Buah Keimanan Kepada Takdir

Buah Keimanan Kepada Takdir

Segala puji hanya untuk Allah Ta'ala, shalawat serta salam semoga tercurah kepada Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam  . Aku bersaksi bahwa tidak ada ilah yang berhak disembah dengan benar melainkan Allah Shubhanahu wa ta’alla semata yang tidak ada sekutu bagi -Nya, dan aku juga bersaksai bahwa Muhammad Shalallahu’alaihi wa sallam adalah seorang hamba dan utusan -Nya. Amma ba'du:
Sesungguhnya diantara aqidah Ahlu Sunah wal Jama'ah yang sangat prinsipil adalah mengimani adanya takdir dan ketentuan (qodho). Dimana keimanan terhadap takdir merupakan bagian dari rukun iman yang keenam dari rukun-rukun iman yang ada. Hal itu, sebagaimana dijelaskan dalam potongan haditsnya Jibril 'alaihi sallam yang dikeluarkan oleh Imam Muslim. Bahwa Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam  bersabda:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « وَتُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ » [أخرجه مسلم]
"Engkau beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk". HR Muslim no: 8.

Sedang didalam al-Qur'an sendiri Allah ta'ala juga telah menjelaskan tentang masalah takdir ini sebagaimana disebutkan dalam salah satu firman -Nya:

﴿ مَآ أَصَابَ مِن مُّصِيبَةٖ فِي ٱلۡأَرۡضِ وَلَا فِيٓ أَنفُسِكُمۡ إِلَّا فِي كِتَٰبٖ مِّن قَبۡلِ أَن نَّبۡرَأَهَآۚ إِنَّ ذَٰلِكَ عَلَى ٱللَّهِ يَسِيرٞ ٢٢ لِّكَيۡلَا تَأۡسَوۡاْ عَلَىٰ مَا فَاتَكُمۡ وَلَا تَفۡرَحُواْ بِمَآ ءَاتَىٰكُمۡۗ وَٱللَّهُ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخۡتَالٖ فَخُورٍ ٢٣ ﴾ [ الحديد: 22-23 ]
"Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan bersedih terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan   -Nya kepadamu. dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri". (QS al-Hadid: 22-23).

Sedangkan catatan takdir itu telah terlebih dahulu ada sebelum penciptaan makhluk. Sebagaimana hal itu dijelaskan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari Abdullah bin Amr bin al-Ash radhiyallahu 'anhuma, beliau berkata, "Bahwa Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam  bersabda:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « كَتَبَ اللَّهُ مَقَادِيرَ الْخَلاَئِقِ قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضَ بِخَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ - قَالَ - وَعَرْشُهُ عَلَى الْمَاءِ » [أخرجه مسلم]
"Allah telah mencatat takdir semua makhluk sebelum diciptakannya langit dan bumi lima puluh ribu tahun sebelumnya. Beliau melanjutkan, "Dan Arsy (singgasananya) Allah itu berada diatas air". HR Muslim no: 2653.

Dalam dalil-dalil diatas Allah Shubhanahu wa ta’ala mengabarkan pada kita bahwa seluruh apa yang terjadi, mulai dari adanya ketentuan dan musibah serta pengikutnya yang berkaitan dengan jiwa maupun malapetaka. Maka semua itu telah Allah Shubhanahu wa ta’ala tulis kejadiannya sebelum ada wujud makhluknya dengan bilangan waktu yang sedemikian panjang. Yang mana hal itu menunjukan akan keluasan ilmu yang dimiliki oleh Allah Shubhanahu wa ta’ala, yang ilmu -Nya meliputi segala sesuatu. Baik yang dulu maupun yang akan terjadi. Setelah itu Allah ta'ala menjelaskan bahwa didalam kabar -Nya kepada kita tentang hal tersebut memiliki hikmah dan dua faedah yang sangat penting, yaitu:
Pertama: Agar kita tidak merasa bersedih manakala kita kehilangan sesuatu dari urusan dunia serta keuntungannya. Dikarenakan hal tersebut bukan merupakan takdirnya, sehingga dengan itu dia akan memutus harapannya untuk nekat meraihnya. Sebab meratapi takdir yang telah terjadi serta bersedih hati maka itu merupakan kepandiran, dan Allah ta'ala tidak menginginkan bagi kita untuk terjerumus dalam hal tersebut, disebabkan dari kesedihan tersebut akan melahirkan dampak negatif serta pola pikir seseorang dan perilakunya. 
Kedua: Kita mengetahui bahwa manusia tatkala dihadapkan pada kenikmatan yang diperoleh maka mereka terbagi menjadi dua golongan. Orang yang lemah imannya dengan qodho dan qodar akan berbahagia sekali. Hatinya dipenuhi dengan kebahagian dan kebanggaan seakan-akan –wal'iyadzu billah- dirinya tidak percaya akan apa yang diperolehnya. Adapun orang yang imannya kuat, yang mengetahui bahwa takdir Allah azza wa jalla telah lebih dulu ada sebelum terjadinya kejadian nikmat tersebut, maka hal tersebut tidak merubah sedikitpun dalam mengekspresikan diri disebabkan ilmu dan keimanannya terhadap apa yang terjadi, sebab hal itu adalah sesuatu yang pasti terjadi karena tidak ada istilah mustahil bagi Allah Shubhanahu wa ta’alla, maka sebagaimana catatan takdir tadi telah mendahului wujudnya nikmat, demikian pula keimanannya juga telah mendahului kejadiannya.
Sedang firman Allah Shubhanahu wa ta’alla pada akhir ayat diatas, menyatakan: "Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah". Maksudnya bahwa ilmu Allah ta'ala terhadap segala sesuatu sebelum terjadi dan pencatatan -Nya bagi kejadian tersebut lalu merealisasikan pada saat terjadinya perkara tadi adalah perkara yang mudah bagi Allah azza wa jalla. Dikarenakan Allah Shubhanahu wa ta’alla mengetahui apa yang telah terjadi maupun yang akan terjadi, dan sesuatu yang belum terjadi kalau sekiranya terjadi dan cara terjadinya. 

Diantara faidah dan pelajaran dari beriman terhadap Qodho dan Qodar:  
1. Ridho serta yakin dengan balasan yang didapat. 
Dimana Allah ta'ala menjelaskan dalam sebuah firmanNya:

﴿ مَآ أَصَابَ مِن مُّصِيبَةٍ إِلَّا بِإِذۡنِ ٱللَّهِۗ وَمَن يُؤۡمِنۢ بِٱللَّهِ يَهۡدِ قَلۡبَهُۥۚ وَٱللَّهُ بِكُلِّ شَيۡءٍ عَلِيمٞ ١١﴾ [ التغابن: 11 ]
"Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan ijin Allah; dan barangsiapa yang beriman kepada Allah niscaya -Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu". (QS at-Taghaabun: 11).

Al-Hafidh Ibnu Katsir menjelaskan dalam tafsirnya, "Yaitu barangsiapa yang mendapat musibah maka dirinya paham bahwa musibah tersebut merupakan ketentuan Allah Shubhanahu wa ta’alla dan takdir -Nya sehingga dia bersabar dan mencari pahala dibalik musibah itu serta berserah diri kepada ketentuan Allah Shubhanahu wa ta’alla tersebut, maka dengan itu -Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Allah ta'ala ganti atas perkara dunia yang tidak diraihnya tadi dengan memberi petunjuk pada hatinya, rasa yakin dan keimanan, bahkan bisa jadi dirinya akan mendapat sesuatu yang lebih dari apa yang tidak bisa diraihnya tadi. 
Sahabat Ibnu Abbas mengatakan, "Allah Shubhanahu wa ta’alla memberi petunjuk kepada hatinya dengan keyakinan, sehingga dirinya paham bahwa apa yang menimpanya dari musibah tidak mungkin meleset darinya. Dan apa yang meleset darinya tidak mungkin akan menimpanya". Sedang 'Alqomah menjelaskan, "Dia adalah seseorang yang mendapat musibah lalu dirinya paham bahwa musibah tersebut datangnya dari Allah Shubhanahu wa ta’alla sehingga dirinya pun rela dan berserah diri. Didalam hadits disebutkan sebagaimana dikeluarkan oleh Imam Muslim dari Shuhaid radhiyallahu 'anhu, beliau berkata, "Bahwa Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam  bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « عَجَبًا لأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ لأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ » [أخرجه مسلم]
"Sungguh menakjubkan perkaranya seorang mukmin itu, sesungguhnya semua urusannya baik dan hal itu tidak dijumpai pada orang lain kecuali pada seorang mukmin. Jika dirinya memperoleh nikmat lalu dirinya bersyukur maka itu baik baginya. Dan bila dirinya tertimpa musibah lalu ia bersabar maka itu juga baik baginya". HR Muslim no: 2999.

Adapun Sa'id bin Jubair maka beliau mengatakan, "Firman -Nya, "Dan barangsiapa yang beriman kepada Allah Shubhanahu wa ta’alla niscaya -Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya". Yakni dirinya mengucapkan ina lillahi wa ina ilaihi raji'un (sesungguhnya kami adalah milik Allah Shubhanahu wa ta’alla dan hanya kepada -Nya kami kembali)".  Dan inilah ajaran yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam  sebagaimana dijelaskan dalam haditsnya Ummu Salamah radhiyallahu 'anha beliau berkata, "Aku mendengar Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam  bersabda:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « مَا مِنْ مُسْلِمٍ تُصِيبُهُ مُصِيبَةٌ فَيَقُولُ مَا أَمَرَهُ اللَّهُ إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ اللَّهُمَّ أْجُرْنِى فِى مُصِيبَتِى وَأَخْلِفْ لِى خَيْرًا مِنْهَا. إِلاَّ أَخْلَفَ اللَّهُ لَهُ خَيْرًا مِنْهَا . قَالَتْ: فَلَمَّا مَاتَ أَبُو سَلَمَةَ قُلْتُ أَىُّ الْمُسْلِمِينَ خَيْرٌ مِنْ أَبِى سَلَمَةَ أَوَّلُ بَيْتٍ هَاجَرَ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم. ثُمَّ إِنِّى قُلْتُهَا فَأَخْلَفَ اللَّهُ لِى رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم » [أخرجه مسلم]
"Tidaklah ada seorang muslim yang tertimpa musibah lantas dirinya mengucapkan seperti perintah Allah (kepadanya): Ina lillahi wa ina ilaihi raji'un. Ya Allah berilah pahala atas musibahku ini dan berilah ganti yang lebih baik darinya". Melainkan Allah Shubhanahu wa ta’alla pasti akan mengganti baginya yang lebih baik darinya. Ummu Salamah melanjutkan, "Maka tatkala Abu Salamah meninggal dunia aku berkata pada diriku sendiri, "Siapa orangnya dari kalangan kaum muslimin yang lebih baik dari Abu Salamah? Keluarga pertama yang berhijrah kepada Rasulallah Shalallahu 'alaihi wa sallam. Maka kemudian aku mengucapkan do'a yang diajarkan oleh Rasulallah tadi, maka Allah mengganti untuk diriku Rasulallah Shalallahu 'alaihi wa sallam". HR Muslim no: 918.

2. Lapang dada, mendapat kebahagian hati, ketenangan jiwa dan pikiran.
Umar bin Abdul Aziz mengatakan, "Hingga aku menjadi seseorang yang berada dipagi hari yang tidak menjumpai ada kebahagian melainkan ditempat Qodho dan Qodar. Allah Shubhanahu wa ta’alla menerangkan dalam firman -Nya:
﴿ قُل لَّن يُصِيبَنَآ إِلَّا مَا كَتَبَ ٱللَّهُ لَنَا هُوَ مَوۡلَىٰنَاۚ وَعَلَى ٱللَّهِ فَلۡيَتَوَكَّلِ ٱلۡمُؤۡمِنُونَ ٥١ ﴾ [ التوبة: 51 ]
"Katakanlah: "Sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah untuk kami. Dialah pelindung kami, dan hanya kepada Allah orang-orang yang beriman harus bertawakal". (QS at-Taubah: 51).

3. Memperoleh pahala besar.

Seperti dijelaskan oleh Allah ta'ala dalam firman -Nya:

﴿ وَلَنَبۡلُوَنَّكُم بِشَيۡءٖ مِّنَ ٱلۡخَوۡفِ وَٱلۡجُوعِ وَنَقۡصٖ مِّنَ ٱلۡأَمۡوَٰلِ وَٱلۡأَنفُسِ وَٱلثَّمَرَٰتِۗ وَبَشِّرِ ٱلصَّٰبِرِينَ ١٥٥ ٱلَّذِينَ إِذَآ أَصَٰبَتۡهُم مُّصِيبَةٞ قَالُوٓاْ إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّآ إِلَيۡهِ رَٰجِعُونَ ١٥٦ أُوْلَٰٓئِكَ عَلَيۡهِمۡ صَلَوَٰتٞ مِّن رَّبِّهِمۡ وَرَحۡمَةٞۖ وَأُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡمُهۡتَدُونَ ١٥٧ ﴾ [ البقرة: 155-157 ]
"Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun". Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka Itulah orang-orang yang mendapat petunjuk".  (QS al-Baqarah: 155-157).

 Berkata Amirul Mukimini menjelaskan, "Maksudnya  memperoleh dua nikmat keadilan serta nikmat tambahan. Allah Shubhanahu wa ta’alla berfirman, "Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka". Inilah dua keadilan tersebut lalu Allah mengatakan: "Dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk". Dan ini yang dimaksud tambahan tersebut. yaitu sesuatu yang diletakan diantara dua keadilan dan itu merupakan tambahan, demikianlah mereka diberi ganjaran terus tambah lagi.

4. Memperkaya jiwa.
Sebagaimana dijelaskan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, beliau berkata, "Bahwa Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam  bersabda:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « وَارْضَ بِمَا قَسَمَ اللَّهُ لَكَ تَكُنْ أَغْنَى النَّاسِ » [أخرجه الترمذي]
"Dan rela dengan pembagian yang telah Allah tentukan bagimu maka engkau akan menjadi orang terkaya dikalangan manusia". HR at-Tirmidzi no: 2304. Dinilai shahih oleh al-Albani dalam silsilah ash-Shahihah no: 930.




 
5. Tidak gentar terhadap ancaman makhluk. 
Seperti digambarkan secara jelas dalam haditsnya Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma, beliau menceritakan, "Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam  bersabda kepadaku:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « إذا سألت فاسأل الله, وإذا استعنت فاستعن بالله, واعلم أن الأمة لو اجتمعت على أن ينفعوك بشيء لم ينفعوك إلا بشيء قد كتبه الله لك, ولو اجتمعواعلى أن يضروك بشيء لم يضروك إلا بشيء قد كتبه الله عليك, رفعت الأقلام وجفت الصحف » [أخرجه الترمذي]
"Jika kamu meminta, mintalah kepada Allah, jika kamu memohon pertolongan, mohonlah pertolongan kepada Allah. Ketahuilah sesungguhnya jika sebuah umat berkumpul untuk mendatangkan manfaat kepadamu atas sesuatu, mereka tidak akan dapat memberikan manfaat sedikitpun kecuali apa yang telah Allah tetapkan bagimu, dan jika mereka berkumpul untuk mencelakakanmu atas sesuatu, niscaya mereka tidak akan mencelakakanmu kecuali kecelakaan yang telah Allah tetapkan bagimu. Pena telah diangkat dan lembaran telah kering". HR at-Tirmidzi no: 2516. Beliau berkata hadits hasan shahih.

