Sifat Seorang Mukmin

Sifat Seorang Mukmin

Segala puji hanya untuk Allah Ta'ala, shalawat serta salam semoga tercurah kepada Rasulullah Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam. Aku bersaksi bahwa tidak ada ilah yang berhak disembah dengan benar melainkan Allah Ta’alla semata yang tidak ada sekutu bagi -Nya, dan aku juga bersaksai bahwa MuhammadShalallahu’alaihi wa sallam adalah seorang hamba dan utusan -Nya. Amma ba'du:
Dalam al-Qur'an, Allah ta'ala banyak sekali memberi petunjuk untuk kita semua, diantara sekian banyak penerang jalan kehidupan kita ialah firman Allah azza wa jalla:

﴿ وَٱلۡمُؤۡمِنُونَ وَٱلۡمُؤۡمِنَٰتُ بَعۡضُهُمۡ أَوۡلِيَآءُ بَعۡضٖۚ يَأۡمُرُونَ بِٱلۡمَعۡرُوفِ وَيَنۡهَوۡنَ عَنِ ٱلۡمُنكَرِ وَيُقِيمُونَ ٱلصَّلَوٰةَ وَيُؤۡتُونَ ٱلزَّكَوٰةَ وَيُطِيعُونَ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥٓۚ أُوْلَٰٓئِكَ سَيَرۡحَمُهُمُ ٱللَّهُۗ إِنَّ ٱللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٞ ٧١ وَعَدَ ٱللَّهُ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ وَٱلۡمُؤۡمِنَٰتِ جَنَّٰتٖ تَجۡرِي مِن تَحۡتِهَا ٱلۡأَنۡهَٰرُ خَٰلِدِينَ فِيهَا وَمَسَٰكِنَ طَيِّبَةٗ فِي جَنَّٰتِ عَدۡنٖۚ وَرِضۡوَٰنٞ مِّنَ ٱللَّهِ أَكۡبَرُۚ ذَٰلِكَ هُوَ ٱلۡفَوۡزُ ٱلۡعَظِيمُ ٧٢﴾ [ التوبة: 71-72] 
"Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebagian yang lain. mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul -Nya. mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Allah menjanjikan kepada orang-orang mukmin, lelaki dan perempuan, (akan mendapat) surga yang dibawahnya mengalir sungai-sungai, kekal mereka di dalamnya, dan (mendapat) tempat-tempat yang bagus di surga 'Adn. dan keridhaan Allah adalah lebih besar; itu adalah keberuntungan yang besar".  (QS at-Taubah: 71-72).

Penjabaran ayat: 
Berkata Syaikh Abdurhman bin Nashir as-Sa'di menjelaskan ayat diatas: "Firman -Nya: "Dan orang-orang yang beriman". Maksudnya baik dari kalangan kaum lelakinya maupun perempuan, sebagian mereka adalah penolong bagi sebagian yang lainnya. Baik dalam masalah kecintaan, loyalitas, kebersamaan serta tolong menolong.
Lalu Allah ta'ala mensifati mereka: "Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf". Yaitu sebuah nama yang mencakup bagi setiap perkara yang diketahui kebaikannya, mulai dari perkara akidah yang selamat dan amal sholeh serta akhlak mulia. Dan orang terdepan yang menyematkan sifat mulia ini adalah diri mereka sendiri. 
Sifat berikutnya, Allah Shubhanahu wa ta’alla mengatakan: "Mencegah dari yang munkar". Yaitu setiap hal yang bertabrakan dengan kebaikan serta lawan dari kebajikan, mulai dari keyakinan yang bathil, perbuatan jelek, serta akhlak yang buruk.
Kemudian sifat mereka selanjutnya adalah: ""Mereka taat pada Allah Shubhanahu wa ta’alla dan Rasul-Nya". Artinya mereka senantiasa memegangi ketaatannya kepada Allah Shubhanahu wa ta’alla dan Rasul -Nya.
Kemudian Allah Shubhanahu wa ta’alla menyebutkan akhir dari perbuatan mereka ialah: "mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah". Mereka akan dimasukan ke dalam barisan orang yang mendapat rahmat -Nya serta diliputi dengan karunia -Nya. Karena Allah Shubhanahu wa ta’alla: "Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana". Maksudnya Allah Shubhanahu wa ta’alla Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana, dimana -Dia meletakan segala sesuatu sesuai pada tempatnya yang layak. Sehingga Allah Shubhanahu wa ta’alla pantas untuk dipuji oleh makhluk -Nya.
Selanjutnya Allah ta'ala menyebut balasan bagi mereka: "Allah menjanjikan kepada orang-orang mukmin, lelaki dan perempuan, (akan mendapat) surga yang mengalir sungai-sungai dibawahnya ". surga ini adalah tempatnya segala macam bentuk kenikmatan dan kesenangan, mulai dari istananya, rumah, pepohonan, serta sungai-sungainya yang deras, terus mengalir mengairi kebun-kebunnya yang indah, yang tidak ada yang mengetahui hakekatnya secara pasti dari kenikmatan serta berkahnya melainkan Allah azza wa jalla.
Kemudian Allah ta'ala menegaskan: "Kekal mereka di dalamnya, dan (mendapat) tempat-tempat yang bagus di surga 'adn". Dimana telah dihiasi dan diperbagusi untuk hamba-hamba       –Nya yang bertakwa. Sungguh hal itu sangat menyejukan bagi orang yang melihatnya, tempat tinggal serta untuk istirahat yang indah, disatukan pada istana mereka yang tinggi, yang tidak iri bagi satu dengan yang lainnya.
Sampai kiranya Allah Shubhanahu wa ta’alla menyiapkan untuk mereka kamar yang sangat bersih lagi indah yang bisa terlihat dalamnya dari luar, dan kebalikannya. Dan tempat tinggal ini sangat menyejukan sehingga setiap orang akan merasa nyaman menempatinya, menentramkan hati, serta dirindukan oleh tiap ruh dikarenakan itulah surga Adn.
Mereka akan tinggal di dalamnya kekal selama-lamanya, keridhoan Allah Shubhanahu wa ta’alla meliputi seluruh penghuni surga, keridhoan yang lebih besar dari apa yang pernah mereka rasakan sebelumnya, maka kenikmatan terbesar yang belum mereka rasakan ialah melihat Rabbnya serta mendapat ridhonya azza wa jalla.
Inilah yang dinamaka keberuntungan yang besar dimana dirinya bisa mendapatkan segala apa yang menjadi keinginannya serta hilang segala perkara yang menyusahkan. Semoga Allah Shubhanahu wa ta’alla menjadikan kita dikalangan penghuni surga".       




