Hikmah Hijrah Rasulullah SAW


Sebagaimana di ketahui dalam catatan sejarah, bahwa Nabi Muhammad saw. dan para sahabat beliau mengembangkan risalah Islam di Mekkah banyak menemui tantangan dan hambatan yang tidak ringan. Orang-orang Quraisy menentangnya. Mereka melakukan penganiayaan terhadap sahabat-sahabat beliau dengan tujuan agar Nabi saw menghentikan dakwahnya.

ألحَمْدُ لِلّهِ. ألحَمْدُ لِلّهِ الذِي جَزَى العَامِلِيْنَ. وأحَبَّ الطَّائِعِيْنَ. وَأبْغَضَ العَاصِيْنَ. أشْهَدُ أنْ لاَ اِلهَ اِلااللهُ. وَأشْهَدُ أنَّ مُحَمّدًا رَسُوْلُ اللهِ. اَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمّدٍ الهَادِي اِلَى صرَاطِكَ المُسْتَقِيْمِ. وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَالمُجَاهِدِيْنَ فِي سَبِيْلِكَ الْقَوِيْمِ. أمَّا بَعْدُ. فَيَا عِبَادَاللهِ اتَّقُوْاللهَ الّذِي لا اِلهَ سِوَاهُ وَاعْلَمُوا أنَّ اللهَ أمَرَكُمْ بِالطَّاعَةِ والْعِبَادَةِ. وَنَهَاكُمْ بِالظُّلْمِ وَالْمَعْصِيَةِ. فَلا يَكُوْنُ ذلِكَ اِلاَّ لِخُسْرَانِكُمْ وَهَلالِكُمْ. وَلَكِنِّ اللهَ يَرْحَمُكُمْ وَأنْزَلَ نِعَمَهُ عَلَيْكُمْ. فَأَطِيْعُوْهُ وَاعْمَلُوا الصَّالِحَاتِ وَاجْتَنِبُوا عَنِ السَّيِّئَاتِ. لِأَنَّ اللهَ جَزَى أَعْمَالَكُمْ. أَثَابَكُمْ بِصَالِحِ أَعْمَالِكُمْ. وَعَذَّبَكُمْ بِسَيّءِ أَفْعَالِكُمْ. 

قَالَ اللَّهُ تَعَالَى :أَعُوْذُبِااللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ، بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ، فَالَّذِينَ هَاجَرُواْ وَأُخْرِجُواْ مِن دِيَارِهِمْ وَأُوذُواْ فِي سَبِيلِي وَقَاتَلُواْ وَقُتِلُواْ لأُكَفِّرَنَّ عَنْهُمْ سَيِّئَاتِهِمْ وَلأُدْخِلَنَّهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِن تَحْتِهَا الأَنْهَارُ ثَوَاباً مِّن عِندِ اللّهِ وَاللّهُ عِندَهُ حُسْنُ الثَّوَابِ


Hadirin Jama'ah Shalat Jum'at yang dimuliakan Allah,

Melalui mimbar khutbah ini, saya berwasiat kepada diri saya sendiri dan kepada para jama'ah sekalian, marilah kita bersama-sama senantiasa meningkatkan kadar ketaqwaan kepada Allah swt. Taqwa dalam arti yang sebenarnya. Yaitu dengan menjalankan perintah-perintah Allah dan meninggalkan semua laranganNya. Bahwasannya tidak ada perbedaan antara seseorang dengan seorang yang lainnya. Maka alangkah bahagia dan beruntungnya orang yang termasuk dalam golongan muttaqin. Karena kelak akan mendapat tempat dan maqam yang mulia di sisi Ilahi.

Hadirin Jama'ah Shalat Jum'at yang dimuliakan Allah,

Masih di bulan Muharram ini memanjatkan rasa syukur kehadirat Allah swt, yang telah memberikan nikmatnya kepada kita semua. Yaitu dengan menggunakan nikmat itu ke jalan yang di ridloi-Nya. Bersyukur atas nikmatnya, maka Allah pun akan menambah nikmat itu. Sebagaimana dalam surat Ibrahim ayat 7 Allah SWT berfirman:

وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِن شَكَرْتُمْ لأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ


Artinya: "Dan (ingatlah juga), tatkala tuhanmu memaklumkan: "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka sesungguhnya azab Ku sangat pedih."

Hadirin Jama'ah Shalat Jum'at yang dimuliakan Allah,

Sebagai upaya meningkatkan iman dan taqwa kepadanya, maka melalui datangnya Tahun Baru Hijriyah ini kita menegok sejarah masa silam, masa perjuangan Nabi saw. Dan para sahabat-sahabat beliau menegakkan agama Allah.

Sebagaimana di ketahui dalam catatan sejarah, bahwa Nabi Muhammad saw. dan para sahabat beliau mengembangkan risalah Islam di Mekkah banyak menemui tantangan dan hambatan yang tidak ringan. Orang-orang Quraisy menentangnya. Mereka melakukan penganiayaan terhadap sahabat-sahabat beliau dengan tujuan agar Nabi saw menghentikan dakwahnya.

Semakin hari kekejaman dan penganiayaan semakin keras, namun sungguh suatu keajaiban, semakin keras penindasan dan dan semakin keras penganiayaan, islam pun semakin berkembang. Tidak satupun orang yang begitu masuk Islam lalu sudi keluar atau menjadi murtad, bagaimanapun kerasnya kekejaman dan penganiayaan yang mereka lakukan.

Makin hari kekejaman itu semakin menjadi-jadi, dan kemudian mencapai puncaknya. Mereka sepakat untuk menangkap dan membunuh Nabi saw. Dalam keadaan genting itulah, Rasulullah mendapat perintah hijrah ke Madinah. Maka berhijrahlah beliau berssama para sahabat menuju kota yatsrib, yang sekarang menjadi kota madinah.

Peristiwa hijrah ini menjadi tonggak perjuangan umat Islam untuk selanjutnya mereka tidak hanya dikagumi oleh kawan tapi juga disegani oleh lawan. Peristiwa hijrah akan tetap relevan atau cocok dikaitkan dengan konteks ruang dan waktu sekarang ataupun yang akan datang. Nilai-nilai yang terkandung dalam peristiwa hijrah itu akan tetap kontekstual dijadikan rujukan kehidupan. Banyak sekali hikmah yang dapat dipetik dari peristiwa tersebut. Diantaranya:

Pertama, hijrah merupakn perjalanan mempertahankan keimanan. Karena iman para sahabat sudi meniggalkan kampung halaman, meninggalkan harta benda mereka. Karena iman mereka rela berpisah dengan orang yang dicintainya yang berbeda akidah. Iman yang mereka pertahankan melahirkan ketenangan dan ketentraman batin, kalau batin sudah merasa tentram dan terasa bahagia, maka bagaimanapun pedihnya penderitaan dzahir yang mereka alami tidak akan terasa. Itulah mengapa sebabnya para sahabat mau berjalan di gurun pasir yang panas. Mereka melakukan perjalanan dari mekkah menuju madinah dengan bekal iman. Oleh karena itu, dalam memperingati tahun baru hijriyah ini, masihlah kita tanamkan keimanan dalam diri kita sebagaimana imannya para sahabat. Dan diwujudkan dalam bentuk amal-amal saleh dalam kehidupan ini.

Para jamaah, iman akan membuat hidup seseorang jadi terarah. Kekuasaan dan kebebasan berfikir harus ada imbangannya. Allah tidak hanya menganugerahkan akal pada manusia, tapi juga hati. Kita memang butuh ilmu pengetahuan dan teknologi yang diimbangi dengan keimanan akan membuat manusia semakin sadar akan hakikat dirinya, timbul pengakuan sebagaimana tersebut dalam surah Ali imran ayat 191:

رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَذا بَاطِل


Artinya: "Ya Tuhan kami tiada sia-sia Engkau menciptakan ini."

Iman juga berfungsi untuk mengendalikan nafsu. Makhluk yang bernama Malaikat cuma dianugerahakan akal saja tanpa nafsu, karena itu tidak ada malaikat yang mendurhakai allah, sehingga wajar kalau tiap hari berbuat baik. Sedangkan manusia di beri kedua-duanya akal sekaligus nafsu. Jika akal yang menguasai dirinya maka kebenaran akan menang dan meningkat ke derajat malaikat. Namun kalau nafsu yang mengendalikan dirinya maka sifat-sifat binatang yang menghiasi perilakunya. Sehingga ia turun derajat ke tataran binatang. Hal ini seperti yang difirmankan oleh Allah dalam surh At-Tin ayat 4 dan 5 yang berbunyi:

لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ. ثُمَّ رَدَدْنَاهُ أَسْفَلَ سَافِلِينَ


Artinya: "Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya kemudian kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya."

Hadirin Jama'ah Shalat Jum'at yang dimuliakan Allah,

Hikmah kedua adalah bahwasanya hijrah merupakan perjalanan ibadah. Pada waktu hijrah, dorongan sahabat untuk ikut tidak sama. Oleh karena itu Rasulullah saw sebagaimana dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori bahwa amal-amal perbuatan itu tergantung pada niatnya dan bagi tiap orang apa yang diniatkannya.

Oleh karena itu, semangat ibadah inilah yang harus menjiwai peringatan hijrah dan langkah memasuki tahun baru hijriah.

Hadirin Jama'ah Shalat Jum'at yang dimuliakan Allah,

Kemudian hikmah ketiga adalah bahwa hijrah adalah perjalanan ukhuwah.

Para jamaah, kita bisa menyimak bersama bagaimana penduduk Madinah menyambut orang-orang mekkah sebagai saudara. Kemudian mereka bergaul dalam suasana ukhuwah yang berlandaskan satu keyakinan bahwa semua manusia berasal dari Nabi Adam dan beliau diciptakan dari tanah. Maka bersatulah orang-orang muhajirin dan orang anshar sebagai saudara yang diikat oleh akidah. Dalam surah Al-Hujarat ayat 10 Allah Swt berfirman :

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ


Artinya: "Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara."

Dan kaum muhajirin dan anshar ini mendapat jaminan dari Allah akan masuk surga. Sebagaimana dalam surah At-taubah ayat 100 Allah swt berfirman :

وَالسَّابِقُونَ الأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالأَنصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُم بِإِحْسَانٍ رَّضِيَ اللّهُ عَنْهُمْ وَرَضُواْ عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَداً ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ


Artinya: "Dan orang-orang yang terdahulu yang pertama-tama (masuk iسlam) di antara orang-orang Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik. Allah ridla kepada mereka dan mereka pun rida kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar."

Hadirin Jama'ah Shalat Jum'at yang dimuliakan Allah

Demikianlah sekelumit tentang hikmah hijrah Nabi saw yang dapat saya sampaikan dalam khutbah ini. Sebagai penutup saya ingin menyampaikan dua kisah penting yang dapat kita petik dalam menyikapi kondisi bangsa Indonesia saat ini.

Perjalanan Nabi dari Makkah ke Madinah, sekitar 416 kilometer, ditempuh selama 16 hari dengan mengendarai onta. Nabi mengistirahatkan onta pada saat matahari hampir tepat di atas kepala dan baru melanjutkan perjalanan sore harinya. Betapa Nabi sangat menaruh belas kasih kepada sesama mahluk Allah.