6. Berani dan tidak pengecut. 
Orang yang beriman kepada Qodho dan Qodar memahami kalau suatu musibah yang menimpa dirinya tidak mungkin salah alamat, begitu pula sesuatu yang luput darinya tidak akan menimpanya. Bahwa yang namanya ajal adalah perkara yang telah ditentukan tidak mungkin berubah seberapa pun besar usaha yang dilakukan untuk menolaknya. Tidak mungkin sanggup seseorang untuk menolak musibah biarpun dirinya tidak suka dan juga ia tidak merasa gentar menghadapi kematian. Sebagaimana tercantum dalam firman Allah tabaraka wa ta'ala:

﴿ وَمَا كَانَ لِنَفۡسٍ أَن تَمُوتَ إِلَّا بِإِذۡنِ ٱللَّهِ كِتَٰبٗا مُّؤَجَّلٗاۗ ١٤٥ ﴾ 
[ آل عمران: 145 ]
"Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin Allah, sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya". (QS al-Imran: 145).

Sebagaimana ajal juga telah ditentukan, seperti yang Allah azza wa jalla jelaskan dalam firman -Nya:

﴿ وَلِكُلِّ أُمَّةٍ أَجَلٞۖ فَإِذَا جَآءَ أَجَلُهُمۡ لَا يَسۡتَأۡخِرُونَ سَاعَةٗ وَلَا يَسۡتَقۡدِمُونَ ٣٤ ﴾ [ الأعراف: 34 ]
"Tiap-tiap umat mempunyai batas waktu, Maka apabila telah datang waktunya mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak dapat (pula) memajukannya". (QS al-A'raaf: 34).
Imam Syafi'i mengatakan, "Barangsiapa telah datang waktu kematian untuknya maka tidak ada lagi langit dan bumi yang bisa melindunginya".

7. Tidak menyesali urusan yang terlewat darinya serta tidak bersedih hati.
Sebagaimana dijelaskan dalam sebuah hadits yang dibawakan oleh Imam Muslim dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, beliau berkata, "Bahwa Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam  bersabda:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « الْمُؤْمِنُ الْقَوِىُّ خَيْرٌ وَأَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنَ الْمُؤْمِنِ الضَّعِيفِ وَفِى كُلٍّ خَيْرٌ احْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ وَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ وَلاَ تَعْجِزْ وَإِنْ أَصَابَكَ شَىْءٌ فَلاَ تَقُلْ لَوْ أَنِّى فَعَلْتُ كَانَ كَذَا وَكَذَا. وَلَكِنْ قُلْ قَدَرُ اللَّهِ وَمَا شَاءَ فَعَلَ فَإِنَّ لَوْ تَفْتَحُ عَمَلَ الشَّيْطَانِ  » [أخرجه مسلم]
"Mukmin yang kuat itu lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah dari pada mukmin yang lemah. Dan pada keduanya ada kebaikan, maka bersemangatlah untuk mencari apa yang bermanfaat untukmu. Mintalah pertolongan kepada Allah jangan loyo, jika dirimu tertimpa musibah maka jangan katakan, "Kalau seandainya aku melakukan ini dan itu". Namun, katakanlah, "Allah telah mentakdirkan dan apa yang Allah kehendaki pasti terjadi". Karena sesungguhnya ucapan 'seandainya' akan membuka kerjaan bagi setan". HR Muslim no: 2664.

8. Bahwa pilihan terbaik ialah yang dipilih oleh Allah untuknya.
Terkadang seorang mukmin ditakdirkan untuk mendapat musibah, lalu ia bersedih, akan tetapi, dirinya tidak tahu ada berapa banyak kandungan hikmah kebaikan yang ia capai disebabkan musibah tersebut serta berapa banyak kejelekan yang dipalingkan darinya. Demikian pula kebalikannya. Maka sungguh Maha Benar Allah Shubhanahu wa ta’alla takala mengatakan dalam firman -Nya:

﴿ وَعَسَىٰٓ أَن تَكۡرَهُواْ شَيۡ‍ٔٗا وَهُوَ خَيۡرٞ لَّكُمۡۖ وَعَسَىٰٓ أَن تُحِبُّواْ شَيۡ‍ٔٗا وَهُوَ شَرّٞ لَّكُمۡۚ ٢١٦ ﴾ [ البقرة: 216 ]
"Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu". (QS al-Baqarah: 216).
Seorang ulama yang bernama Ibnu A'un mengatakan, "Jadilah engkau orang yang rela dengan takdir Allah Shubhanahu wa ta’alla baik dalam kesulitan maupun kemudahan. Maka hal itu akan meminimalisir kecemasanmu serta lebih mendorong untuk mencapai keinginan akhiratmu.
Ketahuilah sesungguhnya seorang hamba tidak mungkin bisa mencapai derajat rela sejati sampai dirinya rela tatkala dilanda kefakiran dan bencana, sama seperti relanya ia disaat memperoleh kebahagian dan harta. Bagaimana mungkin engkau hanya rela kepada Allah Shubhanahu wa ta’alla tatkala senang kemudian mencaci -Nya jika merasa takdir tadi tidak sesuai dengan keinginanmu?! Bisa jadi apa yang engkau kehendaki bila dikabulkan maka hal itu adalah kebinasaan untukmu, lalu engkau rela bilamana takdir -Nya sesuai dengan hawa nafsu, maka itu semua menunjukan akan sedikitnya pemahamanmu dengan perkara ghaib?! Apabila demikian keadaanmu, engkau belum bisa berlaku adil, belum sampai pada pintu ridho". Al-Hafidh Ibnu Rajab mengomentari ucapan tadi dengan mengatakan, "Ucapan ini sungguh sangat bagus".  

9. Menyelamatkan dari siksa neraka.
Seperti dijelaskan dalam hadits yang dikeluarkan oleh Imam Abu Dawud dari Ubai bin Ka'ab radhiyallahu 'anhu, yang sampai kepada Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam  bahwa beliau bersabda:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « لَوْ أَنَّ اللَّهَ عَذَّبَ أَهْلَ سَمَوَاتِهِ وَأَهْلَ أَرْضِهِ لَعَذَّبَهُمْ وَهُوَ غَيْرُ ظَالِمٍ لَهُمْ وَلَوْ رَحِمَهُمْ كَانَتْ رَحْمَتُهُ لَهُمْ خَيْرًا مِنْ أَعْمَالِهِمْ وَلَوْ أَنْفَقْتَ جَبَلَ أُحُدٍ ذَهَبًا فِي سَبِيلِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ مَا قَبِلَهُ اللَّهُ مِنْكَ حَتَّى تُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ وَتَعْلَمَ أَنَّ مَا أَصَابَكَ لَمْ يَكُنْ لِيُخْطِئَكَ وَمَا أَخْطَأَكَ لَمْ يَكُنْ لِيُصِيبَكَ وَلَوْ مِتَّ عَلَى غَيْرِ ذَلِكَ لَدَخَلْتَ النَّارَ » [أخرجه أبو داود]

"Kalau seandainya Allah Shubhanahu wa ta’alla mengadzab seluruh penduduk langit yang tujuh serta penduduk bumi tentu –Dia tidaklah berlaku dzalim terhadap mereka. Kalau sekiranya Allah Shubhanahu wa ta’alla merahmati mereka semua tentu rahmat -Nya itu lebih besar nilainya dari pada amal kebajikan mereka. Jika seandainya engkau menginfakan emas sebesar gunung uhud dijalan niscaya Allah Shubhanahu wa ta’alla tidak  akan mungkin -Dia menerimanya sampai kiranya engkau beriman kepada takdir dan memahami bahwa apa yang menimpamu tidak mungkin meleset darimu, dan sesuatu yang meleset darimu tidak akan mengenaimu. Kalau sekiranya engkau mati dalam keadaan tidak seperti keimanan tadi niscaya engkau akan dimasukan kedalam neraka". HR Abu Dawud no: 4699. Dinilai shahih oleh al-Albani dalam shahih sunan abi Dawud 3/890 no: 3932.

10. Hilangnya rasa cemas, khawatir serta kesedihan.
Diantara keimanan terhadap takdir maka masuk didalamnya keimanan terhadap catatan takdir sebelum terjadinya kejadian. Maka jika sekiranya porsi terbesar dalam keimananmu adalah seperti itu, keimananmu akan terkerek naik sehingga engkau tidak senang bila diberi dan tidak merasa sedih jika tidak mendapatkan. Demikian pula keadaaan orang yang kebalikan seratus sembilan puluh derajat dari yang pertama, maka hukumnya juga berbeda. Inilah makna yang tersimpan dalam firman Allah ta'ala:

﴿ لِّكَيۡلَا تَأۡسَوۡاْ عَلَىٰ مَا فَاتَكُمۡ وَلَا تَفۡرَحُواْ بِمَآ ءَاتَىٰكُمۡۗ ٢٣ ﴾ 
[ الحديد: 23 ]
"Supaya kamu jangan bersedih terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu". (QS al-Hadid: 23).

Akhirnya kita ucapkan segala puji bagi Allah Shubhanahu wa ta’alla Rabb semesta alam. Shalawat serta salam semoga Allah Shubhanahu wa ta’alla curahkan kepada Nabi kita Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam, kepada keluarga beliau serta para sahabatnya.
***

Dimanakan Muhasabah Kita?

Dimanakan Muhasabah Kita?

Segala puji hanya untuk Allah Ta'ala, shalawat serta salam semoga tercurah kepada Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam. Aku bersaksi bahwa tidak ada ilah yang berhak disembah dengan benar melainkan Allah Shubhanahu wa ta’alla semata yang tidak ada sekutu bagi -Nya, dan aku juga bersaksai bahwa Muhammad Shalallahu’alaihi wa sallam adalah seorang hamba dan utusan -Nya. Amma ba'du:
Dalam sebuah ayat Allah azza wa jalla berfirman:

﴿ يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱتَّقُواْ ٱللَّهَ وَلۡتَنظُرۡ نَفۡسٞ مَّا قَدَّمَتۡ لِغَدٖۖ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَۚ إِنَّ ٱللَّهَ خَبِيرُۢ بِمَا تَعۡمَلُونَ ١٨ ﴾ [ الحشر: 18]
"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan".  (AS al-Hasyr: 18).

Imam Ibnu Qoyim menjelaskan tafsir ayat ini, "Ayat ini menunjukkan akan wajibnya melakukan muhasabah (instropeksi) diri. Allah Shubhanahu wa ta’alla memerintahkan, "Supaya kalian memperhatikan amalan apa yang telah kalian persiapkan untuk hari kiamat kelak, apakah amal sholeh yang akan menyelamatkan dirimu? Ataukah amal kejelekan yang justru akan menyengsarakannya?".   Imam Hasan Bashri mengatakan, "Tidak ada waktu yang tersisa yang menjumpai seorang mukmin melainkan ia harus gunakan untuk muhasabah. Apa yang akan dikerjakan? Apa yang ingin dia makan dan minum? Adapun orang fajir maka dirinya terus berlalu tidak pernah menghisab dirinya sendiri".  
Sedang Imam al-Mawardi menerangkan, "Muhasabah adalah seseorang mengoreksi diri secara tuntas diwaktu keheningan malam terhadap perbuatan yang dilakukan pada siang hari. Jika hasilnya terpuji maka dia terus berlalu, sambil dibarengi keesokannya dengan perbuatan yang serupa sambil memperbaikinya lagi. Dan bila hasilnya tercela maka dia berusaha untuk mengoreksi dimana letaknya, lalu mencegah untuk tidak mengulanginya lagi pada hari esok ".   
Muhasabah itu ada dua macam: Muhasabah sebelum berbuat dan yang kedua muhasabah seusai melakukan perbuatan.
1. Adapun jenis yang pertama, yaitu dirinya merenung sejenak manakala baru timbul keinginan serta kemauan lantas dirinya melihat, apakah perbuatan yang akan dilakukannya ini sesusai dengan al-Qur'an dan sunah Rasulallah Shalallah 'alaihi wa sallam atau tidak? Jika sesuai maka terus kerjakan, bila menyelisihi maka tinggalkan.
Selanjutnya lihat, apakah kalau dikerjakan membawa kebaikan padanya dari pada ketika tidak mengerjakan? Atau meninggalkannya lebih membawa maslahat baginya? Jika lebih besar kemungkinan yang kedua maka segera tinggalkan jangan dikerjakan dahulu. Kemudian lihat lagi, kalau tujuan beramalnya untuk Allah Shubhanahu wa ta’alla maka segera lakukan, bila hanya sekedar mencari kedudukan, atau pujian atau harta dari makhluk segera tinggalkan.
2. Adapun untuk jenis yang kedua, yaitu muhasabah seusai mengerjakan perbuatan, maka dalam  hal ini terbagi menjadi tiga macam:
a. Muhasabah pada ketaatan yang banyak kekurangan didalamnya, disaat pengerjaan kewajiban kepada Allah ta'ala belum sesuai dengan harapan yang seharusnya dituntut. Dan hak Allah Shubhanahu wa ta’alla dalam ketaatan itu ada enam perkara:
1) Ikhlas kepada Allah Shubhanahu wa ta’alla didalam amalannya.
2) Menasehati Allah Shubhanahu wa ta’alla didalam amalan tersebut.
3) Mengikuti Rasulallah Shalallahu 'alaihi wa sallam.
4) Mengakui adanya ihsan didalamnya.
5) Mengakui nikmat Allah Shubhanahu wa ta’alla kepadanya.
6) Mengakui kekurangan syukur pada nikmat tersebut. 
Selanjutnya dia berusaha untuk muhasabah pada enam perkara diatas, apakah dirinya telah memenuhi enam perkara tadi sesuai dengan kewajibannya? Apakah dirinya telah mengerjakan ketaatan-ketaatan ini?
b. Muhasabah atas larangan-larangan yang ada. Jika dirinya menjumpai telah menerjang salah satunya maka segera iringi dengan bertaubat, istighfar, dan amalan-amalan kebajikan yang bisa menghapusnya.
c. Muhasabah atas setiap amalan yang telah ditinggalkan namun membawa kebajikan jikalau ia kerjakan.
d. Muhasabah pada perkara mubah atau kebiasaan, kenapa ia kerjakan? Apakah ia kerjakan ingin mengharap ridho Allah Shubhanahu wa ta’alla dan kampung akhirat? Sehingga ia beruntung, atau dia mengerjakannya hanya bertujuan dunia yang ia inginkan? Maka dirinya telah merugi serta luput dari keuntungan tersebut.  
Sahabat Umar bin Khatab radhiyallahu 'anhu pernah memberi petuahnya, "Hisablah diri kalian sendiri sebelum datangnya hisab atas kalian. Timbanglah (amal sholeh) kalian sebelum ditimbang (kelak pada hari kiamat). Sesungguhnya lebih mudah atas kalian menghisab pada hari ini dari pada didalam hisab esok (pada hari kiamat). Perbaguslah amalan-amalan yang baik sebagai bekal esok, sebagai persiapan pada hari yang ketika itu akan dinampakan amal kalian sehingga tidak ada yang tersembunyi sedikitpun".   
Sahabat Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu juga pernah mengatakan, "Aku pernah mendengar Umar bin Khatab pada suatu hari ketika aku pergi bersamanya sampai masuk pada sebuah kebun maka aku mendengar beliau berkata sedang antara diriku dan beliau ada tembok penghalang, ketika beliau berada didalam kebun tersebut beliau berkata, "Umar bin Khatab Amirul Mukminin celaka kamu. Demi Allah, benar-benar kiranya engkau bertakwa kepada Allah Shubhanahu wa ta’alla, wahai Ibnu Khatab atau -Dia akan mengadzabmu". 
Ibrahim at-Taimi mengatakan, "Aku pernah membayangkan diriku berada didalam surga. Memakan buah-buahannya, aku minum dari sungainya, mencumbui bidadarinya. Kemudian aku juga pernah membayangkan diriku berada didalam neraka, memakan zaqum makanan penduduk neraka, minum air nanah bercampur darah penghuni neraka, berusaha melepas tali dan rantai yang mengikatku. Lantas aku katakan pada diriku sendiri, "Duhai diriku, dimana tempat yang engkau inginkan? Hatiku menyahut, "Aku ingin untuk kembali kedunia lalu beramal sholeh". Maka aku jawab, "Engkau akan terturuti maka kerjakanlah". 
Al-Ghazali mengatakan, "Orang-orang yang berakal dari kalangan hamba Allah Shubhanahu wa ta’alla mengetahui bahwa Allah ta'ala selalu mengawasinya. Dan bahwasannya  mereka akan didebat atas amalannya kelak pada hari hisab, lalu mereka dituntut untuk menambah bobot timbangan dari peluang-peluang amal yang terlintas dalam pikiran. Maka mereka mendapatkan bahwa tidak mungkin mereka selamat dari apa yang terlintas tersebut melainkan dengan cara muhasabah, benar didalam muroqobahnya, selalu menuntut pada jiwa, polah dan tingkah lakunya. Serta muhasabah dalam setiap pikiran yang terlintas dalam benaknya.
Maka barangsiapa yang mengintropeksi diri sebelum dihisab dirinya akan ringan didalam hisabnya kelak pada hari kiamat, manakala hadir dalam pertanyaan serta jawaban, serta akan berakibat baik. Dan barangsiapa yang enggan untuk instropeksi diri dia akan cepat merasakan kerugian, menunggu dalam waktu yang lama pada hari kiamat kelak, dan kesalahannya sebagai penuntun pada kehinaan dan siksaannya".  
Dan perkara yang paling berbahaya bagi seorang muslim adalah lalai dan enggan untuk muhasabah, membiarkan dan bermudah-mudah dalam urusannya serta berjalan apa adanya. Maka hal ini akan mengantar dirinya pada kebinasaan. Inilah keadaan orang-orang yang tertipu, memicingkan mata, tidak mau tahu akan akhir perjalanan, berjalan dengan keadaan, bersandar pada kemurahan Allah Shubhanahu wa ta’alla sehingga menjadikan dirinya enggan untuk muhasabah dan melihat pada hukumannya.
Jika dirinya sudah biasa melakukan hal tersebut maka akan begitu mudah bagi dirinya untuk terjatuh dalam perbuatan dosa tanpa malu-malu. Dia akan kesulitan untuk menyadari untuk segera berhenti, kalau seandainya pikiranya bangkit tentu dia akan paham bahwa merawat itu lebih mudah dari pada menyapihnya. Lalu dirinya segera meninggalkan perkara jelek yang dicintai dan biasa dilakukan. 
Maka seharusnya bagi seorang mukmin yang beriman kepada Allah Shubhanahu wa ta’alla dan hari akhir yang bijaksana, tidak melalaikan untuk senantiasa muhasabah dan mempersempit ruang geraknya, baik ketika bertindak, dalam keadaan diam, berpikiran, serta berjalannya. Karena setiap desahan nafas yang keluar darinya adalah bagian dari umurnya yang sangat berharga yang tidak mungkin bisa dibeli dengan harta paling berharga sekalipun, sebuah kenikmatan yang tidak pernah terputus selama-lamanya. Sehingga menyia-yiakan desahan nafas ini atau pemiliknya berusaha untuk membelinya maka tidak akan merubah kebinasaanya, serta kerugian yang sangat besar yang tidak akan dirasakan kecuali oleh orang yang paling bodoh, pandir, dan minim akalnya. Hanya saja kerugian nyata ini,  akan dia rasakan pada hari pembalasan kelak. Allah ta'ala berfirman:

