Musa Dan Fir’aun

Musa Dan Fir’aun

Segala puji bagi Allah, kami memuji dan memohon pertolongan serta ampunan kepadaNya. Dan kami berlindung kepadaNya dari kejahatan diri dan keburukan prilaku kami. Barangsiapa yang diberikan petunjuk oleh Allah maka tiada seorangpun yang mampu memberinya petunjuk dan barangsiapa yang disesatkannya maka tiada seorangpun yang menjadi penolong yang mampu memberinya petunjuk. Amma Ba’du:
Wahai sekalian orang yang beriman bertaqwalah kepada Allah: 
قال الله تعالى :   وَاتَّقُواْ يَوْمًا تُرْجَعُونَ فِيهِ إِلَى اللّهِ 281  [ البقرة: 281] 
Dan peliharalah dirimu dari (azab yang terjadi pada) hari yang pada waktu itu kamu semua dikembalikan kepada Allah. QS. Al-Baqarah: 281.
Dengan kedatangan bulan Muharram ini, kita mengingat kisah yang selalu diulang-ulang oleh Allah Yang Maha Tinggi dan Maha Suci di dalam berbagai surat di dalam Al-Qur’an karena hikmah dan tujuan yang sangat luhur lagi tinggi:
قال الله تعالى :   وَكُلّٗا نَّقُصُّ عَلَيۡكَ مِنۡ أَنۢبَآءِ ٱلرُّسُلِ مَا نُثَبِّتُ بِهِۦ فُؤَادَكَۚ ... ١٢٠  [ هود: 120] 
Dan semua kisah dari rasul-rasul Kami ceritakan kepadamu, ialah kisah-kisah yang dengannya Kami teguhkan hatimu; QS. Hud: 120.
قال الله تعالى :   نَتۡلُواْ عَلَيۡكَ مِن نَّبَإِ مُوسَىٰ وَفِرۡعَوۡنَ بِٱلۡحَقِّ لِقَوۡمٖ يُؤۡمِنُونَ ٣   [ القصص: 3] 
Kami membacakan kepadamu sebagian dari kisah Musa dan Firaun dengan benar untuk orang-orang yang beriman.  QS. Al-Qahsash: 3
Fir'aun adalah sosok diktator yang paling buruk, seorang raja dari Mesir. Dia kufur karena mengingkari wujud Allah Yang Maha Tinggi secara nyata. Diceritakan oleh Allah di dalam firmanNya: 
قال الله تعالى :   فَحَشَرَ فَنَادَى فَقَالَ أَنَا رَبُّكُمُ الْأَعْلَى23-24  
[ النازعات: 23-24] 
Maka dia mengumpulkan (pembesar-pembesarnya) lalu berseru memanggil kaumnya  . (Seraya) berkata: "Akulah tuhanmu yang paling tinggi". QS. Al-Nazi’at: 23-24.
قال الله تعالى :   وَقَالَ فِرۡعَوۡنُ يَٰٓأَيُّهَا ٱلۡمَلَأُ مَا عَلِمۡتُ لَكُم مِّنۡ إِلَٰهٍ غَيۡرِي ... ٣٨    [ القصص: 38]
Dan berkata Firaun: "Hai pembesar kaumku, aku tidak mengetahui tuhan bagimu selain aku. QS. Al-Qashash: 38. Dia berbuat aniaya terhadap kaum Bani Israil, kaum yang lebih baik  dari dirinya pada zaman itu, menimpakan kepada mereka siksa yang sangat pedih:
قال الله تعالى :   إِنَّ فِرۡعَوۡنَ عَلَا فِي ٱلۡأَرۡضِ وَجَعَلَ أَهۡلَهَا شِيَعٗا يَسۡتَضۡعِفُ طَآئِفَةٗ مِّنۡهُمۡ يُذَبِّحُ أَبۡنَآءَهُمۡ وَيَسۡتَحۡيِۦ نِسَآءَهُمۡۚ إِنَّهُۥ كَانَ مِنَ ٱلۡمُفۡسِدِينَ ٤    [ القصص: 4] 

Sesungguhnya Firaun telah berbuat sewenang-wenang di muka bumi dan menjadikan penduduknya berpecah belah, dengan menindas segolongan dari mereka, menyembelih anak laki-laki mereka dan membiarkan hidup anak-anak perempuan mereka. Sesungguhnya Firaun termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan. QS. Al-Qashash: 4
Dia hidup –semoga Allah melaknatnya- dengan penuh ketakutan. Seorang komandan dari suku Qibthy pernah memberitahukan kepadanya bahwa Ibrahim, kekasih Allah melewati Mesir dan Fir’aun ingin menguasai istrinya, Sarah lalu Allah menyelamatkannya  dan menjaga dirinya. Nabi Ibrahim diberitahukan bahwa akan terlahir dari keturunannya seorang anak, yang menjadi penghujung perjalanan kekuasaan Fir’aun di negeri Mesir. Kisah ini pada dasarnya terdapat di dalam hadits Shahih bahwa pada saat dia meyakini bahwa kekuasaannya akan berakhir di tangan seorang lelaki dari kalangan Bani Isroil. Maka diapun mulai membunuh kaum pria yang terlahir dari kalangan Bani isro’il guna mengamankan posisinya. Setelah beberapa lama seorang komandannya berkata kepadanya: "Sesungguhnya kaum Bani Israil hidup untuk berkhidmah kepada kita sementara Anda bertindak untuk menghabiskan mereka, akibatnya tidak ada yang tersisa dari mereka kecuali kaum wanita dan orang-orang tua, maka biarkanlah mereka satu tahun dan bunuhlah bayi laki-laki yang terlahir pada tahun berikutnya. Maka diapun setuju dengan pendapat ini, lalu diapun membunuh bayi laki-laki-laki yang terlahir satu tahun dan membiarkan mereka satu tahun selanjutnya agar bisa dipekerjakan oleh dirinya dan kaumnya. Hal ini sebagai ujian dan penjelasan bahwa kewaspadaan tidak akan pernah menyelamatkan seseorang dari ketetapan yang pernah ditetapkan oleh Allah. Dan Nabi Musa Alaihis salam terlahir pada tahun dibunuhnya bayi lelaki yang terlahir. Maka ibu Nabi Musa sangat khawatir dan takut jika bayinya yang pada usia balighnya kelak akan mendapat wahyu ini akan terbunuh ditangan tentara Fir’aun, dia akan menjadi peminpin umat. Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam berkata tentang Nabi Musa: "Seandainya saudaraku Musa, hidup maka dia tidak memiliki pilihan kecuali harus mengikutiku”. Akan tetapi Maha Mengetahui dan Maha Bijaksana, Maha Mengetahui segala perkara hambaNya, Dia tidak pernah lalai dari mereka walau sekejap mata atau yang lebih kecil dari itu dan selalu menjaga serta memlihara mereka. Bayi yang kecil mungil, masih menyusu ini, yang sangat dikhawatirkan oleh ibunya karena ancaman pedang Fir’aun telah mendapat pemeliharaan Allah, sebagaimana penjagaan Allah terhadap para nabi dan rasulNya: 
قال الله تعالى :   ...ۚ وَأَلۡقَيۡتُ عَلَيۡكَ مَحَبَّةٗ مِّنِّي وَلِتُصۡنَعَ عَلَىٰ عَيۡنِيٓ ٣٩   [طه: 39] 
Dan Aku telah melimpahkan kepadamu kasih sayang yang datang dari-Ku; dan supaya kamu diasuh di bawah pengawasan-Ku.QS. Thaha: 39.
Maka Allah membukakan hati istri Fir’aun sebelum pintu benteng dan  istana terbuka, anak tersebut besar di dalam didikan orang yang justru menjadi musuh baginya. Lalu Musa alaihis salam keluar dari istana Fir’aun dengan suatu ujian:
قال الله تعالى :   وَجَآءَ رَجُلٞ مِّنۡ أَقۡصَا ٱلۡمَدِينَةِ يَسۡعَىٰ قَالَ يَٰمُوسَىٰٓ إِنَّ ٱلۡمَلَأَ يَأۡتَمِرُونَ بِكَ لِيَقۡتُلُوكَ فَٱخۡرُجۡ إِنِّي لَكَ مِنَ ٱلنَّٰصِحِينَ ٢٠   
 [ القصص: 20] 
Dan datanglah seorang laki-laki dari ujung kota bergegas-gegas seraya berkata: "Hai Musa, sesungguhnya pembesar negeri sedang berunding tentang kamu untuk membunuhmu, sebab itu keluarlah (dari kota ini) sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang memberi nasihat kepadamu". QS. Al-Qasas: 20.
Setelah itu dia tumbuh dewasa lalu menikah dengan maskawin menggembala kambing. Pada saat dirinya telah dewasa, sempurna akalnya dan siap mengemban risalah Allah Ta’ala mewahyukan kepadanya. Dan dia didukung oleh saudaranya Harun sebagai pendukung dirinya dalam berdakwah:
قال الله تعالى :   فَأۡتِيَا فِرۡعَوۡنَ فَقُولَآ إِنَّا رَسُولُ رَبِّ ٱلۡعَٰلَمِينَ ١٦ أَنۡ أَرۡسِلۡ مَعَنَا بَنِيٓ إِسۡرَٰٓءِيلَ ١٧    [الشُّعَرَاءِ: 17-16]  
  Maka datanglah kamu berdua kepada Firaun dan katakanlah olehmu: 'Sesungguhnya kami adalah Rasul Tuhan semesta alam. lepaskanlah Bani Israel (pergi) beserta kami'". QS. Al-Syu’ara: 16-17.
Maka Fir’aun terlaknat menyambut mereka dengan sikap mengingkari Allah Subhanahu Wa Ta’ala: 
قال الله تعالى :   قَالَ فِرۡعَوۡنُ وَمَا رَبُّ ٱلۡعَٰلَمِينَ ٢٣ قَالَ رَبُّ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِ وَمَا بَيۡنَهُمَآۖ إِن كُنتُم مُّوقِنِينَ ٢٤   [الشُّعَرَاءِ:24-23]
"Firaun bertanya: "Siapa Tuhan semesta alam itu?. Musa menjawab: "Tuhan Pencipta langit dan bumi dan apa-apa yang di antara keduanya. (Itulah Tuhanmu), jika kamu sekalian (orang-orang) mempercayai-Nya". QS. Al-Syu’ara: 23-24.
Lalu perdebatan berlangsung alot dan berubah menjadi perdebatan dalam bentuk lain, Fir’uan mengumpulkan para tukang sihirnya agar membuat tipu daya terhadap Musa namun Allah selalu mengawasi mereka: 
قال الله تعالى :   وَجَآءَ ٱلسَّحَرَةُ فِرۡعَوۡنَ قَالُوٓاْ إِنَّ لَنَا لَأَجۡرًا إِن كُنَّا نَحۡنُ ٱلۡغَٰلِبِينَ ١١٣ قَالَ نَعَمۡ وَإِنَّكُمۡ لَمِنَ ٱلۡمُقَرَّبِينَ ١١٤  
 [الأَعرَافِ: 114-113] 

"Dan beberapa ahli sihir itu datang kepada Firaun mengatakan : Apakah sesungguhnya kami akan mendapat upah, jika kamilah yang menang?. Firaun menjawab: "Ya, dan sesungguhnya kamu benar-benar akan termasuk orang-orang yang dekat (kepadaku)". QS. Al-A’raf: 113-114.
Mereka adalah para tukang sihir yang ahli: 
قال الله تعالى :   قَالُواْ يَٰمُوسَىٰٓ إِمَّآ أَن تُلۡقِيَ وَإِمَّآ أَن نَّكُونَ نَحۡنُ ٱلۡمُلۡقِينَ ١١٥ قَالَ أَلۡقُواْۖ فَلَمَّآ أَلۡقَوۡاْ سَحَرُوٓاْ أَعۡيُنَ ٱلنَّاسِ وَٱسۡتَرۡهَبُوهُمۡ وَجَآءُو بِسِحۡرٍ عَظِيمٖ ١١٦   [الأَعرَافِ: 116-115] 
" Ahli-ahli sihir berkata: "Hai Musa, kamukah yang akan melemparkan lebih dahulu, ataukah kami yang akan melemparkan?”. Musa menjawab: "Lemparkanlah (lebih dahulu)!" Maka tatkala mereka melemparkan, mereka menyulap mata orang dan menjadikan orang banyak itu takut, serta mereka mendatangkan sihir yang besar (menakjubkan). QS. Al-A’raf: 115-116.
Namun Fir’aun dan rakyatnya, serta para tukang sihir dan dukun dikagetkan dengan sebuah peristiwa: 
قال الله تعالى :   وَأَوۡحَيۡنَآ إِلَىٰ مُوسَىٰٓ أَنۡ أَلۡقِ عَصَاكَۖ فَإِذَا هِيَ تَلۡقَفُ مَا يَأۡفِكُونَ ١١٧ فَوَقَعَ ٱلۡحَقُّ وَبَطَلَ مَا كَانُواْ يَعۡمَلُونَ ١١٨ فَغُلِبُواْ هُنَالِكَ وَٱنقَلَبُواْ صَٰغِرِينَ ١١٩  [الأَعۡرَافِ:119-117] 
Dan kami wahyukan kepada Musa: "Lemparkanlah tongkatmu!" Maka sekonyong-konyong tongkat itu menelan apa yang mereka sulapkan. Karena itu nyatalah yang benar dan batallah yang selalu mereka kerjakan. Maka mereka kalah di tempat itu dan jadilah mereka orang-orang yang hina.. QS. Al-A’raf: 117-119. 
Walaupun peristiwa yang lebih menggegerkan dan mengejutkan belum memuncak, akan tetapi suasana semakin memanas pada saat seluruh tukang sihir yang didatangkan oleh Fir’aun beriman kepada Allah Azza Wa Jalla: 
قال الله تعالى :   وَأُلۡقِيَ ٱلسَّحَرَةُ سَٰجِدِينَ ١٢٠ قَالُوٓاْ ءَامَنَّا بِرَبِّ ٱلۡعَٰلَمِينَ ١٢١ رَبِّ مُوسَىٰ وَهَٰرُونَ ١٢٢  [الأَعۡرَافِ:122-120]  

