMu, sungguh engkau dzat yang maha besar karuniaNya.”

    Do’a Syeikh Abul-Hasan asy-syadzily ra. “ Allahumma innal-amro ‘indaka wahuwa mahjuubun ‘annii walaa a’lamu amron akhtaa-ruhu linafsii fakun antal-mukhtaarolii, wah-milnii fii-ajmalil umuuri ‘indaka wa-ahmadihaa ‘aa-qibatan fid-diini wad-dun-ya wal aakhiroh, innaka ‘alaa kulli syai’in qodiir”.

    “ Ya Allah sungguh segala sesuatu ada ditanganMu, dan tertutup dari padaku, dan aku tidak mengetahui apa yang harus aku pilih untuk diriku, maka pilihkanlah apa yang baik bagiku, dan bawalah aku dalam hal yang amat baik serta terpuji akibatnya dalam agama,duni dan akhirat, sesungguhnnya engkau berkuasa atas segala Sesuatu.”

Jangan Meremehkan Wirid

Jangan Meremehkan Wirid

لاَيَسْتَحْقِرُ الوِرْدُ الاَّ جَهُولٌ. الوَارِدُ يُوجَدُ في الدَّارِ الاَخِراَةِ. الوِرْدُ يَنْطَوِي بِانْطواَءِ هٰذِهِ الدّاَرِ وَاَولٰى ماَ يُعْتَنىَ بِهِ ماَلاَ يَخْلُفُ وُجُودُهُ، ثُمَّ الوِرْدُ هُوَ طَالِبُهُ مِنْكَ واَالوَارِدُ اَنْتَ تَطْلُبُهُ

122.”Tidak akan meremehkan wirid, kecuali orang yang sangat bodoh, warid (karunia Allah buah dari wirid) itu akan wujud di akhirat. Wirid itu akan habis/hilang bersama habisnya dunia,. Dan sebik-baik yang harus di perhatikan oleh seseorang yaitu perkara yang apabila hilang tidak ada gantinya(wirid). Wirid itu sebagai perintah Allah padamu(haknya Allah yang harus kau penuhi), sedangkan warid itu hajat keperluanmu yang kau minta kepada Allah, maka apa imbang antara perintah Allah kepadamu(hak Allah) dengan pengharapanmu dari Allah.”.

  1. Syarah
  2. Wirid adalah segala macam bentuk ibadah lahir batin baik yang wajib maupun yang sunnah, sedangkan Warid: pemberian Tuhan dalam hati hamba yang berupa pemahaman, nur / cahaya, kesenagan / manisnya dalam beribadah, taufiq dan hidayahNya.

    Maka sebaiknya seorang hamba menjalankan kewajibannya, karena wirid itu hanya berlaku ketika masih hidup didunia ini saja, sedang waridakan lanjut sampai di akhirat.

    Rosullulloh saw. Bersabda: Amal yang paling dusukai Allah ialah yang istiqomah(terus-menerus) meskipun sedikit .

    Hasan al-Basry berkata: siapa yang hari ini sama dengan hari kemarin ,maka dia rugi dan siapa hari ini lebih buruk dari kemarinnya, maka dia mahrum(tidak dapat rahmat),dan siapa yang tidak bertambah berarti berkurang, dan siapa yang makin berkurang amalnya, maka mati lebih baik baginya.

    Ketika Al-Junaid ditegur orang karena memegang tasbih ditangannya: Tuan dalam kedudukan yang demikian itu masih menggunakan tasbih. Jawab Al-Junaid: alat yang telah menyampaikan kami, maka tidak saya tinggalkan.

    Al-Junaid berkata: Orang ’aarif menerima semua amal(wirid) itu sebagai tugas dari Allah, karena itu mereka kembali menghadap pada Allah dengan kebiasaan wirid(ibadah) yang ditugaskan Allah itu. Dan andikata seribu tahun tidak akan mengurangi sedikitpun amal wiridku, kecuali jika terhalang untuk melakukannya.


    وُروُدُ الاِمدادِ بِحَسْبِ الاِستِعْداَدِ وَشُرُوقُ الاَنواَرِ عَلَى حَسَبِ صَفاءِ الاَسْرَارِ

    123.” Datangnya bantuan/pertolongan dari Allah itu menurut kadar persiapannya, dan terbitnya /cahaya ilahi itu menurut/tergantung pada bersih/jernihnya hati”.

    1. Syarah
    2. Bersihkan hatimu dari segala sesuatu selain Allah, niscaya Allah akan mengisi/memenuhi hatinya dengan pengertian-pengertian ma’rifat dan rahasia-rahasia keyakinan. Karena itu tiap-tiap waarid(pemberian karunia dari Allah) itu tergantung pada wirid, apabila wiridnya banyak maka waaridnya juga banyak, apabila wirid itu timbul dari hati yang bersih, maka datangnya waarid demikian terang jernihnya, demikian pula jika wiridnya tetap terus, maka waaridnya pun demikian tidak berhenti begitu seterusnya.

Nikmat Karunia Terbesar dari Allah

Nikmat Karunia Terbesar dari Allah

مَتىَ جَعَلكَ فِى الظَّاهِرِ مُمتـَثِلاً لاَمْرِهِ وَرَزقكَ فِى البَاطِنِ الاِسْتِسْلاَمِ لِقَهْرِهِ فَقَد اَعْظَمَ المِنَّةَ عَلَيْكَ

120.“Apabila Allah telah menjadikan engkau pada lahirnya taat menurut perintahNya dan dalam hatimu menyerah/tawakkal kepadaNya, maka berarti Allah memberi kepadamu nikmat karunia yang sebesar-besarnya.”

  1. Syarah
  2. Jika Allah telah memberi taufiq hidayah kepada hamba untuk melakukan segala perintahNya, dan didalam hati/batinnya diberi kekuatan bisa menyerah/tawakkal pada sifat qohrinya Allah(selalu ridho atas apa yang terjadi atas dirinya), itu berarti Allah telah memberi karunia nikmat yang sangat besar.karena Allah telah mengumpulkan ‘Ubudiyyah (penghambaan)lahir dan ‘Ubudiyyah batin.

    Sebab tugas manusia hanya untuk beribadah kepada Allah lahir batin, dengan ikhlas, tentang semua kebutuhan dan hajatnya telah dicukupi oleh Allah, maka jangan menuruti hawa nafsu yang tidak ada puasnya.


    لَيْسَ كُلُّ مَنْ ثَبَتَ تَخْصِيْصُهُ كـَمُلَ تَخـْـلِيْصُهُ

    121.” Tidak semua orang yang telah tampak jelas ke-kramatannya itu berarti telah sempurna pembersihannya(dari penyakit-penyakit hati dan hawa nafsu).”

    1. Syarah
    2. Kramat(perkara yang luar biasa/tidak masuk akal)yang diberikan Allah kepada para hambaNya, yang tujuannya untuk menambah keyakinan dan keimanan hamba,dan untuk memperkenalkan bukti kekuasaan Allah itu tidak tergantung pada sebab dan kebiasaan,bahkan kebiasaan itu bisa menjadi sebab terhijabnya menusia dari Qudratnya Allah. dan juga bisa menjadi fitnah, bagaikan awan yang menutupi sinar matahari keesaan Allah.Maka dari itu menurut ajaran thoriqoh, siapa yang terterikat/silau pada keramat maka dia terhina.

      Seorang sahabat Sahl bin Abdulloh berkata: adakalanya jika saya wudhu’ tiba-tiba air yang mengalir ditanganku menjadi lantakan emas dan perak. Jawab Sahl: Apakah engkau tidak mengerti bahwa anak kecil jika menangis dihibur dengan boneka/mainan supaya diam.

      Abu Nasher As-saroj berkata: saya bertanya kepada Al-hasan bin Salim: apakah arti ke-keramatan, sedang mereka telah dimuliakan oleh Allah sehingga sanggup mengabaikan dunia dan meninggalkannya dengan suka rela, tetapi bagaimana lalu kemuliaan(keramat) batu berubah menjadi emas, apakah artinya itu? Jawabnya: bukannya Allah memberikan karena kotornya, tetapi diberi untuk menjadikan hujjah megalahkan bisikan hawa nafsu, yang selalu goncang kuatir tidak dapat rizki, sehingga oleh Allah diperlihatkan yang demikian, sehingga dapat berkata: Bahwa Allah yang dapat merubah batu menjadi emas, dapat mendatangkan rizki dan memberi dari jalan yang tidak disangka.

      Ishaq bin Ahmad berkata pada Sahl: Nafsuku ini selalu merasa kuatir tidak dapat makan. Maka sahl berkata: Engkau ambil batu itu dan minta kepada Allah supaya dijadikan makanan untuk kau makan.