﴿ يَوۡمَ تَجِدُ كُلُّ نَفۡسٖ مَّا عَمِلَتۡ مِنۡ خَيۡرٖ مُّحۡضَرٗا وَمَا عَمِلَتۡ مِن سُوٓءٖ تَوَدُّ لَوۡ أَنَّ بَيۡنَهَا وَبَيۡنَهُۥٓ أَمَدَۢا بَعِيدٗاۗ ٣٠﴾ [آل عمران: 30 ]
"Pada hari ketika tiap-tiap diri mendapati segala kebajikan dihadapkan (dimukanya), begitu (juga) kejahatan yang telah dikerjakannya; ia ingin kalau kiranya antara ia dengan hari itu ada masa yang jauh". (QS al-Imran: 30). 


Faidah dari muhasabah:
1. Menjumpai adanya kekurangan dalam dirinya. Dan orang yang tidak menyadari adanya kekurangan dari dirinya tidak mungkin sanggup untuk mengobatinya.
2. Bukti akan takutnya kepada Allah Shubhanahu wa ta’alla dan persiapan untuk bertemu dengan -Nya.
3. Akan menjadi jelas bagi seorang mukmin hakekat keuntungan dan kerugian sejati.
4. Muhasabah didunia akan memudahkan seorang mukmin kelak pada hari kiamat.
5. Sebagai bentuk memenuhi perintah Allah ta'ala.
6. Menjauhkan diri dari kelalaian, terjatuh dalam lumpur kemaksiatan dan dosa.
7. Akan menolong seorang mukmin dan membantunya untuk segera mendapatkan sisi kekurangan dari pengerjaan kewajiban dan amalan sunah.
8. Akan membuahkan kecintaan kepada Allah Shubhanahu wa ta’alla dan mendapat keridhoan -Nya.
9. Dengan cara tersebut akan mengetahui hak Allah Shubhanahu wa ta’alla yang harus ia tunaikan. Dan bagi siapa yang tidak mengetahui hak Allah Shubhanahu wa ta’alla yang harus ia kerjakan maka ibadahnya hanya sekedarnya dan sangat sedikit sekali memberi dampak positif baginya.
10. Bahwa baiknya hati bisa tercapai dengan muhasabah, sebaliknya rusaknya hati akibat dari jauhnya muhasabah dan tidak memperdulikannya.   
Akhirnya kita ucapkan segala puji bagi Allah Shubhanahu wa ta’alla Rabb semesta alam. Shalawat serta salam semoga Allah Shubhanahu wa ta’alla curahkan kepada Nabi kita Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam, kepada keluarga beliau serta para sahabatnya.
***

Dunia Malaikat

Dunia Malaikat

Segala puji hanya untuk Allah Ta'ala, shalawat serta salam semoga tercurah kepada Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam. Aku bersaksi bahwa tidak ada ilah yang berhak disembah dengan benar melainkan Allah Shubhanahu wa ta’alla semata yang tidak ada sekutu bagi -Nya, dan aku juga bersaksai bahwa Muhammad Shalallahu’alaihi wa sallam adalah seorang hamba dan utusan -Nya. Amma ba'du:
Diantara salah satu prinsip yang diyakini oleh aqidah Ahlu sunah wal jama'ah ialah beriman kepada para malaikat, dimana keimanan ini merupakan bagian dari rukun iman yang enam. Malaikat adalah makhluk yang diciptakan dari cahaya, sebagaimana yang telah dikabarkan dalam sebuah hadits yang dikeluarkan oleh Imam Muslim dari Aisyah radhiyallahu 'anha, bahwa Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « خُلِقَتِ الْمَلاَئِكَةُ مِنْ نُورٍ وَخُلِقَ الْجَانُّ مِنْ مَارِجٍ مِنْ نَارٍ وَخُلِقَ آدَمُ مِمَّا وُصِفَ لَكُمْ » [أخرجه مسلم]
"Malaikat (adalah makhluk yang) diciptakan dari cahaya, sedang jin itu diciptakan dari api neraka yang menyala-nyala, adapun Adam diciptakan dengan apa yang kalian disifati". HR Muslim no: 2996.

Para malaikat adalah hamba Allah Shubhanahu wa ta’alla yang dibebani untuk melaksanakan ibadah, dan mereka senantiasa tunduk dan merendahkan diri kepada Allah Shubhanahu wa ta’alla secara sempurna, dengan tidak pernah melanggar perintah -Nya serta mengerjakan segala apa yang diperintahkan oleh -Nya. Maka salah satu kewajiban kita ialah mengimani nama-nama mereka sebatas yang kita ketahui namanya, begitu pula kita mengimani sebatas pengetahuan kita tentang tugas mereka masing-masing, mereka mempunyai jasad, sebagiannya ada yang memiliki dua sayap, ada yang tiga sayap dan empat bahkan ada yang lebih banyak lagi dari itu. Ini sebagai sanggahan bagi orang yang mengira bahwa malaikat hanya sekedar ruh.  Dalilnya adalah firman Allah tabaraka wa ta'ala:

﴿ ٱلۡحَمۡدُ لِلَّهِ فَاطِرِ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِ جَاعِلِ ٱلۡمَلَٰٓئِكَةِ رُسُلًا أُوْلِيٓ أَجۡنِحَةٖ مَّثۡنَىٰ وَثُلَٰثَ وَرُبَٰعَۚ يَزِيدُ فِي ٱلۡخَلۡقِ مَا يَشَآءُۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَيۡءٖ قَدِيرٞ ١﴾   [ فاطر: 1]
"Segala puji bagi Allah Pencipta langit dan bumi, yang menjadikan Malaikat sebagai utusan-utusan (untuk mengurus berbagai macam urusan) yang mempunyai sayap, masing-masing (ada yang) dua, tiga dan empat. Allah menambahkan pada ciptaan-Nya apa yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu". (QS Faathir: 1).

Dalam hadits dijelaskan, sebagaimana diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari sahabat Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu 'anhu, bahwa Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam pernah melihat malaikat Jibril yang mempunyai enam ratus sayap. HR Bukhari no: 4856. Muslim no: 174. Mereka adalah makhluk yang tidak makan dan minum, tidak pernah merasa bosan dan capai. Mereka berdiri beribadah kepada Allah Shubhanahu wa ta’alla serta taat kepada -Nya, selalu terikat dengan perintah-perintah -Nya tanpa diiringi rasa bosan dan malas. Sehingga tidak mungkin mereka disamai oleh manusia dalam hal ibadah. Allah Shubhanahu wa ta’alla menjelaskan akan hal itu dalam firman -Nya:
﴿ فَٱلَّذِينَ عِندَ رَبِّكَ يُسَبِّحُونَ لَهُۥ بِٱلَّيۡلِ وَٱلنَّهَارِ وَهُمۡ لَا يَسۡ‍َٔمُونَ۩ ٣٨ ﴾
 [ فصلت: 38]
"Maka mereka (malaikat) yang di sisi Tuhanmu bertasbih kepada- Nya di malam dan siang hari, sedang mereka tidak jemu-jemu". (QS Fushshilat: 38). 


Artinya mereka tidak pernah merasa bosan.
Setiap individu dikalangan mereka ada tugas khusus yang diemban. Adapun akhlak serta perilakunya semuanya mulia lagi luhur. sebagaimana digambarkan oleh Allah ta'ala didalam firman       -Nya:
﴿ بِأَيۡدِي سَفَرَةٖ ١٥ كِرَامِۢ بَرَرَةٖ ١٦ ﴾ [ عبس: 15-16]
"Di tangan para penulis (malaikat), yang mulia lagi berbakti". (QS A'basa: 15-16).
Allah ta'ala telah menjadikan tabiat yang dimiliki pemalu. Seperti yang dijelaskan oleh sebuah riwayat yang dikeluarkan oleh Imam Muslim dari Aisyah radhiyallahu 'anha, bahwa Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « أَلاَ أَسْتَحِى مِنْ رَجُلٍ تَسْتَحِى مِنْهُ الْمَلاَئِكَةُ » [أخرجه مسلم]
"Tidakkah aku (juga) merasa malu dari seseorang yang para malaikat malu padanya". HR Muslim no: 2401.

Tugas para malaikat:
Jibril tugasnya adalah menyampaikan wahyu yang dibawa turun dari sisi Allah ta'ala untuk disampaikan kepada para rasul. Israfil tugasnya adalah meniup ruh kehidupan, sedang Mikail tugasnya ialah menurunkan hujan dan menumbahkan tanaman. Dan bila dicermati maka ketiga malaikat tersebut semuanya membawa tugas yang mengantarkan pada kehidupan. Jibril bertugas sebagai pembawa wahyu, dan wahyu merupakan kehidupan bagi hati. Mikail bertugas menurunkan hujan serta menumbuhkan tanaman, maka itu merupakan kehidupan bagi dunia, sedang Israfil bertugas meniup ruh maka pada ruh adalah kehidupan bagi jasad diakhirat.
Inilah rahasia kenapa Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam seringkali bertawasul dengan nama-nama mereka dalam rububiyah Allah azza wa jalla, pada do'a iftitah tatkala sholat malam. Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam membaca do'a:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « اللَّهُمَّ رَبَّ جِبْرِيلَ وَمِيكَائِيلَ وَإِسْرَافِيلَ » [أخرجه مسلم]
"Ya Allah, rabbnya Jibril, Mikail dan Israfil…" HR Muslim no: 770.

Diantara mereka ada yang diberi tugas untuk mencabut nyawa Bani Insan, atau mencabut ruh tiap makhluk yang bernyawa, mereka bernama malaikat pencabut nyawa serta para pembantunya. Berdasarkan firman Allah tabaraka wa ta'ala:

﴿ حَتَّىٰٓ إِذَا جَآءَ أَحَدَكُمُ ٱلۡمَوۡتُ تَوَفَّتۡهُ رُسُلُنَا وَهُمۡ لَا يُفَرِّطُونَ  ٦١ ﴾ 
[ الأنعام: 61]
"Sehingga apabila datang kematian kepada salah seorang di antara kamu, ia diwafatkan oleh malaikat-malaikat Kami, dan malaikat- malaikat Kami itu tidak melalaikan kewajibannya". (QS al-An'aam: 61).

Ada lagi para malaikat yang bertugas keliling dimuka bumi guna mencari majelis dzikir. Demikian pula ada malaikat yang bertugas mencatat amal perbuatan manusia. Sebagaimana diterangkan oleh Allah ta'ala didalam firman -Nya:

﴿ وَإِنَّ عَلَيۡكُمۡ لَحَٰفِظِينَ ١٠ كِرَامٗا كَٰتِبِينَ ١١ يَعۡلَمُونَ مَا تَفۡعَلُونَ  ١٢ ﴾ [ الإنفطار: 10-12]
"Padahal sesungguhnya bagi kamu ada (malaikat-malaikat) yang mengawasi (pekerjaanmu), Yang mulia (di sisi Allah) dan mencatat (pekerjaan-pekerjaanmu itu), mereka mengetahui apa yang kamu kerjakan". (QS al-Infithar: 10-12).