Dalam perjalanan itu, Nabi diikuti oleh pembunuh bayaran dari Makkah bernama Suroqoh bin Malik yang mengendarai kuda pilihan. Dia mendapatkan iming-iming hadiah seratus unta dan wanita cantik jika bisa membunuh Nabi, minimal bisa menggagalkan perjalanan ke Madinah.

Namun ketika hendak mendekati Nabi, kuda Suroqoh mendadak terpeleset dan jatuh. Riwayat lain menyebutkan, kuda Suroqoh terperosok masuk kedalam tanah, dan itu terjadi sampai tiga kali.

Nabi yang mengetahui hal itu lalu mendekati Suroqoh dan menolongnya. Suroqoh yang penasaran dengan perilaku Nabi itu lantas menanyakan sesuatu perihal Tuhan Muhammad. Terjadilah dialog. Lalu turunlah ayat Al-Quran surat Al-Ihlas. Pada ayat pertama berbunyi, قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ "Kakanlah Dialah Allah Yang Maha Esa."


Suroqoh tertegun, tidak bisa berkata apapun. Bahkan kemudian dia menawarkan barang-barang perbekalannya untuk keperluan perjalanan Nabi, namun beliau menolak.

Inilah pelajaran pertama, bahwa seorang pemimpin tidak mudah menerima sesuatu dari orang lain karena kepemimpinannya.

Peristiwa selanjutnya adalah ketika Nabi kehabisan perbekalan. Nabi bersama Sahabat Abu Bakar dan dua orang pengawal singgah di sebuah perkemahan, hendak membeli perbekalan. Perkemahan itu dihuni oleh seorang perempuan bernama Umi Ma'bad yang ternyata dalam keadaan serba berkekurangan.

Ada seekor hewan perahan tapi dalam keadaan kurus kerontang. "Jangankan susu Tuan, air kencing hewan itu pun sudah tidak ada," kata Umi Ma'bad kepada Nabi.

Namun kemudian Nabi mendekati hewan itu, memeras kantong susunya dan dengan izin Allah hewan itu keluar air susunya. Pertama-tama Nabi memberikan gelas berisi susu kepada Abu Bakar, kedua kepada Sahabat yang menuntun onta Nabi, ketika kepada Sahabat yang menuntun onta Abu Bakar, baru kemudian Nabi meminumnya.

Banyak peristiwa penting dalam hijrah, namun dari peristiwa yang barusan kita diajarkan bahwa semestinya pemimpin mendahulukan kepentingan rakyatnya.

Umi Ma'bad yang keheranan lalu bertanya kepada Nabi. "Kenapa Anda tidak minum terlebih dahulu?" Nabi menjawab:

خَادِمُ اْلأُمَمِ آخِرُهُمْ شُرْباً


Nabi mengajarkan bahwa, pelayan umat itu semestinya minumnya belakangan, mendahulukan kepentingan umat dari pada kepentingan pribadi.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإيَّاكُمْ ِبمَا ِفيْهِ مِنَ اْلآياَتِ وَالذكْر ِالْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ

Khutbah II

اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ اِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَاَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى اِلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا اَمَّا بَعْدُ

فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا اَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهّ اَمَرَكُمْ بِاَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى اِنَّ اللهَ وَمَلآ ئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ اَبِى بَكْرٍوَعُمَروَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ

اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ اَعِزَّ اْلاِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ اَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ اِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! اِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِى اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوااللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرْ

 


Kisah Sahabat dan Seekor Onta dalam Hijrah Rasulullah


Demikianlah akhirnya onta tunggangan Rasulullah saw sesampainya di Madinah, memilih berhenti di depan rumah yang sederhana milik seorang sahabat yang sederhana setelah melewati berbagai kediaman mewah milik bangsawan kota Madinah yang telah disediakan untuk Rasulullah sebagai rumah singgah.

الحمد لله أحمده وسبحانه وتعالى على نعمه الغزار, أشكره على قسمه المدرار, . أشهد ان لا اله الا الله وحده لا شريك له. واشهد ان سيدنا محمدا عبده و رسوله النبي المختار. اللهم صل على سيدنا محمد وعلى أله الأطهار وأصحابه الأخيار وسلم تسليما كثيرا. أما بعد فياأيها الناس اتقوالله حق تقاته ولاتموتن الا وأنتم مسلمون. وقال الله تعالى : وَعِبَادُ الرَّحْمَنِ الَّذِينَ يَمْشُونَ عَلَى الْأَرْضِ هَوْنًا وَإِذَا خَاطَبَهُمُ الْجَاهِلُونَ قَالُوا سَلَامًا

Ma'asyiral Muslimin Rahimakumullah

Marilah kita bersama-sama meningkatkan kadar ketaqwaan dalam diri kita, semoga tahun baru ini menjadi awal yang baik menuju kehidupan yang lebih baik. Bagi kaum muslim Hijrah Rasulullah saw adalah momentum terpenting yang sarat akan makna dan penuh dengan hikmah.Hijrahnya Rasulullah saw sering dijadikan titik balik ataupun titik mula semangat perubahan menuju yang lebih baik. Apalagi jika peringatan Hijrah Rasulullah saw dihubungkan dengan tahun baru hijriyah. Maka tahun baru itu tentunya akan lebih bermakna.

Dua kisah Rasulullah saw yang akan disampaikan kali ini merupakan penggalan dari prosesi hijrah Rasulullah saw. yang sering dilewatkan, karena tokoh utama dalam kisah ini adalah seorang sahabat anshar yang bernama Abu Ayyub al-Anshari dan onta yang setia mengantarkan Rasulullah saw.

Setalah menempuh perjalanan dari Makkah, akhirnya Rasulullah saw pun sampai ke gerbang pintu kota Madinah. Sambutan kaum anshar sebagai penduduk Madinah amat sangatlah hangatnya. Sepanjang jalas dihias dengan warna-warni keceriaan. Sudut-sudut kota dibersihkan untuk menyambut kedatangannya. Rumah-rumah di sepanjang jalan telah bersiap menerima tamu agung. Setiap tuan rumah sibuk menyiapkan hidangan berbagai masakan. Ruang tamu ditata rapi lengkap dengan hidangan dan minuman tak ketinggalan permadani berbulu tebal dialaskan. Mereka semua mengharapkan Rasulullah saw akan sudi singgah dan menjadikan rumah mereka sebagai tempat tinggalnya. Bahkan dalam hati masing-masing pembesar anshar ini terbersit kebanggan diri bahwa "Rasulullah pasti akan senang tinggal di rumahku yang mewah dan nyaman, karena aku telang melengkapi segala macam fasilitasnya".

Akan tetapi ketika Rasulullah saw memasuki pintu gerbang kota Madinah beliau langsung turun dari ontanya, seperlu menyalami dan membalas sambutan hangat dari masyarakat kota. Mereka saling mendahului menyalami, memeluk dan mengelu-elukan Rasulullah saw. sebagai rembulan di tengah gelap malam. Sambutan itu terus mengalir hingga mereka saling berebut mempersilahkan Rasulullah saw. singgah dikediamannya. Demikian mereka saling serobot menggelendeng onta Rasulullah menuju rumah mereka, dengan harapan Rasulullah akan mengikutinya. Akan tetapi tidak demikian, karena Rasulullah saw. segera mesergah mereka dan memerintahkan agar ontanya dibiarkan memilih tempat istirahatnya sendiri, dan di sanalah Rasulullah saw akan singgah.

Para Hadirin Jam'ah Jum'ah yang Berbahagia

Sementara itu diantara rumah-rumah yang indah dan mewah di sepanjang jalan kota Madinah, terdapat sebuah rumah sederhana yang tidak dapat dikatakan mewah. Perabot sederhana dan permadani agak usang terpasang di ruang tamu. Itulah kediaman Abu Ayyub al-Anshari. Sahabat yang merasa rumahnya bukanlah standard yang pantas untuk disinggahi Utusan Allah Muahmmad saw. dalam hati kecilnya merasakan betapa besarnya rasa hormat-ta'dhim kepada Rasulullah saw yang amat sangat, sehingga ia merasa rumahnya terlalu sederhana dijadikan persinggahan manusia termulia di alam raya ini. Apalagi bila dipikir dirinya bukanlah salah seorang bangsawan terkemuka di Madinah. Dia merasa menjadi manusia hina apalagi jika dibandingkan Rasulullah saw. Begitulah keadaannya sehingga ia tidak berani menawarkan rumahnya untuk tempat persinggahan Rasul yang Mulia.

Namun apa yang terjadi, justru onta itu terus berjalan melewati rumah-rumah mewah, melewati bangunan-bangunan kokoh dan akhirnya malah memasuki pelataran rumah Abu Ayyub al-Anshari. Sehingga tempat itulah yang dipilih Rasulullah saw sebagai tempat singgahnya. Rumah sederhana dengan tuan rumah yang sangat merendahkan diri. Betapa bersukurnya Abu Ayyub al-Anshari atas anugrah yang diberikan oleh Allah kepadanya, sebagai tuan rumah dari Utusan yang Paling Mulia Rasulullah saw.

Jama'ah Rahimakumullah

Demikianlah kisah ini menunjukkan kebenaran sabda Rasulullah saw barang siapa merendahkan diri, merasa dirinya hina dibandingkan manusia lain (tawadhu') Allah swt akan menjunjung derjatnya. Begitu juga sebaliknya, barang siapa yang sombong, merasa dirinya lebih hebat dari yang lain (kibriya') pastilah Allah akan menjatuhkannya.

من توضع رفعه الله ومن تكبر وضعه الله

Abu Ayyub al-Anshari adalah orang yang tawadhu', orang yang merasa dirinya tidaklah semulia para bangsawan Madinah. Orang yang merasa kediamannya paling buruk dan paling tidak pantas untuk disinggahi manusia semulia Rasulillah saw. Jangankan menawarkan rumah untuk singgah Rasulullah saw sebagaimana yang dilakukan para bangsawan Madinah, merasa layakpun ia tidak berani. Itulah gambaran ketawadhuan Abu Ayyub al-Anshari yang Justru dipilih oleh Allah swt sebagai tuan rumah atas hijrah Rasulul-Nya.

Begitulah Allah memuliakan orang yang tawadhu' mengalahkan mereka yang sombong. Allah perintahkan Jibril menghentikan onta Rasulullah pas di depan rumah Abu Ayyub al-Anshari. Karena Rasulullah saw sebagai pribadi yang sangat merendahkan diri, hanya cocok dengan sahabat yang memiliki pribadi tawadhu pula.

Allah sendiri telah membuktikan ketawadhuan Rasulullah saw ketika beliau bersama para Nabi dan Rasul-Nya menjawab pertanyaan dari-Nya. Dikisahkan dalam sebuah percakapan Allah bertanya kepada Nabi Ibrahim as. "Wahai Ibrahim, siapakah dirimu?" Nabi Ibrahim menjawab "ana khalilullah" saya adalah kekasih Allah. Sebuah jawaban yang tepat dan tidak salah. Sesuai dengan julukannya sebagai khalilullah. Demikian pula jawaban Nabi Musa as. ketika ditanya oleh Allah "Wahai Musa siapakah kamu itu?" Nabi Musa menjawab "ana kalimullah" saya adalah orang yang diajak bicara oleh Allah, Sebuah jawaban yang tepat dan tidak salah. Sesuai dengan julukannya sebagaiKalimullah. Begitu pula jawaban Nabi Isa ketika ditanya oleh Allah "wahai Isa siapakah engaku?" Nabi Isa juga menjawa "ana ruhullah". Sebuah jawaban yang tepat dan tidak salah. Sesuai dengan julukannya sebagai ruhullah. Sesuai denganmu'jizat yang dimilikinya mampu menghidupkan orang yang sudah meninggal.

