Meraih Kejayaan Umat Bersama al-Qur'an

Meraih Kejayaan Umat Bersama al-Qur'an

Segala puji hanya bagi Allah Shubhanahu wa ta’alla, kami memuji -Nya, memohon pertolongan dan ampunan kepada -Nya, kami berlindung kepada -Nya dari kejahatan diri-diri kami dan kejelekan amal perbuatan kami. Barangsiapa yang Allah Shubhanahu wa ta’alla beri petunjuk, maka tidak ada yang dapat menyesatkannya, dan barangsiapa yang Allah Shubhanahu wa ta’alla sesatkan, maka tidak ada yang dapat memberinya petunjuk.
Aku bersaksi bahwasanya tidak ada ilah yang berhak diibadahi dengan benar kecuali Allah Shubhanahu wa ta’alla semata, yang tidak ada sekutu bagi -Nya. Dan aku juga bersaksi bahwasannya Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam  adalah hamba dan Rasul -Nya. Amma Ba'du:
Diantara bentuk kasih sayang Allah Shubhanahu wa ta’alla terhadap para hamba -Nya ialah diutusnya pada mereka para Rasul, dengan membekali masing-masing kitab suci sebagai pedoman mereka, tujuannya tidak lain agar supaya mereka bisa keluar dari kegelapan menuju cahaya yang terang benderang. Hal itu sebagaimana ditegaskan oleh Allah Shubhanahu wa ta’alla melalui firman -Nya:
﴿ ٱللَّهُ وَلِيُّ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ يُخۡرِجُهُم مِّنَ ٱلظُّلُمَٰتِ إِلَى ٱلنُّورِۖ وَٱلَّذِينَ كَفَرُوٓاْ أَوۡلِيَآؤُهُمُ ٱلطَّٰغُوتُ يُخۡرِجُونَهُم مِّنَ ٱلنُّورِ إِلَى ٱلظُّلُمَٰتِۗ أُوْلَٰٓئِكَ أَصۡحَٰبُ ٱلنَّارِۖ هُمۡ فِيهَا خَٰلِدُونَ ٢٥٧﴾ [ البقرة: 257]
"Allah pelindung orang-orang yang beriman, Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman). dan orang-orang yang kafir, pelindung-pelindungnya ialah syaitan, yang mengeluarkan mereka daripada cahaya kepada kegelapan (kekafiran). mereka itu adalah penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya". (QS al-Baqarah: 257).

Selanjutnya Allah tabaraka wa ta'ala memilih para Rasul tersebut dari kalangan manusia yang –Dia muliakan mereka dengan tugas untuk menyebarkan risalah, kemudian -Dia juga memberi kekhususan pada mereka dengan kemuliaan seluruh umat manusia. Demikian yang Allah Shubhanahu wa ta’alla jelaskan dalam firman -Nya:
﴿ ٱللَّهُ يَصۡطَفِي مِنَ ٱلۡمَلَٰٓئِكَةِ رُسُلا وَمِنَ ٱلنَّاسِۚ إِنَّ ٱللَّهَ سَمِيعُۢ بَصِير ٧٥ ﴾ [الحج: 75]
"Allah memilih utusan-utusan -(Nya) dari Malaikat dan dari manusia, sesungguhnya Allah Maha mendengar lagi Maha melihat".  (QS al-Hajj: 75).

Kemudian Allah ta'ala mengutus pada setiap umat seorang Rasul yang bertugas mengajak mereka untuk memurnikan ibadah kepada -Nya semata. Berdasarkan firman Allah Shubhanahu wa ta’alla:
﴿     •         •    •              ﴾ [النحل: 36]
"Dan sungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu", maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu dimuka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul)". (QS an-Nahl: 36).

Dan Allah Shubhanahu wa ta’alla memilih para Nabi dan Rasul dari kalangan umatnya sendiri, agar mereka bisa dijadikan sebagai suri teladan yang baik bagi umat-umatnya, dalam segala kondisi, baik yang berkaitan dengan hukum, budi pekerti atau pun etika. Baik dalam masalah ibadah, atau mu'amalah, dalam ucapan maupun perbuatan, ketika minum maupun makan, tatkala sholat atau puasa, ketika tidur maupun terjaga, ketika menikah atau berjihad, dan seterusnya dari semua kondisi. Dan itu ditegaskan oleh Allah ta'ala melalui firman -Nya:
﴿ لَّقَدۡ كَانَ لَكُمۡ فِي رَسُولِ ٱللَّهِ أُسۡوَةٌ حَسَنَة لِّمَن كَانَ يَرۡجُواْ ٱللَّهَ وَٱلۡيَوۡمَ ٱلۡأٓخِرَ وَذَكَرَ ٱللَّهَ كَثِيرا ٢١ ﴾ [ الأحزاب: 21]
"Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah".  (QS al-Ahzab: 21).

Maka didapati para Rasul dan Nabi merupakan manusia terbaik dari segi penciptaan dan akhlak, paling bagus tabiatnya, paling bersih hatinya, dan paling jujur didalam ucapannya. Para medis mengatakan, "Diantara sisi kesamaan antara tabiat hewan dan manusia maka yang terbaik ialah tabiat yang dimiliki manusia, dan yang terbaik diantara tabiat manusia adalah tabiat yang dimiliki oleh orang-orang yang beriman, dan diantara tabiat terbaik yang dimiliki oleh orang-orang yang beriman ialah yang dimiliki oleh para Nabi dan Rasul, dan yang terbaik tabiat yang dimiliki oleh para Nabi dan Rasul ialah yang dimiliki oleh penghulu para Rasul, dan tabiat terbaik yang dimiliki oleh penghulu para Rasul ialah yang dimiliki oleh nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam yang merupakan manusia terbaik dari segi akhlak serta tabiatnya, seperti dinyatakan oleh Allah ta'ala didalam firman -Nya:
﴿ وَإِنَّكَ لَعَلَىٰ خُلُقٍ عَظِيم ٤ ﴾ [ القلم: 4]
"Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung".  (QS al-Qolam: 4).

Aisyah radhiyallahu 'anha pernah ditanya tentang akhlak Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam maka beliau mengatakan, "Sesungguhnya akhlak yang dimiliki oleh Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam adalah al-Qur'an". HR Muslim no: 646. Yang mana Allah ta'ala mengutus Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam sebagai rahmat bagi semesta alam, sebagaimana disebutkan hal itu didalam firman -Nya:
﴿ وَمَآ أَرۡسَلۡنَٰكَ إِلَّا رَحۡمَة لِّلۡعَٰلَمِينَ ١٠٧ ﴾ [ الأنبياء: 107]
"Dan tidaklah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam". (QS al-Anbiyaa': 107).

Lalu Allah Shubhanahu wa ta’alla mensucikan hati dan akalnya, lisan dan juga ucapannya. Allah Shubhanahu wa ta’alla mengatakan didalam firman -Nya:

﴿ وَٱلنَّجۡمِ إِذَا هَوَىٰ ١ مَا ضَلَّ صَاحِبُكُمۡ وَمَا غَوَىٰ ٢ وَمَا يَنطِقُ عَنِ ٱلۡهَوَىٰٓ ٣ إِنۡ هُوَ إِلَّا وَحۡي يُوحَىٰ ٤ ﴾ [ النجم: 1-4]
"Demi bintang ketika terbenam. kawanmu (Muhammad) tidak sesat dan tidak pula keliru. dan tidaklah yang diucapkannya itu (al-Qur'an) menurut kemauan hawa nafsunya. ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya)". (QS an-Najm: 1-4).

Kemudian Allah Shubhanahu wa ta’alla menurunkan padanya sebuah kitab yang mengandung didalamnya penjelas dan petunjuk, rahmat dan kabar gembira. Sebagaimana yang Allah Shubhanahu wa ta’alla jelaskan melalui firman -Nya:
"Dan Kami turunkan kepadamu Al kitab (al-Qur'an) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri".  (QS an-Nahl: 89).

Maka Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam menjadi nabi dan rasul terbaik dan penutup bagi kalangan para nabi dan rasul. 
Dan al-Qur'an yang agung adalah kitab suci yang paling mulia diantara kitab-kitab yang lain. Sedangkan umat nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam merupakan umat yang paling utama dibanding umat-umat yang lainnya. Allah Shubhanahu wa ta’alla yang menyatakan hal tersebut didalam firman -Nya:
﴿ كُنتُمۡ خَيۡرَ أُمَّةٍ أُخۡرِجَتۡ لِلنَّاسِ تَأۡمُرُونَ بِٱلۡمَعۡرُوفِ وَتَنۡهَوۡنَ عَنِ ٱلۡمُنكَرِ وَتُؤۡمِنُونَ بِٱللَّهِۗ وَلَوۡ ءَامَنَ أَهۡلُ ٱلۡكِتَٰبِ لَكَانَ خَيۡرا لَّهُمۚ مِّنۡهُمُ ٱلۡمُؤۡمِنُونَ وَأَكۡثَرُهُمُ ٱلۡفَٰسِقُونَ ١١٠ ﴾ [ آل عمران: 110]
"Kalian adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik". (QS al-Imraan: 110).

Dan Allah ta'ala telah menantang ahli balaghah (sastra) dan bahasa untuk membuat al-Qur'an yang mulia, bukan hanya itu bahkan tantangannya Allah Shubhanahu wa ta’alla juga layangkan pada seluruh manusia dan jin untuk mendatangkan yang semisal dengan al-Qur'an. Maka didapati tidak ada seorangpun dikalangan mereka yang sanggup, dan tidak akan ada yang sanggup untuk membuatnya hingga hari kiamat nanti. Seperti Allah Shubhanahu wa ta’alla tegaskan dalam firman -Nya:

﴿ قُل لَّئِنِ ٱجۡتَمَعَتِ ٱلۡإِنسُ وَٱلۡجِنُّ عَلَىٰٓ أَن يَأۡتُواْ بِمِثۡلِ هَٰذَا ٱلۡقُرۡءَانِ لَا يَأۡتُونَ بِمِثۡلِهِۦ وَلَوۡ كَانَ بَعۡضُهُمۡ لِبَعۡض ظَهِيرا ٨٨ ﴾ [ الإسراء: 88]
"Katakanlah: "Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa al-Qur'an ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan dia, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain". (QS al-Israa': 88).

Kenapa mereka tidak sanggup? Karena al-Qur'an adalah firman Rabb semesta alam. Firman yang mencakup segala ilmu, tidak ada kebatilan dari sisi manapun jua. Allah Shubhanahu wa ta’alla menyatakan didalam firman -Nya:
﴿ ٱللَّهُ نَزَّلَ أَحۡسَنَ ٱلۡحَدِيثِ كِتَٰبا مُّتَشَٰبِها مَّثَانِيَ تَقۡشَعِرُّ مِنۡهُ جُلُودُ ٱلَّذِينَ يَخۡشَوۡنَ رَبَّهُمۡ ثُمَّ تَلِينُ جُلُودُهُمۡ وَقُلُوبُهُمۡ إِلَىٰ ذِكۡرِ ٱللَّهِۚ ذَٰلِكَ هُدَى ٱللَّهِ يَهۡدِي بِهِۦ مَن يَشَآءُۚ وَمَن يُضۡلِلِ ٱللَّهُ فَمَا لَهُۥ مِنۡ هَادٍ ٢٣ ﴾ [ الزمر: 23]
"Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) al-Qur'an yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulan, gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah, dengan kitab itu -Dia menunjuki siapa yang dikehendaki -Nya. dan barangsiapa yang disesatkan Allah, niscaya tak ada baginya seorang pemimpinpun". (QS az-Zumar: 23).

Turun dengan cara terpisah-pisah kepada Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam selama dua puluh tiga tahun, karena sebagai pemberi solusi bagi segenap problematika kehidupan tanpa terkecuali, sehingga dibutuhkan waktu, agar mudah dihafalnya dan penerapan pada setiap lini kehidupan baik secara aqidah maupun syari'at, ibadah maupun sosial, hukum mapun adab, kisah maupun berita, dalam kondisi aman maupun perang, ketika tinggal maupun bepergian.
Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya mengamalkan isi kandungan al-Qur'an tersebut, maka keadaan mereka berubah seratus delapan puluh derajat dari rendah dan hina menjadi penuh kemuliaan, dari sedikit menjadi banyak, dari perpecahan menjadi persatuan, dari permusuhan menjadi cinta damai, bahkan dari kesyirikan menjadi keimanan, dari kesesatan menjadi mendapat petunjuk, dari kegelapan menuju cahaya yang terang benderang. Allah Shubhanahu wa ta’alla menyatakan didalam firman -Nya:
﴿ وَٱذۡكُرُواْ نِعۡمَتَ ٱللَّهِ عَلَيۡكُمۡ إِذۡ كُنتُمۡ أَعۡدَآء فَأَلَّفَ بَيۡنَ قُلُوبِكُمۡ فَأَصۡبَحۡتُم بِنِعۡمَتِهِۦٓ إِخۡوَٰنا وَكُنتُمۡ عَلَىٰ شَفَا حُفۡرَة مِّنَ ٱلنَّارِ فَأَنقَذَكُم مِّنۡهَاۗ كَذَٰلِكَ يُبَيِّنُ ٱللَّهُ لَكُمۡ ءَايَٰتِهِۦ لَعَلَّكُمۡ تَهۡتَدُونَ ١٠٣ ﴾ [ آل عمران: 103]
"Dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat -Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk". (QS al-Imraan: 103).

Kehidupan mereka berbuah dari generasi yang paling buruk menjadi generasi yang paling baik, lalu Allah Shubhanahu wa ta’alla meridhoi mereka dan mereka pun ridho terhadap Allah azza wa jalla. Allah Shubhanahu wa ta’alla menyatakan didalam firman -Nya:
﴿ وَٱلسَّٰبِقُونَ ٱلۡأَوَّلُونَ مِنَ ٱلۡمُهَٰجِرِينَ وَٱلۡأَنصَارِ وَٱلَّذِينَ ٱتَّبَعُوهُم بِإِحۡسَٰن رَّضِيَ ٱللَّهُ عَنۡهُمۡ وَرَضُواْ عَنۡهُ وَأَعَدَّ لَهُمۡ جَنَّٰت تَجۡرِي تَحۡتَهَا ٱلۡأَنۡهَٰرُ خَٰلِدِينَ فِيهَآ أَبَداۚ ذَٰلِكَ ٱلۡفَوۡزُ ٱلۡعَظِيمُ ١٠٠ ﴾ [ التوبة: 100]
"Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar". (QS at-Taubah: 100).

Dan Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam wafat dengan meninggalkan pada umat ini dalam keadaan terang benderang malamnya seperti siang hari, tidak ada yang berpaling darinya melainkan binasa. 
Kemudian Allah Shubhanahu wa ta’alla menyempurnakan agama, dan menyempurnakan nikmat terhadap umat ini, serta ridho Islam sebagai agama mereka. Allah Shubhanahu wa ta’alla menyatakan didalam firmanNya:
﴿ ٱلۡيَوۡمَ أَكۡمَلۡتُ لَكُمۡ دِينَكُمۡ وَأَتۡمَمۡتُ عَلَيۡكُمۡ نِعۡمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ ٱلۡإِسۡلَٰمَ دِيناۚ ٣ ﴾ [ المائدة: 3]
"Pada hari ini telah -Ku sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat -Ku, dan telah Ku- ridhai Islam itu jadi agama bagimu". (QS al-Maa-idah: 3).

Dan tinggal tersisa tugas umat ini untuk mengamalkan kitab suci al-Qur'an dan sunah Rasulallah Shalallahu 'alaihi wa sallam, berpegang teguh dengan petunjuk yang dibawa oleh keduanya, sehingga mereka tidak tersesat. Allah Shubhanahu wa ta’alla menyatakan didalam firman -Nya:
 ﴿ وَٱلَّذِينَ يُمَسِّكُونَ بِٱلۡكِتَٰبِ وَأَقَامُواْ ٱلصَّلَوٰةَ إِنَّا لَا نُضِيعُ أَجۡرَ ٱلۡمُصۡلِحِينَ ١٧٠  ﴾ [ الأعراف: 170]
"Dan orang-orang yang berpegang teguh dengan Al kitab (Taurat) serta mendirikan shalat, (akan diberi pahala) karena sesungguhnya Kami tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang mengadakan perbaikan". (QS al-A'raaf: 170).

Dan diperkuat dengan sabda Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam yang mengatakan didalam sabdanya:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « تَرَكْتُ فِيكُمْ مَا لَنْ تَضِلُّوا بَعْدَهُ إِنِ اعْتَصَمْتُمْ بِهِ كِتَابَ اللَّهِ » [أخرجه مسلم]
"Aku tinggalkan pada kalian yang tidak akan tersesat selagi kalian mau berpegang teguh dengannya yaitu kitabullah". HR Muslim no: 1218.

Kalau sekiranya umat ini berpegang teguh dengan keduanya niscaya kejayaan yang akan mereka raih, namun, bila tidak maka keadaan mereka akan berbalik seperti keadaan para pendahulunya dari kalangan ahli Jahiliyah, kehidupan mereka berubah, keadaannya berubah dari kemulian menjadi kehinaan, dari banyak menjadi sedikit, dari persatuan menuju perpecahan, dari cinta menjadi saling bermusuhan, dari iman menjadi kafir, dari memperoleh petunjuk menjadi tersesat, dari mendapat cahaya menuju kegelapan. Allah Shubhanahu wa ta’alla menyatakan didalam firman -Nya:
 ﴿ فَإِمَّا يَأۡتِيَنَّكُم مِّنِّي هُدى فَمَنِ ٱتَّبَعَ هُدَايَ فَلَا يَضِلُّ وَلَا يَشۡقَىٰ ١٢٣ وَمَنۡ أَعۡرَضَ عَن ذِكۡرِي فَإِنَّ لَهُۥ مَعِيشَة ضَنكا وَنَحۡشُرُهُۥ يَوۡمَ ٱلۡقِيَٰمَةِ أَعۡمَىٰ ١٢٤ قَالَ رَبِّ لِمَ حَشَرۡتَنِيٓ أَعۡمَىٰ وَقَدۡ كُنتُ بَصِيرا ١٢٥ قَالَ كَذَٰلِكَ أَتَتۡكَ ءَايَٰتُنَا فَنَسِيتَهَاۖ وَكَذَٰلِكَ ٱلۡيَوۡمَ تُنسَىٰ ١٢٦  ﴾ [ طه: 123-126]
"Maka jika datang kepadamu petunjuk daripada -Ku, lalu barangsiapa yang mengikuti petunjuk -Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka. dan barangsiapa berpaling dari peringatan -Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam Keadaan buta". Berkatalah ia: "Ya Tuhanku, mengapa Engkau menghimpunkan aku dalam keadaan buta, padahal aku dahulunya adalah seorang yang melihat?" Allah berfirman: "Demikianlah, telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, maka kamu melupakannya, dan begitu (pula) pada hari ini kamupun dilupakan".  (QS Thahaa: 123-126).