Pelajaran yang bisa kita petik:
1. Diantara salah satu sifat yang dimiliki oleh orang-orang yang beriman bahwasannya mereka itu mau saling tolong menolong, serta saling membantu dikalangan mereka. 
Dijelaskan dalam sebuah hadits, sebagaimana dikeluarkan oleh Imam Bukhari dan Muslim dari Nu'man bin Basyir radhiyallahu 'anhu, beliau berkata: "Rasulallah Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِى تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ مَثَلُ الْجَسَدِ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى » [أخرجه البخاري و مسلم]
"Perumpamaan orang-orang yang beriman dalam kasih sayang, mencintai dan belas kasih (diantara mereka) semisal satu tubuh, yang apa bila ada anggota tubuh yang merasa sakit maka akan menjadikan seluruh tubuhnya merasakan sakitnya". HR Bukhari no: 6011. Muslim no: 2586.

2. Pentingnya perkara menyuruh pada yang ma'ruf serta mencegah dari perbuatan mungkar. 

Disebutkan oleh Allah ta'ala dalam firman -Nya bahwa kita adalah umat terbaik jika terpenuhi sifat diatas, Allah Shubhanahu wa ta’alla berfirman:

﴿ كُنتُمۡ خَيۡرَ أُمَّةٍ أُخۡرِجَتۡ لِلنَّاسِ تَأۡمُرُونَ بِٱلۡمَعۡرُوفِ وَتَنۡهَوۡنَ عَنِ ٱلۡمُنكَرِ ١١٠﴾ [ ال همران: 110]
"Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar".  (QS al-Imran: 110).

Dalam hadits sendiri disebutkan, bahwa Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ الإِيمَانِ » [أخرجه البخاري و مسلم]
"Barangsiapa diantara kalian melihat kemungkaran maka hendaknya ia merubah dengan tangannya, jika tidak mampu maka rubahlah dengan lisannya, jika tidak mampu juga maka hendaknya ia mengingkari dalam hatinya, itulah keimanan yang paling rendah". HR Muslim no: 49. Dari sahabat Abu Hurairah.

3. Agungnya urusan sholat dan zakat serta kedudukan keduanya yang begitu tinggi dalam agama Islam. 
Hal itu, juga dipertegas oleh Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari Abdullah bin Umar radhiyallahu 'anhuma, beliau berkata: "Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « بُنِيَ الْإِسْلَامُ عَلَى خَمْسٍ شَهَادَةِ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَإِقَامِ الصَّلَاةِ وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ وَحَجِّ الْبَيْتِ وَصِيَامِ رَمَضَانَ » [أخرجه البخاري و مسلم]
"Agama Islam dibangun diatas lima perkara: Bersaksi bahwa tidak ada ilah yang berhak disembah melainkan Allah, dan Muhammad adalah utusan Allah. Mengerjakan sholat, mengeluarkan zakat, berhaji dan berpuasa ramadhan".HR Bukhari no: 8. Muslim no: 16.


4. Bahwa ketaatan kepada Allah Shubhanahu wa ta’alla dan Rasul   -Nya merupakan faktor untuk bisa meraih rahmatnya -Nya. Di tambah memperoleh keberuntungan serta kebahagian didunia dan akhirat. 
Hal tersebut, juga Allah Shubhanahu wa ta’alla nyatakan dalam firman -Nya yang lain, yaitu:

﴿ وَمَن يُطِعِ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥ وَيَخۡشَ ٱللَّهَ وَيَتَّقۡهِ فَأُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡفَآئِزُونَ ٥٢﴾ [ النور: 52]  
"Dan barang siapa yang taat kepada Allah dan Rasul -Nya dan takut kepada Allah dan bertakwa kepada-Nya, Maka mereka adalah orang- orang yang mendapat kemenangan". (QS an-Nuur: 52).

5. Tempat tinggal yang disebutkan dalam surga Adn sangatlah indah serta bagus bangunannya, dan surga itu bertingkat-tingkat.
Sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari Abu Musa al-Asy'ari radhiyallahu 'anhu, beliau berkata: "Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « جَنَّتَانِ مِنْ فِضَّةٍ آنِيَتُهُمَا وَمَا فِيهِمَا وَجَنَّتَانِ مِنْ ذَهَبٍ آنِيَتُهُمَا وَمَا فِيهِمَا وَمَا بَيْنَ الْقَوْمِ وَبَيْنَ أَنْ يَنْظُرُوا إِلَى رَبِّهِمْ إِلَّا رِدَاءُ الْكِبْرِ عَلَى وَجْهِهِ فِي جَنَّةِ عَدْنٍ » [أخرجه البخاري و مسلم]
"Dua surga yang bejananya serta segala isinya terbuat dari perak, serta dua surga yang bejana serta segala isinya terbuat dari emas. Dan tidaklah ada penghalang antara penduduk surga dengan melihat Rabbnya melaikan jubah kesombongan yang berada diatas wajahnya, itu semua berada didalam surga Adn".  HR Bukhari no: 7444. Muslim no: 180.