      Ishaq bertanya: jika berbuat demikian, maka siapa tauladan dalam berbuat demikian? Jawab sahl: Bertauladanlah pada Nabi Ibrohim as.ketika berkata : Hai Tuhan tunjukkan perlihatkan kepadaku bagaimana caranya Engkau menghidupkan sesuatu yang telah mati, supaya tentram hatiku, sebenarnya aku telah percaya tetapi nafsuku ini tidak puas, kecuali jika telah melihat dengan mata kepala.

      Seoran wali Ibrahim al-khowwas pada sutu hari berrkenalan dengan orang yahudi didalam kapal, keduanya membicarakan tentang agama, lalu yahudi tadi berkata: kalau agamamu ini benar, berjalanlah diatas laut bersamaku.

      Lalu siyahudi turun dari kapal dan berjalan diatas laut bersama dengan Ibrahim, sesampainya didaratan yahudi berkata : aku ingin berteman danbersamamu, tapi dengan syarat kita tidak boleh masuk masjid dan gereja, mari kita masuk kehutan dan padang, tidak boleh bawa bekal. Dan disanggupi oleh Ibrahim, lalu keduanya berjalan ke padang yang tidak ada tumbuhan dan tidak ada air sama sekali. Sampai tiga hari keduanya tidak makan dan minum, ketika keduanya duduk-duduk tiba-tiba ada anjing datang dengan menggigit roti tiga biji,dan ditaruh didepan yahudi lalu anjingnya pergi, siyahudi lalu makan roti tadi tanpa mengajak Ibrahim ikut makan, tidak berapa lama ada pemuda yang tampan dan berbau harum datang dengan membawa nampan yang dipenuhi dengan makanan dan minuman yang sangat enak dan lezat, dan ditaruh didepan Ibrahim lalu dia pergi. Lalu Ibrahim mengajak yahudi untuk ikut makan, tapi yahudi tidak mau karena malu, akhirnya Allah member hidayah kepada siYahudi sehingga masuk Islam dan menjadi murid Ibrahim al-khowwas.

      Syeih Abu yazid Al-busthomi berkata: kamu jangan sampai tertipu dengan dengan keadaan yang luar biasa/tidakmasuk akal, yang di alami sseorang, tapi lihatlah bagaimana dia taatnya pada perintah Allah dan menjauhi laranganNya..

Jangan Menuntut Tuhanmu

Jangan Menuntut Tuhanmu

لاَ تُطَالب رَبَّكَ بِتأَخرِ مطلَبكَ وَلٰكِن طِالب نَفْسَكَ بِتأَخِيرِ اَدَبِكَ

“Jangan menuntut Tuhan karena ditundanya permintan yang telah engkau minta kepada Allah. Tetapi hendaknya engkau koreksi dirimu,tuntut dirimu yang belumbisa bertatakrama(supaya tidak terlambat melaksanakan kewajiban-kewajibanmu terhadap Allah)”.

  1. Syarah
  2. Jika belum tercapai hajat permintaanmu, jangan engkau su’udh-dhon kepada Allah, dan menuntut kepada Allah untuk segera mengabulkan permintaanmu, sebab Allah tidak dapat dituntut terhadap apa saja yang dikehendaki.

    Akan tetapi hendaknya permintaanmu itu semata-mata untuk menunjukan sifat kehambaanmu kepada Allah, dan hajat kebutuhanmu kepada Allah. sebab terhadap kebutuhanmu Allah tidak usah diingatkan, bahkan Allah telah melengkapi segala kebutuhanmu sebelum kau mengerti apa hajat kebutuhanmu yang sebenarnya. Maka sebaiknya kau menyerah bulat-bulat kepada Allah tanpa memaksa, tanpa usul apa-apa kepada Allah.

    Dan lagi apabila kamu meyakini Allah tidak akan mengabulkan do’amu itu berarti kamu tidak punya adab, karena Allah telah berjanji akan mengabulkan semua do’a hambaNya. Tetapi cara mengabulkannya tidak harus mewujudkan seperti keinginanmu, semua terserah Allah, yang semua itu terbaik bagimu.

Allah Menutupi Rahasia Kewalian

Allah Menutupi Rahasia Kewalian

سُبْحاَنَ من سَتَرَ سِرَّالخُصُوصيَّةِ بِظُهُورِ البَشَرِيَّةِ وَظَهرَ بِعَظَمةِ الرُّبُوْبِيَّةِ فِى اِظهاَرِالعُبُودِيَّةِ

“Maha suci Allah yang telah menutupi rahasia-rahasia keistimewaan seorang wali dengan tampaknya sifat-sifat yang umum bagi menusia, dan telah jelas terlihat keagungan ke-Tuhanan Allah dengan menunjukkan kepada manusia sifat-sifat kehambaan dan kerendahan mahluknya”.

  1. Syarah
  2. Rahasia-rahasia kebesaran ilmu ma’rifat yang diberikan oleh Allah pada para walinya ditutupi oleh Allah dengan tampaknya sifat dan kebiasaan yang umum bagi semua manusia, seperti bekerja, bertani, berdagang dll, tetapi dalam hatinya penuh dengan ilmu dan makrifat. sebaliknya Allah memperlihatkan dengan sangat jelas kebesaran ke-TuhananNya dengan menunjukkan sifat-sifat ‘Ubudiyyah, kelemahan dan kefakiran hamba kepadaNya.

    Syeih Abil-Hasan as-Syadzily ra. berkata: AL-‘UBUDIYYATU JAUHAROTUN ADH-HAROTHAR-RUBUBIYYAH. (Ubudiyyah / penghambaan itu berlian yang diperlihatkan ke-Tuhanan Allah.)

Khawatir dengan Hawa Nafsu

Khawatir dengan Hawa Nafsu

لاَ يُخاَفُ عليكَ اَنْ تَلْتَبِسَ الطُرُقُ عليكَ وَاِنَّماَ يُخَافُ عليكَ مِنْ غَلبَةِ الهَوَى عليكَ

“Tidak dikuatirkan padamu salah jalan, tetapi yang dikuatirkan atasmu yaitu menangnya hawa nafsu mengalahkan akal dan imanmu”.

  1. Syarah
  2. Apabila kamu dalam perjalanan suluk mengalami berbagai hal spt: berbuat taat,atau maksiat,mendapat nikmat atau bala’, itu semua jalan menuju Allah yang sudah jelas, sudah cukup tuntunan dalam Alqur’an dan Hadits nabi. Jika berbuat taat hendaknya merasa itu sebagai karunia dari Allah, jika berbuat dosa lekas bertaubat, jika menerima nikmat harus bersyukur, jika mendapat ujian bala’ harus bersabar. Tetapi yang di khawatirkan padamu yaitu merajalelanya hawa nafsu, sehingga mengalahkan akal dan iman.

Sikap Menghadapi Bala’ & Ujian

Sikap Menghadapi Bala’ & Ujian

لِيُخَفِّفْ اَلَمَ البَلاَءِ عليكَ عِلمُكَ بِاَنَّهُ سُبْحانهُ هُوَ المُبْلى لكَ. فالذِىواجْهَتكَ منهُ الاقدارُ هُوَالذيْ عَوَّدَكَ حُسنُالاِخِتِياَرِ

115. “ Seharusnya bala’ yang menimpa padamu terasa ringan, karena engkau mengetahui bahwa Allah yang menguji(memberi bala’) padamu.maka Tuhan yang menimpakan kepadamu takdirNya itu, Dia pula yang telah biasa memberi sebaik-baik apa yang dipilihkanNya untukmu.(Dialah yang membiasakan kau merasakan sebaik-baik pilihanNya/pemberianNya)”.

  1. Syarah
  2. Ketahuilah, bahwa Dzat yang memeberi nikmat kepadamu punya kebiasaan senang memberi sesuatu yang terbaik untukmu, maka dilain waktu bila memberi sesuatu yang dirasakan tidak baik, tentu kamu bisa yakin bahwa itu juga terbaik untukmu.

    Abu ali ad-daqqoq berkata: Suatu tanda seorang itu mendapat Taufiq karunia Allah, ialah terpeliharanya iman (Tauhid) diwaktu menghadapi bala’,ujian bencana. Wa-‘asaa -an-takrohuu syai-an-wahuwa khoirul-lakum ( Mungkin kamu tidak suka pada sesuatu, pdahal itu baik untukmu).

    Abu tholib al-Makki berkata: Manusia itu tidak suka miskin, hina dan penyakit, padahal itu semua baik baginya untuk bekal di akhirat, sebaliknya ia suka kaya, sehat dan terkenal padahal itu semua bahaya disisi Allah, dan jelek akibatnya.