  Dan ahli-ahli sihir itu serta merta meniarapkan diri dengan bersujud. Mereka berkata: "Kami beriman kepada Tuhan semesta alam, "(yaitu) Tuhan Musa dan Harun". QS. Al-A’raf: 120-122.
Maka Fir’aunpun mulai mengancam dan menindak mereka: 
قال الله تعالى :   لَأُقَطِّعَنَّ أَيۡدِيَكُمۡ وَأَرۡجُلَكُم مِّنۡ خِلَٰفٖ ثُمَّ لَأُصَلِّبَنَّكُمۡ أَجۡمَعِينَ ١٢٤   [الأَعۡرَافِ: 124] 
"Demi, sesungguhnya aku akan memotong tangan dan kakimu dengan bersilang secara bertimbal balik, kemudian sungguh-sungguh aku akan menyalib kamu semuanya."  QS. Al-A’raf: 124.
Dalam waktu yang sangat singkat mereka berubah mengumumkan keimanan mereka secara jujur dan terang-terangan dari kekafiran sambil menantang diktator yang paling jahat di atas permukaan bumi. Penyampaian risalah saling bergantian antara Nabi Musa dan saudaranya, dan tekanan Fir’aun terhadap Musa dan saudaranya berjalan sampai kisah tersebut berakhir dengan apa yang diwahyukan oleh Allah kepada Nabi Musa alaihis salam agar mereka berjalan pada malam hari dari Mesir dan Fir’aun sangat bingung dengan perkara tersebut. Maka diapun mengirim berita kepada seluruh penjuru Mesir agar rakyat berkumpul…guna terwujudnya kehendak yang dikehendaki oleh Allah. Maka Fir’aunpun mengumpulkan bala tentaranya dan berjalan menuju arah yang dilalui oleh Musa, yaitu laut merah:
قال الله تعالى :   فَلَمَّا تَرَٰٓءَا ٱلۡجَمۡعَانِ قَالَ أَصۡحَٰبُ مُوسَىٰٓ إِنَّا لَمُدۡرَكُونَ ٦١   [ الشعراء: 61] 
Maka setelah kedua golongan itu saling melihat, berkatalah pengikut-pengikut Musa: "Sesungguhnya kita benar-benar akan tersusul". QS. Al-Syu’ara: 61.
Lautan dihadapan kita, jika kita melewatinya maka kita akan tenggelam padanya, sementara Fir’aun dan kumnya berada di belakang kita, jika kita berhenti maka mereka akan menangkap kita. Maka Musa menegaskan dengan lisan seorang mu’min yang yakin dan percaya dengan janji, pertolongan dan rahmat  Tuhannya: 
قال الله تعالى :   قَالَ كَلَّآۖ إِنَّ مَعِيَ رَبِّي سَيَهۡدِينِ ٦٢  [ الشعراء: 62]
 "Musa menjawab: "Sekali-kali tidak akan tersusul; sesungguhnya Tuhanku besertaku, kelak Dia akan memberi petunjuk kepadaku". QS. Al-Syu’ara: 62
Pada saat Nabi Musa telah sampai di lautan maka Allah memerintahkan kepadanya untuk memukul laut tersebut dengan tongkatnya, maka lautan tersebut terpecah menjadi dua belas jalan, air berubah mejadi tanah. Maha Suci Allah, di tanganNyalah segala sesuatu dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. Lalu pada saat Musa dan kaumnya berjalan melewati laut merah yang telah berubah menjadi tanah, seakan mereka berjalan di atas padang pasir maka Fir’aun pun ikut mengejar melewati jalan yang sama, lalu pada saat mereka telah sampai ditengah lautan Allah memerintahkan agar lautan tersebut kembali seperti keadaannya yang semula, maka laut itupun menghantam Fir’aun dan bala tentarannya sehingga menenggelamkan dan membinasakan mereka semua…

Khutbah Kedua
Segala puji bagi Allah Yang Maha Perkasa dan Maha Pengampun, Yang membolak-balikkan hati dan pandangan. Aku memuji Allah Yang Maha Suci dan bersyukur kepada-Nya, bertaubat dan memohon ampuananNya. Nikmat-Nya turun tercurah dan karunia-Nya turun secara berlimpah.
Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah dengan sebenarnya kecuali Allah Yang Maha Esa dan tiada sekutu bagiNya. Dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusanNya. Yang telah mengangkat segala belenggu, dan menyingkap segala penutup mata dengan izin Allah. Semoga Allah mencurahkan shalawat dan salam dan memberikan keberkahan kepada beliau, dan kepada para keluarga dan para shahabat beliau yang terbaik, serta seluruh orang yang mengikuti mereka dengan kebaikan selama siang dan malam berganti….

Amma ba’du….
Wahai sekalian hamba Allah yang Maha Pengasih!. Banyak kisah yang disebutkan oleh Allah di dalam Al-Qur’an agar kita mengambil pelajaran dan ibroh. Lihatlah betapa banyak pelajaran dan ibrah di dalam kisah Musa dan Fir’aun. Fir’aun membunuh anak bayi Bani Israil hanya karena ketakutan dengan Musa Alaihis salam. Musa tumbuh berkembang di dalam rumah dan istana istrinya. Lihatlah bagaimana Nabi Musa menghadapi sang diktator secara terang-terangan dan jelas serta meneriakkan kebenaran dengan mengatakan ketahuilah bahwa Tuhan kalian adalah Rabb semesta Allam. Akhirnya Allah menyelamatkannya dari makar Fir’aun. Dan renungkanlah bagimana Allah mengubah air yang cair berubah menjadi benda padat seperti gunung dengan izin Allah, jalan terbentang bagai daratan dan tidak becek. Dan pada saat yang sama Allah membinasakan sang diktator pembangkang di saat dirinya angkuh dengan kekuasaannya. Dia menyombongkan diri dengan sungai-sungai yang mengalir di bawah kekuasaannya, maka Allah menghancurkannya dengan air lautan.
Wahai sekaian orang yang beriman…
Tidak diragukan lagi bahwa tanpakknya ayat-ayat Allah pada makhlukNya sebagao nikmat yang sangat besar yang harus disyukuri, terlebih jika ayat-ayat tersebut menjelaskan tentang pertolongan Allah kepada kekasihNya dan membinasakan musuh-musuh Allah. Oleh karena itulah pada saat Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam berhijrah ke Madinah, beliau mendapatkan orang-orang Yahudi berpuasa pada hari kesepuluh bulan Muharram, dan mereka berkata bahwa pada hari itulah Allah Ta’ala menyelamatkan Musa dan kaumnya serta membinasakan Fir’aun dan kaumnya maka Nabi Musa menjalankan puasa karenanya sebagai perwujudan rasa syukur kepada Allah. Maka Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, "Kami lebih berhak terhadap Musa daripada kalian. Maka Nabipun berpuasa pada hari itu dan beliau juga memerintahkan para shahabat agar mereka berpuasa pada hari tersebut. Dan Nabi shallallahu alaihi wa sallam pernah ditanya tentang puasa Muharram maka beliau bersabda: Bahwa puasa tersebut menghapuskan dosa-dosa satu tahun yang telah lewat”.
Maka dianjurkan bagi orang muslim untuk berpuasa asyura, begitu juga puasa pada tanggal sembilannya agar menyelesihi orang-orang Yahudi, seperti yang diperintahkan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam.
***

Fitnah Harta

Fitnah Harta

Segala puji bagi Allah yang telah menciptakan manusia agar mereka menyembah kepadaNya dan memberikan peringatan kepada orang-orang yang beriman agar mereka tidak disibukkan oleh harta dari beribadah kepada Allah. Allah Ta’ala telah berfirman: 
قال الله تعالى :   يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ لَا تُلۡهِكُمۡ أَمۡوَٰلُكُمۡ وَلَآ أَوۡلَٰدُكُمۡ عَن ذِكۡرِ ٱللَّهِۚ وَمَن يَفۡعَلۡ ذَٰلِكَ فَأُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡخَٰسِرُونَ ٩    [المُنَافِقُونَ: 9] 
Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barang siapa yang membuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang rugi. QS. Al-Munafiqun: 9.
Dan aku bersaksi bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah selain Allah, Yang Maha Esa dan tiada sekutu bagiNya, Yang telah menciptakan kehidupan ini penuh dengan berbagai kesulitan dan dihimpit oleh beragam tantangan, dan menjadikan harta sebagai fitnah yang paling besar. Allah Ta’ala berfirman: 
قال الله تعالى :   وَٱعۡلَمُوٓاْ أَنَّمَآ أَمۡوَٰلُكُمۡ وَأَوۡلَٰدُكُمۡ فِتۡنَةٞ وَأَنَّ ٱللَّهَ عِندَهُۥٓ أَجۡرٌ عَظِيمٞ ٢٨   [الأَنفَالِ: 28] 
Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar. QS. Al-Anfal: 28.
Dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah penghulu orang yang beribadah kepada Allah dan zuhud hidup di dunia ini.
Ya Allah curahkanlah shalawat dan salam yang berlimpah kepada pemimpin kami Muhammad, dan kepada keluarga, para shahabat yang tidak pernah terfitnah oleh dunia dan tidak pernah berpaling dari akherat. Amma Ba’du: Allah Ta’ala telah berfirman: 
قال الله تعالى :   زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ ٱلشَّهَوَٰتِ مِنَ ٱلنِّسَآءِ وَٱلۡبَنِينَ وَٱلۡقَنَٰطِيرِ ٱلۡمُقَنطَرَةِ مِنَ ٱلذَّهَبِ وَٱلۡفِضَّةِ وَٱلۡخَيۡلِ ٱلۡمُسَوَّمَةِ وَٱلۡأَنۡعَٰمِ وَٱلۡحَرۡثِۗ ذَٰلِكَ مَتَٰعُ ٱلۡحَيَوٰةِ ٱلدُّنۡيَاۖ وَٱللَّهُ عِندَهُۥ حُسۡنُ ٱلۡمَ‍َٔابِ ١٤    [آلِ عِمۡرَانَ: 14] 
Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga). QS. Ali Imron: 14.
Wahai sekalian orang yang beriman. Di dalam ayat ini Allah Ta’ala menyebutkan harta sebagai bagian dari kehendak hawa nafsu dan kelezatan yang fana serta menisbatkannya kepada kehidupan dunia, padahal dia tidak berarti apa-apa di dalam pandangan orang yang berakal. Sebagaimana firman Allah Yang Maha Tinggi:
قال الله تعالى :   إِنَّ ٱلَّذِينَ كَفَرُواْ لَن تُغۡنِيَ عَنۡهُمۡ أَمۡوَٰلُهُمۡ وَلَآ أَوۡلَٰدُهُم مِّنَ ٱللَّهِ شَيۡ‍ٔٗاۖ وَأُوْلَٰٓئِكَ هُمۡ وَقُودُ ٱلنَّارِ ١٠  [آلِ عِمۡرَانَ: 10]
  
Sesungguhnya orang-orang yang kafir, harta benda dan anak-anak mereka, sedikit pun tidak dapat menolak (siksa) Allah dari mereka. Dan mereka itu adalah bahan bakar api neraka. QS. Ali Imron: 10.
Dan di dalam ayat yang lain Allah Ta’ala memberitahukan bahwa harta dan anak-anak tidak akan memberikan manfaat apapun bagi orang-orang kafir, tidak bisa menebus diri mereka dari azab yang pedih dan tidak memberikan manfaat apapun bagi mereka. Sebagaimana dijelaskan di dalam firman Allah Ta’ala: 
قال الله تعالى :   إِنَّ ٱلَّذِينَ كَفَرُواْ وَمَاتُواْ وَهُمۡ كُفَّارٞ فَلَن يُقۡبَلَ مِنۡ أَحَدِهِم مِّلۡءُ ٱلۡأَرۡضِ ذَهَبٗا وَلَوِ ٱفۡتَدَىٰ بِهِۦٓۗ أُوْلَٰٓئِكَ لَهُمۡ عَذَابٌ أَلِيمٞ وَمَا لَهُم مِّن نَّٰصِرِينَ ٩١     [آلِ عِمۡرَانَ: 91]  
Sesungguhnya orang-orang yang kafir dan mati sedang mereka tetap dalam kekafirannya, maka tidaklah akan diterima dari seseorang di antara mereka emas sepenuh bumi, walaupun dia menebus diri dengan emas (yang sebanyak) itu. Bagi mereka itulah siksa yang pedih dan sekali-kali mereka tidak memperoleh penolong. QS. Ali Imron: 91.
Camkanlah wahai orang yang berakal bahwa tidak ada kekayaan kecuali dengan beramal soleh, di antaranya adalah mengifakkan harta di jalan Allah, dan renungkanlah firman Allah yang menjelaskan tentang orang yang diberi kitab amalnya dengan tangan kirinya: 
قال الله تعالى :   مَا أَغْنَى عَنِّي مَالِيهْ 28  [ الحاقة: 28] 
“Hartaku sekali-kali tidak memberi manfaat kepadaku.”. QS. Al-Haqah: 28.
Maka perkaranya adalah pada manfaat harta tersebut sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam: Harta yang paling baik adalah harta yang dimiliki oleh lelaki yang soleh”.
Nabi Isa Alaihis salam pernah ditanya tentang harta dan beliau menjawab: Tidak ada kebaikan padanya. Dikatakan kepadanya: Kenapa wahai nabi Allah?. Sebab harta tersebut didapatkan dengan cara yang tidak halal. Kalau didapatkan dengan jalan yang halal?. Hak harta tersebut tidak ditunaikan. Dia ditanya kembali: Jika hak harta tersebut ditunaikan?. Dia menjawab: Pemiliknya tidak terbebas dari kesombongan. Di katakana kepadanya: Jika pemiliknya terbebas dari kesombongan?. “Dia akan disibukkan dari berzikir kepada Allah”. Jawabnya. Lalu dia ditanya kembali: Jika dia tidak disibukkan dari berzikir kepada Allah?. Perhitungannya akan lama pada hari kiamat kelak.
Wahai sekalian orang yang beriman, dalam urusan harta dan pemeliharaannya manusia terbagi menjadi tiga kelompok: 
Pertama: Manusia yang tidak berambisi mengumpulkan harta dan menyimpannya. Mereka hanya mencukupkan diri dengan kebutuhan yang bisa menghilangkan rasa lapar mereka dan menutupi aurat, mereka hanya cukup dengan perbekalan yang bisa mengantarkan mereka ke alam akherat. Maka mereka itulah orang yang tidak ada ketakutan pada diri mereka dan tidak pula mereka bersedih hati.
Ada kelompok lain yang senang mengumpulkan harta benda dengan cara yang baik dan menyalurkannnya pada jalur-jalur terbaik, mereka menjadikannya sebagai sarana untuk menyambung silaturahmi dan memenuhi kebutuhan para fakir miskin. Mereka inilah golongan orang-orang yang bersyukur terhadap nikmat Allah dan Allah berfirman tentang mereka “Dan sangat sedikit sekali dari hamba-hambaKu yang bersyukur”.
Dan ada kelompok lain yang senang mengumpulkan harta benda baik dengan cara yang halal atau haram. Jika mereka menafkahkan harta, maka mereka menafkahkannya secara boros dan berlebihan, dan jka mereka menahannya maka harta tersebut ditahan karena pelit dan untuk menimbun semata. Mereka inilah orang-orang yang hatinya telah dikuasai oleh kepentingan duniawi semata sehingga mereka terperosok ke dalam api neraka karena dosa-dosa mereka sendiri dan mereka berhak mendapat ancaman Allah di dalam firmanNya: 
قال الله تعالى :  ...ٱلَّذِينَ يَكۡنِزُونَ ٱلذَّهَبَ وَٱلۡفِضَّةَ وَلَا يُنفِقُونَهَا فِي سَبِيلِ ٱللَّهِ فَبَشِّرۡهُم بِعَذَابٍ أَلِيمٖ ٣٤ يَوۡمَ يُحۡمَىٰ عَلَيۡهَا فِي نَارِ جَهَنَّمَ فَتُكۡوَىٰ بِهَا جِبَاهُهُمۡ وَجُنُوبُهُمۡ وَظُهُورُهُمۡۖ هَٰذَا مَا كَنَزۡتُمۡ لِأَنفُسِكُمۡ فَذُوقُواْ مَا كُنتُمۡ تَكۡنِزُونَ ٣٥   [ التوبة: 35-34] 
Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih. pada hari dipanaskan emas perak itu dalam neraka Jahanam, lalu dibakar dengannya dahi mereka, lambung dan punggung mereka (lalu dikatakan) kepada mereka: "Inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, maka rasakanlah sekarang (akibat dari) apa yang kamu simpan itu". QS. Al-Taubah: 34-35.
Wahai sekalian hamba Allah takut;ah kepada Allah dan renungkanlah ayat di atas dan camkanlah apa-apa yang diturunkan di dalam Al-Qur’an tentang kisah sesorang yang di mana Allah menurunkan ayat tersebut karena peristiwa yang menimpanya dan orang-orang seperti dirinya, di mana mereka mencari harta untuk harta semata dan tidak menunaikan fungsi ekonomi dan social harta tersebut. Allah Ta’ala berfirman tentang orang-orang yang bertindak seperti tindakan mereka ini: 
قال الله تعالى :   وَمِنۡهُم مَّنۡ عَٰهَدَ ٱللَّهَ لَئِنۡ ءَاتَىٰنَا مِن فَضۡلِهِۦ لَنَصَّدَّقَنَّ وَلَنَكُونَنَّ مِنَ ٱلصَّٰلِحِينَ ٧٥ فَلَمَّآ ءَاتَىٰهُم مِّن فَضۡلِهِۦ بَخِلُواْ بِهِۦ وَتَوَلَّواْ وَّهُم مُّعۡرِضُونَ ٧٦ فَأَعۡقَبَهُمۡ نِفَاقٗا فِي قُلُوبِهِمۡ إِلَىٰ يَوۡمِ يَلۡقَوۡنَهُۥ بِمَآ أَخۡلَفُواْ ٱللَّهَ مَا وَعَدُوهُ وَبِمَا كَانُواْ يَكۡذِبُونَ ٧٧ أَلَمۡ يَعۡلَمُوٓاْ أَنَّ ٱللَّهَ يَعۡلَمُ سِرَّهُمۡ وَنَجۡوَىٰهُمۡ وَأَنَّ ٱللَّهَ عَلَّٰمُ ٱلۡغُيُوبِ ٧٨   [ التوبة: 78-75] 
Dan di antara mereka ada orang yang telah berikrar kepada Allah: "Sesungguhnya jika Allah memberikan sebahagian karunia-Nya kepada kami, pastilah kami akan bersedekah dan pastilah kami termasuk orang-orang yang saleh. (76) Maka setelah Allah memberikan kepada mereka sebahagian dari karunia-Nya, mereka kikir dengan karunia itu, dan berpaling, dan mereka memanglah orang-orang yang selalu membelakangi (kebenaran). (77)Maka Allah menimbulkan kemunafikan pada hati mereka sampai kepada waktu mereka menemui Allah, karena mereka telah memungkiri terhadap Allah apa yang telah mereka ikrarkan kepada-Nya dan (juga) karena mereka selalu berdusta. (78)Tidakkah mereka tahu bahwasanya Allah mengetahui rahasia dan bisikan mereka, dan bahwasanya Allah amat mengetahui segala yang gaib?. At-Taubah: 75-78
Wahai sekalian kaum muslimin bertaqwalah kepada Allah!. Janganlah seperti orang yang brankas hartanya terpenuhi oleh  emas  namun hati mereka kering dengan kebaikan dan kasih sayang dan mereka tidak berlomba-lomba menjadi  orang yang menjaga kehormatannya. Dan ketahuilah bahwa jika harta tersebut berada di tangan orang-orang yang berjiwa bersih dan terdidik maka harta itu akan menjadi inspirasi kebaikan. Namun jika harta tersebut dikuasai oleh jiwa yang buruk maka dia akan menjadi salah satu pintu keburukan. Maha Benar Allah dengan firmanNya:
قال الله تعالى :  فَأَنذَرۡتُكُمۡ نَارٗا تَلَظَّىٰ ١٤ لَا يَصۡلَىٰهَآ إِلَّا ٱلۡأَشۡقَى ١٥ ٱلَّذِي كَذَّبَ وَتَوَلَّىٰ ١٦ وَسَيُجَنَّبُهَا ٱلۡأَتۡقَى ١٧ ٱلَّذِي يُؤۡتِي مَالَهُۥ يَتَزَكَّىٰ ١٨ وَمَا لِأَحَدٍ عِندَهُۥ مِن نِّعۡمَةٖ تُجۡزَىٰٓ ١٩ إِلَّا ٱبۡتِغَآءَ وَجۡهِ رَبِّهِ ٱلۡأَعۡلَىٰ ٢٠ وَلَسَوۡفَ يَرۡضَىٰ ٢١  [ الليل: 21-14] 
 Maka Kami memperingatkan kamu dengan neraka yang menyala-nyala. Tidak ada yang masuk ke dalamnya kecuali orang yang paling celaka, yang mendustakan (kebenaran) dan berpaling (dari iman). Dan kelak akan dijauhkan orang yang paling takwa dari neraka itu, yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah) untuk membersihkannya, padahal tidak ada seorang pun memberikan suatu nikmat kepadanya yang harus dibalasnya, Dan kelak dia benar-benar mendapat kepuasan. tetapi (dia memberikan itu semata-mata) karena mencari keridhaan Tuhannya Yang Maha Tinggi. QS. Al-Lail: 14-21.
Semoga Allah memberikan keberkahannya bagiku dan bagi kalian semua di dalam Al-Qur’an yang mulia, dan Allah memberikan manfaat bagiku dan bagi kalian dengan ayat-ayat  Allah Yang Maha Bijaksana yang tertera di dalamnya. Hanya inilah yang bisa aku katakan dan aku memohon ampunan bagi diriku dan bagi kalian serta seluruh kaum muslimin kepada Allah yang Maha Mulia dari segala dosa. Mohonlah ampun kepadaNya dan bertaubatlah kepada Allah, sebab Dia adalah Zat Yang Pengampun lagi Maha Penyayang.