Dalam hadits lain disebutkan, sebagaimana dikeluarkan oleh Ibnu Majah dari Mu'adz bin Jabal radhiyallahu 'anhu, beliau menceritakan: "Bahwa Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « الجنة مائة درجة . كل درجة منها ما بين السماء والأرض . وإن أعلاها الفردوس . وإن أوسطها الفردوس . وإن العرش على الفردوس . منها تفجر أنهار الجنة . فإذا ما سألتم الله فسلوه الفردوس » [أخرجه ابن ماجه ]
"Surga itu ada seratus tingkat, pada setiap tingkatnya sejauh langit dan bumi. Dan yang tertinggi adalah surga Firdaus, dan tengah-tengahnya juga surga Firdaus. Sesungguhnya Arsy berada diatas Firdaus, dari sanalah memancar sungai-sungai surga, maka apabila kalian meminta kepada Allah maka mintalah surga Firdaus". HR Ibnu Majah no: 4331. Dinilai shahih oleh al-Albani dalam shahih sunan Ibnu Majah 2/346 no: 3496.

Dalam redaksi Imam Ahmad disebutkan dari haditsnya Ubadah bin Shamit radhiyallahu 'anhu, beliau bersabda:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « الْجَنَّةُ مِائَةُ دَرَجَةٍ مَا بَيْنَ كُلِّ دَرَجَتَيْنِ مَسِيرَةُ مِائَةِ عَامٍ » [أخرجه أحمد ]
"Surga itu ada seratus tingkat, jarak antara satu surga dengan yang lainya sejauh perjalanan seratus tahun". HR Ahmad 37/369 no: 22695.

6. Didalam ayat menjelaskan bahwa ridho Allah Shubhanahu wa ta’alla atas mereka sangatlah besar, lebih mulia dan agung dari pada apa yang pernah mereka rasakan dari kenikmatan.
Sebagaimana didukung oleh hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari Abu Sa'id al-Khudri radhiyallahu 'anhu, beliau berkata: "Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « إِنَّ اللَّهَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى يَقُولُ لِأَهْلِ الْجَنَّةِ يَا أَهْلَ الْجَنَّةِ فَيَقُولُونَ لَبَّيْكَ رَبَّنَا وَسَعْدَيْكَ فَيَقُولُ هَلْ رَضِيتُمْ فَيَقُولُونَ وَمَا لَنَا لَا نَرْضَى وَقَدْ أَعْطَيْتَنَا مَا لَمْ تُعْطِ أَحَدًا مِنْ خَلْقِكَ فَيَقُولُ أَنَا أُعْطِيكُمْ أَفْضَلَ مِنْ ذَلِكَ قَالُوا يَا رَبِّ وَأَيُّ شَيْءٍ أَفْضَلُ مِنْ ذَلِكَ فَيَقُولُ أُحِلُّ عَلَيْكُمْ رِضْوَانِي فَلَا أَسْخَطُ عَلَيْكُمْ بَعْدَهُ أَبَدًا » [أخرجه البخاري و مسلم]
"Sesungguhnya Allah tabaraka wa ta'ala berfirman kepada penduduk surga: 'Wahai penduduk surga'. Mereka menjawab: 'Kami penuhi panggilan -Mu wahai Rabb'. Allah bertanya: 'Apakah kalian ridho dengan ini? apa yang menyebabkan kami tidak ridho, sedangkan Engkau telah memberi sesuatu yang belum pernah Engkau berikan pada makhluk -Mu. Jawab mereka. Allah lalu mengatakan: "Dan Aku akan memberi kalian sesuatu yang lebih baik dari itu". Mereka penasaran: "Wahai Rabb, apakah ada yang lebih baik dari ini semua? Allah berfirman: "Aku halalkan atas kalian keridhoan -Ku sehingga Aku tidak akan murka atas kalian selama-lamanya".  HR Bukhari no: 6549. Muslim no: 2829.

7. Dimasukannya orang beriman ke dalam surga, serta kekalnya mereka, plus ditambah keridhoan Allah Shubhanahu wa ta’alla atas mereka adalah kemenangan yang sangat besar. Bukan seperti persangkaan orang yang mengartikan dengan kemenangan seperti yang ada didunia, karena hal tersebut cepat sekali hilang dan sirnanya. 
Sebagaimana yang Allah ta'ala sebutkan dalam salah satu firman -Nya:

﴿ إِنَّ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَعَمِلُواْ ٱلصَّٰلِحَٰتِ لَهُمۡ جَنَّٰتٞ تَجۡرِي مِن تَحۡتِهَا ٱلۡأَنۡهَٰرُۚ ذَٰلِكَ ٱلۡفَوۡزُ ٱلۡكَبِيرُ ١١ ﴾ [ البروج: 11] 
"Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal yang shaleh bagi mereka surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; Itulah keberuntungan yang besar".  (QS al-Buruj: 11).

Diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari Abdullah bin Anas bahwasaannya dia mendengar Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu, berkata: "Tatkala Haram bin Milhan tertusuk, beliau adalah pamannya, pada peperangan Bi'ir Ma'unah. Dirinya mengusap darah yang mengalir pada wajah dan kepalanya, kemudian mengatakan: "Aku telah menang, demi Allah, Rabb pemilik Ka'bah". HR Bukhari no: 4092.
Dalam redaksi lain, Anas bin Malik menceritakan: "Allah ta'ala menurunkan ayat yang berkaitan dengan orang-orang yang terbunuh pada peperangan Bi'ir Ma'unah yang kami baca hingga dihapus setelahnya. 'Bahwa telah sampai kaum kepada Kami, dan bertemu dengan Rabb kami, Dirinya ridho kepada kami dan kami pun ridho kepadaNya". HR Bukhari no: 4091. Muslim no: 677.
Akhirnya kita tutup kajian kita dengan mengucapkan segala puji hanya bagi Allah Shubhanahu wa ta’alla Rabb seluruh makhluk. Shalawat serta salam semoga senantiasa Allah curahkan kepada Nabi kita Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam, kepada keluarga beliau serta para sahabatnya.
***

Tafsir Penutup Surat al-Baqarah


Tafsir Penutup Surat al-Baqarah

Segala puji hanya untuk Allah Ta'ala, shalawat serta salam semoga tercurah kepada Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam. Aku bersaksi bahwa tidak ada ilah yang berhak disembah dengan benar melainkan Allah Shubhanahu wa ta’alla semata yang tidak ada sekutu bagi -Nya, dan aku juga bersaksai bahwa Muhammad Shalallahu’alaihi wa sallam adalah seorang hamba dan utusan -Nya. Amma ba'du:
Pembahasan kita kali ini ialah berkaitan dengan firman Allah tabaraka wa ta'ala pada dua ayat terakhir di dalam surat al-Baqarah, yaitu:

﴿ ءَامَنَ ٱلرَّسُولُ بِمَآ أُنزِلَ إِلَيۡهِ مِن رَّبِّهِۦ وَٱلۡمُؤۡمِنُونَۚ كُلٌّ ءَامَنَ بِٱللَّهِ وَمَلَٰٓئِكَتِهِۦ وَكُتُبِهِۦ وَرُسُلِهِۦ لَا نُفَرِّقُ بَيۡنَ أَحَد مِّن رُّسُلِهِۦۚ وَقَالُواْ سَمِعۡنَا وَأَطَعۡنَاۖ غُفۡرَانَكَ رَبَّنَا وَإِلَيۡكَ ٱلۡمَصِيرُ ٢٨٥ لَا يُكَلِّفُ ٱللَّهُ نَفۡسًا إِلَّا وُسۡعَهَاۚ لَهَا مَا كَسَبَتۡ وَعَلَيۡهَا مَا ٱكۡتَسَبَتۡۗ رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذۡ نَآ إِن نَّسِينَآ أَوۡ أَخۡطَأۡنَاۚ رَبَّنَا وَلَا تَحۡمِلۡ عَلَيۡنَآ إِصۡرا كَمَا حَمَلۡتَهُۥ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِنَاۚ رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلۡنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهِۦۖ وَٱعۡفُ عَنَّا وَٱغۡفِرۡ لَنَا وَٱرۡحَمۡنَآۚ أَنتَ مَوۡلَىٰنَا فَٱنصُرۡنَا عَلَى ٱلۡقَوۡمِ ٱلۡكَٰفِرِينَ ٢٨٦ ﴾ [ البقرة: 285-286]
"Rasul telah beriman kepada al-Qur'an yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat -Nya, kitab-kitab -Nya dan rasul-rasul -Nya. (mereka mengatakan): "Kami tidak membeda-bedakan antara seorangpun (dengan yang lain) dari rasul-rasul -Nya", dan mereka mengatakan: "Kami dengar dan Kami ta'at." (mereka berdoa): "Ampunilah kami ya Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat kembali. Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (mereka berdoa): "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. beri ma'aflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir."  (QS al-Baqarah: 285-286).

Dijelaskan dalam sebuah hadits akan keutamaan dua ayat ini, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim dari Abu Mas'ud radhiyallahu 'anhu, beliau berkata: "Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « مَنْ قَرَأَ بِالْآيَتَيْنِ مِنْ آخِرِ سُورَةِ الْبَقَرَةِ فِي لَيْلَةٍ كَفَتَاهُ » [أخرجه البخاري و مسلم]
"Barangsiapa membaca dua ayat terakhir dari surat al-Baqarah dimalam hari, maka keduanya akan menjaganya". HR Bukhari no: 5009. Muslim no: 808.

 Diterangkan oleh para ulama, maksud perkataan Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam: 'Kafataahu', artinya keduanya akan menjaga orang yang membacanya dari kejelekan serta perkara yang tidak mengenakan. Ada yang mengatakan: 'Akan menjaganya dari setiap setan, sehingga mereka tidak akan mampu mendekati dirinya pada malam hari tersebut'. Ada lagi yang berpendapat, dirinya akan dicukupkan oleh Allah ta'ala dengan karunia serta ganjaran yang besar. Al-Hafidh Ibnu Hajar mengomentari: 'Dan ketiga pendapat tersebut semuanya ada kemungkinan benarnya".  
Diantara salah satu keutamaan surat ini juga, seperti di jelaskan dalam sebuah hadits yang dikeluarkan oleh Imam Ahmad didalam musnadnya dari Abu Dzar radhiyallahu 'anhu, beliau berkata: "Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « أُعْطِيتُ خَوَاتِيمَ سُورَةِ الْبَقَرَةِ مِنْ كَنْزٍ تَحْت الْعَرْشِ لَمْ يُعْطَهُنَّ نَبِيٌّ قَبْلِي » [أخرجه أحمد]
"Aku diberi (keutamaan) dengan penutup surat al-Baqarah (yang diambil) dari penyimpanan dibawah Arsy, yang belum pernah ada seorang nabi pun yang diberi semisal itu". HR Ahmad 35/446 no: 21564.
Diriwayatkan oleh Imam Muslim sebuah hadits dari Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu 'anhu, beliau menceritakan:
«  لَمَّا أُسْرِىَ بِرَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- انْتُهِىَ بِهِ إِلَى سِدْرَةِ الْمُنْتَهَى وَهِىَ فِى السَّمَاءِ السَّادِسَةِ إِلَيْهَا يَنْتَهِى مَا يُعْرَجُ بِهِ مِنَ الأَرْضِ فَيُقْبَضُ مِنْهَا وَإِلَيْهَا يَنْتَهِى مَا يُهْبَطُ بِهِ مِنْ فَوْقِهَا فَيُقْبَضُ مِنْهَا قَالَ (إِذْ يَغْشَى السِّدْرَةَ مَا يَغْشَى) قَالَ فَرَاشٌ مِنْ ذَهَبٍ. قَالَ فَأُعْطِىَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- ثَلاَثًا أُعْطِىَ الصَّلَوَاتِ الْخَمْسَ وَأُعْطِىَ خَوَاتِيمَ سُورَةِ الْبَقَرَةِ وَغُفِرَ لِمَنْ لَمْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ مِنْ أُمَّتِهِ شَيْئًا الْمُقْحِمَاتُ » [أخرجه مسلم]
"Tatkala Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam dibawa naik (pada malam isra dan mi'raj) beliau berhenti di Sidratul muntaha, yang letaknya berada dilangit yang keenam. Disanalah tempat berakhirnya segala perkara yang dibawa naik dari dunia, disana pula tempat berakhir segala hal yang datang dari atas, lalu dilepas. Allah ta'ala berfirman:
﴿ إِذۡ يَغۡشَى ٱلسِّدۡرَةَ مَا يَغۡشَىٰ ١٦ ﴾ [ النجم: 16]
"(Muhammad melihat Jibril) ketika Sidratil Muntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya".  (QS an-Najm: 16).