Dan Allah ta'ala juga menyatakan didalam firman -Nya:

﴿سُنَّةَ ٱللَّهِ فِي ٱلَّذِينَ خَلَوۡاْ مِن قَبۡلُۖ وَلَن تَجِدَ لِسُنَّةِ ٱللَّهِ تَبۡدِيلا٦٢﴾ [الأحزاب: 62]
"Sebagai sunnah Allah yang berlaku atas orang-orang yang telah terdahulu sebelum (mu), dan kamu sekali-kali tiada akan mendapati peubahan pada sunnah Allah". (QS al-Ahzab: 62).
***

Musibah Umat Yang Memilukan

Musibah Umat Yang Memilukan

Segala puji hanya bagi Allah Shubhanahu wa ta’alla, kami memuji -Nya, memohon pertolongan dan ampunan kepada -Nya, kami berlindung kepada -Nya dari kejahatan diri-diri kami dan kejelekan amal perbuatan kami. Barangsiapa yang Allah Shubhanahu wa ta’alla beri petunjuk, maka tidak ada yang dapat menyesatkannya, dan barangsiapa yang Allah Shubhanahu wa ta’alla sesatkan, maka tidak ada yang dapat memberinya petunjuk.
Aku bersaksi bahwasanya tidak ada ilah yang berhak diibadahi dengan benar kecuali Allah Shubhanahu wa ta’alla semata, yang tidak ada sekutu bagi -Nya. Dan aku juga bersaksi bahwasannya Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam adalah hamba dan Rasul -Nya. Amma Ba'du:
Sesungguhnya umat manapun yang tidak memiliki metode hidup yang bisa dijadikan sebagai penerang jalan, yang dapat mengatur perjalanan, maka bisa dipastikan umat tersebut akan kehilangan banyak watak dasar yang menjadi kekhususan manusia, berada dalam lembah syahwat, tenggelam dalam kerusakan moral dan dosa, tercampur antara yang baik dan jelek, perkara yang indah terkontaminasi dengan keburukan, tidak lagi mengenal kebaikan, tidak pula mau mengingkari kemungkaran, sirna sudah fungsi akal, pendengaran serta penglihatan, pada akhirnya umat seperti itu terjerambab pada kondisi yang lebih rendah dari pada binatang ternak. Seperti yang Allah Shubhanahu wa ta’alla singgung melalui firman -Nya:
﴿ أَمۡ تَحۡسَبُ أَنَّ أَكۡثَرَهُمۡ يَسۡمَعُونَ أَوۡ يَعۡقِلُونَۚ إِنۡ هُمۡ إِلَّا كَٱلۡأَنۡعَٰمِ بَلۡ هُمۡ أَضَلُّ سَبِيلًا ٤٤ ﴾ [ الفرقان: 44]
"Atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami. mereka itu tidak lain, hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat jalannya (dari binatang ternak itu)". (QS al-Furqaan: 44).

Dan perkara yang menakjubkan seperti ini dalam perilaku umat manusia bukanlah perkara yang aneh lagi, karena sesungguhnya ketika ada suatu umat, apapun namanya sudah kehilangan jati diri hidupnya maka pemeluknya akan tersesat, demikianlah keadaannya seperti diceritakan oleh Allah Shubhanahu wa ta’alla dalam firman -Nya:
﴿ يَتَمَتَّعُونَ وَيَأۡكُلُونَ كَمَا تَأۡكُلُ ٱلۡأَنۡعَٰمُ وَٱلنَّارُ مَثۡوى لَّهُمۡ ١٢ ﴾ [ محمد: 12]
"Dan mereka makan seperti makannya binatang. dan Jahannam adalah tempat tinggal mereka".  (QS Muhammad: 12).

Akan tetapi, yang aneh apabila perilaku kontradiktif semacam ini yang mencampuradukan antara kebajikan dengan keburukan, mengotori kebagusan dengan kejelekan, sampai merasuk pada umat yang telah Allah Shubhanahu wa ta’alla muliakan dengan sebuah pedoman hidup yang telah menjelaskan segala sesuatu, mulai dari halal dan haram, etika dan budi pekerti, tanda-tanda kebesaran dan mukjizat, ibadah dan muamalat. 
Sebuah umat yang telah Allah Shubhanahu wa ta’alla muliakan dengan diutusnya seorang Rasul yang telah menyampaikan tugas kerasulannya, menunaikan amanah, menasehati umat, yang mengajak pada tiap cabang kebaikan, dan memberi peringatan dari segala jenis keburukan, agar umat manusia mampu keluar dari kegelapan menuju cahaya yang terang benderang, tentunya dengan izin dari Rabb mereka menuju jalan yang lurus lagi terpuji. Allah Shubhanahu wa ta’alla menyatakan dalam firman -Nya:

﴿ لَقَدۡ مَنَّ ٱللَّهُ عَلَى ٱلۡمُؤۡمِنِينَ إِذۡ بَعَثَ فِيهِمۡ رَسُولا مِّنۡ أَنفُسِهِمۡ يَتۡلُواْ عَلَيۡهِمۡ ءَايَٰتِهِۦ وَيُزَكِّيهِمۡ وَيُعَلِّمُهُمُ ٱلۡكِتَٰبَ وَٱلۡحِكۡمَةَ وَإِن كَانُواْ مِن قَبۡلُ لَفِي ضَلَٰل مُّبِينٍ ١٦٤ ﴾ [ آل عمران: 164]
"Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus diantara mereka seorang Rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al kitab dan Al hikmah. dan sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata".  (QS al-Imraan: 164).

Dan sungguh menakjubkan bagi umat Islam, yang Rabbnya adalah (pencipt) cahaya, sebagaimana disebutkan didalam firman       -Nya:
﴿ ٱللَّهُ نُورُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِۚ ٣٥ ﴾ [ النور: 35]
"Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi". (QS an-Nuur: 35).

Kitab yang menjadi panduannya juga cahaya penerang. Allah Shubhanahu wa ta’alla menyebutkan tentang sifat al-Qur'an didalam salah satu firman -Nya:
 ﴿ فَ‍َٔامِنُواْ بِٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦ وَٱلنُّورِ ٱلَّذِيٓ أَنزَلۡنَاۚ ٨ ﴾ [ التغابن: 8]
"Maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada cahaya (Al-Quran) yang telah Kami turunkan".  (QS at-Taghabuun: 8).

Nabi mereka juga pemberi cahaya. Sebagaimana disebutkan oleh Allah ta'ala didalam firman -Nya:
﴿ قَدۡ جَآءَكُم مِّنَ ٱللَّهِ نُور وَكِتَٰب مُّبِين ١٥﴾ [ المائدة: 15]
"Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan kitab yang menerangkan". (QS al-Maa-idah: 15).

Sangat mengherankan bagi umat ini, Rabbnya adalah pencipta cahaya, kitab yang dijadikan sebagai panduannya adalah pemberi cahaya, dan Nabi mereka pun penerang cahaya tersebut, akan tetapi umat Islam hidup dalam kegelapan! Allah Shubhanahu wa ta’alla mengatakan didalam firman -Nya:
﴿ أَوَ مَن كَانَ مَيۡتا فَأَحۡيَيۡنَٰهُ وَجَعَلۡنَا لَهُۥ نُورا يَمۡشِي بِهِۦ فِي ٱلنَّاسِ كَمَن مَّثَلُهُۥ فِي ٱلظُّلُمَٰتِ لَيۡسَ بِخَارِج مِّنۡهَاۚ كَذَٰلِكَ زُيِّنَ لِلۡكَٰفِرِينَ مَا كَانُواْ يَعۡمَلُونَ  ١٢٢ ﴾
[ الأنعام: 122]
"Dan apakah orang yang sudah mati kemudian dia Kami hidupkan dan Kami berikan kepadanya cahaya yang terang, yang dengan cahaya itu dia dapat berjalan di tengah-tengah masyarakat manusia, serupa dengan orang yang keadaannya berada dalam gelap gulita yang sekali-kali tidak dapat keluar dari padanya? Demikianlah Kami jadikan orang yang kafir itu memandang baik apa yang telah mereka kerjakan".  (QS al-An'aam: 122).

Sesungguhnya jalan kebenaran itu cuma ada satu, sedangkan kebatilan itu sangatlah beragam. Cahaya itu cuma satu adapun kegelapan itu sangatlah banyak, apakah keduanya mempunyai sisi persamaan? Jawabannya, tentu tidak sama sekali, Allah Shubhanahu wa ta’alla menegaskan hal tersebut didalam firman -Nya:
﴿وَمَا يَسۡتَوِي ٱلۡأَعۡمَىٰ وَٱلۡبَصِيرُ ١٩ وَلَا ٱلظُّلُمَٰتُ وَلَا ٱلنُّورُ٢٠﴾[ فاطر:19-20]
"Dan tidaklah sama orang yang buta dengan orang yang melihat. dan tidak (pula) sama gelap gulita dengan cahaya". (QS Faathir: 19-20).
Apakah mungkin keduanya bisa berkumpul jadi satu? Jawabanya sekali lagi juga tidak mungkin selama-lamanya. Allah Shubhanahu wa ta’alla menjelaskan hal itu dalam firman -Nya:
﴿ بَلۡ نَقۡذِفُ بِٱلۡحَقِّ عَلَى ٱلۡبَٰطِلِ فَيَدۡمَغُهُۥ فَإِذَا هُوَ زَاهِقۚ ١٨ ﴾ [ الأنبياء: 18]
"Sebenarya Kami melontarkan yang hak kepada yang batil lalu yang hak itu menghancurkannya, maka dengan serta merta yang batil itu lenyap".  (QS al-Anbiyaa': 18).

Sudah dimaklumi bersama kalau malam itu tidak mungkin bisa berkumpul dengan siang hari, tidak pula cahaya bersatu dengan kegelapan, lantas bagaimana dengan perilaku sebagain orang diantara kita yang masih membiarkan untuk dirinya terkumpul antara dua hal, kebenaran dan kebatilan, antara cahaya dan kegelapan yang sangat banyak, apakah keduanya sama? Jawabannya adalah tidak mungkin. Allah Shubhanahu wa ta’alla menyinggung hal itu didalam firman -Nya:
﴿ وَمَا يَسۡتَوِي ٱلۡبَحۡرَانِ هَٰذَا عَذۡب فُرَات سَآئِغ شَرَابُهُۥ وَهَٰذَا مِلۡحٌ أُجَاجۖ ١٢ ﴾ [ فاطر: 12]
"Dan tiada sama (antara) dua laut, yang ini tawar, segar, sedap diminum dan yang lain asin lagi pahit".  (QS Faathir: 12).

Tidakkah kita sadar betapa banyak jalan kegelapan yang kita telah terperosok didalamnya sepanjang siang dan malam hari, baik sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan, baik yang melakukannya laki-laki maupun wanita, disengaja maupun ada unsur tidak disengaja. 
Dusta adalah kegelapan, perkataan bohong juga kegelapan, ghibah dan namimah juga kegelapan, memakan harta riba juga kegelapan, memakan harta anak yatim juga kegelapan, nifak adalah kegelapan, mencuri juga kegelapan, berzina juga kegelapan, mengerjakan perilakunya kaum Luth (homoseks) juga kegelapan, pamer adalah kegelapan, berpecah belah adalah kegelapan, iri dan dengki juga kegelapan, sombong juga kegelapan, berbuat durhaka pada orang tua juga kegelapan, menyakiti orang lain juga kegelapan, menuduh berzina juga kegelapan, meminum minuman keras juga kegelapan, memakan makanan yang buruk juga kegelapan, merampok juga kegelapan, menyuap adalah kegelapan, meninggalkan sholat juga kegelapan, mendengarkan nyanyian juga kegelapan, menipu adalah kegelapan, menjulurkan pakaian dibawah mata kaki itu juga kegelapan, mencukur jenggot itu juga kegelapan, membuat makar adalah kegelapan, sihir adalah kegelapan, menanggalkan hijab bagi perempuan itu juga kegelapan, memakain cincin dari emas bagi lelaki itu juga kegelapan, berlebih-lebihan dalam membelanjakan harta adalah kegelapan, gambar dan foto itu adalah kegelapan, menganggu tetangga adalah kegelapan, berbuat curang dalam menakar dan menimbang itu juga kegelapan, menyerupai orang kafir juga kegelapan, menyakiti orang lain tanpa alasan yang benar adalah kegelapan, kufur terhadap nikmat juga kegelapan, berlaku lalim juga kegelapan.
Sesungguhnya engkau pasti akan menjumpai sifat dan juga perilaku diatas seluruh atau sebagiannya, yang sesuai pada sebagian diantara kita, bahkan bisa jadi tidak dijumpai seorang pun yang selamat dari sifat buruk seperti diatas kecuali yang Allah Shubhanahu wa ta’alla rahmati saja. Duhai sayang sekali, sesungguhnya musibah yang menimpa kita dalam meremehkan hal ini cuma satu, baik yang banyak melakukan maupun yang sedikit. Duhai celaka sekali, bagi orang yang berlaku lalim dan kedzaliman. Allah Shubhanahu wa ta’alla mengatakan balasan bagi mereka didalam firman -Nya:
﴿ أَلَآ إِنَّ ٱلظَّٰلِمِينَ فِي عَذَاب مُّقِيم ٤٥ ﴾ [ الشورى: 45]
"Ingatlah, sesungguhnya orang-orang yang zalim itu berada dalam azab yang kekal".  (QS asy-Syuuraa: 45).

Sungguh Allah ta'ala telah memuliakan kita dengan akal yang bisa digunakan untuk memilah mana yang benar dan mana yang salah. Dan Allah Shubhanahu wa ta’alla telah menganugerahkan pedoman hidup yang tidak ada sisi kebatilan dari manapun juga, yang berisikan didalamnya sebagai penjelas segala sesuatu. Demikian pula Allah Shubhanahu wa ta’alla telah mengutus kepada kitas seorang Rasul yang meninggalkan kita diatas jalan yang terang benderang, malamnya bagaikan siang hari, yang tidak ada yang menyelesihinya melainkan dirinya akan binasa, Allah menyatakan didalam firman        -Nya:
﴿هُوَ ٱلَّذِي بَعَثَ فِي ٱلۡأُمِّيِّ‍ۧنَ رَسُولا مِّنۡهُمۡ يَتۡلُواْ عَلَيۡهِمۡ ءَايَٰتِهِۦ وَيُزَكِّيهِمۡ وَيُعَلِّمُهُمُ ٱلۡكِتَٰبَ وَٱلۡحِكۡمَةَ وَإِن كَانُواْ مِن قَبۡلُ لَفِي ضَلَٰل مُّبِين ٢﴾[ الجمعة: 2]
"Dia -lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat -Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka kitab dan Hikmah (As Sunnah). dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata".  (QS al-Jumu'ah: 2).

Duhai umat Islam sesungguhnya hidup tanpa menjadikan Qur'an sebagai pedoman akan menjadikan tidak ada nilainya sama sekali, akan tetapi jika engkau kembali kepada al-Qur'an maka segalanya akan bernilai. Allah Shubhanahu wa ta’alla menyatakan didalam firman -Nya:
﴿ لَقَدۡ أَنزَلۡنَآ إِلَيۡكُمۡ كِتَٰبا فِيهِ ذِكۡرُكُمۡۚ أَفَلَا تَعۡقِلُونَ ١٠ ﴾ [ الأنبياء: 10]
"Sesungguhnya telah Kami turunkan kepada kamu sebuah kitab yang di dalamnya terdapat sebab-sebab kemuliaan bagimu. maka apakah kamu tiada memahaminya?. (QS al-Anbiyaa': 10).

Sungguh Allah ta'ala telah memuliakan kita dengan berbagai nikmat yang melimpah ruah sampai kiranya kita tidak mampu lagi untuk mengingat maupun menghitungnya, apakah setelah itu kita sudah mengambil manfaat darinya, menggunakan nya untuk sesuatu yang membawa manfaat pada kita, memperbaiki kondisi kita, yang tentu sejalan dengan ridho Rabb kita?
Allah Shubhanahu wa ta’alla telah memuliakan kita dengan akal pikiran, pernahkah kita sesekali merenungi tentang penciptaan langit dan bumi? Dimana Allah Shubhanahu wa ta’alla menyatakan didalam firman -Nya:
﴿ قُلِ ٱنظُرُواْ مَاذَا فِي ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِۚ وَمَا تُغۡنِي ٱلۡأٓيَٰتُ وَٱلنُّذُرُ عَن قَوۡم لَّا يُؤۡمِنُونَ ١٠١ ﴾ [ يونس: 101]
"Katakanlah: "Perhatikanlah apa yang ada di langit dan di bumi. tidaklah bermanfaat tanda kekuasaan Allah dan Rasul-rasul yang memberi peringatan bagi orang-orang yang tidak beriman".  (QS Yunus: 101).

Sungguh Allah Shubhanahu wa ta’alla telah memuliakan kita dengan hati sanubari, pernahkah kita gunakan untuk merenungi apa yang bermanfaat dan apa yang membahayakan bagi kita? Sungguh Allah Shubhanahu wa ta’alla telah memuliakan kita dengan mata, apakah sudah kita gunakan untuk melihat hal-hal yang bermanfaat dan memilah mana yang mendatang mara bahaya bagi kita? Sungguh Allah Shubhanahu wa ta’alla telah memuliakan kita dengan dua telinga, apakah sudah kita gunakan sebagai media untuk mendengarkan kebenaran dan ucapan-ucapan yang baik?
Sesungguhnya menghilangkan nikmat-nikmat diatas dengan tidak menggunakan sebagaimana mustinya akan mengakibatkan terhalangnya kita dari kebenaran disamping juga sebagai faktor yang menyebabkan masuk ke dalam neraka. Allah Shubhanahu wa ta’alla menjelaskan didalam salah satu firman -Nya:
﴿ وَلَقَدۡ ذَرَأۡنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرا مِّنَ ٱلۡجِنِّ وَٱلۡإِنسِۖ لَهُمۡ قُلُوب لَّا يَفۡقَهُونَ بِهَا وَلَهُمۡ أَعۡيُن لَّا يُبۡصِرُونَ بِهَا وَلَهُمۡ ءَاذَان لَّا يَسۡمَعُونَ بِهَآۚ أُوْلَٰٓئِكَ كَٱلۡأَنۡعَٰمِ بَلۡ هُمۡ أَضَلُّۚ أُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡغَٰفِلُونَ ١٧٩ ﴾ [ الأعراف: 179]
"Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. mereka itulah orang-orang yang lalai".  (QS al-A'raaf: 179).

Kita harus mengakui, kondisi buruk yang ada pada pribadi sebagian kita, pemahaman yang salah, mata hati yang buta, jungkir balik hati sanubari, hingga kondisinya tidak lagi mengenali kebaikan tidak pula mengingkari kemungkaran, memandang yang baik sebagai hal yang jelek, yang jelek dianggap baik, yang baik dikira jelek dan yang jelek dianggap baik, yang benar dianggap batil dan yang batil dikira benar. Allah Shubhanahu wa ta’alla menyatakan didalam firman -Nya:

﴿ قَدۡ جَآءَكُم بَصَآئِرُ مِن رَّبِّكُمۡۖ فَمَنۡ أَبۡصَرَ فَلِنَفۡسِهِۦۖ وَمَنۡ عَمِيَ فَعَلَيۡهَاۚ وَمَآ أَنَا۠ عَلَيۡكُم بِحَفِيظ ١٠٤﴾ [ الأنعام: 104]
"Sesungguhnya telah datang dari Tuhanmu bukti-bukti yang terang, maka barangsiapa melihat (kebenaran itu), maka (manfaatnya) bagi dirinya sendiri, dan barangsiapa buta (tidak melihat kebenaran itu), maka kemudharatannya kembali kepadanya. dan aku (Muhammad) sekali-kali bukanlah pemelihara(mu)".  (QS al-An'aam: 104).