Jama'ah Jum'ah Umat Rasululla saw

Giliran Rasulullah Muhammad saw ditanya oleh Allah "Hai Muhammad, siapakah Kamu?" Rasulullah menjawab "anal Yatim" saya adalah anak yatim. Sebuah jawaban yang sangat merendahkan diri. Rasulullah saw sebagai Nabi dan Rasul terakhir, manusia paling sempurna dan paling dicinta oleh Allah swt. tentunya bisa menjawab dengan sedikit lebih gagah, karena posisi Muhammad Rasulullah saw sebenarnya melebihi Rasul dan Nabi yang lain. Akan tetapi Muhammad Rasulullah saw memilih 'yatim' sebagai prediketnya. Sebuah posisi yang sering dihinakan dan disepele manusia di dunia, anal yatiim. Justru kerendahan diri Rasulullah inilah yang menjadi bukti ketinggian derajatnya diantara para nabi da Rasul yang lain.

Demikianlah dua kisah Rasulullah ini dapat menjadi tauladan bagi kita semua. Bahwa sudah sepantasnya kita merasa diri ini bukanlah siapa-siapa dihadapan Allah Yang Maha Kuasa. demikianlah yang diinginkan Allah swt atas hamba-hambanya, agar menjadi orang yang tawadhu bukan menjadi orang yang sombong. Sebagaimana disinggung oleh-Nya dalam al-Qur'an

وَعِبَادُ الرَّحْمَنِ الَّذِينَ يَمْشُونَ عَلَى الْأَرْضِ هَوْنًا وَإِذَا خَاطَبَهُمُ الْجَاهِلُونَ قَالُوا سَلَامًا

Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan.

Artinya bahwa diantara tanda-tanda orang yang memiliki sifat tawadhu' selalu berjalan dengan menundukkan kepala. Seolah-olah tidak pernah melihat langit. Berjalan dengan santai tanpa membusungkan dada. Meskipun ia memiliki kuasa sebagai gubernur, jendral ataupun ulama misalnya. Hal ini berbeda dengan orang-orang yang sombong yang berjalan dengan mendongak ke atas tidak pernah melihat bumi. Bahkan ketika mereka disapa dan dikomentari, mereka hanya menjawab 'salama', yang artinya keselamatan atas kita semua, diantara kita tidak ada yang lebih baik, aku juga tidak lebih baik dari kamu begitu juga sebaliknya.

Demikianlah khotbah jum'ah kali ini. Semoga tahun baru ini menjadi titik awal perubahan diri kita mengurngi kesombongan diri menuju ketawadhua'an. Karena sesungguhnya Allah memuliakan mereka yang merendahkan dirinya.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإيَّاكُمْ ِبمَا ِفيْهِ مِنَ اْلآياَتِ وَالذكْر ِالْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ

Khutbah II

اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ اِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَاَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى اِلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا

اَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا اَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهّ اَمَرَكُمْ بِاَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى اِنَّ اللهَ وَمَلآ ئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ اَبِى بَكْرٍوَعُمَروَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ اَعِزَّ اْلاِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ اَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ اِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! اِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِى اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوااللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرْ


Memperkokoh Persaudaraan dan Membangun Jaringan


Allah swt memberikan bakat yang berbeda-beda dalam diri manusia. Ada olahragawan, ada petani, ada budayawan, ada agamawan, ada seniman dan lain seterusnya. Semua itu Allah ciptakan demi keberlangsungan hidup umat manusia, sekaligus menjadi cobaan bagi mereka. apakah yang diperbuatnya dengan modal bakat yang diberikan oleh Allah swt kepadanya?

ان الحمد لله الذى أنزل الرحمة أشهد ان لا اله الا الله وحده لا شريك له. شهادة اعدها للقائه ذخرأ. واشهد ان محمدا عبده و رسوله. ارفع البرية قدرا. اللهم صل وسلم وبارك على سيدنا محمد وعلى أله وأصحابه وسلم تسليما كثيرا. أما بعد. فياأيها الناس اتقوالله حق تقاته ولاتموتن الا وأنتم مسلمون.

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah

Marilah kita bersama-sama berusaha menaikkan derajat ketaqwaan kita dengan memperkokoh bangunan persaudaraan sesama muslim dan juga menjalin hubungan yang luas dengan umat lain. Sesungguhnya yang demikian itu sangat diridhai Allah swt.

Tidak bisa dipungkiri bahwa manusia selalu hidup bersama. Tidak seorangpun kuasa hidup sendiri tanpa ada yang lainnya. Keterbatasan seorang individu baik dalam kuasa maupun karya, mau tidak mau akan membawanya berhubungan dengan manusia lainnya. Hal ini menjadikan seseorang sangat tergantung dengan orang lain. Mata rantai ketergantungan ini terus menerus bersambung tiada putus dan tiada kenal batas agama, ideologi maupun kepercayaan. Demikianlah seseorang selalu memerlukan orang lain dalam rangka memenuhi keperluan hidupnya. Sekecil apapun keperluan itu, selalu saja ada tangan orang lain disana. Sekedar conoth saja, untuk menikmati sepeiring nasi seseorang harus berhubungan dengan penjual beras, kuli pasar pemikul beras, alat transportasi, petani, penggilingan padi, pupuk, pabrik pupuk, dan demikikanlah seterusnya.

Demikianlah hikmah Allah swt memberikan bakat yang berbeda-beda dalam diri mausia. Ada olahragawan, ada petani, ada budayawan, ada agamawan, ada seniman dan lain seterusnya. Semua itu Allah ciptakan demi keberlangsungan hidup umat manusia, sekaligus menjadi cobaan bagi mereka. apakah yang diperbuatnya dengan modal bakat yang diberikan oleh Allah swt kepadanya? demikianlah Allah menerangkan dalam al-Maidah 48

وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ لَجَعَلَكُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً وَلَٰكِن لِّيَبْلُوَكُمْ فِي مَا آتَاكُمْ ۖ فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرَاتِ ۚ إِلَى اللَّهِ مَرْجِعُكُمْ جَمِيعًا فَيُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمْ فِيهِ تَخْتَلِفُونَ

Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu,

Hadirin Jama’ah Jum’ah yang Mulia

Namun demikian harmonisme yang secara teori sangat dibutuhkan dalam menjaga keberlangsungan kehidupan umat manusia ini, terkadang susah sekali ditemukan. Ketamakan dan keserakahan seringkali merusak harmoni kehidupan ini. Bukankah ketamakan para pedagang Eropa yang dulu melahirkan kolonialisme di bumi Nusantara. Tingginya harga rempah-rempah (cengkeh, lada,fuli, dll) di Eropa menggiurkan nafsu mereka untuk memonopoli perdagangan di Nusantara. Dengan memaksa pribumi menjual hasil buminya dengan harga serendah mungkin, untuk kemudian dijual di Eropa dengan harga yang melangit? Keuntungan yang berilipat ganda itulah yang memunculkan setan tamak dalam diri mereka sehingga tega merusak harmoni kehidupan di Nusantara. itulah ketamakan .

Ketamakan dan kerakusan selalu ingin menghapus jasa orang lain dalam kehidupannya. Seolah dia dapat hidup sendiri tanpa ada orang lain. Entah dengan kekuatan yang dimilikinya maupun dengan harta  bendanya. Sekali lagi manusia sering tidak sadar bahwa antara satu dengan yang lainnya ibarat mesin arloji yang saling berhubungan. Apabila satu rusak, maka rusaklah segalanya. Demikianlah adanya kehidupan didunia ini saling berhubungan dengan sangat eratnya. Tidak hanya dalam kehidupan sosial manusia tetapi juga dalam ekosistem alam dunia. Bukankah adanya banjir yang disebabkab oleh air, selalu berhubungan dengan gundulnya hutan?

Sejarah selalu mencatat seringnya kegagalan manusia mengelola hubungan antar sesama, hanya karena ketidak mampuan mereka mengekang nafsu ketamakan dan keserakahan. Dan itulah drama kehidupan dalam dunia ini yang cerita utamanya selalu muncul dari perbedaan dan kesenjangan. Oleh karena itulah Allah swt menurunkan kitab-kitabnya dan Rasulnya sebagai buku petunjuk merajut kebersamaan. Karena pada dasarnya manusia adalah satu kelompok besar yang saling bertautan. Al-Baqarah 213 telah menegaskan hal ini

كَانَ النَّاسُ أُمَّةً وَاحِدَةً فَبَعَثَ اللَّهُ النَّبِيِّينَ مُبَشِّرِينَ وَمُنْذِرِينَ وَأَنْزَلَ مَعَهُمُ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ لِيَحْكُمَ بَيْنَ النَّاسِ فِيمَا اخْتَلَفُوا فِيهِ وَمَا اخْتَلَفَ فِيهِ إِلَّا الَّذِينَ أُوتُوهُ مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَتْهُمُ الْبَيِّنَاتُ ...

Manusia itu adalah umat yang satu. (setelah timbul perselisihan), maka Allah mengutus para nabi, sebagai pemberi peringatan, dan Allah menurunkan bersama mereka Kitab yang benar, untuk memberi keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan. Tidaklah berselisih tentang Kitab itu melainkan orang yang telah didatangkan kepada mereka Kitab, yaitu setelah datang kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata,

Akan tetapi perbedaan yang diciptakan Allah sebagai sebuah anugrah untuk saling melengkapi malah sering kali disalah pahami dan disalah gunakan menjadi alat saling bersaing, saling menindas dan saling unjuk kekuatan. Dan itulah realita kehidupan semenjak generasi Adam pertama (Qabil dan Habil) hingga hari ini.

Oleh kerena itulah Rasulullah saw selalu menghimbau kepada umatnya agar bersatu-padu dalam berbagai keadaan. Al-muslimu kaljasadil wahid orang Islam bagaikan satu tubuh utuh yang kalau terjadi kesakitan salah satu organnya yang lainpun merasa sakit.  Kaki terkilir akan menyebabkan tubuh meriang dan kepala pusing. Itulah ibaratnya sebuah kesatuan yang utuh.

Dalam hdits yang amat terkenal Rasulullah saw bersabda

 الْمُسْلِمُ لِلْمُسْلِمِ كَالْبُنْيَانِ يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضًا "

Orang muslim bagaikan satu bangunan yang bagian-bagiannya saling menguatkan satu dan lainnya.

Bata, batu, semen, pasir, kusen, jendela, pintu, dan seterusnya adalah bagian tak terpisahkan dalam sebuah bangunan rumah. Itulah tamsil yang diambil Rasulullah saw untuk menunjukkan kesatuan umat Islam.