Beliau melanjutkan: "Tempat tidur yang terbuat dari emas. Lantas Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam di kasih tiga hal. Di wajibkannya sholat lima waktu, dikasih penutup dari surat al-Baqarah, dan diampuni dosa-dosa besar (dari kalangan) umatnya yang tidak menyekutukan Allah dengan suatu apapun". HR Muslim no: 173.

Imam Nawawi mengomentari hadits diatas sambil mengatakan: 'Yang diinginkan dengan ampunan dalam hadits ini ialah pelakunya tidak akan kekal didalam neraka, bukan berarti dirinya sama sekali tidak terkena siksa, karena telah datang keterangan yang menjelaskan bahwa para pelaku maksiat nantinya juga akan diadzab terlebih dahulu. Atau kemungkinan kedua, yang dimaksud bahwasannya Allah Shubhanahu wa ta’alla akan mengampuni dosa-dosa besar pada sebagian umatnya, dan ini merupakan kekhususan yang diberikan oleh -Nya kepada umatnya".  Dalam salah satu redaksi, Imam Muslim membawakan sebuah hadits dari Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma, beliau menceritakan:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « بَيْنَمَا جِبْرِيلُ قَاعِدٌ عِنْدَ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- سَمِعَ نَقِيضًا مِنْ فَوْقِهِ, فَرَفَعَ رَأْسَهُ. فَقَالَ: هَذَا بَابٌ مِنَ السَّمَاءِ فُتِحَ الْيَوْمَ لَمْ يُفْتَحْ قَطُّ إِلاَّ الْيَوْمَ. فَنَزَلَ مِنْهُ مَلَكٌ. فَقَالَ: هَذَا مَلَكٌ نَزَلَ إِلَى الأَرْضِ لَمْ يَنْزِلْ قَطُّ إِلاَّ الْيَوْمَ. فَسَلَّمَ . وَقَالَ: أَبْشِرْ بِنُورَيْنِ أُوتِيتَهُمَا لَمْ يُؤْتَهُمَا نَبِىٌّ قَبْلَكَ فَاتِحَةُ الْكِتَابِ وَخَوَاتِيمُ سُورَةِ الْبَقَرَةِ لَنْ تَقْرَأَ بِحَرْفٍ مِنْهُمَا إِلاَّ أُعْطِيتَهُ » [أخرجه مسلم]
"Tatkala Jibril sedang duduk disisi Nabi Muhammad Shalallahu 'alaihi wa sallam, beliau mendengar suara dari atas, maka beliau mengangkat kepalanya. Lantas Jibril berkata: "Itu adalah suara pintu dilangit, yang dibuka pada hari ini, yang tidak akan pernah dibuka kembali selain pada hari ini". Kemudian turun malaikat, Jibril mengatakan: "Ini adalah malaikat yang turun ke muka bumi, dirinya tidak akan turun melainkan pada hari ini". kemudian malaikat tadi memberi salam lalu berkata: "Kabar gembira dengan dua cahaya yang diberikan untukmu yang keduanya belum pernah diberikan kepada seorang nabi pun sebelummu. Yaitu surat al-Fatihah dan penutup dari surat al-Baqarah. Tidaklah engkau membaca keduanya melainkan engkau pasti akan dikarunia". HR Muslim no: 806.





Penjabaran ayat:
Dimulai dari firman -Nya azza wa jalla:
﴿ ءَامَنَ ٱلرَّسُولُ بِمَآ أُنزِلَ إِلَيۡهِ مِن رَّبِّهِۦ وَٱلۡمُؤۡمِنُونَۚ ٢٨٥ ﴾ [ البقرة: 285]
"Rasul telah beriman kepada al-Qur'an yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman". (QS al-Baqarah: 285).

Al-Hafidh Ibnu Katsir menjelaskan dalam tafsirnya: "Firman Allah ta'ala: "Demikian pula orang-orang beriman". Merupakan athaf (kata sambung) dari  "Rasul". Selanjutkan Allah Shubhanahu wa ta’alla mengabarkan tentang keberadaan semuanya, Allah Shubhanahu wa ta’alla berfirman:
﴿ كُلٌّ ءَامَنَ بِٱللَّهِ وَمَلَٰٓئِكَتِهِۦ وَكُتُبِهِۦ وَرُسُلِهِۦ لَا نُفَرِّقُ بَيۡنَ أَحَد مِّن رُّسُلِهِۦۚ ٢٨٥ ﴾ [ البقرة: 285]
 "Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat -Nya, kitab-kitab -Nya dan rasul-rasul -Nya. (mereka mengatakan): "Kami tidak membeda-bedakan antara seorangpun (dengan yang lain) dari rasul-rasul -Nya".  (QS al-Baqarah: 285).