Amal perbuatan bagaikan fatamorgana, hati hancur luluh tidak tersentuh ketakwaan sedikitpun, sedangkan dosa dan salah bertumpuk bagaikan tanah dan debu.
Duhai untuk umatku, engkau senang membaca kitab Allah Shubhanahu wa ta’alla, menyempurnakan huruf dan tajwidnya, tapi kenapa engkau melalaikan batasan-batasannya. Duhai untuk umatku, engkau begitu perhatian dalam masalah penampilan, tapi kenapa engkau lalai penampilan bathinmu. Tidakkah engkau sadari kalau kitab Allah Shubhanahu wa ta’alla diturunkan membawa misi supaya di imani dan diamalkan kandungan isinya, yaitu dengan mengerjakan perintah-perintah -Nya serta menjauhi segala larangan -Nya, menghalalkan yang halal dan mengharamkan yang haram, berhenti pada batasannya, mengambil pelajaran dari kisah-kisah yang direkam didalamnya, juga merenungi ayat-ayat -Nya yang mulia serta para makhluk -Nya yang agung. Allah Shubhanahu wa ta’alla menjelaskan hal itu di dalam firman -Nya:
﴿ أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ ٱلۡقُرۡءَانَ أَمۡ عَلَىٰ قُلُوبٍ أَقۡفَالُهَآ ٢٤ ﴾ [ محمد: 24]
"Maka apakah mereka tidak memperhatikan al-Qur'an ataukah hati mereka terkunci? (QS Muhammad: 24).
 
Apa sejatinya yang sedang menimpa umat ini? Apa sebab yang memalingkan umat dari kitab Rabbnya serta petunjuk Nabinya? Sampai-sampai kondisinya diliputi dengan berbagai macam fitnah yang sulit  sekali untuk ditolak hingga oleh seorang penyabar sekalipun. Allah Shubhanahu wa ta’alla menyatakan didalam firman  -Nya:
﴿ فَمَا لَهُمۡ لَا يُؤۡمِنُونَ ٢٠ وَإِذَا قُرِئَ عَلَيۡهِمُ ٱلۡقُرۡءَانُ لَا يَسۡجُدُونَۤ۩٢١﴾ [الإنشقاق: 20-21]
"Mengapa mereka tidak mau beriman? Dan apabila al-Qur'an dibacakan kepada mereka, mereka tidak bersujud". (QS al-Insyiqaaq: 20-21).

Bukankah Allah Shubhanahu wa ta’alla telah menjadikan umat ini sebagai umat terbaik yang dikeluarkan bagi umat manusia, dengan membawa ajaran yang agung yaitu amar ma'ruf dan nahi munkar. Sebagaimana hal itu dinyatakan oleh Allah Shubhanahu wa ta’alla dalam firman -Nya:
﴿كُنتُمۡ خَيۡرَ أُمَّةٍ أُخۡرِجَتۡ لِلنَّاسِ تَأۡمُرُونَ بِٱلۡمَعۡرُوفِ وَتَنۡهَوۡنَ عَنِ ٱلۡمُنكَرِ وَتُؤۡمِنُونَ بِٱللَّهِۗ ١١٠ ﴾ [ آل عمران: 110]
"Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah". (QS al-Imraan: 110).

Lalu apa faktor yang menyebabkan mereka lupa dan seakan bingung dengan ajarannya ini? mereka sudah enggan untuk menyuruh kepada yang ma'ruf, tidak pula mencegah dari yang mungkar. Bahkan yang ada mata hati seakan tertutup, sanubari telah buta, hingga keadaanya berubah menjadi sudah tidak lagi mengetahui mana yang ma'ruf dan tidak mau mencegah yang mungkar, lalu mulai berkembang pola pikir yang melihat perkara yang ma'ruf adalah kemungkaran dan yang mungkar menjadi ma'ruf.
Kondisinya semakin memburuk, hingga jikalau melihat ada orang yang menegakkan untuk menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah yang mungkar, siang malam, terang-terangan maupun sembunyi-sembunyi tanpa kenal lelah, justru tanpa sungkan sedikitpun malah dicegah tanpa ada kekuatan sedikitpun untuk menolaknya. Tidak ingatkah firman Allah ta'ala yang mengatakan:
﴿ يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ إِن تُطِيعُواْ فَرِيقا مِّنَ ٱلَّذِينَ أُوتُواْ ٱلۡكِتَٰبَ يَرُدُّوكُم بَعۡدَ إِيمَٰنِكُمۡ كَٰفِرِينَ ١٠٠ وَكَيۡفَ تَكۡفُرُونَ وَأَنتُمۡ تُتۡلَىٰ عَلَيۡكُمۡ ءَايَٰتُ ٱللَّهِ وَفِيكُمۡ رَسُولُهُۥۗ وَمَن يَعۡتَصِم بِٱللَّهِ فَقَدۡ هُدِيَ إِلَىٰ صِرَٰط مُّسۡتَقِيم ١٠١ ﴾ [ آل عمران: 100-101]
"Hai orang-orang yang beriman, jika kamu mengikuti sebagian dari orang-orang yang diberi Al Kitab, niscaya mereka akan mengembalikan kamu menjadi orang kafir sesudah kamu beriman. Bagaimanakah kamu (sampai) menjadi kafir, padahal ayat-ayat Allah dibacakan kepada kamu, dan Rasul-Nya pun berada di tengah-tengah kamu? Barangsiapa yang berpegang teguh kepada (agama) Allah, maka sesungguhnya ia telah diberi petunjuk kepada jalan yang lurus". (QS al-Imraan: 100-101).

Duhai umat Islam, bukankah Allah Shubhanahu wa ta’alla telah mensifati dan memuliakan kalian dengan persatuan dan ukhuwah serta kecintaan yaitu tatkala Allah Shubhanahu wa ta’alla mengatakan dalam firman -Nya:
﴿ إِنَّ هَٰذِهِۦٓ أُمَّتُكُمۡ أُمَّة وَٰحِدَة وَأَنَا۠ رَبُّكُمۡ فَٱعۡبُدُونِ ٩٢﴾ [ الأنبياء: 92]
"Sesungguhnya (agama Tauhid) ini adalah agama kamu semua; agama yang satu dan aku adalah Tuhanmu, maka sembahlah aku". (QS al-Anbiyaa': 92).

Demikian pula tatkala Allah Shubhanahu wa ta’alla menyatakan didalam firman -Nya:
﴿ إِنَّمَا ٱلۡمُؤۡمِنُونَ إِخۡوَة ١٠ ﴾ [ الحجرات: 10]
(Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara". (QS al-Hujuraat: 10).

Begitu pula dalam sabdanya Rasulallah Shalallahu 'alaihi wa sallam yang mengatakan:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لِأَخِيهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ » [أخرجه البخاري ومسلم]
"Tidaklah sempurna keimanan salah seorang diantara kalian hingga mencintai bagi saudaranya seperti halnya yang ia cintai untuk dirinya sendiri". HR Bukhari no: 13. Muslim no: 45.

Apa sebetulnya yang sedang menimpanya, hingga umat ini berubah menjadi bergolong-golongan yang begitu banyak, terpecah dalam kelompok dan pengekor hawa nafsu, perselisihan dan permusuhan? Sedangkan Allah ta'ala menyatakan didalam firman       -Nya:

﴿ إِنَّ ٱلَّذِينَ فَرَّقُواْ دِينَهُمۡ وَكَانُواْ شِيَعا لَّسۡتَ مِنۡهُمۡ فِي شَيۡءٍۚ إِنَّمَآ أَمۡرُهُمۡ إِلَى ٱللَّهِ ثُمَّ يُنَبِّئُهُم بِمَا كَانُواْ يَفۡعَلُونَ ١٥٩ ﴾ [ الأنعام: 159]
"Sesungguhnya orang-orang yang memecah belah agama -Nya dan mereka menjadi bergolongan, tidak ada sedikitpun tanggung jawabmu kepada mereka. Sesungguhnya urusan mereka hanyalah terserah kepada Allah, kemudian Allah akan memberitahukan kepada mereka apa yang telah mereka perbuat". (QS al-An'aam: 159).

Menakjubkan sekali perkaranya umat Islam sekarang ini. Bukankah Allah Shubhanahu wa ta’alla telah mensifatinya dengan wasathiyah (pertengahan, bersikap adil) yaitu manakala Allah mengatakan didalam firman -Nya:
 ﴿ وَكَذَٰلِكَ جَعَلۡنَٰكُمۡ أُمَّة وَسَطا  ١٤٣ ﴾ [ البقرة: 143]
"Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan". (QS al-Baqarah: 143).

Lantas dimana sekarang sikap adil tersebut ditinggalkan, yang ada sekarang justru condong ke kiri dan ke kanan, terkadang miring ke barat terkadang condong ke timur dan kadang lurus menghadap ke Allah azza wa jalla, Allah Shubhanahu wa ta’alla menyinggung hal ini dalam firman -Nya:
﴿أَفَحُكۡمَ ٱلۡجَٰهِلِيَّةِ يَبۡغُونَۚ وَمَنۡ أَحۡسَنُ مِنَ ٱللَّهِ حُكۡما لِّقَوۡم يُوقِنُونَ٥٠﴾ 
[ المائدة: 50]
"Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin? (QS al-Maa-idah: 50).
Sesungguhnya tidak mungkin kebahagian itu digapai melainkan melalui jalan Islam, karena semua jalan pasti akan ditolak tidak mungkin diterima oleh Allah azza wa jalla. Sebagaimana ditegaskan hal itu didalam firman -Nya:
﴿ وَمَن يَبۡتَغِ غَيۡرَ ٱلۡإِسۡلَٰمِ دِينا فَلَن يُقۡبَلَ مِنۡهُ وَهُوَ فِي ٱلۡأٓخِرَةِ مِنَ ٱلۡخَٰسِرِينَ ٨٥ ﴾ [ آل عمران: 85]
"Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi". (QS al-Imraan: 85).

Menakjubkan sekali perkaranya umat Islam ini, bukankah Allah Shubhanahu wa ta’alla telah memuliakannya dengan menurunkan sebuah kitab yang menjelaskan segala sesuatu, yaitu tatkala Allah Shubhanahu wa ta’alla mengatakan didalam firman -Nya:
﴿ $uZø9¨“tRur šø‹n=tã |=»tGÅ3ø9$# $YZ»u‹ö;Ï? Èe@ä3Ïj9 &äóÓx« “Y‰èdur ZpyJômu‘ur 3“uŽô³ç0ur tûüÏJÎ=ó¡ßJù=Ï9  ﴾ [ النحل: 89]
"Dan Kami turunkan kepadamu Al kitab (al-Qur'an) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri". (QS al-Nahl: 89).

Kenapa sekarang justru mereka berpaling dari kitab yang diturunkan oleh Rabbnya yang merupakan sumber kejayaannya? Sesungguhnya kalimat pertama yang menjadi undang-undang dasarnya ialah kalimat 'Bacalah', sedangkan sekarang dirinya tidak bisa baca, jikalau mampu membaca maka tidak bagus ketika memahaminya, dan seandainya mampu memahami maka tidak sempurna ketika mengerjakannya. Allah Shubhanahu wa ta’alla menyatakan didalam firman -Nya:
 ﴿ أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ ٱلۡقُرۡءَانَ أَمۡ عَلَىٰ قُلُوبٍ أَقۡفَالُهَآ ٢٤ ﴾ [ محمد: 24]
"Maka apakah mereka tidak memperhatikan al-Qur'an ataukah hati mereka terkunci? (QS Muhammad: 24).

Sungguh menakjubkan urusannya umat Islam. Bukankah Allah Shubhanahu wa ta’alla telah memberi kemuliaan dengan mengutusnya seorang Rasul yang merupakan Rasul terbaik, yang meninggalkan bagi umat ini diatas cahaya yang terang benderang, malamnya bagaikan siang hari. Sangat penyayang bagi umatnya serta berkinginan baik terhadap mereka. Seperti dijelaskan oleh Allah ta'ala didalam firman -Nya:

﴿ لَقَدۡ جَآءَكُمۡ رَسُول مِّنۡ أَنفُسِكُمۡ عَزِيزٌ عَلَيۡهِ مَا عَنِتُّمۡ حَرِيصٌ عَلَيۡكُم بِٱلۡمُؤۡمِنِينَ رَءُوف رَّحِيم ١٢٨﴾ [ التوبة: 128]
"Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin". (QS at-Taubah: 128).

Lantas sekarang mereka tersesat dari jalan yang lurus, enggan untuk mengambil sunahnya dan tidak mencukupkan diri dengan petunjuk yang dibawa beliau? Sedangkan Allah Shubhanahu wa ta’alla mengatakan dalam firman -Nya:
﴿ لَّقَدۡ كَانَ لَكُمۡ فِي رَسُولِ ٱللَّهِ أُسۡوَةٌ حَسَنَةٞ لِّمَن كَانَ يَرۡجُواْ ٱللَّهَ وَٱلۡيَوۡمَ ٱلۡأٓخِرَ وَذَكَرَ ٱللَّهَ كَثِيرٗا ٢١ ﴾ [ الأحزاب: 21]
"Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah". (QS al-Ahzab: 21).

Sungguh kondisi umat sekarang ini memprihatinkan sekali, hingga sampai pada kehilangan jati dirinya, sampai kiranya mereka tidak lagi merasakan atau merasa mana yang musuh dan yang sebagai temannya, tidak lagi bisa membedakan mana yang mampu memberi manfaat dan yang membahayakannya, karena sudah tersesat jalan, buta terhadap kebenaran, hingga musuh mengerumuninya, merusak agama dan akhlaknya. Allah Shubhanahu wa ta’alla menyatakan didalam firman -Nya:
﴿ وَلَا يَزَالُونَ يُقَٰتِلُونَكُمۡ حَتَّىٰ يَرُدُّوكُمۡ عَن دِينِكُمۡ إِنِ ٱسۡتَطَٰعُواْۚ وَمَن يَرۡتَدِدۡ مِنكُمۡ عَن دِينِهِۦ فَيَمُتۡ وَهُوَ كَافِر فَأُوْلَٰٓئِكَ حَبِطَتۡ أَعۡمَٰلُهُمۡ فِي ٱلدُّنۡيَا وَٱلۡأٓخِرَةِۖ وَأُوْلَٰٓئِكَ أَصۡحَٰبُ ٱلنَّارِۖ هُمۡ فِيهَا خَٰلِدُونَ ٢١٧ ﴾ [ البقرة: 217]
"Mereka tidak henti-hentinya memerangi kamu sampai mereka (dapat) mengembalikan kamu dari agamamu (kepada kekafiran), seandainya mereka sanggup. Barangsiapa yang murtad di antara kamu dari agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran, maka mereka itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan di akhirat, dan mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya". (QS al-Baqarah: 217).

Sungguh umat ini telah kecolongan penyakit yang merobek serta mencerai beraikan persatuan mereka, tergeser dari kedudukannya, dan melumpuhkan kekuatan yang pernah dimilikinya, sehingga keadaannya berubah menjadi pengikut bukan yang di ikuti, pendengar bukan yang didengar ucapannya, di perintah bukan yang menyuruhnya, menjadi pengekor bukan yang berijtihad, hancur berantakan tidak terselamatkan, itu semua disebabkan dosa yang telah memuncak sampai pada titik terendah.
Mengimani adanya Allah Shubhanahu wa ta’alla namun tidak mentaati perintah -Nya, membaca kitab -Nya namun tidak berusaha untuk memahaminya dengan baik, mencintai Rasulallah Shubhanahu wa ta’alla namun tidak mengikuti petunjuk yang diajarkan, membenci setan namun justru mentaati perintahnya. Penyakit apa sejatinya ini? kesesatan apa lagi setelah ini? kerusakan dan kedzaliman apa lagi yang akan terjadi seusai ini?
Apakah kita paham setelah ini jikalau kita sedang terkena penyakit? Apabila kita telah memahami kalau kita sedang tertimpa penyakit, apakah kita telah meneliti apa dan dari mana penyebab penyakit tersebut? Apakah memang musibah yang menimpa kita karena tidak adanya obat yang mampu mengobati dari akar musibah dan kerusakan yang ada dalam umat ini? Atau musibah yang menimpa kita karena tidak adanya tabib mumpuni yang mampu membuat resep guna melenyapkan penyakit tersebut, lalu menjelaskan kepada pasiennya jenis obat, takaran dan cara mengkonsumsinya? 
Atau memang penyakitnya adalah jenis yang tidak mempan obat tidak pula tembus terapi dan perawatan? Sungguh, pada hakekatnya penyakit tersebut bermuara pada tiga hal ini tidak lebih tidak pula kurang, maka coba mari kita deteksi dari mana sejatinya umat ini terkena musibah, agar kita bisa mengetahui bagaimana supaya umat ini bisa selamat.
***

Nikmat Alloh Untuk Apa Seharusnya Digunakan

Nikmat Alloh 
Untuk Apa Seharusnya Digunakan

Segala puji hanya bagi Allah Shubhanahu wa ta’alla, kami memuji -Nya, memohon pertolongan dan ampunan kepada -Nya, kami berlindung kepada -Nya dari kejahatan diri-diri kami dan kejelekan amal perbuatan kami. Barangsiapa yang Allah Shubhanahu wa ta’alla beri petunjuk, maka tidak ada yang dapat menyesatkannya, dan barangsiapa yang Allah Shubhanahu wa ta’alla sesatkan, maka tidak ada yang dapat memberinya petunjuk.
Aku bersaksi bahwasanya tidak ada ilah yang berhak diibadahi dengan benar kecuali Allah Shubhanahu wa ta’alla semata, yang tidak ada sekutu bagi -Nya. Dan aku juga bersaksi bahwasannya Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam adalah hamba dan Rasul -Nya. Amma Ba'du: 
Akal yang kita miliki merupakan nikmat, begitu pula pendengaran, penglihatan dan juga hati, semuanya merupakan anugerah ilahi. Dan bila kita cermati maka semua sarana tadi merupakan media untuk dapat mengenali sesuatu. Akan tetapi, adakah seorang muslim yang telah sempurna didalam memanfaatkan nikmat-nikmat tadi, kemudian menunaikan bentuk syukurnya kepada Sang pemberi. Dimana Allah Shubhanahu wa ta’alla menerangkan pada kita dalam salah satu firman -Nya:

"Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan -Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur". (QS an-Nahl: 78).

Sesungguhnya setiap pribadi kita mempunyai tanggung jawab terhadap nikmat-nikmat diatas, maka wajib bagi kita untuk menggunakan nikmat-nikmat tadi didalam ketaatan kepada Allah Shubhanahu wa ta’alla bukan sebaliknya untuk bermaksiat pada         -Nya, digunakan untuk perkara yang dihalalkan bukan yang diharamkan, disumbangkan dalam kebenaran bukan dalam kebatilan, diarahkan dalam kebaikan bukan dalam kejelekan. Karena Allah  Shubhanahu wa ta’alla menyatakan didalam firman -Nya:
﴿ وَلَا تَقۡفُ مَا لَيۡسَ لَكَ بِهِۦ عِلۡمٌۚ إِنَّ ٱلسَّمۡعَ وَٱلۡبَصَرَ وَٱلۡفُؤَادَ كُلُّ أُوْلَٰٓئِكَ كَانَ عَنۡهُ مَسۡ‍ُٔولا ٣٦ ﴾ [ الإسراء: 36]
"Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya". (QS al-Israa': 36).