Khutbah Kedua
Segala puji bagi Allah, pujian yang baik lagi berkah sebagaimana yang disenangi dan diridhai oleh Tuhan kami. Aku bersaksi bahwa tiada tuhan yang berhak disembah dengan sebenarnya kecuali Allah Yang Maha Esa dan tiada sekutu bagiNya. Dia memiliki semua kerajaan dan pujian dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. Dan aku bersaksi bahwa Muhamad adalah hamba dan utusan Allah yang telah menegaskan di dalam sabdanya sungguh telah beruntung orang yang berserah diri, diberikan rizki yang cukup dan diberikan rasa puas dengan apa yang telah diberikan oleh Allah kepadanya.
Ya Allah curahkanlah shalawat dan salam kepada hamba dan utusanMu Muhamad dan kepada keluarga, para shahabat serta seluruh orang yang mengikuti mereka dengan kebaikan sampai hari kiamat. Amma Ba’du: 
Bertaqwalah kepada Allah Yang Maha Tinggi dan ketahuilah wahai sekalian hamba Allah bahwa di antara fitnah yang paling bahaya yang telah menimpa manusia kaum muslimin di masa kita sekarang ini adalah fitnah harta, di mana karenanya banyak orang yang mengenetengkan kewajiban mereka bagi kewajiban agama atau dunia. Mereka meremehkan orang-orang yang menjadi tanggung jawab mereka sehingga seakan-akan diri mereka tidak diciptakan kecuali kecuali untuk menghasilkan dan mengumpulkan harta benda semata. Di saat pagi menyingsing, dia berfikir dan berbuat apa yang bisa menghasilkan harta semata, lalu pada saat pagi dia berfikir tentang berapakah yang telah dihasilkan dan dikumpulkannya.
Sungguh benar sabda Nabi shallallahu alaihi wa sallam di dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Ka’ab radhiallahu anhu, Sesungguhnya setiap umat ini memiliki fitnah dan fitnah umatku adalah harta benda”.
Dan diriwayatkan dari Nabi shallallahu alaihi wa sallam bahwa beliau bersabda, Aku tidak takut dengan kemiskinan yang menimpa kalian, namun aku sangat khawatir jika dibukakan bagi kalian dunia ini, sehingga karenanya kalian saling bersaing sebagaimana mereka telah bersaing yang akhirnya menjerumuskan kalian pada kebinasaan sebagaimana mereka dibinasakan”.
Apabila cinta harta telah menguasai seseorang, maka agamanya akan menghilang dan akan menyia-nyiakan kewajibannya terhadap keluarganya. Engkau menyaksikan mereka keluar pada waktu pagi lalu tidak kembali ke rumahnya kecuali pada waktu malam hari guna mengumpulkan puing-puing harta benda, tanpa menghiraukan bagimanakah keadaan anak-anak mereka, prilaku orang-orang yang ada di dalam rumahnya, atau keadaan keluarganya sendiri bahakan dia tidak menghiraukan jika keluarganya meninggalkan shalat berjama’ah bahkan meninggalkan shalat secara total, sebagaimana kenyataan ini kita lihat pada orang-orang yang memiliki toko-toko pada saat mereka diperintahkan untuk mendirikan shalat. Engkau melihat mereka bersegera menutup pintu tokonya lalu berdiri di samping toko sampai shalat telah selesai ditunaikan, dia tidak bergegas ke mesjid guna mengejar target membuka toko langsung setelah shalat.
Apabila seseorang telah terfitnah dengan harta maka dia akan malas mengeluarkan zakatnya, bahkan menunaikan zakat bagi mereka sama seperti seakan membayar hutang.
Wahai sekalian hamba Allah tidak ada yang lebih bahaya bagi agama seseorang dari fitnah harta. Dari Ka’ab bin Malik radhiallahu anhu berkata. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, "Tidaklah dua ekor serigala yang sedang kelaparan ditengah-tengah sekelompok kambing lebih berbahaya daripada sikap rakus terhadap harta dan mencari kehormatan dengan mengorbankan agamanya sendiri. HR. Turmudzi.
Ucapkanlah shalawat dan salam kepada Nabi pilihan sebagaimana Allah telah memerintahkan kalian di dalam firmanNya: 
قال الله تعالى :   إِنَّ ٱللَّهَ وَمَلَٰٓئِكَتَهُۥ يُصَلُّونَ عَلَى ٱلنَّبِيِّۚ يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ صَلُّواْ عَلَيۡهِ وَسَلِّمُواْ تَسۡلِيمًا ٥٦   [ الأحزاب: 56] 
Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawatuntuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.  QS. Al-Ahzab: 56.
***

Hati Yang Suci

Hati Yang Suci

Segala puji bagi Allah yang meninggikan harga diri seseorang dan mengangkat derajatnya di sisiNya dan di hadapan manusia sesuai dengan tingkat kebersihan jiwa dan hatinya, serta kesenangannya kepada kebaikan dan kebenciannya terahdap segalah keburukan dan perbuatan jelek. Oleh karena itulah Allah Ta’ala memuji kekasihNya Ibrahim alaihis salam dengan firmanNya:
قال الله تعالى :   وَإِنَّ مِن شِيعَتِهِ لَإِبْرَاهِيمَ  83 إِذْ جَاء رَبَّهُ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ 84   [ الصافات: 83-84] 
Dan sesungguhnya Ibrahim benar-benar termasuk golongannya (Nuh. (Ingatlah) ketika ia datang kepada Tuhannya dengan hati yang suci. [QS. Al-Shoffat: 83-84].
Dan aku bersaksi bahawa tiada tuhan yang berhak disembah dengan sebenarnya selain Allah, yang telah mencatat seruan NabiNya di dalam Al-Qur’an: 
قال الله تعالى :   رَبِّ هَبۡ لِي حُكۡمٗا وَأَلۡحِقۡنِي بِٱلصَّٰلِحِينَ ٨٣ وَٱجۡعَل لِّي لِسَانَ صِدۡقٖ فِي ٱلۡأٓخِرِينَ ٨٤ وَٱجۡعَلۡنِي مِن وَرَثَةِ جَنَّةِ ٱلنَّعِيمِ ٨٥ وَٱغۡفِرۡ لِأَبِيٓ إِنَّهُۥ كَانَ مِنَ ٱلضَّآلِّينَ ٨٦ وَلَا تُخۡزِنِي يَوۡمَ يُبۡعَثُونَ ٨٧ يَوۡمَ لَا يَنفَعُ مَالٞ وَلَا بَنُونَ ٨٨ إِلَّا مَنۡ أَتَى ٱللَّهَ بِقَلۡبٖ سَلِيمٖ ٨٩  [ الشعراء : 83-89] 
Ibrahim berdoa : (83) Ya Tuhanku, berikanlah kepadaku hikmah dan masukkanlah aku ke dalam golongan orang-orang yang saleh. (84) dan jadikanlah aku buah tutur yang baik bagi orang-orang (yang datang) kemudian,. (85) dan jadikanlah aku pewaris [penghuni] surga yang penuh kenikmatan  (86) dan ampunilah bapakku, karena sesungguhnya ia adalah termasuk golongan orang-orang yang sesat, (87) dan janganlah Engkau hinakan aku pada hari mereka dibangkitkan, (88) (yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, (89) kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih. QS. Al-Syu’ara’: 83-89. 
Dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusanNya yang telah bersabda: Dan ketahuilah bahwa di dalam jasad ini terdapat segumpal daging yang apabila daging itu baik maka seluruh bagian pada jasad itu menjadi baik dan apabila dia buruk maka seluruh bagian jasad menjadi buruk, ketahuilah itulah hati”. 
Ya Allah curahkanlah shalawat dan salam kepada peminpin kami Muhamamd, dan kepada para keluargannya, serta para shahabatnya, pribadi-pribadi yang hatinya suci yang dengannya badan mereka menjadi terbebas dari keburukan. Tangan, lidah, mata, telinga dan kaki mereka selamat dari  keburukan dan begitu juga jiwa-jiwa, kehormatan dan harta orang lainpun terbebas dari keburukan. Setiap indifidu masyarakat terbebas dari tindakan criminal dan tindakan buruk dan perlakuan dosa, sehingga mereka menjelma menjadai masyarakat terbaik yang memencarkan kemanan dan ketenangan bagi setiap orang yang hidup di dalam masyarakat tersebut.
Amma Ba’du:Sungguh, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam tidak pernah mendengar dan memperhatikan peraktaan dan pembicaraan orang yang senang menyebarkan namimah, karena beliau takut terpengaruh dengan perkataan tersebut yang menimbulkan kemarahan pada diri beliau terhadap shahabatnya sendiri, maka beliau berpaling dari perkataan orang yang berkata buruk tersebut dan memutuskan hubungan silaturahmi dengan mereka. Sebab menyebarkan namimah akan mengeruhkan kebeningan hubungan jama’ah dan mencerai-beraikan rasa ikatan cinta dan kasih sayang  serta ukuhuwah islamiyah yang telah diperintahkan oleh Allah untuk menjaganya: 
قال الله تعالى :   وَاعْتَصِمُواْ بِحَبْلِ اللّهِ جَمِيعًا وَلاَ تَفَرَّقُواْ   [ آل عمران: 103 ] 
Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai. QS. Ali Imron: 103.
Seorang shahabat pernah mencela shahabatnya yang lain namun Nabi shallallahu alaihi wa sallam tidak mendengarnya dan tidak memperhatikan gossip yang disebarkannya bahkan beliau memberikannya nasehat dan mengarahkan  kepada etika yang agung, seperti yang diriwayatkan oleh Abu Dawud dan Turmudzi dari Ibnu Mas’ud: Janganlah salah seorang memberitahukan kepadaku tentang keburukan shahabatku, sebab aku sangat suka jika aku keluar menemui kalian dengan hati yang bersih”.
Maksudnya adalah aku tidak memiliki rasa dengki, hasad, iri, marah, murka dan benci kepada salah seorang shahabat. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam berupaya agar hati beliau diliputi oleh rasa cinta, kasih sayang dan solidaritas. Itulah bentuk kasih sayang yang telah dianugrahkan oleh Allah Yang Maha Pengasih kepada Nabi Muhammad. Allah Ta’ala berfirman: 
قال الله تعالى :   فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللّهِ لِنتَ لَهُمْ وَلَوْ كُنتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لاَنفَضُّواْ مِنْ حَوْلِكَ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِي الأَمْرِ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللّهِ إِنَّ اللّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ 159   [ آل عمران: 159 ] 
Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah-lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya. QS. Ali Imron: 159.
Marilah kita bersama mengamalkan kebenaran yang nyata ini, mengamalkan petunjuk serta arahan yang agung ini, yang mendorong kita untuk membersihkan jama’ah dari orang-orang yang suka menyebarkan isu, namimah dan orang-orang yang menggunjing orang lain serta orang-orang yang dengki.
Di antara manusia ada orang yang kita dapatkan berperangai buruk dan lemah iman yang bergabung bersama orang-orang yang nakal, meraka memiliki sikap buruk yang sama kemudian mereka bekerja menghancurkan hubungan silaturrahmi dan menghancurkan ikatan jama’ah dan memecah belah indifidu masyarakat dan kelompok. Mereka berupaya memecah antara seorang saudara dengan saudaranya yang lain, antara anak dengan bapaknya, dan antara seorang suami dengan istrinya, mereka bekerja dengan telaten dan kemampuan yang menyamai kemampuan iblis. Mereka lebih berbahaya dari iblis terhadap manusia. Di antara manusia ada orang yang menyimpan keburukan dan menyakiti orang lain, mereka iri terhadap orang yang disangka sebagai pesaing dalam upaya mendapat harta, baik dalam bidang perdagangan atau produksi atau pertanian dan berbagai bidang mata pencaharian lainnya. Terkadang seseorang bertemu dengan wajah yang berseri-seri namun pada hakekatnya mereka sedang menyembunyikan sesuatu yang berbeda dengan penampilan lahir. Lalu apabila orang ini berada jauh dari saudaranya  maka dia bekerja menyebarkan  keburukan dan berupaya menimpakan keburukan kepada temannya. Allah Ta’ala telah mengancam orang-orang seperti ini dengan sabdanya: 
قال الله تعالى :   وَمِنَ النَّاسِ مَن يُعْجِبُكَ قَوْلُهُ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَيُشْهِدُ اللّهَ عَلَى مَا فِي قَلْبِهِ وَهُوَ أَلَدُّ الْخِصَامِ 204  وَإِذَا تَوَلَّى سَعَى فِي الأَرْضِ لِيُفْسِدَ فِيِهَا وَيُهْلِكَ الْحَرْثَ وَالنَّسْلَ وَاللّهُ لاَ يُحِبُّ الفَسَادَ 205 وَإِذَا قِيلَ لَهُ اتَّقِ اللّهَ أَخَذَتْهُ الْعِزَّةُ بِالإِثْمِ فَحَسْبُهُ جَهَنَّمُ وَلَبِئْسَ الْمِهَادُ 206    [ البقرة : 204-206 ] 