Diantara mereka ada malaikat yang bergiliran untuk mengawasi bani Insan siang dan malam. Sebagaimana diterangkan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, Bahwa Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: «  يَتَعَاقَبُونَ فِيكُمْ مَلَائِكَةٌ بِاللَّيْلِ وَمَلَائِكَةٌ بِالنَّهَارِ وَيَجْتَمِعُونَ فِي صَلَاةِ الْعَصْرِ وَصَلَاةِ الْفَجْرِ» [أخرجه البخاري ومسلم]
"Ada malaikat yang terus bergiliran mengawasi kalian diwaktu siang dan diwaktu malam. Dan mereka bertemu serta bergantian tugas dikala waktu sholat shubuh dan sholat ashar". HR Bukhari no: 555. Muslim no: 632.
Dan yang lain, ada yang bertugas untuk menjaga neraka dan jumlah mereka sebanyak sembilan belas. Berdasarkan firman Allah tabaraka wa ta'ala dalam firman -Nya:
﴿ عَلَيۡهَا تِسۡعَةَ عَشَرَ ٣٠ ﴾ [ المدثر: 30]
"Dan di atasnya ada sembilan belas (Malaikat penjaga)". (QS al-Muddatstsir: 30).

Dan yang terbesar diantara mereka adalah malaikat penjaga neraka. 
Lalu ada malaikat penjaga gunung, sebagaimana datang penjelasan tentang namanya dalam hadits riwayat Muslim, disaat malaikat tadi mengucapkan salam kepada Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam lalu memperkenalkan diri dengan mengatakan, "Aku adalah malaikat penjaga gunung". HR Muslim no: 1790.
Kemudian setiap malaikat yang berada diatas langit, masing-masing berada dalam kondisi beribadah, ada diantara mereka yang berdiri menyembah Allah Shubhanahu wa ta’alla sepanjang hayatnya, ada lagi yang kerjaannya ruku' sepanjang hidupnya, ada lagi diantara mereka yang amalannya hanya sujud terus menerus, dan ada pula diantara mereka yang mengerjakan berbagai aktivitas bentuk ibadah lainnya. Dijelaskan oleh Allah ta'ala didalam firman      -Nya:
﴿ وَمَا مِنَّآ إِلَّا لَهُۥ مَقَامٞ مَّعۡلُومٞ ١٦٤ ﴾ [ الصافات: 164]
"Tidak ada seorangpun di antara Kami (malaikat) melainkan mempunyai kedudukan yang tertentu". (QS ash-Shaaffat: 164).

Maksudnya tidak ada satu tempat pun diatas langit melainkan ada tempat yang digunakan oleh malaikat untuk beribadah, yang mana mereka tidak melampaui batas tidak pula berlebih-lebihan.
Disebutkan oleh Imam Ahmad dalam musnadnya dari Abu Dzar radhiyallahu 'anhu, beliau berkata, "Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « إِنِّي أَرَى مَا لَا تَرَوْنَ ,وَأَسْمَعُ مَا لَا تَسْمَعُونَ, أَطَّتْ السَّمَاءُ وَحَقَّ لَهَا أَنْ تَئِطَّ مَا فِيهَا مَوْضِعُ أَرْبَعِ أَصَابِعَ إِلَّا عَلَيْهِ مَلَكٌ سَاجِدٌ, لَوْ عَلِمْتُمْ مَا أَعْلَمُ لَضَحِكْتُمْ قَلِيلًا وَلَبَكَيْتُمْ كَثِيرًا, وَلَا تَلَذَّذْتُمْ بِالنِّسَاءِ عَلَى الْفُرُشَاتِ, وَلَخَرَجْتُمْ عَلَى أَوْ إِلَى الصُّعُدَاتِ تَجْأَرُونَ إِلَى اللَّهِ » [أخرجه أحمد]
"Sesungguhnya aku melihat apa yang kalian tidak melihatnya, aku mendengar apa yang tidak kalian dengar. (sungguh) Langit berderit menanggung beban (berat) dan pantas kalau sekiranya langit berderit. Karena tidaklah ada satu jengkalpun (dilangit) melainkan pasti ada malaikat yang sedang sujud. Kalaulah sekiranya kalian mengetahui seperti apa yang aku ketahui pastilah kalian akan sedikit tertawa dan banyak menangis. Dan kalian tidak sempat untuk bersenang-senang bersama istri, dan benar-benar kalian akan keluar dijalanan beristighosah kepada Allah". HR Ahmad 35/405 no: 21516.

Mereka berada dalam tingkat dan kedudukan yang berbeda-beda, berdasarkan firman Allah tabaraka wa ta'ala:
﴿ وَمَا مِنَّآ إِلَّا لَهُۥ مَقَامٞ مَّعۡلُومٞ ١٦٤ ﴾ [ الصافات: 164]
"Tidak ada seorangpun di antara Kami (malaikat) melainkan mempunyai kedudukan yang tertentu". (QS ash-Shaaffat: 164).

Diantara mereka ada malaikat yang sangat dekat kedudukannya kepada Allah ta'ala, seperti yang –Dia jelaskan dalam firman -Nya:


﴿ لَّن يَسۡتَنكِفَ ٱلۡمَسِيحُ أَن يَكُونَ عَبۡدٗا لِّلَّهِ وَلَا ٱلۡمَلَٰٓئِكَةُ ٱلۡمُقَرَّبُونَۚ ١٧٢ ﴾  [ النساء: 172]
"al-Masih sekali-kali tidak enggan menjadi hamba bagi Allah, dan tidak (pula enggan) malaikat-malaikat yang terdekat (kepada Allah)". (QS an-Nisaa': 172).

Dan malaikat terdekat yang paling mulia ialah Jibril a'laihi sallam, yang Allah Shubhanahu wa ta’alla telah mensifati dirinya dengan Ruhul Qudus, dan Ruhul Amin serta yang mempunyai kekuatan. Sebagaimana disinggung oleh Allah ta'ala didalam firman   -Nya:

﴿ إِنَّهُۥ لَقَوۡلُ رَسُولٖ كَرِيمٖ ١٩ ذِي قُوَّةٍ عِندَ ذِي ٱلۡعَرۡشِ مَكِينٖ ٢٠ ﴾ [التكوير: 19-20]
"Sesungguhnya al-Qur'an itu benar-benar firman (Allah yang dibawa oleh) utusan yang mulia (Jibril), yang mempunyai kekuatan, yang mempunyai kedudukan tinggi di sisi Allah yang mempunyai 'Arsy". (QS at-Takwiir: 19-20).

Maksudnya malaikat Jibril adalah malaikat yang punya kedudukan dan tempat yang tinggi disisi Allah azza wa jalla. 
Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari Aisyah radhiyallahu 'anha, yang menjelaskan sedikit tentang malaikat Jibril, beliau berkata, "Bahwa Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « رَأَيْتُ جِبْرِيلَ عَلَيْهِ السَّلَام مُنْهَبِطًا قَدْ مَلَأَ مَا بَيْنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَعَلَيْهِ ثِيَابُ سُنْدُسٍ مُعَلَّقًا بِهِ اللُّؤْلُؤُ وَالْيَاقُوتُ » [أخرجه أحمد]
"Aku pernah melihat Jibril turun memenuhi langit dan bumi dengan memakai pakaian sutera dan melingkar padanya permata dan intan". HR Ahmad 41/378 no: 24885. 

Masih dalam riwayat Imam Ahmad dalam redaksinya sahabat Abdullah bin Mas'ud, ketika menjelaskan firman Allah tabaraka wa ta'ala:

﴿ وَلَقَدۡ رَءَاهُ نَزۡلَةً أُخۡرَىٰ ١٣ عِندَ سِدۡرَةِ ٱلۡمُنتَهَىٰ ١٤ ﴾ [ النجم: 13-14]
"Dan sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain, (yaitu) di Sidratil Muntaha". (QS an-Najm: 13-14).

Beliau menceritakan, "Telah bersabda Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam: 

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « رَأَيْتُ جِبْرِيلَ عِنْدَ سِدْرَةِ الْمُنْتَهَى عَلَيْهِ سِتُّ مِائَةِ جَنَاحٍ يُنْثَرُ مِنْ رِيشِهِ التَّهَاوِيلُ الدُّرُّ وَالْيَاقُوتُ » [أخرجه أحمد]
"Aku melihat Jibril tatkala di Sidratul Muntaha, dirinya memiliki enam ratus sayap yang menaburkan dari bulunya intan dan permata dengan warna yang berbeda-beda". HR Ahmad 7/31 no: 3915.

Adapun malaikat yang paling utama ialah malaikat yang ikut perang Badar, berdasarkan hadits yang dikeluarkan oleh Imam Bukhari dari Mu'adz bin Rifa'ah bin Rafi' dari ayahnya. Dan ayahnya adalah seorang sahabat yang ikut peperangan Badar. Bahwa Jibril 'alaihi sallam bertanya pada Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam, "Apa yang kalian katakan terhadap orang yang ikut perang Badar dikalangan kalian? Beliau menjawab, "Muslim terbaik yang ada diantara mereka, atau ucapan yang senada dengan ini. Lalu Jibril menimpali, "Demikian pula para malaikat yang ikut peperangan Badar". HR Bukhari no: 3992. 
Adapun tabiat yang mereka miliki sebagaimana yang Allah Shubhanahu wa ta’alla berikan adalah tabiat yang mulia, seperti yang Allah Shubhanahu wa ta’alla gambarkan dalam firman -Nya:
﴿ عَلَيۡهَا مَلَٰٓئِكَةٌ غِلَاظٞ شِدَادٞ ٦ ﴾ [ التحريم: 6]
"Penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras". (QS at-Tahriim: 6).

Diriwayatkan oleh Abu Dawud dari Jabir bin Abdillah radiyallahu 'anhuma, bahwa Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: «أذن لي أن أحدث عن ملك من ملائكة الله من حملة العرش إن ما بين شحمة أذنه إلى عاتقه مسيرة سبعمائة عام » [أخرجهأبو داود]
"Aku telah diijinkan untuk menceritakan tentang malaikat  dari malaikatnya Allah yang memanggul Arsy, sungguh jarak antara kuping dan pundaknya sepanjang perjalanan tujuh ratus tahun". HR Abu Dawud no: 4728. Dinilai shahih oleh al-Albani dalam silsilah ash-Shahihah 1/282 no: 151.

Jumlah para malaikat
Jumlah para malaikat tidak ada yang mengetahui berapa pastinya kecuali Allah azza wa jalla, sebagaimana disinggung dalam firman -Nya:
﴿ وَمَا يَعۡلَمُ جُنُودَ رَبِّكَ إِلَّا هُوَۚ ٣١ ﴾ [ المدثر: 31]
"Dan tidak ada yang mengetahui tentara Tuhanmu melainkan Dia sendiri". (QS al-Mudatstsir: 31).

Digambarkan dalam sebuah hadits yang menjelaskan bagaimana banyaknya jumlah mereka, disebutkan dari Malik bin Sha'sha'ah radhiyallahu 'anhu, bahwa Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « هَذَا الْبَيْتُ الْمَعْمُورُ يُصَلِّي فِيهِ كُلَّ يَوْمٍ سَبْعُونَ أَلْفَ مَلَكٍ إِذَا خَرَجُوا لَمْ يَعُودُوا إِلَيْهِ آخِرَ مَا عَلَيْهِمْ  » [أخرجه البخاري ومسلم]
"Ini adalah Baitul Makmur didalamnya ada malaikat sebanyak tujuh ribu yang setiap harinya melaksanakan sholat didalamnya, dan apabila mereka keluar maka tidak ada satu pun yang kembali lagi". HR Bukhari no: 3207. Muslim no: 162.

Dalam redaksinya Imam Muslim dikatakan, "Lalu mereka tidak kembali lagi kesana..". al-Hafidh Ibnu Hajar menjelaskan, "Dan diambil dari hadits ini sebagai dalil bahwa malaikat adalah makhluk terbanyak jumlahnya, dikarenakan tidak bisa diketahui berapa jumlah secara keseluruhannya disebabkan setiap hari pasti ada yang masuk kesana sebanyak tujuh ribu, kecuali kita hanya bisa mengetahui dari hadits ini bilangan tersebut".   
Dan malaikat tidak akan masuk pada rumah yang terdapat didalamnya gambar bernyawa, patung atau anjing. Berdasarkan sabda Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Abu Thalhah radhiyallahu 'anhu:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « إِنَّ الْمَلاَئِكَةَ لاَ تَدْخُلُ بَيْتًا فِيهِ كلب أو صُورَةٌ » [أخرجه البخاري ومسلم]
"Sesungguhnya malaikat tidak akan masuk pada rumah yang didalamnya ada anjing atau gambar (bernyawa)". HR Muslim no: 2106. Dalam salah satu redaksi, dijelaskan, "Dan patung". HR Bukhari no: 3225. Muslim no: 2107.

Dikalangan malaikat, juga ada yang mengucapkan amin terhadap bacaan orang yang sedang sholat, sambil mendo'akan, "Ya Allah, bagi -Mu pujian itu dilantunkan". Mereka juga mendo'akan orang yang menunggu sholat ditegakkan, memintakan ampun bagi orang-orang yang beriman, mendo'akan mereka untuk masuk ke dalam surga, melaknat orang kafir, atau orang yang mengangkat senjata pada saudaranya, perempuan yang enggan diajak berhubungan badan oleh suaminya, mereka mendo'akan orang-orang yang mengajarkan kebaikan, sebagaimana itu semua telah dijelaskan dalam al-Qur'an maupun sunah. 

Kesimpulan:
 Wajib bagi seorang mukmin untuk mengimani adanya para malaikat serta mencintai mereka, dan mengetahui kedudukan mereka. Allah ta'ala menjelaskan dalam firman -Nya:
﴿ بَلۡ عِبَادٞ مُّكۡرَمُونَ ٢٦ لَا يَسۡبِقُونَهُۥ بِٱلۡقَوۡلِ وَهُم بِأَمۡرِهِۦ يَعۡمَلُونَ ٢٧  ﴾ 
[ الأنبيا: 26-27]
"Sebenarnya (malaikat-malaikat itu), adalah hamba-hamba yang dimuliakan, mereka itu tidak mendahului -Nya dengan perkataan dan mereka mengerjakan perintah-perintah -Nya". (QS al-Anbiyaa': 26-27).