Apakah sudah kita gunakan akal kita untuk memahami? Karena Allah ta'ala menyatakan dalam firman -Nya:
﴿ إِنَّآ أَنزَلۡنَٰهُ قُرۡءَٰنًا عَرَبِيّا لَّعَلَّكُمۡ تَعۡقِلُونَ ٢ ﴾ [ يوسف: 2]
"Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa al-Qur'an dengan berbahasa Arab, agar kamu memahaminya". (QS Yusuf: 2).

Apakah akal yang kita miliki sudah kita gunakan untuk berfikir? Dimana Allah Shubhanahu wa ta’alla menyatakan dalam firman -Nya:
﴿ كَذَٰلِكَ نُفَصِّلُ ٱلۡأٓيَٰتِ لِقَوۡم يَتَفَكَّرُونَ ٢٤ ﴾ [ يونس: 24]
"Demikianlah Kami menjelaskan tanda-tanda kekuasaan (Kami) kepada orang-orang berfikir". (QS Yunus: 24).
Apakah pendengaran yang bertengger disisi kepala kita sudah kita gunakan untuk semestinya? Yang mana Allah Shubhanahu wa ta’alla telah menegur kita didalam firman -Nya:
﴿ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَأٓيَٰتٍۚ أَفَلَا يَسۡمَعُونَ ٢٦ ﴾ [ السجدة: 26]
"Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah). Maka Apakah mereka tidak mendengarkan? (QS as-Sajdah: 26).

Apakah penglihatan yang kita miliki sudah kita gunakan pada tempatnya? Bukankah Allah Shubhanahu wa ta’alla menyatakan didalam firman -Nya:
﴿ وَفِيٓ أَنفُسِكُمۡۚ أَفَلَا تُبۡصِرُونَ ٢١ ﴾ [ الذريات: 21]
"Dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tidak memperhatikan? (QS adz-Dzariyaat: 21).

Apakah kita sudah mempergunakannya untuk memperhatikan sekeliling kita? Bukankah Allah Shubhanahu wa ta’alla telah menyatakan dalam firman -Nya:
﴿ قُلِ ٱنظُرُواْ مَاذَا فِي ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِۚ وَمَا تُغۡنِي ٱلۡأٓيَٰتُ وَٱلنُّذُرُ عَن قَوۡم لَّا يُؤۡمِنُونَ ١٠١﴾ [ يونس: 101]
"Katakanlah: "Perhatikanlah apa yang ada di langit dan di bumi. tidaklah bermanfaat tanda kekuasaan Allah dan Rasul-rasul yang memberi peringatan bagi orang-orang yang tidak beriman". (QS Yunus: 101).

Tidakkah kita memahami betapa agung Dzat yang telah menciptakan, dan betapa besar penciptaan -Nya tersebut. mulai dari penciptaan langit dan bumi, matahari dan bulan, tata surya  beserta rasi bintang nya, air dan tanah, benda mati dan tumbuh-tumbuhan, malaikat dan jin, manusia dan hewan, malam dan siang, angin dan gempa, api dan biji-bijan. Itu semua adalah ciptaan Dzat yang satu yaitu Allah Shubhanahu wa ta’alla. sebagaimana firman -Nya:
 ﴿ ٱللَّهُ خَٰلِقُ كُلِّ شَيۡءۖ وَهُوَ عَلَىٰ كُلِّ شَيۡء وَكِيل ٦٢﴾ [ الزمر: 62]
"Allah menciptakan segala sesuatu dan Dia memelihara segala sesuatu". (QS az-Zumar: 62).

Apakah engkau pernah mengetahui ada seorang selain Allah Shubhanahu wa ta’alla yang menciptakan makhluk-makhluk tersebut? 
Sangat jauh sekali, bahkan bagi Allah Shubhanahu wa ta’alla semata hak mencipta dan mengatur. Sebagaimana di tegaskan didalam firman -Nya:
﴿ أَلَا لَهُ ٱلۡخَلۡقُ وَٱلۡأَمۡرُۗ تَبَارَكَ ٱللَّهُ رَبُّ ٱلۡعَٰلَمِينَ ٥٤ ﴾ [ الأعراف: 54]
"Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha suci Allah, Tuhan semesta alam". (QS al-A'raaf: 54).

Apakah engkau pernah mengetahui ada seseorang yang mampu membolak-balikkan malam dan siang selain Allah azza wa jalla?
Duhai sangat jauh sekali, karena hanya -Dia yang mampu melakukan hal itu, seperti ditegaskan dalam firman -Nya:
﴿ يُقَلِّبُ ٱللَّهُ ٱلَّيۡلَ وَٱلنَّهَارَۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَعِبۡرَة لِّأُوْلِي ٱلۡأَبۡصَٰرِ ٤٤﴾ [ النور: 44]
"Allah mempergantikan malam dan siang. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat pelajaran yang besar bagi orang-orang yang mempunyai penglihatan". (QS an-Nuur: 44).

Apakah engkau pernah mengetahui ada seseorang yang mampu menundukkan matahari dan bulan selain Allah ta'ala? 
Duhai sangat jauh sekali, karena bagi -Nya semata yang mampu melakukan nya. Sebagaimana dijelaskan dalam firman -Nya:
﴿ وَسَخَّرَ لَكُمُ ٱلشَّمۡسَ وَٱلۡقَمَرَ دَآئِبَيۡنِۖ ٣٣ ﴾ [ ابراهيم: 33]
"Dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu matahari dan bulan yang terus menerus beredar (dalam orbitnya)". (QS Ibrahim: 33).

Apakah engkau mengetahui ada seseorang selain Allah Shubhanahu wa ta’alla yang menciptakan manusia? Duhai sangat jauh sekali, karena hanya -Dia yang mampu melakukannya. Sebagaiman Allah Shubhanahu wa ta’alla jelaskan dalam firman -Nya:
﴿ لَقَدۡ خَلَقۡنَا ٱلۡإِنسَٰنَ فِيٓ أَحۡسَنِ تَقۡوِيم ٤ ﴾ [ التين: 4]
"Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya". (QS at-Tiin: 4).

Apakah engkau mengetahui ada seseorang selain Allah Shubhanahu wa ta’alla yang mampu mengurusi angin kemana bergerak? 
Duhai sangat jauh sekali, karena hanya Allah Shubhanahu wa ta’alla semata yang mampu melakukannya. Seperti yang -Dia terangkan dalam firman -Nya:
 ﴿ ٱللَّهُ ٱلَّذِي يُرۡسِلُ ٱلرِّيَٰحَ فَتُثِيرُ سَحَابا ٤٨  ﴾ [ الروم: 48]
"Allah, Dialah yang mengirim angin, lalu angin itu menggerakkan awan". (QS ar-Ruum: 48).

Apakah engkau mengetahui ada seseorang selain Allah Shubhanahu wa ta’alla yang ikut serta menciptakan langit dan bumi? Sangat jauh sekali, karena hanya Allah Shubhanahu wa ta’alla yang mampu melakukannya. Sebagaimana dijelaskan dalam fireman -Nya:
﴿ إِنَّ رَبَّكُمُ ٱللَّهُ ٱلَّذِي خَلَقَ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضَ فِي سِتَّةِ أَيَّام ثُمَّ ٱسۡتَوَىٰ عَلَى ٱلۡعَرۡشِۖ يُدَبِّرُ ٱلۡأَمۡرَۖ مَا مِن شَفِيعٍ إِلَّا مِنۢ بَعۡدِ إِذۡنِهِۦۚ ذَٰلِكُمُ ٱللَّهُ رَبُّكُمۡ فَٱعۡبُدُوهُۚ أَفَلَا تَذَكَّرُونَ ٣ ﴾ [ يونس: 3]
"Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas 'Arsy untuk mengatur segala urusan. tiada seorangpun yang akan memberi syafa'at kecuali sesudah ada izin -Nya. (Dzat) yang demikian itulah Allah, Tuhan kamu, maka sembahlah Dia. Maka apakah kamu tidak mengambil pelajaran?". (QS Yunus: 3).
Siapakah yang menjadikan bumi ini terbentang? Siapakah yang menjadikan malam sebagai penutup siang? Siapakah yang menjadikan siang sebagai sarana untuk mencari penghidupan? Siapakah yang menciptakan hewan dan tumbuh-tumbuhan? Siapakah yang mengangkat langit tanpa ada tiang penyangga? Siapakah yang menggerakkan angin? Siapakah yang memberi rizki para hamba? Siapakah yang menciptakan segala sesuatu kemudian menjadikan masing-masing mempunyai takdir?
Sesungguhnya itu lah Allah Shubhanahu wa ta’alla semata yang tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain -Dia, yang tidak ada Rabb yang mengatur selain -Dia. Sebagaimana  dijelaskan dalam firman -Nya:
﴿ ذَٰلِكُمُ ٱللَّهُ رَبُّكُمۡۖ لَآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَۖ خَٰلِقُ كُلِّ شَيۡء فَٱعۡبُدُوهُۚ وَهُوَ عَلَىٰ كُلِّ شَيۡء وَكِيل ١٠٢ لَّا تُدۡرِكُهُ ٱلۡأَبۡصَٰرُ وَهُوَ يُدۡرِكُ ٱلۡأَبۡصَٰرَۖ وَهُوَ ٱللَّطِيفُ ٱلۡخَبِيرُ ١٠٣﴾ [ الأنعام: 102-103]
"(Yang memiliki sifat-sifat yang) demikian itu ialah Allah Tuhan kamu; tidak ada Tuhan selain dia; Pencipta segala sesuatu, maka sembahlah dia; dan -Dia adalah pemelihara segala sesuatu. -Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang Dia dapat melihat segala yang kelihatan; dan -Dialah yang Maha Halus lagi Maha mengetahui". (QS al-An'aam: 102-103).

Itulah ayat-ayat yang agung, yang diciptakan oleh Dzat yang tidak lemah oleh sesuatu apapun dimuka bumi ini tidak pula dilangit.
Sesungguhnya keberadaan ayat-ayat tadi menunjukan tentang keberadaan Penciptanya. Keagungan ayat-ayat tadi membuktikan tentang ke Maha agungan Penciptanya. Dan kekuatan ayat-ayat tadi menunjukan tentang kemampuan Penciptanya. Dan pergerakan dan diamnya ayat-ayat tadi menunjukan tentang kehidupan Penciptanya serta pengaruhnya. Maha suci Allah, penguasa alam semesta. Allah Shubhanahu wa ta’alla menyatakan dalam firman -Nya:

﴿ هَٰذَا خَلۡقُ ٱللَّهِ فَأَرُونِي مَاذَا خَلَقَ ٱلَّذِينَ مِن دُونِهِۦۚ بَلِ ٱلظَّٰلِمُونَ فِي ضَلَٰل مُّبِين ١١﴾ [ لقمان: 11]
"Inilah ciptaan Allah, maka perlihatkanlah olehmu kepadaku apa yang telah diciptakan oleh sembahan-sembahan(mu) selain Allah. sebenarnya orang- orang yang zalim itu berada di dalam kesesatan yang nyata". (QS Luqman: 11).
Tidakkah engkau menyadari betapa Agung yang diciptakan yang menciptakan dan yang di kuasai. Betapa agung penciptaan Allah Shubhanahu wa ta’alla yang menguasai itu semua. Allah Shubhanahu wa ta’alla menyatakan dalam firman -Nya:

﴿ قُلِ ٱللَّهُمَّ مَٰلِكَ ٱلۡمُلۡكِ تُؤۡتِي ٱلۡمُلۡكَ مَن تَشَآءُ وَتَنزِعُ ٱلۡمُلۡكَ مِمَّن تَشَآءُ وَتُعِزُّ مَن تَشَآءُ وَتُذِلُّ مَن تَشَآءُۖ بِيَدِكَ ٱلۡخَيۡرُۖ إِنَّكَ عَلَىٰ كُلِّ شَيۡء قَدِير ٢٦ تُولِجُ ٱلَّيۡلَ فِي ٱلنَّهَارِ وَتُولِجُ ٱلنَّهَارَ فِي ٱلَّيۡلِۖ وَتُخۡرِجُ ٱلۡحَيَّ مِنَ ٱلۡمَيِّتِ وَتُخۡرِجُ ٱلۡمَيِّتَ مِنَ ٱلۡحَيِّۖ وَتَرۡزُقُ مَن تَشَآءُ بِغَيۡرِ حِسَاب ٢٧ ﴾ [ آل عمران: 26-27]
"Katakanlah: "Wahai Tuhan yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu. Engkau masukkan malam ke dalam siang dan Engkau masukkan siang ke dalam malam. Engkau keluarkan yang hidup dari yang mati, dan Engkau keluarkan yang mati dari yang hidup. dan Engkau beri rezki siapa yang Engkau kehendaki tanpa hisab (batas)". (QS al-Imraan: 26-27).

Mungkinkah Melihat Allah ?
Pernah ada seseorang yang bertanya padaku, "Sesungguhnya nikmat penglihatan ini merupakan bagian dari sekian banyak nikmat  yang Allah Shubhanahu wa ta’alla karunikan pada kita semua, dengan penglihatan tadi saya mampu melihat langit dengan segala keajaibannya, juga saya bisa menyaksikan matahari dengan cahayanya, bintang gemintang dengan keindahannya, bumi ini dengan dataran dan gunung-gunungnya, tumbuh-tumbahan dan hewan-hewannya, daratan dan lautannya. 
Sungguh dari situ aku merasakan betapa agung penciptanya, dan saya sangat yakin kalau itu semua pasti ada penciptanya, akan tetapi, pertanyaan yang mengganjal, apakah mungkin saya mampu melihat Allah Shubhanahu wa ta’alla sebagaimana saya mampu melihat ciptaan -Nya tadi? Saya katakan padanya, "Sesungguhnya Allah Shubhanahu wa ta’alla menciptakan alam semesta ini dengan segala isinya, mulai dari makhluk-makhluk besar seperti langit dan bumi, matahari dan bulan, manusia dan binatang, benda mati dan tumbuh-tumbuhan, dan lain sebagainya. 
Allah ta'ala jadikan semua makhluk-makhluk tadi sebagai tanda serta bukti yang nyata bagi orang yang masih selamat akal pikirannya, yang menggambarkan tentang keberadaan, keagungan serta ke esaan Allah azza wa jalla. seperti dikatakan, "Pada segala sesuatu ada tanda yang menunjukan akan ke esaan -Nya". Dia menyatakan, "Tidak diragukan lagi kebenaran ucapanmu, tapi, apakah cukup sampai disini, atau ada tambahan lagi? Ia, jawabku.
Sesungguhnya indera mata yang kecil lagi sempit ini mempunyai batasan penglihatan yang mampu dijangkaunya, karena tidak mungkin semua yang ada wujudnya mampu dilihatnya. Maka, penglihatan yang masuk dalam kapasitas jangkauan mata kita sangatlah terbatas, demikian pula yang dilihat juga terbatas. Seperti misalnya; Angin ada bentuknya, tapi, apakah engkau mampu melihatnya? Tidak bisa. Akal yang ada dikepala itu juga ada bentuknya, tapi, apakah engkau mampu melihatnya? Tidak bisa. Ruh yang ada ditubuh seorang manusia juga bentuknya ada, tapi, apakah engkau mampu melihatnya? Jawabannya juga tidak bisa. 
Dari itu kita menyakini bahwa benda-benda ini, ada wujudnya akan tetapi tidak bisa terlihat, yang terlihat hanyalah akibat serta efeknya saja. Apakah dirimu bisa melihat orang yang terhalangi tembok? Tentu sulit. Apakah engkau mampu melihat bumi secara detail atau dirimu melihat semua bintang yang ada dilangit? Sudah dapat dipastikan dirimu tidak akan sanggup untuk melihatnya kecuali sedikit saja diantaranya.
Apakah engkau mampu menyaksikan sesuatu yang jauh, atau sesuatu yang dekat tapi lembut? Itu juga tidak mungkin. Apakah dirimu tahan melihat panas matahari dengan mata telanjang disiang hari bolong? Mustahil kamu dapat melakukan tanpa bantuan alat. Apakah mungkin kamu mendaki gunung hanya dengan menggunakan tanganmu, atau memasukkan khayalan dari makanan yang paling enak sekalipun kedalam perutmu, atau melihat udara dengan mata telanjang? Sangat mustahil. Karena dirimu lemah, kemampuan yang engkau miliki juga lemah, yang tidak mungkin engkau sanggup untuk menggapai seluruhnya. Dan Allah Shubhanahu wa ta’alla menyatakan hal itu didalam firman -Nya:
﴿ يُرِيدُ ٱللَّهُ أَن يُخَفِّفَ عَنكُمۡۚ وَخُلِقَ ٱلۡإِنسَٰنُ ضَعِيفا ٢٨﴾ [ النساء: 28]
"Allah hendak memberikan keringanan kepadamu dan manusia dijadikan bersifat lemah".  (QS an-Nisaa': 28).

Karena sesungguhnya sifat perfect (sempurna) itu semua hanya milik Allah Shubhanahu wa ta’alla semata, dan sifat mulia itu semua juga milik -Nya semata, dan sifat agung itu juga semua milik Allah Shubhanahu wa ta’alla semata. Sebagaimana di jelaskan didalam fiman -Nya:
﴿ ٱللَّهُ لَآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَۖ لَهُ ٱلۡأَسۡمَآءُ ٱلۡحُسۡنَىٰ ٨ ﴾ [ طه: 8]
"Dialah Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia. Dia mempunyai asmaaul husna (nama-nama yang baik)". (QS Thahaa: 8).

Sesungguhnya kursinya Allah Shubhanahu wa ta’alla seluas langit dan bumi, dan –Dia bersemayam diatas Arsy -Nya, yang bentuk ciptaan     -Nya tidak sebanding sama sekali dengan kursi tempat menaruh kedua kaki -Nya, dan langit yang tujuh lapis bila dibanding dengan Arsy kecuali seperti cincin yang dilempar ke tengah padang pasir. Bila demikian, bagaimana mungkin engkau bisa melihat dan menjangkau Allah Shubhanahu wa ta’alla dengan bola mata yang lemah lagi terbatas jangkauannya.
Sesungguhnya Allah Shubhanahu wa ta’alla adalah pemberi cahaya langit dan bumi, seperti dijelaskan dalam firman -Nya yang menyatakan:
﴿ ٱللَّهُ نُورُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِۚ ٣٥ ﴾ [ النور: 35]
"Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi". (QS an-Nuur: 35).

       Dan Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam pernah ditanya apakah melihat Allah (ketika mi'raj) kelangit tujuh? Beliau menjawab, "Cahaya, bagaimana mungkin aku bisa melihat -Nya". HR Muslim no: 178.
Dalam redaksi lain Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:



قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « حِجَابُهُ النُّورُ لَوْ كَشَفَهُ لأَحْرَقَ سُبُحَاتُ وَجْهِهِ مَا انْتَهَى إِلَيْهِ بَصَرُهُ مِنْ خَلْقِهِ » [أخرجه مسلم]
"Hijab penutupnya adalah cahaya yang kalau seandainya tabir tersebut dibuka niscaya akan hancur setiap makhluk yang memandang -Nya". HR Muslim no: 179.