(204) Dan di antara manusia ada orang yang ucapannya tentang kehidupan dunia menarik hatimu, dan dipersaksikannya kepada Allah (atas kebenaran) isi hatinya, padahal ia adalah penantang yang paling keras. (205) Dan apabila ia berpaling (dari kamu), ia berjalan di bumi untuk mengadakan kerusakan padanya, dan merusak tanam-tanaman dan binatang ternak, dan Allah tidak menyukai kebinasaan. (206) Dan apabila dikatakan kepadanya: "Bertakwalah kepada Allah", bangkitlah kesombongannya yang menyebabkannya berbuat dosa. Maka cukuplah (balasannya) neraka Jahanam. Dan sungguh neraka Jahanam itu tempat tinggal yang seburuk-buruknya. [ QS. Al Baqarah: 204-206]
Orang yang berjiwa buruk, orang yang hatinya sakit senantiasa berburuk sangka terhadap orang lain, mencari-cari kesalahan mereka, memata-matai rahasia dan keperibadian orang lain lalu menampakkan keburukan dan menyebarkan rahasia pribadi orang lain atau terkadang menuduh orang lain berbuat buruk dan menyebarkannya padahal belum tentu hal tersebut terjadi.
Di antara orang yang buruk tersebut ada kelompok orang yang senang berteman dan menampakkan rasa cinta dan ketulusan serta kesetiaan kepada temannya. Dia sengaja menemui seorang temannya dengan wajah berbeda dengan teman yang lain. Teman buruk seperti ini, tidak menjauhi perkataan buruk dan melontarkan berita bohong sehingga hatinya penuh dengan rasa benci dan dengki, memutuskan hubungan dan kecintaan seseorang. Jika dia melihat kebaikan dari orang lain maka dia segera menyembunyikannya namun jika berhasil mengorek keburukan orang maka dia segera menyebarkannya. Orang buruk seperti ini tidak menghormati yang besar dan tidak menyayangi yang lebih kecil.
Selamat dari penyakit hati seperti ini meuntut seseorang yang telah terjangkiti untuk selalu bertqwa kepada Allah, takut terhadap siksa Allah dan membiasakan diri untuk memperaktikkan adab-adab Islam, seperti mencintai bagi saudaranya seiman apa-apa yang dicintainya untuk dirinya sendiri, dan membenci bagi temannya apa-apa yang dibencinya bagi dirinya sendiri. Apabila sampai kepadanya kedengkian orang yang dengki, gosipan orang yang menggosip dirinya atau gunjingan atau namimah maka hendaklah dia membalas tindakan jahil tersebut dengan tindakan baradab yang didasarkan pada ilmu, perbuatan bodoh dihadapi dengan penuh kesantunan dan kelembutan, perlakuan buruk orang dengan kesabaran dan memaafkan dengan baik, guna mengamalkan firman Allah Ta’ala di dalam Al-Qur’an: 
قال الله تعالى :   فَاصْفَحِ الصَّفْحَ الْجَمِيلَ   [ الحجر: 85 ] 
maka maafkanlah (mereka )dengan cara yang baik. QS. Al-Hijr: 85.
قال الله تعالى :   فَمَنْ عَفَا وَأَصْلَحَ فَأَجْرُهُ عَلَى اللَّهِ   
 [ الشورى : 40 ] 
maka Barang siapa memaafkan dan berbuat baik maka pahalanya atas (tanggungan) Allah. QS. Al-Syura: 40
Aku memohon kepada Allah semoga kita termasuk orang-orang yang senang kepada kebaikan, yang menghiasi dirinya dengan akhlah yang mulia dan menjauhkan kita dari keburukan orang yang berjiwa buruk dan pelaku keburukan serta keburukan orang-orang yang suka berbuat kerusakan dan memberikan taufiqNya kepada kita untuk bisa mengamalkan sabda Nabi shallallahu alaihi wa sallam: Janganlah saling mendengki, janganlah saling bersaing yang tidak sehat dalam berjual beli, janganlah saling memarahi, janganlah saling memanggil dengan panggilan yang buruk, janganlah sebagian orang di antara kalian berjual-beli di atas jual beli saudaranya, jadilah sebagai hamba Allah yang saling  bersaudara, seorang muslim terhadap muslim lainnya saling bersaudara, maka tidak boleh menzaliminya, menghinakannya, berbohong kepadanya dan merendahkannya. Taqwa itu ada di sini, dan beliau menunjuk pada dadanya tiga kali. Cukup buruk seseorang jika dia menghina saudaranya seiman. Setiap muslim atas muslim yang lain haram atasnya darahnya, hartanya dan kehormatannya.
Semoga Allah memberikan keberkahannya bagiku dan bagi kalian semua di dalam Al-Qur’an yang mulia, dan Allah memberikan manfaat bagiku dan bagi kalian dengan dengan petunjuk penghulu para nabi. Hanya inilah yang bisa aku katakan dan aku memohon ampunan bagi diriku dan bagi kalian serta seluruh kaum muslimin kepada Allah yang Maha Mulia dari segala dosa. Mohonlah ampun kepadaNya dan bertaubatlah kepada Allah, sebab Dia adalah Zat Yang Pengampun lagi Maha Penyayang.




Khutbah Kudua
Seungguhnya segala puji bagi Allah, kami memohon pertolongan, ampunan dan petunjukNya serta berlindung kepada Allah dari segala keburukan hawa nafsu kejahatan prilaku-prilaku kami. Barangsiapa yang telah berikan petunjuk oleh Allah maka tiada seorangpun yang mampu menyesatkannya dan barangsiapa yang telah disesatkannya maka tiada seorangpun yang mampu memberikan petunjuk baginya. Aku bersaksi bahwa tiada tuhan yang berhak disembah dengan sebenarnnya selain Allah, Yang Maha Esa dan tiada sekutu bagiNya. Dan aku bersaksi bahwa Muhamad adalah hamba dan utusanNya. Semoga Allah mencurahkan shalawat dan salam serta keberkahan yang banyak kepada Nabi Muhammad, kepada para pengikut dan para shahabat beliau. Amma Ba’du: 
Wahai sekalian hamba Allah, bertqwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa sebaik-baik manusia adalah orang yang hatinya dipenuhi oleh semangat saling mencintai dan berupaya untuk memperkuat tali kecintaan antara sesama makhluk dan apabila manusia ini kehilangan ruh ini atau kekuatan semangat saling mencintai ini melemah maka mereka akan terancam ditimpa kesengsaraan dan bahaya, dan dia pasti akan tergoncang dengan goncangan yang membuat kaki tidak bisa menetap dan bangunan tidak mmapu tegak.
Dari Dhamrah bin Tsa’alabah bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda: Masyarakat akan senantiasa dalam kebaikan selama mereka tidak saling mendengki”.
Oleh karena itulah Islam berupaya menjaga mereka dengan pagar berupa kekebalan diri dan baju besi yang menghindarkan mereka dari kehancuran dan perpecahan yang bekerja secara intensif membentuk mereka secara khusus dan membina mereka dengan pembinaan yang benar yang mampu mempertahankan kemuliaan manusia dan menjauhkan mereka dari sifat dan perangai yang hina lagi dina.
Lelaki tauladan di dalam pandanagannya adalah lelaki yang jujur dalam bertutur kata, sanantiasa mencari kebenaran, menjaukan hatinya dari kehendak-kehendak yang buruk.
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam pernah ditanya tentang orang yang paling baik, maka beliau bersabda: Yaitu setiap orang yang hatinya suci, lisannya berkata jujur. Para shahabat bertanya. Kita mengetahui maksud orang yang lisannya jujur, namun apakah yang dimaksud dengan orang yang hatinya suci?. Yaitu orang yang bertaqwa dan berhati bersih tanpa dosa, benci, khianat dan dengki”.
Bukan semata ibadah yang banyak baik shalat, puasa dan shadaqah adalah cermin satu-satunya bagi kerdehaan Allah terhadap seorang hamba, namun hati yang suci dan jiwa yang bersih adalah lebih baik di sisi Allah dari sisi pahala atau tujuan.
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda: Sesungguhnya orang yang mulia dari umatku tidak masuk surga karena banyak sholat, puasa dan bersedwqah akan tetapi mereka memasukinya dengan rahmat Allah, jiwa yang dermawan dan dada yang bersih”.
Kesuksesan seseorang dan kemenangannya serta kecintaan Allah dan kesenangan manusia kepadanya sangat tergantung pada kesetabilan dirinya secara moral dan kemampuannnya mengarahkan prilaku dirinya sehingga setiap tindakannya terwujud di dasrkan pada kesadaran diri dan mengarah kepada tujuan yang mulia. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda: Sungguh beruntung orang yang hatinya bersih karena keimanan, menjadikan hatinya suci, lisannya jujur, jiwanya tenang dan moralnya lurus”.
Ucapkanlah shalawat dan salam kepada Nabi pilihan sebagaimana Allah telah memerintahkan kalian di dalam Al-Qur’an. 
***

Kedudukan Wanita Di Dalam Islam

Kedudukan Wanita Di Dalam Islam

Segala puji hanya milik Allah, kami memjiNya, memohon pertolongan, ampunan dan petunjuk hanya kepadaNya. Dan kami berlindung kepada Allah dari segala kejahatan diri dan keburukan prilaku kami. Barangsiapa yang diberikan petunjuk oleh Allah maka tiada seorangpun yang mampu menyesesatkannya, dan barangsiapa yang disesatkannya maka tiada seorangpun yang menjadi penunjuk kebenaran bagi dirinya. Aku bersaksi bahwa tiada tuhan yang berhak disembah dengan sebenarnya selain Allah, Yang Maha Esa dan tiada sekutu bagiNya. Dan aku bersaksi bahwa Muhamad adalah hamba dan utusanNya. Semoga Allah mencurahkan shalawat dan salam serta keberkahan kepada beliau, kepada keluarga dan para shahabatnya, serta orang-orang yang mengikuti beliau sehingga hari kiamat. Amma Ba’du:
Wahai sekalian hamba Allah!. Aku berwasiat kepada kalian dan kepada diriku sendiri untuk selalu bertaqwa kepada Allah Ta’ala. Itulah wasiat Allah kepada orang-orang terdahulu dan orang-orang yang akan datang. Alla Ta’ala berfirman: 
قال الله تعالى: {...  وَلَقَدْ وَصَّيْنَا الَّذِينَ أُوتُواْ الْكِتَابَ مِن قَبْلِكُمْ وَإِيَّاكُمْ أَنِ اتَّقُواْ اللّهَ } ( النساء : 131)

“… dan sungguh Kami telah memerintahkan kepada orang-orang yang diberi kitab sebelum kamu dan (juga) kepada kamu; bertakwalah kepada Allah." ( QS. Al-Nisa’: 131)
Saudaraku seiman!
Musuh-musuh Islam senantiasa membuat makar kepada wanita, sebagai tonggak pencetak generasi penerus dan faktor penting yang menciptakan ketenangan di dalam masyarakat. Berbagai konspirsi dilakukan, tipu daya membabat setiap rumah-rumah orang muslim guna memangkas bangunan umat ini sampai ke akar-akarnya, yaitu dengan mengeksploitasi wanita sebagai sarana untuk menghalangi seseorang dari jalan Allah dan sebagai alat penyesat guna melemahkan kaum muslimin. Sebab mereka menyadari bahwa wanita adalah pondasi utama di dalam bangunan umat Islam ini dan membangun generasi masa depan.
Karena pentingnya judul ini, maka dengan izin Allah pada pada kesempatan ini saya akan berbicara tentang wanita, sebab masalah ini sangat penting, agar gambaran yang sebenarnya tampak jelas bagi masyarakat dan Allah membuka kedok orang-orang yang membuat makar dan pengkhianat. Point pertama dalam khutbah ini akan terfokus pada kedudukan wanita di masa jahiliyah dan syari’at-syari’at lain dibandingkan dengan kedudukan wanita di dalam Islam.
Bagaimanakah kedudukan wanita di dalam syari’at-syari’at yang lain selain Islam?.
Perundang-undangan Manusia di India menyebutkan: Bahwa seorang Istri diharuskan berpindah kepada salah seorang kerabat suaminya jika sang suami telah meninggal dunia; sebagaimana perundang-undangan juga mengharuskan agar seorang wanita membakar dirinya sendiri bersama suaminya yang telah meninggal dunia di dalam satu tungku.
Di India, seorang suami bermain judi dengan menjadikan istri sebagai taruhan padahal dia terkadang bisa kalah dan merugi dan bahkan bisa menang mendapat istri orang.
Adapun di China, seorang wanita diberikan pekerjaan yang terhina. Orang china tidak senang jika diberitahukan bahwa anak yang dilahirkan istrinya adalah seorang wanita. Sebagaimana orang-orang Yunani juga menyebut wanita sebagai kekejian, dan kekejian ini adalah perbuatan setan, di boleh diperjual belikan, sama seperti barang komersial, bahkan derajat wanita di dalam pandangan mereka tidak melebihi derajat seorang pembantu.
Adapun orang-orang Yahudi, derajat seorang wanita di dalam pandangan mereka adalah pembantu semata. Sementara itu, orang-orang Nashroni harus bertanggung jawab dengan menyebarnya berbagai kekejian dan kemngkaran di tengah-tengah masyarakat, bahkan pernikahan termasuk perbautan nakjis di dalam pandangan mereka bahkan harus dijauhi.
Oleh karena itu, tidak mengherankan jika pada abad ke 6 M Prancis pernah mengadakan konsprensi yang membahas tentang apakah wanita manusia atau tidak?.
Sementara bangsa Arab, pada masa jahiliyah, adalah bangsa yang menguburkan bayi wanita secara hidup-hidup karena mereka takut tercela dengan kehadiran wanita. Dalam hal ini Allah Ta’ala berfirman: 
قال الله تعالى: { وَإِذَا الْمَوْؤُودَةُ سُئِلَتْ بِأَيِّ ذَنبٍ قُتِلَتْ} ( التكوير: 8-9)