Oleh karenanya wajib bagi seorang mukmin untuk menjauhi segala perkara yang sifatnya mengganggu serta menyakiti mereka, dan diantara perkara tersebut yang paling besar ialah kekufuran, kesyirikan dan kemaksiatan. 
Mereka juga merasa terganggu sebagaimana bani Insan juga terganggu olehnya, mulai dari bau yang tidak sedap, kotoran, dan mereka juga merasa terganggu dengan air ludah yang dikeluarkan kesebelah kanan ketika sholat, yang mana semua itu telah shahih larangnya dalam hadits Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam.  
Akhirnya kita ucapkan segala puji bagi Allah Shubhanahu wa ta’alla Rabb semesta alam. Shalawat serta salam semoga Allah Shubhanahu wa ta’alla curahkan kepada Nabi kita Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam, kepada keluarga beliau serta para sahabatnya.
***

Ganjaran Bagi Orang Yang Suka Membantu Orang


Ganjaran Bagi Orang Yang Suka Membantu Orang
Segala puji hanya untuk Allah Ta'ala, shalawat serta salam semoga tercurah kepada Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam. Aku bersaksi bahwa tidak ada ilah yang berhak disembah dengan benar melainkan Allah Shubhanahu wa ta’alla semata yang tidak ada sekutu bagi -Nya, dan aku juga bersaksai bahwa Muhammad Shalallahu’alaihi wa sallam adalah seorang hamba dan utusan -Nya. Amma ba'du:
Sungguh syari'at Islam yang lurus begitu menekankan pengikutnya untuk gemar menolong orang lain, memenuhi kebutuhan mereka, bersegera membantu kesulitan yang sedang mereka hadapi, memberi pertolongan demi tercapainya maksud mereka, yang mana semua itu dilakukan demi merealisasikan kebersamaan, ukhuwah persaudaraan, kecintaan, dan kasih sayang diantara sesama saudara muslim. Allah azza wa jalla menjelaskan dalam salah satu firman -Nya:

﴿ لَّا خَيۡرَ فِي كَثِيرٖ مِّن نَّجۡوَىٰهُمۡ إِلَّا مَنۡ أَمَرَ بِصَدَقَةٍ أَوۡ مَعۡرُوفٍ أَوۡ إِصۡلَٰحِۢ بَيۡنَ ٱلنَّاسِۚ وَمَن يَفۡعَلۡ ذَٰلِكَ ٱبۡتِغَآءَ مَرۡضَاتِ ٱللَّهِ فَسَوۡفَ نُؤۡتِيهِ أَجۡرًا عَظِيمٗا ١١٤ ﴾ 
[ النساء: 114]
"Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat ma'ruf, atau mengadakan perdamaian di antara manusia. dan barangsiapa yang berbuat demikian karena mencari keredhaan Allah, maka kelak Kami memberi kepadanya pahala yang besar". (QS an-Nisaa': 114).

Dalam ayat lain Allah tabaraka wa ta'ala berfirman:

﴿ مَّن يَشۡفَعۡ شَفَٰعَةً حَسَنَةٗ يَكُن لَّهُۥ نَصِيبٞ مِّنۡهَاۖ ٨٥ ﴾ [ النساء: 85]
"Barangsiapa yang memberikan syafa'at yang baik, niscaya ia akan memperoleh bagian (pahala) dari padanya". (QS an-Nisaa': 85).

Masih berkaitan senang membantu orang lain, dijelaskan dalam sebuah hadits yang semakin mendukung perilaku terpuji tadi agar gemar dilakukan oleh seorang muslim, sebagaimana sabda Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam dari sahabat Ibnu Umar radhiyallahu 'anhuma, bahwa beliau bersabda:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « مَنْ كَانَ فِى حَاجَةِ أَخِيهِ كَانَ اللَّهُ فِى حَاجَتِهِ وَمَنْ فَرَّجَ عَنْ مُسْلِمٍ كُرْبَةً فَرَّجَ اللَّهُ عَنْهُ بِهَا كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ » [أخرجه البخاري و مسلم]
"Barangsiapa yang menutupi kebutuhan saudaranya maka Allah akan memenuhi kebutuhannya. Barangsiapa yang melapangkan kesusahan seorang muslim maka Allah akan mengangkat darinya dengan sebab amalan tadi kesusahannya kelak pada hari kiamat. Dan barangsiapa menutupi cela saudaranya muslim maka Allah akan menutupi aibnya kelak pada hari kiamat". HR Bukhari no: 2442. Muslim no: 2580.

Didalam hadits tadi, Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam menerangkan pada kita kalau yang namanya memberi suatu yang bermanfaat bagi orang lain merupakan amal ibadah yang sangat agung. Masih berkaitan dengan ini, dibawakan oleh Imam Muslim sebuah hadits dari Abu Musa al-Asy'ari radhiyallahu 'anhu, beliau bercerita: "Adalah Rasulallah Shalallahu 'alaihi wa sallam apabila didatangi oleh seorang peminta-minta atau dimintai tolong untuk memenuhi hajat orang lain beliau bersabda kepada para sahabatnya:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « اشْفَعُوا تُؤْجَرُوا وَيَقْضِي اللَّهُ عَلَى لِسَانِ نَبِيِّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا شَاءَ » [أخرجه البخاري ومسلم]
"Berilah syafa'at (kepada mereka) maka kalian akan diberi ganjaran. Dan Allah akan memenuhi (kebutuhan mereka) melalui lisan Nabi       -Nya sebagaimana yang Allah kehendaki". HR Bukhair no: 1432. Muslim no: 2627.

Dalam hadits lain, dari Jabir radhiyalllahu 'anhu, beliau mengatakan, "Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « مَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمْ أَنْ يَنْفَعَ أَخَاهُ فَلْيَفْعَلْ » [أخرجه مسلم]
"Barangsiapa ada diantara kalian yang mampu untuk memberi manfaat pada orang lain hendaknya ia lakukan". HR Muslim no: 2119.

Bahkan bukan hanya itu, beliau juga menekankan pada semua kondisi. Dijelaskan dalam haditsny Imam Muslim yang diriwayatkan dari sahabat Abu Sa'id al-Khudri radhiyallahu 'anhu, beliau bercerita: "Tatkala kami bepergian bersama Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam ditengah perjalanan kami bertemu dengan seseorang yang berada dihewan tunggangannya. Orang tadi matanya memandang kekanan dan kiri. Melihat hal itu Rasulallah Shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « مَنْ كَانَ مَعَهُ فَضْلُ ظَهْرٍ فَلْيَعُدْ بِهِ عَلَى مَنْ لاَ ظَهْرَ لَهُ وَمَنْ كَانَ لَهُ فَضْلٌ مِنْ زَادٍ فَلْيَعُدْ بِهِ عَلَى مَنْ لاَ زَادَ لَهُ ». قَالَ فَذَكَرَ مِنْ أَصْنَافِ الْمَالِ مَا ذَكَرَ حَتَّى رَأَيْنَا أَنَّهُ لاَ حَقَّ لأَحَدٍ مِنَّا فِى فَضْلٍ » [أخرجه مسلم]
"Barangsiapa yang memiliki kelebihan punggung maka hendaknya memberikan kepada orang yang tidak punya kelebihan itu. Dan bagi siapa yang punya kelebihan perbekalaan hendaknya memberi kepada orang yang kurang perbekalannya". Abu Sa'id melanjutkan, "Beliau lalu menyebut beberapa jenis harta yang banyak sampai sekiranya kami berpikiran tidak ada keutamaan lagi bagi kami untuk memilikinya". HR Muslim no: 1728.

Imam Nawawi menjelaskan hadits diatas dengan penjelasannya, "Didalam hadits ini sebagai dalil atas dianjurkannya untuk bersedekah, suka menderma, punya kepedulian pada sesama, berbuat baik pada teman perjalanan, memperhatikan kebutuhan teman. Maka sebuah perkara besar manakala sebuah kaum mempunyai sikap kepedulian atas kebutuhan temannya, yang mana beliau hanya mencukupkan dengan sekedar tawaran bagi para sahabatnya untuk rela membantu orang yang sedang butuh dan memberi dorongan, tanpa harus diminta terlebih dahulu".  
Dan pintu-pintu untuk memberi manfaat orang lain sangatlah banyak, seperti dengan membantu untuk melunasi hutang yang mereka miliki, atau bersedekah pada kalangan orang fakir diantara mereka, atau melapangkan kesusahan, atau mendamaikan perselisihan yang terjadi diantara mereka, atau membikin mereka merasa senang serta cara yang lainnya. Diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim dari Sa'id bin Abi Burdah dari ayahnya dari kakeknya dari Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « كُلُّ سُلاَمَى مِنَ النَّاسِ عَلَيْهِ صَدَقَةٌ كُلَّ يَوْمٍ تَطْلُعُ فِيهِ الشَّمْسُ - قَالَ - تَعْدِلُ بَيْنَ الاِثْنَيْنِ صَدَقَةٌ وَتُعِينُ الرَّجُلَ فِى دَابَّتِهِ فَتَحْمِلُهُ عَلَيْهَا أَوْ تَرْفَعُ لَهُ عَلَيْهَا مَتَاعَهُ صَدَقَةٌ - قَالَ - وَالْكَلِمَةُ الطَّيِّبَةُ صَدَقَةٌ وَكُلُّ خَطْوَةٍ تَمْشِيهَا إِلَى الصَّلاَةِ صَدَقَةٌ وَتُمِيطُ الأَذَى عَنِ الطَّرِيقِ صَدَقَةٌ » [أخرجه البخاري و مسلم]
"Setiap anggota tubuh manusia wajib disedekahi, setiap hari dimana matahari terbit lalu engkau berlaku adil terhadap dua orang (yang bertikai) adalah sedekah, engkau menolong seseorang yang berkendaraan lalu engkau bantu dia untuk naik kendaraanya
atau mengangkatkan barangnya adalah sedekah, ucapan yang baik adalah sedekah, setiap langkah ketika engkau berjalan menuju shalat adalah sedekah dan menghilangkan gangguan
dari jalan adalah sedekah". HR Bukhari no: 2707. Muslim no: 1009.

Imam Ibnu Qoyim menjelaskan, "Dan akal dan nash serta fitrah didukung penelitian dari berbagai kalangan umat beragama dengan segala macam kelompok dan ragamnya, semuanya sepakat bahwa mendekatkan diri kepada Rabb semesta alam, dan berbuat bajik serta ihsan pada makhluk -Nya, termasuk faktor terbesar dari faktor-faktor yang ada untuk memperoleh setiap kebaikan, dan sebaliknya perilaku yang berbeda seperti diatas maka itu merupakan faktor ditimpakannya keburukan. Oleh karenanya salah satu usaha untuk mendapat nikmat-nikmat Allah Shubhanahu wa ta’alla serta keinginan untuk menolak bencana dan adzab -Nya bisa dilakukan dengan ketaatan kepada Allah Shubhanahu wa ta’alla dan berbuat baik pada makhluk -Nya".  

Potret para Nabi dalam masalah ini:
Dan memberi manfaat pada orang lain, bersegera melapangkan kesusahan mereka termasuk bagian dari sifat-sifatnya para nabi dan rasul 'alaihimu shalatu wa sallam. Lihatlah penderma Yusuf bin Ya'qub bin Ishaq 'alaihi sallam, walaupun perilaku buruk yang sudah diterimanya dari saudara-saudaranya beliau tetap menyiapkan dan memberi manakala mereka datang untuk meminta kebutuhan makan keluarganya, beliau tidak menurangi sedikit pun jatah mereka. 
Nabi Musa 'alaihi sallam tatkala mendatangi tempat mengambil air penduduk Madyan, beliau mendapati orang-orang saling berebut dan antri menunggu giliran mengambil air lantas beliau menjumpai ada dua wanita yang tidak ikut berdesakan menunggu giliran, maka beliau langsung menawarkan bantuan mengambilkan air sehingga kambing-kambingnya bisa minum.
Umul mukminin Khadijah radhiyallahu 'anha, beliau pernah berkata tentang Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam, "Sesungguhnya engkau adalah penyambung tali kerabat, pemikul beban orang lain yang mendapat kesusahan, pemberi orang yang papa, penjamu tamu serta pendukung setiap upaya penegakan kebenaran". HR Bukhari no: 3. 
Dan panutan kita, Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam apabila diminta untuk memenuhi hajat seseorang maka beliau tidak pernah menolak permintaannya. Sebagaimana dijelaskan dalam sebuah hadits yang dikeluarkan oleh Imam Bukhari dan Muslim dari Jabir radhiyallahu 'anhu, beliau menceritakan, "Tidak pernah Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam dimintai sesuatu pun, lantas beliau mengatakan 'tidak'. HR Bukhari no: 6034. Muslim no: 2311.
Dalam hadits lain yang dibawakan oleh Imam Ahmad dari sahabat Utsman bin Affan radhiyallahu 'anhu, beliau berkata, "Sesungguhnya kami, demi Allah, telah menemani Rasulallah Shalallahu 'alaihi wa sallam baik disaat safar maupun dalam keadaan muqim. Maka (kami mendapati) kebiasaan beliau ialah menjenguk orang sakit diantara kami, mengiringi jenazah dikalangan kami, ikut berperang bersama kami, dan menyamaratakan diantara kami antara orang kaya dan miskin". HR Ahmad 1/532 no: 504.

Potret para sahabat:
Demikian pula yang ada pada generasi terbaik umat ini, para sahabat mereka adalah orang-orang yang selalu meniti jalan nabinya. Mereka senang membantu orang lain serta memberi manfaat semampunya pada mereka. Mari kita lihat pada potret mereka yang senang memberi manfaat pada orang lain dari kalangan mereka.
Abu Bakar radhiyallahu 'anhu, beliau masuk Islam sedang padanya ada empat puluh ribu dinar, kemudian beliau infakkan seluruhnya dijalan Allah Shubhanahu wa ta’alla, beliau juga membebaskan tujuh budak yang semuanya berjihad dijalan Allah Shubhanahu wa ta’alla, beliau membebaskan Bilal, Amir bin Fahirah, Zanbarah, an-Nahdiyah dan anak perempuannya, Jariyah bin Mu'amal, dan Ummu A'biis.
Umar bin Khatab radhiyallahu 'anhu, beliau mempunyai kebiasaan memberi air pada para janda dimalam hari. Sahabat Thalhah pernah melihat beliau pada suatu malam masuk membawa air pada rumah seorang wanita, maka Thalhah mendatangi rumah tersebut disiang harinya, maka dirinya mendapati didalam rumah tersebut seorang wanita tua buta sedang duduk diatas kursi, lantas dirinya bertanya, "Apa yang dilakukan oleh Umar padamu? Wanita tersebut menjawab, "Perbuatan ini dia lakukan semenjak ini dan itu, beliau selalu memperhatikanku sambil datang membawa kebutuhanku dan melapangkan kesulitanku".
Utsman bin Affan radhiyallahu 'anhu, beliau pernah membeli sebuah sumur dengan harga tiga puluh lima ribu dirham, lalu beliau wakafkan untuk orang kaya dan miskin serta ibnu sabil. Ali bin Abi Thalib radhiyallahu 'anhu, pernah suatu hari ada seseorang datang kepada Amirul mukminin Ali bin Abi Thalib radhiyallahu 'anhu, sambil mengatakan, "Wahai Amirul mukiminin, aku ada keperluan bersamamu, namun sudah aku adukan terlebih dahulu kepada Allah ta'ala sebelum aku mendatangimu. Maka jika anda mengabulkan hajatku aku akan memuji Allah Shubhanahu wa ta’alla dan berterima kasih kepadamu. Dan bila tidak maka aku akan memuji kepada Allah Shubhanahu wa ta’alla dan memberi udzur padamu". Maka Ali pun bertanya, "Tulislah hajatmu diatas tanah, karena aku tidak suka kalau melihat kehinaan meminta-minta pada wajahmu". Maka orang tersebut menulis, "Aku orang yang dirundung kebutuhan". Ali berkata, "Aku memiliki pakaian". Maka beliau meminta supaya diambilkan pakaian tadi lalu diberikan pada orang tersebut, kemudian lelaki tadi langsung memakainya dan bersenandung dengan bait sya'irnya:
Engkau telah memberi pakaian, sungguh nampak keindahan
Kelak aku akan selalu memberimu pakaian pujian karenanya
Jika engkau memperoleh pujianku engkau lah sang penderma
Aku tidak sedang mengharap balasan dari ucapanku ini
Sungguh pujianku menggugah ingatan pada yang dipuji
Bagaikan air hujan yang mampu menumbuhkan tanaman dan gunung
Jangan engkau remehkan kebaikan sepanjang hayatmu
Karena tiap hamba akan mendapat balasan atas amalnya