Sehingga sangat jauh sekali kemungkinan kedua matamu yang lemah itu, yang digunakan untuk melihat cahaya matahari saja tidak sanggup, apalagi melihat Allah Shubhanahu wa ta’alla secara langsung. Tidakkah engkau menyadari betapa menakjubkan kondisi orang, yang sejatinya sangat lalim dan bodoh. 
Dan dengarlah kisah, tatkala Musa 'alaihi sallam memohon pada Rabbnya untuk diberi kesempatan melihat -Nya, maka Allah Shubhanahu wa ta’alla mengabarkan padanya kalau dirinya tidak mungkin akan sanggup untuk melihatnya, kemudian –Dia menyuruh Musa untuk mengalihkan penglihatannya ke arah gunung manakala  –Dia  menampakkan pada gunung tersebut, dalam rangka pembuktian, menguatkan penolakan yang Allah Shubhanahu wa ta’alla lakukan padanya. Dan hal itu direkam secara jelas oleh Allah ta'ala melalui firman -Nya:
﴿ وَلَمَّا جَآءَ مُوسَىٰ لِمِيقَٰتِنَا وَكَلَّمَهُۥ رَبُّهُۥ قَالَ رَبِّ أَرِنِيٓ أَنظُرۡ إِلَيۡكَۚ قَالَ لَن تَرَىٰنِي وَلَٰكِنِ ٱنظُرۡ إِلَى ٱلۡجَبَلِ فَإِنِ ٱسۡتَقَرَّ مَكَانَهُۥ فَسَوۡفَ تَرَىٰنِيۚ فَلَمَّا تَجَلَّىٰ رَبُّهُۥ لِلۡجَبَلِ جَعَلَهُۥ دَكّا وَخَرَّ مُوسَىٰ صَعِقاۚ فَلَمَّآ أَفَاقَ قَالَ سُبۡحَٰنَكَ تُبۡتُ إِلَيۡكَ وَأَنَا۠ أَوَّلُ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ ١٤٣ ﴾ [ الأعراف: 143]
"Dan tatkala Musa datang untuk (munajat dengan Kami) pada waktu yang telah Kami tentukan dan Tuhan telah berfirman (langsung) kepadanya, berkatalah Musa: "Ya Tuhanku, nampakkanlah (diri Engkau) kepadaku agar aku dapat melihat kepada Engkau". Tuhan berfirman: "Kamu sekali-kali tidak sanggup melihat-Ku, tapi lihatlah ke bukit itu, maka jika ia tetap di tempatnya (sebagai sediakala) niscaya kamu dapat melihat -Ku". tatkala Tuhannya menampakkan diri kepada gunung itu, dijadikannya gunung itu hancur luluh dan Musa pun jatuh pingsan. maka setelah Musa sadar kembali, Dia berkata: "Maha suci Engkau, aku bertaubat kepada Engkau dan aku orang yang pertama-tama beriman".  (QS al-A'raaf: 143).

Lihat pada gunung ini, dengan ukuran yang demikian besar bersama materi partikel yang begitu keras, tidak sanggup menahan tatkala Allah Shubhanahu wa ta’alla menampakkan padanya. Lantas bagaimana mungkin seorang manusia akan melihat -Nya secara langsung dimuka bumi ini dengan penglihatan mata yang serba lemah yang tidak sanggup menahan hanya untuk melihat matahari! Atau untuk melihat udara, akal, serta ruh, bagaimana mungkin hal itu sanggup, maka Maha suci Allah Shubhanahu wa ta’alla yang menyatakan dalam firman -Nya:
﴿ لَّا تُدۡرِكُهُ ٱلۡأَبۡصَٰرُ وَهُوَ يُدۡرِكُ ٱلۡأَبۡصَٰرَۖ وَهُوَ ٱللَّطِيفُ ٱلۡخَبِيرُ ١٠٣﴾ [ الأنعام: 103]
"Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang -Dia dapat melihat segala yang kelihatan; dan Dialah yang Maha Halus lagi Maha mengetahui". (QS al-An'aam: 103).

Maka adalah Allah Maha mengetahui segala sesuatu, sedangkan -Dia tidak mungkin sanggup dikuasai oleh yang lain. 
Allah Shubhanahu wa ta’alla Maha mampu melakukan segala sesuatu, -Dia Maha menguasi setiap makhluk, sedangkan tidak ada seorang makhlukpun yang sanggup menguasai -Nya. Allah Shubhanahu wa ta’alla Maha meliputi setiap makhluk, sedangkan tidak ada seorang makhlukpun yang sanggup meliputi -Nya. Maha benar Allah Shubhanahu wa ta’alla yang menyatakan dalam firman     -Nya:
﴿ وَمَا قَدَرُواْ ٱللَّهَ حَقَّ قَدۡرِهِۦ وَٱلۡأَرۡضُ جَمِيعا قَبۡضَتُهُۥ يَوۡمَ ٱلۡقِيَٰمَةِ وَٱلسَّمَٰوَٰتُ مَطۡوِيَّٰتُۢ بِيَمِينِهِۦۚ سُبۡحَٰنَهُۥ وَتَعَٰلَىٰ عَمَّا يُشۡرِكُونَ ٦٧ ﴾ [ الزمر: 67]
"Dan mereka tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya padahal bumi seluruhnya dalam genggaman -Nya pada hari kiamat dan langit digulung dengan tangan kanan -Nya. Maha suci Tuhan dan Maha Tinggi Dia dari apa yang mereka persekutukan". (QS az-Zumar: 67).

Dan diantara bentuk kasih sayang dan hikmah yang Allah Shubhanahu wa ta’alla berikan pada para hamba -Nya adalah menjadikan makhluk -Nya tidak bisa melihat -Nya didunia, dikarenakan mereka kalau seandainya mampu melihat dengan keagungan dan kebesaran  -Nya niscaya mereka akan taat kepada       -Nya dan tidak berani melakukan perbuatan maksiat kepada -Nya selama-lamanya. Maka hilang lah hikmah diadakannya beban taklif perintah dan larangan, akan percuma adanya ganjaran dan hukuman, oleh karena itu -Dia melarang kita untuk bisa melihat -Nya didunia, dikarenakan Allah Shubhanahu wa ta’alla menginginkan supaya kita mendatangi -Nya, beriman kepada -Nya, serta mentaati -Nya dalam keadaan kita bebas menentukan tanpa adanya paksaan. Allah Shubhanahu wa ta’alla menyatakan didalam firman -Nya:

﴿ وَقُلِ ٱلۡحَقُّ مِن رَّبِّكُمۡۖ فَمَن شَآءَ فَلۡيُؤۡمِن وَمَن شَآءَ فَلۡيَكۡفُرۡۚ ٢٩ ﴾ [الكهف: 29]
"Dan katakanlah: "Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu, maka barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir".  (QS al-Kahfi: 29).

Seorang raja dunia saja tidak ada yang berani melawannya ketika sedang berada dihadapannya atau berada didaerah kekuasaannya karena rasa segan dan hormat padanya, lantas bagaimana kalau seandainya kita melihat Raja diraja, yaitu Allah azza wa jalla. Akan tetapi kita bisa melihat -Nya didunia ini dengan perantara hati bukan dengan mata telanjang, kita melihat ciptaan       -Nya dari sekian juta makhluk yang berada disekeliling kita beserta keagungan ciptaan -Nya. Allah Shubhanahu wa ta’alla menyatakan dalam firman -Nya:
﴿ ذَٰلِكُمُ ٱللَّهُ رَبُّكُمۡۖ لَآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَۖ خَٰلِقُ كُلِّ شَيۡء فَٱعۡبُدُوهُۚ وَهُوَ عَلَىٰ كُلِّ شَيۡء وَكِيل ١٠٢ لَّا تُدۡرِكُهُ ٱلۡأَبۡصَٰرُ وَهُوَ يُدۡرِكُ ٱلۡأَبۡصَٰرَۖ وَهُوَ ٱللَّطِيفُ ٱلۡخَبِيرُ ١٠٣﴾[ الأنعام: 102-103]
"(Yang memiliki sifat-sifat yang) demikian itu ialah Allah Tuhan kamu, tidak ada Tuhan selain -Dia, Pencipta segala sesuatu, maka sembahlah -Dia, dan -Dia adalah pemelihara segala sesuatu. -Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang -Dia dapat melihat segala yang kelihatan; dan -Dialah yang Maha Halus lagi Maha mengetahui". (QS al-An'aam: 102-103).

Namun, bukan berarti Allah Shubhanahu wa ta’alla tidak bisa dilihat selama-lamanya, karena orang-orang yang beriman kelak akan melihat -Nya secara langsung diakhirat sebagai bentuk penghargaan pada mereka. Seperti yang ditegaskan oleh Allah Shubhanahu wa ta’alla didalam firman -Nya:
﴿ وُجُوه يَوۡمَئِذ نَّاضِرَةٌ ٢٢ إِلَىٰ رَبِّهَا نَاظِرَة ٢٣ ﴾ [ القيامة: 22-23]
"Wajah-wajah (orang-orang mukmin) pada hari itu berseri-seri. Kepada Tuhannyalah mereka melihat".  (QS al-Qiyaamah: 22-23).

Oleh karena itu, wajib bagi kita untuk mengenali sifat-sifat pencipta kita melalui perantara tanda-tanda kekuasaan -Nya dan makhluk-makhluk -Nya yang tersebar memenuhi ruang langit dan bumi, dan adanya pengaturan pada makhluk menunjukan adanya yang mengatur, adanya ilmu menunjukan adanya yang maha mengetahui, adanya kemampuan menunjukan adanya yang maha mampu, adanya nikmat menunjukan adanya yang memberi nikmat, adanya perawatan menunjukan adanya yang merawat, demikian seterusnya. Dan Allah Shubhanahu wa ta’alla menyatakan didalam firman -Nya:

﴿ ٱللَّهُ ٱلَّذِي خَلَقَ سَبۡعَ سَمَٰوَٰت وَمِنَ ٱلۡأَرۡضِ مِثۡلَهُنَّۖ يَتَنَزَّلُ ٱلۡأَمۡرُ بَيۡنَهُنَّ لِتَعۡلَمُوٓاْ أَنَّ ٱللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَيۡء قَدِير وَأَنَّ ٱللَّهَ قَدۡ أَحَاطَ بِكُلِّ شَيۡءٍ عِلۡمَۢا ١٢ ﴾[ الطلاق: 12]
"Allah -lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi. perintah Allah berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwasanya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan sesungguhnya Allah ilmu  -Nya benar-benar meliputi segala sesuatu". (QS ath-Thalaq: 12).

        Maka ilmu yang paling besar, serta pondasi ilmu yang terbaik adalah mengetahui  Allah Shubhanahu wa ta’alla dan nama-nama serta sifat-sifat -Nya dan perbuatan -Nya, kekuasaan, agama, janji serta ancaman -Nya. Allah Shubhanahu wa ta’alla menyatakan didalam firman -Nya:
﴿ فَٱعۡلَمۡ أَنَّهُۥ لَآ إِلَٰهَ إِلَّا ٱللَّهُ وَٱسۡتَغۡفِرۡ لِذَنۢبِكَ وَلِلۡمُؤۡمِنِينَ وَٱلۡمُؤۡمِنَٰتِۗ وَٱللَّهُ يَعۡلَمُ مُتَقَلَّبَكُمۡ وَمَثۡوَىٰكُمۡ ١٩ ﴾ [ محمد: 19]
"Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Ilah yang berhak disembah selain Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan. dan Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat kamu tinggal".  (QS Muhammad: 19).

Orang tersebut lalu menyatakan, "Semoga Allah Shubhanahu wa ta’alla memberimu taufik, sungguh sekarang aku menjadi paham dengan obrolan ringkas yang banyak mengandung faidah ini.
Duhai betapa meruginya para hamba, sangat disesalkan masih adanya kebodohan, celaka bila enggan berfikir dan merenung, sesungguhnya kitab suci yang Allah Shubhanahu wa ta’alla turunkan pada kita mengandung segala penjelasan. Apakah kita sudah membaca al-Qur'an? Karena sesungguhnya dirimu tidak mungkin mendapati kebenaran sejati yang jelas dan gamblang melainkan melalui ayat-ayat -Nya serta mukjizat yang tersimpan didalamnya. Allah Shubhanahu wa ta’alla menyatakan didalam firman -Nya:
﴿ تِلۡكَ ءَايَٰتُ ٱللَّهِ نَتۡلُوهَا عَلَيۡكَ بِٱلۡحَقِّۖ فَبِأَيِّ حَدِيثِۢ بَعۡدَ ٱللَّهِ وَءَايَٰتِهِۦ يُؤۡمِنُونَ ٦ ﴾ [ الجاثية: 6]
"Itulah ayat-ayat Allah yang Kami membacakannya kepadamu dengan sebenarnya; maka dengan perkataan manakah lagi mereka akan beriman sesudah (kalam) Allah dan keterangan-keterangan -Nya". (QS al-Jaatsiyah: 6).

Ya Allah berilah taufik kepada kami untuk mudah mengamalkan isi kitab -Mu dan mengikuti sunah nabi -Mu, dan jadikan kami sebagai orang-orang yang apabila mendengar ucapan yang baik mampu memilah dan mengikuti yang benar.
***

Perilaku Kita

Perilaku Kita

Segala puji hanya bagi Allah Shubhanahu wa ta’alla, kami memuji -Nya, memohon pertolongan dan ampunan kepada -Nya, kami berlindung kepada -Nya dari kejahatan diri-diri kami dan kejelekan amal perbuatan kami. Barangsiapa yang Allah Shubhanahu wa ta’alla beri petunjuk, maka tidak ada yang dapat menyesatkannya, dan barangsiapa yang Allah Shubhanahu wa ta’alla sesatkan, maka tidak ada yang dapat memberinya petunjuk.
Aku bersaksi bahwasanya tidak ada ilah yang berhak diibadahi dengan benar kecuali Allah Shubhanahu wa ta’alla semata, yang tidak ada sekutu bagi -Nya. Dan aku juga bersaksi bahwasannya Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam adalah hamba dan Rasul -Nya. Amma Ba'du:
Sesungguhnya Allah Shubhanahu wa ta’alla telah menulis catatan takdir seluruh makhluk serta telah menentukan kejadian-kejadiannya. Allah Shubhanahu wa ta’alla telah menciptakan segala sesuatu lalu menentukan takdir sesuai dengan ilmu -Nya, hal itu sebagaimana dijelaskan oleh Allah ta'ala didalam firman -Nya:
﴿ إِنَّا كُلَّ شَيۡءٍ خَلَقۡنَٰهُ بِقَدَر ٤٩ وَمَآ أَمۡرُنَآ إِلَّا وَٰحِدَة كَلَمۡحِۢ بِٱلۡبَصَرِ ٥٠ وَلَقَدۡ أَهۡلَكۡنَآ أَشۡيَاعَكُمۡ فَهَلۡ مِن مُّدَّكِر٥١ وَكُلُّ شَيۡء فَعَلُوهُ فِي ٱلزُّبُرِ ٥٢ وَكُلُّ صَغِير وَكَبِير مُّسۡتَطَرٌ ٥٣  ﴾ [ القمر: 49-53]
"Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran. dan perintah Kami hanyalah satu perkataan seperti kejapan mata. dan sesungguhnya telah Kami binasakan orang yang serupa dengan kamu. maka adakah orang yang mau mengambil pelajaran? dan segala sesuatu yang telah mereka perbuat tercatat dalam buku-buku catatan. dan segala (urusan) yang kecil maupun yang besar adalah tertulis". (QS  al-Qomar: 49-53).

Maka segala sesuatu telah ditentukan catatan takdirnya, Allah Shubhanahu wa ta’alla menyatakan hal itu didalam firman -Nya:
﴿ وَكُلَّ شَيۡءٍ أَحۡصَيۡنَٰهُ كِتَٰبا ٢٩ ﴾ [ النبأ: 29]
"Dan segala sesuatu telah Kami catat dalam suatu kitab". (QS an-Naba': 29).

Dan dalam hal ini Rasulallah Shalallahu 'alaihi wa sallam pernah bersabda dalam hadits yang shahih:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « كَتَبَ اللَّهُ مَقَادِيرَ الْخَلاَئِقِ قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضَ بِخَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ - قَالَ - وَعَرْشُهُ عَلَى الْمَاءِ » [أخرجه مسلم]
"Allah telah mencatat takdir seluruh makhluk sebelum penciptaan langit dan bumi lima ribu tahun. Beliau menyatakan, "Dan Arsynya Allah itu berada diatas air". HR Muslim no: 2653.

Maka hak mencipta dan mengurusi adalah mutlak untuk Allah Shubhanahu wa ta’alla semata, dan sesungguhnya ilmu -Nya meliputi segala sesuatu. Allah Shubhanahu wa ta’alla menyatakan didalam firman -Nya:
﴿ ٱللَّهُ ٱلَّذِي خَلَقَ سَبۡعَ سَمَٰوَٰت وَمِنَ ٱلۡأَرۡضِ مِثۡلَهُنَّۖ يَتَنَزَّلُ ٱلۡأَمۡرُ بَيۡنَهُنَّ لِتَعۡلَمُوٓاْ أَنَّ ٱللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَيۡء قَدِير وَأَنَّ ٱللَّهَ قَدۡ أَحَاطَ بِكُلِّ شَيۡءٍ عِلۡمَۢا  ١٢ ﴾ [ الطلاق: 12]
"Allah -lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi. perintah Allah berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwasanya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan sesungguhnya Allah ilmu -Nya benar-benar meliputi segala sesuatu". (QS ath-Thalaaq: 12).

Kemudian Allah Shubhanahu wa ta’alla memberi fitrah pada manusia berada diatas tauhid. Sebagaimana di tegaskan oleh Allah Shubhanahu wa ta’alla dalam firman -Nya:
﴿ فِطۡرَتَ ٱللَّهِ ٱلَّتِي فَطَرَ ٱلنَّاسَ عَلَيۡهَاۚ لَا تَبۡدِيلَ لِخَلۡقِ ٱللَّهِۚ ذَٰلِكَ ٱلدِّينُ ٱلۡقَيِّمُ وَلَٰكِنَّ أَكۡثَرَ ٱلنَّاسِ لَا يَعۡلَمُونَ ٣٠ ﴾ [ الروم: 30]
"(Tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui". (QS ar-Ruum: 30).

Kalau seandainya manusia lebih menyukai kejelekan, maka dipastikan penyebabnya ialah fitrahnya sudah rusak yang terkadang terpengaruh oleh lingkungannya, seperti dijelaskan dalam sebuah hadits, bahwa Nabi Muhammad Shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « مَا مِنْ مَوْلُودٍ إِلَّا يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ » [أخرجه البخاري ومسلم]
"Tidaklah bayi terlahir melainkan dalam keadaan suci, maka kedua orang tua lah yang merubah dirinya menjadi seorang Yahudi atau Nahsrani atau Majusi". HR Bukhari no: 1358. Muslim no: 2658.