"Apabila bayi-bayi perempuan yang dikubur hidup-hidup ditanya. karena dosa apakah dia dibunuh”.( QS. Al-Takwir: 8-9).
Dalam urusan waris-mewarisi maka wanita menajdi obyek warisan sebagaimana diwariskannya harta benda, onta, sapid an kambing. Allah Ta’ala berfirman: 
قال الله تعالى: { يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ لاَ يَحِلُّ لَكُمْ أَن تَرِثُواْ النِّسَاء كَرْهًا } ( النساء: 19)

"Hai orang-orang yang beriman, tidak halal bagi kamu mempusakai wanita dengan jalan paksa”. (QS. Al Nisa’: 19.)
Imam Bukhari menyebutkan sebuah riwayat dari Ibnu Abbas radhiallahu anhuma bhawa dia berkata: Mayarakat Arab pada masa jahiliyah, di saat seorang lelaki meninggal dunia, maka keluarganya adalah orang yang paling berhak terhadap istri lelaki yang meninggal tersebut, jika mau dia bisa dinikahi oleh sebagian anggota keluarganya, atau menikahkannya dengan lelaki lain atau menahannya tanpa menikahkannya. Mereka lebih berhak terhadap wanita tersebut daripada keluarganya. Lalu Allah menurunkan ayat ini.
Diriwayatkan oleh Ibnu Abbas radhiallahu anhuma bahwa apabila seorang lelaki meninggal dunia dan meninggalkan seorang anak perempuan maka teman dekatnya melemparkan pakaiannya kepada wanita tersebut lalu menutupinya dari orang lain, jika dia adalah wanita yang cantik maka dinikahinya, namun jika dia wanita yang buruk maka ditahannya sampai mati dan mewarisi hartanya.
Bahkan bangsa Arab melarang wanita menikmati jenis makanan tertentu. Allah Ta’ala berfirman: 
قال الله تعالى: { وَقَالُواْ مَا فِي بُطُونِ هَـذِهِ الأَنْعَامِ خَالِصَةٌ لِّذُكُورِنَا وَمُحَرَّمٌ عَلَى أَزْوَاجِنَا } ( الأنعام : 139)

"Dan mereka mengatakan: "Apa yang dalam perut binatang ternak ini adalah khusus untuk pria kami dan diharamkan atas wanita kami," dan jika yang dalam perut itu dilahirkan mati, maka pria dan wanita sama-sama boleh memakannya".( QS. Al-An’am: 139).
Demikmikianlah sikap undang-undang yang telah menyimpang, bangsa-bangsa terdahulu dan peraturan ciptaan manusia yang menghinakan wanita dan merendahkannya, mereka tidak mengakui kebenaran keberadaannya dan kemanusiaannya. Hal ini berdampak pada keengganan mereka memberikan hak harta kepada wanita, karena mereka beranggapan bahwa wanita tidak memiliki harga diri.
Apa yang telah kita ketengahkan pada pembahasan pada tulisan sebelumnya menegaskan tentang masa gelap yang dilalui oleh sejarah kehidpan wanita, mereka mengalami berbagai penindasan dan kehinaan serta penderataan yang tidak pernah diderita oleh makhluk manapun.
Namun kasih sayang dan rahmat Allah Ta’ala tidak menghendaki kehinaan dan penderitaan bagi wanita. Maka setelah melalui kehidupan yang gelap gulita terbitlah semburat fajar yang menerangi jalan dan menghilangkan segala penderitaan, kezaliman dan kehinaan, lalu menggantikannya dengan taman kehidupan yang penuh dengan kebahagiaan, kemuliaan dan kehormatan.
Suara kebenaran memancara dari Makkah dari lisan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam yang memproklamirkan habisnya masa kezaliman dan tegaknya timbangan keadilan.
Maka marilah kita menengok sejenak tentang kedudukan wanita di dalam Islam!.
Bagaimanakah Islam memuliakan dan menghormati wanita, dan bagaimanakah dia mampu mengangkat derajatnya?. Hal inilah yang akan kita kaji di dalam khutbah yang kedua ini. 
Hanya ini yang dapat aku sampaikan, aku memohon ampunan kepada Allah yang Maha Agung untuk diriku dan kalian semua serta seluruh kaum muslimin dari segala dosa dan kesalahan. Mohonlah ampunanNya, sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang…..
 
Khutbah Kedua
Segala puji bagi Allah, kami memuji, memohon pertolongan dan ampunanNya…aku bersaksi bahwa tiada tuhan yang berhak disembah dengan sebenarnya selain Allah, Yang Maha Esa dan tiada sekutu bagiNya. Dan aku bersaksi bahwa Muhamad adalah hamba dan utusanNya, semoga Allah mencurahkan shalawat dan salam keapdanya dan mencurahkan keberkahan sehingga hari kiamat. Amma Ba’du.
Pada khutbah sebelumnya, kami telah megetengahkan tentang kedudukan dan keadaan wanita pada umat-umat terdahulu. Lalu marilah kita sama-sama melihat bagaimanakah keadaan wanita di dalam Islam. Bagiamanakah Islam memandang wanita?. Bagaimanakah dia memperlakukan wanita?. Dengan kalian akan melihat perbedaan yang sangat besar dalam menyikapi wanita.
Islam datang guna melenyapkan kebatilan, dan menghancurkan segala bentuk kezaliman yang melilit wanita. hal itu karena Islam telah memuliakan dan mengangkat derajat wanita, menyelamatkannya dari kehinaan menuju wanita yang mulia.
Di dalam Islam, wanita adalah seorang ibu yang diwasiatkan oleh Islam untuk diperlakukan secara baik dan benar. Dia adalah seorang istri yang wajib diperlakukan dengan cara yang lembut, halus dan dipergauli dengan cara yang baik.
Seorang wanita sebagai anak yang diwajibkan oleh Islam untuk didik dengan cara yang baik, dan Allah memberikan pahala yang besar bagi mereka yang mendidik anak permpuannya dengan pendidikan yang benar.
Diriwayatkan oleh Imam Muslim bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda: Barangsiapa yang diberikan ujian oleh Allah dengan suatu ujian pada anak-anak perempuan lalu dia berbuat baik kepadanya maka hal itu menjadi penghalang baginya dari api neraka”.
Islam telah memperoklamirkan persamaan derajat antara wanita dengan kaum pria. Allah Ta’ala berfirman: 
قال الله تعالى: { وَقَالُواْ مَا فِي بُطُونِ هَـذِهِ الأَنْعَامِ خَالِصَةٌ لِّذُكُورِنَا وَمُحَرَّمٌ عَلَى أَزْوَاجِنَا } ( النحل : 97)

" Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan." ( QS. Al-Nahl: 97)
Di hadapan Allah Ta’ala  wanita itu sama dengan kamu pria dalam urusan pahala dan dosa. Mereka berdua diberikan pahala atas amal soleh yang mereka lakukan.
Sebagaimana Islam juga membabat habis segala kebiasaan buruk dan perlakuan keji serta kejahatan yang telah menguasai masyarakat jahiliyah, di mana mereka merasa sial dengan keberadaan kaum wanita, yang akhirnya mendorong mereka mengubur wanita hidup-hidup. Allah Ta’ala berfirman: 
قال الله تعالى:  { وَإِذَا بُشِّرَ أَحَدُهُمْ بِالأُنثَى ظَلَّ وَجْهُهُ مُسْوَدًّا وَهُوَ كَظِيمٌ يَتَوَارَى مِنَ الْقَوْمِ مِن سُوءِ مَا بُشِّرَ بِهِ أَيُمْسِكُهُ عَلَى هُونٍ أَمْ يَدُسُّهُ فِي التُّرَابِ أَلاَ سَاء مَا يَحْكُمُونَ} ( النحل : 58-59)

" Dan apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran) anak perempuan, hitamlah (merah padamlah) mukanya dan dia sangat marah. Ia menyembunyikan dirinya dari orang banyak, disebabkan buruknya berita yang disampaikan kepadanya. Apakah dia akan memeliharanya dengan menanggung kehinaan ataukah akan menguburkannya ke dalam tanah (hidup-hidup)? Ketahuilah, alangkah buruknya apa yang mereka tetapkan itu." ( QS. Al-Nahl: 58-59).
Guna menghindari terjadinya kejahatan ini maka Islam memberikan ganjaran yang besar bagi orang yang mendidik anak perempuannya dengan pendidikan yang baik.
Dari Ummul Mu’minin Aisyah radhiallahu anha berkata: Seorang wanita miskin mendatangiku sambil membawa dua putrinya lalu ibu tersebut memberikan maka kepada anaknya tiga butir kurma, di mana ibu tersebut memberikan setiap orang dari anaknya sebutir kurma, dan dia hendak memakan satu butir kurma yang telah disodorkannya pada mulutnya, namun kedua anaknya meminta kurma tersebut lalu sang ibu membelah dua sebutir kurma dengan tangannya yang ingin disantapnya. Aisyah berkata: peristiwa itu membuat diriku menjadi kagum lalu menceritakannya kepada Nabi shallallahu alaihi wa sallam: Sesungguhnya Allah telah mewajibkan baginya memasuki surga atau Allah telah membebaskannya dari api neraka.
Dan pada saat orang-orang yang beriman dari kalangan bangsa Arab dan yang lainnya mengetahui pahala yang sangat besar bagi orang yang mendidik anak perempuannya dengan pendidikan yang baik, maka segala kebiasaan buruk yang pernah mereka lakukan ditinggalkan.
Di antara bentuk kemuliaan yang diberikan oleh Islam kepada wanita adalah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam mengkhususkan bagi mereka hari tertentu untuk belajar. Diriwayatkan oleh Imam Muslim bahwa seorang wanita datang kepada Nabi shallallahu alaihi wa sallam dan meminta: Wahai Rasulullah!. Kaum lelaki mempelajari hadits-hadits yang telah engkau ucapkan, mereka bisa mengkhususkan diri mereka dengannya, maka jadikalnlah bagi kami satu hari di mana kami mendatangi dirimu guna mempelajari apa yang telah diajarkan oleh Allah bagimu. Maka Nabi shallallahu alaihi wa sallam berkata kepada mereka: Berkumpullah pada hari ini, dan ini. Maka merekapun datang kepada beliau dan mengajarkan kepada mereka apa-apa yang telah diajarkan oleh Allah kepada beliau, shallallahu alaihi wa sallam.
Di antara bentuk kemuliaan yang diberikan oleh Islam kepada wanita adalah Islam mewasiatkan untuk berbuat baik kepada wanita. Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bersabda: Berikanlah wasiat kepada wanita dengan kebaikan. Hal ini sangat kontradiktif dengan kebiasaan yang dilakukan masyarakat jahilliyah, di mana mereka menindas dan memperolok-olok wanita serta menjadikan mereka sama seperti barang-barang yang remeh. Nabi shallallahu alaihi wa sallam mengingatkan: Janganlah seorang lelaki beriman membenci kaum wanita. Jika dia membenci suatu perbuatan tertentu maka dia akan reda dengan perbuatan yang lain”.
Bahkan Islam memberikan kepada wanita hak untuk cerai jika dia telah melihat bahwa kehidupan berumah tangga dengan suaminya telah berubah menjadi bencana yang tidak tertahankan.
Allah Ta’ala berfirman: 
قال الله تعالى: { فَإِذَا بَلَغْنَ أَجَلَهُنَّ فَأَمْسِكُوهُنَّ بِمَعْرُوفٍ أَوْ فَارِقُوهُنَّ بِمَعْرُوفٍ } ( الطلاق :2)

" Apabila mereka telah mendekati akhir idahnya, maka rujukilah mereka dengan baik atau lepaskanlah mereka dengan baik." ( QS. Al-Thalaq: 2).
قال الله تعالى: { الطَّلاَقُ مَرَّتَانِ فَإِمْسَاكٌ بِمَعْرُوفٍ أَوْ تَسْرِيحٌ بِإِحْسَانٍ  ﴾ ( البقرة :229)

" Talak (yang dapat dirujuki) dua kali. Setelah itu boleh rujuk lagi dengan cara yang makruf atau menceraikan dengan cara yang baik." ( QS. Al-Baqarah: 229 ).
Islam telah memuliakan wanita dengan kemuliaan yang sangat tinggi di mana Islam menjaga kehormatan mereka dengan menutup aurat serta melarang mereka menampakkan aurat mereka, mereka bukanlah obyek barang komersial murahan di hadapan makelar kerusakan yang selalu berusaha mencengkram dan mempermainkan wanita, seperti yang diinginkan oleh para penyeru emansipasi wanita di zaman kita sekarang ini. Mereka sebenarnya menginginkan agar wanita bertelanjang dan mengebiri mereka dari pakian kehormatannya.
Aku memohon kepada Allah agar Dia selalu menjaga agama kita ini, memelihara kehormatan kita, mengembalikan segala konspirasi buruk musuh-musuh kita. Ketahuilah bahwa ucapkanlah shalawat dan salam kepada orang yang telah diutus oleh Allah guna menyebarn rahhmat bagi semesta alam, dan kepada para keluarga serta para shahat beliau.
***

Narkoba Sumber Malapetaka

Narkoba Sumber Malapetaka

Khutbah Pertama 
إِنَّ الحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ  وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أنْفُسِنَا وَسَيِّئاَتِ أعْمَالِنا مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلا مُضِلَّ لَهُ  وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَنْ تَجِدَ لَهُ وَلِياً مُرْشِدًا  أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ  وَأشْهَدُ أنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُه  بَلَّغَ الرِّسَالَةَ  وَأدَّى الأمَانَةَ  وَنَصَحَ الأمَّة  وَجَاهَدَ فِى اللهِ حَقَّ جِهَادِهِ حَتىَّ أتَاهُ اليَقِيْن. اللَّهُمَّ صَلِّ وَسلم وَبَارك عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمّدَ  وَعَلىَ آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهمْ بِإحْسَانٍ إِلىَ يَوْمِ الدِّينِ.
أمَّا بَعْدُ - فَياَ عِباَدَ اللهِ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ  فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ.
 