    Al-junaidy berkata: Ketika saya tidur ditempat As-Sary as-saqothy, tiba-tiba saya di bangunkan, lalu dia berkata: Ya junaid, saya telah bermimpi seolah-olah berhadapan dengan Allah, lalu Allah berkata kepadaku: Hai Sarri, ketika Aku membuat makhluk maka semua mengaku cinta kepadaku, kemudian aku membuat dunia, maka lari dari padaku Sembilan puluh persen(90%) dan tinggal sepuluh persen(10%), kemudian aku membuat surga, maka lari dari padaku sembilan puluh persen dari sisanya itu, kemudian Aku membuat neraka, maka lari dari padaku Sembilan puluh persen dari sisanya itu, kemudian aku membuat bala’, maka lari dari padaku sembilan puluh persen dari sisa-sisanya itu.

    Maka aku berkata pada sisa yang tinggal itu: Dunia kamu tidak mau, surga kamu tidak suka, neraka kamu tidak takut, bala’ musibah juga kamu tidak lari, maka apakah keinginanmu? Jawabnya: Engkau telah mengetahui keinginan kami. Aku berkata; Aku akan menurunkan kepadamu bala’ yang tidak akan sanggup menanggungnya walaupun bukit yang besar. Sabarkah kamu? Jawab mereka: Apabila Engkau yang menguji, maka terserahlah kepadamu (berbuatlah sekehendakmu), maka mereka itulah hambaku yang sebenarnya.


    مَنْ ظَنَّ اِنفِكَاَكُ لُطْفِهِ عن قَدَرِهِ فَذاَكَ لِقُصُورِنَظْرِهِ

    116.” Barang siapa yang mengira terlepas kasih sayang Allah sebab turunnya bala’ ujian yang ditakdirkan Allah, maka yang demikian itu disebabkan karena piciknya(dangkalnya)pandangan imannya”.

    1. Syarah
    2. Rosululloh saw. Bersabda: “ Jangan menuduh tidak baik terhadap segala apa yang telah ditakdirkan Allah untukmu”.

      Rosululloh saw. Bersabda: jika Allah belas kasih pada seorang hamba, maka diuji dengan bala’, jika sabar maka dipilihNya, jika telah ridho maka diistimewakan”.

      Abu Hurairoh ra. berkata: Rosululloh saw. Bersabda: ” Siapa yang dikehendaki Allah untuknya kebaikan, maka diujinya dengan musibah bala”.

      Abu Hurairoh dan Abu Said ra. keduanya berkata: Bersabda Rosululloh saw.: “ Tiada sesuatu yang mengenai seorang mukmin berupa penderitaan, kelelahanatau risau hati/fikiran melainkan kesemua itu akan menjadi penebus dosanya”. HR. Bukhori-Muslim.

      Ibnu Mas’ud ra. berkata: Rosululloh saw. Bersabda :” Tiada seorang muslim yang terkena musibah bala’ gangguan atau penyakit, danyang lebih ringan dari itu melainkan Allah menggugurkan dosanya, bagaikan gugurnya daun pohon”.

      Kita jangan menjadi orang yang dangkal/piciknya pandangan,sehingga tidak dapat melihat adanya nikmat rahmat karunia dari Allah dalam takdir musibah bala’ itu hanya karena lemahnya iman keyakinan, dan tidak adanya Husnudh-dhon terhadap Allah ta’ala yang maha bijaksana dan rahmat.

      Sebab kalau kita mau berhusnudhon kepada Allah banyak sekali karunia Allah yang diberikan bersamaan dengan bala’/ujian itu diantaranya:

      Sebab bala’ kita oleh Allah ditempatkan dipintu rohmatNya.

      Sebab bala’ nafsuu kita jadi lemah, hilang kekuatannya, hilang sifst-sifstnys nafsu yang menjatuhkan kita kepintu maksiat dan mencintai dunia.

      Sebab bala’ hati mudah untuk taat spt sabar, ridho, tawakkal, zuhud dan ingin bertemu dengan Allah.

      Sebab bala’ dosa-dosa hamba akan diampuni oleh Allah.dll..

      Imron bin Husain ra. menderita penyakit buang air selama tiga puluh tahun tidak dapat bergerak dari tempat tidurnya, sehingga dibuatkan lubang dibawah tempat tidur untuk kencing dan buang airnya, suatu hari datang saudaranya Al alaa’ atau Muthorrif bin Assyikhir, lalu menangis melihat penderitaan Imron bin Husain, maka ditanya oleh imron : mengapakah engkau menangis? Jawabnya: karena aku melihat keadaanmu, imron berkata: jangan menangis, karena aku suka pada apa yang di sukai Allah untukku. Kemudian imron berkata; saya akan berkata kepadamu semoga bermanfaat bagimu, tetapi jangan kau buka kepda orang lain sehingga ak mati. Sesungguhnya para malaikat berziarah padaku dan member salam padaku, sehingga aku merasa senang dengan adanya mereka.

      Urwah bin Az-Zubair ra. ketika sakit yang oleh dokter diputuskan harus di potong betisnya, maka ketika akan dilaksanakan, oleh dokterakan diberi obat tidur supaya tidak terasa sakitnya dipotong betisnya itu. Urwah berkata: jangan diberi obat tidur, tetapi teruskan potong beris tanpa obat tidur. Dan ketika digergaji betisnya tidak terdengar keluhan kecuali ucapan Hasby (cukup bagiku yakni rohmat Allah).

      Dan setelah selesai operasinya, ia menyuruh pembantunya supaya mencuci dan membungkus potongan betisnya itu dan menguburnya dikuburan kaum muslimin, lalu ia berkata: Allah telah mengetahui bahwa kaki itu tidak pernah saya gunakan berjalan kepada maksiat, lalu ia berkata: Ya Allah, jika Engkau ambil, masih banyak sisanya, jika engkau memberi bala’,masih banyak selamatnya..

Hati Diterangi dengan Nur Sifat-Nya

Hati Diterangi dengan Nur Sifat-Nya

اَناَرَالظواَهِر بِاَنواَرِ اَثاَرِهِ وَاَناَرَالسَّرَاءرَ اَوْصافِهِ لاَجْلِ ذٰلكَ اَفَلَتْ اَنْوَارُالظَّواهِرِ وَلمْ تأفـُلْ اَنْوَارُالقلوبِ واَالسرَاءرِ ،ولذَٰلكَ قِيلَ : انَّ شَّمسَ النَّهاَرِ تـَغْرُبُ بِليلٍ وَشَمْسَ القلوبِ ليسَتْ تغيْبُ

”Allah telah menerangi alam (lahir) ini dengan cahaya makhluk(atsar)Nya, dan menerangi Hati (sir) dengan Nur sifatNya. Maka karena itu cahaya alam itu bisa terbenam, dan tidak dapat terbenam/hilang cahayanya hati dan sir. kata syair: “Sesungguhnya mataharinya siang itu terbenam waktu malam,” “tetapi mataharinya hati tidak pernah terbenam”.

  1. Syarah
  2. Allah menerangi alam dengan Nur/cahaya bulan,bintang dan matahari yang semua itu makhluk yang rusak dan berubah, tetapi Allah menerangi Hati (sir) dengan Nur, ilmu dan ma’rifat yang langsung dari sifat-sifat Allah, maka karenanya tidak dapat suram dan terbenam.

    Syair ini mengingatkan pada kita tentang pentingnya memperhatikan sesuatu yang abadi dari pada yang bisa rusakdan sirna.

    Sahl bin Abdulloh ketika ditanya tentang makanan (qut) jawabnya: Huwa-alhayyul-ladzii laa-yamuut.(Ia yang hidup dan tiada mati). Penanya berkata: Saya tidak bertanya tentang makanan itu , tapi makanan yang menguatkan, jawabnya: Ilmu, ketika ditanya: Makanan sehari-hari yang lazim? Jawabnya: Dzikir, ditanya: makanan jasmani? Jawabnya : apa urusanmu dengan jasmani, biarkan /serahkan pada yang membuat pada mulanya dia akan mengurusi selanjutnya, jika ada kerusakan kembalikan pada yang membuat, tidakkah itu sudah lazim, buatan sesuatu jika rusak kembalikan pada yang membuat untuk di perbaiki.

Rahasia Berdo’a


Rahasia Berdo’a


مَتٰى اَطـْلَقَ لِساَنَكَ بِاالطَلَبِ فَاعلمْ اَنَّهُ يُرِيدُ ان يُعْطِيكَ

112.” Apabila Allah telah melepaskan lidahmu untuk meminta, maka ketahuilah bahwa Allah akan memberi kepadamu”.