Dan keadaan manusia pada awal sejarahnya adalah umat yang satu yang berada diatas tauhid, agama yang lurus. Maka tatkala terjadi perselisihan diantara mereka Allah Shubhanahu wa ta’alla mengutus para nabi sebagai pemberi kabar gembira dan peringatan, untuk menepis perselisihan yang terjadi dikalangan mereka dan mengembalikan manusia kepada jalan yang benar, dan sebagai bentuk kasih sayang dan keutamaan yang Allah Shubhanahu wa ta’alla berikan pada mereka. Allah Shubhanahu wa ta’alla menyatakan hal tersebut didalam firman -Nya:
﴿ كَانَ ٱلنَّاسُ أُمَّة وَٰحِدَة فَبَعَثَ ٱللَّهُ ٱلنَّبِيِّ‍ۧنَ مُبَشِّرِينَ وَمُنذِرِينَ وَأَنزَلَ مَعَهُمُ ٱلۡكِتَٰبَ بِٱلۡحَقِّ لِيَحۡكُمَ بَيۡنَ ٱلنَّاسِ فِيمَا ٱخۡتَلَفُواْ فِيهِۚ ٢١٣ ﴾ [ البقرة: 213]
"Manusia itu adalah umat yang satu. (setelah timbul perselisihan), maka Allah mengutus para Nabi, sebagai pemberi peringatan, dan Allah menurunkan bersama mereka kitab yang benar, untuk memberi keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan". (QS al-Baqarah: 213).

Sesungguhnya Allah Shubhanahu wa ta’alla yang menciptakan segala sesuatu, meliputi segala sesuatu tersebut, dan mengetahuinya serta melindungi segala sesuatu tadi, dalam sebuah kitab yang Allah Shubhanahu wa ta’alla tidak lupa didalamnya, Allah Shubhanahu wa ta’alla menyatakan hal itu dalam firman -Nya:
﴿ أَلَمۡ تَعۡلَمۡ أَنَّ ٱللَّهَ يَعۡلَمُ مَا فِي ٱلسَّمَآءِ وَٱلۡأَرۡضِۚ إِنَّ ذَٰلِكَ فِي كِتَٰبٍۚ إِنَّ ذَٰلِكَ عَلَى ٱللَّهِ يَسِير ٧٠ ﴾ [ الحج: 70]
"Apakah kamu tidak mengetahui bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa saja yang ada di langit dan di bumi?; bahwasanya yang demikian itu terdapat dalam sebuah kitab (Lauh Mahfuzh). Sesungguhnya yang demikian itu amat mudah bagi Allah". (QS al-Hajj: 70).

Maka setiap gerak gerik para hamba itu diketahui oleh -Nya, tertulis di Lauh Mahfudh, namun yang perlu dipahami bahwa maksud hal itu bukan berarti para hamba itu dikendalikan seperti robot, yang diharuskan bagi mereka untuk melakukan yang baik maupun yang buruk dalam perilakunya, akan tetapi, ilmu Allah Shubhanahu wa ta’alla dengan perilaku hamba bila disandarkan pada kita seperti halnya sebuah penemuan baru, karena kita lemah dan kapasitas keilmuan kita juga terbatas, sedangkan ilmu -Nya meliputi segala sesuatu.
Sehingga perbuatan apapun yang dilakukan oleh seorang hamba maka telah nampak semuanya di Lauh Mahfudh, dan perbuatan yang dilakukan oleh hamba tersebut sama persis seperti yang diketahui oleh Allah Shubhanahu wa ta’alla, karena sesungguhnya Allah Shubhanahu wa ta’alla mengetahui apa yang telah terjadi, dan apa yang sedang terjadi dan yang akan terjadi. Allah Shubhanahu wa ta’alla menciptakan segala sesuatu dan mengetahui segala sesuatu. Allah Shubhanahu wa ta’alla menyatakan didalam firman -Nya:
 ﴿ ذَٰلِكُمُ ٱللَّهُ رَبُّكُمۡۖ لَآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَۖ خَٰلِقُ كُلِّ شَيۡء فَٱعۡبُدُوهُۚ وَهُوَ عَلَىٰ كُلِّ شَيۡء وَكِيل ١٠٢ ﴾ [ الأنعام: 102]
"(Yang memiliki sifat-sifat yang) demikian itu ialah Allah Tuhan kamu; tidak ada Tuhan selain dia; Pencipta segala sesuatu, maka sembahlah dia; dan Dia adalah pemelihara segala sesuatu". (QS al-An'aam: 102).
Allah Shubhanahu wa ta’alla telah mengetahui perbuatan para hamba semuanya, dan -Dia telah mencatatnya di dalam Lauh Mahfudh, bukan karena sebagai pelaziman untuk dikerjakan oleh seorang hamab, namun, hanyalah sebagai bukti nyata bahwa Allah itu maha mengetahui hamba -Nya serta apa yang dilakukan oleh mereka. 
Dan sungguh Allah Shubhanahu wa ta’alla mengetahui bahwa hamba –Nya si fulan akan lahir pada waktu tertentu, dalam keadaan kafir atau beriman, sebagai orang yang taat atau ahli maksiat, termasuk orang-orang yang berbahagia atau sebaliknya. Itu semua menunjukan bahwa ilmu Allah Shubhanahu wa ta’alla meliputi segala sesuatu. Allah Shubhanahu wa ta’alla menegaskan hal itu dalam firman -Nya:
﴿        ﴾ [ الملك: 14]
"Apakah Allah yang menciptakan itu tidak mengetahui (yang kamu lahirkan atau rahasiakan); dan Dia Maha Halus lagi Maha Mengetahui?". (QS al-Mulk: 14).

Maka sesungguhnya perbuatan para hamba itu semuanya telah diketahui oleh Allah Shubhanahu wa ta’alla, detailnya diketahui sebagaimana yang lainnya. Allah Shubhanahu wa ta’alla menyatakan didalam firman -Nya:
﴿ وَكُلَّ شَيۡءٍ أَحۡصَيۡنَٰهُ كِتَٰبا ٢٩ ﴾ [ النبأ: 29]
"Dan segala sesuatu telah Kami catat dalam suatu kitab". (QS an-Naba': 29).

Dijelaskan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari sahabat Ali bin Abi Thalib radhiyallahu 'anhu, bahwa Rasulallah Shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « مَا مِنْكُمْ مِنْ أَحَدٍ مَا مِنْ نَفْسٍ مَنْفُوسَةٍ إِلَّا كُتِبَ مَكَانُهَا مِنْ الْجَنَّةِ وَالنَّارِ وَإِلَّا قَدْ كُتِبَ شَقِيَّةً أَوْ سَعِيدَةً فَقَالَ رَجُلٌ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَفَلَا نَتَّكِلُ عَلَى كِتَابِنَا وَنَدَعُ الْعَمَلَ فَمَنْ كَانَ مِنَّا مِنْ أَهْلِ السَّعَادَةِ فَسَيَصِيرُ إِلَى عَمَلِ أَهْلِ السَّعَادَةِ وَأَمَّا مَنْ كَانَ مِنَّا مِنْ أَهْلِ الشَّقَاوَةِ فَسَيَصِيرُ إِلَى عَمَلِ أَهْلِ الشَّقَاوَةِ قَالَ أَمَّا أَهْلُ السَّعَادَةِ فَيُيَسَّرُونَ لِعَمَلِ السَّعَادَةِ وَأَمَّا أَهْلُ الشَّقَاوَةِ فَيُيَسَّرُونَ لِعَمَلِ الشَّقَاوَةِ ثُمَّ قَرَأَ  ))فَأَمَّا مَنْ أَعْطَى وَاتَّقَى وَصَدَّقَ بِالْحُسْنَى((  الْآيَةَ » [أخرجه البخاري ومسلم]
"Tidaklah salah seorang diantara kalian, dan tidaklah ada makhluk yang bernyawa melainkan telah ditentukan tempatnya di surga maupun dineraka, telah dicatat menjadi orang sengsara maupun bahagia". Maka ada seorang sahabat bertanya, "Ya Rasulallah, kenapa kita tidak bersandar pada catatan takdir dan meninggalkan amal? Bukankah orang yang ditentukan sebagai orang yang bahagia akan mengerjakan amalan ahli sa'adah (bahagia), dan siapa yang ditentukan sebagai orang yang sengsara maka akan mengerjakan amalan orang yang sengsara? Rasulallah menjawab, "Adapun orang yang bahagia maka akan dimudahkan untuk mengerjakan amalan orang yang bahagia, adapun orang yang sengsara maka akan dimudahkan untuk mengerjakan amalan orang yang sengsara, kemudian beliau membaca firman Allah ta'ala: 

﴿فَأَمَّا مَنۡ أَعۡطَىٰ وَٱتَّقَىٰ٥ وَصَدَّقَ بِٱلۡحُسۡنَىٰ٦ فَسَنُيَسِّرُهُۥ لِلۡيُسۡرَىٰ٧﴾ [ الليل:5-7]
"Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa, dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (syurga), Maka Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah". (QS al-Lail: 5-7). HR Bukhari no: 4948. Muslim no: 2647.

Nabi Muhammad Shalallahu 'alaihi wa sallam menjelaskan bahwa Allah Shubhanahu wa ta’alla mengetahui hamba -Nya yang menjadi calon penghuni surga dan penghuni neraka, dan hal tersebut telah ditentukan sebelumnya, lalu beliau melarang untuk bersandar pada catatan takdir sebagimana dilakukan oleh orang-orang yang ingkar, kemudian beliau mengajak untuk beramal. Barangkali ada yang berkata, selagi Allah Shubhanahu wa ta’alla telah menentukan padaku kalau diriku termasuk dari kalangan yang taat, atau termasuk ahli maksiat, lantas ngapain saya beramal? 
Kita jawab, "Apakah anda telah melongok ke lauh mahfudh, sehingga bisa melihat apakah anda termasuk ahli surga atau ahli neraka? Tentunya tidak mungkin anda mampu melongok dan melihat catatan takdir yang ada di lauh mahfudh tersebut, karena hal itu hanya Allah Shubhanahu wa ta’alla semata yang mengetahuinya. Sebagaimana ditegaskan oleh -Nya dalam firman -Nya:
﴿ عَٰلِمُ ٱلۡغَيۡبِ فَلَا يُظۡهِرُ عَلَىٰ غَيۡبِهِۦٓ أَحَدًا ٢٦ إِلَّا مَنِ ٱرۡتَضَىٰ مِن رَّسُول فَإِنَّهُۥ يَسۡلُكُ مِنۢ بَيۡنِ يَدَيۡهِ وَمِنۡ خَلۡفِهِۦ رَصَدا ٢٧ ﴾ [ الجن: 26-27]
"(Dia adalah Tuhan) yang mengetahui yang ghaib, maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorangpun tentang yang ghaib itu. Kecuali kepada Rasul yang diridhai -Nya, maka sesungguhnya -Dia mengadakan penjaga-penjaga (malaikat) di muka dan di belakangnya". (QS al-Jinn: 26-27).

Dari sini kita jadi tahu bahwa ilmu Allah Shubhanahu wa ta’alla dengan perilaku perbuatan dan akhir perjalanan seorang hamba adalah ilmu inkisyaf bila dinisbatkan pada kita, maknanya bahwa Allah Shubhanahu wa ta’alla mengetahui setiap perbuatan yang dilakukan oleh para hamba sebelum menciptakan mereka serta sebelum menciptakan perbuatan mereka, dan Allah Shubhanahu wa ta’alla telah mencatat itu semua didalam lauh mahfudh, maka setiap orang tidak mengetahui dengan apa dia akan mengakhiri kehidupannya, akan tetapi, wajib bagi mereka untuk terus berbuat karena setiap orang akan dimudahkan untuk mengerjakan sesuai dengan catatan takdir yang telah ditentukan sebelumnya. 
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah menjelaskan, "Sesungguhnya Allah Shubhanahu wa ta’alla mengetahui segala urusan tepat dengan kejadiannya, terkadang -Dia menjadikan sebab yang menjadi faktor terjadinya hal tersebut, dan Allah Shubhanahu wa ta’alla mengetahui bahwa kejadian tersebut terjadi dengan sebab tersebut, Allah Shubhanahu wa ta’alla mengetahui bahwa orang ini termasuk hamba yang bahagia kelak diakhirat, dan orang ini termasuk yang sengsara, hal tersebut karena dirinya mengerjakan amalan para ahli maksiat, dan Allah Shubhanahu wa ta’alla mengetahui bahwa orang ini termasuk orang yang sengsara diakhirat dengan sebab mengerjakan perbuatan ahli maksiat itu…".
Sesungguhnya Allah Shubhanahu wa ta’alla maha mampu untuk melakukan segala sesuatu, maka tidak terjadi sesuatupun dari perilaku perbuatan para hamba, melainkan Allah Shubhanahu wa ta’alla terlebih dahulu mengetahui sebelum terjadinya perbuatan tersebut, dan kalau seandainya Allah Shubhanahu wa ta’alla menghendaki niscaya -Dia akan mengabarkan pada kita atas perbuatan tadi, akan tetapi, dengan kasih sayang dan pengasih -Nya kepada para hamba, maka -Dia tidak membebani mereka melainkan dengan sesuatu yang mereka mampu untuk mengerjakannya atau jika tidak mengerjakan maka sebagai bentuk ujian bagi mereka, kemudian Allah Shubhanahu wa ta’alla menjelaskan bagi mereka kebenaran lalu mengaruniakan akal padanya dan membiarkan mereka untuk bisa memilih, Allah Shubhanahu wa ta’alla menyatakan didalam firman -Nya:
﴿وَقُلِ ٱلۡحَقُّ مِن رَّبِّكُمۡۖ فَمَن شَآءَ فَلۡيُؤۡمِن وَمَن شَآءَ فَلۡيَكۡفُرۡۚ ٢٩﴾[ الكهف: 29]
"Dan katakanlah: "Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; maka barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir".  (QS al-Kahfi: 29).
Kemudian Allah Shubhanahu wa ta’alla menjadikan segala sesuatu ada sebabnya, maka apa yang berada disisi –Nya bisa diraih dengan sebab-sebab yang telah disyariatkan, dunia juga demikian bisa diraih dengan melakukan sebab, surga ada sebab yang harus dilakukan supaya bisa menjadi penghuninya, neraka juga seperti itu ada sebab yang menyebabkan masuk ke dalamnya, dan Allah Shubhanahu wa ta’alla menyuruh kita untuk melakukan sebab, seperti tertuang dalam firman -Nya:
﴿ يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱرۡكَعُواْ وَٱسۡجُدُواْۤ وَٱعۡبُدُواْ رَبَّكُمۡ وَٱفۡعَلُواْ ٱلۡخَيۡرَ لَعَلَّكُمۡ تُفۡلِحُونَ۩ ٧٧ ﴾ [ الحج: 77]
"Hai orang-orang yang beriman, ruku'lah kamu, sujudlah kamu, sembahlah Tuhanmu dan perbuatlah kebajikan, supaya kamu mendapat kemenangan". (QS al-Hajj: 77).

Lalu mengandengkan ganjaran dan balasan sesuai dengan pilihan yang dipilih oleh seorang hamba, maka bagi siapa yang beriman dan beramal sholeh, Allah Shubhanahu wa ta’alla akan tolong dirinya dan dimasukan ke dalam surge -Nya, seperti disebutkan dalam firman -Nya:
﴿فَأَمَّا مَنۡ أَعۡطَىٰ وَٱتَّقَىٰ٥ وَصَدَّقَ بِٱلۡحُسۡنَىٰ٦فَسَنُيَسِّرُهُۥ لِلۡيُسۡرَىٰ٧﴾ [ الليل: 5-7]
"Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa, dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (syurga), Maka Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah". (QS al-Lail: 5-7).

Dan bagi orang yang ingkar dan menolak enggan menerima kebenaran yang dijelaskan oleh Allah maka Allah akan masukan ke dalam neraka. Allah Shubhanahu wa ta’alla menyatakan dalam firman -Nya:
﴿وَأَمَّا مَنۢ بَخِلَ وَٱسۡتَغۡنَىٰ٨ وَكَذَّبَ بِٱلۡحُسۡنَىٰ٩ فَسَنُيَسِّرُهُۥ لِلۡعُسۡرَىٰ١٠﴾ [الليل:8-10]
"Dan adapun orang-orang yang bahil dan merasa dirinya cukup, serta mendustakan pahala terbaik, Maka kelak Kami akan menyiapkan baginya (jalan) yang sukar". (QS al-Lail: 8-10).

Maka Allah Shubhanahu wa ta’alla menolong hamba yang mau menerima kebeneran dan beriman pada -Nya, seperti dijelaskan dalam firman -Nya:
﴿ وَٱلَّذِينَ ٱهۡتَدَوۡاْ زَادَهُمۡ هُدى وَءَاتَىٰهُمۡ تَقۡوَىٰهُمۡ ١٧ ﴾ [ محمد: 17]
"Dan oraang-orang yang mau menerima petunjuk, Allah menambah petunjuk kepada mereka dan memberikan balasan ketaqwaannya". (QS Muhammad: 17).

Dan barangsiapa yang mengikari dan berpaling dari Allah Shubhanahu wa ta’alla dan kebenaran yang telah dijelaskan maka sesungguhnya -Dia tidak akan memberinya petunjuk, sebagaimana ditegaskan oleh Allah Shubhanahu wa ta’alla dalam firman -Nya:
﴿ كَيۡفَ يَهۡدِي ٱللَّهُ قَوۡما كَفَرُواْ بَعۡدَ إِيمَٰنِهِمۡ وَشَهِدُوٓاْ أَنَّ ٱلرَّسُولَ حَقّ وَجَآءَهُمُ ٱلۡبَيِّنَٰتُۚ وَٱللَّهُ لَا يَهۡدِي ٱلۡقَوۡمَ ٱلظَّٰلِمِينَ ٨٦ ﴾ [ آل عمران: 86]
"Bagaimana Allah akan menunjuki suatu kaum yang kafir sesudah mereka beriman, serta mereka telah mengakui bahwa Rasul itu (Muhammad) benar-benar rasul, dan keterangan-keteranganpun telah datang kepada mereka? Allah tidak menunjuki orang-orang yang zalim". (QS al-Imraan: 86).

Sehingga kesimpulannya seluruh pembebanan syariat dalam bingkai taklif, manusia itu sanggup untuk mengerjakan atau memilih untuk tidak mengerjakannya, karena Allah Shubhanahu wa ta’alla menciptakan beban taklif tersebut memang sesuai bagi kedua-duanya, bagi orang yang mengikuti atau yang mengingkari, seperti disebutkan dalam firman -Nya:
﴿ إِنَّا هَدَيۡنَٰهُ ٱلسَّبِيلَ إِمَّا شَاكِرا وَإِمَّا كَفُورًا ٣ ﴾ [ الإنسان: 3]
"Sesungguhnya Kami telah menunjukinya jalan yang lurus; ada yang bersyukur dan ada pula yang kafir". (QS al-Insaan: 3).