قال تعالى: {يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ} [ آل عمران: 103]
Kaum Muslimin Sidang Jum'at Rahimakumullah...
Marilah kita jadikan pertemuan kita di tempat yang mulia ini, di hari yang mulia ini dan di waktu yang mulia ini, kita jadikan pertemuan kita ini sebagai penumbuh dan penambah iman dan takwa kita kepada Allah Ta'ala. Hal ini karena iman dan takwa adalah sebaik-baik bekalan untuk kita mengharungi kehidupan dunia ini sebelum kehidupan akhirat kelak. Firman Allah:
قال الله تعالى: {وَتَزَوَّدُواْ فَإِنَّ خَيۡرَ ٱلزَّادِ ٱلتَّقۡوَىٰۖ وَٱتَّقُونِ يَٰٓأُوْلِي ٱلۡأَلۡبَٰبِ ١٩٧ } (سورة البقرة : 197)
"Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa" (al-Baqarah: 197).
Kaum Muslimin Sidang Jum'at Rahimakumullah...
Bahwa narkoba dan judi suatu yang haram dan termasuk kategori dosa besar sudah menjadi pengetahuan umum dan semua orang pun telah mengetahuinya dengan baik. Namun yang menjadi persoalan ialah sebagian besar mereka, bahkan penganut agama sekalipun kurang atau tidak menyadari bahaya yang akan menimpa sebagai akibat dari penggunaan narkoba dan atau perbuatan judi. Inilah yang menjadi fokus khutbah ini. Dalam kaitan inilah Alqur'an memberikan penjelasan yang cukup gamblang, firman Allah subhanahu wa ta'ala :
قال الله تعالى:   وَلَا تُلۡقُواْ بِأَيۡدِيكُمۡ إِلَى ٱلتَّهۡلُكَةِ وَأَحۡسِنُوٓاْۚ إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلۡمُحۡسِنِينَ  (سورة البقرة : 195)
 (Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik). (al-Baqarah:195).
Dalam ayat lain Allah subhanahu wa ta'ala berfirman :
قال الله تعالى:   يَسۡ‍َٔلُونَكَ عَنِ ٱلۡخَمۡرِ وَٱلۡمَيۡسِرِۖ قُلۡ فِيهِمَآ إِثۡمٞ كَبِيرٞ وَمَنَٰفِعُ لِلنَّاسِ وَإِثۡمُهُمَآ أَكۡبَرُ مِن نَّفۡعِهِمَاۗ  (سورة البقرة : 219)
 (Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah: "Pada keduanya terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya"( al-Baqarah:219).
Firman-Nya yang lain :
قال الله تعالى:  يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ إِنَّمَا ٱلۡخَمۡرُ وَٱلۡمَيۡسِرُ وَٱلۡأَنصَابُ وَٱلۡأَزۡلَٰمُ رِجۡسٞ مِّنۡ عَمَلِ ٱلشَّيۡطَٰنِ فَٱجۡتَنِبُوهُ لَعَلَّكُمۡ تُفۡلِحُونَ ٩٠ إِنَّمَا يُرِيدُ ٱلشَّيۡطَٰنُ أَن يُوقِعَ بَيۡنَكُمُ ٱلۡعَدَٰوَةَ وَٱلۡبَغۡضَآءَ فِي ٱلۡخَمۡرِ وَٱلۡمَيۡسِرِ وَيَصُدَّكُمۡ عَن ذِكۡرِ ٱللَّهِ وَعَنِ ٱلصَّلَوٰةِۖ فَهَلۡ أَنتُم مُّنتَهُونَ ٩١  (سورة المائدة : 91-90)
 (Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, [berkorban untuk]berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah suatu yang kotor berasal dari perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan. Sesungguhnya syaitan itu menginginkan timbulnya permusuhan dan kebencian di antara kalian melalui [minuman] khamar dan berjudi,  serta  menghalangi kalian dari zikrullah dan mendirikan shalat; bukankah kalian sudah diperintahkan untuk meninggalkan perbuatan keji itu selama-selamanya?). (al-Maidah:90-91).
Kaum Muslimin Sidang Jum'at Rahimakumullah...
Apabila diamati dengan saksama ketiga kelompok ayat di atas, maka tampak dengan jelas bahwa Alqur'an sangat serius dalam membicarakan permasalahan narkoba dan judi. Pada urutan pertama dari tiga kelompok ayat itu, memberikan informasi secara umum bahwa Allah tidak mengizinkan manusia mencelakakan diri mereka sendiri, apalagi diri orang lain. Menggunakan norkoba dan berbuat judi tiada lain dari merusak diri sendiri dan merusak orang lain sekaligus, lebih-lebih anak cucu keturunan mereka. Betapa tidak pelaku kriminal semacam mereka telah melakukan pengrusakan fatal terhadap substansi yang teramat asasi dalam diri mereka, yaitu akal sehat. Bisa dibayangkan, apabila akal sehat telah rusak, maka akan rusak semuanya; bahkan agama seseorang pun dapat menjadi amburadul manakala akal telah rusak sebagaimana diingatkan Nabi saw.. dalam sebuah hadisnya: “Orang yang tidak berakal tidak ada agama baginya”.(al-Suyûthî, al-Jâmi’ al-Shaghîr, II, h.16). 
Untuk lebih jelas lagi pada ayat berikutnya Allah menegaskan bahwa khamar (narkoba) dan judi itu ialah satu paket karenanya keduanya disebut Allah sekaligus tanpa dibatasi dengan kata-kata lain; dan disamakannya pula menyebutnya dengan الْأَنْصَابُ وَالْأَزْلَامُ. Kemudian Allah menyatakan dengan sangat eksplisit bahwa semua itu adalah kotor karena berasal dari tipudaya dan perbuatan syetan yang terkutuk. Memang diakui pada narkoba dan judi itu ada sedikit manfaat, misalnya untuk menghangatkan badan atau sedikit hiburan, namun dosa dan kerusakan yang ditimbulkannya jauh lebih dahsyat daripada manfaatnya tersebut. Jadi tidak balans antara kerusakan yang terjadi dengan manfa’at yang didapat sebagaimana ditegaskan Allah pada ayat urutan kedua itu  وَإِثْمُهُمَا أَكْبَرُ مِنْ نَفْعِهِمَا ; bak ibarat orang menambal pakaian yang koyak, makin ditambal semakin koyak, bukannya semakin baik. Itulah dia narkoba dan judi yang selalu mengrongrong dan memporakporandakan kehidupan umat, ibaratnya “racun berisi madu”. Madunya sedikit, selebihnya penuh oleh racun yang akan menggerogoki sekujur tubuh si pelakunya sampai yang bersangkutan tidak berdaya menghadapinya dan tidak mampu membebaskan diri darinya. Bila kondisi semacam ini telah menjangkiti kehidupan umat secara keseluruhan, maka dapat dipastikan tamat sudah  riwayat bangsa itu; meskipun mereka masih tampak  eksis, namun mereka bagaikan mayat berjalan-jalan, sebab mereka tidak mampu berbuat, apalagi berkreasi dan  memikirkan masa depan; baik untuk dirinya sendiri, lebih-lebih untuk orang lain, apalagi generasi yang akan datang. 
Kaum Muslimin Sidang Jum'at Rahimakumullah...
Bagaimana mungkin mereka akan mampu memikirkan kehidupan berbangsa, bernegara; malah mereka sendiri jatuh dalam permusuhan dan saling membenci satu sam lain. Itulah buah utama yang  diciptakan syetan di kalangan para pengguna norkoba dan penjudi. Manakala hal ini telah terjadi, maka timbulnya kegaduhan dan  kekacauan di tengah masyarakat tinggal menunggu waktu. Kondisi inilah yang selalu diinginkan oleh syetan sebab jalan yang paling mudah untuk menjerumuskan seseorang atau suatu bangsa ke dalam jurang kenistaan ialah melalui situasi yang tidak menentu dan kacau. Syetan sangat piawai dalam menciptakan kondisi yang demikian, antara lain dengan mendorong mereka menggunakan narkoba dan melakukan perjudian. 
Hal itu bisa terjadi karena hati-nurani para pelaku narkoba dan judi tersebut   telah tertutup dari dzikrullah dan mendirikan shalat (وَيَصُدَّكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ وَعَنِ الصَّلَاةِ). Telah dimaklumi bahwa dzikrullah itu ibaratnya lentera yang menerangi perjalanan hidup seseorang. Bisa dibanyangkan, apabila lentera sudah padam apalagi kalau tidak ada, bagaimana mungkin kita akan selamat dalam perjalanan yang gelap gulita. Inilah yang diingatkan Allah di penghujung ayat 91 dari al-Maidah di atas. Perhatikanlah berbagai tindakan kekerasan dan kekacauan yang terjadi di seluruh dunia, termasuk di Indonesia bermula dari tertutupnya hati umat dari dzikrullah. Narkoba dan judi  merupakan penyebab pertama dan utama yang membuat hati seseorang tertutup dari dzikrullah. Judi, misalnya, membuat sesorang larut dalam permainan, berjam-jam bahkan berhari-hari duduk di meja judi, mereka tidak merasa lelah; malah pengguna narkoba lebih sadis lagi, mereka tega merusak akal sehat yang dianugerahkan Allah untuk berpikir; lalu mereka merasa bagaikan di dalam surga di atas awang-awang melupakan penderitaan, dsb. Jelas kondisi seperti itu tidak memungkinkan bagi mereka melakukan dzikrullah apalagi mendirikan shalat. Dus berarti mereka semakin jauh dari Allah dan sebaliknya semakin dekat kepada syetan. Kalau sudah demikian, maka sedikit persoalan saja cukup untuk memicu perselisihan, pertengkaran, dan permusuhan; bahkan tidak jarang berujung pada kekaduhan, kekacuan dan bahkan menimbulkan perang saudara, antar bangsa, antar suku, antar kelompok, dsb. Itulah yang dimaui syetan; tapi sayang sekali manusia tidak mau menyadarinya sehingga mereka selalu terjebak dalam perangkap syetan itu dan tidak mampu membebaskan diri dari cengkraman syetan tersebut. Lihatlah fenomena yang terjadi dewasa ini, hari-hari di ruang publik dipenuh oleh berita-berita kekerasan demi kekerasan, mana budaya ketimuran yang penuh ramah dan ceria, sopan, santun, tepo selero, dsb. Semua itu terkesan tinggal kenangan masa silam, generasi muda sekarang sudah jauh dari perilaku yang demikian. Sungguh sangat menyedihkan; memilukan dan sekaligus memalukan.
باَرَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِى القُرآنِ الكَرِيْم  وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا ِفيْهِ مِنْ الآياَتِ وَالذِّكْرِ الحَكِيْم  وَتَقَبَّل مِنيِّ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْم. أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا  وَأسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْم لِي وَلَكُمْ  وَلِسَائِرِ المسْلِمِيْنَ وَالمسْلِمَات فَاسْتَغْفِرُوْهُ  إنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.

 
Khutbah Kedua
الحَمْدُ للهِ الَّذِي هَدَاناَ لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلاَ أَنْ هَدَاناَ الله  أشْهَدُ أنْ لاَ إلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ  وَأشْهَدُ أنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ  اللَّهُمَّ صَلِّ وسَلم عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلىَ آلِ مُحَمَّد كَمَا صَلَّيْتَ وَسَلَمْتَ عَلىَ إبْرَاهِيم وَعَلى آلِ إبرَاهِيم فِى العَالَمِيْنَ إنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
أمَّا بَعْدُ  فَياَ عِبَادَ اللهِ  اِتَّقُوْا الله َحَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ.
Kaum Muslimin Sidang Jum'at Rahimakumullah...
Kalaulah mereka tidak meninggalkan Alqur'an tentu sikap dan perlaku menyimpang sebagaimana ditunjukkan oleh para pelaku narkoba dan judi itu tidak akan terjadi. Tapi sayang sekali mereka tidak peduli terhadap kitab suci yang telah mereka terima secara turun temurun sejak empatbelas abad yang silam. Kondisi semacam ini tampak merata sejak dulu sampai sekarang; dalam arti terjadinya berbagai tindakan kejahatan atau kriminal berawal dari ditinggalkannya ajaran Alqur'an seperti terlihat dalam keluhan Nabi saw.. kepada Tuhannya sebagaimana diabadikan Allah di dalam ayat 30 dari al-Furqan:
قال الله تعالى: { وَقَالَ الرَّسُولُ يَا رَبِّ إِنَّ قَوْمِي اتَّخَذُوا هَذَا الْقُرْآنَ مَهْجُورًا } (الفرقان:30)
(Berkatalah Rasul: "Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku telah meninggalkan Alqur'an ini di belakang punggung mereka".). (al-Furqân:30)
Kaum Muslimin Sidang Jum'at Rahimakumullah...
Jadi jika ingin menyelamatkan umat dan generasi bangsa maka narkoba dan judi harus dibasmi tuntas; dan untuk itu tidak ada jalan lain kecuali menanamkan akidah sejak dini dan menerapkan ajaran Alqur'an secara murni dan konsekuen oleh setiap individu di dalam masyarakat; baik secara individual, maupun berkeluarga, bermasyarakat dan berbangsa.                         
إِنَّ الله َوَمَلائِكتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِي يَا أيهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيْمًا. اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلم وَبَارك عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّد وَعَلىَ آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمِ الدِّين. 
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اَلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ اِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَات 
اللَّهُمَّ أعِنَّا عَلىَ ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ. 
رَبَّناَ أوْزِعْناَ أنْ نَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِى أنْعَمْتَ عَلَيْناَ وَعَلىَ وَالِدِيْناَ  وَأنْ نَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَاهُ  وَأدْخِلْناَ بِرَحْمَتِكَ فِى عِباَدِكَ الصَّالِحِيْنَ. 
رَبَّناَ آتِناَ فِى الدُّنْياَ حَسَنَةً وَفِى الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِناَ عَذَابَ الناَّرِ.
عِباَدَ اللهِ  إنَّ اللهَ يَأمُرُ بِالعَدْلِ وَالإحْسَانِ وَإيْتاَءِ ذِي القُرْبىَ  وَيَنْهىَ عَن الفَحْشَاءِ وَالمنْكَرِ وَالبَغْي  يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ . اُذْكُرُوْا اللهَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ  وَاسْألُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ  وَلِذِكْر اللهِ أكْبَر  وَالله ُيَعْلَمُ مَا تَصْنَعُوْنَ  أقِيْمُوْا الصَّلاَة!
 ***

Hakikat Riba, Hukum, dan Bahayanya

Hakikat Riba, Hukum, dan Bahayanya
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الصَّبَّاحِ وَزُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ وَعُثْمَانُ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ قَالُوا حَدَّثَنَا هُشَيْمٌ أَخْبَرَنَا أَبُو الزُّبَيْرِ عَنْ جَابِرٍ قَالَ: (( لَعَنَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ آكِلَ الرِّبَا وَمُؤْكِلَهُ وَكَاتِبَهُ وَشَاهِدَيْهِ وَقَالَ هُمْ سَوَاءٌ )) (رواه مسلم)
Dari Jabir ra berkata, bahwa Rasulullah SAW melaknat orang yang memakan riba, orang yang memberikannya, penulisnya dan dua saksinya, dan beliau berkata, mereka semua adalah sama. (HR. Muslim)
Sekilas Tentang Hadits
Hadits ini merupakan hadits yang disepakati kesahihannya oleh para ulama hadits. Diriwayatkan oleh banyak Imam hadits, diantaranya :
• Imam Muslim dalam Shahihnya, Kitab Al-Musaqat, Bab La’ni Aakilir Riba Wa Mu’kilihi, hadits no 2995.
• Imam Ahmad bin Hambal ra, dalam Musnadnya, dalam Baqi Musnad Al-Muktsirin, hadits no 13744.
Selain itu, hadits ini juga memiliki syahid (hadits yang sama yang diriwayatkan melalui jalur sahabat yang berbeda), diantaranya dari jalur sahabat Abdullah bin Mas’ud dan juga dari Ali bin Abi Thalib, yang diriwayatkan oleh :
• Imam Turmudzi dalam Jami’nya, Kitab Buyu’ An Rasulillah, Bab Ma Ja’a Fi Aklir Riba, hadits no 1127.
• Imam Nasa’I dalam Sunannya, Kitab At-Thalaq, Bab Ihlal Al-Muthallaqah Tsalasan Wan Nikahilladzi Yuhilluha Bihi, Hadits no. 3363.
• Imam Abu Daud dalam Sunannya, Kitab Al-Buyu’, Bab Fi Aklir Riba Wa Mu’kilihi, hadits no. 2895.
• Imam Ahmad bin Hambal dalam Musnadnya di banyak tempat, diantaranya pada hadits-hadits no 3539, 3550, 3618, 4058, 4059, 4099, 4171 dsb.
•   mam Ad-Darimi dalam Sunannya, Kitab Al-Buyu’, Bab Fi Aklir Riba Wa Mu’kilihi, hadits no 2423.
Makna Hadits Secara Umum 
Hadits yang sangat singkat di atas, menggambarkan mengenai bahaya dan buruknya riba bagi kehidupan kaum muslimin. Begitu buruk dan bahayanya riba, sehingga digambarkan bahwa Rasululla SAW melaknat seluruh pelaku riba. Pemakannya, pemberinya, pencatatnya maupun saksi-saksinya. Dan keesemua golongan yang terkait dengan riba tersebut dikatakan oleh Rasulullah SAW; “Mereka semua adalah sama.”
Pelaknatan Rasulullah SAW terhadap para pelaku riba menggabarkan betapa munkarnya amaliyah ribawiyah, mengingat Rasulullah SAW tidak pernah melaknat suatu keburukan, melainkan keburukan tersebut membawa kemadharatan yang luar biasa, baik dalam skala indiividu bagi para pelakunya, maupun dalam skala mujtama’ (baca ; maysarakat) secara luas.
Oleh karenanya, setiap muslim wajib menghindarkan dirinya dari praktek riba dalam segenap aspek kehidupannya. Dan bukankah salah satu sifat (baca ; muwashofat) yang harus dimiliki oleh setiap aktivis da’wah adalah “memerangi riba”? Namun realitasnya, justru tidak sedikit yang justru menyandarkan kasabnya dari amaliyah ribawiyah ini.

