Dusta dalam Pandangan Islam

Dusta dalam Pandangan Islam


Muqaddimah

الحمد لله ربّ العالمين،
Segala puji bagi Allah SWT yang memerintahkan kejujuran dan melarang kedustaan, karena dengan kejujuran agama akan tegak, dan dengan dusta agama akan rusak. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad ﷺ, keluarga beliau, para sahabat, serta para pengikutnya hingga akhir zaman.

Hadirin rahimakumullāh,
Hari ini kita hidup di zaman yang oleh para ulama disebut zaman fitnah, zaman bercampurnya yang haq dan yang batil. Kejujuran dianggap kelemahan, sementara dusta justru dianggap kecerdikan. Banyak orang berkata, “Kalau jujur nanti hancur.” Maka merebaklah manipulasi, kebohongan, dan keresahan di tengah masyarakat.


Makna Dusta dalam Islam

1. Makna Bahasa

Dalam bahasa Arab, dusta disebut al-kadżib (الْكَذِبُ).

Ibnu Manzhur رحمه الله berkata dalam Lisānul ‘Arab:

الْكَذِبُ نَقِيْضُ الصِّدْقِ

Artinya:
“Dusta adalah lawan dari kejujuran.”

2. Makna Istilah

Imam Al-Mawardi رحمه الله menjelaskan dalam Adab ad-Dunyā wa ad-Dīn:

“Hakikat dusta adalah mengabarkan sesuatu yang bertentangan dengan kenyataan. Dan pengabaran itu tidak hanya dengan lisan, tetapi juga bisa dengan perbuatan, isyarat, anggukan kepala, bahkan dengan sikap diam.”

Artinya, dusta bukan hanya bohong dengan mulut, tetapi juga bisa:

  • Berpura-pura
  • Memberi isyarat yang menyesatkan
  • Diam padahal wajib menjelaskan kebenaran

Macam-Macam Dusta

1. Dusta Tidak Sengaja

Dalam bahasa Arab, kata kadżaba juga digunakan untuk kesalahan informasi yang tidak disengaja.

Contohnya dalam hadis:

كَذَبَ أَبُو السَّنَابِلِ، لَيْسَ كَمَا قَالَ، قَدْ حَلَلْتِ فَانْكِحِي

Artinya:
“Abu Sanabil telah keliru, perkara itu tidak seperti yang ia katakan. Engkau telah halal (untuk menikah), maka menikahlah.”
(HR. Bukhari dan Muslim)

Penjelasan Ulama

Imam An-Nawawi رحمه الله menjelaskan:

“Makna ‘dusta’ di sini adalah kesalahan ijtihad, bukan dusta yang disengaja.”

👉 Kesalahan karena ketidaktahuan tidak berdosa, tetapi tetap wajib diluruskan.


2. Dusta yang Disengaja

Inilah dusta yang haram dan termasuk dosa besar.

Rasulullah ﷺ bersabda:

إِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِي إِلَى الْبِرِّ، وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِي إِلَى الْجَنَّةِ… وَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِي إِلَى الْفُجُورِ، وَإِنَّ الْفُجُورَ يَهْدِي إِلَى النَّارِ

Artinya:
“Sesungguhnya kejujuran itu membawa kepada kebaikan, dan kebaikan membawa ke surga. Seseorang senantiasa jujur hingga ditulis di sisi Allah sebagai orang yang sangat jujur. Dan sesungguhnya dusta membawa kepada kejahatan, dan kejahatan membawa ke neraka. Seseorang terus berdusta hingga ditulis di sisi Allah sebagai pendusta.”
(HR. Bukhari dan Muslim)

Ulasan Ulama

Ibnu Hajar Al-‘Asqalani رحمه الله berkata:

“Hadis ini menunjukkan bahwa dusta yang terus-menerus akan membentuk karakter dan identitas seseorang di sisi Allah.”


Dalil Al-Qur’an tentang Larangan Dusta

1. Dusta Mengantarkan pada Laknat Allah

Allah SWT berfirman:

إِنَّمَا يَفْتَرِي الْكَذِبَ الَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ بِآيَاتِ اللَّهِ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْكَاذِبُونَ

Artinya:
“Sesungguhnya yang mengada-adakan kebohongan hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada ayat-ayat Allah, dan mereka itulah para pendusta.”
(QS. An-Nahl: 105)

Imam Al-Qurthubi رحمه الله menjelaskan:

“Ayat ini menunjukkan bahwa kebiasaan berdusta adalah ciri lemahnya iman.”


2. Laknat bagi Para Pendusta

Allah SWT berfirman:

قُتِلَ الْخَرَّاصُونَ

Artinya:
“Celakalah orang-orang yang banyak berdusta.”
(QS. Adz-Dzariyat: 10)


Bahaya Dusta dalam Kehidupan

1. Merusak Agama

Hasan Al-Bashri رحمه الله berkata:

“Tidaklah agama seseorang rusak kecuali karena lisannya.”

2. Mengaburkan yang Haq dan Batil

Dusta membuat:

  • Tauhid bercampur dengan syirik
  • Sunnah bercampur dengan bid‘ah
  • Kebenaran bercampur dengan kebatilan

3. Menjadi Ciri Orang Munafik

Rasulullah ﷺ bersabda:

آيَةُ الْمُنَافِقِ ثَلَاثٌ: إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ…

Artinya:
“Tanda orang munafik ada tiga: jika berbicara ia berdusta…”
(HR. Bukhari dan Muslim)


Dusta dan Neraka

Rasulullah ﷺ bersabda:

وَيْلٌ لِلَّذِي يُحَدِّثُ فَيَكْذِبُ لِيُضْحِكَ بِهِ الْقَوْمَ، وَيْلٌ لَهُ، وَيْلٌ لَهُ

Artinya:
“Celakalah orang yang berbicara lalu berdusta untuk membuat orang tertawa. Celakalah dia, celakalah dia.”
(HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)


Cara Menjaga Diri dari Dusta

  1. Menanamkan takwa kepada Allah
  2. Membiasakan jujur meski pahit
  3. Menjaga lisan sebelum berbicara
  4. Mengingat bahwa setiap kata akan dihisab

Allah SWT berfirman:

مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ

Artinya:
“Tidak satu kata pun yang diucapkannya melainkan ada malaikat pengawas yang selalu siap mencatat.”
(QS. Qaf: 18)


Penutup

Hadirin rahimakumullāh,
Dusta mungkin terlihat manis di awal, namun pahit di akhir. Kejujuran mungkin pahit di awal, tetapi manis di akhir. Barang siapa menjaga lisannya, maka Allah akan menjaga agamanya.

Semoga Allah menjadikan kita hamba-hamba-Nya yang jujur, dijauhkan dari dusta, dan dikumpulkan bersama orang-orang shiddiqin.

آمِيْن يَا رَبَّ الْعَالَمِيْن



Tidak ada komentar