Maksudnya akan kami beri dia petunjuk pada jalan yang lurus, maka adakalanya dia bersyukur atas karunia nikmat yang Allah Shubhanahu wa ta’alla berikan atau adakalanya dia kufur terhadap nikmat yang banyak tersebut, maka hal itu cocok, bisa dikerjakan pada orang pertama, sebagaimana bisa dilakukan pula pada orang yang kedua, dan ini semua bisa ditentukan oleh akal, maka jiwa bisa menerima dua hal, memilih menjadi orang fajir atau orang yang bertakwa. Allah Shubhanahu wa ta’alla menyatakan didalam firmanNya:
﴿ وَنَفۡس وَمَا سَوَّىٰهَا ٧ فَأَلۡهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقۡوَىٰهَا ٨ ﴾ [ الشمس: 7-8]
"Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya". (QS asy-Syams: 7-8).
Kemanapun jiwa menentukan arah tersebut maka berakhir pada keselarasaan pahala dan balasan yang akan diperolehnya, jika dirinya taat maka baginya surga, seperti dijanjikan oleh Allah Shubhanahu wa ta’alla dalam firman -Nya: 
﴿ قَدۡ أَفۡلَحَ مَن زَكَّىٰهَا ٩ ﴾ [ الشمس: 9]
"Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu".(QS asy-Syams: 9).

Jika memilih untuk berbuat maksiat maka baginya adalah neraka, seperti disebutkan oleh Allah Shubhanahu wa ta’alla dalam firman     -Nya:
﴿ وَقَدۡ خَابَ مَن دَسَّىٰهَا ١٠ ﴾ [ الشمس: 10]
"Dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya". (QS asy-Syams: 10).

Dan ketika dirinya menentukan arah diantara dua jalan tersebut maka disitulah letak penghitungan kelak di sisi Allah Shubhanahu wa ta’alla pada hari kiamat. Maka yang namanya orang menjadi taat atau berbuat maksiat itu tergantung pada pilihan seorang hamba, kemudian Allah Shubhanahu wa ta’alla menjadikan pahala dan balasan selaras dengan pilihannya tersebut. Allah Shubhanahu wa ta’alla menyatakan didalam firman -Nya:
﴿مَّنۡ عَمِلَ صَٰلِحا فَلِنَفۡسِهِۦۖ وَمَنۡ أَسَآءَ فَعَلَيۡهَاۗ وَمَا رَبُّكَ بِظَلَّٰم لِّلۡعَبِيدِ٤٦﴾ [فصلت: 46]
"Barangsiapa yang mengerjakan amal yang saleh maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri dan barangsiapa mengerjakan perbuatan jahat, maka (dosanya) untuk dirinya sendiri; dan sekali-kali tidaklah Rabb-mu menganiaya hamba-hamba -Nya". (QS Fushshilat: 46). 

Nabi Muhammad Shalallahu 'alaihi wa sallam pernah bersabda didalam sebuah hadits qudsi, Allah Shubhanahu wa ta’alla menyatakan:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « يَا عِبَادِى إِنَّمَا هِىَ أَعْمَالُكُمْ أُحْصِيهَا لَكُمْ ثُمَّ أُوَفِّيكُمْ إِيَّاهَا فَمَنْ وَجَدَ خَيْرًا فَلْيَحْمَدِ اللَّهَ وَمَنْ وَجَدَ غَيْرَ ذَلِكَ فَلاَ يَلُومَنَّ إِلاَّ نَفْسَهُ » [أخرجه مسلم]
"Wahai hamba -Ku, hanyalah itu amalan kalian yang Aku hitung untuk kalian, kemudian Aku balas amalan tersebut, maka barangsiapa yang mendapati baik (balasannya) memujilah kepada Allah, dan barangsiapa yang menjumpai buruk (balasanya) maka jangan mencela melainkan dirinya sendiri". HR Muslim no: 2577.

Maka segala sesuatu kejadian yang terjadi dialam semesta ini hanyalah terjadi sesuai dengan kehendak Allah azza wa jalla, dan setiap kebaikan terjadi itupun berdasarkan ke inginan -Nya baik secara hukum alam maupun sesuai syariat, adapun setiap kejelekan yang terjadi maka hal tersebut terjadi karena kehendak -Nya secara hukum alam bukan hukum syar'i. karena tidak mungkin terjadi suatu kejadian di alam kekuasaan -Nya melainkan setelah mendapat izin, dan diketahui serta dikehendaki oleh Allah azza wa jalla, dan Allah Shubhanahu wa ta’alla menegaskan hal itu melalui firman -Nya:
 
﴿ إِنۡ هُوَ إِلَّا ذِكۡر لِّلۡعَٰلَمِينَ ٨٧ ﴾ [ ص: 87]
"Al-Qur'an ini tidak lain hanyalah peringatan bagi semesta alam".(QS Shaad: 87).

Di tangan Allah Shubhanahu wa ta’alla segala kebaikan, sedangkan kejelekan tidak bisa dikembalikan pada -Nya. Dan setiap perbuatan Allah Shubhanahu wa ta’alla di kerajaan -Nya adalah baik, adapun setiap kejelekan terjadi maka hal itu sambil dibarengi bersama hikmah secara mutlak, dan hikmah secara mutlak ini dibarengi bersama dengan kebaikan secara mutlak. Dan kejelekan hanyalah terjadi selaras dengan ketentuan takdir dari Allah azza wa jalla. Allah Shubhanahu wa ta’alla menyatakan hal itu dalam firman -Nya:
﴿ ٱللَّهُ لَآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَۚ لَيَجۡمَعَنَّكُمۡ إِلَىٰ يَوۡمِ ٱلۡقِيَٰمَةِ لَا رَيۡبَ فِيهِۗ وَمَنۡ أَصۡدَقُ مِنَ ٱللَّهِ حَدِيثا ٨٧﴾ [ النساء: 87]
"Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain -Dia. Sesungguhnya -Dia akan mengumpulkan kamu di hari kiamat, yang tidak ada keraguan terjadinya. dan siapakah orang yang lebih benar perkataan(nya) dari pada Allah? (QS an-Nisaa': 87).

Kesimpulannya semua jenis kebaikan dan kebajikan yang ada itu semua dari Allah ta'ala, dan seluruh kejelekan dan perbuatan buruk maka bersumber dari hamba. Seperti dinyatakan oleh Allah Shubhanahu wa ta’alla dalam firman -Nya:
﴿ مَّآ أَصَابَكَ مِنۡ حَسَنَة فَمِنَ ٱللَّهِۖ وَمَآ أَصَابَكَ مِن سَيِّئَة فَمِن نَّفۡسِكَۚ وَأَرۡسَلۡنَٰكَ لِلنَّاسِ رَسُولاۚ وَكَفَىٰ بِٱللَّهِ شَهِيدا ٧٩ ﴾ [ النساء: 79]
"Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri. Kami mengutusmu menjadi Rasul kepada segenap manusia. dan cukuplah Allah menjadi saksi". (QS an-Nisaa': 79).
***

Raih Kebahagianmu

Raih Kebahagianmu

Segala puji hanya bagi Allah Shubhanahu wa ta’alla, kami memuji -Nya, memohon pertolongan dan ampunan kepada -Nya, kami berlindung kepada -Nya dari kejahatan diri-diri kami dan kejelekan amal perbuatan kami. Barangsiapa yang Allah Shubhanahu wa ta’alla beri petunjuk, maka tidak ada yang dapat menyesatkannya, dan barangsiapa yang Allah Shubhanahu wa ta’alla sesatkan, maka tidak ada yang dapat memberinya petunjuk.
Aku bersaksi bahwasanya tidak ada ilah yang berhak diibadahi dengan benar kecuali Allah Shubhanahu wa ta’alla semata, yang tidak ada sekutu bagi -Nya. Dan aku juga bersaksi bahwasannya Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam adalah hamba dan Rasul -Nya. Amma Ba'du:
Sesungguhnya Islam adalah agama yang diperuntukan bagi alam semesta yang bisa mengatur kehidupan individu pemeluknya, demikian pula mengatur kehidupan komunal dan umat manusia. Baik ketika di pabrik, dirumah, di daratan atau lautan, ketika bepergian atau tinggal, ketika kondisi takut dan senang, untuk kaum laki-laki  mapun wanita, ketika bersama teman maupun musuh, bersama orang dekat maupun orang jauh. Sesungguhnya Islam agama universal yang akan mengatur segala persoalan hidup umat manusia. Sebagaimana dijelaskan oleh Allah ta'ala di dalam firman -Nya:
﴿ٱلۡيَوۡمَ أَكۡمَلۡتُ لَكُمۡ دِينَكُمۡ وَأَتۡمَمۡتُ عَلَيۡكُمۡ نِعۡمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ ٱلۡإِسۡلَٰمَ دِيناۚ﴾ [ المائدة:3]
"Pada hari ini telah -Ku sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu Jadi agama bagimu". (QS al-Maa-idah: 3).

Maka mari kita jadikan aturan Islam untuk semua urusan kehidupan kita, agar kita bisa merengkuh kebahagian dunia dan akhirat. Allah ta'ala menegaskan didalam firman -Nya:

﴿ يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱسۡتَجِيبُواْ لِلَّهِ وَلِلرَّسُولِ إِذَا دَعَاكُمۡ لِمَا يُحۡيِيكُمۡۖ وَٱعۡلَمُوٓاْ أَنَّ ٱللَّهَ يَحُولُ بَيۡنَ ٱلۡمَرۡءِ وَقَلۡبِهِۦ وَأَنَّهُۥٓ إِلَيۡهِ تُحۡشَرُونَ ٢٤ ﴾ [ الأنفال: 24]
"Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu, ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan hatinya dan sesungguhnya kepada -Nyalah kamu akan dikumpulkan". (QS al-Anfaal: 24).
Sesungguhnya Islam adalah agama -Nya yang diberikan untuk seluruh umat manusia dalam kondisi apapun juga, Allah Shubhanahu wa ta’alla menegaskan hal itu didalam firman -Nya:

﴿ يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱدۡخُلُواْ فِي ٱلسِّلۡمِ كَآفَّةٗ وَلَا تَتَّبِعُواْ خُطُوَٰتِ ٱلشَّيۡطَٰنِۚ إِنَّهُۥ لَكُمۡ عَدُوّ مُّبِين ٢٠٨ ﴾ [ البقرة: 208]
"Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turuti langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu". (QS al-Baqarah: 208).

Sungguh Islam yang telah membawa umat Arab dari zaman jahiliyah kubra menuju hukum Islam, didalam moralitas maupun akhlak, dalam pendidikan dan pembelajaran, dalam aturan maupun hubungan sosial. Membawa mereka dari kekufuran menjadi tunduk kepada Islam, dari kesyirikan menuju tauhid, dari kebodohan menuju ilmu, dari perpecahan menjadi bersatu dan dari kelaliman menjadi adil.
Oleh karena itu mari kita ambil dari ajaran Islam untuk akhlak kita, perilaku kita, ilmu pengetahuan kita, aturan hukum, ibadah dan hubungan sosial kita. Karena didalam ajaran tersebut telah dijelaskan segala sesuatu. Allah Shubhanahu wa ta’alla menegaskan didalam firman -Nya:
"Dan Kami turunkan kepadamu Al kitab (al-Qur'an) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri". (QS an-Nahl: 89).

Sesungguhnya agama Islam telah membawa kaum Arab dari semangat golongan dan perselisihan sosial, peperangan sengit antar kabilah, menjadi umat terbaik yang dikeluarkan untuk manusia, menjadi umat yang bersatu, menyembah satu Rabb, memiliki satu kitab, mengarah pada satu kiblat, dan mempunyai satu tujuan risalah, dengan persatuan ini mereka mampu melampaui ruang pembatas hati dan akal, agama Islam mampu mendekati umat manusia dengan lemah lembut dan adil, sehingga manusia berbondong-bondong masuk agama Islam, kemudian cahaya Islam menyinari ke seluruh penjuru dunia. Allah Shubhanahu wa ta’alla menegaskan dalam firman -Nya:
﴿ هُوَ ٱلَّذِيٓ أَرۡسَلَ رَسُولَهُۥ بِٱلۡهُدَىٰ وَدِينِ ٱلۡحَقِّ لِيُظۡهِرَهُۥ عَلَى ٱلدِّينِ كُلِّهِۦ وَلَوۡ كَرِهَ ٱلۡمُشۡرِكُونَ ٣٣ ﴾ [ التوبة: 33]
"Dialah yang telah mengutus Rasul -Nya (dengan membawa) petunjuk (Al-Qur'an) dan agama yang benar untuk dimenangkan -Nya atas segala agama, walaupun orang-orang musyrikin tidak menyukai". (QS at-Taubah: 33).

Agama Islam adalah agama Allah Shubhanahu wa ta’alla yang diperuntukan bagi umat manusia, maka tidak mungkin menjadi baik akhir dari umat ini melainkan dengan apa yang menjadi baik pada awal umat ini, maka wajib bagi kita untuk menyampaikan ajaran agama Islam secara total, Allah Shubhanahu wa ta’alla menegaskan didalam firman -Nya:

﴿ هَٰذَا بَلَٰغ لِّلنَّاسِ وَلِيُنذَرُواْ بِهِۦ وَلِيَعۡلَمُوٓاْ أَنَّمَا هُوَ إِلَٰه وَٰحِد وَلِيَذَّكَّرَ أُوْلُواْ ٱلۡأَلۡبَٰبِ ٥٢ ﴾ [ ابراهيم: 52]
"(Al-Qur'an) ini adalah penjelasan yang sempurna bagi manusia, dan supaya mereka diberi peringatan dengan -Nya, dan supaya mereka mengetahui bahwasanya Dia adalah Tuhan yang Maha Esa dan agar orang-orang yang berakal mengambil pelajaran". (QS Ibrahim: 52).
Maka hendaknya kita mengambil metode yang agung ini sebagaimana yang Allah Shubhanahu wa ta’alla turunkan sebagai petunjuk dan obat, oleh karena itu kita mengajak orang ke agama       -Nya dengan penuh hikmah dan nasehat yang baik. Allah Shubhanahu wa ta’alla menjelaskan hal tersebut didalam firman -Nya:

﴿              •     •        ﴾ [ النحل: 125]
"Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan -mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan -Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk". (QS an-Nahl: 125).

Sesungguhnya agama Islam telah membawa kaum Arab dari umat yang tertidur dalam kelalain mabuk-mabukan dan perjudian, menyembah patung, terbiasa mendatangi pintu dukun dan tukang sihir, memakan riba, menghalalkan zina, menjadi umat yang tunduk kepada Rabb semesta alam, memakan makanan yang halal dan baik, berhias dengan keutamaan, menyembah Allah Shubhanahu wa ta’alla semata, berdakwah kepada -Nya semata, tidak menginginkan pengganti selain dari Islam. Maka Allah Shubhanahu wa ta’alla mengangkat dengan agama Islam kulit jahiliyah yang menyesatkan, sehingga umat manusia nampak jelas sebagaimana Allah Shubhanahu wa ta’alla memberi fitrah kepadanya. 
Jujur dalam keimanannya, baik budi pekertinya, mulia dalam menginfakkan, kuat dalam berjihad, santun bersama keluarga, tetangga dan saudaranya, ikhlas dalam beribadah, bersyukur kepada Rabbnya, dan mentaati Allah Shubhanahu wa ta’alla dan Rasul -Nya. Allah Shubhanahu wa ta’alla menegaskan didalam firman -Nya:

﴿ مُّحَمَّد رَّسُولُ ٱللَّهِۚ وَٱلَّذِينَ مَعَهُۥٓ أَشِدَّآءُ عَلَى ٱلۡكُفَّارِ رُحَمَآءُ بَيۡنَهُمۡۖ تَرَىٰهُمۡ رُكَّعا سُجَّدا يَبۡتَغُونَ فَضۡلا مِّنَ ٱللَّهِ وَرِضۡوَٰناۖ سِيمَاهُمۡ فِي وُجُوهِهِم مِّنۡ أَثَرِ ٱلسُّجُودِۚ ٢٩ ﴾ [ الفتح: 29]
"Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. kamu Lihat mereka ruku' dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan -Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud".(QS al-Fath: 29).
Maka mari kita ambil dengan perkara yang Allah Shubhanahu wa ta’alla dan Rasul -Nya perintahkan pada kita, supaya kita bisa meraih kebahagian didunia dan akhirat. Allah Shubhanahu wa ta’alla menegaskan dalam firman -Nya:
 
﴿ وَمَن يُطِعِ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥ فَقَدۡ فَازَ فَوۡزًا عَظِيمًا ٧١ ﴾ [ الأحزاب: 71]
"Dan barangsiapa mentaati Allah dan Rasul -Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar". (QS al-Ahzab: 71).

Ketahuilah betapa perlunya kita terhadap seorang ulama yang mengajari manusia dengan ikhlas dan jujur, dokter yang mau mengobati dengan penuh kasih sayang dan kecintaan, pedagang yang berjualan dengan penuh amanah dan kejujuran, pekerja yang tekun dalam bekerja dan penuh keikhlasan, petani yang menanam dengan niat yang jujur dan keinginan yang kuat, ahli ibadah yang menyembah Rabbnya dengan penuh keikhlasan dan khusyu'.
Memadukan antara Keimanan dan ketaatan, ibadah dan dakwah, kejujuran dan ikhlas, cinta dan kasih sayang, kesabaran dan amanah. Duhai betapa indah mutiara-mutiara Islam, sungguh itu semua lebih mahal harganya bila dibanding dengan emas murni. Allah Shubhanahu wa ta’alla menegaskan didalam firman -Nya:

﴿ وَٱلۡعَصۡرِ ١ إِنَّ ٱلۡإِنسَٰنَ لَفِي خُسۡرٍ ٢ إِلَّا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَعَمِلُواْ ٱلصَّٰلِحَٰتِ وَتَوَاصَوۡاْ بِٱلۡحَقِّ وَتَوَاصَوۡاْ بِٱلصَّبۡرِ ٣﴾ [ العصر: 1-3]
"Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran". (QS al-Ashr: 1-3).

Betapa besar peranan petunjuk dari kitab Rabb kita, maka, mari kita segera ambil kitab tersebut karena didalamnya tersimpan petunjuk bagi semua kebaikan, Allah Shubhanahu wa ta’alla menegaskan hal tersebut didalam firman -Nya:

﴿ إِنَّ هَٰذَا ٱلۡقُرۡءَانَ يَهۡدِي لِلَّتِي هِيَ أَقۡوَمُ وَيُبَشِّرُ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ ٱلَّذِينَ يَعۡمَلُونَ ٱلصَّٰلِحَٰتِ أَنَّ لَهُمۡ أَجۡرا كَبِيرا ٩ ﴾ [ الإسراء: 9]
"Sesungguhnya al-Qur'an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi kabar gembira kepada orang-orang mukmin yang mengerjakan amal shaleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar". (QS al-Israa': 9).

Sesungguhnya Allah Shubhanahu wa ta’alla Maha mendengar lagi dekat dan Maha mengabulkan do'a, oleh karena itu, mari kita berdo'a kepada -Nya, memohon ampun atas segala dosa dan kesalahan, kita berserah diri kepada -Nya, tunduk atas segala perintah -Nya, bukankah Allah azza wa jalla sendiri yang menegaskan didalam firman -Nya:

﴿ وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌۖ أُجِيبُ دَعۡوَةَ ٱلدَّاعِ إِذَا دَعَانِۖ فَلۡيَسۡتَجِيبُواْ لِي وَلۡيُؤۡمِنُواْ بِي لَعَلَّهُمۡ يَرۡشُدُونَ ١٨٦ ﴾ [ البقرة: 186]
"Dan apabila hamba-hamba -Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya aku adalah dekat. aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran". (QS al-Baqarah: 186).