  1. Syarah
  2. Yakni ketika Allah melepaskan lidahmu dari diam(tidak meminta) yang timbul karena kamu merasa kaya dan tidak butuh dan tidak melihat kefakiranmu, sehingga kamu mau meminta/berdo’a dengan lisanmu kepada Allah, itu disebabkan kamu sadar dengan kefakiranmu, pasti Allah akan memberi kepadamu. Karena Allah telah berjanji akan mengijabah do’a orang-orang yang sangat berhajat.

    Abdulloh binUmar berkata: Rosululloh saw.bersabda : Siapa yang telah mendapatkan izin berdo’a, berarti telah dibukakan baginya pintu rahmat, dan tiada dimintai sesuatu yang lebih disukai oleh Allah dari pada dimintai ampunan dan selamat dunia akhirat.

    Dalam Hadits lain: Rosululloh saw. bersabda: Siapa yang telah diberi kesempatan berdo’a, maka tidak akan diharamkan dari ijabah(diterimanya do’a)

    Anas bin Malik berkata: Rosululloh saw. Bersabda: Apabila Allah kasih sayang kepada seorang hamba, maka diturunkan kepadanya bala’, maka bila ia berdo’a, Malaikat berkata: suara yang sudah terkenal, Jibril berkata; Tuhanku, hambaMu fulan, sampaikan hajatnya. Allah menjawab: Biarkan saja hambaku, Aku suka mendengar suaranya, maka apabila hamba berkata: Ya Robbi, Allah menjawab: Labbaika hambaKu, tiada engkau berdo’a kecuali Aku sambut, dan tiada engkau meminta melainkan pasti Aku berikan,ada kalanya aku segerakan pemberianku untukmu, atau aku simpan untukmu yang lebih baik bagimu. Atau Aku tolak dari padamu bala’ yang lebih besar dari itu.


    العاَرِفُ لاَ يَزوُلُ اِضْطرَارُهُ ولاَ يَكُوْنُ معَ غَيْرِالله قرَارةٌ

    113.” Seorang aarif tidak akan hilang rasa hajat kebutuhannya kepada Allah, dan tidak pernah merasa tenang, atau bersandar kepada sesuatu selain Allah”.

    1. Syarah
    2. Seorang Arif mempunyai hati yang sangat halus dan adab sopan santun yang sangat tinggi terhadap Allah. Dia mengenali karunia dan kekuasaan Allah, pada nikmat penciptaan(ijaad) dan nikmat kelanjutan kewujudan (imdaad)yang diciptakan Allah. Dia meyakini bahawa tiada satu detik pun makhluk bisa terlepas dari ketergantungan kepada Allah.

      Seorang ‘Aarif selalu merasa berhajat kepada Allah, sebab memang tidak ada Sesutu yang bisa memuaskan kepadanya selain Allah,. Juga karena sadar benar-benar terhadap kekuasaan Allah disamping kelemahan dan kebutuhan diri sendiri kepada Allah.

Al-Unsu(Ketenangan Jiwa)

Al-Unsu(Ketenangan Jiwa)

مَتٰى اَوحَشكَ من خَلقِهِ فاَعْلم اَنَّهُ يُرِيدُ ان يَفتحَ لك باَبَ الاُنْسِ بِهِ

” Apabila Allah telah menjemukan kamu dari mahluk,maka ketahuilah bahwa Allah akan membukakan untukmu pintu ketenangan dan senang kepada Allah”.

  1. Syarah
  2. Pada hikmah-hikmah sebelumnya menjelaskan tentang karunia pemberian Allah kepada kita, sehingga kita tahu tentang kefakiran dan kehinaan kita.

    Pada hikmah ini Syeikh Ibnu ‘Ato’illah mejelaskan tanda orang-orang yang sudah bergantung kepada Allah akan diberi UNSU (ketenangan hati). Yaitu Ketika Allah telah membuka pintu ketenangan menghadap Allah,maka kamu benar-benar menjadi hamba Allah, dan kamu akan merasa jemu dengan selainNya (mahluk), karena merasa mahluk tidak bermanfaat, bahkan adakalanya mudhorrot baguimu. Diceritakan: Syeih Abu Yazid al-busthomy, ketika ia diperlihatkan oleh Allah alam Malakut dan mahluk-mahluk yang ada di langit, kemudian di Tanya: adakah sesuatu yang menyenangkan engkau? Jawabnya: Tidak. Maka dikatakan kepadanya: Engkau hamba Allah yang sesungguhnya.

Waktu Terbaik untuk Hamba

Waktu Terbaik untuk Hamba

خَيْرُ اَوقاَتِكَ وَقْتٌ تَشْهَدُ فيهِ وُجُودُ فاَقَتِكَ وَتُرَدُّ فيِهِ اِلٰى وُجُودِ ذِلَّتِكَ

” Sebaik-baik waktu dalam hidupmu, ialah saat-saat dimana engkau merasa dan mengkui kefakiran / kebutuhanmu, dan kembali pada adanya kerendahan dirimu”.

  1. Syarah
  2. Sebaik-baik waktu dalam masa hidupmu, ialah saat ingat kepada Allah dan putus hubungan dengan segala suatu selainNya. Yaitu disaat merasakan benar-benar kebutuhanmu kepada Allah, sedang segala sesuatu yang lainnya tidak dapat menolong meringankan kebutuhanmu. Dan tidak ada pengharapan selain padaAllah. Maka pada saat itu murnilah pengertian tauhidmu kepada Allah.

    Diceritakan: Syeih ‘Ato’ as-sulamy itu selama tuju hari tidak merasakan makanan sama sekali dan dia tidak bisa berbuat apa-apa, tapi dalam kondisi seperti itu hati beliau tambah senang, dan berkata(berdo’a): Ya Tuhanku, jika Engkau tidak memberi makanan kepadaku tiga hari lagi tentu aku akan sholat seribu rokaat.

    Syeih Fathul-Mushily pada satu malam pulang kerumahnya, dan dirumahnya tidak ada makanan, tidak ada lampu, tidak ada kayu bakar. Lalu dia memuji kepada Allah dengan munajatnya: Ya Tuhanku, sebab apa aku Engkau tempatkan pada tempatnya para kekasihMu? .

Sifat Asli Manusia Dan Waktu Terbaik Untuk Hamba


Sifat Asli Manusia Dan Waktu Terbaik Untuk Hamba


فاَقَتُكَ لكَ ذاتِيَةٌ وَوُروُدُ الاَسباَبِ مُذَكِراَتٌ لكَ بماَ خَفىَ عليكَ منهَا وَالفاقَةُ الذ ّاَتِيَةٌ لاَتَرْفَعُهاَ العَوَارِضُ

“ Kefakiran / kebutuhanmu itu adalah sifat asli dalam dzat kejadianmu, sedang sebab-sebab / kejadian yang menghinggapi dirimu itu untuk mengingatkan kamu apa yang tersembunyi bagimu dari sifat aslimu, sedangkan kebutuhan / sifat asli itu tidk bisa dihilangkan dengan sesuatu yang sementara”.

  1. Syarah
  2. Hikmah ini menjadi kelanjutan dari hikmah sebelumnya, yang menerangkan nikmat pemberian dari Allah.

    Jadi jelas sudah, bahwa wujud / kejadianmu itu pemberian / ciptaan Tuhan, demikian pula hajat kebutuhan tiap detik untuk kelanjutan hidup, itupun pemberian Tuhan,maka jelas bahwa kebutuhan / kefakiran itu asli dalam kejadianmu.

    Jadi apabila kamu lupa dengan kefakiran kamu, seolah-olah kamu tidak berhajat karena sudah hidup, dalam kondisi sehat, punya harta maka itu suatu hal yang hinggap sementara ketika engkau lupa asal kejadianmu, maka Allah memberi padamu peringatan berupa penyakit, kekurangan harta dll, untuk mengingatkan kamu asal kejadianmu (fakir). Sehingga kamu mau kembali lagi menjadi seorang hamba.

    Sebagian ulama’ mengatakan : mengapa firaun mengatakan “ANA ROBBUKUMUL-A’LAA”( akulah tuhan yang maha tinggi.), itu dikarenakan firaun itu kaya dan selalu sehat tidak pernah sakit. Firaun dalam waktu 400 tahun itu tidak pernah sakit sekalipun, seumpama dia pernah sekali saja sakit kepala atau panas badannya, tentu dia tiadak akan mengku menjadi Tuhan.

Nikmat Iijad (Diciptakan) dan Nikmat Imdad (Kelanjutan)

Nikmat Iijad (Diciptakan) dan Nikmat Imdad (Kelanjutan)

نِعْمَتاَنِ ماَ خَرَجَ موْجُودٌ عَنْهاَ ولاَ بُدَّ لِكُلِّ مُكـَوِّنٍ مِنْهُما نِعْمةُ الاِيْجادِ وَنِعْمة ُالاِمْداَدِ

107.”Ada dua nikmat yang tidak ada satu mahlukpun yang terlepas dari keduanya, yaitu nikmat ciptaan(diwujudkan) dan nikmat kelanjutan.