Ali menyahut, "Aku punya beberapa dinar". Maka beliau meminta supaya dibawakan sebanyak seratus dinar lalu memberikan kepada orang tadi. Orang tersebut berkata sambil menghitung dengan jarinya, "Wahai Amirul mukminin, engkau memberiku pakaian dan seratus dinar? Ya, jawab Ali bin Abi Thalib.
Imam Dzahabi memberi komentar kepada Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dengan mengatakan, "Dan beliau sangatlah dicintai oleh para ulama, orang-orang sholeh, dari kalangan prajurit dan pemimpin, para pedagang dan orang-orang besar serta masyarakat umum, mereka semua mencintainya. Dikarenakan jasa beliau yang bisa mereka rasakan manfaatnya baik malam maupun siang, yaitu dengan tulisan dan ucapan beliau". 
Disebutkan dari salah seorang syaikh menukil dari sekertarisnya Syaikh Abdul Aziz bin Baz, bahwa Syaikh suatu ketika meninggalkan puasa sunah beberapa hari, dan beliau mengatakan, "Beliau meninggalkan puasa, dikarenakan puasa membikin beliau sedikit lemas untuk memenuhi kebutuhan orang banyak. Puasa manfaatnya hanya untuk syaikh sedangkan pekerjaan lain manfaatnya untuk orang banyak".
Diriwayatkan oleh Thabrani dalam Mu'jamul Kabir dari Abu Umamah radhiyallahu 'anhu, beliau berkata, "Bahwa Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « صنائع المعروف تقي مصارع السوء   وصَدَقَةُ السِّرِّ تُطْفِئُ غَضَبَ الرَّبِّ » [أخرجه الطبراني]
"Semua perbuatan ma'ruf akan menjaga pelakunya dari kejahatan perbuatan buruk, dan sedekah dikala tidak terlihat orang banyak akan meredakan kemurkaan Rabb". HR ath-Thabarani 8/261 no: 8014 dan Ibnu Mundzir dalam Targhib wa Tarhib 1/679. Dinilai shahih oleh al-Albani dalam silsilah ash-Shahihah no: 1908.

Sahabat Hakim bin Hizam radhiyallahu 'anhu, mengatakan, "Tidaklah dipagi hari lalu aku tidak menjumpai dipintu rumahku seorang yang membutuhkan keperluan melainkan aku mengetahui bahwa itu adalah musibah bagiku". Lihat, para sahabat sampai menganggap bahwa adanya orang yang meminta-minta sebagai bentuk nikmat yang turun pada orang yang punya kedudukan dan harta disaat mereka sedang dirundung kesulitan.
Berkata Ibnu Abbas radhiyallu 'anhuma, "Ada tiga golongan yang aku tidak sanggup untuk membalas kebaikannya: Seseorang yang memulai salam bersamaku, dan seseorang yang mempersilahkan duduk untukku dalam sebuah majelis dan seseorang yang kakinya terkena debu karena berjalan ingin memberi salam padaku. Adapun kelompok keempat maka Allah Shubhanahu wa ta’alla yang akan mencukupkan dariku serta membalasnya". Ada yang bertanya, "Siapa dia? Beliau menjawab, "Seseorang yang ditimpa musibah lalu semalaman berfikir siapa kiranya orang yang bisa meringankan musibahnya, lantas orang tersebut melihat diriku orang yang tepat untuk bisa membantu mengatasi masalahnya sehingga orang tadi mendatangiku".
Namun, hati-hati bagi para pelaku kebaikan dengan virus yang suka menjangkitinya yaitu senang mengungkit-ungkit pemberian. Karena penyakit yang satu ini akan menghapus amal kebaikannya, membikin hati bergemuruh dan menghapus pahala. Sebagaimana yang diperingatkan oleh Allah Shubhanahu wa ta’alla dalam firman -Nya:

﴿ يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ لَا تُبۡطِلُواْ صَدَقَٰتِكُم بِٱلۡمَنِّ وَٱلۡأَذَىٰ ٢٦٤ ﴾ [ البقرة: 264]
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima)". (QS al-Baqarah: 264).

Seorang penyair mengatakan:

Apakah engkau akan merusak kebajikanmu dengan mengungkit-ungkit.
Bukanlah penderma orang yang suka mengungkit-ungkit pemberian

Dijelaskan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari sahabat Abu Dzar radhiyallahu 'anhu, beliau berkata: "Bahwa Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « ثَلَاثَةٌ لَا يُكَلِّمُهُمْ اللَّهُ وَلَا يَنْظُرُ إِلَيْهِمْ وَلَا يُزَكِّيهِمْ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ. وذكر منهم: الْمَنَّانُ الَّذِى لاَ يُعْطِى شَيْئًا إِلاَّ مَنَّهُ » [أخرجه مسلم]
"Ada tiga golongan yang tidak akan diajak bicara oleh Allah kelak pada hari kiamat, tidak melihat kepada mereka serta tidak mensucikannya dan bagi mereka adalah adzab yang pedih. Beliau menyebutkan salah satu diantaranya: "al-Manan yaitu orang yang tidak memberi sesuatu melainkan mengungkit-ungkit pemberiannya". HR Muslim no: 106.
Diantara perkara yang perlu diperhatikan disini ialah, bahwa mengajarkan ilmu syar'i merupakan bentuk pemberian manfaat terbesar pada orang lain, karena kebutuhan mereka terhadap ilmu syar'i lebih besar daripada hanya sekedar kebutuhannya terhadap makan dan minum. Disebutkan dalam hadits, bahwa Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « إن العالم ليستغفر له من في السموات من في السماوات و من في الأرض والحيتان في جوف الماء » [أخرجه أبو داود]
"Sesungguhnya orang alim benar-benar akan dimintakan ampun oleh penduduk langit dan bumi sampai ikan dikedalaman laut". HR Abu Dawud no: 3641. dinyatakan shahih oleh al-Albani dalam shahih sunan Abi Dawud 2/694 no: 3096.

Dalam redaksi lain diterangkan:
 
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « إن الله وملائكته وأهل السموات والأرضين, حتى النملة في حجرها  وحتى الحوت  ليصلون على معلم الناس الخير » [أخرجه الترمذي]
"Sesungguhnya Allah dan para malaikat serta penduduk langit dan bumi yang tujuh sampai kiranya semut didalam sarangnya serta ikan, semuanya mendo'akan kepada orang-orang yang mengajarkan kebaikan pada orang lain". HR at-Tirmidzi no: 2685. beliau berkata hadits hasan gharib shahih.

 Akhirnya kita ucapkan segala puji bagi Allah Shubhanahu wa ta’alla Rabb semesta alam. Shalawat serta salam semoga Allah Shubhanahu wa ta’alla curahkan kepada Nabi kita Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam, kepada keluarga beliau serta para sahabatnya.
***

Imam Ibnu Mubarak

Imam Ibnu Mubarak

Segala puji hanya untuk Allah Ta'ala, shalawat serta salam semoga tercurah kepada Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam. Aku bersaksi bahwa tidak ada ilah yang berhak disembah dengan benar melainkan Allah Shubhanahu wa ta’alla semata yang tidak ada sekutu bagi -Nya, dan aku juga bersaksai bahwa Muhammad Shalallahu’alaihi wa sallam adalah seorang hamba dan utusan -Nya. Amma ba'du:
Berikut ini adalah rangkaian kisah perjalanan hidup seorang ulama ahli ilmu dari para ulama umat ini. Imam dari kalangan para imam petunjuk, Allah Shubhanahu wa ta’alla telah menolong agama Islam dengan perantaranya, serta menjadi penjaga sunah. Berkata Imam Dzahabi menjelaskan biografi beliau, "Syaikhul Islam, pemimpin para ahli takwa pada zamannya, al-Hafidh yang mumpuni, Abdullah bin Mubarak al-Handhali maula at-Turki kemudian al-Marwazi yang lahir pada tahun 118 H. 
Beliau mulai menuntut ilmu pada usia yang kedua puluh tahun, beliau termasuk orang yang paling banyak melakukan perjalanan jauh dan berkeliling dunia guna menuntut ilmu, berjihad, berdagang, dan berinfak kepada saudaranya sesama muslim karena Allah Shubhanahu wa ta’alla. Dengan menyiapkan segala keperluan mereka untuk berangkat haji bersamanya. Syu'aib bin Harb menjelaskan, "Aku pernah mendengar Abu Usamah berkata, "Ibnu Mubarak dalam Kalangan ahli hadits semisal amirul mukminin dikalangan manusia". Dan Kebiasaan yang beliau lakukan adalah banyak duduk dirumahnya sampai pernah dikatakan padanya, "Tidakkah engkau merasa jenuh? Beliau menjawab, "Bagaimana mungkin aku merasa jenuh sedangkan diriku bersama Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya (karena menyibukkan diri untuk mentelaah hadits)".
Asy'ats bin Syu'bah mengatakan, "Tatkala khalifah ar-Rasyid datang ke Ruqah maka orang-orang berhamburan lalu berdiri dibelakang Ibnu Mubarak, tali sendal saling terputus, debu pun berterbangan, maka Ibunya Amirul mukminin melongokkan kepalanya keluar dari tempat tandunya. Lalu bertanya, "Siapa dia? Mereka menjawab, "Ulama dari ahli Khurasan telah datang". Lalu dia berkata, "Demi Allah, inilah raja sesungguhnya, bukan seperti kerajaanya Harun yang tidak berkumpul melainkan orang-orang tertentu dan para bangsawan".
Muhammad bin 'Ayan menceritakan, "Aku pernah mendengar Abdurahman bin Mahdi berkata, sedang waktu itu berkumpul disisinya para pakar hadits yang mana mereka menanyakan pada beliau, "Engkau telah berguru kepada ats-Tsauri dan mendengar hadits darinya, begitu pula anda telah berguru kepada Ibnu Mubarak, manakah yang lebih utama dari keduanya? Beliau menjawab, "Kalau seandainya Sufyan ats-Tsauri berusaha dalam suatu hari untuk semisal Abdullah bin  Mubarak tentu dirinya tidak akan sanggup".
Sufyan ats-Tsauri mengatakan, "Sungguh diriku tidak punya hajat untuk mengerahkan umurku seluruhnya untuk suatu ketika menjadi semisal Ibnu Mubarak. Aku tidak sanggup untuk menjadi seperti dia tidak pula dalam waktu yang singkat". Sedang Ibnu Uyainah mengatakan, "Aku melihat kepada perkaranya para sahabat, dan membandingkan dengan perkaranya Abdullah bin Mubarak maka aku tidak menjumpai keutamaan mereka dibanding dengan Abdullah melainkan shuhbah (bersahabat) bersama Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam dan mereka berjihad bersama beliau".  
Ibnu Mubarak menyatakan, "Aku pernah meminjam sebuah pena pada penduduk Syam maka akupun pergi ke sana untuk mengembalikannya. Tatkala diriku baru sampai di Muru maka aku jumpai ternyata orangnya ada disana lantas aku kembali ke Syam sampai kiranya aku kembalikan kepada pemiliknya". Pernah suatu ketika berkumpul semisal al-Fadhl bin Musa, Makhlad bin Husain, lalu mereka mengatakan, "Mari kita coba hitung pintu-pintu kebaikan yang dilakukan oleh Ibnu Mubarak. Maka mereka mulai menghitungnya, "llmu, fikih, adab, nahwu dan bahasa, zuhud, berbahasa secara fasih, sya'ir, sholat malam, ibadah, haji, jihad, pemberani, jago naik kuda, kuat, meninggalkan ucapan yang tidak penting, adil, dan sangat sedikit berselisih bersama para sahabatnya".
Pernah suatu ketika dikatakan pada Ibnu Mubarak, "Jika engkau usai sholat kenapa tidak pernah duduk-duduk bersama kami? Beliau menjawab, "Justru aku duduk bersama para sahabat dan tabi'in. Aku menelaah buku-buku dan atsar-atsar mereka. Kalau bersama kalian apa yang harus aku perbuat? Sedang kalian senangnya mengunjing orang lain".  Nu'aim bin Hamad pernah mengatakan tentang beliau, "Adalah Ibnu Mubarak jika beliau membaca kitab yang berkaitan masalah hati maka beliau seperti onta atau sapi yang disembelih karena menangis, tidak ada seorangpun diantara kami yang menanyakan perihal itu pada beliau kecuali beliau tidak menanggapinya".
Diriwayatkan bukan hanya seorang, bahwa Ibnu Mubarak pernah ditanya, "Sampai kapan engkau akan menulis hadits? Beliau menjawab, "Mungkin ada kata yang bermanfaat bagiku yang belum sempat aku menulisnya". Beliau adalah saudagar yang kaya raya lagi pandai bersyukur dan dermawan, berkata Salamah bin Sulaiman, "Pernah suatu ketika ada seseorang datang kepada Ibnu Mubarak lalu memohon supaya melunasi hutang-hutangnya. Maka beliau menulis surat pada orang tersebut supaya dikasih kepada pegawainya. Tatkala surat tersebut sampai pada sang pegawai, ia bertanya, "Berapa hutang yang engkau minta supaya dilunasi? Dia menjawab, "Tujuh ratus dirham".
Akan tetapi Ibnu Mubarak telah menulis pada pegawainya supaya memberi orang tersebut sebanyak tujuh ribu dirham. Maka pegawai tadi menyuruh supaya menghadap beliau lagi, lalu dia berkata, "Sesungguhnya hartamu akan habis". Maka Abdullah menulis kembali padanya kalau hartaku habis, maka sesungguhnya umur juga akan habis, beri uang sebanyak apa yang aku tulis". Beliau juga pernah berkata kepada Fudhail bin Iyadh, "Kalaulah bukan karenamu dan para sahabatmu tentu aku tidak akan berniaga". Dan beliau punya kebiasaan selalu berinfak kepada fakir miskin pada setiap tahunnya sebanyak seratus ribu dirham.
Ali bin Fudhail mengkisahkan, "Aku pernah mendengar ayahku berkata kepada Ibnu Mubarak, "Engkau yang menyuruh kami untuk zuhud dan tidak banyak mengumpulkan harta, serta hidup apa adanya. Namun, kami justru melihat engkau datang dengan harta dagangan, bagaimana ini? Dia menjawab, "Wahai Abu Ali, aku melakukan ini hanya untuk menjaga wajahku, memuliakan kehormatanku serta untuk menolongku didalam ketaatan kepada Rabbku". Ayahku berkata, "Duhai Ibnu Mubarak betapa indahnya kalau bisa demikian".
Muhammad bin Isa mengatakan, "Adalah Ibnu Mubarak seringkali bolak-balik pergi ke Thurtus. Biasanya rombongan berhenti didaerah yang bernama Khan. Ditempat tersebut ada seorang pemuda yang sering bertemu dengannya, membantu keperluannya serta mendengar hadits darinya. Pada suatu waktu Abdullah bin Mubarak datang berkunjung ketempat tersebut, namun beliau tidak menjumpai pemuda tersebut, maka beliau keluar ke medan jihad dengan tergesa-gesa, tatkala kembali maka beliau menanyakan kabar pemuda tadi, diantara kabar yang didapatkan, bahwa pemuda tersebut sedang  bingung dikarenakan terlilit hutang sebanyak sepuluh ribu dirham. Lalu beliau pun segera meminta petunjuk rumah yang memberi pinjaman, setelah bertemu beliau membayar hutang pemuda tadi sebanyak sepuluh ribu dirham sambil bersumpah agar tidak memberi tahu seorangpun selagi dirinya masih hidup. Akhirnya sang pemuda terbebas dari jerat hutang berkat kedermawanan Ibnu Mubarak. 
Kemudian beliau bertemu dengan sang pemuda sejauh perjalanan dua hari dari Ruqah. Lantas beliau menanyakan kabarnya, "Duhai anak muda dari mana kiranya kamu, sudah lama aku tidak menjumpaimu? Dirinya menjawab, "Ada seorang yang baik hati telah melunasi hutang-hutangku yang aku tidak tahu siapa dia". Ibnu Mubarak berkata, "Bersyukurlah kepada Allah Shubhanahu wa ta’alla". Sang pemuda tadi tetap tidak tahu siapa orangnya, dirinya baru mengetahui setelah Abdullah bin Mubarak meninggal dunia. Adalah Ibnu Mubarak apabila datang musim haji maka orang-orang dari penduduk Muru berkumpul disisi beliau sambil mengatakan, "Kami ingin pergi haji bersamamu". Beliau mengatakan, "Mari, sini kumpulkan harta perbekalan kalian".
Beliau lalu mengumpulkan bekal mereka lalu meletakan disebuah kotak kemudian menguncinya. Selanjutnya beliau berkumpul dan keluar bersama-sama dari Muru menuju Baghdad sedang beliau yang menanggung semua kebutuhan perjalanan mereka. Memberi makan dengan makanan yang paling mewah, menjamu dengan buah-buahan yang lezat. Dari sana kemudian mereka lanjutkan perjalanan keluar dari Baghdad dengan pakaian yang paling indah dan bagus sampai akhirnya mereka sampai dikota Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam. Sesampainya disana beliau menanyakan satu persatu, "Apa yang engkau inginkan sebagai oleh-oleh untuk keluargamu? Mereka menjawab, "Ini dan itu". 
Lalu mereka keluar dari Madinah menuju Makah, manakala mereka telah selesai melaksanakan manasik ibadah haji, beliau bertanya kembali pada setiap orangnya, "Hadiah apa yang engkau sukai untuk diberikan kepada keluargamu dari cendera mata Makah? Mereka menjawab, "Ini dan itu". Beliau pun membelikan keinginan mereka semua.
Kemudian mereka keluar dari Makah untuk kembali kekampung halaman, dan beliaulah yang menanggung semua biaya perjalanan sampai akhirnya mereka sampai di Muru dan kembali kerumahnya masing-masing. Manakala tiga hari sesudah kepulangan mereka, beliau mengundang dan menjamu makan dirumahnya, tatkala mereka sudah makan dan merasa senang, beliau lalu meminta pegawainya untuk mengambilkan kotak yang berisi uang mereka, beliau membuka lalu mengembalikan kepada mereka semua sesuai dengan nama-nama yang tercantum pada kotak tersebut.
Tatkala beliau ditegur kenapa beliau lebih memilih untuk membagi-bagi harta dipenjuru negeri dan tidak lebih mementingkan negerinya. Beliau beralasan, "Sesungguhnya aku mengetahui tempat orang-orang yang punya keutamaan, jujur, dan senang mengumpulkan hadits dan tekun didalam mencarinya demi kebutuhan manusia terhadap mereka jikalau mereka membutuhkan. Jika sekiranya kita tinggalkan mereka tentu akan sia-sia ilmu yang mereka miliki. Dan bila kita bantu mereka, maka mereka akan mudah untuk menyebarkan ilmu kepada umatnya Muhammad Shalallahu 'alaihi wa sallam. Sedang aku tidak mengetahui setelah kenabian yang lebih utama dari pada rumah ilmu".
Ini merupakan pesan yang tersirat bagi para pedagang agar mereka senang untuk menginfakan hartanya bagi para fakir, orang-orang yang membutuhkan, para penuntut ilmu, program kebaikan serta yayasan sosial. Sesungguhnya dengan melakukan hal tersebut akan menjadikan harta dan kekayaannya berbarokah. Disebutkan dalam sebuah hadits yang dikeluarkan oleh Imam Ahmad dari Amr bin Ash radhiyallahu 'anhu, beliau berkata, "Bahwa Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « نِعْمَ الْمَالُ الصَّالِحُ لِلْمَرْءِ الصَّالِحِ » [أخرجه أحمد]
"Kenikmatan pada harta yang baik adalah ketika berada ditangan orang sholeh". HR Ahmad 29/299. no: 17763.