Orang-orang yang beriman mengimani bahwasannya Allah Shubhanahu wa ta’alla adalah satu dan esa, sendiri tidak beranak pianak, yang tidak ada ilah yang berhak disembah melainkan diri         -Nya, yang tidak ada Rabb selain diri -Nya. Begitu pula mereka mempercayai dengan seluruh para Nabi dan para Rasul, selanjutnya mengimani dengan kitab-kitab suci yang diturunkan oleh Allah ta'ala dari langit kepada para hamba -Nya dari kalangan para Rasul dan Nabi. Mereka tidak membedakan antara satu rasul dengan yang lainnya. Sehingga beriman kepada sebagian lalu mengingkari sebagian yang lain, akan tetapi bagi mereka semuanya sama, benar adanya, mengajak kepada kebaikan, yang memperoleh petunjuk, serta memberi petunjuk kepada jalan kebenaran, walaupun ada diantara mereka yang menghapus syari'at yang lainnya, namun, tentunya dengan izin -Nya.
 Sampai akhirnya, semua dihapus dengan syari'at Nabi Muhammad Shalallahu 'alaihi wa sallam, sebagai penutup para Nabi dan Rasul hingga tegak hari kiamat, syari'at ini berada pada agamanya. Dan senantiasa akan tetap ada sekelompok dari umatnya yang berada diatas kebenaran".  
Selanjutnya Allah ta'ala ber firman akan keadaan orang-orang yang beriman tadi:

﴿ وَقَالُواْ سَمِعۡنَا وَأَطَعۡنَاۖ غُفۡرَانَكَ رَبَّنَا وَإِلَيۡكَ ٱلۡمَصِيرُ ٢٨٥ ﴾ [ البقرة: 285]
"Dan mereka mengatakan: "Kami dengar dan Kami ta'at." (QS al-Baqarah: 285).
Maksudnya kami mendengar firman -Mu wahai Rabb kami, dan kami memahaminya, lalu kami mengerjakan serta mentaati dengan mengamalkan isi yang terkandung dalam firman -Mu. 
Lalu mereka berdo'a:
﴿ غُفۡرَانَكَ رَبَّنَا وَإِلَيۡكَ ٱلۡمَصِيرُ ٢٨٥ ﴾ [ البقرة: 285]
 "Ampunilah kami ya Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat kembali". (QS al-Baqarah: 285).

Mereka memohon kepada Allah Shubhanahu wa ta’alla ampunan, rahmat serta kasih saying -Nya. Dan tempat kembali itu hanya kepada -Mu kelak pada hari pembalasan.
Kemudian Allah Shubhanahu wa ta’alla mengatakan:
﴿ لَا يُكَلِّفُ ٱللَّهُ نَفۡسًا إِلَّا وُسۡعَهَاۚ ٢٨٦ ﴾ [ البقرة: 286]
"Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya". (QS al-Baqarah: 286).

Diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, beliau menceritakan: 
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « لَمَّا نَزَلَتْ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- (لِلَّهِ مَا فِى السَّمَوَاتِ وَمَا فِى الأَرْضِ وَإِنْ تُبْدُوا مَا فِى أَنْفُسِكُمْ أَوْ تُخْفُوهُ يُحَاسِبْكُمْ بِهِ اللَّهُ فَيَغْفِرُ لِمَنْ يَشَاءُ وَيُعَذِّبُ مَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ عَلَى كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرٌ) قَالَ فَاشْتَدَّ ذَلِكَ عَلَى أَصْحَابِ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فَأَتَوْا رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- ثُمَّ بَرَكُوا عَلَى الرُّكَبِ فَقَالُوا أَىْ رَسُولَ اللَّهِ كُلِّفْنَا مِنَ الأَعْمَالِ مَا نُطِيقُ الصَّلاَةُ وَالصِّيَامُ وَالْجِهَادُ وَالصَّدَقَةُ وَقَدْ أُنْزِلَتْ عَلَيْكَ هَذِهِ الآيَةُ وَلاَ نُطِيقُهَا.
 قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم: « أَتُرِيدُونَ أَنْ تَقُولُوا كَمَا قَالَ أَهْلُ الْكِتَابَيْنِ مِنْ قَبْلِكُمْ سَمِعْنَا وَعَصَيْنَا بَلْ قُولُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا غُفْرَانَكَ رَبَّنَا وَإِلَيْكَ الْمَصِيرُ ». قَالُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا غُفْرَانَكَ رَبَّنَا وَإِلَيْكَ الْمَصِيرُ.
 فَلَمَّا اقْتَرَأَهَا الْقَوْمُ ذَلَّتْ بِهَا أَلْسِنَتُهُمْ فَأَنْزَلَ اللَّهُ فِى إِثْرِهَا (آمَنَ الرَّسُولُ بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْهِ مِنْ رَبِّهِ وَالْمُؤْمِنُونَ كُلٌّ آمَنَ بِاللَّهِ وَمَلاَئِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ لاَ نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِنْ رُسُلِهِ وَقَالُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا غُفْرَانَكَ رَبَّنَا وَإِلَيْكَ الْمَصِيرُ) فَلَمَّا فَعَلُوا ذَلِكَ نَسَخَهَا اللَّهُ تَعَالَى فَأَنْزَلَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ (لاَ يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلاَّ وُسْعَهَا لَهَا مَا كَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَا اكْتَسَبَتْ رَبَّنَا لاَ تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَسِينَا أَوْ أَخْطَأْنَا) قَالَ نَعَمْ (رَبَّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِنَا) قَالَ نَعَمْ (رَبَّنَا وَلاَ تُحَمِّلْنَا مَا لاَ طَاقَةَ لَنَا بِهِ ) قَالَ نَعَمْ (وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنْتَ مَوْلاَنَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ) قَالَ نَعَمْ » [أخرجه مسلم]
"Tatkala Allah ta'ala menurunkan firman -Nya yang bunyinya:
﴿ لِّلَّهِ مَا فِي ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَمَا فِي ٱلۡأَرۡضِۗ ٢٨٤ ﴾ [ البقرة: 284]
"Kepunyaan Allah -lah segala apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi".  (QS al-Baqarah: 284). Sampai akhir ayat. 