  1. Syarah
  2. Karena tiap makhluk asalnya tidak ada, maka nikmat yang diterima pertama kali adalah nikmat iijad/diciptakanAllah yang menjadikannya ada.kemudian dilanjutkan dengan nikmat Imdad/kelanjutan hidup, yakni melengkapi kebutuhan hidup, sebab bila tidak dilengkapi kebutuhan hidup maka tidak akan dapat bertahan hidup.


    اَنْعَمَ عليكَ اوَّلاً بِالاِيجَادِ واثاَنياً بِتَوالى الاِمدادِ

    108. “Pada mulanya Allah memberi nikmat kepadamu berupa iijad/diwujudkan, kemudian nikmat yang kedua: melengkapi kebutuhan-kebutuhan wujudmu yang terus-menerus(bantuan/pertolongan Allah)”.

    1. Syarah
    2. Allah berfirman: wa-asbagho ‘alaikum ni’mahuu-dhohirotan-wa-baathinah.(Allah menuangkan kepadamu nikmat lahir batinyang terang dan samar, dan yang tidak terasa.)

      Dan firman Allah: “Tetapi Allah yang mencintakan kamu kepada iman,dan Allah menghias iman itu dalam hatimu, dan Allah yang membencikan kamu kepada kufur(kekafiran)dan pelanggaran dan maksiat dosa. Merekalah orang yang dapat petunjuk, itu semua karunia dari Allah dan nikmat, dan Allah maha mengetahui lagi bijaksana. Al-hujurat 8”.

      Dzun-Nun Al-Mishri berkata: Siapa yang dalam tauhid itu merasa seolah-olah sebagai hasil kecerdasannya sendiri, maka tauhid itu, tidak dapat menyemenyelamatkannya dari api neraka, sehingga merasa bahwa tauhidnya itupun karunia dari Allah ta’ala.

      Seseorang apabila telah merasa asal kejadiaannya dari Allah dan kelanjutannya pun dari Allah, merasa bahwa sifat fakirnya itu memang asli pada kejadiannya, dan ia tidak dapat melepaskan diri dari Tuhan yang di hajatkannya pada tiap detik dalam wujudnya.

Jangan Menyombongkan Amalmu

Jangan Menyombongkan Amalmu

رُبَّماَ فَتَحَ لكَ باَبَ الطَّاعةِ وَماَ فَتَحَ لكَ بَابَ القَبُولِ. وَرُبَّمَا قَضىَ عليكَ بالذ َّنْبِ فَكانَ سَبَباً فِي الوُصوُلِ

105.”Terkadang Allah membukakan untukmu pintu taat, tetapi belum dibukakan pintu kabul (penerimaan), Sebagaimana adakalanya ditaqdirkan engkau berbuat dosa, tetapi menjadi sebab Wusul (sampaimu) kepada Allah”.

  1. Syarah
  2. Taat itu terkadang bibarengi dengan penyakit hati yang bisa menghilangkan ikhlas,seperti ujub(bangga dengan amalnya dll. Sedangkan dosa itu terkadang diikuti dengan merasa hina dirinya dan menganggap baik orang yang tidak melakukannya, dan menjadikan dia meminta ampun kepada Allah sehingga menjadi sebab Allah mengampuni dosanya, dan bisa wushul kepada Allah.

    Abu hurairoh ra. berkata: Bersabda Nabi saw. “Demi Allah yang jiwaku ada di tanganNya, andaikan kamu tidak berbuat dosa, niscaya Allah akan menyingkikan (mematikan)kamu, dan diganti dengan orang-orang yang berbuat dosa lalu minta ampun kepada Allah, lalu di ampuni oleh Allah.


    مَعْصِيَة ٌ اَورَثـْتَ ذُلاًّ واَفـْتِقَاراً خَيرٌ من طاَعةٍ اَوْرَثـْتَ عِزًّ واسْتِكباَراً

    106.”Maksiat (dosa) yang menjadikan rendah diri dan membutuhkan rahmat dari Allah,itu lebih baik dari perbuatan taat yang membangkitkan rasa sombong, ujub dan merendahkan orang lain”.

    1. Syarah
    2. Merasa hina,rendah diri itu bagian dari sifatnya seorang hamba kepada Allah. Syeikh Abu Madyan berkata : inkitsarun lil-‘aashi khoirun min wushuulil-muthii’I Perasaan rendah diri yang telah berbuat dosa, itu lebih baik dari kesombongan seorang yang taat.

      Ada kalanya seorang hamba berbuat kebaikan yang menimbulkan rasa ujub,sombong, sehingga menggugurkan amal yang di kerjakan sebelumnya. Dan ada kalanya seorang berbuat dosa yang menyedihkan hatinya, sehingga timbul rasa takut kepada Allah, yang menyebabkan keselamatan pada dirinya.

      As-sya’by meriwayatkan dari Al kholil bin Ayyud, bahwasanya seorang ‘abiid (ahli ibadah) Bani israil,ketika ia berjalan ia selalu dinaungi oleh awan, tiba-tiba ada seorang pelacur bani israil tergerak hatinya, ingin mendekat kepada si ‘Abid. Maka ketika pelacur itu mendekat pada si ‘abid, tiba-tiba si abid itu mengusirnya dengan berkata: pergi kau dari sini. Maka Allah menurunkan wahyu kepada Nabi, bahwa Aku(Allah) telah mengampuni dosa pelacur itu dan membatalkan amal aabid itu. Maka berpindahlah awan dari atas kepala aabid ke atas kepala pelacur itu.

      Al-harits Al-muhasiby berkata: Allah menghendaki supaya anggauta lahir ini sesuai dengan batinnya(hati), maka apabila sombong congkak seorang alim/aabid, sedangkan pelacur itu tawadhu’ merendahkan diri, maka ketika itu pelacur itu lebih taat kepada Allah dari si aabid dan alim.

      Ada pula kisah: seorang aabid bani israil sedang sujud, tiba-tiba kepalanya diinjak oleh orang,maka aabid itu berkata: angkat kakimu, Demi Allah aku tidak akan mengmpunkan engkau. Maka Allah menjawab: Hai orang yang bersumpah atas namaKu, bahkan engkau tidak diampunkan karena kesombonganmu. Al Harits berkata: Dia bersumpah karena merasa diri besar disisi Allah, maka kesombongan, ujub itulah yang tidak di ampuni Allah.

Memahami Rahasia Pemberian dan Penolakan Allah

Memahami Rahasia Pemberian dan Penolakan Allah

مَتىَ اَعْطاَكَ اَشْهَدَكَ بِرَّهُ وَمتىَ مَنَعَكَ اَشْهَدَكَ قَهْرَهُ فَحُوَ فىِ كُلِّ ذٰلكَ مُتَعَرِّفٌ اِليكَ وَمُقَبِّلٌ لِوُجوُدِ لُطْفِهِ عليْكَ

103. “Apabila Allah memberi karunia kepadamu, maka Ia akan menunjukkan kepadamu karunia belas kasihNya, dan apabila Allah menolak pemberianNya atasmu, maka Ia akan menunjukkan kepadamu kekuasaanNya, maka Ia dalam semua itu memperkenalkan diri kepadamu, dan mehadapkan kepadamu dengan kehalusan pemberian pemeliharaanNya kepadamu”.

  1. Syarah
  2. Kuwajiban bagi tiap hamba harus mengenal Tuhannya, dengan segala sifat-sifat kebesaranNya. Maka siapa yang tidak mau mengenal dengan sifat Mu’thi Wahhab (pemberi) maka ia harus mau mengenal dengan sifat

    Mani’(menolak) Muntaqim(membalas) Qohhar(memaksa). Tetapi apabila telah mengenal hikmah Rahmat Allah, maka terasa bahwa semua itu semata-mata karunia dari Allah kepada hambaNya.

    Sufyan as-tsaury bertemu dengan Abu Habib Al-badry, dan member salam, Abu Habib bertanya: Engkaukah Sufyan astsaury yang terkenal itu? Jawabnya: benar, semoga Allah memberkahi apa yang dikatakan orang-orang itu. Lalu Abu Habib berkata: Hai Sufyan, tidak ada suatu kebaikan melainkan berasal dari Tuhan. Jawab Sufyan, Benar. Ditanya lagi: mengapa kamu tidak suka bertemu pada siapa yang tidak ada kebaikan Kecuali padaNya. Hai Sufyan: Penolakan Allah kepadamu itu berarti pemberian karuniaNya padamu, sebab ia tidak menolak karena bakhil atau tidak ada, hanya dia menolak permintaanmu karena kasihnya kepadamu. Hai Sufyan, Sesungguhnya aku masih suka duduk dengan engkau tetapi bersamamu itu ada kesibukan, kemudian Abu habib menuju kekambingnya dan membiarkan Sufyan Astsaury.