Jama’ah yang Berbahagia

Demikianlah pentingnya persatuan diantara umat manusia dan bagi komunitas muslim khususnya. Oleh karena itulah membangun persatuan sesama muslim adalah kewajiban dan menjalin hubungan dengan umat manusia seluruhnya adalah sebuah kepentingan yang tak terelakkan. Hanya saja hubungan ini haruslah didasari dengan peraturan-peraturan dan kaedah syariah yang telah ditetapkan oleh Allah swt. Tentunya berbeda model kerjasama sesama muslim dengan umat agama lain. Kerjasama boleh saja dijalin dengan umat agama lain asalkan tidak dalam masalah aqidah dan ubudiyah. Kerjasama harus tertulis dengan perjanjian yang tidak merugikan kedua belah pihak tentunya. Demikian perintah Allah sebagaimana termaktub dalam Ali Imran 112

ضُرِبَتْ عَلَيْهِمْ الذِّلَّة أَيْنَمَا ثُقِفُوا إِلَّا بِحَبْلٍ مِنْ اللَّه وَحَبْل مِنْ النَّاس

Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka berpegang kepada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia

 Jikalau kebersamaan telah tercipta maka pastilah hamoni kehidupan pun terlaksana. Harmonisme kehidupan ini merupakan berkah langsung dari Allah swt. sebagaimana yang dijanjikan oleh Rasulullah saw yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi

يد الله على الجماعة

Tangan Allah berada diatas kebersamaan.

Namun sebaliknya, sungguh Allah dengan nyata telah mengancam manusia yang dengan sengaja meruntuhkan harmonisme kehidupan ini dengan merusak persatuan yang telah terbangun dengan rapih.

وَلَا تَكُونُوا كَالَّذِينَ تَفَرَّقُوا وَاخْتَلَفُوا مِن بَعْدِ مَا جَاءَهُمُ الْبَيِّنَاتُ ۚ وَأُولَٰئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ

Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka. Mereka itulah orang-orang yang mendapat siksa yang berat.

Demikianlah khutbah jum’ah kali ini semoga memberikan inspirasi bagi kita semua untuk menyadari beberapa hal pertama, kompleksitas kehidupan yang sangat tinggi tidak memungkinkan manusia hidup sendiri saja ataupun mengandalkan kelompoknya saja. Oleh karena itu fanatisme tidak dapat lagi diberlakukan di sini. Kedua, pentingnya membangun persatuan antar umat muslim sebagaimana diperintahkan Rasulullah saw. ketiga, perlunya menjalin hubungan dengan umat lain dengan tatacara dan tatatertib sesuai aqidah Islam.

باَرَكَ اللهُ لِيْ وَلكمْ فِي القُرْآنِ العَظِيْمِ, وَنَفَعَنِيْ وَإِيّاكُمْ بِالآياتِ والذِّكْرِ الحَكِيْمِ. إنّهُ تَعاَلَى جَوّادٌ كَرِيْمٌ مَلِكٌ بَرٌّ رَؤُوْفٌ رَحِيْمٌ.

Khutbah II

 

اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ اِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَاَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى اِلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا اَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا اَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهّ اَمَرَكُمْ بِاَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى اِنَّ اللهَ وَمَلآ ئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ اَبِى بَكْرٍوَعُمَروَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ

اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ اَعِزَّ اْلاِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ اَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ اِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! اِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِى اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوااللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرْ

 


Hikmah Moralitas dalam Maulid Nabi


"Alangkah agungnya Rasul yang selalu dihiasi oleh budi pekerti yang sangat mulia itu. Kepribadiannya selalu diselimuti kebaikan. Wajahnya selalu dihiasi oleh senyum keramahan yang menawan. Dia lemah lemah lembut ibarat bunga, mengundang pesona ibarat bulan purnama, luas kedermawanannya ibarat samudera, dan sangat pasti cita-citanya ibarat perjalanan masa." Demikian gambaran Imam al-Busyiri tentang kemuliaan akhlaq Rasulullah SAW.

الحمد لله الذي له ما في السماوات والأرض وهو على كل شيء قدير. والصلاة والسلام على معلم الناس الخير محمد بن عبد الله الذي أوتي القرآن ومثله معه، وجعل الله طاعته من طاعته هو سبحانه. أما بعد،  أما بعد. فياأيها الناس اتقوالله حق تقاته ولاتموتن الا وأنتم مسلمون

Ma’asyiral Muslimin Hafidzakumullah

Marilah kita bersama-sama berdo’a kepada Allah SWT agar kita senantiasa berada di bawah naungan rahmat-Nya. Marilah kita bersama-sama meningkatkan taqwa kita kepada-Nya, Sebab taqwa merupakan jembatan bagi kita untuk menggapai ridha dan kemulian di sisi-Nya, baik di dunia maupun akhirat. Sebagaimana firman Allah:

إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ

“Sesungguhnya orang yang paling mulia di sisiku ialah orang yang bertaqwa.” (QS: al-Hujurat, 14)

Beberapa hari yang lalu, tepatnya Selasa 12 Rabi’ul Awal 1435 H, kita bersama-sama memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW. Adalah sudah menjadi tradisi mayoritas umat Islam merayakan hari kelahiran Nabi tersebut. Bagi muslim Indonesia, tradisi maulid  sudah membumi di benak kolektif masyarakat. Peringatan maulid merupakan salah satu bukti kecintaan kita terhadap Nabi SAW. Ungkapan cinta itu diluapkan dengan ekpresi yang beraneka ragam. Misalnya, di Yogyakarta dan Surakarta kita menemukan sekaten, di banjar ada istilah Baayun Maulid, demikian pula di daerah-daerah lain, mereka memiliki istilah dan tradisi sendiri dalam memperingati maulid Nabi SAW.

Peringatan maulid Nabi memiliki dampak positif dalam pembentukan karakter umat Islam. Pada acara itu kita bisa mendengar berbagai macam ceramah yang menjelaskan tentang sosok Nabi Muhammad SAW. Mungkin saja, bayangan Nabi SAW itu sudah terlupakan dalam benak kita, lantaran kesibukan dunia. Seorang pemimpin bisa jadi sudah lupa bagaimana cara memimpin masyarakat yang benar, wakil rakyat mungkin saja lupa dengan janji-janjinya selama ini, para pejabat yang sudah lupa bagaimana cara menyimpan uang rakyat, sehingga banyak uang rakyat yang tercecer ke kantong pribadinya,  dan bisa jadi sebagai muslim kita sudah lupa bagaimana berakhlak mulia. Momentum maulid Nabi ini sangat tepat dijadikan sarana untuk melawan penyakit amnesia yang tengah mewabah itu. 

Jama’ah Jum’at yang berbahagia

Ada banyak contoh yang dapat kita tiru dari Rasulullah SAW. Jika al-Qur`an diibaratkan mutiara yang memantulkan beraneka ragam warna cahaya, demikian pula dengan Nabi SAW. Kita bisa memetik hikmah apasaja yang terdapat dalam diri beliau. Terutama perihal akhlak dan budi pekertinya. Allah SWT berfirman.

 لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا.

"Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.” (QS: al-Ahdzab ayat 21)

 Dalam ayat lain Allah SWT berfirman:

 وأنك لعلى خلق عظيم 

Dan sesungguhnya, kamu (muhammad) benar-benar berbudi perketi yang agung (QS. Al-Qalam 68: 4)

Ayat di atas menjelaskan kepada kita bahwa dalam diri Nabi tertanam akhlak yang mulia. Keelokan perangainya itu tidak hanya diakui kalangan Islam saja, non-muslim pun memuji akan akhlaknya tersebut. Tak heran di usia belia rasul dijuluki dengan gelar al-Amin, dan kejujurannya tersohor ke saentaro dunia. Kebaikan akhlaknya itu digambarkan  Imam al-Bushiri dalam gubahan syairnya:“Alangkah agungnya Rasul yang selalu dihiasi oleh budi pekerti yang sangat mulia itu. Kepribadiannya selalu diselimuti kebaikan. Wajahnya selalu dihiasi oleh senyum keramahan yang menawan. Dia lemah lemah lembut ibarat bunga, mengundang pesona ibarat bulan purnama, luas kedermawanannya ibarat samudera, dan sangat pasti cita-citanya ibarat perjalanan masa.”

Kaum muslimin yang dirahmati Allah.

Misi utama diutusnya Nabi SAW ke permukaan bumi ini ialah untuk memperbaiki akhlak manusia. Syeikh Yusuf al-Qardhawi dalam bukunya berjudul kaifa nata’amal ma’a al-Qur`an, menyebutkan salah satu tujuan dari syari’at Islam ialah untuk menyucikan hati manusia dan meluruskan akhlak. Dalam sebuah hadis riwayat Abu Hurairah disampaikan bahwa Nabi bersabda:

إِنما بُعِثْتُ لأُتَمِّمَ مَكَارِمَ الأَخْلاَقِ

“Sesungguhnya aku (Muhammad) diutus hanyalah untuk menyempurnakan (memperbaiki) akhlak manusia.” (HR: al-Baihaqi)

Dengan modal akhlak yang mulia itu pula Islam menyebar dalam tempo yang sangat singkat di Jazirah Arab. Praktik kehidupan Nabi, baik di Mekah ataupun Madinah, memberi gambaran kepada kita bahwa peranan akhlak dalam kehidupan ini sangatlah urgen. Penerimaan masyarakat terhadap kebenaran yang disampaikan sangat berkaitan dengan moral si penuturnya. Kebenaran akan meresap cepat ke dalam hati sabubari apabila disampaikan dengan cara-cara yang santun seperti yang dicontohkan Nabi SAW.

Hadirin yang berbahagia

Berbicara mengenai moral atau akhlak pada hari ini membuat  air mata kita menetes. Bagaimana tidak, hampir setiap hari media cetak maupun elektronik mengabarkan kepada kita perihal kemungkaran sosial yang terjadi di negeri ini. Bukan berati negeri ini penuh dengan penjahat, tidak. Namun, suara kejahatan  lebih masih ketimbang kebaikan. Menengok kembali  kepribadian Nabi SAW adalah solusi nyata untuk keluar dari jeratan masalah ini. Rasul telah mencontohkan kepada kita bagaimana mengatur negara yang baik dan masyarakat yang bermoral. Dalam menjalankan kekuasaan Rasulullah SAW selalu menekankan aspek kebaikan, kejujuran, kaselahan, dan keadilan bagi semua kalangan tanpa memandang warna kulit, keyakinan, serta ras.

Selain itu, Rasulullah SAW selalu mewanti-wanti agar umatnya tidak selalu menuruti hawa nafsunya. Karena hawa nafsu sumber kemungkaran dan kemerosotan akhlak. Orang akan mudah terjerumus untuk korupsi, menipu, dan kemungkaran sosial lainnya jika terlalu menuruti nafsu rakusnya.  Bahkan Rasulullah mengancam status keimanan umatnya yang tidak bisa mengendalikan hawa nafsunya. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan ‘Amr bin al-‘Ash, Nabi berkata:

لا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يَكُونَ هَوَاهُ تَبَعًا لِمَا جِئْتُ بِهِ

“Tidak sempurna iman seseorang di antara kalian sehingga hawa nafsunya mengikuti apa yang aku bawa.”

Jama’ah jum’at yang dirahmati Allah SWT

Demikianlah khutbah jum’at kali ini. Semoga dengan peringatan maulid Nabi ini dapat membawa perubahan dalam tingkah laku kita. Peringatan maulid bukan hanya sekedar formalitas atau seremonial belaka. Lebih dari itu, peringatan maulid sebagai sarana bagi kita untuk menambah wawasan tentang kehidupan Nabi SAW, kemudian  mengamalkan dan mengkontekstualkan dalam kehidupan sehari-hari.      

باَرَكَ اللهُ لِيْ وَلكمْ فِي القُرْآنِ العَظِيْمِ, وَنَفَعَنِيْ وَإِيّاكُمْ بِالآياتِ والذِّكْرِ الحَكِيْمِ. إنّهُ تَعاَلَى جَوّادٌ كَرِيْمٌ مَلِكٌ بَرٌّ رَؤُوْفٌ رَحِيْمٌ.

