Bersikap Wara’ terhadap Larangan-larangan Allah SWT
Bersikap Wara’ terhadap Larangan-larangan Allah SWT
I. PENGANTAR TEMATIK
(Landasan pemahaman awal)
Wara’ adalah menjaga diri dari yang haram dan syubhat karena takut kepada Allah, bukan sekadar banyak beramal lahiriah.
Para ulama menyebut wara’ sebagai pondasi diterimanya amal, sedangkan ibadah tanpa wara’ diibaratkan bangunan indah di atas tanah rapuh.
Imam Ahmad رحمه الله berkata:
“Pokok agama ada tiga: keikhlasan, mengikuti sunnah, dan wara’.”
II. DALIL AL-QUR’AN TENTANG WARĀ’ & TAKWA
1. Amal hanya diterima dari orang bertakwa
﴿إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللَّهُ مِنَ الْمُتَّقِينَ﴾
(QS. Al-Mā’idah: 27)
Terjemahan:
“Sesungguhnya Allah hanya menerima (amal) dari orang-orang yang bertakwa.”
Komentar Ulama:
- Ibnu Katsir:
“Ayat ini menunjukkan bahwa amal lahir sebesar apa pun tidak bermanfaat tanpa takwa dan wara’.”
- Al-Hasan Al-Bashri:
“Takwa adalah engkau meninggalkan apa yang Allah benci meski engkau mampu melakukannya.”
2. Jangan mencampur amal salih dengan dosa
﴿وَآخَرُونَ اعْتَرَفُوا بِذُنُوبِهِمْ خَلَطُوا عَمَلًا صَالِحًا وَآخَرَ سَيِّئًا﴾
(QS. At-Taubah: 102)
Terjemahan:
“Dan ada pula orang-orang lain yang mengakui dosa-dosa mereka; mereka mencampur amal salih dengan perbuatan buruk.”
Ulasan Ulama:
- Al-Qurthubi:
“Ayat ini adalah peringatan keras agar seorang hamba tidak merasa aman dengan amalnya selama ia masih mencampurnya dengan maksiat.”
- Sahl bin ‘Abdillah At-Tustari:
“Amal salih yang tercampur dosa lebih dekat tertolak daripada diterima.”
3. Kemuliaan di sisi Allah diukur dengan takwa
﴿إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ﴾
(QS. Al-Hujurat: 13)
Terjemahan:
“Sesungguhnya yang paling mulia di sisi Allah di antara kalian adalah yang paling bertakwa.”
Komentar Ulama:
- Imam Al-Ghazali:
“Takwa hakiki bukan memperbanyak amal, tetapi meninggalkan dosa dengan penuh muraqabah.”
III. DALIL SUNNAH TENTANG WARĀ’
1. Hadis halal–haram & syubhat (Pokok wara’)
عَنِ النُّعْمَانِ بْنِ بَشِيرٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ:
«إِنَّ الْحَلَالَ بَيِّنٌ وَإِنَّ الْحَرَامَ بَيِّنٌ، وَبَيْنَهُمَا أُمُورٌ مُشْتَبِهَاتٌ…»
(HR. Bukhari & Muslim)
Terjemahan:
“Sesungguhnya yang halal itu jelas dan yang haram itu jelas, dan di antara keduanya ada perkara-perkara syubhat…”
Penjelasan Ulama:
- Imam Nawawi:
“Hadis ini adalah pondasi besar dalam wara’. Barang siapa menjaga diri dari syubhat, maka agamanya selamat.”
- Ibnu Rajab Al-Hanbali:
“Wara’ adalah meninggalkan sesuatu yang dikhawatirkan menjerumuskan kepada dosa.”
2. Inabah lebih utama daripada amal bercampur dosa
Rasulullah ﷺ bersabda:
«التَّائِبُ مِنَ الذَّنْبِ كَمَنْ لَا ذَنْبَ لَهُ»
(HR. Ibnu Majah – hasan)
Terjemahan:
“Orang yang bertaubat dari dosa seperti orang yang tidak memiliki dosa.”
Ulasan Ulama:
- Ibnul Qayyim:
“Inabah yang jujur lebih dicintai Allah daripada ketaatan yang tercemar maksiat.”
- Fudhail bin ‘Iyadh:
“Meninggalkan satu dosa lebih berat di sisi Allah daripada mengerjakan seribu amal sunnah.”
3. Orang paling tekun adalah yang menjauhi dosa
Rasulullah ﷺ bersabda:
«اتَّقِ الْمَحَارِمَ تَكُنْ أَعْبَدَ النَّاسِ»
(HR. Tirmidzi – hasan)
Terjemahan:
“Jauhilah perkara-perkara haram, niscaya engkau menjadi manusia paling ahli ibadah.”
Komentar Ulama:
- Imam Ahmad:
“Wara’ adalah puncak ibadah.”
- Sufyan Ats-Tsauri:
“Tidak ada yang lebih sulit bagi jiwa selain wara’.”
IV. PERBANDINGAN: IBADAH BANYAK VS WARĀ’ KUAT
Kisah Ulama Salaf
Disebutkan:
Dua orang masuk surga, yang satu lebih tinggi derajatnya meskipun amal lahiriahnya lebih sedikit.
Ketika ditanya sebabnya, dijawab:
“Karena ia paling wara’ terhadap larangan Allah.”
Komentar Para Ulama:
- Abu Darda’ رضي الله عنه:
“Sedikit takwa lebih baik daripada banyak ibadah.”
- Al-Hasan Al-Bashri:
“Wara’ tidak diukur dari pakaian dan penampilan, tetapi dari apa yang engkau tinggalkan karena Allah.”
V. WARĀ’ SEBAGAI JALAN RIDHA ALLAH
Mengapa wara’ lebih utama?
- Membersihkan amal dari racun dosa
- Melahirkan muraqabah (merasa diawasi Allah)
- Menjaga hati tetap hidup
- Menutup pintu riya dan ujub
- Menjadi sebab diterimanya amal
Ibnu Taimiyyah berkata:
“Agama ini dibangun di atas meninggalkan larangan sebelum mengerjakan perintah.”
VI. PENUTUP NASIHAT
Wahai saudara-saudaraku…
- Jangan tertipu dengan banyaknya amal
- Jangan merasa aman selama masih bermaksiat
- Jangan berharap kebaikan menghapus dosa tanpa taubat
Jadikan cita-cita tertinggimu:
Menjadi hamba yang wara’ terhadap larangan Allah
Karena:
Allah tidak menerima amal kecuali dari orang yang bertakwa
DOA PENUTUP
اللَّهُمَّ اجْعَلْنَا مِنَ الْمُتَّقِينَ، وَارْزُقْنَا الْوَرَعَ، وَطَهِّرْ قُلُوبَنَا مِنَ الذُّنُوبِ وَالشُّبُهَاتِ
“Ya Allah, jadikanlah kami termasuk orang-orang yang bertakwa, karuniakan kepada kami sifat wara’, dan sucikan hati kami dari dosa dan syubhat.”
Post a Comment