Tidakkah kita sadar betapa banyak dosa dan maksiat yang kita lakukan, apakah kita sudah mencoba untuk bertaubat dan kembali kepada Allah azza wa jalla, karena sesungguhnya Allah Shubhanahu wa ta’alla telah memanggil kita dengan firman -Nya:

﴿ قُلۡ يَٰعِبَادِيَ ٱلَّذِينَ أَسۡرَفُواْ عَلَىٰٓ أَنفُسِهِمۡ لَا تَقۡنَطُواْ مِن رَّحۡمَةِ ٱللَّهِۚ إِنَّ ٱللَّهَ يَغۡفِرُ ٱلذُّنُوبَ جَمِيعًاۚ إِنَّهُۥ هُوَ ٱلۡغَفُورُ ٱلرَّحِيمُ ٥٣ ﴾ [ الزمر: 53]
"Katakanlah: "Hai hamba-hamba -Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang". (QS az-Zumar: 53).

Sesungguhnya Rabbmu adalah Maha penyayang lagi pengasih, yang menjadikan bagi para pendosa tiga telaga besar, yang bisa mereka gunakan untuk mensucikan seluruh dosa-dosanya ketika didunia, dan jikalau mereka enggan untuk membersihkan dirinya disana, maka kelak mereka akan disucikan di neraka jahanam pada hari kiamat.
Dan tiga telaga tersebut ialah, telaga taubat nashuha, telaga kebaikan yang akan menghapus bagi kesalahan dan dosa, dan telaga musibah yang menimpa sebagai penghapus dosa baginya. Allah Shubhanahu wa ta’alla menegaskan didalam firman -Nya:
﴿ وَمَن يَعۡمَلۡ سُوٓءًا أَوۡ يَظۡلِمۡ نَفۡسَهُۥ ثُمَّ يَسۡتَغۡفِرِ ٱللَّهَ يَجِدِ ٱللَّهَ غَفُورا رَّحِيما ١١٠﴾ [النساء: 110]
"Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan dan menganiaya dirinya, kemudian ia mohon ampun kepada Allah, niscaya ia mendapati Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang". (QS an-Nissa': 110).

Betapa besar kebodohan kita tentang hak yang dimiliki oleh Rabb kita, betapa besar kedzaliman kita terhadap diri sendiri, apakah kita sudah bertaubat kepada Allah Shubhanahu wa ta’alla, mudah-mudahan dengan itu kita mendapat ampunan dan kasih sayangNya, sesungguhnya Allah Shubhanahu wa ta’alla menegaskan didalam firman -Nya:
﴿ كَتَبَ رَبُّكُمۡ عَلَىٰ نَفۡسِهِ ٱلرَّحۡمَةَ أَنَّهُۥ مَنۡ عَمِلَ مِنكُمۡ سُوٓءَۢا بِجَهَٰلَة ثُمَّ تَابَ مِنۢ بَعۡدِهِۦ وَأَصۡلَحَ فَأَنَّهُۥ غَفُور رَّحِيم ٥٤ ﴾ [ الأنعام: 54]
"Tuhanmu telah menetapkan atas Diri -Nya kasih sayang, (yaitu) bahwasanya barang siapa yang berbuat kejahatan di antara kamu lantaran kejahilan, kemudian ia bertaubat setelah mengerjakannya dan mengadakan perbaikan, maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang". (QS al-An'aam: 54).

Ketahuilah akan betapa keras siksaan bagi kedzaliman dan orang yang berlaku dzalim, oleh karena itu, mari kita menghindar sejauh-jauhnya dari perbuatan dzalim serta kedzaliman, agar supaya kita bisa selamat dari siksa api neraka, bukankah Allah Shubhanahu wa ta’alla telah menegaskan didalam firman -Nya: 
﴿ وَلَا تَرۡكَنُوٓاْ إِلَى ٱلَّذِينَ ظَلَمُواْ فَتَمَسَّكُمُ ٱلنَّارُ وَمَا لَكُم مِّن دُونِ ٱللَّهِ مِنۡ أَوۡلِيَآءَ ثُمَّ لَا تُنصَرُونَ ١١٣ ﴾ [ هود: 113]
"Dan janganlah kamu cenderung kepada orang-orang yang zalim yang menyebabkan kamu disentuh api neraka, dan sekali-kali kamu tiada mempunyai seorang penolongpun selain daripada Allah, kemudian kamu tidak akan diberi pertolongan". (QS Huud: 113).

Tidakkah kita sadar betapa besar fitnah yang telah menimpa kita terhadap penghidupan dunia, dan betapa besar kelalaian kita terhadap akhirat. Bukankah Allah Shubhanahu wa ta’alla telah menegur kita didalam firman -Nya:

﴿ يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ إِنَّ وَعۡدَ ٱللَّهِ حَقّۖ فَلَا تَغُرَّنَّكُمُ ٱلۡحَيَوٰةُ ٱلدُّنۡيَا وَلَا يَغُرَّنَّكُم بِٱللَّهِ ٱلۡغَرُورُ٥﴾ [ فاطر: 5]
"Hai manusia, sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka sekali-kali janganlah kehidupan dunia memperdayakan kamu dan sekali-kali janganlah syaitan yang pandai menipu, memperdayakan kamu tentang Allah". (QS Faathir: 5).

Apakah kita sudah bertakwa kepada Allah Shubhanahu wa ta’alla, mempersembahkan amal sholeh, bagi kehidupan yang abadi, kita memohon kepada- Nya agar selalu memberi petunjuk jalan yang lurus kepada kita semua. Allah Shubhanahu wa ta’alla menegaskan didalam firman -Nya:

﴿ قُلۡ مَتَٰعُ ٱلدُّنۡيَا قَلِيل وَٱلۡأٓخِرَةُ خَيۡر لِّمَنِ ٱتَّقَىٰ وَلَا تُظۡلَمُونَ فَتِيلًا ٧٧ ﴾ [ النساء: 77]
"Katakanlah: "Kesenangan di dunia ini hanya sebentar dan akhirat itu lebih baik untuk orang-orang yang bertakwa, dan kamu tidak akan dianiaya sedikitpun". (QS an-Nisaa': 77).

Waspadailah betapa besarnya permusuhan setan terhadap umat manusia, dan betapa liciknya dia untuk menyesatkan manusia, oleh karena itu kita harus menjauh dari setan, hati-hati dari tipu daya dan jerat-jeratnya, sungguh Allah Shubhanahu wa ta’alla telah menegaskan pada kita didalam firman -Nya:

﴿ إِنَّ ٱلشَّيۡطَٰنَ لَكُمۡ عَدُوّ فَٱتَّخِذُوهُ عَدُوًّاۚ إِنَّمَا يَدۡعُواْ حِزۡبَهُۥ لِيَكُونُواْ مِنۡ أَصۡحَٰبِ ٱلسَّعِيرِ ٦﴾ [ فاطر: 6]
"Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh bagimu, maka jadikanlah ia musuh(mu), karena sesungguhnya syaitan-syaitan itu hanya mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala". (QS Faathir: 6).

Pahamilah akan besarnya dosa kesyirikan dan maksiat, dan betapa besar siksaan bagi siapapun yang terjerumus kedalamnya, apakah kita mau bertaubat kepada –Nya dari segala dosa syirik dan maksiat, agar kita bisa selamat dari siksa api neraka? Allah Shubhanahu wa ta’alla telah menegaskan didalam firman -Nya:

﴿ وَمَن يَعۡصِ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥ وَيَتَعَدَّ حُدُودَهُۥ يُدۡخِلۡهُ نَارًا خَٰلِدا فِيهَا وَلَهُۥ عَذَاب مُّهِين ١٤﴾ [ النساء: 14]
"Dan barangsiapa yang mendurhakai Allah dan Rasul -Nya dan melanggar ketentuan-ketentuan -Nya, niscaya Allah memasukkannya ke dalam api neraka sedang ia kekal di dalamnya; dan baginya siksa yang menghinakan". (QS an-Nisaa': 14).
    Ketahuilah betapa indah keimanan dan istiqomah diatas petunjuk, dan betapa bahaya jikalau mengikuti hawa nafus dan perilaku musuh, oleh karena itu mari kita selalu istiqomah diatas petunjuk, dan jangan sekali-kali mengekor pada hawa nafsu dan musuh, sesungguhnya Allah Shubhanahu wa ta’alla menegaskan kepada kita didalam firman -Nya:

﴿ فَلِذَٰلِكَ فَٱدۡعُۖ وَٱسۡتَقِمۡ كَمَآ أُمِرۡتَۖ وَلَا تَتَّبِعۡ أَهۡوَآءَهُمۡۖ وَقُلۡ ءَامَنتُ بِمَآ أَنزَلَ ٱللَّهُ مِن كِتَٰبٖۖ وَأُمِرۡتُ لِأَعۡدِلَ بَيۡنَكُمُۖ ٱللَّهُ رَبُّنَا وَرَبُّكُمۡۖ لَنَآ أَعۡمَٰلُنَا وَلَكُمۡ أَعۡمَٰلُكُمۡۖ لَا حُجَّةَ بَيۡنَنَا وَبَيۡنَكُمُۖ ٱللَّهُ يَجۡمَعُ بَيۡنَنَاۖ وَإِلَيۡهِ ٱلۡمَصِيرُ ١٥ ﴾ [ الشورى: 15]
"Maka karena itu serulah (mereka kepada agama ini) dan tetaplah sebagai mana diperintahkan kepadamu dan janganlah mengikuti hawa nafsu mereka dan katakanlah: "Aku beriman kepada semua kitab yang diturunkan Allah dan aku diperintahkan supaya berlaku adil diantara kamu. Allah -lah Tuhan Kami dan Tuhan kamu. bagi Kami amal-amal Kami dan bagi kamu amal-amal kamu. tidak ada pertengkaran antara Kami dan kamu, Allah mengumpulkan antara kita dan kepada -Nyalah kembali (kita)". (QS asy-Syuura: 15).

Betapa bahagia orang yang mau taat kepada Allah Shubhanahu wa ta’alla dan Rasul -Nya, mulia dan bahagia ketika didunia, dan meraih kebahagian surga yang mengalir dibawahnya sungai-sungai ketika diakhirat kelak, Allah Shubhanahu wa ta’alla menegaskan didalam firman -Nya:
﴿ وَمَن يُطِعِ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥ يُدۡخِلۡهُ جَنَّٰت تَجۡرِي مِن تَحۡتِهَا ٱلۡأَنۡهَٰرُ خَٰلِدِينَ فِيهَاۚ وَذَٰلِكَ ٱلۡفَوۡزُ ٱلۡعَظِيمُ ١٣ ﴾ [ النساء: 13]
"Barangsiapa taat kepada Allah dan Rasul -Nya, niscaya Allah memasukkannya kedalam syurga yang mengalir didalamnya sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya; dan Itulah kemenangan yang besar". (QS an-Nisaa': 13).

Ketahuilah sesungguhnya Allah Shubhanahu wa ta’alla telah memuliakan kita dengan al-Qur'an sebagai petunjuk yang membimbing kita, seorang Rasul yang bisa kita ikuti, akal pikiran untuk membedakan, maka mari kita bersegera berlomba-lomba dalam kebaikan supaya kita meraih ampunan dan surganya Allah jalla wa 'ala. Allah Shubhanahu wa ta’alla menegaskan didalam firman       -Nya:
﴿ وَسَارِعُوٓاْ إِلَىٰ مَغۡفِرَة مِّن رَّبِّكُمۡ وَجَنَّةٍ عَرۡضُهَا ٱلسَّمَٰوَٰتُ وَٱلۡأَرۡضُ أُعِدَّتۡ لِلۡمُتَّقِينَ ١٣٣ ٱلَّذِينَ يُنفِقُونَ فِي ٱلسَّرَّآءِ وَٱلضَّرَّآءِ وَٱلۡكَٰظِمِينَ ٱلۡغَيۡظَ وَٱلۡعَافِينَ عَنِ ٱلنَّاسِۗ وَٱللَّهُ يُحِبُّ ٱلۡمُحۡسِنِينَ ١٣٤﴾ [ آل عمران: 133- 134]
"Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan". (QS al-Imraan: 133-134).

Ketahuilah sesungguhnya kemenangan itu adalah hak, kebahagiaan adalah hak, bagi orang yang mau beriman kepada Allah Shubhanahu wa ta’alla dan Rasul -Nya, beribadah kepada -Nya, bertakwa serta istiqomah diatas agama -Nya. Apakah kita sudah mentaati Allah Shubhanahu wa ta’alla dan Rasul -Nya, menyembah    -Nya sebagaimana yang diperintahkan, istiqomah diatas agama -Nya. Ya Allah, kami memohon kepada -Mu agar senantiasa diberi petunjuk kepada jalan yang lurus. Sesungguhnya Allah Shubhanahu wa ta’alla menegaskan didalam firman -Nya:

﴿ إِنَّ ٱلَّذِينَ قَالُواْ رَبُّنَا ٱللَّهُ ثُمَّ ٱسۡتَقَٰمُواْ تَتَنَزَّلُ عَلَيۡهِمُ ٱلۡمَلَٰٓئِكَةُ أَلَّا تَخَافُواْ وَلَا تَحۡزَنُواْ وَأَبۡشِرُواْ بِٱلۡجَنَّةِ ٱلَّتِي كُنتُمۡ تُوعَدُونَ ٣٠ نَحۡنُ أَوۡلِيَآؤُكُمۡ فِي ٱلۡحَيَوٰةِ ٱلدُّنۡيَا وَفِي ٱلۡأٓخِرَةِۖ وَلَكُمۡ فِيهَا مَا تَشۡتَهِيٓ أَنفُسُكُمۡ وَلَكُمۡ فِيهَا مَا تَدَّعُونَ ٣١ نُزُلا مِّنۡ غَفُور رَّحِيم ٣٢ ﴾ [ فصلت: 30-32]
"Sesungguhnya orang-orang yang menegaskan: "Tuhan Kami ialah Allah" kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka Malaikat akan turun kepada mereka dengan menegaskan: "Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu". kamilah pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan akhirat; di dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh (pula) di dalamnya apa yang kamu minta. sebagai hidangan (bagimu) dari Tuhan yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang". (QS Fushshilat: 30-32).

Ya Allah, terimalah amalan kami sesungguhnya Engkau Maha mendengar lagi maha mengetahui, ampunilah dosa-dosa kami sesungguhnya Engkau adalah maha pengampun lagi maha penyayang. Sholawat serta salam semoga senantiasa Allah Shubhanahu wa ta’alla curahkan kepada nabi kita Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam, kepada keluarga beliau dan seluruh sahabat beliau serta orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik hingga hari akhir nanti.

﴿ سُبۡحَٰنَ رَبِّكَ رَبِّ ٱلۡعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ ١٨٠ وَسَلَٰمٌ عَلَى ٱلۡمُرۡسَلِينَ ١٨١ وَٱلۡحَمۡدُ لِلَّهِ رَبِّ ٱلۡعَٰلَمِينَ ١٨٢ ﴾ [ الصفات: 180-182]
"Maha suci Tuhanmu yang mempunyai keperkasaan dari apa yang mereka katakan. dan Kesejahteraan dilimpahkan atas para rasul. dan segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam". (QS ash-Shaaffat: 180-182).

Maha suci Allah Shubhanahu wa ta’alla, ya Allah pujian untuk -Mu, hamba bersaksi bahwa tidak ada ilah yang berhak disembah melainkan Engkau, hamba memohon ampun pada -Mu serta bertaubat kepada -Mu. 
﴿ إِنۡ أُرِيدُ إِلَّا ٱلۡإِصۡلَٰحَ مَا ٱسۡتَطَعۡتُۚ وَمَا تَوۡفِيقِيٓ إِلَّا بِٱللَّهِۚ عَلَيۡهِ تَوَكَّلۡتُ وَإِلَيۡهِ أُنِيبُ ٨٨ ﴾ [ هود: 88]
"Aku tidak bermaksud kecuali (mendatangkan) perbaikan selama aku masih berkesanggupan. dan tidak ada taufik bagiku melainkan dengan (pertolongan) Allah. hanya kepada Allah aku bertawakkal dan hanya kepada –Nya lah aku kembali". (QS Huud: 88).


Penutup
Segala puji bagi Allah Shubhanahu wa ta’alla yang dengan nikmat       -Nya menjadi sempurna amal sholeh, turun barakah padanya. Shalawat serta salam semoga Allah Shubhanahu wa ta’alla curahkan kepada nabi kita Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam, pada keluarga beliau dan seluruh para sahabatnya. Saudarku muslim yang mulia, sesungguhnya hanya kebaikan dan nasehat yang ingin saya sampaikan pada rangkaian tulisan ini, dan orang-orang yang beriman harusnya saling memberi nasehat kebaikan pada para kekasihnya yang mulia.
Jika engkau melihat ada kebenaran disana maka ambil dan sampaikanlah pada yang lain, semoga Allah Shubhanahu wa ta’alla memberimu taufik dan manfaat pada yang lain, dan jangan lupa sertakan kami dalam do'amu yang ikhlas, semoga Allah Shubhanahu wa ta’alla mengampuni kita semua dan seluruh kaum muslimin.
Dan jika engkau mendapati ada kesalahan segeralah mintakan ampun kepada -Nya untukku semoga Allah Shubhanahu wa ta’alla mengampunimu, dan segera ingatkan kami, sesungguhnya setiap anak cucu Adam berpotensi melakukan salah, hanyalah orang-orang yang beriman saudara yang saling menasehati. Semoga Allah Shubhanahu wa ta’alla memberi kami dan anda taufik –Nya, untuk senantiasa mengerjakan apa yang dicintai dan di ridhoi -Nya, hanya kepada Allah Shubhanahu wa ta’alla tempat meminta pertolongan, kepada -Nya kita bersandar, sesungguhnya tidak ada daya dan kekuatan melainkan dari -Nya yang maha tinggi lagi agung. Ya Allah, berilah kami taufik untuk bisa mengamalkan kitab -Mu dan sunah nabi Muhammad Shalallahu 'alaihi wa sallam. Akhirnya kami ucapkan:  

﴿ رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذۡنَآ إِن نَّسِينَآ أَوۡ أَخۡطَأۡنَاۚ رَبَّنَا وَلَا تَحۡمِلۡ عَلَيۡنَآ إِصۡرا كَمَا حَمَلۡتَهُۥ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِنَاۚ رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلۡنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهِۦۖ وَٱعۡفُ عَنَّا وَٱغۡفِرۡ لَنَا وَٱرۡحَمۡنَآۚ أَنتَ مَوۡلَىٰنَا فَٱنصُرۡنَا عَلَى ٱلۡقَوۡمِ ٱلۡكَٰفِرِينَ ٢٨٦ ﴾ [ البقرة: 286]
"(Mereka berdoa): "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. beri ma'aflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah penolong Kami, Maka tolonglah Kami terhadap kaum yang kafir". (QS al-Baqarah: 286).

Shalawat serta salam semoga senantiasa Allah Shubhanahu wa ta’alla curahkan kepada nabi kita Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam, kepada keluarga beliau dan para sahabatnya.
***