    اِنَّمَا يوُءَلِّمكَ المَنْعُ لِعَدَمِ فَهْمِكَ عَنِ اللهِ فيهِ

    104. “Sesungguhnya sebab terasa pedihnya penolakan Allah kepadamu itu, karena engkau tidak mengerti hikmah rahmat Allah dalam penolakan (tidak memberikan keinginan/harapanmu)itu”.

    1. Syarah
    2. Sebagian dari tanda memahami penolakan (tidak mengabulkan do’a) dari Allah yaitu:

      1. Kita bisa memahami Bahwasannya Allah menghendaki kita menghadap kepadaNya, selalu bergantung kepadaNya, dan tanda dikasihi Allah, karena apabila Allah mencintai hambanya maka hamba itu akan di jaga dari kesenangan dunia.

      2. Kita bisa memahami Bahwasannya Allah akan menapakkan kita kejalan orang-orang yang dekat dengan Allah. Seperti kata Syeih al-Fudhail dalam munajatnya : Ya Tuhanku, Engkau memberi lapar padaku dan keluargaku, dan Engkau tidak memberi pakean pada ku dan keluargaku, yang itu semua biasanya diperuntukkan orang-orang pilihan, lalu kenapa aku bisa mendapatkan kedudukan yang seperti itu?.

      3. Kita bisa memahami Bahwasannya dunia itu rusak, hina dan akan musnah, dan kita merasa senang dengan simpana untuk kita besok di akhirat.

      Dengan memahami itu semua akan membuka hati kita. Dan apabila hati kita telah terbuka maka kita bisa memahami bahwa penolakan dari Allah itu lebih menyenangkan. Jadi Allah tidak memberi itulah Hakikatnya pemberian Allah.

      Tiada sempurna Iman dan keyakinan seseorang kepada Allah sebelum ia memiliki dua sifat:

      1. Percaya penuh kepada Allah, yakni bersandar dan berharap hanya kepada Allah.

      2. Bersyukur kepada Allah karena dihindarkan dari padanya apa yang di ujikan pada orang lain yaitu berupa kekayaan dunia.

      Juga tidak sempurna iman keyakinan hamba sebelum ia mengerti bahwa pemberian Allah sesuatu yang manfaat. Dan penolakan Allah itu karena madhorot/bahaya.

Beribadah Jangan Mengharap Sesuatu Selain Allah

Beribadah Jangan Mengharap Sesuatu Selain Allah

مَنْ عَبَدَهُ لِشىءٍ يَرْجُوهُ مِنْهُ اَوْلِيَدْفَعَ بِطاَعَتِهِ وُرودُ العُقُوبَتِ عَنْهُ فَماَ قَاَمَ بِحَقِّ اَوْصَافِهِ

”Barang siapa menyembah Allah karena mengharap sesuatu, atau untuk menolak siksa atas dirinya, maka dia belum menunaikan kewajiban terhadap sifat-sifat Allah”.

  1. Syarah
  2. Sebagai hamba Allah kita wajib menghamba dan beribadah hanya kepadaNya, yang kita tuju juga hanya Allah, bukan karena pahala surgaNya, atau atau siksa nerakaNya. ILAAHI ANTA MAQSHUUDII-WA-RIDHOOKA MATHLUUBII.

    Allah telah menurunkan wahyu pada Nabi Dawud as.: Sesungguhnya orang yang sangat aku kasihi ialah orang yang beribadah bukan karena upah pembeerianKu, tetapi semata-mata karena Aku yang berhak untuk disembah. Dalam kitab zabur disebutkan: Dan siapakah yang lebih kejam dari orang yang menyembahku karena surge atau neraka, apakah seandainya Aku tidak membuat surge atau neraka, Aku tidak berhak untuk disembah.. Nabi saw.bersabda: Janganlah berlaku sebagai seorang hamba yang busuk jika takut, lalu bekerja/beribadah. Dan jangan berbuat sebagai buruh Yang busuk jika tidak di bayar tidak bekerja.

    Sebab sebenarnya pemberian Allah kepada hamba itu sudah lebih dari yang diharapkan yaitu hidupnya, nafasnya,panca indranyadan kesehatannya dan lain-lainnya.

    Abu Hazim berkata: Saya malu menyembah Allah karena pahala, seperti buruh yang busuk jika tidak di bayar tidak bekerja, atau menyembah karena takut siksa, seperti budak yang curang jika tidak takut siksa, tidak bekerja, tetapi saya menyembah Allah karena cinta kepadaNya.

    Sufyan As-tsaury minta nasehat kepada Robi’ah Al-adawiyyah, maka Robi’ah berkata: Engkau seorang yang baik, andaikan engkau tidak cinta kepada dunia.

Amal dan Balasan dari Allah


Amal dan Balasan dari Allah


جَلَّ رَبُّناَ اَنْ يُعاَملهُ العَبْدُ نَقْداً فَيُجاَزِيهُ نَسِيْـءَـةً

99. "Maha agung Tuhan, jika seorang hamba beramal kontan (segera) dan di balas kemudian hari".

  1. Syarah
  2. Pembalasan amal itu tidak khusus di akhirat saja, tapi kadang sebagian ada yang di wujudkan didunia,supaya mendorong semangatnya amal, dan sebagai tanda diterimanya amal.


    كَفىَ من جَزَاءهِ اِيَّاكَ علىَ الطاَّعةِ اَنْ رَضِيكَ لها اَهْلاً

    100."Cukuplah menjadi balasan Allah atas ketaatanmu jika Allah ridho menjadikan engkau ahli taat beribadah."

    1. Syarah
    2. Apabila tidak ada Ridho Allah, pasti sifat manusia itu malas melakukan taat dan tidak memperhatikan ibadahnya.

      Jadi apabila Allah memberi kemudahan bisa melaksanakan ibadah, hakikatnya itu suatu pembalasan dan anugerah yang sangat besar yang ada di dunia.

      Ingatlah! Kita itu mahluk yang hina, tidak berhak dan pantas mengabdi/hidmah kepada Raja diRaja (Allah), jadi kalau Allah mendekatkan kita bisa mengabdi kepada-Nya, dan Allah ridho kepada kita menjadi ahli hidmah, itu suatu nikmat yang sangat besar.

      Taufiq dan hidayah dari Allah yang diberikan kepada seorang hamba itu sebagai karunia yang sebesar-besarnya bagi seorang hamba, sebab dengan hidayah dan taufiq itulah seorang hamba dapat menerima nikmat dan bahagia dunia akhirat.


      كفىَ العاَمِلِينَ جَزَاءً ماَهوَ فاَتِحُهُ على قلوبِهِمْ فِي طاَعَتِهِ وَماَ هُوَ مُورِدُهُ عليهِمْ من وُجُودِ موءَانَسَتِهِ

      101. “Cukuplah sebagai balasan dari Allah pada orang-orang yang beramal,apa yang telah dibukakan Allah dalam hati mereka dari kebiasaan melakukan taat dan apa yang di berikan Allah pada mereka berupa kesenangan berdzikir kepuasan berkholwat,menyendiri dengan Allah”.

      1. Syarah
      2. Tidak ada nikmat didunia ini yang menyamai/menyerupai nikmat surga, kecuali nikmat yang dirasakan oleh ahli dzikir,dalam perasaan hati.

Hakikat Pemberian dari Makhluk


Hakikat Pemberian dari Makhluk


العَطَاء مِنَ الخَلقِ حِرْماَنٌ والمنْعُ من اللهِ اِحْسانٌ

"Pemberian dari makhluk itu suatu kerugian(penghalang), dan
penolakan dari Allah itu suatu pemberian kebaikan dan karunia".

  1. Syarah
  2. Hikmah ini merupakan ucapan ahli tauhid yang sebenarnya. Orang yang benar-benar bertauhid menganggap bahawa sekiranya mereka menerima pemberian makhluk sedangkan hatinya tidak melihat bahawa pemberian itu sebenarnya dari Allah, maka dia menerima pemberian itu suatu kerugian.

    Sedangkan penolakan Allah atas permintaanmu itu hakikatnya suatu pemberian dan anugerah dari Allah, karena Allah menempatkan kamu dipintu Rahmat-Nya dan menyelamatkan kamu dari terhalang dengan-Nya. Ali bin Abi Tholib berkata: Jangan merasa adanya yang memberinikmat kepadamu selain Allah, Dan anggaplah segala nikmat yang kamu terima dari selain Allah sebagai kerugian. (yakni: diantara engkau dengan Allah tidak ada perantara, maka semua nikmat yang kamu terima
    semata-mata dari Allah, dan bila terjadi engkau merasa menerima nikmat dari sesama manusia, maka itu sebagai kerugian bagimu.)