Khutbah II

اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ اِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَاَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى اِلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا اَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا اَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهّ اَمَرَكُمْ بِاَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى اِنَّ اللهَ وَمَلآ ئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ اَبِى بَكْرٍوَعُمَروَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ

اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ اَعِزَّ اْلاِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ اَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ اِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! اِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِى اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوااللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرْ

 

5 Langkah Gagalkan Godaan Setan


Pertama, membuat kurus setan dengan memperbanyak dzikir kepada Allah swt.Kedua, menghindari tempat-tempat maksiat.Ketiga, sadarlah bahwa setan suka cuci tangan. Keempat, ketahuilah setan itu mencari teman. Kelima, Janganlah terlalu banyak makan.Itulah lima langkah kongkrit ajaran al-Ghazali dalam upaya mematahkan usaha setan menggoda insan.

ان الحمد لله الذى أرسل رسوله بالهدى ودين الحق ليظهره على الدين كله. أرسله بشيرا ونذيرا وداعيا الى الله باذنه وسراجا منيرا. أشهد ان لا اله الا الله وحده لا شريك له. شهادة اعدها للقائه ذخرأ. واشهد ان محمدا عبده و رسوله. ارفع البرية قدرا. اللهم صل وسلم وبارك على سيدنا محمد وعلى أله وأصحابه وسلم تسليما كثيرا. أما بعد. فياأيها الناس اتقوالله حق تقاته ولاتموتن الا وأنتم مسلمون.

Alhamdulillah, hari Jum’at ini kita masih diberi kemampuan oleh Allah Yang Mang Maha Kuasa untuk menjalankan salah satu perintahnya melaksanakan jama’ah shalat Jum’ah. Walaupun sebenarnya kita mafhum bersama bahwa keberhasilan kita menjalankan perintahnya merupakan bukti pemberian rahmat dariNya. Oleh karena itu sudah selayaknya kalau kita saling berwasiat untuk menjaga dan meningkatkan ketaqwaan kita bersama. karena hanya dengan taqwalah kita dapat mendekatkan diri kepadanya sekaligus menjadikannya pelindung tunggal dari godaan setan yang terkutuk.

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah

Imam Ghazali dalam kitabnya Ihya Ululmiddin pernah berkata bahwa diantara hal yang harus dimengerti oleh seorang hamba adalah mengetahui tipu daya setan dan godaannya. Sesungguhnya pemahaman ini fardhu ain adanya. Hanya saja kebanyakan manusia tidak mau mengerti dan lebih suka disibukkan oleh pengetahuan-pengetahuan yang menjebak dirinya sendiri masuk ke dalam kubangan setan.

Oleh karena begitu akutnya tipu daya setan, maka seorang hamba harus mengerti berbagai kiat mematahkan bujuk rayu setan. Hal ini berfungsi untuk menyelamatkan dirinya dari para setan yang terkutuk. Terkutuk karena godaan dan rayuan itu dihembuskan oleh setan bersama dengan hembusan nafas manusia. Sehingga Al-Hasan suatu ketika pernah ditanya oleh Abu Said “apakah setan itu tidur?”. Al-Hasanpun menjawa “jika setan itu tidur, pasti kita bisa istirahat”. Sayangnya setan tidak mengenal sekat ruang dan waktu. begitu juga godaan-godaan mereka yang mengalir bersama arus dalam darah seorang hamba.

Jama’ah Jum’ah Rahimakumullah

Namun, manusia sebagai makhluk yang sempurna yang dibekali Allah dengan kemampuan bernalar harus memiliki kemauan untuk mngalahkan setan. Dan oleh karenanya Al-Ghazalai dengan jelas menerangkan lima kiat mematahkan godaan setan. Pertama, membuat kurus setan dengan memperbanyak dzikir kepada Allah swt. Rasulullah saw pernah bersabda:

إن المؤمن ينضى شيطانه كما ينضى أحدكم بعيره فى سفره

Sesungguhnya orang mukmin itu membuat kurus setannya, sebagaimana seseorang diantara kamu membuat kurus ontanya dalam perjalanan.

Jika sebuah binatang liar telah dikuruskan pastilah ia akan mudah diatur dan menjadi penurut. Karena ketergantungan kepada majikannya. Begitu juga setan, jika seorang hamba telah bisa menguasai setan dengan tidak serta merta memenuhi keinginannya, pastilah setan akan kurus badannya.

Kedua, janganlah seorang hamba mendekatkkan dirinya kepada tempat-tempat kemaksiatan dan orang-orang mungkar. Sungguh hal itu memperkuat daya pikat setan membujuk manusia. Rasulullah secara legoris menyatakan:  

من حام حول الحمى يوشك أن يقع فيه

Baran siapa berputar-putar di sekitar tempat larangan, maka besar kemungkinan ia akan terjerembab ke dalamnya.

Demikianlah Jama’ah yang Berbahagia

Dua langkah pertama mencoba membikin setan tidak nyaman menggoda kita dengan harapan setan akan segera bosan dan kecewa karena keteguhan kita. Meskipun keduanya bukan hal yang mudah tetapi harus terus dicoba.

Ketiga, hendaknya seorang hamba selalu sadar bahwa sesungguhnya tujuan setan menggoda hanyalah ingin menjerumuskan kita kelembah kenistaan dan kemadharatan abadi. Tidak ada godaan setan yang membawa pada kemanfaatan. Sesungguhnya setan berbuat demikian karena setan ahli cuci tangan. Ibarat penjegal yang merasa puas jika korbannya jatuh tersungkur dan dia terkekeh dengan bangganya. Dalam surat al-Hasyr ayat 16 Allah menerangkan

…إِذْ قَالَ لِلْإِنْسَانِ اكْفُرْ فَلَمَّا كَفَرَ قَالَ إِنِّي بَرِيءٌ مِنْكَ …

…ketika dia berkata kepada manusia: "Kafirlah kamu", maka tatkala manusia itu telah kafir, maka ia berkata: "Sesungguhnya aku berlepas diri dari kamu…

Para Hadirin Rahimakumullah

Kemudian keempat, seorang hamba harus selalu ingat bahwa selain berusaha cuci tangan, setan juga bersifat pengecut. Ia menginginkan banyak teman dalam kesesatannya. Semakin banyak teman yang menemani dirinya dalam kesesatan ia akan semakin puas. Karena sesungguhnya neraka sair itu sungguh luasnya. Dan karenanya setan menginginkan kawan untuk mengisinya. Demikian keterangan al’A’raf 16-17 menerangkan

قَالَ فَبِمَا أَغْوَيْتَنِي لَأَقْعُدَنَّ لَهُمْ صِرَاطَكَ الْمُسْتَقِيمَ (16) ثُمَّ لَآَتِيَنَّهُمْ مِنْ بَيْنِ أَيْدِيهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ أَيْمَانِهِمْ وَعَنْ شَمَائِلِهِمْ وَلَا تَجِدُ أَكْثَرَهُمْ شَاكِرِينَ -

Iblis menjawab: "Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus,

kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat).

Dan terakhir, kelima guna mendukung keempat kiat tersebut seorang hamba harus senantiasa dalam kondisi lapar. Karena kondisi lapar akan mempermudah seorang hamba dalam mengingat Allah swt.

إن الشيطان يجرى من ابن أدم مجرى الدم فضيقوا مجاريه بالجوع

Innas syaithana yajri min ibni adam majrad dammi, fadhayyiqu majariyahu bilju’i

Sesungguhnya setan itu berjalan pada manusia di tempat jalannya darah. Maka persempitlah jalannya itu dengan mengosongkan perut.

 Demikianlah khotbah jum’ah kali ini. Semoga bermanfaat bagi kita semua.

 بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإيَّاكُمْ ِبمَا ِفيْهِ مِنَ اْلآياَتِ وَالذكْر ِالْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ

Khutbah II

اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ اِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَاَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى اِلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا

اَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا اَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهّ اَمَرَكُمْ بِاَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى اِنَّ اللهَ وَمَلآ ئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ اَبِى بَكْرٍوَعُمَروَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ

اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ اَعِزَّ اْلاِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ اَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ اِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! اِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِى اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوااللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرْ


Harta dan Kewajiban yang Ada Padanya


Dalam shahih muslim dijelaskan ‘hati seorang yang tua akan selalu merasa muda karena kecintaannya kepada dunia’. Rasulullah Saw bersabda “andaikan anak keturunan Adam mempunyai dua lembah harta, tentu dia masih menginginkan lembah yang ketiga. Padahal yang memenuhi perut keturunan anak Adam hanyalah tanah belaka”  (HR.Muslim)


اَلْحَمْدُ لله الَّذِيْ أَرْسَلَ رَسُوْلَهُ
 بِالْهُدَى وَدِيْنِ الْحَـقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّيْنِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُوْنَ ، أَشْهَدُ أَنْ لَا اله إِلاَّ الله وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ الله.اللهم صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى أله وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ. أما بعد. فياعباد الله أوصيكم ونفسى بتقوى الله فقد فاز المتقون, اتقو الله حق تقاته ولاتموتن ألا وأنتم مسلمون
  

Jama’ah Jum’ah yang Berbahagia

                Manusia,kerap kali terlena dan ternina bobokan oleh kehidupan dunia. Api rayuannya yang sangat dahsyat,telah banyak menjerat penduduk dunia tanpa peduli siapa, di mana dan bagaimana seseorang harus terperangkap dalam jaring fatamorgana. Yang jelas, dunia selalu tersenyum, melihat dan menyaksikan yang lupa dan melupakan akan kehidupan lain.Walhasil,penduduk dunia ini lupa dan terlena,yang mereka kejar hanyalah dunia beserta isinya. Otak mereka sudah dipenuhi dengan 5 huruf,yakni HARTA.

                Zaman sekarang,dan bahkan dari dulu, segala sesuatu diukur dengan uang, keberhasilan seseorang diukur dengan uang, kesuksesan seseorang diukur dengan uang, bahkan kebaikan seseorang juga diukur dengan uang. Harta menjadi tolak ukur dari segala-galanya, kesopanan secara sepontan bisa muncul karena uang, sebaliknya kejujuran bisa pudar juga karena uang. Ironisnya, saudara kandung bisa lupa kalau keduanya terlahir dari rahim yang sama, juga karena uang. Seorang haji juga melupakan tetesan air mata taubatnya di baitullahjuga disebabkan uang. Para penerima amanah juga lupa dengan sumpahnya di bawah naungan Al-Quran, juga karena uang. Bahkan Allahpun ditipu juga karena uang. Na’uzubillah

                Dalam shahih muslim dijelaskan ‘hati seorang yang tua akan selalu merasa muda karena kecintaannya kepada dunia’. Manusia tidak pernah puas dengan apa yang ada, maunya bertambah terus, terus, terus  dan terus mencari. Hal ini sudah tergambar jauh sebelum glamoritas bermunculan seperti sekarang ini. Rasulullah Saw bersabda “andaikan anak keturunan Adam mempunyai dua lembah harta,tentu dia masih menginginkan lembah yang ketiga. Padahal yang memenuhi perut keturunan anak Adam hanyalah tanah belaka”  (HR.Muslim)

Hadirin yang berbahagia

                Sayangnya, setelah uang itu diraup dan dikumpulkan, mereka lupa bahwa ada kewajiban yang mesti dikeluarkan, yaitu zakat. Zakat tidak hanya dengan 2,5 kg beras atau uang  sejumlah 12.000 rupiah. Tetapi ada zakat lain,  yaitu zakat mal(zakat harta), zakat profesi, zakat perusahaan, zakat perniagaan dan lain sebagainya.