Makna Riba
Dari segi bahasa, riba berarti tambahan atau kelebihan. Sedangkan dari segi istilah para ulama beragam dalam mendefinisikan riba.
• Definsi yang sederhana dari riba adalah ; pengambilan tambahan dari harta pokok atau modal, secara bathil. (baca ; bertentangan dengan nilai-nilai syariah).
• Definisi lainnya dari riba adalah ; segala tambahan yang disyaratkan dalam transaksi bisnis tanpa adanya padanan yang dibenarkan syariah atas penambahan tersebut.
Intinya adalah, bahwa riba merupakan segala bentuk tambahan atau kelebihan yang diperoleh atau didapatkan melalui transaksi yang tidak dibenarkan secara syariah. Bisa melalui “bunga” dalam hutang piutang, tukar menukar barang sejenis dengan kuantitas yang tidak sama, dan sebagainya. Dan riba dapat tejadi dalam semua jenis transaksi maliyah.
Pada masa jahiliyah, riba terjadi dalam pinjam meminjam uang. Karena masyarakat Mekah merupakan masyarakat pedangang, yang dalam musim-musim tertentu mereka memerlukan modal untuk dagangan mereka. Para ulama mengatakan, bahwa jarang sekali terjadi pinjam meminjam uang pada masa tersebut yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumtif.
Pinjam meminjam uang terjadi untuk produktifitas perdatangan mereka. Namun uniknya, transaksi pinjam meminjam tersebut baru dikenakan bunga, bila seseorang tidak bisa melunasi hutangnya pada waktu yang telah ditentukan. Sedangkan bila ia dapat melunasinya pada waktu yang telah ditentukan, maka ia sama sekali tidak dikenakan bunga. Dan terhadap transaksi yang seperti ini, Rasulullah SAW menyebutnya dengan riba jahiliyah.

Riba Merupakan Dosa Besar 
Semua ulama sepakat, bahwa riba merupakan dosa besar yang wajib dihindari dari muamalah setiap muslim. Bahkan Sheikh Yusuf Al-Qardhawi dalam bukunya Bunga Bank Haram mengatakan, bahwa tidak pernah Allah SWT mengharamakaan sesuatu sedahsyat Allah SWT mengharamakaan riba. Seorang muslim yang hanif akan merasakan jantungnya seolah akan copot manakala membaca taujih rabbani mengenai pengharaman riba (dalam QS. 2 : 275 – 281). Hal ini karena begitu buruknya amaliyah riba dan dampaknya bagi kehidupan masyarakat.
Dan cukuplah menggambarkan bahaya dan buruknya riba, firman Allah SWT dalam QS. Al-Baqarah 275 :
قال الله تعالى: {الَّذِينَ يَأْكُلُونَ الرِّبَا لاَ يَقُومُونَ إِلاَّ كَمَا يَقُومُ الَّذِي يَتَخَبَّطُهُ الشَّيْطَانُ مِنَ الْمَسِّ ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ قَالُوا إِنَّمَا الْبَيْعُ مِثْلُ الرِّبَا وَأَحَلَّ اللَّهُ الْبَيْعَ وَحَرَّمَ الرِّبَا فَمَنْ جَاءَهُ مَوْعِظَةٌ مِنْ رَبِّهِ فَانْتَهَى فَلَهُ مَا سَلَفَ وَأَمْرُهُ إِلَى اللَّهِ وَمَنْ عَادَ فَأُولَئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ}   ( سورة البقرة: 275)
Orang-orang yang memakan (mengambil) riba, tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran tekanan penyakit gila. Hal itu karena mereka mengatakan, bahwasanya jual beli itu adalah seperti riba. Dan Allah menghalalkan jual beli serta mengharamakaan riba. Maka barangsiapa yang telah datang padanya peringatan dari Allah SWT kemudian ia berhenti dari memakan riba, maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu dan urusannya terserah keapda Allah. Namun barang siapa yang kembali memakan riba, maka bagi mereka adalah azab neraka dan mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Dalam hadits, Rasulullah SAW juga mengemukakan :
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: (( اجْتَنِبُوا السَّبْعَ الْمُوبِقَاتِ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَا هُنَّ قَالَ الشِّرْكُ بِاللَّهِ وَالسِّحْرُ وَقَتْلُ النَّفْسِ الَّتِي حَرَّمَ اللَّهُ إِلَّا بِالْحَقِّ وَأَكْلُ الرِّبَا وَأَكْلُ مَالِ الْيَتِيمِ وَالتَّوَلِّي يَوْمَ الزَّحْفِ وَقَذْفُ الْمُحْصَنَاتِ الْمُؤْمِنَاتِ الْغَافِلَاتِ )) (متفق عليه)
Dari Abu Hurairah ra, dari Rasulullah SAW berkata, ‘Jauhilah tujuh perkara yang membinasakan !’ Para sahabat bertanya, ‘Apa saja tujuh perkara tersebut wahai Rasulullah?’ Beliau menjawab, ‘Menyekutukan Allah, sihir, membunuh jiwa yang diharamakaan Allah SWT kecuali dengan jalan yang benar, memakan riba, mamakan harta anak yatim, lari dari medan peperangan dan menuduh berzina pada wanita-wanita mu’min yang sopan yang lalai dari perbuatan jahat. (Muttafaqun Alaih).
Periodisasi Pengharaman Riba
Sebagaimana khamar, riba tidak Allah haramakaan sekaligus, melainkan melalui tahapisasi yang hampir sama dengan tahapisasi pengharaman khamar:
1. Tahap pertama dengan mematahkan paradigma manusia bahwa riba akan melipatgandakan harta. 
Pada tahap pertama ini, Allah SWT hanya memberitahukan pada mereka, bahwa cara yang mereka gunakan untuk mengembangkan uang melalui riba sesungguhnya sama sekali tidak akan berlipat di mata Allah SWT. Bahkan dengan cara seperti itu, secara makro berakibat pada tidak tawazunnya sistem perekonomian yang berakibat pada penurunan nilai mata uang melalui inflasi. Dan hal ini justru akan merugikan mereka sendiri.
Pematahan paradigma mereka ini Allah gambarkan dalam QS. 30 : 39 ; “Dan sesuatu tambahan (riba) yang kamu berikan agar dia bertambah pada harta manusia, mak riba itu tidak menambah pada sii Allah. Dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridhaan Allah, maka (yang berbuat demikian) itulah orang-orang yang melipat gandakan (pahalanya)”.
2. Tapap kedua : Memberitahukan bahwa riba diharamakaan bagi umat terdahulu. 
Setelah mematahkan paradigma tentang melipat gandakan uang sebagaimana di atas, Allah SWT lalu menginformasikan bahwa karena buruknya sistem ribawi ini, maka umat-umat terdahulu juga telah dilarang bagi mereka. Bahkan karena mereka tetap bersikeras memakan riba, maka Allah kategorikan mereka sebagai orang-orang kafir dan Allah janjikan kepada mereka azab yang pedih.
Hal ini sebagaimana yang Allah SWT firmankan dalam QS 4 : 160 – 161 : “Maka disebabkan kezaliman orang-orang yahudi, Kami haramakaan atas mereka (memakan makanan) yang baik-baik (yang dahulunya) dihalalkan bagi mereka, dan karena mereka banyak menghalangi manusia dari jalan Allah. Dan disebabkan mereka memakan riba, padahal sesungguhnya mereka telah dialarang dari padanya, dan karena mereka harta dengan cara yang bathil. Kami telah menyediaka nuntuk orang-orang kafir diantara mereka itu siksa yang pedih”.
3. Tahap ketiga : Gambaran bahwa riba secara sifatnya akan menjadi berlipat ganda. 
Lalu pada tahapan yang ketiga, Allah SWT menerangkan bahwa riba secara sifat dan karakernya akan menjadi berlipat dan akan semakin besar, yang tentunya akan menyusahkan orang yang terlibat di dalamnya. Namun yang perlu digarisbawahi bahwa ayat ini sama sekali tidak menggambarkan bahwa riba yang dilarang adalah yang berlipat ganda, sedangkan yang tidak berlipat ganda tidak dilarang.
Pemahaman seperti ini adalah pemahaman yang keliru dan sama sekali tidak dimaksudkan dalam ayat ini. Allah SWT berifirman (QS. 3:130), “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan.”
4. Tahap keempat : Pengharaman segala macam dan bentuk riba. 
Ini merupakan tahapan terakhir dari seluruh rangkaian periodisasi pengharaman riba. Dalam tahap ini, seluruh rangkaian aktivitas dan muamalah yang berkaitan dengan riba, baik langsung maupun tidak langsung, berlipat ganda maupun tidak berlipat ganda, besar maupun kecil, semuanya adalah terlarang dan termasuk dosa besar.
Allah SWT berfirman dalam QS. 2 : 278 – 279 ; “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan seluruh sisa dari riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman. Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), maka ketahuilah, bahwa Alla hdan Rasul-Nya akan memerangimu. Dan jika kamu bertaubat (dari pengambilan riba), maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak menganiaya dan tidak pula dianiaya.”
Buruknya Muamalah Ribawiyah 
Terlalu banyak sesungguhnya dalil baik dari Al-Qur’an maupun sunnah, yang menggambarkan tentang buruknya riba, berikut adalah ringkasan dari beberapa dalil mengenai riba :
1. Orang yang memakan riba, diibaratkan seperti orang yang tidak bisa berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan, lantaran (penyakit gila). (QS. 2 : 275).
2. Pemakan riba, akan kekal berada di dalam neraka. (QS. 2 : 275).
3. Orang yang “kekeh” dalam bermuamalah dengan riba, akan diperangi oleh Allah dan rasul-Nya. (QS. 2 : 278 – 279).
4. Seluruh pemain riba; kreditur, debitur, pencatat, saksi, notaris dan semua yang terlibat, akan mendapatkan laknat dari Allah dan rasul-Nya. Dalam sebuah hadits diriwayatkan : “Dari Jabir ra bahwa Rasulullah SAW melaknat pemakan riba, yang memberikannya, pencatatnya dan saksi-saksinya.” Kemudian beliau berkata, “ Mereka semua sama!”. (HR. Muslim)
5. Suatu kaum yang dengan jelas “menampakkan” (baca ; menggunakan) sistem ribawi, akan mendapatkan azab dari Allah SWT. Dalam sebuah hadtis diriwayatkan : “Dari Abdullah bin Mas’ud ra, bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Tidaklah suatu kaum menampakkan (melakukan dan menggunakan dengan terang-terangan) riba dan zina, melainkan mereka menghalalkan bagi diri mereka sendiri azab dari Allah.” (HR. Ibnu Majah)
6. Dosa memakan riba (dan ia tahu bahwa riba itu dosa) adalah lebih berat daripada tiga puluh enam kali perzinaan. Dalam sebuah hadits diriwayatkan : “Dari Abdullah bin Handzalah ra berkata, bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Satu dirham riba yang dimakan oleh seseorang dan ia mengetahuinya, maka hal itu lebih berat dari pada tiga puluh enam kali perzinaan.” (HR. Ahmad, Daruqutni dan Thabrani).
7. Bahwa tingkatan riba yang paling kecil adalah seperti seoarng lelaki yang berzina dengan ibu kandungnya sendiri. Dalam sebuah hadits diriwayatkan : “Dari Abdullah bin Mas’ud ra, bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Riba itu tujuh puluh tiga pintu, dan pintu yang paling ringan dari riba adalah seperti seorang lelaki yang berzina dengan ibu kandungnya sendiri.” (HR. Hakim, Ibnu Majah dan Baihaqi).
Dengan dalil-dalil sebagaimana di atas, masihkah ada seorang muslim yang “kekeh” bermuamalah ribawiyah dalam kehidupannya?


Praktik Riba Dalam Kehidupan
Sebagaimana dijelaskan di atas, bahwa riba adalah segala tambahan yang disyaratkan dalam transaksi bisnis tanpa adanya padanan yang dibenarkan syariah. Praktek seperti ini dapat terjadi dihampir seluruh muamalah maliyah kontemporer, diantaranya adalah pada:
1. Transaksi Perbankan.
Sebagaimana diketahui bersama, bahwa basis yang digunakan dalam praktek perbankan (konvensional) adalah menggunakan basis bunga (interest based). Dimana salah satu pihak (nasabah), bertindak sebagai peminjam dan pihak yang lainnya (bank) bertindak sebagai pemberi pinjaman. Atas dasar pinjaman tersebut, nasabah dikenakan bunga sebagai kompensasi dari pertangguhan waktu pembayaran hutang tersebut, dengan tidak memperdulikan, apakah usaha nasabah mengalami keuntungan ataupun tidak.
Praktek seperti ini sebenarnya sangat mirip dengan praktek riba jahiliyah pada masa jahiliyah. Hanya bedanya, pada riba jahiliyah bunga baru akan dikenakan ketika si peminjam tidak bisa melunasi hutang pada waktu yang telah ditentukan, sebagai kompensasi penambahan waktu pembayaran. Sedangkan pada praktek perbankan, bunga telah ditetapkan sejak pertama kali kesepakatan dibuat, atau sejak si peminjam menerima dana yang dipinjamnya. Oleh karena itulah tidak heran, jika banyak ulama yang mengatakan bahwa praktek riba yang terjadi pada sektor perbankan saat ini, lebih jahiliyah dibandingkan dengan riba jahiliyah. Selain terjadi pada aspek pembiyaan sebagaimana di atas, riba juga terjadi pada aspek tabungan. Dimana nasabah mendapatkan bunga yang pasti dari bank, sebagai kompensasi uang yang disimpannya dalam bank, baik bank mengalami keuntungan maupun kerugian. Berbeda dengan sistem syariah, di mana bank syariah tidak menjanjikan return tetap, melainkan hanya nisbah (yaitu prosentasi yang akan dibagikan dari keuntungan yang didapatkan oleh bank). Sehingga return yang didapatkan nasabah bisa naik turun, sesuai dengan naik turunnya keutungan bank. Istilah seperti inilah yang kemudian berkembang namanya menjadi sistem bagi hasil.