    Seorang Hakim berkata: Menanggung budi kebaikan dari manusia itu lebih berat dari pada sabar karena kekurangan(ketiadaan). Pemberian dari Makhluk itu, pada umumnya menyebabkan terhijab dari Allah, sehingga tidak ingat pada Allah. dan merasa berhutang budi kepada sesame manusia, dan inilah letak kerugian moril. sebaliknya penolakan dari Allah yang menyebabkan kita ingat Allah itu, berarti suatu karunia nikmat yang besar dari Allah.

At-thoyyu


At-thoyyu

(Melipat / Menyingkat Jarak / Waktu)


اَلطَّيُّ الحقِقيُّ اَنْ تطوٰى مساَفة ُ الدُّنْياَ عَنْكَ حَتَّى ترَىالاٰخِرَةَ اَقْرَبَ اِليكَ منكَ

"Menyingkat/melipat jarak yang hakiki ialah jika engkau bisa menyingkat jarak dunia ini, sehingga engkau dapat melihat akhirat itu lebih dekat kepadamu dari pada dirimu sendiri".

  1. Syarah
  2. Hikmah ke 97 ini menerangkan tentang at-thoyyu al-haqiqy, yang diberikan kepada para kekasih Allah, dengan thoyyu al-haqiqy Allah memulyakan para wali-wali-Nya. Bukan melipat jaraknya perjalanan di bumi (Indonesia- makkah bisa ditempuh hanya satu langkah atau kedipan mata,

    Dan juga bukan menghabiskan masa siang malam dengan sholat dan puasa semata-mata. Karena itu semua bisa bercampur dengan sifat riya’ ujub dll.

    At-Toyyul haqiqyy itu diberikan pada orang-orang yang telah bersinar Nurul yaqin dalam hatinya, sehingga dia melihat dunia akan hilang dari pandangannya, dan melhat akhirat ada dekat didepannya. Orang yang seperti ini tidak mungkin akan mencintai dunia, karena dia tahu rusaknya dunia.

    Dalam keterangan lain Ibnu 'Athoillah berkata: Andaikata Nur keyakinan itu telah terbit terang di hati mu, pasti engkau dapat melihat akhirat lebih dekat kepadamu daripada engkau akan pergi kesana, dan pasti dapat melihat segala keindahan dunia ini diliputi suramnya kerusakan dan kehancuran yang akan menimpa kepadanya.

Carilah Kemuliaan yang Abadi

Carilah Kemuliaan yang Abadi

اذا اَرَدتَ اَنْ يَكُونَ لكَ عِزًّ لاَ يَفْنىَ فَلاَ تَسْتَعِزَّنَّ بِعِزٍّ يُفـْنىٰ

" jika engkau ingin mendapatkan kemuliaan yang tidak punah/rusak, maka jangan membanggakan kemuliaan yang bisa rusak".

  1. Syarah
  2. Manusia mencari kemuliaan melalui berbagai macam cara. Mereka mencarinya melalui harta, pangkat dan kekuasaan. Ada yang mencarinya melalui ilmu dan amal. Semua kemuliaan yang diperoleh dengan cara demikian bersifat sementara.Semua kemuliaan tersebut adalah fatamorgana.

    Kemuliaan yang abadi/tidak rusak hanya kemuliaanAllah, maka bergantunglah dengan Allah,sebab Allah kekal abadi dan tidak rusak. adapun jika bergantung kepada kekayaan, kebangsaan, kedudukan,maka semua itu palsu dan akan rusak tidak kekal. maka barang siapa bergantung pada suatu sebab yang tidak kekal, maka akan rusak bersama dengan rusaknya sebab/alat itu.

    Allah berfirman :" Apakah merka mengharapkan pada apa yang mereka sanjung itu suatu kemuliaan, ketahuilah sesungguhnya kemuliaan itu semuanya milik dan hak Allah ta'ala".

    Ada hikayat: seorang datang kepada raja Harun al-rasyid, untuk memberi nasihat, tiba-tiba Harun al-rasyid marah kepadanya, lalu memerintahkan kepada pengawalnya supaya mengikat orang itu bersama dengan keledainya yang nakal, supaya dia mati di tendang keledai. setelah perintah dilaksanakan tiba-tiba keledai itu jadi lunak kepada orang yang akan dihukum. kemudian Harun memerintahkan supaya orang tersebut di masukkan kedalam rumah dan pintunya supaya ditutup dengan semen, supaya dia mati didalamnya, tiba-tiba orang yang dihukum itu telah berada di luar(kebun)sedang pintu rumah masih tertutup dengan semen. maka orang itu dipanggil oleh Harun al-rasyid dan ditanya: Siapa yang mengeluarkan kamu dari rumah(penjara)? jawabnya: yang memasukkan saya kekebun,. Harun bertanya lagi: dan siapa yang memasukkan engkau kedalam kebun? jawabnya: yang mengeluarkan aku dari rumah.

    kemudaian Harun al-rasyid sadar dan memerintahkan pengawalnya untuk membawa orang itu diatas kendaraan dan keliling kota,sambil memberitahukan pada masyarakat: ketahuilah bahwa raja Harun al-rasyid menghinakan orang yang telah di mulyakan Allah, maka tidak bisa...

    Seorang datang kepada seorang 'Arif sambil menangis, maka ditanya oleh sang 'Arif: Mengapa engkau menangis? jawabnya: karenaguruku telah mati. orang 'Arif berkata: mengapa engkau berguru pada orang yang bisa mati..

Lahir dan Batinnya Alam (Dunia)

Lahir dan Batinnya Alam (Dunia)

اَلاَكـْواَنُ ظاَهِرُهاَ غِرَّ ةٌ وَباَطِنُهاَ عِبْرَةٌ فاَالنَّفْسُ تَنْظُرُ اِلىَ ظاَهِرِ غِرَّتِهاَ والقَلبُ يَنْظُرُ اِلٰى باَطِنِ عِبْرَتِهاَ

"Alam semesta ini lahirnya berupa tipuan, dan batinnya sebagai peringatan, maka hawa nafsu melihat lahir tipuannya, sedangkan mata hati memperlihatkan peringatan/akibatnya".

  1. Syarah
  2. Dunia ini bila dilihat dari lahirnya akan terlihat sangat indah, menyenangkan dan menggiurkan, sehingga banyak orang yang mencintai dunia, terbujuk oleh dunia sehingga melupakan Allah sang pencipta dan penguasa dunia.

    Allah berfirman: “ Maka janganlah kamu tertipu oleh kehidupan dunia”.

    Firman AllahWAMAL-HAYATAD-DUN-YA ILLAA MATAA-UL GHRUUR.(tiadalah kehidupan dunia ini melainkan kesenangan yang menipu.)

    Apabila dunia dilihat dari sisi batinnya (hakikatnya), akan menjadikan pelajaran bagi kita untuk mengenal Allah, dunia yang kita lihat akan membuat hati melihat manifestasi ketuhanan didalamnya, dan dunia tempat berjalannya Qudrat dan Irodat Allah.

Rahasia Pemberian dan Penolakan Allah

Rahasia Pemberian dan Penolakan Allah


رُبَّماَ اَعْطاكَ فمَنَعكَ وَرُبَّماَ منَعَكَ فأَعْطاكَ

93." Terkadang Allah memberimu kekayaan/kesenangan dunia, tetapi Allah menahan tidak memberimu perkara yang hakikatnya baik padamu(taufiq dan hidayah-Nya). dan terkadang Allah menahan (tidak memberi) kamu dari kesenangan dunia tetapi pada hakikatnya memberikan kepadamu taufiq dan hidayah-Nya".

  1. Syarah
  2. Jadi apabila Allah tidak memberi apa yang menjadi syahwat keinginanmu dan apa yang enak menurut perasaan nafsumu, hakikatnya itu adalah pemberian yang agung dari Allah, dan kamu dilepaskan dari apa yang menjadi kepentingan nafsumu.

    Sebaliknya walaupun kelihatannya itu sebagai pemberian dari Allah (dikabulkannya do’amu) pada hakikatnya itu sebagai penolakan dari Allah.

    Syeikh Muhyiddin Ibnu 'Aroby berkata: “jika ditahan (tidak diberi) permintaanmu maka hakikatnya engkau telah diberi,dan jika permintaanmu segera diberikan maka hakikatnya, telah ditolak dari sesuatu yang lebih besar. karena itu utamakan tidak dapat dari pada dapat, dan sebaiknya hamba tidak memilih sendiri, tapi menyerahkan sepenuhnya kepad Allah yang menjadikannya. dan yang mencukupi segalakebutuhannya”.