Maka para sahabat merasa keberatan akan hal tersebut, sehingga mereka mendatangi Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam kemudian mereka menderum diatas tunggangannya. Lalu berkata: "Wahai Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam, kami telah dibebani dengan amalan yang kami masih sanggup mengerjakannya, seperti sholat, puasa, jihad, dan sedekah. Dan sungguh telah diturunkan kepadamu ayat ini yang kami tidak sanggup untuk mengerjakannya. Maka Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: "Apakah kalian hendak meniru ucapan seperti yang dulu pernah diucapkan oleh ahli kitab (Yahudi dan Nashrani) sebelum kalian, yang mengatakan: 'Kami mendengar dan kami ingkari? Akan tetapi, ucapkanlah: 'Kami mendengar dan kami taat, ampunilah kami wahai Rabb kami dan kepada Engkaulah tempat kembali".
Lantas para sahabat mengatakan: "Kami mendengar dan taat, ampunilah kami wahai Rabb kami dan kepada Engkaulah tempat kembali". Dan manakala hal tersebut baru saja mereka lakukan, sampai kiranya belum kering lisan-lisan mereka, Allah ta'ala menurunkan setelah ayat tersebut, firman -Nya: 
﴿ ءَامَنَ ٱلرَّسُولُ بِمَآ أُنزِلَ إِلَيۡهِ مِن رَّبِّهِۦ وَٱلۡمُؤۡمِنُونَۚ كُلٌّ ءَامَنَ بِٱللَّهِ وَمَلَٰٓئِكَتِهِۦ وَكُتُبِهِۦ وَرُسُلِهِۦ لَا نُفَرِّقُ بَيۡنَ أَحَد مِّن رُّسُلِهِۦۚ وَقَالُواْ سَمِعۡنَا وَأَطَعۡنَاۖ غُفۡرَانَكَ رَبَّنَا وَإِلَيۡكَ ٱلۡمَصِيرُ ٢٨٥ ﴾ [ البقرة: 285]
"Rasul telah beriman kepada al-Qur'an yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat -Nya, kitab-kitab -Nya dan rasul-rasul -Nya. (mereka mengatakan): "Kami tidak membeda-bedakan antara seorangpun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya", dan mereka mengatakan: "Kami dengar dan Kami ta'at." (mereka berdoa): "Ampunilah kami ya Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat kembali."  (QS al-Baqarah: 285).

Ketika mereka mematuhi dan mengerjakan hal tersebut, maka Allah menghapus dengan menurunkan ayat berikutnya:
﴿ لَا يُكَلِّفُ ٱللَّهُ نَفۡسًا إِلَّا وُسۡعَهَاۚ لَهَا مَا كَسَبَتۡ وَعَلَيۡهَا مَا ٱكۡتَسَبَتۡۗ رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذۡنَآ إِن نَّسِينَآ أَوۡ أَخۡطَأۡنَاۚ ٢٨٦﴾ [البقرة: 286]
"Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (mereka berdoa): "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah". (QS al-Baqarah: 286). 

Selanjutnya dijawab oleh Allah ta'ala: 'Ia'.
Selanjutnya mereka berdo'a:
﴿ رَبَّنَا وَلَا تَحۡمِلۡ عَلَيۡنَآ إِصۡرا كَمَا حَمَلۡتَهُۥ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِنَا ۚ٢٨٦ ﴾ [ البقرة: 286]
"Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami". (QS al-Baqarah: 286). 

Allah ta'ala menjawab: 'Ya'.
Lalu mereka berdo'a kembali:
﴿ رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلۡنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهِۦۖ٢٨٦ ﴾ [ البقرة: 286]
"Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya". (QS al-Baqarah: 286). 

Allah ta'ala menjawab: 'Ya'.
Kemudian mereka menutup do'anya:
 ﴿ وَٱعۡفُ عَنَّا وَٱغۡفِرۡ لَنَا وَٱرۡحَمۡنَآۚ أَنتَ مَوۡلَىٰنَا فَٱنصُرۡنَا عَلَى ٱلۡقَوۡمِ ٱلۡكَٰفِرِينَ ٢٨٦ ﴾ [ البقرة: 286]
"Beri ma'aflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir."  (QS al-Baqarah: 286). 
Allah menjawab: 'Ya'. HR Muslim no: 125.
Didalam firmannya Allah tabaraka wa ta'ala:
 
﴿ لَا يُكَلِّفُ ٱللَّهُ نَفۡسًا إِلَّا وُسۡعَهَاۚ ٢٨٦ ﴾ [ البقرة: 286]
"Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya". (QS al-Baqarah: 286).

Maksudnya Allah Shubhanahu wa ta’alla tidak membebani seseorang diluar batas kemampuannya. Ini menunjukan tentang kasih sayangnya Allah ta'ala kepada para makhluk -Nya, serta kebaikan yang diberikan pada mereka. 
Kemudian Allah Shubhanahu wa ta’alla berfirman:
﴿ لَهَا مَا كَسَبَتۡ وَعَلَيۡهَا مَا ٱكۡتَسَبَتۡۗ٢٨٦ ﴾ [ البقرة: 286]
"Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya". (QS al-Baqarah: 286). 