Didalam hadits lain dijelaskan dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, beliau berkata, "Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « مَا مِنْ يَوْمٍ يُصْبِحُ الْعِبَادُ فِيهِ إِلَّا مَلَكَانِ يَنْزِلَانِ فَيَقُولُ أَحَدُهُمَا اللَّهُمَّ أَعْطِ مُنْفِقًا خَلَفًا وَيَقُولُ الْآخَرُ اللَّهُمَّ أَعْطِ مُمْسِكًا تَلَفًا » [أخرجه البخاري ومسلم]
"Tidaklah pagi menyapa seorang hamba melainkan ada dua malaikat yang turun kepadanya. Lalu salah satunya berdo'a: "Ya Allah, berilah ganti bagi orang yang berinfak". Sedang satunya lagi berdo'a: "Ya Allah, berilah kebinasaan bagi harta orang yang pelit". HR Bukhari no: 1442. Muslim no: 1010.

Dalam riwayat Imam Muslim dijelaskan, bahwa Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ » [أخرجه مسلم]
"Sedekah tidak akan mengurangi sedikitpun dari harta benda". HR Muslim no: 2588.

Diantara petuah-petuah beliau adalah, "Adakalanya amalan sedikit menjadi banyak disebabkan niat, dan adakalanya amalan besar menjadi kecil gara-gara niat".Beliau juga pernah berkata,  "Barangsiapa yang meremehkan para ulama maka sungguh akhiratnya telah hilang. Barangsiapa yang memandang remeh pada penguasa maka dirinya akan kehilangan dunia. Dan barangsiapa yang memandang bodoh saudaranya maka harga dirinya telah pergi".
Ali bin Hasan mengatakan, "Aku pernah mendengar Ibnu Mubarak ditanya oleh seseorang tentang nanah yang keluar dari lututnya yang telah dideritanya semenjak tujuh tahun yang lalu. Dirinya menjelaskan, "Aku telah mengobati dengan berbagai ramuan, dokter juga telah aku tanyai, namun tidak ada tanda-tanda kesembuhan". Beliau berkata padanya, "Pergilah, lalu galilah sebuah sumur ditempat (orang) yang membutuhkan air, aku berharap semoga disana ada mata air, lalu engkau gunakan untuk menahan lukamu tersebut". Orang tersebut mematuhi perintahnya, dan betul akhirnya dia sembuh dari penyakitnya.
Suwaid bin Sa'id mengatakan, "Aku pernah melihat Ibnu Mubarak di Makah dengan mendatangi air zam-zam lantas beliau mengambil airnya untuk diminum, kemudian beliau menghadap ke kiblat dan berdo'a: "Ya Allah, sesungguhnya Ibnu Abi Mawal mengabarkan pada kami dari Muhammad bin Munkadir dari Jabir radhiyallahu 'anhu, bahwa Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda: "Air zam-zam sesuai dengan hajat yang meminumnya". Maka kini, aku meminumnya untuk mengobati kehausanku kelak pada hari kiamat". Kemudian beliau meminumnya.  Muhammad bin Ibrahim menceritakan, "Ali bin Ibnu Mubarak pernah mengimla untuk kami pada tahun 177 H, sebuah syair yang kami sampaikan kepada Fudhail bin Iyadh dari Thurtus:

Duhai ahli ibadah dua tanah haram, jikalau engkau menyaksikan kami
Tentu engkau mengira kalau kami bermain-main
Duhai yang pipinya selalu basah oleh air mata
Sedang leher kami hanya mengalirkan darah
Duhai orang yang selalu berjihad dengan keberanian
Adapun kuda kami hanya capai menderum
Debu memenuhi tubuhmu dan kami hanya melewatinya
Demi menebas musuh engkau pacu kudamu
Telah sampai kepada kita berita dari Nabi
Sabdanya yang shahih lagi jujur tidak didustakan
Tidak akan berkumpul debu jihad dijalan Allah
Pada diri seseorang dengan uap dari jilatan api neraka
Perhatikan pula al-Qur'an yang berbicara kepada kami
Yang tidak bisa didustakan, jika seorang syahid tidaklah binasa

Maka ketika Fudhail menerima surat tersebut tatkala di Makah, beliau lalu membacanya dan menangis, kemudian berkata, "Benar apa yang dikatakan oleh Abu Abdurahman". Tatkala beliau telah meninggal ada salah seorang sahabatnya yang melihat beliau didalam mimpi, lalu ditanyakan padanya, "Apa yang telah Allah Shubhanahu wa ta’alla perbuat untukmu? Beliau menjawab, "Allah telah mengampuniku dengan sebab perjalananku untuk mencari hadits". Dan beliau berpesan, "Pegangilah al-Qur'an, pegangilah al-Qur'an".
Beliau meninggal pada tahun 181 H pada usianya yang ke enam puluh tiga tahun. Semoga Allah Shubhanahu wa ta’alla merahmati beliau dengan rahmat yang luas. Dan membalas dengan sebaik-baik balasan atas jasanya kepada Islam dan kaum muslimin, dan semoga Allah Shubhanahu wa ta’alla mengumpulkan kami bersamanya dikampung kenikmatan, bersama para Nabi, shidiqin, para syahid dan orang-orang sholeh, merekalah sebaik-baik teman.  
Akhirnya kita ucapkan segala puji bagi Allah Shubhanahu wa ta’alla Rabb semesta alam. Shalawat serta salam semoga Allah Shubhanahu wa ta’alla curahkan kepada Nabi kita Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam, kepada keluarga beliau serta para sahabatnya.
***

Berinabah (kembali kepada Allah)

Berinabah (kembali kepada Allah) 

Segala puji hanya untuk Allah Ta'ala, shalawat serta salam semoga tercurah kepada Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam. Aku bersaksi bahwa tidak ada ilah yang berhak disembah dengan benar melainkan Allah Shubhanahu wa ta’alla semata yang tidak ada sekutu bagi -Nya, dan aku juga bersaksai bahwa Muhammad Shalallahu’alaihi wa sallam adalah seorang hamba dan utusan -Nya. Amma ba'du: 
Sesungguhnya al-Inabah merupakan inti dari ibadah yang sangat agung,  yang mana Allah Shubhanahu wa ta’alla telah banyak mensifati para nabi -Nya serta hamba yang beriman kepada -Nya dengan inabah ini. Diantaranya: 
Allah ta'ala mengabarkan tentang nabi -Nya Daud:

﴿ وَظَنَّ دَاوُۥدُ أَنَّمَا فَتَنَّٰهُ فَٱسۡتَغۡفَرَ رَبَّهُۥ وَخَرَّۤ رَاكِعٗاۤ وَأَنَابَ۩ ٢٤ ﴾ [ ص: 24]
"Dan Daud mengetahui bahwa Kami mengujinya; Maka ia meminta ampun kepada Tuhannya lalu menyungkur sujud dan bertaubat". (QS Shaad: 24).

Allah ta'ala berfirman tentang nabi -Nya Sulaiman:
﴿ وَلَقَدۡ فَتَنَّا سُلَيۡمَٰنَ وَأَلۡقَيۡنَا عَلَىٰ كُرۡسِيِّهِۦ جَسَدٗا ثُمَّ أَنَابَ ٣٤ ﴾ [ ص: 34]
"Dan sesungguhnya Kami telah menguji Sulaiman dan Kami jadikan (dia) tergeletak di atas kursinya sebagai tubuh (yang lemah karena sakit), kemudian ia bertaubat". (QS Shaad: 34).

Allah ta'ala berfirman tentang nabi -Nya Syu'aib:

﴿ وَمَا تَوۡفِيقِيٓ إِلَّا بِٱللَّهِۚ عَلَيۡهِ تَوَكَّلۡتُ وَإِلَيۡهِ أُنِيبُ ٨٨﴾ [ هود: 88]
"Dan tidak ada taufik bagiku melainkan dengan (pertolongan) Allah. hanya kepada Allah aku bertawakkal dan hanya kepada –Nya lah aku kembali". (QS Huud: 34).

Kemudian Allah ta'ala menjelaskan tentang nabi kita Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam:

﴿ ذَٰلِكُمُ ٱللَّهُ رَبِّي عَلَيۡهِ تَوَكَّلۡتُ وَإِلَيۡهِ أُنِيبُ ١٠ ﴾ [ الشورى: 10]
"Itulah Allah Tuhanku. Kepada -Nya lah aku bertawakkal dan kepada –Nya lah aku kembali". (QS asy-Syuura: 10).

Dan Allah ta'ala memuji kekasihnya Ibrahim 'alaihi sallam karena sifat yang dimilikinya yaitu inabah kepada -Nya serta kembali pada tiap urusan kepada Allah ta'ala. Allah Shubhanahu wa ta’alla berfirman tentang Ibrahim:

﴿ إِنَّ إِبۡرَٰهِيمَ لَحَلِيمٌ أَوَّٰهٞ مُّنِيبٞ ٧٥ ﴾ [ هود: 75]
"Sesungguhnya Ibrahim itu benar-benar seorang yang penyantun lagi penghiba dan suka kembali kepada Allah". (QS Huud: 75).

Dan Allah Shubhanahu wa ta’alla menyuruh para hamba -Nya untuk berinabah kepada -Nya:

﴿ وَأَنِيبُوٓاْ إِلَىٰ رَبِّكُمۡ وَأَسۡلِمُواْ لَهُۥ ٥٤ ﴾ [ الزمر: 54]
"Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu, dan berserah dirilah kepada -Nya". (QS az-Zumar: 54).

Dan orang-orang sholeh dari kalangan para hamba mengatakan dalam do'anya:

﴿ رَّبَّنَا عَلَيۡكَ تَوَكَّلۡنَا وَإِلَيۡكَ أَنَبۡنَا وَإِلَيۡكَ ٱلۡمَصِيرُ ٤ ﴾ [ الممتحنة: 4]
"(Ibrahim berkata): "Ya Tuhan Kami hanya kepada Engkaulah kami bertawakkal dan hanya kepada Engkaulah kami bertaubat dan hanya kepada Engkaulah kami kembali". (QS al-Mumthanah: 4).
Makna Inabah:
Imam Ibnu Qoyim menjelaskan, "al-Inabah adalah kembali menggapai ridho Allah Shubhanahu wa ta’alla dengan dibarengi kembali (bertaubat) pada -Nya pada setiap waktu sambil mengikhlaskan niat. Lebih lanjut beliau mengatakan, "al-Inabah kepada Allah Shubhanahu wa ta’alla ada dua tingkatan, pertama inabah pada rububiyah -Nya, dan jenis inabah ini termasuk inabahnya seluruh makhluk baik mukmin maupun kafir, orang sholeh maupun tholeh. Allah ta'ala menjelaskan dalam firman -Nya:

﴿ وَإِذَا مَسَّ ٱلنَّاسَ ضُرّٞ دَعَوۡاْ رَبَّهُم مُّنِيبِينَ إِلَيۡهِ ٣٣﴾ [ الروم: 33]
"Dan apabila manusia disentuh oleh suatu bahaya, mereka menyeru Tuhannya dengan kembali bertaubat kepada -Nya". (QS Ruum: 33).