                Ketika kewajiban itu tiba, maka yang ada adalah keengganan mengeluarkannya. Banyak alasan yang kemudian dimunculkan, mulai ketidaktahunan dengan bagaimana cara menghitungnya, kepada siapa harus disalurkan, apa saja yang harus dikenakan zakat, dan lain sebagainya.

                Padahal sudah jelas-jelas dalam banyak firman suci-Nya Allah berfirman, di antaranya surat At-Taubah : 103;

خُذْ مِنْ أَمْوَالِهِمْ صَدَقَةً تُطَهِّرُهُمْ وَتُزَكِّيهِمْ بِهَا وَصَلِّ عَلَيْهِمْ إِنَّ صَلاتَكَ سَكَنٌ لَهُمْ وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ

Ambillah zakat dari sebagian harta mereka,dengan zakat itu kamu membersihkan [mereka dari kekikiran  dan cinta yang berlebih-lebihan kepada harta benda]dan mensucikan mereka dan mendo’alah untuk mereka.Sesungguhnya doa kamu itu(menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka.dan Allah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui.

Di lain ayat juga disebutkan :

وَفِي أَمْوَالِهِمْ حَقٌّ لِلسَّائِلِ وَالْمَحْرُومِ

Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bagian[maksudnyaa yang tidak meminta-minta. (Qs,Az-Dzariyat:19)

                Kedua ayat di atas, secara tegas dan jelas menyatakan bahwa ada hak fakir miskin/kaum dhua’fa di dalam harta orang-orang kaya atau muzakki. Bahkan pada ayat surat At-Taubah tadi Allah Swt nyatakan dengan kalimat ‘amr (perintah) ‘ambillah’, maka hukumnya wajib. Dalam terminologi fikih,wajib diartikan

يثاب على فعله ويعاقب على تركه

Dikerjakan mendapat pahala dan jika ditinggalkan/tidak dikerjakan mendapat dosa’. Maka, tidak ada alasan bagi mereka yang diberikan kelebihan harta, untuk tidak mengeluarkan zakatnya.

Saudara-saudaraku yang dirahmati Allah

                Dalam riwayat Imam Bukhari dijelaskan, bahwa harta yang tidak dikeluarkan zakatnya, kelak di akirat akan berubah menjadi ular bermata satu. Ular itu melilit leher tuannya seraya berkata’aku adalah hartamu ’aku adalah uangmu yang haknya tidak engkau berikan kepada mereka yang berhak menerimanya’.

                Entah apa sebabnya, sudah puluhan ayat dan hadits disampaikan oleh para muballihg, para ustad, para penceramah atau mungkin sudah membacanya sendiri dari kitab tafsir maupun hadits, Namun manusia tetap enggan melakukannya, tetap berat mengeluarkan zakatnya dan tetap tidak mau tahu akan kewajibannya. Kesemuanya ini sudah menjadi fenomena rakyat Indonesia. Dan ini menjadi bagian dari tanggung jawab kita bersama.

                Kalaulah ada undang-undan yang membolehkan ’memerangi’ orang-orang kaya yang enggan mengeluarkan zakatnya, sebagaimana yang terjadi pada masa pemerintahan khalifah Abu Bakar As-Siddiq, niscaya tidak akan ada orang kaya/mampu/berprofesi enggan membayarkan zakatnya,karena takut diperangi.

Saudara-saudara...kenapa semuanya terjadi!

                Jawabannya sederhana,mereka terkena penyakit حب الدنيا وكره الموت  , senang kepada dunia dan benci akan kematian’ akibatnya hati mereka tertutup dengan hidayah Allah.Yang ada hanyalah keuntungan dan keuntungan. Sementara jika berzakat, yang nampak hanyalah kerugian, rugi karena harus mengeluarkan sebagian hartanya. Padahal hanya2,5%nya saja. Artinya, hati mereka sudah berkarat dan berkerak. Padahal jelas, bahwa setelah ayat perintah berzakat  خذ من أموالهم  ada lanjutan lagi berupa janji Allah, yakni membersihkan harta dan jiwa mereka  تطهرهم وتزكيهم بها juga akan mebuat hati mereka tentram. Subhanallah,tidak ada yang lebih diinginkan oleh seorang hamba Allah, kecuali ketentraman hati dan jiwanya. Maka jangan heran, kalau ada orang miskin yang nampak tenang, senang dan menang. Sementara orang kaya terlihat resah dan gelisah.

                Sebagai akhir dari khutbah ini, khatib mengajak jamaah sekalian, untuk sama-sama memahami filosofi seorang tukang parkir. Ketika ada mobil mampir di arena parkirannya, ia sangat senang dan gembira, karena ada rezeki yang menghampirinya, mulai dari satu mobil, kemudian dua dan seterusnya. Bahkan tak jarang mereka bisa mengendarai segala jenis mobil yang menitip di wilayah parkirannya. Akan tetapi, ia hanya bisa memandang dan menjaganya, atau sekedar menghantarkan atau memidahkannya, tidak lebih dari itu. Kemudian, ketika si tuan mobil mengambil mobilnya, dengan iklas si tukang parkir mempersilahkannya, karena memang mobil itu bukan miliknya.

                Saudaraku...,ketika kita menyadari bahwa harta benda adalah titipan Allah, niscaya keengganan untuk berzakat akan tertepis dengan sedirinya. Sudah banyak bukti, kalau Allah menginginkan kembali hartaNya dari seorang hamba, Ia hanya berkata kun fayakun. Mudah-mudahan, Allah Swt selalu meberikan kasih sayang-Nya kepada kia semua. Amin ya rabbal ‘alamin

هدانا الله واياكم أجمعين, أقول قول هذا وأستغفر الله العظيم لى ولكم ولسائر المسلمين والمسلمات فاستغفروه إنه هو الغفور الرحيم

Khutbah II

اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ اِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَاَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى اِلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا

اَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا اَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهّ اَمَرَكُمْ بِاَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى اِنَّ اللهَ وَمَلآ ئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ اَبِى بَكْرٍوَعُمَروَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ

اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ اَعِزَّ اْلاِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ اَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ اِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! اِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِى اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوااللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرْ

Upaya Meraih Rahmat Allah swt


Dalam konteks kekinian rahmat Allah dapat saja berada dalam amal yang sungguh sepele. Mungkin saja rahmat itu terletak dalam diri anak-anak jalanan yang mengulurkan tangan ke hadapan kita, atau di dalam diri pengamen yang menyanyikan lagu sumbang tak jelas suara dan nadanya. Dan juga mungkin sekali rahmat itu terletak dalam amal kita dalam memberi selembar kertas koran sebagai alas shalat jum’at. wal hasil sekecil apapaun amal itu tidak boleh kita sepelekan.

اَلْحَمْدُ لله الَّذِيْ أَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِالْهُدَى وَدِيْنِ الْحَـقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّيْنِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُوْنَ ، أَشْهَدُ أَنْ لَا اله إِلاَّ الله وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ الله.اللهم صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى أله وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ. أما بعد فياعباد الله أوصيكم ونفسى بتقوى الله فقد فاز المتقون, اتقو الله حق تقاته ولاتموتن ألا وأنتم مسلمون  

Materi khotbah kali ini merupakan penjabaran dari istilah rahmat dalam ayat Az-Zumar 53 yang berbunyi:

 قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَىٰ أَنفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِن رَّحْمَةِ اللَّهِ ۚ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا ۚ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ

Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Bahwasannya kita semua dilarang untuk merasa putus asa atas rahmat Allah swt. Bagaimana kita akan putus asa kalau kita sendiri tidak memahami rahmat itu sendiri. Oleh karena itulah tema khotbah kali ini akan lebih banyak membicarakan hal tersebut.

 Sebuah kisah yang berdasarkan pada hadist Rasulullah saw dari cerita Malaikat Jibril “sungguh dahulu pernah ada seorang hamba (‘abid) yang tinggal seorang diri di sebuah gunung paling tinggi di dunia. Begitu tingginya gunung itu, sehingga aku (jibril) sering melaluinya ketika hendak turun dari langit melaksanakan titah dari Yang Maha Kuasa. Gunung itu tidak begitu luas, tetapi cukup lengkap persediaan bahan makanan dan buah-buahan juga air terjun yang menyegarkan. Hal itu mempermudah ‘abid menjaga perut dari kekosongan dan memudahkannya berwudhu sehinga ia selalu dalam keadaan suci.

Di atas gunung yang sangat indah itu, ‘abid hidup selama lima ratus tahun. Ia tidak punya kegiatan, selain beribadah, bermunajat, dan berdo’a, tidak pernah terlintas dibenaknya untuk berbuat dosa dan mendurhkai-Nya. Salah satu do’a yang dikabulkan Allah swt adalah permohonannya setiap saat untuk mati dalam keadaan sujud. Demikianlah, akhirnya ‘abid meninggal dunia dalam usia limaratus tahun.

Setelah kematiannya Allah swt berkata kepadanya ‘wahai hambaku karena rahmat-Ku, kau akan segera aku masukkan ke dalam surga’.  Mendengar pernyataan tersebut si ‘abid berubah mukanya, terkesan tidak terima. Karena ia merasa bahwa amal-ibadahnnya selama lima ratus tahun tanpa dosa lah yang menyebabkannya layak masuk ke surga. Bukan semata karena rahmat-Nya. Demikian protes ‘abid kepada Allah swt.

Mafhum apa yang dimaksud oleh si ’abid. Maka segeralah Allah menugaskan seorang malaikat untuk menghitung dan menimbang seluruh amal-ibadahnya selama lima ratus tahun tanpa dosa yang diandalkannya sebagai modal meraih sorga. Kemudian ditimbangnya amal tersebut dibandingkan dengan rahmat pemberian-Nya. Ternyata rahmat Allah swt yang diberikan kepada ‘abid yang terdapat dalam mata (termasuk di dalamnya kemampuan melihat) saja jauh lebih berat nilainya dibandingkan dengan ibadahnya selama lima ratus tahun. Belum nikmat anggota badan yang lain, otak, kaki, tangan, dan seterusnya.

Maka sesuai dengan protes yang diajukannya, Allahpun memerintahkan malaikat untuk menyeret si ‘abid ke dalam neraka. Karena nilai amal-ibadahnya jauh lebih ringan dari pada rahmat yang terdapat pada mata. Ketika itulah si ‘abid baru sadar ternyata kebergantungannya pada amal tidak dapat menyelamatkannya. Segera ia meminta ampunan dan mengakui akan segala kesalahan dan kesombongannya. Ia terlalu mengandalkan amal ibadahanya dan mengabaikan rahmat-Nya.  

Akhirnya Allah mengampuninya dan sekali lagi menanyakan kepada si ‘abid “apakah engkau masuk surga ini karena amalmu?’ si ‘abid menjawab “tidak ya Allah Tuhanku, sungguh ini semua karena rahmat-Mu”.