Artinya ia akan memperoleh pahala dari kebaikan yang dulu pernah dilakukan, begitu pula akan mendapat siksa atas perbuatan jeleknya. Dan semua itu, masih masuk pada kisaran amalan yang dibebankan pada mereka. Sebagaimana dijelaskan dalam sebuah hadits yang dikeluarkan oleh Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, bahwasannya Nabi Muhammad Shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « إِنَّ اللَّهَ تَجَاوَزَ عَنْ أُمَّتِي مَا حَدَّثَتْ بِهِ أَنْفُسَهَا مَا لَمْ تَعْمَلْ أَوْ تَتَكَلَّمْ » [أخرجه البخاري و مسلم]
 "Sesungguhnya Allah telah mengampuni atas umatku dari perkara yang baru timbul dalam hatinya selagi belum ia kerjakan atau bicarakan". HR Bukhari no: 5269. Muslim no: 127.

Selanjutnya Allah ta'ala berfirman menjelaskan keadaan orang-orang yang beriman tersebut:
﴿رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذۡنَآ إِن نَّسِينَآ أَوۡ أَخۡطَأۡنَاۚ ٢٨٦ ﴾ [ البقرة: 286]
"(Mereka berdoa): "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah". (QS al-Baqarah: 286).

Maksudnya apabila kami meninggalkan kewajiban disebabkan karena lupa, atau jika kami mengerjakan perkara yang haram dalam keadaan lupa. Atau ketika kami keliru, sehingga salah dalam mengerjakannya, tidak sesuai dengan apa yang disyari'atkan disebabkan kebodohan kami. Diriwayatkan oleh Ibnu Majah sebuah hadits dari Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma, beliau berkata: "Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « إن الله وضع عن أمتي الخطأ والنسيان وما استكرهوا عليه » [أخرجه ابن ماجه]
"Sesungguhnya Allah memberi keringanan atas umatku ketika salah, lupa dan perkara yang dipaksakan atas mereka". HR Ibnu Majah no: 2043. Dinyatakan shahih oleh al-Albani dalam Shahih Ibni Majah 1/347 no: 1662.

Kemudian Allah Shubhanahu wa ta’alla melanjutkan firman -Nya:
﴿ رَبَّنَا وَلَا تَحۡمِلۡ عَلَيۡنَآ إِصۡرا كَمَا حَمَلۡتَهُۥ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِنَاۚ ٢٨٦ ﴾ [البقرة: 286]
"Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami". (QS al-Baqarah: 286).

Artinya Ya Allah janganlah kami dibebani dengan amalan-amalan yang berat, sekalipun kami masih mampu untuk melakukannya, sebagaimana Engkau syari'atkan pada umat-umat terdahulu sebelum kami dengan dibelenggu dan diikat. Sebagaimana Engkau mengutus Nabi -Mu Muhammad Shalallahu 'alaihi wa sallam, Nabi pembawa rahmat, yang telah Engkau jadikan sebagai ciri yang menonjol dalam syari'atnya, sebagaimana Engkau telah mengutusnya dengan membawa agama yang lurus, yang penuh dengan kemudahan dan toleransi.
Selanjutnya Allah Shubhanahu wa ta’alla berfirman:
﴿ رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلۡنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهِۦۖ ٢٨٦ ﴾ [ البقرة: 286]
 "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya". (QS al-Baqarah: 286). 

Maksudnya dari beban kewajiban-kewajiban, musibah serta bencana. Janganlah Engkau beri kami musibah atau bencana dari perkara yang kami tidak sanggup menanggungnya.
Berikutnya Allah ta'ala berfirman: 
  ﴿ وَٱعۡفُ عَنَّا وَٱغۡفِرۡ لَنَا وَٱرۡحَمۡنَآۚ ٢٨٦ ﴾ [ البقرة: 286]
"Beri ma'aflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami". (QS al-Baqarah: 286). 
 
Artinya ma'afkanlah kami dari dosa yang kami lakukan kepada -Mu, dari perkara yang Engkau telah mengetahuinya disebabkan kekurangan serta kekhilafan kami. Lalu ampunilah kami dari dosa yang kami kerjakan antara kami dan hamba -Mu. Janganlah Engkau perlihatkan atas mereka perbuatan buruk kami. Kemudian rahmatilah kami dari perkara yang akan datang, dan jangan Engkau cabut taufik -Mu disebabkan dosa yang lainnya. 
Lalu Allah ta'ala berfirman:
 ﴿ أَنتَ مَوۡلَىٰنَا فَٱنصُرۡنَا عَلَى ٱلۡقَوۡمِ ٱلۡكَٰفِرِينَ ٢٨٦ ﴾ [ البقرة: 286]
"Engkaulah penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir."  (QS al-Baqarah: 286).

Artinya Engkaulah tempat kembali dan sebagai penolong kami, hanya kepada -Mu kami bersandar, tempat memohon pertolongan, bertawakal, yang tidak ada daya serta kekuatan melainkan diri -Mu. Maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir. Yang mengingkari agama -Mu, serta mengingkari ke Esaan Dirimu, dan risalah yang dibawa oleh Nabi -Mu. Yang mana justru mereka menyembah kepada selain Dirimu dan menyekutukan -Mu didalam ibadah bersama yang lainnya. Maka tolonglah kami atas mereka, jangan jadikan kemenangan atas mereka di dunia dan diakhirat.  
Akhirnya kita ucapkan segala puji bagi Allah Shubhanahu wa ta’alla Rabb semesta alam. Shalawat serta salam semoga Allah Shubhanahu wa ta’alla curahkan kepada Nabi kita Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam, kepada keluarga beliau serta para sahabatnya. 
***