    مَتٰى فتَحَ لكَ باَبَ الفـَهْمِ فِى المَنْعِ عاَدَ المَنْعُ هُوَ عَيْنُ العطاَءِ

    94. "Apabila Allah telah membukakan pengertian (faham) tentang penolakan-Nya, maka berubahlah penolakan itu hakikatnya menjadi pemberian".

    1. Syarah
    2. Sesuatu yang sangat menghalangi perjalanan kerohanian seorang murid adalah keinginan diri sendiri. Dia berkeinginan sesuatu yang menurutnya akan membawa kebaikan kepada dirinya. keinginan atau hajat keperluannya itu mungkin tentang dunia, akhirat atau hubungan dengan Allah swt. Jika hajatnya tercapai dia merasa menerima karunia dari Allah. Jika hajatnya tidak tidak dikabulkan dia akan merasa itu sebagai penolakanAllah. dan merasa jauh dari Allah. Orang yang berada pada peringkat ini selalu mengaitkan makbul permintaan atau do'a, dengan kemuliaan di sisi Allah. Jika Allahmengabulkan permintaannya dia merasa itu adalah tanda dia dekat dengan-Nya. Jika permintaannya ditolak dia merasa itu tanda dia jauh. Anggapan begini sebenarnya tidak tepat. Tidak semua penerimaan do'a itu menunjukkan dekat dan tidak semua penolakan itu menunjukkan jauh.

      Apabila Allah telah memperlihatkan kepadamu hikmah kebijaksanaan-Nya dalam apa yang di jauhkan-Nya dari kamu, maka itu berarti suatu karunia Tuhan kepada mu. sehingga terasa olehmu keselamatanmu dunia dan akhiratmu.

Al-Basthu dan Al-Qobdhu

Al-Basthu dan Al-Qobdhu

بسطكَ كى لا يُبْقِيك مع القبضِ وقبضكَ كى لا يترُككَ معَ البسطِ واخْرَجكَ عَنْهماكى لاتكون لشىءٍدونهُ

90.Allah melapangkan bagimu, supaya kamu tidak selalu dalam kesempitan (qobdh). dan Allah telah menjadikan kamu sempit supaya kamu tidak hanyut(terlena dalam kelapangan(basth). dan Allah melepaskan kamu dari keduanya, supaya kamu tidak tergantung kepada sesuatu selain Allah."

  1. Syarah
  2. Arti Hikmah ini, Allah selalu membuat macam-macam keadaan hatimu, supaya kamu selalu sadar dan fana’, yakni,tidak melihat keadaanmu itu.

    Jadi Qobdhu (kesempitan itu untuk ahli Bidayah, seumpama tidak ada Qobdhu tentu tidak bisa melatih/mencegah dari kebiasaan dan kesenangan nafsu. Sedangkan maqom Basthu, bagi orang yang masuk permulaan futuh, supaya tidak kendor kekuatannya dan angauta badannya bisa digunakan untuk sesuatu yang disenangi yaitu pemberian dari Allah dan dan tanda-tanda ridho dari Allah. Sedangkan maqom I’TIDAL, itu bagi orang yang berada pada ahir suluknya, supaya keadaannya bisa tetap (tidak berubah) dan bersih amalnya,dan selalu di sisiAllah, tanpa ada ‘illat.

    Allah merubah-rubah keadaan dari sedih ke gembira, dari sakit ke sehat, dari miskin kekaya dari gelap keterang dan seterusnya, supaya mengerti bahwa kita tidak bisa lepas dari hukum dan ketentuan-Nya. dan supaya kita selalu berdiri diatas landasan LAA-HAULAA-WALAA-QUWWATA ILLAA-BILLAH.

    firman Allah:

    لِكيْلا تأ ْسَوْاعلٰى ماَ فاَتَكُم ولا تَفرَحُوْا بِماَ اٰتَكمُ ْ

    " Supaya kamu tidak sedih(menyesal) terhadap apa yang terlepas dari tanganmu, dan tidak gembira atas apa yang di berikan kepadamu".


    العَارِفوُنَ اِذاَ بُسِطوُ اَخـْوَفَ مِنْهُمْ اِذاَ قبَضَُوا وَلاَ يَقِفُ علىَحُدُودِ الاَدَبِ فى الْبَسْطِ الاَّ قلِيْلٌ

    91. "al-'Arifun(Orang yang ma'rifat billah) jika merasa lapang, itu lebih khawatir/takut kepada Allah, dari pada jika berada dalam kesempitan, dan tidak dapat berdiri tegak dibatas-batas adab dalam keadaan lapang (basthu) kecuali hanya sedikit sekali".

    1. Syarah
    2. Dalam kitab ‘Latho-iful minan’ Syeih Ibnu Ato-illah berkata: “ Keadaan basthu itu menggelincirkan kaki para lelakinya Allah (orang sholih),. Jadi keadaan Basthu menjadikan sebab para ‘Arifin menambah kehati-hatiannya, dan kembali pada Allah. Sedangkan keadaan Qobdhu itu lebih dekat dengan keselamatan, karena itu sudah menjadi kedudukan hamba. Karena hamba selalu dalam genggaman dan kekuasaan Allah”.

      Abu bakar Assidiq ra. berkata: “kami diuji dengan kesukaran, maka kami kuat bertahan dan sabar. tetapi ketika kami diuji dengan kesenangan (kelapangan), hampir tidak tahan/sabar”.

      Syeikh Yusuf bin Husain ar-razy menulis surat kepada Al-Junaidy: “Semoga Allah tidak memberimu rasa kelezatan hawa nafsumu,jika engkau merasakan kelezatan,maka tidak akan merasakan kebaikan untuk selamanya”.


      البَسْطُ تاءْخُذُ النَّفْسُ مِنْهُ حَظَّهاَ بِوُجُودِ الفَرَحِ والقبضُ لاَ حَظَّ للنَّفْسِ فِيْهِ

      92." Didalam keadaan lapang (bashtu),hawa nafsu dapat mengambil bagiannya karena gembira, sedang dalam keadaan sempit (qobdhu) tidak ada bagian sama sekali untuk hawa nafsu".

      1. Syarah
      2. Hikmah ini menjelaskan hikmah sebelumnya tentang sulitnya menjaga adab/tatakrama kepada Allah dikala keadaan Basthu,maka dari itu sedikit sekali orang yang bisa menepati adab kepada Allah dikala Basth.

        karena itu manusia lebih aman dalam kesempitan, karena hawa nafsu tidak dapat berdaya dan tidak dapat bagiannya.

        Syeih Abul Hasan Assayadzily ra. berkata: Alqobdhu wal Basthu ( susah /sedih dan senang dalam hati)itu selalu silih berganti dalam perasaan tiap hamba, bagaikan silih bergantinya siang dan malam.Dan sebabnya qobdhu(susahnya hati) itu salah satu dari tiga: karena dosa atau kehilangan dunia. atau dihina orang. maka jika seseorang merasa berdosa maka segeralah bertaubat. jika kehilangan dunia, maka harus rela dan menyerahkan kepada hukum Allah. dan jika dihina orang harus sabar. dan jagalah dirimu jangan sampai kamu merugikan orang lain,

        Dan apabila terjadi qobdh yang tidak di ketahui penyebabnya, maka harus tenang dan menyerah kepadaAllah. insya Allah tidak lama akan sirna masa gelap dan berganti dengan terang, adakalanya terangnya bintang, yaitu ilmu. atau sinar bulan yaitu tauhid. atau matahari yaitu ma'rifat. tetapi jika tidak tenang di masa gelap(qobdh) mungkin akan terjerumus kedalam kebinasaan.

        Adapun masalah basthu(riang/senangnya hati), maka sebabnya adalah satu dari tiga ini: karena bertambahnya kelakuan ibadah/taat dan bertambahnya ma'rifat atau bertambahnya kekayaan atau kehormatan dan yang ke tiga karena pujian dan sanjungan orang kepadanya.

        maka adab seorang hamba :jika merasa bertambah kelakuan ibadahnya dan ilmu ma'rifatnya, harus merasa bahwa itu semata-mata karunia dari Allah,dan berhati-hati jangan sampai merasa bahwa itu dari hasil usahanya sendiri. dan jika mendapat tambahnya harta dunia, maka ini pula sebagai karunia dari Allah juga, dan harus waspada jangan sampai terkena bahayanya. adapun jika mendapat pujian dari orang lain kepadamu, maka kehambaanmu harus bersyukur kepada Allah yang telah menutupi kejelekanmu/aibmu, sehingga orang lain hanya melihat kebaikanmu.