Jama’ah Jum’ah Rahimakumullah

Cerita di atas membuktikan betapa hidup manusia ini sangat tergantung pada rahmat Allah swt sebagai pengatur alam jagad raya. Ia-lah yang menentukan semuanya. Ia berhak melakukan apapun kepada makhluk-Nya. Sebagai Sang Pencipta, sebagai Sang Maha Kuasa, Dia bebas menyiksa dan mengganjar siapa saja yang Ia mau. Tidak ada yang dapat membatasi gerak-Nya. Ketundukan atau kedurhakaan kita kepada-Nya tidaklah mampu menggeser kekuasaannya walau sedikitpun. Oleh karena itulah hidup semua makhluk ini sungguh-sungguh tergantung paa rahmatnya, bukan pada kesalehan amal ibadah kita.

Oleh karena itulah kita diajari sebuah do’a yang sangat masyhur:

ارحمنا ياالله لان رحمتك أرجى لنا من جميع أعمالنا, واغفر لنا ياالله لان مغفرتك اوسع من ذنوبنا

Irhamna ya Allah, lianna rahmataka arja lana min jami’i a’mlina. Waghfir lana ya Allah, lianna maghfiratakan ausa’u lana min dzunubina.

Ya Allah kasihanilah kami, karena rahmat-Mu lebih kami harapkan dari pada semua amal kami. Dan ampunilah kami, karena pengampuanan-Mu lebih luas dari pada dosa-dosa kami. 

Begitulah hendaknya, manusia sebagai hamba yang lemah tidak dibenarkan terlalu merasa aman dengan amal ibadah yang telah kita kerjakan. Karena hal itu tidak serta merta mampu menyelamatkan diri kita. Karena keselamatan dan pertolongan itu terkandung dalam rahmat-Nya.

Dengan kata lain, sungguh merugi jika manusia merasa nyaman dengan tumpukan dan penjumlahan amal yang telah dilakukannya, dengan harapan amal-ibadah itu akan menyelamatkannya dari api neraka. Sebuah kisah masyhur dari kitab Nashaihul Ibad karya Syaikh Nawawi al-Bantani tentang al-Ghazali. Diceritakan bahwa Imam Ghazali tampak dalam mimpi, maka ia ditanya “apa yang Allah lakukan kepadamu?” lalu ia menjawab “Allah membiarkanku di hadapan-Nya, kemudian Allah berkata, Kenapa Engkau dihadapkan kepada-Ku, apa yang engkau bawa? Maka aku (al-Ghazali) menyebutkan segala amal-ibadahku. Tapi Allah menjawab “sesungguhnya Aku tidak menerima semua amal-ibadahmu, kecuali satu amal pada suatau hari ketika kamu membiarkan sesekor lalat hinggap di atas tintamu dan meminum tinta itu dari ujung penamu, serta engkau membiarkannya karena kasihan kepada lalat itu”. Kemudia Allah berkata “wahai malaikat, bawalah hambaku ini ke surga”.

Fragmen Al-Ghazali ini menunjukkan kepada kita bahwa posisi rahmat Allah itu sangat rahasia. Ia bisa terdapat bentangan amal kita yang tidak kita ketahui persisnya. Beratus-ratus kitab karya al-Ghazali, bertahun-tahun ibadahnya, tetapi rahmatnya malah terdapat di tinta pada ujung penanya? Bukankah secara logika ratusan karya itu lebih bernilai? Tidak demikian. Rahmat-Nya tidak dapat dikalkulasi, diprediksi dan diperinci karena rahmat itu adalah hak prerogatif milik-Nya.

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah

Oleh karena itulah tidak dibenarkan bagi kita untuk menilai rendah sebuah amal ibadah. Walaupun itu sekedar menghindarkan duri dari tengah jalan. Karena bisa saja amal itu yang dirahmati Allah swt. Kita tidak boleh meremehkan amal walau sekecil apapun siapa tahu itulah yang akan menyelamatkan kiat di akhirat nanti Bukankah Sayyidina Umar masuk surga karena sekedar menyelamatkan burung emprit yang dibelinya dari seorang anak kecil yang menyiksa burung itu? cerita ini kemudian diabadikan dengan sebutan kitab úsfuriyah. Begitu sebaliknya. Kita tidak dibenarkan pula menyombongkan amal ibadah walau sebesar apapun amal tersebut. Karena belum tentu amal itu mengandung rahmat-Nya.

Jama’ah Jum’ah yang Disayangi Allah

Dalam konteks kekinian rahmat Allah dapat saja berada dalam amal yang sungguh sepele. Mungkin saja rahmat itu terletak dalam diri anak-anak jalanan yang mengulurkan tangan ke hadapan kita, atau di dalam diri pengamen yang menyanyikan lagu sumbang tak jelas suara dan nadanya. Dan juga mungkin sekali rahmat itu terletak dalam amal kita dalam memberi selembar kertas koran sebagai alas shalat jum’at. wal hasil sekecil apapaun amal itu tidak boleh kita sepelekan.

Hal ini tentunya akan mengajak kita memandang fenomena akan lebih hati-hati dan tidak mudahsyu’ud dhann. Janganlah kita mudah buruk sangka dan memandang remeh kepada pekerjaan orang lain. Tukang sayur yang mangkal setiap pagi, tukang loper koran, tukang ojek dan tukang-tukang lain yang sering kita nikmati jasanya tanpa kita kenal profilenya dengan dekat, bahkan seringkali kita jadikan kambing hitam, bisa jadi pekerjaan merekalah yang mengandung rahmat Allah swt dibandingkan pekerjaan kita.

Akhirul kalam, bahwasannya manusia tidak boleh berputus asa untuk terus memburu rahmat Allah, karena sesungguhnya rahmat itu amat luasnya, hanya kebanyakan manusia tidak memahami hikmah dibalik itu semua.

Demikianlah khotbah jum’ah kali ini semoga membawa banyak man’faat. Minimal meyakinkan pada diri kita agar tidak mudah memandang remeh pada amal-amal kecil dan juga amal-amal orang lain.  

هدانا الله واياكم أجمعين, أقول قول هذا وأستغفر الله العظيم لى ولكم ولسائر المسلمين والمسلمات فاستغفروه إنه هو الغفور الرحيم

Khutbah II

اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ اِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَاَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى اِلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا
اَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا اَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهّ اَمَرَكُمْ بِاَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى اِنَّ اللهَ وَمَلآ ئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ اَبِى بَكْرٍوَعُمَروَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ اَعِزَّ اْلاِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ اَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ اِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! اِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِى اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوااللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرْ


Keadilan dan Pemimpin yang Adil


Rasulullah Pernah bersabda "Satu waktu nanti akan tiba atas umatku penguasa seperti singa, para menterinya seperti serigala, dan hakim-hakimnya seperti anjing. Sementara itu umat kebanyakan bagaikan kambing. Bagaimana bisa kambing hidup diantara singa, serigala dan anjing?"

ان الحمد لله الذى أرسل رسوله بالهدى ودين الحق ليظهره على الدين كله. أرسله بشيرا ونذيرا وداعيا الى الله باذنه وسراجا منيرا. أشهد ان لا اله الا الله وحده لا شريك له. شهادة اعدها للقائه ذخرأ. واشهد ان محمدا عبده و رسوله. ارفع البرية قدرا. اللهم صل وسلم وبارك على سيدنا محمد وعلى أله وأصحابه وسلم تسليما كثيرا. أما بعد. فياأيها الناس اتقوالله حق تقاته ولاتموتن الا وأنتم مسلمون.

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah

Marilah kita bersama-sama meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah Yang Maha Adil dengan menhindarkan diri dari kedhaliman dan berusaha mendekatkan segala keputusan kita pada keadilan. Walaupun itu bukanlah perkara yang sulit. Sesungguhnya demikianlah perintah Allah dan Rasul-Nya.

Adil adalah kata sifat yang dapat dimaknai dengan bertindak sebagaimana mestinya, tidak berat sebelah dan tanpa keberpihakan. Adil adalah memberikan hak kepada pemiliknya, baik hak itu bersifat ganjaran bagi yang berjasa maupun hukuman bagi yang bersalah.

Jama’ah Jum’ah yang dirahmati Allah

Kata adil dalam bahasa Indonesia seolah tinggal kenangan. Bagi bangsa ini sekarang, adil terkesan mewah dalam realita kehidupan. Popularitas kata adil pada saat ini masih jauh berada di bawah kata android, Iphone, caleg, partai dan lain sebagainya. Begitu pula adanya berbagai lembaga yang berkutat dalam hal putusan dan keadilan sama sekali tidak dapat memposisikan kata adil pada tempatnya, bahkan terkesan membelokkan makna adil itu sendiri.

Padahal adil adalah barang murah, adil tidak perlu dibayar mahal seperti halnya short curse atau studi S1, S2 atau S3. Karena potensi adil selalu terkandung dalam diri tiap insan sebagai pengejawantahan sifat Allah swt ‘al-‘adilu. Adil adalah kekayaan alami yang terkandung dalam diri setiap individu yang hanya memerlukan modal kemauan saja untuk menghadirkannya. Adil bagaikan barang tambang dalam bumi Indonesia yang telah lama tersedia, bahkan semenjak bumi pertiwi ini belum dinamai Indonesia. Kemauan adalah kunci membuka gudang keadilan.

Oleh karena itu, dalam usahan merealisasikan potensi adil yang terkandung dalam diri individu inilah perlu latihan dan pembiasaan. Adil harus diterapkan dalam lingkup kehidupan paling kecil, dari individu, keluarga, dan dari pemerintahan tingkat RT hingga tingkat pusat. Sehingga para bapak bangsa ini menjadikan konsep “keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia” sebagai salah satu dari Pancasila sebagai Dasar Negara.

Jam’ah jum’ah yang berbahagia

Dengan demikian keadilan menjadi salah satu basicstruktur yang harus ada di Indonesia. Dengan bahasa lain Keadilan merupakan masalah ushuliyah yang keberadaannya sudah merupakan barang pasti yang tidak bisa diganti dengan yang lain, apabila bangsa ini ingin lestari. Bukankah demikian peringatan Allah kepada Nabi Daud yang tergambar dalam surat as-shad ayat 26:

 

يَا دَاوُودُ إِنَّا جَعَلْنَاكَ خَلِيفَةً فِي الْأَرْضِ فَاحْكُمْ بَيْنَ النَّاسِ بِالْحَقِّ وَلَا تَتَّبِعِ الْهَوَىٰ فَيُضِلَّكَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ ۚ إِنَّ الَّذِينَ يَضِلُّونَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ لَهُمْ عَذَابٌ شَدِيدٌ بِمَا نَسُوا يَوْمَ الْحِسَابِ.

Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi, maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang sesat darin jalan Allah akan mendapat azab yang berat, karena mereka melupakan hari perhitungan.

Sudah jelas kiranya janji Allah dalam ayat tersebut. Bahwa keadilan adalah syarat mutlaq seorang pemimpin, karena keadilanlah yang akan menentukan arah keberlanjutan sebuah bahngsa. Demikian pentingnya keadilan hingga ada sebuah cerita tentang seorang darwis  yang dimintai pendapat tentang pemimpin yang dhazilim.

 

Sa'di bercerita; Alkisah, Seorang raja yang zalim berkenan memanggil seorang darwis ke istananya untuk memberi nasihat. Ketika sufi itu datang, Raja Zalim berkata, "Berikan aku nasihat. Amal apa yang paling utama untuk aku lakukan sebagai bekalku ke akhirat nanti?"