Kedua dari jenis inabah, inabahnya para wali-wali Allah Shubhanahu wa ta’alla. Dan inabah ini yaitu inabah pada uluhiyah      -Nya, dengan dibarengi peribadahan serta kecintaan pada -Nya. Dan ini harus terkumpul padanya empat unsur; mencintai dan tunduk pada -Nya, kembali dan berpaling dari segala sesuatu selain Allah Shubhanahu wa ta’alla ". 

Keutamaan inabah:
1. Inabah kepada Allah ta'ala merupakan pintu kebahagian dan memperoleh hidayah.

Allah tabaraka wa ta'ala berfirman:

﴿ قُلۡ إِنَّ ٱللَّهَ يُضِلُّ مَن يَشَآءُ وَيَهۡدِيٓ إِلَيۡهِ مَنۡ أَنَابَ ٢٧﴾ [ الرعد: 27]
"Katakanlah: "Sesungguhnya Allah menyesatkan siapa yang Dia kehendaki dan menunjuki orang-orang yang bertaubat kepada -Nya". (QS ar-Ra'du: 27).

Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam musnadnya dari Jabir radhiyallahu 'anhu, bahwa Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « لَا تَمَنَّوْا الْمَوْتَ فَإِنَّ هَوْلَ الْمَطْلَعِ شَدِيدٌ وَإِنَّ مِنْ السَّعَادَةِ أَنْ يَطُولَ عُمْرُ الْعَبْدِ وَيَرْزُقَهُ اللَّهُ الْإِنَابَةَ » [أخرجه أحمد]
"Janganlah kalian berangan-angan untuk segera mati. Sesungguhnya sakaratul maut sangatlah keras . Dan sungguh merupakan kebahagian seorang hamba yang panjang umur lalu dikaruniai oleh Allah berinabah (pada -Nya)". HR Ahmad 22/426 no: 14564.

2. Allah Shubhanahu wa ta’alla mengabarkan bahwa surga dan ganjaran -Nya diberikan bagi orang-orang yang takut dan berinabah.
Allah ta'ala menjelaskan hal tersebut dalam firmannya:

﴿ وَأُزۡلِفَتِ ٱلۡجَنَّةُ لِلۡمُتَّقِينَ غَيۡرَ بَعِيدٍ ٣١ هَٰذَا مَا تُوعَدُونَ لِكُلِّ أَوَّابٍ حَفِيظٖ ٣٢ مَّنۡ خَشِيَ ٱلرَّحۡمَٰنَ بِٱلۡغَيۡبِ وَجَآءَ بِقَلۡبٖ مُّنِيبٍ ٣٣﴾ [ ق: 31-33]
"Dan didekatkanlah surga itu kepada orang-orang yang bertakwa pada tempat yang tiada jauh (dari mereka). Inilah yang dijanjikan kepadamu, (yaitu) kepada setiap hamba yang selalu kembali (kepada Allah) lagi memelihara (semua peraturan-peraturan -Nya). (yaitu) orang yang takut kepada Tuhan yang Maha Pemurah sedang Dia tidak kelihatan (olehnya) dan Dia datang dengan hati yang bertaubat". (QS Qaaf: 31-33).

3. Allah Shubhanahu wa ta’alla mengabarkan kabar gembira bagi orang yang berinabah.
Sebagaimana dijelaskan dalam firman -Nya:

﴿ وَٱلَّذِينَ ٱجۡتَنَبُواْ ٱلطَّٰغُوتَ أَن يَعۡبُدُوهَا وَأَنَابُوٓاْ إِلَى ٱللَّهِ لَهُمُ ٱلۡبُشۡرَىٰۚ ١٧﴾  [ الزمر: 17]
"Dan orang-orang yang menjauhi Thaghut (yaitu) tidak menyembahnya dan kembali kepada Allah, bagi mereka berita gembira". (QS az-Zumar: 17).

Dan diantara sifat-sifat yang dimiliki oleh hamba yang berinabah ialah mengambil pelajaran dari semua ayat yang menunjukan akan keagungan Allah Shubhanahu wa ta’alla yang Maha Kuasa, sebagaimana yang Allah ta'ala kabarkan dalam ayat        -Nya:

﴿ أَفَلَمۡ يَنظُرُوٓاْ إِلَى ٱلسَّمَآءِ فَوۡقَهُمۡ كَيۡفَ بَنَيۡنَٰهَا وَزَيَّنَّٰهَا وَمَا لَهَا مِن فُرُوجٖ ٦ وَٱلۡأَرۡضَ مَدَدۡنَٰهَا وَأَلۡقَيۡنَا فِيهَا رَوَٰسِيَ وَأَنۢبَتۡنَا فِيهَا مِن كُلِّ زَوۡجِۢ بَهِيجٖ ٧ تَبۡصِرَةٗ وَذِكۡرَىٰ لِكُلِّ عَبۡدٖ مُّنِيبٖ ٨ ﴾ [ ق: 6-8]
"Maka apakah mereka tidak melihat akan langit yang ada di atas mereka, bagaimana Kami meninggikannya dan menghiasinya dan langit itu tidak mempunyai retak-retak sedikitpun ? Dan Kami hamparkan bumi itu dan Kami letakkan padanya gunung-gunung yang kokoh dan Kami tumbuhkan padanya segala macam tanaman yang indah dipandang mata, untuk menjadi pelajaran dan peringatan bagi tiap-tiap hamba yang kembali (mengingat Allah)". (QS Qaaf: 6-8).

Dalam kesempatan lain Allah azza wa jalla mengatakan:

﴿ وَيُنَزِّلُ لَكُم مِّنَ ٱلسَّمَآءِ رِزۡقٗاۚ وَمَا يَتَذَكَّرُ إِلَّا مَن يُنِيبُ١٣ ﴾ [ غافر: 13]
"Dan menurunkan untukmu rizki dari langit. dan tiadalah mendapat pelajaran kecuali orang-orang yang kembali (kepada Allah)". (QS Ghaafir: 13).


4. Dengan berinabah akan mencegah dirinya dari siksa dan adzab.
Seperti yang Allah Shubhanahu wa ta’alla jelaskan dalam firman -Nya:

﴿ وَأَنِيبُوٓاْ إِلَىٰ رَبِّكُمۡ وَأَسۡلِمُواْ لَهُۥ مِن قَبۡلِ أَن يَأۡتِيَكُمُ ٱلۡعَذَابُ ثُمَّ لَا تُنصَرُونَ ٥٤﴾ [ الزمر: 54]
"Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu, dan berserah dirilah kepada       -Nya sebelum datang azab kepadamu kemudian kamu tidak dapat ditolong (lagi)". (QS az-Zumar: 54).

5. Dan Allah ta'ala telah menyuruh seluruh makhluknya untuk kembali dan berinabah kepada -Nya.
Sebagaimana Allah Shubhanahu wa ta’alla terangkan hal tersebut melalui firman -Nya:

﴿ فَأَقِمۡ وَجۡهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفٗاۚ فِطۡرَتَ ٱللَّهِ ٱلَّتِي فَطَرَ ٱلنَّاسَ عَلَيۡهَاۚ لَا تَبۡدِيلَ لِخَلۡقِ ٱللَّهِۚ ذَٰلِكَ ٱلدِّينُ ٱلۡقَيِّمُ وَلَٰكِنَّ أَكۡثَرَ ٱلنَّاسِ لَا يَعۡلَمُونَ ٣٠ ۞مُنِيبِينَ إِلَيۡهِ وَٱتَّقُوهُ وَأَقِيمُواْ ٱلصَّلَوٰةَ وَلَا تَكُونُواْ مِنَ ٱلۡمُشۡرِكِينَ ٣١﴾ [ الروم: 30-31]
"Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah, (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. Dengan kembali bertaubat kepada   -Nya dan bertakwalah kepada -Nya serta dirikanlah shalat dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah". (QS ar-Ruum: 30-31).

Dan diantara do'a yang biasa Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam panjatkan adalah memohon dikaruniai inabah ini. sebagaimana disebutkan dalam sebuah riwayat yang dikeluarkan oleh Imam Abu Dawud dan Ahmad dari haditsnya Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma, bahwa Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam, beliau biasa membaca do'a:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « رَبِّ أَعِنِّي وَلَا تُعِنْ عَلَيَّ وَانْصُرْنِي وَلَا تَنْصُرْ عَلَيَّ وَامْكُرْ لِي وَلَا تَمْكُرْ عَلَيَّ وَاهْدِنِي وَيَسِّرْ الْهُدَى إِلَيَّ وَانْصُرْنِي عَلَى مَنْ بَغَى عَلَيَّ رَبِّ اجْعَلْنِي لَكَ شَكَّارًا لَكَ ذَكَّارًا لَكَ رَهَّابًا لَكَ مِطْوَاعًا إِلَيْكَ مُخْبِتًا لَكَ أَوَّاهًا مُنِيبًا رَبِّ تَقَبَّلْ تَوْبَتِي وَاغْسِلْ حَوْبَتِي وَأَجِبْ دَعْوَتِي وَثَبِّتْ حُجَّتِي وَاهْدِ قَلْبِي وَسَدِّدْ لِسَانِي وَاسْلُلْ سَخِيمَةَ قَلْبِي » [أخرجه أبو داود و أحمد]
"Ya Allah, berilah hamba kemudahan jangan Engkau biarkan, berilah pertolongan jangan Engkau tolong musuhku, jadikan tipu daya untukku bukan atasku, berilah petunjuk, dan mudahkan untukku, tolonglah hamba terhadap orang yang memusuhiku. Ya Allah jadikanlah diriku hamba yang pandai bersyukur, banyak berdzikir, beribadah, serta yang taat pada      -Mu, banyak berdo'a dan berinabah kepada -Mu. Ya Rabb terimalah taubatku, cucilah dosa-dosaku, kabulkan do'aku, teguhkan hujahku, berilah hatiku petunjuk, luruskan lisanku, hilangkan kebencian dalam hatiku pada orang lain". HR Abu Dawud no: 1510. Ahmad 3/452 no: 1997.

Dan diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari Ibnu Buraidah dari ayahnya radhiyallahu 'anhu, menceritakan tentang dirinya, "Pada suatu malam Buraidah keluar rumah, ditengah jalan dirinya bertemu bersama Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam lantas beliau mengandeng tangannya lalu membawanya masuk ke dalam masjid. Ketika didalam masjid terdengar suara orang yang sedang membaca al-Qur'an, maka Nabi bertanya, "Apakah dia membaca karena ingin riya'? Buraidah bertanya balik, "Apakah dia membaca karena ingin supaya dipuji ya Rasulallah? Kemudian Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, "Tidak, dia adalah seorang mukmin yang berinabah, tidak, dia adalah seorang mukmin yang berinabah".
Maka kami dapati orang tersebut adalah al-Asy'ari yang sedang membaca dengan suara yang terdengar ditelinga kami disisi masjid. Kemudian Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, "Sesungguhnya al-Asy'ari –atau Abdullah bin Qois- telah dikaruniai oleh Allah suara indah dari sedikit yang dimiliki oleh nabi Daud". HR Ahmad 38/46 no: 22952.

Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam adalah termasuk manusia terbanyak yang berinabah kepada Rabbnya, dan termasuk do'a yang beliau panjatkan ialah tentang hal ini, seperti yang dijelaskan dalam sebuah hadits yang dikeluarkan oleh Imam Bukhari dan Muslim dari Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma, berkata, "Adalah Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam apabila beliau bangun malam dan mengerjakan sholat malam beliau membaca do'a:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « اللَّهُمَّ لَكَ الْحَمْدُ أَنْتَ قَيِّمُ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ وَمَنْ فِيهِنَّ وَلَكَ الْحَمْدُ لَكَ مُلْكُ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ وَمَنْ فِيهِنَّ وَلَكَ الْحَمْدُ أَنْتَ نُورُ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ وَمَنْ فِيهِنَّ وَلَكَ الْحَمْدُ أَنْتَ مَلِكُ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ وَلَكَ الْحَمْدُ أَنْتَ الْحَقُّ وَوَعْدُكَ الْحَقُّ وَلِقَاؤُكَ حَقٌّ وَقَوْلُكَ حَقٌّ وَالْجَنَّةُ حَقٌّ وَالنَّارُ حَقٌّ وَالنَّبِيُّونَ حَقٌّ وَمُحَمَّدٌ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَقٌّ وَالسَّاعَةُ حَقٌّ اللَّهُمَّ لَكَ أَسْلَمْتُ وَبِكَ آمَنْتُ وَعَلَيْكَ تَوَكَّلْتُ وَإِلَيْكَ أَنَبْتُ وَبِكَ خَاصَمْتُ وَإِلَيْكَ حَاكَمْتُ فَاغْفِرْ لِي مَا قَدَّمْتُ وَمَا أَخَّرْتُ وَمَا أَسْرَرْتُ وَمَا أَعْلَنْتُ أَنْتَ الْمُقَدِّمُ وَأَنْتَ الْمُؤَخِّرُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ أَوْ لَا إِلَهَ غَيْرُكَ » [أخرجه البخاري ومسلم]
"Ya Allah, segala puji bagi -Mu, Engkau adalah cahaya langit dan bumi serta segala isinya. Segala puji bagi -Mu, Engkau adalah penegak langit dan bumi serta isi yang ada dalam keduanya. Segala puji bagi -Mu, Engkau Rabb langit dan bumi serta segala isinya. Segala puji bagi -Mu, milik -Mu lah segala kerajaan langit dan bumi dengan segala isinya. Segala puji bagi -Mu, Engkau adalah penguasa langit dan bumi. Segala puji bagi -Mu, Engkau adalah al-Haq, janji      -Mu adalah benar adanya, dan ucapan -Mu adalah benar adanya, pertemuan dengan -Mu adalah benar adanya, surga itu adalah benar adanya, neraka itu adalah benar adanya, para nabi adalah benar adanya, Muhammad adalah benar adanya, dan hari kiamat adalah benar adanya. Ya Allah, kepada -Mu lah aku berserah diri, kepada      -Mu pula aku bertawakal, kepada -Mu aku beriman, kepada -Mu aku berinabah, dengan pertolongan -Mu aku berdebat dan kepada -Mu juga aku mengambil keputusan hukum. Ampunilah dosa-dosaku yang telah lalu dan yang akan datang, yang ku lakukan secara sembunyi-sembunyi dan terang-terangan. Engkau yang berhak menangguhkan dan mempercepat segala sesuatu. Tidak ada yang berhak di ibadahi secara benar melainkan Engkau, Engkau adalah illahku tidak ada yang berhak diibadahi secara benar melainkan Engkau". HR Bukhari no: 6317. Muslim no: 769.

Akhirnya kita ucapkan segala puji bagi Allah Shubhanahu wa ta’alla Rabb semesta alam. Shalawat serta salam semoga Allah Shubhanahu wa ta’alla curahkan kepada Nabi kita Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam, kepada keluarga beliau serta para sahabatnya.
***