2. Transaksi Asuransi.
Dalam sektor asuransi pun juga tidak luput dari bahaya riba. Karena dalam asuransi (konvensional) terjadi tukar menukar uang dengan jumlah yang tidak sama dan dalam waktu yang juga tidak sama. Sebagai contoh, seseorang yang mengasuransikan kendaraannya dengan premi satu juta rupiah pertahun. Pada tahun ketiga, ia kehilangan mobilnya seharga 100 juta rupiah. Dan oleh karenanya pihak asuransi memberikan ganti rugi sebesar harga mobilnya yang telah hilang, yaitu 100 juta rupiah. Padahal jika diakumulasikan, ia baru membayar premi sebesar 3 juta rupiah. Jadi dari mana 97 juta rupiah yang telah diterimanya? Jumlah 97 juta rupiah yang ia terima masuk dalam kategori riba fadhl (yaitu tukar menukar barang sejenis dengan kuantitas yang tidak sama).
Pada saat bersamaan, praktek asuransi juga masuk pada kategori riba nasi’ah (kelebihan yang dikenakan atas pertangguhan waktu), karena uang klaim yang didapatkan tidak yadan biyadin dengan premi yang dibayarkan. Antara keduanya ada tenggang waktu, dan oleh karenanya terjadilah riba nasi’ah. Hampir semua ulama sepekat, mengenai haramnya asuransi (konvensional) ini. Diantara yang mengaramakaannya adalah Sayid Sabiq dan juga Sheikh Yusuf Al-Qardhawi. Oleh karenanya, dibuatlah solusi berasuransi yang selaras dengan syariah Islam. Karena sistem asuransi merupakan dharurah ijtima’iyah (kebutuhan sosial), yang sangat urgen.
Masih banyak sesungguhnya transaksi-transaksi yang mengandung unsur ribawi di tengah-tengah kehidupan kita. Intinya adalah kita harus waspada dan menghindarkan diri sejauh-jauhnya dari muamalah seperti ini. Cukuplah nasehat rabbani dari Allah SWT kepada kita “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.” (QS. Annisa’ : 29). Wallahu A’lam Bis Shawab. 
***

Nikmatnya Taubat

Nikmatnya Taubat

Khutbah Pertama
الحَمْدُ للهَ الَّذِي وَعَدَ الْمُتَّقِينَ بِجَنَّاتٍ وَنَعِيم  وَتَوَعَّدَ الظَالِمِين بِجَهَنَّم وَعَذَابٍ أَلِيمِ فَمَا لَهُمْ مِنْ شَافِعِينَ وَلَا صَدِيقٍ حَمِيمٍ.  أشهَدُ أنْ لاَ إلَهَ إلا الله وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ . وَأشْهَدُ أنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ  اللهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِك عَلىَ سَيَّدِناَ مُحمَّد وَعلىَ آلِهِ وَصَحابِتِه وَمَنْ تبِعَهُم بِإحْسَانٍ إلَى يَومٍ عَظِيْم. رَبَّنَا اغْفِرْ لنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلًّا لِلَّذِينَ آَمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ. أما بعد: فيَا أيُّها المؤْمِنُون رَحِمَكُم الله  اتَّقُوا الله َوَقَدْ فَازَ المُتَّقُون و قال ربنا جل وعلا: ﴿يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ﴾ [آل عمران: 102]

Saudaraku kaum muslimin Rahimahullah
Marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Allah subhanahu wa ta'ala. Atas segala ni`mat yang telah diberikan kepada kita, terutama ni`mat Iman dan Islam. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada baginda nabi Muhammad shalallahu 'alaihi wasallam, keluraga, shabat, serta para pengikutnya sampai hari kiamat. 
Selanjutnya saya mengajak kepada diri saya sendiri dan saudara sekalian, untuk selalu meningkatkan kualitas ketaqwaan kita kepada Allah subhanahu wa ta'ala. Sebuah ketaqwaan yang mampu membawa kepada kesucian jiwa dan keselarasan amal sesuai dengan ketentuan syariat Allah subhanahu wa ta'ala.  
Sidang Jumaat Yang Berbahagia
Hidup tak ubahnya seperti menelusuri jalan setapak yang becek di tepian sungai yang jernih. Kadang orang tak sadar kalau lumpur yang melekat di kaki, tangan, badan, dan mungkin kepala bisa dibersihkan dengan air sungai tersebut.Boleh jadi, kesadaran itu sengaja ditunda hingga tujuan tercapai.Tidak ada manusia yang bersih dari salah dan dosa. Karena ia bukan malaikat yang bersih dari daosa. Selalu saja ada debu-debu lalai yang melekat.Sedemikian lembutnya, terlekatnya debu kerap berlarut-larut tanpa terasa. Di luar dugaan, debu sudah berubah menjadi kotoran pekat yang menutup hampir seluruh tubuh.
Menyadari bahwa siapa pun yang bernama manusia punya kelemahan, kekhilafan, maka sudah saatnyalah kita merenungi diri untuk senantiasa minta ampunan dan bertaubat kepada Allah subhanahu wa ta'ala. Rasulullah bersabda: demi Allah sungguh aku beristighfar dan bertaubat kepaNya dalam sehari lebih dari 70 kali..(HR Bukhori).
Sebelum kita membahas tentang taubat, penting bagi kita untuk mengetahui apa itu dosa. Dosa adalah segala sesuatu yang dilahirkan akibat melakukan pelanggaran terhadap perintah-perintah atau larangan Allah. Orang yang melakukan dosa berarti telah bermaksiat. Macam maksiat ini oleh ulama dibagi secara umum  menjadi dua, yaitu shoghoir dan kabair. 
•         Shagha’ir atau dosa-dosa kecil adalah dosa-dosa yang tidak mengakibatkan hukuman di dunia dan tidak ada ancaman khusus di akhirat. 
•         Adapun Kaba’ir atau dosa besar, menurut Ibnu Abbas adalah setiap dosa yang ketika menyebutkannya Allah mengakhirinya dengan kata Naar, kemurkaan, laknat, atau adzab.  
Kaum Muslimin Rahimahullah.
Taubat secara bahasa mempunyai arti kembali. Sedang secara syar`i adalah kembalinya seorang hamba kepada Allah dengan meminta ampun atas segala dosa-dosa yang telah ia lakukan dengan janji yang sungguh sungguh untuk tidak mengulangi perbuatan dosa tersebut di waktu yang akan datang, dan menggantinya perbuatan dosa tersebut dengan menjalankan amal-amal soleh yang bisa menambah mendekatkan dirinya kepada Allah.
Seorang tabiin Imam al-Kalbi – rahimahullah – mengatakan tentang taubat: “ menucapkan istighfar dengan mulut, penyesalan dengan hati, dan meninggalkan dosa dengan anggota badan, dan bertekat untuk tidak kembali berbuat dosa. 
Lalu Kapan Harus bertaubat?
Taubat dari dosa harus dilaksakan segera dan tidak boleh ditunda-tunda.Karena penundaan bertaubat merupakan indikasi ketidak seriusan seseorang dalam bertaubat. Disamping itu penundan dari taubat sangat membayakan jiwa seseorang, bisa saja ia meninggal denga tiba –tiba sebelum ia sempat untuk bertaubat. Inilah kenapa Allah dalam surat Ali Imron 133 Allah berkalam:  
قال الله تعالى: ﴿وَسَارِعُوٓاْ إِلَىٰ مَغۡفِرَةٖ مِّن رَّبِّكُمۡ وَجَنَّةٍ عَرۡضُهَا ٱلسَّمَٰوَٰتُ وَٱلۡأَرۡضُ أُعِدَّتۡ لِلۡمُتَّقِينَ ١٣٣﴾ [سورة آل عمران: 133]
Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertaqwa, (Ali Imran:133). 
Kita perhatikan dalam ayat ini, Allah menggunakan kata ( وَسَارِعُوا ) yang artinya bersegera, kemudian kata (مَغْفِرَةٍ) menggunakan redaksi kata nakiroh atau kata yang masih bersifat umum belum jelas. Ini memberikan salah satu isyarat bagi kita, bahwa kita semua diperintahkan untuk bersegera, bercepat-cepat menggapai sebuah maghfiroh atau ampunan yang mana belum tentu kita gapai, karena bisa saja kita lebih dahulu dipanggil Allah sebelum sempat bertaubat dan mendapatkan ampunan dari Allah. Karena pada hakikatnya semuanya yang ada didunia ini, termasuk hidup mati kita adalah milik Allah, oleh karena itu empat ayat sebelum ayat ini, tepatnya ayat ke 129 dijelaskan bahwa”:
قال الله تعالى: ) وَلِلَّهِ مَا فِي ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَمَا فِي ٱلۡأَرۡضِۚ يَغۡفِرُ لِمَن يَشَآءُ وَيُعَذِّبُ مَن يَشَآءُۚ وَٱللَّهُ غَفُورٞ رَّحِيمٞ ١٢٩  ((سورة آل عمران : 129) 
Kepunyaan Allah apa yang ada di langit dan yang ada di bumi. Dia esame ampun kepada siapa yang Dia kehendaki; Dia menyiksa siapa yang Dia kehendaki; dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Ali Imran:129)
Dalam ayat lain Allah, menjelaskan bahwa taubat seseorang akan diterima oleh Allah subhanahuwata`ala, adalah taubatnya orang yang bersegera bertaubat, dan tidak menunda –nundanya, karena dalam menunda itu terdapat ketidakseriusan. Allah berkalam dalam surah an-Nisa` : 17 
قال الله تعالى: )إِنَّمَا ٱلتَّوۡبَةُ عَلَى ٱللَّهِ لِلَّذِينَ يَعۡمَلُونَ ٱلسُّوٓءَ بِجَهَٰلَةٖ ثُمَّ يَتُوبُونَ مِن قَرِيبٖ فَأُوْلَٰٓئِكَ يَتُوبُ ٱللَّهُ عَلَيۡهِمۡۗ وَكَانَ ٱللَّهُ عَلِيمًا حَكِيمٗا( [سورة النساء: 17]
Sesungguhnya taubat di sisi Allah hanyalah taubat bagi orang-orang yang mengerjakan kejahatan lantaran kejahilan, yang kemudian mereka bertaubat dengan segera, maka mereka itulah yang diterima Allah taubatnya; dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. ( An Nisaa’:17(. Diriwayatkan dari ibnu Abbas, bahwa maksud dari kata (  يَتُوبُونَ مِنْ قَرِيبٍ ; yang kemudian mereka bertaubat dengan segera), adalah sebelum seseorang dalam keadan sakit atau sebelum  meninggal.
Ma`asyiral Muslimin Rahimakumullah.
Taubat yang selayaknya dilakukan seorang hamba Allah yang ikhlas adalah dengan taubat yang tidak setengah-setengah.Benar-benar sebagai taubat nasuha, atau taubat yang sungguh-sungguh.Karena itu, ada tiga syarat untuk taubat nasuha, yaitu:
Pertama, menyesali secara serius kesalahan masa lalu, harus ada perasaan bersalah, bahkan merasa jijik/ merasa kotor ketika mengingat masa lalu yang buruk.
Kedua: mencabut lepas secara total saat ini juga semua perbuatan buruk yang bertentangan dengan agama.
Ketiga: meniatkan dengan sungguh-sungguh (komitmen yang keras) untuk tidak kembali ke masa lalu yang buruk. Namun, apabila dasa atau kesalahan tersebut berhubungan dengan hak-hak manusia maka, selain tiga syarat tersebut, harus ditambah syarat 
Keempat, yaitu:  Meminta maaf atau minta ridha (halal) di atas dosa-dosa dengan manusia (orang yang bersangkutan) atau membayar gantirugi atau memulangkan barang yang telah diambil itu.
Dengan demikian inti dari taubat nasuha adalah bertaubat dari dosa yang diperbuatnya saat ini dan menyesal atas dosa-dosa yang dilakukannya di masa lalu dan brejanji untuk tidak melakukannya lagi di masa medatang. Apabila dosa atau kesalahan tersebut terhadap bani Adam (sesama manusia), maka caranya adalah dengan meminta maaf kepadanya. Rasulullah pernah ditanya oleh seorang sahabat, “Apakah penyesalan itu taubat ?”, “Ya”, kata Rasulullah (H.R. Ibnu Majah). Amr bin Ala pernah mengatakan: “Taubat Nasuha adalah apabila kamu membenci perbuatan dosa sebagaimana kamu pernah mencintainya”.
بارك الله لي ولكم في القرآن العظيم وهدانا وإياكم إلى صراط مستقيم ونفعني وإياكم بالآيات والذكر الحكيم. أقول قولي هذا واستغفر الله لي ولكم ولسائر المسلمين. فاستغفروه وتوبوا عليه إنه هو الغفور الرحيم.
Khutbah Kedua
الحمد لله رب العالمين  والصلاة والسلام على سيد الأنبياء و إمام المرسلين وعلى آله وصحابته ومن تبعهم بإحسان إلى يوم الدين  أما بعد: فيا أيها الناس اتقوا الله وحافظوا على الطاعة وحضور الجمعة والجماعة. قال الله تعالى :  { يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا إِذَا نُودِيَ لِلصَّلَاةِ مِنْ يَوْمِ الْجُمُعَةِ فَاسْعَوْا إِلَى ذِكْرِ اللَّهِ وَذَرُوا الْبَيْعَ ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ } (الجمعة : 9). وقال أيضا: { إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا }
فاعلموا أن الله أمركم بأمر بدأ فيه بنفسه و ثنى بملائكته المسبحة بقدسه و ثلث بكم أيها المسلمون فقال عز من قائل إن الله و ملائكته يصلون على النبي يأيها الذين آمنوا صلوا عليه و سلموا تسليما. اللهم صل و سلم على نبينا محمد و عل آله و صحابته و من اهتدى بهديه و استن بسنته إلى يوم الدين. ثم اللهم ارض عن الخلفاء الراشدين المهديين أبي بكر و عمر و عثمان و علي و على بقية الصحابة و التابعين و تابع التابعين و علينا معهم برحمتك ي أرحم الرحمين.
اللهم إنا نسألك بكل اسم هو لك سميت به نفسك أو أنزلته في كتابك أو  علمته أحدا من خلقك أو استأثرته في علم الغيب عندك أن تجعل القرآن ربيع قلوبنا و نور صدورنا و جلاء أحزاننا و ذهاب همومنا و غمومنا
اللهم اغفر للمسلمين و المسلمات و المؤمين و المؤمنات الأحياء منهم و الأموات. 
اللهم أعز الإسلام و المسلمين و أهلك الكفرة و المشركين و دمر أعداءك أعداء الدين 
اللهم أصلح لنا ديننا الذي هو عصمة أمرنا و أصلح لنا دنيانا التي فيها معاشنا و أصلح لنا آخرتنا التي إليها معادنا و اجعل اللهم حياتنا زيادة لنا في كل خير و اجعل الموت راحة لنا من كل شر
اللهم أعنا على ذكرك و شكرك و حسن عبادتك
اللهم إنا نسألك الهدى و التقى و العفاف و الغنى و حسن الخاتمة
اللهم اغفر لنا و اوالدينا و ارحمهم كما ربونا صغارا
ربنا هب لنا من أزواجنا و ذرياتنا قرة أعين و احعلنا للمتقين إماما ربنا لا تزغ قلوبنا بعد إذ هديتنا و هب لنا من لدنك رحمة إنك أنت الوهاب ربنا آتنا في الدنيا حسنة و في الآخرة حسنة و قنا عذاب النار عباد الله إن الله يأمركم بالعدل و الإحسان و إيتاء ذى القربى و ينهى عن الفحشاء و المنكر و البغي يعظكم لعلكم تذكرون فاذكروا الله العظيم يذكركم و اسألوه من فضله يعطكم و لذكر الله أكبر و الله يعلم ما تصنعون.
***