 

Sang darwis menjawab, "Amal terbaik untuk baginda adalah tidur." Raja itu kehairanan, "Mengapa?" "Karena ketika tidur," jawab sufi itu, "baginda berhenti menzalimi rakyat. Ketika baginda tidur, rakyat dapat beristirahat dari kezaliman."

 

Namun manusia adalah insan yang sering lalai dan mudah tergoda dengan berbgai bujuk rayu setan yang menyesatkan. Karenanya hampir dalam setiap jangkah kehidupan ini kedhaliman hadir menggantikan posisi keadilan. Begitulah hingga Rasulullah saw pernah bersabda:

 

سيأتى زمان علي امتي سلاطينهم كالاسد ووزراءهم كالذئب وقضئهم كالكلب وسائر الناس كالاغنام فكيف يعيش الغنام من الاسد والذئب والكلب ؟

Akan tiba satu waktu kepada umatku penguasanya seperti singa, para menterinya seperti serigala, dan hakim-hakimnya seperti anjing. Sementara itu umat kebanyakan bagaikan kambing. Bagaimana bisa kambing hidup diantara singa, serigala dan anjing?

Apakah maksud penguasa seperti singa dalam konteks hadits ini? tidak, singa ditamsilkan dalam hadits ini bukan dalam hal keberanian, tapi dalam hal kerakusannya. Singa selalu saja memburu makanan dan demi kepentinga pribadi dan golongannya. Sementara serigala terkenal dengan sifat culas, gesit, dan licik. Ia bisa menggunakan berbagai cara demi menghasilkan buruan walaupun dengan jalan tidak ksatria. Adapun anjing yang suka menjilat pandai sekali menyembunyikan kebuasannya dibalik kejinakan yang dimilikinya. Begitulah Rasulullah saw menerang keberadaan umatnya. Apakah massa yang dimaksud dengan hadits tersebut telah tiba? Wallahu a’lam bis shawab.

Hadirin Rahimakumullah

Hanya saja sebagai garis petunjuk adalah  surat An-Nisa’ ayat 135 haruslah dipegang seorang pemimpin.

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ كُونُوا۟ قَوَّٰمِينَ بِٱلْقِسْطِ شُهَدَآءَ لِلَّهِ وَلَوْ عَلَىٰٓ أَنفُسِكُمْ أَوِ ٱلْوَٰلِدَيْنِ وَٱلْأَقْرَبِينَ إِن يَكُنْ غَنِيًّا أَوْ فَقِيرًا فَٱللَّهُ أَوْلَىٰ بِهِمَا فَلَا تَتَّبِعُوا۟ ٱلْهَوَىٰٓ أَن تَعْدِلُوا۟ وَإِن تَلْوُۥٓا۟ أَوْ تُعْرِضُوا۟ فَإِنَّ ٱللَّهَ كَانَ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرًا

Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapa dan kaum kerabatmu. Jika ia[361] kaya ataupun miskin, maka Allah lebih tahu kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu memutar balikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui segala apa yang kamu kerjakan.

Demikianlah khotbah singkat kali ini semoga bermanfaat bagi kita semua. Ya Allah kami sungguh bersyukur atas potensi keadilan yang kau berikan kepada kami, tetapi kami sadar keadilah bukanlah hal yang mudah kami realisasikan. Namun dengan kebesaran-Mu apa susahnya Kau mudahkan keadilan itu hadir pada kehidupan kami ya Allah..

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإيَّاكُمْ ِبمَا ِفيْهِ مِنَ اْلآياَتِ وَالذكْر ِالْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ

Khutbah II

اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ اِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَاَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى اِلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا.

اَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا اَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهّ اَمَرَكُمْ بِاَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى اِنَّ اللهَ وَمَلآ ئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ اَبِى بَكْرٍوَعُمَروَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ


اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ اَعِزَّ اْلاِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ اَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ اِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! اِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِى اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوااللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرْ


Kesombongan dan Dua Sumber Kemaksiatan


"Tidak akan masuk surga orang yang dalam hatinya ada sifat sombong seberat dzarroh (atom yang paling kecil)." Lantas ada seseorang yang berkata: Sesungguhnya ada laki-laki yang suka berpakaian indah dan bersandal bagus. Nabi saw bersabda: “sesungguhnya Allah itu Indah dan suka keindahan. Sombong adalah menentang kebenaran dan memandang rendah orang lain (al-Hadits).


الحمد لله أحمده وسبحانه وتعالى على نعمه الغزار, أشكره على قسمه المدرار, . أشهد ان لا اله الا الله وحده لا شريك له. واشهد ان سيدنا محمدا عبده و رسوله النبي المختار. اللهم صل على سيدنا محمد وعلى أله الأطهار وأصحابه الأخيار وسلم تسليما كثيرا. أما بعد فياأيها الناس اتقوالله حق تقاته ولاتموتن الا وأنتم مسلمون. وقال الله تعالى : ولا تصعر خدك للناس ولا تمش فى الارض مرحا ان الله لايحب كل مختال فخور

Maasyiral Muslimin Rahimakumullah

Marilah kita bersama-sama meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah swt. sungguh hanya dengan taqwalah kita dapat mengisi kehidupan ini dengan segala sifat-sifat kebaikan dan menghindar dari sifat tercela. Diantara sifat tercela yang tidak terampuni dan merupakan waisan iblis adalah kesombongan. Apakah sombong itu? Rasulullah saw bersabda الكبر بطر الحق وغمط الناس sombong adalah menolak kebenaran dan memandang rendah orang lain.

Meskipun jelas bahwa mausia adalah tempatnya kesalahan dan kealpaan sebagaimana ucapan ‘al-Insan mahallul khatha’ wan nisyan’ tetapi menjadi kewajiban manusia itu sendiri berusaha menghindarkan diri dari kesalahan. Terkadang manusia merasa amat berat dalam mengekang diri dari kemaksiatan karena bisikan nafsu yang tiada henti berhembus seperti angin yang terus mengelilingi kehidupan ini. Ketika itu hendaklah manusia meminta pertolongan kepada Allah swt untuk menundukkan kebiadaban nafsu yang ada dalam diri manusia sendiri. Karena hanya Allahlah yang dapat dengan mudah menyelesaikan permasalahan nafsu ini. Namun demikian, jikalau kemaksiatan sudah tidak terhindar lagi maka bersegeralah memohon pengampuanan kepada-Nya yang disertai dengan penyesalan setulus hati.   

Akan tetapi jikalau kemaksiatan yang tidak terhindar itu hadir tanpa ada penyesalan karena memandang remeh suatu kemaksiatan atau rasa sombong atas tindakan kemaksiatan itu, maka sesungguhnya orang itu telah terperosok ke lubang kesalahan dua kali. Lubang pertama adalah kesalahan itu sendiri dan lubang kedua adalah kesalahan atas keberaniannya menyengaja mengerjakan sebuah kesalahan. Inilah maksiat kepada Allah yang paling besar. Inilah kedurhakaan yang pernah dilakukan oleh Iblis kepada Allah, yaitu dengan sengaja membangkang apa yang diperintahkan-Nya, padahal iblis mengerti sepenuhnya bahwa melawan perintah-Nya berarti melakukan kemakaran kepada-Nya. Inilah jenis maksiat yang tidak bisa diharapkan ampuanan dari Allah swt. na’udzubillah min dzalik

Hadirin Jama’ah Jum’at yang Dimuliakan Allah.

Itulah dua macam kemaksiatan sebagaimana diterangkan oleh Sufyan as-Tsauri bahwa:


كل معصية عن شهوة فانه يرجى غفرانها وكل معصية عن كبر فانه لايرجى غفرانها لان معصية ابليس كان اصلها من الكبر ان زلة سيدنا أدم عليه السلام كان اصلها من الشهوة

Setiap maksiat yang terlahir karena dorongan nafsu, sesungguhnya masih ada harapan ampunan dari-Nya. Namun setiap maksiat yang lahir karena dorongan rasa sombong, sungguh tidak ada harapan pengampuanan dari-Nya. Karena demikianlah kedurhakaan yang dilakukan iblis berawal dari rasa sombong dan kesalahan yang dilakukan oleh Nabi Adam (dengan memakan buah huldi) berawal dari dorongan syahwat.

Dari mutiara Sufyan as-Tsauri ini hendaknya diambil pelajaran bahwa kesombongan merupakan sumber kemaksiatan yang tidak dapat diampuni. Karena kesombongan itu pada hakikatnya hanyalah milik-Nya.


  عن أبي هريرة قال : قال رسول الله - صلى الله عليه وسلم - :  ( قال الله عز وجل : الكبرياء ردائي ، والعظمة إزاري ، فمن نازعني واحداً منهما قذفته في النار )   وفى رواية ولا أبالى)

Sifat sombong itu selendang-Ku, keagungan adalah busana-Ku. Barang siapa yang merebut salah satu dari-Ku, akan Ku lempar ia ke neraka. Dan Aku tidak peduli. 

Oleh karenanya Allah dalam surat luqman ayat 18 dengan jelas-jelas menyatakan ketidak suakaan-Nya kepada orang yang sombong:



ولا تصعر خدك للناس ولا تمش فى الارض مرحا ان الله لايحب كل مختال فخور

Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.

Jelas sekali ayat di atas bahwa Allah tidak menyukai orang yang sombong. Jika demikian dapat dibayangkan bagaimana posisi orang-orang yang tidak disukai Allah di akhirat kelak, sedangkan alam ini (dunia dan akhirat) adalah milik-Nya? pastilah Allah swt memberinya tempat yang buruk.

Sebuah hadits dari Abdullah bin Mas’ud menjelaskannya


عن عبد الله ابن مسعود رضي الله عنه عن النبي صلى الله عليه وسلم قال: لايدخل الجنة من كان فى قلبه مثقال ذرة من كبر, فقال رجل: إن الرجل يحب أن يكون ثوبه حسنا ونعله حسنة. قال إن الله جميل يحب الجمال (الكبر) بطر الحق وغمط الناس.

Demikianlah khutbah kali ini bahwasannya kemaksiatan lahir melalui dua sumber kemungkinan. Pertama melalui nafsu syahwat dan kedua melalui perasaan sombong. Sesungguhnya kemaksiatan yang lahir dari kesombongan tidak dapat lagi diharapkan ampunan dari-Nya.Dari Abdullah bin Mas’ud dari Rasulillah Saw berkata: tidak akan masuk surga orang yang dalam hatinya ada sifat sombong seberat dzarroh (atom yang paling kecil). Lantas ada seseorang yang berkata: sesungguhnya ada laki-laki yang suka berpakaian indah dan bersandal bagus. Nabi saw bersabda “sesungguhnya Allah itu Indah dan suka keindahan. Sombong adalah menentang kebenaran dan memandang rendah orang lain.



بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإيَّاكُمْ ِبمَا ِفيْهِ مِنَ اْلآياَتِ وَالذكْر ِالْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ

Khutbah II


اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ اِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَاَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى اِلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا

اَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا اَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَىوَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهّ اَمَرَكُمْ بِاَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى اِنَّ اللهَ وَمَلآ ئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ اَبِى بَكْرٍوَعُمَروَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ


اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ اَعِزَّ اْلاِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ اَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ اِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! اِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِى اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوااللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرْ